tourette syndrome referat

16
 Ilmu Penyakit Saraf MARET 2015 UNTAD TOURETTE SYNDROME REFERAT Diajukan untuk memenuhi salah satu persyara tan dalam menyelesaikan kepaniteraan klinik Bagian Ilmu Penyakit Syaraf Oleh: AHMAD RAHMAT RAMADHAN N 111 14 055 Supervisor dr. Isnaniah, Sp.S PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2014

Upload: ahmad-rahmat-ramadhan-tantu

Post on 06-Oct-2015

77 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Tourette Sindrom (TS) adalah gangguan neurologis genetik yang secara umum ditandai dengan adanya tics motorik dan tics vokal kronik dimulai sebelum dewasa. Tics pada TS biasnaya berfluktuasi pada jumlah, frekuensi, intensitas, dan kompleksitas selama perjalanan penyakit.

TRANSCRIPT

  • Ilmu Penyakit Saraf MARET 2015

    UNTAD

    TOURETTE SYNDROME

    REFERAT

    Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

    dalam menyelesaikan kepaniteraan klinik

    Bagian Ilmu Penyakit Syaraf

    Oleh:

    AHMAD RAHMAT RAMADHAN

    N 111 14 055

    Supervisor

    dr. Isnaniah, Sp.S

    PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS TADULAKO

    PALU

    2014

  • I. Gangguan Tics

    Tics adalah gerakan singkat involuntar (tics motorik) atau suara (tics vokal)

    yang terjadi berulang, stereotipik, kompulsif dan tak berirama dapat merupakan

    bagian dari kepribadian normal. Meskipun tics dapat muncul sebagai akibat dari

    cedera otak secara langsung (biasanya gejala, misalnya, pada trauma capitis atau

    ensefalitis), Tics yang paling sering ditemukan idiopatik dan merupakan bagian

    dari spektrum Sindrom Gilles de la Tourette atau kelainan tic idiopatik lainnya. [1]

    Jenis-jenis Tics meliputi [2]

    :

    a. Tics sederhana misalnya kedipan mata dan tics facialis. Biasanya

    dijumpai pada anak yang cemas atau pada umur yang lebih tua dan

    dapat hilang secara spontan.

    b. Tics kompleks atau tics herediter multipleks (sindrom Gilles de la

    Tourette). Dijupai pada anak dengan tics sederhana yang kemudian

    berkembang menjadi multipleks. Penderita biasanya mengalami

    hambatan dalam pergaulan. Gejalanya antara lain dapat berupa:

    - Gerakan involuntar kompleks:

    o Tics respiratorik dan vokal

    o Ekholalia / suka meniru

    o Suara menggonggong / bersiul

    o Menggerutu, batuk-batuk

    - Perubahan kepribadian: suka marah/mengomel

    - Koprolalia

    Tics motorik

    Tics motorik sederhana, berdasarkan definisi, hanya mempengaruhi

    sejumlah kecil kelompok otot dan hanya terjadi pada saat tertentu, gerakan

    dibatasi. Paling sering terlihat pada wajah dan kepala, tics pada mata yang sangat

    umum. Sebliknya, tics motorik kompleks didefinisikan dengan sekelompok otot

    dan atau yang terlihat memiliki kemampuan tertentu. Copropraxia, Ekopraksia,

    dan palipraxia merupakan jenis khusus pada tics motorik yang kompleks.[3]

  • Contoh dari tics motorik sederhana dan kompleks

    Tics motorik sederhana Tics motorik kompleks

    Mengedipkan mata, berkedip,

    mata-berputar, membuka lebar

    (tanpa mengangkat alis)

    Mengangkat alis

    Mengenduskan hidung

    Mengepulkan pipi

    Membuka mulut, menarik sudut

    mulut

    Gerakan bibir

    Mencuat lidah

    Gerakan rahang

    Cemberut

    Meringis

    Gigi bergumam

    Kepala: mengangguk,

    melempar, gemetar, berkedut

    Bahu: menangkat bahu

    Pergerakan lengan dan tangan

    Pergerakan abdomen

    Pergerakan dada

    Pergerakan punggung

    Pergerakan tungkai kaki dan

    telapak kaki

    Gerakan yang tampaknya

    disengaja, ekspresi wajah,

    pergerakan bersamaan dengan

    kepala, tangan, lengan, badan,

    tungkai kaki, dan telapak kaki

    Memilih pakaian.

