tinjauan pustaka gliserin
DESCRIPTION
jTRANSCRIPT
TUGAS ORGANISASI LABORATORIUM
LAPORAN PEMBUATAN LARUTAN GLISERIN 1 N
Nama Kelompok :
1. Ernita Vika Aulia (113194203)
2. Bahrul Ulum (113194211)
3. Ervin Nafilah (113194215)
4. Rahmania Avianti (113194219)
Pendidikan Kimia B 2011
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGERTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014
TINJAUAN PUSTAKA
GLISERIN
Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas 3 atom karbon. Jadi tiap atom karbon mempunyai gugus –OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua, tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida dan trigliserida. Adapun rumus molekul gliserin dapat ditunjukkan pada Gambar 1 :
CH2OH
|
CHOH
|
CH2OH
Gambar 1. Rumus Molekul Gliserin
ETANOL
ETANOL (Etil Alkohol) Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. (Gamse, 2002) Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma yang khas. Ia terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa. Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama. Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena. Ia juga larut dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena.
Pada umumnya pelarut yang sering digunakan adalah etanol karena etanol mempunyai polaritas yang tinggi sehingga dapat mengekstrak bahan lebih banyak dibandingkan jenis pelarut organik yang lain. Pelarut yang mempunyai gugus karboksil (alkohol) dan karbonil (keton) termasuk dalam pelarut polar. Etanol mempunyai titik didih yang rendah dan cenderung aman. Etanol juga
tidak beracun dan berbahaya. Keuntungan menggunakan pelarut etanol dibandingkan dengan aseton yaitu etanol mempunyai kepolaran lebih tinggi sehingga mudah untuk melarutkan senyawa resin, lemak, minyak, asam lemak, karbohidrat, dan senyawa organik lainnya. Paturau et al (1982) menggolongkan mutu etanol menjadi 4 golonganyaitu : (1) etanol industri, (2) spiritus, (3) etanol murni, dan (4) etanol absolut.Etanol industri adalah etanol dengan kadar 96,5ºGL biasanya digunakan untuk industri dan tujuan lain seperti sebagai pelarut, bahan bakar, serta untuk bahanbaku produksi senyawa kimia lain.
Alasan gliserin tidak menggunakan pelarut Air.
Pada daerah ini, air dapat dimanfaatkan sebagai prekursor katalis, reaction medium, serta reaktan untuk berbagai reaksi seperti reaksi sintesa, biomass liquefaction, dan reaksi degradasi (Kruse,dkk., 2006). Degradasi gliserol menjadi produk kimia antara pada daerah hidrotermal dipengaruhi oleh rasio massa larutan gliserol-air, waktu, dan temperatur reaksi. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa perbedaan rasio massa larutan gliserol-air yaitu 1:8, 1:9 dan 1:10 tidak berpengaruh terhadap jenis produk kimia antara yang dihasilkan, namun berpengaruh terhadap perbedaan konsentrasi produk yang dihasilkan. Degradasi gliserol menghasilkan produk kimia antara seperti asetaldehid, acrolein, metanol, alil alkohol, formaldehid, etanol, dan propionaldehid. Pada penelitian ini, rasio massa larutan gliserol-air yang digunakan adalah 1:10 untuk mengetahui pengaruh lebih lanjut kondisi operasi terhadap konsentrasi produk yang terbentuk (pada porsi air yang lebih besar). Waktu dan temperatur reaksi akan berpengaruh pada lintasan reaksi (reaction pathway) yang terjadi. Pada kondisi hidrotermal lintasan reaksi yang meliputi reaksi ionik dan radikal bebas saling berkompetisi membentuk produk kimia antara. Lintasan reaksi ini akan banyak berpengaruh terhadap komposisi dan konsentrasi produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu dipelajari lebih lanjut mengenai pengaruh waktu dan temperatur reaksi terhadap konsentrasi produk kimia antara yang dihasilkan.
Gliserin teknis 11,6 M
Dipipet dan dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 86,2 mLDimasukkan ke dalam labu ukur 1 L menggunakan corong Ditambahkan etanol yang telah disiapkan pada gelas kimia ke dalam labu ukur sampai tanda batasDicampur larutan tersebut hingga tercampur secara homogen
Larutan gliserin 1N
Dipindahkan ke dalam botol larutan dan diberi etiket serta tanggal pembuatan
Larutan gliserin 1N
HASIL PENGAMATAN
No.Perc
.Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Hasil Pengamatan Kesimpulan
1. Sebelum :
- Gliserin: tak berwarna,
agak kental
- Etanol: jernih, tak
berwarna
Sesudah :
- Gliserin + etanol: jernih
tak berwarna
Gliserin dapat larut
sempurna dalam
etanol.
Volume gliserol
yang dibutuhkan
untuk membuat
larutan gliserin 1 N
adalah 86,2 mL.
