tugas hukes

60
Rengganis Eka Sandhya 04091003049 PSIK ‘09 BEBERAPA PERATURAN DAN UNDANG-UNDANG YANG BERKAITAN DENGAN KEPERAWATAN 1. UU RI No 6 Tahun 1963 BAB I MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 1 Maksud dan tujuan undang-undang ini ialah untuk menetapkan *3007 ketentuan-ketentuan dasar mengenai Tenaga Kesehatan. BAB II KETENTUAN UMUM Pasal 2 Yang dimaksud dengan Tenaga Kesehatan dalam undang- undang ini, ialah : I. Tenaga Kesehatan sarjana, yaitu : a. dokter; b. dokter-gigi; c. apoteker; d. sarjana-sarjana lain dalam bidang kesehatan; II. Tenaga Kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah:

Upload: aniendhya

Post on 04-Jul-2015

49 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

BEBERAPA PERATURAN DAN UNDANG-UNDANG YANG

BERKAITAN DENGAN KEPERAWATAN

1. UU RI No 6 Tahun 1963

BAB I

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 1

Maksud dan tujuan undang-undang ini ialah untuk menetapkan *3007 ketentuan-

ketentuan dasar mengenai Tenaga Kesehatan.

BAB II

KETENTUAN UMUM

Pasal 2

Yang dimaksud dengan Tenaga Kesehatan dalam undang-undang ini, ialah :

I. Tenaga Kesehatan sarjana, yaitu :

a. dokter;

b. dokter-gigi;

c. apoteker;

d. sarjana-sarjana lain dalam bidang kesehatan;

II. Tenaga Kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah:

a. Dibidang farmasi : asisten-apoteker dan sebagainya;

b. Dibidang kebidanan: bidan dan sebagainya;

c. Dibidang perawatan: perawat, physio-terapis dan sebagainya;

d. Dibidang kesehatan masyarakat : penilik kesehatan, nutrisionis dan lain-lain;

e. Dibidang-bidang kesehatan lain.

Page 2: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

BAB V

TUGAS PEKERJAAN TENAGA KESEHATAN SARJANA MUDA, MENENGAH

DAN RENDAH

Pasal 7

1) Tugas pekerjaan tenaga kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah

ditetapkan berdasarkan pendidikan dan pengalamannya.

2) Pendidikan yang dimaksudkan dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan

Pemerintah atau Peraturan Menteri Kesehatan.

Pasal 8

1) Tenaga kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah melakukan pekerjaannya

dibawah pengawasan dokter/dokter-gigi/ apoteker/sarjana lain yang dimaksud

pasal 2 nomor 1.

2) Kepada tenaga kesehatan tertentu dapat diberikan wewenang terbatas untuk

menjalankan pekerjaan tanpa pengawasan langsung sebagaimana dimaksud

dalam ayat ( 1).

3) Ketentuan-ketentuan dalam pasal 5 dan 6 berlaku juga untuk melakukan

pekerjaan tenaga kesehatan yang dimaksud dalam ayat (2).

BAB VI

TENAGA PENGOBATAN BERDASARKAN ILMU & ATAU CARA LAIN

DARIPADA ILMU KEDOKTERAN

Pasal 9

1) Menteri Kesehatan memberi bimbingan dan pengawasan kepada mereka yang

melakukan usaha-usaha pengobatan berdasarkan ilmu dan atau cara lain dari pada

ilmu kedokteran.

2) Bimbingan dan pengawasan yang dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut

dengan peraturan-peraturan pelaksanaan.

BAB VII

BIMBINGAN PEMERINTAH

Page 3: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

Pasal 10

Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang tentang

Pokok -pokok Kesehatan (Undang-undang tahun 1960 No. 9; Lembaran-Negara

tahun 1960 No. 131), Menteri Kesehatan mengatur, membimbing dan mengawasi

tenaga kesehatan dalam melakukan tugas pekerjaannya, baik yang dijalankan

sebagai perseorangan maupun yang merupakan aktivitas-aktivitas secara

kolektip.

BAB VIII

TINDAKAN-TINDAKAN ADMINISTRATIF

Pasal 11

1) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan didalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana dan Peraturan-peraturan perundang-undangan lain, maka terhadap

tenaga kesehatan dapat dilakukan tindakan-tindakan administratip dalam hal

sebagai berikut :

a) melalaikan kewajiban;

b) melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang

tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat

sumpah sebagai tenaga kesehatan;

c) mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan,

d) melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang ini.

2) Tindakan-tindakan yang dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) dapat diambil oleh

Pejabat Kesehatan Tertinggi di Daerah tingkat I dan/atau Menteri Kesehatan,

setelah diadakan pemeriksaan yang teliti.

