tropmed 30082013_praktikumparasitologi

9
Author: Sunna Hutagalung PRAKTIKUM PARASITOLOGI (TM-Pr.4) Praktikum I: Menghitung Telur Cacing Pada Sediaan Tinja Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz Membuat Sediaan Tinja Secara Langsung Dengan Metode Kato-Katz Untuk mempermudah identifikasi telur cacing, mahasiswa dianjurkan membawa catatan kuliah/praktikum terdahulu dan/atau atlas parasitologi tentang topik dimaksud. Alat & Bahan: 1. Sampel tinja. 2. Reagensia Kato yang terdiri dari : - Malachite green 3% dalam aquadest - Glycerine - Phenol 6% dalam aquadest 3. Lembar selofan berukuran 22x40 mm. Lembar selofan ini direndamkan selama 24 jam ke dalam reagensia Kato sebelum digunakan. 4. Kawat kasa stainless (60 atau 80 meshs) atau kasa nilon (105 meshs) ukuran 3 cm x 3 cm. 5. Pola: karton persegi ukuran 3 cm x 4 cm x 1.37 mm (tebalnya) dengan lubang berdiameter 6 mm. 6. Kertas minyak. 7. Object glass. 8. Prop karet/botol kecil 9. Lidi dan/atau spatula sebagai aplikator 10. Pinset 11. Sarung tangan Cara kerja: 1. Taruh sampel tinja di atas kertas minyak. 2. Tekan bagian atas tinja dengan kasa. Tinja halus yang keluar melalui kasa diambil dengan lidi/spatula. 3. Pada object glass yang bersih dan bebas debu/lemak, dengan menggunakan aplikator letakkan sampel tinja ke dalam lubang karton pola sampai penuh, lalu angkat karton pola sehingga sampel tinja tertinggal pada object glass sebanyak isi lobang karton. 4. Menutup tinja tersebut dengan lembar selofan yang sudah disiapkan. 5. Selofan ditekan-tekan perlahan dengan prop karet/botol kecil sampai tinja di bawahnya tersebar serata mungkin di bawah selofan. 6. Keringkan larutan yang berlebihan dengan cara membalikkan object glass sebentar pada kertas saring/tisu sambil menekan perlahan sehingga cairan sisa terserap, kemudian dibalikkan kembali. 7. Diamkan selama 15 menit pada suhu kamar. Sediaan siap diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10 x. 8. Hitung telur cacing yang ada pada semua tinja di sediaan ini. 9. Volume tinja per pola : 41.7 mg. Maka untuk mendapatkan jumlah telur per gram tinja (EPG : Eggs Per Gram) = hasil x 24.

Upload: sri-nivasan

Post on 02-Jan-2016

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

praktikum USU

TRANSCRIPT

Page 1: TROPMED 30082013_praktikumparasitologi

Author: Sunna Hutagalung

PRAKTIKUM PARASITOLOGI (TM-Pr.4)

Praktikum I: Menghitung Telur Cacing Pada Sediaan Tinja Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif :

1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz

Membuat Sediaan Tinja Secara Langsung Dengan Metode Kato-Katz Untuk mempermudah identifikasi telur cacing, mahasiswa dianjurkan membawa catatan kuliah/praktikum terdahulu dan/atau atlas parasitologi tentang topik dimaksud. Alat & Bahan:

1. Sampel tinja. 2. Reagensia Kato yang terdiri dari :

- Malachite green 3% dalam aquadest - Glycerine - Phenol 6% dalam aquadest

3. Lembar selofan berukuran 22x40 mm. Lembar selofan ini direndamkan selama 24 jam ke dalam reagensia Kato sebelum digunakan.

4. Kawat kasa stainless (60 atau 80 meshs) atau kasa nilon (105 meshs) ukuran 3 cm x 3 cm.

5. Pola: karton persegi ukuran 3 cm x 4 cm x 1.37 mm (tebalnya) dengan lubang berdiameter 6 mm.

6. Kertas minyak. 7. Object glass. 8. Prop karet/botol kecil 9. Lidi dan/atau spatula sebagai aplikator 10. Pinset 11. Sarung tangan

Cara kerja:

1. Taruh sampel tinja di atas kertas minyak. 2. Tekan bagian atas tinja dengan kasa. Tinja halus yang keluar melalui kasa

diambil dengan lidi/spatula. 3. Pada object glass yang bersih dan bebas debu/lemak, dengan menggunakan

aplikator letakkan sampel tinja ke dalam lubang karton pola sampai penuh, lalu angkat karton pola sehingga sampel tinja tertinggal pada object glass sebanyak isi lobang karton.

