trend dan isu pembangunan kesehatan
TRANSCRIPT
TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dari kehidupan
seseorang Kesehatan sebagai hak asasi telah menjadi kebutuhan mendasar dan
tentunya menjadi kewajiban negara dalam upaya pemenuhannya Kesehatan juga
komponen pembangunan yang memiliki nilai ldquoinvestatifrdquo hal ini dikarenakan
berbicara tentang kesehatan maka akan membicarakan juga tentang ketersediaan
tenaga siap pakai dalam hal ini Sumber Daya Manusia yang sehat dan produktif
tentunya Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa
Indonesia baik masyarakat swasta maupun pemerintah
Tak bisa kita pungkiri pergantian tampuk pemerintahan ternyata belum
memberikan nuansa baru dalam pembangunan kesehatan Bisa dikatakan
kesehatan belum menjadi isu utama dalam strategi pembangunan di Indonesia
padahal kita sadari betul bahwa kesehatan juga merupakan factor penentu dalam
pembangunan suatu bangsa Lemahnya pembangunan disektor kesehatan dapat
kita lihat dari angka Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)
negara kita selalu stagnan pada kisaran 117-112 dari sekitar 175 negara meskipun
pada tahun 2008 sempat naik ke peringkat 109 tetapi pada tahun 2009 justru
kembali turun pada posisi 112 Sebagai catatan HDI adalah ukuran keberhasilan
pembangunan nasional suatu bangsa yang dilihat dari parameter pembangunan
ekonomi kesehatan dan pendidikan Ironisnya rentetan pergantian tampuk
kekuasaan selama beberapa dekade terakhir pun tak kunjung membawa angin
perubahan
Akhir tahun 2009 dalam hal masalah kesehatan justru ditutup dengan
pemberitaan pada sebuah koran lokal kota Makassar tentang meningkatnya kasus
gizi buruk disalah satu kabupaten di Sulawesi Selatan Hal ini tentunya sangat
menyedihkan dimana Sulawesi Seletan sendiri merupakan lumbung pangan
Indonesia tetapi justru bisa ditemukan kejadian seperti ini Belum lagi melihat
problem-problem kesehatan semacamnya diberbagai daerah di Indonesia tentunya
semakin menguatkan pandangan kita bahwa kesehatan bangsa ini masih sangat
jauh dari harapan Dan sebuah pukulan besar bagi penyelenggara pembangunan
kesehatan dalam hal ini pemerintah adalah munculnya ldquoFenomena Ponarirdquo Hal ini
jelas menunjukkan kegagalan pemerintah dalam promosi kesehatan dan perilaku
kesehatan masyarakat Selain itu fenomena ini juga menunjukkan bahwa minimnya
kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan diperparah dengan sulitnya mengakses
pelayanan kesehatan sehingga masyarakat cenderung selalu mencari pengobatan
alternatif
BAB II
PEMBAHASAN
Sehat merupakan hak yang fundamental bagi seluruh warga negara di
Indonesia Strategi Kementerian Kesehatan dalam pembangunan kesehatan adalah
dengan berbasis preventif dan promotif (2010-2014) Hal tersebut disampaikan
Menkes dr Endang Rahayu Sedyaningsih MPH Dr PH dalam Seminar Nasional
ldquoMewujudkan Kemandirian Kesehatan Masyarakat Berbasis Preventif dan Promotifrdquo
yang diselenggrakan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
pada hari Sabtu 13 Maret 2010 di Semarang
Pembangunan kesehatan mencakup preventif dan promotif untuk
mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan Rencana pembangunan
kesehatan Indonesia tahun 2005-2025 seperti yang terdapat dalam UU No 17 tahun
2007 merupakan pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengedepankan
SDM yang berkualitas dan berdaya saing Pembangunan kesehatan tersebut
dilakukan dengan peningkatan kesadaran kemauan dan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat untuk meningkatkan derajat kesehtan masyarakat setinggi-
tingginya
Menkes mengatakan SDM Indonesia harus tangguh produktif dan mampu
bersaing dengan tantangan yang ada Selain itu pembangunan kesehatan tahun
2005-2025 memberikan perhatian yang khusus terhadap penduduk yang rentan
yaitu ibu bayi anak usia lanjut dan penduduk miskin dengan sasaran
pembangunan kesehatan di akhir tahun 2014 adalah peningkatan dasar kesehatan
masyarakat melalui peningkatan derajat kesehatan yang terdapat di MDGrsquos
Meningkatanya derajat kesehatan masyarakat melalui percepatan pencapaian
MDGrsquos antara lain
1 Meningkatnya umur harapan hidup menjadi 72 tahun
2 Menurunnya angka kematian bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup
3 Menurunnya angka kematian ibu melahirkan menjadi 118 per 100000
kelahiran hidup serta
4 Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi kurang dari 15
Visi pembangunan kesehatan seperti yang diktakan Menkes yaitu mewujudkan
masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan meningkatkan pelayanan
kesehatan yang merata dan mandiri menjamin tersedianya sumber daya kesehtaan
yang bermutu dan berkeadilan menata pemerintahan kesehatan yang baik
pembiayaan kesehatan yang terjangkau ketersediaan obat manajemen kesehatan
yang transparan
Seperti yang disampaikan Menkes Angka Kematian Neonatal turun menjadi 20
per 1000 kelahiran hidup Angka Kematian Anak Balita turun menjadi 44 per 1000
kelahiran hidup Angka Kematian Bayi menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup
Prevalensi gizi buruk di 19 Provinsi masih di atas prevalensi nasional dimana
prevalensi nasional 184
Pada aspek ketersediaan pelayanan kesehatan Pemerintah telah membangun
8548 Puskesmas 22337 Pustu(Puskesmas Pembantu) 6711 Puskesmas keliling
roda 4 serta 858 Puskesmas keliling perahukapal
Menurut Menkes upaya kesehatan dasar harus menunjukkan peduli terhadap
kelompok yang berisiko tinggi yaitu masyarakat miskin bayi ibu anak dan
penduduk usia lanjut Revitalisasi Puskesmas merupakan kebijakan pembangunan
kesehatan dengan arah preventif dan promotif Dimana visi Puskesmas antara lain
1) Pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan
2) Pusat pemberdayaan masyarakat
3) Pusat pelayanan kesehtan masyrakat primer
4) Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer
Menkes juga mengatakan ada 3 level pencegahan ( 3 level of prevention)
sebagai pendekatan pelaksanaan visi Puskesmas yaitu health promotion and
specific protection early detection and prompt treatment dan rehabilitation and
disability limitation
Di UPTD Kabkota pembiayaan pemerintah dilakukan dengan subsidi melalui
BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) BOK tersebut digunakan untuk membangun
Puskesmas Untuk membangun Puskesmas keberhasilan program kesehatan
tergantung juga pada Dinkes dan lembaga lain di bawahnya serta pembangunan
kesehatan harus didukung oleh semua aspek kesehatan ujar Menkes
Yang harus dipahami oleh mahasiswa Kesehatan Masyarakat antara lain
mengenai Jaminan Sosial Nasional BOK revitalisasi UPTD system pengadaan
distribusi penjagaan dari kualitas obatharga obat(generik) pemanfaatan SDM
kesehatan yang saat ini telah banyak yang bersinergi dengan pelayanan kesehatan
serta masalah infeksi dan penyakit (misalnya penyediaan air bersih yang ada
ditangan PU) tutur Menkes
pembangunan kesehatan hendaknya dapat menciptakan Indonesia yang
damai sejahtera mandiri merata dan berkeadilan
Dicetuskannya ldquoVisi Indonesia Sehat 2010rdquo pada tahun 1999 seakan
memberikan angin segar dan harapan dalam pembagunan kesehatan Diharapakan
pada tahun 2010 bangsa Indonesia akan mencapai tingkat kesehatan tertentu
dengan ditandai dengan penduduknya yang
1 Hidup dalam lingkungan yang sehat
2 Mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat
3 Mampu menyediakan dan memanfaatkan (menjangkau) pelayanan kesehatan
yang bermutu
4 Memiliki derajat kesehatan yang tinggi
Selain itu secara garis besar visi ini juga memberikan gambaran bertahap
tentang pembangunan kesehatan yaitu Desa Sehat akan terwujud pada tahun
2003 kecamatan sehat pada tahun 2004 kabupaten sehat pada 2005 dan berturut-
turut propinsi dan negara sehat pada tahun 2006 dan 2007 Tetapi tanpa melihat
indikator-indikator kecilnya saja secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa Visi
Indonesia Sehat 2010 ini tidak tercapai
Mencermati hal diatas sampai pada akhir tahun 2009 ini ada beberapa Tren
mendasar dalam pembangunan kesehatan diantaranya
Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh
terpadu dan berkesinambungan Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat
peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masih terlihat sangat kurang
Pemerintah selama ini hanya berkutat dan menghabiskan banyak anggaran di
bidang pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif Pemerintah ternyata masih belum
beranjak dari paradigma sakit
Kualitas pelayanan rumah sakit sebagai sarana pelayanan rujukan masih
dirasakan sangat kurang Dengan keadaan seperti ini tidak mengherankan bila
derajat kesehatan masyarakat di Indonesia belum memuaskan Angka Kematian
Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi yakni masing-masing
501000 kelahiran hidup dan 373100000 kelahiran hidup Sedangkan umur
harapan hidup masih rendah yakni rata-rata 662 tahun
Pembiayaan Kesehatan
Dalam hal pembiyaian kesehatan negara kita sangatlah jauh dari ideal Terget
biaya kesehatan yang seharusnya 15 per tahun 2010 dalam anggaran APBD
ternyata hanya terpenuhi 58 per 2008 Untuk tahun 2009 pemerintah hanya
mengalokasikan anggaran pembangunan kesehatan sebesar 25 dari total APBN
Sungguh mengecewakan
Keadaan ini diperparah dengan tidak meratanya anggaran kesehatan dari
masing-masing daerah akibat desentralisasi Pengalokasian dana bersumber
pemerintah belum efektif Dana pemerintah lebih banyak dialokasikan pada upaya
kuratif dan sementara itu besarnya dana yang dialokasikan untuk upaya promotif
dan preventif sangat terbatas Pembelanjaan dana pemerintah belum cukup adil
untuk mengedepankan upaya kesehatan masyarakat dan bantuan untuk keluarga
miskin Mobilisasi sumber pembiayaan kesehatan dari masyarakat masih terbatas
serta bersifat perorangan (out of pocket) Jumlah masyarakat yang memiliki jaminan
kesehatan masih terbatas yakni kurang dari 20 penduduk Metoda pembayaran
kepada penyelenggara pelayanan masih didominasi oleh pembayaran tunai
sehingga mendorong penyelenggaraan dan pemakaian pelayanan kesehatan secara
berlebihan serta meningkatnya biaya kesehatan Demikian pula penerapan teknologi
canggih dan perubahan pola penyakit sebagai akibat meningkatnya umur harapan
hidup akan mendorong meningkatnya biaya kesehatan tidak dapat dihindari
Tingginya angka kesakitan juga berdampak terhadap biaya kesehatan yang pada
gilirannya akan memperberat beban ekonomi Hal ini terkait dengan besarnya dana
yang harus dikeluarkan untuk berobat serta hilangnya pendapatan akibat tidak
bekerja Sebagai contoh beban dan atau kerugian ekonomi yang diakibatkan
penyakit TBC di Indonesia diperkirakan tidak kurang dari Rp 25 triliuntahun
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sumber daya kesehatan teritama sumber daya manusia di negara ini masih
belum memadai Terlibih masalah distribusi tenaga kesehatan Distribusi tenaga
kesehatan sampai saat ini belum bisa dikatakan menggembirakan Sekalipun sejak
tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan
sistem PTT Tercatat rasio dokter terhadap Puskesmas untuk kawasan Indonesia
bagian barat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian timur Rasio
tenaga dokter terhadap Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara = 084 dibanding
dengan Provinsi NTT = 026 dan Provinsi Papua = 012 Belum lagi soal tenagar
kesehatan para medis lainnya
Mutu SDM Kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin dari
rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan permasalahan
yang terdapat di dalam pembangunan kesehatan berbasis preventif dan promotif
terltak pada ketersediaan SDM kesehatan selain pelayanan kesehatan dan sistem
manajemen kesehatan yang mana permasalahan tersebut juga fundamnental
Pembangunan kesehatan Indonesia pada masa kabinet Indonesa Bersatu ke-2
mengarah pada suatu kondisi atau program kesehatan yang memegang prinsip
paradigma sehat yang berupaya secara komprehensif dalam upaya promotif dan
preventif Upaya ini dilaksanakan demi terwujudnya suatu kondisi sehat yang
mandiri dari masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat
menunjukkan suatu peningkatan yang optimal dan menyeluruh serta mengubah
suatu paradigma dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran serta dari seluruh lapisan
masyarakat serta peran pemerintah maupun tenaga kesehatan Kondisi sehat yang
komprehensif tidak akan tercapai apabila ketersediaan dan distribusi SDM atau
tenaga kesehatan hanya berkutat pada kawasan atau daerah yang tergolong maju
serta mengabaikan kesehatan di daerah teringgal terpencil kepulauan maupun
perbatasan Kesehatan di daerah tertinggal menjadi salah satu kebutuhan dasar
masyarakat (basic need) Tetapi sejauh mana kondisi kesehatan masyarakat tentu
kita dapat melihatnya sendiri
Pembangunan kesehatan di daerah tertinggal pada dasarnya diupayakan
dalam hal peningkatan mutu SDM yang cerdas sehat serta produktif Dan
pembangunan kesehatan di daerah tertinggal akan menunjukkan hasil yang nyata
maupun menunjukkan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang
berkesinambungan apabila tersedia layanan kesehatan serta SDM kesehatan yang
merata peningkatan mutu SDM kesehatan tersedianya jaminan kesehatan maupun
tersedianya upaya pendidikan dan promosi kesehatan untuk mengembangkan
kesadaran masyrakat dalam mewujudkan perilaku hidup sehat demi tercapainya
pningkatan derajat kesehatan masyarakat yang mandiri
Upaya tersebut dihadapkan pada beberapa hambatan yang cukup signifikan
khususnya di daerah-daerah tertinggal Pertama sebanyak 30 persen puskesmas di
kabupaten tertinggal (53 kabupaten) memiliki beban melayani lebih dari 20000
jumlah penduduk Kedua sebanyak 70 persen puskesmas di kabupaten tertinggal
(102 kabupaten) memiliki beban melayani penduduk dengan luas wilayah lebih dari
200 km2 Ketiga ketersediaan bidan desa (18213 bidan desa) baru memenuhi 50
persen jumlah desa yang membutuhkan Keempat jumlah dan fungsi upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) masih jauh dari kebutuhan Terjadi
banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan ketersediaan tenaga
Kesehatan yang berada di daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah
tertinggal Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah tersebut menyebabkan
banyak terjadi masalah kesehatan Kesulitan dalam menjangkau daerah tersebut
menyebabkan kurang berminatnya tenaga kesehatan untuk datang ke daerah
tersebut Sehingga kondisi geografis maupun infrastruktur suatu daerah menjadi
salah satu indikator maupun faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dari
pembangunan kesehatan Selain itu pemerintah memegang peranan penting dalam
distribusi SDM kesehatan
Masalah ketersediaan dan distribusi SDM kesehatan di daerah terpencil
tertinggal perbatasan dan kepulauan (DPTK) terletak pada faktor efisiensi
efektifitas maupun mutu dari SDM kesehatan yang meliputi distribusi SDM
kesehatan yang belum merata perencanaan program kesehatan belum optimal
rendahnya mutu SDM kesehatan informasi yang tidak akurat mengenai kondisi
suatu daerah serta keterbatasan sumber daya pendukung
Ketersediaan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan di daerah terpencil
tertinggal perbatasan dan kepulauan merupakan masalah sekaligus sebagai
tantangan di dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia Hal ini
tampak dari paparan program 100 hari Departemen Kesehatan yang merencanakan
program peningkatan jumlah jenis dan mutu di DTPK Tantangan yang sedang
dihadapi sekarang ialah tenaga kesehatan itu sendiri yang kurang motivasi untuk
menjangkau daerah tersebut Banyak faktor karena daerah-daerah tersebut kurang
menjadi daya tarik da daya dorong untuk menempati daerah tersebut masih kecil
sehingga hamper tak dilirik oleh tenaga kesehatan untuk menempati daerah
tersebut
Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pemberdayaan
masyarakat Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat
banyak didirikan antara lain dalam bentuk Posyandu Polindes Pos Obat Desa
serta Pos Upaya Kesehatan Kerja Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan
pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai
yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti yayasan kanker Indonesia
yayasan jantung Indonesia yayasan thalasemia Indonesia serta yayasan ginjal
Indonesia Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai
gerakan seperti Koalisi Indonesia Sehat Gebrak Malaria Gerdunas TB Gerakan
Sayang Ibu gerakan anti madat serta gerakan pita putih (kesehatan ibu) dan
gerakan pita merah (HIVAIDS) Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti
mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam
mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih
dilaksanakan secara terbatas Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih
dalam bentuk mobilisasi masyarakat Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam
bentuk pelayanan advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program
pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan
Manajemen Kesehatan
Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan Inkonsistensi
antara pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi
salah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan
Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010 ketidak jelasanSistem Jaminan
Sosial Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan
buramnya prospek kesehatan bangsa ini
Pada sisi lain desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negatif
Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam
program pembangunan kesehatan adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan
tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010
Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia
Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan
bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang
tinggi juga bisa terwujud
Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari
DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan
jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan
Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan
masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap
individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status
sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah
Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang
mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah
dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor
swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah
agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari
DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga
dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh
lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan
Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi
kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi
tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap
asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya
dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi
mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka
yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap
penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik
Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan
pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi
angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya
Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia
bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan
kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan
kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam
perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka
kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika
kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang
menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara
Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah
menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari
DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan
angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan
Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan
Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa
(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta
Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan
akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit
dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh
karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat
diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini
sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan
untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai
pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi
bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas
bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal
tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan
10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit
TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana
Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di
daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang
menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat
bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang
diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas
oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa
peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan
mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan
(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat
dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif
bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli
gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten
apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK
Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh
pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu
hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti
jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta
insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal
tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata
meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu
akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu
di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan
mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap
pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya
adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli
terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga
kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya
puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi
lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya
dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas
2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat
mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan
kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya
informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu
Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas
dugaan terjadinya mal praktek dokter
Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan
yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa
dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah
lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga
kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan
produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka
diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien
fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan
lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin
dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan
yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak
tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada
kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil
daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio
perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar
adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada
kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS
adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal
Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah
tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS
dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga
kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat
dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan
1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)
dan
2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)
Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan
kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing
tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi
pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat
menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan
Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya
keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak
pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah
lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini
juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang
termasuk DTPK
Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-
daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam
wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru
infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang
menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena
dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan
tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya
Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk
wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses
kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju
jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-
daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan
ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan
harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir
tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan
tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke
daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara
maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan
perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)
sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi
serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus
sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia
PENUTUP
A KESIMPULAN
prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk
masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas
haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan
perlu dipertajam dengan jalan antara lain
1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak
berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan
penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi
masyarakat
2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya
operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik
eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan
3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu
masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah
pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain
sebagainya
4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah
sakit-rumah sakit stroke
DAFTAR PUSTAKA
httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml
http
Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas
ariIKhtm
httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm
- TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
-
menyedihkan dimana Sulawesi Seletan sendiri merupakan lumbung pangan
Indonesia tetapi justru bisa ditemukan kejadian seperti ini Belum lagi melihat
problem-problem kesehatan semacamnya diberbagai daerah di Indonesia tentunya
