tinjauan pustaka

12
PENDAHULUAN BAB I Latar Belakang Invaginasi merupakan suatu keadaan, bagian saluran cerna dimasuki oleh segmen bagian bawahnya sehingga menimbulkan obstruksi intestinum. Invaginasi pada anak dan bayi masih sering ditemukan dibandingkan invaginasi pada orang dewasa. Penderita biasanya bayi sehat, meneteki, gizi baik, dan dalam pertumbuhan optimal. Penyebab invaginasi pada anak dan bayi 70%-90% belum diketahui. Masih diduga bahwa terjadinya invaginasi akibat infeksi adenovirus, perubahan cuaca ataupun perubahan pola makan. Sedangkan invaginasi pada orang dewasa sekitar 5-10% penderita dan dapat dikenali hal-hal pendorong untuk terjadinya invaginasi, seperti apendiks yang terbalik, divertikulum Meckelli, polip usus, atau kistik fibrosis. Manifestasi klinis invaginasi pada anak mulai tampak 3-24 jam setelah terjadinya invaginasi. Gejala-gejala khas sebagai tanda obstruksi intestinum yaitu nyeri abdomen, muntah, dan perdarahan rektum. Nyeri abdomen bersifat serangan setiap 15-

Upload: adeline-firdaus

Post on 23-Sep-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tinjauan pustaka

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

BAB I

Latar Belakang

Invaginasi merupakan suatu keadaan, bagian saluran cerna dimasuki oleh segmen bagian bawahnya sehingga menimbulkan obstruksi intestinum. Invaginasi pada anak dan bayi masih sering ditemukan dibandingkan invaginasi pada orang dewasa. Penderita biasanya bayi sehat, meneteki, gizi baik, dan dalam pertumbuhan optimal. Penyebab invaginasi pada anak dan bayi 70%-90% belum diketahui. Masih diduga bahwa terjadinya invaginasi akibat infeksi adenovirus, perubahan cuaca ataupun perubahan pola makan. Sedangkan invaginasi pada orang dewasa sekitar 5-10% penderita dan dapat dikenali hal-hal pendorong untuk terjadinya invaginasi, seperti apendiks yang terbalik, divertikulum Meckelli, polip usus, atau kistik fibrosis.Manifestasi klinis invaginasi pada anak mulai tampak 3-24 jam setelah terjadinya invaginasi. Gejala-gejala khas sebagai tanda obstruksi intestinum yaitu nyeri abdomen, muntah, dan perdarahan rektum. Nyeri abdomen bersifat serangan setiap 15-30 menit dengan durasi 1-2 menit, di antara 2 serangan bayi terlihat sehat. Persentase nyeri abdomen pada anak < 1 tahun (60,7%), 1-2 tahun (81,8%), dan > 2 tahun (91%) yang menunjukkan gejala yang mencolok. Biasanya nyeri di susul oleh muntah, pada bayi muntah dapat sebagai gejala pertama. Muntah paling sering pada anak berumur < 2 tahun (73%) dan > 2 tahun (52%) mula-mula terdiri atas sisa-sisa makanan yang ada dalam lambung kemudian berisi cairan empedu. Setelah nyeri kolik yang pertama tinja masih normal kemudian disusul oleh defekasi darah bercampur lendir pada awal penyakit (currant jelly stool) pada penderita (59%) perdarahan terjadi dalam waktu 12 jam, kemudian berangsur-angsur bercampur jaringan nekrosis (terry stool) karena terjadi kerusakan jaringan dan pembuluh darah.Dari hasil pengamatan jenis invaginasi, paling banyak terjadi ileo-colica (75%), ileo-ileocolica (15%), dan sisanya (10%). Angka kejadian invaginasi pada anak dan bayi dijumpai pada usia di < 2 tahun dan terbanyak ditemukan pada usia 5-9 bulan. Prevalensi penyakit diperkirakan 1-3 per 1000 kelahiran hidup dengan perbandingan laki-laki berbanding perempuan adalah 3:1, kemudian terjadi peningkatan terhadap prevalensi penyakit invaginasi menjadi 1-4 per 1000 kelahiran hidup dengan perbandingan laki-laki berbanding perempuan adalah 4:1.TINJAUAN PUSTAKABAB II1. Defenisi

