tinjauan pustaka agd lisalisa
DESCRIPTION
agdTRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
PEMBACAAN DAN PENJELASAN PRAKTIS
ANALISIS GAS DARAH
Oleh:
Ni Putu Lisa Eka Pratiwi
1102005151
Pembimbing:
dr. Made Subagiartha, Sp.An, KAKV, SH
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DIBAGIAN/SMF ANESTHESIA DAN REANIMASI
FK UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR2015
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya Tinjauan Pustaka dengan judul “Pembacaan dan Penjelasan
Praktis Analisis Gas Darah” dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Laporan tinjauan pustaka ini disusun dalam serangkaian kegiatan
Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian Anestesiologi dan Reanimasi RSUP
Sanglah Denpasar. Dalam kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan tinjauan
pustaka ini, antara lain kepada :
1. dr. Made Subagiartha, Sp.An, KAKV, SH selaku pembimbing dalam
pembuatan Tinjauan Pustaka ini
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan
tinjauan pustaka ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, kritik dan
saran yang membangun untuk membantu penyempurnaan laporan ini sangat
penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Om Çantih, Çantih, Çantih Om
Denpasar, September 2015
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3
2.1 Definisi............................................................................................... 3
2.2 Indikasi............................................................................................... 3
2.3 Kontraindikasi.................................................................................... 3
2.4 Teknik Pengambilan Sampel.............................................................. 4
2.5 Komponen Analisa Gas Darah........................................................... 5
2.6 Interpretasi Hasil................................................................................. 7
2.7 Faktor Yang Mempengaruh Interpretasi............................................. 13
2.8 Keterbatasan Analisa Gas Darah........................................................ 13
2.9 Komplikasi.......................................................................................... 14
BAB III SIMPULAN....................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 16
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengambilan darah arteri.................................................................5
4
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai normal analisis gas darah...........................................................5
Tabel 2.2 Etiologi alkalosis respiratorik berdasarkan perbedaan PO2 alveolar
arterial................................................................................................................. 12
5
BAB I
PENDAHULUAN
Analisis gas darah (AGD) adalah salah satu investigasi umum yang
dilakukan di unit gawat darurat dan unit perawatan intensif untuk memantau
pasien dengan kegagalan pernafasan. Analisa gas darah (AGD) merupakan salah
satu pemeriksaan penunjang yang mempunyai peranan penting dalam
mendiagnosis atau monitoring status oksigenasi, efektivitas pertukaran gas udara
dari paru serta antara darah dan jaringan, dan keseimbangan asam-basa pasien dan
memperkirakan etiologinya sehingga dapat digunakan untuk menuntun klinisi
dalam merencanakan tatalaksana pasien berikutnya. Gangguan keseimbangan
asam-basa dapat menimbulkan komplikasi penyakit, dan kelainan yang berat
dapat menjadi faktor risiko yang mengancam jiwa.1,2
Beberapa komponen respiratorik dari analisa gas darah dapat digunakan
untuk mendiagnosa dan mengevaluasi kelainan pada saluran pernapasan serta
kondisi yang mempengaruhi seberapa efektif paru-paru dapat memberikan
oksigen dan menghilangkan karbondioksida dari dalam darah. Komponen
metabolik dari analisis ini digunakan untuk mendiagnosa dan mengevaluasi
kondisi metabolik yang menyebabkan pH darah menjadi abnormal.1
Pasien yang biasanya membutuhkan pengukuran gas darah arteri adalah
mereka yang gagal pernafasan atau dalam keadaan kritis akibat berbagai etiologi.3
Teknik pemeriksaan AGD relatif mudah dan cepat dan menghasilkan
informasi yang dapat penting dalam penatalaksanaan penyakit akut dan kronis.
