tradisi mudik lebaran

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi mudik Lebaran dalam masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun sangat mengesankan. Setiap tahun menjelang Lebaran (Idul Fitri), orang dalam jumlah jutaan seakan 'digerakkan' oleh suatu kekuatan luar biasa dari satu tempat (metropolis) yang dianggap sebagai tempat mencari nafkah ke suatu tempat (kampung halaman) lain yang disebut sebagai tempat asal-muasalnya. Menjelang Lebaran, masyarakat Indonesia bergerak dalam jumlah yang sangat menakjubkan. Sehingga budayawan terkemuka, almarhum Umar Kayam (1993), pernah mengatakan bahwa mudik Lebaran itu sebagai 'suatu ritus yang tidak jelas apakah itu suatu keajaiban fenomena agama, fenomena sosial, atau fenomena budaya'. Ritus mudik Lebaran ini telah memindahkan massa manusia dalam jumlah jutaan orang dari suatu kota ke kota lain. Atau, dari suatu kota ke daerah pedesaan (transmigrasi)-- terutama di Pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan-- dalam waktu seminggu atau dua minggu secara ulang- alik. Dalam gerak perpindahan ulang-alik ini, 1

Upload: ekawati-laily-ramadhani

Post on 02-Aug-2015

917 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tradisi Mudik Lebaran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tradisi mudik Lebaran dalam masyarakat Indonesia dari tahun ke

tahun sangat mengesankan. Setiap tahun menjelang Lebaran (Idul Fitri),

orang dalam jumlah jutaan seakan 'digerakkan' oleh suatu kekuatan luar

biasa dari satu tempat (metropolis) yang dianggap sebagai tempat mencari

nafkah ke suatu tempat (kampung halaman) lain yang disebut sebagai

tempat asal-muasalnya.

Menjelang Lebaran, masyarakat Indonesia bergerak dalam jumlah

yang sangat menakjubkan. Sehingga budayawan terkemuka, almarhum

Umar Kayam (1993), pernah mengatakan bahwa mudik Lebaran itu sebagai

'suatu ritus yang tidak jelas apakah itu suatu keajaiban fenomena agama,

fenomena sosial, atau fenomena budaya'. Ritus mudik Lebaran ini telah

memindahkan massa manusia dalam jumlah jutaan orang dari suatu kota ke

kota lain. Atau, dari suatu kota ke daerah pedesaan (transmigrasi)--terutama

di Pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan--dalam waktu seminggu atau dua

minggu secara ulang-alik. Dalam gerak perpindahan ulang-alik ini, jutaan

manusia ambil bagian dalam ritus mudik Lebaran tersebut.

Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai tradisi mudik

lebaran yang telah menjadi fenomena sosial maupun budaya bagi

masyarakat Indonesia yang sebagian besar gemar merantau.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

a. Mengapa mudik dikatakan sebagai suatu fenomena di Indonesia?

b. Apa yang menyebabkan masyarakat melakukan mudik?

c. Apa saja dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh mudik

lebaran?

d. Bagaimana mudik dianggap sebagai peristiwa sosial dan ekonomi?

1

Page 2: Tradisi Mudik Lebaran

1.3 Batasan Masalah

Batasan-batasan masalah untuk makalah ini ialah sebagai berikut:

1. Mudik sebagai suatu fenomena di masyarakat Indonesia.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan mudik.

3. Dampak positif dan negatif mudik lebaran.

4. Fenomena mudik yang mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi.

1.4 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah:

a. Mengidentifikasi bagaimana fenomena mudik yang terjadi di

Indonesia.

b. Mengetahui faktor-faktor penyebab masyarakat Indonesia melakukan

mudik.

c. Menganalisis dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh mudik

d. Menganalisis bagaimana mudik dianggap sebagai peristiwa yang

berpengaruh dalam kehidupan sosial dan ekonomi di Indonesia.

1.5 Metode Penelitian

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode:

1. Metode Kepustakaan

Penulis menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan

permasalahan yang diangkat sebagai sumber referensi dan literatur

yang mendukung dalam pembuatan makalah ini.

2. Metode Internet

Penulis menggunakan media internet untuk membrowsing

berbagai informasi yang berkaitan dengan topik yang dibahas.

