topeng branyak suripno, m.sn..pdf
TRANSCRIPT
-
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR .
DAFTAR ISI.
ASTRAK ..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.Pertunjukan Topeng Dhalang Slopeng.........................................
B..Rumusan Masalah .......................................................................
C.. Tujuan Penelitian .........................................................................
D. Manfaat hasil penelitian ...............................................................
E. Tinjaun Pustaka.
F. Metode Penelitian .
1. Penentuan Lokasi Penelitian .
2. Penghumpulan Data .
3. Sistematika penulisan
BAB II GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Topeng Dhalang Sumenep ..
B. Persebaran Topeng Dhalang Sumenep..
C. Latar Belakang Keberadaan Topeng Dhalang Slopeng ................
D. Struktur Pertunjukan Topeng Dhalang .
Ii
iii
iv
1
4
5
5
5
6
6
7
8
10
10
11
14
15
16
-
1. 1.Gending-gending pembuka ........................................................
2. 1.Lakon Ceritera .............................................................................
3.1. Lakon cerita...............................................................................
3.3. Adegan ketiga..........................................................................
3.4. Adegan keempat.......................................................................
3.4. Adegan kelima..........................................................................
3.5. Adegan keenam........................................................................
3.6. Adegan ketujuh........................................................................
3.7. Adegan kedelapan...................................................................
3.8. Adegan kesembilan..................................................................
3.9. Adegan kesepuluh....................................................................
BAB III STRUKTUR KOREOGRAFI TOPENG BRANYAK
1. Struktur awal.................................. ...........................................
2. Struktur Bagian Kiprahan...........................................................
3. Struktur akhir...................................... ...
A. Struktur Gending Tari........................................ ....
B. Tata busana......................................................................
C. Pentas pertunjukan......
D. Pola lantai...................................................................................
16
17
18
19
20
21
23
24
25
26
26
26
30
35
35
36
42
43
44
45
45
-
BAB IV KONSEP DASAR TARI TOPENG BRANYAK............................
1.1. Dasar tari : solah........................................................................
1.2. Tandheng ..................................................................................
1.3 Takjek ......................................................................................
1.4. Sogek .......................................................................................
1.5. Bhebeteg ...................................................................................
1.6. Pancer........................................................................................
1.7. Khusuk......................................................................................
1.8. Pola dasar gerak tari..................................................................
1.9. Pola dasar bagian kepala ..........................................................
1.10. Pola dasar jari .........................................................................
BAB PENUTUP .................................................................................................
KESIMPULAN ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...
44
45
46
46
46
46
46
46
47
47
48
49
49
51
-
Jurnal Terob Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni ISSN 2087 314X Volume III Nomor 4, April 2012 Oleh : Suripno, M.Sn. Hal : 37 - 46
PERTUNJUKAN TARI GAMBUH TAMENG
ABSTRACT
Gambuh dance performances shield an opening dance mask pup-peteer Slopeng growing in the region Sumenep, Madura, dances danced Gambuh two pairs of men dressed in military keris property right,left hand holding a shield. Originating motion dance martial arts dance presentation and structure consists of; (1) The intial part describes the preparation of soldier to war, gending Sift slendro 5 rhytms 2. (2) The middle section describes the training of soldiers. And ending, gending Sift slendro 5 rhythm. The presentation of dance Gambuh shield not bound by the arena stage, the show be done in the pavilion, courtyard, and the proscenium stage. Dance aesthetics Gambuh Slopeng shield has a specific style of motion present in the form adeg / grade, nonggul (foot force), gobesan (chek Gulu), jinjitan, gejugan. Motion patterns formad fine manly motif. Keyword: Dance performance Gambuh shield. I. PENDAHULUAN
Kabupaten Sumenep banyak menyimpan pesona kekayaan budaya yang unik
dan mempunyai corak bermacam-macam bentuknya salah satu upacara adati yakni,
tradisi bersih Desa (rokat dhisa), sedekah laut (rokat tase), rokat buju (sedekah
bumi dimakam keramat orang Bali bernama Ki Anggo Suto penemu ladang garam di
daerah Kali Anget-Sumenep), rokat ujan (upacara permohonan hujan dengan atraksi
adu permainan cambuk dari batang lidi pohon pandan alas yang berduri dan
dicambukan kebagian badan pesertanya). Bentuk pertunjukan seni tersebut
bernafaskan mistis-sinkritis dan merupakan sisa-sisa pertunjukan lama yang
1
-
tergolong kepercayaan lama dan bersifat phanteisme yang melekat dengan
kepercayaan Islam yang monotheis. Walaupun sebagian besar masyarakat Madura
beragama Islam, tetapi upacara-upacara yang berbau mistis-sinkretis merupakan
warisan tradisi dan masyarakat melestarikannya.
