transformasi bisnis dan ti

Upload: danuk-cahya

Post on 07-Jul-2018

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI

    1/16

     

    TUGAS MANAJEMEN INFORMASI KORPORAT 

    TERM PAPER  

    TRANSFORMASI BISNIS DAN TI

    STUDI KASUS: PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO). TBK  

    KELAS 2014FA - Kelompok 2 

    Anggota Kelompok:

    Addy Wahyu Fitriadi (1406661301) 

    Bagas Ryant Setiawan (1406661453) 

    Christina Deni Rumiarti (1406661472) 

    Danuk Cahya Permana (1406661485) 

    Fenroy Yedithia (1406661554) 

    I Dewa Made Pranata Wiana (1406661592) 

    FAKULTAS ILMU KOMPUTER  

    MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI 

    UNIVERSITAS INDONESIA 

    2015 

  • 8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI

    2/16

    2

    Peranan Teknologi Informasi dalam Transformasi Bisnis 

    Transformasi bisnis adalah sebuah konsep menyeluruh meliputi berbagai strategi

    kompetitif yang diadopsi oleh organisasi untuk membawa perbaikan yang signifikan

    dalam kinerja bisnis (McKeown & Philip, 2003). Dengan transformasi bisnis ini,

     proses bisnis suatu organisasi dapat diintegrasikan bukan hanya dalam satu organisasi

    tetapi juga ke seluruh rekan bisnis, pemasok, dan konsumen (costumer) dengan tujuan

    untuk mempercepat respon terhadap permintaan konsumen, peluang bisnis, dan

    ancaman dari pihak luar (Huang, Kapoor, & Buckley, 2004). Segala sesuatu tidak akan

    menjadi yang terkuat untuk bertahan kecuali bisa terus beradaptasi dengan perubahan

    yang terjadi (Darwin, 1859). Demikian halnya dengan organisasi, jika suatu organisasi

    tidak melakukan perubahan untuk beradaptasi dengan perkembangan yang terjadi

    maka organisasi tersebut tidak akan bisa bertahan menghadapi persaingan yang

    semakin ketat. Oleh karena itu, suatu organisasi perlu bertransformasi untuk

    menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi. 

    Seiring dengan berkembangnya teknologi, banyak organisasi atau perusahaan yang

     bergerak dari lingkungan bisnis lokal atau regional menuju ke jenjang internasional

    atau yang lebih global. Dengan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), organisasi

    dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keunggulan kompetitif. Selain itu, TIK juga merupakan enabler dalam sebuah transformasi bisnis yang dilakukan oleh

    organisasi atau perusahaan. Banyak penulis telah menyinggung tentang pentingnya

    keselarasan dan integrasi TI dan implikasinya terhadap transformasi proses bisnis

    (McKeown & Philip, 2003). Manfaat dari penerapan TI akan menjadi kecil jika TI

    hanya diterapkan dalam kondisi organisasi yang ada, untuk itu manfaat TI akan

    menjadi besar jika TI diinvestasikan dalam perubahan yang sesuai pada karakteristik

    organisasi (strategi, struktur, proses, dan budaya) (Venkatraman, 1994). 

  • 8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI

    3/16

    3

    Latar Belakang Perusahaan 

    Garuda Indonesia merupakan maskapai penerbangan nasional Indonesia yang secara

    resmi menjadi perusahaan publik pada tanggal 11 Februari 2011. Pada saat itu, Garuda

    Indonesia berhasil mencatatkan 6.335.736.000 sahamnya di Bursa Efek Indonesia

    (BEI) dengan kode GIAA (Garuda Indonesia, 2012). Salah satu tonggak sejarah

     penting ini dilakukan setelah Garuda Indonesia menyelesaikan transformasi bisnisnya

    melalui kerja keras serta dedikasi berbagai pihak.

    Seiring dengan upaya pengembangan usaha, di awal tahun 2005, Garuda Indonesia

    memiliki tim manajemen baru yang kemudian membuat perencanaan baru bagi masa

    depan perusahaan. Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang dan

    restrukturisasi perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi

    kegiatan operasional dan membangun kembali kekuatan keuangan. Keberhasilan

     program yang dilakukan oleh Garuda Indonesia membuahkan hasil, yaitu pada tahun

    2015 Garuda Indonesia menjadi salah satu dari tujuh maskapai penerbangan di dunia

    dengan rating lima bintang. Garuda Indonesia melakukan beberapa transformasi bisnis

    untuk beradaptasi dan bersaing menuju ke pasar global. Salah satu keberhasilan

    transformasi bisnis yang dilakukan tidak terlepas dengan peran TI sebagai enabler

    dalam proses transformasi bisnis yang dilakukan. 

