trematoda

15
KELAS TREMATODA PENDAHULUAN Klasifikasi Filum : Platyhelminthes Kelas Trematoda Subkelas : Digena Ordo : Prosostomata Subordo : Strigeata Dist omata Subordo Famili Genus Species Srigeata Schistosomatidae Schistosoma Schistosoma haematobium Schistosoma mansoni Schsitosoma japonicum Distoma Fasciolidae Fasciola Fasciola hepatica

Upload: suwasti-kumala

Post on 05-Aug-2015

289 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: TREMATODA

KELAS TREMATODA

PENDAHULUAN

Klasifikasi

Filum : Platyhelminthes

Kelas Trematoda

Subkelas : Digena

Ordo : Prosostomata

Subordo : Strigeata Dist omata

Subordo Famili Genus Species

Srigeata Schistosomatidae Schistosoma Schistosoma haematobium

Schistosoma mansoni

Schsitosoma japonicum

Distoma Fasciolidae Fasciola Fasciola hepatica

Fasciolopsis Fasciolopsis buski

Echinostomatidae Echinostoma Echinostoma ilocanum

Echinostoma lindoensis

Echinostoma malayanum

Echinostoma revolotum

Opistorchiidae Clonorchis Clonorchis sinensis

Page 2: TREMATODA

Opisthorchis Opisthorchis felineus

Opisthorchis viverrini

Heterophyidae Heterophyes Heterophyes heterophyes

Meganimus Metagonimus yokogawai

Troglotrematidae Paragonimus Paragonimus westermani

PEMBAGIAN TREMATODA BERDASARKAN HABITATNYA

Berdasarkan tempat hidup (habitat) cacaing Trematoda di dalam tubuh manusia dan hospes

definitive laiinnya, Trematoda dikelompokkan sebagai berikut :

1. Trematoda usus (intestinal fluke)

Fasciolapsis buski

Genus Echinostoma

Heterophyes heterophyes

Metagonimus yokogawai

2. Trematoda hati (liver fluk)

Fasciola hepatica

Clonorchis sinensis

Opistorchis sinensis

Opistorchis felineus, Opistorchis viverrini

3. Trematoda paru (lung fluke)

Paragonimus westermani

4. Trematoda darah (blood fluke)

Schistosoma haematobium

Schistosoma mansoni

Schistosoma japinocum

Page 3: TREMATODA

MORFOLOGI DAN BIOLOGI

Tubuh cacing berbentuk pipih dorso-ventral, seperti daun ( kecuali Schistosoma spp. Gilig/bulat

panjang), bilateral simetris, tidak mempunyai rongga tubuh dan tidak bersegmen. Organ

reproduksi hermafrodit (kecuali Schistosoma spp dibedakan jantan dan betina). Pada umumnya

mempunyai ukuran yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk eksternal khas dengan

adanya asetabulum (sucker/batil isap), sehingga disebut Trematoda yang artinya “body with

holes”. Pada beberapa spesies mempunyai genital sucker misalnya Heterophyes heterophyes.

Cacing dewasa tubuhnya tertutup integuman dan permukaan terdapat duri (spina) yang lebih

menyolok di bagian anterior . otot terletak di bawah integument dan jaringan dorso-ventral

berkembang menjadi asetabulum. Otot digunakan untuk mengubah bentuk tubuh, melekatkan

diri pada jaringan hospes dan pergerakan.

System pencernaan tidak lengkap terdiri atas batil isap mulut (oral sucker), faring, esophagus,

dua buah sekum dan tidak mempunyai lubang pelepasan ( buntu). Makanan berupa bahan cairan

yang terdapat di sekitar habitatnya. System respirasi pada Trematoda yang habitatnya di saluran

usus atau empedu bersifat anaerobic dan yang berada dalam darah memperoleh oksigen dari sel

darah merah.sistem ekresi (fleme cell) terletak di ujung posterior tubuh, berfungsi untuk

mengeluarkan sisa-sisa metabolism dan membantu mekanisme regulasi cairan tubuh seperti

vakuola kontraktil pada protozoa. Trematoda juga mempunyai system saraf.

System reproduksi sangat kompleks bersifat hemafrodit, kecuali Trematoda darah dibedakan

jantan dan betina. System organ reproduksi jantan terdiri dari testis jumlahnya tunggal, sepasang

atau banyak. Organ reproduksi betina antara lain ovary tunggal,oviduct, dan kelenjar vitelaria.

Page 4: TREMATODA

SIKLUS HIDUP

Cacing dewasa hidup di saluran (lumen) organ atau jaringan hospes definitive dan menghasilkan

telur yang akan dikeluarkan ke lingkungan luar.

