tugas akhir teknik mesin
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Wilayah Sumatera Barat terkenal berelief kasar yang terdiri dari
pegunungan (perbukitan) serta adanya lembah. Lembah ini umumnya merupakan
daerah aliran sungai (DAS) yang bisa dimanfaatkan untuk pembangkit energi
listrik, untuk mengganti energi alternatif PLTN yang sudah mengalami defisit
dalam beberapa tahun terakhir karena adanya permintaan akan energi listrik yang
terus meningkat.
Ada beberapa daerah aliran sungai yang sudah dimanfaatkan oleh
masyarakat hanya untuk sekledar kebutuhan penerangan dengan memakai
teknologi sederhana.
Selain itu beberapa PLTMH (pembangkit listrik mini hidro) juga telah
dibangun, namun demikian sekitar 80% PLTMH yang ada sudah tidak beroperasi
lagi karena sudah masuknya jaringan PLN dan teknologi secara sederhana.
Kapasitas pembangkit energi listrik sampai tahun 2028 diperkirakan
sebesar 9.757.507.038 KVA terdiri untuk kebutuhan domestik sebesar
7.392.050.786 KVA dan untuk prasarana umum 2,36 MW.
Untuk bahan pertimbangan ada beberapa potensi energi listrik tenaga air
yang tersebar di Sumatera Barat seperti tabel 1.1. dibawah ini :
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
2
Tabel 1.1. Potensi Energi Listrik Air Yang Tersebar Di Sumatera Barat
No Kabupaten Jumlah
(Unit)
Daya (KVA) Total Daya
(KVA)
1 Agam 27 3-60 317
2 50 Kota 8 3-10 51
3 Pasaman 30 2-60 280
4 Solok 14 3-60 338
5 Pesisir Selatan 8 2-40 85
6 SWL Sijunjung 2 5-30 35
7 Tanah Datar 4 3-15 26
Total 93 2-60 1.132
Dalam hal ini kita akan memakai istilah Pembangkit Listrik Tenaga Air
yang dipergunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang menggunakan energi
air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya (resources)
penghasil listrik adalah memiliki kapasitas aliran dan ketinggian tertentu dan
instalasi. Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggian dari instalasi maka
semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Biasanya pembangkit listrik tenaga air yang dibangun berdasarkan kenyataan
bahwa adanya air yang mengalir di suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian
yang memadai. Istilah kapasitas mengacu kepada jumlah volume aliran air
persatuan waktu (flow capacity), sedangkan beda ketinggian daerah aliran sampai
ke instalasi dikenal dengan istilah heed.
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
3
Ada beberapa daerah yang memiliki sungai dan dapat dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik tenaga air seperti dibawah ini :
Tabel 1.2. Lokasi, Nama Sungai, Luas dan Besar Kapasitas Energi Listrik Yang
Dihasilkan Yang Tersebar Di Sumatera Barat
No Lokasi Nama Sungai
Luas (Km2)
Tipe (MW) M (M/Sec) Koordinat Kecamatan/Desa
1 Pasaman Bt. Pasaman
414.40 ROR 21,17 100 29 0o19,3’ LU, 99o BT
Pasaman, Talamau
2 Sinamar-2 Bt. Sinamar
1,840.30 ROR 13,07 89 20 0o25’ LS, 100o45 BT
Tanah Datar, Lintau Buo
3 Masang-2 Bt. Masang
- ROR 14,48 100 20 0o9’ LS, 100o14’ BT
Agam, Palupuh
4 Tuik Bt. Tuik 103.80 ROR 3,88 80 7 1o25,2’ LS, 100o43’ BT
Pesisir Selatan, Koto Gunung
5 Lanajan-2 Bt. Lengayang
94.00 ROR 3,06 80 5 01o33’ LS, 100o51’ BT
Pesisir Selatan, Koto Pulai
6 Lubuk-2 Bt. Rokan 159.00 ROR 4,63 100 6 0o40’ LU, 99o52’ BT
Pasaman, Batang Samo
7 Asik Bt. Asik 186.90 RSV 1,68 29 8 0o41’ LU, 100o0’ BT
Pasaman, Kota Raja
8 Lubuk-4U Bt. Lubuk 310.00 ROR 4,77 59 11 0o50,2’ LU, 99o57’ BT
Pasaman, Batang Samo
9 Sumpur-1U Bt. Sumpur
1,510.00 RSV 2,72 29 13 0o33’ LS, 100o9,5’ BT
Pasaman, Curanting
10 Kampar KN-1
Bt. Kampar Kanan
546.00 RSV 29,39 86 47 0o20’ LU, 100o20’ BT
50 Koto, Galugur
11 Kampar KN-2
Bt. Kampar Kanan
645.00 RSV 8,57 53 22 0o24’ LU, 100o26’ BT
50 Kota, Galugur
12 Kapur-1 Bt. Kapur 187.50 RSV 10,62 85 17
0o14,5’ LU, 100o24,5’ BT
50 Kota, Kampung Harapan
13 Mahat-10 Bt. Mahat 401.90 RSV 12,58 62 28
01o14,5’ LU, 100o24,5’ BT
50 Kota, Batu Belah
14 Mahat-2U Bt. Mahat 943.00 RSV 2,19 14 21 0o8’ LU, 100o46,2’ BT
50 Kota, Pasar Buyuh
15 Sumpur-K1 Bt. Sumpur
240.00 RSV 8,10 65 17 0o35’ LS, 100o55’ BT
S. Sijunjung, Curantiang
16 Palangki-1 Bt. Palangki
446.30 RSV 11,84 129 13 0o55,3’ LS, 100o54’ BT
S. Sijunjung, Kabun
17 Palangki-2 Bt. Palangki