semakin menguatkan pandangan kita bahwa kesehatan bangsa ini masih sangat
jauh dari harapan Dan sebuah pukulan besar bagi penyelenggara pembangunan
kesehatan dalam hal ini pemerintah adalah munculnya ldquoFenomena Ponarirdquo Hal ini
jelas menunjukkan kegagalan pemerintah dalam promosi kesehatan dan perilaku
kesehatan masyarakat Selain itu fenomena ini juga menunjukkan bahwa minimnya
kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan diperparah dengan sulitnya mengakses
pelayanan kesehatan sehingga masyarakat cenderung selalu mencari pengobatan
alternatif
BAB II
PEMBAHASAN
Sehat merupakan hak yang fundamental bagi seluruh warga negara di
Indonesia Strategi Kementerian Kesehatan dalam pembangunan kesehatan adalah
dengan berbasis preventif dan promotif (2010-2014) Hal tersebut disampaikan
Menkes dr Endang Rahayu Sedyaningsih MPH Dr PH dalam Seminar Nasional
ldquoMewujudkan Kemandirian Kesehatan Masyarakat Berbasis Preventif dan Promotifrdquo
yang diselenggrakan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
pada hari Sabtu 13 Maret 2010 di Semarang
Pembangunan kesehatan mencakup preventif dan promotif untuk
mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan Rencana pembangunan
kesehatan Indonesia tahun 2005-2025 seperti yang terdapat dalam UU No 17 tahun
2007 merupakan pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengedepankan
SDM yang berkualitas dan berdaya saing Pembangunan kesehatan tersebut
dilakukan dengan peningkatan kesadaran kemauan dan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat untuk meningkatkan derajat kesehtan masyarakat setinggi-
tingginya
Menkes mengatakan SDM Indonesia harus tangguh produktif dan mampu
bersaing dengan tantangan yang ada Selain itu pembangunan kesehatan tahun
2005-2025 memberikan perhatian yang khusus terhadap penduduk yang rentan
yaitu ibu bayi anak usia lanjut dan penduduk miskin dengan sasaran
pembangunan kesehatan di akhir tahun 2014 adalah peningkatan dasar kesehatan
masyarakat melalui peningkatan derajat kesehatan yang terdapat di MDGrsquos
Meningkatanya derajat kesehatan masyarakat melalui percepatan pencapaian
MDGrsquos antara lain
1 Meningkatnya umur harapan hidup menjadi 72 tahun
2 Menurunnya angka kematian bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup
3 Menurunnya angka kematian ibu melahirkan menjadi 118 per 100000
kelahiran hidup serta
4 Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi kurang dari 15
Visi pembangunan kesehatan seperti yang diktakan Menkes yaitu mewujudkan
masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan meningkatkan pelayanan
kesehatan yang merata dan mandiri menjamin tersedianya sumber daya kesehtaan
yang bermutu dan berkeadilan menata pemerintahan kesehatan yang baik
pembiayaan kesehatan yang terjangkau ketersediaan obat manajemen kesehatan
yang transparan
Seperti yang disampaikan Menkes Angka Kematian Neonatal turun menjadi 20
per 1000 kelahiran hidup Angka Kematian Anak Balita turun menjadi 44 per 1000
kelahiran hidup Angka Kematian Bayi menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup
Prevalensi gizi buruk di 19 Provinsi masih di atas prevalensi nasional dimana
prevalensi nasional 184
Pada aspek ketersediaan pelayanan kesehatan Pemerintah telah membangun
8548 Puskesmas 22337 Pustu(Puskesmas Pembantu) 6711 Puskesmas keliling
roda 4 serta 858 Puskesmas keliling perahukapal
Menurut Menkes upaya kesehatan dasar harus menunjukkan peduli terhadap
kelompok yang berisiko tinggi yaitu masyarakat miskin bayi ibu anak dan
penduduk usia lanjut Revitalisasi Puskesmas merupakan kebijakan pembangunan
kesehatan dengan arah preventif dan promotif Dimana visi Puskesmas antara lain
1) Pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan
2) Pusat pemberdayaan masyarakat
3) Pusat pelayanan kesehtan masyrakat primer
4) Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer
Menkes juga mengatakan ada 3 level pencegahan ( 3 level of prevention)
sebagai pendekatan pelaksanaan visi Puskesmas yaitu health promotion and
specific protection early detection and prompt treatment dan rehabilitation and
disability limitation
Di UPTD Kabkota pembiayaan pemerintah dilakukan dengan subsidi melalui
BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) BOK tersebut digunakan untuk membangun
Puskesmas Untuk membangun Puskesmas keberhasilan program kesehatan
tergantung juga pada Dinkes dan lembaga lain di bawahnya serta pembangunan
kesehatan harus didukung oleh semua aspek kesehatan ujar Menkes
Yang harus dipahami oleh mahasiswa Kesehatan Masyarakat antara lain
mengenai Jaminan Sosial Nasional BOK revitalisasi UPTD system pengadaan
distribusi penjagaan dari kualitas obatharga obat(generik) pemanfaatan SDM
kesehatan yang saat ini telah banyak yang bersinergi dengan pelayanan kesehatan
serta masalah infeksi dan penyakit (misalnya penyediaan air bersih yang ada
ditangan PU) tutur Menkes
pembangunan kesehatan hendaknya dapat menciptakan Indonesia yang
damai sejahtera mandiri merata dan berkeadilan
Dicetuskannya ldquoVisi Indonesia Sehat 2010rdquo pada tahun 1999 seakan
memberikan angin segar dan harapan dalam pembagunan kesehatan Diharapakan
pada tahun 2010 bangsa Indonesia akan mencapai tingkat kesehatan tertentu
dengan ditandai dengan penduduknya yang
1 Hidup dalam lingkungan yang sehat
2 Mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat
3 Mampu menyediakan dan memanfaatkan (menjangkau) pelayanan kesehatan
yang bermutu
4 Memiliki derajat kesehatan yang tinggi
Selain itu secara garis besar visi ini juga memberikan gambaran bertahap
tentang pembangunan kesehatan yaitu Desa Sehat akan terwujud pada tahun
2003 kecamatan sehat pada tahun 2004 kabupaten sehat pada 2005 dan berturut-
turut propinsi dan negara sehat pada tahun 2006 dan 2007 Tetapi tanpa melihat
indikator-indikator kecilnya saja secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa Visi
Indonesia Sehat 2010 ini tidak tercapai
Mencermati hal diatas sampai pada akhir tahun 2009 ini ada beberapa Tren
mendasar dalam pembangunan kesehatan diantaranya
Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh
terpadu dan berkesinambungan Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat
peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masih terlihat sangat kurang
Pemerintah selama ini hanya berkutat dan menghabiskan banyak anggaran di
bidang pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif Pemerintah ternyata masih belum
beranjak dari paradigma sakit
Kualitas pelayanan rumah sakit sebagai sarana pelayanan rujukan masih
dirasakan sangat kurang Dengan keadaan seperti ini tidak mengherankan bila
derajat kesehatan masyarakat di Indonesia belum memuaskan Angka Kematian
Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi yakni masing-masing
501000 kelahiran hidup dan 373100000 kelahiran hidup Sedangkan umur
harapan hidup masih rendah yakni rata-rata 662 tahun
Pembiayaan Kesehatan
Dalam hal pembiyaian kesehatan negara kita sangatlah jauh dari ideal Terget
biaya kesehatan yang seharusnya 15 per tahun 2010 dalam anggaran APBD
ternyata hanya terpenuhi 58 per 2008 Untuk tahun 2009 pemerintah hanya
mengalokasikan anggaran pembangunan kesehatan sebesar 25 dari total APBN
Sungguh mengecewakan
Keadaan ini diperparah dengan tidak meratanya anggaran kesehatan dari
masing-masing daerah akibat desentralisasi Pengalokasian dana bersumber
pemerintah belum efektif Dana pemerintah lebih banyak dialokasikan pada upaya
kuratif dan sementara itu besarnya dana yang dialokasikan untuk upaya promotif
dan preventif sangat terbatas Pembelanjaan dana pemerintah belum cukup adil
untuk mengedepankan upaya kesehatan masyarakat dan bantuan untuk keluarga
miskin Mobilisasi sumber pembiayaan kesehatan dari masyarakat masih terbatas
serta bersifat perorangan (out of pocket) Jumlah masyarakat yang memiliki jaminan
kesehatan masih terbatas yakni kurang dari 20 penduduk Metoda pembayaran
kepada penyelenggara pelayanan masih didominasi oleh pembayaran tunai
sehingga mendorong penyelenggaraan dan pemakaian pelayanan kesehatan secara
berlebihan serta meningkatnya biaya kesehatan Demikian pula penerapan teknologi
canggih dan perubahan pola penyakit sebagai akibat meningkatnya umur harapan
hidup akan mendorong meningkatnya biaya kesehatan tidak dapat dihindari
Tingginya angka kesakitan juga berdampak terhadap biaya kesehatan yang pada
gilirannya akan memperberat beban ekonomi Hal ini terkait dengan besarnya dana
yang harus dikeluarkan untuk berobat serta hilangnya pendapatan akibat tidak
bekerja Sebagai contoh beban dan atau kerugian ekonomi yang diakibatkan
penyakit TBC di Indonesia diperkirakan tidak kurang dari Rp 25 triliuntahun
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sumber daya kesehatan teritama sumber daya manusia di negara ini masih
belum memadai Terlibih masalah distribusi tenaga kesehatan Distribusi tenaga
kesehatan sampai saat ini belum bisa dikatakan menggembirakan Sekalipun sejak
tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan
sistem PTT Tercatat rasio dokter terhadap Puskesmas untuk kawasan Indonesia
bagian barat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian timur Rasio
tenaga dokter terhadap Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara = 084 dibanding
dengan Provinsi NTT = 026 dan Provinsi Papua = 012 Belum lagi soal tenagar
kesehatan para medis lainnya
Mutu SDM Kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin dari
rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan permasalahan
yang terdapat di dalam pembangunan kesehatan berbasis preventif dan promotif
terltak pada ketersediaan SDM kesehatan selain pelayanan kesehatan dan sistem
manajemen kesehatan yang mana permasalahan tersebut juga fundamnental
Pembangunan kesehatan Indonesia pada masa kabinet Indonesa Bersatu ke-2
mengarah pada suatu kondisi atau program kesehatan yang memegang prinsip
paradigma sehat yang berupaya secara komprehensif dalam upaya promotif dan
preventif Upaya ini dilaksanakan demi terwujudnya suatu kondisi sehat yang
mandiri dari masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat
menunjukkan suatu peningkatan yang optimal dan menyeluruh serta mengubah
suatu paradigma dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran serta dari seluruh lapisan
masyarakat serta peran pemerintah maupun tenaga kesehatan Kondisi sehat yang
komprehensif tidak akan tercapai apabila ketersediaan dan distribusi SDM atau
tenaga kesehatan hanya berkutat pada kawasan atau daerah yang tergolong maju
serta mengabaikan kesehatan di daerah teringgal terpencil kepulauan maupun
perbatasan Kesehatan di daerah tertinggal menjadi salah satu kebutuhan dasar
masyarakat (basic need) Tetapi sejauh mana kondisi kesehatan masyarakat tentu
kita dapat melihatnya sendiri
Pembangunan kesehatan di daerah tertinggal pada dasarnya diupayakan
dalam hal peningkatan mutu SDM yang cerdas sehat serta produktif Dan
pembangunan kesehatan di daerah tertinggal akan menunjukkan hasil yang nyata
maupun menunjukkan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang
berkesinambungan apabila tersedia layanan kesehatan serta SDM kesehatan yang
merata peningkatan mutu SDM kesehatan tersedianya jaminan kesehatan maupun
tersedianya upaya pendidikan dan promosi kesehatan untuk mengembangkan
kesadaran masyrakat dalam mewujudkan perilaku hidup sehat demi tercapainya
pningkatan derajat kesehatan masyarakat yang mandiri
Upaya tersebut dihadapkan pada beberapa hambatan yang cukup signifikan
khususnya di daerah-daerah tertinggal Pertama sebanyak 30 persen puskesmas di
kabupaten tertinggal (53 kabupaten) memiliki beban melayani lebih dari 20000
jumlah penduduk Kedua sebanyak 70 persen puskesmas di kabupaten tertinggal
(102 kabupaten) memiliki beban melayani penduduk dengan luas wilayah lebih dari
200 km2 Ketiga ketersediaan bidan desa (18213 bidan desa) baru memenuhi 50
persen jumlah desa yang membutuhkan Keempat jumlah dan fungsi upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) masih jauh dari kebutuhan Terjadi
banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan ketersediaan tenaga
Kesehatan yang berada di daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah
tertinggal Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah tersebut menyebabkan
banyak terjadi masalah kesehatan Kesulitan dalam menjangkau daerah tersebut
menyebabkan kurang berminatnya tenaga kesehatan untuk datang ke daerah
tersebut Sehingga kondisi geografis maupun infrastruktur suatu daerah menjadi
salah satu indikator maupun faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dari
pembangunan kesehatan Selain itu pemerintah memegang peranan penting dalam
distribusi SDM kesehatan
Masalah ketersediaan dan distribusi SDM kesehatan di daerah terpencil
tertinggal perbatasan dan kepulauan (DPTK) terletak pada faktor efisiensi
efektifitas maupun mutu dari SDM kesehatan yang meliputi distribusi SDM
kesehatan yang belum merata perencanaan program kesehatan belum optimal
rendahnya mutu SDM kesehatan informasi yang tidak akurat mengenai kondisi
suatu daerah serta keterbatasan sumber daya pendukung
Ketersediaan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan di daerah terpencil
tertinggal perbatasan dan kepulauan merupakan masalah sekaligus sebagai
tantangan di dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia Hal ini
tampak dari paparan program 100 hari Departemen Kesehatan yang merencanakan
program peningkatan jumlah jenis dan mutu di DTPK Tantangan yang sedang
dihadapi sekarang ialah tenaga kesehatan itu sendiri yang kurang motivasi untuk
menjangkau daerah tersebut Banyak faktor karena daerah-daerah tersebut kurang
menjadi daya tarik da daya dorong untuk menempati daerah tersebut masih kecil
sehingga hamper tak dilirik oleh tenaga kesehatan untuk menempati daerah
tersebut
Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pemberdayaan
masyarakat Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat
banyak didirikan antara lain dalam bentuk Posyandu Polindes Pos Obat Desa
serta Pos Upaya Kesehatan Kerja Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan
pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai
yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti yayasan kanker Indonesia
yayasan jantung Indonesia yayasan thalasemia Indonesia serta yayasan ginjal
Indonesia Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai
gerakan seperti Koalisi Indonesia Sehat Gebrak Malaria Gerdunas TB Gerakan
Sayang Ibu gerakan anti madat serta gerakan pita putih (kesehatan ibu) dan
gerakan pita merah (HIVAIDS) Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti
mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam
mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih
dilaksanakan secara terbatas Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih
dalam bentuk mobilisasi masyarakat Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam
bentuk pelayanan advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program
pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan
Manajemen Kesehatan
Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan Inkonsistensi
antara pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi
salah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan
Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010 ketidak jelasanSistem Jaminan
Sosial Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan
buramnya prospek kesehatan bangsa ini
Pada sisi lain desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negatif
Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam
program pembangunan kesehatan adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan
tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010
Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia
Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan
bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang
tinggi juga bisa terwujud
Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari
DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan
jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan
Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan
masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap
individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status
sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah
Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang
mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah
dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor
swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah
agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari
DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga
dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh
lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan
Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi
kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi
tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap
asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya
dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi
mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka
yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap
penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik
Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan
pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi
angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya
Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia
bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan
kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan
kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam
perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka
kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika
kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang
menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara
Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah
menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari
DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan
angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan
Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan
Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa
(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta
Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan
akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit
dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh
karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat
diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini
sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan
untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai
pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi
bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas
bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal
tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan
10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit
TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana
Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di
daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang
menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat
bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang
diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas
oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa
peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan
mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan
(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat
dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif
bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli
gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten
apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK
Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh
pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu
hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti
jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta
insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal
tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata
meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu
akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu
di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan
mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap
pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya
adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli
terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga
kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya
puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi
lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya
dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas
2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat
mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan
kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya
informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu
Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas
dugaan terjadinya mal praktek dokter
Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan
yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa
dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah
lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga
kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan
produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka
diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien
fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan
lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin
dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan
yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak
tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada
kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil
daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio
perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar
adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada
kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS
adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal
Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah
tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS
dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga
kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat
dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan
1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)
dan
2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)
Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan
kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing
tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi
pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat
menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan
Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya
keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak
pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah
lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini
juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang
termasuk DTPK
Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-
daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam
wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru
infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang
menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena
dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan
tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya
Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk
wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses
kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju
jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-
daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan
ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan
harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir
tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan
tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke
daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara
maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan
perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)
sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi
serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus
sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia
PENUTUP
A KESIMPULAN
prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk
masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas
haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan
perlu dipertajam dengan jalan antara lain
1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak
berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan
penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi
masyarakat
2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya
operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik
eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan
3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu
masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah
pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain
sebagainya
4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah
sakit-rumah sakit stroke
DAFTAR PUSTAKA
httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml
http
Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas
ariIKhtm
httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm
- TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
-
PEMBAHASAN
Sehat merupakan hak yang fundamental bagi seluruh warga negara di
Indonesia Strategi Kementerian Kesehatan dalam pembangunan kesehatan adalah
dengan berbasis preventif dan promotif (2010-2014) Hal tersebut disampaikan
Menkes dr Endang Rahayu Sedyaningsih MPH Dr PH dalam Seminar Nasional
ldquoMewujudkan Kemandirian Kesehatan Masyarakat Berbasis Preventif dan Promotifrdquo
yang diselenggrakan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
pada hari Sabtu 13 Maret 2010 di Semarang
Pembangunan kesehatan mencakup preventif dan promotif untuk
mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan Rencana pembangunan
kesehatan Indonesia tahun 2005-2025 seperti yang terdapat dalam UU No 17 tahun
2007 merupakan pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengedepankan
SDM yang berkualitas dan berdaya saing Pembangunan kesehatan tersebut
dilakukan dengan peningkatan kesadaran kemauan dan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat untuk meningkatkan derajat kesehtan masyarakat setinggi-
tingginya
Menkes mengatakan SDM Indonesia harus tangguh produktif dan mampu
bersaing dengan tantangan yang ada Selain itu pembangunan kesehatan tahun
2005-2025 memberikan perhatian yang khusus terhadap penduduk yang rentan
yaitu ibu bayi anak usia lanjut dan penduduk miskin dengan sasaran
pembangunan kesehatan di akhir tahun 2014 adalah peningkatan dasar kesehatan
masyarakat melalui peningkatan derajat kesehatan yang terdapat di MDGrsquos
Meningkatanya derajat kesehatan masyarakat melalui percepatan pencapaian
MDGrsquos antara lain
1 Meningkatnya umur harapan hidup menjadi 72 tahun
2 Menurunnya angka kematian bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup
3 Menurunnya angka kematian ibu melahirkan menjadi 118 per 100000
kelahiran hidup serta
4 Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi kurang dari 15
Visi pembangunan kesehatan seperti yang diktakan Menkes yaitu mewujudkan
masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan meningkatkan pelayanan
kesehatan yang merata dan mandiri menjamin tersedianya sumber daya kesehtaan
yang bermutu dan berkeadilan menata pemerintahan kesehatan yang baik
