tinjauan negatif investasi usaha perikanan...

176
TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN TANGKAP INDONESIA BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh : Bela Awaliyah Agustina NIM : 1113048000056 K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1439 H/2017 M

Upload: buidat

Post on 17-Mar-2019

253 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN TANGKAP

INDONESIA BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 44

TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP

DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN DI

BIDANG PENANAMAN MODAL

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh :

Bela Awaliyah Agustina

NIM : 1113048000056

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1439 H/2017 M

Page 2: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia
Page 3: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia
Page 4: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia
Page 5: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia
Page 6: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

v

ABSTRAK

Bela Awaliyah Agustina, NIM 1113048000056, “TINJAUAN NEGATIF

INVESTASI USAHA PERIKANAN TANGKAP INDONESIA

BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 44 TAHUN 2016

TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG

USAHA YANG TERBUKA DI BIDANG PENANAMAN MODAL”, Konsentrasi

Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2017 M. xii + 92 halaman 68

lampiran. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan Peraturan Presiden

Nomor 44 Tahun 2016 dengan peraturan Perundang-undangan lainnya dan

keterkaitannya dengan kedaulatan dan kemandirian ekonomi bangsa. Serta untuk

mengetahui manfaat pengaturan negatif investasi asing usaha perikanan tangkap di

Indonesia. Latar belakang penelitian ini adalah pengaturan mengenai larangan

masuknya investasi asing di bidang usaha perikanan tangkap Indonesia. Penelitian ini

menggunakan tipe penelitian normatif dengan pendekatan undang-undang (statute

aproach), teori, dokumen-dokumen terkait dengan dukungan studi empiris. Penelitian

ini menggunakan tiga bahan hukum, yaitu bahan hukum primer, sekunder, dan non-

hukum.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan negatif investasi asing usaha

perikanan tangkap Indonesia merupakan sebuah kebijakan yang mengarah pada tujuan

menjaga kedaulatan bangsa dan membangun kemandirian ekonomi dari sektor bidang

kemaritiman guna mencegah bangsa dari keregantungan kepada pihak asing. Tujuan

tersebut selaras dengan pedoman perekonomian bangsa Pasal 33 UUD 1945. Namun

terdapat dampak positif dan negatif dalam pemberlakuannya. Seharusnya pemerintah

lebih mempertimbangkan aspek-aspek penting terkait dalam merumuskan sebuah

peraturan perundang-undangan.

Kata Kunci : DNI, Ivestasi Asing, Perikanan Tangkap

Pembimbing : Dr. Burhanuddin Yusuf, MM., MA. dan Ahmad Chairul Hadi, MA.

Daftar Pustaka : Tahun 1979 sampai Tahun 2017

Page 7: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

vi

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بسم الله الر

Assalamu’alaikum Wr. Wb...

Segala puji dan syukur tak hentinya terucap kepada Allah SWT, berkat nikmat,

anugerah, dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN TANGKAP

INDONESIA BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 44 TAHUN

2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG

USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN DI BIDANG

PENANAMAN MODAL”. Shalawat serta salam penulis limpah curahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, yang telah memimpin umat Islam menuju jalan yang diridhoi Allah

SWT. Dalam meneyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan

dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang amat besar kepada:

1. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dan Para Wakil Dekan.

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan

juga kepada Drs. Abu Tamrin, S.H., M. Hum, Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum

UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

3. Dr. Burhanuddin Yusuf, MM., MA., dan Ahmad Chairul Hadi, MA., Dosen

pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta

kesabaran dalam membimbing, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian

skripsi ini dengan tepat waktu.

4. Kasie Pengawasan Penangkapan Ikan di Laut Teritorial Perairan Kepulauan dan

Pedalaman, Kementerian Klautan dan Perikanan, Bapak Asep Supriadi, S. St. Pi, M.

Page 8: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

vii

Si. yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan informasi serta data-

data terkait dengan skripsi ini, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian

skripsi.

5. Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidyatullah Jakarta, Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Utama Hukum UIN

Syarif Hidyatullah Jakarta, juga Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan

Universitas Indonesia yang telah menyediakan fsilitas yang memadai untuk

mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

6. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jkarta

khususnya dosen Program Studi Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dengantulus dan ikhlas, semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa-

jasa beliau serta menjadikan semua kebaikan ini sebagai amal jariyah untuk beliau

semua.

7. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Bagus Lukito, S. Ag., dan Ibu Sulistiyani, yang

selalu tulus memberikan semangat, doa serta dorongan moriil mulai dari pendidikan

di taman kanak-kanak, sekolah dasar sampai Perguruan Tinggi sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini hingga selesai. Juga kedua adikku tersayang,

Angger Sulthan Hakim dan Adeeva Na’il Bayanaka yang memberikan peneliti

hiburan dalam mengerjakan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat peneliti di kampus, Primadona, Delila Sandriva, Fina Rozana, dan

Siti Nurhadiyanti. Terima kasih atas segala dorongan, semanagat, waktu, keringat,

kebersamaan, dan rasa kekeluargaan, yang penulis dapatkan dari awal kuliah hingga

penulis dapat meneyelesaikan skripsi ini. Thanks a lot my Prims!.

9. Thank You! Ihsan Harivy Addas.

10. Keluarga besar Ilmu Hukum angkatan 2013, khususnya Ilmu Hukum B UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Member Kosan Nenek (Badriatul Munawaroh, Qibti Aliyah,

Widia Ekadara, dan Aulia Adilla, juga teman magang peneliti selama di KPPU,

Hamalatul Qur'ani), teman-teman Business Law Community (BLC) UIN Jakarta,

teman-teman Kamar Wina Strings Chamber, dan teman-teman Kuliah Kerja Nyata

Page 9: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

viii

(KKN) AKSI 2016, terima kasih atas dukungan kalian semua peneliti bisa

menyelesaikan skripsi ini.

11. Juga seluruh pihak yang telah membantu dalam penyususnan skripsi ini yang tidak

bisa saya sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi peneliti

dan umumnya bagi pembaca. Sekian terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 25 September 2017

Bela Awaliyah Agustina

Page 10: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................................................................i

LEMBAR PENGESAHA PENGUJI.........................................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN........................................................................................iv

ABSTRAK....................................................................................................................v

KATA PENGANTAR.................................................................................................vi

DAFTAR ISI...............................................................................................................ix

DAFTAR TABEL.......................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah.......................................7

C. Tujuan Penelitian...........................................................................................9

D. Manfaat Penelitian.........................................................................................9

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu...........................................................10

F. Metode Penelitian........................................................................................11

G. Sistematika Penulisan..................................................................................17

BAB II KAJIAN TEORITIS.....................................................................................18

A. Hukum Investasi Asing di Indonesia.........................................................18

1. Pengertian dan Asas Hukum Investasi..................................................18

2. Tujuan dan Manfaat Investasi Asing.....................................................23

3. Daftar Negatif Investasi........................................................................24

4. Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan

Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman

Modal.........................................................................................................28

5. Nasionalisasi dan Divestasi Modal Asing..................................................30

B. Usaha Perikanan Tangkap..............................................................................33

Page 11: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

x

BAB III TINJAUAN UMUM..........................................................................................37

A. Daftar Negatif Investasi di Indonesia..............................................................37

B. Usaha Perikanan Tangkap..............................................................................42

BAB IV ANALISA NEGATIF INVESTASI ASING DI BIDANG USAHA

PERIKANAN TANGKAP INDONESIA........................................................57

A. Kebijakan Negatif Investasi Sebagai Upaya Menjaga Kedaulatan

Bangsa............................................................................................................61

B. Kemanfaatan Kebijakan Investasi (DNI) dan Asas kemandirian

Ekonomi.........................................................................................................70

BAB V PENUTUP............................................................................................................82

A. Kesimpulan....................................................................................................82

B. Saran...............................................................................................................83

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................85

LAMPIRAN.....................................................................................................................93

Page 12: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I : Lampiran Daftar Bidang Usaha yang Diperbolehkan dengan

Persyaratan Bidang Usaha Kelautan dan Perikanan dalam Peraturan

Presiden Nomor 39 Tahun 2012.......................................................... 48

Tabel II : Lampiran Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan

Tertentu Bidang Usaha Kelautan dan Perikanan dalam Peraturan

Presiden Nomor 44 Tahun 2016..........................................................51

Page 13: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I : Peta Wilayah Pegelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.......46

Gambar II : Yuridiksi maritim negara pantai berdasarkan UNCLOS....................54

Page 14: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era keterbukaan saat ini, tidak bisa dipungkiri dunia usaha tidak bisa

menutup diri dari perkembangan, salah satunya kepada penanaman modal asing

(investasi asing) untuk menegembangkan usaha yang mana pada kenyataannya,

bahwa penanaman modal asing di Indonesia menjadi sesuatu yang sifatnya tidak

dapat dihindarkan (inivitable), bahkan mempunyai peranan yang sangat penting

dan startegis dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional1. Biasanya,

aktor dalam penanaman modal asing adalah negara maju dan negara berkembang

sebagai negara penerima modal (host country). Alasan negara berkembang selalu

menjadi negara penerima modal biasanya adalah karena pada dasarnya negara

berkembang memiliki potensi ekonomi di negaranya, namun tidak memiliki

kemampuan untuk memanfaatkan potensi yang ada tersebut, atau bisa juga karena

tidak memiliki modal untuk memanfaatkan potensi tersebut menjadi kekuatan

ekonomi riil. Sehingga oleh sebab itu semua, menjadikan negara maju

diperbolehkan untuk menanamkan modalnya di negara berkembang.

Negara-negara di dunia memiliki kebijakannya masing-masing atas

penanaman modal, baik dari dalam negerinya sendiri maupun modal asing di

negaranya, tergantung pada berbagai pertimbangan dan kebutuhan negara tersebut

atas investasi, terutama investasi asing. Indonesia sebagai negara yang kaya akan

sumber daya alamnya, juga memiliki pengaturan dan kebijakan tersendiri atas

investasi dalam negeri, juga asing. Bidang jenis dan jumlah besaran investasi asing

dan dalam negeri yang diperbolehkan diatur sedemikian rupa. Salah satu

pengaturan atau kebijakan mengenai investasi di Indonesia adalah Daftar Negatif

1 David Kairupan, Aspek Penanaman Modal Asing di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2013, Cet.

1), h. 2.

Page 15: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

2

Investasi (DNI). DNI diterbitkan untuk mengatur bidang investasi, besaran, dan

juga persyaratan atas kegiatan investasi di Indonesia.

Sepuluh tahun lalu Jacob Oetama pernah melemparkan gagasan menarik

tentang pentingnya menemukan kembali (reinventing) Indonesia dengan kelautan.

Kata “reinventing” menunjukkan bahwa ada sesuatu yang telah hilang dan harus

ditemukan lagi. Yang hilang adalah kesadaran bahwa bangsa kita adalah bangsa

bahari yang dulu pernah jaya. Karena itu menemukan kembali Indonesia berarti

menemukan kembali identitas kebaharian sebagai idenitas bangsa2. Laut terutama

sekali merupakan jalan raya yang menghubungkan seluruh pelosok dunia.

Dapatlah dimengerti bahwa laut merupakan sarana penting dalam hubungan

politik internasional. Sejarah kaya dengan contoh-contoh kompetisi antara negara-

negara besar untuk menguasai laut, karena barang siapa yang menguasai laut, akan

menguasai lalu lintas laut dan barang siapa menguasai lalu lintas di laut juga akan

menguasai dunia. Di samping mempunyai arti komersial dan strategis, laut juga

merupakan sumber makanan bagi umat manusia karena ikan-ikannya yang kaya

dengan protein. Dari laut setiap tahunnya ditangkap sekitar 65 juta ton berbagai

jenis ikan3.

Indonesia dikenal sebagai negara maritim, dengan laut yang begitu luas,

dengan garis pantai lebih dari 104.000 km dan terdiri dari sekitar 17.504 pulau

yang tersebar di sekitar garis khatulistiwa4, menjadikan Indonesia sebagai negara

yang memiliki potensi sumber daya kelautan yang begitu besar. Potensi laut yang

2 Arif Satria, Politik Kelautan dan Perikanan: Catatan Perjalanan Kebijakan Era SBY hingga

Jokowi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015, Cet. 1), h. 99.

3 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, (Bandung: PT. Alumni, 2011, Cet. 4), h. 306.

4 Pusat Data Statistikk dan Informasi Sekretariat Kementerian Kelautan dan Perikanan, Data Pokok Kelautan dan Perikanan Periode s.d Oktober 2001, (Jakarta: t.p., 2011) h. 4. Lihat juga Muhammad Fadli, “Penerapan Asas Berwawasan Lingkungan pada Penanaman Modal Asing di Bidang Usaha Perikanan Menurut Hukum Positif di Indonesia” (Sumatera Utara: Skripsi Universitas Sumatera Utara , 2017).

Page 16: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

3

sedemikian besar tentu membutuhkan modal yang besar untuk mengelola dan

memanfaatkan potensi-potensi tersebut agar tidak sia-sia. Pemanfaatan dan

pengelolaan tersebut juga sudah selayaknya tidak melupakan kepentingan

nasional, disamping asas-asas pembangunan nasional, seperti keberlanjutan,

kelestarian lingkungan dan kemandirian nasional. Sementara itu, Indonesia

sebagai negara yang masih menyandang status sebagai negara berkembang, sejauh

ini masih membutuhkan dukungan negara lain dalam memanfaatkan potensi

kelautannya. Banyak negara yang menanamkan modalnya di bisnis maritim, salah

satunya bidang usaha perikanan. Dari sektor tersebut, Indonesia mendapatkan

banyak keuntungan, salah satunya pemasukan pajak. Disamping itu juga,

Indonesia mendapatkan kerugian. Salah satu contoh kerugiannya adalah maraknya

illegal, unreported, unregulation fishing (IUUF), akibat dari penyalahgunaan izin

penangkapan ikan dan kegiatan perikanan lainnya yang dilakukan di wilayah laut

Indonesia. Banyak ikan dan sumber daya laut lainnya di curi dan dibawa ke negara

lain dengan cara transhipment di tengah laut untuk mengelabuhi pengawasan,

banyak terjadi penyelundupan narkotika bahkan satwa yang dilindungi dari dan ke

luar negeri dan Indonesia, dan penyelewengan lainnya dengan kedok kapal-kapal

pengangkut tersebut telah memiliki izin yang sah padahal terkadang izin atas

kapal-kapal asing tersebut palsu atau juga diduplikasi.

Terhitung sejak Tanggal 18 Mei 2016, sub bidang usaha Perikanan tangkap

masuk ke dalam Daftar Negatif Investasi dan menjadikannya tertutup 100% untuk

penanaman modal asing. Yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres)

Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang

Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Jadi para

penanam modal asing (perusahaan PMA) hanya boleh menanamkan modalnya

terbatas untuk pengelolaan kelautan dan perikanan—pengelolaan yang

diperbolehkan misalnya cold storage dan pabrik pengolahan ikan—, sedang untuk

bidang penangkapan ikan hanya boleh dimasuki oleh pemodal dalam negeri. Hal

ini dilakukan untuk menjaga sumber daya laut indonesia di masa depan guna

Page 17: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

4

kepentingan nasional. Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pujiastuti,

bahwa hampir dua dekade Penanaman Modal Asing (PMA) dalam bidang

perikanan tangkap diperbolehkan dengan investasi 100% (tanpa penyetoran dalam

negeri).

Sebelumnya Kementerian Kelautan dan Perikanan mengeluarkan izin tangkap

untuk kurang lebih 1.300 kapal dari Tiongkok, Thailand, Thaiwan, Jepang dan

negara lain. Kapal-kapal tersebut ada yang masuk PMA murni karena boleh 100%

asing, ada Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan ada Join Venture5.

Sebelum diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016, berdasarkan

Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang

Penanaman Modal, usaha penangkapan ikan diperbolehkan bagi asing dengan izin

khusus.

Adanya kelonggaran investasi yang sebelumnya ada, berpotensi untuk

dilakukannya illegal fishing di laut Indonesia. Dari apa yang terjadi di lapangan,

sekitar 1.300 izin kapal penangkap ikan diduplikasi, yang menyebabkan banyak

sekali, bahkan lebih dari total izin yang dikeluarkan untuk menangkap ikan yaitu

kapal ikan dari berbagai negara—yang bahkan tidak memiliki ijin sama sekali

untuk melakukan penangkapan ikan di laut Indonesia—berani menagkap ikan di

laut Indonesia secara bebas begitu saja. Hal ini menjadikan wilayah laut indonesia

menjadi wilayah/zona bebas bagi mereka yang bermaksud mengambil kekayaan

laut indonesia, khususnya kekayaan ikan. Hal lain yang patut dipandang penting

adalah, dengan maraknya kapal-kapal asing yang lalu-lalang di laut Indonesia,

membuka kesempatan bagi para oknum untuk melakukan illegal fishing

menyelundupkan narkoba, imigran illegal, bahkan satwa langka yang dilindungi,

dan lain sebagainya dari dan ke wilayah Indonesia yang tentunya berpotensi

5http://lautindo.com/susi-perikanan-tangkap-hanya-untuk-nelayan-indonesia-silahkan-

asing-masuk-budi-daya/ diakses pada Tanggal 7 Juni 2017.

Page 18: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

5

mengancam kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang padahal jika

dimanfaatkan dengan sangat baik keuntungan bisnis yang didapatkan dari potensi

kelautan Indonesia sangat besar dan dapat memakmurkan rakyat Indonesia.

Diterbitkannya negatif investasi usaha perikanan tangkap bagi asing adalah

salah satu hal yang menjadi dasar, selain daripada perlindungan aset bangsa untuk

kepentingan nasional, pembangunan atas asas kemandirian ekonomi bangsa

(mencegah ketergantungan ekonomi terhadap asing), menjaga keberlanjutan demi

kepentingan bangsa, kepentingan atas kedaulatan negara, dan hal lainnya.

Namun, beberapa pihak mengkritik kebijakan ini. Ditutupnya keran investasi

asing di bidang usaha perikanan tangkap tersebut, banyak menuai pertentangan.

Dari mulai pelaku usaha perikanan tangkap, juga yang lainnya. Salah satunya

adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan. Beliau

berpendapat bahwa keran investasi asing bisa saja dibuka, misalnya di wilayah laut

Natuna. Alasannya adalah karena potensi ikan di Natuna sangat melimpah, dan

tidak salah jika Indonesia dan pihak asing bisa secara bersama-sama

memanfaatkannya. Kritik ini kemudian mendapat kritik balik dari Menteri

Kelautan dan perikanan, Susi Pujiastuti. Menteri Susi bersikukuh tidak akan

membiarkan kebijakan ini diubah, mengingat kepentingan bangsa yang sangat

besar di dalamnya.

Sudah seharusnya kekayaan alam yang dimiliki oleh sebuah negara dikuasai

secara penuh, atau paling tidak secara mayoritas dikuasai oleh warga negara itu

sendiri. Bahkan jika perlu, dibuat adanya penghalang bagi asing untuk masuk ke

sektor tertentu dalam suatu negara untuk menunjukkan kedaulatan, kemandirian,

dan eksistensi dari negara itu sendiri agar tidak bergantung dan hanya dijadikan

pasar oleh negara lain atau asing. Negara dalam hal pemanfaatan atas kekayaan

sumber daya alamnya harus tetap mengupayakan dan memastikan agar sektor-

sektor hajat hidup orang banyak tetap dikuasai negara, sebagaimana yang

diamanahkan dalam konstitusi Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945), mengingat dewasa ini

Page 19: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

6

dapat dikatakan bahwa ikan mulai menjadi hal penting untuk memenuhi kebutuhan

pangan bangsa Indonesia, baik pemenuhan lewat penangkapan di laut maupun

lewat pembudidayaan ikan. Status negara kepulauan yang di sandang Indonesia,

yang oleh PBB disebut sebagai Archipelagic State, tentuntya sudah dapat

menggambarkan bagaimana kekuatan laut indonesia. Pulau-pulau yang dipisahkan

oleh lautan, membuat kehidupan masyarakat Indonesia sangat dekat dengan laut—

khususnya daerah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Terdapat lima sektor (tulang punggung) pembangunan ekonomi yang

dikedepankan dalam Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla, yaitu

sektor pertanian, perikanan dan kelautan, energi, industri, dan pariwisata. Tujuan

dari pembangunan ekonomi ini adalah untuk menjadikan bangsa Indonesia

menjadi bangsa yang mandiri, yang tidak bergantung pada negeri lain, terutama

untuk kebutuhan-kebutuhan pokok. Khususnya pada sektor perikanan dan

kelautan, diharapan dengan luas perairan yang dimiliki, Indonesia menjadi salah

satu produsen ikan terbesar di ASEAN.

Salah satu sasaran dari empat Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) 2015-2019 dengan mengedepankan peran ekonomi kelautan

dan sinergitas pembangunan kelautan nasional adalah termanfaatkannya sumber

daya kelautan untuk pembangunan ekonomi dan kesejahteraan nelayan dan

masyarakat pesisir, yang mana salah satu dari enam tolak ukur tercapainya

kesuksesan pembangunan Indonesia yang merupakan negara maritim sebagai

pelaksanaan dari sasaran RPJMN tersebut adalah Meningkatnya keberlanjutan

usaha perikanan tangkap dan budidaya6.

Dengan masuknya Usaha Perikanan Tangkap ke dalam Daftar Negatif

Investasi sebagaimana yang disebutkan dalam Peraturan Presiden Nomor 44

6 http://setkab.go.id/potensi-besar-perikanan-tangkap-indonesia/, diakses pada Tanggal 4

Maret 2016. David Setia Maradong, “Analis Perekonomian pada Asisten Deputi Bidang Kelautan dan Perikanan”, Sekretariat Kabinet, Deputi Bidang Kemaritiman.

Page 20: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

7

Tahun 2016, asing 100% dilarang menginvestasikan dana/modalnya di bidang

Usaha Penangkapan Ikan Indonesia. Namun, apakah kebijakan ini sudah tepat

mengingat modal adalah penopang berjalannya usaha perikanan tangkap, salah

satunya adalah modal asing.

Berkaitan dengan latar belakang yang telah dipaparkan peneliti, maka peneliti

bermaksud melakukan penelitian terhadap dampak dan kesiapan, maupun solusi

bagi Indonesia terkait masuknya Perikanan Tangkap Indonesia ke dalam Daftar

Negatif Investasi (DNI), dengan judul penelitian “Tinjauan Negatif Investasi

Usaha Perikanan Tangkap Indonesia berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 44

Tahun 2016 Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang

Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Penanaman Modal Asing adalah salah satu cara (usaha) pendanaan di

dalam negeri, dalam hal ini adalah Indonesia, disamping dari pajak sebagai

pemasukan nasional. Terdapat badan usaha juga perusahaan, baik swasta

maupun perusahaan nasional yang permodaannya dibantu atau ditopang dari

investasi asing. Penutupan 100% keran investasi asing di bidang usaha

perikanan tangkap oleh pemerintah, tentunya menjadi sebuah momentum untuk

menjadikan dan melatih Indonesia negara yang mandiri secara ekonomi di salah

satu sektor vital kemaritiman, yakni perikanan tangkap. Namun, patut

dipertanyakan dan dipertimbangkan mengenai kesiapan Indonesia dibidang

usaha perikanan tangkap, baik dari faktor ekternal maupun faktor internal.

Terdapat beberapa unsur masalah yang dapat diidentifikasi dari pemaparan latar

belakang masalah sebelumnya, yaitu:

a. Dalam segi hukum, resistensi instrumen hukum yang ada dapat

dipertanyakan kapasitasnya. Asumsi mengenai kesiapan dan kekuatan

Page 21: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

8

hukum semakin melebar dan bias, sebab belum ada instrumen hukum yang

memadai untuk dapat mengakomodir sektor perikanan tangkap dan

investasi di segment ini.

b. Dengan ditutupnya keran investasi asing secara total di bidang usaha

perikanan tangkap, memerlukan kesiapan dalam menunjang usaha perikanan

tangkap Indonesia yang mandiri, salah satunya kesiapan infrastuktur.

Namun, kesiapan dalam menghadapi kemandirian ini bisa saja belum

dipersiapkan secara matang, mengingat sebelumnya usaha perikanan

tangkap dapat dimodali oleh asing, dan biaya untuk mempersiapkan

infrastuktur yang memadai tidak murah.

c. Diperlukan media transisi untuk mengakomodir proses penyesuaian dalam

pemberlakuan negative list usaha perikanan tangkap, mengingat investasi

asing merupakan bagian penting dalam menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional. Media ini dapat diimplementasikan dalam bentuk

kegiatan usaha, misalnya joint venture atau bentuk usaha pengakomodir

lainnya yang dirasa mampu untuk menyesuaikan keadaan (iklim

permodalan/investasi) yang baru.

d. Sesuai Undang-Undang Penanaman Modal, bahwa saham-saham asing yang

sebelumnya tertanam di usaha perikanan tangkap nasional harus

dialihkan/dinasionalisasi menjadi modal nasional yang harus dimiliki oleh

pihak pemerintah maupun swasta nasional.

2. Pembatasan Masalah

Pembatasan dalam penelitian ini adalah meneliti apakah Peraturan Presiden

Nomor 44 Tahun 2016 ini bertentangan dengan Peraturan Perundang-

undangan yang lain, dan juga manfaat, kesiapan, dan kemampuan Indonesia

dalam melakukan usaha perikanan tangkap pasca ditutupnya keran investasi

asing dibidang usaha perikanan tangkap Indonesia.

Page 22: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

9

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang

telah dipaparkan di atas, maka rumusan permasalahan yang ada dalam

penelitian ini adalah:

a. Apakah Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 bertentangan dengan

ketentuan di bidang investasi dan aturan lainnya yang terkait, dan bagaimna

keterkaitannya dengan kedaulatan dan kemandirian ekonomi bangsa?

b. Bagaimana dampak positif dan negatif dalam permberlakuan negatif

investasi asing di bidang usaha perikanan tangkap Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin peneliti capai adalah:

a. Untuk mengetahui Perpres Nomor 44 Tahun 2016 bertentangan dengan

peraturan Perundang-undangan lainnya dan keterkaitannya dengan

kedaulatan dan kemandirian ekonomi bangsa.

b. Untuk mengetahui manfaat pengaturan negatif investasi asing usaha

perikanan tangkap di Indonesia

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Hasil dari penelitian ini akan memberikan manfaat akademis berupa

pengetahuan juga wawasan seputar hukum dan manfaat negativ investasi asing

yang terkait dengan aspek kelautan terutama bidang perikanan kepada

Mahasiswa/i Syariah dan Hukum pada khususnya dan kepada instansi terkait

atau masyarakat luas pada umumnya.

Page 23: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

10

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis yang

sebesar-besarnya, yakni dapat menjadi solusi, sumbangsih atau menjadi

masukan bagi ilmu pengetahuan kemaritiman dan/atau sektor regulasi ekonomi

kelautan Indonesia pada umumnya, serta sektor regulasi usaha perikanan

tangkap dan investasi pada khususnya. Sektor regulasi ekonomi kelautan usaha

perikanan tangkap di sini maksudnya adalah aturan yang kemudian menjadi

solusi yang memang tepat berdasarkan hasil penelitian untuk diterapkan di

Indonesia, serta menganalisis regulasi yang sudah ada sebelumnya dan yang

terkait, sudah tepat ataukah belum. Juga untuk mengetahui seberapa pentingnya

investasi asing pada Usaha Perikanan Tangkap.

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian di bidang investasi dan usaha

perikanan, atau hukum maritim yang berkaitan dengan judul penelitian ini adalah:

1. “Analisis Yuridis Kewajiban Alih Teknologi dalam Investasi Asing di

Indonesia” oleh Endah Sulastri, Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014. Merupakan

Skripsi yang mengkaji tentang kewajiban alih teknologi pada sektor Investasi

Asing yang ditinjau juga dengan aspek Hak Kekaaan Intelektual (HKI).

2. “Asas Kemandirian dan Kemanfaatan Tindakan Nasionalisasi Modal Asing

(Pasal 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007)” oleh Azhar Nur Fajar Alam,

Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidaytullah Jakarta, tahun 2015. Merupakan Skripsi yang mengkaji tentang

keterkaitan pemahaman antara prespektif hukum Indonesia dan prespektif

hukum internasional dalam pengertian nasionalisasi modal asing, juga untuk

mengetahui konsep pemahaman nasionalisasi modal asing terkait asas

kemandirian dari sudut hukum ekonomi pembangunan.

Page 24: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

11

3. “Penerapan Asas Berwawasan Lingkungan pada Penanaman Modal Asing di

Bidang Usaha Perikanan Menurut Hukum Positif di Indonesia” oleh

Muhammad Fadli, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

Tahun 2017. Merupakan Skripsi yang mengkaji tentang kajian asas wawasan

lingkungan terhadap pemanfaatan sumber daya perikanan oleh penanam modal

asing di Indonesia. Skripsi ini masih menggunakan peraturan DNI yang lama

(Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014) sedangkan pada tahun disahkannya

skripsi tersebut, peraturan mengenai DNI yang baru (Peraturan Presiden Nomor

44 Tahun 2016) sudah diterbitkan.

4. “Tinjauan Yuridis Mengenai Kebijakan Daftar Negatif Investasi Dalam

Kegiatan Penanaman Modal Di Indonesia”. Oleh Trisanto Bonifasto

Simanjuntak, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Tahun

2011. Skripsi ini membahas mengenai kebijakan investasi dengan kaitannya

pananaman modal di Indonesia secara umum.

5. "Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment)" Buku

karangan Prof. Dr. Rahmi Jened, S.H., M.H. Tahun 2016. Buku ini membahas

tentang aktivitas investasi langsung di Indonesia, berikut kebijakan-kebijakan

serta hal-hal yang berkaitan dengan investasi langsung di Indonesia.

Penelitian yang telah ada sebelumnya bebeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti dalam skripsi ini. Peneliti bermaksud meneliti mengenai pengaturan

investasi di sektor usaha periknan tangkap Indonesia dan manfaat pengaturan

mengenai usaha perikanan tangkap di Indonesia.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah jenis

penelitian yang bersifat deskriptif eksploratif. Jenis penelitian deskriptif adalah

penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu

Page 25: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

12

individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan

penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan

antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Sedangkan jenis

penelitian eksploratif adalah penelitian yang bertujuan untuk memperdalam

pengetahuan mengenai suatu gejala tertentu, atau untuk mendapatkan ide-ide

baru mengenai suatu gejala itu.7

Pendekatan deskriptif eksploratif ini dilakukan dengan kualitatif yang

digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian. Pendekatan kualitatif

sebagai pendekatan penunjang merupakan penelitian tentang riset yang sifatnya

deskriptif dan juga menggunakan analisis dalam pengerjaannya. Landasan teori

digunakan sebagai arah agar penelitian dapat terfokus berdasarkan fakta

dilapangan dan juga landasan teori ini memberikan gambaran umum mengenai

dasar penelitian sebagai pembahasan hasil penelitian.

2. Pendekatan Penelitian

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis yuridis

normatif/empiris. Yuridis empiris dapat dikatakan juga pendekatan non

doktrinal. Kajian yuridis normatif/empiris ini dilakukan dengan menganalisa

teori hukum dengan peraturan peraturan perundang-undangan dengan disertai

kajian empiris sebagai pendukung dan penguat penelitian.

Metode penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah

untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi

normatifnya. Logika keilmuan yang ajeg dalam penelitian hukum normatif

dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu hukum normatif,

yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri8. Kajian empiris sendiri

7 Nomensen Sinamo, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Bumi Intitama Sejahtera, 2009),

h. 34.

8 Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia Publishing, Cet. 3), h. 57.

Page 26: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

13

adalah kajian yang memandang hukum sebagai kenyataan, sosial, kenyataan

kultur, dan lain-lain. Dengan perkataan lain, kajian empiris mengkaji law in

action. Dengan demikian, kajian empiris dunianya adalah das sein (apa

kenyataannya)9.

Sedangkan kajian yuridis empiris adalah suatu pendekatan yang dilakukan

untuk menganalisa tentang sejauh manakah suatu peraturan atau Perundang-

undangan atau hukum yang sedang berlaku secara efektif, dalam hal ini

pendekatan tersebut dapat digunakan untuk menganalisis secara kualitatif10.

Penelitian yuridis empiris dilakukan untuk menganalisa apakah adanya suatu

peraturan atau hukum tepat diterapkan pada suatu masyarakat atau tidak.

Kaitannya dengan judul penelitian ini adalah apakah masuknya usaha perikanan

tangkap kedalam daftar negatif investasi secara total (100% non asing) sudah

tepat diterapkan atau belum dilihat dari segi kesiapan Indonesia, yang dikaji

lewat peraturan Perundang-undangan yang ada dengan aspek kenyataan yang

ada dan dikomparasikan dengan metode penelitian kontemporer. Yang dalam

pengetiannya sendiri metode penelitian kontemporer meniscayakan kehandalan

dan ketajaman gagasan peneliti dalam mengangkat hal-hal yang mendesak

dipecahkan saat ini. Metode penelitian kontemporer seyogianya mampu

memberikan alternatif bagi solusi persoalan bangsa saat ini dan

mengkobinasikannya dengan pendekatan-pendekatan yang aktual berbasis

hukum dan keadilan11.

9 Achmad Ali dan Wiwie Heryani, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, (Jakarta:

Kencana Prenadmedia Group, 2012), h. 2.