PEMBAHASAN
Dalam pembuatan larutan gliserin dari larutan bakunya langkah pertama yang harus dilakukan
yaitu melihat konsentrasi pada Material Safety Data Sheets (MSDS) yang tertulis atau tertera
pada botol yaitu 11,6 M. Kemudian setelah kita tau data dalam MSDS maka kita akan mencari
larutan gliserin dengan konsentrasi yang kita inginkan. Pada pembuatan gliserin di laboratorium
kimia fisika, volume gliserin yang diingikan sebanyak 1 liter dengan konsentrasi 1 N. Dalam
pembuatan 1 L larutan gliserin dengan Normalitas 1 N, alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu
labu ukur berukuran 1 liter, gelas ukur 100 mL, spatula dan corong kaca. Sedangkan bahan yang
digunakan yaitu larutan gliserin teknis dengan konsentrasi 11,6 M dan pelarut yang digunakan
adalah etanol teknis. Fungsi dari labu ukur 1 liter yaitu sebagai tempat pengenceran gliserin
dengan pelarut etanol sehingga konsentrasi yang didapatkan bisa presisi. Sedangkan fungsi dari
gelas ukur yaitu untuk mengukur besar volume yang diinginkan dari larutan gliserin untuk proses
pengenceran. Corong berfungsi untuk memasukan atau memindahkan larutan gliserin dari gelas
ukur ke labu ukur dan dari labu ukur ke botol larutan.
Dalam pembuatan larutan gliserin 1 N dari larutan bakunya terlebih dahulu menghitung volume
yang diambil dari larutan baku menggunakan rumus pengenceran di bawah ini :
N1 xV 1= N2 xV 2
V1 × 11,6 N = 1000 × 1 N
V1 = 100011,6
V1 = 86,2 mL
Dari perhitungan diatas didapatkan volume gliserin yang diambil dari larutan baku yaitu
sebesar 86,2 mL. kemudian mengukur dengan gelas ukur volume gliserin dari larutan baku
sebesar 86,2 mL kemudian memasukannya ke dalam labu ukur berukuran 1 liter dengan corong
dan melarutkannya dengan etanol teknis sampai tanda batas pada labu ukur. Disini menggunakan
pelarut etanol dikarenakan etanol mempunyai polaritas yang tinggi sehingga dapat mengekstrak
gliserin lebih banyak dibandingkan jenis pelarut organik yang lain. Pelarut yang mempunyai
gugus karboksil (alkohol) dan karbonil (keton) termasuk dalam pelarut polar. Etanol mempunyai
etanol
Ikatan Hidrogen
titik didih yang rendah dan cenderung aman. Etanol juga tidak beracun dan tidak berbahaya.
Keuntungan menggunakan pelarut etanol dibandingkan dengan air yaitu etanol mempunyai
kepolaran lebih tinggi sehingga mudah untuk melarutkan senyawa gliserin maupun senyawa
organik lainnya. Gliserin ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas 3 atom karbon. Jadi tiap
atom karbon mempunyai gugus –OH. Dimana gugus –OH dari gliserin akan membentuk ikatan
hidrogen dengan etanol yang juga memiliki gugus –OH. Suatu senyawa dengan polaritas yang
tinggi maka dengan mudah sekali berikatan hidrogen dengan sesama senyawa yang bersifat polar
yaitu gliserin. Dalam hal ini etanol sangat cocok digunakan untuk sebagai pelarut dari gliserin.
Ikatan hidrogen yang terjadi dapat ditunjukan pada struktur dibawah:
Dalam pelarutannya tidak menggunakan air dikarenakan air dapat dimanfaatkan sebagai
prekursor katalis, reaction medium, serta reaktan untuk berbagai reaksi seperti reaksi sintesa,
biomass liquefaction, dan reaksi degradasi (Kruse, dkk., 2006). Degradasi gliserol menjadi
produk kimia antara pada daerah hidrotermal dipengaruhi oleh rasio massa larutan gliserol-air,
waktu, dan temperatur reaksi. Bahwa perbedaan rasio massa larutan gliserol-air yaitu 1:8, 1:9
dan 1:10 tidak berpengaruh terhadap jenis produk kimia antara yang dihasilkan, namun
berpengaruh terhadap perbedaan konsentrasi produk yang dihasilkan. Degradasi gliserol
menghasilkan produk kimia antara seperti asetaldehid, acrolein, metanol, alil alkohol,
formaldehid, etanol, dan propionaldehid. Oleh karena itu, dalam pelarutannya tidak
menggunakan pelarut air meskipun air dapat digunakan sebagai pelarut gliserin.
LAMPIRAN
Bahan : Gliserin, Etanol Teknis
Alat : Gelas ukur 100 ml, labu ukur 100 ml, gelas kimia,
corong, pipet tetes
Gliserin 80 ml Gliserin saat dituangkan pada
labu ukur
Proses penambahan etanol pada gliserin
Proses pencampuran etanol dengan gliserin
Larutan gliserin dimasukkan dalam botol
Gliserin 1N yang sudah dimasukkan botol