tmbg
DESCRIPTION
teknologi minyak bumi. good. download deh loTRANSCRIPT
BAB I
Pendahuluan
Proses konversi bertujuan untuk memperoleh fraksi-fraksi dengan kuantitas dan
kualitas sesuai permintaan pasar. Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan fraksi
bensin yang tinggi, maka sebagian fraksi rantai panjang perlu diubah/dikonversi
menjadi fraksi rantai pendek.
Di samping itu, fraksi bensin harus mengandung lebih banyak hidrokarbon rantai
bercabang/alisiklik/aromatik dibandingkan rantai lurus. Jadi, diperlukan proses
konversi untuk penyusunan ulang struktur molekul hidrokarbon.
Salah satu jenis konversi adalah alkilasi. Alkilasi dalam proses industri minyak bumi
merupakan salah satu proses yang digunakan untuk meningkatkan angka oktan pada
produk minyak bumi. Senyawa-senyawa olefin tersebut akan membentuk gugus alkil
didalam molekul aromatik. Alkilasi akan mengkombinasikan olefin dengan berat
molekul rendah (umumnya terdiri dari campouran propilena dan butilena) dengan
isobutene. Reaksi ini sampai saat ini digunakan secara luas dalam alkilasi senyawa
aromatik dan olefin.
Produk reaksi ini adalah suatu campuran yang utamanya terdiri dari isomer oktan
yang disebut sebagai alkilat. Produk alkilat ini adalah komponen pencampuran
(blending) penting yang mempunyai angka oktan tinggi yang dipakai dalam
pembuatan bensin pesawat (avgas). Alkilat merupakan gasoline dengan sifat
antiknocking dan pembakaran bersih.
Secara kimia, reaksi alkilasi dapat dilakukan baik secara termis maupun dengan
bantuan katalis. Reaksi termis memerlukan tekanan yang sangat tinggi (sekitar 200-
300 kg/cm2) dan suhu relative tinggi untuk konversi kebutuhan komersil. Akan tetapi
proses alkilasi termis ini tidak diterima secara luas oleh industri minyak bumi karena
etilen adalah olefin yang paling sedikit tersedia dan prosesnya memerlukan tekan
yang lebih tinggi. Karena alasan tersebut proses alkilasi termis sudah ditinggalkan
dan jarang dilakukan di dalam industri minyak bumi modern.
Sebaliknya alkilasi katalis menawarkan kemungkinan-kemungkinan pelaksanaan
reaksi pada kondisi sedang dan dengan variasi olefin yang luas dibandingkan dengan
alkilasi termis. Suhu reaksi berkisar antara 30-105oF dan dengan tekanan 1 atm-150
psig. Katalis yang banyak digunakan secara komersil untuk proses alkilasi ini adalah
ammonium klorida (AlCl3), asam sulfat (H2SO4), dan asam fluoride (HF)
BAB II
Pembahasan
2.1. Alkilasi katalis asam sulfat
Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi
molekul yang lebih panjang dan bercabang. Proses Alkilasi Katalis Asam Sulfat telah
di mulai di Amerika Serikat pada tahun 1938 oleh Shell Oil Company. Dalam proses
ini menggunakan katalis asam kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam kuat
Lewis). Reaksi secara umum adalah sebagai berikut:
RH + CH2=CR’R’’ R-CH2-CHR’R”.
Berbagai senyawa-senayawa olefin yang berbeda dapat dipakai seperti propilen,
butilen. Amilen, oktilen, dan sebagainya. Akan tetapi, butilen adalah yang paling
umum dipakai karena produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang tinggi yang
dapat diperoleh hanya dengan sedikit asam sulfat dibandingkan dengan olefin lainnya
jika diproses pada kondisi operasi yang sama.
Umpan olefin dan iso butana harus kering dengan kadar sulfur rendah untuk
mengurangi kelebihan katalis asam dan menjaga mutu produk alkilat. Umpan kering
olefin dan isobutana bersama sirkulasi dimasukkan ke dalam reaktor melalui
beberapa pipa untuk menjaga temperatur sepanjang reaktor. Reaksi yang terjadi
adalah eksotermik dan panas reaksi tersebut dibuang dengan penukaran panas dengan
sejumlah besar air bertemperatur rendah untuk menjaga temperatur optimal reaksi
sekitar 35˚C. Keluaran dari reaktor masuk ke pengendapan (settler) , dimana endapan
asam (S.G = 1, alkilat S.G = 0,7) disirkulasi ke reaktor. Fase hidrokarbon berkadar
HF 1-2 % mengalir melalui penukar panas ke iso-stripper.
