tugas haccp 7
TRANSCRIPT
-
KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU
PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG
SKRIPSI
ELLYTA WIDIA PUTRI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
-
RINGKASAN
ELLYTA WIDIA PUTRI. D14204044. 2008. Kajian Awal Sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada Produksi Susu Pasteurisasi di Milk Treatment KPBS Pengalengan Bandung. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA
Pembimbing Anggota : Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi. Masalah keamanan pangan saat ini sedang mendapat perhatian khusus dari pemerintah, dikarenakan semakin meningkatnya kesadaran konsumen yang menginginkan untuk mendapatkan jaminan produk pangan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal). Walaupun anjuran pemerintah belum mewajibkan, namun penerapan sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), disambut baik oleh setiap industri pangan terutama dengan harapan untuk lebih dapat memperluas wilayah pemasaran produknya pada era globalisasi ini.
Penerapan sistem HACCP akan sangat bermanfaat baik bagi industri pangan maupun bagi konsumen. Manfaat sistem HACCP bagi industri pangan diantaranya yaitu meningkatkan kepercayaan konsumen, meningkatkan jaminan keamanan produk, mencegah kehilangan pasar, mencegah penarikan produk dan mencegah pemborosan biaya atau kerugian akibat masalah keamanan produk. Penerapan konsep HACCP, akan membentuk kepercayaan konsumen terhadap perusahaan yang memproduksi produk tersebut. Good Distribution Practices (GDP), Good Transporting Practices (GTP), Good Handling Practices (GHP) dan kepuasan konsumen merupakan sistem pendukung dalam penerapan HACCP. Milk Treatment (MT) KPBS merupakan salah satu koperasi yang bergerak dalam bidang pengolahan susu dengan produk utama susu pasteurisasi. Milk Treatment KPBS berusaha mempertahankan dan meningkatkan mutu produk susu pasteurisasi yang dihasilkan untuk bertahan dan bersaing di pasar. Upaya pengendalian dan peningkatan mutu, saat ini sedang dilakukan MT KPBS Pengalengan melalui penyusunan rencana sistem HACCP untuk menjamin keamanan produk yang dihasilkan dan meningkatkan kualitas produk susu pasteurisasi agar diterima dengan baik oleh konsumen. Kegiatan magang dilakukan di unit produksi dan pengolahan susu pasteurisasi MT KPBS selama dua bulan, dimulai dari tanggal 25 Juli 2007 hingga 25 September 2007. Kegiatan magang dilakukan melalui keikutsertaan secara aktif dalam unit pengolahan, observasi lapang, wawancara, pengumpulan data, evaluasi dan analisis data serta penetapan CCP pada setiap tahapan proses. Kegiatan dimulai dengan mempelajari keadaan umum MT KPBS meliputi lokasi dan tata letak, struktur organisasi, ketenagakerjaan dan produk-produk yang dihasilkan. Penilaian terhadap aspek mutu dan pengendalian mutu menggunakan prinsip HACCP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CCP di MT KPBS terdiri atas empat macam yaitu penerimaan bahan baku, pengujian kualitas, proses pasteurisasi dan pengemasan produk. Hal ini terkait dengan higienis pekerja yang belum menerapkan SOP (Standard Operating Procedure) dengan baik. Aplikasi GHP, GTP dan GDP di MT KPBS yang digunakan sebagai pendukung dalam penerapan HACCP juga belum
-
ii
diterapkan dengan baik. Selain itu, kepuasan konsumen juga masih kurang diperhatikan karena masih banyak konsumen merasa kecewa dengan produk susu pasteurisasi KPBS. Melihat kondisi yang demikian maka rencana MT KPBS untuk penyusunan HACCP bisa dikatakan belum siap. Oleh karena itu, untuk mempermudah proses penyusunan HACCP, MT KPBS diharapkan menerapkan SOP kepada pekerja lebih baik dan meminimalkan CCP. Aplikasi GHP, GTP, GDP dan kepuasan konsumen juga harus ditingkatkan sehingga membantu mempermudah dalam rencana penyusunan HACCP. Kepuasaan konsumen dapat diperbaiki dengan meminimalkan kekecewan konsumen dengan tindakan-tindakan koreksi. Kata-kata kunci : HACCP, susu pasteurisasi, GHP, GTP, GDP
-
ABSTRACT
Initiation Study of Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) System on Milk Pasteurization Production at Milk Treatment KPBS
Pengalengan Bandung
Putri E.W., R. R. A. Maheswari, and L. Cyrilla
Food safety is very important point in food industry. Recently, consumer needs to be sure in consuming safe foods. Application of HACCP system in food processing is one of various ways to obtain food safety assurance. Good Distribution Practices (GDP), Good Transporting Practices (GTP), Good Handling Practices (GHP) and consumer satisfaction is a requirement to support the application of HACCP system successfully. MT KPBS as a company on food industry is expected to produce guaranteed products which safe to eat. The objectives of this apprentice were study milk pasteurization production process and helping arrange process of Quality Assurance of Work Plan in order to obtain a HACCP certification plan on milk pasteurization products in MT KPBS by analyzed Good Distribution Practices (GDP), Good Transporting Practices (GTP), Good Handling Practices (GHP) and consumer satisfaction as support application of HACCP system. The study found that there were four CCP in production process of milk pasteurization have to be attend and the application GHP, GTP, GDP have not fully correct. These CCP were raw milk reception, quality testing, pasteurization process and packaging. MT KPBS is expected to give more attention especially SOP (Standard Operating Procedure) system for employee and has to reduce those CCP. Keywords: HACCP, pasteurization milk, GHP, GTP, GDP
-
KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU
PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG
ELLYTA WIDIA PUTRI
D14204044
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
-
KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU
PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG
Oleh :
ELLYTA WIDIA PUTRI
D14204044
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 12 Juni 2008
Pembimbing Utama
Dr. Ir. Rarah R. A. Maheswari, DEA NIP. 131 671 595
Pembimbing Anggota
Ir. Lucia Cyrilla ENSD, M.Si NIP. 131 760 916
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr. NIP. 131 955 531
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 9 Januari 1987 di Kendal, Jawa Tengah.
Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Ali Sartono dan
Ibu Tri Widanarti. Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 1998 di SDN 02
Boja, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SMPN
01 Boja dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di
SMU 01 Boja kabupaten Kendal.
Mulai tahun 2004 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi
Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa IPB). Selama mengikuti pendidikan, penulis
aktif di HIMPRO (Himpunan Profesi Mahasiswa Ilmu Produksi Ternak) pada
periode 2004-2005 dan 2005-2006, serta sebagai asisten praktikum mata kuliah Ilmu
Pengolahan Susu Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008.
Memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan,
penulis melaksanakan magang penelitian di Milk Treatment KPBS pada bulan Juli
hingga September tahun 2007. Hasil kegiatan magang penelitian telah dituangkan
dalam bentuk skripsi berjudul Kajian Awal Sistem Hazard Analysis Critical Control
Point (HACCP) pada Produksi Susu Pasteurisasi di Milk Treatment KPBS
Pengalengan Bandung, dibawah bimbingan Dr. Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA dan
Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi.
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia-Nya yang senantiasa menyertai penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan pada Nabi
Muhammad SAW dan keselamatan seluruh umat Islam.
Skripsi yang berjudul Kajian Awal Sistem Hazard Analysis Critical Control
Point (HACCP) pada Produksi Susu Pasteurisasi di Milk Treatment KPBS
Pengalengan Bandung ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Milk Treatment KPBS merupakan salah satu koperasi yang bergerak dalam
bidang pengolahan susu dengan produk utama susu pasteurisasi. Milk Treatment
(MT) KPBS berusaha mempertahankan dan meningkatkan mutu produk untuk
bertahan dan bersaing di pasar. Pengendalian mutu harus dilakukan terhadap bahan
baku, proses pembuatan maupun produk jadi susu pasteurisasi. Upaya pengendalian
dan peningkatan mutu, saat ini sedang dilakukan MT KPBS Pengalengan melalui
penyusunan rencana sistem HACCP untuk menjamin keamanan produk yang
dihasilkan, dan meningkatkan kualitas produk agar diterima oleh konsumen.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga
karya kecil ini dapat pula bermanfaat bagi praktisi, akademisi serta pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pembangunan peternakan.