Dalam keyakinan Islam, orang yang sudah meninggal duniah rohnya tetap hidup dan tinggal sementaradi alam kubur atau alam barzah, sebagai alam antara sebelum memasuki alam akhirat tanpa kecuali. Sementara pemahaman kemudian orang Jawa, arwah-arwah Orang tua sebagai nenek moyang yang telah meninggal dunia berkeliaran sekitar tempat tinggalnya, atau sebagai arwah leluhur menetap di makam (pesareyan). Mereka masih mempunyai kontak hubungan dengan keluarga yang masih hidup sehingga suatu saat arwah itu dating mengujungi kekediaman anak keturunanya. Roh-roh yang baik yang bukan nenek moyang atau kerabat disebut Dhanyang dan mengawasi seluruh masyarakat desa (Umar Junus: 1981 : 24). Di Samping kesenian juga dalam ritus- ritus yang berkembang di masyarakat
yang masih menganggap bahwa alam, lingkungan dan isinya ada yang menjaga dan
melindunginya, yakni kekuatan adi kodrati. Agar terhindar kekuatan unsur-unsur
negatif, jahat, ketakutan, malapetaka, dan bencana. Masyarakat perlu mengadakan
upacara ruwatan, sedekah bumi, bersih desa dan lain sebagainya. Dengan
menyelenggarakan upacara ruwatan sebagai sarana penolak balak maka masyarakat
menanggap Topeng Dalang sebagai saran hiburan agar terbebas dari kekuatan negatif
yang melingkupinya.
Di samping pertunjukan Topeng Dalang kesenian tradisional berupa Ludruk,
Sandhur, Tayub, dan pertunjukan tari Gambuh merupakan pertunjukan yang sangat
dinantikan oleh masyarakat dan merupakan sarana kesenian hiburan pelepas lelah.
II. Asal-usul tari Gambuh dan perkembangannya
Keberadaan asal usul tari Gambuh di Sumenep ditengarai ada pada abad ke
XV-XVI tari Gambuh ditarikan oleh puri-putri keraton Sumenep untuk menyambut
para tamu kerajaan, properti yang digunakan dua buah keris, satu keris di tangan
kanan dan satunya lagi di letakkan pada gelung rambut dalam bentuk taji kecil,
2
-
sedangkan tangan kiri memegang perisai sebagai penolak senjata, (Prawiradiningrat,
1986:62). Perkembangan selanjutnya pada abad ke XVIII tari Gambuh dipertunjukan
kepada pembesar karaton Sumenep dan berfungsi sebagai pembuka acara
Bhedhalan yakni: pertemuan agung yang dihadiri pembesar kerajaan tari Gambuh
ditarikan oleh sepasang penari laki menggunakan properti keris dan tameng. Selain
itu ditampilkan pula kesenian Tayub dan pertunjukan Topeng Dalang. (Soelarto : 7).