4. Menutup tinja tersebut dengan lembar selofan yang sudah disiapkan. 5. Selofan ditekan-tekan perlahan dengan prop karet/botol kecil sampai tinja di

bawahnya tersebar serata mungkin di bawah selofan. 6. Keringkan larutan yang berlebihan dengan cara membalikkan object glass

sebentar pada kertas saring/tisu sambil menekan perlahan sehingga cairan sisa terserap, kemudian dibalikkan kembali.

7. Diamkan selama 15 menit pada suhu kamar. Sediaan siap diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10 x.

8. Hitung telur cacing yang ada pada semua tinja di sediaan ini. 9. Volume tinja per pola : 41.7 mg. Maka untuk mendapatkan jumlah telur per

gram tinja (EPG : Eggs Per Gram) = hasil x 24.

Page 2: TROPMED 30082013_praktikumparasitologi

Author: Sunna Hutagalung

Interpretasi hasil pemeriksaan:

Classes of intensity for soil transmitted helminthes (WHO, 2002) Parasit Light-intensity

infections Moderate-intensity infections

Heavy-intensity infections

A.lumbricoides 1-4.999 epg 5000-49.999 epg ≥50.000 epg

T.trichiura 1- 999 epg 1000-9.999 epg ≥10.000 epg

Hookworms 1-1.999 epg 2000-3.999 epg ≥4000 epg

PRAKTIKUM PARASITOLOGI (TM-Pr.5)

Praktikum II: Plasmodium sp., menghitung kepadatan parasit Plasmodium sp. pada sediaan darah tepi secara mikroskopis Untuk mempermudah identifikasi parasit, mahasiswa dianjurkan membawa catatan kuliah/praktikum terdahulu dan/atau atlas parasitologi tentang topik dimaksud. Pembuatan sediaan hapus darah: Alat & Bahan:

1. Object glass 2. Kaca penggeser 3. Sarung tangan 4. Kapas alkohol 70 % / alkohol swab 5. Kapas kering 6. Marker untuk memberi label pada slide 7. Lanset steril/hemolet 8. Larutan kerja Giemsa + buffer (perbandingan 1:4)

A. Pembuatan sediaan hapus darah tipis:

Cara kerja: 1. Mengambil satu object glass (slide) yang bersih, kering, serta bebas debu dan

lemak dan satu kaca penggeser yang berfungsi untuk menyebar darah. 2. Melakukan desinfeksi ujung jari tangan yang akan diambil darahnya dengan

alkohol swab dan menunggunya hingga kering. 3. Menusuk jari yang telah didesinfeksi dengan lanset steril/hemolet sedalam 3

mm. 4. Menghapus darah yang pertama keluar dengan kapas kering. 5. Meletakkan tetesan darah berikutnya sebanyak 1 tetes (± 10 µl) dan

diletakkan di pinggir object glass. 6. Dengan posisi kaca penggeser membentuk sudut 30-450 terhadap object

glass, sentuh tetesan darah dan biarkan darah menyebar merata di tepi kaca penggeser. Dorong kaca penggeser ke depan dengan cepat dan mantap.

Page 3: TROPMED 30082013_praktikumparasitologi

Author: Sunna Hutagalung

7. Membiarkan sediaan darah menjadi kering dengan cara menganginkan, dan memberi label/nomor kode pada object glass dengan menggunakan marker.

8. Fiksasi sediaan darah dengan methanol selama ± 1 menit. 9. Buang sisa methanol, lalu bubuhi dengan larutan kerja Giemsa secara merata

dan biarkan selama ± 20 menit. 10. Membuang sisa zat warna dan membilasnya dengan air mengalir secara

perlahan. 11. Mengeringkan sediaan dengan mengangin-anginkannya secara tegak lurus di

atas kertas saring atau tisu. Sediaan siap untuk diperiksa.