Bogor, Juli 2008
Penulis
-
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .. i
ABSTRACT .. iii
RIWAYAT HIDUP .. iv
KATA PENGANTAR . v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN .. 1
Latar Belakang 1 Tujuan . 2
TINJAUAN PUSTAKA .. 3
Susu Segar ... 3 Komposisi Kimia Susu 3 Pasteurisasi Susu . 4 Sistem HACCP ... 5 Rencana Sistem HACCP . 9
Good Handling Practices 11 Good Transporting Practices 12
Good Distribution Practices . 12 Kepuasan Konsumen... 13
METODE ... 14
Lokasi dan Waktu ... 14 Materi . 14
Prosedur ... 14 Observasi Lapang .. 14
Wawancara dan Pengumpulan Data . 14 Evaluasi dan Analisis Data ... 14 Studi Pustaka .... 15 Data Primer ... 15
KEADAAN UMUM KOPERASI .. 16
Sejarah dan Perkembangan Koperasi .. 16 Lokasi dan Tata Letak Koperasi ...... 16 Struktur Organisasi Koperasi ... 17 Ketenagakerjaan... 18
-
vii
HASIL DAN PEMBAHASAN . 21
Sarana Produksi ... 21 Bahan Baku Utama. 21 Bahan Baku Penunjang... 22 Peralatan Produksi.. 22 Proses Penanganan dan Pengolahan Susu ... 31 Penanganan Susu 31
Tahap Proses Pengolahan Susu Pra Pasteurisasi (Susu Dingin) 32 Tahap Proses Pengolahan Susu Pasteurisasi Tanpa Rasa.. 32 Tahap Proses Pengolahan Susu Pasteurisasi Rasa 33 Rencana Kerja Jaminan Mutu .. 34 Kebijakan Mutu . 35 Organisasi ... 35 Deskripsi Produk ... 36 Persyaratan Dasar (pre-requisite) ... 37 Penerapan GMP 37 Penerapan SSOP... 38 Diagram Alir Proses ... 38 Analisa Bahaya dan Tindakan Pencegahan 42 Penetapan CCP ... 53 Penetapan Batas Kritis ... 58 Penetapan Prosedur Pemantauan ... 58 Penetapan Tindakan Koreksi .. 59 Penetapan Prosedur Verifikasi ... 59 Penetapan Prosedur Pencatatan . 59 Aplikasi Good Handling Practices .. 68 Aplikasi Good Transporting Practices 69 Aplikasi Good Distribution Practices . 75 Kepuasan Konsumen 77
KESIMPULAN DAN SARAN ... 79
Kesimpulan 79 Saran .. 80
UCAPAN TERIMA KASIH ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 82
LAMPIRAN . 85
-
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Standar Susu Segar (SNI 01-3141-1992) .. 3
2. Syarat Mutu Susu Pasteurisasi (SNI No. 01-3951-1995) 4
3. Tahapan Aplikasi Sistem HACCP 5
4. Karakteristik Resiko Bahaya........ 7
5. Kategori Resiko Bahaya....... 8
6. Jadwal Kerja Karyawan MT KPBS Pengalengan 19
7. Deskripsi Produk.. 37
8. Penerapan GMP di MT KPBS . 44
9. Penerapan SSOP di MT KPBS 46
10. Analisa Bahaya Proses Produksi Susu Pra Pasteurisasi ...... 48
11. Analisa Bahaya Proses Produksi Susu Pasteurisasi Tanpa Rasa.. 49
12. Analisa Bahaya Proses Produksi Susu Pasteurisasi Rasa 51
13. Penetapan Tingkat Resiko Produk... 42
14. CCP Bahan Mentah, Bahan Tambahan dan Bahan Penunjang.. 55
15. CCP Proses Pengolahan Susu Pra Pasteurisasi ......... 55
16. CCP Proses Pengolahan Susu Pasteurisasi Tanpa Rasa. 56
17. CCP Proses Pengolahan Susu Pasteurisasi Rasa .. 57
18. Rencana Kerja Pengendalian Mutu Bahan Mentah, Bahan Penunjang dan Bahan Tambahan.. 61
19. Rencana Kerja Pengendalian Mutu Proses Produksi Susu Pra Pasteurisasi di MTKPBS 62
20. Rencana Kerja Pengendalian Mutu Proses Produksi Susu Pasteurisasi Tanpa Rasa di MT KPBS. 64
21. Rencana Kerja Pengendalian Mutu Proses Produksi Susu Pasteurisasi Rasa di MT KPBS.... 66
22. Aplikasi Good Handling Practices di MT KPBS .... 68
23. Aplikasi Good Transporting Practices dari TPK ke MT KPBS.. 69
24. Aplikasi Good Transporting Practices dari MT KPBS ke Agen. 71
25. Aplikasi Good Transporting Practices dari Agen ke Pengecer 72
26. Aplikasi Good Distribution Practices di MT KPBS 75
-
ix
27. Rataan Kepuasan Konsumen terhadap Susu Pasteurisasi KPBS... 77
28. Penilaian Konsumen*) terhadap Susu Pasteurisasi KPBS............. 77
29. Susu Pasteurisasi KPBS yang Paling Disukai .. 78
30. Kekecewaan Konsumen pada Susu Pasteurisasi KPBS .... 78
-
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Matriks Penentuan Resiko 7
2. Struktur Organisasi MT KPBS . 17
3. Lactoscan .. 23
4. a. Milk Reception Scale 24
b. Pompa Sentrifugal 24
5. Milk Reception Vat ... 24
6. Plate Cooler.. 25
7. a. Milk Storage Tank. 26
b. Milk Storage Tank Flavor. 26
8. Mixing Tank.. 26
9. Balance Tank. 27
10. Plate Heat Exchanger (PHE) 28
11. Homogenizer 29
12. Filling Machine 30
13. Prepack Machine.. 31
14. Diagram Alir Produk Susu Dingin ... 39
15. Diagram Alir Proses Produksi Susu Pasteurisasi Tanpa Rasa 40
16. Diagram Alir Proses Produksi Susu Pasterisasi Rasa... 41
-
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Denah Milk Treatment KPBS ... 86
2. SOP Penerimaan Bahan Baku MT KPBS 87
3. SOP Proses Pengolahan MT KPBS . 88
4. Contoh Form Checklist Monitoring SOP Penerimaan
Bahan Baku Susu Segar .. 89
5. Syarat Mutu Susu Segar MT KPBS . 93
6. Standar Susu Segar (SNI 01-3141-1992) 93
7. Contoh Penyusunan Tim HACCP MT KPBS .. 94
8. CCP Decision Tree untuk Bahan Mentah ... 95
9. CCP Decision Tree untuk Proses Pengolahan .. 96
10. Kuisioner
Kepuasan Konsumen 97
-
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Era perdagangan bebas menyebabkan tingkat kompetisi atau persaingan di
bidang ekonomi antar negara menjadi semakin ketat. Hal ini mendorong setiap
negara untuk memiliki keunggulan dan daya saing yang tinggi agar mampu bersaing
di pasar global. Sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang tidak luput dari
liberalisasi perdagangan. Produk peternakan pada negara-negara berkembang seperti
Indonesia, banyak mengalami hambatan-hambatan teknis. Hambatan teknis yang
dihadapi antara lain masalah mutu, keamanan pangan, spesifikasi, standar serta isu
lingkungan.
Masalah keamanan pangan saat ini telah mendapat perhatian khusus dari
pemerintah dikarenakan banyaknya tuntutan dari konsumen yang menginginkan
produk pangan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal). Mengatasi masalah
tersebut sekarang pemerintah menganjurkan setiap industri pangan menerapkan
sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) atau Analisa Bahaya dan
Pengendalian Titik Kritis. Di Indonesia HACCP telah diadopsi sebagai salah satu
standar sistem mutu yang menggunakan model jaminan mutu dengan berdasarkan
keamanan pangan atau food safety sebagai pendekatan mutu yakni melalui Standar
Nasional Indonesia (SNI) 01-4852-1998 tentang sistem analisa bahaya dan
pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya. Manfaat sistem
HACCP bagi industri pangan diantaranya yaitu meningkatkan kepercayaan
konsumen, meningkatkan jaminan keamanan produk, mencegah kehilangan pasar,
mencegah penarikan produk dan mencegah pemborosan biaya atau kerugian akibat
masalah keamanan produk.
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) merupakan sistem yang
dapat menjamin bahwa keamanan produk pangan telah dilaksanakan dengan efektif.
Sistem HACCP dapat diterapkan pada seluruh mata rantai proses produksi mulai dari
proses pertama sampai konsumen terakhir. Sistem ini fokus terhadap keamanan
produk pangan dan dapat dipertahankan karena HACCP mampu mencegah
terjadinya penyimpangan dan bukan menunggu sampai timbulnya masalah.
Penerapan konsep HACCP, akan membentuk kepercayaan konsumen terhadap
perusahaan yang memproduksi produk tersebut. Penerapan HACCP terdiri atas
-
2
beberapa sistem pendukung diantaranya aplikasi Good Handling Practices (GHP),
Good Transporting Practices (GTP), Good Distribution Practices (GDP) dan
kepuasan konsumen.
Good Distribution Practices atau Good Transporting Practices merupakan
suatu cara pengiriman / pendistribusian yang baik yang mampu menjaga agar produk
tetap aman hingga ketangan konsumen. Good Handling Practices (GHP) merupakan
suatu cara penanganan produk yang baik untuk menjaga mutu produk agar tetap
aman untuk dikonsumsi dan tidak menimbulkan bahaya.
Milk Treatment (MT) KPBS Pengalengan, Bandung merupakan salah satu
produsen susu yang cukup dikenal masyarakat, yang produksinya tidak hanya
dikenal di pasar lokal (Bandung), tetapi juga ditujukan untuk pasar luar Bandung.
Salah satu produknya adalah susu pasteurisasi dengan berbagai macam rasa. MT
KPBS Pengalengan berusaha mempertahankan dan meningkatkan mutu produk
untuk bertahan dan bersaing di pasar. Pengendalian mutu dilakukan terhadap bahan
baku, proses pembuatan maupun produk jadi susu pasteurisasi. Upaya pengendalian
dan peningkatan mutu, saat ini sedang dilakukan MT KPBS Pengalengan melalui
penyusunan rencana sistem HACCP untuk menjamin keamanan produk yang
dihasilkan, dan meningkatkan kualitas produk agar diterima oleh konsumen.
Kesempatan ini dimanfaatkan peneliti dengan melakukan kegiatan magang di MT
KPBS sebagai bentuk partisipasi dalam penyusunan sistem HACCP.
Tujuan
Tujuan umum dari kegiatan magang di MT KPBS Pengalengan Bandung adalah:
1. Menambah wawasan dan pengalaman serta kemampuan profesi melalui
penerapan ilmu yang telah diperoleh.
2. Menjalin kerjasama melalui praktek kerja nyata di lapangan antara
mahasiswa perguruan tinggi dengan masyarakat industri.
Tujuan khususnya adalah :
1. Mempelajari proses produksi susu pasteurisasi di MT KPBS.
2. Membantu proses penyusunan Rencana Kerja Jaminan Mutu (RKJM) dalam
rangka rencana sertifikasi HACCP pada produk susu pasteurisasi di MT
KPBS dengan menganalisis GHP, GTP, GDP dan kepuasan pelanggan
sebagai pendukung.
-
TINJAUAN PUSTAKA
Susu Segar
Susu segar berdasarkan Dewan Standardisasi Nasional (1992) adalah cairan
yang berasal dari ambing sapi sehat diperoleh dengan cara pemerahan yang benar,
tidak mengalami penambahan atau pengurangan suatu komponen apapun dan tidak
mengalami pemanasan. Susu dari semua jenis mamalia mengandung komponen yang
sama, tetapi jumlah masing-masing komponen bervariasi tergantung spesies mamalia
tersebut, waktu pemerahan, umur sapi, kesehatan ternak, pakan ternak dan kondisi
lingkungan seperti iklim dan masa laktasi (Buckle et al., 1987)
Pertumbuhan mikroba susu dapat menimbulkan perubahan karakteristik susu.
Pembentukan asam, pembentukan gas, proteolisis, pelendiran, perubahan lemak,
produk alkali serta perubahan citarasa dan warna merupakan perubahan karakteristik
yang sering dijumpai pada susu akibat adanya mikroorganisme (Rahman et al.,
1992).
Komposisi Kimia Susu
Susu merupakan campuran kompleks dari lemak, karbohidrat, protein,
komposisi organik lain dan garam-garam anorganik yang larut atau tersebar dalam
air (Cross, 1988). Campuran bahan kimia dalam susu bukanlah sebuah campuran
yang homogen. Komposisi umum susu yang sering ditemukan adalah protein, lemak,
karbohidrat dan mineral yang terkumpul dalam abu. Sirait (1991) juga menambahkan
bahwa karbohidrat, laktosa, garam, dan vitamin susu dapat terlarut dalam air, lemak
terdapat dalam bentuk emulsi, sedangkan protein terdispersi dalam bentuk koloidal.
Standar susu segar menurut SNI 01-3141-1992 terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Standar Susu Segar (SNI 01-3141-1992) Sifat susu Nilai
Berat jenis 1,026 1,028 g/cm3 Kadar lemak Minimum 3,0% Kadar bahan kering tanpa lemak Minimum 8,0% Kadar protein Minimum 2,7% Warna, bau, rasa dan konsistensi Normal Tingkat keasaman 4,5-7oSH Uji alkohol (70%) Negatif E.coli Maksimum 10 APM/ml Salmonella Negatif Titik beku -0,520oC s.d -0,560oC Uji pemalsuan Negatif TPC (CFU/ml maks) 1x106 Sumber : DSN (1992)
-
4
Pasteurisasi Susu
Pasteurisasi pada susu perlu dilakukan untuk mencegah kerusakan karena
mikroorganisme dan enzim. Menurut Buckle et al. (1987) kondisi pasteurisasi
dimaksudkan untuk memberikan perlindungan maksimum terhadap penyakit yang
dibawa oleh susu, dengan mengurangi seminimal mungkin kehilangan zat gizinya
dan sementara itu mempertahankan semaksimal mungkin rupa dan citarasa susu
segar. Burgess (1984) juga menambahkan bahwa pemanasan atau pasteurisasi yang
terlalu lama dapat menyebabkan reaksi pencoklatan pada susu.
Prinsip pasteurisasi susu adalah memanaskan susu di bawah titik didih susu.
