tugas dastan
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pengertian tanahTRANSCRIPT

1. Pengertian Tanah
Tanah terdapat dimana-mana, tetapi kepentingan orang terhadap tanah
berbeda-beda. Dan kepentingan yang berbeda tersebut yang menyebabkan
Prespsi orang tentang tanah berbeda-beda tergantung pada pengalaman
hubungan kesehariannya atau latar belakang pendidikan mereka.
Seorang ahli pertambangan menganggap tanah sebagai sesuatu yang
tidak berguna karena menutupi barang-barang tambang yang dicarinya.
Demikian pula seorang ahli jalan menganggap tanah adalah bagian dari
permukaan bumi yang lembek sehingga perlu di pasang batu-batu di
permukaanya sehingga menjadi kuat. Dalam kehidupan sehari-hari tanah
diartikan sebagai wilayah daratan di mana di atasnya dapat digunakan
berbagai usaha misalnya pertanian, peternakan, mendirikan bangunan, dan
lain-lain.
Bagi Pengembang (developer) memandang tanah adalah tempat
mendirikan bangunan dan infrastruktur. Bagi Teknik Sipil tanah sebagai
media untuk mendukung/menopang suatu bangunan. Bagi pekebun tanah
adalah tempat untuk digunakan menanam pohon musiman. Bagi peternak dan
perikanan tanah adalah tempat untuk hidup ternak dan ikan-ikan.
Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media
tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan
bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme (vegetasi dan
hewan) yang hidup di atasnya atau didalamnya. Di samping pencampuran
bahan mineral dan bahan organik, maka dalam proses pembentukan tanah
terbentuk pula lapisan- lapisan tanah atau horison-horiason.
Banyak ahli yang mendefinisikan tanah, definisi ini berdasarkan hasil
temuan pada penelitian yang telah dilakukan. Berikut ini adalahberbagai
pendapat menurut para ahli:

a. Menurut ahli Kimiawan J. J. Berzeli us (Swedia, 1803), tanah adalah
sebagai laboratorium tempat proses dekomposisi dan reaksi kimia yang
berlangsung secara tersembunyi.
b. Schroeder, 1984 menyatakan bahwa Tanah adalah hasil pengalihragaman
bahan mineral dan organik yang berlang-sung di permukaan bumi, di
bawah pengaruh faktor lingkungan yang bekerja dalam waktu yang
panjang dan wujudnya sebagai suatu tubuh dengan organisa-si dan
morfologi yang terdifinisikan.
c. Soil Survey Staff (1998-2010), tanah merupakan benda alam yang
tersusun dari padatan, cairan dan gas(an) yang menempati permukaan
bumi (ruangan) dan dicirikan oleh salah satu berikut ini.
1) Berhorison, atau berlapisan yang dapat dibedakan dari bahan
asalnya, sebagai hasil penambahan, penghilangan, pemindahan,
dan pengalih-ragaman bahan dan energi atau
2) Berkemampuan mendukung tanaman berakar di lingkungan alami.
Pakar geologi Fiedrich Fallon (1855), tanah adalah lapisan bumi
teratas yang terbentuk dari batu-batuan yang telah lapuk.
d. Definisi tanah secara ilmiah adalah kumpulan dari benda alam di
permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari
campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakn
media untuk tumbuhnya tanaman. Tanah didefiniskan sebagai lapisan
permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami
serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit
(lapisan partikel halus).

2. Pedologi dan edhapologi
Ilmu tanah adalah cabang ilmu yang memadukan gatra ilmu dasar
(kimia, fisika, matematika), biologi (botani, zoologi, mikrobiologi), ilmu
kebumian (klimatografi, geologi, geografi), dan terapan (produksi pertanian,
kehutanan, dan rekayasa tanah). Ilmu tanah menjembatani penelitian,
pengajaran, dan pemanfaatan tanah. Cabang utama ilmu tanah adalah pedologi
dan edapologi.
a) Pedologi
Ilmu yang mempelajari proses pembentukan tanah beserta
faktor-faktor pembentuknya, klasifikasi tanah, survei tanah dan
cara-cara pengamatan tanah dilapangan disebut pedologi. Dalam
hal ini tanah dipandang sebagai suatu benda alam yang dinamis
dan tidak secara khusus dihubungkan dengan pertumbuhan
tanaman. Walaupun demikian penemuan-penemuan dalam bidang
pedologi akan sangat bermanfaat pula dalam bidang pertanian
maupun nonpertanian seperti pembuatan bangunan. Pedologi
terdiri atas pemerian tanah (inventarisasi sifat dan perilaku tanah);
genesis tanah (asal dan perkembangan tanah); sistematik
(klasifikasi tanahberdasarkan pedogenesis, sebaran, dan fungsi);
dan ekologi tanah (tanah sebagai lingkungan pertumbuhan
tanaman, ternak, dan manusia).
Pedologi merupakan ilmu yang masih muda dan hanya
dimanfaatkan oleh beberapa pakar keilmuan. Tetapi menurut
Yaalon (1992), ilmua tanah gayut dengan beberapa bidang
keilmuan yang lain, seperti perlindungan dan perubahan keadaan
lingkungan, geomorfologi, atau arkeologi. Secara tradisional,
kebanyakan pakar tanah selalu bekerja dalam bidang pertanian
dengan tujuan untuk mengelola tanah demi mengingkatkan dan
mempertahankan produksi pertanian.