Tari Gambuh Tameng merupakan tari tradisi yang berkembang di Sumenep
kini keberadaannya masih dapat dijumpai di Desa Slopeng, Kecamatan Dasuk,
Kabupaten Sumenep. Tari Gambuh Tameng di dalam pertunjukan Topeng Dalang
Rukun Perawas merupakan tari pembuka (tarian ekstra). Penari tari Gambuh
memakai busana celana sebatas lutut berwarna merah atau hitam, tidak menggenakan
baju, memakai kain rapek berwarna-warni, setagen, sampur diselempangkan di bahu,
kelatbahu, gelang, kalung kace, dan dhestar/odeng. Ditarikan oleh dua penari laki-
laki berpasangan tangan kanan membawa senjata sebuah keris dan tangan kiri
memegang tameng di tengahnya terdapat kaca cermin berdiameter sekitar 20 cm
kegunaaan dalam tari untuk menangkis senjata, pola-pola gerak yang ditampilkan
dalam koreografi tari bersumber pada gerak silat Madura.
Tari Gambuh Rangsang di Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Sumenep, di era
tahun 1970 digunakan untuk pembuka pertunjukan Topeng Dalang tari Gambuh
Rangsang ditarikan sepasang penari laki-laki mengambarkan ungkapan prajurit yang
sedang berhias maju perang. Karena pertunjukan Topeng Dalang tersebut kini punah
kesenian tari Gambuh Rangsang pelestariannya dilanjutkan Asnawiyanto dan Mao
anak alamarhum Juni empu tari Gambuh rangsang.
Tahun 1990, muncul jenis tari Gambuh Keris hasil kreativitas Jamal
Pranotokusumo mantan kasi kebudayaan Kabupaten Pamekasan, kepopuleran tari
Gambuh Keris mendapat apresiasi masyarakat, seniman, maupun penjabat
pemerintah. Ceremonial-ceremonial yang diselenggarakan oleh pemerintah seperti
pariwisata, kunjungan tamu dinas, dan perhelatan-perhelatan yang digelar oleh
masyarakat, selalu menampilkan pertunjukan tari Gambuh sebagai tari pembuka.
3
-
Kemudian tahun 2000 muncul pertunjukan tari Gambuh yang dianggap paling
akhir adalah tari Gambuh Pamungkas ciptaan Akhmad Darus. Kemunculan tari
Gambuh Pamungkas membawa suasana semarak kekaryaan tari Gambuh terutama
perubahan dalam bentuk koreografi, musik tari, pola lantai, tata rias, tata busana, dan
tata pentas panggung.
Pertunjukan tari Gambuh Pamungkas penyajiannya ditarikan oleh empat
penari laki-laki berpasangan atau lebih memakai busana dan tata rias keparjuritan,
sumber-sumber gerak koreografi tari Gambuh Pamungkas bersumber gerak tari
Gambuh Tameng dan tari Topeng.
Terkait dengan arti Gambuh beberapa sumber menerangkan Gambuh berasal
dari kata kambuh yang memiliki arti membangkitkan semangat kembali
(Poerwadarminta: 93: 2005). Sedangkan menurut Akhmad Darus kata Gambuh
berasal dari tembang mamaca yang memiliki arti mengatasi sesuatu dengan semangat.
Dan bila dikaitkan dengan pertunjukan tari Gambuh tari yang menggambarkan
semangat prajurit sigap berlatih ketrampilan perang.
III. Struktur pertunjukan tari Gambuh Tameng
Pertunjukan tari Gambuh Tameng memiliki struktur koreografi terdiri bagian
awal, tengah dan akhir.
1. Bagian awal mengungkapkan prajurit persiapan maju perang didahului
dengan permohonan kepada Tuhan agar selama latihan diberikan
ketabahan
2. Bagian tengah mengungkapkan prajurit melakukan latihan perang
menggunakan tameng dan keris
3. Bagian akhir mengungkapkan prajurit menang perang.
Gending pengiring tari Gambuh Tameng yang digunakan adalah karawitan
berlaras slendro terdiri tiga komposisi gending antara lain:
1. Gending awal digunakan gending Ayak Sl. 5 irama 2.
4
-
2. Gending bagian tengah gending Gunung Sari Sl. 2, irama 1
3. Gending bagian akhir gending Ayak 5 Sl, irama 2
Untuk mengidentifikasi koreografi tari Gambuh dipahami sebagai tarian
perang atau keprajuritan Edy Sedyawati di dalam bukunya Pertumbuhan Seni
Pertunjukan mengkategorikan tarian wireng/keprajuritan sebagai berikut:
1. Mengenakan rias dan properti yang sama
2. Menggunakan pola gerak yang sama
3. Bertemakan perang atau latihan perang berjumlah genap
4. Mempunyai tiga bagian tari yaitu tarian maju, tarian inti yang selalu
mengandung perangan dan tarian mundur.