Butana jenuh (make up) juga dimasukkan ke isostripper. Produk alkilat dikeluarkan
dari bawah isostripper. Isobutana yang belum bereaksi ditampung dari samping
isostripper dan disirkulasi kembali ke reaktor. Semua produk dibebaskan dari HF
dengan pemurnian KOH sebelum meninggalkan unit. Pada bagian atas isostripper
keluar isobutana, propane dan ke dalam depropanizer. Keluaran dari atas
depropanizer dihilangkan HF, dan dihasilkan produk propane bermutu tinggi dari
bawah stripper. Bagian bawah depropanizer isobutana untuk disirkulasi kembali ke
reaktor.
Alkilat berangka oktana tinggi dengan distribusi angka oktana baik dansensitivitas
rendah memberikan keuntungan di negara- negara Eropa yang mensyaratkan angka
oktana motor (MON) dan Amerika Serikat dengan persyaratan knock performance =
(RON + MON)/2.
Pada proses alkilasi asam sulfat, komponen gasoline dengan angka oktan tinggi
dibuat melalui reaksi isobutana dengan olefin. Butilena merupakan senyawa yang
paling umum dipakai, karena produk yang dihasilkan mempunyai kualitas tinggi dan
dapat diperoleh hanya dengan sedikit asam sulfat dibandingkan dengan olefin
lainnya, jika diproses pada kondisi operasi yang sama.
Didalam industri minyak bumi, umpan isobutana dan butilena sebagian besar berasal
dari hasil perengkahan berkatalis. Isobutana sebagian kecil juga terdapat dalam
minyak mentah bersama-sama dengan normal butane.
Umpan Butana-butilena (BB) yangberasal dari berbagai operasi perengkahan adalah
suatu campuran isobutilena, butilena-1, butilena-2, isobutana dan normal butane
dengan sedikit butadiene. Semua olefin-olefin ini termasuk kedalam reaksi yang akan
menghasilkan alkilat. Alkilat tersebut esensinya merupakan campuran 2,2,4 trimetil
pentane : 2,2,3 trimetil pentane dan 2,3,4 trimetil pentane.
Diagram alir sederhana proses alkilasi asam sulfat dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :
Gambar 2.1. Diagram Alir Proses Alkilasi Asam Sulfat
Secara garis besar unit alkilasi itu terdiri menjadi 3 bagian yaitu :
1 Bagian Reaktor dan Treating
2. Bagian Pendingin
3. Bagian Fraksionasi
Umpan masuk reactor adalah isobutana yang konsentrasinya tinggi dengan kemurnian
85-90 % (berat), stok olefin yang biasanya campuran BB dari berbagai hasil operasi
perengkahan dan reforming. Kedua jenias umpan tersebut bila diperlukan dipanaskan
dengan larutan soda untuk memisahkan H2S dan merkaptan yang terdapat didalam
umpan. Kadar soda dalam larutan dicuci. Pencucian soda (soda setter) dijaga 5-6 oBe
atau 2 % NaOH. Untuk menekan terjadinya reaksi samping \, terutama polimerisasi,
maka dipakai umpan isobutana dalam jumlah yang besar, sekitar 4-5 kali jumlah
olefin. Didlam reactor terjadi daur-ulang antara isobutana dan asam sulfat jenuh
dengan isobutana yang akan menaikkan nisbah isobutana/olefin didalam reactor
menjadi 400-500.
Jika menggunakan asam sulfat sebagai katalis, maka reaksi harus terjadi pada suhu
rendah untuk menekan terjadinya reaksi berkelanjutan atau polimerisasi. Suhu reactor
biasanya dijaga sekitar 7oC atau 45oF, dimana suhu operasi beragam antara 0-20 oC
atau 32-68 oF. Operasi pada suhu dibawah 0 o tidak menarik karena dapat menaikkan
viskositas emulsi campuran asam/hidrokarbon dan memberi kemungkinan terjadinya
pembekuan asam sehingga menyulitkan dalam operasinya. Sebaliknya suhu diatas
20oC juga tidak menarik karena samngat cenderung mempercepat reaksi polimerisasi
yang akan menyebabkan kenaikan konsumsi asam dan menurunkan yield alkilat.