10 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta, Universitas Indonesia, 2010, Cet. 3), h. 52.

11 Nomensen Sinamo, Metode Penelitian Hukum, h. 81.

Page 27: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

14

3. Sumber Data

Dalam menunjang penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa sumber data,

yaitu:

a. Sumber Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mencakup ketentuan-

ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat12. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan sumber hukum utama Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun

2016 Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang

Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal sebagai sumber

data primer.

b. Sumber Hukum Sekunder

Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan sumber data sekunder.

Bahan hukum sekunder adalah yang memberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer, seperti misalnya hasil penelitian, buku-buku hukum, skripsi,

tesis, disertasi hukum, jurnal, dan lain-lain.13 Seperti buku-buku Tentang

Hukum Laut, Penanaman Modal Asing, dan karya tulis yang berkaitan

dengan judul penelitian ini.

Dalam literatur lain disebutkan bahwa, bahan hukum sekunder adalah

bahan hukum yag terdiri atas buku-buku teks (textbooks) yang ditulis para

ahli hukum yang berpengaruh (de herseende leer), jurnal-jurnal hukum,

pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi, dan hasil-hasil

simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian14.

12 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, h. 52.

13 Soerjno Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, h. 52.

14 Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, h. 296.

Page 28: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

15

c. Bahan Hukum Tertier

Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, contohnya adalah

kamus, wawancara, dan lain-lain15. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan wawancara sebagai penunjang kepada pihak yang terkait

dengan judul penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Sehubungan dengan pendekatan deskriptif yang akan digunakan dalam

penelitian ini, maka pengumpulan data untuk menunjang penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Penelitian Kepustakaan (Liblary Reseach)

Kerja mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tidak dapat

dihindarkan oleh seorang peneliti16. Tujuan dan kegunaan studi kepustakaan

pada dasarnya adalah menunjukkan jalan pemecahan permasalahan

penelitian17. Teknik ini dilakukan dengan cara mempelajari buku atau bahan

bacaan lainnya yang berhubungan atau terkait dengan judul penelitian ini guna

mendapatkan petunjuk untuk mendukung penelitian ini.

b. Penelitian Lapangan (Field Reseach)

Penelitian ini dilakukan dengan cara menemui pihak atau melihat

langsung objek yang terkait dengan penelitian ini. Teknik yang dilakukan

dalam penelitian lapangan ini adalah:

1. Wawancara, yakni dengan cara menemui langsung pihak terkait yang

menjadi subjek dalam penelitian ini. Teknik ini dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berakar dari rumusan masalah

15 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, h. 53.

16 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, Cet. 6), h. 52.

17 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, h. 112.

Page 29: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

16

dalam penelitian ini yang diajukan secara tersusun dan sudah diencanakan

(atau bisa saja pertanyaan yang muncul secara spontan), juga di dalamnya

terdapat opini dan pendapat dari subjek penelitian.

2. Observasi, yakni teknik yang dilakukan dengan ara mendatangi langsung

lokasi atau tempat yang terkait dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini

adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan.

5. Subjek Penelitian

Dengan dirumuskannya judul penelitian, secara implisit maupun eksplisit

pihak yang menjadi subjek terkait dengan penelitian ini antara lain: Pihak

Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.

6. Teknik Pengolahan Data dan Metode Analisis Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

studi dokumen berupa peraturan-peraturan terkait, buku atau literatur hukum

maupun lainnya yang terkait dengan penelitian ini, dan hasil wawancara subjek

yang menjadi pihak terkait dalam penelitan ini. Kemudian data yang didapatkan

dikumpulkan dan diolah dan dianalisis.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yakni

dengan menyeleksi data yang sudah diperoleh dari studi kepustakaan dan

ditunjang dengan fakta empiris yang ditemukan, kemudian dianalisa sehingga

menghasilkan jawaban dari permasalahan yang diangkat dalam judul penelitian

ini.

7. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam pembuatan penulisan skripsi ini adalah

menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2017”18.

18 Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman

Penulisan Skripsi, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017).

Page 30: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

17

G. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui sistematika penulisan skripsi ini, maka laporan

penelitian ini akan disajikan ke dalam beberapa bab, yaitu:

Bab Pertama, merupakan bagian pendahuluan dalam penelitian yang memuat

latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, hingga bagian

sistematika penulisan. Bab ini memaparkan apa yang menjadi alasan peneliti

mengangkat tema dalam skripsi ini, rincian masalah yang akan diangkat, batasan

masalah, hingga sistematika penulisannya.

Bab Kedua, merupakan bagian yang menyajikan kajian kepustakaan, yang

berisikan teori, pengertian-pengertian, asas-asas, tujuan dan manfaat, termasuk

definisi yang terkait dengan skripsi ini

Bab Ketiga, merupakan bagian tinjauan umum berupa deskripsi data yang

menggambarkan objek yang terkait dengan penelitian, diantaranya tentang

negative list usaha perikanan tangkap di Indonesia.

Bab Keempat, merupakan bagian pembahasan dan analisis dari penelitian yang

dilakukan. Yakni mengenai dampak (sebab-akibat) dari diberlakukannya negative

list pada usaha perikanan tangkap.

Bab Kelima, merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari

hasil penelitian.

Page 31: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

18

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. HUKUM INVESTASI ASING DI INDONESIA

1. Pengertian dan Asas Hukum Investasi

Dalam berbagai kepustakaan hukum ekonomi atau hukum bisnis,

terminologi penanaman modal dapat berarti penanaman modal yang dilakukan

secara langsung oleh investor lokal (domestic investor), investor asing (Foreign

Direct Investment, FDI) dan penanaman modal yang dilakukan secara tidak

langsung oleh pihak asing (Foreign Indirect Investment, FII). Untuk yang

terakhir ini dikenal dengan istilah penanaman modal dalam bentuk portofolio,

yakni pembelian efek lewat Lembaga Pasar Modal (Capital Market). Dalam

kamus istilah Keuangan dan Investasi digunakan istilah invstment (investasi)

yang mempunyai arti:”Penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui

sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih

berorientasi ke resiko yang dirancang untuk mendapatkan modal". Dalam kamus

Hukum Ekonomi digunakan terminologi investment, penanaman modal,

investasi yang berarti penanaman modal yang biasanya dilakukan untuk jangka

panjang misalnya berupa pengadaan aktiva tetap perusahaan atau membeli

sekuritas dengan maksud untuk memperoleh keuntungan1.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), investasi berarti,

“penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan

memperoleh keuntungan”2.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

(selanjutnya disebut UUPM) memberikan definisi penanaman modal

sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 butir 1, yaitu “Penanaman modal adalah

1Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010, Cet. 1), h. 1-2.

2 Kbbi.web.id/investasi, diakses pada 31 Agustus 2017, pukul 04.13.

Page 32: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

19

segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri

maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara

Republik Indonesia.”

Kemudian pengertian investasi asing dalam Undang-undang tersebut

sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 butir 3 adalah “Penanaman modal asing

adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara

Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang

menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan

penanam modal dalam negeri.”

Selanjutya pengertian penanam modal asing tercantum dalam Pasal 1 butir 6

UUPM adalah “Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing,

badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal

di wilayah negara Republik Indonesia.”

Dan pengertian modal asing sebagaimana tercantum pula dalam tercantum

dalam Pasal 1 butir 8 UUPM adalah “Modal asing adalah modal yang dimiliki

oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan

hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh

modalnya dimiliki oleh pihak asing.”

Istilah teori investasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu investment theory.3

Pada dasarnya, negara-negara yang sedang berkembang sangat membutuhkan

investasi, khususnya investasi asing. Tujuan investasi ini adalah mempercepat

laju pembangunan di negara tersebut. Pada umumnya, yang memiliki modal atau

investasi adalah negara-negara yang sudah maju.

Istilah hukum investasi (juga) berasal dari terjemahan bahasa Inggris,

yaitu investment of law. Dalam peraturan Perundang-undangan tidak ditemukan

pengertian hukum investasi. Untuk mengetahui pengertian hukum investasi, kita

harus mencari dari berbagai pandangan para ahli dan kamus hukum. Ida Bagus

3 H. Salim, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, h. 107-114.

Page 33: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

20

Wyasa Putra, dkk., mengemukakan pengertian hukum investasi. Hukum

investasi adalah “norma-norma hukum mengenai kemungkinan-kemungkinan

dapat dilakukannya investasi, syarat-syarat investasi, perlindungan dan yang

terpenting mengarahkan agar investasi dapat mewujudkan kesejahteraan bagi

rakyat”4.

Dalam definisi ini, hukum investasi dikonstruksikan sebagai norma hukum.

Norma hukum ini mengkaji tentang kemungkinan dilakukannya:5

1. Penanaman investasi;

2. Syarat-syarat investasi;

3. Perlindungan; dan

4. Kesejahteraan bagi masyarakat.

Kaitannya dengan penanaman modal asing adalah, modal asing sering

dikatakan atau dibahasakan menjadi investasi, pun demikian modal dalam

keseharian sering dibahasakan dengan kata investasi.

Dengan memahami definisi dari Penanaman Modal Asing, dapat

disimpulkan bahwa Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanamkan/

menginvestasikan modal (dana) dari luar Negara Indonesia (asing) kepada suatu

usaha tertentu milik bangsa Indonesia untuk mendapatkan keuntungan.

Hal yang diatur dalam hukum investasi adalah hubungan antara investor

dengan penerima modal. Status investor dapat digolongkan menjadi dua macam,

yaitu investor asing dan investor domestik. Investor asing merupkan penanam

modal yang berasal dari luar negeri, sedangkan investor domestik merupakan

penanam modal yang berasal dari dalam negeri. Bidang usaha merupakan bidang

usaha yang diperkenankan atau dibolehkan untuk berinvestasi. Prosedur dan

4 Ida Bagus Wyasa Putra., dkk, seperti dikutip Salim H. S., dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi

di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 9.

5 Salim H. S dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2008), h. 9.

Page 34: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

21

syarat-syarat merupakan tata cara yang harus dipenuhi oleh investor untuk

menanamkan investasinya. Negara merupakan negara yang menjadi tempat

investasi itu ditanamkan. Biasanya negara yang menerima investasi merupakan

negara-negara yang sedang berkembang6.

Terdapat beberapa teori yang mempengaruhi investasi langsung, jika dilihat

keterkaitannya dengan peran negara dalam kegiatan investasi langsung:

1. Teori Neo Classical Economic

Teori ini menyatakan bahwa investasi langsung memiliki kontribusi,

khususnya di negara berkembang. Investasi dari negara maju dengan fungsi

produksinya yang superior sebagai "tutor" bagi negara berkembang dengan

fungsi produksinya yang masih inferior melalui transfer teknologi (transfer of

technology), keahlian managemen dan pemasaran (managerial and marketing

skill), informasi pasar (market information), pengalaman organisasi

(arganizational experience), inovasi dalam teknik proses produksi dan

produknya (inovation in product and production techniques), dan pelatihan

pekerja (training of workers). Dapat dikataknan PMA secara ksekuruhan

bermanfaat atau menguntungkan bagi host country, sehingga mampu

mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional7.

2. Teori Dependency

Merupakan konvergensi dari dua kecenderungan intelektual utama, yakni

tradisi Marxist (marxism tradition) dan strukturalis Amerika Latin (Latin

American structuralist) adalm diskursus dalam masalah pembangunan,

walaupun ada yang berpendapat bahwa gagasan dependency hanya memiliki

satu keaslian, yaitu Marxisme. Pada dasarnya, dependency theory berkaitan

dengan masalah development and under-development. Teori dependency ini

6 Salim H. S., dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, h. 11.

7 Rahmi Janed, Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment), (Jakarta: Kencana, 2016, Cet. 1), h. 103-105.

Page 35: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

22

secara diametral berlawanan dengan teoi neo-classical economy dan

berpendapat bahwa investasi asing (foreign investment) tidak menimbulkan

makna apapun bagi pembangunan ekonomi di negara tuan rumah (host

country), bahkan menindas pertumbuhan ekonomi dan menimbulkan

pertambahan ketidakseimbangan pendapatan di host country8.

3. Teori Midle Path (Teori Jalan Tengah)

Bahwa PMA melaui Multinational Corporations (MNCs), pasti dapat

menimbulkan keadaan yang membahayakan. Namun ternayata studi ini juga

menunjukkan bahwa jika secara tepat dihunakan, MNCs dapat menjadi

mesindan menghidupkan ertumbuhan dalam pembangunan dunia. Jadi dapat

dikatakan bahwa menurut teori Midle Path, PMA memilik aspek positif dan

juga aspek negatif terhadap host country9.

Di dalam Pasal 3 ayat (1) UUPM telah ditentukan 10 asas dalam penanaman

modal atau investasi. Kesepuluh asas itu, disajikan berikut ini.10

1. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakan

hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam

setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.

2. Asas keterbukaan, yaitu asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang

kegiatan penanaman modal.

3. Asas akuntabilitas, asas yang menetukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir

dari penyelenggaraan penanaman modal dipertanggungjawabkan kepada

8 Rahmi Janed, Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment), (Jakarta:

Kencana, 2016, Cet. 1), h. 106.

9 M. Sonarayah, The International Law an Foreign Investment, (UK: Cambridge Press, 2011), 3rd Ed, h. 48-52. Lihat juga Rahmi Janed, Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment), h. 107.

10 Salim H. S., dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, h. 14-15.

Page 36: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

23

masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara adalah

perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam

modal dari negara asing dan penanam modal dari negara asing lainnya.

5. Asas kebersamaan adalah asas yang mendorong peran seluruh penanam modal

secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan

kesejahteraan rakyat.

6. Asas efisiensi berkeadilan adalah asas yang mendasari perlakuan penanaman

modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha

mewejudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.

7. Asas keberlanjutan adalah asas yang scara terencana mengupayakan

berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin

kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa

kini maupun yang akan datang.

8. Asas berwawasan lingkungan adalah asas penanamn modal yang dilakukan

dengan tetap memerhatikan dan mengutamakan perlindungan dan

pemeliharaan lingkungan hidup.

9. Asas kemandirian adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap

mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada

masuknya modal asing asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

10. Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional adalah asas

yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam

kesatuan ekonomi nasional.

2. Tujuan dan Manfaat Investasi Asing

Sebagaimana tercantum dalam UUPM Pasal 3 ayat (2), bahwa tujuan

penanaman modal yaitu:

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal, anatara lain untuk:

Page 37: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

24

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;

b. Menciptakan lapangan kerja;

c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;

d. Meningkakan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;

e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;

f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;

g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi rill dengan

menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam ngeri maupun dari dalam

negeri; dan

h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Manfaat dari kehadiran Investor asing yakni dapat menyerap tenaga kerja di

negara penerima modal, dapat menciptakan demand bagi produk dalam negeri

sebagai bahan baku, menambah devisa apalagi investor asing yang beroientasi

ekspor, dapat menambah penghasilan negara dari sektor pajak, adanya alih

teknologi (transfer of technology) maupun alih pengetahuan (transfer of know

how)11.

3. Daftar Negatif Investasi

Semula Daftar Negatif Investasi diberi nomenklatur Daftar Skala Prioritas

(DSP), namun mengingat semakin banyaknya proyek yang diprioritaskan oleh

pemerintah sehingga sejak tahun 1979, istilah Dafar Skala Prioritas (DSP) diubah

menjadi Daftar Negatif Investasi (DNI). Daftar Negatif Investasi (DNI) adalah

sektor baik yang tertutup secara keseluruhan atau sebagian untuk investor asing

ataupun investor dalam negeri. Namun sejak Pemerintahan Presiden SBY

digunakan nomenklatur Daftar Skala Prioritas (DSP) bersama-sama dengan

DNI12.

Sebelumnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman

Modal Asing menetapkan perincian bidang-bidang usaha yang terbuka bagi

modal asing menurut prioritas, dan menentukan syarat-syarat yang harus

11 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, h. 41.

12 Rahmi Janed, Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment), h. 200.

Page 38: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

25

dipenuhi bagi modal asing menurut prioritas, dan menentukan syarat-syarat yang

harus dipenuhi oleh investasi asing dalam tiap-tiap usaha tersebut. Urutan

prioritas tersebut ditetapkan tiap kali pada waktu pemerintah menyusun rencana-

rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang, dengan

memperhatikan perkembangan ekonomi serta teknologi. Setiap tahun

menetapkan skala prioritas (Daftar Skala Prioritas/ DSP) bidang usaha yang

terbuka bagi modal asing13. Pemerintah telah melakukan perubahan dan

penyederhanaan atas berbagai regulasi dengan mengatur kembali peraturan yang

telah pernah berlaku sebelum diberlakukannya Klasifikasi Baku Lapangan Usaha

Indonesia (KLBI) dan/ atau International Stadar for Industrial Classification

(ISIC), yaitu aturan yang terdapat dalam Daftar Skala Prioritas (DSP), yang

kemudian diubah menjadi Daftar Negatif Investasi (DNI)14.

Daftar Negatif Investasi merupakan bentuk pelaksanaan UUPM, yakni

amanah dari Pasal 12 ayat (4) bahwa “kriteria dan persyaratan bidang usaha yang

tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan serta daftar bidang usaha yang

tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan masing-masing akan diatur dengan

Peraturan Presiden”, dan juga pelaksanaan dari Pasal 13 ayat (1) “Pemerintah

wajib menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha mikro, kecil,

menengah dan koperasi serta bidang usaha yang terbuka untuk usaha besar

dengan syarat harus bekerja sama dengan usaha mikro, kecil, menengah dan

koperasi”. Sedang bidang usaha lain diluar daripada yang ditentukan dan

disyaratkan dalam Daftar Negatif Investasi merupakan bidang usaha yang

terbuka seluas-luasnya, sebagaimana yang ditentukan Pasal 12 ayat (1) UUPM,

bahwa “semua usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal,

13 Suyud Margono, Hukum Investasi Asing Indonesia, (Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri,

2008, Cet. 1), h. 24-25.

14 Hulman Panjaitan dan Abdul Mutalib Mahakam, Komentar dan Pembahasan Pasal Demi Pasal Terhadap UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, (Jakarta: CV. Indihill Co, 2007), h. 51.

Page 39: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

26

kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka

dengan persyaratan”, kemudian ditegaskan kembali dalam Peraturan Presiden

Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang

Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, Pasal 1

butir 2 “bidang usaha yang terbuka adalah bidang usaha yang dilakukan tanpa

persyaratan dalam rangka penanaman modal.”

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 (UUPM) ini mengatur cakupan

semua kegiatan investasi langsung di semua sektor. UUPM menentukan

keterbukaan bagi semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan

penanam modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup

dan terbuka dengan persyaratan. Pemerintah menetapkan bidang usaha yang

terbuka dengan persyaratan berdasarkan kriteria kepentingan nasional, yaitu

perlindungan sumber daya alam, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah

dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas

teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha

yang ditunjuk pemerintah15.

Daftar Negatif Investasi merupakan pedoman bagi pelaksanaan investasi,

baik dalam negeri maupun asing, yang di dalamnya menjabarkan mengenai

bidang-bidang usaha apa saja yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka

dengan persyaratan di bidang penanaman modal. Dalam Peraturan Presiden

Nomor 44 Tahun 2016, dalam Pasal 2 ayat (1) ditentukan Bidang Usaha dalam

kegiatan Penanaman Modal terdiri atas:

a. Bidang Usaha Yang Terbuka;

b. Bidang Usaha Yang Tertutup; dan

c. Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan.

Bagi negara-negara berkembang, untuk bisa mendatangkan investor setidak-

tidaknya dibutuhkan tiga syarat, yaitu pertama, ada economic opportunity

15 Suyud Margono, Hukum Investasi Asing Indonesia, Cet. I, h. 23-24.

Page 40: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

27

(investasi mampu menberi keuntungan secara ekonomis bagi investor); kedua,

political stability (investasi akan sangat dipengaruhi stabilitas politik); ketiga,

legal certainly atau kepastian hukum16. Dapat dikatakan pula bahwa Daftar

Negatif Investasi merupakan bentuk kebijakan penanaman modal yang dibuat

pemerintah guna memberikan kepastian hukum atas penanaman modal.

Kepastian hukum merupakan faktor utama yang menjadi pertimbangan investor

untuk menanamkan modalnya di Indonesia, juga di negara berkembang lainnya.

Di samping itu juga, DNI bisa dikatakan sebuah kebijakan penting yang

dikeluarkan pemerintah untuk memanfaatkan potensi-potensi yang ada di

Indonesia yang belum mampu dimanfaatkan sendiri dengan baik dengan tetap

menjaga kepentingan nasional, karena di dalamnya terdapat persyaratan-

persyaratan bagi penanam modal dalam negeri juga terutama bagi penanam

modal asing yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia dalam sektor-sektor

vital, karena kriterianya ditentukan dalam DNI.

Dengan pentingnya objek penanaman modal dalam suatu bidang usaha, bagi

penanam modal dalam negeri maupun asing, harus memiliki perizinan yang sah

untuk mlakukan kegiatan usahanya. Menurut Pasal 1 angka 5 Peraturan Presiden

Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang

Penanaman Modal, “Perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk

melakukan penanaman modal yang dikeluarkan oleh pemerintah dan pemerintah

daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan”.

Dalam ketentuan bab 3 Pasal 4 diatur Tentang Kebijakan Dasar Penanaman

Modal yang menjadi acuan dan kerangka dalam pengembangan penanaman

modal di Indonesia baik penanaman modal asing, maupun modal dalam negeri.

Secara tegas disebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan dasar

penanaman modal untuk (a) mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang

16 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, Cet. I, h. 48.

Page 41: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

28

kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian

nasional; dan (b) mempercepat peningkatan penanaman modal. Untuk

mempertegas arah kebijakan dasar penanaman modal tersebut, maka pemerintah

akan mewujudkannya dalam suatu bentuk rencana umum penanaman modal17.

4. Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan

Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman

Modal

Kriteria yang digunakan untuk menentukan bidang usaha yang dinyatakan

tertutup dan bidang usaha terbuka dengan persyaratan diatur dalam Pasal 8

sampai dengan Pasal 15 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 76 Tahun

2007 Tentang Kriteria dan Persyaratan Penyususnan Bidang Usaha yang

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang

Penanaman Modal. Yang diartikan dengan kriteria adalah ukuran-ukuran yang

menjadi dasar penilaian atau penetapan terhadap daftar bidang usaha yang

tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan. Prinsip-prinsip yang

digunakan dalam penentuan bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang

terbuka dengan persyaratan adalah:18

1. Penyederhanaan;

2. Kepatuhan terhadap perjanjian atau komitmen internasional;

3. Transparansi;

4. Kepastian hukum; dan

5. Kesatuan wilayah Indonesia sebagai pasar tunggal (Pasal 5 Peraturan

Presiden Nomor 76 Tahun 2007).

17 Aminudin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, h. 62.

18 Salim H. S., dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, h. 42 dan 41.

Page 42: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

29

Kriteria yang digunakan untuk menetukan bidang usaha yang tertutup

untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri adalah didasarkan

pada kriteria:19

1. Kesehatan;

2. Keselamatan;

3. Pertahanan dan keamanan;

4. Kepentingan nasional lainnya (Pasal 12 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007; Pasal 8 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 76

Tahun 2007).

Yang menjadi pertimbanagan dalam penyususnan kriteria bidang usaha

yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah

didasarkan pada:20

1. Mekanisme pasar tidak efektif dalam mencapai tujuan;

2. Kepentingan nasional tidak dapat dilindungi dengan lebih baik melalui

instrumen kebijakan lain;

3. Mekanisme bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan

adalah efektif untuk melindungi kepentingan nasional;

4. Mekanisme bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan

adalah konsisten dengan keperluan untuk meneyelesaikan masalah yang

dihadapi pengusaha nasional dalam kaitan dengan penanam modal asing

dan/atau masalah yang dihadapi pengusaha kecil dalam kaitan dengan

penanaman modal besar secara umum;

5. Manfaat pelaksanaan mekanisme bidang usaha yang tertutup dan terbuka

dengan persyaratan melebihi biaya yang ditimbulkan bagi ekonomi

Indonesia (Pasal 7 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 76 Tahun

2007).

19 Salim H. S., dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, h. 42.

Page 43: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

30

5. Nasionalisasi dan Divestasi Modal Asing

Nasionalisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu

proses, cara, atau perbuatan menjadikan sesuatu, terutama milik asing menjadi

milik bangsa atau negara, biasanya diikuti dengan penggantian yang merupakan

kompensasi21.

Tindakan nasionalisasi diatur dalam Pasal 7 UUPM, bahwa:

(1) Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi atau

pengambilalihan hak kepemilikan penanam modal, kecuali dengan undang-

undang.

(2) Dalam hal Pemerintah melakukan tindakan nasionalisasi atau

pengambilalihan hak kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (I),

Pemerintah akan rnemberikan kompensasi yang jurnlahnya ditetapkan

bcrdasarkan harga pasar.

(3) Jika diantara kedua belah pihak tidak tercapai kescpakatan tentang

kompensasi atau ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

penyelesaiannya dilakukan melalui arbitrase”.

Pasal 7 UUPM mengatur masalah yang berkaitan dengan nasionlisasi, yang

dalam istilah lain juga dikenal sebagai konfiskasi, onteigening, pencabutan hak.

Kesemuanya dapat diartikann sebgai sutu tindakan pencabutan hak oleh

pemerintah dengan adanya ciri khusus yang membedakannya. Dalam teori, ada

dua jenis nasionalisasi, yaitu22:

1. Nasionalisasi yang disertai dengan pemberian ganti rugi (compensation)

yang disebut dengan expropriation.

2. Nasionalisasi yang tidak disertai dengan ganti rugi yang disebut dengan

konfiskasi.

21 http//kbbi.web.id/nasionalisasi, di akses pada 28 Agustus 2017, pukul 08.33 WIB.

22 Hulman Panjaitan dan Abdul Mutalib Mahakam, Komentar dan Pembahasan Pasal Demi Pasal Terhadap UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, h. 33.

Page 44: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

31

Dengan demikian, konfiskasi merupkan suatu tindakan pemerintah untuk

mengambilalih milik perseorangan tanpa ganti kerugian dan dapat terjadi di

segala bidang, sedangkan expropriation mengandung unsur bahwa pengambilan

hak milik perorangan oleh pemerintah ini dilakukan oleh kepentingan umum dan

dengan memberikan sutu macam ganti rugi yan adil23.

Nasionalisasi adalah suatu terminologi netral yang sering kali dengan atau

tanpa kompensasi. Adapun konfiskasi adalah tindakan pemerintah di mana

kekayaan pribadi disita tanpa kompensasi tidak masalah bentuk ataupun

namanya. Sementara ekspropiarsi adalah untuk kegunaan umum terhadap

kompensasi yang adil24.

Setiap negara sebagai entitas publik (public entity) memiliki kedaulatan

atas negara dan wilayahnya. Demikian pula negara tuan rumah sebagai negara

tujuan investasi (host country) memiliki kedaulatan penuh atas sumber daya alam

dan sumber daya kesejahteraan alam (sovereign natural wealth and natural

resources) sebagaimana diatur dalam the United nations Commission on

Permanent Soverignty over Natural Resources yang terbentuk pada 12 Desember

1958 berdasarkan Resulution 1314 (XIII) pada tahun 196125.

Saat ini menjadi komitmen negara tujuan investasi atau negara tuan rumah

(host country), termasuk Indonesia untuk tidak akan melakukan nasionalisasi

sebagai salah satu fasilitas dalam bentuk jaminan kepada investor agar investor

memperoleh jaminan rasa aman dan kepastian hukum atas investasinya di

Indonesia26.

23 Hulman Panjaitan, Hukum Penanaman Modal Asing, (Jakarta: Ind-Hil Co, 2003), h. 127.

24 Rahmi Jened, Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment), Cet. 1, h. 314.

25 www.un.org, diakses 15 Agustus 2013, Lihat juga Rahmi Jened, Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment), Cet. 1, h. 310.

26 Rahmi Janed, Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment, Cet. 1, h. 316.

Page 45: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

32

Jaminan untuk tidak akan melakukan nasionalisasi dapat diwujudkan

melalui:27

1. Peraturan Perundang-undangannya, seperti dalam Undang-Undang No. 25

Tahun 2012.

2. Persetujuan bilateral, seperti dalam Bilateral Investment Treaty antara

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Inggris.

3. Persetujuan multilateral, seperti pengesahan Washington Convention 1965

dan New York Convention 1958.

Nasionalisasi dapat disimpulkan merupakan suatu pengambilan hak secara

paksa oleh pemerintah negara kepada pihak asing yang meski kini nasionalisasi

itu sendiri sudah diupayakan untuk dipersulit dengan adanya Pasal 7 UUPM.

Berbeda dengan nasionalisasi, divestasi merupakan hal yang tidak sama.

Dalam KBBI, divestasi adalah, pertama, pelepasan atau pembebasan, kedua,

pengurangan modal28. Dalam finansial dan ekonomi, divestasi adalah

pengurangan beberapa jenis aset baik dalam bentuk finansial atau barang, dapat

pula disebut penjualan dari bisnis yang dimiliki oleh perusahaan29. Jadi dapat

dikatakan divestasi merupakan kebalikan daripada investasi. Divestasi biasanya

ditemukan dan sangat identik dengan bidang pertambangan yang sahamnya baik

keseluruhan maupun sebagian dimiliki oleh asing.

27 Rahmi Janed, Resume Artikel Karangan Rudhi Prasetya dan Neil Hamiton, The Regulation

of Indonesian States Enterprises, dalam Tugas Resume mata kuliah Prof. Rudhi Prasetya, S. H. PJMK Hukum Ekonomi, Program Doktor Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2002 (Rahmi Janed XI), h. 6-10.

28 Kbbi.web.id/investasi, diakses pada 02 September 2017, pukul 09.12.

29 Id.m.wikipedia.org/divestasi, diakses pada 02 September 2017, pukul 09.17.

Page 46: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

33

B. USAHA PERIKANAN TANGKAP

Dalam kerangka teori ini, penulis berpendapat bahwa definisi dari usaha

perikanan tangkap harus dijelaskan secara terstuktur. Jadi, dalam bagian ini penulis

akan menjelaskannya satu persatu terlebih dahulu.

Perikanan adalah salah satu dari 11 bidang sektor ekonomi kelautan Indonesia.

Tuntutan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam secara lestari serta

pemberdayaan masyarakat lokal, yang berhubungan langsung dengan sumer daya

alam, saat ini menjadi agenda internasional. Perikanan merupakan sumber daya

ekonomi yang strategis untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat suatu negara.

Makna strategis bisa tercermin dari kondisi objektif suatu negara yang mempunyai

perairan, baik perairan pedalaman, laut teritorial, zona ekonomi ekslusif dan landas

kontinen30.

Usaha perikanan ternyata sangat beragam, yang dimulai dari usaha menangkap

ikan dan membudidayakan ikan, termasuk di dalamnya bermacam-macam kegiatan,

seperti menyimpan, mendinginkan, atau mengawetkannya—untuk tujuan komersial

yang mendatangkan penghasilan dan keuntungan bagi manusia. Usaha penangkapan

ikan dilakukan di perairan bebas—dalam artian tidak sedang pembudidayaan—

yaitu di laut dan perairan umum (sungai, danau, waduk, rawa, dan sejenisnya),

dengan mempergunakan alat tangkap ikan. Pembudidayaan ikan merupakan

kegiatan memelihara/membesarkan ikan termasuk melakukan pembenihan atau

pembiakan ikan untuk menghasilkan benih serta memanen hasilnya.31

Menurut Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan (UU Perikanan), yang

dimaksud dengan Perikanan adalah “semua kegiatan yang berhubungan dengan

30 Dina Sunyowati, Hukum Laut (Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas

Airlangga, 2013, Cet. 1), h. 161.

31 Djoko Tribawono, Hukum Perikanan Indonesia (Jakarta: PT Citra Adita Bakti, 2013, Cet. 2), h. 2.

Page 47: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

34

pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari

praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan

dalam suatu sistem bisnis perikanan”.

Usaha perikanan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002 Tentang

Usaha Perikanan, Pasal 1 butir 1 adalah “semua usaha perorangan atau badan hukum

untuk menangkap atau mebudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan,

mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial”.

Penangkapan ikan menurut Pasal 1 butir 10 Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor 57 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Usaha

Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia adalah

“kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan

dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani,

mengolah, dan/atau mengawetkannya”. Sedangkan Usaha Perikanan Tangkap

menurut Pasal 1 butir 2 Peraturan Menteri tersebut adalah “usaha perikanan yang

berbasis pada kegiatan penangkapan ikan dan/atau kegiatan pengangkutan ikan”.

Dalam menjalankan usaha perikanan, sebagaimana diamanatkan Pasal 1 butir 6

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002, perusahaan perikanan harus memiliki

Izin Usaha Perikana (IUP) yang merupakan izin tertulis untuk melakukan usaha

perikanan dengan sarana produksi yang tercantum dalam izin tersebut. Bentuk usaha

perikanan terdiri dari usaha penangkapan ikan dan usaha pembudidayaan ikan.

Dengan memahami definisi dari perikanan, dapat disimpulkan bahwa perikanan

adalah kegiatan yang dilakukan yang berhubungan dengan ikan guna mendapat

keuntungan dari hewan ikan.