b) Edhapologi
Apabila tanah dipelajari dalanm hubunganya dengan
pertumbuhan tanaman disebut edhaphologi. Dalam hal ini
dipelajari sifat-sifat tanah dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan
tanaman serta usaha-usaha yang diperlukan untuk memperbaiki
sifat-sifat tanah bagi pertumbuhan tanaman seperti pemupukan,
pengapuran dan lain-lain.

3. Bahan Penyusun Tanah Yang Ideal
Tanah tersusun dari empat bahan utama, yaitu: bahan mineral, bahan
organik, air, dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut jumlahnya
masing-masing berbeda untuk setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah.
Pada tanah lapisan atas yang baik untuk pertumbuhan tanaman lahan kering
(bukan sawah) umumnya mengandung 45% (volume) bahan mineral, 5%
bahan organik, 20-30% air, dan 20-30# udara.
a. Bahan Mineral
Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batuan. Batuan
dapat dibedakan menjadi batuan beku atau batuan vulkanik (dari gunung
berapi), batuan endapati (sedimen) dan batuan metamorfosa/ metamorfik
(malihan). Batuan vulkanik di Indonesia umumnya terdiri dari mineral-
mineral yang banyak mengandung unsur hara tanaman sedang batuan
endapan terutama endapan tua dan metamorfosa umumnya mengandung
mineral-mineral yang rendah kadar unsur haranya.
Bahan mineral dalam tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Fraksi tanah halus (fine earth fraction) yang berukuran < 2 mm, dan
2. Fragmen batuan (rock fragment) yang berukuran 2 mm sampai ukuran
horisontalnya lebih kecil dari sebuah pohon.
Bahan mineral di dalam tanah yang termasuk fraksi tanah halus
terdapat dalam berbagai ukuran yaitu pasir (2 mm - 50 µ), debu (50 – 2 µ),

dan liat (< 2 µ). Bahan mineral yang lebih besar dari 2 mm (fragmen batuan)
terdiri dari krikil, krakal atau batu, dan bongkah.
Selain itu mineral tanah dapat dibedakan menjadi mineral primer dan
sekunder.
1. Mineral primer adalah mineral yang berasal langsung dari batuan yang
dilapuk. Mineral primer umumnya terdapat pada fraksi pasir dan debu.
Beberapa mineral primer yang sering terdapat di dalam tanah dan
terkandung unsur haranya adalah sebagai berikut.
Mineral Unsur HaraKwarsa (SiO2) -
CaCa, MgKNa, CaKK, Mg, FeCa, Mg, Fe, NaCa, Mg, Fe
KlasitDolomitFeldspar : - Ortoklas
- PlagioklasMika : - Muskovit
- BiotitAmfibole (hornblende)Piroksit (hiperstin, augit)Olivin Mg, FeLeusit KApatit P
Mineral yang banyak mengandung Mg dan Fe umumnya berwarna
kelam sehingga disebut mineral kelam.
2. Mineral sekunder dalah mineral bentukan batu yang terbentuk selama
proses pembentukan tanah berlangsung. Mineral sekunder umumnya
terdapat pada fraksi liat. Beberapa mineral sekunder (mineral liat)
yang sering ditemukan dalam tanah antara lain kaolinit, haloisit,
montmorilonit, gibsit (Al oksida), Fe oksida dan lain-lain. Mineral liat
besar pengaruhnya terhadap sifat-sifat kimia maupun sifat-sifat fisik
tanah seperti kapasitas tukar kation, daya mengembang dan mengerut
tanah dan lain-lain.