    Melompat-lompat

    Bertepuk tangan, Jari: mengetuk

    Berputar

    Membungkukkan badan

    Gerakan lengan lebar

    Kaki: menepak

    Tics distonik (jarang dengan

    gerakan bali lambat

    Tics menulis

    Ekopraksia: meniru tanpa tujuan

    dari gerakan orang lain yang

    diamati

    Copropraksia: membuat gerakan

    kotor seperti menunjukkan jari

    tengah, gerakan tidak senonoh

    pada badan dan panggul,

    memegang selangkangan

    Palipraxia (jarang):

    pengulangan gerakan sendiri

    (auto-perilaku agresif)

  • Tics vokal

    Membersihkan tenggorokan dan terisak adalah jenis yang paling umum dari

    tics vokal; seruan dan teriakan jarang ditemukan. Terutama pada anak-anak, tics

    sering salah didiagnosis sebagai penyakit saluran napas seperti asma atau alergi.

    Coprolalia, echolalia, dan plilalia adalah tics vokal yang kompleks.[3]

    Tics vokal sederhana Tics motorik kompleks

    Membersihkan-tenggorokan

    Terisak-isak, menghirup dalam

    Batuk, serak

    Mendengus

    Meniup bibir / lidah (dibentuk

    melingkar)

    Menghirup atau

    menghembuskan napas

    Mencicit, memekik.

    Bersiul, bersenandung

    Berteriak

    Mengatakan suku kata (hm, eh,

    ah, ha)

    Membuat suara-suara binatang

    atau suara lainnya

    Meludah

    Echolalia: mengulang kalimat

    yang didengar, kata, kalimat,

    atau suara, tanpa tujuan

    komunikasi

    Coprolalia: mengucapkan kata-

    kata kotor

    Palilalia: pengulangan tak sadar

    pada kata-kata yang diucapkan

    sendiri

    Menghentikan bicara, gagap

    Mengucapkan bagian dari

    pidato

    Mengucapkan kata yang tidak

    pantas secara sosial (NOSI =

    non-obscene, socially

    inappropriate behavior)

    misalnya gemuk, gemuk,

    gemuk tolong, tolong ya,

    ya, ya

    Coprolalia merupakan manifestasi klinis yang paling sering ditemukan pada

    sindrom Tourette, kata-kata yang diucapkan biasanya berupa kata-kata pendek

    yang di anggap kotor, dan sering bersifat cabul. Coprolalia lebih sering terjadi

    pada kasus yang lebih parah dari sindrom Tourette pada beberapa angka

    kesakitan.[3]

  • II. Sindrom Tourette

    1. Latar Belakang

    Sindrom Tourette (TS) adalah gangguan neurologis genetik yang secara umum

    ditandai dengan adanya tics motorik dan tics vokal kronik dimulai sebelum

    dewasa. Tics pada TS biasnaya berfluktuasi pada jumlah, frekuensi, intensitas, dan

    kompleksitas selama perjalanan penyakit.[3, 4]

    Manifestasi neurobehavioral lainnya termasuk gangguan penurunan-perhatian,

    gangguan hiperaktivitas, gangguan obsesif-kompulsif, kontrol impuls yang buruk,

    dan masalah perilaku lainnya. Gejala akan berkurang dan akan hilang, serta

    berbeda secara signifikan dari satu pasien dengan pasien lainnya. Meskipun

    diagnosis memerlukan adanya beberapa tics motorik independen kronik dan

    setidaknya ada satu tics vokal.[4]

    2. Etiologi

    Penyebab dari TS ini dapat disebabkan oleh genetik ataupun non-genetik.