pembiayaan kesehatan yang terjangkau ketersediaan obat manajemen kesehatan
yang transparan
Seperti yang disampaikan Menkes Angka Kematian Neonatal turun menjadi 20
per 1000 kelahiran hidup Angka Kematian Anak Balita turun menjadi 44 per 1000
kelahiran hidup Angka Kematian Bayi menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup
Prevalensi gizi buruk di 19 Provinsi masih di atas prevalensi nasional dimana
prevalensi nasional 184
Pada aspek ketersediaan pelayanan kesehatan Pemerintah telah membangun
8548 Puskesmas 22337 Pustu(Puskesmas Pembantu) 6711 Puskesmas keliling
roda 4 serta 858 Puskesmas keliling perahukapal
Menurut Menkes upaya kesehatan dasar harus menunjukkan peduli terhadap
kelompok yang berisiko tinggi yaitu masyarakat miskin bayi ibu anak dan
penduduk usia lanjut Revitalisasi Puskesmas merupakan kebijakan pembangunan
kesehatan dengan arah preventif dan promotif Dimana visi Puskesmas antara lain
1) Pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan
2) Pusat pemberdayaan masyarakat
3) Pusat pelayanan kesehtan masyrakat primer
4) Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer
Menkes juga mengatakan ada 3 level pencegahan ( 3 level of prevention)
sebagai pendekatan pelaksanaan visi Puskesmas yaitu health promotion and
specific protection early detection and prompt treatment dan rehabilitation and
disability limitation
Di UPTD Kabkota pembiayaan pemerintah dilakukan dengan subsidi melalui
BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) BOK tersebut digunakan untuk membangun
Puskesmas Untuk membangun Puskesmas keberhasilan program kesehatan
tergantung juga pada Dinkes dan lembaga lain di bawahnya serta pembangunan
kesehatan harus didukung oleh semua aspek kesehatan ujar Menkes
Yang harus dipahami oleh mahasiswa Kesehatan Masyarakat antara lain
mengenai Jaminan Sosial Nasional BOK revitalisasi UPTD system pengadaan
distribusi penjagaan dari kualitas obatharga obat(generik) pemanfaatan SDM
kesehatan yang saat ini telah banyak yang bersinergi dengan pelayanan kesehatan
serta masalah infeksi dan penyakit (misalnya penyediaan air bersih yang ada
ditangan PU) tutur Menkes
pembangunan kesehatan hendaknya dapat menciptakan Indonesia yang
damai sejahtera mandiri merata dan berkeadilan
Dicetuskannya ldquoVisi Indonesia Sehat 2010rdquo pada tahun 1999 seakan
memberikan angin segar dan harapan dalam pembagunan kesehatan Diharapakan
pada tahun 2010 bangsa Indonesia akan mencapai tingkat kesehatan tertentu
dengan ditandai dengan penduduknya yang
1 Hidup dalam lingkungan yang sehat
2 Mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat
3 Mampu menyediakan dan memanfaatkan (menjangkau) pelayanan kesehatan
yang bermutu
4 Memiliki derajat kesehatan yang tinggi
Selain itu secara garis besar visi ini juga memberikan gambaran bertahap
tentang pembangunan kesehatan yaitu Desa Sehat akan terwujud pada tahun
2003 kecamatan sehat pada tahun 2004 kabupaten sehat pada 2005 dan berturut-
turut propinsi dan negara sehat pada tahun 2006 dan 2007 Tetapi tanpa melihat
indikator-indikator kecilnya saja secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa Visi
Indonesia Sehat 2010 ini tidak tercapai
Mencermati hal diatas sampai pada akhir tahun 2009 ini ada beberapa Tren
mendasar dalam pembangunan kesehatan diantaranya
Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh
terpadu dan berkesinambungan Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat
peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masih terlihat sangat kurang
Pemerintah selama ini hanya berkutat dan menghabiskan banyak anggaran di
bidang pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif Pemerintah ternyata masih belum
beranjak dari paradigma sakit
Kualitas pelayanan rumah sakit sebagai sarana pelayanan rujukan masih
dirasakan sangat kurang Dengan keadaan seperti ini tidak mengherankan bila
derajat kesehatan masyarakat di Indonesia belum memuaskan Angka Kematian
Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi yakni masing-masing
501000 kelahiran hidup dan 373100000 kelahiran hidup Sedangkan umur
harapan hidup masih rendah yakni rata-rata 662 tahun
Pembiayaan Kesehatan
Dalam hal pembiyaian kesehatan negara kita sangatlah jauh dari ideal Terget
biaya kesehatan yang seharusnya 15 per tahun 2010 dalam anggaran APBD
ternyata hanya terpenuhi 58 per 2008 Untuk tahun 2009 pemerintah hanya
mengalokasikan anggaran pembangunan kesehatan sebesar 25 dari total APBN
Sungguh mengecewakan
Keadaan ini diperparah dengan tidak meratanya anggaran kesehatan dari
masing-masing daerah akibat desentralisasi Pengalokasian dana bersumber
pemerintah belum efektif Dana pemerintah lebih banyak dialokasikan pada upaya
kuratif dan sementara itu besarnya dana yang dialokasikan untuk upaya promotif
dan preventif sangat terbatas Pembelanjaan dana pemerintah belum cukup adil
untuk mengedepankan upaya kesehatan masyarakat dan bantuan untuk keluarga
miskin Mobilisasi sumber pembiayaan kesehatan dari masyarakat masih terbatas
serta bersifat perorangan (out of pocket) Jumlah masyarakat yang memiliki jaminan
kesehatan masih terbatas yakni kurang dari 20 penduduk Metoda pembayaran
kepada penyelenggara pelayanan masih didominasi oleh pembayaran tunai
sehingga mendorong penyelenggaraan dan pemakaian pelayanan kesehatan secara
berlebihan serta meningkatnya biaya kesehatan Demikian pula penerapan teknologi
canggih dan perubahan pola penyakit sebagai akibat meningkatnya umur harapan
hidup akan mendorong meningkatnya biaya kesehatan tidak dapat dihindari
Tingginya angka kesakitan juga berdampak terhadap biaya kesehatan yang pada
gilirannya akan memperberat beban ekonomi Hal ini terkait dengan besarnya dana
yang harus dikeluarkan untuk berobat serta hilangnya pendapatan akibat tidak
bekerja Sebagai contoh beban dan atau kerugian ekonomi yang diakibatkan
penyakit TBC di Indonesia diperkirakan tidak kurang dari Rp 25 triliuntahun
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sumber daya kesehatan teritama sumber daya manusia di negara ini masih
belum memadai Terlibih masalah distribusi tenaga kesehatan Distribusi tenaga
kesehatan sampai saat ini belum bisa dikatakan menggembirakan Sekalipun sejak
tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan
sistem PTT Tercatat rasio dokter terhadap Puskesmas untuk kawasan Indonesia
bagian barat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian timur Rasio
tenaga dokter terhadap Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara = 084 dibanding
dengan Provinsi NTT = 026 dan Provinsi Papua = 012 Belum lagi soal tenagar
kesehatan para medis lainnya
Mutu SDM Kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin dari
rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan permasalahan
yang terdapat di dalam pembangunan kesehatan berbasis preventif dan promotif
terltak pada ketersediaan SDM kesehatan selain pelayanan kesehatan dan sistem
manajemen kesehatan yang mana permasalahan tersebut juga fundamnental
Pembangunan kesehatan Indonesia pada masa kabinet Indonesa Bersatu ke-2
mengarah pada suatu kondisi atau program kesehatan yang memegang prinsip
paradigma sehat yang berupaya secara komprehensif dalam upaya promotif dan
preventif Upaya ini dilaksanakan demi terwujudnya suatu kondisi sehat yang
mandiri dari masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat
menunjukkan suatu peningkatan yang optimal dan menyeluruh serta mengubah
suatu paradigma dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran serta dari seluruh lapisan
masyarakat serta peran pemerintah maupun tenaga kesehatan Kondisi sehat yang
komprehensif tidak akan tercapai apabila ketersediaan dan distribusi SDM atau
tenaga kesehatan hanya berkutat pada kawasan atau daerah yang tergolong maju
serta mengabaikan kesehatan di daerah teringgal terpencil kepulauan maupun
perbatasan Kesehatan di daerah tertinggal menjadi salah satu kebutuhan dasar
masyarakat (basic need) Tetapi sejauh mana kondisi kesehatan masyarakat tentu
kita dapat melihatnya sendiri
Pembangunan kesehatan di daerah tertinggal pada dasarnya diupayakan
dalam hal peningkatan mutu SDM yang cerdas sehat serta produktif Dan
pembangunan kesehatan di daerah tertinggal akan menunjukkan hasil yang nyata
maupun menunjukkan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang
berkesinambungan apabila tersedia layanan kesehatan serta SDM kesehatan yang
merata peningkatan mutu SDM kesehatan tersedianya jaminan kesehatan maupun
tersedianya upaya pendidikan dan promosi kesehatan untuk mengembangkan
kesadaran masyrakat dalam mewujudkan perilaku hidup sehat demi tercapainya
pningkatan derajat kesehatan masyarakat yang mandiri
Upaya tersebut dihadapkan pada beberapa hambatan yang cukup signifikan
khususnya di daerah-daerah tertinggal Pertama sebanyak 30 persen puskesmas di
kabupaten tertinggal (53 kabupaten) memiliki beban melayani lebih dari 20000
jumlah penduduk Kedua sebanyak 70 persen puskesmas di kabupaten tertinggal
(102 kabupaten) memiliki beban melayani penduduk dengan luas wilayah lebih dari
200 km2 Ketiga ketersediaan bidan desa (18213 bidan desa) baru memenuhi 50
persen jumlah desa yang membutuhkan Keempat jumlah dan fungsi upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) masih jauh dari kebutuhan Terjadi
banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan ketersediaan tenaga
Kesehatan yang berada di daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah
tertinggal Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah tersebut menyebabkan
banyak terjadi masalah kesehatan Kesulitan dalam menjangkau daerah tersebut
menyebabkan kurang berminatnya tenaga kesehatan untuk datang ke daerah
tersebut Sehingga kondisi geografis maupun infrastruktur suatu daerah menjadi
salah satu indikator maupun faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dari
pembangunan kesehatan Selain itu pemerintah memegang peranan penting dalam
distribusi SDM kesehatan
Masalah ketersediaan dan distribusi SDM kesehatan di daerah terpencil
tertinggal perbatasan dan kepulauan (DPTK) terletak pada faktor efisiensi
efektifitas maupun mutu dari SDM kesehatan yang meliputi distribusi SDM
kesehatan yang belum merata perencanaan program kesehatan belum optimal
rendahnya mutu SDM kesehatan informasi yang tidak akurat mengenai kondisi
suatu daerah serta keterbatasan sumber daya pendukung
Ketersediaan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan di daerah terpencil
tertinggal perbatasan dan kepulauan merupakan masalah sekaligus sebagai
tantangan di dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia Hal ini
tampak dari paparan program 100 hari Departemen Kesehatan yang merencanakan
program peningkatan jumlah jenis dan mutu di DTPK Tantangan yang sedang
dihadapi sekarang ialah tenaga kesehatan itu sendiri yang kurang motivasi untuk
menjangkau daerah tersebut Banyak faktor karena daerah-daerah tersebut kurang
menjadi daya tarik da daya dorong untuk menempati daerah tersebut masih kecil
sehingga hamper tak dilirik oleh tenaga kesehatan untuk menempati daerah
tersebut
Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pemberdayaan
masyarakat Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat
banyak didirikan antara lain dalam bentuk Posyandu Polindes Pos Obat Desa
serta Pos Upaya Kesehatan Kerja Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan
pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai
yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti yayasan kanker Indonesia
yayasan jantung Indonesia yayasan thalasemia Indonesia serta yayasan ginjal
Indonesia Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai
gerakan seperti Koalisi Indonesia Sehat Gebrak Malaria Gerdunas TB Gerakan
Sayang Ibu gerakan anti madat serta gerakan pita putih (kesehatan ibu) dan
gerakan pita merah (HIVAIDS) Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti
mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam
mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih
dilaksanakan secara terbatas Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih
dalam bentuk mobilisasi masyarakat Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam
bentuk pelayanan advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program
pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan
Manajemen Kesehatan
Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan Inkonsistensi
antara pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi
salah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan
Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010 ketidak jelasanSistem Jaminan
Sosial Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan
buramnya prospek kesehatan bangsa ini
Pada sisi lain desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negatif
Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam
program pembangunan kesehatan adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan
tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010
Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia
Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan
bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang
tinggi juga bisa terwujud
Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari
DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan
jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan
Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan
masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap
individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status
sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah
Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang
mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah
dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor
swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah
agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari
DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga
dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh
lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan
Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi
kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi
tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap
asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya
dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi
mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka
yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap
penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik
Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan
pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi
angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya
Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia
bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan
kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan
kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam
perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka
kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika
kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang
menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara
Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah
menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari
DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan
angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan
Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan
Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa
(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta
Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan
akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit
dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh
karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat
diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini
sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan
untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai
pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi
bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas
bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal
tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan
10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit
TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana
Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di
daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang
menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat
bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang
diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas
oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa
peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan
mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan
(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat
dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif
bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli
gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten
apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK
Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh
pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu
hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti
jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta
insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal
tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata
meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu
akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu
di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan
mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap
pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya
adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli
terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga
kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya
puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi
lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya
dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas
2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat
mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan
kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya
informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu
Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas
dugaan terjadinya mal praktek dokter
Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan
yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa
dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah
lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga
kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan
produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka
diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien
fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan
lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin
dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan
yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak
tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada
kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil
daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio
perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar
adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada
kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS
adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal
Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah
tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS
dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga
kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat
dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan
1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)
dan
2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)
Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan
kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing
tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi
pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat
menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan
Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya
keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak
pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah
lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini
juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang
termasuk DTPK
Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-
daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam
wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru
infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang
menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena
dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan
tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya
Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk
wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses
kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju
jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-
daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan
ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan
harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir
tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan
tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke
daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara
maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan
perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)
sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi
serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus
sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia
PENUTUP
A KESIMPULAN
prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk
masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas
haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan
perlu dipertajam dengan jalan antara lain
1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak
berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan
penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi
masyarakat
2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya
operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik
eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan
3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu
masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah
pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain
sebagainya
4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah
sakit-rumah sakit stroke
DAFTAR PUSTAKA
httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml
http
Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas
ariIKhtm
httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm
- TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
-
Visi pembangunan kesehatan seperti yang diktakan Menkes yaitu mewujudkan
masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan meningkatkan pelayanan
kesehatan yang merata dan mandiri menjamin tersedianya sumber daya kesehtaan
yang bermutu dan berkeadilan menata pemerintahan kesehatan yang baik
pembiayaan kesehatan yang terjangkau ketersediaan obat manajemen kesehatan
yang transparan
Seperti yang disampaikan Menkes Angka Kematian Neonatal turun menjadi 20
per 1000 kelahiran hidup Angka Kematian Anak Balita turun menjadi 44 per 1000
kelahiran hidup Angka Kematian Bayi menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup
Prevalensi gizi buruk di 19 Provinsi masih di atas prevalensi nasional dimana
prevalensi nasional 184
Pada aspek ketersediaan pelayanan kesehatan Pemerintah telah membangun
8548 Puskesmas 22337 Pustu(Puskesmas Pembantu) 6711 Puskesmas keliling
roda 4 serta 858 Puskesmas keliling perahukapal
Menurut Menkes upaya kesehatan dasar harus menunjukkan peduli terhadap
kelompok yang berisiko tinggi yaitu masyarakat miskin bayi ibu anak dan
penduduk usia lanjut Revitalisasi Puskesmas merupakan kebijakan pembangunan
kesehatan dengan arah preventif dan promotif Dimana visi Puskesmas antara lain
1) Pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan
2) Pusat pemberdayaan masyarakat
3) Pusat pelayanan kesehtan masyrakat primer
4) Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer
Menkes juga mengatakan ada 3 level pencegahan ( 3 level of prevention)
sebagai pendekatan pelaksanaan visi Puskesmas yaitu health promotion and
specific protection early detection and prompt treatment dan rehabilitation and
disability limitation
Di UPTD Kabkota pembiayaan pemerintah dilakukan dengan subsidi melalui
BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) BOK tersebut digunakan untuk membangun
Puskesmas Untuk membangun Puskesmas keberhasilan program kesehatan
tergantung juga pada Dinkes dan lembaga lain di bawahnya serta pembangunan
kesehatan harus didukung oleh semua aspek kesehatan ujar Menkes
Yang harus dipahami oleh mahasiswa Kesehatan Masyarakat antara lain
mengenai Jaminan Sosial Nasional BOK revitalisasi UPTD system pengadaan
distribusi penjagaan dari kualitas obatharga obat(generik) pemanfaatan SDM
kesehatan yang saat ini telah banyak yang bersinergi dengan pelayanan kesehatan
serta masalah infeksi dan penyakit (misalnya penyediaan air bersih yang ada
ditangan PU) tutur Menkes
pembangunan kesehatan hendaknya dapat menciptakan Indonesia yang
damai sejahtera mandiri merata dan berkeadilan
Dicetuskannya ldquoVisi Indonesia Sehat 2010rdquo pada tahun 1999 seakan
memberikan angin segar dan harapan dalam pembagunan kesehatan Diharapakan
pada tahun 2010 bangsa Indonesia akan mencapai tingkat kesehatan tertentu
dengan ditandai dengan penduduknya yang
1 Hidup dalam lingkungan yang sehat
2 Mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat
3 Mampu menyediakan dan memanfaatkan (menjangkau) pelayanan kesehatan
yang bermutu
4 Memiliki derajat kesehatan yang tinggi
Selain itu secara garis besar visi ini juga memberikan gambaran bertahap
tentang pembangunan kesehatan yaitu Desa Sehat akan terwujud pada tahun
2003 kecamatan sehat pada tahun 2004 kabupaten sehat pada 2005 dan berturut-
turut propinsi dan negara sehat pada tahun 2006 dan 2007 Tetapi tanpa melihat
indikator-indikator kecilnya saja secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa Visi
Indonesia Sehat 2010 ini tidak tercapai
Mencermati hal diatas sampai pada akhir tahun 2009 ini ada beberapa Tren
mendasar dalam pembangunan kesehatan diantaranya
Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh
terpadu dan berkesinambungan Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat
peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masih terlihat sangat kurang
Pemerintah selama ini hanya berkutat dan menghabiskan banyak anggaran di
bidang pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif Pemerintah ternyata masih belum
beranjak dari paradigma sakit
Kualitas pelayanan rumah sakit sebagai sarana pelayanan rujukan masih
dirasakan sangat kurang Dengan keadaan seperti ini tidak mengherankan bila
derajat kesehatan masyarakat di Indonesia belum memuaskan Angka Kematian
Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi yakni masing-masing
501000 kelahiran hidup dan 373100000 kelahiran hidup Sedangkan umur
harapan hidup masih rendah yakni rata-rata 662 tahun
Pembiayaan Kesehatan
Dalam hal pembiyaian kesehatan negara kita sangatlah jauh dari ideal Terget
biaya kesehatan yang seharusnya 15 per tahun 2010 dalam anggaran APBD
ternyata hanya terpenuhi 58 per 2008 Untuk tahun 2009 pemerintah hanya
mengalokasikan anggaran pembangunan kesehatan sebesar 25 dari total APBN
Sungguh mengecewakan
Keadaan ini diperparah dengan tidak meratanya anggaran kesehatan dari
masing-masing daerah akibat desentralisasi Pengalokasian dana bersumber
pemerintah belum efektif Dana pemerintah lebih banyak dialokasikan pada upaya