Masing-masing pergantian bagian tersebut ditandai oleh pergantian komposisi
karawitan pengiring, perangan dalam tarian ini selalu berupa tarian gending yaitu
perangan yang diiringi gending yang tetap dalam dalam iringan normal artinya tidak
dipercepat atau tidak pula menggunakan jenis komposisi karawitan yang
memungkinkan loncatan-loncatan frashe (prashe) (Edy Sedyawati :1981 : 23).
Sejalan dengan pemikiran di atas Wahyu Santoso Prabowo menuliskan dalam
jurnal ilmiah Dewa Ruci Pengkajian dan Penciptaan Seni, Vol I, No. 1, STSI
Surakarta menyebutkan, tari Wireng itu tari yang menggambarkan yang sedang
berperang atau olah keprajuritan. Nama wireng juga berasal dari kata Wira dan Aeng.
Wira berarti prajurit. Sedangkan Aeng berarti angker. Dhung-Dheng / Sekti (2003:
93). Dari pernyataan di atas tari Gambuh Tameng dapat dikategorikan sebagai tari
keprajuritan, pola-pola koreografi yang tersusun dalam tari Gambuh Tameng ini
adalah gerak presentatif yang bersumber dari gerak silat yang sudah digarap. Karakter
isi tari yang di ungkapkan di dalam bentuk komposisi koroografi adalah
pengungkapan jiwa yang terkandung dalam wujud fisik, yang tidak terpisahkan di
dalam koroeografi. Kesesuaian antara bentuk dan isi, keduanya melebur menjadi
pokok dalam satu kesatuan yang disebut rasa. Adapun rasa yang ada pada tari
5
-
Gambuh Tameng mengungkapan suasana prajurit berwatak gagah halus. Karakter tari
dapat diamati melalui ruang, volume, dinamika yang dibentuk oleh penari dalam
susunan koreografi tari Gambuh meliputi:
1. Bentuk ragam gerak
2. Musik / Gending pengiring
3. Struktur penyajian
4. Repetisi
5. Pola lantai
6. Rias busana
Struktur koreografi tari Gambuh Tameng yang berkembang di wilayah
Slopeng memiliki bentuk dan gaya yang diciptakan oleh generasi terdahulu yakni:
Supakrah almarhum seniman tari Gambuh dan Topeng Dalang telah mendapat
pengkuan dari masyarakatnya, sehingga bentuk dan gaya tari Gambuh Tameng yang
dilestarikan perkumpulan Topeng Dalang Rukun Perawas yang memiliki ciri-ciri
meliputi :
1. Bentuk tanjak
2. Bentuk angkatan kaki / junjungan
3. Bentuk gerakan ukelan
4 Bentuk phentangan
5. Bentuk tumpuan
6. Bentuk jinjitan
7. Bentuk gejugan
8. Bentuk ayunan
IV. Susunan koreografi tari Gambuh Tameng gaya Slopeng
Komposisi pertunjukan tari Gambuh Tameng dalam struktur koroeografi
mempunyai suasana tari terdiri dari 1) bagian awal tari Gambuh Tameng
mengungkapkan gambaran prajurit sedang mempersiapkan latihan perang terlebih
6
-
dulu memohon kepada Tuhan agar selama latihan diberikan ketabahan, ragam gerak
adeg, apangala alangka mapan tanjak ,adekong nyembah ngalak tameng, akaca cek
gulu, nonggul, tanjak tameng, cek gulu, langkah telo, nimang tameng, pedel nyerek
poter biluk kanan, alangkah mapan tanjak. Suasana karakter tari gagah halus
menggunakan gending Ayak Slendro 5 irama 2 motif gerak mengarah lamban yaitu
gerak mengalir secara kontinuitas dengan penggunaan tenaga sedang membentuk
ruang kecil. Untuk menghubungkan struktur tari bagian awal ke bagian tengah dan
pergantian ragam serta gending pengiring digunakan gending Ayak dan Gunung Sari.