120.60 RSV 17,90 93 26 0o47’ LS, 100o54’ BT
S. Sijunjung, Kabun
18 Sikabur Bt. Sikabur
386.30 RSV 5,47 48 16 0o47’ LS, 100o5’ BT
S. Sijunjung, Taratak Baru
19 Sukam Bt. Sukam 4,918.00 RSV 19,37 49 54 0o44’ LS, 100o1’ BT
S. Sijunjung, Curantiang
20 Kuantan-1 Batanghari 5,908.00 ROR 3,42 11 44 0o37,5’ LS, 100o59,5’ BT
S. Sijunjung, Muaro
21 Batanghari- Batanghari 3,865.00 ROR 6,74 10 89 1o11’ LS, Solok Selatan,
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
4
No Lokasi Nama Sungai
Luas (Km2)
Tipe (MW) M (M/Sec) Koordinat Kecamatan/Desa
5 101o20’ BT Dusun Tengah
22 Batanghari-6
Batanghari 4,295.00 ROR 10,07 14 100 1o4’ LS, 101o25’ BT
Solok Selatan, Sungai Kambah
23 Batanghari-7
Batanghari 5,500.00 ROR 6,88 9 100 0o57’ LS, 101o36’ BT
Dharmasraya, Koto Tua
24 Fatimah Fatimah 142.00 ROR 0,76 35 3
0o0’50” LS, 100o04’12” BT
Pasaman Barat, Ladang Panjang
25 Sikarbau Sikarbau 115.00 ROR 0,68 31 3
0o24’06” LS, 100o34’32” BT
Pasaman Barat, Ujung Gading
26 Balangir Balangir 142.00 ROR 0,44 30 2
1o35’55” LS, 101o13’46” BT
Solok Selatan, Muaro Labuh
27 Landai-1 Bt. Langir 141.00 ROR 6,81 94 10 1o43,3’ LS, 101o1’ BT
Pesisir Selatan, Silarendang
28 Guntung Bt. Guntung
147.00 ROR 0,58 26 3
00o09’00” LS, 100o04’22” BT
Agam, Palupuh
29 Sungai Puih Bt. Lumpo 52.00 ROR 1,69 51 5 1o20’ LS, 100o30’ BT
Pesisir Selatan, Lumpo
30 Kerambil Bt. Bayang Janiah
- ROR 1,55 80 3
1o6’32” LS, 100o36’9” BT
Pesisir Selatan, Bayang Koto Tanah
31 Muaro Sako Bt. Muaro Sako
102.00 ROR 2,40 60 5
1o07’02” LS, 100o14’34” BT
Pesisir Selatan
32 Induring Bt. Jalamu
45.00 ROR 2,22 67 5
01o25’38” LS, 00o13’48” BT
Pesisir Selatan
33 Palangai-3 Bt. Palangai
300.60 ROR 4,12 80 7
01o42’03” LS, 00o54’5” BT
Pesisir Selatan, Balai Selasa
34 Kambang-1 Bt. Kambang
136.9 ROR 5,47 80 9 01o31’ LS, 100o48’ BT
Pesisir Selatan, Balai Selasa
35 Kapas-1 Bt. Tumpatih
117.00 ROR 8,11 80 14 01o17’ LS, 100o43’ BT
Pesisir Selatan, Taratak Tumpah
36 Landai-2 Bt. Air Haji
383.00 ROR 7,06 80 12
01o50’02” LS, 100o02’15” BT
Pesisir Selatan, Bukik Kacik
37 Sumpur-K2 Bt. Sumpur
142.00 ROR 4,23 72 8 0o31’ LS, 100o28’ BT
Tanah Datar, Curantiang
38 Lawas-1D Bt. Lawas 160.00 RSV 11,18 84 18 0o45’ LS, 100o49,3’ BT
S. Sijunjung, Lubuk Sipayang
Sumber : Data Dinas ESDM Provinsi Sumatera Barat, 2012
Dilihat dari tabel diatas, akan dilakukan study pemanfaatan sumber energi
yang menjadi energi alternatif nantinya yaitu pembangkit listrik tenaga air. Dari
data yang ada daerah yang dipilih adalah Kabupaten Sijunjung dengan alasan
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
5
Feseability study ini nantinya akan digunakan untuk rencana pembangunan
pembangkit listrik tenaga air, dimana kapasitas debit air yang dihasilkan akan
membedakan apa yang akan dibangun nantinya seperti dibawah ini, antara lain :
a. Large Hydro : diatas 100 MW.
b. Medium Hydro : 15 MW – 100 MW.
c. Small Hydro : 1 MW – 15 MW (klasifikasi ini sudah termasuk PLTA).
d. Mini Hydro : 100 KW – 1 MW.
e. Micro Hydro : 5 KW – 100 KW.
f. Pico Hydro : ratusan Watt – 5 KW.
Dilihat dari klasifikasi diatas yang akan diusulkan untuk dilakukan dalam
Feseability Study adalah dalam Kategori Mini Hydro dengan kapasitas listrik
yang akan dihasilkan berkisar 100 KW – 1 MW.
Kabupaten Sijunjung adalah salah satu kabupaten di Sebelah Timur
Propinsi Sumatera Barat, di sebelah Barat Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan sebagian besar penduduknya bersuku minangkabau dengan falsafah adat,
pola pikir, tatanan budaya serta norma yang khas.
Kabupaten Sijunjung memiliki luas wilayah 3.130,80 Km2 atau sekitar
313.080 Hektar. Kabupaten Sijunjung terbentang pada posisi geografis 0o 18’ 43”
LS – 1o 41’ 46” LS & 101o 30’ 52” BT – 100o 37’ 40” BT.
Di sebelah Utara, Kabupaten Sijunjung berbatasan dengan Kabupaten
Tanah Datar dan Kota Sawahlunto, di sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Dharmasraya, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kuantan
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
6
Singingi, Propinsi Riau dan di sebelah barat dengan Kabupaten Solok. Kabupaten
Sijunjung berada pada ketinggian sekitar 118 meter sampai 1.335 meter dari
permukaan laut.
