tugas haccp 7

Upload: mentary-aquariuz

Post on 31-Oct-2015

453 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU

    PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG

    SKRIPSI

    ELLYTA WIDIA PUTRI

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK

    FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2008

  • RINGKASAN

    ELLYTA WIDIA PUTRI. D14204044. 2008. Kajian Awal Sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada Produksi Susu Pasteurisasi di Milk Treatment KPBS Pengalengan Bandung. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

    Pembimbing Utama : Dr. Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA

    Pembimbing Anggota : Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi. Masalah keamanan pangan saat ini sedang mendapat perhatian khusus dari pemerintah, dikarenakan semakin meningkatnya kesadaran konsumen yang menginginkan untuk mendapatkan jaminan produk pangan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal). Walaupun anjuran pemerintah belum mewajibkan, namun penerapan sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), disambut baik oleh setiap industri pangan terutama dengan harapan untuk lebih dapat memperluas wilayah pemasaran produknya pada era globalisasi ini.

    Penerapan sistem HACCP akan sangat bermanfaat baik bagi industri pangan maupun bagi konsumen. Manfaat sistem HACCP bagi industri pangan diantaranya yaitu meningkatkan kepercayaan konsumen, meningkatkan jaminan keamanan produk, mencegah kehilangan pasar, mencegah penarikan produk dan mencegah pemborosan biaya atau kerugian akibat masalah keamanan produk. Penerapan konsep HACCP, akan membentuk kepercayaan konsumen terhadap perusahaan yang memproduksi produk tersebut. Good Distribution Practices (GDP), Good Transporting Practices (GTP), Good Handling Practices (GHP) dan kepuasan konsumen merupakan sistem pendukung dalam penerapan HACCP. Milk Treatment (MT) KPBS merupakan salah satu koperasi yang bergerak dalam bidang pengolahan susu dengan produk utama susu pasteurisasi. Milk Treatment KPBS berusaha mempertahankan dan meningkatkan mutu produk susu pasteurisasi yang dihasilkan untuk bertahan dan bersaing di pasar. Upaya pengendalian dan peningkatan mutu, saat ini sedang dilakukan MT KPBS Pengalengan melalui penyusunan rencana sistem HACCP untuk menjamin keamanan produk yang dihasilkan dan meningkatkan kualitas produk susu pasteurisasi agar diterima dengan baik oleh konsumen. Kegiatan magang dilakukan di unit produksi dan pengolahan susu pasteurisasi MT KPBS selama dua bulan, dimulai dari tanggal 25 Juli 2007 hingga 25 September 2007. Kegiatan magang dilakukan melalui keikutsertaan secara aktif dalam unit pengolahan, observasi lapang, wawancara, pengumpulan data, evaluasi dan analisis data serta penetapan CCP pada setiap tahapan proses. Kegiatan dimulai dengan mempelajari keadaan umum MT KPBS meliputi lokasi dan tata letak, struktur organisasi, ketenagakerjaan dan produk-produk yang dihasilkan. Penilaian terhadap aspek mutu dan pengendalian mutu menggunakan prinsip HACCP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CCP di MT KPBS terdiri atas empat macam yaitu penerimaan bahan baku, pengujian kualitas, proses pasteurisasi dan pengemasan produk. Hal ini terkait dengan higienis pekerja yang belum menerapkan SOP (Standard Operating Procedure) dengan baik. Aplikasi GHP, GTP dan GDP di MT KPBS yang digunakan sebagai pendukung dalam penerapan HACCP juga belum

  • ii

    diterapkan dengan baik. Selain itu, kepuasan konsumen juga masih kurang diperhatikan karena masih banyak konsumen merasa kecewa dengan produk susu pasteurisasi KPBS. Melihat kondisi yang demikian maka rencana MT KPBS untuk penyusunan HACCP bisa dikatakan belum siap. Oleh karena itu, untuk mempermudah proses penyusunan HACCP, MT KPBS diharapkan menerapkan SOP kepada pekerja lebih baik dan meminimalkan CCP. Aplikasi GHP, GTP, GDP dan kepuasan konsumen juga harus ditingkatkan sehingga membantu mempermudah dalam rencana penyusunan HACCP. Kepuasaan konsumen dapat diperbaiki dengan meminimalkan kekecewan konsumen dengan tindakan-tindakan koreksi. Kata-kata kunci : HACCP, susu pasteurisasi, GHP, GTP, GDP

  • ABSTRACT

    Initiation Study of Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) System on Milk Pasteurization Production at Milk Treatment KPBS

    Pengalengan Bandung

    Putri E.W., R. R. A. Maheswari, and L. Cyrilla

    Food safety is very important point in food industry. Recently, consumer needs to be sure in consuming safe foods. Application of HACCP system in food processing is one of various ways to obtain food safety assurance. Good Distribution Practices (GDP), Good Transporting Practices (GTP), Good Handling Practices (GHP) and consumer satisfaction is a requirement to support the application of HACCP system successfully. MT KPBS as a company on food industry is expected to produce guaranteed products which safe to eat. The objectives of this apprentice were study milk pasteurization production process and helping arrange process of Quality Assurance of Work Plan in order to obtain a HACCP certification plan on milk pasteurization products in MT KPBS by analyzed Good Distribution Practices (GDP), Good Transporting Practices (GTP), Good Handling Practices (GHP) and consumer satisfaction as support application of HACCP system. The study found that there were four CCP in production process of milk pasteurization have to be attend and the application GHP, GTP, GDP have not fully correct. These CCP were raw milk reception, quality testing, pasteurization process and packaging. MT KPBS is expected to give more attention especially SOP (Standard Operating Procedure) system for employee and has to reduce those CCP. Keywords: HACCP, pasteurization milk, GHP, GTP, GDP

  • KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU

    PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG

    ELLYTA WIDIA PUTRI

    D14204044

    Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

    Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

  • KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU

    PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG

    Oleh :

    ELLYTA WIDIA PUTRI

    D14204044

    Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 12 Juni 2008

    Pembimbing Utama

    Dr. Ir. Rarah R. A. Maheswari, DEA NIP. 131 671 595

    Pembimbing Anggota

    Ir. Lucia Cyrilla ENSD, M.Si NIP. 131 760 916

    Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

    Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr. NIP. 131 955 531

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan pada tanggal 9 Januari 1987 di Kendal, Jawa Tengah.

    Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Ali Sartono dan

    Ibu Tri Widanarti. Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 1998 di SDN 02

    Boja, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SMPN

    01 Boja dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di

    SMU 01 Boja kabupaten Kendal.

    Mulai tahun 2004 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi

    Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur

    USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa IPB). Selama mengikuti pendidikan, penulis

    aktif di HIMPRO (Himpunan Profesi Mahasiswa Ilmu Produksi Ternak) pada

    periode 2004-2005 dan 2005-2006, serta sebagai asisten praktikum mata kuliah Ilmu

    Pengolahan Susu Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008.

    Memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan,

    penulis melaksanakan magang penelitian di Milk Treatment KPBS pada bulan Juli

    hingga September tahun 2007. Hasil kegiatan magang penelitian telah dituangkan

    dalam bentuk skripsi berjudul Kajian Awal Sistem Hazard Analysis Critical Control

    Point (HACCP) pada Produksi Susu Pasteurisasi di Milk Treatment KPBS

    Pengalengan Bandung, dibawah bimbingan Dr. Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA dan

    Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi.

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan

    karunia-Nya yang senantiasa menyertai penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat

    terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan pada Nabi

    Muhammad SAW dan keselamatan seluruh umat Islam.

    Skripsi yang berjudul Kajian Awal Sistem Hazard Analysis Critical Control

    Point (HACCP) pada Produksi Susu Pasteurisasi di Milk Treatment KPBS

    Pengalengan Bandung ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

    Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

    Milk Treatment KPBS merupakan salah satu koperasi yang bergerak dalam

    bidang pengolahan susu dengan produk utama susu pasteurisasi. Milk Treatment

    (MT) KPBS berusaha mempertahankan dan meningkatkan mutu produk untuk

    bertahan dan bersaing di pasar. Pengendalian mutu harus dilakukan terhadap bahan

    baku, proses pembuatan maupun produk jadi susu pasteurisasi. Upaya pengendalian

    dan peningkatan mutu, saat ini sedang dilakukan MT KPBS Pengalengan melalui

    penyusunan rencana sistem HACCP untuk menjamin keamanan produk yang

    dihasilkan, dan meningkatkan kualitas produk agar diterima oleh konsumen.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga

    karya kecil ini dapat pula bermanfaat bagi praktisi, akademisi serta pihak-pihak yang

    berkepentingan dalam pembangunan peternakan.

    Bogor, Juli 2008

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    RINGKASAN .. i

    ABSTRACT .. iii

    RIWAYAT HIDUP .. iv

    KATA PENGANTAR . v

    DAFTAR ISI vi

    DAFTAR TABEL viii

    DAFTAR GAMBAR ... x

    DAFTAR LAMPIRAN xi

    PENDAHULUAN .. 1

    Latar Belakang 1 Tujuan . 2

    TINJAUAN PUSTAKA .. 3

    Susu Segar ... 3 Komposisi Kimia Susu 3 Pasteurisasi Susu . 4 Sistem HACCP ... 5 Rencana Sistem HACCP . 9

    Good Handling Practices 11 Good Transporting Practices 12

    Good Distribution Practices . 12 Kepuasan Konsumen... 13

    METODE ... 14

    Lokasi dan Waktu ... 14 Materi . 14

    Prosedur ... 14 Observasi Lapang .. 14

    Wawancara dan Pengumpulan Data . 14 Evaluasi dan Analisis Data ... 14 Studi Pustaka .... 15 Data Primer ... 15

    KEADAAN UMUM KOPERASI .. 16

    Sejarah dan Perkembangan Koperasi .. 16 Lokasi dan Tata Letak Koperasi ...... 16 Struktur Organisasi Koperasi ... 17 Ketenagakerjaan... 18

  • vii

    HASIL DAN PEMBAHASAN . 21

    Sarana Produksi ... 21 Bahan Baku Utama. 21 Bahan Baku Penunjang... 22 Peralatan Produksi.. 22 Proses Penanganan dan Pengolahan Susu ... 31 Penanganan Susu 31

    Tahap Proses Pengolahan Susu Pra Pasteurisasi (Susu Dingin) 32 Tahap Proses Pengolahan Susu Pasteurisasi Tanpa Rasa.. 32 Tahap Proses Pengolahan Susu Pasteurisasi Rasa 33 Rencana Kerja Jaminan Mutu .. 34 Kebijakan Mutu . 35 Organisasi ... 35 Deskripsi Produk ... 36 Persyaratan Dasar (pre-requisite) ... 37 Penerapan GMP 37 Penerapan SSOP... 38 Diagram Alir Proses ... 38 Analisa Bahaya dan Tindakan Pencegahan 42 Penetapan CCP ... 53 Penetapan Batas Kritis ... 58 Penetapan Prosedur Pemantauan ... 58 Penetapan Tindakan Koreksi .. 59 Penetapan Prosedur Verifikasi ... 59 Penetapan Prosedur Pencatatan . 59 Aplikasi Good Handling Practices .. 68 Aplikasi Good Transporting Practices 69 Aplikasi Good Distribution Practices . 75 Kepuasan Konsumen 77

    KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

    Kesimpulan 79 Saran .. 80

    UCAPAN TERIMA KASIH ... 81

    DAFTAR PUSTAKA ... 82

    LAMPIRAN . 85

  • DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    1. Standar Susu Segar (SNI 01-3141-1992) .. 3