2) Bagian tengah tari Gambuh Tameng mengungkapkan gambaran suasana
prajurit olah ketrampilan berlatih perang dengan menggunakan senjata keris dan
tameng, ragam gerak meliputi alangka mapan tanjak, adekong sembahan, ngalak
tameng ke tangan kacer-tangan kanan ngalak keris-malot keris, cek gulu, nonggul,
tanjak tameng- keris, pedel nyerek poter dep- adepan, tanjak keris, alangkah nyoco-
atangke-tanjak keris, nyalep nyoco saling tata keris, ajunjeng adu keris, dan
arengkes keriske tanang kacer, menggunakan Gending Gunung Sari Slendro irama 1
dan 2 motif gerak gagah tegas yaitu gerak mengarah pada gerakan kuat, tegas, tempo
lambat membentuk ruang kecil.
3) bagian akhir mengungkapkan suasana prajurit memenangkan perang,
ragam gerak adekong sembahan tangan kanan nyarong keris-tangan kiri-ngalak
tameng,-cek gulu, dan gerak ajalan masuk. Karakter tari gagah alus menggunakan
gending Ayak Slendro 5 irama 2 motif gerak gagah halus gerak mengarah pada tempo
lamban membentuk ruang kecil.
V. Analisis bentuk ciri dan gaya tari Gambuh Tameng gaya Slopeng
Bentuk Ciri digunakan 1. Adeg/tanjak
a. Posisi badan agak mayuk ke depan (miring kedepan) berat badan tertumpu pada sebelah kaki kiri
b. Posisi kaki kanan ke depan
Pada tanjak Tameng Tanjak keris Tanjak Sampur
7
-
2.Gobesan
c. Dimulai kepala miring ke kiri, ke kanan, kemudian digerakan dengan membentuk angka delapan mendatar
Digunakan pada ragam cek gulu
3. Ukelan
d. Pergerakan pergelangan tangan dengan irama lambat
Dipergunakan pada ragam ajalan langka telo, nemang tameng dan apangala
4. Penthangan
f. Gerakan lengan ditekuk sedikit lurus
g. Tekanan tenaga lembut mengalir dengan irama lambat
Digunakan pada ragam arengkes ngelle keres ketangan kacer
5. Tumpuan h. Kedua kaki sebagai penyangga tubuh, menapak
Digunakan pada ragam nimang
6. Jinjitan i. Tumit diangkat, lutut agak ditekuk lentur
Digunakan pada ragam nimang tameng
7. Gejugan y. Menghentakan tungkai bawah kelantai dengan tekanan tenaga kecil
Digunakan pada ragam langkah telo
8. Ayunan
k. Mengangkat tungkai bawah sebatas mata kaki dan digerakan kesamping dengan arah ke luar.
Digunakan pada ragam nonggul
9. Junjungan
l. Salah satu kaki kiri lurus berfungsi sebagai tumpuan, agak ditekuk dengan tenaga terpusat pada tumpuan kaki kiri Kaki kanan diangkat sebatas lutut dengan tenaga ringan.
VI. Tata Rias
Sesuai dengan tema tari Gambuh Tameng sebagai ungkapan karakter sebagai
pemeranan prajurit desain tata riasnya adalah laki-laki. Karakter ini diperlihatkan
dengan goresan alis tebal meruncing dan agak meninggi ujungnya.
Sementara untuk menambah kesan gagah diperkuat dengan lukisan tipis garis
pada janggut dan dilengkapi lukisan godeg (jambang).