Beberapa cara pasteurisasi yang telah dikembangkan yaitu holding method dan High
Temperature Short Time (HTST). Pasteurisasi dengan cara holding method yaitu
sejumlah besar susu dipanaskan sampai suhu tertentu. Waktu dan suhu yang biasa
digunakan adalah 30 menit pada suhu 65oC, sedangkan metode HTST, susu
dipanaskan pada suhu 71,7oC selama 15-16 detik dengan menggunakan Plate Heat
Exchanger (PHE) (Muchtadi dan Sugiono, 1992). Tujuan utama dilakukan proses
pasteurisasi adalah untuk mencegah penularan penyakit dan mencegah kerusakan
akibat jasad renik dan enzim sehingga kualitas susu tetap baik (Potter dan Hotchkiss,
1995). Syarat mutu susu pasteurisasi terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Syarat Mutu Susu Pasteurisasi (SNI No. 01-3951-1995)
Karakteristik Tanpa Penambahan Cita Rasa Dengan Penambahan Cita Rasa Bau Khas Khas Rasa Khas Khas Warna Khas Khas Kadar Lemak (% min) 2,80 1,50 Kadar SNF (% min) 7,7 7,5 Uji Reduktase (MB) 0 0 Kadar Protein (% min) 2,5 2,5 Uji Fosfatase 0 0 TPC (CFU/ml maks) 3x104 3x104 Logam Berbahaya : As (ppm, maks) 1 1 Pb (ppm, maks) 1 1 Cu (ppm, maks) 2 2 Zn (ppm, maks) 5 5 Bahan Pengawet Pemantap Zat Warna Cita Rasa
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 235/Men. Kes/Per/VI/79
Sumber : BSN (1995)
-
5
Sistem HACCP
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) merupakan suatu alat
untuk mengidentifikasi bahaya dan menetapkan sistem pengendaliannya. Sistem
HACCP diarahkan pada tindakan pencegahan dan tidak bergantung pada pengujian
produk akhir (Fardiaz, 1996).
Program pelaksanaan HACCP dituangkan dalam suatu dokumen yang
menggambarkan kegiatan proses produksi serta pengawasan mutunya yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Dokumen tersebut adalah dokumen rencana
HACCP, yang dikenal juga sebagai Panduan Mutu, Quality Assurance Plan (QAP)
atau berdasarkan BSN (1999) pedoman 1004-1999 disebut dengan Rencana Kerja
Jaminan Mutu (RKJM) berdasarkan HACCP. Secara garis besar penyusunan RKJM
dapat mengacu kepada pedoman 1004-1999 tentang panduan penyusunan rencana
HACCP yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) (Mukartini,
2001).
Sistem HACCP bukan merupakan sistem jaminan keamanan pangan tanpa
resiko, tetapi dirancang untuk meminimumkan resiko bahaya keamanan pangan.
Sistem ini juga dianggap sebagai alat manajemen yang digunakan untuk
memproteksi rantai pasokan pangan dan proses produksi terhadap kontaminasi
bahaya-bahaya mikrobiologi, kimia, dan fisik. Kadarisman et al., (2006) menyatakan
bahwa penerapan HACCP di industri pangan dilakukan dengan mengikuti 12
langkah (tahap) aplikasi. Tahap-tahap tersebut disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Tahapan Aplikasi Sistem HACCP
Tahap Ke- Kegiatan Keterangan 1 Menyusun tim HACCP 2 Mendeskripsikan produk 3 Mengidentifikasikan penggunaan produk 4 Membuat diagram alir 5 Verifikasi diagram alir di tempat 6 Membuat daftar semua bahaya potensial. Lakukan analisis
bahaya dan tentukan tindakan pencegahan Prinsip 1
7 Menentukan CCP (Critical Control Points) atau titik-titik kritis untuk pengendalian Prinsip 2
8 Menetapkan batas kritis untuk tiap CCP Prinsip 3 9 Menetapkan sistem pemantauan untuk tiap CCP Prinsip 4
10 Menetapkan jenis tindakan koreksi untuk penyimpangan yang mungkin terjadi Prinsip 5
11 Menetapkan prosedur verifikasi Prinsip 6 12 Membuat penyimpanan catatan dan dokumentasi Prinsip 7
Sumber : Kadarisman et al., (2006)
-
6
Menyusun Tim HACCP
Tim ini terdiri atas berbagai anggota dengan disiplin ilmu yang berbeda.
Perusahaan yang tidak tersedia spesifikasi karyawan yang dibutuhkan, maka
diperlukan keterlibatan dari luar. Lingkup program HACCP perlu dibuat dahulu
untuk membantu proses identifikasi kebutuhan jumlah dan keahlian personil dalam
tim HACCP.
Mendeskripsikan Produk
Artinya membuat gambaran yang lengkap tentang produk yang dihasilkan.
Mendeskripsikan produk biasanya meliputi komposisi bahan, komposisi kimia,
pengemasan, daya tahan produk, cara distribusi dan sebagainya.
Mengidentifikasikan Penggunaan Produk
Artinya membuat daftar kemungkinan - kemungkinan penggunaan konsumen
dari produk yang dihasilkan. Mengidentifikasikan penggunaan produk misalnya cara
penggunaan mie instan.
Menyusun Diagram Alir
Suatu diagram yang menunjukkan urutan proses secara lengkap. Diagram alir
ini memudahkan industri untuk melakukan identifikasi lebih lanjut.
Verifikasi Diagram Alir di Tempat
Diagram alir yang disusun harus diverifikasi dengan kenyataan di lapangan.
Dilakukan dengan cara mengamati aliran proses, mencocokkan antara diagram alir
dengan tahapan nyata di lapang.
Analisis Bahaya dan Identifikasi Tindakan Pencegahan
Kegiatan yang dilakukan yaitu mendata semua bahaya potensial yang terkait
dengan setiap tahap, mulai dari penerimaan bahan baku, selama proses, hingga di
distribusi ke tangan konsumen. Bahaya didalam konteks keamanan pangan menurut
Mortimore dan Wallace (1995) adalah perangkat biologis, kimiawi dan fisik yang
dapat menyebabkan pangan menjadi tidak aman untuk dikonsumsi manusia. Sistem
keamanan pangan untuk kategori keamanan suatu makanan ditetapkan berdasarkan
kategori resiko yang meliputi tinggi, sedang dan rendah. Analisa potensi bahaya
secara kualitatif dilakukan dengan mengkombinasikan antara peluang (probability)
dan keakutan/keparahan (severity). Bahaya potensial yang memiliki resiko tinggi
-
7
harus/wajib dilakukan tindakan koreksi, sedangkan tindakan pencegahan pada
bahaya potensial dengan resiko menengah mungkin dilakukan.
Peluang terjadinya/timbulnya bahaya dibedakan atas:
T = tinggi (high)
S = sedang (medium)
R = rendah (low)
Keakutan/keparahan jika bahaya timbul dibagi ke dalam 3 kategori:
secara otomatis (automatically)
kemungkinan besar (likely)
kemungkinan kecil (not likely)
T S T T
S S S S
R R R S
KEP
AR
AH
AN
R S T
PELUANG Sumber: ICMSF (1986)
Gambar 1. Matriks Penentuan Resiko
Tabel 4. Karakteristik Resiko Bahaya
Kelompok Bahaya Karakteristik
Bahaya A
Produk tidak steril yang ditujukan untuk konsumen beresiko tinggi seperti bayi, orang tua, wanita hamil, dan orang sakit/lemah
Bahaya B
Produk mengandung bahan sensitif terhadap bahaya biologi, kimia dan fisik
Bahaya C
Didalam proses produksi tidak terdapat tahap proses yang dapat memusnahkan, mencegah, dan mengurangi bahaya sampai tingkat yang dapat diterima
Bahaya D Kemungkinn produk akan mengalami pencemaran kembali setelah pengolahan sebelum pengemasan
Bahaya E
Kemungkinan terjadi pencemaran kembali atau penanganan yang salah selama distribusi atau penanganan yang salah oleh konsumen sehingga produk menjadi berbahaya jika dikonsumsi
Bahaya F
Tidak ada poses pemanasan setelah pengemasan atau pada saat dipersiapkan dirumah, atau tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi dan menghilangkan bahaya
Sumber : ICMSF (1986)
-
8
Tabel 5. Kategori Resiko Bahaya
Kategori Bahaya Bahaya Keterangan 0 Tidak Ada Tidak mengandung bahaya A-F I + Terdapat satu bahaya B-F II ++ Terdapat dua bahaya B-F III +++ Terdapat tiga bahaya B-F IV ++++ Terdapat empat bahaya B-F V +++++ Terdapat lima bahaya B-F VI Bahaya A Makanan dengan kategori resiko paling
tinggi Sumber : ICMSF (1986) Penetapan Titik Kendali Kritis
Proses pengolahan suatu produk pangan, produk tersebut mengalami banyak
perlakuan hingga terkirim ke konsumen. Perlakuan tersebut terdapat kondisi-kondisi
yang sering disebut sebagai Titik Kendali Kritis (Critical Control Points). Titik
kritis tersebut dapat diketahui dengan menggunakan pohon keputusan (decision tree)
yang menyatakan pendekatan dan pemikiran yang logis.
Penetapan Batas Kritis
Batas kritis didefinisikan sebagai satu atau lebih toleransi yang harus
dipenuhi untuk menjamin bahwa CCP secara efektif telah mengendalikan bahaya
(kimia, fisik, mikrobiologi). Batas kritis harus ditentukan untuk setiap CCP, dan
dalam beberapa kasus, suatu pengendalian dapat memiliki lebih dari suatu batas
kritis.
Monitoring Batas Kritis
Monitoring merupakan tindakan pemantauan atau pengukuran yang
terencana, atau observasi atas keefektifan proses pengendalian suatu CCP tetap
didalam batas-batas kritisnya. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu
mengendalikan proses, menentukan apakah terjadi hilang kendali dan penyimpangan
CCP serta menyediakan dokumentasi tertulis yang dapat digunakan untuk klarifikasi
lima aspek penting dalam menetapkan prosedur pemantauan titik kendali kritis
(CCP).
-
9
Tindakan Koreksi
Kegiatan ini dilakukan jika monitoring ditemukan adanya penyimpangan.
Tindakan koreksi didasarkan pada data hasil monitoring, disesuaikan dengan
karakteristik proses yang ada.
Prosedur Verifikasi
Tindakan ini dilakukan untuk menilai apakah segala sesuatunya telah berada
pada jalur yang benar. Frekuensi verifikasi harus cukup untuk mengkonfirmasikan
bahwa sistem HACCP telah bekerja secara efektif.
Penyimpanan Catatan dan Dokumentasi
Catatan dan pembukuan yang baik penting dalam penerapan sistem HACCP.
Semua rencana, aplikasi kegiatan harus dicatat untuk bukti keamanan produk,
jaminan telah memenuhi peraturan, kemudahan dalam pelacakan produk dan
peninjauan catatan, merupakan sumber tinjauan data jika ada audit HACCP.
Oleh karena itu sistem HACCP menurut Hariyadi (2001) memiliki lima karakteristik
utama yaitu:
1) pendekatannya sistematik
2) proaktif
3) usaha dari suatu tim
4) menggunakan teknik common sense
5) sistemnya hidup dan dinamis
Penerapan HACCP bermanfaat baik bagi konsumen maupun bagi pihak
industri pangan. Bagi industri pangan manfaat HACCP diantaranya meningkatkan
kepercayaan konsumen, meningkatkan jaminan keamanan produk, mencegah
kehilangan pasar, mencegah penarikan produk dan penutupan pabrik dan mencegah
pemborosan biaya atau kerugian yang mungkin timbul karena masalah keamanan
produk (Fardiaz, 1996).
Implementasi harus benar-benar direncanakan secara baik agar penerapan
sistem HACCP mencapai manfaat dan tujuan seperti diatas. Perencanaan yang baik
yaitu dengan menyusun panduan untuk pelaksanaannya yaitu berupa dokumen
rencana HACCP. Penyusunan dokumen tersebut memerlukan suatu panduan yang
legal agar rencana HACCP tersebut sesuai dengan 12 langkah dan 7 prinsip dalam
sistem HACCP sesuai dengan BSN (1999) dan pedoman umum penyusunan Rencana
-
10
Kerja Jaminan Mutu (RKJM) berdasarkan HACCP. Pedoman tersebut berisi
penjelasan mengenai unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan
rencana HACCP untuk badan usaha. Unsur-unsur tersebut telah mencakup seluruh
langkah dan prinsip dalam sistem HACCP.