Pasal 12

1) Jika tindakan-tindakan dalam pasal 11 ayat (1) yang diambil oleh Pejabat

Kesehatan Tertinggi di Daerah Tingkat I tidak diterima oleh tenaga kesehatan

yang bersangkutan, maka ia dapat memajukan perkaranya kepada Menteri

Kesehatan.

Page 4: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

2) Menteri Kesehatan mengambil tindakan-tindakan yang dimaksud dalam pasal 11

ayat (1) atau dalam hal yang dimaksud dalam pasal ini ayat (1), setelah

mendengar pertimbangan Dewan Pelindung Susila Kedokteran dan bilamana

perlu badan-badan-lain.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 13

Hal-hal yang tidak, belum atau belum cukup diatur dengan Undang-

undang ini, diatur dengan Peraturan Pemerintah atau Peraturan Menteri

Kesehatan.

Pasal 14

Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya

setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Undang-

undang ini dengan penempatan dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia.

2. UU RI No 18 Tahun 1964

Pasal 1

Yang dimaksud dengan tenaga paramedis dalam Undang-Undang ini

adalah tenaga kesehatan sarjana muda, menengah, rendah sebagaimana tersebut

dalam pasal 2 No II UU No 6 Tahun 1963.

Penjelasan Pasal 1

a. Bidang Farmasi: asisten apoteker

b. Bidang Kebidanan: bidan

c. Bidang Keperawatan: perawat, fisioterapi, dll

d. Bidang Kesehatan Masyarakat: penilik kesehatan

e. Bidang Kesehatan lainnya: laboratorium, analisis, dll

Page 5: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

3. PERMENKES No 262/1979/VII

Pasal 2

Kategori Tenaga Kesehatan:

a) Tenaga Medis;

1. FK/FKG dan pascasarjananya

2. Pelayanan medis dan para penunjang medis

b) Tenaga Paramedis;

1. Sekolah/akademi perawat kesehatan

2. Pelayanan perawatan paripurna

3. Penata perawat, perawat kesehatan, bidan, dll

c) Tenaga Paramedis Non Perawatan

1. Sekolah/akademi kesehatan lainnya

2. Pelayanan penunjang yakni; analis, piñata rontgen, sekolah

menengah gizi, dsb

d) Tenaga Non Medis

1. Tidak termasuk pendidikan butir 1,2, dan 3 diatas

2. Yaitu sekolah pencatatan medis, sarjana kimia, sarjana fisika medis,

dsb.

4. UNDANG-UNDANG No 23 Tahun 1992

Pasal 1

1) Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

2) Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau

masyarakat.

Page 6: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

Pasal 53

1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hokum dalam

melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

2) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.

3) Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat melakukan

tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan

keselamatan yang bersangkutan.

4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak sebagaimana dimaksud

dalam ayat 2 ditetapkan dengan PP.

5. PP No 32 Tahun 1996

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan

di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan;

2. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya

kesehatan;

3. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat;

4. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

BAB II

JENIS TENAGA KESEHATAN

Pasal 2

1) Tenaga kesehatan terdiri dari:

a. tenaga medis;

b. tenaga keperawatan;

c. tenaga kefarmasian;

d. tenaga kesehatan masyarakat;

Page 7: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

e. tenaga gizi;

f. tenaga keterapian fisik;

g. tenaga keteknisian medis.

2) Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.

3) Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.

4) Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.

5) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomology

kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan

dan sanitarian.

6) Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.

7) Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara.

8) Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi

elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi

transfusi dan perekam medis.

BAB III

PERSYARATAN

Pasal 3

Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di

bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan.

Pasal 4

1) Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga

kesehatan yang bersangkutan memiliki ijin dari Menteri.

2) Dikecualikan dari pemilikan ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bagi

tenaga kesehatan masyarakat.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

diatur oleh Menteri.

BAB V

STANDAR PROFESI DAN PERLINDUNGAN HUKUM

Bagian Kesatu

Standar Profesi

Page 8: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

Pasal 21

1) Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk

mematuhi standar profesi tenaga kesehatan.

2) Standar profesi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 22

1) Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya

berkewajiban untuk:

a. menghormati hak pasien;

b. menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien;

c. memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang

akan dilakukan;

d. meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan;

e. membuat dan memelihara rekam medis.

2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut

oleh Menteri.

Pasal 23

1) Pasien berhak atas ganti rugi apabila dalam pelayanan kesehatan yang diberikan

oleh tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 mengakibatkan

terganggunya kesehatan, cacat atau kematian yang terjadi karena kesalahan atau

kelalaian.

