tugas basworo metpen finising
TRANSCRIPT
TUGAS “METODOLOGI PENELITIAN BISNIS”
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Semangat Kerja Karyawan Pada Perusahaan Batik
Keris Cabang SoLo
Fahmi Ahmad (B100 100 003) “G”
Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada zaman sekarang organisasi-organisasi semakin bermunculan dan berkembang pesat
di Indonesia. Dengan munculnya organisasi-organisasi baru maka banyak organisasi yang
mencari tenaga tenaga kerja atau pegawai baru yang berkompeten, karena pegawai yang
berkompeten merupakanasset penting yang wajib dimiliki dan dijaga bagi suatu organisasi untuk
mencapai tujuan. Salah satuupaya untuk mencapai tujuan yaitu, meningkatkan kinerja pegawai,
dengan praktek kepemimpinan atau gaya kepemimpinan yang handal dan motivasi berprestasi
yang tinggi dan terarah.
Kepemimpinan dapat juga diartikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan pengikut-
pengikutnya untuk bekerja sama dengan kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh pimpinan mereka. Seorang pimpinan selalu mempunyai wewenang untuk
memerintah bawahan dengan gaya kepemimpinannya masing-masing. Dan bawahan akan
menerima perintah tersebut dengan pandangan yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena
faktor perbedaan latar belakang pendidikan, pengalaman dan lingkungan masyarakat. Seorang
pimpinan harus mampu menyikapi permasalahan yang timbul dalam perusahaan atau organisasi
yang dipimpinnya. Dengan demikian, seorang pimpinan harus mampu mengatasi berbagai
macam masalah baik yang menyangkut perusahaan maupun yang menyangkut karyawannya agar
terbina semangat kerja yang tinggi, dengan semangat tersebut, maka output yang dihasilkan
dapat memberikan kontribusi yang besar baik bagi karyawan maupun perusahaan itu sendiri.
Pemimpin mengalihkan rencana-rencana menjadi kegiatan dan membuat rencana-rencana
tersebut menjadi kenyataan. Pemimpin mengadakan komunikasi dengan rekan-rekan dan
bawahannya untuk menyampaikan rencana tersebut, menjelaskan tujuannya, memberitahukan
tugas masing-masing dan berusaha membangkitkan semangat kerja.
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan sesuatu yang bersifat relatif dan individual,
artinya dengan perbedaan yang ada tersebut, maka tingkat kepuasan kerja individu akan berbeda
sesuai dengan system dan nilai yang berlaku pada masing-masing individu, rasa puas bukanlah
merupakan sesuatu yang tetap, karena dapat dipengaruhi oleh kekuatan dari dalam maupun dari
luar lingkungan kerja. Seorang pemimpin harus mampu memotivasi bawahannya dengan efektif
dan efisien. Motivasi itu sendiri adalah keinginan yang timbul dari dalam diri pribadi maupun
dari pihak luar dalam upaya untuk mencapai tujuan hidupnya. Motivasi yang ada pada seseorang
akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan dalam rangka pencapaian
kepuasan.
Kepuasan kerja itu sendiri akan dapat tercipta salah satunya dengan adanya hubungan
timbal balik yang positif antara pimpinan dan bawahan, sehingga bawahan akan merasa bahwa
dirinya merupakan bagian yang terpenting dari organisasi kerja. Salah satu ciri yang
membedakan antara organisasi atau perusahaan yang berhasil dengan organisasi yang tidak
berhasil adalah kepemimpinan yang efektif.
Perusahaan Batik Keris Solo perusahaan yang bergerak dalam bidang Industri Batik,
Garments dan Retail yang berkembang pesat. Semua karyawan Perusahaan Batik Keris Solo
dituntut untuk memiliki sumber daya manusia yang terampil dan mampu berkomunikasi dengan
baik terhadap konsumen-konsumennya. Untuk mengelola dan mengarahkan sumber daya
manusia yang tersedia kearah tujuan yang diinginkan oleh organisasi, dibutuhkan seorang
pemimpin.
Gaya kepemimpinan yang ada pada seorang pemimpin sangat berpengaruh dan berperan
aktif dalam penciptaan iklim kerja. Para karyawan akan melaksanakan fungsi dan tugasnya
dengan baik apabila tercermin pada proses penerimaan terhadap model atau gaya kepemimpinan
yang diterapkan oleh pemimpin mereka. Secara tidak langsung suatu model atau gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin sangat berpengaruh dominan karena hal
tersebut dapat memberikan motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Semangat Kerja Karyawan Pada Perusahaan
Batik Keris Cabang Solo”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah: Apakah
Gaya Kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada
Perusahaan Batik Keris Cabang SoLo.
1.3 Tujuan Umum
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan
dan motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada Perusahaan Batik Keris Cabang Solo.
1.3.1. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan
2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi
3. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja
4. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan pada
Perusahaan Batik keris cabang Solo
5. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada Perusahaan
Batik Keris cabang Solo
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1. Pengertian Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan
2.1.1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan menurut Sarlito Wirawan S. (2002: 206) dapat didefinisikan sebagai sarana
pencapaian tujuan, yang dimaksudkan dalam hubungan ini yaitu, pemimpin merupakan
seseorang yang memiliki suatu program dan berperilaku secera bersama-sama dengan anggota-
anggota kelompok dengan mempergunakan cara atau gaya tertentu, sehingga kepemimpinan
mempunyai peranan yang penting sebagai kekuatan dinamik yang mendorong, memotivasi, dan
mengkoordinasikan organisasinya dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Jadi, untuk menjadi seorang pemimpin dalam suatu organisasi tidaklah mudah, karena
menjadi seorang pemimpin harus memiliki kecekatan dan kebijakan dalam mengambil
keputusan, beribawa, tidak otoriter, dapat memberikan contoh yang baik terhadap pegawainya,
dan yang terpenting adalah mampu memberikan motivasi kepada para pegawainya disaat lemah.
Sehingga, apabila menjadi seorang pemimpin tidak dianggap rendah oleh para pegawainya, dan
justru dihormati oleh para pegawainya.
Ada beberapa sumber kekuasaan yang dapat digunakan oleh pemimpin dalam
hubungannya dalam melaksanakan kepemimpinannya, dalam Anoraga dan Suyati (2005:223)
yaitu :
1. Kekuasaan Koersif (Coersive Power)
Disini pemimpin yang bersangkutan mengendalikan diri pada perasaan takut dan yang
diusahakan atas perkiraan bahwa pihak bawahan menganggap bahwa hukuman diberikan karena
mereka tidak menyetujui tindakan-tindakan dan keyakinan pihak atasan.
2. Kekuasaan karena diberikannya penghargaan (Reward Power)
Disini diusahakan agar diberikan penghargaan kepada pekerja yang melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan tindakan-tindakan dan keinginan pihak atasan.
3. Kekuasaan karena memiliki suatu keahlian (Expert Power)
Kekuasaan ini timbul karena seorang individu memiliki skill khusus, pengetahuan atau
keahlian tertentu.
4. Kekuasaan karena identifikasi dengan orang yang dikagumi (Referent Power)
Kekuasaan ini didasarkan atas identifikasi seorang pengikut dengan seorang pemimpin yang
dikagumi dan sangat dihargai.
5. Kekuasaan karena kewenangan yang sah (legitimate Power).
Jenis kekuasaan ini dimiliki oleh seorang pemimpin karena ia di berikan kewenangan
resmi untuk melaksanakan kekuasaannya.
2.1.2. Gaya Kepemimpinan
Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin para
pengawainya, perbedaan perilaku para pemimpin dalam memimpin suatu organisasi disebut
dengan gaya kepemimpinan. Jadi, Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara pemimpin untuk
mempengaruhi bawahannya yang dinyatakan dalam bentuk pola tingkah laku atau kepribadian.
House dan Mitchel (dalam http://artikelrande.blogspot.com/2010/07/ gaya-
kepemimpinan_6811.html) mengemukakan adanya dua faktor yang mempengaruhi perilaku
kepemimpinan, yaitu faktor pribadi bawahan dan faktor lingkungan kerja, kedua orang tersebut
membedakan adanya empat gaya kepemimpinan, yaitu:
a. Pemimpin Pengarah (Leader Directiveness)
Pemimpin pengarah yaitu, seorang pemimpin yang mampu mengarahkan pegawainya
kepada hal-hal yang menjadi tujuan utama dalam suatu organisasi dan mengarahkan pegawainya
kepada hal yang benar bila melakukan kesalahan.
b. Pemimpin Pendukung (Leader Supportiveness)
Pemimpin pendukung yaitu, seorang pemimpin yang tidak berpegang teguh terhadap
pendapat diri sendiri, tetapi mengahargai dan mendukung usul serta saran dari pegawainya demi
kemajuan organisasinya.
c. Pemimpin Peranserta (Participative Leadership).
Pemimpin peranserta yaitu, seorang pemimpin yang tidak hanya bicara saja, tetapi seorang
pemimpin mau bekerjasama dan saling membantu terhadap pegawainya.
d. Kepemimpinan Berorientasi Prestasi (Achievement-Oriented Leadership)
Kepemimpinan berorientasi prestasi, maksudnya yaitu seorang pemimpin dalam
memimpin organisasi mempunyai tujuan yang jelas dan menjadikan organisasinya nomor satu
diantara yang lain.
2.2. Pengaruh Positif Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Motivasi KBBI (2008: 973), merupakan perpaduan antara keinginan dan energi untuk
mencapai tujuan tertentu. Memengaruhi motivasi seseorang berarti membuat orang tersebut
melakukan apa yang kita inginkan, karena fungsi utama dari kepemimpinan adalah untuk
memimpin, maka kemampuan untuk mempengaruhi orang lain adalah hal yang penting.
Motivasi menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 115-116) dapat timbul melalui dua
bagian yaitu, motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
2.2.1. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Jadi dalam motivasi intrinsik, motivasi yang timbul dari dalam dirinya sendiri dan bukan sebab
lain.
2.2.2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrisik. Motivasi ekstrinsik adalah
motif-motif yang aktif dan berfungsi karena karena adanya perangsang dari luar. Jadi dalam
motivasi ekstrinsik motivasi yang timbul karena faktor dari luar diri dan sebab lain.
Dalam proses memberi motivasi seorang pemimpin membimbing, memberi pengarahan,
mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta menggerakkan orang lain
untuk bekerja menuju sasaran yang diinginkan bersama. Semua yang dilakukan pemimpin harus
bisa dipersepsikan oleh orang lain dalam organisasinya sebagai bantuan kepada pegawainya
untuk dapat meningkatkan mutu kinerjanya. Dalam hal ini usaha mempengaruhi perasaan
mempunyai peran yang sangat penting. Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan
untuk menumbuhkan nilai-nilai baru, misalnya bekerja itu harus bermutu, atau memberi
pelayanan yang sebaik mungkin kepada pelanggan itu adalah suatu keharusan yang mulia.
Dengan nilai-nilai baru yang dimiliki itu orang akan tumbuh kesadarannya untuk berbuat yang
lebih bermutu.
Akan tetapi penting bagi seorang pemimpin untuk tidak menjabarkan beberapa tindakan
yang tidak memotivasi pegawainya. Tindakan yang tidak memotivasi pegawainya menurut John
C. Maxwell (2010: 65), seperti meremehkan pegawainya, mengkritik karyawan di depan
karyawan lain, memberi perhatian setengah-setengah atau tidak memerhatikan karyawan,
memerhatikan diri sendiri, menganak emaskan seorang karyawan, tidak mendorong karyawan
untuk berkembang, tidak memedulikan hal-hal kecil, merendahkan karyawan yang kurang
terampil, ragu-ragu dalam mengambil keputusan, atasan yang ragu-ragu mengakibatkan
kebimbangan di seluruh organisasi.
Oleh sebab itu, sebagai calon pemimpin yang baik harus dapat menghindari hal-hal yang
membuat pegawai atau bawahannya menjadi bosan dalam bekerja. Akan tetapi, memotivasi
pegawainya agar tetap semangat dalam bekerja. Untuk memotivasi pegawainya dapat dilakukan
dengan melibatkan pegawainya dalam proses pengambilan keputusan. Saran, rekomendasi, dan
kritik adalah pendorong yang paling efektif serta sangat memotivasi organisasi dalam mencapai
tujuan.
2.3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai
Kepemimpinan adalah usaha suatu program pada saat terjadinya interaksi melalui
komunikasi dengan gaya tertentu yang memotivasi seseorang atau kelompok dengaan pengaruh
yang tidak memaksa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan kinerja pegawai
merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu
organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, serta sesuai
dengan moral maupun etika. Kepemimpinan itu ditentukan dengan gaya kepemimpinan yang
dimiliki oleh pemimpin itu sendiri, jika gaya kepemimpinan yang diberikan baik dan dapat
memberikan arahan kepada bawahan dengan baik maka kinerja pegawai akan meningkat sesuai
dengan gaya kepemimpinan yang diberikan.
2.4. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasal dari
dalam dan luar dirinya, untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi menggunakan
semua kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Untuk dapat memberikan hasil kerja yang
berkualitas dan berkuantitas maka seorang pegawai membutuhkan motivasi kerja dalam dirinya
yang akan berpengaruh terhadap semangat kerjanya sehingga meningkatkan kinerjanya.
2.5. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Gaya kepemimpinan ditentukan oleh pemimpin itu sendiri, sehingga jika gaya
kepemimpinan yang diterapkan baik dan dapat memberikan arahan yang baik kepada bawahan,
maka akan timbul kepercayaan dan menciptakan motivasi kerja dalam diri pegawai, sehingga
semangat kerja pegawai meningkat, karena semangat kerja pegawai meningkat maka akan
mempengaruhi kinerja pegawai kearah yang lebih baik.
Jadi, gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai dalam organisasi
sangat menentukan kemajuan organisasi yang di pimpinnya. Oleh karena itu, jadilah seorang
pemimpin yang mampu mengorganisasi pegawainya dan mampu menguatkan pegawainya
dengan motivasi ketika pegawai sedang memilik semangat kerja yang rendah, sehingga apa yang
menjadi tujuan dari organisasi akan tercapai.
2.6. Pengertian Kepuasan Kerja
T. Hani Handoko (2002:193) mendefinisikan: ”Kepuasan kerja adalah keadaan emosional
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana karyawan memandang pekerjaan
mereka”. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini tampak
dari sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapinya dalam
lingkungannya.
Gibson (2001:67) mendefinisikan: “Kepuasan kerja adalah sikap seseorang terhadap
pekerjaan mereka. Sikap ini berasal dari persepsi mereka tentang pekerjaanya, maksudnya sejauh
mana faktor dalam pekerjaannya dapat memenuhi kebutuhan pribadinya”. Kepuasan kerja
merupakan suatu reaksi emosional yang komplek yang merupakan akibat dari dorongan
keinginan, tuntutan dan harapan-harapan karyawan terhadap pekerjaan yang dihubungkan
dengan kenyataan-kenyataan yang dirasakan karyawan sehingga menimbulkan rasa senang, puas
ataupun tidak puas.
Wexley dan Yulk (2000:129), mendefinisikan: “Kepuasan kerja adalah cara seorang
pekerja mengerjakan pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap
pekerjaannya yang didasarkan atas aspek-aspek pekerjaannya yang bermacam-macam”.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu kepuasan kerja adalah sikap
seorang pekerja terhadap pekerjaannya yang bisa dicerminkan oleh sikap menyenangkan atau
tidak menyenangkan melalui aspek pekerjaannya.
2.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut Wexley dan Yulk (2000:129), faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan
kerja adalah gaji, kondisi kerja, pengawasan, teman sekerja, isi pekerjaan, jaminan kerja, dan
kesempatan promosi. Gibson mengatakan bahwa dari sejumlah dimensi yang dihubungkan
dengan kepuasan kerja, lima diantaranya memiliki karakteristik yang sangat penting. Kelima
dimensi itu adalah upah, pekerjaan, kesempatan promosi, penyelia (supervisi) dan rekan sekerja
(co-workwer).
Kemudian Gilmer dalam As’ad (2007:115), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
dapat menimbulkan kepuasan kerja adalah kesempatan untuk maju, keamanan kerja, aspek social
dalam pekerjaan, komunikasi (antara pimpinan dan bawahan), dan fasilitas. Sedangkan As’ad
(2007;119), berpendapat bahwa kepuasan kerja ditimbulkan karena faktor yang memiliki
hubungan dengan pekerjaan, kondisi kerja, teman sekerja, pengawasan, promosi dan upah.
Dalam prakteknya, ciri-ciri kepemimpinan yang menonjol dan perilaku seorang pimpinan
dalam menghadapi situasi tertentu tergantung pada apa yang ingin dicapai oleh seorang pimpinan
yang bersangkutan. Menurut Siagian (2003:132) serangkaian penelitian oleh para ahli dan
banyak pengalaman praktisi menunjukkan bahwa apabila kepuasan kerja dikalangan para
bawahan atau karyawan yang ingin dikejar oleh seorang pimpinan, maka gaya kepemimpinan
demokratis sebagai salah satu ciri-ciri gaya kepemimpinan yang paling tepat untuk diterapkan,
karena dengan merasa dihargai para karyawan didorong untuk berusaha sekuat tenaga yang pada
akhirnya melahirkan kepuasan kerja.
Dari keterangan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan juga
merupakan salah satu faktor penentu terciptanya kepuasan kerja bagi bawahan atau para
karyawan yang dalam penerapannya tergantung dengan situasi dan kondisi tertentu dari masing-
masing organisasi dan perusahaan.
2.8. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja
Setiap pemimpin dari organisasi atau perusahaan yang satu dengan yang lain mempunyai
perbedaan dalam penerapan gaya kepemimpinan, yang mana penerapan gaya kepemimpinan itu
memberikan pengaruh kepada para bawahan terutama terhadap kepuasan kerja yang dinyatakan
dengan sikap bawahan terhadap pekerjaannya.
Menurut penelitian yang diakukan oleh Branca dalam Efendi (2004:33), pada gaya
kepemimpinan demokratis bawahan bekerja dengan penuh kegairahan. Sedangan pada gaya
kepemimpinan otoriter bawahan bekerja penuh dengan perasaan tertekan dan bahkan sering
terjadi ketegangan antara bawahan, dan pada gaya kepemimpinan laissez faire bawahan bekerja
secara tidak teratur. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa penerapan gaya kepemimpinan akan
memberikan pengaruh terhadap kepuasan kerja bawahan.
2.9. Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja
Motivasi adalah keinginan yang timbul dari dalam diri pribadi ataupun pihak luar dalam
upaya untuk mencapai tujuan hidupnya. Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan
suatu perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan dalam rangka pencapaian kepuasan. Namun
seberapa jauh motivasi itu sendiri mempengaruhi upaya karyawan dalam mencapai kepuasan
kerja pada setiap pribadi karyawan tersebut dan juga apakah kepuasan kerja itu sendiri
berhubungan timbal balik pada motivasi kerja karyawan, belum dapat diketahui secara pasti
sebelum dilakukan pengukuran langsung kepada karyawan yang bersangkutan.
Menurut Susilo Martoyo (2007:155) mengatakan bahwa tidak akan ada motivasi jika
tidak dirasakan dengan adanya kebutuhan dan kepuasan serta ketidakseimbangan. Pekerjaan
yang dilakukan seorang manager dalam memberikan inspirasi, semangat dan dorongan kepada
orang lain, dalam hal karyawannya, untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan
ini bertujuan untuk menggiatkan karyawan agar bersemangat dan dapat mencapai hasil
sebagaimana yang dikehendaki karyawan tersebut.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya motivasi merupakan kondisi
mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan dan memberikan kekuatan yang mengarah
pada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan.
2.10. Kerangka Analisis
Berdasarkan studi pustaka di atas, maka dapat dibuat suatu kerangka analisis untuk
mengetahui Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi terhadap Kepuasan Karyawan pada
PT. Batik Keris Solo
2.11. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang sebenarnya masih
harus diuji secara empiris. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
studi pustaka, maka dalam penelitian ini dapat dibuat hipotesis sebagai berikut; “ Diduga gaya
kepemimpinan dan motivasi mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT.
Batik Keris Solo.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Batik Keris cabang Solo yang bertempat di
Kelurahan Cemani (Selatan Lawean), Grogol, Solo 57100 Jawa Tenggah, Indonesia. Penelitian
ini Sudah dilakukan pada bulan Mei 2010.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan kumpulan dari seluruh elemen yang dijadikan sasaran atau objek
penelitian (Supranto 2001:87). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Batik
Keris cabang Solo, yang berjumlah 30 orang.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan
dianggap dapat mewakili keseluruhan populasi, mengingat sedikitnya jumlah populasi dalam
penelitian ini, maka seluruh populasi dapat dijadikan sebagai sampel (Djarwanto 2003:108).
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan
langsung ke lapangan (objek penelitian) untuk memperoleh data dan informasi yang
diperlukan.
2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab langsung
kepada responden atau menurut penulis ada hubungan dengan penelitian yang dilakukan.
3. Kuesioner, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengajukan daftar pertanyaan
kepada responden.
Dalam pengumpulan data dengan menggunakan teknik kuesioner ini, penulis menyebarkan
beberapa pertanyaan untuk masing-masing variabel. Adapun skor dari masing-masing alternatif
jawaban ini diberi skor dengan menggunakan pengukuran Ordinal, yaitu sebagai berikut:
1. Jawaban a, Sangat Setuju (SS) diberi skor 5
2. Jawaban b, Setuju (S) diberi skor 4
3. Jawaban c, Kurang Setuju (KS) Skor 3
4. Jawaban c, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2
5. Jawaban d, Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
3.4. Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode kualitatif, yaitu suatu teknik analisa non statistik dimana analisis tersebut tidak
berbentuk angka-angka, tabel-tabel atau grafik-grafik melainkan hanya berupa uraian-uraian
yang mendukung hasil analisis statistik.
2. Metode kuantitatif, yaitu teknik analisis yang didasarkan dengan perhitungan angka-angka
yang menggunakan statistik.
Metode analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Regresi Linear Berganda
Untuk mengetahui berapa besar pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi terhadap
kepuasan kerja karyawan pada PT. Luxindo Raya Bengkulu dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Y = a+ b1 X1 + b2 X2 (Djarwanto PS, 2003:310)
Keterangan:
Y = Kepuasan kerja
X1 = Gaya kepemimpinan
X2 = Motivasi
a = Konstanta
b1, b2 = Koefisien regresi
2. Koefisien Determinasi
Untuk mengukur besarnya persentase sumbangan variabel gaya kepemimpinan dan
motivasi terhadap kepuasan kerja secara bersama-sama digunakan rumus:
Keterangan:
R2 = Koefisien Determinasi
b = Koefisien Regresi
3. Uji Hipotesis
1. Untuk menguji hipotesis secara parsial pengaruh variabel X terhadap variabel Y dengan
tingkat keyakinan 95% atau α = 0,05 digunakan uji t (t-test) menggunakan rumus:
t hitung = (Sugiono, 2000:261)
Keterangan:
t = t hipotesis
bi = koefisien regresi variabel X
Sbi = standar error bi
Dimana
H0 = 0 tidak ada pengaruh antara variabel X dan Y
Ha ≠ 0 ada pengaruh antara variabel X dan Y
Dengan kreteria pengujian:
Jika t hitung > t α, maka Ha diterima dan H0 ditolak
Jika t hitung < t α, maka Ha ditolak dan H0 diterima
2. Untuk menguji hipotesis, apakah variabel X secara bersama-sama mempengaruhi
variabel Y digunakan uji F (F test)
dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika F hitung > t α, maka Ha diterima dan H0 ditolak
Jika F hitung < t α, maka Ha ditolak dan H0 diterima
Dengan tingkat keyakinan 95% atau α = 0,05
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Sekilas tentang Batik Keris
Perusahaan Batik Keris Solo perusahaan yang bergerak dalam bidang Industri Batik,
Garments dan Retail yang berkembang pesat. Semua karyawan Perusahaan Batik Keris Solo
dituntut untuk memiliki sumber daya manusia yang terampil dan mampu berkomunikasi dengan
baik terhadap konsumen-konsumennya. Untuk mengelola dan mengarahkan sumber daya
manusia yang tersedia kearah tujuan yang diinginkan oleh organisasi, dibutuhkan seorang
pemimpin.
4.2 Sistematika Surve Lapangan
Tabel 4.2.1
Distribusi Jenis Kelamn Responden
NO Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
1 Laki-laki 13 13%
2 Perempuan 17 17%
Jumlah 30 30%
Disibusi jenis kelamin responden terdiri dari dua kategori yaitu laki-laki dan
perempuan,berdasarkan hasil distribusi tentang jenis kelamin responden diketahui bahwa 13%
atau 13 orang responden berjenis kelamin laki-laki,sedangkan sisanya 17% atau 17 orang
berjenis kelamin perempuan.
4.3.Usia Responden
Tabel 4.3.1
Distribusi Usia Responden
NO USIA JUMLAH PROSENTASE
1 20 – 25 tahun 10 10%
2 25 – 30 tahun 13 13%
3 30 – 35 tahun 7 7%
JUMLAH 30 30%
Distribusi usia responden terdiri dari tiga kategori yaitu 20-25 tahun,25-30 tahun,25-30
tahun.Dari distrubusi diatas dapat diketahui bahwa prosentase usia antara 20-25 tahun sebanyak
10 orang atau 10%,usia 25-30 tahun sebanyak 17 responden atau 17%,usia 30-35 tahun sebanyak
7 responden atau 7%.
4.4.Pengalaman kerja
Berdasarkan dari distribusi pengalaman kerja 30 orang responden Batik keris Indonesia
Tabel 4.4.1
Distrubusi Pengalaman Kerja
NO PENGALAMAN
KERJA
JUMLAH PROSENTASE
1 < 1 tahun 0 0
2 1 – 3 tahun 12 12%
3 3 – 6 ahun 18 18%
Jumlah 30 30%
a. Uji Validitas dan Reliabilitias Skala produk
Penentuan validitas skala tersebut penulis menggunakan teknik korelasi
dengan pemasaran, adapun hasil pengolahan dengan program SPSS 10.5 adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.4.2
Hasil Uji Validitas Skala produk
No rxy rtabel Kesimpulan
ITEM1 .648 0.361 Valid
ITEM2 .576 0.361 Valid
Sumber: Data yang diolah
Hasil nilai r pemasaran pada tabulasi di atas pada n = 30, taraf signifikansi
5% diketahui rhitung > rtabel maka instrumen yang digunakan mengukur variabel produk
digunakan 2 item pertanyaan adalah valid.
Uji reliabilitas menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas Cronbach
Alpha untuk variabel produk diketahui -0,660 > 0,4 atau sebesar -66,0 %, maka
skala produk adalah reliabel atau handal.
b. Uji Validitas dan Reliabilitias Skala harga
Penentuan validitas skala tersebut penulis menggunakan teknik korelasi
dengan pemasaran, adapun hasil pengolahan dengan program SPSS 10.5 adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.4.3
Hasil Uji Validitas Skala Kondisi harga
No rxy rtabel Kesimpulan
ITEM1 .894 0.361 Valid
ITEM2 .877 0.361 Valid
Sumber: Data yang diolah
Hasil nilai r pemasaran pada tabulasi di atas pada n = 30, taraf signifikansi
5% diketahui rhitung > rtabel maka instrumen yang digunakan mengukur variabel harga
digunakan 2 item pertanyaan adalah valid.
Uji reliabilitas menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas Cronbach
Alpha untuk variabel harga diketahui 0,724> 0,4 atau sebesar 72,4 %, maka skala
harga adalah reliabel atau handal.
c. Uji Validitas dan Reliabilitias Skala tempat
Penentuan validitas skala menggunakan teknik korelasi dengan pemasaran,
adapun hasil pengolahan dengan program SPSS 10.5 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4.4
Hasil Uji Validitas Skala tempat
No rxy rtabel Kesimpulan
ITEM1 .802 0.361 Valid
ITEM2 .835 0.361 Valid
Sumber: Data yang diolah
Hasil nilai r pemasaran pada tabulasi di atas pada n = 30, taraf signifikansi
5% diketahui rhitung > rtabel maka instrumen yang digunakan mengukur variabel tempat
digunakan 2 item pertanyaan adalah valid.
Uji reliabilitas menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas Cronbach
Alpha untuk variabel tempat diketahui 0,507 > 0,4 atau sebesar 50,7%, maka skala
tempat adalah reliabel atau handal.
d. Uji Validitas dan Reliabilitias Skala produk
Penentuan validitas skala tersebut penulis menggunakan teknik korelasi
dengan pemasaran, adapun hasil pengolahan dengan program SPSS 10.5 adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.4.5
Hasil Uji Validitas Skala produk
No rxy rtabel Kesimpulan
ITEM1 .875 0.361 Valid
ITEM2 .927 0.361 Valid
Sumber: Data yang diolah
Hasil nilai r pemasaran pada tabulasi di atas pada n = 30, taraf signifikansi
5% diketahui rhitung > rtabel maka instrumen yang digunakan mengukur variabel produk
digunakan 2 item pertanyaan adalah valid.
Uji reliabilitas menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas Cronbach
Alpha untuk variabel produk diketahui 0,758 > 0,4 atau sebesar 75,8 %, maka skala
produk adalah reliabel atau handal.
4.5 Uji Linearitas
Uji Linearitas adalah uji hubungan variabel X dan variabel Y, artinya bahwa ada
hubungan antar variabel bebas dan variabel tergantung benar-benar bernbentuk linear. Uji
linear ini menggunakan teknik anova satu jalur. Suatu hubungan variabel dikatakan linear
jika, F < F(k-2;n-k) atau p ≥ 0,05 (Sudjana, 1983). Untuk hasil Uji linearitas seluruh variabel
dapat dilihat pada tabel 4.5.1
Tabel 4.5.1
Hasil Uji Linieritas Data
ANOVA
Model Sum of
squares
Df Mean square F Sig.
Regression 20.056 5 4.011 3.730 .012
Residual 25.811 24 1.075
Total 45.867 29
Sumber : Data yang diolah
Hasil uji linearitas variabel lingkungan kerja dan variabel human relation
diketahui nilai Fhitung untuk regressionr sebesar 3.730, untuk variabel residual sebesar 0
dan untuk variabel total sebesar 0 dikonsultasikan harga F tabel; = 2.68, maka Fhitung < Ftable
dengan nilai p > 5% yaitu 0.000, 0.000 dan 0.000. Jadi hubungan ketiga variabel tersebut
adalah linear
4.6 Uji Hipotesis
Interpretasi nilai R2
Berdasarkan pada hasil perhitungan dalam lampiran dapat diketahui bahwa
nilai R2 adalah sebesar 0,437 ini berarti bahwa model yang digunakan untuk
menganalisa kasus ini cukup bagus. Sedangkan maksud nilai R2 sebesar 0,437 adalah
variasi yang terjadi terhadap variabel dependen dijelaskan oleh variasi dari variabel
independen sebesar 0,437 atau 43,7%. Sedangkan sisanya sebesar 56,3% variasi varibel
dependent dipengaruhi oleh variasi variabel independent di luar model analisa data.
4.7 Perhitungan F test (Pengujian secara bersama-sama)
Untuk mengetahui signifikansi dari pengaruh variabel independent terhadap
variabel dependent digunakan Ftest.
- Prosedur pengujian
Ho : 1 = 2 = 3=4=0,artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas (X1, X2, X3
X4,) dengan variabel terikat (Y).
H1 : 1 2 340,artinya ada pengaruh antara variabel bebas (X1, X2, X3, X4)
dengan variabel terikat.
- Level significant = 0,05
- Kriteria pengujian:
Ho ditolak apabila Fhit > Ftabel
H1 diterima apabila Fhit < Ftabel
- Besarnya nilai Fhit, dapat diketahui dengan bantuan SPSS 10.5 diperoleh sebesar Fhit
3,730.
- Besarnya nilai Ftabel diperoleh sebesar:
F = F (k-1) (n-k)
= 0,05 (4-1) (30-4)
= 3,9
Gambar 4.7.1
Daerah Hasil Uji F
- Karena Fhit = 3,730 > Ftabel = 3,9 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti
variable produk,harga,tempat,promosi,gaya hidup,dan social secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian
4.7.2 Perhitungan t-test (Pengujian hipotesis secara individual)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing
variabel independen dengan variabel dependen secara individual. Apakah hubungan
tersebut signifikan atau tidak dengan taraf nyata tertentu.
- Uji t untuk variabel produk (X1)
a. Ho = = 0 (tidak ada pengaruh dari variabel produk terhadap variabel
keputusan pembelian)
H1 = 0 (ada pengaruh dari variabel produk terhadap variabel keputusan
pembelian).
b. = 0,05
/2 ; n-k-1 = 0,05/2 ; 30-4-1 adalah 2,385
3,7303,9
Daerah tolak
Daerah terima
c. Kriteria pengujian
Gambar 4.7.3
Daerah Hasil Uji t
Ho diterima -2.385 > thit < 2.385
Ho ditolak t > -2.385 atau thit < 2.385
d. Perhitungan nilai t
thit sebesar : 0,636
e. Kesimpulan
Karena thit < ttabel (2,385 > 2,385) maka Ho ditolak berarti ada pengaruh yang
signifikan antara produk terhadap keputusan pembelian.
- Uji t untuk variabel harga(X2)
a. Ho = = 0 (tidak ada pengaruh dari variabel harga terhadap variabel
keputusan pembelian)
H1 = 0 (tidak ada pengaruh dari variabel harga terhadap variabel
keputusan pembelian).
b. = 0,05
/2 ; n-k-1 = 0,05/2 ; 30-4-1 adalah 2,385
0,6362,385 2.385
Daerah tolak Daerah tolak
Daerah terima
c. Kriteria pengujian
Gambar 4.7.4
Daerah Hasil Uji t
Ho diterima -2.385 > thit < 2.385
Ho ditolak t >-2.385 atau thit < 2.385
d. Perhitungan nilai t
thitung sebesar : 0,991
e. Kesimpulan
Karena thit < ttabel (0,991 < 2,2385) maka Ho ditolak berarti ada pengaruh yang
signifikan antara variabel harga terhadap variabel keputusan pembelian
- Uji t untuk variabel tempat (X3)
a. Ho = = 0 (tidak ada pengaruh dari variabel tempat terhadap variabel
keputusan pembelian)
H1 = 0 (ada pengaruh dari variabel tempat terhadap variabel keputusan
pembelian).
b. = 0,05
/2 ; n-k-1 = 0,05/2 ; 30-4-1 adalah 2,385
0,991-2,385 2.385
Daerah tolak Daerah tolak
Daerah terima
c. Kriteria pengujian
Gambar 4.7.5
Daerah Hasil Uji t
Ho diterima -2.385 > thit < 2.385
Ho ditolak t > -2.385 atau thit < 2.385
d. Perhitungan nilai t
thit sebesar : 2,343
e. Kesimpulan
Karena thit > ttabel (2,343 < 2.385) maka Ho ditolak berarti ada pengaruh yang
signifikan antara variabel tempat terhadap variabel keputusan pembelian.
- Uji t untuk variabel tempat (X4)
f. Ho = = 0 (tidak ada pengaruh dari variabel tempat terhadap variabel
keputusan pembelian)
H1 = 0 (ada pengaruh dari variabel tempat terhadap variabel keputusan
pembelian).
g. = 0,05
/2 ; n-k-1 = 0,05/2 ; 30-4-1 adalah 2,385
2,343-2.385 2.385
Daerah tolak Daerah tolak
Daerah terima
h. Kriteria pengujian
Gambar 4.7.6
Daerah Hasil Uji t
Ho diterima -2.385 > thit < 2.385
Ho ditolak t > -2.385 atau thit < 2.385
i. Perhitungan nilai t
thit sebesar : -1,148
j. Kesimpulan
Karena thit > ttabel (-1,148 < 2.385) maka Ho ditolak berarti ada pengaruh yang
signifikan antara variabel tempat terhadap variabel keputusan pembelian.
4.8 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan melibatkan 30 responden pada
Lingkungan mahasiswa UMS dengan instrumen penelitian dalam bentuk skala untuk mengukur
variabel etos kerja sebanyak 10 item. Dari hasil uji validitas dan reliabilitas diketahui seluruh
item dari masing-masing variabel adalah valid dan reliabel karena nilai rhit masing-masing item
dari semua variabel > rtabel sedangkan dengan uji normalitas dan uji linearitas keempat variabel
memenuhi persyaratan dan tidak terjadi penyimpangan.
-1,148-2.385 2.385
Daerah tolak Daerah tolak
Daerah terima
Dari hasil uji normalitas perhitungan Kolmogorov-smirnove, dapat diketahui bahwa
semua - value untuk semua residual ternyata lebih besar dari = 5%. Sehingga keseluruhan
data-data penelitian dinyatakan memiliki distribusi normal atau memiliki data yang normal.
Hasil uji linearitas variabel lingkungan kerja dan variabel human relation diketahui nilai
Fhitung untuk deviation from linear sebesar 1.192, untuk variabel kondisi fisik lingkungan kerja
sebesar 0.916 dan untuk variabel leadership sebesar 0.802 dikonsultasikan harga F tabel; = 3,63,
maka Fhitung < Ftable dengan nilai p > 5% yaitu 0.344, 0.535, dan 0.529. Jadi hubungan ketiga
variabel tersebut adalah linear.
Analisis data menggunakan uji hipotesis data menggunakan uji F dan uji t. Uji F
diketahui bahwa Fhitung > Ftabel pada tingkat keyakinan α = 5% yaitu sebesar Fhit = 2421,225 > Ftabel
= 3,63 berarti variabel human relation, kondisi fisik lingkungan kerja dan leadership secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel etos kerja. Hasil penelitian ini mendukung Ha dan
tidak mendukung Ho, yang berarti bahwa human relation, kondisi fisik lingkungan kerja dan
leadership berpengaruh secara signifikan terhadap etos kerja karyawan. Sedangkan untuk Uji t
variabel human relation nilai thit > ttabel (3.973 > 2,028) maka Ho diterima berarti tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel human relation terhadap etos kerja. Untuk Uji t
variabel kondisi fisik lingkungan kerja nilai thit > ttabel (2.313 > 2,028) maka Ho ditolak berarti ada
pengaruh yang signifikan antara variabel kondisi fisik lingkungan kerja terhadap variabel etos
kerja. Dan untuk Uji t variabel leadership nilai thit > ttabel (4.557 > 2.028) maka Ho ditolak berarti
ada pengaruh yang signifikan antara variabel leadership terhadap variabel etos kerja.
Nilai R2 adalah sebesar 0,816 ini berarti bahwa model yang digunakan untuk menganalisa kasus
ini cukup bagus. Sedangkan maksud nilai R2 sebesar 0,816 adalah variasi yang terjadi terhadap
variabel dependen dijelaskan oleh variasi dari variabel independen sebesar 0,816 atau 81,6 %.
Sedangkan sisanya sebesar 18,4 % variasi varibel dependent dipengaruhi oleh variasi variabel
independen di luar model analisa data.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pembahasan yang telh dikemukakan pada bab
sebelumnya, hasil penelitian ini dapat disimpulkan, Hasil pengujian melalui persamaan regresi
tunggal dapat diketahui bahwa Analisa Efektifitas Iklan Media Baliho di jalan raya Slamet riyadi
Menggunakan Epic Model Pada Mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Surakarta berpengaruh positif pada tingkat penjualan Batik, menunjukkan bahwa semakin tinggi
peran iklan dapat meningkatkan jumlah penjualan.
Kepemimpinan merupakan unsur penting di dalam sebuah organisasi, sebab tanpa adanya
kepemimpinan dari seorang pemimpin maka suatu organisasi tersebut akan mengalami
kemunduran. Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin
atau sering disebut dengan gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh
seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain sesuai dengan keinginannya itu
dipengaruhi oleh sifat pemimpin itu sendiri. Pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang baik
akan menciptakan motivasi yang tinggi di dalam diri setiap bawahan, sehingga dengan motivasi
tersebut akan timbul semangat kerja yang dapat meningkatkan kinerja dari bawahan itu.
B. Keterbatasan Penelitian
1. Keterbatasan penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan karena penelitian ini hanya dibatasi
pada analisa efektifitas media televise djarum super mezzo.Hasil penelitian ini kemungkinan
akan berbeda jika dilakukan pada responden yang berbeda di tempat lain.
2. Keterbatasan yang melekat pada metode survey yaitu penelitian tidak dapat mengontrol
jawaban responden, dimana responden bias saja tidak jujur dalam responnya dan
kemungkinan respon bias dari responden.
3. Keterbatasan kemampuan dan pengetahuan peneliti sehingga disarankan untuk penelitian
selanjutnya memperbanyak jurnal-jurnal agar hasil penelitian lebih baik.
C. Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa pemimpin
yang dimiliki pada diri seseorang diharapkan mampu memotivasi orang lain, karena dalam
organisasi tidak selamanya tanpa rintangan, namun dalam organisasi penuh dengan rintangan dan
tantangan.
Oleh karea itu, diperlukannya pemimpin yang sangat tangguh, sebab dengan memiliki
pemimpin yang tangguh dalam organisasi, tentu organisasinya akan menjadi luar biasa, karena
jatuh bangun pada organisasi sangat tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak
mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat
yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Peneliti selanjutnya sebaiknya mengembangkan variable-variabel yang diteliti, sebab tidak
menutup kemungkinan bahwa dengan penelitian yang mencakup lebih banyak variable akan
dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih baik.
Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan dengan memperluas responden tidak hanya
pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) saja, tetapi dapat memperluas
sample pada responden yang lain sehingga daya generalisasi hasil penelitian dapat diperbesar.
DAFTAR PUSTAKA
http://artikelrande.blogspot.com/2010/07/gaya-kepemimpinan_6811.html. (di askes taggal 25 Oktober 2011).
Maxwell, John C. 2010. Maxwell Dailly Reader. diterjemahkan oleh Paul A. Rajoe. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Sarlito Wirawan S. 2002. Teori-teori Psikoogi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
LAMPIRAN
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP SEMANGAT KERJA
KARYAWAN PADA PERUSAHAAN BATIK KERIS CABANG SOLO
Identitas Responden
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Daftar Pilihan Jawaban
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
KS : Kurang Setuju
Berilah tanda centang ( ) pada salah satu jawaban pilihan yang telah tersedia.
No. Pertanyaan SS S KS TS STS
1 Gaya kepemimpinan yang ada pada seorang
pemimpin dalam suatu perusahaan atau organisasi
mempunyai banyak kesamaan dalam penerapan
gaya kepemimpinannya masing-masing, yang
mana penerapan gaya kepemimpinan tersebut
dapat memberikan dampak kepada bawahannya
terutama terhadap kepuasan kerja karyawan.
2 Jika pemimpin di perusahaan atau organisasi anda,
memiliki gaya kepemimpinan yang otoriter tetapi
bisa di pertangungjawabkan atas keOtoriterannya
tersebut. Dan sifat otoriternya membuat
perusahaan lebih maju.
3 Menurut anda, Pemimpin yang mengadakan
komunikasi dengan rekan-rekan dan bawahannya
untuk menyampaikan rencana tersebut,
menjelaskan tujuannya, memberitahukan tugas
masing-masing dan berusaha membangkitkan
semangat kerja.
4 Adanya peranan pimpinan dalam menciptakan
komunikasi yang harmonis dan memberikan
pembinaan terhadap pegawai, akan menyebabkan
tingkat kinerja pegawai yang rendah. Demikian
halnya dengan motivasi pegawai untuk masuk
kerja dan sikap malas-malasan pegawai dalam
bekerja, yang akan menyebabkan kinerja pegawai
rendah. Tingkat kinerja yang belum optimal
disebabkan karena motivasi yang diberikan oleh
pemimpin.
5 Seorang pemimpin belum tentu di butuhkan Untuk
mengelola dan mengarahkan sumber daya manusia
yang tersedia kearah tujuan yang diinginkan oleh
organisasi.
6 Seorang pemimpin harus mampu memotivasi
bawahannya dengan efektif dan efisien. Motivasi
itu sendiri adalah keinginan yang timbul dari
dalam diri pribadi maupun dari pihak luar dalam
upaya untuk mencapai tujuan hidupnya. Motivasi
yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu
perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan dalam
rangka pencapaian kepuasan
7 Secara tidak langsung suatu model atau gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang
pemimpin sangat berpengaruh dominan karena hal
tersebut dapat memberikan motivasi terhadap
kepuasan kerja karyawan.
8 Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang
terhadap pekerjaannya. Ini tampak dari sikap
positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala
sesuatu yang dihadapinya dalam lingkungannya.
9 Kepuasan kerja adalah sikap seseorang terhadap
pekerjaan mereka. Sikap ini berasal dari persepsi
mereka tentang pekerjaanya, maksudnya sejauh
mana faktor dalam pekerjaannya belum memenuhi
kebutuhan pribadinya.
10 Kepuasan kerja merupakan suatu reaksi
emosional yang komplek yang merupakan akibat
dari dorongan keinginan, tuntutan dan harapan-
harapan karyawan terhadap pekerjaan yang
dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang
dirasakan karyawan sehingga menimbulkan rasa
senang, puas ataupun tidak puas.
Correlations
[DataSet0] D:\ALONE KOMPUTER\Tugas Pak Bas\Fahmi Ahmad - B100100003.sav
Correlations
1 -.249 .648**
.185 .000
30 30 30
-.249 1 .576**
.185 .001
30 30 30
.648** .576** 1
.000 .001
30 30 30
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
x21
x22
x2
x21 x22 x2
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlations
[DataSet0] D:\ALONE KOMPUTER\Tugas Pak Bas\Fahmi Ahmad - B100100003.sav
Correlations
1 .569** .894**
.001 .000
30 30 30
.569** 1 .877**
.001 .000
30 30 30
.894** .877** 1
.000 .000
30 30 30
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
x31
x32
x3
x31 x32 x3
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlations
[DataSet0] D:\ALONE KOMPUTER\Tugas Pak Bas\Fahmi Ahmad - B100100003.sav
Correlations
1 .341 .802**
.065 .000
30 30 30
.341 1 .835**
.065 .000
30 30 30
.802** .835** 1
.000 .000
30 30 30
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
x41
x42
x4
x41 x42 x4
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Correlations
[DataSet0] D:\ALONE KOMPUTER\Tugas Pak Bas\Fahmi Ahmad - B100100003.sav
Correlations
1 .630** .875**
.000 .000
30 30 30
.630** 1 .927**
.000 .000
30 30 30
.875** .927** 1
.000 .000
30 30 30
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
x51
x52
x5
x51 x52 x5
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Reliability
[DataSet0] D:\ALONE KOMPUTER\Tugas Pak Bas\Fahmi Ahmad - B100100003.sav
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
30 100.0
0 .0
30 100.0
Valid
Excludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
-.660 2
Cronbach'sAlpha
aN of Items
The value is negative due to a negative averagecovariance among items. This violates reliability modelassumptions. You may want to check item codings.
a.
Reliability
[DataSet0] D:\ALONE KOMPUTER\Tugas Pak Bas\Fahmi Ahmad - B100100003.sav
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
30 100.0
0 .0
30 100.0
Valid
Excludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.724 2
Cronbach'sAlpha N of Items
Reliability
[DataSet0] D:\ALONE KOMPUTER\Tugas Pak Bas\Fahmi Ahmad - B100100003.sav
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
30 100.0
0 .0
30 100.0
Valid
Excludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.507 2
Cronbach'sAlpha N of Items
Reliability
[DataSet0] D:\ALONE KOMPUTER\Tugas Pak Bas\Fahmi Ahmad - B100100003.sav
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
30 100.0
0 .0
30 100.0
Valid
Excludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.758 2
Cronbach'sAlpha N of Items
Regression
[DataSet0] D:\ALONE KOMPUTER\Tugas Pak Bas\Fahmi Ahmad - B100100003.sav
Descriptive Statistics
3.73 1.258 30
4.37 .556 30
8.10 1.029 30
5.23 2.029 30
8.80 .961 30
8.07 1.596 30
y
x1
x2
x3
x4
x5
Mean Std. Deviation N
Correlations
1.000 -.053 .128 .390 -.103 .507
-.053 1.000 .115 -.384 .142 .010
.128 .115 1.000 -.259 .160 .185
.390 -.384 -.259 1.000 -.152 .080
-.103 .142 .160 -.152 1.000 .211
.507 .010 .185 .080 .211 1.000
. .391 .250 .017 .295 .002
.391 . .273 .018 .227 .478
.250 .273 . .083 .199 .164
.017 .018 .083 . .211 .337
.295 .227 .199 .211 . .131
.002 .478 .164 .337 .131 .
30 30 30 30 30 30
30 30 30 30 30 30
30 30 30 30 30 30
30 30 30 30 30 30
30 30 30 30 30 30
30 30 30 30 30 30
y
x1
x2
x3
x4
x5
y
x1
x2
x3
x4
x5
y
x1
x2
x3
x4
x5
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
y x1 x2 x3 x4 x5
Variables Entered/Removedb
x5, x1, x2,x4, x3
a . Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: yb.
Model Summaryb
.661a .437 .320 1.037 2.742Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), x5, x1, x2, x4, x3a.
Dependent Variable: yb.
ANOVAb
20.056 5 4.011 3.730 .012a
25.811 24 1.075
45.867 29
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), x5, x1, x2, x4, x3a.
Dependent Variable: yb.
Coefficientsa
-1.180 2.962 -.398 .694
.240 .377 .106 .636 .531 .845 1.184
.197 .199 .161 .991 .332 .884 1.131
.252 .107 .406 2.343 .028 .781 1.281
-.241 .210 -.184 -1.148 .262 .914 1.094
.380 .127 .483 3.003 .006 .907 1.102
(Constant)
x1
x2
x3
x4
x5
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: ya.
Collinearity Diagnosticsa
5.823 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00
.122 6.898 .00 .01 .01 .67 .00 .00
.028 14.324 .01 .06 .01 .02 .01 .93
.013 20.998 .00 .37 .63 .00 .00 .04
.010 24.045 .00 .24 .13 .03 .73 .02
.003 42.679 .99 .33 .22 .28 .26 .00
Dimension1
2
3
4
5
6
Model1
EigenvalueCondition
Index (Constant) x1 x2 x3 x4 x5
Variance Proportions
Dependent Variable: ya.
Residuals Statisticsa
1.53 5.02 3.73 .832 30
-2.034 1.915 .000 .943 30
-2.655 1.552 .000 1.000 30
-1.961 1.847 .000 .910 30
Predicted Value
Residual
Std. Predicted Value
Std. Residual
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: ya.