    2. Syarat Mutu Susu Pasteurisasi (SNI No. 01-3951-1995) 4

    3. Tahapan Aplikasi Sistem HACCP 5

    4. Karakteristik Resiko Bahaya........ 7

    5. Kategori Resiko Bahaya....... 8

    6. Jadwal Kerja Karyawan MT KPBS Pengalengan 19

    7. Deskripsi Produk.. 37

    8. Penerapan GMP di MT KPBS . 44

    9. Penerapan SSOP di MT KPBS 46

    10. Analisa Bahaya Proses Produksi Susu Pra Pasteurisasi ...... 48

    11. Analisa Bahaya Proses Produksi Susu Pasteurisasi Tanpa Rasa.. 49

    12. Analisa Bahaya Proses Produksi Susu Pasteurisasi Rasa 51

    13. Penetapan Tingkat Resiko Produk... 42

    14. CCP Bahan Mentah, Bahan Tambahan dan Bahan Penunjang.. 55

    15. CCP Proses Pengolahan Susu Pra Pasteurisasi ......... 55

    16. CCP Proses Pengolahan Susu Pasteurisasi Tanpa Rasa. 56

    17. CCP Proses Pengolahan Susu Pasteurisasi Rasa .. 57

    18. Rencana Kerja Pengendalian Mutu Bahan Mentah, Bahan Penunjang dan Bahan Tambahan.. 61

    19. Rencana Kerja Pengendalian Mutu Proses Produksi Susu Pra Pasteurisasi di MTKPBS 62

    20. Rencana Kerja Pengendalian Mutu Proses Produksi Susu Pasteurisasi Tanpa Rasa di MT KPBS. 64

    21. Rencana Kerja Pengendalian Mutu Proses Produksi Susu Pasteurisasi Rasa di MT KPBS.... 66

    22. Aplikasi Good Handling Practices di MT KPBS .... 68

    23. Aplikasi Good Transporting Practices dari TPK ke MT KPBS.. 69

    24. Aplikasi Good Transporting Practices dari MT KPBS ke Agen. 71

    25. Aplikasi Good Transporting Practices dari Agen ke Pengecer 72

    26. Aplikasi Good Distribution Practices di MT KPBS 75

  • ix

    27. Rataan Kepuasan Konsumen terhadap Susu Pasteurisasi KPBS... 77

    28. Penilaian Konsumen*) terhadap Susu Pasteurisasi KPBS............. 77

    29. Susu Pasteurisasi KPBS yang Paling Disukai .. 78

    30. Kekecewaan Konsumen pada Susu Pasteurisasi KPBS .... 78

  • DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    1. Matriks Penentuan Resiko 7

    2. Struktur Organisasi MT KPBS . 17

    3. Lactoscan .. 23

    4. a. Milk Reception Scale 24

    b. Pompa Sentrifugal 24

    5. Milk Reception Vat ... 24

    6. Plate Cooler.. 25

    7. a. Milk Storage Tank. 26

    b. Milk Storage Tank Flavor. 26

    8. Mixing Tank.. 26

    9. Balance Tank. 27

    10. Plate Heat Exchanger (PHE) 28

    11. Homogenizer 29

    12. Filling Machine 30

    13. Prepack Machine.. 31

    14. Diagram Alir Produk Susu Dingin ... 39

    15. Diagram Alir Proses Produksi Susu Pasteurisasi Tanpa Rasa 40

    16. Diagram Alir Proses Produksi Susu Pasterisasi Rasa... 41

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Halaman

    1. Denah Milk Treatment KPBS ... 86

    2. SOP Penerimaan Bahan Baku MT KPBS 87

    3. SOP Proses Pengolahan MT KPBS . 88

    4. Contoh Form Checklist Monitoring SOP Penerimaan

    Bahan Baku Susu Segar .. 89

    5. Syarat Mutu Susu Segar MT KPBS . 93

    6. Standar Susu Segar (SNI 01-3141-1992) 93

    7. Contoh Penyusunan Tim HACCP MT KPBS .. 94

    8. CCP Decision Tree untuk Bahan Mentah ... 95

    9. CCP Decision Tree untuk Proses Pengolahan .. 96

    10. Kuisioner

    Kepuasan Konsumen 97

  • PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Era perdagangan bebas menyebabkan tingkat kompetisi atau persaingan di

    bidang ekonomi antar negara menjadi semakin ketat. Hal ini mendorong setiap

    negara untuk memiliki keunggulan dan daya saing yang tinggi agar mampu bersaing

    di pasar global. Sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang tidak luput dari

    liberalisasi perdagangan. Produk peternakan pada negara-negara berkembang seperti

    Indonesia, banyak mengalami hambatan-hambatan teknis. Hambatan teknis yang

    dihadapi antara lain masalah mutu, keamanan pangan, spesifikasi, standar serta isu

    lingkungan.

    Masalah keamanan pangan saat ini telah mendapat perhatian khusus dari

    pemerintah dikarenakan banyaknya tuntutan dari konsumen yang menginginkan

    produk pangan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal). Mengatasi masalah

    tersebut sekarang pemerintah menganjurkan setiap industri pangan menerapkan

    sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) atau Analisa Bahaya dan

    Pengendalian Titik Kritis. Di Indonesia HACCP telah diadopsi sebagai salah satu

    standar sistem mutu yang menggunakan model jaminan mutu dengan berdasarkan

    keamanan pangan atau food safety sebagai pendekatan mutu yakni melalui Standar

    Nasional Indonesia (SNI) 01-4852-1998 tentang sistem analisa bahaya dan

    pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya. Manfaat sistem

    HACCP bagi industri pangan diantaranya yaitu meningkatkan kepercayaan

    konsumen, meningkatkan jaminan keamanan produk, mencegah kehilangan pasar,

    mencegah penarikan produk dan mencegah pemborosan biaya atau kerugian akibat

    masalah keamanan produk.

    Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) merupakan sistem yang

    dapat menjamin bahwa keamanan produk pangan telah dilaksanakan dengan efektif.

    Sistem HACCP dapat diterapkan pada seluruh mata rantai proses produksi mulai dari

    proses pertama sampai konsumen terakhir. Sistem ini fokus terhadap keamanan

    produk pangan dan dapat dipertahankan karena HACCP mampu mencegah

    terjadinya penyimpangan dan bukan menunggu sampai timbulnya masalah.

    Penerapan konsep HACCP, akan membentuk kepercayaan konsumen terhadap

    perusahaan yang memproduksi produk tersebut. Penerapan HACCP terdiri atas

  • 2

    beberapa sistem pendukung diantaranya aplikasi Good Handling Practices (GHP),

    Good Transporting Practices (GTP), Good Distribution Practices (GDP) dan

    kepuasan konsumen.

    Good Distribution Practices atau Good Transporting Practices merupakan

    suatu cara pengiriman / pendistribusian yang baik yang mampu menjaga agar produk

    tetap aman hingga ketangan konsumen. Good Handling Practices (GHP) merupakan

    suatu cara penanganan produk yang baik untuk menjaga mutu produk agar tetap

    aman untuk dikonsumsi dan tidak menimbulkan bahaya.

    Milk Treatment (MT) KPBS Pengalengan, Bandung merupakan salah satu

    produsen susu yang cukup dikenal masyarakat, yang produksinya tidak hanya

    dikenal di pasar lokal (Bandung), tetapi juga ditujukan untuk pasar luar Bandung.

    Salah satu produknya adalah susu pasteurisasi dengan berbagai macam rasa. MT

    KPBS Pengalengan berusaha mempertahankan dan meningkatkan mutu produk

    untuk bertahan dan bersaing di pasar. Pengendalian mutu dilakukan terhadap bahan

    baku, proses pembuatan maupun produk jadi susu pasteurisasi. Upaya pengendalian

    dan peningkatan mutu, saat ini sedang dilakukan MT KPBS Pengalengan melalui

    penyusunan rencana sistem HACCP untuk menjamin keamanan produk yang

    dihasilkan, dan meningkatkan kualitas produk agar diterima oleh konsumen.

    Kesempatan ini dimanfaatkan peneliti dengan melakukan kegiatan magang di MT

    KPBS sebagai bentuk partisipasi dalam penyusunan sistem HACCP.

    Tujuan

    Tujuan umum dari kegiatan magang di MT KPBS Pengalengan Bandung adalah:

    1. Menambah wawasan dan pengalaman serta kemampuan profesi melalui

    penerapan ilmu yang telah diperoleh.

    2. Menjalin kerjasama melalui praktek kerja nyata di lapangan antara

    mahasiswa perguruan tinggi dengan masyarakat industri.

    Tujuan khususnya adalah :

    1. Mempelajari proses produksi susu pasteurisasi di MT KPBS.

    2. Membantu proses penyusunan Rencana Kerja Jaminan Mutu (RKJM) dalam

    rangka rencana sertifikasi HACCP pada produk susu pasteurisasi di MT

    KPBS dengan menganalisis GHP, GTP, GDP dan kepuasan pelanggan

    sebagai pendukung.

  • TINJAUAN PUSTAKA

    Susu Segar

    Susu segar berdasarkan Dewan Standardisasi Nasional (1992) adalah cairan

    yang berasal dari ambing sapi sehat diperoleh dengan cara pemerahan yang benar,

    tidak mengalami penambahan atau pengurangan suatu komponen apapun dan tidak

    mengalami pemanasan. Susu dari semua jenis mamalia mengandung komponen yang

    sama, tetapi jumlah masing-masing komponen bervariasi tergantung spesies mamalia

    tersebut, waktu pemerahan, umur sapi, kesehatan ternak, pakan ternak dan kondisi

    lingkungan seperti iklim dan masa laktasi (Buckle et al., 1987)

    Pertumbuhan mikroba susu dapat menimbulkan perubahan karakteristik susu.

    Pembentukan asam, pembentukan gas, proteolisis, pelendiran, perubahan lemak,

    produk alkali serta perubahan citarasa dan warna merupakan perubahan karakteristik

    yang sering dijumpai pada susu akibat adanya mikroorganisme (Rahman et al.,

    1992).

    Komposisi Kimia Susu

    Susu merupakan campuran kompleks dari lemak, karbohidrat, protein,

    komposisi organik lain dan garam-garam anorganik yang larut atau tersebar dalam

    air (Cross, 1988). Campuran bahan kimia dalam susu bukanlah sebuah campuran

    yang homogen. Komposisi umum susu yang sering ditemukan adalah protein, lemak,

    karbohidrat dan mineral yang terkumpul dalam abu. Sirait (1991) juga menambahkan

    bahwa karbohidrat, laktosa, garam, dan vitamin susu dapat terlarut dalam air, lemak

    terdapat dalam bentuk emulsi, sedangkan protein terdispersi dalam bentuk koloidal.

    Standar susu segar menurut SNI 01-3141-1992 terdapat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Standar Susu Segar (SNI 01-3141-1992) Sifat susu Nilai

    Berat jenis 1,026 1,028 g/cm3 Kadar lemak Minimum 3,0% Kadar bahan kering tanpa lemak Minimum 8,0% Kadar protein Minimum 2,7% Warna, bau, rasa dan konsistensi Normal Tingkat keasaman 4,5-7oSH Uji alkohol (70%) Negatif E.coli Maksimum 10 APM/ml Salmonella Negatif Titik beku -0,520oC s.d -0,560oC Uji pemalsuan Negatif TPC (CFU/ml maks) 1x106 Sumber : DSN (1992)

  • 4

    Pasteurisasi Susu

    Pasteurisasi pada susu perlu dilakukan untuk mencegah kerusakan karena

    mikroorganisme dan enzim. Menurut Buckle et al. (1987) kondisi pasteurisasi

    dimaksudkan untuk memberikan perlindungan maksimum terhadap penyakit yang

    dibawa oleh susu, dengan mengurangi seminimal mungkin kehilangan zat gizinya

    dan sementara itu mempertahankan semaksimal mungkin rupa dan citarasa susu

    segar. Burgess (1984) juga menambahkan bahwa pemanasan atau pasteurisasi yang

    terlalu lama dapat menyebabkan reaksi pencoklatan pada susu.

    Prinsip pasteurisasi susu adalah memanaskan susu di bawah titik didih susu.