Kondisi dan topografi Kabupaten Sijunjung bervariasi antara bukit,
bergelombang dan dataran. Kabupaten Sijunjung memiliki sekitar 8 sungai besar
dan kecil. Dari pantauan alat pengukur pada sejumlah daerah, curah hujan pada
tahun 2008 rata-rata sebesar 231,81 mm. Curah hujan paling tinggi terjadi pada
bulan Januari, sebesar 431,00 mm. Berdasarkan hasil dari stasiun pemantauan,
Sungai Lansek merupakan daerah dengan rata-rata curah hujan tertinggi mencapai
320 mm rata-rata selama tahun 2008.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dengan adanya latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka beberapa
rumusan masalah dalam penyusunan perencanaan ini adalah :
• Kecamatan Kuantan Kabupaten Sijunjung mempunyai banyak potensi
tenaga air. Dengan demikian, bagaimana upaya yang digunakan untuk
memanfaatkan sumber daya air yang melimpah di Kecamatan Kuantan
Kabupaten Sijunjung.
• Secara nasional terjadi krisis energi, terutama tenaga listrik, bahkan
Kabupaten Sijunjung terkena imbasnya. Maka, bagaimana agar krisis
listrik tersebut bisa dijawab.
• Kecamatan Kuantan di Kabupaten Sijunjung yang tidak Semua
mendapatkan suplai listrik dari pemerintah pusat atau Pemerintah
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
7
Kabupaten, bagaimana agar kecamatan tersebut dapat disuplai energi
listrik.
• Sistim pembangkit tenaga listrik yang dibangun bagaimana kemudian
harus memenuhi standar perencanaan yang telah ditetapkan.
1.3. TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini dapat mengatasi permasalahan yang ada,
dengan memanfaatkan potensi energi alam untuk menghasilkan sumber energi
listrik, untuk menghasilkan sumber energi listrik di perlukan sebuah mesin yaitu
turbin sebagai pesawat pembangkit energi listrik, dalam hal ini di perlukan konsep
atau perancangan sebuah turbin sesuai data di lapangan :
• Merencanakan pusat listrik tenaga air yang sesuai dengan standar
bangunan air.
a) Perhitungan penyediaan air dan kapasitas reservoir yang
diperlukan.
b) Kriteria yang mendasari desain dari bendungan, bangunan
pelimpah dan bangunan pemasok air (intake).
c) Perencanaan dari bangunan penyalur air (waterway).
d) Perhitungan kapasitas daya PLTA
e) Perencanaan jenis Turbin
f) Desain Turbin
1.4. BATASAN MASALAH
Pada prinsipnya, dalam pelaksanaan perencanaan maupun pembangunan
pusat listrik tenaga air pekerjaannya sangat kompleks. Pada tulisan ini hanya akan
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
8
dibahas mengenai perhitungan serta kriteria-kriteria yang mendasari desain dari
suatu bangunan pusat listrik tenaga air dan turbin air. Pembahasan tersebut
meliputi :
• Perhitungan penyediaan air dan kapasitas reservoir yang diperlukan.
• Perhitungan kapasitas daya PLTA.
• Kriteria yang mendasari desain sebuah turbin air
• Desain / Gambar turbin air sesuai dengan standar
1.5. LOKASI PERENCANAAN
Bangunan pusat pembangkit listrik tenaga air ini terletak pada Daerah
Aliran Sungai Kuantan yang berada pada :
Nagari : Durian Gadang
Kecamatan : Sijunjung
Kabupaten : Sijunjung 08
1001
7211
008
Muham
ad Sau
ki
9
Gambar 1.1 Peta Kabupaten Sijunjung
1.6. SISTEMATIKA PENULISAN
Tugas Akhir ini disusun dalam 3 (tiga) bagian yang mencakup bagian
pendahuluan, bagian pembahasan dna bagian Penutup. Bagian pendahuluan terdiri
dari halaman judul, halaman pengesahan, halaman persembahan, kata pengantar,
daftar isi, daftar gambar, daftar tabel dan daftar lampiran. Sedangkan bagian
pembahasan terdiri dari studi pustaka, metodologi penelitian dan perencanaan.
Sementara bagian penutup terdiri dari kesimpulan, saran serta daftar pustaka.
Tiga bagian tersebut akan disistematiskan dalam 5 (lima) bab, dengan
susunan sebagai berikut :
LOKASI PLTMH
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
10
BAB I adalah pengenalan yang menjelaskan pentingnya penelitian. Yang
menyajikan latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian,
metodologi penelitian ruang lingkup, serta system matik penulisan.
BAB II menyajikan tinjauan literatur. Tinjauan tersebut berfokus pada
penelitian dan perancangan instalasi pembangkit listrik tenaga air kapasitas 260
liter / destik di Kecamatan Kuantan, Kabupaten Sijunjung.
BAB III menyajikan prosedur perencanaan sistim pembangkit listrik
tenaga air. Bab ini menjelaskan peralatan yang digunakan dalam dan variabel-
variabel dalam melakukan perencanaan. Berbagai instrumen yang diperlukan dan
menjelaskan instrumen yang digunakan.
BAB IV menyajikan hasil perencanaan dan perancangan dalam bentuk
sebuah gambar kerja dengan dimensi yang tepat dari hasil analisa dan perhitungan
BAB V menyajikan kesimpulan dari perencanaan dan perancangan, dan
rekomendasi untuk selanjutnya di lakukan proses pembutan dan pengujian.
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
11
BAB II
TEORI DASAR
2.1. Umum
Pembangkitan listrik tenaga air adalah suatu bentuk perubahan energi dari
air dengan ketinggian dan debit tertentu (energi potensial menjadi energi
mekanik) dengan bantuan turbin. Dengan bantuan turbin air dan generator daya
yang di hasilkan adalah suatu persentase hasil perkalian tinggi terjun air dan debit
air. Oleh karena itu keberhasilan dalam perencanaan sistim pembangkitan listrik
tenaga air tergantung dengan debit dan tinggi jatuh nya potensi air sebagai
pembangkit secara produktiv.
Sebagai perbandingan dengan pemanfaatkan potensi yang ada maka
sebuah sungai pada umumnya kemiringan di hulu sungai lebih curam dan
memiliki tinggi terjun yang besar, sedangkan di hilir sungai tinggi terjun rendah
dan memiliki debid yang besar. Adapun faktor yang menentukan ukuran, dimensi
dan peralatan mesin adalah debit air. Sedangkan untuk tinggi terjun air tinggi dan
debit kecil memerlukan peralatan, permesinan dan dimensi yang kecil pula, dan
untuk tinggi terjun air yang rendah dan debit besar memerlukan peralatan,
permesinan dan dimensi yang besar. Maka dari itu bagian hulu sungai sebagai
lokasi yang efektif dan ekonomis di bandingkan hilir sungai.