Rencana Sistem HACCP
Rencana HACCP adalah dokumen yang dibuat sesuai dengan prinsip- prinsip
HACCP untuk menjamin pengendalian bahaya yang nyata bagi keamanan pangan
pada bagian rantai pangan yang sedang dipertimbangkan (BSN, 1999). Rencana
HACCP ditulis oleh tim HACCP dan berisi dua komponen esensial yaitu diagram
alir proses HACCP (Control Chart) beserta dokumentasi pendukung lainnya
(Mortimore dan Wallace, 1994).
Menurut BSN (1999) dokumen rencana HACCP harus memuat kebijakan
mutu perusahaan, deskripsi dari organisasi penjelasan mengenai deskripsi produk,
memuat persyaratan dasar (pre-requisite), memuat diagram alir dan
memverifikasinya, penjelasan mengenai analisis bahaya, lembar kerja pengendalian
(control measure) dan Rencana HACCP.
1. Kebijakan Mutu Perusahaan
Kebijakan mutu adalah pernyataan yang diungkapkan oleh suatu organisasi
atau badan usaha yang berupa janji (komitmen) sebagai upaya untuk melaksanakan
dan menegakkan serta memelihara standar mutu yang tinggi. Kebijakan mutu
sebaiknya singkat dan jelas sehingga dapat dimengerti dan dipahami dengan mudah
oleh seluruh karyawan unit usaha.
2. Deskripsi dari Organisasi
Deskripsi dari oganisasi meliputi identitas, struktur organisasi, bidang
kegiatan, personil (tim HACCP) dan pelatihan bagi tim HACCP. Deskripsi
organisasi juga mencakup job describtion (deskripsi kerja) pada setiap anggota
organisasi.
3. Penjelasan Mengenai Deskripsi Produk
Penjelasan mengenai deskripsi produk berupa sebuah daftar yang berisikan
seluruh produk akhir yang dicakup oleh konsep HACCP. Penjelasan mengenai
deskripsi produk meliputi komponen-komponen yang digunakan dalam produk.
-
11
4. Memuat persyaratan dasar (pre-requisite).
Persyaratan dasar adalah suatu persyaratan teknis yang harus dipenuhi apabila
suatu badan usaha akan memulai suatu proses produksi dan menerapkan HACCP
yang telah diterapkan oleh suatu peraturan teknis demi keberhasilan suatu proses
produksi dan penerapan HACCP. Persyaratan dasar tersebut meliputi Good
Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedures
(SSOP).
5. Memuat diagram alir dan memverifikasinya
Diagram alir adalah suatu gambaran yang sistematis dari urutan tahapan atau
pelaksanaan pekerjaan yang dipergunakan dalam produksi atau dalam menghasilkan
pangan tertentu. Deskripsi diagram alir harus mampu menggambarkan kondisi nyata
proses produksi.
6. Penjelasan mengenai analisis bahaya
Analisa bahaya adalah proses pengumpulan informasi mengenai bahaya dan
keadaan sampai dapat terjadinya bahaya untuk menentukan yang berdampak nyata
terhadap keamanan pangan, dan harus ditangani dalam rencana HACCP. Menurut
Mortimore dan Wallace (1994), bahaya adalah unsur biologi, kimia, atau fisik yang
dapat menyebabkan pangan menjadi tidak aman untuk dikonsumsi manusia. Tiga
jenis bahaya tersebut meliputi bahaya biologi, bahaya kimia dan bahaya fisik.
1) bahaya biologi, yang disebabkan oleh bakteri patogen, virus atau parasit yang
dapat menyebabkan keracunan dan penyakit infeksi;
2) bahaya kimia, karena tertelannya bahan kimia beracun seperti pembersih
(cleaning agent), pestisida, allergen, logam berat, nitrit, nitrat, komponen
nitrosol, residu kimia dan bahan tambahan makanan; dan
3) bahaya fisik, terdiri atas pecahan gelas, logam atau metal, kerikil, serpihan
kayu, plastik, bahan bangunan dan bagian tubuh hewan atau hama.
7. Lembar kerja pengendalian (control measure)
Lembar ini dapat disajikan dalam bentuk matrik yang memuat informasi-
informasi. Informasi-informasi tersebut meliputi lokasi CCP (Critical Control Point)
pada tahap proses produksi, prosedur pemantauan atau monitoring, penetapan batas
kritis dan tindakan perbaikan.
-
12
8. Rencana HACCP harus memuat informasi mengenai :
1) prosedur pengaduan konsumen, yaitu suatu prosedur untuk menangani,
mengalamatkan dan mencatat keluhan-keluhan konsumen;
2) prosedur penarikan produk (recall), yaitu suatu metode untuk
mengidentifikasi, menempatkan dan menarik kembali produk; dan
3) prosedur perubahan dokumen, yang berisi suatu cara pengendalian dan
pemuktahiran dokumen agar selalu tercatat sehingga dapat selalu diketahui
perubahannya.
Good Handling Practices (GHP)
Good Handling Practices (GHP) merupakan suatu cara penanganan yang
baik, dilakukan untuk menjaga agar produk tetap aman dikonsumsi dan tidak
menimbulkan bahaya. Menurut Fanhauser (2000), handling susu yang baik meliputi
pengaturan peralatan susu, pembersihan ambing, pemberian pakan dan proses
pemerahan, penyaringan dan pencatatan, penyimpanan.
Good Transporting Practices (GTP)
Good Transporting Practices merupakan suatu cara tranportasi yang baik
yang mampu menjaga agar produk tetap aman hingga ketangan konsumen. Adapun
yang ditinjau dalam pelaksanaan Good Transporting Practices menurut New Zealand
Food Safety Authority (2007) adalah :
1) penerapan Good Operating Practices pada tahap Loading/unloading,
transfer dan handling produk, serta distribusi produk;
2) desain dan konstruksi unit transportasi dan perlengkapannya;
3) pembersihan dan perawatan unit transportasi;
4) higienitas dan kesehatan karyawan;
5) prosedur operasional;
6) dokumen kontrol dan record keeping; dan
-
13
7) verifikasi
Good Distribution Practices (GDP)
Good Distribution Practices (GDP) merupakan suatu sistem distribusi yang
baik yang mampu mempertahankan mutu produk jadi. Penanganan produk jadi
harus tetap diawasi sehingga bahan asing yang mungkin masuk atau kerusakan
produk seperti kerusakan kemasan yang dapat menyebabkan makanan
terkontaminasi dapat dicegah. Setiap pendistribusian dan proses-proses sebelumnya
harus selalu di dokumentasi dengan pencatatan yang baik agar jika terjadi kasus
keamanan pangan seperti foodborne disease ataupun keracunan pangan dapat
ditelusuri dengan cepat dan dihentikan penyebabnya (Thaheer, 2005).
Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen adalah tanggapan perilaku, berupa evaluasi purnabeli
konsumen terhadap suatu barang atau jasa yang dirasakannya (kinerja produk)
dibandingkan dengan harapan terhadap produk atau jasa tersebut (Nasution, 2004).
Konsumen akan merasa tidak puas bila kinerja dibawah harapan. Konsumen akan
merasa puas bila kinerja dapat memenuhi harapan dan konsumen akan merasa sangat
puas bila kinerja dapat melebihi harapan (Kotler, 2000). Faktor-faktor yang bisa
mempengaruhi harapan konsumen yaitu keinginan terpenuhi kebutuhannya,
pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan maupun dari
pesaing, pengalaman dari teman, komunikasi melalui iklan dan pemasaran (Garperz,
2002). Selanjutnya karakteristik yang diinginkan oleh konsumen ada tiga macam,
yaitu : (1) karakteristik lebih cepat, (2) lebih murah, dan (3) lebih baik.
Menurut Sumarwan (2003), dalam memenuhi kepuasan konsumen suatu
usaha harus menganalisis dari proses pembelian, yaitu dari tahap pra pembelian
sampai tahap pembelian. Tahap ini konsumen akan mencari informasi mengenai
produk/jasa dan merk yang akan dibeli. Setelah konsumen membeli atau memperoleh
produk atau jasa biasanya akan diikuti dengan proses konsumsi atau penggunaan
produk/jasa. Setelah proses diatas telah dilakukan maka yang terakhir adalah proses
-
14
pasca pembelian, konsumen akan melakukan proses evaluasi terhadap konsumsi
yang telah dilakukan apakah konsumen merasa puas atau tidak dengan produk/jasa
yang dikonsumsinya. Menurut Tjiptono (1997), harapan konsumen mempunyai
peranan besar dalam menentukan kualitas produk dan kepuasan konsumen dalam
mengevaluasi akan menggunakan harapannya sebagai standar atau acuan.
-
METODE
Lokasi dan Waktu
Kegiatan magang ini dilakukan di Koperasi Pengalengan Bandung Selatan
(KPBS) Jawa Barat yang terletak di Jl. Koperasi No.1 Pengalengan, Bandung.
Kegiatan magang dilaksanakan selama 2 bulan terhitung dari tanggal 25 Juli 2007
hingga 25 September 2007.
Materi
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian dan observasi kerja yaitu bahan
baku, bahan tambahan, bahan pengemas untuk susu pasteurisasi, konsumen susu
pasteurisasi KPBS, pustaka yang meliputi buku panduan penyusunan HACCP,
skripsi dan beberapa catatan atau dokumen perusahaan yang berkaitan erat dengan
HACCP.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian dan observasi kerja adalah peralatan
untuk proses produksi, GHP, GTP dan GDP yang terkait, kuisioner dan alat tulis.
Prosedur
Pelaksanaan magang dilakukan di tempat pengolahan susu MT KPBS dengan
ikut berpartisipasi aktif, diantaranya dengan ikut serta melakukan pekerjaan,
observasi lapang, wawancara, pengumpulan data, evaluasi dan analisis data serta
penetapan CCP pada tiap proses. Penelitian ini juga menggunakan data primer dari
kuisioner konsumen susu pasteurisasi KPBS serta dilakukan pula studi literatur
sesuai dengan topik yang dibahas untuk mendukung pembuatan rencana HACCP.
Observasi Lapang. Observasi lapang dilakukan dengan ikut serta dalam melakukan
seluruh kegiatan di tempat pengolahan susu pasteurisasi di MT KPBS Pengalengan
Bandung. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk melakukan verifikasi
kesesuaian antara diagram alir dengan keadaan sesungguhnya yang terjadi di
lapangan pada saat penyusunan rencana HACCP.
Wawancara dan Pengumpulan Data. Data untuk penyusunan rencana HACCP
diperoleh melalui pengamatan langsung, pencatatan data informasi yang sudah ada di
-
15
perusahaan, dan melalui wawancara pada pihak manajemen yang terlibat langsung
dalam pelaksanaan sistem tersebut. Wawancara juga dilakukan terhadap beberapa
karyawan yang melakukan kegiatan produksi sehari-hari dan karyawan bagian
Quality Control. Pengumpulan data juga dilakukan dengan penyebaran kuisioner
kepada pelanggan yang digunakan sebagai data kepuasan pelanggan untuk
mendukung penyusunan rencana HACCP.