Invaginasi merupakan suatu keadaan, bagian saluran cerna dimasuki oleh segmen bagian bawahnya sehingga menimbulkan obstruksi intestinum.2. Epidemiologi Invaginasi merupakan penyebab obstruksi intestinum dijumpai pada umur antara 3 bulan sampai 6 tahun, kelainan ini jarang pada anak < 3 bulan dan frekuensi menurun setelah 36 bulan. Insiden bervariasi dari 1-4 per 1.000 kelahiran hidup dengan perbandingan laki-laki berbanding perempuan adalah 4:1.3. Etiologi Penyebab invaginasi belum diketahui. Pada umur puncak insidens masih diduga bahwa terjadinya invaginasi akibat infeksi adenovirus, perubahan cuaca atau perubahan pola makan. Sedangkan pada orang dewasa 5-10% penderita dapat dikenali hal-hal pendorong untuk terjadinya invaginasi, seperti apendiks yang terbalik, divertikulum Meckelli, polip usus, atau kistik fibrosis.4. Klasifikasi

Berdasarkan lokasi dibagi dalam 5 tipe, yaitu:

1. Ileo-ileal

2. Ileo-colica

3. Ileo-ileocolica

4. Colo-colica

5. Appendical-colica

5. Manifestasi Klinis

Pada kasus-kasus yang khas, nyeri kolik hebat yang timbul mendadak, hilang timbul, sering kumat dan disertai dengan rasa tersiksa yang menggelisahkan serta menangis keras pada anak yang sebelumnya sehat. Pada awalnya, bayi mungkin dapat dihibur tetapi jika invaginasi tidak cepat di reduksi bayi menjadi semakin lemah dan lesu. Akhirnya terjadi keadaan seperti syok dengan kenaikan suhu tubuh sampai 41 C, nadi menjadi lemah-kecil, pernafasan menjadi dangkal, dan nyeri dimanifestasikan hanya dengan suara rintihan. Muntah terjadi pada kebanyakan kasus dan biasanya pada bayi lebih sering pada fase awal. Pada fase lanjut, muntah disertai dengan empedu, tinja dengan gambaran normal dapat dikeluarkan pada beberapa jam pertama setelah timbul gejala kemudian pengeluaran tinja sedikit atau tidak ada, dan kentut jarang atau tidak ada. Darah umumnya keluar pada 12 jam pertama, tetapi kadang-kadang tidak keluar sampai 1-2 hari. Pada bayi 60% mengeluarkan tinja bercampur darah berwarna merah serta mukus.6. Patofisiologi Invaginasi paling sering adalah ileo-colica, diikuti ileo-ileocolica, colo-colica, dan appendical-colica. Bagian atas usus yang disebut intususeptum mengalami invaginasi ke bawah, intususipiens sambil menarik mesentriumnya bersama-sama memasuki lumen yang pembungkusnya. Pada mulanya terdapat suatu konstriksi mesentrium sehingga menghalangi aliran balik vena, selanjutnya terjadi pembengkakan invaginasi terjadi akibat edema dan perdarahan mukosa yang menghasilkan tinja mengandung darah, kadangkadang mengandung mukus (lendir). Puncak dari invaginasi dapat terbentang hingga kolon tranversum desendens dan sigmoid bahkan ke anus pada kasus yang terlantar. Setelah suatu invaginasi idiopatis dilepaskan, maka bagian usus yang membentuk puncaknya tampak edema dan menebal, sering disertai suatu lekukan pada permukaan serosa yang menggambarkan asal dari kerusakan tersebut. Kebanyakan invaginasi tidak menimbulkan strangulasi usus dalam 24 jam pertama, tetapi selanjutnya mengakibatkan gangren usus dan syok.7. Diagnosis Untuk menegakkan diagnosis invaginasi dapat dilakukan anamnese, pemeriksaan fisik, pemeriksaan rontgen, dan reposisi enema barium.1. Anamnesa

Anamnesa dengan keluarga dapat diketahui gejala-gejala yang timbul dari riwayat pasien sebelum timbulnya gejala, misalnya sebelum sakit, anak ada riwayat dipijat, diberi makanan padat padahal umur anak dibawah 4 bulan.2. Pemeriksaan fisik

Pada inspeksi sukar sekali membedakan prolapsus rektum dari invaginasi. Invaginasi didapatkan invaginatum bebas dari dinding anus, sedangkan prolapsus berhubungan secara sirkuler dengan dinding anus.

Pada palpasi teraba sausage shape, suatu massa yang posisinya mengikuti garis usus colon ascendens sampai ke sigmoid dan rektum. Massa tumor sukar diraba bila berada di belakang hepar atau pada dinding yang tegang.