Pembacaan Sediaan Darah Tipis: Sediaan darah tipis biasanya digunakan untuk konfirmasi diagnosa spesies atau untuk mendapat gambaran lebih jelas mengenai morfologi parasit. Bila diperlukan untuk menghitung parasitemia, periksa sediaan darah tipis selama 30 menit untuk mencapai paling sedikit 100.000 eritrosit. Metode Persen untuk menghitung parasitemia pada sediaan darah tipis adalah sebagai berikut:

1. Tentukan lokasi pada sediaan darah tipis dimana eritrosit saling berdekatan tetapi tidak saling bertindihan.

2. Periksa dengan metode sistematik (gunakan kontrol fase mikroskop untuk memeriksa satu lapangan pandang pemeriksaan).

3. Hitung jumlah total eritrosit dalam setiap lapangan pandang. Pada waktu yang sama, hitung pula jumlah eritrosit yang mengandung parasit.

4. Hitung hingga mencapai total 1000-5000 eritrosit. 5. Bagi jumlah parasit dengan jumlah total eritrosit yang dihitung dan kalikan

hasilnya dengan 100 untuk menghasilkan persentase eritrosit yang terinfeksi parasit: Eritrosit yang terinfeksi x 100 = n % eritrosit yang terinfeksi Total hitung eritrosit Perkiraan jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit < 1 % biasanya dapat diabaikan karena nilai prediktif klinis yang diperoleh minimal, kecuali jika ditemukan Plasmodium falciparum stadium trofozoit atau schizont yang berarti infeksi berat.

B. Pembuatan sediaan darah tebal:

Cara kerja: 1. Mengambil satu object glass (slide) yang bersih, kering, serta bebas debu dan

lemak dan satu kaca penggeser yang berfungsi untuk menyebar darah. 2. Melakukan desinfeksi ujung jari tangan yang akan diambil darahnya dengan

alkohol swab dan menunggunya hingga kering. 3. Menusuk jari yang telah didesinfeksi dengan lanset steril/hemolet sedalam 3

mm. 4. Menghapus darah yang pertama keluar dengan kapas kering. 5. Meletakkan tetesan darah berikutnya sebanyak +/- 3 tetes (± 30 µl) dan

diletakkan ditengah object glass. 6. Dengan menggunakan kaca penggeser, darah tersebut disebar secara

sirkular dan searah dengan diameter ± 2 cm.

Page 4: TROPMED 30082013_praktikumparasitologi

Author: Sunna Hutagalung

7. Membiarkan sediaan darah menjadi kering dengan cara menganginkan, dan memberi label/nomor kode pada object glass dengan menggunakan marker.

8. Meletakkan sediaan di atas di atas rak, lalu membubuhinya dengan larutan kerja Giemsa secara merata dan biarkan selama ± 20 menit.

9. Membuang sisa zat warna dan membilasnya dengan air mengalir secara perlahan.

10. Mengeringkan sediaan dengan mengangin-anginkannya secara tegak lurus di atas kertas saring atau tisu. Sediaan siap untuk diperiksa.

Pembacaan Sediaan Darah Tebal: 1. Baca slide secara “zig-zag” menggunakan mikroskop lengkap dengan

pembesaran obyektif 100x dan ocular 10x menggunakan minyak immerse. 2. Catat jumlah parasit per mm3 dengan metode sebagai berikut:

Metode ini didasarkan atas jumlah parasit per mm3 darah pada sediaan darah tebal yang dihitung sesuai dengan jumlah leukosit yang telah ditentukan, dengan standar 8000 leukosit per mm3. Sebelum mulai menghitung, sejumlah 0.25 µl darah (± 100 lapangan pandang) diperiksa pada sediaan darah tebal untuk menentukan jenis dan stadium parasit yang mungkin ditemukan. Bila sudah pasti, maka metode penghitungan untuk sediaan darah yang positif adalah sebagai berikut: a. Alat penghitung dua tally diperlukan untuk menghitung jumlah parasit dan

leukosit secara terpisah. b. Hitung 200 leukosit dan semua parasit. Catat jumlah parasit per 200

leukosit. c. Rumus : Jumlah parasit x 8000 = parasit per mm3

Jumlah leukosit

Hal ini berarti bahwa jika 200 leukosit dihitung maka jumlah parasit dikalikan 40.