    Kategori yang terakhir termasuk kasus yang berkaitan dengan infeksi

    streptokokus dan kasus yang berhubungan dengan gangguan otak lainnya.[5, 6, 7, 8]

    Penyebab Genetik

    TS diketahui merupakan penyakit genetik; prevalensi TS pada keluarga

    tingkat pertama adalah 5-15%, atau setidaknya 10 kali prevalensi dalam populasi

    umum. Tics motorik kronis (tanpa tics vokal) juga sering terjadi pada anggota

    keluarga. Hal ini dikarenakan tics vokal dasarnya tics motorik pada otot yang

    digunakan pada saat berbicara.[5]

    Pendekatan lain untuk mengidentifikasi gen-gen tertentu yang berhubungan

    dengan TS meliputi pemeriksaan keluarga dengan kelainan kromosom terlihat

    atau tingkat tinggi kekerabatan. Salah satu asosiasi tersebut telah dilaporkan,

    namun hal ini mempengaruhi paling sedikit pada kaum minoritas dengan tics.[5]

  • Penyebab Non-Genetik

    Penyebab Non-genetik juga harus ada, karena pasangan kembar monozigot

    diketahui. Bukti tambahan untuk penyebab lingkungan atau epigenetik termasuk

    perbedaan keparahan antara kembar monozigot yang terkena dampak, dengan

    tingkat keparahan yang lebih besar dalam kembar dengan komplikasi perinatal

    dibandingkan dengan kembar identik dan kasus sekunder (simtomatik): tics

    dengan pembuluh darah, degeneratif, toksik, atau penyebab autoimun.[6]

    Kemungkinan bahwa beberapa, atau mungkin banyak, kasus TS dapat

    disebabkan oleh respon imun yang abnormal terhadap infeksi streptokokus.[6]

    Infeksi Streptococcus

    Dalam beberapa tahun terakhir, ada kemungkinan bahwa penyakit

    streptokokus dapat menghasilkan tidak hanya chorea tetapi juga tics, obsesi, atau

    dorongan. Dalam beberapa kasus tics yang terjadi secara tiba-tiba setelah infeksi

    streptokokus, dan peneliti mengusulkan definisi kasus penelitian untuk gangguan

    neuropsikiatri autoimun pasca streptokokus yang terkait dengan infeksi

    streptokokus (Post-streptococcal Autoimmune Neuropsychiatric Disorders

    Associated with Streptococcal-infection: PANDAS).[7]

    Penyebab Lainnya

    Beberapa kasus tics dimulai setelah lesi fokal pada korteks prefrontal, ganglia

    basalis, thalamus dan telah dilaporkan. Satu bagian dijelaskan 6 pasien yang tiba-

    tiba mengalami tics, obsesi, dan / atau dorongan setelah reaksi anafilaksis pada

    sengatan lebah dan menghasilkan lesi globus pallidus bilateral.[8]

    Tics motorik dan vokal dan dorongan sering dilaporkan pada pasien yang

    selamat dari ensefalitis letargia pada 1910-an dan 1920-an. Gejala yang sama juga

    terjadi pada beberapa pasien dengan mengalami penyakit Huntington, penyakit

    Wilson, neuroacanthocytosis, atau degenerasi lobus frontal.[8]

    3. Patofisiologi

    Patofisiologi yang mendasari TS masih belum diketahui. Biokimia,

    pencitraan, neurofisiologis dan genetik studi mendukung hipotesis bahwa TS

    adalah genetik, gangguan perkembangan neurotransmisi.

  • Ganglia basalis dan korteks frontalis inferior termasuk dalam patogenesis TS

    termasuk kombinasi dari Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) dan Attention

    Deficit-Hyperactivity Disorder (ADHD). Studi secara neuropatologi telah gagal

    untuk mengungkapkan kelainan struktural yang konsisten di daerah-daerah

    tersebut.

    Studi Volumetric MRI menunjukkan bahwa ketidak-simetrisan dari ganglia

    basalis hilang dalam individu yang terkena. Seseorang yang sehat yang dominan

    menggunakan tangan kanan biasanya cenderung tampak pada putamen kiri namun

    dalam hal ini pada kasus TS tidak ditemukan, hal ini mendukung kemungkinan

    anomali pada saat perkembangan.