b. Bahan Organik
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya
tidak besar, hanya sekitar 3-5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah
besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan
akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah:
1. Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah.
2. Sumber hara N, P, S, unsur mikro, dan lain-lain.
3. Menambah kemampuan tanah menahan air.
4. Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur hara.
5. Sumber energi bagi mikroorganisme.
Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan
bahan organik halus atau humus. Humus merupakan senyawa yang resisten
(tidak mudah hancur) berwarna hitam atau coklat dan mempunyai daya
menahan air dan unsur hara yang tinggi. Tingginya daya menahan unsur hara
adalah akibat tingginya kapasitas tukar kation dari humus, karena humus
mempunyai beberapa gugus aktif terutama gugus karboksil. (-R-COH).
Humus terdiri dari bahan organik halus berasal dari hancuran bahan organik
kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan
organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme didalam tanah.
Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah
tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka
kandungan bahan organik semakin kurus. Di daerah rawa-rawa, seperti rawa-
rawa pasang surut dijumpai tanah-tanah dengan kandungan bahan organik
yang sangat tinggi dan tebal. Apabila tanah tersebut mengandung bahan
organik dari 20% (untuk daerah pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah liat)
dan tebalnya lebih dari 40 cm maka tanah tersebut di sebut tanah gambut.
c. Air

Air terdapat di dalam tanah karena ditahan/diserap oleh masa tanah,
tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik.
Baik kelebihan air atu kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Fungsi air bagi tanaman yaitu
1. Sebagai unsur hara tanaman
Tanaman memmerlukan air dari tanah dan CO2 dari udara untuk
membentuk gula dan karbonhidrat dalam proses fotosintesis.
2. Sebagai pelarut unsur hara
Unsur-unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar tanaman dari
larutan tersebut.
3. Sebagai bagian dari sel-sel tanaman
Air merupakan bagian dari protoplasma. Persediaan air dalam tanah
tergantung dari banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah
menahan air, banyaknay evapotranspirasi, dan tinggiunya muika air tanah.
Air dapat menyerap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya
adhesi, kohesi dan gravitasi. Karena adanya gaya-gay tersebut maka air dalam
tanah dapat dibedakan menjadi:
1) Air higroskopik
Air yang diserap sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan tanaman
(adhesi antara tanah dan air).
2) Air kapiler
Air dalam tanah di mana daya kohesi dan gaya adhesi lebih kuat daipada
gaya gravitasi. Air ini dapat bergerak ke samping atau ke atas gaya-gaya kapiler.
Sebagian besar dari air kapiler merupakan air yang tersedia bagi tanaman.
3) Air gravitasi
Air gravitasi merupakan air yang tidak dapat ditahan oleh tanah,
karena mudah meresap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi. Air
gravitasi mudah hilang dari tanah dengan membawa unsur hara seperti N,
K, Ca sehingga tanah menjadi masam dan miskin unsur hara.

Dalam menentukan jumlah air bagi tanaman beberapa istilah yang perlu dipahami
adalah:
- Kapasitas lapang
Keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukan jumlah air
terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air
yang dapat ditahan oleh tanah tersebut terus-menerus diserap oleh akatr-
akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama semakin kering.
Pada suatu saat akr tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut
sehingga tanaman tidak mampu lagi menyerap air tersebut sehingga
tanaman menjadi layu.
- Titik layu permanen
Kandungan air tanah paling sedikit dan menyebabkan tanaman tidak
mampu menyerap air sehingga tanaman mulai layu dan jika hal ini
dibiarkan mak tanaman akan mati. Pada titik layu permanen, air ditahan
pada tegangan 15 atm atau pada pF 4,2. Titik layu permanen disebut juga
sebagai koefisien layu tanaman. Kandungan air tanah dimana akar-akar
taanman mulai tidak mampu menyerap air dari tanah, sehingga tanaman
menjadi layu. Tanaman akan tetap layu siang dan malam hari.
- Air tersedia
Selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi kadar air pada
titik layu permanen.
Banyaknya kandungan air daalm tanah berhubungan erat dengan besarnya
tegangan air dalm tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukan besarnya tenaga
yang diperlukan untuk menahan air tersebut di dalam tanah. Kemampuan air menahan
tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya
serapair lebih sedikit daripada tekstur halus.
d. Udara
Udara dan air mengoisi pori-pori tanah. Banyaknya pori-pori di dalam tanah
kurang lebih 50% dari volume tanah, sedangkan jumlah airdan udara didalam tanah
berubah-ubah. Tanah-tanah tergenang air semua pori-pori tanah diisi air, sedang pada