8
-
Saputan-saputan rouge maupun eye shadow tidak begitu tebal namun disain
tat arias wajah para penari tidak dapat meninggalkan karakter keprajuritan.
Gambar 1: rias tari Gambuh Tameng
Foto: Suripno, 2012 VI. Tata Busana
Tata busana tari Gambuh Tameng masih mengacu pada busana topeng.
Pewarnaan busana tari didominasi warna merah, kuning, putih dan hitam. Warna-
warna merah merupakan warna dominan yang mencerminkan suatu karakter
masyarakat Madura yang diartikan berani nekat pantang menyerah dalam menuju
suatu tujuan yang bersifat positif, sedangkan warna hitam melambangkan ketenangan
dan keteguhan. Warna-warna primer yang tidak dapat ditinggalkan adalah warna
yang ada kaitannya dengan hawa nafsu pada diri manusia yaitu merah sebagai simbol
nafsu amarah, dalam ungkapan angkara murka, putih simbol nafsu mutmainah,
dalam ungkapan kesucian, kuning simbol supiah dalam ungkapan jujur, hitam simbol
luamah, dalam ungkapan ketenangan.
9
-
Tata busana yang digunakan untuk pementasan tari Gambuh Tameng tidak
banyak mengalami perubahan dan dipakai pula pada pertunjukan tari topeng, dan
pemakaian busana sekiranya tidak menggangu dalam kelancaran dalam keluwesan
gerakan.
Di bawah ini disertakan gambar busana yang dipakai pada pertunjukan tari
Gambuh Pamungkas.
Gongseng
Celana tiga perempat
Klat bahu
sabuk
Kalung kace
Gelang tangan
Rapek
keris
Iket kepala
Sampur (selendang)
Gambar 2. Busana tari Gambuh Tameng (Foto: Suripno, 2010)
VII. Arena pentas
Tempat pementasan tari Gambuh Pamungkas yang melekat pada pertunjukan
Topeng Dalang dapat digolongkan dalam bentuk arena atau panggung. Arena
10
-
pertunjukan dapat berupa pendapa atau tempat terbuka yang tidak memiliki batas-
batas tertentu.
Bentuk arena merupakan bentuk sederhana apabila dibandingkan dengan
bentuk-bentuk lainnya, batas antara pemain dan penonton tidak ada sehingga
penonton dapat terlibat langsung dalam pementasan. Situasi yang demikian
memperlihatkan suasana yang akrab dan terjadi komunikasi antara pemain dengan
penontonnya. Kesederhanaan dan keakraban dalam sebuah pertunjukan merupakan
ciri-ciri dari khas arena pentas. Pertunjukan tari Gambuh Tameng lebih sering
dijadikan sajian pembuka dalam setiap pementasan kesenian Topeng Dalang. Arena
pertunjukan yang digunakan sangat fleksibel, menyesuaikan dengan bentuk arena
dalam pertunjukan Topeng Dalang.
Dengan demikian pertunjukan tari Gambuh Tameng tidak menuntut standart
tempat yang baku. Keakraban penonton lebih namapak ketika pertunjukan
diselenggarakan di tempat terbuka misalnya pendopo. Kesenian tradisi tanpa
kehadiran penonton akan nampak sepi dan kurang komunnikatif. Di sisi lain pelaku
seni tradisi merasa kurang bergairah. Penonton merupakan komponen dari
terlaksananya pertunjukan. Pertunjukan yang diselenggarakan di pendopo lain dengan
pertunjukan panggung proscenium dan masyarakat biasa menyebutnya tonil.
Pertunjukan di pendopo tanpa ada batas pelaku dan penonton, sementara dalam
panggung disebut tonil ada jarak antara pelaku dan penonton. Secara umum
pergelaran di panggung atau tonil gamelan berada di depan layar atau kelir panggung,
sehingga jarak pelaku dan penonton ada pembatas yaitu rombongan pelaku atau tim
karawitan.
Berikut bentuk panggung yang digunakan dalam kesenian Topeng Dalang
Rukun Pewaras.