    Sedikit yang diketahui tentang peran thalamus dalam patogenesis TS. Sebuah

    studi baru-baru ini dengan langkah-langkah konvensional volume dan morfologi

    permukaan thalamus menunjukkan pembesaran thalamus lebih dari 5% pada

    pasien dengan TS dari segala usia. Hasil ini meningkatkan kemungkinan

    keterbatasan aktifitas hipertrofi dan kemungkinan TS termasuk dalam jalur

    motorik yang sebelumnya tidak diketahui.[9]

    Pengetahuan tentang primata ganglia basalis berdasarkan anatomi dan

    fisiologi telah diringkas (Gambar 1). Dalam pandangan ini, pola motorik yang

    dihasilkan di otak korteks dan batang otak. Kinerja gerakan yang dimaksudkan

    tertentu tidak hanya mencakup pemilihan gerakan yang diinginkan, tetapi juga

    menghambat gerakan antagonis dan gerakan serupa pada sisi tubuh lainnya.[10]

    Ganglia basalis diatur untuk menghambat, atau menerapkan "rem" pada

    pergerakan motorik yang tidak diinginkan tersebut. Biasanya, ganglia basalis

    memungkinkan pelepasan selektif rem dari tindakan yang diinginkan. Tics dapat

    disebabkan dari cacat pada fungsi pengereman ini. Hal ini mungkin disebabkan

    oleh episode overaktif dalam subset fokus neuron striatal, mungkin di matrisomes

    striatal. Kelebihan aktivitas berkelanjutan mungkin merupakan hasil dari salah

    satu berbagai mekanisme yang bekerja pada salah satu bagian lokasi pada korteks

    ke talamus.

  • Gambar 1. Sindrom

    Tourette dan gangguan tics

    lainnya. Skema reorganisasi

    hipotetis output ganglia

    basalis pada gangguan tics,

    dengan proyeksi rangsang

    (panah terbuka) dan proyeksi

    penghambatan (panah hitam).

    Ketebalan garis mewakili

    besarnya relatif aktivitas.

    Ketika satu set diskrit neuron

    striatal menjadi aktif tidak

    tepat (kanan), penghambatan

    menyimpang dari set diskrit

    segmen globus pallidus

    internal (GPI) neuron terjadi.

    Neuron GPI normal

    menghambat mekanisme

    disinhibit talamokortikal

    terlibat dalam pola motorik

    tertentu yang tidak diinginkan

    bersaing, sehingga gerakan

    spontan stereotip terjadi

    Akhirnya, teori ini sebagian besar berasal dari studi tentang sirkuit motorik

    yang melibatkan korteks motorik, striatum, nucleus pallidum, nucleus

    subthalamicum, dan thalamus ventral. Namun, sirkuit saraf paralel mempengaruhi

    daerah lain pada korteks frontalis, termasuk orbitofrontalis, prefrontalis medial,

    dan dorsolateral prefrontal cortex. Jalur ini relatif terpisah di korteks, namun

    mereka secara fisik lebih dekat bersama-sama di ganglia basalis, thalamus, dan

    mesensefalon.

    Lesi dan data berdasarakan neuroimaging pada seseorang dengan OCD

    atau ADHD melibatkan kelainan pada non-motorik daerah korteks frontal.

    Mungkin sering, namun tidak secara bersamaan, terjadinya kompleks gejala ini

  • pada pasien dengan tics merupakan proses patologi yang sama namun secara

    anatomi berbeda.

    4. Tanda dan Gejala berdasarkan Kriteria Diagnostik

    Tics cenderung berfluktuasi dalam tingkat keparahan, distribusi, dan karakter

    selama interval yang biasanya dari minggu ke tahun. Dua definisi kasus untuk TS

    diterima secara luas: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th

    Edition Text Revision (DSM-IV-TR) definisi dari American Psychiatric

    Association, 2000, [4]

    yang banyak digunakan di Amerika Serikat untuk tujuan

    klinis.

    American Psychiatric Association kriteria untuk gangguan tics

    Kriteria DSM-IV-TR 307,23 adalah sebagai berikut:

    2 gangguan motorik dan 1 atau lebih tics vokal terjadi pada beberapa

    waktu selama sakit, meski tidak harus secara bersamaan. (Tics berupa,

    cepat, berulang, nonrhythmic, gerak motorik stereotip tiba-tiba atau

    vokalisasi)

    Tics terjadi berkali-kali dalam sehari sehari (biasanya dalam serangan)

    hampir setiap hari atau sebentar-sebentar selama kurun waktu lebih dari 1

    tahun, dan selama periode ini tidak pernah ada periode tic-bebas lebih dari

    3 bulan berturut-turut.