Sumber daya ikan sebagai sumber daya yang dapat diperbarui, namun pada satu

sisi keberadaannya perlu pula mendapat perhatian serius dari pemerintah, sebab jika

tidak dilakukan dengan pengawasan dengan cermat dan baik, maka tidak dapat

dipungkiri suatu saat akan mengalami peurunan populasinya. Oleh karena itu, dalam

Page 48: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

35

melakukan eksploitasi terhadap sumber daya ikan ini, perlu adanya penangkapan

ikan dengan menggunakan peralatan yang selektif. Diharapkan dengan adanya

penggunaan peralatan penangkapan ikan ini secara selektif, maka diharapkan akan

terjadi keberlanjutan sumber daya ikan ini dengan baik pula32. Selain daripada

penggunaan peralatan penangkpan ikan guna eksploitasi sumber daya ikan di laut,

tentunya diperlukan instrumen kebijakan lain guna mempertahankan

potensi/cadangan perikanan Indonesia agar tidak mengalami over fishing, apalagi

jika kegiatan over fishing tersebut tidak tercatat karena tidak diketahui atau lepas

kendali dari pemerintah yang kemudian sumber daya ikan yang seharusnya

dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sendiri justru dinikmati oleh negara lain

dengan cara yang tidak sah/illegal fishing yang kemudian dapat merugikan

Indonesia.

Usaha perikanan tangkap merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh

masyarakat nelayan sebagai salah satu mata pencahariannya. Usaha perikanan

tangkap ini, berkaitan pula dengan upaya penangkapan ikan, baik yang berada di

daratan (budi daya kolam dan tambak) maupun pembudidayaan ikan laut.33

Dengan memahami definisi dari Usaha Perikanan Tangkap, dapat disimpulkan

bahwa Usaha Perikanan Tangkap adalah kegiatan usaha yang memanfaatkan ikan

sebagai basis usaha dengan melakukan kegiatan penangkapan atau pengangkutan

ikan khususnya dalam penelitian ini adalah ikan laut.

Usaha perikanan tangkap merupakan kegiatan yang membutuhkan sarana, baik

berupa perahu maupun kapal dalam rangka penangkapan ikan yang dilengkapi pula

dengan sarana lain di luar perahu dan kapal, yaitu berupa alat tangkap, misalnya

pukat harimau dan lain-lain. Selain itu, usaha perikanan tangkap ini juga berkaitan

pula dengan kapal pengangkut ikan yang mempunyai tujuan untuk mengangkut

32 Supriadi dan Alimuddin, Hukum Perikanan Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2011, cet.1), h.

299.

33 Supriadi dan Alimuddin, Hukum Perikanan Indonesia, h. 296.

Page 49: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

36

hasil tangkapan yang telah ada. Namun disadari bahwa kegiatan usaha perikanan

tangkap ini memerlukan modal yang besar. Modal yang besar tesebut diharapkan

dapat menggerakkan kegiatan penangkapan ikan secara terpadu34. Dijelaskan dalam

Pasal 50 ayat (1) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 05 Tahun 2008

Tentang Usaha Perikanan Tangkap, dinyatakan bahwa “setiap orang atau badan

hukum asing yang akan melakukan usaha penangkapan ikan harus melakukan

investasi usaha pengolahan dengan pola investasi perikanan tangkap terpadu”.

Kemudian dijelaskan dalam ayat (2) bahwa “Pola usaha perikanan tangkap terpadu

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan membangun dan/atau

memiliki sekurang-kurannya berupa unit pengolahan kan (UPI) dalam negeri.

34 Supriadi dan Alimuddin, Hukum Perikanan Indonesia, h. 156-157.

Page 50: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

37

BAB III

TINJAUAN UMUM

A. DAFTAR NEGATIF INVESTASI DI INDONESIA

Mencermati peranan penanaman modal cukup signifikan dalam membangun

perekonomian, tidaklah mengherankan jika di berbagai negara dalam dekade

terakhir ini, baik negara-negara maju maupun negara-negara berkembang berusaha

secara optimal agar negaranya dapat menjadi tujuan investasi asing1. Investasi

merupakan potensi berharga yang tidak dapat diabaikan kerena banyak manfaat

yang dapat diambil, antara lain, masuknya aliran devisa dan kesempatan kerja yang

lebih luas. Pada gilirannya dapat meningkatkan pembangunan yang ditandai

dengan meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat2.

Sejauh berjalannya waktu, tidak bisa dipungkiri begitu saja bahwa keberadaan

penanaman modal asing, khususnya penanaman modal asing secara langsung

(foreign direct investment) memberi keuntungan yang besar bagi negara penerima

modal, salah satunya Indonesia. Beberapa negara berkembang masih ada yang

menggantungkan pembangunannya pada modal asing, bahkan misalnya

pembangunan fasilitas publik. Namun, penanaman modal asing yang tidak

diterapkan secara bijak dengan tidak memperhatikan dan mempertimbangkan

kepentingan nasional, akan berdampak buruk bagi negara penerima modal itu

sendiri.

Hukum penanaman modal/investasi di Indonesia dimulai sejak tahun 1967.

Semula diatur secara terpisah antara penanaman modal dalam negeri dan

penanaman modal asing dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1967 Tentang Penanaman Modal Asing (UUPMA) beriringan dengan terbitnya

1 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, Cet. 1, h. 4.

2 Rahmi Jened, Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment), Cet. 1, h. 54.

Page 51: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

38

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal (UUPMDN).

Kemudian sejalan dengan perkembangan iklim investasi, kedua Undang-undang

tersebut mengalami perubahan, yaitu, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967

Tentang PMA diubah dengan diterbitkannya Undang-undan Nomor 11 Tahun

1970 Tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967

Tentang PMA, dan juga Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 Tentang

UUPMDN diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 Tentang

Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 Tentang

UUPMDN. Seiring berjalannya waktu dengan perkembangan iklim investasi yang

semakin maju dan beragam jenisnya, sejak 26 April 2007 Penanaman modal diatur

menjadi satu dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman

Modal (UUPM). Dengan diterbitkannya UUPM yang baru, maka aturan mengenai

Penanaman Modal tidak lagi terpisah seperti tahun-tahun sebelumnya.

Selain karena perkembangan iklim investasi yang kian maju dan beragam,

salah satu yang menjadi akar pertimbangan disatukannya UUPMA dan UUPMDN

menjadi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 adalah dengan diratifikasinya

kesepakatan antara Indonesia sebagai anggota World Trade Organization (WTO)

mengenai ketentuan investasi yang berkaitan dengan perdagangan3 ke dalam

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement

Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi

Perdagangan Dunia).

Sejak diterbitkannya Undang-Undang Penanman Modal yang baru tersebut,

setidaknya menimbulkan kurang lebih dua pandangan. Ada yang berpendapat

bahwa undang-undang ini tidak berpihak kepada kepentingan rakyat dan justru

sangat berpihak kepada asing, karena adanya jaminan perlakuan yang sama antara

3 Lihat Penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement

Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia); Perundingan di bidang ini bertujuan untuk mengurangi atau mengapus segala kebijakan di bidang investasi yang dapat menghambat kegiatan perdagangan.

Page 52: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

39

investor dalam negeri dan asing (Pasal 3 ayat (1) huruf d, dan Pasal 6 ayat (1)). Di

samping itu, ada juga yang berpendapat bahwa undang-undang ini merupakan

salah satu solusi untuk mengatasi perkembangan investasi yang semakin maju dan

kompleks.

Terdapat asas keterbukaan dalam UUPM yang disematkan dalam Pasal 3 ayat

(1) huruf (b). Kemudian sebagai bentuk pelaksanaan asas keterbukaan yang

tersebut, pemerintah menegeluarkan kebijakan daftar negative invstasi (DNI),

yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 Tentang Kriteria dan

Penyususnan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang

Terbuka dengan Persyaratan dan Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 20074

Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan.

Beleid atau kebijakan ini menunjukkan komitmen pemerintah akan keterbukaan

(transparansi) sehingga tidak ada lagi bidang usaha yang "abu-abu". "Abu-abu"

yang dimaksudkan di sini adalah tidak jelas mana bidang usaha yang telah tertutup

dan mana yang masih terbuka bagi penanaman modal, sehingga menibulkan

dampak yang buruk5.

Daftar Negatif Investasi (DNI) merupakan salah satu ketentuan-ketentuan

standar yang menjadi Pedoman pelaksanaan kebijakan Penanaman Modal

(Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal)6 . Daftar

negatif investasi adalah suatu bentuk kepastian hukum yang diberikan pemerintah

kepada penanam modal, baik penanaman modal dalam negeri maupun asing.

4 Lihat Hulman Panjaitan dan Abdul Mutalib Mahakam, Komentar dan Pembahasan Pasal

Demi Pasal Terhadap UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, h. 57. Juga sebagai bentuk aturan pelaksana dari Pasal 12 dan Pasal 13 UUPM.

5 Hulman Panjaitan dan Abdul Mutalib Mahakam, Komentar dan Pembahasan Pasal Demi Pasal Terhadap UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, h. 19.

6 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Paket Kebijakan Ekonomi Minggu ke-II Februari 2016 (Tahap X), h. 2.

Page 53: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

40

Selain itu, pembentukan Daftar Negatif Investasi merupakan salah satu bentuk

usaha pemerintah dalam menjaga kepentingan nasional.

Penyususnan daftar negatif investasi mengacu pada Kualifikasi Baku

Lapangan Indonesia (KBLI) yang mana ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik

(BPS) yang kemudian dalam pelaksanaannya ditetapkan dengan kementerian

tertentu/terkait, sesuai dengan bidang usaha7. Penyususnan KBLI dalam

prakteknya memperhatikan ketentuan-ketentuan Internasional dan kepentingan

pembangunan bangsa, terutama pembangunan sektor ekonomi.

Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) merupakan salah satu

klasifikasi baku yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk aktivitas

ekonomi. Pada awalnya KBLI dirancang untuk keperluan analisis ekonomi,

pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan. Dengan semakin strategisnya

peranan dan penggunaan KBLI, klasifikasi ini juga digunakan untuk penentuan

kualifikasi jenis kegiatan usaha dalam Surat Permohonan Surat Izin Usaha

Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), dan penentuan kualifikasi

perizinan investasi8.

Sebelumnya, kebijakan Daftar Negatif Investasi9 diatur dalam Peraturan

Presiden Nomor 77 Tahun 2007 Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan

Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal

yang kemudian dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 Tentang

Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan

Persyaratan di Bidang Penanaman Modal yang kemudian dicabut dengan

7 Ricky Pratomo, dalam Seminar Hukum Online (Training for Fresh Graduate: Seinzing Legal

Issues), pada Tanggal 31 Agustus 2017.

8 http://www.bkpm.go.id/id/prosedur-investasi/klasifikasi-baku-lapangan-usaha, diakses pada 9 September 2017, pukul 12.03.

9 Lihat Hulman Panjaitan dan Abdul Mutalib Mahakam, Komentar dan Pembahasan Pasal Demi Pasal Terhadap UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, h. 57. Juga sebagai bentuk aturan pelaksana dari Pasal 12 dan Pasal 13 UUPM.

Page 54: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

41

Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang

Penanaman Modal dan kemudian yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden

Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang

Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Perubahan10 atas Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 dengan Peraturan

Presiden Nomor 44 Tahun 2016, berkaitan dengan dikeluarkannya Paket

Kebijakan Ekonomi Presiden Joko Widodo Tahap X yang dikeluarkan pada

Minggu ke-II Februari 2016 (tepatnya pada tanggal 11 Februari 2016).

Paket Kebijakan Ekonomi Tahap X adalah untuk Mendorong peningkatan

investasi baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri (asing) untuk percepatan

pembangunan dengan tetap meningkatkan perlindungan bagi Usaha Mikro, Kecil,

Menengah, dan Koperasi (UMKMK) dan berbagai sektor strategis nasional

(Memperlonggar Investasi Dengan Meningkatkan Perlindungan Bagi Usaha

Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi). Perubahan Daftar Negatif Investasi

(tersebut) telah dibahas sejak Tahun 2015 termasuk melalui sosialisasi, uji publik,

dan konsultasi dengan Kementerian/Lembaga, pelaku usaha, dan pemangku

kepentingan lainnya11.

Pada dasarnya, Paket Kebijakan Ekonomi diadakan untuk merespon

perlambatan pertumbuhan ekonomi, depresiasi rupiah, serta menghadapi

Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) dan dinamika globalisasi ekonomi. Selain itu,

peningkatan investasi dengan diiringi paket kebijakan ekonomi yang ada

sebelumnya adalah untuk mendorong kemajuan perekonomian nasional.

10 Lihat Hulman Panjaitan dan Abdul Mutalib Mahakam, Komentar dan Pembahasan Pasal

Demi Pasal Terhadap UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, h. 57. Daftar Negatif Investasi yang ditetapkan melaui Perpres berlaku untuk tiga tahun dan selanjutnya akan dilakukan evaluasi oleh Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi (Timnas PEPI).

11 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, “Paket Kebijakan Ekonomi Minggu ke-II Februari 2016 (Tahap X)”, h. 2-3.

Page 55: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

42

Perbedaan antara peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 dengan Peraturan

Presiden Nomor 44 Tahun 2016 terlihat cukup mencolok dengan dikeluarkannya

35 bidang usaha dari daftar negatif investasi antara lain: industri crumb rubber;

cold storage; pariwisata (restoran; bar; cafe; usaha rekreasi, seni, dan hiburan:

gelanggang olahraga); industri perfilman; penyelenggara transaksi perdagangan

secara elektronik (market place) yang bernilai Rp.100 milyar ke atas; pembentukan

lembaga pengujian perangkat telekomunikasi; pengusahaan jalan tol; pengelolaan

dan pembuangan sampah yang tidak berbahaya; industri bahan baku obat. Dimana

dengan dikeluarkannya 35 bidang usaha tersebut, maka kepemilikan modal asing

dapat mencapai 100%12.

B. USAHA PERIKANAN TANGKAP

Letak geografi yang strategis menunjukkan kekayaan Indonesia akan sumber

daya alam dengan segala flora, fauna dan potensi hidrografis dan deposit sumber

daya alamnya yang melimpah. Sumber daya alam Indonesia berasal dari Pertanian,

kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan, pekerbunan serta pertambangan

dan energi13. Dua pertiga wilayah Indonesia berupa Laut, maka mengingat dua

pertiga sumber daya alam di laut memiliki potensi yang sangat besar14. Selain

12http://www.calonsh.com/2016/11/13/apakah-perubahan-daftar-negatif-investasi-pada-

perpres-no-44-tahun-2016-berpengaruh-terhadap-gairah-penanaman-modal-di-indonesia, diakses pada 18 September 2017, pukul 14.21.

13 Rahmi Jened, Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment), Cet. 1, h. 43.

14 Lihat Rahmi Jened, Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment), Cet. 1, h. 44. Pengembangan sumber daya kelautan dan perikanan dikelompokkan dalam lima industri kelautan, yaitu:

a. Industri Perikanan; b. Industri mineral dan energi laut; c. Industri maritim, termasuk industri galangan kapal; d. Industri pelayaran (transportasi laut); dan e. Industri pariwisata (kawasan bahari dan kawasan konservasi).

Page 56: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

43

mengandung minyak, gas, mineral dan energi laut nonkonvensional, serta harta

karun yang sudah mulai digali meskipun masih terbatas, laut juga menghasilkan

ikan yang potensi lestarinya15 diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun. Saat ini

yang baru dimanfaatkan nsekitar 70 persen16.

Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah penduduk terbesar ke-

5 di dunia, namun sayangnya tidak diimbangi dengan tingginya kualitas17 sumber

daya manusianya18. Padahal, Indonesia memiliki kekayaan laut yang begitu

melimpah, sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu hal penting dalam

pembangunan perekonomian nasional, dan juga telah dicantumkan dalam Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, yang mana di dalamnya dinyatakan bahwa

salah satu misi pembangunan jangka panjang 2005-2025 adalah untuk

mewujudkan Indonesia menjadi negara yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan

kepentingan nasional.

Laut yang mempunyai sumber daya dengan nilai ekonomis—sektor ekonomi

pada sub sektor perikanan antara lain sebagai bahan pangan, kesempatan kerja,

pajak, kesejahteraan ekonomi, dan perdagangan—, salah satunya sektor perikanan

merupakan potensi bangsa yang harus dijaga kelestariannya, juga dimanfaatkan

15 Potensi Lestari adalah pemanfaatan perikanan yang berkelangsungan dan tak pernah habis

sehingga dapat diambil hasil panen di tahun berikutnya.

16 Rahmi Jened, Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment), Cet. 1, h. 42.

17 Lihat Rahmi Jened, Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment), Cet. 1, h. 46. Berdasarkan Indeks SDM (Human Resources Development Index, HDI), dari Forum Ekoomi Dunia (World Economic Forum) merupakan perangkat pengukuran baru untk menilai bagaimana negara mengelola anugerah sumber daya manusianya berdasarkan potensi kekuatan ekonomi jangka panjang pada tenaga kerja mereka

18 Rahmi Jened, Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment), Cet. 1, h. 46.

Page 57: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

44

seefesien mungkin agar tidak terabaikan dan sia-sia, terutama dimanfaatkan oleh

bangsa Indonesia sendiri sebagai pemilik sah sumber daya tersebut.

Pemanfaatan sumber daya kelautan perikanan diatur dalam Pasal 16 Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan, bahwa “pemerintah mengatur

sumber daya ikan di wilayah perairan dan wilayah yuridiksi serta menjalankan

pengaturan sumber daya ikan di laut lepas berdasarkan kerja sama dengan negara

lain dan hukum internasional.”

Jenis usaha perikanan tangkap sebagaiaman disebutkan dalam Pasal 3

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30 Tahun 2012 Tentang Usaha

Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik

Indonesia, yaitu:

a. Usaha penangkapan ikan;

b. Usaha pengangkutan ikan;

c. Usaha penangkapan dan pengangkutan ikan;

d. Usaha perikanan tangkap terpadu.

Sebelum diberlakukannya Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016,

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002 mengamanatkan bahwa perusahaan

perikanan asing yang melakukan penangkapan ikan tidak boleh melakukan

kegiatan usahanya di Wilayah Perikanan Republik Indonesia, melainkan hanya

boleh melakukan penangkapan ikan di ZEEI19. Jadi, asing masih boleh melakukan

kegiatan penangkapan ikan di ZEEI dan laut lepas20, tentunya dengan izin khusus

sebagaimana yang ditentukan oleh Peraturan Perundang-undangan. Kemudian

19 Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI), menurut Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun

1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia, “Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut wilayah Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya dan air di atasnya dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut diukur dari garis pangkal laut wilayah Indonesia.”

Page 58: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

45

diatur kembali dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang

Perikanan bahwa:

Ayat (1): “usaha perikanan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia

hanya boleh dilakukan oleh warga negara Republik Indonesia atau badan hukum

Indonesia.”

Ayat (2): “pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan kepada orang atau badan hukum asing yang melakukan usaha

penangkapan ikan di ZEEI, sepanjang hal tersebut menyangkut kewajiban Negara

Republik Indonesia berdasarkan persetujuan Internasional atau ketentuan hukum

Internasional yang berlaku.”

Ketentuan tersebut mempertegas bahwa pemodal asing diperbolehkan/diberi

kesempatan untuk melakukan kegiatan usaha perikanan tangkap di Indonesia, tapi

hanya dibatasi pada wilayah ZEEI.

Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) diatur

sebagaiama tercantum dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun

2004, bahwa “wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia untuk

penangkapan ikan meliputi: (a) perairan Indonesia, (b) ZEEI, (c) sungai, danau,

waduk, rawa dan genangan air lainnya yang dapat diusahakan serta lahan

pembudidayaan ikan yang potensial di wilayah Republik Indonesia”.

Selain itu, lebih konkret lagi mengenai wilayah pengelolaan perikanan,

ditegaskan kembali dalam Pasal 1 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik

Indonesia, bahwa “Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia,

yang selanjutnya disingkat WPPNRI, merupakan wilayah pengelolaan periknan

untuk penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, konservasi, penelitian, dan

pengembangan perikanan yang meliputi perairan pedalaman, perairan kepulauan,

laut teritorial, zona tambahan, dan zona ekonomi ekslusif Indonesia.”

Page 59: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

46

Gambar 1:

Peta Wilayah Pegelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia21

Bentuk usaha penanaman modal asing sebagaimana yang di tentukan oleh

Pasal 5 ayat (2) UUPM diwajibkan dalam bentuk (Perseroan Terbatas) PT, bahwa

“penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan

hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia,

kecuali ditentukan lain oleh undang-undang”. Kemudian ditegaskan kembali

dalam Pasal 40 ayat (1) huruf b Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

30 Tahun 2012 Tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan

Perikanan Negara Republik Indonesia, dinyatakan bahwa “untuk penanaman

modal asing wajib mendirikan perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia

dan berkedudukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia”. Ini artinya

bentuk penananan modal asing di sektor usaha perikanan tangkap adalah investasi

langsung (indirect investment). Dapat disimpulkan bagi penanam modal asing

yang akan menjalankan kegiatan usahanya di bidang usaha perikanan tangkap

21 Lampiran I, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2014 Tentang

Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

Page 60: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

47

secara fisik wajib mendirikan badan usaha (statusnya sebagai pemodal asing), dan

badan usaha tersebut harus tunduk pada ketentuan hukum Indonesia.

Dalam kaitannya dengan usaha perikanan, sebelumnya Pasal 50 Peraturan

Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 05 Tahun 200822 mengamanatkan bahwa:

Ayat (1) : “setiap orang atau badan hukum asing yang akan melakukan usaha

penangkapan ikan harus melakukan investasi usaha pengolahan dengan pola

investasi perikanan tangkap terpadu”.

Ayat (2) : “pola usaha perikanan terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan mebangun dan/atau memiliki sekurang-kurangnya berupa UPI23

dalam negeri.”

Usaha Perikanan Terpadu sebagaimana disebutkan Pasal 8 Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan Nomor 30 Tahun 2012 Tentang Usaha Perikanan Tangkap

di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia, bahwa usaha

perikanan tangkap terpadu terdiri dari:

a. Usaha perikanan tangkap dengan penanaman modal dalam negeri dan

penanaman modal asing.

b. Usaha perikanan tangkap non-penanaman modal.

Bentuk usaha perikanan terpadu sebagaimana disebutkan dalam Pasal 9,

merupakan integrasi antara kegiatan penangkapan ikan, pengangkutan ikan,

dengan industri pengolahan ikan. Usaha perikanan tangkap terpadu dengan

fasilitas penanaman modal asing sebagaimana ditentukan Pasal 39 ayat (1) huruf

22 Namun, Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan ini telah dicabut dan diubah beberapa

kali, sampai dengan Keputusan Menteri yang terakhir adalah Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30 Tahun 2012, diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 26 Tahun 2013, dan diubah untuk kedua kalinya dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 57 Tahun 2014.

23 Pasal 1 angka 37 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 05 Tahun 2008 Tentang usaha Perikanan Tangkap bahwa “ unit pengolahan ikan, yang selanjutnya diebut UPI, adalah tempat yang digunakan untuk mengolah hasil perikanan, baik yang dimiliki oleh perorangan atau badan hukum.”

Page 61: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

48

b Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 26 Tahun 2013 Tentang

perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30 Tahun 2012

Tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara

Republik Indonesia, disyaratkan dengan ketentuan menggunakan kapal perikanan

berukuran diatas 100 GT (Gros Tonage). Dan Pasal 42 ayat (1) Menteri Kelautan

dan Perikanan Nomor 26 Tahun 2013 juga menagamanahkan bahwa “usaha

perikanan tangkap terpadu dengan penanaman modal yang menggunakan kapal

perikanan dengan jumlah kumulatif diatas 2.000 (dua ribu) GT harus melakukan

pengolahan ikan dengan membangun, memiliki UPI, atau bermitra dengan UPI.”

Usaha perikanan tangkap, sebelum diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor

44 Tahun 2016, masuk dalam daftar bidang usaha yang diperbolehkan dengan

persyaratan (masih diperbolehkan dimasuki oleh modal asing), yang diatur dalam

lampiran bidang Kelautan dan Perikanan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun

2012, adalah sebagai berikut:

Tabel 1:

Lampiran Daftar Bidang Usaha yang Diperbolehkan dengan Persyaratan

Bidang Usaha Kelautan dan Perikanan dalam Peraturan Presiden Nomor

39 Tahun 2012

No Bidang Usaha KBLI (2009)24 Persyaratan

1 Perikanan Tangkap

Dengan Menggunakan

Kapal Penangkap Ikan

Berukuran Sampai

Dengan 30 GT, di

Wilayah Perairan

Sampai Dengan 12 Mil

Kode: 03111

Penangkapan

pisces/ikan bersirip di

laut

Kelompok ini mencakup

usaha atau kegiatan

penangkapan pisces atau

Dicadangkan

untuk

Usaha Mikro,

Kecil,

Menengah dan

Koperasi

24 Penulis tidak menggunakan KBLI Tahun 2015 (KLBI terbaru). Penyususnan DNI mengacu

pada KLBI, Perpres Nomor 39 Tahun 2014 tentunya mengacu pada KLBI Tahun 2009 Cetakan ke 3.

Page 62: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

49

8 Usaha Perikanan

Tangkap menggunakan

kapal penangkap ikan

berukuran 100 GT

dan/atau lebih besar di

wilayah penangkapan

ZEEI

ikan bersirip seperti ikan

tuna dan cakalang (ikan

big eye tuna, yellow fin

tuna, albacore dan

cakalang), ikan hiu (hiu

macan, hiu gergaji) dan

cucut (cucut tikus/cucut

monyet, cucut lanyam,

cucut martil/capingan dan

cucut botol), ikan tenggiri,

bawal, layang, lemuru,

kakap merah dan ikan hias

laut (ikan sekar taji layar

lurik, ikan buntel pasir dan

ikan kalong) di laut, muara

sungai, laguna dan tempat

lain yang dipengaruhi

pasang surut. Termasuk

pula kegiatan kapal yang

digunakan baik untuk

menangkap ikan maupun

pengolahan dan

pengawetan ikan25.

Perizinan

khusus26

(Persyaratan

dan ketentuan

lebih lanjut

diatur oleh

Menteri

Kelautan dan

Perikanan)

Usaha Perikanan

Tangkap dengan

menggunakan kapal

penangkap ikan

berukuran 100 GT

dan/atau lebih besar di

wilayah penangkapan

laut lepas

Usaha Perikanan

Tangkap dengan

menggunakan kapal

penangkap ikan

berukuran di atas 30 GT,

di wilayah perairan di

atas 12 Mil

Modal dalam

negeri 100%

25 Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Klasifikasi Baku

Lapangan Usaha Indonesia, Cetakan ke 3, h. 76.

26Izin khusus yang di maksud adalah sebagaimana yang diatur dalam beberapa perauran perundang-undangan dibidang perikanan, diantaranya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 5 Tahun 2008, bahwa izin Khusus Usaha Perikanan meliputi: Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI).

Page 63: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

50

Cakupan golongan sub bidang perikanan tangkap sendiri menurut KBLI

adalah “Golongan ini mencakup kegiatan "penangkapan ikan", yaitu perburuan,

penangkapan organisme air liar yang masih hidup (terutama ikan-ikanan, mollusca

dan crustacea27) termasuk tumbuhan laut, tumbuhan pesisir atau tumbuhan

perairan dalam, untuk konsumsi atau tujuan lain yang ditangkap baik

menggunakan tangan atau berbagai jenis alat tangkap seperti jaring, dan peralatan

pancing lainnya. Kegiatan tersebut dapat dilakukan di daerah pasang sekitar garis

pantai (misalnya mollusca seperti remis/kepah dan tiram), sekitar pantai dengan

menggunakan jaring, atau dengan menggunakan sampan atau umumnya dengan

kapal di laut dekat pantai, laut pesisir pantai atau laut lepas28.”

Setelah diterbitkannya Perturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 Tentang

Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan

Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, bahwa lampiran III Peraturan Presiden

Nomor 44 Tahun 2016 yang menerangkan mengenai Daftar Bidang Usaha yang

Terbuka dengan Persyaratan Tertentu (sub bab C. Sektor Kelautan dan Perikanan,

Nomor 124). Peraturan Presiden Tersebut mengenai pengaturan usaha perikanan

tangkap adalah:

27 Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Klasifikasi Baku

Lapangan Usaha Indonesia, Cetakan ke 3, h. 76-77. Penangkapan Crustasea di laut (kode 03112), Kelompok ini mencakup usaha atau kegiatan penangkapan jenis udang (udang windu, udang putih, udang dogol), lobster dan crustacea laut lainnya (kepiting dan rajungan) di laut, muara sungai, laguna dan tempat lain yang dipengaruhi pasang surut. Penangkapan Mollusca di laut (kode 03113), Kelompok ini mencakup usaha atau kegiatan penangkapan molusca, seperti jenis kerang mutiara, cumi-cumi, sotong, gurita dan mollusca laut lainnya (remis, simping, kerang darah, kerang hijau dan tiram) di laut, muara sungai, laguna dan tempat lain yang dipengaruhi pasang surut.

28 Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, Cetakan ke 3, h. 75.

Page 64: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

51

Tabel 2:

Lampiran Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan

Tertentu Bidang Usaha Kelautan dan Perikanan dalam Peraturan Presiden

Nomor 44 Tahun 2016

No Bidang Usaha KBLI

(2015)

Persyaratan

124 Perikanan Tangkap

dengan Menggunakan

Kapal Penangkap Ikan di

Wilayah Perairan

Indonesia dan Laut Lepas

0311129

Modal dalam negeri 100% dan

Izin Khusus dari Kementerian

Kelautan dan Perikanan

mengenai alokasi sumber daya

ikan dan titik koordinat30

daerah penangkapan ikan

Berbalik dengan bidang usaha perikanan tangkap, bidang usaha pengolahan

ikan justru dibuka seluas-luasnya bagi asing.

Kegiatan menangkap ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara

Republik Indonesia diperbolehkan, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pelanggaran atas ketentuan aturan kegiatan

penangkapan ikan, ditindak dengan wewenang berdasarkan Pasal 69 Undang-

Undang Nomor 45 Tahun 2009, bahwa:

29 Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 95 Tahun 2015 Tentang Klasifikasi Baku

Lapangan Usaha Indonesia, Kelompok ini mencakup usaha atau kegiatan penangkapan pisces atau ikan bersirip seperti kelompok ikan pelagis besar (ikan tuna mata besar, yellowfin tuna, albacore, cakalang, ikan hiu macan, ikan hiu gergaji, cucut tikus/monyet, cucut lanyam, cucut martil/capingan, cucut botol, dll) ikan pelagis kecil (ikan layang, ikan lemuru, ikan julung-julung, dll), ikan demersal (ikan bawal hitam, ikan bawal putih, ikan lidah, ikan pari kelelawar, ikan pari macan, ikan baracuda, dll), ikan karang (ikan pisang-pisang, ikan blue line, ikan kerapu bebek, ikan honeycomb, ikan leopard, ikan baronang kuning, dll) dan ikan lainnya di laut, muara sungai, laguna dan tempat lain yang dipengaruhi pasang surut. Termasuk pula kegiatan kapal yang digunakan baik untuk menangkap ikan maupun pengolahan dan pengawetan ikan.

Page 65: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

52

(1) Kapal pengawas perikanan berfungsi melaksanakan pengawasan dan

penegakan hukum di bidang perikanan dalam wilayah pengelolaan perikanan

Negara Republik Indonesia.

(2) Kapal pengawas perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat

dilengkapi dengan senjata api.

(3) kapal pengawas perikanan dapat menghentikan, memeriksa, membawa, dan

menahan kapal yang diduga atau patut diduga melakukan pelanggaran di

wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia ke pelabuhan

terdekat untuk pemrosesan lebih lanjut.

(4) dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) penyidik

dan atau pengawas perikanan dapat melakukan tindakan khusus berupa

pembakaran atau peneggelaman kapal perikanan yang berbendera asing

berdasarkan bukti permulaan yang cukup31.

Jadi, jika terindikasi adanya tindak pidana pencurian ikan, maka Pasal 69

ini berlaku sebagai legalitas atas tindakan yang diberlakukan. Pihak asing yang

sudah dilarang melakukan kegiatan (usaha) penangkapan ikan, seiring dengan

berlakunya aturan negatif investasi asing di bidang usaha perikanan tangkap, maka

kegiatan tersebut dianggap sebagai tindak pidana pencurian ikan, karena setiap

kapal yang berlayar di laut Indonesia wajib mengibarkan bendera negaranya. Jadi

pihak asing sudah tidak mempunyai alasan lagi untuk tetap melakukan kegiatan

penagkapan ikan di laut Indonesia.

Dalam lingkup Internasional, ketentuan mengenai penangkapan ikan diatur

pula dalam United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982.

Indonesia telah meratifikasi UNCOS dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

31 Lihat penjelasan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Undang-

undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. bukti permulaan yang cukup adalah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana di bidang perikanan oleh kapal perikanan berbendera asing, misalnya kapal perikanan berbendera asing tidak memiliki SIPI dan SIKPI, serta nyata-nyata menangkap dan/atau mengangkut ikan ketika memasuki wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia.

Page 66: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

53

1985 Tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea

(Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa Tentang Hukum Laut), yang kemudian

menjadikan Indonesia harus tunduk pada ketentuan yang ada pada UNCLOS.

