tugas

12
A. Pengertian Ukhuwwah Ukhuwah pada mulanya berarti “ persamaan dan keserasian dalam banyak hal”. Karenanya persamaan dalam keturunan mengakibatkan persaudaraan, persamaan dalam sifat-sifat juga mengakibatkan persaudaraan. Makna terahir ini antara lain ditunjuk oleh firman Allah dalam QS. Al Isra’ : 27 yang berbicara tentang persaudaraan (persamaan) sifat-sifat manusia yang boros dengan setan. Dalam kamus bahasa ditemukan bahwa kata Akh juga digunakan dalam arti teman akrab atau sahabat. Dalam Al Qur’an kata Akh dalam bentuk tunggal ditemukan sebanyak 52 kali, sebagian dalam arti saudara kandung, seperti pada -ayat yang berbicara tentang kewarisan dan sebagian lainnya arti saudara sebangsa walau tidak seagama seperti dalam Firmannya yang artinya : . Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" (QS Al A' Raaf {7}: 65) Bentuk jamak dari kata akha dalam al Qur’an ada dua macam; Pertama ikhwan yang digunakan untuk persaudaraan dalam arti tidak sekandung. Kata ini ditemukan sebanyak 72 kali, sebagian digandengkan dengan al din, seperti dalam surah Al Taubah : 11 Apabila mereka bertaubat, melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, maka mereka adalah saudara kamu seagama. Dan sebagian lainnya tanpa kata al din seperti dalam Surah Al Baqarah ayat : 220 ”tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” . Kedua, adalah ikhwan yang terdapat dalam Al Qur’an sebanyak 7 kali. Keseluruhannya digunakan untuk makna persaudaraan seketurunan ( kecuali satu ayat Innama al mu’minunna ikhwat” ( Al khujurat 10). Menarik untuk dianalisis mengapa al

Upload: dhevi-dwi

Post on 21-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

S

TRANSCRIPT

A. Pengertian Ukhuwwah Ukhuwah pada mulanya berarti persamaan dan keserasian dalam banyak hal. Karenanya persamaan dalam keturunan mengakibatkan persaudaraan, persamaan dalam sifat-sifat juga mengakibatkan persaudaraan. Makna terahir ini antara lain ditunjuk oleh firman Allah dalam QS. Al Isra : 27 yang berbicara tentang persaudaraan (persamaan) sifat-sifat manusia yang boros dengan setan. Dalam kamus bahasa ditemukan bahwa kata Akh juga digunakan dalam arti teman akrab atau sahabat. Dalam Al Quran kata Akh dalam bentuk tunggal ditemukan sebanyak 52 kali, sebagian dalam arti saudara kandung, seperti pada -ayat yang berbicara tentang kewarisan dan sebagian lainnya arti saudara sebangsa walau tidak seagama seperti dalam Firmannya yang artinya :. Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" (QS Al A' Raaf {7}: 65) Bentuk jamak dari kata akha dalam al Quran ada dua macam; Pertama ikhwan yang digunakan untuk persaudaraan dalam arti tidak sekandung. Kata ini ditemukan sebanyak 72 kali, sebagian digandengkan dengan al din, seperti dalam surah Al Taubah : 11 Apabila mereka bertaubat, melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, maka mereka adalah saudara kamu seagama. Dan sebagian lainnya tanpa kata al din seperti dalam Surah Al Baqarah ayat : 220 tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana .Kedua, adalah ikhwan yang terdapat dalam Al Quran sebanyak 7 kali. Keseluruhannya digunakan untuk makna persaudaraan seketurunan ( kecuali satu ayat Innama al muminunna ikhwat ( Al khujurat 10). Menarik untuk dianalisis mengapa al Quran, ketika berbicara tentang ukhuwat imaniyah/Islamiyah itu, menggunakan kata ikhwah yang selalu digunakan untuk arti persaudaraan seketurunan. Atau dengan kata lain, mengapa Al Quran tidak menggunakan kata ikhwan padahal kata ini digunakannuya untuk makna persaudaraan tidak seketurunan. Bukankah lebih tepat menggunakan kata terakhir ini melihat kenyataan bahwa saudara-saudara seiman dan se Islam, terdiri dari banyak bangsa dan suku, yang tentunya tidak seketurunan ? Hal ini bertujuan mempertegas dan mempererat jalinan hubungan antar sesama muslim. Seakan-akan hubungan tersebut dijalin bukan saja oleh keimanan mereka yang dalam ayat itu ditunjuk oleh kata al muminuun, tetapi ia seakan dijalin pula oleh persaudaraan seketurunan yang ditunjuk oleh kata ikhwah tersebut. Sehingga tidak ada satu alasan untuk meretakkan hubungan antar sesama.