    Onset: sebelum usia 18 tahun

    Gangguan tidak disebabkan oleh efek langsung fisiologis dari suatu zat

    (misalnya, stimulan) atau kondisi medis umum (misalnya, penyakit

    Huntington atau ensefalitis postviral)

    Kriteria diagnostik untuk motor kronis atau gangguan tic vokal (DSM-IV-TR

    307,22) adalah sebagai berikut:

    Satu atau beberapa ganggaun tics motorik atau tics vokal (misalnya, tiba-

    tiba, cepat, berulang, nonrhythmic, stereotip gerak motorik atau

    vokalisasi), tetapi tidak keduanya, muncul selama sakit

  • Tics terjadi berkali-kali sehari hampir setiap hari atau sebentar-sebentar

    selama kurun waktu lebih dari 1 tahun; dan selama periode ini tidak

    pernah ada masa tics-bebas lebih dari 3 bulan berturut-turut

    Onset: sebelum usia 18 tahun

    Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat

    (misalnya, stimulan) atau kondisi medis umum (misalnya, penyakit

    Huntington atau ensefalitis postviral).

    Kriteria tidak pernah ditemukannya TS

    Kriteria diagnostik untuk gangguan tic transien (DSM-IV-TR 307,21) adalah

    sebagai berikut:

    Satu atau beberapa tics motorik dan / atau tics vokal (misalnya, tiba-tiba,

    cepat, berulang, nonrhythmic, stereotip gerak motorik atau vokalisasi)

    yang hadir

    Tics terjadi berkali-kali dalam sehari, hampir setiap hari selama minimal 4

    minggu, tetapi tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut

    Onset: sebelum usia 18 tahun

    Gangguan tidak disebabkan oleh efek langsung fisiologis dari suatu zat

    (misalnya, stimulan) atau kondisi medis umum (misalnya, penyakit

    Huntington atau ensefalitis postviral)

    Kriteria tidak pernah bertemu untuk TS atau gangguan tics motorik dan

    vokal kronik.

    Tentukan apakah ini adalah satu episodik atau berulang

    Gangguan tic tidak disebutkan secara spesifik (DSM-IV-TR 307,20): Kategori

    ini adalah untuk gangguan yang ditandai dengan tics yang tidak memenuhi

    kriteria untuk gangguan tics tertentu. Contohnya termasuk tics berlangsung

    kurang dari 4 minggu atau tics dengan onset setelah usia 18 tahun.

  • Lokasi Tics

    Gambar 2 Lokasi Tics

    Sindrom Tourette dan gangguan tics lainnya. Pada gambar yang tampak lebih

    gelap menunjukkan tics yang paling sering dijumpai, karena berdasarkan laporan

    dari pasien dengan Tourette sindrom.

    5. Pemeriksaan Penunjang

    Apabila seorang dokter mampu menemukan indikasi khas sindrom Tourette

    (TS) berdasarkan anamnese dan pemeriksaan pasien, biasanya tidak memerlukan

    pemeriksaan lebih lanjut pada umumnya. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin

    diperlukan jika fitur yang tidak biasa yang hadir dalam riwayat atau pemeriksaan

    fisik atau apabila kelainan lain yang ditemukan pada pemeriksaan neurologis.

    Temuan yang tidak biasa mungkin termasuk kekakuan, bradikinesia,

    spastisitas, mioklonus, chorea, demensia, atau psikosis. Pemeriksaan lebih lanjut

    mungkin termasuk bukti yang menguatkan riwayat pasien dengan sumber lain,

    dengan follow-up, atau dengan pengujian laboratorium.

    Pemeriksaan Serum Ceruloplasmin atau Slit-Lamp

    Pemeriksaan serum seruloplasmin atau pemeriksaan Slit-lamp untuk

    kemungkinan adanya cincin Kayser-Fleischer. Pemeriksaan ini tidak selalu

    diperlukan. Namun, jika fitur yang tidak biasa yang hadir, tes ini dapat membantu

  • dalam tindakan menyelamatkan nyawa dengan mengkonfirmasi adanya penyakit

    Wilson.