    Beberapa cara pasteurisasi yang telah dikembangkan yaitu holding method dan High

    Temperature Short Time (HTST). Pasteurisasi dengan cara holding method yaitu

    sejumlah besar susu dipanaskan sampai suhu tertentu. Waktu dan suhu yang biasa

    digunakan adalah 30 menit pada suhu 65oC, sedangkan metode HTST, susu

    dipanaskan pada suhu 71,7oC selama 15-16 detik dengan menggunakan Plate Heat

    Exchanger (PHE) (Muchtadi dan Sugiono, 1992). Tujuan utama dilakukan proses

    pasteurisasi adalah untuk mencegah penularan penyakit dan mencegah kerusakan

    akibat jasad renik dan enzim sehingga kualitas susu tetap baik (Potter dan Hotchkiss,

    1995). Syarat mutu susu pasteurisasi terdapat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Syarat Mutu Susu Pasteurisasi (SNI No. 01-3951-1995)

    Karakteristik Tanpa Penambahan Cita Rasa Dengan Penambahan Cita Rasa Bau Khas Khas Rasa Khas Khas Warna Khas Khas Kadar Lemak (% min) 2,80 1,50 Kadar SNF (% min) 7,7 7,5 Uji Reduktase (MB) 0 0 Kadar Protein (% min) 2,5 2,5 Uji Fosfatase 0 0 TPC (CFU/ml maks) 3x104 3x104 Logam Berbahaya : As (ppm, maks) 1 1 Pb (ppm, maks) 1 1 Cu (ppm, maks) 2 2 Zn (ppm, maks) 5 5 Bahan Pengawet Pemantap Zat Warna Cita Rasa

    Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 235/Men. Kes/Per/VI/79

    Sumber : BSN (1995)

  • 5

    Sistem HACCP

    Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) merupakan suatu alat

    untuk mengidentifikasi bahaya dan menetapkan sistem pengendaliannya. Sistem

    HACCP diarahkan pada tindakan pencegahan dan tidak bergantung pada pengujian

    produk akhir (Fardiaz, 1996).

    Program pelaksanaan HACCP dituangkan dalam suatu dokumen yang

    menggambarkan kegiatan proses produksi serta pengawasan mutunya yang sesuai

    dengan ketentuan yang berlaku. Dokumen tersebut adalah dokumen rencana

    HACCP, yang dikenal juga sebagai Panduan Mutu, Quality Assurance Plan (QAP)

    atau berdasarkan BSN (1999) pedoman 1004-1999 disebut dengan Rencana Kerja

    Jaminan Mutu (RKJM) berdasarkan HACCP. Secara garis besar penyusunan RKJM

    dapat mengacu kepada pedoman 1004-1999 tentang panduan penyusunan rencana

    HACCP yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) (Mukartini,

    2001).

    Sistem HACCP bukan merupakan sistem jaminan keamanan pangan tanpa

    resiko, tetapi dirancang untuk meminimumkan resiko bahaya keamanan pangan.

    Sistem ini juga dianggap sebagai alat manajemen yang digunakan untuk

    memproteksi rantai pasokan pangan dan proses produksi terhadap kontaminasi

    bahaya-bahaya mikrobiologi, kimia, dan fisik. Kadarisman et al., (2006) menyatakan

    bahwa penerapan HACCP di industri pangan dilakukan dengan mengikuti 12

    langkah (tahap) aplikasi. Tahap-tahap tersebut disajikan pada Tabel 3.

    Tabel 3. Tahapan Aplikasi Sistem HACCP

    Tahap Ke- Kegiatan Keterangan 1 Menyusun tim HACCP 2 Mendeskripsikan produk 3 Mengidentifikasikan penggunaan produk 4 Membuat diagram alir 5 Verifikasi diagram alir di tempat 6 Membuat daftar semua bahaya potensial. Lakukan analisis

    bahaya dan tentukan tindakan pencegahan Prinsip 1

    7 Menentukan CCP (Critical Control Points) atau titik-titik kritis untuk pengendalian Prinsip 2

    8 Menetapkan batas kritis untuk tiap CCP Prinsip 3 9 Menetapkan sistem pemantauan untuk tiap CCP Prinsip 4

    10 Menetapkan jenis tindakan koreksi untuk penyimpangan yang mungkin terjadi Prinsip 5

    11 Menetapkan prosedur verifikasi Prinsip 6 12 Membuat penyimpanan catatan dan dokumentasi Prinsip 7

    Sumber : Kadarisman et al., (2006)

  • 6

    Menyusun Tim HACCP

    Tim ini terdiri atas berbagai anggota dengan disiplin ilmu yang berbeda.

    Perusahaan yang tidak tersedia spesifikasi karyawan yang dibutuhkan, maka

    diperlukan keterlibatan dari luar. Lingkup program HACCP perlu dibuat dahulu

    untuk membantu proses identifikasi kebutuhan jumlah dan keahlian personil dalam

    tim HACCP.

    Mendeskripsikan Produk

    Artinya membuat gambaran yang lengkap tentang produk yang dihasilkan.

    Mendeskripsikan produk biasanya meliputi komposisi bahan, komposisi kimia,

    pengemasan, daya tahan produk, cara distribusi dan sebagainya.

    Mengidentifikasikan Penggunaan Produk

    Artinya membuat daftar kemungkinan - kemungkinan penggunaan konsumen

    dari produk yang dihasilkan. Mengidentifikasikan penggunaan produk misalnya cara

    penggunaan mie instan.

    Menyusun Diagram Alir

    Suatu diagram yang menunjukkan urutan proses secara lengkap. Diagram alir

    ini memudahkan industri untuk melakukan identifikasi lebih lanjut.

    Verifikasi Diagram Alir di Tempat

    Diagram alir yang disusun harus diverifikasi dengan kenyataan di lapangan.

    Dilakukan dengan cara mengamati aliran proses, mencocokkan antara diagram alir

    dengan tahapan nyata di lapang.

    Analisis Bahaya dan Identifikasi Tindakan Pencegahan

    Kegiatan yang dilakukan yaitu mendata semua bahaya potensial yang terkait

    dengan setiap tahap, mulai dari penerimaan bahan baku, selama proses, hingga di

    distribusi ke tangan konsumen. Bahaya didalam konteks keamanan pangan menurut

    Mortimore dan Wallace (1995) adalah perangkat biologis, kimiawi dan fisik yang

    dapat menyebabkan pangan menjadi tidak aman untuk dikonsumsi manusia. Sistem

    keamanan pangan untuk kategori keamanan suatu makanan ditetapkan berdasarkan

    kategori resiko yang meliputi tinggi, sedang dan rendah. Analisa potensi bahaya

    secara kualitatif dilakukan dengan mengkombinasikan antara peluang (probability)

    dan keakutan/keparahan (severity). Bahaya potensial yang memiliki resiko tinggi

  • 7

    harus/wajib dilakukan tindakan koreksi, sedangkan tindakan pencegahan pada

    bahaya potensial dengan resiko menengah mungkin dilakukan.

    Peluang terjadinya/timbulnya bahaya dibedakan atas:

    T = tinggi (high)

    S = sedang (medium)

    R = rendah (low)

    Keakutan/keparahan jika bahaya timbul dibagi ke dalam 3 kategori:

    secara otomatis (automatically)

    kemungkinan besar (likely)

    kemungkinan kecil (not likely)

    T S T T

    S S S S

    R R R S

    KEP

    AR

    AH

    AN

    R S T

    PELUANG Sumber: ICMSF (1986)

    Gambar 1. Matriks Penentuan Resiko

    Tabel 4. Karakteristik Resiko Bahaya

    Kelompok Bahaya Karakteristik

    Bahaya A

    Produk tidak steril yang ditujukan untuk konsumen beresiko tinggi seperti bayi, orang tua, wanita hamil, dan orang sakit/lemah

    Bahaya B

    Produk mengandung bahan sensitif terhadap bahaya biologi, kimia dan fisik

    Bahaya C

    Didalam proses produksi tidak terdapat tahap proses yang dapat memusnahkan, mencegah, dan mengurangi bahaya sampai tingkat yang dapat diterima

    Bahaya D Kemungkinn produk akan mengalami pencemaran kembali setelah pengolahan sebelum pengemasan

    Bahaya E

    Kemungkinan terjadi pencemaran kembali atau penanganan yang salah selama distribusi atau penanganan yang salah oleh konsumen sehingga produk menjadi berbahaya jika dikonsumsi

    Bahaya F

    Tidak ada poses pemanasan setelah pengemasan atau pada saat dipersiapkan dirumah, atau tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi dan menghilangkan bahaya

    Sumber : ICMSF (1986)

  • 8

    Tabel 5. Kategori Resiko Bahaya

    Kategori Bahaya Bahaya Keterangan 0 Tidak Ada Tidak mengandung bahaya A-F I + Terdapat satu bahaya B-F II ++ Terdapat dua bahaya B-F III +++ Terdapat tiga bahaya B-F IV ++++ Terdapat empat bahaya B-F V +++++ Terdapat lima bahaya B-F VI Bahaya A Makanan dengan kategori resiko paling

    tinggi Sumber : ICMSF (1986) Penetapan Titik Kendali Kritis

    Proses pengolahan suatu produk pangan, produk tersebut mengalami banyak

    perlakuan hingga terkirim ke konsumen. Perlakuan tersebut terdapat kondisi-kondisi

    yang sering disebut sebagai Titik Kendali Kritis (Critical Control Points). Titik

    kritis tersebut dapat diketahui dengan menggunakan pohon keputusan (decision tree)

    yang menyatakan pendekatan dan pemikiran yang logis.

    Penetapan Batas Kritis

    Batas kritis didefinisikan sebagai satu atau lebih toleransi yang harus

    dipenuhi untuk menjamin bahwa CCP secara efektif telah mengendalikan bahaya

    (kimia, fisik, mikrobiologi). Batas kritis harus ditentukan untuk setiap CCP, dan

    dalam beberapa kasus, suatu pengendalian dapat memiliki lebih dari suatu batas

    kritis.

    Monitoring Batas Kritis

    Monitoring merupakan tindakan pemantauan atau pengukuran yang

    terencana, atau observasi atas keefektifan proses pengendalian suatu CCP tetap

    didalam batas-batas kritisnya. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu

    mengendalikan proses, menentukan apakah terjadi hilang kendali dan penyimpangan

    CCP serta menyediakan dokumentasi tertulis yang dapat digunakan untuk klarifikasi

    lima aspek penting dalam menetapkan prosedur pemantauan titik kendali kritis

    (CCP).

  • 9

    Tindakan Koreksi

    Kegiatan ini dilakukan jika monitoring ditemukan adanya penyimpangan.

    Tindakan koreksi didasarkan pada data hasil monitoring, disesuaikan dengan

    karakteristik proses yang ada.

    Prosedur Verifikasi

    Tindakan ini dilakukan untuk menilai apakah segala sesuatunya telah berada

    pada jalur yang benar. Frekuensi verifikasi harus cukup untuk mengkonfirmasikan

    bahwa sistem HACCP telah bekerja secara efektif.

    Penyimpanan Catatan dan Dokumentasi

    Catatan dan pembukuan yang baik penting dalam penerapan sistem HACCP.

    Semua rencana, aplikasi kegiatan harus dicatat untuk bukti keamanan produk,

    jaminan telah memenuhi peraturan, kemudahan dalam pelacakan produk dan

    peninjauan catatan, merupakan sumber tinjauan data jika ada audit HACCP.

    Oleh karena itu sistem HACCP menurut Hariyadi (2001) memiliki lima karakteristik

    utama yaitu:

    1) pendekatannya sistematik

    2) proaktif

    3) usaha dari suatu tim

    4) menggunakan teknik common sense

    5) sistemnya hidup dan dinamis

    Penerapan HACCP bermanfaat baik bagi konsumen maupun bagi pihak

    industri pangan. Bagi industri pangan manfaat HACCP diantaranya meningkatkan

    kepercayaan konsumen, meningkatkan jaminan keamanan produk, mencegah

    kehilangan pasar, mencegah penarikan produk dan penutupan pabrik dan mencegah

    pemborosan biaya atau kerugian yang mungkin timbul karena masalah keamanan

    produk (Fardiaz, 1996).

    Implementasi harus benar-benar direncanakan secara baik agar penerapan

    sistem HACCP mencapai manfaat dan tujuan seperti diatas. Perencanaan yang baik

    yaitu dengan menyusun panduan untuk pelaksanaannya yaitu berupa dokumen

    rencana HACCP. Penyusunan dokumen tersebut memerlukan suatu panduan yang

    legal agar rencana HACCP tersebut sesuai dengan 12 langkah dan 7 prinsip dalam

    sistem HACCP sesuai dengan BSN (1999) dan pedoman umum penyusunan Rencana

  • 10

    Kerja Jaminan Mutu (RKJM) berdasarkan HACCP. Pedoman tersebut berisi

    penjelasan mengenai unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan

    rencana HACCP untuk badan usaha. Unsur-unsur tersebut telah mencakup seluruh

    langkah dan prinsip dalam sistem HACCP.