Kegiatan menangkap ikan dibebaskan di wilayah laut lepas, sebagaimana

ditentukan dalam Article 87, Part VII mengenai High Seas, Section 1.General

Provision: Freedom of the high seas:32

1. The high seas are open to all States, whether coastal or land-locked.

Freedom of the high seas is exercised under the conditions laid down by

this Convention and by other rules of international law. It comprises, inter

alia, both for coastal and land-locked States:

a. freedom of navigation;

b. freedom of overflight;

c. freedom to lay submarine cables and pipelines, subject to Part VI;

d. freedom to construct artificial islands and other installations permitted

under international law, subject to Part VI;

e. freedom of fishing, subject to the conditions laid down in section 2;

f. freedom of scientific research, subject to Parts VI and XIII.

2. These freedoms shall be exercised by all States with due regard for the

interests of other States in their exercise of the freedom of the high seas,

and also with due regard for the rights under this Convention with respect

to activities in the Area.

Artinya: Pasal 87: Kebebasan laut lepas

1. Laut lepas terbuka untuk semua Negara, baik Negara pantai atau tidak

berpantai. Kebebasan laut lepas, dilaksanakan berdasarkan syarat-

syarat yang ditentukan dalam Konvensi ini dan ketentuan lain hukum

internasional. Kebebasan laut lepas itu meliputi, inter alia, baik untuk

Negara pantai atau Negara tidak berpantai :

(a) kebebasan berlayar;

(b) kebebasan penerbangan;

(c) kebebasan untuk memasang kabel dan pipa bawah laut, dengan

tunduk pada Bab VI;

(d) kebebasan untuk membangun pulau buatan dan instalasi lainnya

yang diperbolehkan berdasarkan hukum internasional, dengan

tunduk pada Bab VI;

32 Kewenangan ini terkait dengan Article 89, Part VII mengenai High Seas, Section 1. General

Provision: Invalidity of claims of sovereignty over the high seas: No State may validly purport to subject any part of the high seas to its sovereignty.

Page 67: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

54

(e) kebebasan menangkap ikan, dengan tunduk pada persyaratan yang

tercantum dalam bagian 2;

(f) kebebasan riset ilmiah, dengan tunduk pada Bab VI dan XIII.

2. Kebebasan ini akan dilaksanakan oleh semua Negara, dengan

memperhatikan sebagaimana mestinya kepentingan Negara lain dalam

melaksanakan kebebasan laut lepas itu, dan juga dengan

memperhatikan sebagaimana mestinya hak-hak dalam Konvensi ini

yang bertalian dengan kegiatan di Kawasan.

Indonesia sebagai negara kepulauan, diperbolehkan memanfaatkan ikan di

wilayah laut lepas karena posisi Indonesia yang berhadapan dengan dua perairan

internasional, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Laut Lepas berdasarkan Pasal 1 butir 22 Undang-Undang Nomor 45 Tahun

2009, bahwa "Laut Lepas adalah bagian dari laut yang tidak termasuk dalam ZEEI,

laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan Indonesia, dan perairan pedalaman

Indonesia".

Gambar 2:

Yuridiksi maritim negara pantai berdasarkan UNCLOS

Page 68: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

55

Jenis usaha perikanan tangkap di laut lepas sebagaimana terdapat pada Pasal

3 ayat (1) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 12 Tahun 2012

Tentang Usaha Perikanan Tangkap di Laut Lepas, meliputi usaha penangkpan ikan

dan usaha pengangkutan ikan. Wilayah laut lepas untuk usaha perikanan tangkap

berdasarkan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri tersebut adalah meliputi wilayah

pengelolaan RFMO33 di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Sementara itu, wilayah RFMO yang terbentuk di daerah laut lepas dan

berdampingan dengan perairan Indonesia, diantaranya yaitu:34

a. Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), Indonesia sudah menjadi anggota

tetap.

b. The Convention for The Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT),

Indonesia sudah menjadi anggota tetap.

c. Commission for the Conservation and Management of Highly Migratory Fish

Stock in the Western and Central Pacific Ocean (WCPFC), Indonesia masih

berstatus sebagai negara non-contracting parties.

Setelah pelaksanaan Rencana Pembangunan Menengah Nasional (RPJMN) I

2005-2009, pengembangan sektor kelautan dan perikanan pada RPJMN II 2010-

2014 semakin jadi arus utama. Demikian pula dengan sub sektor perikanan

tangkap di dalamnya, baik itu perikanan tangkap di laut maupun di perairan umum

33 Organisasi Pengelolaan Perikanan Regional atau Regional fisheries management

organisations (RFMOs), yang mengatur tentang wilayah penangkapan ikan negara-negara yang tergabung dalam organisasi tersebut. Namun terdapat sebuah kritik bahwa adanya RFMO adalah sebuah sistem hegemoni yang dibuat oelh negara-negara maju untuk menguasai laut lepas. Hal ini terindikasi dari ketentuan bahwa negara yang tidak tergabung dalam RFMO tidak boleh melakukan penangkapan ikan pada wilayah RFMO di laut lepas. Sanksi yang dijatuhkan kepada negara yang melanggar larangan tersebut adalah embargo atas produk perikanan karena dianggap negara yang melanggar tersebut telah melakukan illegal fishing. Kaitannya dengan RFMO, Indonesia sampai saat ini hanya baru menjadi anggota tetap organisasi pengelolaan dan konservasi perikanan regional Indian Ocean Tuna Commission (IOTC).

34https://ikanbijak.wordpress.com/2008/04/21/perikanan-indonesia-dalam-kepungan-organisasi-pengelolaan-perikanan-regional-dan-internasional/, diakses pada 15 September 2017, pukul 22.09.

Page 69: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

56

daratan (PUD). Pelaksanaan pengrausutamaan tersebut mengacu pada tema

RPJMN II sebagaimana telah tercantum dalam RPJPN 2005-202535.

Pembangunan perikanan tangkap merupakan bagian penting yang dilaksanakan

untuk mewujudkan empat pilar pembangunan nasional (penanggulangan

kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pertumbuhan dan pemerataan

ekonomi, serta pemulihan dan pelestarian lingkungan dan sumber daya alam).

35 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia Tahun 2015-2019, h. 2.

Page 70: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

57

BAB IV

ANALISA NEGATIF INVESTASI ASING DI BIDANG USAHA PERIKANAN

TANGKAP INDONESIA

Negatif invetasi asing usaha perikanan tangkap Indonesia termaktub dalam

Lampiran III Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 yang menerangkan mengenai

Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Tertentu (sub bab C. Sektor

Kelautan dan Perikanan, Nomor 124). Bagian tersebut menyebutkan bahwa "Perikanan

Tangkap dengan Menggunakan Kapal Penangkap Ikan di Wilayah Perairan Indonesia1

dan Laut Lepas". Kemudian daripada klausul tersebut, terdapat persyaratan yang

menegaskan bahwa Negatif invetasi usaha perikanan tangkap Indonesia dilarang bagi

asing, bahwa "Modal dalam Negeri 100% dan Izin Khusus dari Kementerian Kelautan

dan Perikanan Mengenai Alokasi Sumber Daya Ikan dan Tititk Koordinat Daerah

Penangkapan Ikan". Kalusul tersebut tentunya jelas melarang adanya investasi asing di

bidang usaha perikanan tangkap Indonesia, karena dalam klausul tersebut modal

diwajibkan 100% dari dalam negeri.

Kemandirian ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan

merupakan visi kedaulatan yang saat ini sedang diperjuangkan oleh Presiden Joko

Widodo lewat Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pemanfaatan sumber daya ikan

di laut, merupakan suatu kebolehan dan anjuran yang diperintahkan oleh Allah SWT

melaui Firmannya, dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl: 16 (14):

ر البحر لتأكلوا منه لحما طريا وتستخرجوا منه حلية تلبسونها وترى الفلك وهو الذي سخ

مواخر فيه ولتبتغوا من فضله ولعلكم تشكرون

1 Perairan Indonesia berdasarkan Pasal 1 butir 20 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009,

bahwa "Perairan Indonesia adalah laut teritorial Indonesia beserta perairan kepulauan dan perairan pedalamannya".

Page 71: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

58

Artinya: "Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu

dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan

dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar

padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya

kamu bersyukur".

Juga diterangkan dalam Hadits Riwayat Abu Dawud:

ه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم، في البحر: هو عن أبي هريرة رضي الله عن

حه ابن خ زيمة الطهور ماؤه، الحل ميتته أخرجه األربعة وابن أبي شيبة واللفظ له وصح

شافعي وأحمد والت رميذي ورواه مالك وال

Artinya: "Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu ia berkata: Telah bersabda

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang (hukum) air laut: “Air laut itu suci,

(dan) halal bangkainya.” Diriwayatkan oleh, Abu Dawud, Tirmidziyy, Nasaa-i,

Ibnu Majah, dan Ibnu Abi Syaibah, dan ini merupakan lafazhnya, dan telah

dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, dan Tirmidziyy dan telah diriwayatkan pula

oleh Malik, Syafi’i dan Ahmad".

Dalil dan Hadits tersebut menjelaskan bahwa kita diperbolehkan memanfaatkan

sumber daya laut yang dihalalkan dagingnya untuk dikonsumsi dan mendapatkan

keuntungan atas sumber daya laut, khususnya ikan. Diperlukan kebijakan yang

mengatur tentang pemanfaatan atas luas lautan yang dimiliki Indonesia juga

melimpahnya potensi sumber daya ikan yang dimiliki Indonesia, salah satunya di

bidang investasi.

Tinjauan atas pemberlakuan negatif investasi asing di bidang usaha perikanan

tangkap sebagaimana wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan pihak dari

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kasie (Kepala Seksie) Pengawasan

Penangkapan Ikan di Laut Teritorial Perairan Kepulauan dan Pedalaman, Bapak Asep

Supriadi, S. St. Pi, M. Si., pada tanggal 26 Juli 2017, setelah peneliti olah dalam bentuk

deskriptif adalah sebagai berikut:2

2 Asep Supriadi, (Kepala Seksie) Pengawasan Penangkapan Ikan di Laut Teritorial Perairan

Kepulauan dan Pedalaman, Interview Pribadi, 26 Juli 2017.

Page 72: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

59

Investasi asing/modal asing pada dasarnya sangat berpengaruh dan merupakan

aspek yang penting karena merupakan aset pembangun perusahaan perikanan.

Berdasarkan pengawasan dan peninjauan usaha pasca pengaturan negatif investasi

asing usaha perikanan tangkap, perusahaan-perusahaan yang sebelumnya dimiliki

dengan kepemilikan modal asing baik sebagian maupun seluruhnya banyak yang

kegiatan usahanya berhenti total, tetapi ada juga yang tetap beratahan, karena untuk

beroperasi, kapal tidak bisa bergerak lagi, dan sudah sekitar 77 kapal asing sudah

kembali ke negaranya. Pengehentian perusahaan-perusahaan perikanan yang di

dalamnya terdapat (kontribusi) modal asing, juga dibarengi dengan Surat Edaran

Menteri mengenai Pemberhentian Izin Perusahaan (perikanan tangkap). Kemudian,

dari permasalahan ini membuat banyak pekerja warga negara indonesia yang

sebelumnya sudah menggantungkan hidupnya pada perushaan perikanan yang dicabut

izinnya tersebut menganggur dan tidak memiliki pekerjaan.

Sebenarnya terdapat beberapa pertimbangan pada pencabutan izin dalam

kaitannya pembarlakuan negatif investasi asing usaha perikanan tangkap tersebut:

1. Perusahaan sudah memberikan pekerjaan

2. Perusahaan telah menghidupkan lingkungan masyarakat setempat

3. Perusahaan telah membantu meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar

Namun pertimbanagan tersebut jika dipersentasikan dalam rupiah tidak sebanding

dengan persentasi perusahaan tersebut yang mengambil kekayaan alam/ikan

(membawa lari ikan ke luar negeri, misalnya dengan transhipment di tengah laut)

sampai ratusan juta—sebagai gambaran, jika dibandingkan keuntungan yang didapat

masyarakat dari perusahaan hanya kisaran dibawah satu juta rupiah dengan kerugian

negara yang ditimbulkan dari penangkapan ikan yang disalahgunakan bisa mencapai

ratusan juta rupiah.

Jika diamati, negatif investasi asing usaha perikanan tangkap ini dapat dikatakan

merugikan, karena banyak orang yang menjadi pengangguran padahal sebelumnya

mereka sudah menggantungkan hidupnya pada perusahaan yang tertanam modal asing,

baik sebagian maupun seluruhnya. Namun kembali lagi yang menjadi pertimbangan

Page 73: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

60

adalah kepentingan masyarakat yang terlanjur menggantungkan pekerjaannya pada

perusahaan perikanan dengan modal asing ataukah pada sisi kerugian negara.

Bisa terjadi demikian, karena banyak dari investor hanya memberikan modal usaha

saja, dan yang menjalankan usaha adalah orang Indonesia, bahkan bisa secara

keseluruhan. Meski, terdapat dua katagori dalam menjalankan usaha tersebut. Ada

investor yang hanya memberikan modal saja dan yang menjalankan usaha sampai ke

level bawah adalah warga negara Indonesia (dengan tetap didampingi asing), dan ada

juga investor asing yang tidak hanya menyetorkan modal, melainkan ikut menjalankan

perusahaan tersebut, dengan ciri nahkoda yang berlayar adalah nahkoda asing, juga

kepala kantor dan stafnya cenderung asing. Dengan begitu, rasanya benar bahwa

dampak negatif dirasakan tidak hanya oleh investor asing, mlainkan juga oleh warga

Indonesia yang sudah menggantungkan pekerjaannya pada perusahaan perikanan

tersebut.

Sebagai solusi, saat ini sudah dibentuk Pembangunan Sentra Kelautan dan

Perikanan Terpadu (PSKPT) untuk memajukan pulau kecil dan terluar, cold trorage,

kapal gratis, bantuan usaha/modal, bantuan kapal, dan lain-lain. yang mana program

ini diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dan mengatasi masalah ketengakerjaan

dari dampak pencabutan izin/matinya perusahaan perikanan yang tidak beroperasi lagi.

Jadi bukan semata-mata membuat kebijakan dengan menghentikan modal asing tanpa

adanya solusi, tetapi juga sudah dipertimbangkan untuk menanggulangi dampak-

dampak yang kemungkinan akan terjadi.

Sebenarnya, Ide/gagasan negatif investasi asing di bidang usaha perikanan tangkap

dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 adalah untuk menggiatkan usaha

nelayan-nelayan kecil dan para pengusaha Indonesia. Jika kesempatan asing dalam

berinvestasi/menanamkan modalnya diberikan kembali misalnya di natuna bagi

investor asing guan pemasukan kas negara sebagaimana yang sempat diusulkan, upaya

yang selama dua tahun sudah memberikan peluang kepada nelayan dan pengusaha

dalam negeri terasa akan sia-sia. Selain itu, terdapat keinginan bahwa orang indonesia

itu mampu berusaha di bidang perikanan dan mampu bersaing dengan negara luar.

Page 74: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

61

Banyak negara yang menggugat negatif investasi asing usaha perikanan tangkap

dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 ini, misalnya Thailand dan China,

meski sebenarnya mereka hanya ingin adanya kerja sama antar negara yang saling

menguntungkan di bidang ekonomi. Gugtan itu pernah disampaikan ke Presiden

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koordinator Kemaritiman,

Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Luar Negeri. Desakan untuk dibukanya

keran asing juga diterima oleh negara lain. Bahkan ada juga pihak pengusaha domestik

yang menggugat karena sebelumnya diuntungkan dan sudah bergantung pada investor

asing, mereka merasa dirugikan rugi karena ada perjanjian-perjanjian yang harus

dibatalkan.

Selain dampak yang dinilai negatif, terdapat pula banyak dampak positif yang

didapat. Misalnya, dahulu ukuran hasil penangkapan ikan di Daerah Timika, Tual,

Fakfak, Pulau Seram, cenderung keci, sekarang nelayan merasa senang karena di

daerah-daerah itu nelayan bisa mendapatkan has il tangkapan ikan dengan ukuran

besar, bahkan di Daerah Tual, nelayan yang sudah 20 tahun tidak menemukan ikan

layur untuk ditangkap, sekarang nelayan sudah bisa menagkap ikan layur. Artinya,

sumber daya alam sudah dinikmati oleh masyarakat kecil. Di Pantai Selatan, Sulawesi

Utara, dulu nelayan harus menempuh waktu 6-8 jam dari pantai menuju ke lokasi

penangkapan ikan, sekarang nelayan hanya butuh menempuh waktu dua jam untuk

mendapatkan ikan, karena lokasi penangkapan ikan sudah semakin dekat. Jika

dibandingkan pada saat masih ada investor asing, nelayan tidak mudah mendapatkan

ikan.

A. KEBIJAKAN NEGATIF INVESTASI SEBAGAI UPAYA MENJAGA

KEDAULATAN BANGSA

Keterlibatan Indonesia dalam pengelolaan ikan regional maupun internasional

telah diamanatkan oleh UU No. 31 Tahun 2004. Misalnya, dimuatnya pengaturan

kegiatan perikanan di laut lepas sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 5, yaitu:

”Pengelolaan perikanan di luar wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia

Page 75: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

62

yang diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan, persyaratan,

dan/atau standar internasional yang diterima secara umum”. Selain itu, UU No. 31

Tahun 2004 juga menuntut Pemerintah Indonesia untuk ikut serta secara aktif

dalam keanggotaan badan/lembaga/organisasi regional dan internasional dalam

rangka kerjasama pengelolaan perikanan regional dan internasional sebagaimana

yang tertuang pada Pasal 10. Dengan demikian, secara yuridis Indonesia telah

mempunyai landasan hukum yang jelas dalam melakukan kerjasama pengelolaan

perikanan dengan negara-negara tetangga, baik di wilayah perairan yang

berbatasan maupun di perairan laut lepas. Sementara itu, hal-hal yang perlu

diperhatikan Indonesia dalam mewujudkan perikanan bertanggung jawab di laut

lepas, harus juga memperhartikan kepentingan negara lain terutama yang

berbatasan langsung dengan wilayah laut Indonesia, agar tidak mencederai

kedamaian wilayah laut yang berbatasan tersebut.

Setiap negara di dunia berhak atas penguasaan kedaulatan seluruh kekayaan

alamnya. Kekayaan alam adalah salah satu faktor utama mengapa suatu negara

berupaya memiliki atau mengkalim kedaulatannya atas suatu wilayah. Kekayaan

alam pula yang menjadi alasan utama mengapa negara-negara di abad pertengahan

menduduki wilayah-wilayah dibagian dunia lain yang jauh dari wilayahnya.

Prinsip kedaulatan negara terhadap kekayaan alamnya terdapat dalam berbagai

dokumen hukum internasional sebagai berikut:3

(1) Resolusi Majelis Umum PBB No. 626 (VII) Tanggal 21 Desember 1952

Resolusi ini menegaskan prinsip “penentuan nasib sendiri di bidang

ekonomi setiap negara” (economic selfdetermination). Resolusi ini

menegaskan hak negara sedang berkembang untuk memanfaatkan sumber

daya alamnya. Pasal ini antara lain menyatakan: “The right of the peoples

3 Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional, (Bandung: Keni Media, 2015,

Cet. 5), h. 133.

Page 76: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

63

freely use and exploit their natural wealth and resources in accordance with

the United Nations Charter.”

Artinya: Hak masyarakat bebas menggunakan dan memanfaatkan

kekayaan dan sumber daya alam mereka sesuai dengan Piagam

Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Menurut prinsip ini adalah hak setiap negara untuk memanfaatkan secara

bebas kekayaan alamnya. Tujuan utama dari resolusi adalah untuk mendorong

negara-negara terbelakang untuk memanfaatkan sumber kekayaan alam

negerinya dan mencegah negara lain memanfaatkannya untuk kepentingannya

sendiri4.

(2) Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 1803 (XVII) Tanggal 14 Desember

1962 dan 25 November 1966.

Dalam resolusi ini, majelis umum memperluas ruang lingkup kedaulatan

permanen (permanent sovereignty) terhadap kekayaan alam di dasar laut dan

tanah dibawahnya dan di perairan laut yang masih berada dalam yuridiksi

nasional suatu negara. Pasal 1 Resolusi Nomor 1803 ini menyatakan: “The

right of peoples and nations to permanent sovereignty over their natural

wealth and resources must be exercised in the interest of their national

development and of the well-being of the people of the State concerned.”

Artinya: Hak bangsa dan negara terhadap kedaulatan permanen atas

kekayaan dan sumber daya alam mereka harus dilakukan untuk

kepentingan pembangunan nasional dan kesejahteraan rakyat Negara yang

bersangkutan.

(3) Covenant on Economic, Social and Cultural Rights Tanggal 16 Desember

1966 dan Covenant on Civil and Political Rights Tanggal 16 Desember

1966.

4 J. G. Starke, Introduction to International Law, (London: Butterworhts, 1984), 9th.ed., h. 121.

Page 77: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

64

Kedua covenant menegaskan hak suatu negara (peoples) untuk

memanfaatkan secara bebas kekayaan alamnya. Sebagai contoh, Pasal 1 ayat

(2)

"Covenant on Economic, Social and Cultural Rights menegaskan: “All

peoples may, for theit own ends, freely dispose of their natural wealth and

resources without prejudice to any obligations arising out of

international economic cooperation, based upon the principle of mutual

benefit, and international law. In no case may a people be deprived of its

own means of subsistence.”

Artinya: Kovenan tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya:

"Semua negara boleh, untuk kepentingan mereka sendiri, dengan

bebas memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya mereka tanpa

mengurangi kewajiban yang timbul dari kerjasama ekonomi

internasional, berdasarkan asas saling menguntungkan, dan hukum

internasional. Sama sekali tidak boleh, negara dirampas dari sarana

penghidupannya sendiri."

(4) Resolusi Majelis Umum PBB tentang Permanent Sovereignty over Natural

Resources Tahun 1974 dan Deklarasi tentang pembentukan Tata

Ekonomi Internasional Baru dan Piagam Hak-hak Ekonomi dan

Kewajiban Negara (Charter of Economic Rights and Duties of States), 10

Desember 1974.

Kedua instrumen ini menegaskan kembali kedaulatan negara untuk

mengawasi kekayaan alamnya, terutama bagi negara berkembang, guna

meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Secara implisit dinyatakan pula

bahwa adalah tanggung jawab masyarakat internasional untuk menolong

pemanfaatan kekayaan alam negara-negara sedang berkembang. Piagam hak-

hak ekonomi dan kewajiban negara ini antara lain menyatakan sebagai

berikut:5 “Every state has and shall freely exercise full permanent sovereignty,

including possession, use and disposal, over all its wealth, natural resources

and economic activities.”

5 Parry and Grant, Encyclopaedic Dictionary of International Law, (New York: Oceana, 1986),

h. 290.

Page 78: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

65

Artinya: Setiap negara memiliki dan secara bebas menjalankan

kedaulatan permanen sepenuhnya, termasuk kepemilikan, penggunaan

dan pembuangan, atas semua kekayaan, sumber daya alam dan kegiatan

ekonominya.

(5) Prinsip 21 dan 11 Declaration on The Human Environment yang

dihasilkan oleh konferensi Stockholm 5-6 Juni Tahun 1972.

Kedua prinsip menayatakan kembali bahwa negara-negara memiliki hak

berdaulat untuk memanfaatkan kekayaan alamnya sesuai dengan

kebijaksanaan pengamanan dan pemeliharaan lingkungannya6. Dalam

pemanfaatan tersebut, negara bertanggung jawab atas setiap kegiatan yang

merugikan lingkungan atau wilayah negara lain yang berada di luar yuridiksi

nasionalnya.

Prinsip 21 menyatakan:

“State have, in accordance with the Character of The United Nations and te

principles of international law, the sovereign right to exploit their own natural

resorces pursuant to their environmental policies, and the responsibility to

ensure that activities within their juridiction or control do not cause damage

to the evironmental of their states or of areas beyond the limits of national

juridictions.”

Artinya: Negara memiliki, sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-

Bangsa dan prinsip-prinsip hukum internasional, hak kedaulatan untuk

memanfaatkan pemanfaatan alam mereka sendiri sesuai dengan kebijakan

lingkungan mereka, dan tanggung jawab untuk memastikan bahwa kegiatan

di dalam yuridiksi atau pengawasan mereka tidak menyebabkan merusak

lingkungan negara bagian mereka atau wilayah yang berada di luar batas

yurisdiksi nasional.

Prinsip 11 menyatakan:

“The environmental policies of all States should enhance and not adversely

affect the present or future development potential of developing countries, nor

should they hamper the attainment of better living conditions for all, and

appropriate steps should be taken by States and international organizations

with a view to reaching agreement on meeting the possible national and

international economic consequences resulting from the aplication of

environmental measures.”

6 Parry and Grant, Encyclopaedic Dictionary of International Law, h. 122-123.

Page 79: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

66

Artinya: Kebijakan lingkungan dari semua Negara harus ditingkatkan dan

tidak berdampak buruk terhadap potensi pembangunan saat ini atau masa

depan negara-negara berkembang, dan juga tidak boleh menghambat

pencapaian kondisi kehidupan yang lebih baik untuk semua orang, dan

langkah-langkah yang tepat harus diambil oleh Negara-negara dan

organisasi internasional dengan maksud untuk mencapai kesepakatan untuk

memenuhi konsekuensi ekonomi nasional dan internasional yang mungkin

timbul akibat penerapan tindakan lingkungan.

Regulasi Negatif invetasi asing usaha perikanan tangkap Indonesia ini

mengatur sampai Laut Lepas yang pada hakikatnya bukan merupakan kedaulatan

suatu negara/tidak dapat dimiliki oleh suatu negara manapun di dunia. Jadi, aturan

yang dibuat oleh suatu negara di dunia tidak boleh sampai kepada Laut Lepas.

Namun, jika diteliti kembali, terasa bahwa klausul "Laut Lepas" tersebut telah

melebihi kewenangan suatu negara dalam membuat peraturan7. Hal ini sangat

disayangkan karena tidak dijelaskan maksud lebih detail mengenai adanya klausul

"Laut Lepas", misalnya saja penjelasan titik koordinat bagian mana yang di

maksud pada "Laut Lepas" ini. Menurut aturan hukum, baik internasional maupun

nasional, laut lepas bukan merupakan wilayah laut sebuah negara. Namun, terdapat

aturan wilayah laut lepas dalam pengaturannya bagi negara-negara yang terikat

dalam RFMO, sehingga seakan-akan laut lepas merupakan milik negara yang

tergabung dan menjadi anggota dalam organisasi tersebut, ditegaskan lagi dengan

adanya sanksi embargo bagi negara non-anggota yang melakukan kegiatan

penangkapan ikan di wilayah RFMO.

Kebebasan di laut bebas berarti bahwa laut bebas dapat digunakan oleh negara

manapun. Oleh karena itu, berdasarkan prinsip kebebasan, semua negara, apakah

berpantai atau tidak, dapat mempergunakan laut bebas dengan syarat memenuhi

ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh UNCLOS 1982 atau ketentuan hukum

7 Kewenangan ini terkait dengan Article 89, Part VII mengenai High Seas, Section 1. General

Provision: Invalidity of claims of sovereignty over the high seas: No State may validly purport to subject any part of the high seas to its sovereignty.

Page 80: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

67

internasional lainnya. Kebebasan juga berarti bahwa tidak satupun negara yang

dapat menundukkan kegiatan manapun di laut bebas di bawah kedaulatannya dan

laut bebas hanya digunakan untuk tujuan-tujuan damai. Di samping itu,

pelaksanaan kebebasan di laut bebas tidak dapat lagi ditafsirkan secara liberal dan

mutlak tanpa mengingat kepentingan negara-negara lain. Seluruh pasal yang ada

dalam UNCLOS 1982 memang ditujukan pada masa damai8.

Terdapat dua teori atau konsep Natur Yuridis Laut Bebas:9

(1) Res Nullius

Res nullius berasal dari konsep Hukum Perdata Romawi, yang berart suatu

benda tidak ada pemiliknya. Berkaitan dengan permasalahan di sini, maka

sebagai res nullius, laut bebas adalah bebas karena tidak ada yang memiliki.

Namun, dalam penerapannya, konsep ini membawa akibat negatif. Apabila laut

bukan merupakan milik sebuah negara, maka kebebasan yang terdapat di laut

tersebut dapat mempunyai akibat-akibat yang ekstrim, misalnya suatu negara

dapat memiliki laut karena yang bersangkutan mempunyai teknologi untuk itu

atau setidaknya berbuat semaunya seolah-olah laut itu adalah miliknya.

Sebagaimana diketahui bahwa tidak satu negara pun dapat menduduki laut,

berbuat sehendak hatinya di laut dan seperti apa yang disebutkan dalam Pasal

87 UNCLOS 1982, kebebasan di laut harus dilakukan dengan syarat-syarat

tertentu

(2) Res Communis

Res communis juga diadopsi dari Hukup Perdata Romawi yang berari bahwa

suatu benda menjadi milik bersama. Ini berarti bahwa laut adalah milik

bersama, karena itu negara-negara bebas menggunakannya. Apabila laut

menjadi milik bersama maka itu berarti bahwa laut bebas berada di bawah

8 Dina Sunyowati dan Enny Narwati, Buku Ajar Hukum Laut, (Surabaya: Airlangga University

Press, 2013, Cet. 1), h. 104.

9 Dina Sunyowati dan Enny Narwati, Buku Ajar Hukum Laut, h. 105-106.

Page 81: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

68

kedaulatan negara-negara secara bersama-sama dan diatur melalui pengelolaan

internasional. Namun, kenyataannya tidaklah demikian. Bila diterima gagasan

bahwa tiap-tiap negara adalah pemilik bagian dari laut bebas, ini dapat berari

bahwa negara-negara tersebut dapat menggunakan semaunya kebebasan-

kebebasan di laut sehingga mengganggu negara-negara lain.

Indonesia yang tergabung dan sudah menjadi anggota tetap RFMO

diperbolehkan mengatur kapal-kapalnya yang berkegiatan di laut lepas dan berhak

atas wilayah laut lepasnya sebagimana yang dutentukan oleh RFMO, tetapi,

kewenangan tersebut hanya terbatas pada masalah perlindungan ikan Tuna10.

Dengan ditegaskannya wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia,

sebagaimana yang ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 dan

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2014, jelas bahwa

laut lepas bukan merupkan yuridiksi sebuah negara.

Adanya hukum di setiap negara yang berbeda-beda, agaknya saling

mempengaruhi kebijakan dan hukum dalam negaranya masing-masing. Dalam

konteks global pun, hukum internasional dapat kiranya mempengaruhi hukum

nasional sebuah negara, misalnya melaui ratifikasi sebuah kesepakatan

internasional, kemudian menuntut adanya harmonisasi peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dan berada di bawahnya. Negara dalam menetapkan

sebuah kebijakan ekonomi harusnya berhati-hati dalam mentaati ketentuan

internasional yang justru dapat merugikan kepentingan bangsa.

Globalisasi investasi ditengarai oleh perubahan peran dan kewajiban negara

dalam konsep negara yang berkedaulatan rakyat. Negara tidak lagi berperan

melindungi rakyat dan mewujudkan kesejahteraan sosial, tetapi sebatas membuat

undang-undang sedangkan yang menjalankan dan mengawasi adalah private atau

10 Asep Supriadi, Kepala Seksie Pengawasan Penangkapan Ikan di Laut Teritorial Perairan

Kepulauan dan Pedalaman, Interview Pribadi, 26 Juli 2017.

Page 82: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

69

independent11. Perkembangan perdangangan dan faktor ekonomi lainnya yang

mempengaruhi iklim investasi internasional menyebabkan ketergantungan antar

negara-negara yang berbeda, sehingga memanjakan negara dalam segi

ekonominya terhadap negara lain yang menjadikan negara tidak mampu mandiri.

Kebijakan investasi internasional yang liberal—misalnya TRIMs12—,

menuntut negara-negara berkembang untuk mengikuti arus dan memaksa mereka

untuk menuruti aturan yang berlaku, sedangkan aturan-aturan tersebut juga dibuat

oleh negara-negara yang sudah maju (developed countries) dan belum tentu

mempertimbangkan kepentingan negara-negara berkembang (developing

countries).

TRIMs adalah perjanjian tentang aturan-aturan investasi yang menyangkut

atau berkaitan dengan penandatanganan. Kesepakatan TRIMs dimaksudkan untuk

mengurangi atau menghapus kegiatan perdagangan dan meningkatan kebebasan

investasi. Dalam pandangan negara berkembang, ketentuan TRIMs dipandang

sebagai kendaraan (sarana) dengan tujuan khusus untuk keuntungan terbesar bagi

negara maju dalam pasar global melaui peraturan perdagangan misalnya kebijakan

investasi. Negara berkembang menegaskan bahwa kebijakan investasi jangan

hanya dipandang dari sisi mikro dan makro ekonomi semata, tetapi dengan adanya

sistem yang menyeluruh tentang ekonomi, sosial, politik, dan keamanan, investasi

hanyalah satu bagian saja dari subsistem ekonomi. Jika terdapat maasalah yang tak

terselesaikan tentang kebijakan investasi, hal ini mengakibatkan ketidakstabilan

pada subsistem yang lain. Penyesuaian hukum investasi memang perlu dilakukan

tanpa mengabaikan kepentingan stabilitas nasional13. Perundingan TRIMs sarat

11 Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 26, No. 4 Tahun 2007, h. 4

12 Trade Related Investment Measures/TRIMs (Ketentuan Investasi yang berkaitan dengan perdagangan), perundingan yang bertujuan untuk mengurangi atau menghapus segala kebijakan di bidang investasi yang dapat menghambat kegiatan perdagangan.