2

Page 3: Tradisi Mudik Lebaran

BAB II

ISI

2.1 Mudik Sebagai Suatu Fenomena di Indonesia

Mudik pada awalnya merupakan istilah yang digunakan oleh orang-orang

Jawa, yang kemudian menjadi populer ditelinga masyarakat Indonesia. Ada yang

menduga istilah ini berasal dari kata "udik" yang berarti arah hulu sungai,

pegunungan, atau kampung/desa. Orang yang pulang ke kampung disebut "me-

udik", yang kemudian dipersingkat menjadi mudik. Jadi pada esensinya,

pengertian kata mudik itu adalah orang-orang yang tinggal di kota yang berlayar

ke hulu sungai, pulang ke kampung. Di Sumatera Utara, istilah yang digunakan

masih lebih akrab dengan "pulang kampung".

Pulangnya para pendatang yang tinggal di kota ke desanya menjelang

Lebaran (hari raya Idul Fitri), untuk sungkeman kepada kedua orangtua,

bersilaturahim dengan keluarga besar dan tetangga. Tradisi mudik menunjukkan,

betapa ikatan seseorang dengan tempat kelahirannya saat masih kecil di desa,

masih mempunyai makna tersendiri dan menempati ruang kesadaran yang cukup

penting. Selama setahun mereka meninggalkan desa kampung halamannya

bekerja di kota membanting tulang siang dan malam, bekerja keras untuk

memperbaiki nasib, mendapatkan penghasilan yang lebih baik dari sebelumnya,

setelah mereka dapatkan semua, kesuksesan sudah di tangannya, ada kerinduan

yang sangat mendalam untuk kembali ke kampung halamannya dengan cara

mudik lebaran. Ada kepuasan emosional yang dialami dengan mudik, sebab

seseorang dapat menunjukan kesuksesan dirinya pada sanak keluarga dan

lingkungan tetangga di desa dan apa yang dilakukan di kota dengan segala suka

duka, tidak sia-sia.

Beberapa tahun belakangan ini, mudik menjadi satu fenomena sosial-

keagamaan yang menarik untuk diperbincangkan, karena telah menjadi tradisi

yang fenomenal di lingkungan umat Islam Indonesia, terutama pada hari-hari

lebaran. Orang-orang kota yang berasal dari udik, tentu saja merasa tidak afdal

jika kegiatan halal bi halal hanya dilakukan di kota, karena sebagian besar sanak-

3

Page 4: Tradisi Mudik Lebaran

keluarga dan kuburan leluhurnya ada di udik. Untuk itu mudik menjadi satu

keharusan dan menjadi bagian dari tradisi lebaran di negeri ini. Suatu tradisi yang

cukup unik, hanya menjadi milik umat Muslim Indonesia.

Fenomena mudik ini kalau diruntutkan merupakan sebuah mata rantai yang

terjadi sebagai hasil masyarakat (umat islam) dalam menyikapi fenomena lebaran.

Dimana adanya pergeseran makna mengenai lebaran atau dalam agama

dinamakan Idul Fitri menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Perbincangan

terhadap fenomena ini menjadi penting karena nuansa yang terkandung di

dalamnya yang dapat dianalisis dari berbagai pendekatan baik teologis, sosiologis,

maupun ekonomis.

Mudik dan lebaran merupakan fenomena yang tidak terpisahkan. Pro dan

kontra selalu mewarnai fenomena tersebut setiap tahunnya. Fenomena mudik ini,

dimulai sejak sekitar tahun 1970-an, ketika masyarakat Indonesia terutama di

Jawa mulai memandang bulan Ramadhan sebagai suatu ritual yang harus

dirayakan secara khusus dengan berbagai kemeriahannya, termasuk budaya

“Mudik Lebaran”. Saat ini, tradisi mudik lebaran telah bergeser dari sekedar

sebuah proses ritual untuk mengakhiri puasa Ramadhan menjadi sebuah

momentum silaturahmi yang sangat kental muatan sosialnya. Ritual ini telah

melewati lintas batas agama dan etnis serta menjadi budaya Indonesia yang sangat

khas.