Sistim pembangkitan listrik tenaga air yang di dapat dari sebuah
bendungan pada prinsipnya sebgai peneyedia tekanan yang cukup untuk
membangkitkan tenaga listrik juga sebagai penyedia aliran air yang cukup dan
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
12
konstan untuk waktu tertentu. Oleh karena itu perlu adanya sebuah waduk sebagi
penampung air dari sungai yang dapat di manfaatkkan secara optimal.
2.2. Data Hidrologi
Pada perencanaan pembangunan PLTM ini, data hidrologi digunakan
untuk memperhitungkan daya dan dimensi struktur bangunan sipil yang
diperlukan. Data hidrologi yang diperlukan guna merencanakan PLTM antara
lain:
data curah hujan
data klimatologi
perhitungan debit jangka panjang (longterm run off)
perhitungan tinggi banjir.
Sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya air sungai Batang Kuantan
ini, Data yang digunakan berupa data sekunder yang di peroleh dari kantor Badan
Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat.
2.2.1. Data Curah Hujan
Semua air yang bergerak di dalam bagian daur hidrologi secara langsung
maupun tidak langsung berasal dari hujan (presipitasi). Udara yang diserap oleh
air membawa air yang diuapkan dan bergerak hingga air tersebut mendingin
sampai di bawah titik embun dan mempresipitasikan uap air sebagai hujan
maupun bentuk presipitasi yang lain.
Suatu DAS adalah daerah yang dianggap sebagai wilayah dari suatu titik
tertentu pada suatu sungai dan dipisahkan dari DAS-DAS di sebelahnya oleh
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
13
suatu pembagi, atau punggung bukit/gunung yang dapat ditelusuri pada peta
topografi.
Daerah aliran disebut juga sebagai cathment area atau drainage basin.
Data hujan dari beberapa stasiun hujan digunakan dalam analisa data hujan untuk
mencari curah hujan rata-rata daerah aliran.
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan
pemanfaatan air adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan,
bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut curah hujan
wilayah/daerah dan dinyatakan dalam mm. Beberapa cara perhitungan untuk
mencari curah hujan rata-rata daerah aliran, yaitu :
R = 1/n ( R1 + R2 + R3 + ... + R.................................................. (2.1)
Dimana :
R = Curah hujan rata-rata (mm)
Rn = Tinggi hujan tiap stasiun n (mm)
n = Banyaknya stasiun penakar hujan
Ini merupakan cara yang paling sederhana dan diperoleh dengan
menghitung rata-rata arithmatic dan semua total penakar hujan di suatu kawasan.
Cara ini sesuai pada daerah yang datar dan mempunyai banyak penakar hujan
yang didistribusikan secara merata pada lokasi-lokasi yang mewakili.
2.2.2. Debit Andalan
Guna mendapatkam kapasitas PLTM, tidak terlepas dari perhitungan
berapa banyak air yang dapat diandalakan untuk membangkitkan PLTM. Debit
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
14
anadalan adalah debit minimum (terkecil) yang masih dimungkinkan untuk
keamanan operasional suatu bangunan air, dalam hal ini adalah PLTM.
Debit minimum sungai dianalisis atas dasar debit hujan sungai. Dalam
perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro debit andalan harus mencapai
85-90 %. Berikut adalah data-data yang digunakan dalam perhitungan debit
andalan metode F.J.Mock :
a. Evapotranspirasi Terbatas (Et)
b. Faktor Karakteristik Hidrologi
c. Keseimbangan air di permukaan tanah
d. Aliran dan Penyimpangan Air Tanah
Dengan data diatas maka untuk menentukan debit andalan dan debit rata –
rata sebuah aliran sungai sebagai berikut :
Aliran Dasar = infiltrasi - Perubahan aliran air dalam tanah
Aliran permukaan = volume air lebih - infiltrasi
Aliran sungai = aliran permukaan + aliran dasar
(Liter/Sec).........(2.2)
2.3. Bangunan PLTM
Dalam sebuah instalasi sistim PLTM tidak terlepas dari bangunan – bangunan
yang berhubungan dengan ilmu sipil, peran bangunan itu sendiri sangat
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
15
berpengaruh bagi PLTM dan tidak dapat dipisahkan keduanya, bangunan yang
berhubungan dengan ilmu sipil itu sendiri antara lain :
1. Dam atau Weir
2. Bangunan Pelimpah
3. Intake
4. Pipa Pesat/Penstock
5. Blok Angker
6. Power House
2.3.1. Dam/Weir
Dam dibangun melintang sungai dengan fungsi dalam PLTM untuk
menahan aliran air sehingga memperoleh debit dan ketinggian yang besar yang di
gunakan untuk penggerak turbin, bendungan dibangun sesuai kontruksi yang ber
beda dengan bahan dan material yang ber beda sesuai dengan fungsi dan
kegunaan, berikut konstruksi, bahan dan jenis bendungan.[ Linsley, K. Ray dkk
1990].
Tabel 2.1 Klasifikasi Dam/Weir berdasarkan jenis bahan bagunan
JenisBahan
Bangunan
Penampang
Melintang
Umum
Denah
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
16
Gaya beratBeton,
pasangan batu
Busur Beton
Berpeno-
pang
Beton
(juga kayu dan
baja)
Urugan Tanah, batu
Gambar 2.1. Dam/Weir
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
17
2.3.2. Bangunan Pelimpah
Bangunan pelimpah dalam sebuah PLTM di peruntukan sebagai bangunan
pengaman dari sebuah bendungan, pada dasrnya bangunan pelimpah ini menjaga
volume air yang ada pada bendungan tetap setabil, juga mencegah kerusakan pada
bendungan itu sendiri. Debit pelimpah dapat dihitung dengan rumus pelimpah
pendek, yaitu :
Q = Cd . L . H3/2 ………………………………………......... (2.3)
Di mana :
Q = debit air yang melalui pelimpah (m3/detik)
Cd = koefisien debit
L = panjang mercu (meter)
H = tinggi tekanan di atas pelimpah (meter)
Besarnya koefisien Cd tergantung dari bentuk pelimpah, kekasaran
pelimpah dan hubungan antara muka air hulu dan hilir dan biasanya berkisar
antara 1,7 – 2,3 atau ditentukan dari hasil percobaan di laboratorium.
2.3.3. Intake
Bangunan pemasok air atau intake berfungsi sebagai bangunan pengambil
air dari bendungan dan diteruskan ke pipa pesat (penstock) selanjutkan di teruskan
ke turbin, dalam perencanaan bangunan intake di rancang sesempurna mungkin
yang bertujuan untuk memperkecil hilangnya energi air saat akan masuk k turbin.
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
18
Dalam perencanaan pipa pesat (penstock) di rancang sesuai dengan kemiringan
dan secara benar,
2.3.4. Penstock
Pipa tekan yang dipakai untuk mengalirkan air dari tangki atas (head tank)
atau langsung dari bangunan ambil air disebut pipa pesat (penstock). Fungsi dari
pipa pesat adalah sebagai alat pengantar air ke turbin, jadi syaratnya harus rapat
atau kedap air dan harus kuat menahan atau mengimbangi tekanan air dalam pipa.
Pada ujung permulaan pipa pesat ini disediakan katub (valve) untuk
menutup aliran air dalam pipa dan mengosongkannya. Pada suatu PLTM
sederhana dan kecil, katub di permulaan pipa pesat hanya satu, yaitu katub tangan
(manual operated valve) dan pipa PLTM yang besar di samping katub tangan
tersebut juga dilengkapi dengan katub otomatis.
Selanjutnya di depan pipa pesat dipasang saringan untuk menghindarkan
masuknya benda-benda yang tidak diinginkan ke dalam pipa dan terus ke turbin
yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan.[Patty, O.F, (ibid), halaman 79].
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
19
Gambar 2.2 Penstock
Macam-macam bahan dari pipa pesat adalah :
2. Pipa pesat dari kayu
3. Pipa pesat dari baja
4. Pipa pesat dari beton bertulang
5. Pipa pesat dari aluminium
6. Pipa pesat dari baja dengan beton bertulang (pipa golang) atau pipa
Prof. Ir. Soedijatmo
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
20
Gambar 2.3 Skema Pipa Pesat
Kehilangan energi (headloss) yang terjadi pada pipa pesat adalah sebagai
berikut :
a. Kehilangan valve tinggi energi pada katub (hg). Kehilangan ini dicari
dengan persamaan (2.7).
b. Kehilangan tinggi energi karena perubahan penampang (he)
Besarnya kehilangan tinggi energi pada perubahan penampang
dipengaruhi oleh panjangnya peralihan (daerah transisi) serta sudut peralihan.
Untuk mencari koefisien kehilangan energi pada peralihan dapat digunakan grafik
koefisien kehilangan energi pada perubahan profil.
gvKehe2
.2
…………………………………………….. (2.4)
Ke adalah koefisien kehilangan tinggi energi karena perubahan penampang
a. Kehilangan tinggi energi pada belokan (bends) (kb). Kehilangan ini dapat
dicari dengan persamaan (2.11). Kehilangan energi ini tergantung dari
sudut belok pipa.
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
21
b. Kehilangan tinggi energi karena gesekan (hf). Kehilangan energi ini dapat
dicari dengan persamaan (2.9)
c. Kehilangan tinggi energi pada pengeluaran
gvKoho2
.2
……………………………………………. (2.5)
Ko adalah koefisien kehilangan tinggi energi pada pengeluaran
Dengan demikian, total kehilangan tinggi energi (ht) pada pipa pesat
adalah :
ht = hg + hb + ht + ho + hf .............................................. (2.6)
2.3.5. Blok Anker
Fungsi blok angker adalah untuk memegang pipa pesat pada tanah
pondasi, agar titik perpotongan sumbu pipa pesat tidak bergerak (pipa pesat harus
tetap dapat bergerak axial). Umumnya diletakkan pada tiap-tiap sudut atau
belokan pipa pesat dan pada pipa pesat yang lurus pada jarak > 100 meter. Pelana
(saddle atau sochell) dipasang pada sela blok angker dengan jarak 6 – 12 meter.
Jadi keduanya menyangga berat pipa dan air. Blok angker dapat dibuat dari :
a. Pasangan batu bata
b. Pasangan batu pecah/kali
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
22
c. Beton bertulang
Pada skema perencanaan ini digunakan blok angker yang terbuat dari
beton bertulang.
Gambar 2.4 Skema Blok Angker
Sambungan pada pipa pesat dapat di atas, di bawah atau di tengah.
Sambungan di atas sangat menguntungkan bagi blok angker dan soal pemsangan
(montage) lebih mudah yaitu dari bawah ke arah atas dari tempat turbin. Jadi
setelah sampai, maka tidak terjadi apa-apa, karena kolam pengumpul atau
bendungan sangat luas. Pada sambungan ini diperhitungkan gaya pada blok
angker. Sifat-sifat dari tanah atau batu pondasi adalah sangat penting bagi
stabilitas blok angker (tegangan tanah harus cukup kuat menahan gaya-gaya)
Syarat kestabilan pada blok angker adalah resultan gaya-gaya yang bekerja
pada blok angker harus terletak pada inti (1/3 bagian tengahnya). Beban-beban
Blok Angker
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
23
yang bekerja pada blok angker ini adalah berat sendiri dari pipa pesat yang terdiri
dari berat beton dan berat baja serta berat air yang melewati pipa pesat.
Sedangkan gaya-gaya yang bekerja pada blok angker adalah :
1. Gaya hidrostatis
tonHAk dynw ..1 ……………………………………... (2.7)
Dimana :
A = luas penampang pipa pesat dalam blok angker (m2)
γw = berat jenis air (t/m3)
Hdyn = tinggi gaya hidrostatis (m)
2. Gaya hidrodinamis
gvQk w ..
2
…………………………………………….. (2.8)
Dimana :
Q = debit air yang melewati pipa (m3/detik)
g = gaya gravitasi bumi
v = kecepatan air (m2/detik)
3. Gaya akibat pipa kosong setelah hulu
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
24
k3 = P sin β (ton) ……………………………………..... (2.9)
Dimana :
P = berat pipa kosong (sepanjang L1) (ton)
4. Gaya akibat pipa kosong setelah hilir
k4 = P sin β (ton) ……………………………………...... (2.10)
P = berat pipa kosong (sepanjang L2) (ton)
5. Gaya akibat geseran pipa pesat (hulu) dengan sochell
k5 = f cos β (½ (p + w)) ………….................................. (2.11)
Dimana :
f = gaya geser pipa – sochell
p + w = berat pipa dan air dari blok angker sampai sochell
di atasnya
6. Gaya akibat geseran pipa pesat (hilir) dengan sochell
k6 = f cos β (½ (p + w)) …………………………….... (2.12)
7. Gaya geseran pada sambungan (hulu) akibat muai atau susut
k7 = f ‘ . π (D + 2t) (ton) …………………………….... (2.13)
Dimana :
f’ = keliling pipa
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
25
t = tebal pipa (m)
D = diameter dalam pipa (m)
8. Gaya geseran pada sambungan (hilir) akibat muai atau susut
k8 = f ‘ . π (D + 2t) (ton) …………………………….... (2.14)
9. Gaya tekanan hidrostatis pada ujung pipa pesat pada sambungan (hulu)
k9 = ahulu . γw . Hdyn (ton) …………………….................... (2.15)
Dimana :
a = luas cincin (m2)
10. Gaya tekanan hidrostatis pada ujung pipa pesat pada sambungan (hilir)
k10 = ahilir . γw . Hdyn (ton) …………………………….. (2.16)
2.3.6. Power House
Sesuai posisinya, rumah pembangkit ini dapat diklasifikasikan kedalam
tipe di atas tanah, semi di bawah tanah, di bawah tanah. Sebagian besara rumah
pembangkit PLTM adalah di atas tanah. Untuk pertimbangan desain rumah
pembangkit, perlu dipertimbangkan :
a. Lantai rumah pembangkit dimana peralatan PLTM ditempatkan,
perlu memperhatikan kenyamanan selama operasi, mengelola,
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
26
melakukan perawatan dimana terjadi pekerjaan pembongkaran
dan pemasangan peralatan.
b. Memiliki cukup cahaya masuk untuk penerangan di siang hari dan
adanya ventilasi udara.
c. Kenyamanan jika operator berada didalamnya seperti untuk
melakukan pengendalian ataupun pencatatan secara manual
Konstruksi untuk desain rumah pembangkit PLTM juga tidak terlepas dari skema
system PLTMH yang bergantung [Tugas Akhir Ramli Kadi 2010].
2.4. Tinjauan Kapasitas PLTM
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah suatu bentuk perubahan
tenaga air dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga listrik, dengan
menggunakan turbin air dan generator. Daya (power) yang dihasilkan dapat
dihitung berdasarkan rumus berikut (Arismunandar dan Kuwahara, 1991) :
P = 9,8 x Heff x Q (kW) ................................................................. (2.17)
Dimana :
P = Tenaga yang dikeluarkan secara teoritis
H = Tinggi air jatuh efektif (m)
Q = Debit Pembangkit (m3/det)
9,8 = Percepatan grafitasi = 9,81m/s2
Sebagaimana dapat dipahami dari rumus tersebut di atas, daya yang
dihasilkan adalah hasil kali dari tinggi jatuh dan debit air, oleh karena itu
berhasilnya pembangkitan tenaga air tergantung dari pada usaha untuk
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
27
mendapatkan tinggi jatuh air dan debit yang besar secara efektif dan ekonomis.
Pada umumnya debit yang besar membutuhkan fasilitas dengan ukuran yang besar
misalnya, bangunan ambil air (intake), saluran air dan turbin (Arismunandar dan
Kuwahara, 1991).
2.5. Klasifikasi Turbin Air
Berdasarkan momentum fluida kerjanya turbin dapat di bedakan menjadi
dua tipe.
1) Turbin Impuls
2) Turbin Reaksi
2.5.1. Turbin Impuls
Dimana energi potensial air pada turbin tersebut di ubah menjadi energi
kinetis dimana air tersebut sebelum masuk dan mendorong sudu-sudu runer oleh
alat yang di namakan nozel. Yang termasuk dalam tipe turbin ini adalah : Turbin
Pelton, dan Turbin Cross Flow.
2.5.2. Turbin Reaksi
Pada turbin reaksi ini air yang melewati sudu-sudu turbin, dimana energi
potensial yang di timbulkan air di ubah menjadi energi kinetis, dengan demikian
momentum air akibatnya runer akan berputar. Yang termasuk dalam turbin reaksi
inia dalah Turbin Prancis, Turbin Kaplan, Turbin Propeler.
2.6. Klasifikasi Turbin Air
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
28
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan di bidang Mekanika
Fluida dan Hidrolika para ilmuan semakin aktif untuk melakukan eksperimen atau
penelitian untuk pengembangan turbin, alam yang menyimpan banyak potensi
sebagai sumber energi yang ramah lingkungan dan hemat salah satunya
pemanfaatan sumber daya air, dengan memanfaatkan debit, tinggi (head) yang
tersedia. Maka dari itu masalah turbin menjadi salah satu objek penelitian yang
tepat untuk mencari sistim, ukuran, dan bentuk yang tepat untuk mendapatkan
efisiensi turbin yang yang maksimal. Dari uraian tersebut akan menjelaskan
klasifikasi turbin yang tepat bedasarkan kriteria.
2.6.1. Bedasarkan Model Aliran Air
Berdasarkan model aliran fluida masuk kedalam runer turbin di bedakan
menjadi tiga tipe sesuai dengan klasifikasinya.