13 Siti anisah, Implemantasi TRIMs dalam Hukum Investasi Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 22 No. 5 Tahun 2003, h. 33.

Page 83: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

70

dengan kepentingan-kepentingan negara maju dan mendapat pertentangan dari

negara berkembang, sehingga menjadi isu yang sensitif14.

Jadi dari segi kelestarian dan keberlanjutan, potensi ikan laut yang dimiliki

Indonesia akan lebih bermanfaat jika diberdayakan oleh bangsa Indonesia sendiri,

terutama dari bidang penangkapan yang di dalamnya sering kali disalahgunakan

oleh pihak asing. Dengan demikian, merupakan momentum dan peluang emas

untuk belajar di bidang usaha perikanan bagi pengusaha Indonesia, di samping

juga untuk membangun kepercayaan diri bangsa sebagai bangsa maritim yang

berdaulat.

Pemerintah membatasi partisipasi kepemilikan saham asing pada sektor-

sektor tertentu, yakni sektor-sektor yang diatur dalam DNI. Pembatasan atas

kepemilikan asing dalam sektor-sektor usaha dalam negeri merupakan bentuk

perlindungan hajat hidup orang banyak pada sektor potensial disamping juga

menjaga kedaulatan negara. Merupakan suatu kebijakan yang besar jika Indonesia

beranjak dengan mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya alam yang

tersedia melimpah untuk digunakan bagi kemakmuran bangsa tanpa adanya campur

tangan asing.

B. KEMANFAATAN KEBIJAKAN INVESTASI (DNI) DAN ASAS

KEMANDIRIAN EKONOMI

Masuknya modal asing bagi perekonomian Indonesia merupakan tuntutan

keadaan baik ekonomi maupun politik Indonesia. Alternatif penghimpunan dana

pembangunan perekonomian Indonesia melalui investasi modal secara langsung

sangat baik dibandingkan dengan penarikan dana internasional lainnya seperti

pinjaman dari luar negeri15.

14 H. S. Kartadjoemena, GATT WTO dan Hasil Uruguay Round, (Jakarta: UI Press, 1997), h. 220.

15 Yulianto Syahyu, “Pertumbuhan Investasi Asing di Kepulauan Batam: Antara Dualisme Kepemimpinan dan Ketidakpastian Hukum”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 22, No. 5, Tahun 2003, h. 46.

Page 84: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

71

Setidakya terdapat beberapa sumber pembiayaan pembangunan Indonesia,

yaitu Ekspor, Bantuan Luar Negeri, Investasi Asing (PMA), dan juga Tabungan

Domestik. Salah satu cara untuk menggerakkan kembali perekonomian nasional

menjadi lebih maju adalah dengan melalui kebijakan yang mampu mengundang

minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, terlebih investor asing

yang merupakan salah satu penopang berjalannya roda perekonomian bangsa.

Salah satu asas atau landasan sistem perekonomian Indonesia sebagaimana

yang disebutkan dalam UUPM adalah asas kemandirian ekonomi. Kemandirian

merupakan sebuah sikap yang mengedepankan kemampuan diri bangsa dalam

menumbuhkan dan menjalankan roda perekonomian untuk mencapai tujuan

kemakmuran ekonomi bangsa yang mandiri tanpa menutup diri pada globalisasi

ekonomi termasuk di dalamnya masuknya modal asing yang memungkinkan

adanya berbagai kerja sama untuk saling menguntungkan.

Di era keterbukaan atas perkembangan ekonomi dunia dan globalisasi

ekonomi, negara-negara berkembang memiliki rasa takut akan ketergantungan

pada modal asing, misalnya karena terlalu membuka diri dengan ketentuan dan

terikat kerja sama internasional yang ternyata menjebak dan memaksa negara

berkembang untuk tunduk pada aturan tersebut sehingga negara berkembang tidak

mampu secara absolut melepaskan diri dan terlanjur bergantung pada modal asing.

Merupakan sebuah dinamika bahwa dalam era modern, negara harus tetap

mengikuti arus globalisasi tetapi harus diseimbangkan dengan kepentingan

bangsa. Jangan sampai negara hanyut terbawa arus globalisasi yang tak terkendali

hingga kehilangan jati diri sebagai bangsa yang berdaulat dan mandiri.

Globalisasi ekonomi jika tidak di cerna dan diolah baik dengan berbagai

pertimbanagan di dalamnya, akan memperparah ketergantungan negara

miskin/berkembang terhadap negara maju. Terlebih ketergantungan tersebut dapat

diperparah dengan eksploitasi sektor perekonomian yang dimiliki negara

miskin/berkembang oleh negara maju.

Page 85: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

72

Jika di pikirkan, sumber dana eksternal yang berupa modal asing sebenranya

dapat dimanfaatkan oleh negara berkembang sebagai alat untuk mempercepat

pertumbuhan ekonomi. Namun, terdapat hipotesis utama teori ketergantungan

(dependencia) adalah sebagai berikut:16

a. PMA dan bantuan luar negeri dalam jangka pendek memperbesar

pertumbuhan ekonomi, namun dalam jangka panjang (5-20 tahun)

menghambat pertumbuhan ekonomi.

b. Makin banyak negara bergantung pada PMA dan bantuan luar negeri, makin

besar perbedaan penghasilan dan pada gilirannya tujuan pemerataan tidak

tercapai.

Teori dependency juga berpendapat bahwa investasi asing secara langsung

(Foreign Direct Investment/FDI) kelihatannya sebagai ancaman terhadap

kedaulatan negara tuan rumah (host country) dan terhadap kebebasan

pembangunan kehidupan sosial dan budaya karena penanam modal asing akan

cenderung memperluas yuridiksi dan menggunakan pengaruh kekuatan pemerintah

asing terhadap host country17.

Dapat dikatakan bahwa tidak ada suatu negara di dunia ini yang sepenuhnya

otonom dan mandiri. Dengan kata lain tidak ada satu negara pun yang proses

pembangunannya semata-mata merupakan refeksi kegiatan yang dilaksanakan oleh

negara yang bersangkutan tanpa pengaruh dari luar. Semua negara di dunia saat ini

tergantung dengan negara lain. Singkatnya, ada interpedensi antar negara di dunia.

Hanya saja terdapat perbedaan dalam jenis ketergantungan ataupun tingkat

interpedensi antara satu negara dengan negara yang lain18. Tentunya dengan adanya

16 Mudrajad Kuncoro,Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan, (Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2010), h. 359.

17 M. Sonarayah, The International Law an Foreign Investment, h. 54.

18 Mudrajad Kuncoro,Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan, h. 31.

Page 86: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

73

kesadaran mengenai ketergantungan anatara negara ini, diperlukan adanya suatu

konsep atau solusi yang mampu menjembatani kepentingan yang dialndasi keadilan

di bidang ekonomi.

Menutut teori sistem dunia, pada hakikatnya hanya dikenal tiga strategi

pembangunan, yaitu:19

a. Strategi Pembangunan dengan Memanfaatkan Peluang Pasar Luar Negeri

Dalam strategi ini, pemerintah berperan aktif (state capitalism) dalam

memanfaatkan keunggulan komparatifnya untuk memanfaatkan peluang pasar

luar negeri, meskipun harus diakui tidak semua negara memiliki kemampuan

untuk memanfaatkan peluang tersebut.

b. Strategi pembangunan dengan Mengundang Investasi Luar Negeri

Strategi pembangunan dengan mengundang investasi luar negeri dilakukan

dengan memanfaatkan keunggulan komparatif, seperti upah buruh yang murah

serta kemudahan-kemudahan lainnya. Ini disebut juga sebagai model liberal

open door.

c. Strategi Pembangunana Mandiri

Strategi pembangunan mandiri (self-reliance) menekankan pada kemampuan

dalam negeri dan sesedikit mungkin bantuan dari pihak luar. Strategi ini kuang

berhasil diterapkan pada negara-negara dunia ketiga karena keterbatasan

sumber daya alam ataupun manusia.

Teori pembangunan modern terdiri atas dua komponen, yaitu: tujuan akhir

pembangunan dana alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembangunan20.

Komponen pertama pada umumnya bersifat normatif, dengan ideologi negara

yang mempengaruhinya. Komponen kedua, tergantung bagaimana strategi yang

19 Immanuel Wallerstein, The Capitalist Wild Economy, (Cambridge: Cambridge University

Press, 1979), h. 76.

20 Bjorn Hettne, Development Theory and the Three Worlds, Essex: Longman Group, 1991), h. 135.

Page 87: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

74

diterapkan dan direncanakan oleh negara dalam upaya pembangunannya. Teori

pembangunan yang dikemukakan para ekonom barat dan yang diterapkan pada

negara maju, tidak bisa begitu saja dan secara mentah diterapkan di negara

berkembang, apalagi negara yang pernah dijajah. Strategi pembangunan ekonomi

yang diterapkan haruslah memasukkan faktor sosial dan politik di negara tersebut

sebagai perimbangannya. Tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi tidak

boleh hanya semata-mata ditentukan oleh percepatan pertumbuhan ekonomi,

namun juga pada tingkat kesejahteraan masyarakat.

Adam Smith berpendapat bahwa kemakmuran negara diperoleh dari

kemampuannya untuk menggunakan sumber daya alam dan manusia untuk

meghasilkan tingkat produksi yang lebih baik dengan menekankan adanya

spesialisasi individu dan pembangian kerja.

Teori pembangunan yang didasarkan pada pengalaman pembangunan dan

pradigma berpikir barat, ternyata banyak menemui kegagalan dalam dataran

implementasinya di negara sedang berkembang (NSB). Asumsi-asumsi dasar yang

dipergunakan dalam teori pembangunan, merupakan asumsi yang hanya tepat

berlaku di negara-negara barat. Sementara itu, kondisi di NSB yang demikian

kompleks memerlukan strategi pembangunan yang jauh lebih canggih. Kondisi

dasar NSB jauh lebih rumit dibandingkan dengan negara maju, dan pada banyak

hal asumsi yang digunakan dalam teori pembangunan hanya mengacu pada

kondisi yang ada di negara maju. Kondisi tersebut diperparah oleh penerapan teori

pembangunan tersebut secara mentah-mentah tanpa melalui proses penyesuaian

dengan asumsi dasar yang terdapat di suatu negara21.

Dalam pembangunan ekonomi, hukum harus dapat menyediakan pengaturan-

pengaturan dan pemikiran-pemikiran hukum mengenai cara-cara peningkatan dan

pengembangan kehidupan ekonomi Indonesia (peningkatan produksi) secara

21 Mudrajad Kuncoro,Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan, h. 40.

Page 88: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

75

nasional dan berencana dengan tetap mengedepankan potensi nasional untuk

mencapai kemandirian ekonomi nasional dan kesejahteraan warga dan negara22.

Terdapat dua pemikiran yang berkembang dan dianggap sangat

mempengaruhi eksistensi investasi asing yang muncul dari awal kemerdekaan

pasca reformasi. Pemikiran yang pertama, adalah pemikiran Hatta dan Soekarno

dan para ekonom lainnya seperti Syafruddin Prawiranegara (Gubernur BI 1953-

1958) yang berpandangan pragmatis bahwa kapital dan modal asing masih

diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Pandangan ini melahirkan

berbagai bentuk kebijakan yang cukup menuai respon positif, dikarenakan

serangan dan konfrontasi baik berbentuk nasionalisasi maupun ekspropiasi hanya

perlu dilakukan kepada kapitalisme jahat yang dilakukan para imperialis yang

mengekploitasi kekayaan alam Indonesia. Kedua, pemikiran Tan Malaka, para

ekonom dan politikus sepemahaman, serta kaum serikat buruh yang berpandangan

lebih radikal kontemporer bahwa penyitaan (Nasionalisasi/ekspropriasi) seluruh

kekayaan dan aset-aset asing sajalah yang mampu membebaskan perekonomian

Indonesia dari hambatan-hambatan kaum imperialis dan kolonialis23.

Dapat dimasukinya modal asing yang sampai 100% yang salah satunya adalah

pada sektor usaha perikanan tangkap terpadu dan budi daya ikan, yang merupakan

salah satu kebijakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 sebagai

peraturan Pelaksana Penamaan modal asing, dianggap melahirkan kebijakan yang

sifatnya liberalistik, kapitalistik, neo kolonialistik, dan neo imperialistik24. Seperti

22 Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, (Bandung: Binacipta, 1988),

h. 41.

23 Bondan Kanumoyoso, Menguatnya Peran Ekonomi Negara: Nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001), h. 2-3. Lihat juga skripsi Azhar Nur Fajar Alam, “Asas Kemandirian dan Kemanfaatan Tindakkan Nasionalisasi Modal Asing: Pasal 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal” (Jakarta:Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2015), h. 50.

24 Erman Rajagukguk, Negara dan Kesejahteraan: Pro dan Kontra Modal Asing, h. 8-10., lihat juga skripsi Azhar Nur Fajar Alam, “Asas Kemandirian dan Kemanfaatan Tindakkan Nasionalisasi Modal

Page 89: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

76

dalam hal larangan nasionalisasi, bila ditelusuri, larangan nasionalisasi

sebagaimana yang tercantum dalam UUPM adalah hasil dari ketentuan-ketentuan

yang disusun berdasarkan praktik perjanjian internasional di bidang promosi dan

perlindungan penanaman modal yang telah dilakukan oleh Indonesia dengan lebih

dari 60 negara yang telah diratifikasi berdasarkan Undang-Undang Tentang

Perjanjian Internasional25.

DNI berfungsi sebagai keran tertutup, setengah terbuka atau terbuka penuh

untuk memastikan adanya keseimbangan tertentu yang hendak dipelihara oleh

BKPM, yaitu di satu sisi memerhatikan kepentingan swasta nasional terhadap

pemerataan ekonomi dan di pihak lain mendukung kepentingan pertumbuhan

ekonomi nasional. Contoh kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi

nasional adalah kebijakan pemba-tasan usaha bagi pelaku usaha asing, kewajiban

membangun kemitraan dengan usaha kecil dan menengah, serta kewajiban

memprioritaskan local content26. DNI juga berfungsi dalam mengatur ketentuan

porsi bidang usaha yang diperbolehkan kepemilikan modalnya bagi pemodal

dalam negeri maupun asing.

Yang sering kali menjadi pertanyaan dalam sebuah kebijakan investasi adalah,

apakah kebijakan investasi yang dikeluarkan sudah mencerminkan Pasal 33 UUD

1945 sebagai dasar perekonomian nasional ataukah justru menyimpang dari tujuan

utama pembangunan perekonomian nasional.

Pancasila yang merupakan landasan utama dalam setiap pembentukan

kebijakan, tak terkecuali kebijakan di bidang perekonomian, sebagaimana yang

Asing: Pasal 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal” (Jakarta: Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2015).

25 Azhar Nur Fajar Alam, “Asas Kemandirian dan Kemanfaatan Tindakkan Nasionalisasi Modal Asing: Pasal 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal” (Jakarta:Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2015), h. 67.

26 Sulistiowati dan Paripurna, “Mempertahankan Tujuan Peraturan Daftar Negatif Investasi dalam Mengendalikan Dominasi Kepemilikan Asing (Studi Kasus Pada Industri Telekomunikasi)” Jurnal Dinamika Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Vol. 14 No. 2 Mei 2014, h. 201.

Page 90: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

77

tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yang mana dalam hal kebijakan ekonomi

harus selalu mencerminkan UUD 1945 yang merupakan recht idea atas segala

kebijakan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia.

Pasal 33 UUD 1945 merupakan amanat kontitusi yang mendasari

pembentukan seluruh peraturan perundang-undangan di bidang pereknomian27.

Dalam pasal 33 UUD 1945 sebagai landasan sistem Demokrasi Ekonomi, pada

ayat (2), yaitu “cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang

mengusai hajat hidup orang banyak dikuasai negara”, dan ayat (3), dinyatakan

bahwa “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

negara dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Sebenarnya para pendiri bangsa Indonesia telah menetapkan Pasal 33 UUD

1945 sebagai politik perekonomian bangsa Indonesia dan politik sosial Republik

Indonesia. Pasal 33 UUD 1945 secara filosofis dan konseptual bertujuan untuk

mengamankan kekayaan ekonomi bagi bangsa Indonesia untuk kesejahteraan

rakyat dan mencegah kepentingan kelompok untuk mengontrol elemen-elemen

vital ekonomi tersebut28.

Berbeda dengan sektor bidang usaha pengelolaan perikanan yang justru tetap

dibuka, bahkan pada bidang cold storage yang dibuka sampai 100% untuk modal

asing. Usaha perikanan tangkap merupakan bidang usaha yang dianggap vital

karena langsung kepada ikan sebagai objek utama penopang usaha. Yang

sebelumnya memberi celah untuk dilakukannya IUUF akibat izin tangkap yang

disalahgunakan kemudian menimbulkan kerugian.

Diperlukannya pengaturan pemerintah terhadap penanaman modal

dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap penanaman modal yang

27 Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tetang

Penanaman Modal.

28 Rahmi Jened, Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment), Cet. 1, h. 80.

Page 91: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

78

dilaksanakan di Indonesia agar dapat berperan dalam pembangunan nasional.

Dengan kata lain, kebijaksanaan penanaman modal baik asing, maupun dalam

negeri, ditetapkan berdasarkan pemikiran bahwa kegiatan penanaman modal harus

dapat memberikan kontribusi untuk memperkuat dan memperkukuh struktur

perekonomian nasional29.

Tujuan utama dari diterbitkannya DNI 2016 (Peraturan Presiden Nomor 44

Tahun 2016) adalah untuk lebih meningkatkan kegiatan dan arus penanaman

modal di Indonesia, juga meningkatkan daya saing ekonomi skala nasional dalam

menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), globalisasi ekonomi yang

harus tetap mempertimbangkan kepentingan dan potensi bangsa, juga

menigkatkan perlindungan bagi pengusaha domestik dalam berbagai sektor usaha

nasional yang strategis dan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, serta

Koperasi (UMKMK).

Di samping itu, tujuan utama pemberian kebijaksanaan penanaman modal di

sub bidang usaha perikanan, adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat

khususnya nelayan dengan peningkatan jumlah dan mutu produksi perikanan baik

darat maupun laut. Oleh sebab itu, penanaman modal diarahkan sedemikian rupa

untuk tidak atau jangan sampai bertentangan dan menyaingi atau bahkan

merugikan perkembangan usaha perikanan rakyat. Hal itu sejalan dengan

pembagunan perikanan oleh pemerintah yang mengarahkan pada upaya

peningkatan pendapatan dan taraf hidup nelayan dan memajukan kualitas

kehidupan desa pantai melalui peningkatan disersivikasi produksi ikan guna

memenuhi pangan dan gizi serta meningkatkan nilai ekspor Agrobisnis perikanan

dapat dikembangkan melalui pola perikanan inti rakyat dengan memperkuat

koperasi melalui pengembangan dan penerapan teknologi maju dalam berbagai

29 Aminudin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, h. 46.

Page 92: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

79

usaha penangkapan ikan di daerah pantai,tambak, dan air tawar serta penangkapan

ikan di daerah pantai dan daerah lepas pantai30.

Agaknya DNI yang baru (Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016, sub

bidang perikanan) sesuai juga dengan visi kesejahteraan yang juga diusung

bersamaan dengan visi kedaulatan Meningkatkan pemberdayaan, daya saing, dan

kemandirian dalam menjaga keberlanjutan usaha kelautan dan

perikanan.”Masyarakat dan segenap bangsa Indonesia berhak atas kekayaan

sumberdaya kelautan dan perikanan Indonesia”.

Diusungnya kemandirian ekonomi nasional dari sektor kelautan, khususnya

perikanan melalui kebijakan investasi tentunya dibuat pemerintah untuk

mewujudkan kemandirian perekonomian nasional dengan mengedepankan potensi

bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi

terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

Kelemahan aturan negatif investasi usaha perikanan tangkap sebagaimana

yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tidak mengatur dan

menentukan apakah negatif investasi usaha perikanan tangkap tersebut dilarang

untuk penanaman modal asing langsung31 ataukah tidak langsung (fortofolio).

Walaupun sebenarnya, ketentuan mengenai DNI merupakan bentuk aturan

investasi dalam penanaman modal langsung, baik domestik maupun asing. Namun

berdasarkan analisa penulis dan juga berdasarkan hasil dari wawancara dengan

30 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004),

h. 96.

31 Lihat Hulman Panjaitan dan Abdul Mutalib Mahakam, Komentar dan Pembahasan Pasal Demi Pasal Terhadap UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, h. 15-16. Penanaman modal secara langsung adalah penanaman modal dengan mana penanam modal (investor) menjalankan sendiri perusahaan di mana modalnya ditanam, sedangkan penanaman modal tidak langsung adalah penanaman modal yang dilakukan melalui pasar modal. Penanaman modal secara langsung adalah penanaman modal oleh pemiliknya sendiri, sedangkan yang tidak langsung diakukan melalui pembelian obligasi-obligasi, surat-surat kertas perbendaharaan negara, emisi-emisi lainnya (saham-saham) yang dikeluarkan oleh perusahaan serta deposito dan tabungan yang berjangka sekuang-kurangnya satu tahun.

Page 93: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

80

pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, bahwa, negatif

investasi usaha perikanan tangkap Indonesia sebagaimana yang dimaksud

Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 adalah tertutup untuk segala jenis

investasi, baik untuk penanaman modal asing secara langsung maupun tidak

langsung.

Salah satu kebijakan dasar investasi asing sebagaimana adanya yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor UUPM adalah memberikan perlakuan yang sama

kepada investor dalam negeri juga investor asing. Agaknya terdapat ketidakpastian

hukum dalam hal modal asing yang sebelumnya sudah ada/ditanam di bidang ini.

Berdasarkan ketentuan Pasal 9 Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014, dampak

dari peraturan DNI tidak akan berlaku surut pada investasi dalam bidang-bidang

khusus yang telah disetujui sebelum peraturan ini diterbitkan, sepanjang ketentuan

tersebut lebih bermanfaat pada investasi yang relevan32.

Ketentuan peralihan yang diatur dalam Pasal 13 Peraturan Presiden Nomor 44

Tahun, juga menentukan hal yang serupa, bahwa: ketentuan pelaksanaan kegiatan

Penanaman Modal terhadap Bidang Usaha yang diatur dalam Peraturan Presiden

ini tidak berlaku bagi Penanaman Modal yang telah disetujui pada bidang usaha

tertentu sebelum Peraturan Presiden ini diundangkan, sebagaimana yang

tercantum dalam izin Penanaman Modal dan atau izin usaha perusahaan, kecuali

ketentuan tersbut lebih menguntungkan bagi Penanaman Modal dimaksud.

Pencabutan atas izin perusahaan perikanan tangkap yang dimasuki modal

asing, agaknya tidak sesuai dengan ketentuan mengenai modal yang ada

sebelumnya sebagaimana aturan yang tercantum tersebut. Pencabutan izin tersebut

juga merupakan bentuk kelanjutan dari Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan

32 juga Rahmi Janed, Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment), h.

204.

Page 94: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

81

Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pegelolaan Perikanan Negara Republik

Indonesia.

Jika dikaitkan, terdapat aturan grandfather yang bisa dijadikan alasan

pembenar atas pencabutan izin perusahaan tersebut. Aturan grandfather adalah

suatu aturan dengan mana aturan yang lama terus berlaku untuk beberapa situasi,

sementara suatu aturan baru akan berlaku untuk semua kasus di masa mendatang.

Jadi, klausula ini engecualikan aturan baru terhadap hak yang telah diperoleh oleh

kakeknya. Lazimnya perkecualian ini jarang terjadi dan sangat terbatas, yang

hanya mungkin diperpanjang untuk suatu waktu atau perkecualian terakhir dengan

suatu situasi khusus33. Bisa dipahami bahwa tidak terdapat situasi khusus yang

sangat penting, yang kemudian tetap membiarkan modal asing tertanam di bidang

usaha perikanan tangkap Indonesia.

Namun, dapat dikatakan juga hal ini merupakan suatu bentuk ketidakpastian

hukum, karena terdapat perbedaan maksud dalam hal aturan yang ada dan

kenyataannya. Sedangkan kepastian hukum merupakan syarat mutlak untuk

menarik minat investor dalam menanamkan modalnya, terlebih Indonesia

merupakan negara berkembang yang masih membutuhkan partisipasi modal asing

dalam mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara lain.

Kendati demikian, patut dibanggakan usaha pemerintah dalam mengupayakan

kemandirian ekonomi nasional dengan menegedepankan kedaulatan bangsa agar

senantiasa dihargai dan tidak begitu saja mudah diremehkan oleh negara lain yang

menganggap Indonesia adalah negara yang bergantung pada asing.

33 juga Rahmi Janed, Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment), h.

203.

Page 95: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan peneliti, dapat diambil

kesimpulan bahwa:

1. Kebijakan negatif investasi asing di bidang usaha perikanan tangkap telah

jelas dinyatakan terlarang sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan

Presiden Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup

dan Daftar Bidang Usaha yang terbuka dengan Persyaratan di Bidang

Penanaman Modal. Ketentuan ini dinyatakan terlarang 100% bagi

penanaman modal asing. Tujuan utamanya adalah membangun kemandirian

ekonomi dan menjaga kedaulatan bangsa guna mengamankan dan

memanfaatkan kekayaan alamnya secara mandiri agar tidak bergantung pada

investor asing. Hal ini selaras dengan upaya menjaga kedaulatan dan

membangun emandirian ekonomi bangsa dan sudah sesuai dengan pedoman

perekonomian Pasal 33 UUD 1945 juga. Hal ini juga dibenarkan dalam

beberapa resolusi dan ketentuan Internasional bahwa bangsa yang berdaulat

berhak untuk menentukan nasib dan arah perekonomiannya sendiri.

termasuk nasib atas arah kebijakan ekonomi yang ditetapkan. Namun

terdapat ketentuan yang dirasa abu-abu/tidak jelas. Yaitu larangan tersebut

sampai kepada wilayah laut lepas, diketahui bahwa laut lepas bukan hak

milik satu negarapun di dunia/milik umum dunia, sedangkan Indonesia

merupakan negara yang meratifikasi dan tunduk pada UNCLOS.

2. Kebijakan negatif investasi asing di bidang usaha perikanan tangkap saat ini

dirasa bermanfaat, terlebih arah tujuannya yang jelas yakni demi

membangun kemandirian ekonomi dan upaya menjaga kedaulatan bangsa.

Dampak positif yang didapat yakni tersedia ruang yang seluas-luasnya bagi

pengusaha lokal untuk memajukan usahanya, melatih kemandirian ekonomi

Page 96: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

83

rakyat, khususnya rakyat kecil, memakmurkan kehidupan rakyat dengan

potensi pribadi negara dan mencegah ketergantungan dari pihak asing.

Namun, patut disadari juga dampak negatif yang didapat. Bahwa kebijakan

ini berdampak pada banyaknya pegangguran karena perusahaan perikanan

yang harus dicabut izinnya, meski sudah diberikan solusi berupa penyerapan

tenaga kerja kembali lewat pogram yang disediakan Kementerian Kelautan

dan Perikanan. Namun, solusi tersebut tidak dapat dirasakan langsung

manfaatnya oleh pihak-pihak yang terkena dampak negatif dari kebijakan

ini. Karena dalam implementasinya terdapat proses dan prosedur tertentu

yang harus dijalani, padahal dampak negatif tersebut dampaknya langung

dirasakan. Kemudian, timbul pertanyaan, apakah kebijakan ditutupnya

keran investasi asing di bidang usaha perikanan tangkap sudah tepat ataukah

belum. Padahal diketahui untuk mengelola potensi perikanan laut indonesia

yang sedemikian melimpah dan agar tidak jadi sia-sia juga untuk memenuhi

kebutuhan kosumsi ikan masyarakat Indonesia yang juga besar, investasi

asing merupakan sebuah kebutuhan yang tak terelakkan. Kendati demikian,

patut disadari bahwa sebuah kebijakan tidak bisa dipandang buruk begitu

saja, terlebih sudah diberikan kebijakan lain sebagai solusi dan upaya

penanggulangan dari dampak ditutupnya keran investasi asing di bidang

usaha perikanan tangkap. Dalam upaya pembangunan ekonomi bangsa yang

mandiri dengan tetap menjaga kedaulatan bangsa, merupakan sebuah hal

yang patut diperjuangkan dan diamini, karena di dalamnya terdapat usaha

untuk memakmurkan rakyat.

B. Saran

1. Kebijakan/aturan dalam suatu peraturan perundang-undangan yang dibuat

dalam suatu negara yang berdaulat untuk menentukan sendiri nasib dan arah

kebijakan pembangunan ekonomi dalam negaranya merupakan suatu hak

mutlak, dan tidak bisa dengan mudah diintervensi oleh pihak-pihak asing

demi kepentingannya. Namun, pemerintah dalam menentukan/membuat

Page 97: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

84

peraturan perundang-undangan, regulator sudah selayaknya jeli, apakah

ketentuan tersebut tepat ataukah tidak.

2. Dalam menetapkan sebuah kebijakan investasi, tentunya pemerintah harus

membuat kebijakan yang pro rakyat dengan tujuan memajukan

kesejahteraan rakyat sebagaimana yang diamanahkan UUD 1945. Bahwa,

dalam menetapkan sebuah kebijakan ekonomi, sudah sepatutnya

pemerintah mempertimbangkan segala aspek dan dampak yang akan

ditimbulkan, terutama imbas negatif yang akan diterima masyarakat lemah.

Page 98: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

85

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Adolf, Huala. Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional. Cet. V. Bandung:

Keni Media. 2015.

Ali, Achmad dan Wiwie Heryani. Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum.

Jakarta: Kencana Prenadmedia Group, 2012.

Hartono, Sunaryati. Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia. Bandung: Binacipta.

1988.

Hettne, Bjorn. Development Theory and the Three Worlds. Essex: Longman Group.

1991.

Ibrahim, Johnny. Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Cet. III. Malang:

Bayumedia Publishing, , 2007.

Ilmar, Aminuddin. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta: Prenada Media,

2004.

Jened, Rahmi. Teori dan Kebijakan Hukum Investasi Langsung (Direct Investment),

Cet. I. Jakarta: Kencana. 2016.

Kairupan, David. Aspek Penanaman Modal Asing di Indonesia. Cet, I. Jakarta:

Kencana. 2013.

Kanumoyoso, Bondan Menguatnya Peran Ekonomi Negara: Nasionalisasi

Perusahaan Belanda di Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 2001.

Kartadjoemena, H. S. GATT WTO dan Hasil Uruguay Round. Jakarta: UI Press.

1997.

Page 99: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

86

Kuncoro, Mudrajad. Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan.

Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010.

Margono, Suyud. Hukum Investasi Asing Indonesia. Cet. I. Jakarta: CV. Novindo

Pustaka Mandiri. 2008.

Mauna, Boer. Hukum Internasional: Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika Global. Cet. IV. Bandung: PT. Alumni., 2011.

Panjaitan, Hulman. Hukum Penanaman Modal Asing. Jakarta: Ind-Hil Co. 2003.

Panjaitan, Hulman dan Abdul Mutalib Mahakam. Komentar dan Pembahasan

Pasal Demi Pasal Terhadap UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman

Modal. Jakarta: CV. Indihill Co, 2007.

Parry and Grant. Encyclopaedic Dictionary of International Law. New York: Oceana,

1986.

Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum. Pedoman

Penulisan Skripsi. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2017.

Putra, Ida Bagus Wyasa, dkk. Hukum Bisnis Pariwisata. Bandung: Reflika Aditama.

2003.

S, Salim H. dan Budi Sutrisno. Hukum Investasi di Indonesia. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada. 2008.

Satria, Arif. Politik Kelautan dan Perikanan: Catatan Perjalanan Kebijakan Era

SBY hingga Jokowi. Cet. I. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 2015.

Sinamo, Nomensen. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT Bumi Intitama

Sejahtera, 2009.

Page 100: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

87

Soekanto, Soerjno. Pengantar Penelitian Hukum. Cet. III. Jakarta, Universitas

Indonesia. 2010.

Sonarayah, M. The International Law an Foreign Investment. 3rd Ed. UK. Cambridge

Press. 2011.

Supriadi dan Alimuddin, Hukum Perikanan Indonesia. Cet.I. Jakarta: Sinar Grafika,

2011.

Starke, J. G. Introduction to International Law. 9th.ed. London: Butterworhts, 1984.

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum. Cet. VI. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, , 2003.

Sunyowati, Dina dan Enny Narwati, Buku Ajar Hukum Laut. Cet. I. Surabaya:

Airlangga University Press. 2013.

Sunyowati, Dina Hukum Laut. Cet. I. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan

Universitas Airlangga. 2013.

Tribawono, Djoko. Hukum Perikanan Indonesia. Cet. II. Jakarta: PT Citra Adita

Bakti. 2013..

Untung, Hendrik Budi. Hukum Investasi. Cet. I. Jakarta: Sinar Grafika. 2010.

Wallerstein, Immanuel. The Capitalist Wild Economy. Cambridge: Cambridge

University Press. 1979.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar 1945.

United Nations Conventions on the Law of the Sea (UNCLOS 1982).

Page 101: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

88

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement Establishing

the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi

Perdagangan Dunia).

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan.

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002 Tentang Usaha Perikanan.

Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di

Bidang Penanaman Modal.

Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup

dan Bidang Usaha yang Terbuka di Bidang Penanaman Modal.

Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka di Bidang Penanaman Modal.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Usaha

Perikanan Tangkap.

Page 102: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

89

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Usaha

Perikanan Tangkap di Laut Lepas.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 26 Tahun 2013 Tentang

perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30 Tahun

2012 Tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan

Negara Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Wilayah

Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 56 Tahun 2014 Tentang

Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap

di Wilayah Pegelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 57 Tahun 2014 Tentang Perubahan

Kedua atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah

Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia.

Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Klasifikasi

Baku Lapangan Usaha Indonesia. Cetakan ke III.

Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 95 Tahun 2015 Tentang Klasifikasi

Baku Lapangan Usaha Indonesia.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan

dan Perikanan Republik Indonesia Tahun 2015-2019.

Jurnal, Makalah dan Putusan

Alam, Azhar Nur Fajar. “Asas Kemandirian dan Kemanfaatan Tindakkan Nasionalisasi

Modal Asing: Pasal 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal.” Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2015.

Page 103: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

90

Anisah, Siti. “Implemantasi TRIMs dalam Hukum Investasi Indonesia”. Jurnal Hukum

Bisnis, Vol. 22 No. (2003): 33.

Fadli, Muhammad. “Penerapan Asas Berwawasan Lingkungan pada Penanaman

Modal Asing di Bidang Usaha Perikanan Menurut Hukum Positif di

Indonesia”, Skripsi S1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2017.

Rajagukguk, Erman. “Negara Dan Kesejahteraan: Pro dan Kontra Modal

Asing”. Disampaikan pada Diskusi Panel: Kritik Atas Arah

Kecenderunga"Supremasi Hukum". Pasca 1998 Terkait Dengan Modal”,

diselenggarakan oleh ELSAM. HUMA, SAWIT WATCH, INFID, WALHI,

AMAN, YLBHI, ICEL. Jakarta: 5 -7 Agustus 2008.

Interview pribadi dengan Asep Supriadi, Kepala Seksie Pengawasan Penangkapan

Ikan di Laut Teritorial Perairan Kepulauan dan Pedalaman, Jakarta, 26 Juli

2017.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Paket Kebijakan Ekonomi Minggu

ke-II Februari 2016 (Tahap X), h. 2-3.

Pengantar Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 26, No. 4 (2007): 4.

Pratomo, Ricky. dalam Seminar Hukum Online (Training for Fresh Graduate:

Seinzing Legal Issues), pada Tanggal 31 Agustus 2017.

Prasetya, Rudhi dan Neil Hamiton. The Regulation of Indonesian States Enterprises,

dalam Tugas Resume mata kuliah Prof. Rudhi Prasetya, S. H. PJMK Hukum

Ekonomi, Program Doktor Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas

Airlangga, 2002.

Sekretariat Kementerian Kelautan dan Perikanan. Data Pokok Kelautan dan Perikanan

Periode s.d Oktober 2001. Jakarta: Pusat Data, Statistik dan Informasi

Sekretariat Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011.

Sulistiowati dan Paripurna, “Mempertahankan Tujuan Peraturan Daftar Negatif

Page 104: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

91

Investasi dalam Mengendalikan Dominasi Kepemilikan Asing (Studi Kasus

Pada Industri Telekomunikasi)”. Jurnal Dinamika Hukum Fakultas Hukum

Universitas Gadjah Mada Vol. 14 No. 2 (2014): 201.

Syahyu, Yulianto. “Pertumbuhan Investasi Asing di Kepulauan Batam: Antara

Dualisme Kepemimpinan dan Ketidakpastian Hukum”. Jurnal Hukum

Bisnis, Vol. 22, No. 5 (2003): 46.

Dokumen Elektronik dan Internet Maradong, David Setia, “Analis Perekonomian pada Asisten Deputi Bidang Kelautan dan

Perikanan”. Sekretariat Kabinet, Deputi Bidang Kemaritiman, diakses pada

Tanggal 4 Maret 2016, dari http://setkab.go.id/potensi-besar-perikanan-tangkap-

indonesia/.

https://ikanbijak.wordpress.com/2008/04/21/perikanan-indonesia-dalam kepungan-

organisasi-pengelolaan-perikanan-regional-dan-internasional/, diakses pada 15

September 2017.

http://lautindo.com/susi-perikanan-tangkap-hanya-untuk-nelayan-indonesia-

silahkan-asing-masuk-budi-daya/ diakses pada Tanggal 7 Juni 2017.

http://www.bkpm.go.id/id/prosedur-investasi/klasifikasi-baku-lapangan-usaha,

diakses pada 9 September 2017, pukul 12.03.

Id.m.wikipedia.org/divestasi, diakses pada 02 September 2017.

Kamus Bahasa Indonesia, diunduh dari http//kbbi.web.id/nasionalisasi, di akses

pada 28 Agustus 2017.

--------------Kbbi.web.id/investasi, diakses pada 02 September 2017.

--------------Kbbi.web.id/investasi, diakses pada 31 Agustus 2017.

Page 106: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

93

LAMPIRAN

Page 107: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia
Page 108: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia
Page 109: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 44 TAHUN 2016

TENTANG

DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG

TERBUKA DENGAN PERSYARATAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL

Menimbang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

a. bahwa untuk melaksanakan Pasal 12 ayat (4) dan Pasal

13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal telah ditetapkan Peraturan

Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftru· Bidang

Usaha yan.g Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka

Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal;

b. bahwa untuk lebih meningkatkan kegiatan penanaman

modal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri

untuk percepatan pembangunan dengan tetap

meningkatkan perlindungan bagi Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah, serta Koperasi dan berbagai sektor

strategis nasional serta meningkatkan daya samg

ekonomi dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi

ASEAN dan dinamika globalisasi ekonomi, dipandang

perlu mengganti ketentuan n1engenai daftar bidang

usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka

dengan persyaratan di bidang penanaman modal;

c. bahwa sehubungan dengan hal sebagaimana dimaksud

pada huruf a dan huruf b di atas, perlu menetapkan

Peraturan Presiden tentang Daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan Bidang Usal1a yang Terbuka Dengan

Persyaratan di J?idang Penanaman Modal;

Mengingat ...

Page 110: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

Mengingat

PRESIDEN REPUBLIK INDONES IA

- 2 -

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4724);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA

YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUK.A

DENGAN PERSYARATAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:

1. Bidang Usaha adalah segala bentuk kegiatan usaha yang

dilakukan untuk memproduksi barang atau jasa pada

sektor-sektor ekonomi.

2. Bidang Usaha Yang Terbuka adalah Bidang Usaha yang

dilakukan tanpa persyaratan dalam rangka Penanaman

Modal.

3. Bidang Usaha Yang Tertutup adalah Bidang Usaha

tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan

Penanaman Modal.

4. Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan adalah

Bidang Usaha tertentu yang dapat diusahakan untuk

kegiatan Penanaman Modal dengan persyaratan, yaitu

dicadangkan ...

Page 111: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 3 -

dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menenga h

serta Koperasi, Kemitraan, kepemilikan modal, lokasi

tertentu, perizinan khusus, dan penanarn modal dari

negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).

5. Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan

menanam modal, baik oleh Penanam Modal dalam negeri

maupun Penanam Modal asing untuk melakukan usaha

di wilayah negara Republik Indonesia.

6. Penanarn Modal adalah perseorangan atau badan usaha

yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa

penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing.

7. Kemitraan adalah kerjasama dalam kegiatan penanaman

modal untuk Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan

Persyaratan baik langsung maupun tidak langsung, atas

dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai,

memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan

pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dengan usa11a

besar.

8. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah usaha mikro,

kecil, menengah sebagaimana diatur dalam Undang­

Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah.

9. Koperasi adalah koperasi sebagain1ana diatur dalam

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian.

BAB II

BIDANG USAHA

Pasal2

(1) Bidang Usaha dalam kegiatan Penanaman Modal terdiri

atas: .. .

a. Bidang ...

Page 112: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PRE SI DEN REPUBLIK INDONESIA

- 4 -

a. Bidang U saha Yang Terbuka;

b. Bidang Usaha Yang Tertutup; dan

c. Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan.

(2) Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan:

yang dicadangkan atau kemitraan dengan Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah serta Koperasi; dan

b. Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan

terten tu yai tu:

1) batasan kepemilikan modal asing;

2) lokasi tertentu;

3) perizinan khusus;

4) modal dalam negeri 100% (seratus persen);

dan /atau

5) batasan kepemilikan modal dalam kerangka

kerjasama Association of Southeast Asian Nations

(ASEAN).

Pasal 3

Bidang Usaha yang tidak tercanturn dalam Bidang Usaha

Yang Tertutup dan Bidang UsE).ha Yang Terbuka Dengan

Persyaratan merupakan Bidang Usaha Yang Terbuka.

Pasal 4

Bidang Usaha Yang Tertutup sebagaimana d imaksud dalam

Pasal 2 ayat (1) huruf b tercantum dalam Lampiran I dan

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden

fill.

Pasal 5 ...

Page 113: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PR ESIDEN REPUBLIK INDONES IA

- 5 -

Pasal 5

(1) Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan: yang

dicadangkan atau Kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil,

clan Menengah serta Koperasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a tercantum dalam Lampiran

II dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Presiden ini.

(2) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh Penanam Modal dengan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah serta Koperasi dengan pola: inti

plasma, subkontrak , keagenan, waralaba, dan pola

Kemitraan lainnya.

Pasal6

Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan tertentu

sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 2 ayat (2) huruf b

tercantum dalam Larnpiran III dan merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.

BAB III

PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

PADA BIDANG USAHA

Pasal 7

(1) Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan

se bagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) harus

memenuhi persyaratan lokasi sebagaimana diatur dalam

peraturan perundang-undangan di bidang penataan

ruang dan perat.uran perundang-undangan di bidang

pengelolaan lingkungan hidup.

(2) Dalam ...

Page 114: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 6 -

(2) Dalam hal izin Penanaman Modal untuk Bidang Usaha

Yang Terbuka Dengan Persyaratan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) telah ditetapkan lokasi usahanya

dan Penanam Modal bermaksud memperluas usaha

dengan melakukan kegiatan usaha yang sama di luar

lokasi yang sudah ditetapkan dalam izin Penanaman

Modal tersebut, Penanam Modal harus memenuhi

persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Untuk memenuhi persyaratan lokasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), Penanam Modal tidal< diwajibkan

untuk mendirikan badan usaha baru, kecuali ditentukan

lain yang ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 8

(1) Dalam hal pelaksanaan kegiatan Penanaman Modal pada

Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c

dilakukan secara tidak langsung atau portofolio yang

transaksinya dilakukan melalui pasar modal dalam

negeri, Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c

menjadi Bidang Usaha Terbuka.

(2) Dalam hal pelaksanaan kegiatan Penanaman Modal pada

Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan

si:: bagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dilakukan

di kawasan ekonomi khusus, Bidang Usaha tersebut

menjadi Bidang Usaha Terbuka kecuali Bidang Usaha

yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil1 dan

Menengah serta Koperasi.

Pasal 9 ...

Page 115: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PRE SI DEN REPUBLIK INDONES IA

- 7 -

Pasal 9

Dalam hal terjadi perubahan kepemilikan modal akibat

penggabungan, pengambilalihan, atau peleburan dalam

perusahaan Penanaman Modal yang bergerak di Bidang

Usaha yang sama, berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. batasan kepemilikan modal Penanam Modal asing dalam

perusahaan Penanaman Modal yang menerima

penggabungan adalah sebagaimana yang tercantum

dalam izin Penanaman Modal dan/ a tau izin usaha

perusali.aan terse but;

b. batasan kepemilikan modal Penanam Modal asing dalam

perusahaan Penanaman Modal yang diambil alih adalah

sebagaimana tercantum dalam izin Penanaman Modal

dan/ atau izin usaha perusahaan terse but; dan/ atau

c. batasan kepemilikan modal Penanam-Modal asing dalam

perusahaan baru hasil peleburan adalah sebagaimana

ketentuan yang berlaku pada saat terbentuknya

perusahaan baru hasil pelebu.ran dimaksud.

Pasal 10

{1) Dalam h al Penanaman Modal asing melakukan perluasan

kegia tan usaha dalam Biclan g U saha yang sama dan

perluasan kegiatan usal1a tersebut membutuhkan

penambahan modal melalui penerbitan saham dengan

h ak memesan efek terlebih dahulu (rights issue) dan

Penanam Moda l dalam negeri tidak dapat berpartisipasi

dalam penambahan modal tersebut, maka berlaku

ketentuan mengenai hak mendahului bagi Penanam

Moda l asmg, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang perseroan terbatas.

(2) Dalarn ...

Page 116: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

; .

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 8 -

(2) Dalam hal penambahan modal sebagaimana dimaksud

pada ayat ( 1) mengakibatkan jumlah kepemilikan modal

asing melebihi batasan mal<simum yang tercantum dalam

izin Penanaman Modal dan /a tau izin usaha, maka dalam

jangka waktu 2 (dua) tahun, kelebihan jumlah

kepemilikan modal asrng tersebut harus disesuaikan

dengan batas maksimum yang tercantum dalam 1zm

penanaman modal dan/ a tau izin usaha, melalui cara:

a. Penanam Modal asing menjual kelebihan saham yang

dimilikinya kepada Penanam Modal dalam negeri;

b. Penanarn Modal asing menjual kelebihan sahamnya

melalui penawaran umum yang dilakukan oleh

perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh Penanam

Modal asing tersebut pada pasar modal dalam negeri;

a tau

c. perusahaan sebagaimana dimaksud pada huruf b

membeli kelebihan jumlah saham yang dimiliki

Penanam Modal asing tersebut dan diperlakukan

sebagai treasury stocks, dengan memperhatikan

ketentuan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas.

Pasal 11

Pelaksanaan kegiatan Penanaman Modal terhadap Bidang

Usaha yang diatur dalam Peraturan Presiden ini tidak

mengurangi kewajiban Penanam Modal untuk mematuhi

ketentuan dan syarat teknis untuk melakukan kegiatan

usaha yang ditetapkan oleh:

a. kementerian/lembaga yang secara teknis berwenang di

bidang usaha Penanaman Modal; dan/ atau

b. pemerintah daerah.

BAB IV ...

Page 117: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 9 -

BAB IV

PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PENYELESAIAN

PERMASALAHAN DALAM PENANAMAN MODAL

Pasal 12

(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan koordinasi

Pemerintahan di bidang perekonomian melakukan

pemantauan, evaluasi, dan penyelesaian permasalahan

dalam pelaksanaan kegiatan Penanaman Modal pada

Bidang Usaha yang diatur dalam Peraturan Presiden.

(2) Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan penyelesaian

permasalahan sebagairnana dimaksud pada ayat (1)

dibantu oleh Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan

Peningkatan Investasi yang telah dibentuk dan ditetapkan

dengan Keputusan Presiden tersendiri.

BAB V

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 13

Ketentu an pelaksanaan kegiatan Penanaman Modal terhadap

Bidang U saha yang diatur dalam Peraturan Presiden ini tidak

berlaku bagi Penanarnan Modal yang telah disetujui pada

bidang usaha tertentu sebelum Peraturan Presiden ini

diundangkan, sebagaimana yang tercantum dalam izin

Penanaman Modal dan/ a tau izin usaha perusahaan, kecuali

ketentuan tersebut lebih menguntungkan bagi Penanaman

Modal dimaksud.

BAB VI ...

Page 118: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PR E SIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 10 -

BAB VI

KETENTUANPENUTUP

Pasal 14

Semua peraturan pelaksanaan dari Peraturan Presiden

Nomor 39 Tahun 20 14 tentang Daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan

Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, sepanjang tidak

bertentangan dengan Peraturan Presiden ini, tetap berlaku

sampai dengan d ikeluarkannya peraturan pelaksanaan

berdasarkan Peraturan Presiden ini.

Pasal 15

Dengan berlakunya Peraturan Presiden im, Peraturan

Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha

yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan

Persyaratan di Bidang Penanaman Modal (Lembaran Negara

Tahun 2014 N omor 93} dinyatakan dicabut dan tidak

berlaku.

Pasal 16

Peraturan Presiden m1 mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar ...

Page 119: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PRESIDEN REPUBLIK INOONESIA

- 11 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan .

pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya

dalam Lembaran·Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 12 Mei 2016

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO

piundangkan di Jakarta

Pada tanggal 18 Mei 2016

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 97

Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT KABINET RI

Deputi Bidang Perekonomian,

Agqst9at.lt!gsih

Page 120: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

NO.

1.

2.

3.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 44 TAHUN 2016 TENT ANG

DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL

LAMPIRAN JUD UL ¥LAMAN LAMPIRAN I Daftar Bid ang Usaha yang Tertutup Untuk Penanaman ModaJ 1

LAMPIRAN TI Daftar Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan: yang dicadangkan atau kemitraan dengan Usaha 1 Mikro, Kecil, dan Menengah serta Koperasi

LAMPIRAN HI Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan tertentu: - 1 1. Sektor Pertanian 2. Sektor Kehu tanan 11 3. Sektor Kelautan dan Perikanan 13 4. Sektor Energi dan Sumber Daya MineraJ 14 5. Sektor Perindustrian 17 6. Sektor Pertahanan dan Keamanan 19 7. Sektor Pekerjaan Umum 20 8. Sektor Perdagangan 21 9. Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 25 10. Sektor Perhubungan 28 11. Sekt.or Komunikasi dan Informatika 32 12. Sektor Keuangan 34 13. Sektor Perbankan 36 14. Sektor Tenaga Kerja 37

15. Sektor Pendidikan .. 38

, 16. Sektor Kesehatan 39 ·'"1

Page 121: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PRES ID E N REPUBLIK INDONES IA

LAMPIRAN I PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENT ANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL

DAFTAR BlDANG USAHA YANG TERTUTUP

·NO.: • .. ,~;~·:;.~ p~~~ys~ :. · ... ,._ -':/· ~:"

: ... .... -.Jr..~;;: ·~·1.:3;. I ... '~ :, · ....... :~Jt~·/~ .· -~ ... ' ~~:-~<." ·"' ·,:..: ..... ,:; .. :~·

.z;~·

1. I Budidaya Ganja

2. I Penangkapan Sp esies Ikan yang Tercantum dalam Appendix I Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES)

3. I Pengangkatan Ben da Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam 4. I Pemanfaatan (Pengambilan) Koral/Karang dari Alam Untuk: Bahan Bangunan/Kapur/Kalsium,

Akuarium, dan Souvenir/ Perhiasan, Serta Koral Hidup atau Koral Mati (recent death coraij dari Alam.

5. I Industri Pembuat Chlor Alkali dengan Proses Merkuri

6. I Industri Bahan Aktif Pestisida: Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT), Aldrin, End.rin, Dieldrin, Chlordane, Heptachlor, Mi.rex, dan Toxaphene

7. I Industri Bahan Kimia Indu stri dan Industri Bah.an Perusak Lapisan Ozone (BPO): Polychlorinated Biphenyl (PCB), Hexachlorobenzene; clan Carbon Tetrachloride (CTC), Methyl Chloroform, Methyl Bromide, Trichloro Fluoro Methane (CFC-11), Dichloro Trijl.uoro Ethane (CFC-12), Trichloro Trifluoro Ethane (CFC-113), Dichloro Tetra Fluoro Ethane (CF C-114}, Chloro Pentajl.uoro Ethane (CFC-115). Chloro Trijluoro Methane (CFC-13), Tetrachloro Dijl.uoro Ethane (CFC-112), Pentachloro Fluoro Ethane (CFC-11 l)i_ Chloro_Hepta{luoro Prop_arie (OFQ-2_17), Dfr;hlQ!o Hexajl.uoro Pro12_qri._e (CFC-216). Tricft.loro

·' . --

'.KB'ii1-· . •,.\'

S'.El('{.O.R .. ,,, ....... • .· ·~·~> ... - :. ~ .. -:~ - ,, ..

0 1289 Pertanian

10719 Kehutanan

52229 Kelautan dan Perikanan 03117 Kelautan dan Perikanan

20 111 Perindustrian

20211 Perindu strian

201 19 Perindustrian

Propane ...

Page 122: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

NO ..

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Bll>ANG USAHA

PRE SIDEN REPUBLIK INDONES IA

2

Propane (CFC-213), Hexachloro Dijluoro Propane (CFC-2 11), Bromo Chloro Dijluoro Methane (Halon-1211),_ Bromo Trijluoro Methane (Halon-1301), Dibromo Tetrajluoro Ethane (Halon-2402), R-500, R-502. Industri Bahan Kirnia Daftar-1 Konvensi Senjata Kimia Sebagaimana Tertuang Dalam Lampiran I Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Penggunaan Bahan Kimia sebagai Senjata Kirnia

lndustri Minuman Keras Mengandung Alkohol

lndustri Minuman Mengandung Alkohol : Anggur

Industri Minuman Mengandung Malt

Penyelenggaraan dan Pengoperasian Terminal Penumpang Angkutan Darat

Penyelenggaraan dan Pengoperasian Penimbangan Kendaraan Bermotor

Telekomunikasi/Sarana Bantu Navigasi Pelayaran dan Vessel Traffic Information System (VTIS)

Penyelenggaraan Pelayanan Navigasi Penerbangan

Peoyelenggaraan Pengujian Tipe Kendaraan Berrnotor

Manajemen dan Penyelenggaraan Stasiun Monitoring Spektrum Frekuensi Radio d an Orbit Satelit

Museum Pemerintah

Peninggalan Sejarah dan Purbakala (candi, keraton, prasasti, petilasan, bangunan kuno, dsb)

Perjudian/Kasino

KBLI SEKTOR

20119 Perindustrian

11010 Perindustrian

11020 Perindustrian

11031 Perindustrian

52211 Perhubungan

52219 Perhubungan

52221 Perhubungan

52230 Perhu buogan

71203 Perhubungan

61300 Komunikasi dan Informatika

9 1021 Pendidikan dan Kebudavaan

91023 Pendidikan dan Kebudavaan

92000 Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Catatan ...

Page 123: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

Cata tan:

PRESIDEN REPUBLIK INDONES IA

3

1. Bidang Usaha yang tertutup dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan nonkomersial seperti: penelitian dan pengembangan, dan mendapat persetujuan dari instansi yang bertanggungjawab atas pembinaan bidang usaba terse but.

2. Dalam haJ Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) meliputi lebih dari satu bidang usaha, maka ketentuan sebagaimana te rmaksud dalam Lampiran I hanya berlaku bagi bidang usaha yang tercantum dalam kolom bidang usaha terse but.

Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT KABINET RI

Deputi Bidang Perekonomian,

Agus~~sih

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKOWIDODO

Page 124: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PRESIDEN ·REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN II PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 20 16 TENT ANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DEN GAN PERSYARATAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL

DAFTAR BIDANG USA.HA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN: YANG DICADANGKAN ATAU KEMlTRAAN DENGAN USA.HA M.IKRO, KECIL, DAN MENENGAH SERTA KOPERASI

' ... ... -' t;~· · ·-; ~ ··:

:.:~ ~~-: .. -' ': . .. ,, ... ,;;,};;,-. ;;_ :: .. '

~~~~,:- ·:,, .. ,.,. .. ~~~aii..~;·V.~~~,~·<, < .. "' ; :. ~:-..

Usaha budidaya t a naman pangan pokok dengan luas kurang dari 25 Ha:

1. I Pacli

2. I Jagung

3. I Kedelai

4. I Kacang Tanah

5. I Kacang Hijau

6. I Tanaman pangan lainnya (ubi kayu dan ubi j alar)

Usaha perbenihan perkebunan dengan luas kurang dari 25Ha:

7. I Tanaman Jarak Pagar

8. I Tan.aman Pemanis Lainnya

~Ll

. l • ~.~

01121 0 1122 01111

01113

01114

01115

01135

01299

01137

:· '

. ..fe.#i~~~~n.. . .. .... _ ..

•pf~~~#~~:JJi~7 .. ~~*'l!wa~ . , .• ,1

., :·-·· , :·.UM~~~. ·, .. ;:.;:.... . ,• ~

s~~·or

" Pertanian

.J Pertanian

.J Pertanian

" Pertanian

-;r Pertanian.

"' Pertanian

"' Pertanian

.J Pertanian t

\:·.·

9. Tanaman ...

Page 125: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

No. Bidang Usah~

9. Tanaman Tebu

10. Tanaman Tembakau

11. Tanaman Bahan Baku Tekstil dan Tanaroan Kapas

12. Tanaman Lainnya yang Tidak Diklasifikasikan di Tempat Lain

13. Tanaman Jambu Mete

14. Tanaman Kelapa

15. Tanaman Kelapa Sawit

16. Tana.man Untuk Bahan Minuman (Teh, Kopi dan Kakao)

17. Tanaman Lada

18. Tanaman Cengkeh

19. Tanaman Minyak Atsiri

20. Tanaman Obat/Bahan Farmasi (di luar hortikultura)

21. Tanaman Rempah Lainnya

22. Tanaman Karet dan. Penghasil Getah Lainnya

Usaha perkebunan dengan luas kuran g dari 25 Ha:

23. Perkebunan Pemanis Lainnya

24. Perkebunan Tebu

,.

PRE SI DEN REPUBLIK INDO NES IA

2

Persyarat:fln

KBJ,I Dicadangka11 u ntlik . Kemitraan

UMKMK 0 1140 .../ -0 1150 ..J -01160 ..J -0 1299 ..J -

01220 -v -

01261 ..J -01262 .../ -01270 ..J -0 1281 ..J -01282 " -01284 .../ -

01285 -v -01286 0 1289 ..J -01291 ..J -

0 1137 ..J -01 140 .../ -

Sektor

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

2 5 . Perkebunan ...

Page 126: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

. No. Bidang Usah~

25. Perkebunan Tembakau

26. Perkebunan Bahan Baku Tekstil dan Tanaman Kapas 27. Perkebunan Jambu Mete 28. Perkebunan Kelapa

29. Perkebunan Kelapa Sawit 30. Perkebunan Untuk Bahan Minuman (Teh, Kopi dan

Kakao)

31. Perkebunan Lada

32. Perkebunan Cengkeh

33. Perkebunan Minyak Atsiri

34. Perkebunan Obat/Bahan Farmasi (di luar hortikultura)

35. Perkebunan Rempah Lainnya

36. Perkebunan Karet dan Penghasil Getah Lainnya

37. Perkebunan Lainnya

Usaha dengan kapasitas tertentu:

38. Industri Bunga Cengkeh Kering 39. Industri Minyak Mentah (minyak makan) dari Nabati dan

Hewani

40. lndustri Kopra, Serat (fiber), Arang Tempurung, Debu

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

3

P.e~~aratan

KBLI Dicadangkan untuk Kemitraan UMKMK

01150 " -01160 " -01220 ..J -01261 v -01262 ...J -01270 v -

01281 ...J -01282 ...J -01284 ..J -01285 -01286 01289 ...J -01291 ...J -01299 " -

01630 " -10490 -

10421 ...J -

Sektor

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

(dust) ...

Page 127: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

No . Bidan~ Usaha

(dust), Nata de Coco

41. lndustri Minyak Kelapa

42. Industri Minyak Kelapa Sawit

43. lndustri Serat Kapas 44 . lndustri Biji Kapas

45. Industri Pengupasan, Pembersihan, Pengeringan, dan Sortasi Hasil Perkebunan {kakao dan kopi)

46. Industri Jambu Mete Menjadi Biji Mete Kering dan Cashew Nut Shell Liquid (CNSL)

47. Industri Lada Menjadi Biji Lada Putih Kering dan Biji Lada Hitam Kering

48. lndus tri Gula Pasir, Pucuk Tebu dan Ba gas

49. lndustri Teh Hitam/ Teh Hijau

50. lndustri Daun Tembakau Kering (Krosok)

5 1. Industri Karet Menjadi Sheet, Lateks Pekat

52. Industri Minyak Jarak Kasar

53. Pembibitan dan Budidaya Babi dengan Jumlah Kurang Atau Sama dengan 125 Ekor

54. Pembibitan dan Budidaya Ayam Buras Serta Persilan!!annva

.· PRESIDEN

REPUBLIK IND ONES IA

4

Persyai"ata~

KBLI Dicadan gkan, u~tu.k Kemitraan

UMKMK-

10422 " -10431 " -01630 " -10490 -.J -10399 " -

10614 " -

10614 -.J -

10721 ,f -10763 " -12091 " -22122 " -20294 " -

01450 " -

01463 " -

S e kt.or

Pert.anian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

Pertanian

55. Pengusahaan ...

Page 128: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

..

• ,,=-: No.

. . Bfdaµg: "Qsaha .. ~ ·-.~~ ... ..

,.·· , . . :: ~ .. 55. Pengusahaan Hutan Tanaman Lainnya (antara lain: Aren,

Kemiri Biii Asam, Bahan Baku Arang, Kavu Manis) 56. Industri Primer Pen golahan Hasil Hutan: Getah Pinus

57. Industri Primer Pengolahan Hasil Hutan: Bambu

58. Pengusahaan Sarang Burnng Walet di Alam

59. Industri Kayu Gergajian (kapasitas produksi sampai dengan 2000 m3 I tahun)

60. Industri Primer Pengolahan Rotan

61. Pengusahaan Rutan: Rotan

62. Pengusahaan Hutan: Getah Pinus

63. Pengusahaan Rutan: Bambu

64. Pengusahaan Hutan: Damar

65. Pengusahaan Hutan: Gaharu

66. Pengusahaan Shellak, Tanaman Pangan Alternatif (sagu), Getah-getahan, dan Perlebahan

67. Pengusahaan Kokon/Kepompong Ulat Sutra (persutraan alam)

68. Pembenihan Ikan Laut

69. Pembenihan Ikan Air Payau

70. Pembenihan Ikan Air Tawar

71. Pembesara n Ik:an Laut ..... .....

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

5

.. Persyarataii ... -: ~ . . .

KBLI Dicada:gg~~ untuk Kemitraan tiM:KMx ·-·. · · .

02119 v -

02303 ..J -

02308 v -

01469 v -

16101 '1 -

16104 v -

02131 - -v 02132 - v 02134 - v 02135 - v 02136 - -v 02139 - ...;

01492 - -v

03212 - v 03525 - -v 03226 - . v 03211 - v

Sektor

Kehutanan

Kehutanan

Kehutanan

Kehutanan

Kehutanan

Kehutanan

Kehutanan

Kehutanan

Kehutanan

Keh utan.an

Kehutanan

Kehutanan

Kehutanan

Kelautan dan Perikanan.

Kelautan dan Perikanan

Kelautan dan Perikanan

Kelautan dan Perikanan.

72. Pembesaran ...

Page 129: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

. - ~ ., .... ' . . .

No;· .. · Bid~g,·U~'~li~ . •' ·.·· ·. . . . ~. . .. ,. : ·: . · . .;:....;.,•." .. ~:

'I.; ~· ~.-;~•· _. ...... ·. .

72. Pe ro besaran Ikan Air Payau

73. Pembesaran Ikan Air Tawar

74. U saha Pengolahan Hasil Perikanan (UPI) : lndustri Penggaraman/Pengeringan Ikan dan Biota Perairan Lainnya

75. Usaha Pengolahan Hasil Perikanan (UPI): lndustri Pengasapan Ikan dan Biota perairan Lainnva

76. U saha Pengol~an Hasil Perikanan (UPI): lndustri Peragian/ Fermentasi lkan dan Produk Masak Lainnya (untuk usaha ekstraksi dan iellv ikan)

77. Usaha Pengolahan Hasil Perikanan (UPI): lndustri berbasis Daein2' Lumatan dan Surimi

78. Usaha Pemasaran, Distribusi, Perdagangan Besar, dan Eksuor Hasil Perikanan

79. lndustri Pemindangan Ikan

80. Indus tri Tempe Kedelai

81. lndustri Tahu Kedelai

82. Industri Kue Basah

83. Industri Makanan dari Kedelai dan Kacang-Kacangan Selain Kecao, Tempe dan Tahu

84. lndustri Krupuk, Keripik, Peyek dan Sejenisnya

85. lndustri Gula Merah

86. lndustri Pengupasan dan Pembersihan Umbi-umbian

: .. '

PRESIDEN REPUBLIK INDONES IA

6

Pe~y~r~~~n . ' ... .. . .

. . KBLI ~i¢~dang.kaii untuk : . ,: mKMk . K~µiitraan

03251 - ...)

03221 - -J

10211 - -v

10212 - -J

10215 - -v 10779

10216 - -J

46206 - ...)

10214 -J -

10391 -J -

10392 . -J -10792 -J -10793 -J -

10794 -J -

10722 -J -01630 -J -

·" Sekto~ .

Kelautan dan Perikanan

Kelautan dan Perikanan

Kelautan dan Perikanan

Kelautan dan Pe1ikanan

Kelautan dan Perikanan

Kelautan dan Perikanan

Kelau tan dan Perikanan

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perind ustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

87. lndustri ...

Page 130: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

.. ·~··.

... . !'fo .• Bida~ _Y,:s;:ih.a . •'

.. . • . 87. Industri Pewarnaan Benang dari Serat Alam Maupun

Serat Buatan Menjadi Benang Bermotif/Celup, Ikat, dengan Alat yang Digerakkan Tangan

88. Industri Percetakan Kain

89. lndustri Batik Tulis

90. Industri Kain Rajut Khususnya Renda

91. Industri Bordir /Sulaman

92. lndustri Anyam-anyaman dari Rotan dan Bambu

93. Industri Anyam-anyaman dari Tanaman Selain Rotan dan Barn bu

94. Industri Kerajinan Ukir-ukiran dari Kayu Kecuali Mebeler

95. Industri Alat-alat dapur dari Kayu, Rotan dan Bambu

96. Industri dari Kayu, Rotan, Gabus yang Tidak Diklasifikasikan Ditempat Lain -

97. Industri Alat-alat Musik Tradisional

98. Industri Mukena, Selendang, Kerudung, dan Pakaian Tradisional Lainnva

99. Industri Pengasapan Karet

100. Industri Barang dari Tanah Liat Untuk Keperluan Rumah Tanmza Khusus Gerabah

101. Industri Perkakas Tangan Untuk Pertanian yang Diperlukan Untuk Persiapan Lahan Proses Produksi, Pemanenan, Pasca Panen, dan Pengolahan Kecuali

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

7

-~~rsya.ratan

KBLI ·-D~c~daiig~~n uiit4~ . .,. . . ~ .J{emitraan .. . UMK¥K .

13122 ..J -

13133 ..J -13134 ..J -

13911 -.J -13912 -.J -16291 '1 -16292 " -

16293 '1 -16294 ..J -

16299 '1 -

32201 ..J -14111 -

22121 ..J -23932 '1 -

25931 -.J -

Sektor.

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindus trian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Cangkul ...

Page 131: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

No.

102.

103.

104.

105.

106.

107.

108.

109.

110.

111.

112.

113.

114.

115.

Bidajig,JJ.~aha

Cangkul dan Sekop

lndustri Perkakas Tangan yang Diproses Secara Manual Atau Semi Mekanik Untuk Pertukangan dan Pemotongan

Industri Jasa Pemeliharaan dan Perbaikan Sepeda Motor Kecuali yang Terintegrasi dengan Bidang Usaha Penjualan Sepeda Motor (agen/ distributor) Industri Reparasi Barang-barang Keperluan Pribadi dan Rumah Tangga

Industri Kopra

Industri Asinan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran

lndustri Kecap

Industri Pengolahan Susu Bubuk dan Susu Kental Manis

Industri Batik Cap

Industri Pengolahan Rotan

Industri Pengawetan Rotan, Barn.bu dan Sejenisnya

Industri Barang dari Kayu (Industri Moulding dan Komponen Bahan Bangunan) Industri Minyak Atsiri

lndustri Pengeringan dan Pengolahan Tembakau

Industri Batu Bata dan Tan.ah Liat/Keramik

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

8

.Pers yai:atan

KBLI

25932 25933 25934 45407

95220 95240 95290 10421

10311

10771

10520

13134

16104

16103

16221

20294

12091

23921

Picad~ngiiitn ~1;ti.~ . uMKMK

" " "

Ke.in,itraail

" " " " " " ~

" " "

Sektor

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindu strian

Perind ustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perind u~trian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

116. Industri ...

Page 132: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

No. Bidang Usaha

116. Indu stri Barang Lainnya dari Tanah Liat/Keramik

117. Industri Kapur

118. lndustri Barang-barang dari Semen

119. Industri Barang-barang dari Kapur

120 . lndustri Barang-barang dari Semen dan Kapur Lainnya

121. Industri Paku, Mur, dan Bau t

122. lndustri Komponen dan Suku Cadang Motor Pengger ak Mula

123. lndustri Pompa dan Kompresor

124. lndustri Komponen dan Perlengkapan Kendaraan Bermotor Roda Dua, dan Tiga

125. lndu stri Perlengkapan Sepecia dan Becak

126. Industri Alat Mesin Pertanian yang Menggunakan Telmologi Madya Seperti Perontok Padi, Pemipil Jagung, dan Traktor Tangan

12 7. lndustri Kapal Kayu Untuk Wisata Bahari dan Untuk Penangkapan Ikan

128. Indu stri Pera.Iatan dan Perlengkapan Kapa.I Kayu Untuk Wisa ta Bahari dan Untuk Penangk apan Ikan

129. Industri Barang Perhiasan Berharga untuk Keperluan Pribadi dari Logam Mulia

13 0 . In dustri Barang Perhiasan Berharga Bukan Untuk Keperluan Pribadi d ari Logam Mulia

PRE SI DEN REPUB LIK IND ONES IA

9

·. Persy,aratan

KBLI Dicadan_gkan untuk Kemitraan UMKMK

23939 - " 23942 - -..J

23951 - " 23952 - " 23959 - " 25952 - " 281 13 - " 281.30 - " 309 12 - " 30922 - " 28210 - ...J

30111 - " 30120 30113 - " 32112 - " 32113 - "

S ektor

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perind ustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindu strian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

131. Industri ...

Page 133: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

No.

131.

132.

133.

134.

135.

136.

137.

138.

139 .

140.

Bidang Usaha

:

lndustri Barang Perhiasan Bukan untuk Kepeduan Pribadi dari Bukan Logam Mulia Industri Permata

lndustri Kerajinan yang Tidak Diklasifi.kasikan di Tempat Lain lndustri Daur Ulang Barang-barang Bukan Logam

Industri Gula Pasir (gula kristal putih, gula kristal rafinasi, dan gula krista l mentah) Berba sis Tebu dengan Kemitraan Dalam Bentuk Inti Plasma 20% dari Luas Laban Jasa Kons truksi (J asa Pelaksana Konstruksi) yang Menggunakan Teknologi Sederhana dan Madya dan/ atau Risiko Kecil dan Sedang dan/atau Nilai Pekerjaan Sampai den gan Rp 50.000.000.000,00 Jasa Bisnis/Jasa Konsultansi Konstruksi yang Menggunakan Teknologi SederhanajMadya dan/atau

P R E SIDEN REPUBLIK IND ONESIA

10

Pers yaratan

KBLl Dicadangkan . untuk . < .; \ .· Kemitraan

UMKMK. ·

32120 - " 32111 - " 32903 - v

38302 - " 10721 - v

00000 " -

00000 ..J -

Risiko Kecil/Sedang dan/atau Nilai Pek erjaan kurang dari Rol0.000.000.000,00 Per dagangan Eceran Melalui Pemesanan Pos dan Internet 47911 - " 47912

479 13 47914

Agen Perjalanan Wisata 791 11 " -Pondok Wisata (Homestay) 55130 ~ -

Se)ctqr

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Perindustrian

Pekerjaan Umum

Pekerjaan Umum

Perdagangan

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

141. Sanggar .. .

Page 134: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

No. Bidang Usaha

141 Sanggar $eni

142. Usaha Jasa Pramuwisata

143. Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK) Radio dan Televisi

144. lnstalasi Kabel ke Rumah dan Gedung

145. Wanmg Internet

Cata tan:

1. .../ = Mengikuti persyaratan kolom tersebut.

PRESIDEN REPUBLIK IND ONE SIA

11

Persraratan .. .... ..

KBLI Dicadangpn untuk Remitraa_n

UMKMK

90001 ..J -

79921 --J -

60 102 ..J -60202 43212 ..J -

61994 ..J -

Se kt or

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Komunikasi dan Informatika Komunikasi dan lnformatika Komunikasi dan Informatika

2. Dalam bal Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KELI) meliputi lebih dari satu bidang usaha, maka persyaratan sebagaimana termaksud dalam Lampiran II hanya berlaku bagi Bidang Usaha yang tercantum dalam kolom Bidang Usaha terse but.

3. Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) adalah orang perorangan atau badan usaha yang memen uhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

4. Kemitraan ...

Page 135: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA

12

4. Kemitraan adalah sebagaimana d.iatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, d an Menengah.

Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT KABlNET RI

Deputi Bidang Perekonomian,

Agus~}f.~~sili

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO

Page 136: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

4il> •

PRE SI DEN REPUBLIK INDO N ES IA

LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENT ANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL

DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN TERTE NTU

A. Sekto r Pe rta n ian

:~~tl; ~--. ,,::•~'-·:-=:; .-~.·~z~-;~~ ~~_:.·::- -.·B~~,~~~:~tJ;~~;- · ·-.· 1

- · , -,. '··. ,~:···?~: :: ·: .. · . "" ., -- !., . -

Usaha P erbenihan/ P embibitan T ana.man Pa n gan Poko k dengan Luas lebih dari 25 1ia:

1. IPadi

2. Jagung

3. Kedelai

4. Kacang Tanah

5. Kacang Hijau

6. Tanaman Pangan Lainnya (ubi kayu dan ubi jalar)

Usaha Budidaya T a n a m a n Pangan Pokok d engan Lu as lebih dari 2 5 Ha:

7. Padi

,_ :_: .. ~~f .,:;· F.-.·~::" ·;r~~~ ::": ·_~ :·-. :~~~-~: .. ::~.~:·:·:?~~~*~~~~ -- /t. :{:::··;·; ~.£

,:{;·.2;:~i;~

01121 01122 0 1111

01113

01114

01115

01135

0 1121 0 1122

Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

Pena:naman Modal Asing Maksirn.al 49%

Penanaman Modal Asing Maksirn.al 49%

Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

8. Jagung ···

Page 137: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

1No.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

2 0 .

21.

· Bida:ng Usah a

Jagung

Kedelai

Kacang Tanah

Kacang Hijau

Tanaman Pangan Lainnya (ubi kayu dan ubi jalar)

PRE SI OEN REPUBLIK INOONES IA

2

Usaha Industri Perbenihan Perkebunan dengan Luas 25 Ha atau Lebih:

Tanaman Jarak Pagar

Tanaman Pemanis Lainnya

Tanaman Tebu

Tanaman Tembakau

Tanaman Bahan Baku Tekstil dan Tanaman Kapas

Tanarnan Jambu Mete

Tanaman Kelapa

Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman Untuk Bahan Minuman (Teh, Kopi dan Kakao)

J{BLI Persyaratan

01111 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

01113 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

01114 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

01115 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

01135 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

01299 a Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01137 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01140 a . Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01150 a Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b . Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01160 a Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01252 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b . Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01261 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01262 a. P~nanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01270 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95%

b. kewajiban ...

Page 138: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

No.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

.. Bidang Usaha

Tanaman Lada

Tanaman Cengkeh

Tanaman Minyak Atsiri

Tanaman Obat/Bahan Farmasi

Tanaman Rempah Lainnya

Tanaman Karet dan Penghasil Getah Lainnya

PRE SI DEN REPUBLIK IND ONESIA

3

Tanaman Lainnya yang 1'idak Diklasifikasikan di Tempat Lain

Usaha Perkebunan dengan Luas 25 Ha atau Lebib Sanipai Luasan Tertentu Tanpa Unit Pene:olahan:

Perkebunan Jarak Pagar

Perkebunan Pemanis Lainnya

Perkebunan Tebu

Perkebunan Tembakau

KBLI Persyaratan

b. Kewajiban Perkebunart Plasma Sebesar 20%

01281 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Kewaiiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01282 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01284 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Kewaiiban Perkebunan Plasma Scbesar 20%

01285 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% 01286 b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20% 01289 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95%

b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20% 01291 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95%

b. Kewaiiban Perkebunan Plasma Sebesar 20% 01299 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95%

b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01299 a. Penanaman. Modal Asing Maksimal 95% b. Kewajiban. Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01137 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Kewaiiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01140 a. Penanarnan Modal Asing MaksimaJ 95% b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01150 a. Penanarnan Modal Asing Maksimal 95% b. Kewaiiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

33. Perkebunan ...

Page 139: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

:~,Q~. ..

33.

34.

. 35. -

36.

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

PRESIDEN REPUBLIK IND ONE SIA

4

:

Bidang V-l?aha . . . .. . .

Perkebunan Bahan Baku Tekstil dan Tanaman Kapas

Perkebunan Lainnya yang Tidak Diklasifikasikan di Tempat Lain

Perkebunan Jambu Mete ..

Perkebunan Kelapa

Perkebunan Kelapa Sawit

Perkebunan Untuk Bahan Minuman ('feh, Kopi dan Kakao)

Perkebunan Lada

Perkebunan Cengkeh

Perkebunan Minyak Atsiri

Perkebunan Obat/Bahan Farmasi

Perkebunan Rempah Lainnya

Perkebunan Karet dan Penghasil Getah Lainnya

Usaha Perkebunan dengan Luas 25 Ha atau Lebih yang Terintegrasi dengan Unit Pengolahan dengan Kapasitas Sama atau Melebihi Kapa~itas Tertentu :

I(B,,. : Pe·rsyarat;ui

01160 a. Penanarnan Modal Asing Maksirnal 95% b. Kewaiiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01299 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b . Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01252 a . Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01261 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01262 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. KewajibRn Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01270 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01281 a. Penanarnan Modal Asing Maksirnal 95% b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01282 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

01284 a Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Kewajiban Perkebunan Plasm a Sebesar 20%

01285 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% 01286 b . Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20% 01289 a. Penanaman Modal Asing Maksirnal 95%

b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20% 01291 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95%

b . Kewajiban Perkebunan Plasm a Sebesar 20%

45. Perkebunan ...

Page 140: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

No.

45.

46.

47.

48.

49.

50.

51.

52.

53.

54.

55.

56.

57.

P R E SIDEN REP UBLIK IND ONESIA

5

- --~id<,l~g U~ah,a

.. .: .

Perkebunan Jambu Mete dan lndustri Biji Mete Kering dan Cashew Nut Shell Liquid (CNSL)

Perkebunan Lada dan lndustri Biji Lada Putih Kering dan Biji Lada Hitam Kering

Perkebunan Jar!Ak dan Industri Minyak Jarak Pagar

Perkebunan Tebu, Industri Gula Pasir, Pucuk Tebu, dan Bagas

Perkebunan Tembakau dan Industri Daun Tembakau Kering

Perkebunan Kapas dan Industri Serat Kapas

Perkebunan Kelapa dan lndustri Minyak Kelapa

Perkebunan Kela pa dan Industri Kopra, Serat (fiber}, Arang Tempurun g, De bu (dust), Nata de Coco

Perkebunan Kelapa Sawit dan lndustri Minyak Kelapa Sawit {CPO)

Perkebunan Kopi dan lndustri Pengupasan, Pembersihan dan Sortasi Kopi

Perkebunan Kakao dan lndustri Pengupasan, Pembersihan dan Pengeringan Kakao

Perkebunan Teh dan Industri Teb Hitam/Teh Hijau

Perkebunan Cengkeh dan Industri Bunga Cengkeh Kering

'

·KBLI Persyaratan

01252 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% 10399 b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20% 01281 a Penanaman Modal Asing Maksimal 95% 10399 b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20% 01299 a.. ?enanaman Modal Asing Maksimal 95% 20294 b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20% 01140 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% 10721 b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20% 01150 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% 12091 b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20% 01 160 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95%

b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 2 0% 01261 a Penanaman Modal Asing Maksimal 95% 10423 b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20% 01261 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% 10421 b . Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20% 10773 01262 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% 10432 b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20% 01270 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% 10399 b . Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20% 01270 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% 10399 b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20% 01270 a. Penanaman Modal Asing Ma.ksimal 95% 10763 b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20% 01282 a. Penanaman Modal Asing Ma.ksimal 95% 10772 b . Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

58. Perkebunan .. .

Page 141: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

No.

58.

59.

60.

61.

62.

63.

64.

65.

6 6.

PRE SI DEN REPUBLIK INDONESIA

6

•,. ' . . · ... ·. Bida~~ usa!l~· .. .. .

Perkebunan Tanaman Minyak Atsiri dan Indu s tri Min.yak Atsiri

Perkebunan Karet dan lndustri Sheet, Lateks Pekat

Perkebunan Biji-bijian selain Kopi dan Kakao dan lndustri Pengupasan dan Pembers ihan Biji-Bijiao Selain Kopi dan Kakao Usaha de ngan Kapasitas Sama atau Melebihi Kapasitas Tertentu:

Industri Minyak Mentah (minyak makan) dari Nabati dan Hewani

Industri Kopra, Serat (fiber), Arang Ternp urung, De bu (dust), Nata de Coco

Industri Minyak Kela.pa

Industri Minyak Kela.pa Sawit

Industri Pengupasan, Pembersihan, Pengeringan dan Sortasi Hasil Perkebunan (kakao dan kopi)

Industri Gula Pasir, Pucu.k Tebu, d an Bagas

:

. KB;LI Pe.rsyaratan

0 1284 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% 20294 b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20% 01291 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% 22121 b. Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20% 22122 10399 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95%

b . Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

10411 a Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b . Bahan Baku Minimal 20% Berasal dari

Kebun Sendiri 10421 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 9 5%

b. Bahan Baku Minimal 20% Berasal dari Kebun Sendiri

10423 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Bahan Baku Minimal 20% Berasal da ri

Kebun Sendiri 10432 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95%

b. Bahan Baku Minimal 20% Berasal dari Kebun Sendiri

10399 a . Penanaman Modal Asing Maksimal 9 5% b. Bahan Baku Minimal 20% Berasal dari

Kebun Sendiri 10721 a. Penanaman Modal Asiµg Maksimal 95%

b. Bahan Baku Minimal 20% Berasal dari Kebun Sendiri

67. Indus tri ...

Page 142: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

~~·

67.

68.

69.

70.

·71.

72.

73.

74.

Bidang·Usaba

Industri Teh Hitam/Teh Hijau

Industri Tern bakau Kering (Krosok)

Industri Minyak Jarak Kasar

Industri Serat Kapas dan Biji Kapas

Industri Karet Menjadi Sheet, Lateks Pekat

PRESIOEN REPUBLIK IN O O NESIA

7

. -

lndustri Jam bu Mete Menjadi Biji Mete Kering dan Cashew Nut Shell Liquid (CNSL)

Industri Lada Menjadi Biji Lada Putih Kering dan Biji Lada Hitam Kering

Industri Bunga Cengkeh Kering

KBLI Persyaratan

10763 a_ Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Bahan Baku Minimal 20% Berasal dari

Kebun Sendiri

12091 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b . Bahan Baku Minimal 20% Berasal dari

Kebun Sendiri

20294 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Bab.an Baku Minimal 20% Berasal dari

Ke bun Sendiri

01630 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% 10490 b. Bahan Baku Minimal 20% Berasal dari

Kebun Sendiri

22121 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% 22122 b. Bab.an Baku Minimal 20% Berasal dari

Kebun Sendiri

10614 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Bab.an Baku Minimal 20% Berasal dari

Kebun Sendiri

10614 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Bahan Baku Minimal 20% Berasal dari

Kebun Sendiri

01630 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Bah.an Baku Minimal 20% Berasal dari

Kebun Sendiri

75. Perbenihan ...

Page 143: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

: ~q. Bidang Usaha

75. Perbenihan Tanaman Buah Semusim

76. Perbenihan Anggur

77. Perbenihan Buah Tropis

78. Perbenihan J eruk

79. Perbenihan Apel dan Buah Batu (Pome and Stone Fruit)

80. Perbenihan Buah Berl

81. Perbenihan Tanaman Sayuran Semusim

82. Per benihan Tanaman Sayuran Tahunan

83. Perbenihan Tanaman Obat

84. Perbenihan J amur

85. Perbenihan Tanaman Florikultura

86. Budidaya Buah Semusim

87. Budidaya Anggur

88. Budidaya Buah Tropis

89. Budidaya Jeruk

90. Budidaya Apel dan Buah Batu (Pome and Stone FnLit)

PRESIDEN REPUBLIK INDONES IA

8

-.. KBLI

01139

012 10

01220

01230

01240

01251

01139

01253

01285 01286 01139

01194 01302 01132

01210

01220

01230

01240

'.

Persyara~ ..

Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

Penan_aman Modal Asing Maksimal 30%

Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

Penanarnan Modal Asing Maksimal 30%

Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

91. Budidaya .. .

Page 144: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

No.

91.

92.

93.

94.

95.

96.

97.

98.

99.

100.

101.

102.

103.

104.

.. Bidang. Usaha

Budidaya Buah Beri

·'

PRE SI DEN REPUBLI K INDONES IA

9

Budidaya Sayuran Daun (antara lain.: kubis, sawi, bawang daun, seledri)

Budidaya Sayuran Um bi (antara lain: bawang merah, bawang putih, kentang, wortel) Budidaya Sayuran Buah (antara lain: tomat, mentimun)

Budidaya Cabe, Paprika

Budidaya Jamur

Budidaya Tanaman Rias

Budidaya Tanaman Hias Non Bunga

Industri Pengolahan Hortikultura: Usaha Pasca Panen Buab dan Sayuran

Usaha Penelitian Hortikultura dan Usaha Laboratorium Uji Mutu Hortikultura Pengusahaan Wisata Agro Hortikultura

Usaha Jasa Pascapanen Hortikultura

U saha Perangkaian Bunga/ Florist/ Dekorator

Konsultan Pengembangan Hortikultura

KBLI Per5yaratan

01251 Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

01131 Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

01134 Penanaman Modal Asing Maksirnal 30%

01133 Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

01283 Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

01136 Penanaman Modal Asing Maksirnal 30%

01193 Pcnanaman Modal Asing Maksimal 30%

01301 Pena:narnan Modal Asing Maksimal 30%

10311 Penanaman Modal Asing Maksimal 30% 10320 10313 10314 10330 72102 Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

93231 Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

01630 Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

47761 Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

70209 Penanarnan Modal Asi_ng Maksimal 30%

105. Landscaping ...

Page 145: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

No.

105.

106.

107.

108.

109.

• ".',

Landscaping Hortikultura

Jasa Kursus Hortikultura

Bidang Usah_a

PRESIDEN REPUBLI K INDONES IA

10

Penelitian dan Pengem bangan ·Ilmu Teknologi dan Rekayasa Sumber Day a Genetik Pertanian Penelitian dan Pengernbangan Ilmu Teknologi dan Rekayasa Produk GMO (Rekayasa Genetika)

Pembibitan dan Budidaya Babi dengan Jumlah Lebih dari 125 ekor

.. , • .

K,BU · ~ersyari'!-tan

43305 Penanaman Modal Asing Maksimal 30% 71101 81300 85499 Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

72102 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

72104 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

01450 Lokasi Tertentu yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian

B . Sektor ...

Page 146: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PRE SI DEN REPUBLIK INDONESIA

11

B. Sektor Kehutanan

'.&~. --. .. - · .· ..... . - . .

-·~id~Jig. U~aha ' : ·· . ·' .. . .. . .

110. Pengusahaan Perburua.n di Taman.Buru dan Blok Buru

111. Penangkaran Satwa dan Tumbuhan Serta Lerobaga K9nservasi

112. Pengusahaan Pariwisata Alam berupa Pengusahaan Sarana, Kegiatan dan Jasa Ekowisata di dalam Kawasan Hutan meliputi Wisata Tirta, Wisata Petualangan Alam, dan Wisata Gua..

113. Pengembangan Teknologi Pemanfaatan Genetik Tumbuhan dan Satwa Liar

114. Industri Kayu Gergajian dengan Kapasitas Produksi di atas 2000 m3/tahun

115. Industri Kayu Veneer

116. Industri Kayu Lapis

117. Industri Kayu Laminated Veneer Lumber (LVL) ..

' -. - . ' KBLI ..

Pet'S~ta~-.. I t' • . .. : .

93193 Penanaman ModaJ Asing Maksimal 49% 93229 0172 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

- ·-93241 a. Penanaman Modal Asing Maksimal S 1 % 93242 b. Penanaman Modal Asing Maksimal 70% bagi 93243 penanam modal dari negara-negara ASEAN 93249 93223 93222 72102 Pernyataan kerjasama dengan lembaga yang

terakreditasi/ laboratorium di Indonesia/ lembaga nasional bidang litbang yang ditunjuk oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

16101 Rekomendasi pasokan bahan baku berkelanjutan dari Kementerian Lingkungan Hiduo dan Kehutan.an

16214 Rekomendasi pasokan bahan baku berkelanjutan dari Kementerian Lingkungan Hiduo dan Kehutanan

16211 Rekomendasi pasokan bahan baku berkelanjutan dari Kementerian Lingkungan Hiduo dan Kehutanan

16212 Rekomendasi pasokan bahan baku berkelanjutan dari Kementerian Lingkungan Hiduo dan Kehutanan

118. Industri ...

Page 147: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

No.

118.

119.

120 .

121.

122.

123.

; ; .. - : -.-iuclap.g "C]saha

lndustri Kayu Industri Serpih Kayu (wood chip)

Industri Pelet Kayu (wood pellet)

Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

12

Pengadaan dan Peredaran Benih dan Bibit Tanaman Hutan (ekspor dan imnor benih dan bibit tanaman hutan) Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Air di Kawasan Hutan

Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) dari Habitat Alam

KBLI Persyaratan

16299 Rekomendasi pasokan bahan baku berkelanjutan dari Kementerian Lingkungan Hiduo dan Kehutanan

16295 Rekomendasi pasokan bahan baku berkelanjutan dari Kementerian Lingkungan Hidun dan Kehutanan

02120 Modal dalam negeri 100%

46207 Modal dalam negeri 100%

02209 Modal dalam negeri 100%

01711 a. Modal dalam negeri 100% 01712 b. Rekomendasi dari Kementerian Lingkungan 01713 Hidup dan Kehutanan 01714 01715

C. Sektor .. .

Page 148: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

C. Sektor Kelautan dan Perikana.n

. .

rfo. Bi~flilg Usa,ha .

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

13

. .

124. Perikanan Tangkap dengan Menggunakan Kapal Penangkap Ikan di Wilayah Perairan Indonesia dan Laut Lepas

125. Penggalian Pasir Laut

126. Budidaya Koral/Karang Hias

~LI Persyaratan,

03111 Modal dalam negeri 100% dan Izin Khusus dari Kementerian Kelautan dan Perikanan mengenai alokasi sumber daya ikan dan titik koordinat daerah penangl<apan ikan

08995 Modal dalam negeri 100%

01727 Rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

D. Sektor ...

Page 149: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PRESIDEN REPUBLIK IN D ONES IA

14

D. Sektor Energi dan Sumber Daya 'Mineral

.. .· .. ..

No. B.i-d?-ng U.sa:~a :

127. J asa Konstruksi Migas: Platform

128. J asa Konstruksi Migas: Tangki Spherical

129. Jasa Konstruksi Migas: Instalasi Produksi Hulu Minyak dan Gas Bumi di Darat

130. Jasa Konstruksi Migas: lnstalasi Pipa Penyalur di Darat

131. Jasa Konstruksi Migas: Instalasi Pipa Penyalur d i Laut

132. Jasa Konstruksi Migas: Tangki Horisontal/Vertikal, Instalasi Penyimpanan, dan Pemasaran Minyak dan. Gas Bumi di Darat

133. Jasa Survei Migas, Geologi,dan Geofisika

134. Jasa Survei Panas Bumi

135. Jasa Pemboran Migas di Darat

136. Jasa Pemboran Migas di Laut

137. Jasa Pemboran Panas Bumi

138. Jasa Penunjang Migas: Jasa Operasi Sumur dan Pemeliharaan

139. Jasa Penunjang Migas: Jasa Desain dan Engi.neering Migas

140. Jasa Penunjang Migas: Jasa Inspeksi Teknis

141. Jasa Pengoperasian dan Pemeliharaan Panas Bumi

. . . KBLI P~~}'.~~tan

09100 Penanaman Modal Asing Maksimal 75%

09100 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

09100 Modal dalam negeri l 00%