    Kondisi Garuda Indonesia Sebelum Adanya Program Transformasi 

    Pada tahun 2005, industri penerbangan di Indonesia sudah semakin berkembang. Salah

    satu indikator perkembangan tersebut adalah munculnya maskapai penerbangan swasta

    yang menyebabkan adanya persaingan dalam industri penerbangan. Namun, Garuda

    Indonesia tidak siap dengan persaingan tersebut. Hal ini dikarenakan Garuda Indonesia

    terbiasa dengan monopoli bisnis penerbangan di Indonesia selama periode orde baru.

    Faktor lain yang memberatkan kondisi Garuda Indonesia adalah besarnya utang yang

    dimilikinya. Berbeda dengan para pesaingnya yang merupakan maskapai baru, Garuda

    Indonesia memiliki beban utang yang berasal dari akumulasi kerugian selama

  • 8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI

    4/16

    4

     bertahun-tahun. Tercatat besar utang yang dimiliki Garuda Indonesia pada tahun 2005

    mencapai US$ 661 juta. 

    Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, Garuda Indonesia seharusnya

     berupaya untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggannya. Akan

    tetapi, pelayanan yang diberikan Garuda Indonesia pada saat itu masih jauh dari

    memuaskan. Kinerja On Time Performance (OTP) Garuda Indonesia adalah sekitar

    70% yang disebabkan oleh faktor teknis. Kondisi tersebut masih jauh di bawah standar

     penerbangan, yaitu sebesar 85%. Permasalahan dari sisi perencanaan adalah tingkat

     pemanfaatan pesawat yang masih rendah. Sedangkan permsalahan dari sisi keuangan

    adalah cash flow negatif yang disebabkan banyaknya rute yang mengalami kerugian

    akibat jumlah penumpang yang rendah. Kondisi tersebut menyebabkan citra Garuda

    Indonesia menjadi buruk. Hal ini dapat dilihat dari majalah The Wall Street Journal  

    edisi Maret 2005 yang menyebutkan bahwa Garuda Indonesia merupakan maskapai

    terlemah di Asia karena pelayanan yang buruk dan lilitan utang. Tanpa tindakan

     penangangan yang segera, Garuda Indonesia berada di ambang kebangkrutan.  

    Transformasi Bisnis Perusahaan 

    Pada Maret 2005, Emirsyah Satar ditunjuk sebagai CEO baru Garuda Indonesia. Di

    awal masa kepemimpinannya, Emir menegaskan bahwa Garuda Indonesia harus

    mendefinisikan dirinya sebagai perusahaan jasa yang pusat perhatiannya adalah

     pelanggan dan karyawan, bukan lagi sebagai perusahaan transportasi dengan pusat

     perhatian penumpang dan pesawat. Sebagai perusahaan transportasi, Garuda Indonesia

     pada waktu itu hanya fokus pada bagaimana memindahkan orang dari suatu tempat ke

    tempat lain sedangkan kualitas layanan seperti makanan dan minuman, kenyamanan

    atau keramahtamahan kru, atau bagaimana menciptakan pengalaman terbang yang

    menyenangkan menjadi urusan yang kesekian. Sebaliknya dengan menjadi perusahaan jasa, urusan keselamatan dan ketepatan waktu bukan lagi menjadi fokus utama

     penjualan ( selling point ) tetapi harus menjadi syarat kebutuhan minimum (minimum

    requirement ). 

  • 8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI

    5/16

    5

    Untuk dapat berkompetisi dengan pesaingnya, suatu organisasi perlu menentukan

    strategi yang kompetitif. Strategi kompetitif merupakan langkah yang dipilih untuk

    mendapatkan posisi dan aktivitas yang berbeda dari yang lain supaya dapat membuat

    sesuatu yang unik (Michael Porter, 1996 dalam Applegate, Austin, & Soule, 2009).

    Empat posisi kunci dalam memilih langkah terkait strategi yaitu:

      Pemilihan pasar untuk menentukan siapa pelanggan perusahaan.

      Pemilihan produk atau servis yang akan ditawarkan kepada pelanggan.

     

    Pemilihan jaringan bisnis untuk menentukan hubungan dengan pemasok, produsen,

    distributor, dan rekan bisnis.

      Pemilihan batasan bisnis untuk menentukan bisnis apa saja yang akan dijalankan

    dan yang tidak dijalankan.

    Hal-hal tersebut menjadi pertimbangan Emirsyah dalam membuat “Rencana Strategis

    Restrukturisasi dan Transformasi Garuda Indonesia” untuk mengatasi permasalahan

    yang ada saat itu. Rencana strategis tersebut dijalankan pada tahun 2006-2010+. Seperti

    terlihat pada Gambar 1, tahap restrukturisasi dan transformasi terbagi menjadi tiga

    tahap, yaitu: (1) Survival , (2) Turnaround , dan (3) Growth. 

    Gambar 1. Rencana Strategis Restrukturisasi dan Transformasi Garuda Indonesia

    (Sumber: Kasali & Satar, 2014) 

  • 8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI

    6/16

    6

    Survival (2006-2007) 

    Pada tahapan ini Garuda Indonesia berusaha bertahan dalam menghadapi masalah

    dalam dirinya. Permasalahan Garuda Indonesia dari sisi internal adalah masih

    membukukan kerugian (cash flow yang masih negatif) di laporan keuangannya, serta

    masih memiliki utang sebesar Rp 688,5 miliar. Sedangkan dari sisi eksternal, Garuda

    Indonesia menghadapi beberapa masalah yaitu:  

      Persaingan yang semakin sengit antar maskapai penerbangan nasional.

      Kenaikan harga BBM yang berdampak pada meningkatnya harga avtur, yaitu

    sebesar 30%. Kenaikan ini menjadi masalah karena 30% biaya operasional

     penerbangan adalah dari biaya BBM.

     

    Kenaikan harga minyak dunia yang berdampak pada melemahnya kurs rupiah yang

    sempat mencapai Rp 10.200 per dollar AS. Melemahnya rupiah ini berdampak pada

    Garuda Indonesia karena penerimaan Garuda Indonesia dalam rupiah sedangkan

     pengeluaran Garuda Indonesia dalam dollar AS.

      Inflasi yang terjadi mengakibatkan melemahnya daya beli masyarakat yang

     berdampak pada berkurangnya jumlah penumpang Garuda Indonesia.

      Ledakan bom Bali yang kedua mengakibatkan penurunan wisatawan asing sebesar

    30% dan kunjungan ke Bali berkurang menjadi 50%.

    Hal pertama yang dilakukan untuk bertahan dari masalah di atas adalah melakukan

    efisiensi biaya dan meningkatkan penerimaan. Beberapa program efisiensi biaya yang

    dilakukan diantaranya adalah menutup rute-rute yang selalu merugi, menyederhanakan

     proses bisnis, meningkatkan response time dan produktivitas, serta meningkatkan

    efisiensi BBM.

    Turnaround (2008-2009) 

    Setelah berhasil bertahan ( survival ) menghadapi masalah yang ada, Garuda Indonesia bersiap untuk melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu turnaround . Tiga upaya yang

    dilakukan dalam tahapan ini adalah peningkatan keselamatan penerbangan, melakukan

     peremajaan armada, dan perbaikan kinerja On Time Perfomance. Dalam rangka

  • 8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI

    7/16

    7

    menjalankan program peningkatan keselamatan penerbangan, Garuda Indonesia

    mengikuti standar keselamatan internasional yang berlaku. Standar yang diterapkan

    Garuda Indonesia dalam hal keselamatan penerbangan adalah standar yang diatur

    dalam IATA Operational Safety Audit   (IOSA). IOSA merupakan sistem audit

     penerbangan global yang menganalisis delapan aspek terkait dengan pelaksanaan

    operasional penerbangan. Garuda Indonesia mendapatkan sertifikasi IOSA pada

     pertengahan Mei 2008, sehingga sudah dapat dipertimbangkan untuk dapat melakukan

     penerbangan internasional kembali. 

    Program peremajaan armada yang dilakukan Garuda Indonesia adalah melakukan

     pembelian sepuluh unit pesawat Boeing 777-300 ER yang akan digunakan untuk

    melayani penerbangan internasional jarak jauh ( long haul ). Selain itu, Garuda

    Indonesia juga melakukan pembelian lima puluh unit pesawat Boeing 737-800 NG

    yang akan digunakan untuk melayani penerbangan domestik dan regional. Dengan

     pembelian pesawat ini, rata-rata usia pesawat Garuda Indonesia pada tahun 2008

    selama 12 tahun turun menjadi 7-8 tahun pada tahun 2011. 

    On Time Perfomance  (OTP) Garuda Indonesia selama tahun 2008 mengalami

     peningkatan. Kinerja OTP mengalami kenaikan sebesar 5,5 poin yaitu menjadi

    83,85%. Penyebab keterlambatan Garuda Indonesia karena fasilitas bandara, masalah-masalah teknis, dan operasional penerbangan dapat diatasi lebih baik.

    Growth (2010-2014) 

    Setelah memiliki posisi yang kuat di pasar domestik, selanjutnya Garuda Indonesia

    mengincar pasar internasional sebagai bagian dari upaya mengembangkan bisnisnya.

    Akan tetapi, berbeda dengan kondisi pasar domestik di mana nama Garuda Indonesia

    sudah dikenal, nama Garuda Indonesia belum terlalu dikenal di pasar internasional.

    Kondisi ini berpotensi menyebabkan kerugian yang diakibatkan rendahnya tingkat

    isian penumpang seperti yang dialami oleh banyak rute internasional Garuda Indonesia

    hingga tahun 1998. Dengan pertimbangan besarnya usaha yang diperlukan jika Garuda

    Indonesia memperkenalkan nama ke dunia internasional sendiri, maka jalan yang lebih

  • 8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI

    8/16

    8

    efektif dan efisien adalah dengan bergabung kepada salah satu aliansi penerbangan

    yang sudah ada. 

    Aliansi penerbangan merupakan bentuk kerja sama antara dua maskapai atau lebih

     pada tingkat substansial. Pada aliansi penerbangan, seluruh rute yang dimiliki oleh

    anggotanya dihubungkan sehingga menghasilkan jumlah tujuan penerbangan yang

    lebih banyak dan memperluas pasar. Pada Maret 2014, Garuda Indonesia resmi

     bergabung dengan aliansi penerbangan SkyTeam sebagai anggota yang ke-20. Tujuan

    dari SkyTeam adalah menyediakan  seamless connection  bagi para penumpangnya.

    Untuk mencapai hal tersebut, perlu dilakukan integrasi antara sistem pemesanan tempat 

    dan check-in Garuda Indonesia terhadap seluruh anggota SkyTeam. 

    Transformasi TI 

    Setelah posisi strategis ( strategic positioning ) dan tujuan strategis ditentukan, langkah

    selanjutnya yang dijalankan perusahaan adalah mengumpulkan sumber daya untuk

    membangun kemampuan (capabilities) yang diperlukan untuk mencapai tujuan

    strategis. Dalam proses audit kemampuan (capabilities) perlu dilakukan analisis

    terhadap beberapa hal, diantaranya yaitu: 

      Analisis infrastruktur dan proses.

    Analisis infrastruktur dan proses dilakukan terhadap proses inti yang diperlukan

    untuk membuat produk, memberikan servis, memperoleh dan melayani pelanggan,

    mengelola hubungan, dan membuat aliran kontinu produk baru, layanan, dan

    inovasi. Dalam hal ini TI berperan dengan membentuk fondasi bagi proses dan

    infrastruktur dalam perusahaan untuk menciptakan nilai (value).

     

    Mengevaluasi sumber daya dan rekan bisnis.

    Evaluasi dilakukan dengan menganalisis keahlian yang dibutuhkan untuk

    menjalankan proses dan aktivitas. TI merupakan suatu alat yang dapat digunakanuntuk mendefinisikan, mengatur, dan membangun aset pengetahuan dalam

     perusahaan dan jaringan bisnis.

  • 8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI

    9/16

    9

      Menilai organisasi dan budaya.

    Penilaian ini dilakukan untuk menentukan apakah desain organisasi yang dibuat

    dapat mempermudah pengambilan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan.

    Pemanfaatan TI untuk berbagi informasi yang relevan dan memonitor keputusan

    serta tindakan yang dijalankan di lapangan harus dikembangkan menjadi budaya.

      Mengavaluasi kepemimpinan dan tata kelola.

    Evaluasi dilakukan dengan melakukan analisis terhadap kepemimpinan yang ada

    dan tata kelola untuk memperpanjang bisnis. Sebagai salah satu perusahaan BUMN,

    Garuda Indonesia diwajibkan untuk mencapai GCG. Untuk itu diperlukan

    implementasi tata kelola TI.

    Model bisnis merupakan landasan bagaimana seorang eksekutif mengambil keputusan

    terkait strategi yang diambil, kemampuan yang dibangun, dan investasi yang

    dibutuhkan untuk mencapai tujuan bisnis. Selain itu, model bisnis juga fokus terhadap

     pengambilan keputusan terkait investasi TI yang digunakan untuk mencapai tujuan

     bisnis. Keterkaitan model bisnis dan investasi TI dapat dilihat pada gambar 2. 

    Gambar 2. Menggunakan Model Bisnis Sebagai Kerangka Kasus Bisnis Untuk TI 

    (Sumber: Applegate et al., 2009) 

  • 8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI

    10/16

    10

    Beberapa peran TI dalam model bisnis antara lain: 

      TI dapat digunakan untuk mengurangi biaya

      TI dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan

     

    TI dapat digunakan untuk mengefisienkan aset

      TI dapat digunakan untuk membuat keuntungan berkelanjutan

    Sebelum dimulainya transformasi bisnis, TI di Garuda Indonesia lebih banyak berperan

    sebagai pendukung kegiatan operasional. Kemampuan TI yang dimiliki pada saat itu

    tidak mampu mendukung rencana transformasi yang telah ditetapkan. Hal ini

    mendorong Garuda Indonesia untuk membangun kemampuan TI yang dimiliki secara

     bertahap untuk memenuhi tuntutan transformasi bisnis yang akan dilakukan. 

    Pada fase Survival , fokus utama dari perusahaan adalah menghindari kebangkrutan.

    Untuk itu diperlukan upaya efisiensi biaya di berbagai bidang dan peningkatan

     pemasukan. Pengembangan TI banyak difokuskan untuk menunjang upaya

     penghematan biaya. Salah satu contohnya adalah pada upaya efisiensi penggunaan

     bahan bakar. Dari sisi operasional, bahan bakar merupakan komponen yang biayanya

    tidak dapat dikendalikan karena dipengaruhi oleh harga minyak dunia dan nilai tukar

    rupiah terhadap dolar Amerika. Oleh karena itu, kegiatan yang dapat dilakukan adalah

    mengontrol dan merencanakan jumlah penggunaan bahan bakar secara efisien.

    Untuk mencapai tujuan tersebut, Garuda Indonesia menggunakan aplikasi Fuel Online

    Garuda Indonesia (FOGA) pada tahun 2007. Aplikasi tersebut berguna untuk

    memonitor dan menyimpan data bahan bakar yang digunakan pada setiap penerbangan.

    Penggunaan aplikasi ini memungkinkan perusahaan untuk mengenali pola penggunaan

     bahan bakar pada masing-masing rute. Aplikasi tersebut mendorong perencanaan

     penggunaan bahan bakar secara lebih tepat, sehingga pengalokasian anggaran untuk

     biaya bahan bakar juga menjadi lebih akurat. 

    Selain pengelolaan dan kontrol penggunaan bahan bakar pesawat, terobosan lain yang

    tidak kalah penting di bidang TI adalah penerapan aplikasi e-Procurement   dan e-

     Auction  untuk setiap proses pengadaan yang dilakukan di lingkungan Garuda

  • 8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI

    11/16

    11

    Indonesia. Dengan mengimplementasikan e-Procurement , proses pengadaan dapat

    dilakukan lebih cepat, efisien, dan transparan. Selain itu demi menjaga proses

     pengadaan barang yang bersih dan transparan perusahaan telah mengaplikasikan e-

     Auction  sebagai media pemasukan harga penawaran bagi  supplier   dalam proses

     pengadaan sehingga Garuda Indonesia bisa memperoleh BBM dengan harga yang lebih

     bersaing. Dengan diaplikasikannya e-Procurement dan e-Auction  pada tahun 2007,

    Garuda Indonesia berhasil melakukan penghematan biaya hingga sebesar Rp 337,3

    miliar.

    Sedangkan untuk menunjang peningkatan pelayanan serta memberikan nilai tambah

     bagi pelanggan, Garuda Indonesia mengembangkan fasilitas direct contact dengan

     pelanggan melalui call center 24 jam. Selama tahun 2007, suara pelanggan yang

    terjaring adalah 4.456 dengan 3.145 berupa keluhan dan 1.131 berupa pujian. Garuda

    Indonesia juga mengimplementasikan e-payment karena semakin berkembangnya TIK

    semakin jarang orang melakukan transaksi secara tunai. Selama tahun 2007, volume

    transaksi melalui e-payment mencapai 97.033 transaksi yang senilai dengan Rp 121

    miliar. Beberapa langkah lain yang dijalankan Garuda Indonesia untuk mendekatkan

    dengan pelanggan adalah menyiapkan ticketing booth machine di beberapa area publik

    serta intensifikasi kerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain dalam bentuk

    Corporate Account. Garuda Indonesia juga membuka Service Center   di mana

     pelanggan dapat melakukan pemesanan tempat, ticketing , city check-in, dan

    sebagainya. 

    Setelah kondisi perusahaan membaik dan terhindar dari ancaman kebangkrutan, maka

    selanjutnya Garuda Indonesia masuk ke fase Turnaround . Fokus dari fase ini adalah

    memperkuat fondasi perusahaan sebagai persiapan untuk melakukan ekspansi di fase

     berikutnya. Untuk itu, perlu dilakukan perbaikan dan peningkatan TI yang akan

    digunakan di masa mendatang. 

    Salah satu contoh peningkatan kemampuan (capabilities) TI adalah dalam hal

     perencanaan jadwal penerbangan. Garuda Indonesia merupakan perusahan jasa

  • 8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI

    12/16

    12

    layanan transportasi. Oleh karena itu, pesawat terbang merupakan aset utama dalam

    kegiatan operasionalnya. Untuk dapat memperoleh keuntungan, pesawat terbang harus

    digunakan secara maksimal. Tingkat produktifitas pesawat terbang dinilai dari lamanya

     pesawat tersebut terbang. Semakin sering pesawat digunakan, semakin tinggi

     produktivitas pesawat tersebut. Kunci dari produktivitas pesawat adalah perencanaan

     jadwal penerbangan dan rotasi pesawat yang baik. 

    Pada tahun 2008, total jumlah pesawat yang dimiliki adalah 54 pesawat. Berdasarkan

    tujuan transformasi perusahaan dalam melakukan ekspansi, total jumlah pesawat yang

    ditargetkan pada tahun 2015 adalah 154 pesawat. Penambahan jumlah pesawat tersebut

    harus diimbangi juga dengan penambahan jumlah kru yang mengoperasikannya. Pada

    saat itu, sistem penjadwalan rotasi pesawat masih belum terintegrasi dengan

     penjadwalan kru. Kondisi tersebut berpotensi menjadi penghambat. Untuk mengelola

     perencanaan penggunaan pesawat dan penjadwalan kru yang akan bertambah drastis,

    diperlukan adanya dukungan TI yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut.  

    Untuk menjawab kebutuhan tersebut, Garuda Indonesia mengeluarkan pertama kali

    IOCS ( Integrated Operations Control System) pada tahun 2009. Sesuai namanya,

    IOCS merupakan sistem yang mengintegrasikan penjadwalan penerbangan,

     penjadwalan rotasi pesawat, dan penjadwalan kru. Setelah diimplementasikan, aplikasiini mampu meningkatkan produktivitas pesawat dan masih digunakan hingga tahun

    2015 dimana jumlah pesawat telah mencapai 155  dan jumlah kru mencapai 4.696

    orang. 

    Selain menerapkan IOCS pada kegiatan operasional penerbangan, Garuda Indonesia

     juga menerapkan sistem ERP dalam mengelola sumber daya perusahaan. Pada tahap

    awal, Garuda Indonesia hanya memilih dua modul dalam ERP yaitu keuangan dan

    sumber daya manusia. Pada tahun 2010, Garuda Indonesia menambahkan modullogistik untuk menyelesaikan masalah logistik, seperti pengiriman katering yang sering

    terlambat dan juga modul maintenance  dan engineering dalam rangka pemenuhan

    kebutuhan pengelolaan dan perawatan teknis pesawat. 

  • 8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI

    13/16

    13

    Berikut beberapa implementasi TI yang dilakukan Garuda Indonesia (2009) untuk

    memperbaiki dan meningkatkan kemampuan TI sebelum melakukan ekspansi yaitu: 

      Pemutakhiran aplikasi pencatatan pendapatan penumpang ( Passenger Revenue

     Accounting System and Reporting ) yang terintegrasi dan sesuai dengan peraturan

    dan prosedur organisasi penerbangan dunia The International Air Transport

     Association (IATA).

      Mengembangkan aplikasi  Employee and Manager Self Service System  dan

     Employee Performance System and Cockpit Crew Appraisal   untuk memberikan

    kemudahan pengelolaan dan pengawasan kinerja pegawai supaya lebih optimal.

      Pemutakhiran informasi dan teknologi komunikasi dengan mengubah teknologi

    booking engine  konvensional menuju teknologi berbasis Service Oriented

     Architecture (SOA).

    Fase transformasi berikutnya adalah Growth. Setelah dianggap memiliki aset yang

    memadai, Garuda Indonesia selanjutnya berupaya menembus pasar internasional dan

     bersaing dengan maskapai internasional lainnya. Langkah yang dipilih untuk

    memperkenalkan Garuda Indonesia ke dunia adalah bergabung ke dalam aliansi

     penerbangan dunia. Langkah ini diambil karena dianggap sebagai upaya paling efektif

    dalam memasuki pasar internasional. Dari tiga aliansi yang ada, Garuda Indonesia

    memilih untuk bergabung ke dalam aliansi SkyTeam. Alasannya adalah karena aliansi

    tersebut belum memiliki maskapai yang beroperasi di Asia Tenggara dan dapat menjadi

     penghubung antara Australia dan Asia. Kondisi tersebut memberikan nilai tambah bagi

    Garuda Indonesia. 

    Untuk menjadi bagian dari aliansi Sky Team, sistem pemesanan tempat, ticketing , dan

    check-in milik Garuda Indonesia harus terhubung dengan sistem seluruh anggota

    SkyTeam lainnya. Dalam rangka mendukung bergabungnya Garuda Indonesia ke

    dalam SkyTeam pada tahun 2013, Garuda Indonesia menyiapkan seluruh kebutuhan

    TI untuk mendukung diterapkannya sistem baru untuk layanan penumpang, yaitu

     Passenger Services Systems  (PSS) Amadeus Altea. Untuk mendukung kesiapan

    operasional sistem Amadeus Altea, Garuda Indonesia melakukan peningkatan

  • 8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI

    14/16

    14

    kapasitas, keandalan, dan keamanan terkait jaringan.

    Garuda Indonesia juga menyelesaikan implementasi  Enterprise Service Bus  (ESB)

    yang meliputi ESB, ODS (Operation Data Stores) dan MQ Server. ESB akan berfungsi

    untuk mengintegrasikan sistem PSS baru dengan IOCS dan seluruh sistem yang terkena

    dampak. Pada tahun yang sama, Garuda Indonesia menyelesaikan implementasi

     Reservation,  Inventory, dan Ticketing   (RIT) dan  Departure Control System  (DCS)

    sehingga seluruh operasional di kantor cabang serta airport domestik dan internasional

    sudah menggunakan sistem Amadeus Altea.

    Berikut inisiatif TI yang dilakukan Garuda Indonesia dalam rangka menjadi bagian dari

    aliansi SkyTeam: 

     

    Menyelesaikan  Integrated Contact Center   untuk mendukung layanan pelanggan

    sesuai dengan standar SkyTeam.

      Menyelesaikan integrasi Garuda Indonesia Frequent Flyer   (GFF) dengan FFP

    seluruh anggota SkyTeam dengan menggunakan aplikasi integrator sesuai dengan

     platform SkyTeam.

      Menyelesaikan set-up  Disaster Recovery Center  (DRC) untuk sistem IOCS, yang

    ditujukan untuk memastikan business continuity.

     

    Menerapkan kebijakan, standard, dan prosedur terkait  IT Security  (ISMS) sesuaiISO 27001, merupakan persyaratan dari SkyTeam, untuk memastikan keamanan

    data dari anggota aliansi.

    Banyak keuntungan yang diperoleh Garuda Indonesia dengan bergabung menjadi

    anggota SkyTeam. Disamping merupakan sarana promosi ke dunia internasional, ada

     perubahan proses bisnis yang terjadi dalam hal ekspansi. Sebelum bergabung dengan

    SkyTeam, pengembangan rute luar negeri dilakukan dengan cara konvensional, yaitu

    meningkatkan kemampuan internal terlebih dahulu dengan membuka cabang baru.