Telur keluar bersama tinja misalnya pada Fasciola hepatica, Fsciola buski, Clonorchis

sinensis, Heterophyes heterophyes, Metagonimus yokogawai, Schitosoma mansoni dan

Schistosoma japonicum.

Telur keluar bersama urine pada Schistosoma hematobium.

Telur keluar melalui sputum pada Paragonimus westermani.

Pada species Schistosoma, Clonorchis dan cacing heterofid memproduksi telur berembrio pada

saat dikeluarkan dari tubuh cacing. Telur Schistosoma segera menetas setelah masuk ke dalam

moluska (keong) sebagai hospes perantara. Telur Fasciola, Fasciolopsis dan Paragonimus

memerlukan periode embrionisasi (inkubasi) setelah berada dalam air. Telur matang berembrio

mengandung larva stadium tiga atau mirasidium.

Setelah telur menetas (schistosoma, Fasciolopsis, Paragonimus), mirasidium keluar, berenang

bebas dalam air dan dalam 24 jam harus mendapatkan moluska yang cocok sebagai hospes

perantara. Pada Opisthorchis akan menetas setelah di dalam tubuh siput. Dalam tubuh moluska

atau siput, mirasidium melekat pada mukosa, jaringan organ dan selanjutnya berkembang

menjadi sporokista, redia, serkaria. Serkaria keluar dari tubuh hospes perantara dan berenang

bebas dalam air.

Pada Schistosoma spp, serkaria merupakan stadium efektif yang penularannya melalui kulit.

Trematoda yang lain memerlukan hospes perantara kedua, selanjutnya berkembang menjadi

kista (metaserkaria):

Fasciola spp dan Fasciola kista pada tumbuhan air.

Echistosoma ilocanum hospes perantara kedua adalah moluska

Clonorchis sinensis, Opisthorchis spp dan spesies heterophyid pada daging ikan air tawar.

Paragonimus pada jaringan ketam(crabs) dan udang batu (crayfishes)

Page 5: TREMATODA

Infeksi pada hospes definitive dapat terjadi karena mengkonsumsi hospes perantara kedua secara

mentah atau setengah matang. Dinding kista metaserkaria pada saluran pencernaan bagaian atas

akan pecah. Migrasi ke jaringan atau organ dan menjadi cacing dewasa.

Cacaing heterophyid, Echistosoma spp dan Fasciolopsis buski tetap melekat pada dinding

saluran pencernaan dan menjadi dewasa.

Pada Clonorchis sinensis dan Opisthorchis spp, cacing migrasi melalui ampulla Vlater ke

bagian distal empedu dan menjadi cacing dewasa. Pada Fasciola, caing ini menembus

dinding usus dan mencapai saluran empedu setelah migrasi melalui kapsul Glisonnes dan

parenkim hati.

Pada Paraginomus, metaserkaria mengalami penetrasi pada dinding instentinal dan

menembus usus, rongga peritoneum, diafragma dan rongga pleura sebelum mencapai

habitatnya pada jaringan paru.

PERBEDAAN PENTING DALAM SIKLUS HIDUP TREMATODA

1. Telur berembrio pada waktu dikeluarkan, akan menetas jika berada dalam air. Mirasidium

secara aktif masuk ke tubuh siput, menjadi sporokista generasi pertama, sporokista generasi

kedua dan serkaria misalnya Schistosoma spp.

2. Telur tidak berembrio pada waktu diletakkan, mengalami embrionisasi dan air dan

menetas.mirasidium menginfeksi moluska, embrio sporokista, redia dan menghasilkan

serkaria, misalnya Paraginomus spp. Pada Fasciola dan Fasciolopsis, urutan

perkembangannya sama namun memerlukan perkembangan satu atau lebih generasi redia

setelah pertama.

3. Telur tidak berembrio pada waktu dikeluarkan dari tubuh cacing, mengalami embrionisasi

dan menetas dalam air. Mirasidium berenang dalam air dan secara aktif masuk ke tubuh

siput, menjadi redia, redia generasi kedua dan serkaria. Contohnya Echistosoma spp.

4. Telur berembrio pada waktu dikeluarkan, akan menetas hanya jika dimakan oleh siput,

mirasidium berkembang menjadi sporokista generasi pertama, menghasilkan redia dan

serkaria, contohnya pada Clonorchis dan metagonimus.