Tradisi mudik lebaran ini, sebenarnya terkait erat dengan sistem kekerabatan

yang melihat keluarga sebagai keluarga luas (extended family). Dengan demikian,

menjadi tidak aneh ketika setiap lebaran akan selalu diselenggarakan pertemuan-

pertemuan yang melibatkan keluarga luas tersebut. Hal inilah yang menyebabkan

orang akan terdorong untuk berkumpul dengan para kerabatnya.

Berkenaan dengan fenomena mudik, sebenarnya kita tidak bisa mengatakan

itu sebagai gejala set-back, kemunduran atau keterbelakangan. Banyak orang yang

beranggapan bahwa tradisi mudik lebaran merupakan sesuatu hal yang primitif,

namun sebenarnya tradisi mudik seperti di Indonesia ini juga menjadi fenomena

bagi masyarakat modern.

2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Mudik

4

Page 5: Tradisi Mudik Lebaran

Ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan tradisi

mudik setiap tahunnya, yaitu pertama, arus migrasi dari desa ke kota yang terus

terjadi. Ini tidak terlepas akibat masih terjadinya ketimpangan pembangunan

antara desa dengan kota. Implementasi otonomi daerah tampaknya masih belum

cukup untuk membendung arus migrasi dari desa ke kota. Solusi terbaik untuk

mengatasi problem ini adalah mengimplementasikan pembangunan berkonsep tata

ruang agar pembangunan di berbagai wilayah dapat berjalan selaras. Tanpa

kebijakan demikian, kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah seperti

Operasi Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL), Operasi Yustisi Kependudukan

(OYK) tidak akan menyelesaikan masalah bahkan justru akan menuai masalah

baru. Kedua, adalah suatu kenyataan bahwa tradisi mudik telah menjadi budaya

yang memiliki muatan-muatan psiko-sosial disamping muatan religius. Faktor

kedua inilah yang tampaknya sulit untuk dirubah karena menyangkut budaya yang

telah mengakar kuat pada masyarakat Indonesia.

Apapun bentuknya, tradisi mudik lebaran merupakan sebagian warisan

turun temurun budaya bangsa yang akan tetap lestari sepanjang masa seiring

dengan sebagian kebutuhan hidup manusia berupa interaksi sosial, sosialisasi dan

budaya itu sendiri. Lebih dari itu merupakan perpaduan yang tak ada duanya

dengan ritual agama yang dianut oleh sebagian besar anak bangsa. Sungguh suatu

momentum yang luar biasa seandainya juga dipakai sebagai upaya memupuk rasa

kesetiakawanan sosial dan saling menghormati atau solidaritas antar umat

seagama yang berbeda aliran bahkan antar agama berlainan yang konon terkesan

semakin rapuh.

2.3 Dampak Positif dan Negatif Mudik Lebaran

Aspek positif dari tradisi mudik lebaran yaitu semangat kekeluargaan, dan

saling memaafkan sebenarnya dapat dikemas sebagai sebuah modal sosial untuk

membantu mengatasi krisis kepercayaan yang menjadi persoalan bangsa ini.

Krisis kepercayaan yang dihadapi oleh bangsa ini sudah sedemikian akut, tidak

sekedar krisis kepercayaan antara dunia luar terhadap negeri ini, melainkan juga

krisis kepercayaan internal antara rakyat terhadap pemerintah, elite-elite politik

5

Page 6: Tradisi Mudik Lebaran

maupun para pemimpin agama. Maraknya separatisme disintegrasi, konflik

bernuansa SARA, macetnya dialog antar elite merupakan contoh dari krisis

kepercayaan tersebut. Sebuah bangsa yang mengalami krisis kepercayaan akan

sulit mengembangkan jaringan ekonomi dan birokrasi yang sehat, efisien dan

tahan lama karena tidak ada kekuatan yang saling menghubungkan dan

menyangganya. Mengingat pentingnya unsur kepecayaan sebagai komponen dasar

bagi sebuah pemerintahan yang demokratis, maka momentum lebaran tahunan ini

akan menjadi lebih bermakna dan tidak sekedar menjadi ritual belaka ketika

semua elemen masyarakat menyadari tentang arti penting semangat kekeluargaan

yang menjadi inti dari tradisi mudik lebaran ini. Dalam hal inilah sangat penting

untuk menggugah kesadaran masyarakat untuk membangun semangat

kekeluargaan dan saling memaafkan. Semangat kekeluargaan tersebut harus

dibangun dari lingkup yang paling kecil yaitu keluarga, masyarakat kemudian ke

lingkup yang paling luas yaitu negara.