d. Hitung semua parasit yang ada dan hitung jumlahnya untuk stadium aseksual.

e. Hitung jumlah parasit pada fase seksual (gametosit) secara terpisah menggunakan metode yang sama.

f. Bila tidak ditemukan parasit setelah pemeriksaan 100 lapangan pandang, hasil pemeriksaan dinyatakan negatif.

Page 5: TROPMED 30082013_praktikumparasitologi

Author: Sunna Hutagalung

Gambar Keterangan

Plasmodium sp.

Filum: Apicomplexa

Subfilum: Sporozoa

Klas: Telopsorea

Subklas: Haemosporina

Famili: Plasmodidae

Genus: Plasmodium

Plasmodium vivax

Stadium cincin muda (early ring form)

Perhatikan gambaran cincin dengan satu inti

pada sediaan apus darah dan sediaan darah

tebal. Pada stadium ini sulit dibedakan antara P

vivax, P ovale, dan P malariae.

Stadium cincin lanjut pada sediaan apus

Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:

Eritrosit mulai membesar

Sitoplasma parasit mulai menebal

Dapat dijumpai stippling, yakni bintik-

bintik Schuffner yang halus tersebar di

dalam eritrosit

Stadium trofozoit pada sediaan apus

Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:

Eritrosit membesar hingga seukuran

lekosit

Sitoplasma semakin menebal, semakin

ameboid pada trofozoit matang

Dapat dijumpai pigmen halus bewarna

kecoklatan

Stadium skizon muda pada sediaan apus

Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:

Eritrosit membesar

Terdapat lebih dari satu inti di dalam

sitoplasma

Sitoplasma menyatu (presegmenting

stadium)

Stadium skizon matang pada sediaan apus

Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:

Eritrosit membesar

Terdapat 8-24 merozoit di dalam

sitoplasma, biasanya 12-18

Page 6: TROPMED 30082013_praktikumparasitologi

Author: Sunna Hutagalung

Gambar Keterangan

Makrogametosit (gametosit betina)

Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:

Jenis sediaan apus/tebal*

Eritrosit membesar pada sediaan apus

Sitoplasma bewarna biru

Inti relatif lebih kecil dibandingkan pada

mikrogametosit, terletak di pinggir

sitoplasma

Kromatin padat dan terletak meminggir

Mikrogametosit (gametosit jantan)

Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:

Jenis sediaan apus/tebal*

Eritrosit membesar pada sediaan apus

Sitoplasma bewarna merah jambu

Inti relatif lebih besar dibandingkan pada

makrogametosit, terletak di dalam

sitoplasma

Kromatin padat dan menyebar di dalam

sitoplasma

Plasmodium ovale

Stadium cincin lanjut pada sediaan apus

Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:

Eritrosit bisa berbentuk komet

Sitoplasma parasit mulai menebal

Dapat dijumpai stippling, yakni bintik-

bintik James yang halus tersebar di

dalam eritrosit

Stadium trofozoit pada sediaan apus

Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:

Eritrosit sedikit membesar dengan

fimbria, berbentuk seperti komet

Sitoplasma semakin menebal dan

ameboid, terutama pada trofozoit matang

Dapat dijumpai pigmen halus bewarna

kecoklatan

Stadium skizon pada sediaan apus

Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:

Eritrosit berfimbria

Terdapat lebih dari satu inti di dalam

sitoplasma

Skizon matang mengandung 6-12

merozoit, biasanya 8

Pigmen kecoklatan

Page 7: TROPMED 30082013_praktikumparasitologi

Author: Sunna Hutagalung

Gambar Keterangan

Makrogametosit (gametosit betina)

Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:

Jenis sediaan apus/tebal*

Eritrosit agak membesar pada sediaan

apus

Sitoplasma berwarna biru

Inti relatif lebih kecil dibandingkan pada

mikrogametosit, terletak di pinggir

sitoplasma

Kromatin padat dan terletak meminggir

Mikrogametosit (gametosit jantan)

Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:

Jenis sediaan apus/tebal*

Eritrosit agak membesar pada sediaan

apus

Sitoplasma bewarna merah jambu

Inti relatif lebih besar dibandingkan pada

makrogametosit, terletak di dalam

sitoplasma

Kromatin padat dan menyebar di dalam

sitoplasma

Plasmodium malariae

Stadium cincin

Stadium trofozoit

Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:

Eritrosit terinfeksi tidak membesar,

terkadang cenderung mengecil

Pigmen kuning atau kecoklatan

Sitoplasma cenderung tertarik ke arah

dua kutub membentuk pita (band form)

Inti meminggir

Stadium skizon:

Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:

Eritrosit tidak membesar

Skizon matang memiliki 6-12 merozoit,

biasanya 8, tersusun seperti kelopak

bunga

Page 8: TROPMED 30082013_praktikumparasitologi

Author: Sunna Hutagalung

Gambar Keterangan

Makrogametosit (gametosit betina)

Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:

Jenis sediaan apus/tebal*

Eritrosit tidak membesar pada sediaan

apus

Sitoplasma bewarna biru

Inti relatif lebih kecil dibandingkan pada

mikrogametosit, terletak di pinggir

sitoplasma

Kromatin padat dan terletak meminggir

Mikrogametosit (gametosit jantan)

Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:

Jenis sediaan apus/tebal*

Eritrosit tidak membesar pada sediaan

apus

Sitoplasma bewarna merah jambu

Inti relatif lebih besar dibandingkan pada

makrogametosit, terletak di dalam

sitoplasma

Kromatin padat dan menyebar di dalam

sitoplasma

Plasmodium falciparum

Stadium cincin muda pada sediaan apus

Perhatikan dan beri tanda pada gambar:

Bentuk single chromatin

Bentuk double chromatin

Bentuk blister

Bentuk marginal

Dan lain-lain

Stadium trofozoit, akan jarang diumpai di dalam

sediaan darah tepi bila semakin matang.

Perhatikan dan beri tanda pada gambar trofozoit

muda:

Ukuran eritrosit terinfeksi sama dengan

eritrosit normal

Sitoplasma semakin menebal

Dijumpai bintik-bintik jarang dan kasar di

dalam sitoplasma (Maurer’s dots)

Skizon, sangat jarang dijumpai di dalam sediaan

darah tepi, kecuali pada infeksi berat.

Eritrosit terinfeksi tidak membesar

Mengandung 8-26 merozoit, biasanya

12-18

Page 9: TROPMED 30082013_praktikumparasitologi

Author: Sunna Hutagalung

Gambar Keterangan

Makrogametosit (gametosit betina)

Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:

Jenis sediaan apus/tebal*

Eritrosit tidak membesar pada sediaan

apus

Sitoplasma bewarna biru

Inti relatif lebih kecil dibandingkan pada

mikrogametosit, terletak di pinggir

sitoplasma

Kromatin padat dan terletak meminggir

Plasmodium falciparum

Stadium cincin muda pada sediaan apus

Perhatikan dan beri tanda pada gambar:

Bentuk single chromatin

Bentuk double chromatin

Bentuk blister

Bentuk marginal

Dan lain-lain

Stadium trofozoit, akan jarang diumpai di dalam

sediaan darah tepi bila semakin matang.

Perhatikan dan beri tanda pada gambar trofozoit

muda:

Ukuran eritrosit terinfeksi sama dengan

eritrosit normal

Sitoplasma semakin menebal

Dijumpai bintik-bintik jarang dan kasar di

dalam sitoplasma (Maurer’s dots)

Skizon, sangat jarang dijumpai di dalam sediaan

darah tepi, kecuali pada infeksi berat.

Eritrosit terinfeksi tidak membesar

Mengandung 8-26 merozoit, biasanya

12-18

Gametosit

Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:

Jenis sediaan apus/tebal*

Berbentuk seperti pisang

Inti

Kromatin

Pigmen

*coret salah satu, atau gambar keduanya bila preparat tersedia