1. Turbin Aliran Tangensial
2. Turbin Aliran Aksial
3. Turbin Aliran Aksial – Radial
2.6.1.1. Aliran Tangensial
Pada prinsipnya turbin aliran tangensial bekerja dimana air yang masuk
kedalam rumah turbin dan mendorong sudu-sudu turbin sehingga runner akan
berputar, adapun turbin yang prinsip kerjanya seperti pembahasan ini adalah
Turbin Cross Flow dan Turbin Pleton. [Haimerl, L.A., 1960].
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
29
Gambar 2.5 Turbin Aliran Tangensial
2.6.1.2. Turbin Aliran Aksial
Pada turbin ini prinsip kerjanya adalah dimana air yang masuk kedalam
runer sejajar dengan poros turbin itu sendiri, begitu juga air yang keluar runer
sejajar dengan poros turbin tersebut, yang termasuk dalam prinsip kerja seperti ini
adalah Turbin Kaplan. [Haimerl, L.A., 1960].
Gambar 2.6 Turbin Aliran Aksial
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
30
2.6.1.3. Turbin Aliran Aksial – Radial
Pada turbin ini prinsip kerjanya adalah dimana air yang masuk kedalam
runer secara radial, dan air yang keluar runer bergerak secara aksial, turbin yang
prinsip kerjanya seperti ini yaitu Turbin Prancis. [Haimerl, L.A., 1960].
Gambar 2.7 Turbin Aliran Aksial & Radial
2.6.2. Berdasrkan Kecepatan Spesifik
Yang dimaksud dengan kecepatan spesifik dari suatu turbin ialah
kecepatan putaran runner yang dapat dihasilkan daya effektif 1 BHP untuk setiap
tinggi jatuh 1 meter atau dengan rumus dapat ditulis.[Lal, Jagdish, 1975.]
…………………………….. (2.18)
Diketahui :
ns : Kecepatan Spesifik Turbin (rpm)
n : Kecepatan Putaran Turbin (rpm)
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
31
Hefs : Tinggi Jatuh Spesifik (m)
N : Daya Turbin Efektif (HP)
Untuk setiap turbin air memiliki nilai kecepatan spesifik, tabel 2.2 Pada
tabel tersebut menjelaskan batasan kecepatan spesifik sebuah turbin konvensional.
[Lal, Jagdish, 1975].
Tabel 2.2. Kecepatan Spesifik Turbin Konvensional
No Jenis Turbin Kecepatan Spesifik1 Pelton dan kincir air 10-35 rpm
2 Francis 60-300 rpm
3 Cross-Flow 70-80 rpm
4 Kaplan dan propeller 300-1000 rpm
2.6.3. Berdasarkan Head dan Debit
Dalam pengaplikasianya turbin akan di sesuaikan dengan potensi yang ada
di sekitar, seperti debit air, dan head hal tersebut bertujuan agar turbin berfungsi
secara maksimal dan sesuai dengan hal yang di inginkan. Adpun klasifikasi turbin
berdasarkan Head dan Debit sebagai berikut.
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
32
Grafik 2.1 Effisiensi Turbin Berdasarkan Debit Sebagai Variabel
Head yang rendah yaitu dibawah 40 meter tetapi debit air yang besar,
maka Turbin Kaplan atau propeller cocok digunakan untuk kondisi seperti
ini.
Head yang sedang antara 30 sampai 200 meter dan debit relatif cukup,
maka untuk kondisi seperti ini gunakanlah Turbin Francis atau Cross-
Flow.
Head yang tinggi yakni di atas 200 meter dan debit sedang, maka
gunakanlah turbin impuls jenis Pelton.
Adapun bentuk kontruksi empat macam runner turbin konvensional.
Seperti gambar di bawah ini : [Haimerl, L.A., 1960].
Sedangkan menurut Keller pada dasarnya daerah kerja operasi turbin
dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1. Low head powerpalnt dengan tinggi jatuhan air (head)
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
33
2. Medium head powerplant dengan tinggi jatuhan antara low head
dan high head.
3. High head powerplant dengan tinggi jatuhan air yang memenuhi
persamaan
H > 100 (Q) ........................................................................ (2.19)
Dimana :
H = Tinggi terjunan (head)
Q = Debit desain (m3/det)
Gambar 2.8. Bentuk Rner Turbin Konvensional
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
34
2.7. Pemilihan Jenis Turbin
Pada tahap awal, pemilihan jenis turbin dapat diperhitungkan dengan
mempertimbangkan parameter – parameter khusus yang mempengaruhi system
operasi turbin yaitu :
1. Tinggi jatuh air efektif (net head) dan debit yang akan
dimanfaatkan untuk operasi turbin
2. Daya (Power) yang diinginkan berkaitan dengan head dan debit
yang tersedia
3. Kecepatan putaran turbin
Ketiga faktor diatas dinyatakan sebagai kecepatan spesifik turbin (Ns),
dari, kecepatan spesifik dapat diketahui jenis turbin : [Patty, O.F 1994].
