tipus penggaraman
TRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
Garam merupakan salah satu bahan pembantu dalam pengolahan pangan yang
paling penting dalam pengawetan bahan pangan. Garam sangat penting dalam proses
pengawetan karena memberikan sejumlah pengaruh bila ditambahkan pada jaringan
tumbuh-tumbuhan segar. Dalam proses pengeringan terlihat bahwa garam
mempunyai pengaruh yang menguntungkan. Pada proses fermentasi, garam dapat
berperan sebagai penyeleksi organisme yang diperlukan. Jumlah garam yang
ditambahkan berpengaruh pada populasi organisme. Organisme yang mana dapat
tumbuh dan mana yang tidak dapat tumbuh, dan jenis apa yang akan tumbuh
sehingga kadar garam dapat mengendalikan aktivitas fermentasi apabila faktor-faktor
lain sama (Buckle, 1987).
Dalam proses penggaraman bahan akan mengalami perubahan ,perubahan-
perubahan yang terjadi itu antara lain yaitu perubahan kadar air, berat akhir bahan,
perubahan pH, perubahan tekstur dan perubahan warna. Penggunaan bahan garam
dalam pengolahan bahan makanan selain berfungsi untuk mencegah pembusukkan
juga berfungsi untuk membentuk cita rasa. Garam memiliki cita rasa yang khas
sehingga penambahan garam pada suatu bahan juga dapat meningkatkan cita rasa dari
bahan tersebut. Di samping itu penggunaan garam dalam proses fermentasi sering
kali menghasilkan komponen-komponen yang membentuk cita rasa seperti pada
pembuatan kecap, asinan, dan sebagainya (Yulia, 2002).
Garam memiliki beberapa fungsi dalam pengolahan bahan pangan, antara
lain: menambah cita rasa bahan pangan, mengawetkan bahan pangan, mempunyai
peranan dalam proses fermentasi yaitu dalam hal menyeleksi mikroba yang tumbuh
atau yang diperlukan. Garam dapat digunakan sebagai pengawet karena senyawa ini
dapat berperan sebagai penghambat selektif pada mikrobia tertentu. Adapun
mekanisme garam sebagai pengawet pada bahan pangan yakni sebagai berikut.
Garam diionisasikan, setiap ion menarik molekul-molekul air disekitarnya. Proses ini
disebut hidrasi ion. Semakin besar kadar garam, maka semakin banyak air yang
ditarik oleh ion hidrat. Suatu larutan garam jenuh pada suatu suhu ialah satu larutan
yang telah mencapai suatu titik di mana tidak ada daya lebih lanjut yang tersedia
untuk melarutkan garam. Pada titik ini (larutan NaCl 26,5% pada suhu ruang) bakteri,
khamir, dan kapang tidak mampu tumbuh. Hal ini terjadi karena tidak adanya air
bebas yang tersedia bagi pertumbuhan mikroba (Desrosier, 1988).
Penambahan garam NaCl dengan konsentrasi 2 – 5% yang dikombinasikan
dengan suhu rendah cukup untuk mencegah pertumbuhan mikroba psikrofilik.
Mekanisme pengawetan NaCl adalah dengan memecah membran sel mikroba, karena
NaCl memiliki tekanan osmotik yang tinggi. Disamping itu NaCl memiliki sifat
higroskopik sehingga dapat menyerap air dari bahan yang mengakibatkan tekanan aw
bahan menjadi rendah. NaCl juga mengurangi kelarutan oksigen sehingga mikroba
dapat dicegah pertunbuhannya (Praptiningsih, 1999).
Buah-buahan dan sayuran yang direndam dalam larutan berair akan
mengalami fermentasi setelah 24 jam sehingga menjadi lunak. Fermentasi ini
dikehendaki terjadi pada beberapa produk makanan. Penambahan garam pada larutan
tidak mengganggu bakteri asam laktat yang sudah ada untuk tetap tumbuh sehingga
proses fermentasi tetap dapat berlangsung. Pada proses fermentasi ini, karbohidrat
pada bahan akan diubah menjadi asam. Asam yang dihasilkan ini juga dapat
membantu kerja garam sebagai pengawet karena kebanyakan mikroba tidak tahan
dengan kadar asam yang tinggi (Winarno,1980).
Dengan rendahnya kadar air maka Aw bahan juga semakin rendah. Bahan
akan terhindar dari kerusakan yang diakibatkan oleh mikroorganisme, meskipun
mikroba dapat dihambat pertumbuhannya maka masih ada beberapa mikroba seperti
bakteri halofilik yang tumbuh dalam larutan garam hampir jenuh. Namun mikroba ini
membutuhkan waktu penyimpanan lama untuk tumbuh dan selanjutnya terjadi
pembusukan (Gaman, 1994).
Dengan semakin tingginya konsentrasi garam larutan maka total padatan
semaki tinggi, karena dengan semakin rendahnya kadar air maka rasio padatan
terhadap berat keseluruhan bahan akan semakin tinggi. Total padatan bahan yang
digaramkan lebih rendah dari pada bahan awal (Muchtadi, 1987).
Kadar keasaman atau pH bahan yang digaramkan lebih besar dari pada pH
bahan awal. Padahal dengan adanya proses fermentasi, jumlah asam yang ada pada
bahan akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari garam yang
mempunyai pH netral (cukup besar). Jumlah asam yang dihasilkan dalam proses
fermentasi sedikit, sehingga tidak cukup untuk menghilangkan pengaruh dari pH
garam. Semakin tinggi konsentrasi garam maka pH bahan akan semakin tinggi. Hal
ini disebabkan karena jumlah asam yang terbentuk pada fermentasi adalah sama pada
semua konsentrasi garam, sedangkan jumlah garam semakin besar sehingga pengaruh
dari pH garam terhadap pH bahan akan semakin besar dan pH bahan akan semakin
tinggi (Winarno, 1980).
Dengan adanya penggaraman, tekstur bahan akan semakin lunak karena
adanya fermentasi pembusukan oleh bakteri asam laktat yang mendegradasi jaringan
pada bahan sehingga tekstur menjadi lunak. Semakin lama penggaraman maka tekstur
semakin lunak karena adanya fermentasi pembusukan yang terjadi semakin besar
sehingga jaringan bahan yang rusak semakin banyak. Semakin tinggi konsentrasi
garam maka tekstur bahan akan semakin keras. Hal ini disebabkan karena dengan
semakin tinggi konsentrasi maka kadar air dalam bahan semakin rendah sehingga
aktivitas bakteri asam laktat dalam mendegradasi bahan akan semakin rendah
(Suwasono, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Desrosier. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Gaman, P. M. 1994. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta: UGM Press.
Muchtadi, Tien R. 1987. Petunjuk Laboratorium Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Praptiningsih, Yhulia & Maryanto; Tamtarini. 1999. Buku Ajar Teknologi Pengolahan. Jember: Universitas Jember.
Suwasono, S, Jayus. 2006. Buku Ajar Mikrobiologi Industri Pangan. FTP UNEJ; Jember
Winarno, F. G. 1980. Pengantar Teknologi Pengolahan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.