Walau demikian, pemeriksaan penunjang AGD tetap harus memiliki indikasi yang
tepat dan memiliki kegunaan dalam hal diagnostik ,monitoring dan
penatalaksanaan pasien berikutnya.4
Diagnosa tidak dapat ditegakkan hanya dari hasil interpretasi analisa gas
darah dan keseimbangan asam basa saja, tetapi harus mempertimbangkan gejala
klinis, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Hasil AGD yang normal dengan gejala klinis yang tidak sesuai dapat merupakan
hasil dari kompensasi tubuh untuk mengatasi penyebab yang mendasari. Faktor-
6
faktor yang berhubungan dengan teknik sampling, pengolahan spesimen dan
lingkungan juga dapat mempengaruhi hasil.1,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Analisis gas darah (AGD) merupakan pemeriksaan pada darah arteri untuk
menilai tingkat keasaman darah (pH) dan efektivitas pertukaran gas dalam darah.
Penilaian ini memiliki nilai diagnostik yang tinggi serta dapat digunakan untuk
menuntun dalam merencanakan tatalaksana pasien berikutnya.1
2.1 Indikasi
Pada keadaan tertentu, analisa gas darah merupakan indikasi seperti : 5,6
1. Pada pasien kritis yang disebabkan oleh kegagalan fungsi respirasi atau
non respirasi, untuk sarana diagnostik dan sebagai pedoman terapi.
2. Pada pasien yang sedang mengikuti program terapi inhalasi dan terapi
oksigen tanpa atau dengan alat bantu nafas mekanik di Unit Terapi
Intensif, untuk menilai kemajuan terapi yang sedang diprogramkan.
3. Pada tindakan kateterisasi jantung, untuk menilai kelainan anatomi
khususnya pada kelainan jantung bawaan.
7
4. Pada tindakan bedah dan anestesia, misalnya bedah saraf, jantung, paru
dan beberapa pembedahan ekstensif.
5. Pada pasien yang mengalami mati otak, sebagai salah satu criteria penentu
mati otak dengan cara menghitung konsumsi oksigen oleh jaringan otak.
6. Pada pasien trauma luka bakar, untuk menilai gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit.
7. Pasien dengan gagal ginjal yang sedang dalam program dialisis
8. Pasien pasien dengan riwayat keracunan.
2.3 Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi absolut dalam pengambilan sampel namun terdapat
beberapa hal perlu diperhatikan.6
1. Kulit daerah pengambilan darah arteri tidak memiliki luka atau sedang
infeksi.
2. Perlu indikasi yang kuat pada pasien pasien dengan gangguan pembekuan
darah atau sedang mengonsumsi obat pengencer darah karena
meningkatkan resiko perdarahan dan hematom.
3. Pasien dengan test allen abnormal, yaitu positif yang menandakan
diharuskan mencari arteri lain. Tes allen dilakukan dengan pasien diminta
mengangkat tangan yang diperiksa dan membuat kepalan. kemudian
pemeriksa memberikan tekanan pada arteri radialis dan ulnaris asien
hingga tangan tampak pucat. setelah itu pasien diminta membuka kepalan
tangannya dan pemeriksa membebaskan tekanan pada arteri ulnaris. Pada
tes allen negatif, tangan akan kembali ke warna normal dalam waktu 3-7
detik, yang menunjukkan tidak ada kelainan ada arteri. Jika membutuhkan
waktu lebih dari itu, maka tes allen positif dimana kemungkinan terdapat
sumbatan pada arteri radialis yang meningkatkan kemungkinan iskemia.
2.4 Teknik Pengambilan Sampel
Darah biasanya diambil dari arteri radial karena mudah teraba dan memiliki curah
darah yang baik. Pengambilan sampel AGD dapat sulit dilakukan pada pasien
yang tidak kooperatif atau pada seseorang dengan denyut nadi tidak teraba.
8
Lengan pasien diposisikan supinasi pada permukaan yang datar, dengan
pergelangan tangan dorsofleksi 45°. Handuk dapat ditempatkan di bawah
pergelangan. Tempat tusukan harus dibersihkan dengan alkohol atau yodium.