    Rencana Sistem HACCP

    Rencana HACCP adalah dokumen yang dibuat sesuai dengan prinsip- prinsip

    HACCP untuk menjamin pengendalian bahaya yang nyata bagi keamanan pangan

    pada bagian rantai pangan yang sedang dipertimbangkan (BSN, 1999). Rencana

    HACCP ditulis oleh tim HACCP dan berisi dua komponen esensial yaitu diagram

    alir proses HACCP (Control Chart) beserta dokumentasi pendukung lainnya

    (Mortimore dan Wallace, 1994).

    Menurut BSN (1999) dokumen rencana HACCP harus memuat kebijakan

    mutu perusahaan, deskripsi dari organisasi penjelasan mengenai deskripsi produk,

    memuat persyaratan dasar (pre-requisite), memuat diagram alir dan

    memverifikasinya, penjelasan mengenai analisis bahaya, lembar kerja pengendalian

    (control measure) dan Rencana HACCP.

    1. Kebijakan Mutu Perusahaan

    Kebijakan mutu adalah pernyataan yang diungkapkan oleh suatu organisasi

    atau badan usaha yang berupa janji (komitmen) sebagai upaya untuk melaksanakan

    dan menegakkan serta memelihara standar mutu yang tinggi. Kebijakan mutu

    sebaiknya singkat dan jelas sehingga dapat dimengerti dan dipahami dengan mudah

    oleh seluruh karyawan unit usaha.

    2. Deskripsi dari Organisasi

    Deskripsi dari oganisasi meliputi identitas, struktur organisasi, bidang

    kegiatan, personil (tim HACCP) dan pelatihan bagi tim HACCP. Deskripsi

    organisasi juga mencakup job describtion (deskripsi kerja) pada setiap anggota

    organisasi.

    3. Penjelasan Mengenai Deskripsi Produk

    Penjelasan mengenai deskripsi produk berupa sebuah daftar yang berisikan

    seluruh produk akhir yang dicakup oleh konsep HACCP. Penjelasan mengenai

    deskripsi produk meliputi komponen-komponen yang digunakan dalam produk.

  • 11

    4. Memuat persyaratan dasar (pre-requisite).

    Persyaratan dasar adalah suatu persyaratan teknis yang harus dipenuhi apabila

    suatu badan usaha akan memulai suatu proses produksi dan menerapkan HACCP

    yang telah diterapkan oleh suatu peraturan teknis demi keberhasilan suatu proses

    produksi dan penerapan HACCP. Persyaratan dasar tersebut meliputi Good

    Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedures

    (SSOP).

    5. Memuat diagram alir dan memverifikasinya

    Diagram alir adalah suatu gambaran yang sistematis dari urutan tahapan atau

    pelaksanaan pekerjaan yang dipergunakan dalam produksi atau dalam menghasilkan

    pangan tertentu. Deskripsi diagram alir harus mampu menggambarkan kondisi nyata

    proses produksi.

    6. Penjelasan mengenai analisis bahaya

    Analisa bahaya adalah proses pengumpulan informasi mengenai bahaya dan

    keadaan sampai dapat terjadinya bahaya untuk menentukan yang berdampak nyata

    terhadap keamanan pangan, dan harus ditangani dalam rencana HACCP. Menurut

    Mortimore dan Wallace (1994), bahaya adalah unsur biologi, kimia, atau fisik yang

    dapat menyebabkan pangan menjadi tidak aman untuk dikonsumsi manusia. Tiga

    jenis bahaya tersebut meliputi bahaya biologi, bahaya kimia dan bahaya fisik.

    1) bahaya biologi, yang disebabkan oleh bakteri patogen, virus atau parasit yang

    dapat menyebabkan keracunan dan penyakit infeksi;

    2) bahaya kimia, karena tertelannya bahan kimia beracun seperti pembersih

    (cleaning agent), pestisida, allergen, logam berat, nitrit, nitrat, komponen

    nitrosol, residu kimia dan bahan tambahan makanan; dan

    3) bahaya fisik, terdiri atas pecahan gelas, logam atau metal, kerikil, serpihan

    kayu, plastik, bahan bangunan dan bagian tubuh hewan atau hama.

    7. Lembar kerja pengendalian (control measure)

    Lembar ini dapat disajikan dalam bentuk matrik yang memuat informasi-

    informasi. Informasi-informasi tersebut meliputi lokasi CCP (Critical Control Point)

    pada tahap proses produksi, prosedur pemantauan atau monitoring, penetapan batas

    kritis dan tindakan perbaikan.

  • 12

    8. Rencana HACCP harus memuat informasi mengenai :

    1) prosedur pengaduan konsumen, yaitu suatu prosedur untuk menangani,

    mengalamatkan dan mencatat keluhan-keluhan konsumen;

    2) prosedur penarikan produk (recall), yaitu suatu metode untuk

    mengidentifikasi, menempatkan dan menarik kembali produk; dan

    3) prosedur perubahan dokumen, yang berisi suatu cara pengendalian dan

    pemuktahiran dokumen agar selalu tercatat sehingga dapat selalu diketahui

    perubahannya.

    Good Handling Practices (GHP)

    Good Handling Practices (GHP) merupakan suatu cara penanganan yang

    baik, dilakukan untuk menjaga agar produk tetap aman dikonsumsi dan tidak

    menimbulkan bahaya. Menurut Fanhauser (2000), handling susu yang baik meliputi

    pengaturan peralatan susu, pembersihan ambing, pemberian pakan dan proses

    pemerahan, penyaringan dan pencatatan, penyimpanan.

    Good Transporting Practices (GTP)

    Good Transporting Practices merupakan suatu cara tranportasi yang baik

    yang mampu menjaga agar produk tetap aman hingga ketangan konsumen. Adapun

    yang ditinjau dalam pelaksanaan Good Transporting Practices menurut New Zealand

    Food Safety Authority (2007) adalah :

    1) penerapan Good Operating Practices pada tahap Loading/unloading,

    transfer dan handling produk, serta distribusi produk;

    2) desain dan konstruksi unit transportasi dan perlengkapannya;

    3) pembersihan dan perawatan unit transportasi;

    4) higienitas dan kesehatan karyawan;

    5) prosedur operasional;

    6) dokumen kontrol dan record keeping; dan

  • 13

    7) verifikasi

    Good Distribution Practices (GDP)

    Good Distribution Practices (GDP) merupakan suatu sistem distribusi yang

    baik yang mampu mempertahankan mutu produk jadi. Penanganan produk jadi

    harus tetap diawasi sehingga bahan asing yang mungkin masuk atau kerusakan

    produk seperti kerusakan kemasan yang dapat menyebabkan makanan

    terkontaminasi dapat dicegah. Setiap pendistribusian dan proses-proses sebelumnya

    harus selalu di dokumentasi dengan pencatatan yang baik agar jika terjadi kasus

    keamanan pangan seperti foodborne disease ataupun keracunan pangan dapat

    ditelusuri dengan cepat dan dihentikan penyebabnya (Thaheer, 2005).

    Kepuasan Konsumen

    Kepuasan konsumen adalah tanggapan perilaku, berupa evaluasi purnabeli

    konsumen terhadap suatu barang atau jasa yang dirasakannya (kinerja produk)

    dibandingkan dengan harapan terhadap produk atau jasa tersebut (Nasution, 2004).

    Konsumen akan merasa tidak puas bila kinerja dibawah harapan. Konsumen akan

    merasa puas bila kinerja dapat memenuhi harapan dan konsumen akan merasa sangat

    puas bila kinerja dapat melebihi harapan (Kotler, 2000). Faktor-faktor yang bisa

    mempengaruhi harapan konsumen yaitu keinginan terpenuhi kebutuhannya,

    pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan maupun dari

    pesaing, pengalaman dari teman, komunikasi melalui iklan dan pemasaran (Garperz,

    2002). Selanjutnya karakteristik yang diinginkan oleh konsumen ada tiga macam,

    yaitu : (1) karakteristik lebih cepat, (2) lebih murah, dan (3) lebih baik.

    Menurut Sumarwan (2003), dalam memenuhi kepuasan konsumen suatu

    usaha harus menganalisis dari proses pembelian, yaitu dari tahap pra pembelian

    sampai tahap pembelian. Tahap ini konsumen akan mencari informasi mengenai

    produk/jasa dan merk yang akan dibeli. Setelah konsumen membeli atau memperoleh

    produk atau jasa biasanya akan diikuti dengan proses konsumsi atau penggunaan

    produk/jasa. Setelah proses diatas telah dilakukan maka yang terakhir adalah proses

  • 14

    pasca pembelian, konsumen akan melakukan proses evaluasi terhadap konsumsi

    yang telah dilakukan apakah konsumen merasa puas atau tidak dengan produk/jasa

    yang dikonsumsinya. Menurut Tjiptono (1997), harapan konsumen mempunyai

    peranan besar dalam menentukan kualitas produk dan kepuasan konsumen dalam

    mengevaluasi akan menggunakan harapannya sebagai standar atau acuan.

  • METODE

    Lokasi dan Waktu

    Kegiatan magang ini dilakukan di Koperasi Pengalengan Bandung Selatan

    (KPBS) Jawa Barat yang terletak di Jl. Koperasi No.1 Pengalengan, Bandung.

    Kegiatan magang dilaksanakan selama 2 bulan terhitung dari tanggal 25 Juli 2007

    hingga 25 September 2007.

    Materi

    Bahan

    Bahan yang digunakan dalam penelitian dan observasi kerja yaitu bahan

    baku, bahan tambahan, bahan pengemas untuk susu pasteurisasi, konsumen susu

    pasteurisasi KPBS, pustaka yang meliputi buku panduan penyusunan HACCP,

    skripsi dan beberapa catatan atau dokumen perusahaan yang berkaitan erat dengan

    HACCP.

    Alat

    Alat yang digunakan dalam penelitian dan observasi kerja adalah peralatan

    untuk proses produksi, GHP, GTP dan GDP yang terkait, kuisioner dan alat tulis.

    Prosedur

    Pelaksanaan magang dilakukan di tempat pengolahan susu MT KPBS dengan

    ikut berpartisipasi aktif, diantaranya dengan ikut serta melakukan pekerjaan,

    observasi lapang, wawancara, pengumpulan data, evaluasi dan analisis data serta

    penetapan CCP pada tiap proses. Penelitian ini juga menggunakan data primer dari

    kuisioner konsumen susu pasteurisasi KPBS serta dilakukan pula studi literatur

    sesuai dengan topik yang dibahas untuk mendukung pembuatan rencana HACCP.

    Observasi Lapang. Observasi lapang dilakukan dengan ikut serta dalam melakukan

    seluruh kegiatan di tempat pengolahan susu pasteurisasi di MT KPBS Pengalengan

    Bandung. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk melakukan verifikasi

    kesesuaian antara diagram alir dengan keadaan sesungguhnya yang terjadi di

    lapangan pada saat penyusunan rencana HACCP.

    Wawancara dan Pengumpulan Data. Data untuk penyusunan rencana HACCP

    diperoleh melalui pengamatan langsung, pencatatan data informasi yang sudah ada di

  • 15

    perusahaan, dan melalui wawancara pada pihak manajemen yang terlibat langsung

    dalam pelaksanaan sistem tersebut. Wawancara juga dilakukan terhadap beberapa

    karyawan yang melakukan kegiatan produksi sehari-hari dan karyawan bagian

    Quality Control. Pengumpulan data juga dilakukan dengan penyebaran kuisioner

    kepada pelanggan yang digunakan sebagai data kepuasan pelanggan untuk

    mendukung penyusunan rencana HACCP.