Page 6: TREMATODA

PATOGENESIS, PATOLOGI, DAN KLINIS

Gambaran klinis infeksi cacing Trematoda tergantung pada dua kondisi yakni :

1. Ukuran dan jumlah parasit yang ada pada tubuh hospes.

2. Organ atau jaringan yang diinfeksi oleh parasit.

Pada umunya infeksi cacing Metagonimus dan Heterophyes, melekat pada bagian superficial

dinding usus halus yang menimbulkan kelainan patologi ringan. Fasciolopsiasis pada usus halus

dapat menyebabkan kelainan local dan toksemia sistemik. Clonorchis sinensis atau Opisthorchis

spp. Dalam jumlah sedang pada bagian distal empedu menyebabkan reaksi jaringan local, tetapi

efeknya pada hati biasanya tidak berat. Fasciola hepatica berukuran besar, migrasi melalui

jaringan hati mencakup lokasi lebih luas yang akan menyebabkan kelainan lebih berat.

Reaksi hospes dapat bersifat local atau sistemik, umumnya keduanya.

Kelainan local antara lain ulserasi, pengelupasan jaringan, pembentukan abses dan jaringan

fibrosis pada proses penyembuhan.gejala klinis yang ditimbulkan bervariasi tergantung

jumlah, tipe kelainan organ atau jaringan dan kerusakan bersifat sementara atau

permanen(irreversible)

Manifestasi klinik akibat absorpsi bahan toksik dari sisa metabolism cacing, menimbulkan

lekositosis, hipereosinofilia dan alergi. Kelainan seringkali disebabkan oleh cacing itu

sendiri,kecuali pada Schistosoma disebabkan oleh stadium telur yang tersangkut pada

jaringan.

Gambaran klinis infeksi cacing Trematoda :

1. Prepaten atau periode inkubasi.

2. Stadium akut dan

3. Stadium kronis.

Page 7: TREMATODA

EPIDEMIOLOGI

Distribusi infeksi Trematoda pada manusia terutama di daerah tropis dan oriental, kecuali

opistorkhiasis terutama di Jerman Timur, Uni Soviet, dan Balkan.

Factor-faktor penting yang memperngaruhi distribusi yakni :

1. Adanya hospes perantara pertama (moluska atau siput) yang cocok.

2. Hospes perantara kedua, merupakan bagian penting dalam penularan.

3. Kebiasaan penduduk di daerah kanting (foci) endemic misalnya mandi,cuci, dan buang air

di danau di mana terdapat serkaria Schistosoma. Kebiasaan makan tumbuhan air mentah

(fasciola, Fasciolopsis), ketam, udang batu mentah( Paragonimus), makan siput

mentah( Echistosoma ilocanum)

4. Adanya hospes reservoir sebagai sumber infeksi.

KONTROL DAN PENCEGAHAN

1. Pengobatan pada penderita.

2. Tidak buang air sembarang tempat (menggunakan jamban)

3. Pemberian antimoluska (molusida)

4. Pendidikan masyarakat untuk tidak mandi di air yang terinfeksi dan makan makanan yang

terinfeksi setengah matang atau mentah.

FASCIOLOPSIS BUSKI

Cacing ini merupakan penyebab fasciolopsis buski. Fasciolopsis buski adalah Trematoda usus

berukuran terbesar pada manusia yang melekat pada dinding duodenum dan yeyenum. Secara

umum tidak menimbulkan gejalan klinis (asimtomatis) atau gejala ringan. Tetapi beberapa

individu denagn infeksi berat,menyebabkan gejala instentinal, toksemia, manifestasi alergi,

gangguan penyerapan ( malabsorpsi)dan jarang menimbulkan kematian.

Page 8: TREMATODA

DISTRIBUSI GEOGRAFIS

Fasciolopsis buski adalah parasit usus pada manusia dan babi di Cina Tengah dan Selatan,

Taiwan, Vietnam, Thailand, Laos, Kamboja, Bagladesh, dan Indonesia. Distribusi geografis pada

umumnya di daerah tertentu dan prevalensinya rendah. Pada akhir-akhir ini telah dilaporkan

infeksi di Jepang, Malaysia, dan Filipina dan Indonesia ( Kalimantan Selatan).

EPIDEMIOLOGI

Laporan mengenai distribusi fasiolopsiasis sangat terbatas. Infeksi pada umumnya di daerah

tertentu di mana terdapat hubungan erat antara manusia, peternakan babi, tanaman air, siput

sebagai hospes antara dan kebiasaan penduduk memakan tanaman air atau buah secara mentah.

Petenakan babi di sekitar kolam yang ditumbuhi tanaman air, tinja babi yang dibuang ke kolam

yang banyak siputnya sebagai hospes perantara pertma maka siklus akan terus berlanjut jika

tanaman air dimaka oleh babi. Manusia terinfeksi bila mengkonsumsi secara mentah bagaian dari

tanaman air missalnya batang, umbi, akar umbi, biji polongan, dan dikuliti mengguankan gigi. Di

Thailand dan Bangladesh, tanaman water caltrop dan water lily ditaman sepanjang saluran air di

kiri kanan jalan, prevalensi fasiolopsiasis tinggi pada anak-anak usia 5-15 tahun. Pada waktu

anak-anak pulang dari sekolah atau bermain, mereka mengambil biji buah water caltrop dan

memakan secara mentah. Kista metaserkaria pada permukaan luar dari biji buah tersebut ikut

termakan.