Raba denyut pada radial arteri harus teraba denyut nadi, dan gunakan jarum suntik
khusus untuk pengambilan sampel AGD. Karena tekanan arteri yang tinggi, darah
akan mendorong masuk kedalam spuit tanpa perlu ditarik oleh pemeriksa seperti
halnya dalam pengambilan darah vena. Setelah selesai, daerah tusukan perlu
diberikan tekanan untuk membantu menghentikan perdarahan dan mencegah
terjadinya pembengkakan. Jika pemeriksaan analisa gas darah arteri perlu diulang,
disarankan untuk menggunakan daerah yang berbeda.1
Gambar 1. Pengambilan darah arteri.5
2.5 Komponen Analisis Gas Darah
pH
Asam didefinisikan sebagai zat yang setidaknya memiliki satu ion H+ dan dapat
menyumbangkan H+ ion, sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima ion H+.
Sebuah asam kuat dengan cepat melepaskan sejumlah besar ion H+ seperti
contohnya asam klorida (HCL), sedangkan asam lemah, seperti asam bikarbonat,
melepaskan H+ dengan lebih lemah. Sedangkan, Hidroksida (OH-) adalah basa
kuat, sementara bikarbonat (HCO3-), fosfat, dan protein adalah basa lemah.
Kebanyakan asam dan basa yang ada dalam ruang ekstraselular lemah, tapi
mereka merupakan buffer utama tubuh.6
pH menggambarkan kadar ion H+ dalam darah untuk menentukan adanya asidosis
maupun alkalosis. pH normal arteri berkisar antara 7.35- 7.45, namun pada
9
keadaan kritis, tubuh dapat bertahan selama beberapa jam dengan kisaran pH
hingga 6.80-7.80. Namun hasil pH pada AGD dapat menunjukkan hasil normal
jika tubuh berhasil melakukan kompensasi.1,2,7
Tabel 2.1 Nilai normal analisis gas darah1
Nilai normal
pH arteri
pH vena
7.35-7.45
7.32 – 7.43
PCO2 35—45 mmHg
PO2 80—100 mmHg
HCO3- 22—26 mmol/L
BE (base excess) 0 ±2
Saturasi O2 95—100%
*konversi mmHg ke kPa dibagi dengan 7.5
PCO2
PCO2 mencerminkan keadaan ventilasi alveolar. tingginya PCO2 mencerminkan
hipoventilasi alveolar, sedangkan penurunan PCO2 mencerminkan hiperventilasi
alveolar. Perubahan akut PCO2 akan mengubah pH darah. 1,7
PO2
Biasanya PO2 akan menurun seiring dengan usia. Hal ini disebabkan penurunan
elastisitas di paru-paru pada orang tua, sehingga mengganggu proses ventilasi-
perfusi. Apabila PO2 yang kurang dari yang nilai normal, hal tersebut
menunjukkan hipoksemia. Hipoksemia dapat merupakan akibat dari hipoventilasi
atau gangguan ventilasi-perfusi. Jika ventilasi alveolar memadai (ditandai oleh
PCO2 yang normal), maka hipoksemia yang hampir pasti disebabkan oleh
gangguan ventilasi-perfusi.1,7
HCO3-
Bikarbonat merupakan suatu basa lemah yang diatur oleh ginjal sebagai bagian
dari homeostasis asam-basa. HCO3- dalam darah arteri mencerminkan komponen
metabolisme darah arteri. Bersama-sama, CO2 dan HCO3- bertindak sebagai buffer
10
secara metabolik dan respiratorik. Hubungan keduanya digambarkan jelas dalam
Metode Henderson – Hasselbach. Persamaan ini menitik beratkan pada sistem
buffer asam karbonat yang memegang peranan penting dalam pengaturan asam
basa melalui ginjal dan paru – paru. Karbondioksida bereaksi dengan air untuk
membentuk HCO3- dan H+. 1
CO2 + H2O ↔ H2 CO3 ↔ H+ + HCO3-
Base excess
Komponen metabolik keseimbangan asam-basa tercermin di base excess (BE). BE
berasal dari nilai pH dan PaCO2. Base excess didefinisikan sebagai jumlah asam