    Evaluasi dan Analisis Data. Evaluasi dilakukan terhadap data yang diperoleh di

    lapangan dengan data yang diperlukan dalam penyusunan HACCP. Hasil evaluasi

    kemudian dianalisis untuk mengetahui kemungkinan data yang kurang. Menurut

    Mortimore dan Wallace (1995) penyusunan HACCP terdiri atas membuat kebijakan

    mutu, membentuk organisasi tim HACCP, mendefinisikan ruang lingkup HACCP,

    mendeskripsikan produk, pembuatan persyaratan dasar HACCP plan, pembuatan

    diagram alir proses dan melakukan verifikasi, mengidentifikasi bahaya dan tindakan

    pencegahannya, mengidentifikasi titik kendali kritis, menentukan batas kritis,

    menentukan prosedur pemantauan, menentukan prosedur tindakan koreksi dan

    validasi HACCP plan.

    Studi Pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan secara

    umum mengenai sistem HACCP beserta implementasinya secara langsung pada

    industri pengolahan susu. Studi pustaka, juga dimaksudkan untuk mempelajari

    manfaat dan berbagai kendala yang umumnya dihadapi dari sistem HACCP.

    Aspek yang dikaji terdiri atas aspek umum dan aspek khusus. Aspek umum

    meliputi keadaan umum perusahaan yang mencakup sejarah singkat perusahaan,

    lokasi dan tata letak pabrik, proses produksi, struktur organisasi perusahaan,

    ketenagakerjaan dan pemasaran produk. Aspek khusus yang dikaji adalah kajian

    awal sistem HACCP.

    Data Primer. Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer yang dibutuhkan

    berupa data tingkat kepuasan konsumen yang diperoleh dari hasil kuisioner.

    Kuisioner yang digunakan adalah kepuasan konsumen terhadap produk susu

    pasteurisasi KPBS dengan responden 60 konsumen dari berbagai kalangan (umum).

    Data yang diperoleh dari kuisioner akan dirata-ratakan pada setiap parameter yang

    ada. Form kepuasan konsumen terdapat pada Lampiran 10.

  • KEADAAN UMUM KOPERASI

    Sejarah dan Perkembangan Koperasi

    Sejak zaman penjajahan Belanda, Pengalengan dikenal sebagai daerah

    peternakan sapi perah yang dikelola oleh Belanda, perusahaan tersebut meliputi De

    Fresche Trep, Almanak, Van Der Els serta Bigman. Susu yang dihasilkan dipasarkan

    melalui Bandungche Milk Center (BMC). Pada saat pendudukan Jepang,

    perusahaan tersebut hancur dan beberapa ekor sapinya dipelihara oleh penduduk

    sekitar sebagai usaha keluarga. Upaya untuk peningkatan populasi sapi perah dan

    peningkatan pendapatan peternak, dilakukan dengan membina para peternak melalui

    suatu wadah koperasi yang didirikan pada bulan November 1949 dengan nama

    GAPPSIP (Gabungan Petani Peternak Sapi Indonesia Pengalengan). GAPPSIP saat

    itu, sangat dirasakan manfaatnya oleh para anggota, namun mulai tahun 1961

    GAPPSIP tidak mampu menghadapi labilnya perekonomian Indonesia, sehingga tata

    niaga susu di Pengalengan selanjutnya diambil alih oleh para tengkulak.

    Para peternak merupakan pihak yang sangat dirugikan dengan hancurnya

    GAPPSIP tersebut. Menyadari keadaan tersebut, maka disepakati untuk mendirikan

    wadah koperasi. Pada tanggal 01 April 1969, didirikan koperasi peternak dengan

    nama Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pengalengan, yang saat ini

    telah mendapatkan pengesahan badan hukum dengan nomor 4353 A/BH/DK-10/20

    tertanggal 31 Desember 1979, kemudian diubah menjadi nomor 4353 B/BH/KWK-

    10/20 tertanggal 30 November 1988.

    Berdasarkan hasil keputusan Rapat Aggota Tahunan (RAT), mulai tahun

    1976 hingga 1977 KPBS bekerja sama dengan PT Ultra Jaya mendirikan Milk

    Treatment (MT) untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Pembangunan

    dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 1979, serta diresmikan pemakaiannya oleh

    Menteri Muda Urusan Koperasi pada tanggal 16 Juli 1979. Sejak tanggal 26

    November 1982, manajemen MT beralih kepemilikan dari PT Ultra Jaya kepada

    KPBS Pengalengan. Pendatanganan peralihan manajemen ini disaksikan oleh

    Menteri Koperasi dan Wakil Gubernur Jawa Barat pada masa itu.

    Lokasi dan Tata Letak Koperasi

    Lokasi MT KPBS terletak di jalan Koperasi No.1 Kecamatan Pengalengan,

    Bandung. Wilayah kerja MT KPBS dinilai sangat strategis untuk perkembangan sapi

  • 17

    perah karena wilayah tersebut memiliki topografi yang dikelilingi dengan gunung

    yang memiliki ketinggian antara 1000-1420 meter dari permukaan laut, suhu udara

    12-280C dan kelembaban antara 60-70%. Luas areal MT KPBS adalah 3600 m2

    dengan luas bangunan pabrik 304,37 m2 dan 680,65 m2 untuk ruang proses

    pengemasan. Bangunan Milk Treatment KPBS terdiri atas ruang laboratorium, ruang

    proses dan ruang pengemasan. Denah bangunan MT KPBS terdapat pada Lampiran1.

    Struktur Organisasi Koperasi Milk Treatment merupakan pabrik pengolahan susu yang dimiliki oleh

    Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan. Struktur organisasi MT

    KPBS berada di bawah administratur KPBS Pangalengan. Struktur Organisasi KPBS

    terdapat pada Gambar 2.

    Gambar 2. Struktur Organisasi KPBS Sumber : (KPBS, 2006)

    Rapat Anggota Tahunan

    Pengurus Pengawas

    Pembina

    Tim Konsultasi

    Sekretariat dan Humas Litbang

    Penyuluhan Administrasi dan Keuangan

    Unit Pembibitan dan Hijauan

    Unit Produksi dan Pengolahan (MT

    KPBS)

    Unit angkutan dan Pemasaran

    Unit per Bandung Kidul

    Koordinator TPK

    Unit Barang dan Pakan Ternak

    Unit Pabrik Makanan Ternak

    Unit Pelayanan Kerwan dan

    Anggota

    Unit Pariwisata

  • 18

    KPBS merupakan perusahaan yang berbadan hukum koperasi, sehingga yang

    menjadi badan tertinggi adalah Rapat Anggota Tahunan (RAT). RAT terdiri atas

    seluruh anggota KPBS Pangalengan dan RAT ini dapat dijadikan sebagai penentu

    kebijaksanaan. RAT memiliki wewenang untuk mencabut dan mengeluarkan anggota

    maupun pengurus serta dapat menetapkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran

    Rumah Tangga (ART). Struktur organisasi KPBS sesuai dengan Undang-Undang

    No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian terdiri atas rapat anggota, pengurus dan

    pengawas.

    Ketenagakerjaan

    Tenaga kerja yang dimiliki Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS)

    Pangalengan terutama berasal dari keluarga anggota koperasi yang tinggal di sekitar

    wilayah Pangalengan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota

    dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk di sekitar pabrik. Rekruitmen

    karyawan KPBS melalui beberapa tahapan seleksi. Tahap awal adalah tahap

    percobaan yaitu para calon karyawan menjalani masa percobaan selama 6 bulan

    dengan diberikan upah sebesar 80% dari gaji pokok. Calon karyawan yang memiliki

    prestasi dalam kerja, berdisiplin tinggi, dan mempunyai dedikasi tinggi terhadap

    KPBS akan diangkat menjadi karyawan tetap. Ada beberapa hal yang perlu

    diperhatikan mengenai ketenagakerjaan, diantaranya jam kerja karyawan dan

    kesejahteraan karyawan.

    Jam Kerja Karyawan

    Karyawan KPBS Pangalengan terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian

    administrasi dan bagian pabrik MT. Jam kerja untuk karyawan bagian administrasi

    adalah pukul 08.0016.00, sedangkan untuk karyawan MT memiliki jam kerja

    berdasarkan shift. Setiap karyawan bekerja 6 hari seminggu dan karyawan KPBS

    mempunyai hak libur 1 kali dalam seminggu. Karyawan bagian administrasi libur

    pada hari Minggu sedangkan bagi karyawan MT hari liburnya ditentukan

    berdasarkan giliran. Berikut ini adalah pembagian jam kerja karyawan di MT KPBS

    (Tabel 6).

  • 19

    Tabel 6. Jadwal Kerja Karyawan MT KPBS Pangalengan

    Pagi Siang Malam No.

    Bagian Masuk Keluar Masuk Keluar Masuk Keluar

    1. Penerimaan 4.30 11.00 16.00 20.00

    2. Proses 4.30 12.30 13.00 23.00

    3. Cup 9.00 23.00

    4. Prepack 7.00 23.00

    5. Distribusi 7.00 12.30 13.00 17.00

    6. Gudang 6.00 14.00

    7. Bengkel 7.00 15.00

    8. Mesin dan Servis

    6.00 14.00 14.00 22.00 22.00 6.00

    9. Laboratorium 4.30 11.00 14.00 20.00

    10. Rumah Tangga

    5.30 15.00

    11. Satpam 6.00 14.00 14.00 22.00 22.00 6.00

    Sumber : KPBS Pangalengan (2007)

    Kesejahteraan Karyawan

    Kesejahteraan karyawan merupakan salah satu program yang dilakukan

    KPBS. KPBS Pangalengan memberikan beberapa fasilitas dalam rangka

    meningkatkan kesejahteraan karyawan, antara lain:

    Tunjangan Bebas. Setiap Karyawan KPBS diberikan tunjangan bebas. Bila suami

    istri menjadi karyawan KPBS, maka istri berhak atas tunjangan suami, namun suami

    tidak berhak atas tunjangan istri. Bagi istri yang suaminya bukan karyawan KPBS

    tidak berhak diberi tunjangan bebas.

    Tunjangan Jabatan. Beberapa karyawan yang memegang jabatan tertentu

    mendapatkan tunjangan jabatan. Besar kecilnya tunjangan jabatan yang didapatkan

    disesuaikan dengan jabatannya di KPBS (Manajer, Kepala Seksi, Koordinator

    KOMDA).

    Tunjangan Kesehatan. Seluruh karyawan mendapatkan tunjangan kesehatan yang

    besarnya tergantung dari jenis jabatannya.

    Tunjangan Istri dan Anak. Karyawan yang memiliki istri dan anak (anak kandung,

    anak tiri dan anak angkat) diberikan tunjangan bebas. Tunjangan bebas akan

  • 20

    diberikan hanya kepada istri dan maksimal tiga orang anak dengan ketentuan

    berumur tidak lebih dari 22 tahun, belum nikah serta belum mempunyai penghasilan.

    Tunjangan Transport. Tunjangan transport diberikan kepada karyawan yang

    besarnya berbeda-beda sesuai dengan aturan yang berlaku.

    Tunjangan Hari Raya. Tunjangan Hari Raya (THR) diberikan kepada setiap

    karyawan yang telah mempunyai masa kerja 1 tahun atau lebih dan besarnya

    disesuaikan dengan kemampuan KPBS.

    Tunjangan Hari Tua. KPBS akan memutuskan masa kerja dan memberikan

    tunjangan hari tua berupa santunan asuransi dan pesangon sesuai masa kerja kepada

    setiap karyawan yang telah berumur 50-55 tahun.

  • HASIL DAN PEMBAHASAN

    Milk Treatment KPBS merupakan salah satu koperasi yang bergerak di

    bidang pengelolaan susu, dengan produk utama susu pasteurisasi. Sistem pengelolaan

    yang dilakukan MT KPBS mengacu pada SOP yang telah ditentukan. Standard

    Operational Procedure (SOP) yang terdapat di MT KPBS meliputi SOP penerimaan

    bahan baku yang dilakukan dengan pengujian kualitas di laboratorium fisik dan

    mikrobiologi serta SOP proses. SOP yang terdapat di MT KPBS hanya secara umum

    yaitu dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Pemantauan SOP dapat

    dilakukan dengan menggunakan checklist untuk melihat kesesuaian penerapan SOP

    yang telah ada. Contoh form checklist pemantauan SOP penerimaan bahan baku susu

    segar tercantum pada Lampiran 4. Susu pasteurisasi yang dihasilkan MT KPBS akan

    berkualitas baik jika didukung dengan sistem yang ada. Sistem yang terdapat pada

    MT KPBS didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai serta teknik

    pengolahan yang benar.