tanah-tanah lembab/kering ditemukan air terutama pada pori-pori mikro sedang udara
mengisi pori-pori tnah yang tidak diisi air.
Susunan udara di dalam tanah berbeda denagn susunan udara di atmosfer sebagai
berikut:
- Kandungan uap air lebih tinggi
- Kandungan karbondioksida lebih besar daripada atmosfir
- Kandungan oksigen lebih kecil daripada atmosfir.

4. Faktor-faktor pembentuk tanah
Ilmu yang mempelajari proses-proses pembentuk tanah mulai dari
bahan induk disebut genesa tanah. Banyak faktor yang mempengaruhi
proses pembentukan tanah yaitu
1. Iklim
Iklim merupakan faktor yang amat penting dalam proses pembentukan
tanah. Suhu dan curah hujan sangat berpenagruh terahap intensitas reaksi kimia dan
fisika dalam tanah. Suhu dan curah hujan tinggi menyebabkan proses pelapukan
dan pencucian berjalan cepat.
2.Organisme
Akumulasi abhan organik, siklus unsur hara, dan pembentukan setruktur
tanah yang stabil sanat dipengaruhi oleh kegiatan organisme dalam tanah. Vegetasi
yang tumbuh ditanah juga merupakan faktor penghalang terjadinya erosi.
Kandungan unsur-unsur kimia dalam tanaman juga berpengaruh pada sifat-sifat
tanah. Unsur N dapat diikat ke dalam tanah dari udara oleh bakteri penambat N,
baik yang simbiosis maupun yang non simbiosis. Tanaman berdaun sedikit, misal
cemara, pinus menyebabkan tanah bereaksi masam, sebaliknya tanaman berdaun
lebat seperti jati menyebabkan tanah bereaksi basa, karena seresah tanaman jati
banyak mengandung basa-basa. Tanah di bawah pohon pinus biasanya lebih
masam daripada tanah di bawah pohon jati. Pencucian basa-basa lebih intensif
pada tanah di bawah pohon pinus.
3.Batuan induk
Sifat-sifat bahan induk masih terlihat, bahkan pada tanah daerah humid yang
telah mengalami pelapukan sangat lanjut. Susunan kimia dan mineral tanah tidk
hanya mempengaruhi intensitas tingkat pelapukan, tetapi kadang-kadang
menentukan jenis vegetasi alami yang tumbuh diatasnya.
Batu-batuan dimana bahan induk taanh berasal dibedakan menjadi:
a. Batuan beku terbentuk karena magma yang membeku.
Batuan beku atas (batuan volkanik): magma membeku di
permukaan bumi. Batuan beku gang (magma membeku di antara
sarang magma dan permukaan bumi). Batuan beku dalam magma

membeku di dalam bumi. Batuan beku dibedakan menjadi masam,
intermedier, dan alkalis berdasarkan kandungan SiO2.
b.Batuan Sedimen
*Batuan endapan tua
Berupa endapan laut yang telah diendapkan berjuta-juta tahun yang
lalu hingga telah membentuk batuan yang keras, contoh:
Batu gamping, banyak mengandung karang laut sebagian besar
terdiri dari CaCO3; CaMg(CO3)2
Batu pasir banyak menagndung SiO2
Batu liat ada yang bersifat masam ada yang alkalis. Kadar liat
tinggi.
*Bahan endapan baru, belum menjadi batu
- diendapkan oleh air, dataran banjir
- diendapkan oleh angin, misal: pasir pantai
c. Batuan Metamorfosa (Malihan)
Berasal dari batuan beku atau sedimen yang karena tekanan dan
suhu sangat tinggi berubah menjadi jenis batuan lain. Batuan
metamorfosa umumnya bertekstur lembar (foliated texture) akibat
rekristalisasi dari beberapa mineral dan orientasi mineral menjadi
paralel sehingga terbentuk lembar-lembar. Batuan metamorfosa
dengan lembar-lembar halus disebut schist (misalnya mika schist)
sedang yang dengan lembar-lembar kasar disebut gneis (misalnya
granit gneis).
d. Bahan Induk Organik
Di daerah hutan rawa yang selalu tergenang air, proses
penghancuran bahan organik berjalan lebih lambat daripada proses
penimbunan, maka terjadilah akumulasi bahan organik. Dengan
demikian maka terbentuklah tanah-tanah organik atau tanah gambut
(Histosol). Di lain pihak ditemukan tanah-tanah yang berasal dari
bahan induk batuan endapan laut yang amat tua misalnya batuan liat

(diendapkan pada zaman tertier), sehingga banyak ditemukan pula
tanah-tanah kurus dan masam di daerah tersebut.
e. Topografi (Relief)
Relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu
daerah termasuk di dalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk
lereng. Relief mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan
cara: (1) mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau
ditahan masa tanah, (2) mempengaruhi dalamnya air tanah, (3)
mempengaruhi besarnya erosi, dan (4) mengarahkan gerakan air
berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya.
Sifat-sifat yang umumnya berhubungan dengan relief
adalah tebal solum, tebal kandungan air tanah (relative wetness),
warna tanah, tingkat perkembangan horison, reaksi tanah (pH),
kejenuhan basa, kandungan garam mudah larut dan lain-lain.
f. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah
sehingga akibat pelapukan dan pencucian yang terus-menerus
maka tanah-tanah yang semakun tua juga semakin kurus. Mineral
yang banyak mengandung unsur haratelah habis mengalami
pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk. Profil tanah
juga semakin berkembang dengan meningkatnya umur.
Tanah muda: pada tingkat ini preoses pembentukan tanah
terutama berupada proses pelapukan bahan organik dan bahan
mineral, pencampuran bahan organik dan bahan mineral di
permukaan tanah dan pembentukan struktur tanah karena pengaruh
bahan organik tersebut. Hasilnya adalah pembentukan horison A
dan C yang sifatnya masih didominasi oleh sifat-sifat bahan
induknya. Termasuk tanah muda adalah jenis tanah Entisol
(Aluvial, Regosol).
Tanah dewasa: dengan proses yang lebih lanjut maka
tanah-tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu

dengan proses pembentukan horison B. Horison B yang terbentuk
adalah horison B yang masih muda (Bw) sebagai hasil dari proses
alterasi bahan induk (terbentuk struktur tanah, warna lebih merah
dari bahan induk) atau ada penambahan bahan-bahan tertentu (liat,
dan lain-lain) dalam jumlah sedikit dari lapisan atas. Jenis tanah
yang termasuk dalam tingkat ini antara lain Inceptisol (Latosol
Coklat, dan lain-lain), Andisol, Verisol, Mollisol dan sebaginya.
Tanah tua: dengan meningkatnya umur maka proses
pembentukan tanah berjalan lebih lanjut, sehingga terjadi
perubahan-perubahan yang lebih nyata pada horison A dan B dan
terbentuklah horison-horison A, E, EB, BE, Bt, (Bs), (Bo), BC, dan
laain-lain. Di samping itu pelapukan mineral dan pencucian basa-
basa makin mengingkat sehingga tinggal mineral-mineral yang
sukar lapuk di dalam tanah dan tanah menjadi kurus dan masam.
Jenis tanah tua tersebut antara lain adalah tanah Ultisol (Podsohik
Merah Kuning) dan Oxisol (Laterit).

5.Proses pembentukan tanah
a. Profil dan solum tanah
Horison O: horison organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral.
Horison A: horison di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan
organik dan bahan mineral. Merupakan horison eluviasi yaitu horison
yang mengalami pencucian (leaching)
Horison B: horison iluviasi (penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci
di atasnya (liat, Fe, Al, bahan organik).
Horison C: bahan induk, sedikit mengalami pelapukan
Horison R: batuan keras yang belum melapuk
b. Pedon Dan Polipedon
Umumnya tanah mempunyai perbedaan sifat profil tanah, misal: jenis
dan susunan horison, kedalaman solum, kandungan bahan organik dan liat,
dsb.
Perbedaan tersebut dapat terjadi pada tempat yang berdekatan. Oleh
karena itu untuk mempelajari sifat-sifat tanah perlu dibatasi pada satuan
yang disebut dengan PEDON
Pedon:
Satuan individu terkecil dalam tiga dimensi yang masih dapat disebut
tanah. Pedon berukuran antara 1 sampai 10 m2 sehingga cukup luas untuk
mempelajari sifat-sifat dan susunan horison tanah yang ada
POLIPEDON:
Kumpulan dari pedon yang menunjukkan sifat-sifat yang sama.
Polipedon digunakan sebagai dasar dalam pengelompokan tanah
dengan sifat-sifat yang sama
c. Pelapukan Batuan Dan Mineral
1. Secara Fisik
Sering juga disebut alterasi yakni proses pemecahan dan pelembutan
batuan tanpa mengalami perubahan susunan kimia dan tak ada
pembentukan mineral baru. Hasil pelapukan ini merupakan pecahan
batuan dan mineral dengan susunan kimia yang sama dengan batuan