    Uji Neuropsikologi

    Tes neuropsikologis mungkin berguna: Pasien dengan kesulitan di lingkungan

    sekolah atau tempat bekerja dapat di evaluasi terhadap gangguan belajar sehingga

    strategi adaptif dapat diidentifikasi.

    Radiologi

    Pencitraan struktural tidak secara rutin diperlukan dalam evaluasi pasien

    dengan riwayat dan pemeriksaan temuan khas. Studi ini menunjukkan hanya

    untuk mengecualikan penyakit tertentu yang disarankan oleh riwayat atau

    pemeriksaan temuan abnormal.

    Saat ini, studi pencitraan fungsional tidak memiliki utilitas klinis terbukti

    dalam evaluasi gangguan tics.[11]

    6. Terapi

    Pengobatan untuk tics yang telah menunjukkan keberhasilan dalam Replicated

    Controlled Trials (RCT) adalah sebagai berikut:

    Dopamin D2 terapi antagonis reseptor

    Obat neuroleptik adalah standar saat ini dalam hal efektivitas

    pengobatan tics. Obat ini efektif pada dosis jauh di bawah dosis

    pengobatan biasa untuk psikosis, dan efek samping yang paling dapat

    dikelola dengan manipulasi farmakologis. Sayangnya, banyak pasien

    tidak mentolerir efek samping akut (paling seringa sedasi, berat badan,

    depresi, kelesuan, dan akatisia), dan pengobatan jangka panjang

    memiliki resiko kecil tardive dyskinesia. Oleh karena itu, pengobatan

    lain telah diselidiki. [Fluphenazine, Pimozide, Haloperidol,

    Risperidone, Ziprasidone, Trifluperazine, dan Molindone][12]

    Terapi agonis dopamin

    Paradoksnya, beberapa agonis dopamin campuran juga telah

    terbukti efektif dalam mengurangi frekuensi tics. Sampai saat ini, obat-

    obatan ini telah diuji secara eksklusif dalam dosis yang relatif rendah,

  • sebagian karena teori bahwa, pada dosis tersebut, obat harus

    menentang fungsi dopamin dengan tindakan selektif pada reseptor

    presinaptik. Demikian pula, saat ini sedang dilakukan studi double-

    blind placebo-controlled levodopa sebagai pengobatan untuk tics.[13]

    Terapi pembalikan kebiasaan

    Gangguan obsesif-kompulsif (OCD) gejala tidak merespon dengan

    baik terhadap pengobatan psikodinamik tetapi secara efektif diobati

    dengan terapi perilaku. Pengobatan tersebut memiliki efek biologis,

    seperti normalisasi metabolisme dasar abnormal tinggi di korteks

    orbitofrontal. Serangkaian kasus telah menunjukkan penurunan tics

    dengan menggunakan metode terapi perilaku yang sama terbukti

    bermanfaat bagi pasien dengan OCD.[14]

    Noradrenaline drugs untuk kontrol impuls dan ADHD

    Guanfacine diuji dalam sebuah RCT pada anak-anak dengan

    gangguan tics baik ADHD dan kronis dan ditemukan untuk menjadi

    jelas lebih unggul dengan plasebo dalam pengurangan kedua ADHD

    dan gejala tic (31% rata-rata), dengan sedikit efek samping. Obat ini

    juga telah terbukti manjur pada orang dewasa dengan ADHD nontics.

    Clonidine telah sering digunakan untuk mengobati tics. Sebuah

    RCT besar menegaskan kemanjurannya untuk kedua gejala ADHD dan

    tics pada pasien dengan TS. Clonidine atau guanfacine mungkin cocok

    sebagai agen pertama pada banyak pasien.[15]

    Serotonic drugs untuk OCD

    Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) (misalnya,

    clomipramine, fluoxetine) memperbaiki tics pada beberapa pasien,

    namun memperburuk pada orang lain, dan tidak berpengaruh pada tics

    pada orang lain. SSRI mungkin wajar agen pertama pada pasien

    dengan depresi yang signifikan atau gejala OCD.[16]

  • 7. Prognosis

    TS hampir selalu dapat bertahan hidup. Untungnya, pada usia 18 tahun, sekitar

    50% pasien pada dasarnya bebas dari tics. Keparahan Tics cenderung memuncak

    di awal hingga pertengahan masa remaja dan berkurang setelahnya. Tics dapat

    bertahan sampai dewasa tetapi keparahan mereka hampir selalu berkurang.