Meskipun tradisi mudik lebaran membawa dampak positif yakni menambah

solidaritas kekeluargaan semakin kuat, akan tetapi tradisi ini juga membawa

dampak negatif bagi kota maupun desa. Bagi kota, tradisi mudik adalah awal dari

persoalan pembangunan kota, karena pada umumnya jumlah penduduk yang

melakukan arus balik lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk yang

melakukan arus mudik. Bertambahnya jumlah penduduk kota akan menimbulkan

berbagai masalah baik masalah fisik seperti kemerosotan lingkungan,

berkembangnya pemukiman kumuh, kebutuhan perumahan, masalah transportasi,

kemacetan lalu lintas maupun masalah-masalah sosial yang khas seperti masalah

pengangguran, anak jalanan, gelandangan, pengemis, kenakalan remaja bahkan

sampai pada Pekerja Seks Komersial (PSK).

2.4 Mudik Sebagai Peristiwa Sosial dan Ekonomi

Ada tiga makna penting yang terkandung dalam tradisi mudik lebaran ini,

yaitu peristiwa agama, sosial dan ekonomi. Sebagai suatu peristiwa sosial, mudik

bermakna pemenuhan kepentingan berkumpul secara primordial dan emosional

untuk mempererat hubungan silaturahim. Di masyarakat kita, tradisi mudik

6

Page 7: Tradisi Mudik Lebaran

Lebaran adalah merupakan peristiwa sosial yang besar atau yang tertinggi dan

melibatkan interaksi manusia yang sangat banyak. Besaran secara kuantitatif

dalam peristiwa mudik ini membuat tradisi ini menjadi masalah sosial yang

tertinggi. Karena dalam sejarah kita, mobilisasi masyarakat terbesar tanpa ada

komando hanya terjadi pada saat mudik Lebaran.

Sebagai peristiwa ekonomi, mudik Lebaran merupakan peristiwa ekonomi

yang tertinggi setiap tahun, karena peristiwa mudik itu dapat memberikan

pemerataan ekonomi di seluruh Indonesia. Mudik lebaran telah menggerakkan

secara lebih cepat roda perekonomian yang bermakna sebagai pemerataan atau

pemulangan uang (perputaran uang) yang menumpuk di kota ke daerah-daerah.

Suatu kesempatan orang desa untuk menerima uang dari kota. Namun biasanya

hal itu dilakukan secara berlebihan, hingga mengarah pada pamer kekayaan,

kesombongan diri, sehingga lebih banyak aspek-aspek mubazirnya daripada

keuntungannya.

Pamer keberhasilan dengan simbol-simbol barang mewah, seperti pakaian,

barang elektronik, jam tangan dan sebagainya. Agar mereka dianggap berhasil,

maka para pemudik akan memamerkan barang-barang mewah meskipun barang-

barang tersebut diperoleh dari hasil hutang. Bagi mereka yang yang penting

adalah gengsi. Bagi masyarakat desa, tradisi mudik lebaran ini menjadi masalah

sosial yang tidak kalah serius. Hal ini dikhawatirkan akan merusak kultur desa

yang lebih santun. Gaya hidup yang mereka bawa dari kota juga seringkali

membawa ekses negatif bagi pola perilaku masyarakat desa. Sikap pamer

keberhasilan tersebut akan menumbuhkan persoalan konsumerisme masyarakat

pedesaan. Dalam hal ini, masyarakat desa akhirnya hanya akan menjadi sasaran

pasar dari para pemilik kapital. Kondisi ini sebenarnya juga menjadi embrio bagi

munculnya ketimpangan antara desa dan kota. Pamer kesuksesan inilah yang

terkadang menimbulkan keinginan dari keluarga dan tetangga ingin ikut ke kota

bersamanya, menumpang kesuksesannya sebagai jembatan mengubah nasib, maka

terjadilah arus urbanisasi besar-besaran.