Evaluasi dan Analisis Data. Evaluasi dilakukan terhadap data yang diperoleh di
lapangan dengan data yang diperlukan dalam penyusunan HACCP. Hasil evaluasi
kemudian dianalisis untuk mengetahui kemungkinan data yang kurang. Menurut
Mortimore dan Wallace (1995) penyusunan HACCP terdiri atas membuat kebijakan
mutu, membentuk organisasi tim HACCP, mendefinisikan ruang lingkup HACCP,
mendeskripsikan produk, pembuatan persyaratan dasar HACCP plan, pembuatan
diagram alir proses dan melakukan verifikasi, mengidentifikasi bahaya dan tindakan
pencegahannya, mengidentifikasi titik kendali kritis, menentukan batas kritis,
menentukan prosedur pemantauan, menentukan prosedur tindakan koreksi dan
validasi HACCP plan.
Studi Pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan secara
umum mengenai sistem HACCP beserta implementasinya secara langsung pada
industri pengolahan susu. Studi pustaka, juga dimaksudkan untuk mempelajari
manfaat dan berbagai kendala yang umumnya dihadapi dari sistem HACCP.
Aspek yang dikaji terdiri atas aspek umum dan aspek khusus. Aspek umum
meliputi keadaan umum perusahaan yang mencakup sejarah singkat perusahaan,
lokasi dan tata letak pabrik, proses produksi, struktur organisasi perusahaan,
ketenagakerjaan dan pemasaran produk. Aspek khusus yang dikaji adalah kajian
awal sistem HACCP.
Data Primer. Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer yang dibutuhkan
berupa data tingkat kepuasan konsumen yang diperoleh dari hasil kuisioner.
Kuisioner yang digunakan adalah kepuasan konsumen terhadap produk susu
pasteurisasi KPBS dengan responden 60 konsumen dari berbagai kalangan (umum).
Data yang diperoleh dari kuisioner akan dirata-ratakan pada setiap parameter yang
ada. Form kepuasan konsumen terdapat pada Lampiran 10.
-
KEADAAN UMUM KOPERASI
Sejarah dan Perkembangan Koperasi
Sejak zaman penjajahan Belanda, Pengalengan dikenal sebagai daerah
peternakan sapi perah yang dikelola oleh Belanda, perusahaan tersebut meliputi De
Fresche Trep, Almanak, Van Der Els serta Bigman. Susu yang dihasilkan dipasarkan
melalui Bandungche Milk Center (BMC). Pada saat pendudukan Jepang,
perusahaan tersebut hancur dan beberapa ekor sapinya dipelihara oleh penduduk
sekitar sebagai usaha keluarga. Upaya untuk peningkatan populasi sapi perah dan
peningkatan pendapatan peternak, dilakukan dengan membina para peternak melalui
suatu wadah koperasi yang didirikan pada bulan November 1949 dengan nama
GAPPSIP (Gabungan Petani Peternak Sapi Indonesia Pengalengan). GAPPSIP saat
itu, sangat dirasakan manfaatnya oleh para anggota, namun mulai tahun 1961
GAPPSIP tidak mampu menghadapi labilnya perekonomian Indonesia, sehingga tata
niaga susu di Pengalengan selanjutnya diambil alih oleh para tengkulak.
Para peternak merupakan pihak yang sangat dirugikan dengan hancurnya
GAPPSIP tersebut. Menyadari keadaan tersebut, maka disepakati untuk mendirikan
wadah koperasi. Pada tanggal 01 April 1969, didirikan koperasi peternak dengan
nama Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pengalengan, yang saat ini
telah mendapatkan pengesahan badan hukum dengan nomor 4353 A/BH/DK-10/20
tertanggal 31 Desember 1979, kemudian diubah menjadi nomor 4353 B/BH/KWK-
10/20 tertanggal 30 November 1988.
Berdasarkan hasil keputusan Rapat Aggota Tahunan (RAT), mulai tahun
1976 hingga 1977 KPBS bekerja sama dengan PT Ultra Jaya mendirikan Milk
Treatment (MT) untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Pembangunan
dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 1979, serta diresmikan pemakaiannya oleh
Menteri Muda Urusan Koperasi pada tanggal 16 Juli 1979. Sejak tanggal 26
November 1982, manajemen MT beralih kepemilikan dari PT Ultra Jaya kepada
KPBS Pengalengan. Pendatanganan peralihan manajemen ini disaksikan oleh
Menteri Koperasi dan Wakil Gubernur Jawa Barat pada masa itu.
Lokasi dan Tata Letak Koperasi
Lokasi MT KPBS terletak di jalan Koperasi No.1 Kecamatan Pengalengan,
Bandung. Wilayah kerja MT KPBS dinilai sangat strategis untuk perkembangan sapi
-
17
perah karena wilayah tersebut memiliki topografi yang dikelilingi dengan gunung
yang memiliki ketinggian antara 1000-1420 meter dari permukaan laut, suhu udara
12-280C dan kelembaban antara 60-70%. Luas areal MT KPBS adalah 3600 m2
dengan luas bangunan pabrik 304,37 m2 dan 680,65 m2 untuk ruang proses
pengemasan. Bangunan Milk Treatment KPBS terdiri atas ruang laboratorium, ruang
proses dan ruang pengemasan. Denah bangunan MT KPBS terdapat pada Lampiran1.
Struktur Organisasi Koperasi Milk Treatment merupakan pabrik pengolahan susu yang dimiliki oleh
Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan. Struktur organisasi MT
KPBS berada di bawah administratur KPBS Pangalengan. Struktur Organisasi KPBS
terdapat pada Gambar 2.
Gambar 2. Struktur Organisasi KPBS Sumber : (KPBS, 2006)
Rapat Anggota Tahunan
Pengurus Pengawas
Pembina
Tim Konsultasi
Sekretariat dan Humas Litbang
Penyuluhan Administrasi dan Keuangan
Unit Pembibitan dan Hijauan
Unit Produksi dan Pengolahan (MT
KPBS)
Unit angkutan dan Pemasaran
Unit per Bandung Kidul
Koordinator TPK
Unit Barang dan Pakan Ternak
Unit Pabrik Makanan Ternak
Unit Pelayanan Kerwan dan
Anggota
Unit Pariwisata
-
18
KPBS merupakan perusahaan yang berbadan hukum koperasi, sehingga yang
menjadi badan tertinggi adalah Rapat Anggota Tahunan (RAT). RAT terdiri atas
seluruh anggota KPBS Pangalengan dan RAT ini dapat dijadikan sebagai penentu
kebijaksanaan. RAT memiliki wewenang untuk mencabut dan mengeluarkan anggota
maupun pengurus serta dapat menetapkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran
Rumah Tangga (ART). Struktur organisasi KPBS sesuai dengan Undang-Undang
No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian terdiri atas rapat anggota, pengurus dan
pengawas.
Ketenagakerjaan
Tenaga kerja yang dimiliki Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS)
Pangalengan terutama berasal dari keluarga anggota koperasi yang tinggal di sekitar
wilayah Pangalengan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota
dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk di sekitar pabrik. Rekruitmen
karyawan KPBS melalui beberapa tahapan seleksi. Tahap awal adalah tahap
percobaan yaitu para calon karyawan menjalani masa percobaan selama 6 bulan
dengan diberikan upah sebesar 80% dari gaji pokok. Calon karyawan yang memiliki
prestasi dalam kerja, berdisiplin tinggi, dan mempunyai dedikasi tinggi terhadap
KPBS akan diangkat menjadi karyawan tetap. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan mengenai ketenagakerjaan, diantaranya jam kerja karyawan dan
kesejahteraan karyawan.
Jam Kerja Karyawan
Karyawan KPBS Pangalengan terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian
administrasi dan bagian pabrik MT. Jam kerja untuk karyawan bagian administrasi
adalah pukul 08.0016.00, sedangkan untuk karyawan MT memiliki jam kerja
berdasarkan shift. Setiap karyawan bekerja 6 hari seminggu dan karyawan KPBS
mempunyai hak libur 1 kali dalam seminggu. Karyawan bagian administrasi libur
pada hari Minggu sedangkan bagi karyawan MT hari liburnya ditentukan
berdasarkan giliran. Berikut ini adalah pembagian jam kerja karyawan di MT KPBS
(Tabel 6).
-
19
Tabel 6. Jadwal Kerja Karyawan MT KPBS Pangalengan
Pagi Siang Malam No.
Bagian Masuk Keluar Masuk Keluar Masuk Keluar
1. Penerimaan 4.30 11.00 16.00 20.00
2. Proses 4.30 12.30 13.00 23.00
3. Cup 9.00 23.00
4. Prepack 7.00 23.00
5. Distribusi 7.00 12.30 13.00 17.00
6. Gudang 6.00 14.00
7. Bengkel 7.00 15.00
8. Mesin dan Servis
6.00 14.00 14.00 22.00 22.00 6.00
9. Laboratorium 4.30 11.00 14.00 20.00
10. Rumah Tangga
5.30 15.00
11. Satpam 6.00 14.00 14.00 22.00 22.00 6.00
Sumber : KPBS Pangalengan (2007)
Kesejahteraan Karyawan
Kesejahteraan karyawan merupakan salah satu program yang dilakukan
KPBS. KPBS Pangalengan memberikan beberapa fasilitas dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan karyawan, antara lain:
Tunjangan Bebas. Setiap Karyawan KPBS diberikan tunjangan bebas. Bila suami
istri menjadi karyawan KPBS, maka istri berhak atas tunjangan suami, namun suami
tidak berhak atas tunjangan istri. Bagi istri yang suaminya bukan karyawan KPBS
tidak berhak diberi tunjangan bebas.
Tunjangan Jabatan. Beberapa karyawan yang memegang jabatan tertentu
mendapatkan tunjangan jabatan. Besar kecilnya tunjangan jabatan yang didapatkan
disesuaikan dengan jabatannya di KPBS (Manajer, Kepala Seksi, Koordinator
KOMDA).
Tunjangan Kesehatan. Seluruh karyawan mendapatkan tunjangan kesehatan yang
besarnya tergantung dari jenis jabatannya.
Tunjangan Istri dan Anak. Karyawan yang memiliki istri dan anak (anak kandung,
anak tiri dan anak angkat) diberikan tunjangan bebas. Tunjangan bebas akan
-
20
diberikan hanya kepada istri dan maksimal tiga orang anak dengan ketentuan
berumur tidak lebih dari 22 tahun, belum nikah serta belum mempunyai penghasilan.
Tunjangan Transport. Tunjangan transport diberikan kepada karyawan yang
besarnya berbeda-beda sesuai dengan aturan yang berlaku.
Tunjangan Hari Raya. Tunjangan Hari Raya (THR) diberikan kepada setiap
karyawan yang telah mempunyai masa kerja 1 tahun atau lebih dan besarnya
disesuaikan dengan kemampuan KPBS.
Tunjangan Hari Tua. KPBS akan memutuskan masa kerja dan memberikan
tunjangan hari tua berupa santunan asuransi dan pesangon sesuai masa kerja kepada
setiap karyawan yang telah berumur 50-55 tahun.
-
HASIL DAN PEMBAHASAN
Milk Treatment KPBS merupakan salah satu koperasi yang bergerak di
bidang pengelolaan susu, dengan produk utama susu pasteurisasi. Sistem pengelolaan
yang dilakukan MT KPBS mengacu pada SOP yang telah ditentukan. Standard
Operational Procedure (SOP) yang terdapat di MT KPBS meliputi SOP penerimaan
bahan baku yang dilakukan dengan pengujian kualitas di laboratorium fisik dan
mikrobiologi serta SOP proses. SOP yang terdapat di MT KPBS hanya secara umum
yaitu dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Pemantauan SOP dapat
dilakukan dengan menggunakan checklist untuk melihat kesesuaian penerapan SOP
yang telah ada. Contoh form checklist pemantauan SOP penerimaan bahan baku susu
segar tercantum pada Lampiran 4. Susu pasteurisasi yang dihasilkan MT KPBS akan
berkualitas baik jika didukung dengan sistem yang ada. Sistem yang terdapat pada
MT KPBS didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai serta teknik
pengolahan yang benar.