    Sarana Produksi

    Bahan Baku Utama

    Bahan baku utama yang digunakan dalam proses pengolahan di MT KPBS

    Pengalengan adalah susu segar. Susu segar tersebut diperoleh dari peternak sapi

    perah yang dikumpulkan di TPK (Tempat Pelayanan Koperasi) yang dibimbing oleh

    pihak MT KPBS Pengalengan. Susu segar yang diterima akan melewati uji kualitas

    yang dilakukan didalam laboratorium MT KPBS sebelum memasuki tahapan proses

    produksi. Standar yang digunakan MT KPBS untuk susu segar sesuai dengan Dewan

    Standardisasi Nasional (1992) yaitu susu segar merupakan cairan yang berasal dari

    ambing sapi sehat yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, tidak

    mengalami penambahan atau pengurangan suatu komponen apapun dan tidak

    mengalami pemanasan. Penerapan SOP pada bahan baku utama yaitu penerimaan

    susu segar dari TPK, yang kemudian dilakukan pengujian fisik dan mikrobiologi

    untuk mengetahui kualitas susu segar yang diterima. Standar syarat susu segar yang

    diterima MT KPBS tercantum pada Lampiran 5. Kualitas susu segar yang diterima

    MT KPBS kadang-kadang berkualitas rendah atau tidak sesuai dengan syarat yang

    ditetapkan. Tindakan yang dilakukan MT KPBS jika kualitas tidak sesuai adalah

  • 22

    tetap diterima dan dicampur dengan anggota TPK lain, sehingga penolakan susu

    segar oleh MT KPBS hanya dilakukan 10%. Tindakan tersebut dilakukan oleh

    personil petugas laboratorium yang melakukan pengujian fisik. Monitoring dan

    Recording dilakukan pada setiap susu segar yang diterima dari TPK yang dilakukan

    oleh pekerja MT KPBS.

    Bahan Baku Penunjang

    Bahan baku penunjang memiliki peran yang cukup penting dalam proses

    pasteurisasi setelah bahan baku utama. Bahan baku penunjang tersebut yang terdapat

    di MT KPBS meliputi gula pasir, flavor, pewarna, coklat bubuk dan stabilizer.

    Penambahan bahan penunjang ini bertujuan untuk membedakan antara susu

    pasteurisasi tawar dengan susu pasteurisasi rasa dalam hal warna dan cita rasa, selain

    itu bahan baku penunjang ini dapat meningkatkan mutu produk. Hal ini juga

    diperkuat oleh Winarno et al. (1994) yang menyatakan bahwa bahan penunjang atau

    bahan tambahan yang digunakan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan

    untuk meningkatkan mutu. Penerapan SOP yang terdapat pada bahan baku

    penunjang MT KPBS yaitu hanya dilakukan penerimaan bahan penunjang dari

    supplier yang tanpa pengujian kualitas. Sertifikat dan standar bahan tambahan tidak

    terdapat di MT KPBS. Monitoring dan recording dilakukan setiap penerimaaan

    bahan penunjang yang dilakukan oleh Quality Control (QC).

    Peralatan Produksi

    Peralatan produksi yang dimiliki oleh MT KPBS meliputi lactoscan, milk

    reception scale, milk reception vat, plate cooler, milk storage tank, milk storage tank

    flavour, mixing tank, auto mixing tank, balance tank, Plate Heat Exchanger (PHE),

    homogenizer. MT KPBS memiliki peralatan pengemas berupa mesin filling, auto cup

    sealer machine dan mesin pengemas prepack. Peralatan sanitasi yang digunakan

    berupa tangki air serta peralatan untuk Cleaning In Place (CIP). Langkah-langkah

    pencucian dengn metode CIP ini terdiri atas tiga tahap yaitu: 1) seluruh peralatan

    dibilas dengan air biasa selama 10 menit atau sampai tidak ada air susu; 2) pencucian

    dilakukan secara sirkulasi udara dengan larutan caustic soda pda suhu 80oC selama

    30 menit; dan 3) pembilasan dengan air panas selama 30 menit. Peralatan yang lain

    adalah boiler, gitzer dan cooling box. SOP pada peralatan produksi meliputi cara

    penggunaan alat, sanitasi, monitoring, recording dan penanggungjawab.

  • 23

    Lactoscan. Lactoscan merupakan mesin yang digunakan untuk menguji kualitas susu

    secara otomatis. Cara penggunaan Lactoscan yaitu sampel susu yang akan diuji

    ditempatkan dalam wadah sampel, susu harus diaduk agar homogen. Sampel

    ditempatkan pada lactoscan, kemudian dimasukkan ke pipa penghisap yang terdapat

    pada bagian depan alat. Lactoscan akan menghisap sampel susu untuk dianalisis

    secara otomatis. Hasil pengujian ini berupa rekaman hasil anlisis yang tertulis dalam

    kertas yang dikeluarkan oleh mesin setelah melakukan analisis terhadap sampel susu

    selama kurang lebih 1 menit 20 detik. Hasil yang ditampilkan berupa nilai,

    diantaranya suhu susu, fat (lemak), SNF (Solid Non Fat), protein, laktosa, persentase

    penambahan air dan titik beku susu. Sanitasi yang dilakukan pada lactoscan yaitu

    menggunakan air panas yang diletakkan pada pipa penghisap. Monitoring dan

    recording tidak dilakukan secara rutin, hanya dilakukan ketika terjadi masalah atau

    gangguan pada lactoscan. Kalibrasi alat dilakukan dengan menggunakan air panas

    yang diletakkan pada pipa penghisap kemudian perbaikan pada tombol yang tertera

    di lactoscan hingga terdapat hasil yang sesuai. Penanggung jawab lactoscan adalah

    pekerja MT KPBS yang terdapat di laboratorium fisik.

    Gambar 3. Lactoscan (KPBS, 2007)

    Milk Reception Scale (Bak Penimbang). Alat ini berfungsi untuk menimbang susu

    segar yang masuk dari mobil tangki dalam satuan kilogram. Alat ini menggunakan

    cara perhitungan digital yang dilengkapi dengan komputer sebagai pencatatan. Cara

    penggunaan alat ini adalah susu segar dialirkan menuju bak timbangan melalui

    selang yang dilengkapi dengan saringan nilon yang berfungsi untuk menyaring susu

    dari kotoran. Alat ini berkapasitas 500 kg, yang disedot dengan menggunakan pompa

    sentrifugal dengan kecepatan 490 kg selama 15 menit. Sanitasi pada milk reception

    scale dilakukan dengan cara manual cleaning system, yaitu dengan melepaskan

  • 24

    bagian-bagian alat, kemudian dicuci dengan cara disikat atau menggunakan spon

    serta ditambahkan tipol secukupnya yang dicampur dengan air. Monitoring dan

    recording yaitu tidak dilakukan secara rutin hanya dilakukan ketika terjadi

    kerusakan alat. Kalibrasi alat dilakukan hanya dengan membersihkan bak

    penimbang dengan air hingga kondisi normal kembali. Penanggung jawab alat ini

    adalah pekerja MT KPBS pada bagian Milk Reception Scale.

    Gambar 4a. Milk Reception Scale b. Pompa Sentifugal Milk Reception Vat (Bak Penampung). Milk reception vat adalah alat untuk

    menampung sementara susu, setelah susu ditimbang dan sebelum susu dialirkan ke

    plate cooler. Alat ini berkapasitas 750 kg dan dilengkapi dengan saringan nilon dan

    pompa sentrifugal. Alat ini terbuat dari stainless steel dan bekerja pada suhu 27oC

    dan tekanan 1 atm yang memiliki dimensi panjang, lebar, dan tinggi yaitu 1,8 meter,

    1 meter, dan 0,4 meter. Sanitasi pada milk reception vat dilakukan dengan cara

    manual cleaning system, yaitu dengan melepaskan bagian-bagian alat, kemudian

    dicuci dengan cara disikat atau menggunakan spon serta ditambahkan tipol

    secukupnya yang dicampur dengan air. Monitoring dan recording tidak dilakukan

    secara rutin. Penanggung jawab alat ini adalah seorang pekerja MT KPBS pada

    bagian milk reception vat yang sesuai jadwal kerja.

    Gambar 5. Milk Reception Vat (KPBS, 2007)

  • 25

    Plate Cooler. Plate cooler berfungsi untuk mendinginkan susu hingga suhunya

    mencapai 2-4oC. Prinsip kerja alat ini adalah adanya pindah panas dari dua fluida

    yang berbeda pada dua sisi lempeng berlawanan yaitu lempeng yang berisi air dingin

    ke lempeng yang berisi susu yang suhunya lebih tinggi sehingga menyebabkan

    terjadinya penurunan suhu susu yaitu 27,5-30oC. Alat ini berkapasitas 3000 liter/jam

    dan dilengkapi dengan termometer, barometer dan pompa. Sanitasi plate cooler

    adalah dengan sistem cleaning in place. Metode ini dilakukan dengan cara pencucian

    dengan mengalirkan larutan detergen dan air pencuci pada permukaan yang

    dibersihkan. Bahan yang digunakan yaitu larutan caustic soda 0,7%. Monitoring dan

    recording tidak dilakukan secara rutin. Penanggung jawab alat ini adalah pekerja MT

    KPBS pada bagian plate cooler sesuai jadwal kerja.

    Gambar 6. Plate Cooler (KPBS, 2007)

    Milk Storage Tank dan Milk Storage Tank Flavor. Milk storage tank merupakan

    tangki penampungan susu sementara yang bersuhu 4oC. Milk Treatment (MT) KPBS

    mempunyai 2 unit Milk storage tank yang berbentuk silinder dengan kapasitas

    50.000 liter dan 3 unit Milk storage tank flavour, 2 unit berkapasitas 20.000 liter dan

    1 unit berkapasitas 8.500 liter. Fungsi tangki penampungan ini adalah untuk

    mempertahankan suhu susu serta menjaga susu agar tidak terkontaminasi dengan

    udara luar. Sanitasi storage tank adalah dengan sistem cleaning in place. Metode ini

    dilakukan dengan cara pencucian dengan mengalirkan larutan detergen dan air

    pencuci pada permukaan yang dibersihkan. Bahan yang digunakan yaitu larutan

    caustic soda 0,7%. Monitoring dan recording dilakukan satu minggu atau satu bulan

    sekali pada keadaan tertentu. Penanggung jawab alat ini adalah pekerja MT KPBS

    pada bagian plate cooler.

  • 26

    Gambar 7a. Milk Storage Tank b. Milk Storage Tank Flavor

    Mixing Tank. Alat ini berfungsi untuk mencampur susu yang telah dipanaskan di

    PHE dengan gula dan bahan penunjang lainnya yang digunakan untuk membuat susu

    rasa. Mixing tank ini dihubungkan dengan PHE yang digunakan untuk pemanasan

    susu. Pengadukan dilakukan dengan cara manual oleh operator dengan menggunakan

    pengaduk stainless. Fungsi dari alat ini untuk membantu dan mempercepat proses

    pencampuran bahan. Mixing tank berkapasitas 2000 liter. Sanitasi yang dilakukan

    pada mixing tank yaitu dengan cara manual cleaning system. Manual cleaning

    dilakukan dengan melepaskan bagian-bagian alat kemudian dicuci dengan cara

    disikat atau spon seta ditambahakan tipol secukupnya yang dicampur dengan air.

    Monitoring dan recording hanya dilakukan ketika alat terjadi kerusakan, tidak

    dilakukan secara rutin. Penanggung jawab alat ini adalah pekerja MT KPBS pada

    bagian proses produksi.