yang dibutuhkan untuk mengembalikan setiap liter darah ke pH normal pada
PaCO2 40 mmHg. BE dapat meningkat pada alkalosis metabolik dan menurun
(atau menjadi lebih negatif) dalam asidosis metabolik, namun dalam menafsirkan
hasil gas darah masih kontroversial.1
Saturasi Oksigen
Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen
dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 – 100 %. Kadar yang lebih
rendah menandakan adanya hipoksemia.8
2.6 Interpretasi Hasil
Interpretasi AGD harus dilakukan secara tepat dan berkorelasi dengan riwayat
penyakit pasien dan gejala klinis, hasil langsung dan cepat untuk mengetahui
proses yang mendasari gangguan status asam-basa.8
Gangguan primer dan respon kompensasi tubuh
Dalam membaca hasil analisa gas darah, poin penting yang utama adalah
menentukan gangguan primer dari kelainan asam-basa dan respon kompensasi
tubuh. pH diatas 7.45 dinyatakan alkalosis, sedangkan pH dibawah 7.35
dinyatakan asidosis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pH dalam AGD
dapat menunjukkan nilai normal meskiun sebenarnya terdapat gangguan asam-
basa dalam tubuh jika tubuh berhasil mengkompensasi. Selanjutnya adalah
11
menilai sumber primer dari gangguan asidosis atau alkalosis yang dalam hal ini
dapat dilihat dari nilai PCO2 dan HCO3-.6,7 Pada kelainan respiratorik akan terjadi
kompensasi metabolik untuk mengembalikan pH ke nilai semula, dan sebaliknya.
Jika PCO2 naik, mengikuti HCO3- akan naik, dan begitu pula sebaliknya. Namun
jika terjadi nilai yang berlawanan, maka dicurigai pasien menderita gangguan
asam-basa campuran.1,8
Terdapat 4 gangguan utama dari keseimbangan asam basa, yaitu:
Asidosis respiratori
Asidosis respiratori disebabkan oleh kadar PCO2 yang tinggi yang dapat terjadi
secara akut atau kronis. Hal ini dapat terjadi akibat dari hipoventilasi, obstruksi
jalan napas, gangguan difusi (misalnya, fibrosis paru), ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi (seperti yang diamati dalam pneumonia, edema paru, atau
ARDS), atau produksi CO2 berlebihan yang tidak mampu seluruhnya dikeluarkan
lewat paru-paru.9
Pada gangguan pernafasan, mekanisme kompensasi adalah bifasik: Fase pertama
adalah akut dan didominasi dengan mekanisme chemical buffer, sedangkan fase
kronis didominasi oleh respon buffer ginjal.8,10
Dalam asidosis pernafasan akut, konsentrasi serum bikarbonat naik 1 meq/L untuk
setiap 10 mmHg kenaikan PCO2, sedangkan rasio ini meningkat menjadi 4 meq/L
per 10 mmHg di asidosis pernafasan kronis. Kompensasi ginjal yang terakhir
adalah hasil netralisasi H+, awalnya dengan fosfat dan selanjutnya oleh ekskresi
ammonium.8
Untuk menentukan etiologi selanjutnya dari kelainan asidosis respiratorik dapat
diprediksi dari perbedaan antara PO2 pada alveolar dan PO2 di arterial dengan
rumus sebagai berikut :1,8
P (A-a) O2 = PAO2 - PaO2
PaO2 = tekanan oksigen arteri
PAO2 = tekanan oksigen alveolar
12
PO2 = FiO2 (PB - PH2O) - 1,2 (PaCO2)
FiO2 = fraksi oksigen di udara terinspirasi
PB = barometrik tekanan (760 mmHg di permukaan laut)
PH2O = ketegangan uap air (47 mmHg pada 37 ° C)
Perbedaan antara PO2 alveolar dan arterial normal adalah <15 mmHg (≤20 mmHg
pada orang tua).1
Asidosis Metabolik
Dalam asidosis metabolik, pH yang rendah diakibatkan oleh penurunan HCO3- .