aslinya. Pelapukan fisik berlangsung dengan cepat terutama pada daerah
yang beriklim dingin dan daerah yang beriklim kering dan panas.
2. Secara Biologi-Mekanik
Akar tanaman yang masuk ke dalam batuan dapat menghancurkan
batuan.
3. Secara Kimia
a. Hidrasi dan dehidrasi
CaSO4 + 2 H2O à CaSO4.2H2O (hidrasi)
CaSO4.2H2O à CaSO4 + 2H2O (dehidrasi)
b. Oksidasi dan Reduksi
Fe2+ à Fe3+ + e
Fe3+ + e à Fe2+
c. Hidrolisis
K Al Si3O8 + H+ à H Al Si3O8 + K+
(feldspar)
d. Pelarutan
CaCO3 + 2H+ à H2CO3 + Ca2+
d. Pembentukan Profil Tanah
1. Eluviasi: pemindahan bahan-bahan tanah dari satu horison ke horison
lain
2. Iluviasi: penimbunan bahan-bahan tanah dalam suatu horison
3. Leaching: Pencucian basa-basa dari tanah
4. Enrichment: Penambahan basa-basa dari tempat lain
5. Dekalsifikasi: pemindahan CaCO3 dari tanah atau suatu horison tanah
6. Kalsifikasi: penimbunan CaCO3 dalam suatu horison tanah

7. Desalinisasi: pemindahan garam-garam mudah larut dari tanah atau
suatu horison tanah
8. Salinisasi: Penimbunan garam-garam mudah larut dalam suatu horison
tanah
9. Dealkalinisasi: Pencucian ion-ion Na dari tanah atau horison tanah
10. Alkalinisasi: akumulasi ion-ion Na dalam suatu horison tanah
11. Lessivage: pencucian (pemindahan) liat dari suatu horison ke horison
lain dalam bentuk suspensi secara mekanik. Terjadi pada tanah Ultisol atau
Alfisol
12. Pedoturbasi: pencampuran secara fisik atau biologik beberapa horison
tanah, sehingga horison-horison tanah yang telah terbentuk menjadi
hilang. Terjadi pada tanah Vertisol
13. Podsolisasi: Pemindahan Al dan Fe dan atau bahan organik dari suatu
horison ke horison lain secara kimia (pada tanah Spodosol). Silika tidak
ikut tercuci, sehingga konsentrasi silika pada horison tercuci meningkat
secara relatif.
14. Desilikasi: Pemindahan silika secara kimia keluar dari solum tanah,
sehingga konsentrasi Fe dan Al meningkat (pada tanah Oxisol)
15. Melanisasi: Pembentukan warna hitam pada tanah karena pencampuran
bahan organik dengan bahan mineral (pada tanah Mollisol)
16. Leusinisasi:
Pembentukan horison pucat karena pencucian bahan organik
17. Braunifikasi, rubifikasi dan feruginasi
Pelepasan besi dari mineral primer dan dispersi partikel-partikel besi
oksida yang makin meningkat.
Braunifikasi à tanah berwarna coklat
Rubifikasi à tanah berwarna coklat kemerahan
Feruginasi à tanah berwarna merah
18. Gleisasi:
Reduksi besi karena keadaan anaerob, sehingga terbentuk warna
kebiruan atau kelabu kehijauan.

19. Littering:
Akumulasi bahan organik setebal < dari 30 cm di permukaan tanah
mineral.
20. Humifikasi:
Perubahan bahan organik kasar menjadi humus.
Dari beberapa proses di atas, dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu:
1. Penambahan bahan-bahan dari tempat lain ke tanah
2. Kehilangan bahan-bahan yang ada di tanah
3. Perubahan bentuk (transformation), misal:
perubahan bahan organik à humus
penghancuran pasir à debu
4. Pemindahan dalam solum, misal:
pemindahan liat, bahan organik, Fe dan Al dari lapisan atas ke lapisan
bawah.