MORFOLOGI

Telur

Ukuran besar dan bentuknya bulat lonjong, berwarna coklat kekuningan.

Dinding sel tipis bening dengan operculum kecil pada satu ujungnya.

Terlur berukuran 130-140x80-85 mikron dan dikeluarkan dari cacing belum mengandung

embrio.

Telur F. buski sukar dibedakan denagn Fasciola hepatica dan F.gigantica.

Cacing dewasa

Panjang 20-75 mm, lebar 820 mm, dan tebal 0,5-3 mm.

Page 9: TREMATODA

Warna kemerahan seperti daging.

Bentuk ovidal memanjang, tidak mempunyai bahu dan cephalic cone.

Sekum bercabang dua dan tidak bercabang-cabang.

Batil isap ventral berukuran lebih besar dibandingkan batil isap mulut.

Bersifat hemafrodit.uterus berkelok-kelok terletak di belakang batil isap ventral. Testis dua

buah, bercabang-cabang seperti dendrite yang letaknya dandem.

Kelenjar vitelaria memenuhi sisi lateral tubuh.

SIKLUS HIDUP

Telur imatur yang dihasilkan oleh cacing dewasa, keluar bersama tinja. Telur akan mengalami

embrionasi dan menetas di dalam air (3-7 minggu pada suhu hangat), dan melepaskan

mirasidium,. Selanjutnya akan menginvasi hospes perantara yang cocok. Pada tubuh siput

parasit berkembang menjadi beberapa stadium (sporokista, redia, dan serkaria). Serkaria keluar

dari tubuh siput dan berenang bebas dalam airdan selanjutnya menjadi kista metaserkaria pada

tanaman air. Mamalia terinfeksi karena memakan tanaman air mentah yang mengandung kista

metaserkaria. Kista metaserkaria akan mengalami eksistasi di dalam deudenum dan melekat

pada dinding usus. Berkembang menjadi cacing dewasa dalam waktu kurang lebih 3 bulan,

melekat pada dinding usus hospes mamalia ( manusia dan babi) sebagai hospes definitive.

Jangka hidup cacing dewasa kurang lebih satu tahun. Hospes perantara pertama F.buski adalah

siput planorbid genus Segmentina, Hipeutis, dan Gyraulus. Kista metaserkaria pada tanaman air

tawar yakni water caltrop pada umbi chestnut, water lily dan tanaman air yang lain.

PATOGENESIS DAN PATOLOGI

Cacing melekat pada mukosa duodenum,yeyenum, dan pada infeksi berat dapat ditemukan

pada pylorus, ileum dan kolon.

Pada tempat perlekatan cacing menyebabkan inflamasi, sekresi mucus dan ulserasi,

selanjutnya menyebabkan erosi dan pendarahan ( hemorrhage).

Infeksi berat dengan jumlah cacing yang banyak, menyebabkan sumbatan pada usus. Kasus

berat pada anak-anak ditandai dengan gejala intoksikasi dan sensitivitasasi karena absopsi

sisa metabolism cacing. Edema muka dan ekstremitas akibat dari hipoalbuminemia

Page 10: TREMATODA

sekunder sampai malabsorpsi atau kehilangan protein karena enteropati. Gangguan

penyerapan vitamin B12 dan penurunan vitamin B12 dalam serum kadang-kadang terjadi.

MANIFESTASI KLINIS

Infeksi ringan umumnya tidak menunjukkan gejala klinis (asimtomatis).

Pada infeksi berat menimbulkan gejala diare disertai rasa sakit (hunger pain) dan tungkak

lambung. Pada awalnya diare diselingi kontipasi tetapi selanjutnya diare menetap. Tinja

berwarna kuning kehijauan, berbau busuk dan mengandung makanan yang tidak tercerna.

Nafsu makan normal, tetapi dapat juga anoreksia, mual dan muntah.

Pada kasus berat menimbulkan anaraksa,asitesis, kulit menjadi kering dan kasar. Kematian

jarang terjadi, pada umumnya terkait dengan kekurusan yang berat dan kelemahan tubuh.

DIAGNOSIS

Diagnosis spesifik ditegakkan dari pemeriksaan tinja atau bahan muntahan ditemukan telur

yang khas atau dewasa.