Kondisi pH tersebut akan menstimulasi kemoreseptor perifer yang pada badan
aorta dan carotid sehingga merangsang ventilasi untuk mengurangi PCO2 dan
mengembalikan Ph ke nilai normal. Kompensasi paru yang diharapkan adalah
penurunan ~ 1 mmHg di PCO2 untuk setiap 1 meq/L penurunan konsentrasi
bikarbonat.8,10
Anion Gap
Perhitungan anion gap pada metabolik asidosis sangat membantu dalam
menentukan etiologi dari kelainan asidosis.1,10
[Na +] + [K +] +[Ca2 +] + [Mg2 +] + [H +] + kation lain = [Cl-]+
[HCO3-] + [CO32-] + [OH-] + albumin + fosfat+ Sulfat + laktat + anion
lain (inorganic anion)
Namun demikian, tidak semua anion dan kation berada dalam jumlah yang
signifikan secara klinis, hanya 3 ion yang paling tinggi konsentrasinya dalam
plasma yang biasa dimasukkan dalam persamaan tersebut, sehingga rumus anion
gap menjadi.1,10
[Na+]−[Cl−] − [HCO3−]
Nilai normal adalah 12 ± 2 meq / L
13
Anion gap meningkat ketika konsentrasi bikarbonat menurun relatif terhadap
natrium dan klorida karena overproduksi asam (ketoasidosis, asidosis laktat, obat
dan keracunan alkohol), gangguan sekresi asam (pada gagal ginjal kronis), lisis sel
(rhabdomyolysis masif), atau keadaan lainnya.8,9
Sedangkan asidosis dengan nilai anion gap yang normal terjadi karena kehilangan
bikarbonat dari gastrointestinal (contohnya: diare), hilangnya bikarbonat di ginjal
yang mungkin terjadi pada kelainan dalam pengasaman urin oleh tubulus ginjal
(renal tubular asidosis), atau gagal ginjal akut dimana ekskresi asam saat
terganggu.8,9
Koreksi Albumin
Beberapa kelainan seperti hipoalbumin dan keracunan lithium atau bromide dapat
menurunkan anion gap sehingga perlu dilakukan koreksi. Pada hipoalbumin:
untuk setiap penurunan 1 g/dl albumin perhitungan anion gap dinaikkan 2,5
mmol/liter.1,9
Urin anion gap
Pada asidosis metabolik dengan anion gap yang normal (normal anion gap/NAG)
namun masih belum diketahui etiologinya, perlu dapat dilakukan pemeriksaan
urin anion gap yang digunakan untuk membedakan antara penyebab ginjal dan
ekstra-ginjal. Anion gap urin didefinisikan sebagai:8,10
([Na+]+[K+]−[Cl−])
Rentang normal adalah -10 sampai +10,dan merupakan jumlah anion yang tidak
terukur dalam urine termasuk sulfat, fosfat, karbonat dan anion organik seperti
laktat dan sitrat. Ini anion terukur disertai dengan asam diekskresikan amonium.
Dalam penyebab asidosis NAG ekstra-ginjal, ginjal menghasilkan sejumlah besar
amonium klorida dan anion gap urin sebagian besar negatif (>-10), Sedangkan
dalam pada NAG metabolik asidosis yang berhubungan dengan ginjal disebabkan
karena ginjal tidak mampu menghasilkan ammonium klorida dan tidak mampu
14
mengeluarkan asam; oleh karena itu anion gap urin sebagian besar positif (> +10).