Pada perkusi pada tempat invaginasi terkesan suatu rongga kosong.

Pada auskultasi bising usus terdengar meninggi selama serangan kolik menjadi normal kembali di luar serangan.

Bila invaginasi panjang hingga ke daerah rektum pada pemeriksaan colok dubur mungkin teraba ujung invaginasi seperti porsio uterus. disebut pseudoporsio. Pada sarung tangan terdapat lendir dan darah. Harus dibedakan dengan prolapsus rektum

3. Pemeriksaan Rontgen

Foto polos abdomen dapat menunjukkan padatan di daerah invaginasi. Dibuat dalam 2 arah, posisi supine dan lateral dekubitus kiri. Posisi lateral dekubitus kiri ialah posisi penderita yang dibaringkan dengan bagian kiri di atas meja dan sinar dari arah mendatar. Dengan posisi ini, selain untuk mengetahui invaginasi juga dapat mendeteksi adanya perforasi. Gambaran X-ray pada invaginasi ileo-coecal memperlihatkan daerah bebas udara yang fossa iliaca kanan karena terisi massa. Pada invaginasi tingkat lanjut kelihatan air fluid levels.4. Reposisi barium enema:

Reposisi hidrostatik dengan cara memasukkan barium melalui anus menggunakan kateter dengan tekanan hidrostatik tidak boleh melewati satu meter air dan tidak boleh dilakukan pengurutan atau penekanan manual di perut sewaktu dilakukan reposisi hidrostatik, dapat dikerjakan sekaligus sewaktu diagnosis Rontgen ditegakkan, syaratnya adalah keadaan umum mengizinkan, tidak ada gejala dan tanda rangsangan peritoneum, anak tidak toksik, dan tidak terdapat obstruksi tinggi. Pengelolaan berhasil jika barium kelihatan masuk ileum.

8. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu foto polos abdomen dan reposisi barium enema.1. Foto polos abdomen memperlihatkan bagian proksimal invaginasi banyak udara sedangkan bagian kanan kosong.

2. Reposisi barium enema di bawah fluoroskopi didapati gambaran cupping dari invaginasi (pemeriksaan ini kontraindikasi bila sudah terdapat tanda- tanda peritonitis).

9. PenatalaksanaanPenatalaksaan dapat dilakukan dengan reposisi barium enema dan reposisi operatif :1. Pertama kali dibawa ke rumah sakit, bayi kemungkinan mengalami dehidrasi dan memerlukan terapi cairan intravena secepatnya. Nasofaringeal Tube bisa digunakan pada bayi dengan perut yang kosong.

2. Reduksi invaginasi dilakukan dengan barium enema yang menggunakan prinsip hidrostatik. Reduksi dengan barium enema hanya dilakukan bila tidak ada distensi yang hebat, tanda peritonitis, dan demam tinggi. Akan tampak gambaran cupping dan coiled spring yang menghilang bersamaan dengan terisinya ileum oleh barium. Reduksi dengan barium enema dikatakan berhasil bila sudah mencapai ileus terminal.

3. Selain barium enema, terdapat reduksi manual pada operasi. Reduksi ini dilakukan bila terjadi perforasi, peritonotis dan tanda- tanda obstruksi dan biasanya pada invaginasi yang sudah berlangsung 48 jam.

4. Kebanyakan anak yang dirawat sebelum dari 24 jam sembuh dari invaginasi tanpa komplikasi. Dalam 48 jam setelah operasi anak akan dimonitor, anak akan menggunakan mesin untuk memonitor temperatur, denyut jantung dan respirasi. Setidaknya selama 48 jam pertama, anak tidak bisa makan atau minum agar ususnya istirahat. Anak akan mendapatkan terapi cairan untuk mencegah dehidrasi. Anak juga akan mendapat Nasofaringeal Tube untuk mengambil cairan di dalam perut. Saat cairan dari Nasofaringeal Tube bersih dan jumlah cairan berkurang, anak bisa mulai makan sesuatu. 10. Komplikasi

Nekrosis jaringan usus Perforasi usus Infeksi Kematian11. Prognosis Keberhasilan penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh cepatnya pertolongan yang diberikan, jika pertolongan kurang dari 24 jam dari serangan pertama, maka akan memberikan prognosis yang lebih baik. Kematian dengan terapi sekitar 1-3 %. Jika tanpa terapi, 2-5 hari akan berakibat fatal