42219 Modal dalam negeri l 00%

42219 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

42914 Modal dalam negeri 100%

71102 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

71102 Penanaman Modal Asing Maksimal 95%

09100 Modal dalam negeri 100%

09100 Penanaman Modal Asing Maksimal 75%

06202 Penanaman Modal Asing Maksimal 95%

09100 Modal dalam negeri 100%

71102 Modal dalam negeri 100%

71204 Modal dalam negeri 100%

06202 Penanaman Modal Asi.ng Maksimal 90%

142. Pembangkit ...

Page 150: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

No . .

142.

143.

144.

145.

146.

147.

148.

149.

150.

151.

152.

153.

..

Bid·a~g Usaha . . .

Pembangkit Listrik < lMW

Pembangkit Listrik Skala Kecil (1 - 10 MW)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

15

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi dengan Kapasitas ~ 10 MW

Pembangkit Listrik > 10 MW

Transrnisi Tenaga Llstrik

Distribusi Tenaga Listrik

Konsultasi di Bidang Instalasi Tenaga Listrik

Pembangunan dan Pemasangan Instalasi Tenaga Listrik atas Instalasi Penyediaan Tenaga Listrik

Pembangunan dan Pemasangan Instalasi Tenaga Listrlk atas Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik Tegangan Tinggi/Ekstra Tinggi

Pembangunan dan Pemasangan Instalasi Tenaga Listrik atas Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik Tegangan Rendah/Menengah

Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi Tenaga Listrik

Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi Tenaga Listrik atas Instalasi Penyediaaµ Tenaga Listrik atau Pemanfaatan Tenaga Listrik Tegangan Tinggi/Ekstia Tinggi

. . . . . . ;ltBLI Persya~tan

35101 Modal dalam negeri 100%

35101 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

35101 Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

35101 Penanaman Modal Asing Maksim.a1 95% {Maksimal 100% apabila dalam rangka Kerjasama Pemerintah Swasta/KPS selama masa konsesi)

35102 Penanaman Modal Asing Maksimal 95% (Maksimal 100% apabila dalam rangka KPS selama masa konsesi)

35103 Penanaman Modal Asing Maksimal 95% (Maksimal 100% apabila dalam rangka KPS selama masa konsesi)

71102 Penanaman Modal Asing Maksimal 95%

42213 Penanaman Modal Asing Maksimal 95%

43211 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

43211 Modal dalam negeri 100%

43211 Penanaman Modal Asing Maksimal 95%

71204 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

154. Pemeriksaan ...

Page 151: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

..

··No.

154.

. .. ;

_B_icl~D.~~:U'$ciha

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

16

Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi Tenaga Listrik a tas lnstalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik Tegangan Rendab/ Menengah

KBLl Persyaratan

7 1204 Modal dalam negeri 100%

E. Sektor ...

Page 152: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PRESIDEN REPUBLIK INDONES IA

17

E. Sektor Perindustrian

... - · . . ' ... .. ~

:::Nb~··.: ·: .. •.• ~· . .·

. · . Bidang U:salia ·

155. Pemeliharaan dan Reparasi Mobil

156. Industrl Rokok Kretek

157. lndustri Rokok Putih

158. lndustri Rokok Lainnya

159. Industri Bu bur Kertas Pulp (dari kayu)

160. Industrl Kertas Berharga (antara lain: bank notes paper, cheque paper, watennark paper)

..

~LI' Pefsyara:tan, ·

45201 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

12011 Rekomendasi dari Kementerian Perindustrian: a. Untuk perluasan usaha, hanya industri rokok

yang telah memiliki Izin Usaha Tndustri (JUI) pada bidang usaha sejenis; atau

b. Untuk penanaman modal baru, hanya industri rokok skala kecil dan rnenengah yang bermitra dengan industri rokok skala besar yang sudah memiliki JUI pada bidang usaha sejenis

12012 Rekomendasi dari Kementerlan Perindustrian: a. Untuk perluasan usa11a, hanya industri rokok

yang telah memiliki Izin U saha lndustri (IUI) pada bidang usaha sejenis; atau

12019 b . Untuk penanaman modal ba.ru, hanya industri

rokok skala kecil dan menengah yang bermitra dengan industri rokok skala besar yang sudah memiliki IUI pada bidang usaha sejenis

17011 Bah.an baku dari Rutan Tanaman Industri (HTI) atau berasal dari Chip Impor jika bah.an balm dalam negeri tidak mencukupi

17013 a Izin operasional dari BOTASUPAL/BIN; dan b. Rekomendasi dari Kementerian Perindustrian

161. Industri ...

Page 153: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

:No.

161.

162.

163.

164.

165.

~ -

Bidang U$aha ... .. '

PRESIDEN R EPUBLIK IND ONESIA

18

Industri Percetakan Uang dan Industri Percetakan Khusus/Dokumen Sekuriti (antara lain: perangko, materai, surat berharga, paspor, dokumen kependudukan dan hologram) lndustri Sil<lamat clan Sakarin

lndustri Tinta Khusus

Industri Peleburan Timah Hitam

Industri Crumb Rubber

KBq

18112

20119

20293

24202

22123

. . •,

}>er_!;y~tap .; ..

a. Izin operasional dari BOTASUPAL/BIN; dan b. Rekomendasi dari Kementerian Perindustrian

Sesucii dengan ketentuan yang ditetapkan BPOM dan Kementerian Perdagangan

a. Izin operasional dari BOTASUPAL/BIN; dan b. Rekomendasi dari Kementerian Perindustrian

Rekomendasi dari Kementerian Lingkungan. Hidup dan Kementerian Perindustrian khusus untuk industri yang menggunakan bahan baku accu bekas

Izin khusus dari Menteri Perindustrian dengan ketentuan terpadu dengan pengembangan perkebunan karet: a. pemenuhan kebutuhan bahan baku paling

kurang 20% dari kapasitas produksi berasal dari kebun karet sendiri; dan

b. Pemenuhan kebutuhan bahan baku paling banyak 80% dengan pola kemitraan

dengan paling sedikit dari luas kebun 20% merupakan kebun olasma

F. Sektor ...

Page 154: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

19

F . Sektor Pertahanan dan Keamanan

., -· :No. ~ida.ng_' Usaha

-166." Industri Saban Baku Untuk Baban Peledak

167. Industri Komponen Utama dan/ atau Penunjang

168. Industri Komponen dan/ atau Pendukung (Perbekalan)

169. Industri Alat Utama

170. Jasa Konsultasi Keamanan

171. Jasa Penyediaan Tenaga Keamanan, Kawal Angkut Uang dan Barang Berbarga, Penyediaan Jasa Keamanan Menggunakan Hewan/ Satwa

172. J asa Penerapan Peralatan Keamanan

173. Jasa Pendidikan dan Latihan Keamanan . ,

KaLI Persyaratan.

20114 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 49%, dengan 51 % untuk BUMN

b. Rekomendasi dari Kcm~nterian Pertabanan

20292 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 49%, dengan 5 1 % untuk BUMN

b. Rekomendasi dari Kementerian Pertahanan

20292 a Penanaman Modal Asing Maksimal 49%, dengan 51 % untuk BUMN

b. Rekomendasi dari Kementerian Pertahanan

25200 a. Modal dalam negeri 100% 25934 b. Rekomendasi dari Kementerian Pertahanan 30300 30400 74909 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

b. Izin Operasional dari Mabes Polri

80100 a Penanaman Modal Asing Maksimal 49% b. lzin Operasional dari Mabes Polri

80200 a . Penanaman Modal Asing Maksimal 49% b. Izin Operasional dari Mabes Polri

85499 a . Penanaman Modal Asing Maksimal 49% b. Izin Operasional dari Mabes Polri

G. Sektor ...

Page 155: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

20

G. Sektor Pekerjaan Umum

' no"

. .. Bid~hg Usa:h.1'(~ ,', ' ... . . . ~ ·. ...

174. Jasa Kon truksi (Jasa Pelaksana Konstruksi) yang Menggunakan Teknologi Tinggi dan/ atau Risiko Tinggi dan/ atau Nilai Pekerjaan Lebih dari Rp 50.000.000.000,00 (CPC 511, 512, 513, 514, 5 15, 516, 517, dan 518)

175. Jasa Bisnis/ Jasa Konsultansi Konstruksi yang Menggunakan Teknologi Tin.ggi dan/atau Risiko Tinggi dan/atau Nilai Pekerjaan Lebih dari Rp 10.000.000.000 ,00 (CPC 867 1, 8672, 8673, 8674, dan 9403)

176. Pengusahaan Air Minum

~

KBLI .. Persyaratan

00000 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 67% b. Maksimal 70% bagi penanam modal dari

negara-negara ASEAN

00000 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 67% b. Maksimal 70% bagi penanam modal dari

negara-negara ASEAN

36001 Penanaman Modal Asing Maksimal 95%

H . Sektor ...

Page 156: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

l I

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

21

H . Sektor Perdagangan

. . No. ·. ~ic(an~ U~ha

177. Perdagangan Eceran Mobil, Sepeda Motor, dan Kendaraan Niaga

178. Perdagangan Eceran Suku Cadang dan Aksesoris Mobil, Sepeda Motor, dan Kendaraan Niaga

179. Supermarket dengan Luas Lantai Penjualan Kurang dari 1.200 m 2

180. Minimarket dengan Luas Lantai Penjualan Kurang dari 400 m 2 Termasuk Convenience Store dan Community Store

181. Departement Store dengan Luas Lantai Penjualan 400 m 2 - 2.000 m 2

182. Perdagangan Eceran Barang Perhiasan 183. Perdagangan Eceran Barang Antik 184. Perdagangan Eceran Alat Transportasi Air dan Perlengkapannya 185. Perdagangan Eceran Bukan di Supermarket atau Minimarket 186. Perdagangan Eceran Bukan di Toserba/ Departement Store 187. Perdagangan Eceran Tekstil

188. Perdagangan Eceran Kbusus Alat Pennainan dan Mainan Anak di Toko 189. Perdagangan Eceran Kosmetik

$LI Pe~yaratan

45103 Modal dalam negeri 100% 45104 45403 45404 45302 Modal dalam negeri 100% 45406 47111 Modal dalam n egeri 100% 47111 Modal dalam n egeri 100%

47191 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 67%; dan b. lzin Khusus dari Kementerian Perdagangan

dengan persyaratan: 1. Bertempat di dalam mal dan tidak stand

alone; 2. Pena.mbahan outlet store berdasarkan

ekspor p erformance (pay perfomiance) 47735 Modal dalam negeri 100% 47746 Modal dalam negeri 100% 47795 Modal dalam negeri 100% 47112 Modal dalam negeri 100% 47192 Modal dalam negeri 100% 47511 Modal dalam negeri 100% 47512 47640 Modal dalam negeri 100% 47725 Modal dalam n egeri 100%

190. Perdagangan ...

Page 157: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

N<>• - '

190.

191. 192.

193.

194.

195.

196.

197.

198.

199.

200.

201.

202.

203.

204.

205.

PRE S I DEN REPUBLIK IN D ONE S IA

22

B.id*n g Usaha

Perdagangan Eceran Alas Kaki Perdagangan Eceran Elektronik

Perdagangan Eceran Makanan dan Min um an

Perdagangan Eceran Melalui Sistem Elektronik Untuk Berbagai Barang Lainnya (MisaJnya: Minuman Beralkohol) J asa Keagenan (Commision Agent)

Broker Properti/ Real Estate

Perdagangan Distributor yang Tidak Terafiliasi dengan Produksi

Pergudangan

Jasa Survei Keadaan Barang Muatan (Cargo Condition Survey)

Jasa Swvei Sarana Angkutan Darat, Laut, dan Udara Beserta Kelengkapannya

Jasa Survei Sarana Keteknikan dan lndustri Termasuk Rekayasa teknik (Technical and Industry Survey)

Jasa Survei Lingkungan Hidup (Ecologica.l Survey)

Jasa Survei Terhadap Obyek-Obyek Pembiayaan atau Pengawasan -Persediaan Barang dan Pergudangan (Warehousing Supervision) Jasa Survei dengan atau Tanpa Merusak Obyek (Destructive/Nondestructive Testing)

Jasa Sur\rei Kuantitas (Quantity Survey)

Jasa Survei Kualitas (Quality Survey)

.·. . .

JQJLJ Per~~a,~atan . " -

47712 Modal dalam negeri 100%

47861 Modal dalam negeri 100%

4722 Modal dalam negeri 100% 4724

47919 .1 Modal dalam negeri 100%

46100 Modal dalam negeri 100%

68200 Modal dalam negeri 100%

00000 Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

52101 Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

00000 Modal dalam negeri 100%

00000 Modal dalam negeri 100%

00000 Modal dalam negeri 100%

00000 Modal dalam negeri 100%

00000 Modal dalam negeri 100%

00000 Modal dalam negeri 100%

00000 Modal dalam negeri 100%

00000 Modal dalam negeri 100%

206. Jasa ...

Page 158: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

:No. 206.

207.

208.

209.

210.

211.

212.

213.

214.

215.

216.

217.

2 18.

219.

PRESIDEN REPUBLIK INDONES IA

23

.. ' ··· ·· ..

: Bid~ng Usa~a: ..

Jasa Survei Pengawasan (Supervision Survey) atas Suatu Proses Kegiatan Sesuai Standar yang Berlaku atau yang Disepakati _ Jasa Survei/ Jajak Pendapat Masyarakat dan Penelitian Pasar

Persewaan Alat Transportasi Darat (Rental Without Operator)

Persewaan Mesin Pertanian dan Peralatannya

Persewaan Mesin Konstruksi dan Tek:nik Sipil dan Peralatannya

Persewaan Mesin Kantor dan Peralatannya (termasuk komputer)

Persewaan Mesin Lainnya dan Peralatannya yang Tidak Diklasifi.kasikan di Tempat Lain (pembangkit tenaga listrik, tekstil, pengolahan/pengerjaan logam/kayu, percetakan, dan las listrik)

Jasa Kebersihan Gedung

JasaBinatu

Pangkas Ram.but

Salon Kecantikan

Penjahitan

Jasa Foto Kopi, Penyiapan Dokuroen, dan Jasa Khusus Penunjang Kantor La.inn ya Perdagangan Besar Minuroan Keras/Beralkohol (importir, distributor, dan subdistributor)

-KBLI · Pe~yaratan

00000 Modal dalam negeri 100%

73200 a. Modal dalam negeri 100% b. Maksimal 70% bagi penanam modal dari

negara-negara /'\~~AN 77100 Modal dalam negeri 100%

77305 Modal dalam negeri 100%

77306 Modal dalam negeri i 00%

77307 Modal dalam negeri 100%

77309 Modal dalam negeri 100%

81210 Modal dalam negeri 100%

96200 Modal dalam negeri 100%

96111 Modal dalam negeri 100%

96112 Modal dalam negeri 100%

96991 Modal dalam negeri 100%

82190 Modal dalam negeri 100%

46333 Memiliki: .. a. Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman

Beralkohol (SIUP-MB) b. Jaringan distribusi dan tempatnya khusus

220. Perdagangan ...

Page 159: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

'No.

220.

221.

222.

223.

.. :·;· •' . -

B.idang· tJsaha :

Perdagangan Eceran Minuman Keras/Beralkohol

. ,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

24

·' ..

Perdagangan Eceran Kaki Lima Minurnan Keras/Beralkohol

-

Penyelenggaraan Sistem Perdagangan Alternatif

Peserta Sistem Perdagangan Alternatif

·- ·, . ... . . KBLI Persyaratan

47221 Memiliki: a. Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman

Beralkohol (SIUP- MB) b. Jaringan distribusi dan tempatnya khusus

47826 Memiliki: a. Surat Izin Usaha Perdagangan Minuru.aD

Beralkohol (SIUP- MB) b. Jaringan distribusi dan tempatnya khusus

00000 Modal dalam negeri 100%

00000 Modal dalam negeri 100%

I . Sektor .. .

Page 160: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

25

l. Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

No. Bi_d~g Usaba . . .

224. Pengelolaan Museum (CPC 96321)

225. Pengelolaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Berupa Candi, Keraton, Prasasti, Petilasan, d an Bangunan Kuno

226. Biro Perjalanan Wisata (CPC 7471)

.

227. Jasa Boga/ Catering

228. Hotel Bintang Dua

229. Hotel Bintang Satu

230. Hotel Non Bintang

231. Motel

232. Rumah Biliar (CPC964)

•. . ' ..

_. ipJLf . ,.• ,:,."· Pe~yaratan.

91022 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 67% b . Maksimal 70% bagi penanam modal dari

negara-negara ASEAN

91024 Penanaman Modal Asing MaksimaJ 67%

79120 a. Penanaman Modal Asing MaksimaJ 67% b. Maksimal 70% bagi penanam modal dari

negara-negara ASEAN

56210 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 67% b. Maksimal 70% bagi penanam modal dari

n egara-negara ASEAN

55114 Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

55115 Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

55120 Penanam.an Modal Asing Maksimal 67%

55199 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 67% b . Maksimal 70% bagi penanam modal dari

negara-negara ASEAN

93111 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 67% b. Maksimal 70% bagi penanam modal dari

negara-negara ASEAN

233. Gelanggang ...

Page 161: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

~o~

233.

234.

235.

236.

237.

238.

239.

240.

241.

24 2.

. . -

... Gelanggang Bowling (CPC964)

Lapangan Golf (CPC 96413)

Galeri Seni

Gedung Pertunjukan Seni

J asa Impresariat (CFC 96191)

Karaoke

Ketangkasan

Bidang ·Usah~

PRESIDEN REPUBLIK INOONESIA

26 . .

Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi, dan Pameran (MICE) (CPC 87909)

SPA (Sante Par Aqua)

Pengusahaan Obyek Wisata Alam di Luar Kawasan Konservasi

. :: ... . .. KBLI Per~y~r.~t~li - . .. .

93113 a . Penanaman Modal Asing Maksimal 67% b. Maksimal 70% bagi penanam modal dari

negara-negara ASEAN

93112 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 67% b. Maksimal 70% bagi penanam modal dari

negara-negara ASEAN

90006 Penana.man Modal Asing Maksimal 67%

90006 Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

90004 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 67% b. Maksimal 70% bagi penanam modal dari

negara-negara ASEAN

93292 Penana.man Modal Asing Maksimal 67%

93293 Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

8230 1 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 67% b. Maksimal 70% bagi penanam modal dari

negara-negara ASEAN

96122 Penanaman 1vtt>dal Asing Maksimal 51 %

91034 Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

243. Pembuatan ...

Page 162: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

No. -243.

. .. . . ;' :

.. - , -• ·: ··r .....

Bida~ifiqsa:l)a

P R E SID E N REPUB.LI K IN D ONES IA

27

. . . . .

Pembuatan Sarana Promosi Film, Ik.lan, Poster, S till, Photo, Slide, Klise, Banner, Pamflet, Baliho, Folder, dll (CFC 871)

• • t •

IqjLI P~r~yara·tan

73100 a. Penanaman Modal Dalam Negeri 100% b. Maksimal 51 % bagi penanam modal dari

negara-negara ASEAN

J . Sektor ...

Page 163: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

28

J. Sektor Perhubungan

..

Ni;>,_ Bidan· ·. tlsalia . • .. & ... , ··. ... . . .. 244. Angkutan Barang Umum dengan Moda Darat

245. Angkutan Barang Khusus dengan Mada Darat

246. Angkutan Orang dengan Mada Darat Dalam Trayek (Angkutan Antarkota Antar Provinsi, Angkutan Pedesaan, Angkutan Antarkota Dalam Provinsi, Angkutan Perkotaan/Perdesaan, dan Angkutan Lintas Batas Negara)

247. Angkutan Orang dengan Moda Darat Tidak Dalam Trayek (Taksi, Angkutan Pariwisata, Angkutan Tujuan Tertentu, Angkutan Kawasan Tertentu)

248. Angkutan Mada Laut Dalam Negeri

249. Angkutan Mada Laut Luar Negeri

250. Angkutan Mada Laut Luar Negeri untuk Penumpang (tidak tennasuk cabotage) ( CPC 7211)

251. Angkutan Mada Laut Luar Negeri untuk Barang (tidak termasuk cabotage) (CPC7212)

252. Angkutan.. Penyeberangan Umum An tar Provinsi

253. Angkutan Penyeberangan Perintis Antar Provinsi

.JCBLI Persyarat a;n

49431 Penan.aman Modal Asing Maksimal 49%

49432 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

49211 Penanaman Modal Asing Maksimal-49% 49414 492 13 49214 . 49215

49421 Penanaman Modal Asing Maksimal 49% 49221

5011 Penanaman Modal Asing Maksimal 49% 5013

5012 Penanaman Modal Asing Maksimal 49% 5014

50121 Maksimal 70% bagi penanam modal dari negara-50122 negara ASEAN 50123

50141 Maksimal 70% bagi penanam modal dari negara-50142 negara ASE AN 50143 50214 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

50215 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

254. Angkutan ...

Page 164: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

h ·:...-

·f;fq.

254.

255.

256.

257.

258.

259.

260.

261.

262.

263.

264.

265.

266.

267.

268.

PRESIDEN R E P UBLIK IN O ONE SIA

29

. ··,; • ... . . -· . . · . . . . . . :'.s • .::· · :, '

Bidang Us~·P.~ ~);I . :-·· •·'·= . -

Angkutan Penyeberangan Umum An tar Kabupaten/Kota 50216

Angkutan Penyeberangan Perintis Antar Kabupaten/Kota 50217

Angkutan Penyeberangan Umum Dalam Kabupaten/Kota 50218

Angkutan Sungai dan Danau Untuk Penumpang dengan Trayek Tetap dan 50211 Teratur Angkutan Sungai dan Danau Untuk Penumpang dengan Trayek Tidak Tetap 50212 dan Tidak Teratur

Angkutan Sungai dan Danau dengan Trayek Tidak Tetap dan Tidak Teratur 50213 Untuk Wisata

Angkutan Sungai dan Danau Untuk Barang Umum dan/ a tau Hewan 50221

Angkutan Sungai dan Dan.au Untuk Barang Khusus 50222

Angkutan Sungai dan Danau Untuk Barang Berbahaya 50223

Penyediaan Fasilitas Pelabuhan (dermaga, gedung, penunda an kapal terminal 52221 peti kemas, terminal Cl.lrah cair, terminal curah kering dan terminal Ro-Ro) 52222

52223

Penyediaan Fasilitas Pelabuhan Berupa Penampungan Limbah (reception 52 109 facilities) Jasa Salvage dan/ atau Pekerjaan Bawah Air {PBA) 52229

Usaha Penunjang pada Tenninal 52211

Jasa Kebandarudaraan .. 52230

Jasa Penunjang Angkutan Udara (sistem reservasi melalui komputer, 51102

" . P.etsya.ratan

Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

Penanaman Modal Asing Maksirnal 49%

Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

Penanaman Modal Asing Maksi.mal 49%

Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

a. Penanaman Modal Asing Maksirnal 49% b. Izin Khusus dari Kementerian Perhubungan

terkait dengan persyaratan modal minimum Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

!Zin Khusus dari Kementerian Perhubungan

Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

·pelayanan .. -:

Page 165: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

T~~·:·.

269.

270.

271.

272.

273.

274.

275.

276.

277.

278.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

30

- ' . .. . . ... "

sidang V$~ha

pelayanan di darat untuk penumpang dan kargo/ ground handling, dan penyewaan pesawat udara/ aircraft leasing)

Pelayanan Jasa Terkait Bandar Udara

Jaso. Bongkar Muat Barang (mari.time cargo handling services dengan CPC 7412)

Jasa Pengurusan 'I'ransportasi

Jasa Ekspedisi Muatan Pesawat Udara

Agen Penjualan Um um (GSA) Perusahan Angkutan Udara Asing

Penyediaan dan Pengusahaan Pelabuhan Penyeberangan

Penyediaan dan Pengusahaan Pelabuhan Sungai dan Danau

Pelayaran Rakyat

Angkutan Moda Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri

..

Angkutan Moda Udara Niaga Berjadwal Luar Negeri

- . ..

~ .. ~ . . p~~~y~ta,n

·• . ~::::" . :

51202 52240 77304 52230 Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

52240 a. Pen anaman Modal Asing Maksimal 67% b . Maksimal 70% bagi penanam modal dari

negara-negara ASEAN c. Hanya berlaku pada 4 (empat) pelabuhan di

wilayah Indonesia bagian timur yaitu: Pelabuhan Bitung, Pelabuhan Ambon, Pelabuhan Kupang, dan Pelabuhan Sarong klmsus Negara-negara anggota ASEAN

52291 Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

52294 Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

79112 Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

52223 Penanaman Modal Asing Maks imal 49%

52222 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

50135 Modal dalam negeri 100%

51101 a Penanaman Modal Asing Maksimal 49% 51102 b. Pemilik modal nasional harus tetap lebih besar

dari keseluruhan pemilik modal asing (single majority)

5 1101 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

51102 ...

Page 166: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

·No ·:\ :.,· "

279.

280.

281.

282.

283.

•'. -~i~ang Usa~

Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal

Angkutan Udara Bukan Niaga

Penyelenggaraan Pengujian Berk ala Kendaraan Bermotor

PRESIDEN REPUBLIK INDONES IA

3 1

....

KBlil . -·

51102 51103

51104 5 1105

51109

7 1203

Pembangunan Terminal Penumpang Angkutan Darat (ter batas hanya fasili tas 52211 umum dan terminal barang untuk um um)

Angkutan Multimoda 52295

. .. P'ersyaratap

. . :

b. Pemilik modal nasional harus tetap lebih besar dari keseluruhan pemilik modal asing (single majority)

a. Penanaman Modal Asing Maksimal 49% b . Pemilik modal nasional barus tetap lebih besar

dari keseluruhan pemilik m odal a sing (single majority)

a Penanaman Modal Asing Maksimal 49% b. Pemilik modal n a sional h arus tetap lebih besar

dari keseluruhan pemili.k modal asing (single majority)

Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

K. Sektor ...

Page 167: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

K. Sektor Komunikas i dan Informatika

·:?

:IJb:; :•. 'B,idang P's·a.~a ,,-

PRESIDEN REPUBLIK INDONES IA

32

'::: imp . :

Pe~yatatan

284. Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi Tetap 61100 Penanaman Modal Asing Maksimal 67% 1~~-;-~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~-1-~~~~~~~~--11--~~--~~~~~~~~~~~~-

285. Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi Bergerak 61200 Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

286. I Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikas1 yang Terintegrasi dengan Jasa Telekomunikasi

287. IPenyelenggaraan Jasa Telekomunikasi Layanan. Content (ring tone, sms premium~ dsb)

2 88. IPusat Layanan Informasi (call center) dan Jasa Nilai Tambah Teleponi Lainnya

289. I Jasa Akses Internet (Internet service provider)

290. I Jasa Sistem Komunikasi Data

291. I Jasa Internet Teleponi Untuk Keperluan Publik

292. I Jasa Interkoneksi Internet (NAP), Jasa Multimedia Lainnya

293. I Lembaga Penyiaran Publik (LPP): Radio

6 1300 61921 61922 61923 61929 61911

61919

61921

6 1922

61923

6 1929

60101

Penanaman Modal Asing MaksimaJ 67%

Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

Han.ya monopoli untuk Lembaga Penyiaran Publik Radio. Republik Indonesia (RRI), Te levisi Republik I I I !Indonesia (TVRI), dan Lembaga Penyiaran Publik

294. Lembaga Penyiaran Publik (LPP): Televisi 60201 Lokal (LPPL)

295. IPenyedia, Pengelola (Pengoperasian dan Penyewaan) dan Penyedia Jasa Kon struksi untuk Menara Telekomunikasi

42217 Modal dalam negeri 100%

296. Pen er bi tan ...

.;

Page 168: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

~·-:- . '" .. --r.~ ·: ... :., · .. - . -...

PRE SI D EN R EPUBLIK INDONESIA

33

. . ·:(' " • .. " Bidan:g Us~~~·:·;;~-'~N°b;; '

; . ·~ '!.

: . ·. - ... ~ '.Co ... ~: . , - .. •. .. - -.. . :.: ,_ . .. 296. Penerbitan Surat Kabar, Majalah, dan Buletin (pers)

297. Lembaga Penyiaran Swa sta (LPS)

298. Lembaga Penyiaran Berlangganan (LPB)

299. Penyelenggaraan Pos

300. Penyelenggara Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (market place berbasis platform, daily deals, price grabber, iklan baris online) dengan Nilai Investasi kurang dari Rpl00.000.000.000,00

, ,··z ·-

KiJiJ" :·;-:_ ·.. . .(". ,. . . . . Pe~yµata~ ._- "':" .

58130 Modal dalam negeri 100%

60102 a Hanya untuk penambahan dan pengembangan

60202 usaha.

b. Penanaman Modal Asing Maksimal 20% ~--

53101 Penanaman Modal Asing Maksimal 49% 53102 53202 00000 Penanaman Modal Asing Maksim~ 49%

L. Sektor .. .

Page 169: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

L. Sektor Keuangan

-(· = ·~ ,,.

-~id~:qg .. JJ~ab~ .... . ~~:~t<; .: r'J:~-:. :. :·e .=' .1

301. 1 Perusahaan Pembiayaan Investasi

~(!2. I Perusahaan Pembiayaan Modal Kerja

303. I Perusahaan Pembiayaan Multiguna

304. 1 Modal Ventura

305. I Perusahaan Asuransi Kerugian

306. I Perusahaan Asura.nsi Jiwa

307. I Perusahaan Reasuransi

308. I Perusahaan Pen.ilai Kerugian Asuransi

309. I Perusahaan Agen Asuransi

310. IPerusahaan Pialang Asuransi

311. I Perusahaan Pialang Reasuransi

312. IPerusahaan Konsultan Aktuaria

313. I Perusahaan Penjaminan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

34

\

~J;I

64929 64910

: -54992

64922 64923

64991

64991

65111 65112

65121 65122

66210

66221

66222

66225

66291

64993

'p ...... '. ~:..;. ' . e,q;~.3.-(~~n

·,'·\ ;:· .

Penanaman Modal Asing Maksimal 85%

Penanaman Modal Asing Maksimal 85%

Penanaman Modal Asing Maksimal 85%

Penanaman Modal Asing Maksimal 85%

Penanaman Modal Asing Maksimal 80%

Penanaman Modal Asing Maksimal 80%

Penanaman Modal Asing Maksimal 80%

Penanaman Modal Asing Maksimal 80%

Penanaman Modal Asing Maksimal 80%

Penanaman Modal Asing Maksimal 80%

Penanaman Modal Asing Maksimal 80%

Penanaman Modal Asing Maksimal 80%

Penanaman Modal Asing Maksimal 30%

314. Pedagang ...

Page 170: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

· ;· ·· .. ,..... ... .... . . · : .. · :No. I . .:', Bl~~mg u~a'.Jla.

... .::~.::·· :;... • • ,, . • .. ~·._t.J_!. • .. ~ ;

314. IPedagang Valuta Asing NonBank

315. JPerusahaan Pialang Pasar Uang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

35

" "'. ·-:·

KBliI Pe.tsyara'tan·

66197 Modal dalam negeri 100%

64190 Perizinan Khusus dari Otoritas Jasa Keuangan

M. Sektor ...

Page 171: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

M. Sektor Perbankan

PRE SID EN REPUBLIK INDONESIA

36

::, .- :·•

,::~~;·, · '. •• , ,,!.

·;:~i~~~~::~~;~~ . .::: ~r~,!::.::·" .! .. ). , •

. . . '· · .. ;:- c<:1:1 ... r.;..-"J, :,-_: . - , ..

. !,,~·~:~- " ?· . t;·" JPJP: .~~ -- . .

316. I Bank Konvensional

3 17. IBank Syariah

318. I Bank Perkreditan Rakyat Konvensional 3 19. I Bank Perkreditan Rakyat Syariah

64125 64126

64131

64127 64133

;' P~~y~abin ... . ..

Perizinan Khusus dari Otoritas Jasa Keuangan

Perizinan Khu sus dari Otoritas Jasa Keuangan

Modal dalam negeri 100% Modal dalam negeri 100%

N. Sektor ...

Page 172: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

PRESIDEN REPUBLIK INOONESIA

37

N. Se kt or Ketenagakerjaan

,. 4 • M. ' . ·. ·. : . ·. :;. . · :. . . ~: ~ . _.. '.·::.;-,;, . "

"·· ! .,.,.:, ,·' ..

'\,. ... -. "·~;;~. -

.. , , ..... . - BieiaJ:ig· 'usaha :. •; : :; .

' .. ,. .·. . . J ..,...,. .. - -320. Jasa Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Dalam Negeri (seperti

pendaftaran, perekrutan, pengurusan dokumen, penamptp.1gan orientasi pra pemberangkatan, pemberangkatan, penempatan dan pemuiangan tenaga kerja)

321. Penyediaan Jasa Pekerja/Buruh !proses pendaftaran, perekrutan, pengurusan dokumen (antara la.lll perjanjian kerja), negosiasi untuk mendapatkan pekerjaan dari perusahaan pemberi kerja, mempekerjakan pekerja/buruh, sepe.rti pekerjaan jasa cleaning servi.ce, satpam, catering dan jasa penunjang lainnya]

322. Pelatihan Kerja (memberi, .memperoleh, menihgkatkan, mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan etas kerja antara lain meliputi bidang kejuruan teknik dan engineering, tata niaga, bahasa, pariwisata, manajemen, teknologi infonnasi, seni dan pertanian yang diarahkan untuk membekali angkatan kerja memasuki dunia kerja)

323. Jasa Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (proses perekrutan, pengurusan dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan dan pemulangan Calon Tenaga Kerja Indonesia/ CTKI)

.. . . ... t . :· ... u·· ' .. -· ' . . . .. -' l .•

· tmLI ' ... . '. ·' " : .... ... . . ..... ·; ,; Pe~y.ci~.atan ·· :-.:. . . ... ·.: . .

·- " 78101 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

·.

78200 Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

85499 Penanaman Modal Asing Maksimal 67% 85492 85493 85494

78102 Modal dalam negeri 100% ·

0. Sektor .. .

Page 173: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

O. S ektor Pendidikan

.. · . ...... . '

N:'o. Bidang Usa.J.ia

. 3 24. ·! . Pendidikan Anak Usia Dini

325. Jasa Pendidikan Sekolab Dasar Swasta

326. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta

327. Jasa Pendidikan Sekolah Menengah Umum Swasta

328. J asa Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta

329. J a sa Pendidikan Tinggi Program Gelar Swasta

330. Jasa Pendidikan Tinggi NonGelar Swasta

PRES I DEN REPUBLI K IND O NES IA

38

--. . ... -

" . ..

. . KBLI .. Persyaratan

" '·· ..

85132 85133

85121 Sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdilmas)

85122 serta Peraturan Pelaksanaannya

85220

85240

85321 Sesuai Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012

85322 tentang Pendidikan Tinggi serta Peraturan Pelaksanaannya

P. Sektor .. .

Page 174: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

P. Sektor Kesehatan

.. • , : - -°N<;>; : BJ4a.ng .:Usajia

,· .· , • . "~ .' . .

331. Industri Farmasi Obat Jacli

332. Institusi Penguj~an Alat Kesehatan

333. Fa.silitas Pelayanan Akupuntur

334. Pelayanan Pest Control/ Fumigasi

335. Pelayanan Evakuasi Medik dan Ambulantory

336. Produsen Narkotika (lndustri Farmasi)

337. Pedagang Besar Farmasi Narkotika

338. Pengolahan Obat Tradisional

339. Industri/Usaba Obat Tradisional/ Ekstrak Ba.ban Alam

340. Perdagangan Besar Ba.ban Baku Farmasi

341. Apotek, Toko Obat, Toko Alat Kesehatan, dan Optik

PRE SIDEN REPUBLI K INDO NES IA

39

..

. . '

.'

KB.~l

21012

71205

86901

86903

86904

2 1012

46693

2 1022

21022

46693

47722 47723 47733

fersyaratan

Penanaman Modal Asing Maksimal 85%

Penanaman Modal Asing Maksimal 67%

Penanaman Modal Asing Maksimal 49%

Penanaman Modal Asing Mak:simal 67%

Penanaman Modal Asing Maksimal 6.7%

lzin Khusus dari Kementerian Kesehatan

Izin Khusus dari Kementerian Kesebatan

Modal dalam negeri 100%

Modal dalam negeri 100%

Modal dalam negeri 100%

Modal dalam negeri 100%

342. Klinik ...

Page 175: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

.No.

342.

343.

344.

345.

346.

347.

348.

PRESIDEN REPUBLIK INDONES IA

40

'. . . . . ·~. { : .- ··- ·. .. ,: :: \ .:,.:._.•:" ... :Bida~g:·t.rsaha . _;-.,; : .

.. . •

Klinik Pratama: Rumah Bersalin Swasta, Clinic General Medical, Seruices/Klinik Pengobatan Umum, Jasa Kesehatan Pemukiman (Residential Health Services), dan Saran a Pelayanan Kesehatan Dasar

Ru.mah Sakit

Klinik Utama: Klinik Kedokteran Spesialis (Clinic Specialised Medical Services) (CPC 9312), Klinik Kedokteran Gigi Spesialis (CPC 93 12), Jasa Keperawatan Spesialis (Nursing Services dengan CPC 93191), dan J asa Rumah Sakit Lainnya (klinik rehabilitasi medik)

PenyaJur Alat Keseha tan

lndustri Alat Kesebatan: Kelas A (Kapas, pembalut, kasa, toogkat, tiang infus, pembalut wanita, popok dewasa, tempat tidur pasien, kurs i roda)

lndustri Alat Kesehatan: Kelas B (Masker bedah, jarum suntik, p a sien monitor, kondom, surgical gloves, cairan hemodialisa, PACS, surgical knives)

Industri Alat Kesehatan: Kelas C (IV Catheter, X Ray, ECG, Patient Monitor, Inplan Orthopedy, Contact Lens, Oxymeter, Densitometer)

. . :_ .-·!;·_ .. · ~ .

·K.BLI Persyarata n ..

86103 Modal dalam negeri 100% 86104 86109

86103 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 67% b . Maksimal 70% bagi penanam modal dari

negara-negara ASEAN; dan c. Dapat dilakukan diselurub Ibukota Provinsi

Indonesia Timur, kecuali Makassar dan Man.ado

86109 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 67% 86202 b. Maksimal 70% bagi penanam modal dari

86203 negara-negara ASEAN; dan

86901 c. Dapat dilakukan diseluruh Ibukota Provinsi

Indonesia Timur kecuali Makassar dan Manado

46693 a. Penanaman Modal Asing Maksimal 49% b. Izin Khu sus dari Kementerian Kesehatan

21012 a Penanaman Modal Asing Maksimal 33% b. lzin Khusus dari Kementerian Kesehatan

2 1012 Izin Khusus dari Kementerian Kesehatan

21012 Izin Khusus dari Kementerian Kesehatan

349. Kelas ...

Page 176: TINJAUAN NEGATIF INVESTASI USAHA PERIKANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41374/1/BELA... · TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP ... Indonesia

No. Bidang Usaha

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

41

349. Kelas D (CTScan, MRJ, Catheter Jantung, Stent Jan tung, HIV Test, Pacemaker, Dormal Filler, Ablation Catheter)

350. Bank dan Laboratorium Jaringan dan Sel

Cata tan:

IPJLI Pers;ra~~tan

21012 Izin Khusus dari Kementerian Kesehatan

86903 Izin Khusus dari Kementerian Kesehatan

Dalam hal Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) meliputi lebib dari satu bidang usaha, maka p-;rsyaratan sebagaimana termaksud dalam Lampiran III hanya berlaku bagi Bidang Usaha yang tercantum dalam kolom Bidang Usaba tersebut.

Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT KA.BINET RI

Deputi Bidang Perekonomian,

Agustin~~~tsib

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO