trauma medulla spinalis

63
BAB I PENDAHULUAN Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas neurologis akibat trauma. Insiden cedera medula spinalis di dunia diperkirakan 40 kasus per juta setiap tahunnya (menurut Sekhon dan Fehlings, 2001; National SCI Statistical Center, 2004). Angka insiden di Amerika Serikat kurang lebih 11.000 kasus baru setiap tahunnya dan 4000 kasus yang tidak dapat bertahan sewaktu mencapai rumah sakit. Cedera kolumna vertebralis, dengan atau tanpa defisit neurologis, harus selalu di-cari dan disingkirkan pada penderita dengan cedera multipel. Daerah servikal merupakan segmen vertebra yang sering terjadi cedera akibat kecelakaan kendaraan, khususnya mereka yang tidak memakai alat pengaman bahu dan sabuk pengaman. Level cedera yang paling sering adalah C4, C5 (tersering), dan C6, sedangkan level untuk paraplegi adalah thoracolumbar junction (T12). Trauma dapat mencederai segala bagian dari kolumna spinalis, namun sehubungan dengan sifat anatomis-fisiologis masing-masing

Upload: inamyart-myamaharani

Post on 09-Jul-2016

43 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

trauma medulla spinalis cedera medulla spinalis

TRANSCRIPT

Page 1: trauma medulla spinalis

BAB I

PENDAHULUAN

Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas neurologis

akibat trauma. Insiden cedera medula spinalis di dunia diperkirakan 40 kasus per juta setiap

tahunnya (menurut Sekhon dan Fehlings, 2001; National SCI Statistical Center, 2004). Angka

insiden di Amerika Serikat kurang lebih 11.000 kasus baru setiap tahunnya dan 4000 kasus yang

tidak dapat bertahan sewaktu mencapai rumah sakit.

Cedera kolumna vertebralis, dengan atau tanpa defisit neurologis, harus selalu di-cari dan

disingkirkan pada penderita dengan cedera multipel. Daerah servikal merupakan segmen

vertebra yang sering terjadi cedera akibat kecelakaan kendaraan, khususnya mereka yang tidak

memakai alat pengaman bahu dan sabuk pengaman. Level cedera yang paling sering adalah C4,

C5 (tersering), dan C6, sedangkan level untuk paraplegi adalah thoracolumbar junction (T12).

Trauma dapat mencederai segala bagian dari kolumna spinalis, namun sehubungan

dengan sifat anatomis-fisiologis masing-masing segmen vertebra, maka ada bagian tertentu yang

mempunyai risiko lebih tinggi daripada yang lain terhadap salah satu tipe cedera spinal. Sebagai

contoh antara lain leher yang bersifat lebih mobil dan merupakan penggabung antar dua bagian

tubuh yang besar cenderung terlibat pada sebagian besar cedera spinal tertutup.

Penyakit medula spinalis dapat terjadi akibat berbagai macam proses patologi ter-masuk

trauma. Tanpa memandang patogenesisnya, yang dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan

pada fungsi motorik, sensorik atau otonom. Defisit neurologis pada cedera spinal dapat terjadi

karena memar (kontusio) atau kompresi (fraktur, dislokasi, luksasi, hematom) sehingga

Page 2: trauma medulla spinalis

menyebabkan gangguan yang permanen; atau dapat juga hanya karena edema temporer

(komosio) yang menimbulkan gangguan sementara dan kemudian pulih.

Angka mortalitas trauma medula spinalis diperkirakan 48% dalam 24 jam pertama, dan

lebih kurang 80% meninggal di tempat kejadian, ini disebabkan vertebra servikalis yang

memiliki resiko trauma yang paling besar, dengan level tersering C5, diikuti C4, C6 , dan

kemudian T12, L1 dan T10.

Cedera medula spinalis akut tulang belakang merupakan penyebab yang paling sering

dari kecacatan dan kelemahan setelah trauma, karena alasan ini, evaluasi dan pengobatan pada

cedera tulang belakang, spinal cord dan nerve roots memerlukan pendekatan yang terintegrasi.

Diagnosa dini, preservasi fungsi spinal cord dan pemeliharaan aligment dan stabilitas merupakan

kunci keberhasilan manajemen.

Page 3: trauma medulla spinalis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Medulla Spinalis & Vertebrae

a. Kolumna Vertebralis

Kolumna vertebralis membentuk struktur dasar batang badan. Kolumna vertebralis

terdiri dari 33 vertebrae dan diskus intervertebralis. Vertebrae dibagi atas 7 vertebrae servikalis,

12 vertebrae torakalis, 5 vertebrae lumbalis, 5 vertebrae sakralis dan 4 vertebrae koksigeae.

Ketika tulang belakang disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum

tulang belakang atau medulla spinalis.

Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi atas 2

bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai

artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan

bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan

spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian

posterior vertebrae antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).

Page 4: trauma medulla spinalis

Columna Vertebralis adalah pilar utama tubuh yang berfungsi melindungi medula

spinalis dan menunjang berat kepala serta batang tubuh, yang diteruskannya ke lubang-lubang

paha dan tungkai bawah. Masing-masing tulang dipisahkan oleh disitus intervertebralis.

A. Vertebralis dikelompokkan sebagai berikut :

a. Vetebrata Thoracalis (atlas).

Vetebrata Thoracalis mempunyai ciri yaitu tidak memiliki corpus tetapi hanya

berupa cincin tulang. Vertebrata cervikalis kedua (axis) ini memiliki dens, yang

mirip dengan pasak. Veterbrata cervitalis ketujuh disebut prominan karena

mempunyai prosesus spinasus paling panjang.

b. Vertebrata Thoracalis.

Ukurannya semakin besar mulai dari atas kebawah. Corpus berbentuk jantung,

berjumlah 12 buah yang membentuk bagian belakang thorax.

c. Vertebrata Lumbalis.

Corpus setiap vertebra lumbalis bersifat masif dan berbentuk ginjal, berjumlah

5 buah yang membentuk daerah pinggang, memiliki corpus vertebra yang besar

ukurnanya sehingga pergerakannya lebih luas kearah fleksi.

d. Vertebrata Sacrum.

Terdiri dari 5 sacrum yang membentuk sakrum atau tulang kengkang dimana ke

5 vertebral ini rudimenter yang bergabung yang membentuk tulang bayi.

e. Vertebrata Coccygis.

Terdiri dari 4 tulang yang juga disebut ekor pada manusia, mengalami

rudimenter.

Lengkung koluma vertebralis.kalau dilihat dari samping maka kolumna vertebralis

memperlihatkan empat kurva atau lengkung antero-pesterior : lengkung vertikal pada daerah

leher melengkung kedepan daerah torakal melengkung kebelakang, daerah lumbal kedepan

dan daerah pelvis melengkung kebelakang. Kedua lengkung yang menghadap pasterior, yaitu

torakal dan pelvis, disebut promer karena mereka mempertahankan lengkung aslinya

kebelakang dari hidung tulang belakang, yaitu bentuk (sewaktu janin dengna kepala

membengkak ke bawah sampai batas dada dan gelang panggul dimiringkan keatas kearah

depan badan. Kedua lengkung yang menghadap ke anterior adalah sekunder → lengkung

servikal berkembang ketika kanak-kanak mengangkat kepalanya untuk melihat sekelilingnya

Page 5: trauma medulla spinalis

sambil menyelidiki, dan lengkung lumbal di bentuk ketika ia merangkak, berdiri dan berjalan

serta mempertahankan tegak.

Fungsi dari kolumna vertebralis. Sebagai pendukung badan yang kokoh dan sekaligus

bekerja sebagai penyangga kedengan prantaraan tulang rawan cakram intervertebralis yang

lengkungnya memberikan fleksibilitas dan memungkinkan membonkok tanpa patah.

Cakramnya juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi bila menggerakkan berat

badan seperti waktu berlari dan meloncat, dan dengan demikian otak dan sumsum belkang

terlindung terhadap goncangan. Disamping itu juga untuk memikul berat badan, menyediakan

permukaan untuk kartan otot dan membentuk tapal batas pasterior yang kukuh untuk rongga-

rongga badan dan memberi kaitan pada iga.

1. Sistem saraf spinal (tulang belakang) berasal dari arah dorsal, sehingga sifatnya

sensorik. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang yang berjumlah

31 dibedakan menjadi:

a) 8 pasang saraf leher (saraf cervical) ( C1 sampai C8 )

Meliputi : Cerviks menunjukkan sekmen T,L,S,Co

(1) Pleksus servikal berasal dari ramus anterior saraf spinal C1 –

C4

(2) Pleksus brakial C5 – T1 / T2 mempersarafi anggota bagian

atas, saraf yang mempersarafi anggota bawah L2 – S3.

b) 12 pasang saraf punggung (saraf thorax) (T1 - T2 )

c) 5 pasang saraf pinggang (saraf lumbar) ( L1 - L5 )

d) 5 pasang saraf pinggul (saraf sacral) ( S1 - S5 )

e) 1 pasang saraf ekor (saraf coccyigeal).

Page 6: trauma medulla spinalis

Otot – otot representative dan segmen – segmen spinal yang bersangkutan serta

persarafannya:

1. Otot bisep lengan C5 – C6

2. Otot trisep C6 – C8

3. Ototbrakial C6 – C7

4. Otot intrinsic tangan C8 – T1

5. Susunan otot dada T1 – T8

6. Otot abdomen T6 – T12

7. Otot quadrisep paha L2 – L4

8. Otot gastrok nemius reflek untuk ektensi kaki L5 – S2

Kemudian diantara beberapa saraf, ada yang menjadi satu ikatan atau gabungan

(pleksus) membentuk jaringan urat saraf. Pleksus terbagi menjadi 3 macam, yaitu:

1) Plexus cervicalis (gabungan urat saraf leher)

2) Plexus branchialis (gabungan urat saraf lengan)

3) Plexus lumbo sakralis (gabungan urat saraf punggung dan pinggang)

Korda jaringan saraf yang terbungkus dalam kolumna vertebra yang memanjang dari

medula batang otak sampai ke area vertebra lumbal pertama disebut medula spinalis

Page 7: trauma medulla spinalis

Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan rawan. Bagian

anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang dihubungkan satu sama lain oleh

diskus fibrokartilago yang disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum

longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis posterior.

Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini

paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna

vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar kolumna vertebralis tidak

cedera bila terjadi trauma.

Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage Plate),

nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus pulposus,

memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan dan kebelakang

diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis.

Page 8: trauma medulla spinalis

Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan diganti oleh

fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dan sukar dibedakan

dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangat lemah, sehingga HNP

sering terjadi di bagian postero lateral.

b. Medulla Spinalis

Medulla spinalis (spinal cord) merupakan bagian susunan saraf pusat yang terletak

di dalam kanalis vertebralis dan menjulur dari foramen magnum ke bagian atas region

lumbalis. Trauma pada medulla spinalis dapat bervariasi dari trauma ekstensi fiksasi ringan

yang terjadi akibat benturan secara mendadak sampai yang menyebabkan transeksi lengkap

dari medula spinalis dengan quadriplegia.

Medulla Spinalis terdiri dari 31 segmen jaringan saraf dan masing-masing memiliki

sepasang saraf spinal yang keluar dari kanalis vertebralis melalui voramina intervertebralis

(lubang pada tulang vertebra). Saraf-saraf spinal diberi nama sesuai dengan foramina

intervertebralis tempat keluarnya saraf- saraf tersebut, kecuali saraf servikal pertama yang

keluar diantara tulang oksipital dan vertebra servikal pertama. Dengan demikian, terdapat 8

pasang saraf servikal, 12 pasang torakalis, 5 pasang saraf lumbalis, 5 pasang saraf skralis, dan

1 pasang saraf koksigeal.

Page 9: trauma medulla spinalis

Saraf spinal melekat pada permukaan lateral medulla spinalis dengan perantaran

dua radiks, radik posteriol atau dorsal  (sensorik) dan radik anterior atau ventral (motorik).

Radiks dorsal memperlihatkan pembesaran, yaitu ganglion radiks dorsal yang terdiri dari

badan-badan sel neuron aferen atau neuron sensorik. Badan sel seluruh neuron aferen medulla

spinalis terdapat dapat ganglia tersebut. Serabut-serabut radiks dorsal merupakan tonjolan –

tonjolan neuron sensorik yang membawa impuls dari bagian perifer ke medulla spinalis.

Badan sel neuron motorik terdapat di dalam medulla spinalis dalam kolumna anterior dan

lateral substansia grisea. Aksonnya membentuk serabut-serabut radiks ventral yang berjalan

menuju ke otot dan kelenjar. Kedua radiks keluar dari foramen intervertebralis dan bersatu

membentuk saraf spinal. Semua saraf spinal merupakan saraf campuran, yaitu mengandung

serabut sensorik maupun serabut motorik.

Bagian dorsal saraf spinal mempersarafi otot intrinsic punggung dan segmen-

segmen tertentu dari kulit yang melapisinya yang disebut dermatoma. Bagian ventral

merupakan bagian yang besar dan dan membentuk bagian utama yang membentuk spinal.

Otot-otot dan kulit leher, dada, abdomen, dan ekstremitas dipersarafi oleh bagian ventral. Pada

semua saraf spinal kecuali bagian torakal, saraf-saraf spinal bagian ini saling terjalin sehingga

membentuk jalinan saraf yang disebut Fleksus. Fleksus yang terbentuk adalah fleksus

servikalis, brakialis, lumbalis, sakralis dan koksigealis. Keempat saraf servikal yang pertama

(C1-C4) membentuk fleksus servikalis yang mempersarafi leher dan bagian belakang

kepala. Salah satu cabang yang penting sekali adalah saraf frenikus yang mempersarafi

diagfragma.

Fleksus brakialis yang dibentuk dari C5-T1, fleksus ini mempersarafi

ekstremitras atas. Saraf torakal (T3-T11) mempersarafi otot-otot abdomen bagian atas

dan kulit dada serta abdomen. Pleksus lumbalis berasal dari segmen spinal T12-L4

Page 10: trauma medulla spinalis

mempersarafi otot-otot dan kulit tubuh bagian bawah dan ekstremitas bawah. Pleksus

sakralis dari L4-S4, dan pleksus koksigealis dari S4 sampai saraf koksigealis. Saraf utama

dari pleksus ini adalah saraf femoralis dan obturatorius. Saraf utama dari pleksus sakralis

adalah saraf iskiadikus, saraf terbesar dalam tubuh. Saraf ini menembus bokong dan turun

kebawah melalui bagian belakang paha. Kulit dipersarafi oleh radiks dorsal dari tiap saraf

spinal, jadi dari satu segmen medulla spinalis disebut dermatom. Otot-otot rangka juga

mendapat persarafan segmental dari radiks spinal ventral.

Sumsum tulang belakang terdapat di dalam ruas-ruas tulang belakang (vertebrae)

yang memanjang dari daerah leher sampai pinggang. Vertebrae itu berfungsi melindungi

sumsum tulang belakang dari kerusakan.

Pada sumsum tulang belakang, materi kelabu terletak di bagian dalam dan tersusun

atas badan-badan sel, sinapsis, serta sel-sel saraf konektor yang tidak bermielin. Sel-sel saraf

konektor tersebut mengirimkan informasi dari sumsum tulang belakang ke serabut saraf spinal,

atau sebaliknya. Penampang melintang materi kelabu pada sumsum tulang belakang berbentuk

sepeti huruf H atau sayap kupu-kupu. Sementara itu, materi putih yang terletak di bagian luar

tersusun atas serabut-serabut saraf (akson bermielin). Akson bermielin itu mengirimkan

informasi dari sumsum tulang belakang menuju otak, atau sebaliknya.

Sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh tiga lapis membran (meninges). Di

bagian tengah sumsum tulang belakang, yaitu di antara membran dalam dan membran tengah

terdapat saluran tengah yang berisi cairan serebrospinal. Cairan tersebut berfungsi memasok

makanan bagi sumsum tulang belakang dan berperan sebagai peredam kejut atau pelindung

dari goncangan. Sumsum tulang belakang berhubungan dengan

1) Gerak refleks struktur tubuh di bawah leher

2) Menghantarkan rangsang sensori dari reseptor ke otak

3) Membawa rangsang motor dari otak ke efektor.

A. Struktur umum medula spinalis

1. Medula spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih. Walaupun diameter

medula spinalis bervariasi, diameter struktur ini biasanya sekitar ukuran jari

kelingking. Panjang rata-rata 42 cm.

2. Dua pembesaran. Pembesaran lumbal dan serviks, menandai sisi keluar saraf spinal

besar yang mensuplai lengan dan tungkai

Page 11: trauma medulla spinalis

3. 31 satu pasang saraf spinal keluar dari area urutan korda melalui foramina

intervertebral

4. Korda berakhir dibagian bawah vertebra lumbal pertama atau kedua. Saraf spinal

bagian bawah yang keluar sebelum ujung korda mengarah ke bawah, disebut korda

ekuina, muncul dari kolumna spinlia pada foramina intervertebral lumbal dan sakral

yang tepat.

a. Konus medularis (terminalis) adalah ujung kaudal korda

b. Filum terminal adalah perpanjangan fibrosa piameter yang melekat pada konus

medularis ke kolumna vertebra

5. Meningen (durameter, piameter, arakhnoid) yang melapisi otak juga melapisi korda

6. Fisura Median Anterior (ventral) dalam fisura posterior (dorsal) yang lebih dangkal

menjalar di sepanjang korda dan membaginya menjadi bagian kanan dan kiri

B. Struktur Internal Medula Spinalis terdiri dari sebuah inti substansi abu-abu yang

diselubungi substansi putih

1. Kanal sentral berukuran kecil dikelilingi substansi abu-abu bentuknya seperti huruf

H

2. Batang atas dan bawah huruf H disebut tanduk, atau kolumna dan mengandung

badan sel, dendrit asosiasi, dan neuron eferen serta akson tidak termielinisasi

Page 12: trauma medulla spinalis

a. Tanduk abu-abu posterior (dorsal) adalah batang ventrikel atas substansi abu-

abu. Bagian ini mengandung badan sel yang menerima sinyal melaluisaraf spinal

dari neuron sensorik

b. Tanduk abu-abu anterior (ventral) adalah batang ventrikel bawah. Bagian ini

mengandung neuron motorik yang aksonnya mengirim impuls melalui saraf

spinal ke otot atau kelenjar

c. Tanduk lateral adalah protrusi diantara tanduk posterior dan anterior pada area

toraks dan lumbal sistem saraf perifer. Bagian ini mengandung badan sel neuron

sistem SSO

d. Komisura abu-abu menghubungkan substansi abu-abu disisi kiri dan kanan

melalui medula spinalis

C. Setiap saraf spinal memiliki satu radiks dorsal atau satu radiks ventral. Radiks dorsal

terdiri dari kelompok-kelompok serabut sensorik yang memasuki korda. Radiks ventral

adalah penghubung ventral dan membawa serabut motorik ke korda

1. Setiap radiks yang memasuki atau meninggalkan korda membentuk tujuh sampai

sepuluh cabang radiks

2. Radiks dorsal dan ventral pada setiap sisi segmen medula spinalis menyatu untuk

membentuk saraf spinal

3. Radiks dorsal ganglia adalah pembesaran radiks dorsal yang mengandung sel neuron

sensorik

D. Traktus spinal. Substansi putih korda yang terdiri dari akson termielinisasi dibagi

menjadi funikulus anterior, posterior, lateral. Dalam funikulus terdapat fasikulus atau

traktus. Traktus diberi nama sesuai dengan lokasi, asal dan tujuannya.

Page 13: trauma medulla spinalis

1. Traktus sensorik atau asenden membawa informasi dari tubuh ke otak. Bagian

penting traktus asenden meliputi:

A. Fasikulus grasilis dan fasikulus kuneatus

a. Origo dan tujuan. Impuls dari sentuhan reseptor peraba masuk ke medula

spinalis melalui radiks dorsal (neuron I). Akson memasuki korda, berasenden

untuk bersinaps dengan nuklei grasilis dan kuneatus di medula bagian bawah

(neuron II). Akson menyilang ke sisi yang berlawanan dan bersinaps dalam

talamus lateral (neuron III). Terminasinya berada pada area somestetik

korteks serebral

b. Fungsi. Traktus ini menyampaikan informasi mengenai sentuhan, tekanan,

vibrasi, dan tendon otot

B. Traktus spinoserebelar ventral (anterior) (berpasangan)

a. Origo dan tujuan. Impuls dari reseptor kinestetik (kesadaran akan posisi

tubuh) pada otot dan tendon memauki medula spinalis melalui radiks dorsal

(neuron I) dan bersinaps dalam tanduk posterior (neuron II). Akson

berasenden disisi yang sama atau berlawanan dan berterminasi pada korteks

serebral

b. Fungsi, Traktus spinoserebelar ventral membawa informasi mengenai

gerakan dan posisi keseluruhan anggota gerak

C. Traktus spinoserebelar dorsal (posterior)

a. Origo dan tujuan. Impuls dari traktus spinoserebelar dorsal memiliki awal

dan akhir yang sama dengan impuls dari traktus spinoserebelar ventral,

walaupun demikian, akson pada neuron II dalam tanduk posterior bersenden

disisi yang sama menuju korteks serebral

b. Fungsi. Traktus spinoserebelar dorsal membawa informasi mengenai

propriosepsi bawah sadar (kesadaran akan posisi tubuh, keseimbangan, dan

arah gerakan)

D. Traktus spinotalamik ventral (anterior)

a. Origo dan tujuan. Impuls dari reseptor taktil pada kulit masuk ke medulla

spinalis melalui radiks dorsal (neuron I) dan bersinaps dalam tanduk

posterior disisi yang sama (neuron II). Akson menyilang kesisi yang

Page 14: trauma medulla spinalis

berlawanan dan berasenden untuk bersinapsis dalam talamus (neuron III).

Akson berujung dalam area somestetik korteks serebral

b. Fungsi. Traktus spinotalamik ventral membawa informasi mengenai

sentuhan, suhu dan nyeri

2. Traktus Motorik (Desenden) Mmebawa impuls motorik dari otak ke medulla

spinalis dan saraf spinal menuju tubuh. Fungsi traktus motorik yang penting

meliputi:

A. Traktus kortikospinal lateral (piramidal)

a. Origo dan tujuan. Neuron I berasal dari area motorik korteks serebral.

Akosn berdesenden ke medulla tempat sebagian besar serabut berdekusasi

dan terus memanjang sampai ke tanduk posterior untuk bersinapsis

langsung atau melalui interneuron dengan neuron motorik bagian bawah

(neuron II) dalam tanduk anterior. Akson berterminasi pada lempeng ujung

motorik otot rangka.

b. Fungsi. Traktus kortikospinal lateral menghantar impuls untuk koordiasi

dan ketepatan gerakan volunter

B. Traktus kortikospinal (piramidal) ventral (anterior)

a. Origo dan tujuan. Neuron I berasal dari sel piramidal pada area motorik

korteks serebral dan berdesenden sampai ke medulla spinalis. Disini akson

menyilang ke sisi yang berlawanan tepat sebelum bersinapsis, secara

langsung maupun melalui interneuron dengan neuron II dalam tanduk

anterior

b. Fungsi. Traktus kortikospinal ventral memiliki fungsi yang sama dengan

traktus kortokospinal lateral. Traktus tersebut menghantarkan impuls untuk

koordinasi dan ketepatan gerakan volunter.

C. Traktus ekstrapiramidal. Serabut dalam sistem ini berasal dari pusat lain,

misalnya nuklei motorik dalam korteks serebral dan area subkortikal di otak

a. Traktus retikulospinal berasal dari formasi retikular (neuron I) dan berujung

(neuron II) pada sisi yang sama dineuron motorik bagian bawah dalam

tanduk anterior medula spinalis. Impuls memberikan semacam pengaruh

Page 15: trauma medulla spinalis

fasilitas pada ekstensor tungkai dan fleksor lengan serta memberikan suatu

pengaruh inhibisi yang berkaitan dengan postur dan tonus otot

b. Traktus vestilospinal lateral berasal dari nukleus vestribular lateral dalam

medulla (neuron I) dan berdesenden pada sisi yang sama untuk untuk

berujung (neuron II) pada tanduk anterior medulla spinalis. Impuls

mempertahankan tonus otot dalam aktivitas refleks

c. Traktus vestibulospinal medial baerasal dari nukleus vestibular medial

dalam medula dan menyilang ke sisi yang berlawanan untuk berakhir pada

tanduk anterior. Traktus ini tidak berdesenden ke bawah area serviks.

Traktus ini berkaitan dengan pengendalian otot-otot kepala dan leher

d. Traktus rubrospinal, yang berasal dari nukleus merah otak tengah, traktus

olivospinal yang berasal dari olive inferior medula dan traktus tektospinal

yang berasal dari bagian tektum otak tengah, juga termasuk jenis traktus

ekstrapiramidal yang berhubungan dengan postur dan tonus otot.

Saraf Spinal. 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal

(posterior) dan ventral (anterior). Pada bagian distal radiks dorsal ganglion, dua radiks

bergabung membentuk satu saraf spinal. Semua saraf tersebut adalah saraf gabungan

(motorik dan sensorik), membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan

meninggalkan korda melalui neuron eferen.

1. Divisi. Setelah saraf spinal meninggalkan korda melalui foramen intervertebral, saraf

kemudian bercabang menjadi 4 divisi

a. Cabang meningeal kecil masuk kembali ke medulla spinalis melalui foramen sama

yang digunakan saraf untuk keluar dan mempersarafi meninges, pembuluh darah

medula spinalis dan ligamen vertebralis

b. Ramus dorsal (posterior) terdiri dari serabut yang menyebar kearah posterior untuk

mempersarafi otot dan kulit pada bagian belakang kepala, leher, dan pada trunkus di

regia saraf spinal

c. Cabang ventral (anterior) terdiri dari serabut yang mensuplai bagian anterior dan

lateral pada trunkus dan anggota gerak

Page 16: trauma medulla spinalis

d. Cabang viseral adalah bagian dari SSO. Cabang ini memiliki ramus komunikans

putih dan ramus komunikans abu-abu yang membentuk hubungan abtara medula

spinalis dan ganglia pada trunkus simpatis SSO

2. Pleksus adalah jaring-jaring serabut saraf yang terbentuk dari ramus ventral seluruh

saraf spinal, kecuali T1 dan T11 , yang merupakan awal saraf intercostae

a. Pleksus serviks terbentuk dari ramus ventral keempat saraf serviks pertama- C1, C2,

C3, C4- dan sebagian C5. Saraf ini menginversi otot leher, dan kulit kepala, leher

serta dada. Saraf terpenting yang berawal dari pleksus ini adalah saraf frenik yang

menginversi diagfragma

b. Pleksus brakhial terbentuk dari ramus ventral saraf serviks C5, C6, C7, C8, dan saraf

toraks pertama T1 dengan melibatkan C4 dan T2. Saraf dari pleksus brakhial

mensuplai lengan atas dan beberapa otot pada leher dan bahu

c. Pleksus lumbal terbentuk dari ramus saraf lumbal L1, L2, L3, L4 dengan bantuan

T12. Saraf dari pleksus ini menginversi kulit dan otot dinding abdomen, paha dan

genetalia eksternal. Saraf terbesar adalah saraf femoral, yang mensuplai otot fleksor

paha dan kulit pada paha anterior, regia panggul, dan tungkai bawah

d. Pleksus sakral terbentuk dari ramus ventral saraf sakral S1, S2, dan S3, serta

konstribusi dari L4, L5, dan S4. Saraf dari pleksus ini menginversi anggota gerak

bawah, bokong, dan regia perineal, saraf terbesar adalah saraf sklatik

e. Pleksus koksiks terbentuk dari ramus ventral S5 dan saraf spinal koksiks, dengan

konstribusi dari ramus S4. Pleksus ini merupakan awal saraf koksiks yang mensupali

regia koksiks.

Setiap saraf spinal keluar dari sumsum tulang belakang dengan dua buah akar, yaitu

akar depan (anterior) dan akar belakang (posterior). Setiap akar anterior dibentuk oleh

beberapa benang akar yang meninggalkan sumsum tulang belakang pada satu alur membujur

dan teratur dalam satu baris. Tempat alaur tersebut sesuai dengan tempat tanduk depan terletak

paling dekat di bawah permukaan sumsum tulang belakang. Benang-benang akar dari satu

segmen berhimpun untuk membentuk satu akar depan. Akar posterior pun terdiri atas benang-

benang akar serupa, yang mencapai sumsum tulang belakang pada satu alur di permukaan

belakang sumsum tulang belakang. Setiap akar belakang mempunyai sebuah kumpulan sel

saraf yang dinamakan simpulsaraf spinal. Akar anterior dan posterior bertaut satu sama lain

Page 17: trauma medulla spinalis

membentuk saraf spinal yang meninggalkan terusan tulang belakang melalui sebuah lubang

antar ruas tulang belakang dan kemudian segera bercabang menjadi sebuah cabang belakang,

cabang depan, dan cabang penghubung.

Cabang-cabang belakang saraf spinal mempersarafi otot-otot punggung sejati dan

sebagian kecil kulit punggung. Cabang-cabang depan mempersarafi semua otot kerangka

batang badan dan anggota-anggota gerak serta kulit tubuh kecuali kulit punggung. Cabang-

cabang depan untuk persarafan lengan membentuk suatu anyaman (plexus), yaitu anyaman

lengan (plexus brachialis). Dari anyaman inilah dilepaskan beberapa cabang pendek ke arah

bahu dan ketiak, dan beberapa cabang panjang untuk lengan dan tangan. Demikian pula

dibentuk oleh cabang-cabang depan untuk anggota-anggota gerak bawah dan untuk panggul

sebuah anyaman yang disebut plexus lumbosakralis, yang juga mengirimkan beberapa cabang

pendek ke arah pangkal paha dan bokong, serta beberapa cabang panjang untuk tungkai atas

dan tungkai bawah. Yang terbesar adalah saraf tulang duduk. Saraf ini terletak di bidang

posterior tulang paha.

Medulla spinalis atau sumsum tulang belakang bermula ada medula ablongata,

menjulur kearah kaudal melalu foramen magnum dan berakhir diantara vertebra-lumbalis

pertama dan kedua. Disini medula spinalis meruncing sebagai konus medularis, dna kemudian

sebuah sambungan tipis dasri pia meter yang disebut filum terminale, yang menembus kantong

durameter, bergerak menuju koksigis. Sumsum tulang belakang yang berukuran panjang

sekitar 45 cm ini, pada bagian depannya dibelah oleh figura anterior yang dalam, sementara

bagian belakang dibelah oleh sebuah figura sempit.

Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan, servikal dan lumbal. Dari

penebalan ini, plexus-plexus saraf bergerak guna melayani anggota badan atas dan bawah dan

plexus dari daerah thorax membentuk saraf-saraf interkostalis.

Fungsi sumsum tulang belakang :

1) Organ sensorik : menerima impuls, misalnya kulit.

2) Serabut saraf sensorik ; mengantarkan impuls-impuls tersebut menuju sel-sel

dalam ganglion radix pasterior dan selanjutnya menuju substansi kelabu pada

karnu pasterior mendula spinalis.

3) Sumsum tulang belakang, dimana serabut-serabut saraf penghubung

menghantarkan impuls-impuls menuju karnu anterior medula spinalis.

Page 18: trauma medulla spinalis

4) Sel saraf motorik ; dalam karnu anterior medula spinalis yang menerima dan

mengalihkan impuls tersebut melalui serabut sarag motorik.

5) Organ motorik yang melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh impuls

saraf motorik.

6) Kerusakan pada sumsum tulang belakang khususnya apabila terputus pada

daerah torakal dan lumbal mengakibatkan (pada daerah torakal) paralisis

beberapa otot interkostal, paralisis pada otot abdomen dan otot-otot pada kedua

anggota gerak bawah, serta paralisis sfinker pada uretra dan rektum.

c. Saraf spinal

Saraf spinal pada manusia dewasa memiliki panjang sekitar 45 cm dan lebar 14 mm.

Pada bagian permukaan dorsal dari saraf spinal, terdapat alur yang dangkal secara longitudinal

di bagian medial posterior berupa sulkus dan bagian yang dalam dari anterior berupa fisura.

Medula spinalis terdiri atas 31 segmen jaringan saraf dan masing-masing memiliki

sepasang saraf spinal yang keluar dari kanalis vertebralis melalui foramen intervertebra

(lubang pada tulang vertebra). Saraf-saraf spinal diberi nama sesuai dengan foramen

intervertebra tempat keluarnya saraf-saraf tersebut, kecuali saraf servikal pertama yang keluar

di antara tulang oksipital dan vertebra servikal pertama

Tiga puluh satu pasang saraf spinal keluar dari medula apinalis dan kemudian dari

kolumna vertabalis melalui celah sempit antara ruas-ruas tulang vertebra. Celah tersebut

dinamakan foramina intervertebrelia. Seluruh saraf spinal merupakan saraf campuran karena

mengandung serat-serat eferen yang membawa impuls baik sensorik maupun motorik.

Mendekati medula spinalis, serat-serat eferen memisahkan diri dari serat–serat eferen. Serat

eferen masuk ke medula spinalis membentuk akar belakang (radix dorsalis), sedangkan serat

eferen keluar dari medula spinalis membentuk akar depan (radix ventralis). Setiap segmen

medula spinalis memiliki sepasang saraf spinal, kanan dan kiri. Sehingga dengan demikian

terdapat 8 pasang saraf spinal servikal, 12 pasang saraf spinal torakal, 5 pasang saraf spinal

lumbal, 5 pasang saraf spinal sakral dan satu pasang saraf spinal koksigeal. Untuk

kelangsungan fungsi integrasi, terdapat neuron-neuron penghubung disebut interneuron yang

tersusun sangat bervariasi mulai dari yang sederhana satu interneuron sampai yang sangat

kompleks banyak interneuron. Dalam menyelenggarakan fungsinya, tiap saraf spinal melayani

suatu segmen tertentu pada kulit, yang disebut dermatom. Hal ini hanya untuk fungsi sensorik.

Page 19: trauma medulla spinalis

Dengan demikian gangguan sensorik pada dermatom tertentu dapat memberikan gambaran

letak kerusakan.

Adapun ke 31 nervus spinalis, yaitu:

1. Nervus hipoglossus : Nervus yang mempersarafi lidah dan sekitarnya.

2. Nervus occipitalis minor : Nervus yang mempersarafi bagian otak belakang

dalam trungkusnya.

3. Nervus thoracicus : Nervus yang mempersarafi otot serratus anterior.

4. Nervus radialis: Nervus yang mempersyarafi otot lengan bawah bagian posterior,

mempersarafi otot triceps brachii, otot anconeus, otot brachioradialis dan otot

ekstensor lengan bawah dan mempersarafi kulit bagian posterior lengan atas dan

lengan bawah. Merupakan saraf terbesar dari plexus.

5. Nervus thoracicus longus: Nervus yang mempersarafi otot subclavius, Nervus

thoracicus longus. berasal dari ramus C5, C6, dan C7, mempersarafi otot serratus

anterior.

6. Nervus thoracodorsalis: Nervus yang mempersarafi otot deltoideus dan otot

trapezius, otot latissimus dorsi.

7. Nervus axillaris: Nervus ini bersandar pada collum chirurgicum humeri.

8. Nervus subciavius: Nervus subclavius berasal dari ramus C5 dan C6,

mempersarafi otot subclavius..

9. Nervus supcapulari: Nervus ini bersal dari ramus C5, mempersarafi otot

rhomboideus major dan minor serta otot levator scapulae,

10. Nervus supracaplaris: Berasal dari trunkus superior, mempersarafi otot

supraspinatus dan infraspinatus.

11. Nervusphrenicus: Nervus phrenicus mempersyarafi diafragma.

12. Nervus intercostalis

13. Nervus intercostobrachialis: Mempersyarafi kelenjar getah bening.

14. Nervus cutaneus brachii medialis: Nervus ini mempersarafi kulit sisi medial

lengan atas.

15. Nervus cutaneus antebrachii medialis: Mempersarafi kulit sisi medial lengan

bawah.

Page 20: trauma medulla spinalis

16. Nervus ulnaris: Mempersarafi satu setengah otot fleksor lengan bawah dan otot-

otot kecil tangan, dan kulit tangan di sebelah medial.

17. Nervus medianus: Memberikan cabang C5, C6, C7 untuk nervus medianus.

18. Nervus musculocutaneus: Berasal dari C5 dan C6, mempersarafi otot

coracobrachialis, otot brachialis, dan otot biceps brachii. Selanjutnya cabang ini

akan menjadi nervus cutaneus lateralis dari lengan atas.

19. Nervusdorsalis scapulae: Nervus dorsalis scapulae bersal dari ramus C5,

mempersarafi otot rhomboideus.

20. Nervus transverses colli

21. Nervus nuricularis: Nervus auricularis posterior berjalan berdekatan menuju

foramen, Letakanatomisnya: sebelah atas dengan lamina terminalis,

22. NervusSubcostalis: Mempersarafi sistem kerja ginjal dan letaknya.

23. Nervus Iliochypogastricus: Nervus iliohypogastricusberpusat pada medulla

spinalis.

24. Nervus Iliongnalis: Nervus yang mempersyarafi system genetal, atau kelamin

manusia.

25. NervusGenitofemularis: Nervus genitofemoralis berpusat pada medulla spinalis

L1-2, berjalan ke caudal, menembus m. Psoas major setinggi vertebra lumbalis

¾.

26. Nervus Cutaneus Femoris Lateralis: Mempersyarafi tungkai atas, bagian lateral

tungkai bawah, serta bagian lateral kaki.

27. NervusFemoralis: Nervus yang mempersyarafi daerah paha dan otot paha.

28. NervusGluteus Superior: Nervus gluteus superior (L4, 5, dan paha, walaupun

sering dijumpai percabangan dengan letak yang lebih tinggi.

29. Nervus Ischiadicus: Nervus yang mempersyarafi pangkal paha

30. NervusCutaneus Femoris Inferior: Nervus yang mempersyarafi bagian (s2 dan

s3) pada bagian lengan bawah.

31. Nervus Pudendus: Letak nervus pudendus berdekatan dengan ujung spina

ischiadica. Nervus pudendus, Nervus pudendus menyarafi otot levator ani, dan

otot perineum(ke kiri / kanan ), sedangkan letak kepalanya dibuat sedikit lebih

rendah.

Page 21: trauma medulla spinalis

Tabel Sistem saraf medulla spinalis

Jumlah Medula spinalis

daerah

Menuju

7 pasang Servix Kulit kepala, leher dan otot

tangan, membentuk daerah

tengkuk.

12 pasang Punggung/toraks Organ-organ dalam, membentuk

bagian belakang torax atau dada.

5 pasang Lumbal/pinggang Paha, membentuk daerah lumbal

atau pinggang.

5 pasang Sakral/kelangkang Otot betis, kaki dan jari kaki,

membentuk os sakrum (tulang

kelangkang).

1 pasang Koksigeal Sekitar  tulang  ekor, membentuk

tulang koksigeus (tulang tungging)

(Sumber: Sistem Saraf I « Andienchandra’s Blog.htm)

Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu, maka akan

mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di area bagian

bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki).

Page 22: trauma medulla spinalis

Secara fungsi, sumsum tulang belakang bekerja secara sadar dan tak sadar (saraf

otonom). Sumsum tulang belakang yang bekerja secara sadar di atur oleh otak sedangkan

sistem saraf tidak sadar (saraf otonom) mengontrol aktivitas yang tidak diatur oleh kerja otak

seperti denyut jantung, sistem pencernaan, sekresi keringat, gerak peristaltic usus, dan lain-lain.

Fungsi sumsum tulang belakang yang utama adalah sebagai berikut.

1. Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak. Informasi melalui neuron sensori

ditransmisikan dengan bantuan interneuron (impuls saraf dari dan ke otak).

2. Memungkinan jalan terpendek dari gerak refleks. Sehingga sumsum tulang belakang

juga biasa disebut saraf refleks.

d. Suplai darah medula spinalis

A. Arteri spinalis anterior : arteri ini dibentuk dari penggabungan sepasang cabang dari arteri

vertebralis. Arteri ini berjalan turun sepanjang permukaan ventral sumsum tulang

belakang servikal dan sedikit menyempit dekat T4

B. Arteri Spinalis Medialis Anterior : arteri ini merupakan kelanjutan dari arteri spinalis

anterior dibawah T4.

C. Arteri Spinalis Posterolateralis : arteri ini berasal dari arteri vertebralis dan berjalan turun

ke segmen servikal bawah dan torakal atas.

D. Arteri Radikularis : beberapa (tetapi tidak semua) arteri interkostalis dari aorta

memberikan cabang segmental (radikular) ke sumsum tulang belakang dari T1 sampai

L1; cabang yang terbesar, arteri radikularis ventralis magna, juga dikenal sebagai arteri

Page 23: trauma medulla spinalis

radikularis magna atau arteri Adamkiewicz, memasuki sumsum tulang belakang di antara

segmen T8 dan L4, Arteri ini biasanya timbul di sisi kiri, dan pada kebanyakan orang,

memberikan sebagian besar suplai darah arteri untuk setengah dari bagian bawah

sumsum tulang belakang. Walaupun oklusi pada arteri ini jarang terjadi, oklusi ini

menyebabkan defisit neurologis yang besar (misalnya paraplegia, hilangnya rasa pada

tungkai, inkontinensia urin). Beberapa arteri radikularis berasal dari arteri lumbalis,

iliolumbalis, dan sakralis lateral yang terdapat di bagian lumbosakral. Di antaranya suatu

pembuluh yang besar nampaknya memasuki foramen intervertebralis pada vertebra L2

untuk membentuk bagian arteri spinalis anterior yang paling bawah - arteri terminalis -

yang berjalan sepanjang filum terminalis.

E. Arteri Spinalis Posterior : sepasang arteri ini jauh lebih kecil daripada arteri spinalis

anterior besar yang tunggal; arteri ini bercabang-cabang pada berbagai tingkat untuk

membentuk pleksus arterialis posterolateralis. Arteri spinalis posterior menyuplai

kolumna putih dorsalis dan bagian posterior dari kolumna kelabu dorsalis.

F. Arteri Sulkalis : pada setiap segmen, cabang-

cabang dari arteri radikular yang memasuki

foramen intervertebralis menyertai akar saraf

dorsalis dan ventralis. Cabang-cabang ini me

nyatu langsung dengan arteri spinalis posteri-

or dan anterior untuk membentuk cincin arte-

ri yang tidak beraturan (suatu korona arterial-

is) dengan hubungan-hubungan vertical.

Page 24: trauma medulla spinalis

Arteri sulkalis bercabang dari dari arteri

koronalis pada kebanyakan segmen. Arteri

sulkalis anterior muncul di berbagai tingkat

sepanjang sumsum tulang belakang servikal

dan torakal di dalam sulkus ventralis; arteri

ini menyuplai kolumna ventralis dan lateralis

di kedua sisi sumsum tulang belakang.

Vena

Pleksus venosus eksternus yang tidak

beraturan terletak di dalam ruang epidural dan

berhubungan dengan vena-vena segmental, vena

basivertebralis dari kolumna vertebralis, pleksus basi

Gambar : Suplai darah med.

spinalis

laris di kepala, dan melalui vena pedikularis-pleksus venosus internus yang lebih kecil yang

terletak di dalam ruang subarachnoid. Seluruh drainase darah vena berakhir ke dalam vena kava.

Kedua pleksus membentang sepanjang sumsum tulang belakang.

Page 25: trauma medulla spinalis

B. Trauma medulla spinalis

a. Definisi

Trauma spinal atau cedera pada tulang belakang adalah cedera yang mengenai

servikalis, vertebralis dan lumbalis akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang

belakang, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga,

dan sebagainya. Trauma pada tulang belakang dapat mengenai jaringan lunak pada

tulang belakang yaitu ligamen dan diskus, tulang belakang sendiri dan susmsum

tulang belakang atau spinal kord.

b. Epidemiologi

Insiden trauma medulla spinalis diperkirakan 30-40 per satu juta penduduk per

tahun, dengan sekitar 8.000-10.000 kasus per tahun. Angka mortalitas diperkirakan

48% dlam 24 jam pertama, dan lebih kurang 80% meninggal di tempat kejadian, ini

disebabkan vertebra servicalis yang memiliki resiko trauma yang paling besar,

dengan level tersering C5, diikuti C4, c6 dan kemudian T12, L1 dan T10.

Cedera medulla spinalis sering pada pria usia sekitar 15-30 tahun, 25% cedera

medula spinalis terjadi pada anak-anak. Kausa cedera medulla spinalis biasanya

multiple dan bervariasi untuk tiap daerah, misalnya di daerah industry kecelakaan

motor sering sebagai penyebab cedera medulla spinalis. Cedera medulla spinalis akut

dapat terjadi karena kecelakaan lalulintas, terjatuh, olahraga (misalnya : diving,

berkuda, dll), kecelaka -an industri. Di negara maju angka CMS relative menurun

karena penggunaan alat pelindung diri misalnya seat-belts dan airbags. Faktor resiko

cedera spinalis 25% karena pengguna alkohol, dan insidens laki-laki berkisar 80-85%

dan wanita 15-20%.

Page 26: trauma medulla spinalis

c. Etiologi

Cedera Medula Spinalis disebapkan oleh trauma langsung yang mengenai tulang

belakang dimana trauma tersebut melampaui batas kemampuan tulang belakang dalam

melindungi saraf-saraf di dalamnya.

Cedera sumsum tulang belakang terjadi akibat patah tulang belakang dan terbanyak

mengenai daerah servikal dan lumbal.cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi,

kompressi, atau rotasi tulang belakang.didaerah torakal tidak banyak terjadi karena

terlindung dengan struktur toraks.

Fraktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompressi, kominutif, dan

dislokasi, sedangkan kerusakan pada sumsum tulanmg belakang dapat beruypa

memar, contusio, kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran

darah, atau perdarahan.Kelainan sekunder pada sumsum belakang dapat

doisebabkan hipoksemia dana iskemia.iskamia disebabkan hipotensi, oedema, atau

kompressi.

Perlu disadar bahwa kerusakan pada sumsum belakang merupakan

kerusakan yang permanen karena tidak akan terjadi regenerasi dari jaringan saraf. Pada

Page 27: trauma medulla spinalis

fase awal setelah trauma tidak dapat dipastikan apakah gangguan fungsi

disebabkan oleh kerusakan sebenarnya dari jaringan saraf atau disebabkan oleh

tekanan, memar, atau oedema.

Etiologi cedera spinal adalah:

1. Trauma misalnya kecelakaan lalu lintas, terjatuh, kegiatan olah raga, luka tusuk

atau luka tembak.

2. Non trauma seperti spondilitis servikal dengan myelopati, myelitis,

osteoporosis, tumor.

Menurut Arif muttaqin (2005, hal. 98) penyebab dari cedera  medula spinalis adalah

1. Kecelakaan dijalan raya (penyebab paling sering).

2. Olahraga

3. Menyelan pada air yang dangkal

4. Kecelakaan lain, seperti jatuh dari pohon atau bangunan

5. Trauma karena tali pengaman (Fraktur Chance)

6. Kejatuhan benda keras

7. Gangguan spinal bawaan atau cacat sejak kecil atau kondisi patologis yang

menimbulkan penyakit tulang atau melemahnya tulang. (Harsono, 2000).

8. Luka tembak atau luka tikam

9. Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis slompai, yang

seperti spondiliosis servikal dengan mielopati, yang menghasilkan saluran

sempit dan mengakibatkan cedera progresif terhadap medulla spinalis dan akar

mielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun non infeksi osteoporosis yang

Page 28: trauma medulla spinalis

disebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebra, singmelia, tumor infiltrasi

maupun kompresi, dan penyakit vascular.

10. Keganasan yang menyebabkan fraktur patologik

11. Infeksi

12. Osteoporosis

13. Mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan saat mengendarai mobil atau sepeda

motor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi trauma medulla spinalis

1. Usia

Pada usia 45-an fraktur banyak terjadi pada pria di bandingkan pada wanita

karena olahraga, pekerjaan, dan kecelakaan bermotor.

2. Jenis Kelamin

Belakangan ini wanita lebih banyak dibandingkan pria karena faktor

osteoporosis yang di asosiasikan dengan perubahan hormonal (menopause).

3. Status Nutrisi

d. Patofisiologi

Trauma pada permukaan medula spinalis dapat memperlihatkan gejala dan tanda

yang segera ataupun dapat timbul kemudian. Trauma mekanik yang terjadi untuk pertama

kalinya sama pentingnya dengan traksi dan kompresi yang terjadi selanjutnya.

Kompresi yang terjadi secara langsung pada bagian-bagian saraf oleh fragmen-

fragmen tulang, ataupun rusaknya ligamen-ligamen pada sistem saraf pusat dan perifer.

Pembuluh darah rusak dan dapat menyebabkan iskemik. Ruptur axon dan sel membran

neuron bisa juga terjadi. Mikrohemoragik terjadi dalam beberapa menit di substansia

Page 29: trauma medulla spinalis

grisea dan meluas beberapa jam kemudian sehingga perdarahan masif dapat terjadi dalam

beberapa menit kemudian.

Efek trauma terhadap tulang belakang bisa bisa berupa fraktur-dislokasi, fraktur,

dan dislokasi. Frekuensi relatif  ketiga jenis tersebut adalah 3:1:1

Fraktur tidak mempunyai tempat predileksi, tetapi dislokasi cenderung terjadi

pada tempat-tempat antara bagian yang sangat mobil dan bagian yang terfiksasi, seperti

vertebra C1-2, C5-6 dan T11-12.

Gambar .manifestasi plegi pada trauma medulla spinalis

Dislokasi bisa ringan dan bersifat sementara atau berat dan menetap. Tanpa

kerusakan yang nyata pada tulang belakang, efek traumatiknya bisa mengakibatkan lesi

yang nyata di medulla spinalis.

Efek trauma yang tidak dapat langsung bersangkutan dengan fraktur dan

dislokasi, tetapi dapat menimbulkan lesi pada medulla spinalis dikenal sebagai trauma tak

Page 30: trauma medulla spinalis

langsung. Tergolong dalam trauma tak langsung ini ialah whiplash (lecutan),  jatuh

terduduk atau dengan badan berdiri, atau terlempar oleh gaya eksplosi bom.

Medula spinalis dan radiks dapat rusak melalui 4 mekanisme berikut :

1. Kompresi oleh tulang, ligamentum, herniasi diskus intervertebralis dan

hematom. Yang paling berat adalah kerusakan akibat kompresi tulang dan

kompresi oleh korpus vertebra yang mengalami dislokasi tulang dan

kompresi oleh korpus vertebra yang mengalami dislokasi ke posterior dan

trauma hiperekstensi.

2. Regangan jaringan yang berlebihan akan menyebabkan gangguan pada

jaringan, hal ini biasanya terjadi pada hiperfleksi. Toleransi medulla

spinalis terhadap regangan akan menurun dengan bertambahnya usia.

3. Edema medulla spinalis yang timbul segera setelah trauma menyebabkan

gangguan aliran darah kapiler dan vena.

4. Gangguan sirkulasi akibat kompresi tulang atau arteri spinalis anterior dan

posterior.

e. Klasifikasi

Cedera Medulla spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet

berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi.

Page 31: trauma medulla spinalis

Tabel klasifikasi lesi trauma medulla spinalis

Terdapat 5 sindrom utama cedera medulla spinalis inkomplet menurut American

Spinal Cord Injury Association yaitu : (1) Central Cord Syndrome, (2) Anterior Cord

Syndrome, (3) Brown Sequard Syndrome, (4) Cauda Equina Syndrome, dan (5) Conus

Medullaris Syndrome. Lee menambahkan lagi sebuah sindrom inkomplet yang sangat

jarang terjadi yaitu Posterior Cord Syndrome

Central Cord Syndrome (CCS) biasanya terjadi setelah cedera hiperekstensi.

Sering terjadi pada individu di usia pertengahan dengan spondilosis cervicalis. Predileksi

lesi yang paling sering adalah medulla spinalis segmen servikal, terutama pada vertebra

C4-C6. Sebagian kasus tidak ditandai oleh adanya kerusakan tulang. Mekanisme

terjadinya cedera adalah akibat penjepitan medulla spinalis oleh ligamentum flavum di

posterior dan kompresi osteofit atau material diskus dari anterior. Bagian medulla spinalis

yang paling rentan adalah bagian dengan vaskularisasi yang paling banyak yaitu bagian

sentral. Pada Central Cord Syndrome, bagian yang paling menderita gaya trauma dapat

mengalami nekrosis traumatika yang permanen. Edema yang ditimbulkan dapat meluas

sampai 1-2 segmen di bawah dan di atas titik pusat cedera. Sebagian besar kasus Central

Page 32: trauma medulla spinalis

Cord Syndrome menunjukkan hipo/isointens pada T1 dan hiperintens pada T2, yang

mengindikasikan adanya edema

Gambaran khas Central Cord Syndrome adalah kelemahan yang lebih prominen

pada ekstremitas atas dibanding ektremitas bawah. Pemulihan fungsi ekstremitas bawah

biasanya lebih cepat, sementara pada ekstremitas atas (terutama tangan dan jari) sangat

sering dijumpai disabilitas neurologic permanen. Hal ini terutama disebabkan karena

pusat cedera paling sering adalah setinggi VC4-VC5 dengan kerusakan paling hebat di

medulla spinalis C6 dengan lesi LMN. Gambaran klinik dapat bervariasi, pada beberapa

kasus dilaporkan disabilitas permanen yang unilateral.

Tabel klasifikasi trauma medulla spinalis inkomplit

Page 33: trauma medulla spinalis

BAB III

DATA PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. T

Umur : 37 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Manggisan, Tegalwaton

Pekerjaan : Serabutan

Tanggal masuk : 30 April 2016

No. RM : 15-16-XXXXX

B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama

Pasien datang ke IGD dengan keluhan lemah kedua tangan dan kaki

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD dengan keluhan lemah kedua tangan dan kaki. Pasien post

jatuh dari pohon manggis ketinggian ±4 meter, dengan posisi leher dahulu yang terkena

benturan. Lalu setelah beberapa saat pasie merasa kaki dan tangan nya lemas. Pusing

(-), mual (-), muntah (-).

Setelah di anamnesis lebih lanjut, pasien juga merasakan sakit kepala cekot-cekot

di kepala bagian sebelah kiri. Selain sakit kepala cekot-cekot sebelah kiri, mata kiri

Page 34: trauma medulla spinalis

pasien juga terasa perih dan pedas. Rasa sakit kepala dirasakan seperti baru saja

dipukuli orang. Skala sakit = 7. Keluhan tersebut dirasakan sudah sejak 3 bulan yang

lalu. Sebelumnya pasien belum pernah sakit sehebat ini. Awal mula sakit dirasakan saat

pasien naik motor setelah pulang dari Ambarawa sekitar 3 bulan yang lalu. Saat dalam

perjalanan tersebut, pasien merasa ada binatang “kepik” masuk dalam mata kirinya.

Beberapa minggu setelah itu pasien baru merasakan bahwa kepala kirinya sakit dan

mata kirinya terasa perih dan pedas.

Keluarga pasien mengatakan bahwa keluhan pada mata Tn. Nsudah diperiksakan

ke dokter mata tetapi tidak ada perbaikan. Keluhan dirasakan berlangsung sepanjang

hari, tidak membaik dengan istirahat maupun obat. Keluhan dirasakan memberat 2

minggu terakhir sebelum masuk RS, yaitu dirasakan sakit kepala yang semakin hebat,

pusing berputar, mual, muntah, dan pasien nampak bingung, mudah marah, dan menjadi

tidak paham apabila sedang mengobrol.

Sebagian besar pertanyaan yang ditanyakan dijawab oleh keluarga, disebabkan

Tn. N terlihat bingung dan tidak memahami pertanyaan dari pewawancara.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit jantung (-), penyakit kencing manis (-), kolesterol tinggi (-),

pusing berputar (-), sakit kepala (-), riwayat gangguan mata dan pendengaran (-).

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Page 35: trauma medulla spinalis

Pada riwayat keluarga, tidak didapatkan adanya keluhan yang serupa dengan

pasien. Riwayat adanya tumor pada keluarga (-).

5. Riwayat Personal Sosial

Pasien adalah seorang perokok ringan. Dikatakan bahwa Tn. N merokok biasanya

sebulan sekali dan hanya beberapa batang rokok saja seharinya.

Pekerjaan pasien sehari-hari adalah bertani. Keluarga mengatakan bahwa selama

ini Tn. N tidak terpapar dengan lingkungan atau pun pekerjaan yang berkaitan dengan

radiasi.

6. Tinjauan Sistem

Kepala leher : tidak ada keluhan

THT : pendengaran kedua terlinga menurun

Respirasi : tidak ada keluhan

Gastrointestinal : mual muntah

Kardiovaskular : tidak ada keluhan

Perkemihan : tidak ada keluhan

Sistem Reproduksi : tidak ada keluhan

Kulit dan Ekstremitas: tidak ada keluhan

C. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalisata

Keadaan Umum : Compos Mentis

GCS : E4 V4 M6

Vital Sign

Page 36: trauma medulla spinalis

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80x/menit, regular

Frekuensi Napas : 16x/menit

Suhu : 36oC

Kepala dan Leher

Conjungtiva anemis: (-/-)

Sklera Ikterik: (-/-)

Pembesaran Limfonodi: (-)

Thorax

Cor

Suara S1 dan S2 terdengar regular dan tidak ditemukan bising atau suara tambahan

jantung

Pulmo

Bentuk paru simetris, tidak terdapat jejas dan kelainan bentuk.

Tidak ada ketinggalan gerak, vocal fremitus tidak ada peningkatan maupun

penurunan.

Tidak ada nyeri tekan pada lapang paru.

Perkusi : sonor

Suara dasar vesikuler : +/+ (positif di lapang paru kanan dan kiri)

Suara rokhi : -/- (tidak terdengar di lapang paru kanan dan kiri)

Suara wheezing : -/- (tidak terdengar di kedua lapang paru)

Abdomen

Bentuk supel (+)

Page 37: trauma medulla spinalis

Peristaltik usus (+) normal

Nyeri tekan (+)

Extremitas

Akral hangat : (+) baik di ekstremitas atas maupun bawah

CRT : <2 detik

Udem pitting: -

Status Neurologis

Page 38: trauma medulla spinalis

No Pemeriksaan Superior Inferior

1 Sistem Motorik

Kekuatan Otot 5/5/5 | 5/5/5 5/5/5 | 5/5/5

2 Gerakan Involunter

Tremor

Chorea

Atetosis

Mioklonik

Tics

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

3 Refleks Fisiologis

Biceps

Triceps

Patella

Achiles

(++) / (++)

(++) / (++)

(++) / (++)

(++) / (++)

(++) / (++)

(++) / (++)

(++) / (++)

(++) / (++)

4 Refleks Patologis

Hoffman Tromer

Babinsky

Chaddock

Oppenheim

Gordon

Schaeffer

Bing

Gonda

Mendel

Rossolimo

(-)/(-)

(-)/(-)

(-)/(-)

(-)/(-)

(-)/(-)

(-)/(-)

(-)/(-)

(-)/(-)

(-)/(-)

(-)/(-)

(-)/(-)

(-)/(-)

(-)/(-)

(-)/(-)

(-)/(-)

(-)/(-)

(-)/(-)

(-)/(-)

(-)/(-)

(-)/(-)

5 Tonus N/N N/N

6 Trofi E/E E/E

7 Klonus -/- -/-

Page 39: trauma medulla spinalis

Pemeriksaan Nervus Cranialis

No Nervus Pemeriksaan Keterangan

Dextra Sinistra

1 Olfactorius - Subjektif

- Dengan bahan

Normosmia

Normosmia

Normosmia

Normosmia

2 Opticus Pengecekan kasar :

- Daya penglihatan

- Warna

- Medan

Penglihatan

1/300

(lambaian

tangan)

Agnosia

N

1/300

(lambaian

tangan)

Agnosia

N

3 Oculomotorius - Ptosis

- Ukuran Pupil

- Bentuk Pupil

- Refleks Cahaya

pada Pupil

- Reflek

Akomodatif

-

3 mm

Bulat

+

N

-

3 mm

Bulat

+

N

4 Oculomotorius,

Throclearis,

- Melirik ke medial

- Melirik ke medial

N

N

N

N

Page 40: trauma medulla spinalis

Abducens bawah

- Melirik ke lateral

- Diplopia

N

-

N

-

5 Trigeminus Fungsi Sensorik

- Sensibilitas dahi

- Sensibilitas pipi

- Sensibilitas dagu

Fungsi Motorik

- Menggigit

- Membuka Mulut

N

N

N

N

N

N

N

N

N

N

6 Facialis - Mengerutkan dahi

- Menggembungkan

pipi

- Menutup mata

N

N

N

N

N

N

N

N

7 Vestibulocochlearis - Mendengarkan

arloji

- Mendengarkan

gesekan tangan

- Tes garpu tala

Salah

persepsi

Salah

persepsi

Tidak

dilakukan

Salah persepsi

Salah persepsi

Tidak

dilakukan

8 Glosopharingeus - Suara sengau

- Reflek muntah

-

Tidak dilakukan

9 Vagus - Gangguan

menelan

-

Page 41: trauma medulla spinalis

- Afonia atau

Disfonia -

10 Asesorius - Kekuatan

trapezius

- Kekuatan

sternomastoideus

N

N

N

N

11 Hipoglossus - Menjulurkan lidah

- Artikulasi

- Tremor lidah

- Trofi lidah

N

N

-

-

Pemeriksaan tambahan :

Romberg Test (+) saat menutup mata, bila membuka mata (-).

Nistagmus (-)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

HEMATOLOGI

Leukosit

Eritrosit

15,44

4.86

4.5 – 11

4 – 5

Page 42: trauma medulla spinalis

Hemoglobin

Hematokrit

MCV

MCH

MCHC

Trombosit

15,3

46,0

94,7

31,5

33,2

213

14 – 18

38.00 – 47.00

86 – 108

28 – 31

30 – 35

150 – 450

KIMIA

Gula Darah Sewaktu 128 80-14

2. Pemeriksaan CT Scan Kepala polos

Hasil:

Tak tampak soft tissue swelling extracranial

Sistema tulang yang tervisualisasi tampak intact

Gyri dan sulci tak tampak menyempit

Batas grey matter dan white matter tampak tegas

Tak tampak lesi hiperdens dan hipodens intercerebral dan intercerebellar

Air cellulae mastoidea dalam batas normal

Tak tampak deviasi struktur mediana

Vertebra cervical tak tampak kelainnan, tak tampak gambaran compressi maupun

listhesis vertebra

Kesan

Tak tampak kelainan pada Head CT-Scan saat ini

Page 43: trauma medulla spinalis

Tak tampak gambaran brain edema, ICH,IVH, EDH, maupun SDH

Tak tampak fracture pada sistema tulang yang tervisualisasi

Tak tampak compresi corpus vertebra maupun gambaran spondylolisthesis

vertebra cervicalis

Tak tampak gambaran hematosinus

3. ASSESTMENT

Diagnosis klinis : Vertigo, Cephalgia Kronis Progresif, Vomitus, Gangguan

Pendengaran, Gangguan Penglihatan

Diagnosis etiologi : SOL, suspect Low Grade Astrocytoma

Diagnosis topis : massa di lobus parietalis sinistra

4. TREATMENT

Infus Kaen 3B 20 tpm

Injeksi Ondansetron 2x1 A

Injeksi Ranitidin 2x1 A

Injeksi Citicolin 2x500 mg

Injeksi Dexamethasone 4x1 A

Injeksi Ketorolac 2x1A

Po. Mertigo 3x1

Rujuk Bedah Saraf