    Banyak orang dengan tics menjalani kehidupan yang cukup normal. Namun,

    bahkan tics ringan bisa menyusahkan pasien.

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. The Tourette Syndrome Classification Study Group. Definitions and classification of tic disorders. Arch Neurol. Oct 1993;50(10):1013-6.

    Available from: http://reference.medscape.com/medline/abstract/8215958

    2. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). BUKU AJAR NEUROLOGI KLINIS. Yogyakarta; Gadjah Mada University Press; 2011.

    3. Ludolph AG, Roessner V, Mnchau A, Mller-Vahl K. Tourette syndrome and other tic disorders in childhood, adolescence and adulthood. Dtsch

    Arztebl Int. Nov 2012 ; 109 (48) : 821-288. Available from:

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3523260/

    4. American Psychiatric Association. American Psychiatric Association: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th ed, Text Revision.

    Washington, DC: American Psychiatric Association; 2000.

    5. State MW, Greally JM, Cuker A, et al. Epigenetic abnormalities associated with a chromosome 18(q21-q22) inversion and a Gilles de la Tourette

    syndrome phenotype. Proc Natl Acad Sci U S A. Apr 15 2003;100(8):4684-9.

    Available from: http://reference.medscape.com/medline/abstract/12682296

    6. Hyde TM, Aaronson BA, Randolph C, et al. Relationship of birth weight to the phenotypic expression of Gilles de la Tourette's syndrome in monozygotic

    twins. Neurology. Mar 1992;42(3 Pt 1):652-8. Available from:

    http://reference.medscape.com/medline/abstract/1549232

    7. Snider LA, Swedo SE. Post-streptococcal autoimmune disorders of the central nervous system. Curr Opin Neurol. Jun 2003;16(3):359-65. Available

    from: http://reference.medscape.com/medline/abstract/12858074

    8. Laplane D. [Obsessive-compulsive disorders caused by basal ganglia diseases]. Rev Neurol (Paris). Aug-Sep 1994;150(8-9):594-8. Available from:

    http://reference.medscape.com/medline/abstract/7754296

    9. Miller AM, Bansal R, Hao X, Sanchez-Pena JP, Sobel LJ, Liu J. Enlargement of thalamic nuclei in Tourette syndrome. Arch Gen Psychiatry. Sep

    2010;67(9):955-64. Available from:

    http://reference.medscape.com/medline/abstract/20819989

    10. Mink JW. Neurobiology of basal ganglia circuits in Tourette syndrome: faulty inhibition of unwanted motorik patterns?. Adv Neurol. 2001;85:113-22.

    Available from: http://reference.medscape.com/medline/abstract/11530421

    11. Block MH. Presentation at: 4th International Scientific Symposium on Tourette Syndrome. June 25-27, 2004; Cleveland, OH.

  • 12. Kurlan R, Trinidad KS. Treatment of tics. In: Kurlan R, ed. Treatment of Movement Disorders. Philadelphia, PA:. JB Lippincott;1995: 365-406.

    13. Black KJ, Hartlein JM, Schlaggar BL. Levodopa treatment for tics: preliminary report. J Neuropsychiatry Clin Neurosci. 14:102.

    14. Woods DW, Hook SS, Spellman DF, Friman PC. Case study: Exposure and response prevention for an adolescent with Tourette's syndrome and OCD. J

    Am Acad Child Adolesc Psychiatry. Jul 2000;39(7):904-7. Available from:

    http://reference.medscape.com/medline/abstract/10892233

    15. The Tourette's Syndrome Study Group. Treatment of ADHD in children with tics: a randomized controlled trial. Neurology. Feb 26 2002;58(4):527-36.

    Available from: http://reference.medscape.com/medline/abstract/11865128

    16. Bruun RD, Budman CL. Paroxetine treatment of episodic rages associated with Tourette's disorder. J Clin Psychiatry. Nov 1998;59(11):581-4.

    Available from: http://reference.medscape.com/medline/abstract/9862603