Contohnya pada gagal ginjal, renal tubular asidosis, dan hipoaldosteronemia.7,10,11
Osmolal gap
Sebaliknya, untuk mencari etiologi dari tingginya anion gap pada metabolik
asidosis, dapat dilanjutkan dengan perhitungan osmolal gap. Asidosis dengan
kelebihan anion gap terkait dengan kesenjangan osmolar tinggi bisa disebabkan
oleh konsumsi etil glikol, alkohol isopropil atau methanol dan uremia.8,11
Rumus untuk mengukur osmolal gap adalah sebagai berikut:
2 x [Na mmol/L] + [glucose mg/dL] / 18 + [BUN mg/dL] / 2.8 ) >10 mOsm/kg
Delta Gap
Langkah berikutnya adalah evaluasi untuk mempertimbangkan adanya
kemungkinan gangguan campuran pada kelainan metabolik asidosis dengan anion
gap tinggi.8
Delta gap adalah perbandingan antara kenaikan (delta) anion gap di atas nilai
referensi atas dan perubahan (delta) konsentrasi ion bikarbonat dari bawah nilai
referensi ion bikarbonat. Dalam ketoasidosis, ada korelasi 1:1 antara peningkatan
anion gap dan penurunan konsentrasi bikarbonat. Sedangkan dalam asidosis
laktat, penurunan konsentrasi bikarbonat adalah 0,6 kali peningkatan anion gap.8,9
Anion Gap pasien – Anion Gap normal
(HCO3 normal)-(HCO3 pasien)
-5 sampai 5 mmol / liter: hanya asidosis metabolik dengan anion gap yang
tinggi
>5 mmol / liter: asidosis metabolik dengan anion gap yang tinggi serta
alkalosis metabolik
<-5 Mmol / liter: asidosis metabolik dengan anion gap yang tinggi serta
asidosis dengan normal anion-gap
Alkalosis respiratorik
15
Dalam alkalosis respiratorik akut, konsentrasi bikarbonat turun sebesar 2 meq/L
untuk setiap 10 mmHg penurunan PCO2, sedangkan rasio ini menjadi 5 meq/L per
10 mmHg di alkalosis respiratorik kronis. Penurunan serum bikarbonat ini dicapai
dengan penurunan reabsorpsi bikarbonat dan ekskresi ammonium.8
Demikian pula dengan asidosis respiratorik, untuk menentukan etiologi
selanjutnya dari kelainan alkalosis respiratorik dapat diprediksi dari gradien PO2
pada alveolar dan PO2 di arterial. Perbedaan antara PO2 alveolar dan arterial
normal adalah <15 mmHg (≤20 mmHg pada orang tua).8,9
Tabel 2.2 Etiologi alkalosis respiratorik berdasarkan perbedaan PO2 alveolar
arterial.8
Akut
Perbedaan alveolar-arterial O2 normal Nyeri, kecemasan, demam, stroke,
meningitis, trauma, anemia berat,
keracunan salisilat
Perbedaan alveolar-arterial O2 tinggi Pneumonia, edema paru, emboli paru,
aspirasi, gagal jantung kongestif, sepsis
Kronis
Perbedaan alveolar-arterial O2 normal Kehamilan, hipertiroidisme, gagal hati
Perbedaan alveolar-arterial O2 tinggi Emboli paru pada kehamilan, kegagalan
hati dan pneumonia aspirasi
Alkalosis metabolik
Alkalosis metabolik diakibatkan oleh peningkatan produksi basa dan gangguan
ekskresi ginjal. Alkalosis metabolik dapat dibagi menjadi Cholride-sensitive atau
Cholride-resistant. Hal ini dinilai dari kadar klorida dalam urin. Dimana pada
Cholride-sensitive kadar klorida pada urin <25mmol/L yang biasanya disebabkan
karena kekurangan atau kehilangan ion klorida pada tubuh dan pada Cholride-
resistant kadar klorida urin >40mmol/L yang disebabkan oleh sekresi berlebihan
mineralkortikoid.8,10
16
Klasifikasi lain dari alkalosis metabolik adalah volume-depletion alkalosis (karena
muntah, diare, atau buangan klorida) dan volume-overload alkalosis (karena
gangguan kelebihan mineralokortikoid).10,12
Etiologi dari Alkalosis Metabolik10
A. Chloride-sensitive
• Muntah
• Vili adenoma
• Diuretik
• Diet rendah klorida
• Pengosongan lambung
• Cystic fibrosis
B. Chloride-resistant
• Sekresi mineralkortikoid
• Cushing sindrom
• Batter’s sindrom
• Hipokalemia berat
C. Lain-lain
• Transfusi masif
• Terapi alkali
• Hiperkalsemia
2.7 Faktor yang mempengaruhi interpretasi
Jumlah sampel dan faktor lingkungan dapat mempengaruhi interpretasi AGD.