Pengertian Ukhuwwah al-Islamiyah. Dalam kamus bahasa arab Ukhuwwah ( ) berarti persaudaraan . Jika kita sebut Ukhuwwah al-Islamiyyah ini berarti Ukhuwwah yang terjalin antar muslim karena ke-islaman-nya, bukan karena faktor lain. Allah Swt. berfirman: Artinya: Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (al-Hujarat, 10) Dalam tafsir al-Jalalain, kata Ikhwah ini ditafsirkan Ikhwah fi ad-Din yaitu bersaudara karena agama. Dalam Tafsir al-Khazin dijelaskan bahwa Iman dapat mengikat hubungan seseorang seperti terikatnya hubungan karena faktor keturunan, dan Islam laksana seorang ayah karena ia dapat mengikat hubugan antar pemeluknya seperti seorang ayah mengikat hubungan antar anak-anaknya. Imam al-Manawi dalam menafsirkan ayat diatas berkata: Artinya: (Orang muslim itu bersaudara) yaitu mereka disatukan oleh Ukhuwwah islamiyah karena kehadiran ajaran Nabi Muhammad, karena mereka telah memiliki kepentingan sama dalam meneguk iman, dan saling berbuat baik. Setiap ada kerukunan antar dua perkara atau banyak itulah yang disebut ukhuwwah. Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 103 : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.( QS. Al Imron:103 ) Banyak hadits Rasulullah yang menganjurkan kepada umat muslim untuk menjalin ukhwah antara lain: ( Perumpamaan dua orang yang bersaudara bila bertemu adalah dua tangan yang saling membasuh yang lain, dan tidak pernah bertemu dua orang mukmin kecuali Allah berikan kebaikan bagi salah satunya dari sahabatnya (H.R. ad-Dailamy) barang siapa menjalin hubungan persaudaraan di jalan Allah akan Allah tinggikan derajatnya dalam surga yang tak dapat dicapai dengan sesuatu dari amalnya (H.R. Ibnu Abi Dunya dan ad-Dailamy) Ukhwah yang mendapat pujian dari Allah dan Rasulullah-Nya adalah ukhwah islamiyah fillah yaitu persaudaraan sesama kaum muslim yang bertujuan mencari ridha Allah, bukan persaudaraan yang didasari oleh tujuan mencari dunia seperti harta, pangkat, kedudukan dll. Pentingnya Ukhwah Islamiyah Tak ada pihak yang tidak menyadari pentingnya ukhwah islamiyah. Apalagi pada era ini, kaum muslimin bagaikan buih di lautan sehingga tidak memiliki kekuatan dan menjadi permainan bagi kaum kafir. Namun hal yang sangat sulit adalah membentuk ukhwah itu sendiri. Perlu upaya keras dan akhlak yang mulia untuk mampu mewujudkan ukhwah. Keberhasilah dakwah Rasulullah tidak terlepas dari upaya Rasulullah membentuk ukhwah yang erat diantara sesama kaum muslim saat itu. Sebagaimana telah tersebut dalam kitab-kitab tarikh dan kitab-kitab hadits bahwa setelah kurang lebih lima bulan lamanya Nabi Muhammad saw berdiam di kota Madinah, maka Rasulullah mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar bahkan mereka berhak menerima warisan dari saudara tersebut, ini berlaku sampai turunnya ayat yang menasakh hal ini. Sebelum datangnya Islam, Penduduk Jazirah Arabia pada umumnya, lebih banyak membentuk ikatan antar mereka dari sisi silsilah keturunan. Semakin dekat garis keturunan antara mereka, maka semakin kuat tali persekutuan. Izzah tertinggi (kemulian) bagi masyarakat ini adalah pengabdian kepada suku. Kepentingan seseorang adalah mewakili kepentingan suku. Pengabdian anggota suku adalah untuk suku masing-masing. Lantaran fanatisme kesukuan yang sangat tinggi, tiap orang berbangga atas kesukuannya, dan ketika tak ada kepentingan kecuali atas nama kepentingan suku, maka peperangan, kebencian dan permusuhan terjadi selama bertahun-tahun. Di Madinah kala itu berdiam dua suku Arab yang telah lama saling berperang Auz dan Khazraj. Akibat permusuhan yang berlangsung lama, kondisi dua suku Arab tersebut makin lama semakin buram, memburuk, memprihatinkan dan porak-poranda. Ketika peperangan yang berlangsung menahun dengan tak ada salah satu pihak yang mengalah dikarenakan gengsi dan keangkuhan. Kelahiran Islam di kota Mekkah, tetangganya, memunculkan harapan baru. Nabi saw, akhirnya, diundang oleh beberapa orang yang sudah muak dengan peperangan dan kebencian tak berujung dari kedua suku tersebut untuk menjadi penengah. Nabi menyambut baik ajakan tersebut, dan akhirnya berangkat menuju Yatsrib yang selanjutnya diubah nama oleh Nabi menjadi Madinah al-Nabi. Dikenal masa-masa berikutnya dengan sebutan Madinah, atau Madinah al-Munawwarah. Awal perubahan inilah yang kita kenal dengan Hijrah Nabi, sebagai titik penting sejarah Islam dan kemanusian sekaligus, yang diabadikan sebagai awal penanggalan hijriyah dalam Islam. Hal pertama yang dikerjakan Nabi saat menjejakkan kaki di bumi Madinah adalah mempersatukan dua suku Arab yang saling bertempur. Nabi tak banyak mengalami kesulitan dalam mengupayakan hal paling mendasar dalam sebuah masyarakat, karena Nabi dari pihak ibu adalah berasal dari suku