    Gambar 8. Mixing Tank (KPBS, 2007)

    Balance Tank. Balance tank merupakan tangki yang berfungsi untuk mengatur

    keseimbangan aliran dan tekanan air susu yang masuk dalam PHE selama proses

    pasteurisasi berlangsung, sehingga aliran dapat berjalan secara kontinyu. Tangki ini

    dilengkapi dengan alat sensor yang berupa pelampung yang akan mengatur secara

  • 27

    otomatis jumlah susu yang berada dalam tangki. Tangki ini berkapasitas 300 liter

    dengan kondisi proses berada pada suhu 27oC dengan tekanan 1 atm, utilitas dan

    instrumentasi yang digunakan berupa listrik dan bola pelampung. Sanitasi yang

    dilakukan pada balance tank yaitu dengan cara manual cleaning system. Manual

    cleaning dilakukan dengan melepaskan bagian-bagian alat kemudian dicuci dengan

    cara disikat atau spon seta ditambahakan tipol secukupnya yang dicampur dengan

    air. Monitoring dan recording hanya dilakukan ketika alat terjadi kerusakan, tidak

    dilakukan secara rutin. Penanggung jawab alat ini adalah pekerja MT KPBS pada

    bagian balance tank.

    Gambar 9. Balance Tank (KPBS, 2007)

    Plate Heat Exchanger (PHE). Plate Heat Exchanger (PHE) adalah plate persegi

    yang tebuat dari logam stainless steel yang saling berhimpit dalam bagian yang

    sama. Alat ini befungsi untuk memanaskan suhu susu sampai 82oC selama 15 detik,

    setelah itu didinginkan secara perlahan sampai suhu susu mencapai 4oC. Hal ini

    sesuai dengan pendapat Buckle et al. (1987) bahwa pada proses pasteurisasi

    menggunakan alat pemanas yang berbentuk lempengan plate type heat exchanger.

    Plate Heat Exchanger (PHE) memiliki empat bagian utama yang terdiri dari

    Regeneratif I, Regeneratif II, Chiller I dan Chiller II. Prinsip kerja PHE adalah susu

    yang berasal dari balance tank masuk pada regeneratif I yang akan bersinggungan

    dengan air panas (85oC) kemudian susu tersebut masuk lagi ke regeneratif II dan

    bersinggungan dengan air panas (85oC), pada regeneratif II susu akan mengalami

    pasteurisasi dengan suhu 82oC selama 15 detik. Proses pendinginan di chiller I

    mencapai suhu 21oC dengan bersinggungan dengan air dingin bersuhu 0oC,

    kemudian menuju chiller II mencapai suhu 4oC dengan bersinggungan dengan air

    dingin bersuhu 0oC. Alat ini berkapasitas 5000 liter/jam dengan dilengkapi pompa

  • 28

    hisap dan flow diversion valve (klep pengatur suhu). Sanitasi plate heat exchanger

    adalah dengan sistem cleaning in place. Metode ini dilakukan dengan cara pencucian

    dengan mengalirkan larutan detergen dan air pencuci pada permukaan yang

    dibersihkan. Bahan yang digunakan yaitu larutan caustic soda 0.7%. Monitoring dan

    recording tidak dilakukan secara rutin, hanya terjadi kerusakan. Penanggung jawab

    alat ini adalah pekerja MT KPBS pada bagian plate heat exchanger. Kalibrasi alat

    pada PHE adalah dengan menggunakan termometer dan waktu yang disediakan

    hingga suhu dan waktu dapat kembali normal. Kalibrasi alat tidak dilakukan secara

    rutin oleh MT KPBS.

    Gambar 10. Plate Heat Exchanger (KPBS, 2007)

    Homogenizer. Homogenizer adalah alat yang digunakan untuk memperkecil dan

    menyeragamkan globula lemak 1000-1500 psi (pound per square inchi) sehingga

    butiran lemak yang homogen dengan rata-rata berukuran 2 mikron dan dilakukan

    selama 5 detik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadiwiyoto (1983) bahwa tujuan

    homogenisasi susu adalah untuk menyeragamkan globula lemak susu. Prinsip kerja

    alat ini yaitu susu dengan suhu 70oC masuk melalui pipa ke homogenizer dan akan

    membentur suatu bidang dengan lubang-lubang kecil dengan tekanan kurang lebih

    1000-1500 psi, sehingga globula-globula lemak yang berukuran besar akan pecah

    menjadi beberapa globula-globula lemak yang berukuran 2-4 mikron. Hal ini

    bertujuan supaya dalam setiap tetes susu mengandung lemak yang sama besar.

    Setelah itu susu mendapatkan tekanan yang kedua yaitu 500 psi yang berfungsi

    supaya susu yang telah berkuran 2-4 mikron dan seragam tadi tidak mengalami

    penggumpalan sehingga lemak susu dapat tersebar dan diperoleh susu yang stabil.

    Hal ini sesuai dengan pendapat Hadiwiyoto (1983) bahwa prinsip kerja homogenizer

    adalah susu dilakukan penekanan melalui lubang kecil, kemudian setelah keluar akan

  • 29

    menghantam pada suatu bidang yang keras maka globula-globula lemak yang

    berukuran besar akan pecah menjadi beberapa globula lemak yang kecil. Sanitasi

    homogenizer adalah dengan sistem cleaning in place. Metode ini dilakukan dengan

    cara pencucian dengan mengalirkan larutan detergen dan air pencuci pada permukaan

    yang dibersihkan. Bahan yang digunakan yaitu larutan caustic soda 0,7%.

    Monitoring dan recording tidak dilakukan secara rutin. Penanggung jawab alat ini

    adalah pekerja MT KPBS pada bagian homogenizer.

    Gambar 11. Homogenizer

    Boiler. Alat ini berfungsi untuk menghasilkan uap air atau air panas. Boiler ini

    terbuat dari baja tuang dan berkapasitas 500 kg uap per jam. Prinsip kerja alat ini

    adalah mengalirkan sejumlah air ke dalam ketel uap (boiler) yang kemudian air akan

    diolah menggunakan elemen-elemen listrik menjadi uap panas bersuhu 170oC

    dengan tekanan 1 atm, selanjutnya uap tersebut akan mengalir melalui sistem

    perpipaan ke instansi yang memerlukan.

    Gitzer. Gitzer berfungsi membuat air dingin. Prinsip kerja alat ini adalah

    mendinginkan air oleh gas freon 22 sehingga terjadi kondensasi, dimana gas yang

    terbentuk dipompa ke dalam kondensator. Alat ini dilengkapi dengan kondensator,

    evaporator dan bak penampung air.

    Filling Machine. Filling machine digunakan untuk membentuk seal kemasan dan

    mengisi susu pasteurisasi rasa yang jumlahnya telah diatur pada mesin pengemas

    melalui gaya hidrolik dan panas yang dihasilkan. Filling machine ini terdapat sinar

    ultraviolet yang berfungsi mensterilkan mikroorganisme yang terdapat dalam cup

    dan mengeringkan cup yang terkena air. Monitoring untuk sinar UV tidak dilakukan

    secara berkala, sehingga kemungkinan bahaya biologi dapat terjadi. Radiasi

  • 30

    ultraungu (sering disingkat UV, dari bahasa Inggris: ultraviolet) adalah radiasi

    elektromagnetis terhadap panjang gelombang yang lebih pendek dari daerah dengan

    sinar tampak, namun lebih panjang dari sinar-X yang kecil (Wikipedia, 2004). Filling

    machine berkemampuan menghasilkan 5000 cup/jam untuk ukuran 160 ml. Kalibrasi

    alat filling machine di MT KPBS tidak dilakukan hanya dilakukan sanitasi. Sanitasi

    filling machine adalah dengan sistem cleaning in place. Metode ini dilakukan dengan

    cara pencucian dengan mengalirkan larutan detergen dan air pencuci pada permukaan

    yang dibersihkan. Bahan yang digunakan yaitu larutan caustic soda 0,7%.

    Monitoring dan recording dilakukan satu bulan atau satu minggu sekali pada

    keadaan tertentu. Penanggung jawab alat ini adalah pekerja MT KPBS pada bagian

    filling machine.

    Gambar 12. Filling Machine (KPBS, 2007)

    Prepack Machine. Fungsi prepack machine adalah untuk mengemas susu

    pasteurisasi murni. Perekat plastik kemasan dengan menggunakan elemen panas dan

    pengisian susu secara otomatis pemotong dan penutup juga menggunakan elemen

    panas. Alat ini berkapasitas 1000 buah/jam untuk ukuran 500 ml. Sanitasi prepack

    machine adalah dengan sistem cleaning in place. Metode ini dilakukan dengan cara

    pencucian dengan mengalirkan larutan detergen dan air pencuci pada permukaan

    yang dibersihkan. Bahan yang digunakan yaitu larutan caustic soda 0,7%.

    Monitoring dan recording tidak dilakukan secara rutin. Penanggung jawab alat ini

    adalah pekerja MT KPBS pada bagian prepack machine.

  • 31

    Gambar 13. Prepack Machine (KPBS, 2007)

    Proses Penanganan dan Pengolahan Susu

    Proses produksi yang dilakukan di MT KPBS mengacu pada SOP yang telah

    ditetapkan. Standard Operational Procedure (SOP) tersebut dibuat dengan tujuan

    untuk menghasilkan produk olahan susu yang aman dan halal. MT KPBS

    memproduksi susu pasteurisasi sesuai dengan pemesanan. Pemasaran yang dilakukan

    MT KPBS disalurkan melalui distributor yang tersebar di wilayah Jawa Barat,

    meliputi Bandung, Bogor, Jakarta Barat dan Timur, Sukabumi, Purwakarta, Cirebon

    serta Ciamis.

    Produk yang dipasarkan oleh MT KPBS dibedakan menjadi produk susu

    pasteurisasi rasa dan non rasa, yang mempunyai tahapan proses pengolahan yang

    berbeda pula. Tahap penanganan susu yang dilakukan di MT KPBS meliputi

    penerimaan bahan baku, proses produksi, pengemasan dan distribusi. Penanganan

    susu dilakukan oleh masing-masing pekerja sesuai dengan bagiannya. Tahap proses

    pengolahan susu meliputi tahap proses susu pra pasteurisasi (dingin), proses susu

    pasteurisasi tanpa rasa, dan susu pasteurisasi rasa.

    Penanganan Susu

    Penanganan susu MT KPBS terbagi atas penerimaan bahan baku, poses

    produksi, pegemasan dan distribusi. Proses penerimaan dilakukan terhadap susu yang

    berasal dari TPK yang dinyatakan diterima melalui pengujian yang dilakukan. Selain

    proses pengujian di TPK, pengujian juga dilakukan di laboratorium MT KPBS.

    Proses produksi MT KPBS dilakukan untuk menghasilkan susu pasteurisasi tanpa

    rasa dan susu pasteurisasi rasa. Pengemasan dilakukan di ruang terpisah setelah susu

  • 32

    melalui tahap pengolahan. Kemasan yang digunakan adalah polyethilene untuk susu

    pasteurisasi tanpa rasa (prepack) dan polyprophylene untuk susu pasteurisasi rasa

    (cup).

    Tahap Proses Pengolahan Susu Pra Pasteurisasi (Susu Dingin)

    Proses produksi susu pra pasteurisasi (susu dingin) diawali dengan pengujian

    kualitas susu segar, kemudian di ruang penerimaan susu dialirkan pada milk

    reception scale untuk dilakukan penimbangan setelah itu susu disaring dan

    ditampung pada milk reception vat. Setelah dari ruang penerimaan, susu dialirkan ke

    plate cooler. Susu yang terdapat dalam plate cooler didinginkan hingga mencapai

    suhu 4oC, plate cooler ini terdiri dari 2 lempeng logam yaitu lempeng untuk

    mengalirkan air dingin yang bersuhu 0 1oC, keduanya dialirkan secara berlawanan

    pada waktu yang bersamaan. Didalam plate cooler ini terjadi proses pindah panas

    antara susu dan air dingin. Susu yang telah didinginkan dalam plate cooler kemudian

    dialirkan ke milk storage tank (tangki penyimpanan).