Tekanan operasi tidak begitu berpengaruh terhadap efisiensi alkilasi. Tekanan system
harus tinggi untuk menjaga hidrokarbon berada dalam fasa cairan dan perbedaan
hidraulik cukup untuk mengatur fluida mengalir dalam system reactor. Untuk maksud
tersebut reactor biasanya beroperasi pada tekanan sekitar 7 kg/cm2.
Katalis asam sulfat dengan konsentrasi 98% (berat) dimasukkan secara terus-menerus
atau dengan secara injeksi asam dari belakang. Nisbah asam dan hidrokarbon didalam
reactor adalah 1:1. Penambahan asaam segar didalam reactor dilakukan apabila
konsentrasinya kurang dari 88% (berat). Kualitas alkilat. Yoeld alkilat dan umur
katalis asam merupakan fungsi daripada komposisi umpan masuk dan kondisi operasi
dalam reactor.
Tabel dibawah ini memperlihatkan beberapa data yield yang diperoleh apabila
alkilasi isobutana dilaksanakan dengan berbagai olefin yang berbeda. Yield tersebut
secara luas dipengaruhi oleh kondisi operasi, tetapi mudah melihat bahwa perbedaan
yang sangat besar dalam yield alkilat terjadi karena menggunakan umpan olefin yang
berbeda.
Tabel 2.1. Yield Alkilat Untuk Berbagai Umpan
Umpan Olefin Propile
n
Butilen Amilen Polimer
Butilen
selektif
Polimer
Butilen tak
selektif
Vol net crude
debalk
Vol.olefin
1,75 1,70 1,72 2,20 2,20
Vol.Avgas alkilat
Vol.Olefin
1,70 1,65 1,55 2,12 2,12
Vol.Avgas alkilat
Vol.net crude
alkylate
0,97 0,97 0,90 0,97 O,97
Vol.%pentana
dalam net crude
alkylate
3,00 7,00 12,50 15,00 15,00
Vol.konsumsi
isobutan
Vol.konsumsi
olefin
1,23 1,17 1,00 1,36 1,36
Vol.net crude
alkylate
Vol.isobutan
1,42 1,45 1,72 1,62 1,62
Umur katalis dipertimbangkan dipengaruhi oleh umpan olefin. Berbagai umur katalis
dapat diharapkan terlihat pada table dibawah. Pengaruh umpan olefin terhadap
kualitas alkilat dapat juga terlihat pada table diatas. Harga-harga yang diberikan
untuk propilena,butilena dan amilena saja, karenaproduk yang deperoleh langsung
dari butilena.
Tabel 2.2. Umur Katalis Untuk Berbagai Umpan Olefin
Olefin Umur Asam : bbl alkilat/bbl asam
Tinggi Rendah Rata-rata
Butilen 30 10 18
Amilen 16 5 9
Propilen 9 5 7
Polimer Butilen selektif 22 10 16
Polimer Butilen tak
selektif
15 1,5 6
Tabel 2.3. Kualitas Berbagai Alkilat
Umpan
Olefin
Performan Alkilat F-3 Performan Alkilat F-4
Rendah Tinggi Tipikal Rendah Tinggi Tipikal
Propilen 110,5 120,2 113,3 128,8 142,8 135,2
Butilen 115,8 128,8 122,2 136,3 158,4 146,6
Amilen 113,3 122,2 118,5 132,9 145,1 138,4
Proses lain yang juga merupakan modifikasi proses alkilasi asam sulfat adalah alkilasi
keluaran refrigerasi (Effluent Refrigeration Alkylation) dimana dijaga nisbah umpan
yang tinggi antara isobutana dan olefin-olefin seperti propilena, butilena dan amilena
untuk mendapatkan alkilat yang lebih banyak untuk digunakan sebagai komponen
avgas dan bahan bahan baker motor. Proses ini dikembangkan oleh Stratford
Engineering Corp. keluaran reactor dipakai sebagai refrigerant utnuk mengendalikan
suhu reactor (45-50o) dan pada waktu yang sama memisahkan isobutana sebagai daur
ulang.
2.2. Alkilasi Asam Fluorida
Alkilasi dengan menggunakan asam fluoride sebagai katalis telaah dijumpai
dalam 2 kelompok operasi pengilangan minyak. Pertama dalam pembuatan
komponen dasar utnuk deterjen sintesis, yang diperoleh dari alkilasi benzene dengan
rolefin yang sesuai, seperti propilena tetramer, olefin yang diturunkan dari
perengkahan lili, dan lain-lain. Alkilasi ini banyak dijumpai dalam bidang petrokimia.