11
-
Gambar 3: Bentuk panggung (Tonil)
Rukun Pewaras tampak depan (Foto: Suripno, 2010)
Pertunjukan tari Gambuh Tameng dalam Topeng Dalang Rukun Pewaras
menggunakan panggung ukuran panggung 6X8 meter. Setiap penari Gambuh
Tameng memiliki teknik gaya, dan ekspresi individu. Namun, perbedaan karakter
penari secara kualitas tidak menghilangkan keseragaman gerak, teknik, dan penataan
pola lantai.
Pada format penyajian penari lebih dari empat tidak berbeda pola lantai
dasarnya, Misalnya: bentuk garis lurus, melingkar, pola lantai bujur sangkar dan pada
posisi penari berempat posisi penari menjadi dua-dua ke belakang dan memanjang ke
samping. Komposisi berpasangan selalu dilakukan oleh dua penari yang berdekatan
posisinya, pada pertunjukan pola lantai penyajian tari Gambuh Tameng peranan pola
lantai banyak menggunakan pola berpasangan terutama pada prajurit perang
bersenjatakan keris.
12
-
Gambar 4: Pertunjukan tari Gambuh Tameng (Foto: Suripno, 2010)
IX. Notasi Iringan Tari Gambuh Tameng
Awal Gending Ayak Slendro
BK : (2)
// . 3 . (2) . 3 . (2) . 5 . (3) . 1 . (2)
. 1 . (6) . 3 . (2) . 1 . (6) . 1 . (5)
. 6 . (5) . 6 . (6) . 1 . (6) . 1 . (5)
. 3 . (2) . 3 . (5) . 3 . (2) . 3 . (2)
. 3 . (3) //
Suwuk :
. 1 . 6 . 3 . (2)
3 3 3 3 3 2 1 6 . 6 1 2 3 2 3 2 3 2 3 2
Bonang : 2 1 2 3 2 1 2 6 5 5 . 5 6 1 2 3 2 1 2 1
. 2 . (6)
13
-
A / 2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 2 1 2 6 / X 5
*)
* ) 1 5 6 (1)
B / 5 6 1 5 6 1 2 1 6 5 3 5 6 1 5 (6)
3 5 6 3 5 6 1 6 5 3 2 1 3 2 1 (6)
C / 2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 2 1 2 (6)
2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 2 1 2 (6)
3 5 6 3 5 6 1 6 5 3 2 1 3 2 1 (6) /
D / 2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 2 1 2 (6) / X4
E / 5 6 1 5 6 1 2 1 6 5 3 5 6 1 5 (6)
3 5 6 3 5 6 1 6 5 3 2 1 3 2 1 (6)
2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 2 1 2 (6)
F / 2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 2 1 2 (6) / X4
*)
*) 1 5 6 (1)
G / 5 6 1 5 6 1 2 1 6 5 3 5 6 1 5 (6)
3 5 6 5 5 6 1 6 5 3 2 1 3 2 1 (6) /
H / 2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 *) 2 1 2 (6) / X6
*) 1 5 6 (1)
I / 5 6 1 5 6 1 2 1 6 5 3 5 6 1 5 (6)
3 5 6 3 5 6 1 6 5 3 2 1 3 2 1 (6| /
J / 2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 2 1 2 (6) X 8
14
-
Keterangan : Irama tanggung pada bagian tengah
Irama lambat :
/ 2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 2 1 2 (6)
2 1 2 3 2 1 2 6 3 5 6 3 2 3 1 (2) /
Gending ayak : pada bagian penutup
/ . 3 . (2) . 5 . (3) . 1 . (2) . 1 . (6)
. 3 . (2) . 1 . (6) . 3 . (5) . 3 . (5)
. 3 . (5) . 1 . (6) . 1 . (6) . 3 . (2)
. 3 . (5) . 3 . (2) . 1 . (6) . 3 . (2) /
15
-
KESIMPULAN
Kesimpulan :
Pertunjukan tari Gambuh Tameng gaya Slopeng memilikii koreografi gerak
pokok bersumber dari gerak silat Madura yang sudah distilisasi, ciri gerak tari
gambuh tameng gaya Sopeng cenderung selalu menggunakan ruang kecil. Hal ini
terdapat pada bentuk adeg, godegan, phentangan, tumpuan kaki, jinjitan, gejugan,
ayunan, dan junjungan kaki. karena akhir dari lintasan gerak mengarah kedalam.