Sarana Produksi
Bahan Baku Utama
Bahan baku utama yang digunakan dalam proses pengolahan di MT KPBS
Pengalengan adalah susu segar. Susu segar tersebut diperoleh dari peternak sapi
perah yang dikumpulkan di TPK (Tempat Pelayanan Koperasi) yang dibimbing oleh
pihak MT KPBS Pengalengan. Susu segar yang diterima akan melewati uji kualitas
yang dilakukan didalam laboratorium MT KPBS sebelum memasuki tahapan proses
produksi. Standar yang digunakan MT KPBS untuk susu segar sesuai dengan Dewan
Standardisasi Nasional (1992) yaitu susu segar merupakan cairan yang berasal dari
ambing sapi sehat yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, tidak
mengalami penambahan atau pengurangan suatu komponen apapun dan tidak
mengalami pemanasan. Penerapan SOP pada bahan baku utama yaitu penerimaan
susu segar dari TPK, yang kemudian dilakukan pengujian fisik dan mikrobiologi
untuk mengetahui kualitas susu segar yang diterima. Standar syarat susu segar yang
diterima MT KPBS tercantum pada Lampiran 5. Kualitas susu segar yang diterima
MT KPBS kadang-kadang berkualitas rendah atau tidak sesuai dengan syarat yang
ditetapkan. Tindakan yang dilakukan MT KPBS jika kualitas tidak sesuai adalah
-
22
tetap diterima dan dicampur dengan anggota TPK lain, sehingga penolakan susu
segar oleh MT KPBS hanya dilakukan 10%. Tindakan tersebut dilakukan oleh
personil petugas laboratorium yang melakukan pengujian fisik. Monitoring dan
Recording dilakukan pada setiap susu segar yang diterima dari TPK yang dilakukan
oleh pekerja MT KPBS.
Bahan Baku Penunjang
Bahan baku penunjang memiliki peran yang cukup penting dalam proses
pasteurisasi setelah bahan baku utama. Bahan baku penunjang tersebut yang terdapat
di MT KPBS meliputi gula pasir, flavor, pewarna, coklat bubuk dan stabilizer.
Penambahan bahan penunjang ini bertujuan untuk membedakan antara susu
pasteurisasi tawar dengan susu pasteurisasi rasa dalam hal warna dan cita rasa, selain
itu bahan baku penunjang ini dapat meningkatkan mutu produk. Hal ini juga
diperkuat oleh Winarno et al. (1994) yang menyatakan bahwa bahan penunjang atau
bahan tambahan yang digunakan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan
untuk meningkatkan mutu. Penerapan SOP yang terdapat pada bahan baku
penunjang MT KPBS yaitu hanya dilakukan penerimaan bahan penunjang dari
supplier yang tanpa pengujian kualitas. Sertifikat dan standar bahan tambahan tidak
terdapat di MT KPBS. Monitoring dan recording dilakukan setiap penerimaaan
bahan penunjang yang dilakukan oleh Quality Control (QC).
Peralatan Produksi
Peralatan produksi yang dimiliki oleh MT KPBS meliputi lactoscan, milk
reception scale, milk reception vat, plate cooler, milk storage tank, milk storage tank
flavour, mixing tank, auto mixing tank, balance tank, Plate Heat Exchanger (PHE),
homogenizer. MT KPBS memiliki peralatan pengemas berupa mesin filling, auto cup
sealer machine dan mesin pengemas prepack. Peralatan sanitasi yang digunakan
berupa tangki air serta peralatan untuk Cleaning In Place (CIP). Langkah-langkah
pencucian dengn metode CIP ini terdiri atas tiga tahap yaitu: 1) seluruh peralatan
dibilas dengan air biasa selama 10 menit atau sampai tidak ada air susu; 2) pencucian
dilakukan secara sirkulasi udara dengan larutan caustic soda pda suhu 80oC selama
30 menit; dan 3) pembilasan dengan air panas selama 30 menit. Peralatan yang lain
adalah boiler, gitzer dan cooling box. SOP pada peralatan produksi meliputi cara
penggunaan alat, sanitasi, monitoring, recording dan penanggungjawab.
-
23
Lactoscan. Lactoscan merupakan mesin yang digunakan untuk menguji kualitas susu
secara otomatis. Cara penggunaan Lactoscan yaitu sampel susu yang akan diuji
ditempatkan dalam wadah sampel, susu harus diaduk agar homogen. Sampel
ditempatkan pada lactoscan, kemudian dimasukkan ke pipa penghisap yang terdapat
pada bagian depan alat. Lactoscan akan menghisap sampel susu untuk dianalisis
secara otomatis. Hasil pengujian ini berupa rekaman hasil anlisis yang tertulis dalam
kertas yang dikeluarkan oleh mesin setelah melakukan analisis terhadap sampel susu
selama kurang lebih 1 menit 20 detik. Hasil yang ditampilkan berupa nilai,
diantaranya suhu susu, fat (lemak), SNF (Solid Non Fat), protein, laktosa, persentase
penambahan air dan titik beku susu. Sanitasi yang dilakukan pada lactoscan yaitu
menggunakan air panas yang diletakkan pada pipa penghisap. Monitoring dan
recording tidak dilakukan secara rutin, hanya dilakukan ketika terjadi masalah atau
gangguan pada lactoscan. Kalibrasi alat dilakukan dengan menggunakan air panas
yang diletakkan pada pipa penghisap kemudian perbaikan pada tombol yang tertera
di lactoscan hingga terdapat hasil yang sesuai. Penanggung jawab lactoscan adalah
pekerja MT KPBS yang terdapat di laboratorium fisik.
Gambar 3. Lactoscan (KPBS, 2007)
Milk Reception Scale (Bak Penimbang). Alat ini berfungsi untuk menimbang susu
segar yang masuk dari mobil tangki dalam satuan kilogram. Alat ini menggunakan
cara perhitungan digital yang dilengkapi dengan komputer sebagai pencatatan. Cara
penggunaan alat ini adalah susu segar dialirkan menuju bak timbangan melalui
selang yang dilengkapi dengan saringan nilon yang berfungsi untuk menyaring susu
dari kotoran. Alat ini berkapasitas 500 kg, yang disedot dengan menggunakan pompa
sentrifugal dengan kecepatan 490 kg selama 15 menit. Sanitasi pada milk reception
scale dilakukan dengan cara manual cleaning system, yaitu dengan melepaskan
-
24
bagian-bagian alat, kemudian dicuci dengan cara disikat atau menggunakan spon
serta ditambahkan tipol secukupnya yang dicampur dengan air. Monitoring dan
recording yaitu tidak dilakukan secara rutin hanya dilakukan ketika terjadi
kerusakan alat. Kalibrasi alat dilakukan hanya dengan membersihkan bak
penimbang dengan air hingga kondisi normal kembali. Penanggung jawab alat ini
adalah pekerja MT KPBS pada bagian Milk Reception Scale.
Gambar 4a. Milk Reception Scale b. Pompa Sentifugal Milk Reception Vat (Bak Penampung). Milk reception vat adalah alat untuk
menampung sementara susu, setelah susu ditimbang dan sebelum susu dialirkan ke
plate cooler. Alat ini berkapasitas 750 kg dan dilengkapi dengan saringan nilon dan
pompa sentrifugal. Alat ini terbuat dari stainless steel dan bekerja pada suhu 27oC
dan tekanan 1 atm yang memiliki dimensi panjang, lebar, dan tinggi yaitu 1,8 meter,
1 meter, dan 0,4 meter. Sanitasi pada milk reception vat dilakukan dengan cara
manual cleaning system, yaitu dengan melepaskan bagian-bagian alat, kemudian
dicuci dengan cara disikat atau menggunakan spon serta ditambahkan tipol
secukupnya yang dicampur dengan air. Monitoring dan recording tidak dilakukan
secara rutin. Penanggung jawab alat ini adalah seorang pekerja MT KPBS pada
bagian milk reception vat yang sesuai jadwal kerja.
Gambar 5. Milk Reception Vat (KPBS, 2007)
-
25
Plate Cooler. Plate cooler berfungsi untuk mendinginkan susu hingga suhunya
mencapai 2-4oC. Prinsip kerja alat ini adalah adanya pindah panas dari dua fluida
yang berbeda pada dua sisi lempeng berlawanan yaitu lempeng yang berisi air dingin
ke lempeng yang berisi susu yang suhunya lebih tinggi sehingga menyebabkan
terjadinya penurunan suhu susu yaitu 27,5-30oC. Alat ini berkapasitas 3000 liter/jam
dan dilengkapi dengan termometer, barometer dan pompa. Sanitasi plate cooler
adalah dengan sistem cleaning in place. Metode ini dilakukan dengan cara pencucian
dengan mengalirkan larutan detergen dan air pencuci pada permukaan yang
dibersihkan. Bahan yang digunakan yaitu larutan caustic soda 0,7%. Monitoring dan
recording tidak dilakukan secara rutin. Penanggung jawab alat ini adalah pekerja MT
KPBS pada bagian plate cooler sesuai jadwal kerja.
Gambar 6. Plate Cooler (KPBS, 2007)
Milk Storage Tank dan Milk Storage Tank Flavor. Milk storage tank merupakan
tangki penampungan susu sementara yang bersuhu 4oC. Milk Treatment (MT) KPBS
mempunyai 2 unit Milk storage tank yang berbentuk silinder dengan kapasitas
50.000 liter dan 3 unit Milk storage tank flavour, 2 unit berkapasitas 20.000 liter dan
1 unit berkapasitas 8.500 liter. Fungsi tangki penampungan ini adalah untuk
mempertahankan suhu susu serta menjaga susu agar tidak terkontaminasi dengan
udara luar. Sanitasi storage tank adalah dengan sistem cleaning in place. Metode ini
dilakukan dengan cara pencucian dengan mengalirkan larutan detergen dan air
pencuci pada permukaan yang dibersihkan. Bahan yang digunakan yaitu larutan
caustic soda 0,7%. Monitoring dan recording dilakukan satu minggu atau satu bulan
sekali pada keadaan tertentu. Penanggung jawab alat ini adalah pekerja MT KPBS
pada bagian plate cooler.
-
26
Gambar 7a. Milk Storage Tank b. Milk Storage Tank Flavor
Mixing Tank. Alat ini berfungsi untuk mencampur susu yang telah dipanaskan di
PHE dengan gula dan bahan penunjang lainnya yang digunakan untuk membuat susu
rasa. Mixing tank ini dihubungkan dengan PHE yang digunakan untuk pemanasan
susu. Pengadukan dilakukan dengan cara manual oleh operator dengan menggunakan
pengaduk stainless. Fungsi dari alat ini untuk membantu dan mempercepat proses
pencampuran bahan. Mixing tank berkapasitas 2000 liter. Sanitasi yang dilakukan
pada mixing tank yaitu dengan cara manual cleaning system. Manual cleaning
dilakukan dengan melepaskan bagian-bagian alat kemudian dicuci dengan cara
disikat atau spon seta ditambahakan tipol secukupnya yang dicampur dengan air.
Monitoring dan recording hanya dilakukan ketika alat terjadi kerusakan, tidak
dilakukan secara rutin. Penanggung jawab alat ini adalah pekerja MT KPBS pada
bagian proses produksi.