Kedua dalam pembuatan komponenen blending untuk avgas yang berkualitas tinggi
melalui alkilasi isobutana dengan propilena, butilena dan pentilena (amilena).
Proses alkilasi asam fluoride utnuk pembuatan komponen dasar avgas ini
telah dikembangkan oleh Philips Petroleum Company dan oleh UOP Company.
Operasi proses ini sangan sama dengan operasi alkilasi asam sulfat. Perbedaannya
yang sangat penting adalah terletak adalah pada pengolahan asam bekas yang siap
dan terus-menerus dapat diregenerasi sehingga konsumsi asam flourida sangat
sedikit. Regenerasi asam bekas ini dipengaruhi oleh cara destilasi yang sangat
sederhana, dimana asam dapat dipisahkan dari campuran azeotrop H2O-HF dan
polimer yang terbentuk dari proses alkilasi. Titik didih HF pada tekana 1 atm adalah
19,4 oC dan berat jenisnya 0.988. Tanpa proses regenerasi, baik air maupun polimer
akan terakumulasi didalam asam dan akan berpengaruh buruk terhadap yield dan
kualitas produk. Asam yang sudah diregenerasi didaur ulang kedalam reactor.
Pada alkilasi isobutana dengan butilena, proses alkilasi HF memproduksi
suatu alkilat yang mengeandung 2,2,3 trimetil pentane yang persentasenya lebih besar
daripada proses alkilasi asam sulfat. Angka oktan alkilat yang dihasilkan sangat
tergantung pada jenis olefin sebagai berikut :
i-C4H10 + i-C4H8 iso Oktana (ON = 92-94 )
i-C4H10 + i-C5H10 iso Nonana (ON = 90-92 )
i-C4H10 + i-C3H6 iso Oktana (ON = 89-91 )
2.3.` Alkilasi Alumunium Klorida
Alkilasi adalah proses fasa cair yagn mengubah etilen propilen dan
isobutilen menjadi bahan dasar campuran yang mempunyai angka oktan tinggi
dengan adanya katalis aluminium klorida (AlCl3). Sebagai promotor, katalis dipakai
asam klorida (HCl). Konsentrasi HCl dijaga dengan cara menginjeksikan air ke dalam
reactor. Alkilasi ini juga dikenal sebagai Alkilasi DIP (Diisopropil). Diagram alir
proses ini dapat dilihat pada gambar di bawah berikut:
Gambar 2.2. Proses Alkilasi Alumunium Klorida
Proses alkilasi aluminium klorida pertama kali di-instal oleh Philips dan
telah dioperasikan selama perang dunia kedua.
Proses alkilasi menggunakan katalis AlCl3, yang lain adalah alkilasi benzene
dengan etilen untuk memproduksi etil benzene yang sangat luas dipergunakan pada
pembuatan stirena. Reaksi dilaksanakan pada titik didih alkilat yaitu sekitar 105oC,
dan penguapan benzena dari reaktor akan melepaskan panas reaksinya. Katalis
berbentuk granular dimasukkan secara terus menerus ke dalam reaktor dengan
pengangkat berputar (screw conveyor). Diagram alir proses ini dapat dilihat pada
gambar berikut:
2.4. Alkilasi Asam Pospat
Alkilasi merupakan katalis asam pospat dimaksudkan untuk memproduksi
isopropyl benzene atau kumen dengan mereaksikannya propilen dengan benzena.
Katalis asam pospat berbentuk padatan dapat mengandung campuran kieselguhr,
tepung, magnesia, alumina, seng, klorida, seng oksida, dan lain-lain yang dikalsinasi
pada suhu 180 sampai 250oC. Rasio benzena dan propilen dijaga pada 6/1 atau lebih
besar dan yield yang diperoleh sekitar 96% vol kumen dan 4% vol adalah alkilat
aromatik berat.
MAKALAH TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
ALKILASI KATALIS
DISUSUN OLEH :
ADE PUSPITA SARI (03031181320063)
ANISSA NURUL B. (03111003075)
ARIFTA SURYANUGRAHA (03031181320009)
BAHIYAH (03111003027)
ELLYNDA PERMASITA NOVA (03111003037)
LILIANA COMERIORENSI (03111003061)
NOVA AMANDA (03111003065)
UWU HOLIFAH ANA F. (03111003103)
YOHANA OLGA (03031181320061)
DOSEN PEMBIMBING : LIA CUNDARI, S.T