Misalnya pada bentuk apangala, alangkah mapan tanjak, nonggul, tanjak tameng,
nemang, malot keris maupun tanjak keris menggunakan tenaga lembut mengalir
halus tanpa tekanan dan mengunakan tempo lamban.
Struktur koreografi tari Gambuh Tameng memiliki tiga bagian suasana tari
diantaranya: 1) bagian awal menggambarkan persiapan perang terlebih dulu
memohon pertolongan Tuhan agar selama latihan diberikan kekutan dan keteguhan,
2) bagian tengah menggambarkan ketrampilan prajurit berolah senjata keris dan
tameng 3) bagian akhir menggambarkan prajurit mengakhiri lathan.
Tari Gambuh Tameng sebagai tari pembuka pertunjukan Topeng Dalang
merupakan tarian lepas, arena pentas yang sering dipakai tidak ada ketetentuan
pertunjukan bisa dilakukan di halaman, pendopo, atau yang sering dilakukan
panggung procenium dan masyarakat lebih akrab menyebutnya tonil.
Struktur komposisi gending yang digunakan untuk mengiringi tari Gambuh
bagian awal gending Ayak Slendro 5 irama 2, bagian tengah gending Gunung sari
Slendro 5 irama 1, dan bagian akhir gending Ayak Slendro 5 irama 1
16
-
DAFTAR PUSTAKA
Bouvier Helena, Lebur Seni Musik dan pertunjukan dalam Masyarakat Madura,
Penerjemah Rahayu S. Hidayat Jean Couteau, Forum Jakarta-paris, Ecole francaise d Extreme-Orient. Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan, Obor Jakarta, 2002.
Dahliatiningsih, Tari Gambuh Keris Sebagai Tari Tradisi Laporan Penelitian: Skripsi. STKW Surabaya, 1980. Ellfeldt Lois. Pedoman Dasar Penata Tari, Terjemahan Sal Murgiyanto MA, Diktat Kuliah, Lembaga Kesenian Jakarta, 1979. ____________ Esiklopedi Musik Dan Seni Tari Daerah, Laporan Penelitian Dan Pencatatan Daerah Jawa Timur, Tahun, 1986.
Humardani SD. Kreatifitas Tari Dalam Kesenian, Pusat Pengembangan
Kebudayaan Jawa Tengah, Surakarta, 1979. Yunus, Umar. Mitos Dan Komunikasi, Jakarta, 1981. Murgiyanto, Sal, Koreografi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta,
1986. Made, Bandem, I. Evolusi Tari Bali, Kanisius Joyakarta, 1996.
Prawirodiningrat Samsul, Sepintas Kilat Adat Budaya Sumenep. Sebagai Pembangunan Nyata, 1986. Santoso, Wahyu Prabowo, Dewa Ruci Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Seni, Vol I, No. 1, STSI Surakarta, 2002. Sedyawati Edi, Pertumbuhan Seni Pertunjukan, Sinar Harapan Seri Esni No 4,
Jakarta, Cetakan Pertama, 1981. Soelarto, B. Topeng Madura (Topong), Proyek Pengembangan Media
Kebudayaan Ditjen Kebudayaan P Dan K Republik Indonesia Jakarta.
Soedarsono, RM. Elemen Dasar Komposisi Tari, Isi Jogyakarta, Lagaligo, 1986.
17
-
18
Tasman, S.Kar, Peranan Seni Tradisi Dalam Pembangunan Bangsa, Akademi Seni Karawitan Indonesia Surakarta, Surakarta 1986
cover laporan penelitian dosenBinder1Daftar Isi branyakPertunjukan Tari Gambuh Tameng