kuratif dan sementara itu besarnya dana yang dialokasikan untuk upaya promotif
dan preventif sangat terbatas Pembelanjaan dana pemerintah belum cukup adil
untuk mengedepankan upaya kesehatan masyarakat dan bantuan untuk keluarga
miskin Mobilisasi sumber pembiayaan kesehatan dari masyarakat masih terbatas
serta bersifat perorangan (out of pocket) Jumlah masyarakat yang memiliki jaminan
kesehatan masih terbatas yakni kurang dari 20 penduduk Metoda pembayaran
kepada penyelenggara pelayanan masih didominasi oleh pembayaran tunai
sehingga mendorong penyelenggaraan dan pemakaian pelayanan kesehatan secara
berlebihan serta meningkatnya biaya kesehatan Demikian pula penerapan teknologi
canggih dan perubahan pola penyakit sebagai akibat meningkatnya umur harapan
hidup akan mendorong meningkatnya biaya kesehatan tidak dapat dihindari
Tingginya angka kesakitan juga berdampak terhadap biaya kesehatan yang pada
gilirannya akan memperberat beban ekonomi Hal ini terkait dengan besarnya dana
yang harus dikeluarkan untuk berobat serta hilangnya pendapatan akibat tidak
bekerja Sebagai contoh beban dan atau kerugian ekonomi yang diakibatkan
penyakit TBC di Indonesia diperkirakan tidak kurang dari Rp 25 triliuntahun
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sumber daya kesehatan teritama sumber daya manusia di negara ini masih
belum memadai Terlibih masalah distribusi tenaga kesehatan Distribusi tenaga
kesehatan sampai saat ini belum bisa dikatakan menggembirakan Sekalipun sejak
tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan
sistem PTT Tercatat rasio dokter terhadap Puskesmas untuk kawasan Indonesia
bagian barat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian timur Rasio
tenaga dokter terhadap Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara = 084 dibanding
dengan Provinsi NTT = 026 dan Provinsi Papua = 012 Belum lagi soal tenagar
kesehatan para medis lainnya
Mutu SDM Kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin dari
rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan permasalahan
yang terdapat di dalam pembangunan kesehatan berbasis preventif dan promotif
terltak pada ketersediaan SDM kesehatan selain pelayanan kesehatan dan sistem
manajemen kesehatan yang mana permasalahan tersebut juga fundamnental
Pembangunan kesehatan Indonesia pada masa kabinet Indonesa Bersatu ke-2
mengarah pada suatu kondisi atau program kesehatan yang memegang prinsip
paradigma sehat yang berupaya secara komprehensif dalam upaya promotif dan
preventif Upaya ini dilaksanakan demi terwujudnya suatu kondisi sehat yang
mandiri dari masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat
menunjukkan suatu peningkatan yang optimal dan menyeluruh serta mengubah
suatu paradigma dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran serta dari seluruh lapisan
masyarakat serta peran pemerintah maupun tenaga kesehatan Kondisi sehat yang
komprehensif tidak akan tercapai apabila ketersediaan dan distribusi SDM atau
tenaga kesehatan hanya berkutat pada kawasan atau daerah yang tergolong maju
serta mengabaikan kesehatan di daerah teringgal terpencil kepulauan maupun
perbatasan Kesehatan di daerah tertinggal menjadi salah satu kebutuhan dasar
masyarakat (basic need) Tetapi sejauh mana kondisi kesehatan masyarakat tentu
kita dapat melihatnya sendiri
Pembangunan kesehatan di daerah tertinggal pada dasarnya diupayakan
dalam hal peningkatan mutu SDM yang cerdas sehat serta produktif Dan
pembangunan kesehatan di daerah tertinggal akan menunjukkan hasil yang nyata
maupun menunjukkan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang
berkesinambungan apabila tersedia layanan kesehatan serta SDM kesehatan yang
merata peningkatan mutu SDM kesehatan tersedianya jaminan kesehatan maupun
tersedianya upaya pendidikan dan promosi kesehatan untuk mengembangkan
kesadaran masyrakat dalam mewujudkan perilaku hidup sehat demi tercapainya
pningkatan derajat kesehatan masyarakat yang mandiri
Upaya tersebut dihadapkan pada beberapa hambatan yang cukup signifikan
khususnya di daerah-daerah tertinggal Pertama sebanyak 30 persen puskesmas di
kabupaten tertinggal (53 kabupaten) memiliki beban melayani lebih dari 20000
jumlah penduduk Kedua sebanyak 70 persen puskesmas di kabupaten tertinggal
(102 kabupaten) memiliki beban melayani penduduk dengan luas wilayah lebih dari
200 km2 Ketiga ketersediaan bidan desa (18213 bidan desa) baru memenuhi 50
persen jumlah desa yang membutuhkan Keempat jumlah dan fungsi upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) masih jauh dari kebutuhan Terjadi
banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan ketersediaan tenaga
Kesehatan yang berada di daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah
tertinggal Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah tersebut menyebabkan
banyak terjadi masalah kesehatan Kesulitan dalam menjangkau daerah tersebut
menyebabkan kurang berminatnya tenaga kesehatan untuk datang ke daerah
tersebut Sehingga kondisi geografis maupun infrastruktur suatu daerah menjadi
salah satu indikator maupun faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dari
pembangunan kesehatan Selain itu pemerintah memegang peranan penting dalam
distribusi SDM kesehatan
Masalah ketersediaan dan distribusi SDM kesehatan di daerah terpencil
tertinggal perbatasan dan kepulauan (DPTK) terletak pada faktor efisiensi
efektifitas maupun mutu dari SDM kesehatan yang meliputi distribusi SDM
kesehatan yang belum merata perencanaan program kesehatan belum optimal
rendahnya mutu SDM kesehatan informasi yang tidak akurat mengenai kondisi
suatu daerah serta keterbatasan sumber daya pendukung
Ketersediaan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan di daerah terpencil
tertinggal perbatasan dan kepulauan merupakan masalah sekaligus sebagai
tantangan di dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia Hal ini
tampak dari paparan program 100 hari Departemen Kesehatan yang merencanakan
program peningkatan jumlah jenis dan mutu di DTPK Tantangan yang sedang
dihadapi sekarang ialah tenaga kesehatan itu sendiri yang kurang motivasi untuk
menjangkau daerah tersebut Banyak faktor karena daerah-daerah tersebut kurang
menjadi daya tarik da daya dorong untuk menempati daerah tersebut masih kecil
sehingga hamper tak dilirik oleh tenaga kesehatan untuk menempati daerah
tersebut
Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pemberdayaan
masyarakat Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat
banyak didirikan antara lain dalam bentuk Posyandu Polindes Pos Obat Desa
serta Pos Upaya Kesehatan Kerja Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan
pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai
yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti yayasan kanker Indonesia
yayasan jantung Indonesia yayasan thalasemia Indonesia serta yayasan ginjal
Indonesia Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai
gerakan seperti Koalisi Indonesia Sehat Gebrak Malaria Gerdunas TB Gerakan
Sayang Ibu gerakan anti madat serta gerakan pita putih (kesehatan ibu) dan
gerakan pita merah (HIVAIDS) Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti
mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam
mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih
dilaksanakan secara terbatas Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih
dalam bentuk mobilisasi masyarakat Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam
bentuk pelayanan advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program
pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan
Manajemen Kesehatan
Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan Inkonsistensi
antara pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi
salah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan
Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010 ketidak jelasanSistem Jaminan
Sosial Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan
buramnya prospek kesehatan bangsa ini
Pada sisi lain desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negatif
Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam
program pembangunan kesehatan adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan
tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010
Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia
Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan
bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang
tinggi juga bisa terwujud
Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari
DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan
jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan
Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan
masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap
individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status
sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah
Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang
mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah
dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor
swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah
agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari
DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga
dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh
lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan
Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi
kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi
tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap
asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya
dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi
mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka
yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap
penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik
Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan
pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi
angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya
Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia
bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan
kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan
kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam
perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka
kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika
kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang
menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara
Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah
menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari
DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan
angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan
Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan
Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa
(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta
Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan
akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit
dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh
karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat
diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini
sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan
untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai
pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi
bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas
bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal
tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan
10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit
TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana
Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di
daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang
menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat
bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang
diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas
oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa
peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan
mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan
(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat
dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif
bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli
gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten
apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK
Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh
pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu
hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti
jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta
insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal
tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata
meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu
akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu
di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan
mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap
pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya
adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli
terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga
kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya
puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi
lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya
dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas
2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat
mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan
kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya
informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu
Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas
dugaan terjadinya mal praktek dokter
Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan
yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa
dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah
lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga
kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan
produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka
diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien
fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan
lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin
dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan
yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak
tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada
kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil
daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio
perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar
adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada
kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS
adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal
Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah
tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS
dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga
kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat
dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan
1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)
dan
2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)
Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan
kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing
tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi
pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat
menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan
Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya
keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak
pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah
lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini
juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang
termasuk DTPK
Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-
daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam
wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru
infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang
menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena
dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan
tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya
Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk
wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses
kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju
jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-
daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan
ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan
harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir
tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan
tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke
daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara
maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan
perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)
sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi
serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus
sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia
PENUTUP
A KESIMPULAN
prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk
masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas
haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan
perlu dipertajam dengan jalan antara lain
1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak
berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan
penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi
masyarakat
2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya
operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik
eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan
3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu
masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah
pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain
sebagainya
4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah
sakit-rumah sakit stroke
DAFTAR PUSTAKA
httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml
http
Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas
ariIKhtm
httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm
- TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
-
distribusi penjagaan dari kualitas obatharga obat(generik) pemanfaatan SDM
kesehatan yang saat ini telah banyak yang bersinergi dengan pelayanan kesehatan
serta masalah infeksi dan penyakit (misalnya penyediaan air bersih yang ada
ditangan PU) tutur Menkes
pembangunan kesehatan hendaknya dapat menciptakan Indonesia yang
damai sejahtera mandiri merata dan berkeadilan
Dicetuskannya ldquoVisi Indonesia Sehat 2010rdquo pada tahun 1999 seakan
memberikan angin segar dan harapan dalam pembagunan kesehatan Diharapakan
pada tahun 2010 bangsa Indonesia akan mencapai tingkat kesehatan tertentu
dengan ditandai dengan penduduknya yang
1 Hidup dalam lingkungan yang sehat
2 Mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat
3 Mampu menyediakan dan memanfaatkan (menjangkau) pelayanan kesehatan
yang bermutu
4 Memiliki derajat kesehatan yang tinggi
Selain itu secara garis besar visi ini juga memberikan gambaran bertahap
tentang pembangunan kesehatan yaitu Desa Sehat akan terwujud pada tahun
2003 kecamatan sehat pada tahun 2004 kabupaten sehat pada 2005 dan berturut-
turut propinsi dan negara sehat pada tahun 2006 dan 2007 Tetapi tanpa melihat
indikator-indikator kecilnya saja secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa Visi
Indonesia Sehat 2010 ini tidak tercapai
Mencermati hal diatas sampai pada akhir tahun 2009 ini ada beberapa Tren
mendasar dalam pembangunan kesehatan diantaranya
Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh
terpadu dan berkesinambungan Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat
peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masih terlihat sangat kurang
Pemerintah selama ini hanya berkutat dan menghabiskan banyak anggaran di
bidang pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif Pemerintah ternyata masih belum
beranjak dari paradigma sakit
Kualitas pelayanan rumah sakit sebagai sarana pelayanan rujukan masih
dirasakan sangat kurang Dengan keadaan seperti ini tidak mengherankan bila
derajat kesehatan masyarakat di Indonesia belum memuaskan Angka Kematian
Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi yakni masing-masing
501000 kelahiran hidup dan 373100000 kelahiran hidup Sedangkan umur
harapan hidup masih rendah yakni rata-rata 662 tahun
Pembiayaan Kesehatan
Dalam hal pembiyaian kesehatan negara kita sangatlah jauh dari ideal Terget
biaya kesehatan yang seharusnya 15 per tahun 2010 dalam anggaran APBD
ternyata hanya terpenuhi 58 per 2008 Untuk tahun 2009 pemerintah hanya
mengalokasikan anggaran pembangunan kesehatan sebesar 25 dari total APBN
Sungguh mengecewakan
Keadaan ini diperparah dengan tidak meratanya anggaran kesehatan dari
masing-masing daerah akibat desentralisasi Pengalokasian dana bersumber
pemerintah belum efektif Dana pemerintah lebih banyak dialokasikan pada upaya
kuratif dan sementara itu besarnya dana yang dialokasikan untuk upaya promotif
dan preventif sangat terbatas Pembelanjaan dana pemerintah belum cukup adil
untuk mengedepankan upaya kesehatan masyarakat dan bantuan untuk keluarga
miskin Mobilisasi sumber pembiayaan kesehatan dari masyarakat masih terbatas
serta bersifat perorangan (out of pocket) Jumlah masyarakat yang memiliki jaminan
kesehatan masih terbatas yakni kurang dari 20 penduduk Metoda pembayaran
kepada penyelenggara pelayanan masih didominasi oleh pembayaran tunai
sehingga mendorong penyelenggaraan dan pemakaian pelayanan kesehatan secara
berlebihan serta meningkatnya biaya kesehatan Demikian pula penerapan teknologi
canggih dan perubahan pola penyakit sebagai akibat meningkatnya umur harapan
hidup akan mendorong meningkatnya biaya kesehatan tidak dapat dihindari
Tingginya angka kesakitan juga berdampak terhadap biaya kesehatan yang pada
gilirannya akan memperberat beban ekonomi Hal ini terkait dengan besarnya dana
yang harus dikeluarkan untuk berobat serta hilangnya pendapatan akibat tidak
bekerja Sebagai contoh beban dan atau kerugian ekonomi yang diakibatkan
penyakit TBC di Indonesia diperkirakan tidak kurang dari Rp 25 triliuntahun
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sumber daya kesehatan teritama sumber daya manusia di negara ini masih
belum memadai Terlibih masalah distribusi tenaga kesehatan Distribusi tenaga
kesehatan sampai saat ini belum bisa dikatakan menggembirakan Sekalipun sejak
tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan
sistem PTT Tercatat rasio dokter terhadap Puskesmas untuk kawasan Indonesia
bagian barat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian timur Rasio
tenaga dokter terhadap Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara = 084 dibanding
dengan Provinsi NTT = 026 dan Provinsi Papua = 012 Belum lagi soal tenagar
kesehatan para medis lainnya
Mutu SDM Kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin dari
rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan permasalahan
yang terdapat di dalam pembangunan kesehatan berbasis preventif dan promotif
terltak pada ketersediaan SDM kesehatan selain pelayanan kesehatan dan sistem
manajemen kesehatan yang mana permasalahan tersebut juga fundamnental
Pembangunan kesehatan Indonesia pada masa kabinet Indonesa Bersatu ke-2
mengarah pada suatu kondisi atau program kesehatan yang memegang prinsip
paradigma sehat yang berupaya secara komprehensif dalam upaya promotif dan
preventif Upaya ini dilaksanakan demi terwujudnya suatu kondisi sehat yang
mandiri dari masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat
menunjukkan suatu peningkatan yang optimal dan menyeluruh serta mengubah
suatu paradigma dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran serta dari seluruh lapisan
masyarakat serta peran pemerintah maupun tenaga kesehatan Kondisi sehat yang
komprehensif tidak akan tercapai apabila ketersediaan dan distribusi SDM atau
tenaga kesehatan hanya berkutat pada kawasan atau daerah yang tergolong maju
serta mengabaikan kesehatan di daerah teringgal terpencil kepulauan maupun
perbatasan Kesehatan di daerah tertinggal menjadi salah satu kebutuhan dasar
masyarakat (basic need) Tetapi sejauh mana kondisi kesehatan masyarakat tentu
kita dapat melihatnya sendiri
Pembangunan kesehatan di daerah tertinggal pada dasarnya diupayakan
dalam hal peningkatan mutu SDM yang cerdas sehat serta produktif Dan
pembangunan kesehatan di daerah tertinggal akan menunjukkan hasil yang nyata
maupun menunjukkan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang
berkesinambungan apabila tersedia layanan kesehatan serta SDM kesehatan yang
merata peningkatan mutu SDM kesehatan tersedianya jaminan kesehatan maupun
tersedianya upaya pendidikan dan promosi kesehatan untuk mengembangkan
kesadaran masyrakat dalam mewujudkan perilaku hidup sehat demi tercapainya
pningkatan derajat kesehatan masyarakat yang mandiri
Upaya tersebut dihadapkan pada beberapa hambatan yang cukup signifikan
khususnya di daerah-daerah tertinggal Pertama sebanyak 30 persen puskesmas di
kabupaten tertinggal (53 kabupaten) memiliki beban melayani lebih dari 20000
jumlah penduduk Kedua sebanyak 70 persen puskesmas di kabupaten tertinggal
(102 kabupaten) memiliki beban melayani penduduk dengan luas wilayah lebih dari
200 km2 Ketiga ketersediaan bidan desa (18213 bidan desa) baru memenuhi 50
persen jumlah desa yang membutuhkan Keempat jumlah dan fungsi upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) masih jauh dari kebutuhan Terjadi
banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan ketersediaan tenaga
Kesehatan yang berada di daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah
tertinggal Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah tersebut menyebabkan
banyak terjadi masalah kesehatan Kesulitan dalam menjangkau daerah tersebut
menyebabkan kurang berminatnya tenaga kesehatan untuk datang ke daerah
tersebut Sehingga kondisi geografis maupun infrastruktur suatu daerah menjadi
salah satu indikator maupun faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dari
pembangunan kesehatan Selain itu pemerintah memegang peranan penting dalam
distribusi SDM kesehatan
Masalah ketersediaan dan distribusi SDM kesehatan di daerah terpencil
tertinggal perbatasan dan kepulauan (DPTK) terletak pada faktor efisiensi
efektifitas maupun mutu dari SDM kesehatan yang meliputi distribusi SDM
kesehatan yang belum merata perencanaan program kesehatan belum optimal
rendahnya mutu SDM kesehatan informasi yang tidak akurat mengenai kondisi
suatu daerah serta keterbatasan sumber daya pendukung
Ketersediaan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan di daerah terpencil
tertinggal perbatasan dan kepulauan merupakan masalah sekaligus sebagai
tantangan di dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia Hal ini
tampak dari paparan program 100 hari Departemen Kesehatan yang merencanakan
program peningkatan jumlah jenis dan mutu di DTPK Tantangan yang sedang
dihadapi sekarang ialah tenaga kesehatan itu sendiri yang kurang motivasi untuk
menjangkau daerah tersebut Banyak faktor karena daerah-daerah tersebut kurang
menjadi daya tarik da daya dorong untuk menempati daerah tersebut masih kecil
sehingga hamper tak dilirik oleh tenaga kesehatan untuk menempati daerah
tersebut
Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pemberdayaan
masyarakat Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat
banyak didirikan antara lain dalam bentuk Posyandu Polindes Pos Obat Desa
serta Pos Upaya Kesehatan Kerja Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan
pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai
yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti yayasan kanker Indonesia