tersebut. Perdamaian kedua suku ini merupakan tiang pertama dari ajaran Islam, yaitu ukhuwah (persaudaraan). Barangsiapa yang mengaku beragama Islam, dia adalah akh (saudara) bagi seorang Muslim lainnya. Dan, Nabi saw berhasil menyatukan dua suku yang saling bermusuhan selama beberapa masa dalam satu payung Islam. Tak ada kedudukan lebih tingi, dan tak ada pula yang lebih rendah, semua sama, kecuali nilai taqwa. Tak ada persaudaraan yang abadi kecuali dikarenakan keimanan yang sama. Bahkan pada waktu yang sama, Nabi memperkenalkan kepada mereka saudara baru yang berasal dari kota lain, Muhajiriin, orang-orang yang berhijrah bersama Nabi dari Mekkah. Identitas kesukuan tidak lagi ditonjolkan dan dijadikan kebanggaan, kecuali bahwa mereka penduduk asli Madinah adalah Anshar, para penolong, dan orang-orang pendatang sebagai Muhajiriin. Hak-hak dan kewajiban dalam ukhwah Imam Ghazali menggambarkan hubungan ukhwah islamiyah bagaikan hubungan pernikahan, sebagaimana dalam pertalian nikah ada hak dan kewajiban yang harus dipenuhi suami istri, demikan juga dalam hubungan persaudaraan sesama muslim ada beberapa hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sebagai wujud dari ukhwah baik hal yang berkenaan dengan harta, jiwa, lisan, dan hati. 1. Hak atas harta Hak saudara kita ini dapat dipenuhi dengan membantu dan menolong saudaranya dengan harta yang dimilikinya. Imam Ghazali membahagi tingkatan membantu dengan harta kepada tiga kelas: yang paling rendah adalah menanggung kebutuhan saudaramu bagaikan pembantu kamu sehingga kamu akan memenuhi kebutuhannya dari kelebihan harta yang kau miliki. Kedua adalah memposisikan saudaramu dalam posisi dirimu sendiri sehingga kamu rela membagi sebagian hartamu untuknya. Dan yang tertinggi adalah mendahulukan kebutuhan saudaramu, demi berkorban untuknya, ini adalah tingkatan para shiddiqin. Sifat inilah yang digambarkan dari gambarkan oleh Ibnu Umar Ra tentang sifat shahabat Rasulullah saw ahli shuffah. Ketika salah seorang mereka mendapat hadiah kepala kambing, shahabat tersebut berkata saudaraku lebih berhajat dariku maka dikirimkannya kepala kambing tersebut kepada shahabat yang lain. Namun shahabat tersebut rupanya juga berpandangan sama, sehingga daging kambing tersebut dishadaqahkan kepada shahab yang lain. Demikianlah seterusnya sehingga akhirnya kepala kambing tersebut jatuh ke tangan shahabat yang pertama. Sifat shahabat Rasulullah tersebut Allah puji dalam Alquran surat Al Hasyr ayat 9: Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung. 2. Hak atas tenaga Ini dapat diwujudkan dengan memberikan bantuan berupa tenaga secara langsung. Memberikan bantuan tenaga juga terdiri dari beberapa tingkatan, yang paling rendah adalah bersedia membantu dengan senang hati ketika diminta sedangkan ia mampu memberikan pertolongan. 3. Hak atas lidah Hak-hak persaudaraan atas lidah kita adalah: 1. Dengan cara diam serta tidak membuka kekurangan dan keaiban saudara kepada orang lain, baik dihapannya ataupun dibelakangnya serta berusaha menutupinya. 2. Dengan mengeluarkan kata-kata yang baik, memanggilnya dengan panggilan yang baik dll. 4. Memaafkan kesalahan Setiap manusia tidak bisa lepas dari kesalahan dan tergelincir dalam pergaulannya. Maka untuk menjaga ukhwah sangat dituntut sifat mau memaafkan sesalahan saudara kita. 5. Mendoakan semasa hidup dan sesudah meninggal Doa kepada saudara sangat dianjurkan sehingga tidak membedakan dengan berdoa untuk dirinya sendiri. Doa terhadap saudara merupakan doa yang mustajabah. Dalam satu hadits Rasulullah bersabda: Allah mengabulkan doa seseorangbagi suadaranya walaupun tidak dikabulkan untuk dirinya. 6. Konsisten dan ikhlash Persaudaraan karena karena akhirat tidakakan berobah walaupun statusnya telah berobah. Hal ini akan terlihat sebaliknya bila persaudaraan tersebut karena mengharap dunia. Banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari yang kita temukan, persaudaraan yang putus ketika saudaranya telah jatuh miskin ataupun karena ia telah menjadi kaya sehingga mereka tak butuh kepada saudaranya. 7. Berusaha memperingan dan tidak memberatkan. Seseorang yang benar-benar mencintai saudaranya tidak kan melakukan hal-hal yang memberatkan saudaranya bahkan sebaliknya ia berusaha untuk memperingan beban saudara. semoga persatuan antar kaum muslimin di Aceh khususnya dan di dunia pada umumnya dapat terjalin sangat kuat sehingga masyarakat islam dapat kembali berjaya seperti pada masa ke-emasan-nya dahulu. Persatuan ini tentunya akan terjalin apabila kita mau menjunjung tinggi hak-hak ukhuwwah yang telah kami jelaskan diatas. Akhirnya marilah kita merenungkan kata Rasulullah Saw. Yang diriwayatkan oleh an-Numan bin Basyir: Berjamaah ialah rahmat, bercerai berarti azab.

Ukhuwah wathaniyah adalah persaudaraan berbasis pada rasa kebangsaan dan nasionalisme. Artinya, kita sebagai makhluk hidup tidak hanya mengedepankan bagaimana kita hidup sebagai umat islam namun juga sebagai umat nasional. Kita hidup juga perlu memikirkan kodrat kita sebagai umat baik yang seagama maupun yang berbeda agama, yang hidup dalam lingkungan satu kebangsaan dan harus menjunjung tinggi kerukunan hidup antar satu bangsa tersebut.

Kerukunan dalam ukhuwah wathaniyah yang utama dapat dilakukan dengan cara saling toleransi dan tengang rasa. Contohnya menghargai agama lain, karena di dalam suatu negara atau bangsa seperti negara Indonesia, ada bermacam-macam agama tidak hanya Islam. Selain itu juga bagaimana kita menghormati kesetaraan gender dan hak asasi manusia.

Ukhuwah wathaniyah memang hubungan persaudaraan yang berbasis rasa kebangsaan dan nasionalisme, namun untuk mewujudkannya harus diawali dengan ukhuwah yang paling kecil, dimulai dari ukhuwah keluarga, kemudian masyarakat, ukhuwah umat seagama dan berlainan agama, baru ukhuwah wathaniyah yang merupakan ukhuwah nasional.

Ukhuwah wathaniyah memiliki manfaat untuk menciptakan persatuan dan kesatuan. Persatuan dan kesatuan dalam Islam berlandaskan Al Quran surat Al Hujurat ayat 13 yang berbunyi:

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.sumber ayat disini

Dari ayat tersebut telah dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia berbeda-beda bangsa dan suku dengan harapan untuk saling mengenal dan menghargai satu sama lain demi terciptanya persatuan dan kesatuan.