Gambar 8. Mixing Tank (KPBS, 2007)
Balance Tank. Balance tank merupakan tangki yang berfungsi untuk mengatur
keseimbangan aliran dan tekanan air susu yang masuk dalam PHE selama proses
pasteurisasi berlangsung, sehingga aliran dapat berjalan secara kontinyu. Tangki ini
dilengkapi dengan alat sensor yang berupa pelampung yang akan mengatur secara
-
27
otomatis jumlah susu yang berada dalam tangki. Tangki ini berkapasitas 300 liter
dengan kondisi proses berada pada suhu 27oC dengan tekanan 1 atm, utilitas dan
instrumentasi yang digunakan berupa listrik dan bola pelampung. Sanitasi yang
dilakukan pada balance tank yaitu dengan cara manual cleaning system. Manual
cleaning dilakukan dengan melepaskan bagian-bagian alat kemudian dicuci dengan
cara disikat atau spon seta ditambahakan tipol secukupnya yang dicampur dengan
air. Monitoring dan recording hanya dilakukan ketika alat terjadi kerusakan, tidak
dilakukan secara rutin. Penanggung jawab alat ini adalah pekerja MT KPBS pada
bagian balance tank.
Gambar 9. Balance Tank (KPBS, 2007)
Plate Heat Exchanger (PHE). Plate Heat Exchanger (PHE) adalah plate persegi
yang tebuat dari logam stainless steel yang saling berhimpit dalam bagian yang
sama. Alat ini befungsi untuk memanaskan suhu susu sampai 82oC selama 15 detik,
setelah itu didinginkan secara perlahan sampai suhu susu mencapai 4oC. Hal ini
sesuai dengan pendapat Buckle et al. (1987) bahwa pada proses pasteurisasi
menggunakan alat pemanas yang berbentuk lempengan plate type heat exchanger.
Plate Heat Exchanger (PHE) memiliki empat bagian utama yang terdiri dari
Regeneratif I, Regeneratif II, Chiller I dan Chiller II. Prinsip kerja PHE adalah susu
yang berasal dari balance tank masuk pada regeneratif I yang akan bersinggungan
dengan air panas (85oC) kemudian susu tersebut masuk lagi ke regeneratif II dan
bersinggungan dengan air panas (85oC), pada regeneratif II susu akan mengalami
pasteurisasi dengan suhu 82oC selama 15 detik. Proses pendinginan di chiller I
mencapai suhu 21oC dengan bersinggungan dengan air dingin bersuhu 0oC,
kemudian menuju chiller II mencapai suhu 4oC dengan bersinggungan dengan air
dingin bersuhu 0oC. Alat ini berkapasitas 5000 liter/jam dengan dilengkapi pompa
-
28
hisap dan flow diversion valve (klep pengatur suhu). Sanitasi plate heat exchanger
adalah dengan sistem cleaning in place. Metode ini dilakukan dengan cara pencucian
dengan mengalirkan larutan detergen dan air pencuci pada permukaan yang
dibersihkan. Bahan yang digunakan yaitu larutan caustic soda 0.7%. Monitoring dan
recording tidak dilakukan secara rutin, hanya terjadi kerusakan. Penanggung jawab
alat ini adalah pekerja MT KPBS pada bagian plate heat exchanger. Kalibrasi alat
pada PHE adalah dengan menggunakan termometer dan waktu yang disediakan
hingga suhu dan waktu dapat kembali normal. Kalibrasi alat tidak dilakukan secara
rutin oleh MT KPBS.
Gambar 10. Plate Heat Exchanger (KPBS, 2007)
Homogenizer. Homogenizer adalah alat yang digunakan untuk memperkecil dan
menyeragamkan globula lemak 1000-1500 psi (pound per square inchi) sehingga
butiran lemak yang homogen dengan rata-rata berukuran 2 mikron dan dilakukan
selama 5 detik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadiwiyoto (1983) bahwa tujuan
homogenisasi susu adalah untuk menyeragamkan globula lemak susu. Prinsip kerja
alat ini yaitu susu dengan suhu 70oC masuk melalui pipa ke homogenizer dan akan
membentur suatu bidang dengan lubang-lubang kecil dengan tekanan kurang lebih
1000-1500 psi, sehingga globula-globula lemak yang berukuran besar akan pecah
menjadi beberapa globula-globula lemak yang berukuran 2-4 mikron. Hal ini
bertujuan supaya dalam setiap tetes susu mengandung lemak yang sama besar.
Setelah itu susu mendapatkan tekanan yang kedua yaitu 500 psi yang berfungsi
supaya susu yang telah berkuran 2-4 mikron dan seragam tadi tidak mengalami
penggumpalan sehingga lemak susu dapat tersebar dan diperoleh susu yang stabil.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hadiwiyoto (1983) bahwa prinsip kerja homogenizer
adalah susu dilakukan penekanan melalui lubang kecil, kemudian setelah keluar akan
-
29
menghantam pada suatu bidang yang keras maka globula-globula lemak yang
berukuran besar akan pecah menjadi beberapa globula lemak yang kecil. Sanitasi
homogenizer adalah dengan sistem cleaning in place. Metode ini dilakukan dengan
cara pencucian dengan mengalirkan larutan detergen dan air pencuci pada permukaan
yang dibersihkan. Bahan yang digunakan yaitu larutan caustic soda 0,7%.
Monitoring dan recording tidak dilakukan secara rutin. Penanggung jawab alat ini
adalah pekerja MT KPBS pada bagian homogenizer.
Gambar 11. Homogenizer
Boiler. Alat ini berfungsi untuk menghasilkan uap air atau air panas. Boiler ini
terbuat dari baja tuang dan berkapasitas 500 kg uap per jam. Prinsip kerja alat ini
adalah mengalirkan sejumlah air ke dalam ketel uap (boiler) yang kemudian air akan
diolah menggunakan elemen-elemen listrik menjadi uap panas bersuhu 170oC
dengan tekanan 1 atm, selanjutnya uap tersebut akan mengalir melalui sistem
perpipaan ke instansi yang memerlukan.
Gitzer. Gitzer berfungsi membuat air dingin. Prinsip kerja alat ini adalah
mendinginkan air oleh gas freon 22 sehingga terjadi kondensasi, dimana gas yang
terbentuk dipompa ke dalam kondensator. Alat ini dilengkapi dengan kondensator,
evaporator dan bak penampung air.
Filling Machine. Filling machine digunakan untuk membentuk seal kemasan dan
mengisi susu pasteurisasi rasa yang jumlahnya telah diatur pada mesin pengemas
melalui gaya hidrolik dan panas yang dihasilkan. Filling machine ini terdapat sinar
ultraviolet yang berfungsi mensterilkan mikroorganisme yang terdapat dalam cup
dan mengeringkan cup yang terkena air. Monitoring untuk sinar UV tidak dilakukan
secara berkala, sehingga kemungkinan bahaya biologi dapat terjadi. Radiasi
-
30
ultraungu (sering disingkat UV, dari bahasa Inggris: ultraviolet) adalah radiasi
elektromagnetis terhadap panjang gelombang yang lebih pendek dari daerah dengan
sinar tampak, namun lebih panjang dari sinar-X yang kecil (Wikipedia, 2004). Filling
machine berkemampuan menghasilkan 5000 cup/jam untuk ukuran 160 ml. Kalibrasi
alat filling machine di MT KPBS tidak dilakukan hanya dilakukan sanitasi. Sanitasi
filling machine adalah dengan sistem cleaning in place. Metode ini dilakukan dengan
cara pencucian dengan mengalirkan larutan detergen dan air pencuci pada permukaan
yang dibersihkan. Bahan yang digunakan yaitu larutan caustic soda 0,7%.
Monitoring dan recording dilakukan satu bulan atau satu minggu sekali pada
keadaan tertentu. Penanggung jawab alat ini adalah pekerja MT KPBS pada bagian
filling machine.
Gambar 12. Filling Machine (KPBS, 2007)
Prepack Machine. Fungsi prepack machine adalah untuk mengemas susu
pasteurisasi murni. Perekat plastik kemasan dengan menggunakan elemen panas dan
pengisian susu secara otomatis pemotong dan penutup juga menggunakan elemen
panas. Alat ini berkapasitas 1000 buah/jam untuk ukuran 500 ml. Sanitasi prepack
machine adalah dengan sistem cleaning in place. Metode ini dilakukan dengan cara
pencucian dengan mengalirkan larutan detergen dan air pencuci pada permukaan
yang dibersihkan. Bahan yang digunakan yaitu larutan caustic soda 0,7%.
Monitoring dan recording tidak dilakukan secara rutin. Penanggung jawab alat ini
adalah pekerja MT KPBS pada bagian prepack machine.
-
31
Gambar 13. Prepack Machine (KPBS, 2007)
Proses Penanganan dan Pengolahan Susu
Proses produksi yang dilakukan di MT KPBS mengacu pada SOP yang telah
ditetapkan. Standard Operational Procedure (SOP) tersebut dibuat dengan tujuan
untuk menghasilkan produk olahan susu yang aman dan halal. MT KPBS
memproduksi susu pasteurisasi sesuai dengan pemesanan. Pemasaran yang dilakukan
MT KPBS disalurkan melalui distributor yang tersebar di wilayah Jawa Barat,
meliputi Bandung, Bogor, Jakarta Barat dan Timur, Sukabumi, Purwakarta, Cirebon
serta Ciamis.
Produk yang dipasarkan oleh MT KPBS dibedakan menjadi produk susu
pasteurisasi rasa dan non rasa, yang mempunyai tahapan proses pengolahan yang
berbeda pula. Tahap penanganan susu yang dilakukan di MT KPBS meliputi
penerimaan bahan baku, proses produksi, pengemasan dan distribusi. Penanganan
susu dilakukan oleh masing-masing pekerja sesuai dengan bagiannya. Tahap proses
pengolahan susu meliputi tahap proses susu pra pasteurisasi (dingin), proses susu
pasteurisasi tanpa rasa, dan susu pasteurisasi rasa.
Penanganan Susu
Penanganan susu MT KPBS terbagi atas penerimaan bahan baku, poses
produksi, pegemasan dan distribusi. Proses penerimaan dilakukan terhadap susu yang
berasal dari TPK yang dinyatakan diterima melalui pengujian yang dilakukan. Selain
proses pengujian di TPK, pengujian juga dilakukan di laboratorium MT KPBS.
Proses produksi MT KPBS dilakukan untuk menghasilkan susu pasteurisasi tanpa
rasa dan susu pasteurisasi rasa. Pengemasan dilakukan di ruang terpisah setelah susu
-
32
melalui tahap pengolahan. Kemasan yang digunakan adalah polyethilene untuk susu
pasteurisasi tanpa rasa (prepack) dan polyprophylene untuk susu pasteurisasi rasa
(cup).
Tahap Proses Pengolahan Susu Pra Pasteurisasi (Susu Dingin)
Proses produksi susu pra pasteurisasi (susu dingin) diawali dengan pengujian
kualitas susu segar, kemudian di ruang penerimaan susu dialirkan pada milk
reception scale untuk dilakukan penimbangan setelah itu susu disaring dan
ditampung pada milk reception vat. Setelah dari ruang penerimaan, susu dialirkan ke
plate cooler. Susu yang terdapat dalam plate cooler didinginkan hingga mencapai
suhu 4oC, plate cooler ini terdiri dari 2 lempeng logam yaitu lempeng untuk
mengalirkan air dingin yang bersuhu 0 1oC, keduanya dialirkan secara berlawanan
pada waktu yang bersamaan. Didalam plate cooler ini terjadi proses pindah panas
antara susu dan air dingin. Susu yang telah didinginkan dalam plate cooler kemudian
dialirkan ke milk storage tank (tangki penyimpanan).