1. Ns = 9 s/d 25 untuk turbin Pelton dengan satu pancaran
2. Ns = 25 s/d 60 untuk turbin Pelton dengan lebih dari satu pancaran
3. Ns = 40 s/d 400 untuk turbin Francis
4. Ns = 260 s/d 860 untuk turbin Kaplan
5. Ns = 340 s/d 860 untuk turbin Propeller
Tabel 2.3. Hubungan turbin untuk berbagai variasi head
Jenis Turbin Variasi Head (m)
Kaplan dan Propeller 2 < H < 40
Francis 10 < H < 350
Pelton 50 < H < 1300
Crossflow 3 < H < 250
Turgo 50 < H < 250
(Sumber : Bangunan Tenaga Air, O.F.Patty)
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
35
Dari ketiga faktor diatas dapat didefinisan sdengan persamaan sebagai
berikut :
Ns = N x P0,51 x H0,21......................................................... (2.20)
Dimana :
N = Kecepatan putaran turbin ( rpm)
P = Maksimum turbin output (kW)
H = Head efektif (m)
Output turbin dihitung dengan formula :
P = 9,81 x Q x H x qt ............................................................ (2.21)
Dimana :
Q = Debit air (m3/dtk)
H = Head efektif (m)
qt = Efisiensi turbin
Tabel 2.4 Efisiensi Turbin (Wiratman,1975, dlm Rustiati,1996)
Turbin ns (epm) μT (%) H (m)
Pelton
Francis
Kaplan
Propeler
10 – 40
40 – 50
60 – 660
350 – 1050
89 – 90
90 – 94
89 – 91
85 – 94
1800 – 300
350 – 25
100 – 15
50 – 5
Dengan mengetahui kecepatan spesifik turbin maka perencanaan dan
pemilihan jenis turbin akan menjadi lebih mudah. Beberapa formula yang
dikembangkan dari data eksperimental berbagai jenis turbin dapat digunakan
untuk melakukan estimasi perhitungan kecepatan spesifik turbin, yaitu :
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
36
Turin Pelton Ns = 85.49 / H0.243
(Siervo & Lugaresi, 1978)
Turbin Francis Ns = 3763 / H0.854
(Schweiger & Gregory, 1989)
Turbin Kaplan Ns = 2283 / H0.486
(Schweiger & Gregory, 1989)
Turbin Crossflow Ns = 513.25 / H0.505
(Kpordze & Wamick, 1983)
Turbin Propeller Ns = 2702 / H0.5
(USBR, 1983)
Dengan mengetahui besaran kecepatan spesifik maka dimensi dasar turbin
dapat diestimasi (diperkirakan).
Gambar 2.9 Diagram Aplikasi Berbagai Jenis Turbin (Head Vs Debit)
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
37
2.8. Generator
Pada prinsipnya pembangkit tenaga air adalah suatu bentuk perubahan
tenaga air dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenagalistrik dengan
menggunakan turbin air dan generator. Daya (power) teoritis yang dihasilkan
dapat dihitung berdasarkan persamaan empiris berikut (Arismunandar dan
Kuwahara, 1991) :
P = 9,8 x Q x H eff (kW) ............................................. (2.22)
Dimana :
P = Tenaga yang dihasilkan secara teoritis (kW)
Q = Debit pembangkit (m³/det)
Heff = Tinggi jatuh efektif (m)
9,8 = Percepatan gravitasi (m/s2)
Seperti telah dijelaskan bahwa daya yang keluar merupakan hasil
perkalian dari tinggi jatuh dan debit, sehingga berhasilnya suatu usaha
pembangkitan tergantung dari usaha untuk mendapatkan tinggi jatuh air dan debit
yang besar secara efektif dan ekonomis.
Selain itu pembangkitan tenaga air juga tergantung pada kondisi geografis,
keadaan curah hujan dan area pengaliran (catchment area) (Arismunandar dan
Kuwahara, 1991).
Penentuan tinggi jatuh efektif dapat diperoleh dengan mengurangi tinggi
jatuh total (dari permukaan air sampai permukaan air saluran bawah) dengan
kehilangan tinggi pada saluran air. Tinggi jatuh penuh adalah tinggi air yang kerja
efektif saat turbin air berjalan (Arismunandar dan Kuwahara, 1991).
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
38
Adapun debit yang digunakan dalam pembangkit adalah debit andalan
yang terletak tepat setinggi mercu yaitu debit minimum. Karena pembangkit ini
direncanakan beroperasi selama 24 jam sehari semalam (Arismunandar dan
Kuwahara, 1991)
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam perencanaan sebuah PLTM (Pembangkit Listrik Mini Hidro)
penulis mencoba tahapan – tahapan dan yang harus di lakukan dalam penelitian
dalam perencanaan sebuah PLTM.
3.1. Lokasi
Wilayah studi dari penyusunan Investasi Pembangkit Listrik Tenaga Air
(Mini Hydro) ini adalah Batang Batang Sukam Kuantan di Kabupaten Sijunjung –
Sumatera Barat.
3.2. Alat dan Bahan
1. GPS
2. Caren Meter
3. Meteran
4. Teodolit
5. Stopwat
6. Kamera
3.3. Langkah – Langkah Penelitian
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dari semua sumber yang terkait dengan
perencanaan,serta referensi – referensi yang mendukung.
a. Survei lokasi
b. Menentukan debit, tinggi jatuh, kecepatan, dan luas penampang sungai
b. Menentukan letak posisi intake pengambilan air masuk pada sungai
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
2. Perhitungan
Menghitung debit andalan pada sungai
Menentukan daya turbin
Perhitungan Perencanaan Turbin
3. Rekomendasi
Dari hasil perhitungan serta analisa data yang di lakukan penelitian ini
berujung pada rekomendasi gambar teknik sesuai dengan hasil yang di dapat.
3.4. Pengumpulan Data
1. Survei
Survei dilakukan untuk mengetahui gambaran awal pada lapangan
yang menentukan layak atau tidak layaknya sebuah perencanaan PLTM
sebelum di lakukan pengambilan data.
2. Pengumpulan Data
Adapun data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data
primer, dan data sekunder. Data-data yang dikumpulkan terdiri atas:
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan melakukan observasi
langsung di lokasi perencanaan serta Tanya Jawab dengan stekholder
terkait. Data ini berupa :
Data dimensi sungai
Data kondisi sungai, seperti : Kedalaman sungai, tinggi terjunan
(head)
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
b. Data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diambil dari
instansi terkait seperti kantor Balai Wilayah Sungai 3 Sulawesi
Tengah dan Badan Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah. Adapun
data sekunder meliputi :
Peta Lokasi Perencanaan.
Data Curah Hujan.
Peta Cathment Area.
Peta Topografi.
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki
Gambar : 3.1 Bagan Alir Penelitian
MULAI
Survei, Pengumpulan Data
Data Primer Data Skunder
Data Klimatologi danCurah Hujan, Peta(Topografi, DAS)
PerhitunganDebit Andalan
Data Sungai
Input Data Primer &
Skunder
Perencanaan Cofferdam, Bendung, Intake,Headrace, Sedimen trap, Pipa Pesat, HeadLoss, House Power dan Tail Race, Daya,Turbin, Gambar Teknik
Memenuhi
Tidak
PenyusunanLaporan
Ya
Selesai
0810
0172
1100
8
Muham
ad Sau
ki