    Setelah rute tersebut dibuka, selanjutnya dilakukan promosi untuk masuk ke pasar yang

    ada. Setelah bergabung dengan SkyTeam, Garuda Indonesia memiliki data jumlah

     penumpang dari suatu lokasi potensial yang datang ke Indonesia menggunakan

    maskapai SkyTeam lainnya. Data tersebut menjadi pengetahuan berharga dalam

  • 8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI

    15/16

    15

    melakukan pembukaan cabang baru.

    Kesimpulan 

    Transformasi bisnis Garuda Indonesia dilakukan untuk menghindari ancaman

    kebangkrutan. Untuk dapat bertahan, Garuda Indonesia dipaksa untuk bertransformasi

    demi menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi. Agar transformasi

    tersebut dapat berhasil, diperlukan adanya dukungan TI. Mempertimbangkan

    kapabilitas TI Garuda Indonesia yang belum memadai pada waktu itu, maka diperlukan

     juga adanya transformasi TI.

    Rencana transformasi bisnis dibuat berdasarkan kondisi model bisnis Garuda Indonesia

    saat itu dan tujuan yang ingin dicapai di masa mendatang. Rencana tersebut menjadi

    fokus dari upaya peningkatan kemampuan TI. Adapun manfaat yang ingin diperoleh

    dari peningkatan kemampuan TI adalah untuk mengurangi biaya, meningkatkan

     pendapatan, meningkatkan efisiensi penggunaan aset, dan menghasilkan keuntungan

     berkelanjutan.

    Setelah melakukan transformasi, Garuda Indonesia selamat dari ancaman

    kebangkrutan dan mampu mencapai targetnya untuk menjadi maskapai kelas dunia.

    Transformasi yang dilakukan mengubah penggunaan TI menjadi tidak hanya sebatas

    membantu kegiatan operasional tetapi TI sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan

    dari proses bisnis. Selain itu TI juga berperan sebagai sarana perencanaan yang lebih

     baik. Hal tersebut terlihat dari transformasi sistem penanganan penumpang yangs

    emula merupakan aplikasi kunci kegiatan operasional menjadi aplikasi yang

    menghasilkan dat untuk mendukung ekspansi perusahaan. Dengan demikian, posisi

     penggunaan TI Garuda Indonesia yang semula ada di kuadran  Factory  kini telah

     bergeser ke kuadran Strategic. 

  • 8/18/2019 TRANSFORMASI BISNIS DAN TI

    16/16

    16

    Daftar Pustaka

    Applegate, L., Austin, R., & Soule, D. (2009). Corporate Information Strategy and

     Management  (8th ed.).

    Darwin, C. R. (1859). On the Origin of Species. 

    Garuda Indonesia. (2012). Laporan Kinerja Tahunan Garuda Indonesia Tahun 2011.

    Jakarta. 

    Garuda Indonesia. (n.d.).  Konsep Layanan. Retrieved from https://www.garuda-

    indonesia.com/id/id/garuda-indonesia-experience/service-concept/index.page 

    Garuda Indonesia. (n.d.). Visi dan Misi Perusahaan.  Retrieved from

    https://www.garuda-indonesia.com/id/id/corporate-partners/company-

     profile/company-vision-mission/index.page 

    Garuda Indonesia. (n.d.). Tentang Garuda Indonesia.  Retrieved from

    https://www.garuda-indonesia.com/id/id/corporate-partners/company-

     profile/about/index.page 

    Huang, P., Kapoor, S., dan Buckley, S. (2004). A sense-and-respond approach to

     business transformation.  E-Commerce Technology for Dynamic E-Business,

    2004. IEEE International Conference on, 337 – 340. 

    Kasali, R., dan Satar, E. (2014). From One Dollar to Billion Dollars Company. Jakarta:

    Kompas. 

    McKeown, I., dan Philip, G. (2003). Business transformation, information technology

    and competitive strategies: learning to fly.  International Journal of Information

     Management , 23, 3 – 24. 

    Venkatraman, N. (1994). IT-enabled business transformation: from automation to

     business scope redefinition. Sloan Management Review, 35(2), 73 – 87. Retrieved

    from http://www.cs.jyu.fi/el/tjtse56_10/TJTSE56_Syllabus_files/Venkatraman -

    IT Enabled Business Transformation - From Automation to Business Scope

    Redefinition.pdf