Tahap Proses Pengolahan Susu Pasteurisasi Tanpa Rasa
Proses pengolahan susu pasteurisasi tanpa rasa berasal dari susu dingin yang
telah disediakan dalam milk storage tank. Setelah itu, proses pasteurisasi susu tanpa
rasa yang dilakukan di MT KPBS melalui 4 tahap, yaitu pemanasan awal,
homogenisasi, pasteurisasi, dan pendinginan.
a. Pemanasan awal
Pemanasan awal dimulai dengan susu dingin yang dialirkan dari balance tank
menuju PHE, dimana dalam PHE terjadi proses persinggungan antara lempengan
yang berisi susu dengan lempengan yang berisi air panas yang bersuhu 85oC,
sehingga terjadi pertukaran panas yang menyebabkan suhu susu berubah dari 4oC
menjadi 60-70oC, pemanasan awal ini berlangsung selama 15 detik.
b. Homogenisasi
Susu yang telah mengalami pemanasan awal kemudian dialirkan ke dalam
homogenizer. Tahap ini berfungsi untuk mendapatkan susu dengan butiran-butiran
lemak yang bentuknya seragam.
c. Pasteurisasi
-
33
Susu yang telah dihomogenisasi dialirkan kembali ke PHE untuk proses
pasteurisasi. Proses pasteurisasi dilakukan dengan cara pemanasan susu hingga suhu
susu mencapai 82oC selama 15 detik. Susu pasteurisasi dikontrol oleh alat Flow
Diversion Valve yang bekerja secara otomatis. Bila suhu susu kurang dari 80oC
maka susu akan dialirkan kembali menuju PHE untuk dipasteurisasi ulang,
sedangkan susu yang sudah mencapai suhu 82oC akan langsung mengalami proses
pendinginan.
d. Pendinginan
Tahap terakhir proses pasteurisasi yaitu pendinginan di dalam PHE yang akan
terjadi penurunan suhu susu pasteurisasi secara bertahap yaitu dari suhu 82oC akan
menjadi 2-4oC. Hal ini terjadi karena susu pasteurisasi bersilangan dengan susu
dingin (susu yang dialirkan dari storage tank), dan sebaliknya suhu susu dingin akan
meningkat menjadi 60-70oC, sedangkan suhu susu pasteurisasi menurun menjadi 18-
21oC yang selanjutnya susu pasteurisasi masuk ke plate cooler hingga suhu susu
menjadi 2-4oC.
Tahap Proses Pengolahan Susu Pasteurisasi Rasa
Proses pembuatan susu pasteurisasi rasa ini hampir sama dengan susu pasteurisasi
tanpa rasa, hanya saja perbedaannya terletak pada proses pemanasan awal dan proses
pencampuran. Tahap-tahap proses pembuatan susu pasteurisasi rasa setelah dari susu
dingin yang telah disediakan dalam milk storage tank antara lain pemanasan,
pencampuran (mixing), pemanasan awal, homogenisasi, pasteurisasi, dan
pendinginan.
a. Pemanasan
Susu dari tangki penyimpanan dialirkan dalam PHE hingga suhu susu
mencapai 40-60oC. Setelah itu, susu dialirkan pada tangki untuk dilakukan
penambahan gula. Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk mempercepat proses
pelarutan gula.
b. Pencampuran (Mixing)
Susu yang telah dicampur dengan gula dialirkan menuju tangki pencampuran
yang dilengkapi dengan alat pengaduk untuk dilakukan pencampuran formulasi
seperti stabilizer, flavor, coklat bubuk dan pewarna. Setelah proses pencampuran
-
34
selesai maka tahapan selanjutnya adalah seperti proses pengolahan susu pasteurisasi
tanpa rasa.
c. Pemanasan
Pemanasan awal dimulai dengan susu yang telah dilakukan pencampuran
bahan tambahan dialirkan dari balance tank menuju PHE, dimana dalam PHE terjadi
proses persinggungan antara lempengan yang berisi susu dengan lempengan yang
berisi air panas yang bersuhu 85oC, sehingga terjadi pertukaran panas yang
menyebabkan suhu susu berubah dari 4oC menjadi 60-70oC, pemanasan kedua ini
berlangsung selama 15 detik.
c. Homogenisasi
Susu yang telah mengalami pemanasan awal kemudian dialirkan ke dalam
homogenizer. Tahap ini berfungsi untuk mendapatkan susu dengan butiran-butiran
lemak yang bentuknya seragam.
d. Pasteurisasi
Susu yang telah dihomogenisasi dialirkan kembali ke PHE untuk proses
pasteurisasi. Proses pasteurisasi dilakukan dengan cara pemanasan susu hingga suhu
susu mencapai 82oC selama 15 detik. Susu pasteurisasi dikontrol oleh alat Flow
Dispertion Valve yang bekerja secara otomatis. Bila suhu susu kurang dari 80oC
maka susu akan dialirkan kembali menuju PHE untuk dipasteurisasi ulang,
sedangkan susu yang sudah mencapai suhu 82oC akan langsung mengalami proses
pendinginan.
e. Pendinginan
Tahap terakhir proses pasteurisasi yaitu pendinginan di dalam PHE yang akan
terjadi penurunan suhu susu pasteurisasi secara bertahap yaitu dari suhu 82oC akan
menjadi 2-4oC. Hal ini terjadi karena susu pasteurisasi bersilangan dengan susu
dingin (susu yang dialirkan dari storage tank), dan sebaliknya suhu susu dingin akan
meningkat menjadi 60-70oC, sedangkan suhu susu pasteurisasi menurun menjadi 18-
21oC yang selanjutnya susu pasteurisasi masuk ke plate cooler hingga suhu susu
menjadi 2-4oC.
Rencana Kerja Jaminan Mutu (RKJM) HACCP
-
35
Dokumen RKJM merupakan Rencana HACCP atau Quality Assurance Plan
(QAP) atau panduan mutu bagi suatu unit usaha agribisnis yang bermaksud mulai
menerapkan sistem HACCP yang sesuai dengan SNI 01-4852-1998. MT KPBS
merupakan koperasi yang bergerak dalam bidang produk olahan susu, yang akan
merencanakan penyusunan HACCP untuk menjamin keamanan produknya. Rencana
Kerja Jaminan Mutu (RKJM) merupakan tahapan awal yang harus dilakukan MT
KPBS untuk menyusun rencana HACCP. Rencana Kerja Jaminan Mutu (RKJM)
menguraikan sistem dan dokumen cara penerapan sistem dalam unit usaha agribisnis
yang mencakup Persyaratan dasar (Pre-requisite), Prinsip-prinsip HACCP, dan
Program umum manajemen mutu. Penyusunan RKJM HACCP yang dilakukan pada
MT KPBS Pengalengan Bandung meliputi kebijakan mutu, organisasi, deskripsi
produk, persyaratan dasar, diagram alir proses, analisa bahaya dan tindakan
pencegahan, penetapan CCP, penetapan batas kritis, penetapan tindakan koreksi,
penetapan prosedur verifikasi dan penetapan prosedur pencatatan.
1. Kebijakan Mutu Kebijakan mutu yang dimiliki oleh Koperasi Peternakan Bandung Selatan
adalah menjadi koperasi yang amaliah, modern, sehat usaha dan sehat mental serta
unggul dalam tingkat regional dan nasional. Adapun misinya adalah:
1) taat dan patuh terhadap Pancasila, UUD 1945, Undang-Undang
Perkoperasian serta peraturan pelaksanaannya, Peraturan Perundang-
undangan lain yang berlaku dan melaksanakan amanah keputusan Rapat
Anggota;
2) memotivasi anggota secara mandiri untuk meningkatkan harkat derajat
sendiri, sekaligus mengangkat citra perkoperasian;
3) meningkatkan kompetensi sumber daya koperasi;
4) melaksanakan Tata Kelola Operasional dengan baik, efektif dan efisien;
5) mengimplementasikan inovasi, ilmu pengetahuan serta teknologi yang tepat.
MT KPBS berkomitmen untuk merancang HACCP dalam lingkungan produksinya
untuk memenuhi hal ini.
2. Organisasi Badan usaha yang akan menerapkan sistem HACCP secara konsisten harus
membuat organisasi dalam organissi kelompok yang bertanggung jawab terhadap
-
36
pengendalian mutu. Ha-hal yang perlu dijelaskan dalam elemen organisasi adalah
struktur organisasi, tim HACCP dan identitas unit usaha.
a) Struktur Organisasi
Struktur Organisasi menyajikan bagan organisasi atau diagram yang
menunjukkan garis wewenang dan penetapan fungsi. Atas pemintaan perusahaan,
struktur organisasi akan dilakukan penyusunan sendiri oleh pihak perusahaan.
b) Tim HACCP
Tim HACCP di MT KPBS belum terbentuk sehingga keinginan perusahaan
untuk lebih meningkatkan keamanan pangan masih menghadapi kendala.
Perkembangan yang terjadi saat ini, tim HACCP sangat diperlukan dalam
pelaksanaan HACCP di perusahaan. Oleh karena itu, belum adanya tim HACCP di
MT KPBS merupakan hal yang harus dipertimbangkan lagi, agar rencana HACCP
dapat berjalan dengan optimal. Lampiran 7 merupakan contoh penyusunan tim
HACCP sesuai pegawai MT KPBS yang dilakukan oleh penyusun.
c) Identitas Unit Usaha
Identitas atau data umum unit diperlukan untuk mengenali unit usaha
tersebut. Adapun identitas yang dimiliki MT KPBS adalah:
Nama Unit Usaha : Milk Treatment (MT) KPBS
Alamat : Jl. Koperasi No.1 Kecamatan
Pengalengan, Bandung.
Nomor Telp./fax :
(022)5979362/(022)5979373
Penanggung jawab : Ir. Faizal N. Wirasasmita
Produksi
3. Deskripsi Produk Sistem HACCP akan lebih baik, jika diterapkan pada tahap proses atau
produk yang spesifik. Deskripsi produk merupakan keterangan yang berisikan
seluruh jenis produk akhir unit usaha yang dicakup dalam program HACCP. Adanya
pendiskripsian produk tersebut diharapkan penanganan terhadap produk dapat
-
37
dikontrol dengan baik sehingga akan menghasilkan produk akhir yang aman pangan.
Dasar yang digunakan dalam mengidentifikasi rencana penggunaan produk adalah
harapan konsumen untuk menggunakan produk (misalnya siap saji dan perlu
dipanaskan terlebih dahulu) serta sasaran konsumen produk tersebut apakah
masyarakat luas atau hanya untuk kelompok konsumen tertentu (kelompok populasi
rentan). Deskripsi produk bertujuan untuk mengetahui jenis produk, komposisi
produk, kondisi penyimpanan dan umur simpan, pengemasan, serta metode
pendistribusian (BSN, 1998). Deskripsi produk susu pasteurisasi di MT KPBS
Pengalengan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Deskripsi Produk
Kriteria Keterangan Kategori Proses Produk Nama dagang/umum Komposisi Produk Cara produk digunakan Tipe Pengemasan Tanggal Kadaluarsa pada suhu berapa Model Penjualan (Wholesale/Retailer/Konsumen) Intruksi Pelabelan Cara Penanganan/ Transportasi Standar Susu Pasteurisasi Persyaratan Pelanggan
Pasteurisasi Susu Segar Susu Pasteurisasi KPBS Pengalengan Susu murni, gula, stabilizer, flavour, pewarna Langsung dikonsumsi Prepack dengan ukuran 500 ml Cup dengan ukuran 160 ml 6 hari pada suhu 40C Retail Nama Unit Pengolahan, Logo KPBS, Daftar Angka Kecukupan Gizi, Volume Kemasan, Komposisi, Alamat Produk, Tanggal Kadaluarsa, Petunjuk Penggunaan dan Penyimpanan. Mobil boks yang dilengkapi dengan unit pendingin SNI 01-3951-1995 Umum
No