Persatuan dan kesatuan antar umat sebangsa perlu dijaga agar tidak terjadi perpecahan dalam bangsa tersebut seperti terjadi kerusuhan, perselisihan, permusuhan, gontok-gontokan, bahkan kehancuran bangsa itu sendiri. Oleh karena itu perlunya kita juga lebih mengedepankan kepentingan nasional dan bangsa daripada kepentingan suku, golongan maupun kelompok kita. Seperti sabda Rasul Bukan golongan kita, orang yang membangga-banggakan kesukuan dan bukan golongan kita orang yang mati karena \membela, mempertahankan dan memperjuangkan kesukuan.

Setidaknya kita harus menjaga dan berusaha mempertahankan kesatuan dan persatuan negara kita yang telah diperjuangkan oleh para pejuang-pejuang terdahulu. Jangan sampai kita hancur dan terpecah belah hanya karena lemahnya ukhuwah wathaniyah yang kita miliki. Berikut Al Quran surat Al Imran ayat 103, yang berbunyi:

Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.sumber ayatdisiniUkhuwah Insaniah, yaitu persaudaraan dan persahabatan sesama manusia yang disebut brotherhood humanities. Semua umat manusia sebagai makhluk social tidak mungkin dapat hidup sendirian, karena itu satu sama lain hakekatnya saling membutuhkan untuk berinteraksi. Hubungan yang lain, seperti hubungan ekonomi, politik, peradaban, kebudayaan, dan lain sebagainya.Dalam melakukan interaksi di tengah masyarakat, setiap diri manusia dari mana pun latar belakangnya, budaya, adat istiadat, bangsa dan agama selalu mengharapkan agar terjalin hubungan yang baik dan saling menguntungkan. Baik secara alamiah maupun batin. Manusia dalam kehidupan di dunia terdiri dari berbagai ras, bangsa, suku, adat istiadat, dan berbagai kelompok diharapkan agar saling mengenal dan saling memahami. Dengan demikian, maka akan terwujud kedamaian dunia dan persaudaraan sesama umat manusia.Allah Swt, berfirman:Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikanmu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat, 49:13).Perbedaan dan persamaan dalam berbagai bidang kehidupan dari manusia di seluruh dunia merupakan fitrah Allah, karena itu tidak boleh ada paksaan untuk mengikuti agama atau peradaban tertentu. Semua manusia diberi kebebasan oleh Allah Swt. Untuk menetapkan jalan hidupnya berdasarkan akal fikiran yang dimilikinya.Allah Swt, berfirman:Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi dan seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang yang beriman semuanya?. (QS. Yunus, 10:99)Mengenai kehidupan beragama, ditegaskan dalam Al-Quran agar tidak saling memaksa antara satu pemeluk agama dengan pemeluk agama lain. Al-Quran mengarahkan agar umat beragama meyakini agamanya dengan kesadaran dan keinsyafan yang tulus, karena jelas antara petunjuk dan kesesatan serta telah jelas pula antara hak dan batil.Allah Swt, berfirman:Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah, 2: 256)Dalam surat Al-Kafirun ditegaskan, bahwa setiap pemeluk agama hendaknya konsekuen meyakini agamanya masing-masing dan beribadah menurut meyakinnya.Allah Swt, berfirman:Katakanlah: Wahai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu dan untukku agamaku (QS Al-Kafirun, 109:1-6)Persaudaraan sesame umat manusia atau Ukhuwah Insaniah telah dipraktikkan Rasulullah Saw sejak beliau hijrah ke Madinah. Sebagaimana diketahui masyarakat Madinah di masa Nabi Saw adalah masyarakat multikultural yang terdiri dari berbagai ras, bangsa, agama, dan peradaban. Masyarakat Madinah yang multikultural itu dijalin dan dirajut dalam persaudaraan atau Ukhuwah Insaniah melalui Konstitusi Madinah. Konstitusi Madinah atau piagam Nabi Muhammad Saw merupakan konstitusi tertulis pertama di dunia, terdiri dari sepuluh bab, berisi 47 pasal. Antara lain; mengatur persaudaraan seagama, persaudaraan sesama umat manusia, pertahanan bersama, perlindungan terhadap minoritas, pembentukan suatu umat atau bangsa, dan aturan-aturan lain yang lebih lengkap.