Pengolahan sampel yang tertunda dapat menghasilkan PaO2 rendah positif palsu,
karena kemungkinan terjadi penundaan konsumsi oksigen leukosit. Hal ini dapat
dihindari dengan transportasi yang cepat dari sampel dan disimpan pada lemari
pendingin.1,2
Adanya gelembung gas saat dilakukan pungsi arteri juga dapat menunjukkan
tingginya PaO2 dan PaCO2 yang rendah yang positif palsu. Hal ini dapat
dihindari dengan menghilangkan gelembung gas dengan gentle pada spesimen
secepatnya setelah pengambilan spesimen tanpa mengagitasi spesimen.1,2
17
Suhu tubuh juga dapat mempengaruhi tekanan gas darah arteri. Hal ini dapat
terjadi pada pasien demam atau hipotermia, sehingga suhu tubuh harus dicatat
pada saat pengambilan sampel.1
2.8 Keterbatasan Analisa Gas Darah
Analisis gas darah tidak dapat menentukan diagnosis suatu penyakit. Seorang
pasien asma dapat memberikan nilai yang sama dengan pasien pneumonia. Pada
kasus lain, pasien dengen penyakit paru obstruktif kronik dan pasien dengan
edema pulmonim dapat memberikan interpretasi hasil yang sama.1,2
Hasil analisis juga tidak mencerminkan derajat abnormalitas pasien yang
sebenarnya. Kadar PaO2 yang rendah tidak selalu mengindikasikan hipoksia,
ataupun normal PaO2 mengindikasikan oksigenasi jaringan yang adekuat. Kadar
oksigen darah bias dipengaruhi oleh faktor seperti aliran darah regional, afinitas
hemoglobin terhadap oksigen dan curah jantung.1,2
2.9 Komplikasi
Kesulitan yang umum terjadi yang terkait dengan pungsi arteri radialis untuk
AGD adalah kegagalan untuk mendapat sampel darah karena vasospasme. Jika
dicurigai vasospasme, batalkan prosedur dan mencoba pada pergelangan tangan
yang lain. Komplikasi vaskular yang serius seperti aneurisma arteri radialis,
iskemia tangan dan hematoma menyebabkan sindrom kompartemen, hal itu
pernah dilaporkan meskipun sangat jarang terjadi.7
18
BAB III
SIMPULAN
Analisis gas darah (AGD) adalah salah satu investigasi umum yang dilakukan di
unit gawat darurat dan unit perawatan intensif untuk memantau pasien dengan
kegagalan pernafasan. Analisa gas darah (AGD) merupakan salah satu
pemeriksaan penunjang yang mempunyai peranan penting dalam mendiagnosis
atau monitoring status oksigenasi, efektivitas pertukaran gas udara dari paru serta
antara darah dan jaringan, dan keseimbangan asam-basa pasien dan
memperkirakan etiologinya sehingga dapat digunakan untuk menuntun klinisi
dalam merencanakan tatalaksana pasien berikutnya.
Terdapat beberapa komponen yang biasa dilihat dari hasil analisis gas darah
seperti pH, PCO2, PO2,HCO3-, Base excess, dan Saturasi O2. Dalam membaca
hasil analisa gas darah, poin utama adalah menentukan gangguan primer dari
kelainan asam-basa dan respon kompensasi tubuh. pH diatas 7.45 dinyatakan
alkalosis, sedangkan pH dibawah 7.35 dinyatakan asidosis. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, pH dalam AGD dapat menunjukkan nilai normal walau
sebenarnya terdapat gangguan asam-basa dalam tubuh jika tubuh berhasil
melakukan kompensasi.
Terdapat 4 gangguan keseimbangan asam basa yaitu: asidosis respiratorik,
asidosis metabolik, alkalosis respiratorik, alkalosis metabolik. Namun dapat pula
terjadi gangguan asam basa campuran yang dapat dilihat dari nilai berlebihan dari
nilai kompensasi.
19
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi interpretasi seperti jumlah sampel dan
fakktor lingkungan. Suhu tubuh juga dapat mempengaruhi tekanan gas darah
arteri.
Komplikasi vaskular yang serius seperti aneurisma arteri radialis, iskemia tangan
dan hematoma menyebabkan sindrom kompartemen, hal itu pernah dilaporkan
meskipun sangat jarang terjadi
20