BAB III

7

Page 8: Tradisi Mudik Lebaran

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Tradisi mudik lebaran merupakan sebuah proses ritual untuk

mengakhiri puasa Ramadhan dan sebuah momentum silaturahmi yang

sangat kental muatan sosialnya. Ritual ini telah melewati lintas batas

agama dan etnis serta menjadi budaya Indonesia yang sangat khas.

2. Ada 2 faktor yang menyebabkan masyarakat di Indonesia setiap

tahunnya melaksanakan ritual mudik yaitu arus migrasi dari desa ke

kota (urbanisasi) yang terus terjadi dikarenakan sebagai akibat masih

terjadinya ketimpangan pembangunan antara desa dengan kota dan

merupakan tradisi yang telah membudaya, yang memiliki muatan-

muatan psiko-sosial disamping muatan religius sehingga sulit untuk

dirubah karena menyangkut budaya yang telah mengakar kuat pada

masyarakat Indonesia.

3. Dampak positif dari tradisi mudik ini ialah semangat kekeluargaan,

dan saling memaafkan sehingga dapat menjadi sebuah modal sosial

untuk membantu mengatasi krisis kepercayaan yang menjadi

persoalan bangsa. Sedangkan dampak negatif tradisi mudik ini

mengakibatkan persoalan pembangunan di kota, karena pada

umumnya jumlah penduduk di kota menjadi bertambah setiap tahun

yang dapat menimbulkan berbagai masalah baik masalah fisik maupun

masalah sosial yang khas.

4. Mudik berpengaruh terhadap kehidupan sosial di Indonesia yang

merupakan peristiwa sosial terbesar karena melibatkan interaksi

manusia yang sangat banyak atau mobilisasi masyarakat terbesar tanpa

ada komando. Sedangkan untuk kehidupan ekonomi, mudik

menggerakkan secara lebih cepat roda perekonomian sehingga dapat

memberikan pemerataan ekonomi di seluruh Indonesia.

3.2 Saran

8

Page 9: Tradisi Mudik Lebaran

Mudik yang terjadi di Indonesia khususnya yang selalu terjadi pada saat

menjelang lebaran merupakan fenomena unik yang hanya dimiliki oleh bangsa

Indonesia. Ada baiknya jika hal ini tetap dilestarikan karena telah menjadi ciri

khas masyarakat Indonesia menjelang Idul Fitri namun tentunya tidak terlepas

dari peran pemerintah dan aparatur negara agar dapat selalu mengawasi

kelancaran dan ketertibannya serta mengantisipasi berbagai kemungkinan

merugikan seperti kecelakaan transportasi dan bertambahnya jumlah urbanisasi,

sehingga dapat mengurangi resiko yang tidak diingikan dikemudian hari.

9

Page 10: Tradisi Mudik Lebaran

DAFTAR PUSTAKA

Mawardi dan Nur Hidayati. 2007. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu

Budaya Dasar (IAD, ISD, IBD) untuk UIN, STAIN, PTAIS. Bandung :

Pustaka Setia

Setiadi, M. Elly, dkk. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Edisi Kedua. Jakarta :

Kencana

http://hempri.blogspot.com/2008/10/tradisi-mudik-lebaran-dan-problema.html

http://socialpolitic-article.blogspot.com/2009/03/fenomena-ritus-mudik-

lebaran.html

http://umum.kompasiana.com/2009/09/28/seputar-tradisi-mudik-lebaran-1-

perpaduan-antara-kegiatan-ekonomiritual-agamatradisi-budaya-serta-

sosialisasi-dan-interaksi-sosial-yang-harmonis/

http://www.beritaindonesia.co.id/visi-berita/makna-mudik-lebaran

http://www.celotehmalik.co.cc/2010/09/fenomena-mudik-lebaran-suatu-

kajian.html

http://www.radarbanten.com/mod.php?

mod=publisher&op=viewarticle&artid=58302

http://www.waspada.co.id/index.php/images/index.php?

option=com_content&view=article&id=52593:memaknai-tradisi-mudik-

lebaran&catid=25:artikel&Itemid=44

10