    Tahap Proses Pengolahan Susu Pasteurisasi Tanpa Rasa

    Proses pengolahan susu pasteurisasi tanpa rasa berasal dari susu dingin yang

    telah disediakan dalam milk storage tank. Setelah itu, proses pasteurisasi susu tanpa

    rasa yang dilakukan di MT KPBS melalui 4 tahap, yaitu pemanasan awal,

    homogenisasi, pasteurisasi, dan pendinginan.

    a. Pemanasan awal

    Pemanasan awal dimulai dengan susu dingin yang dialirkan dari balance tank

    menuju PHE, dimana dalam PHE terjadi proses persinggungan antara lempengan

    yang berisi susu dengan lempengan yang berisi air panas yang bersuhu 85oC,

    sehingga terjadi pertukaran panas yang menyebabkan suhu susu berubah dari 4oC

    menjadi 60-70oC, pemanasan awal ini berlangsung selama 15 detik.

    b. Homogenisasi

    Susu yang telah mengalami pemanasan awal kemudian dialirkan ke dalam

    homogenizer. Tahap ini berfungsi untuk mendapatkan susu dengan butiran-butiran

    lemak yang bentuknya seragam.

    c. Pasteurisasi

  • 33

    Susu yang telah dihomogenisasi dialirkan kembali ke PHE untuk proses

    pasteurisasi. Proses pasteurisasi dilakukan dengan cara pemanasan susu hingga suhu

    susu mencapai 82oC selama 15 detik. Susu pasteurisasi dikontrol oleh alat Flow

    Diversion Valve yang bekerja secara otomatis. Bila suhu susu kurang dari 80oC

    maka susu akan dialirkan kembali menuju PHE untuk dipasteurisasi ulang,

    sedangkan susu yang sudah mencapai suhu 82oC akan langsung mengalami proses

    pendinginan.

    d. Pendinginan

    Tahap terakhir proses pasteurisasi yaitu pendinginan di dalam PHE yang akan

    terjadi penurunan suhu susu pasteurisasi secara bertahap yaitu dari suhu 82oC akan

    menjadi 2-4oC. Hal ini terjadi karena susu pasteurisasi bersilangan dengan susu

    dingin (susu yang dialirkan dari storage tank), dan sebaliknya suhu susu dingin akan

    meningkat menjadi 60-70oC, sedangkan suhu susu pasteurisasi menurun menjadi 18-

    21oC yang selanjutnya susu pasteurisasi masuk ke plate cooler hingga suhu susu

    menjadi 2-4oC.

    Tahap Proses Pengolahan Susu Pasteurisasi Rasa

    Proses pembuatan susu pasteurisasi rasa ini hampir sama dengan susu pasteurisasi

    tanpa rasa, hanya saja perbedaannya terletak pada proses pemanasan awal dan proses

    pencampuran. Tahap-tahap proses pembuatan susu pasteurisasi rasa setelah dari susu

    dingin yang telah disediakan dalam milk storage tank antara lain pemanasan,

    pencampuran (mixing), pemanasan awal, homogenisasi, pasteurisasi, dan

    pendinginan.

    a. Pemanasan

    Susu dari tangki penyimpanan dialirkan dalam PHE hingga suhu susu

    mencapai 40-60oC. Setelah itu, susu dialirkan pada tangki untuk dilakukan

    penambahan gula. Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk mempercepat proses

    pelarutan gula.

    b. Pencampuran (Mixing)

    Susu yang telah dicampur dengan gula dialirkan menuju tangki pencampuran

    yang dilengkapi dengan alat pengaduk untuk dilakukan pencampuran formulasi

    seperti stabilizer, flavor, coklat bubuk dan pewarna. Setelah proses pencampuran

  • 34

    selesai maka tahapan selanjutnya adalah seperti proses pengolahan susu pasteurisasi

    tanpa rasa.

    c. Pemanasan

    Pemanasan awal dimulai dengan susu yang telah dilakukan pencampuran

    bahan tambahan dialirkan dari balance tank menuju PHE, dimana dalam PHE terjadi

    proses persinggungan antara lempengan yang berisi susu dengan lempengan yang

    berisi air panas yang bersuhu 85oC, sehingga terjadi pertukaran panas yang

    menyebabkan suhu susu berubah dari 4oC menjadi 60-70oC, pemanasan kedua ini

    berlangsung selama 15 detik.

    c. Homogenisasi

    Susu yang telah mengalami pemanasan awal kemudian dialirkan ke dalam

    homogenizer. Tahap ini berfungsi untuk mendapatkan susu dengan butiran-butiran

    lemak yang bentuknya seragam.

    d. Pasteurisasi

    Susu yang telah dihomogenisasi dialirkan kembali ke PHE untuk proses

    pasteurisasi. Proses pasteurisasi dilakukan dengan cara pemanasan susu hingga suhu

    susu mencapai 82oC selama 15 detik. Susu pasteurisasi dikontrol oleh alat Flow

    Dispertion Valve yang bekerja secara otomatis. Bila suhu susu kurang dari 80oC

    maka susu akan dialirkan kembali menuju PHE untuk dipasteurisasi ulang,

    sedangkan susu yang sudah mencapai suhu 82oC akan langsung mengalami proses

    pendinginan.

    e. Pendinginan

    Tahap terakhir proses pasteurisasi yaitu pendinginan di dalam PHE yang akan

    terjadi penurunan suhu susu pasteurisasi secara bertahap yaitu dari suhu 82oC akan

    menjadi 2-4oC. Hal ini terjadi karena susu pasteurisasi bersilangan dengan susu

    dingin (susu yang dialirkan dari storage tank), dan sebaliknya suhu susu dingin akan

    meningkat menjadi 60-70oC, sedangkan suhu susu pasteurisasi menurun menjadi 18-

    21oC yang selanjutnya susu pasteurisasi masuk ke plate cooler hingga suhu susu

    menjadi 2-4oC.

    Rencana Kerja Jaminan Mutu (RKJM) HACCP

  • 35

    Dokumen RKJM merupakan Rencana HACCP atau Quality Assurance Plan

    (QAP) atau panduan mutu bagi suatu unit usaha agribisnis yang bermaksud mulai

    menerapkan sistem HACCP yang sesuai dengan SNI 01-4852-1998. MT KPBS

    merupakan koperasi yang bergerak dalam bidang produk olahan susu, yang akan

    merencanakan penyusunan HACCP untuk menjamin keamanan produknya. Rencana

    Kerja Jaminan Mutu (RKJM) merupakan tahapan awal yang harus dilakukan MT

    KPBS untuk menyusun rencana HACCP. Rencana Kerja Jaminan Mutu (RKJM)

    menguraikan sistem dan dokumen cara penerapan sistem dalam unit usaha agribisnis

    yang mencakup Persyaratan dasar (Pre-requisite), Prinsip-prinsip HACCP, dan

    Program umum manajemen mutu. Penyusunan RKJM HACCP yang dilakukan pada

    MT KPBS Pengalengan Bandung meliputi kebijakan mutu, organisasi, deskripsi

    produk, persyaratan dasar, diagram alir proses, analisa bahaya dan tindakan

    pencegahan, penetapan CCP, penetapan batas kritis, penetapan tindakan koreksi,

    penetapan prosedur verifikasi dan penetapan prosedur pencatatan.

    1. Kebijakan Mutu Kebijakan mutu yang dimiliki oleh Koperasi Peternakan Bandung Selatan

    adalah menjadi koperasi yang amaliah, modern, sehat usaha dan sehat mental serta

    unggul dalam tingkat regional dan nasional. Adapun misinya adalah:

    1) taat dan patuh terhadap Pancasila, UUD 1945, Undang-Undang

    Perkoperasian serta peraturan pelaksanaannya, Peraturan Perundang-

    undangan lain yang berlaku dan melaksanakan amanah keputusan Rapat

    Anggota;

    2) memotivasi anggota secara mandiri untuk meningkatkan harkat derajat

    sendiri, sekaligus mengangkat citra perkoperasian;

    3) meningkatkan kompetensi sumber daya koperasi;

    4) melaksanakan Tata Kelola Operasional dengan baik, efektif dan efisien;

    5) mengimplementasikan inovasi, ilmu pengetahuan serta teknologi yang tepat.

    MT KPBS berkomitmen untuk merancang HACCP dalam lingkungan produksinya

    untuk memenuhi hal ini.

    2. Organisasi Badan usaha yang akan menerapkan sistem HACCP secara konsisten harus

    membuat organisasi dalam organissi kelompok yang bertanggung jawab terhadap

  • 36

    pengendalian mutu. Ha-hal yang perlu dijelaskan dalam elemen organisasi adalah

    struktur organisasi, tim HACCP dan identitas unit usaha.

    a) Struktur Organisasi

    Struktur Organisasi menyajikan bagan organisasi atau diagram yang

    menunjukkan garis wewenang dan penetapan fungsi. Atas pemintaan perusahaan,

    struktur organisasi akan dilakukan penyusunan sendiri oleh pihak perusahaan.

    b) Tim HACCP

    Tim HACCP di MT KPBS belum terbentuk sehingga keinginan perusahaan

    untuk lebih meningkatkan keamanan pangan masih menghadapi kendala.

    Perkembangan yang terjadi saat ini, tim HACCP sangat diperlukan dalam

    pelaksanaan HACCP di perusahaan. Oleh karena itu, belum adanya tim HACCP di

    MT KPBS merupakan hal yang harus dipertimbangkan lagi, agar rencana HACCP

    dapat berjalan dengan optimal. Lampiran 7 merupakan contoh penyusunan tim

    HACCP sesuai pegawai MT KPBS yang dilakukan oleh penyusun.

    c) Identitas Unit Usaha

    Identitas atau data umum unit diperlukan untuk mengenali unit usaha

    tersebut. Adapun identitas yang dimiliki MT KPBS adalah:

    Nama Unit Usaha : Milk Treatment (MT) KPBS

    Alamat : Jl. Koperasi No.1 Kecamatan

    Pengalengan, Bandung.

    Nomor Telp./fax :

    (022)5979362/(022)5979373

    Penanggung jawab : Ir. Faizal N. Wirasasmita

    Produksi

    3. Deskripsi Produk Sistem HACCP akan lebih baik, jika diterapkan pada tahap proses atau

    produk yang spesifik. Deskripsi produk merupakan keterangan yang berisikan

    seluruh jenis produk akhir unit usaha yang dicakup dalam program HACCP. Adanya

    pendiskripsian produk tersebut diharapkan penanganan terhadap produk dapat

  • 37

    dikontrol dengan baik sehingga akan menghasilkan produk akhir yang aman pangan.

    Dasar yang digunakan dalam mengidentifikasi rencana penggunaan produk adalah

    harapan konsumen untuk menggunakan produk (misalnya siap saji dan perlu

    dipanaskan terlebih dahulu) serta sasaran konsumen produk tersebut apakah

    masyarakat luas atau hanya untuk kelompok konsumen tertentu (kelompok populasi

    rentan). Deskripsi produk bertujuan untuk mengetahui jenis produk, komposisi

    produk, kondisi penyimpanan dan umur simpan, pengemasan, serta metode

    pendistribusian (BSN, 1998). Deskripsi produk susu pasteurisasi di MT KPBS

    Pengalengan dapat dilihat pada Tabel 7.

    Tabel 7. Deskripsi Produk

    Kriteria Keterangan Kategori Proses Produk Nama dagang/umum Komposisi Produk Cara produk digunakan Tipe Pengemasan Tanggal Kadaluarsa pada suhu berapa Model Penjualan (Wholesale/Retailer/Konsumen) Intruksi Pelabelan Cara Penanganan/ Transportasi Standar Susu Pasteurisasi Persyaratan Pelanggan

    Pasteurisasi Susu Segar Susu Pasteurisasi KPBS Pengalengan Susu murni, gula, stabilizer, flavour, pewarna Langsung dikonsumsi Prepack dengan ukuran 500 ml Cup dengan ukuran 160 ml 6 hari pada suhu 40C Retail Nama Unit Pengolahan, Logo KPBS, Daftar Angka Kecukupan Gizi, Volume Kemasan, Komposisi, Alamat Produk, Tanggal Kadaluarsa, Petunjuk Penggunaan dan Penyimpanan. Mobil boks yang dilengkapi dengan unit pendingin SNI 01-3951-1995 Umum

    No