yayasan jantung Indonesia yayasan thalasemia Indonesia serta yayasan ginjal
Indonesia Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai
gerakan seperti Koalisi Indonesia Sehat Gebrak Malaria Gerdunas TB Gerakan
Sayang Ibu gerakan anti madat serta gerakan pita putih (kesehatan ibu) dan
gerakan pita merah (HIVAIDS) Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti
mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam
mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih
dilaksanakan secara terbatas Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih
dalam bentuk mobilisasi masyarakat Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam
bentuk pelayanan advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program
pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan
Manajemen Kesehatan
Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan Inkonsistensi
antara pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi
salah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan
Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010 ketidak jelasanSistem Jaminan
Sosial Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan
buramnya prospek kesehatan bangsa ini
Pada sisi lain desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negatif
Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam
program pembangunan kesehatan adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan
tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010
Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia
Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan
bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang
tinggi juga bisa terwujud
Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari
DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan
jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan
Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan
masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap
individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status
sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah
Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang
mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah
dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor
swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah
agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari
DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga
dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh
lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan
Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi
kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi
tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap
asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya
dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi
mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka
yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap
penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik
Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan
pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi
angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya
Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia
bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan
kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan
kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam
perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka
kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika
kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang
menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara
Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah
menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari
DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan
angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan
Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan
Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa
(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta
Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan
akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit
dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh
karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat
diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini
sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan
untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai
pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi
bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas
bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal
tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan
10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit
TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana
Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di
daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang
menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat
bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang
diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas
oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa
peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan
mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan
(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat
dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif
bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli
gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten
apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK
Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh
pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu
hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti
jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta
insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal
tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata
meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu
akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu
di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan
mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap
pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya
adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli
terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga
kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya
puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi
lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya
dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas
2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat
mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan
kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya
informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu
Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas
dugaan terjadinya mal praktek dokter
Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan
yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa
dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah
lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga
kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan
produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka
diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien
fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan
lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin
dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan
yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak
tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada
kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil
daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio
perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar
adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada
kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS
adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal
Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah
tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS
dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga
kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat
dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan
1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)
dan
2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)
Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan
kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing
tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi
pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat
menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan
Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya
keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak
pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah
lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini
juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang
termasuk DTPK
Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-
daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam
wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru
infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang
menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena
dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan
tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya
Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk
wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses
kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju
jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-
daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan
ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan
harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir
tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan
tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke
daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara
maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan
perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)
sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi
serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus
sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia
PENUTUP
A KESIMPULAN
prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk
masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas
haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan
perlu dipertajam dengan jalan antara lain
1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak
berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan
penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi
masyarakat
2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya
operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik
eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan
3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu
masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah
pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain
sebagainya
4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah
sakit-rumah sakit stroke
DAFTAR PUSTAKA
httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml
http
Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas
ariIKhtm
httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm
- TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
-
Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi yakni masing-masing
501000 kelahiran hidup dan 373100000 kelahiran hidup Sedangkan umur
harapan hidup masih rendah yakni rata-rata 662 tahun
Pembiayaan Kesehatan
Dalam hal pembiyaian kesehatan negara kita sangatlah jauh dari ideal Terget
biaya kesehatan yang seharusnya 15 per tahun 2010 dalam anggaran APBD
ternyata hanya terpenuhi 58 per 2008 Untuk tahun 2009 pemerintah hanya
mengalokasikan anggaran pembangunan kesehatan sebesar 25 dari total APBN
Sungguh mengecewakan
Keadaan ini diperparah dengan tidak meratanya anggaran kesehatan dari
masing-masing daerah akibat desentralisasi Pengalokasian dana bersumber
pemerintah belum efektif Dana pemerintah lebih banyak dialokasikan pada upaya
kuratif dan sementara itu besarnya dana yang dialokasikan untuk upaya promotif
dan preventif sangat terbatas Pembelanjaan dana pemerintah belum cukup adil
untuk mengedepankan upaya kesehatan masyarakat dan bantuan untuk keluarga
miskin Mobilisasi sumber pembiayaan kesehatan dari masyarakat masih terbatas
serta bersifat perorangan (out of pocket) Jumlah masyarakat yang memiliki jaminan
kesehatan masih terbatas yakni kurang dari 20 penduduk Metoda pembayaran
kepada penyelenggara pelayanan masih didominasi oleh pembayaran tunai
sehingga mendorong penyelenggaraan dan pemakaian pelayanan kesehatan secara
berlebihan serta meningkatnya biaya kesehatan Demikian pula penerapan teknologi
canggih dan perubahan pola penyakit sebagai akibat meningkatnya umur harapan
hidup akan mendorong meningkatnya biaya kesehatan tidak dapat dihindari
Tingginya angka kesakitan juga berdampak terhadap biaya kesehatan yang pada
gilirannya akan memperberat beban ekonomi Hal ini terkait dengan besarnya dana
yang harus dikeluarkan untuk berobat serta hilangnya pendapatan akibat tidak
bekerja Sebagai contoh beban dan atau kerugian ekonomi yang diakibatkan
penyakit TBC di Indonesia diperkirakan tidak kurang dari Rp 25 triliuntahun
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sumber daya kesehatan teritama sumber daya manusia di negara ini masih
belum memadai Terlibih masalah distribusi tenaga kesehatan Distribusi tenaga
kesehatan sampai saat ini belum bisa dikatakan menggembirakan Sekalipun sejak
tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan
sistem PTT Tercatat rasio dokter terhadap Puskesmas untuk kawasan Indonesia
bagian barat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian timur Rasio
tenaga dokter terhadap Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara = 084 dibanding
dengan Provinsi NTT = 026 dan Provinsi Papua = 012 Belum lagi soal tenagar
kesehatan para medis lainnya
Mutu SDM Kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin dari
rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan permasalahan
yang terdapat di dalam pembangunan kesehatan berbasis preventif dan promotif
terltak pada ketersediaan SDM kesehatan selain pelayanan kesehatan dan sistem
manajemen kesehatan yang mana permasalahan tersebut juga fundamnental
Pembangunan kesehatan Indonesia pada masa kabinet Indonesa Bersatu ke-2
mengarah pada suatu kondisi atau program kesehatan yang memegang prinsip
paradigma sehat yang berupaya secara komprehensif dalam upaya promotif dan
preventif Upaya ini dilaksanakan demi terwujudnya suatu kondisi sehat yang
mandiri dari masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat
menunjukkan suatu peningkatan yang optimal dan menyeluruh serta mengubah
suatu paradigma dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran serta dari seluruh lapisan
masyarakat serta peran pemerintah maupun tenaga kesehatan Kondisi sehat yang
komprehensif tidak akan tercapai apabila ketersediaan dan distribusi SDM atau
tenaga kesehatan hanya berkutat pada kawasan atau daerah yang tergolong maju
serta mengabaikan kesehatan di daerah teringgal terpencil kepulauan maupun
perbatasan Kesehatan di daerah tertinggal menjadi salah satu kebutuhan dasar
masyarakat (basic need) Tetapi sejauh mana kondisi kesehatan masyarakat tentu
kita dapat melihatnya sendiri
Pembangunan kesehatan di daerah tertinggal pada dasarnya diupayakan
dalam hal peningkatan mutu SDM yang cerdas sehat serta produktif Dan
pembangunan kesehatan di daerah tertinggal akan menunjukkan hasil yang nyata
maupun menunjukkan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang
berkesinambungan apabila tersedia layanan kesehatan serta SDM kesehatan yang
merata peningkatan mutu SDM kesehatan tersedianya jaminan kesehatan maupun
tersedianya upaya pendidikan dan promosi kesehatan untuk mengembangkan
kesadaran masyrakat dalam mewujudkan perilaku hidup sehat demi tercapainya
pningkatan derajat kesehatan masyarakat yang mandiri
Upaya tersebut dihadapkan pada beberapa hambatan yang cukup signifikan
khususnya di daerah-daerah tertinggal Pertama sebanyak 30 persen puskesmas di
kabupaten tertinggal (53 kabupaten) memiliki beban melayani lebih dari 20000
jumlah penduduk Kedua sebanyak 70 persen puskesmas di kabupaten tertinggal
(102 kabupaten) memiliki beban melayani penduduk dengan luas wilayah lebih dari
200 km2 Ketiga ketersediaan bidan desa (18213 bidan desa) baru memenuhi 50
persen jumlah desa yang membutuhkan Keempat jumlah dan fungsi upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) masih jauh dari kebutuhan Terjadi
banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan ketersediaan tenaga
Kesehatan yang berada di daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah
tertinggal Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah tersebut menyebabkan
banyak terjadi masalah kesehatan Kesulitan dalam menjangkau daerah tersebut
menyebabkan kurang berminatnya tenaga kesehatan untuk datang ke daerah
tersebut Sehingga kondisi geografis maupun infrastruktur suatu daerah menjadi
salah satu indikator maupun faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dari
pembangunan kesehatan Selain itu pemerintah memegang peranan penting dalam
distribusi SDM kesehatan
Masalah ketersediaan dan distribusi SDM kesehatan di daerah terpencil
tertinggal perbatasan dan kepulauan (DPTK) terletak pada faktor efisiensi
efektifitas maupun mutu dari SDM kesehatan yang meliputi distribusi SDM
kesehatan yang belum merata perencanaan program kesehatan belum optimal
rendahnya mutu SDM kesehatan informasi yang tidak akurat mengenai kondisi
suatu daerah serta keterbatasan sumber daya pendukung
Ketersediaan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan di daerah terpencil
tertinggal perbatasan dan kepulauan merupakan masalah sekaligus sebagai
tantangan di dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia Hal ini
tampak dari paparan program 100 hari Departemen Kesehatan yang merencanakan
program peningkatan jumlah jenis dan mutu di DTPK Tantangan yang sedang
dihadapi sekarang ialah tenaga kesehatan itu sendiri yang kurang motivasi untuk
menjangkau daerah tersebut Banyak faktor karena daerah-daerah tersebut kurang
menjadi daya tarik da daya dorong untuk menempati daerah tersebut masih kecil
sehingga hamper tak dilirik oleh tenaga kesehatan untuk menempati daerah
tersebut
Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pemberdayaan
masyarakat Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat
banyak didirikan antara lain dalam bentuk Posyandu Polindes Pos Obat Desa
serta Pos Upaya Kesehatan Kerja Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan
pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai
yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti yayasan kanker Indonesia
yayasan jantung Indonesia yayasan thalasemia Indonesia serta yayasan ginjal
Indonesia Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai
gerakan seperti Koalisi Indonesia Sehat Gebrak Malaria Gerdunas TB Gerakan
Sayang Ibu gerakan anti madat serta gerakan pita putih (kesehatan ibu) dan
gerakan pita merah (HIVAIDS) Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti
mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam
mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih
dilaksanakan secara terbatas Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih
dalam bentuk mobilisasi masyarakat Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam
bentuk pelayanan advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program
pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan
Manajemen Kesehatan
Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan Inkonsistensi
antara pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi
salah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan
Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010 ketidak jelasanSistem Jaminan
Sosial Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan
buramnya prospek kesehatan bangsa ini
Pada sisi lain desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negatif
Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam
program pembangunan kesehatan adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan
tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010
Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia
Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan
bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang
tinggi juga bisa terwujud
Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari
DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan
jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan
Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan
masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap
individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status
sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah
Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang
mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah
dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor
swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah
agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari
DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga
dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh
lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan
Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi
kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi
tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap
asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya
dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi
mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka
yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap
penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik
Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan
pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi
angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya
Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia
bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan
kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan
kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam
perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka
kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika
kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang
menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara
Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah
menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari
DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan
angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan
Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan
Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa
(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta
Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan
akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit
dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh
karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat
diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini
sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan
untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai
pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi
bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas
bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal
tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan
10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit
TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana
Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di
daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang
menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat
bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang
diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas
oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa
peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan
mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan
(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat
dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif
bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli
gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten
apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK
Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh
pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu
hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti
jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta
insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal
tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata
meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu
akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu
di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan
mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap
pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya
adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli
terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga
kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya
puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi
lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya
dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas
2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat
mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan
kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya
informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu
Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas
dugaan terjadinya mal praktek dokter
Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan
yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa
dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah
lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga
kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan
produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka
diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien
fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan
lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin
dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan
yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak
tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada
kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil
daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio
perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar
adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada
kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS
adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal
Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah
tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS
dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga
kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat
dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan
1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)
dan
2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)
Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan
kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing
tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi
pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat
menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan
Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya
keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak
pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah
lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini
juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang
termasuk DTPK
Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-
daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam
wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru
infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang
menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena
dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan
tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya
Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk
wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses
kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju
jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-
daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan
ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan
harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir
tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan
tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke
daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara
maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan
perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)
sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi
serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus
sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia
PENUTUP
A KESIMPULAN
prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk
masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas
haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan
perlu dipertajam dengan jalan antara lain
1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak
berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan
penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi
masyarakat
2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya
operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik
eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan
3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu
masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah
pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain
sebagainya
4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah
sakit-rumah sakit stroke
DAFTAR PUSTAKA
httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml
http
Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas
ariIKhtm
httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm
- TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
-
tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan tenaga dokter dan bidan dengan
sistem PTT Tercatat rasio dokter terhadap Puskesmas untuk kawasan Indonesia
bagian barat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian timur Rasio
tenaga dokter terhadap Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara = 084 dibanding
dengan Provinsi NTT = 026 dan Provinsi Papua = 012 Belum lagi soal tenagar
kesehatan para medis lainnya
Mutu SDM Kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin dari
rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan permasalahan
yang terdapat di dalam pembangunan kesehatan berbasis preventif dan promotif
terltak pada ketersediaan SDM kesehatan selain pelayanan kesehatan dan sistem
manajemen kesehatan yang mana permasalahan tersebut juga fundamnental
Pembangunan kesehatan Indonesia pada masa kabinet Indonesa Bersatu ke-2
mengarah pada suatu kondisi atau program kesehatan yang memegang prinsip
paradigma sehat yang berupaya secara komprehensif dalam upaya promotif dan
preventif Upaya ini dilaksanakan demi terwujudnya suatu kondisi sehat yang
mandiri dari masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat
menunjukkan suatu peningkatan yang optimal dan menyeluruh serta mengubah
suatu paradigma dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran serta dari seluruh lapisan
masyarakat serta peran pemerintah maupun tenaga kesehatan Kondisi sehat yang
komprehensif tidak akan tercapai apabila ketersediaan dan distribusi SDM atau
tenaga kesehatan hanya berkutat pada kawasan atau daerah yang tergolong maju
serta mengabaikan kesehatan di daerah teringgal terpencil kepulauan maupun
perbatasan Kesehatan di daerah tertinggal menjadi salah satu kebutuhan dasar
masyarakat (basic need) Tetapi sejauh mana kondisi kesehatan masyarakat tentu
kita dapat melihatnya sendiri
Pembangunan kesehatan di daerah tertinggal pada dasarnya diupayakan
dalam hal peningkatan mutu SDM yang cerdas sehat serta produktif Dan
pembangunan kesehatan di daerah tertinggal akan menunjukkan hasil yang nyata
maupun menunjukkan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan yang
berkesinambungan apabila tersedia layanan kesehatan serta SDM kesehatan yang
merata peningkatan mutu SDM kesehatan tersedianya jaminan kesehatan maupun
tersedianya upaya pendidikan dan promosi kesehatan untuk mengembangkan
kesadaran masyrakat dalam mewujudkan perilaku hidup sehat demi tercapainya
pningkatan derajat kesehatan masyarakat yang mandiri
Upaya tersebut dihadapkan pada beberapa hambatan yang cukup signifikan
khususnya di daerah-daerah tertinggal Pertama sebanyak 30 persen puskesmas di
kabupaten tertinggal (53 kabupaten) memiliki beban melayani lebih dari 20000
jumlah penduduk Kedua sebanyak 70 persen puskesmas di kabupaten tertinggal
(102 kabupaten) memiliki beban melayani penduduk dengan luas wilayah lebih dari
200 km2 Ketiga ketersediaan bidan desa (18213 bidan desa) baru memenuhi 50
persen jumlah desa yang membutuhkan Keempat jumlah dan fungsi upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) masih jauh dari kebutuhan Terjadi
banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan ketersediaan tenaga
Kesehatan yang berada di daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah
tertinggal Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah tersebut menyebabkan
banyak terjadi masalah kesehatan Kesulitan dalam menjangkau daerah tersebut
menyebabkan kurang berminatnya tenaga kesehatan untuk datang ke daerah
tersebut Sehingga kondisi geografis maupun infrastruktur suatu daerah menjadi
salah satu indikator maupun faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dari
pembangunan kesehatan Selain itu pemerintah memegang peranan penting dalam
distribusi SDM kesehatan
Masalah ketersediaan dan distribusi SDM kesehatan di daerah terpencil
tertinggal perbatasan dan kepulauan (DPTK) terletak pada faktor efisiensi
efektifitas maupun mutu dari SDM kesehatan yang meliputi distribusi SDM
kesehatan yang belum merata perencanaan program kesehatan belum optimal
rendahnya mutu SDM kesehatan informasi yang tidak akurat mengenai kondisi
suatu daerah serta keterbatasan sumber daya pendukung
Ketersediaan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan di daerah terpencil
tertinggal perbatasan dan kepulauan merupakan masalah sekaligus sebagai
tantangan di dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia Hal ini
tampak dari paparan program 100 hari Departemen Kesehatan yang merencanakan
program peningkatan jumlah jenis dan mutu di DTPK Tantangan yang sedang
dihadapi sekarang ialah tenaga kesehatan itu sendiri yang kurang motivasi untuk
menjangkau daerah tersebut Banyak faktor karena daerah-daerah tersebut kurang
menjadi daya tarik da daya dorong untuk menempati daerah tersebut masih kecil
sehingga hamper tak dilirik oleh tenaga kesehatan untuk menempati daerah
tersebut
Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pemberdayaan
masyarakat Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat
banyak didirikan antara lain dalam bentuk Posyandu Polindes Pos Obat Desa
serta Pos Upaya Kesehatan Kerja Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan
pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai
yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti yayasan kanker Indonesia
yayasan jantung Indonesia yayasan thalasemia Indonesia serta yayasan ginjal
Indonesia Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai
gerakan seperti Koalisi Indonesia Sehat Gebrak Malaria Gerdunas TB Gerakan
Sayang Ibu gerakan anti madat serta gerakan pita putih (kesehatan ibu) dan
gerakan pita merah (HIVAIDS) Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti
mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam
mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih
dilaksanakan secara terbatas Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih
dalam bentuk mobilisasi masyarakat Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam
bentuk pelayanan advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program
pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan
Manajemen Kesehatan
Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan Inkonsistensi
antara pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi
salah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan
Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010 ketidak jelasanSistem Jaminan
Sosial Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan
buramnya prospek kesehatan bangsa ini
Pada sisi lain desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negatif
Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam
program pembangunan kesehatan adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan
tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010
Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia
Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan
bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang
tinggi juga bisa terwujud
Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari
DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan
jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan
Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan
masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap
individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status
sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah
Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang
mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah
dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor
swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah
agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari
DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga
dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh
lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan
Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi
kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi
tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap
asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya
dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi
mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka
yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap
penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik
Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan
pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi
angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya
Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia
bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan
kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan
kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam
perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka
kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika
kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang
menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara
Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah
menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari
DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan
angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan
Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan
Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa
(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta
Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan
akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit
dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh
karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat
diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini
sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan
untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai
pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi
bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas
bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal
tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan
10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit
TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana
Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di
daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang
menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat
bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang
diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas
oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa
peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan
mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan
(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat
dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif
bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli
gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten
apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK
Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh
pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu
hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti
jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta
insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal
tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata
meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu
akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu
di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan
mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap
pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya
adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli
terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga
kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya
puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi
lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya
dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas
2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat
mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan
kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya
informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu
Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas
dugaan terjadinya mal praktek dokter
Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan
yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa
dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah
lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga
kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan
produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka
diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien
fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan
lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin
dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan
yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak
tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada
kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil
daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio
perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar
adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada
kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS
adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal
Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah
tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS
dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga
kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat
dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan
1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)
dan
2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)
Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan
kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing
tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi
pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat
menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan
Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya
keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak
pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah
lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini
juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang
termasuk DTPK
Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-
daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam
wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru
infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang
menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena
dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan
tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya
Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk
wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses
kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju
jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-
daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan
ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan
harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir
tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan
tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke
daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara
maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan
perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)
sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi
serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus
sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia
PENUTUP
A KESIMPULAN
prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk
masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas
haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan
perlu dipertajam dengan jalan antara lain
1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak
berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan
penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi
masyarakat
2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya
operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik
eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan
3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu
masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah
pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain
sebagainya
4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah
sakit-rumah sakit stroke
DAFTAR PUSTAKA
httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml
http
Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas
ariIKhtm
httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm
- TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
-
kesadaran masyrakat dalam mewujudkan perilaku hidup sehat demi tercapainya
pningkatan derajat kesehatan masyarakat yang mandiri
Upaya tersebut dihadapkan pada beberapa hambatan yang cukup signifikan
khususnya di daerah-daerah tertinggal Pertama sebanyak 30 persen puskesmas di
kabupaten tertinggal (53 kabupaten) memiliki beban melayani lebih dari 20000
jumlah penduduk Kedua sebanyak 70 persen puskesmas di kabupaten tertinggal
(102 kabupaten) memiliki beban melayani penduduk dengan luas wilayah lebih dari
200 km2 Ketiga ketersediaan bidan desa (18213 bidan desa) baru memenuhi 50
persen jumlah desa yang membutuhkan Keempat jumlah dan fungsi upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) masih jauh dari kebutuhan Terjadi
banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan ketersediaan tenaga
Kesehatan yang berada di daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah
tertinggal Masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah tersebut menyebabkan
banyak terjadi masalah kesehatan Kesulitan dalam menjangkau daerah tersebut
menyebabkan kurang berminatnya tenaga kesehatan untuk datang ke daerah
tersebut Sehingga kondisi geografis maupun infrastruktur suatu daerah menjadi
salah satu indikator maupun faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dari
pembangunan kesehatan Selain itu pemerintah memegang peranan penting dalam
distribusi SDM kesehatan
Masalah ketersediaan dan distribusi SDM kesehatan di daerah terpencil
tertinggal perbatasan dan kepulauan (DPTK) terletak pada faktor efisiensi
efektifitas maupun mutu dari SDM kesehatan yang meliputi distribusi SDM
kesehatan yang belum merata perencanaan program kesehatan belum optimal
rendahnya mutu SDM kesehatan informasi yang tidak akurat mengenai kondisi
suatu daerah serta keterbatasan sumber daya pendukung
Ketersediaan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan di daerah terpencil
tertinggal perbatasan dan kepulauan merupakan masalah sekaligus sebagai
tantangan di dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia Hal ini
tampak dari paparan program 100 hari Departemen Kesehatan yang merencanakan
program peningkatan jumlah jenis dan mutu di DTPK Tantangan yang sedang
dihadapi sekarang ialah tenaga kesehatan itu sendiri yang kurang motivasi untuk
menjangkau daerah tersebut Banyak faktor karena daerah-daerah tersebut kurang
menjadi daya tarik da daya dorong untuk menempati daerah tersebut masih kecil
sehingga hamper tak dilirik oleh tenaga kesehatan untuk menempati daerah
tersebut
Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pemberdayaan
masyarakat Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat
banyak didirikan antara lain dalam bentuk Posyandu Polindes Pos Obat Desa
serta Pos Upaya Kesehatan Kerja Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan
pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai
yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti yayasan kanker Indonesia
yayasan jantung Indonesia yayasan thalasemia Indonesia serta yayasan ginjal
Indonesia Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai
gerakan seperti Koalisi Indonesia Sehat Gebrak Malaria Gerdunas TB Gerakan
Sayang Ibu gerakan anti madat serta gerakan pita putih (kesehatan ibu) dan
gerakan pita merah (HIVAIDS) Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti
mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam
mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih
dilaksanakan secara terbatas Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih
dalam bentuk mobilisasi masyarakat Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam
bentuk pelayanan advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program
pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan
Manajemen Kesehatan
Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan Inkonsistensi
antara pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi
salah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan
Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010 ketidak jelasanSistem Jaminan
Sosial Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan
buramnya prospek kesehatan bangsa ini
Pada sisi lain desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negatif
Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam
program pembangunan kesehatan adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan
tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010
Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia
Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan
bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang
tinggi juga bisa terwujud
Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari
DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan
jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan
Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan
masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap
individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status
sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah
Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang
mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah
dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor
swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah
agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari
DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga
dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh
lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan
Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi
kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi
tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap
asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya
dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi
mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka
yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap
penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik
Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan
pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi
angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya
Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia
bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan
kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan
kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam
perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka
kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika
kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang
menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara
Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah
menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari
DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan
angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan
Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan
Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa
(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta
Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan
akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit
dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh
karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat
diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini
sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan
untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai
pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi
bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas
bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal
tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan
10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit
TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana
Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di
daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang
menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat
bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang
diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas
oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa
peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan
mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan
(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat
dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif
bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli
gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten
apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK
Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh
pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu
hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti
jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta
insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal
tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata
meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu
akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu
di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan
mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap
pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya
adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli
terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga
kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya
puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi
lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya
dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas
2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat
mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan
kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya
informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu
Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas
dugaan terjadinya mal praktek dokter
Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan
yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa
dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah
lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga
kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan
produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka
diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien
fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan
lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin
dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan
yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak
tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada
kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil
daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio
perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar
adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada
kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS
adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal
Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah
tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS
dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga
kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat
dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan
1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)
dan
2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)
Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan
kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing
tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi
pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat
menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan
Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya
keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak
pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah
lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini
juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang
termasuk DTPK
Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-
daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam
wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru
infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang
menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena
dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan
tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya
Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk
wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses
kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju
jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-
daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan
ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan
harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir
tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan
tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke
daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara
maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan
perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)
sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi
serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus
sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia
PENUTUP
A KESIMPULAN
prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk
masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas
haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan
perlu dipertajam dengan jalan antara lain
1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak
berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan
penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi
masyarakat
2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya
operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik
eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan
3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu
masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah
pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain
sebagainya
4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah
sakit-rumah sakit stroke
DAFTAR PUSTAKA
httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml
http
Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas
ariIKhtm
httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm
- TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
-
sehingga hamper tak dilirik oleh tenaga kesehatan untuk menempati daerah
tersebut
Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan kesehatan di Indonesia dilaksanakan dengan pemberdayaan
masyarakat Untuk itu berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat
banyak didirikan antara lain dalam bentuk Posyandu Polindes Pos Obat Desa
serta Pos Upaya Kesehatan Kerja Sedangkan dalam bidang pembiayaan kesehatan
pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui bentuk dana sehat serta berbagai
yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan seperti yayasan kanker Indonesia
yayasan jantung Indonesia yayasan thalasemia Indonesia serta yayasan ginjal
Indonesia Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pula dalam bentuk berbagai
gerakan seperti Koalisi Indonesia Sehat Gebrak Malaria Gerdunas TB Gerakan
Sayang Ibu gerakan anti madat serta gerakan pita putih (kesehatan ibu) dan
gerakan pita merah (HIVAIDS) Sayangnya pemberdayaan masyarakat dalam arti
mengembangkan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat dalam
mengemukakan pendapat dan mengambil keputusan tentang kesehatan masih
dilaksanakan secara terbatas Kecuali itu lingkup pemberdayaan masyarakat masih
dalam bentuk mobilisasi masyarakat Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam
bentuk pelayanan advokasi kesehatan serta pengawasan sosial dalam program
pembangunan kesehatan belum banyak dilaksanakan
Manajemen Kesehatan
Dalam hal manajemen kesehatan pun dianggap mengecewakan Inkonsistensi
antara pengambilan dan implementasi kebijakan pembangunan kesehatan menjadi
salah satu kendala mencapai tujuan pembangunan kesehatan
Tidak Tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010 ketidak jelasanSistem Jaminan
Sosial Nasional dan Sistem Kesehatan Nasional seakan ikut menggambarkan
buramnya prospek kesehatan bangsa ini
Pada sisi lain desentralisasi pembangunan menyisakan beberapa hal negatif
Disparitas yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam
program pembangunan kesehatan adalah fakta yang sangat jelas menunjukkan
tidak tercapainya Visi Indonesia Sehat 2010
Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia
Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan
bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang
tinggi juga bisa terwujud
Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari
DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan
jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan
Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan
masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap
individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status
sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah
Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang
mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah
dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor
swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah
agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari
DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga
dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh
lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan
Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi
kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi
tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap
asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya
dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi
mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka
yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap
penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik
Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan
pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi
angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya
Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia
bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan
kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan
kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam
perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka
kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika
kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang
menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara
Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah
menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari
DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan
angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan
Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan
Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa
(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta
Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan
akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit
dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh
karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat
diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini
sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan
untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai
pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi
bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas
bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal
tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan
10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit
TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana
Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di
daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang
menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat
bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang
diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas
oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa
peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan
mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan
(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat
dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif
bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli
gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten
apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK
Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh
pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu
hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti
jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta
insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal
tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata
meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu
akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu
di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan
mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap
pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya
adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli
terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga
kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya
puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi
lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya
dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas
2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat
mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan
kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya
informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu
Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas
dugaan terjadinya mal praktek dokter
Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan
yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa
dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah
lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga
kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan
produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka
diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien
fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan
lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin
dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan
yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak
tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada
kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil
daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio
perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar
adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada
kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS
adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal
Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah
tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS
dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga
kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat
dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan
1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)
dan
2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)
Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan
kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing
tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi
pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat
menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan
Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya
keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak
pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah
lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini
juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang
termasuk DTPK
Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-
daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam
wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru
infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang
menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena
dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan
tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya
Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk
wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses
kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju
jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-
daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan
ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan
harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir
tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan
tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke
daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara
maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan
perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)
sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi
serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus
sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia
PENUTUP
A KESIMPULAN
prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk
masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas
haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan
perlu dipertajam dengan jalan antara lain
1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak
berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan
penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi
masyarakat
2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya
operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik
eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan
3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu
masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah
pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain
sebagainya
4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah
sakit-rumah sakit stroke
DAFTAR PUSTAKA
httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml
http
Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas
ariIKhtm
httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm
- TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
-
Secara sederhana demikianlah potret pembangunan kesehatan di Indonesia
Dengan adanya refleksi ini bisa memberikan masukan agar reformasi kesehatan
bisa segera terwujud dan harapan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang
tinggi juga bisa terwujud
Dalam empat isu yang menjadi landasan penyusunan program 100 hari
DEPKES pelaksanaannya melalui program 100 hari sangat erat kaitannya dengan
jumlah jenis mutu dan distribusi tenaga kesehatan
Isu yang pertama mengatakan bahwa pemenuhan hak setiap individu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan program jaminan kesehatan
masyarakat dan sebagainya Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tiap
individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa memandang status
sosial yang dimiliki oleh orang tersebut Sehingga tiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah
Pemenuhan hak setiap individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
tampak dari sasaran program 100 hari Departemen Kesehatan yang
mencakup seluruh rakyat miskin seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah
dengan daya ungkit tertinggi maupun seluruh jajaran kesehatan lintas sektor
swasta dan segenap komponen masyarakat baik di Pusat maupun daerah
agar ikut berperan aktif sebagai pelaku maupun objek program 100 hari
DEPKES tersebut Terjaminnya hak setiap individu secara menyeluruh juga
dapat diperoleh melalui program jaminan kesehatan semesta dimana seluruh
lapisan masyrakat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan
Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi
kesehatan Asuransi kesehatan tersebut akan menjangkau seluruh populasi
tidak hanya masyarakat miskin Premi untuk masyarakat miskin terhadap
asuransi kesehatan tersebut akan dibayar oleh pemerintah berbeda halnya
dengan mereka yang bekerja premi akan ditanggung oleh perusahaan bagi
mereka yang bekerja sementara premi akan dibayar sendiri bagi mereka
yang mampu Program Jaminan Kesehatan Semesta masih dalam tahap
penyusunan roadmap sehingga dapat terlaksana dengan baik
Isu yang kedua peningkatan kesehatan masyarakat melalui percepatan dan
pencapaian target tujuan pembangunan milenium (MDGs) seperti mengurangi
angka kematian bayi angka kematian ibu melahirkan dan sebagainya
Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah republik Indonesia
bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan
kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan
kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam
perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka
kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika
kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang
menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara
Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah
menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari
DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan
angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan
Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan
Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa
(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta
Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan
akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit
dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh
karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat
diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini
sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan
untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai
pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi
bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas
bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal
tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan
10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit
TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana
Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di
daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang
menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat
bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang
diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas
oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa
peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan
mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan
(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat
dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif
bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli
gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten
apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK
Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh
pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu
hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti
jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta
insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal
tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata
meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu
akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu
di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan
mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap
pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya
adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli
terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga
kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya
puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi
lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya
dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas
2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat
mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan
kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya
informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu
Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas
dugaan terjadinya mal praktek dokter
Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan
yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa
dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah
lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga
kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan
produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka
diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien
fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan
lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin
dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan
yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak
tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada
kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil
daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio
perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar
adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada
kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS
adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal
Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah
tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS
dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga
kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat
dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan
1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)
dan
2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)
Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan
kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing
tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi
pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat
menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan
Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya
keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak
pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah
lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini
juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang
termasuk DTPK
Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-
daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam
wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru
infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang
menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena
dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan
tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya
Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk
wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses
kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju
jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-
daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan
ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan
harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir
tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan
tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke
daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara
maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan
perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)
sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi
serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus
sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia
PENUTUP
A KESIMPULAN
prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk
masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas
haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan
perlu dipertajam dengan jalan antara lain
1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak
berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan
penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi
masyarakat
2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya
operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik
eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan
3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu
masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah
pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain
sebagainya
4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah
sakit-rumah sakit stroke
DAFTAR PUSTAKA
httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml
http
Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas
ariIKhtm
httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm
- TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
-
bekerjasama dengan PBB untuk menekan angka yang menyebabkan
kemunduran suatu Negara diantaranya angka-angka yang berkaitan dengan
kesehatan Dengan upaya yang demikian diharapkan suatu Negara dalam
perkembangannya akan berdampak positif bagi Negara itu sendiri Angka
kematian bayi dan angka kematian Ibu merupakan suatu faktor demografi
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk dan dinamika
kependudukan serta menceminkan atau sebagai indikator yang
menggambarkan kondisi kesehatan dan kependudukan di suatu Negara
Pemerintah Indonesia melalui Kabinet Indonesia Bersatu ke- 2 telah
menyusun suatu program atau upaya yang terdapat dalam program 100 hari
DEPKES No 2 dan 7 Upaya tersebut berguna untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui upaya mengurangi angka kematian bayi dan
angka kematian Ibu yang meliputi pendataan Ibu Hamil dan penyediaan
Buku KIA bagi ibu hamil baru dll Selain itu juga melakukan peningkatan
Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98 desa di 5 provinsi Jawa
(Jatim Jabar Banten dan DKI Jakarta
Isu yang ketiga yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan
akibat bencana Sedang terjadi trend peningkatan berbagai wabah penyakit
dan virus yang selalu berkembang dan merupakan penyakit menular oleh
karena itu perlu adanya penanggulangan apabila gejala tersebut dapat
diidentifikasi sehingga penanganannya dapat dilakukan semenjak dini
sebelum virus atau penyakit tersebut menjadi wabah yang mematikan Dan
untuk penaggulangan bencana perlu adanya badan yang mengkaji berbagai
pencegahan sebelum bencana tersebut terjadi sehingga apabila terjadi
bencana yang tak dapat dicegah dapat diminimalisir sehingga kerugian atas
bencana tersebut dapat ditekan Upaya yang dilakukan untuk menangani hal
tersebut telah dipaparkan di dalam program 100 hari DEPKES No 5 6 7 dan
10 yang meliputi upaya penanggulangan HIVAIDS penanggulangan penyakit
TB penanggulangan malaria serta penanggulangan bencana
Isu yang keempat adalah pemerataan dan distribusi tenaga kesehatan di
daerah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal Ini yang
menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat
bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang
diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas
oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa
peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan
mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan
(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat
dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif
bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli
gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten
apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK
Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh
pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu
hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti
jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta
insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal
tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata
meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu
akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu
di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan
mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap
pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya
adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli
terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga
kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya
puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi
lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya
dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas
2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat
mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan
kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya
informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu
Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas
dugaan terjadinya mal praktek dokter
Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan
yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa
dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah
lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga
kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan
produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka
diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien
fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan
lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin
dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan
yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak
tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada
kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil
daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio
perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar
adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada
kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS
adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal
Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah
tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS
dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga
kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat
dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan
1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)
dan
2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)
Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan
kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing
tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi
pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat
menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan
Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya
keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak
pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah
lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini
juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang
termasuk DTPK
Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-
daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam
wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru
infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang
menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena
dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan
tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya
Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk
wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses
kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju
jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-
daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan
ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan
harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir
tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan
tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke
daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara
maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan
perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)
sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi
serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus
sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia
PENUTUP
A KESIMPULAN
prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk
masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas
haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan
perlu dipertajam dengan jalan antara lain
1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak
berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan
penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi
masyarakat
2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya
operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik
eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan
3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu
masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah
pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain
sebagainya
4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah
sakit-rumah sakit stroke
DAFTAR PUSTAKA
httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml
http
Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas
ariIKhtm
httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm
- TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
-
menjadi tinjauan utama dalam pembuatan makalah ini Penulis berpendapat
bahwa wilayah terpencil kepulauan perbatasan dan daerah tertinggal kurang
diminati oleh tenaga kesehatan karena berbagai hal Hal ini yang akan diulas
oleh penulis dalam makalah ini Dalam program no11 disebutkan bahwa
peningkatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan dalam jumlah jenis dan
mutu terutama di daerah terpencil tertinggal perbatasan dan kepulauan
(DTPK) Disusunnya permenkes tentang praktik tenaga kesehatan (perawat
dan bidan) di DTPK dan peraturan kepmenkes tentang pemberian insentif
bagi tenaga kesehatan strategis (dokter perawat bidan SKM sanitarian ahli
gizi asisten apoteker dan analisis) dan terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan strategis (perawat bidan sanitarian gizi analis kesehatan asisten
apoteker) sebanyak 131 orang di 35 puskesmas dari 101 puskesmas DTPK
Namun untuk dapat menjamin pemenuhan hak setiap individu dalam memperoleh
pelayanan kesehatan mengurangi angka kematian bayi dan angka kematian ibu
hamil serta pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana maka jumlah mutu dan distribusi tenaga kesehatan harus baik dalam arti
jumlah tenaga kesehatan berada dalam kuantitas dan kualitas yang baik serta
insentif yang sesuai dengan daerah dimana mereka akan ditempatkan Jika hal
tersebut dipenuhi maka distribusi tenaga kesehatan dapat diatur secara merata
meliputi seluruh wilayah RI baik daerah maju maupun DTPK Maka setiap individu
akan terjamin haknya terhadap pemenuhan akan pelayanan kesehatan baik individu
di daerah maju maupun di DTPK Pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak akan
mengalami hambatan yang berat apabila faktor SDM kesehatan dan akses terhadap
pelayanan kesehatan tersebut mudah dan baik
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut diantaranya
adalah kekurangan tenaga ahli kesehatan di Indonesia atau rasio tenaga ahli
terhadap jumlah penduduk Indonesia masih sangat rendah Kualitas tenaga
kesehatan juga perlu ditingkatkan Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya
puskesmas yang tidak mempunyai dokter umum maupun petugas kesehatan profesi
lainnya Akibatnya banyak puskesmas terutama di daerah terpencil yang hanya
dilayani oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya Berbagai kajian (Bappenas
2004 BPS dan OCR Macro 2003) juga menunjukkan bahwa sebagian masyarakat
mempunyai persepsi bahwa tenaga kesehatan belum sepenuhnya memberikan
kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya
informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu
Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas
dugaan terjadinya mal praktek dokter
Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan
yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa
dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah
lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga
kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan
produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka
diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien
fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan
lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin
dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan
yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak
tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada
kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil
daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio
perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar
adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada
kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS
adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal
Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah
tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS
dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga
kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat
dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan
1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)
dan
2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)
Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan
kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing
tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi
pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat
menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan
Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya
keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak
pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah
lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini
juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang
termasuk DTPK
Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-
daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam
wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru
infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang
menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena
dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan
tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya
Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk
wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses
kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju
jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-
daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan
ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan
harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir
tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan
tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke
daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara
maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan
perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)
sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi
serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus
sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia
PENUTUP
A KESIMPULAN
prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk
masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas
haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan
perlu dipertajam dengan jalan antara lain
1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak
berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan
penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi
masyarakat
2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya
operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik
eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan
3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu
masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah
pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain
sebagainya
4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah
sakit-rumah sakit stroke
DAFTAR PUSTAKA
httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml
http
Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas
ariIKhtm
httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm
- TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
-
kepuasan bagi pasien misalnya dokter yang dianggap kurang ramah terbatasnya
informasi kesehatan yang diberikan kepada pasien atau lamanya waktu tunggu
Bahkan akhir-akhir ini sering muncul keluhan dan pengaduan masyarakat atas
dugaan terjadinya mal praktek dokter
Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan
yang tidak merata Misalnya lebih dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa
dan Bali provinsi lain yang memiliki banyak dokter spesialis dibanding daerah
lainnya adalah di provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan Untuk jenis tenaga
kesehatan tertentu seperti perawat jumlahnya sudah relative cukup bahkan
produksinya terus meningkat Namun ada beberapa tenaga kesehatan yang langka
diantaranya adalah analis kesehatan terapis wicara refraksionis optisien
fisioterapis radiographer epidemiolog ahli human resource management dan
lainnya Mutu SDM kesehatan masih membutuhkan pembenahan Hal ini tercermin
dari rendahnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Rata-rata sebuah puskesmas di daerah tertinggal mempunyai tenaga kesehatan
yang lebih sedikit yaitu 2714 tenaga dibandingkan dengan kabupaten tidak
tertinggal yaitu 3303 tenaga Hampir seluruh jenis tenaga kesehatan pada
kabupaten tertinggal mempunyai rasio tenaga per puskesmas yang lebih kecil
daripada kabupaten tidak tertinggal kecuali rasio tenaga teknis medis dan rasio
perawat gigi Dari seluruh tenaga tersebut yang perbedaan yang relative besar
adalah pada tenaga bidan dan SKM Jika dipilah menurut status kepegawaian pada
kabupaten tertinggal rasio tenaga kesehatan per puskesmas yang berstatus PNS
adalah 1921 lebih rendah dibandingkan 2759 pada daerah tidak tertingggal
Namun rasio PTT dan honor daerah per puskesmas lebih tinggi pada daerah
tertinggal Hal ini mengindikasikan upaya untuk memenuhi kekurangan tenaga PNS
dengan tenaga PTT dan honor daerah Secara umum kebijakan tentang tenaga
kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas atau mutu antara lain dapat
dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan Dalam PP ini antara lain dinyatakan
1 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3)
dan
2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)
Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan
kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing
tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi
pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat
menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan
Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya
keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak
pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah
lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini
juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang
termasuk DTPK
Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-
daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam
wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru
infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang
menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena
dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan
tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya
Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk
wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses
kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju
jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-
daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan
ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan
harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir
tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan
tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke
daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara
maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan
perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)
sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi
serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus
sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia
PENUTUP
A KESIMPULAN
prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk
masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas
haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan
perlu dipertajam dengan jalan antara lain
1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak
berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan
penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi
masyarakat
2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya
operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik
eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan
3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu
masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah
pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain
sebagainya
4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah
sakit-rumah sakit stroke
DAFTAR PUSTAKA
httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml
http
Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas
ariIKhtm
httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm
- TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
-
2 Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan (Pasal 21)
Pada umumnya peserta didik dari hasil pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan
kesehatan masih terbatas Seringkali kemandirian akuntabilitas dan daya saing
tenaga tersebut masih lemah Oleh sebab itu peningkatan kualitas institusi
pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu tantangan yang penting untuk dapat
menjamin tersedianya tenaga kesehatan bermutu yang diperlukan
Pola penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata juga menyebabkan terjadinya
keterlambatan dalam hal pelayanan kesehatan terhadap individu Hal ini berdampak
pada ketidakseimbangan pelayanan kesehatan pada suatu daerah dibanding daerah
lain Daerah yang termasuk DTPK akan susah mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai karena infrastruktur penunjang belum terbangun dengan baik Hal ini
juga akan memperlambat penanganan masalah kesehatan di suatu tempat yang
termasuk DTPK
Faktor reward juga mempengaruhi tenaga kesehatan dalam mencapai daerah-
daerah tersebut Seharusnya semakin rendah fasilitas atau infrastruktur dalam
wilayah tersebut maka reward semakin besar Namun berbeda kenyataannya justru
infrastruktur yang memadai membuat tenaga kesehatan ini dibayar mahal Ini yang
menyebabkan tenaga kesehatan jarang melirik daerah yang termasuk DTPK karena
dengan fasilitas yang serba terbatas juga dengan reward yang kecil menyebabkan
tenaga kesehatan malas untuk menjangkaunya
Oleh karena itu perlu diperhatikan sarana dan prasarana yang memadai untuk
wilayah-wilayah tersebut dan dibangun infrastruktur yang memadai sehingga akses
kesehatan untuk daerah tersebut tidak tertinggal dengan daerah yang sudah maju
jalur distribusi serta pemerataan dan pengadaan tenaga kesehatan untuk daerah-
daerah tersebut distandarisasi serta kualitas pendidikan tenaga kesehatan
ditingkatkan kualitasnya Untuk daerah-daerah tersebut reward yang ditawarkan
harus besar sehingga daerah tersebut memiliki daya tarik untuk membina karir
tenaga kesehatan yang menjamin masa depan kehidupan tenaga kesehatan
tersebut Perlu adanya desentralisasi daerah untuk wewenang dari tingkat pusat ke
daerah sehingga kinerja dari masing-masing daerah dapat dilakukakan secara
maksimal sesuai kebutuhan masing-masing daerah Selain itu diperlukan
perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)
sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi
serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus
sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia
PENUTUP
A KESIMPULAN
prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk
masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas
haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan
perlu dipertajam dengan jalan antara lain
1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak
berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan
penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi
masyarakat
2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya
operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik
eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan
3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu
masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah
pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain
sebagainya
4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah
sakit-rumah sakit stroke
DAFTAR PUSTAKA
httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml
http
Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas
ariIKhtm
httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm
- TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
-
perencanaan yang matang atas usaha-usaha diatas (program 100 hari DEPKES)
sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dari kinerja rencana tersebut dapat terjadi
serta unsur atau faktor pengadaan dan penempatan atas SDM kesehatan harus
sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing daerah di Indonesia
PENUTUP
A KESIMPULAN
prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk
masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas
haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan
perlu dipertajam dengan jalan antara lain
1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak
berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan
penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi
masyarakat
2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya
operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik
eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan
3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu
masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah
pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain
sebagainya
4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah
sakit-rumah sakit stroke
DAFTAR PUSTAKA
httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml
http
Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas
ariIKhtm
httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm
- TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
-
A KESIMPULAN
prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk
masyarakat miskin ndash mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas
haknya selama ini Untuk itu sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan
perlu dipertajam dengan jalan antara lain
1 Meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak
berkaitan dengan penduduk miskin Misalnya program pemberantasan
penyakit menular pelayanan kesehatan ibu dan anak serta peningkatan gizi
masyarakat
2 Meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak
melayani penduduk miskin yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
ruang rawat inap kelas III di rumah sakit Untuk itu subsidi bantuan biaya
operasional rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik
eksploitasi dan lsquopemalakanrsquo pasien miskin atas nama biaya perawatan
3 Mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu
masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya Contohnya adalah
pengadaan alat kedokteran canggih program kesehatan olahraga dan lain
sebagainya
4 Mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin misalnya pembangunan rumah
sakit-rumah sakit stroke
DAFTAR PUSTAKA
httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml
http
Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas
ariIKhtm
httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm
- TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
-
httppotret-pembangunan-kesehatan-indonesiahtml
http
Pembangunan_Kesehatan_Berbasis_Preventif_dan_Promotif_Tanjung_Anitas
ariIKhtm
httpMasalah_Pembiayaan_Kesehatan_di_Indonesia_ASTAQAULIYAHCOMhtm
- TREND DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
-