2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua

Perlindungan Hukum

Pasal 24

1) Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan

tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan.

Page 9: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut

oleh Menteri.

BAB VI

PENGHARGAAN

Pasal 25

1) Kepada tenaga kesehatan yang bertugas pada sarana kesehatan atas dasar

prestasi kerja, pengabdian, kesetiaan, berjasa pada negara atau meninggal dunia

dalam melaksanakan tugas diberikan penghargaan.

2) Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan oleh

Pemerintah dan/atau masyarakat.

3) Bentuk penghargaan dapat berupa kenaikan pangkat, tanda jasa, uang atau

bentuk lain.

BAB VII

IKATAN PROFESI

Pasal 26

1) Tenaga kesehatan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk

meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan,

martabat dan kesejahteraan tenaga kesehatan.

2) Pembentukan ikatan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IX

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu

Pembinaan

Pasal 28

1) Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu pengabdian

profesi tenaga kesehatan.

2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui pembinaan

karier, disiplin dan teknis profesi tenaga kesehatan.

Page 10: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

Pasal 29

1) Pembinaan karier tenaga kesehatan meliputi kenaikan pangkat, jabatan dan

pemberian penghargaan.

2) Pembinaan karier tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pasal 30

1) Pembinaan disiplin tenaga kesehatan menjadi tanggung jawab penyelenggara

dan/atau pimpinan sarana kesehatan yang bersangkutan.

2) Pembinaan disiplin tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundangundangan

yang berlaku.

Pasal 31

1) Menteri melakukan pembinaan teknis profesi tenaga kesehatan.

2) Pembinaan teknis profesi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilaksanakan melalui:

a. bimbingan;

b. pelatihan di bidang kesehatan;

c. penetapan standar profesi tenaga kesehatan.

Bagian Kedua

Pengawasan

Pasal 32

Menteri melakukan pengawasan terhadap tenaga kesehatan dalam

melaksanakan tugas profesinya.

Pasal 33

1) Dalam rangka pengawasan, Menteri dapat mengambil tindakan disiplin terhadap

tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi

tenaga kesehatan yang bersangkutan.

Page 11: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

2) Tindakan disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:

a. teguran

b. pencabutan ijin untuk melakukan upaya kesehatan

3) Pengambilan tindakan disiplin terhadap tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB X

KETENTUAN PIDANA

Pasal 34

Barangsiapa dengan sengaja menyelenggarakan pelatihan di bidang

kesehatan tanpa ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), dipidana

sesuai dengan ketentuan Pasal 84 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan.

Pasal 35

Berdasarkan ketentuan Pasal 86 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992

tentang Kesehatan, barangsiapa dengan sengaja:

a) melakukan upaya kesehatan tanpa ijin sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 ayat (1);

b) melakukan upaya kesehatan tanpa melakukan adaptasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1);

c) melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga

kesehatan yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat

(1);

d) tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22

ayat (1); dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta

rupiah).

6. KEPMENKES RI No 1239/MENKES/SK/XI/2001

Page 12: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

Pasal 15

Perawat dalam melaksanakan praktik berwenang untuk:

a) Melaksanakan askep meliputi pendiagnosaan/penetapan diagnose

keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan

evaluasi keperawatan.

b) Tindakan keperawatan yang dimaksud pada butir a meliputi: intervensi

keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling.

c) Dalam melaksanakan askep sesuai butir a dan b harus sesuai dengan

standar profesi.

d) Pelayanan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis dari

dokter.

Pasal 16

Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal

15, perawat berkewajiban untuk:

a) Menghormati hak klien

b) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani

c) Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

d) Memberikan informasi

e) Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan

f) Melakukan perawatan yang baik

Pasal 20

1) Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa, perawat berwenang

melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang dimaksud dalam

pasal 15.

2) Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat 1

ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

Pasal 30

Perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau

menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain,

dikecualikan dari larangan pada ayat 1 (a).

Page 13: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

7. PP No 10 Tahun 1996 tentang wajib menyimpan rahasia.

Pasal 1

Yang dimaksud dengan rahasia kadokteran adalah segala sesuatu yang

diketahui orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan

pekerjaannya dalan lapangan kedokteran.

Pasal 3

Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1

adalah:

a) Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tenaga kesehatan

b) Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan dan orang

lain yang ditetapkan oleh menkes.

8. PERMENKES No HK.02.02/MENKES/148/I/2010

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Perawat adalah seseorang yang telah lulis pendidikan perawat baik didalam

maupun diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undang.

2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitative.

3. Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti

tertulis yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktik keperawatan

secara perorangan dan/atau berkelompok.

4. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam

menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi, dan

standar prosedur operasional.

Page 14: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

5. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis

yang diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki

sertifikat kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan,

6. Obat Bebas Tadalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat

diperoleh tanpa resep dokter.

7. Obat bebas Terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang

dapat diperoleh tanpa resep dokter.

8. Organisasi Profesi adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

BAB II

PERIZINAN

Pasal 2

1. Perawat dapat menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan.

2. Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan/atau praktik mandiri.

3. Perawat yang menjalankan praktik mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

berpendidikan minimal Diploma III (D III) Keperawatan.

Pasal 3

1. Setiap Perawat yang menjalankan praktik wajib memiliki SIPP.

2. Kewajiban memiliki SIPP dikecualikan bagi perawat yang menjalankan praktik

pada fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandidi.

Pasal 4

1. SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) dikeluarkan oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota.

2. SIPP berlaku selama STR masih berlaku.

Pasal 5

1. Untuk memperoleh SIPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Perawat harus

mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan

melampirkan:

a) Fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir

Page 15: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

b) Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik

c) Surat pernyataan memiliki tempat praktik

d) Pas foto berwarna terbaru ukuran 4x6 cm sebanyak 3 lembar

e) Rekomendasi dari Organisasi Profesi

2. Surat permohonan memperoleh SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

sebagaimana tercantum dalam Formulir I terlampir.

3. SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan untuk 1 tempat

praktik.

4. SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimana tercantum dalam

Formulir II terlampir.

Pasal 6

Dalam menjalankan praktik mandiri, perawat wajib memasang papan nama praktik

keperawatan.

Pasal 7

SIPP dinyatakan tidak berlaku karena:

a) Tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPP

b) Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang

c) Dicabut atas perintah pengadilan

d) Dicabut atas rekomendasi Organisasi profesi

e) Yang bersangkutan meninggal dunia

BAB III

PENYELENGGARAAN PRAKTIK

Pasal 8

1. Praktik keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat

pertama, tingkat kedua, dan tingkat ketiga.

2. Praktik keperawatan sebaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada

individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

3. Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui

kegiatan:

a) Pelaksanaan asuhan keperawatan

Page 16: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

b) Pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan

masyarakat

c) Pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer

4. Asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi

pengkajian, penetapan diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi, dan

evaluasi keperawatan.

5. Implementasi keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi

penerapan perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan.

6. Tindakan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi pelaksanaan

prosedur keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling

kesehatan.

7. Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) dapat memberikan obat bebas dan atau obat bebas terbatas.

Pasal 9

Perawat dalam melakukan praktik harus sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.

Pasal 10

1. Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan tidak

ada dokter di tempat kejadian, perawat dapat melakukan pelayanan kesehatan

diluar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.

2. Bagi perawat yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter

dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah, dapat melakukan tugas

pemerintah, dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.

3. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

harus mempertimbangkan kompetensi, tingkat kedaruratan dan kemungkinan

untuk dirujuk.

4. Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimna dimaksud pada ayat (2) adlah

kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

5. Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah terdapat dokter,

kewenangan perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku.

Page 17: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

Pasal 11

Dalam melaksanakan praktik, perawat mempunyai hak:

a) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik keperawatan

sesuai standar

b) Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan/atau keluarganya

c) Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi

d) Menerima imbalan jasa profesi

e) Memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan

tugasnya.

Pasal 12

1) Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk:

a. Menghormati hak pasien

b. Melakukan rujukan

c. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan

d. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien/klien dan

pelayanan yang dibutuhkan

e. Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan

f. Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis

g. Mematuhi standar

2) Perawat dalam menjalankan praktik senantiasa meningkatkan mutu pelayanan

profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, yang

diselenggarakan oleh Pemerintah atau organisasi profesi.

3) Perawat dalam menjalankan praktik wajib membantu program Pemerintah dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB IV

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 13

1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan

dengan mengikutsertakan organisasi profesi.

Page 18: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan

untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi

masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi

kesehatan.

Pasal 14

1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,

Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan tindakan administrarif

kepada perawat yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan

penyelenggaraan praktik dalam peraturan ini.

2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:

a) Teguran lisan

b) Teguran tertulis

c) Pencabutan

BAB V

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 15

1) SIPP yang dimiliki perawat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1239/Menkes/SK/IV/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat masih tetap

berlaku sampai masa SIPP berakhir.

2) Pada saat peraturan ini mulai berlaku, SIPP yang sedang dalam proses perizinan

dilaksanakan sesuai ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1239/Menkes/SK/IV/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 16

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat sepanjang yang

berkaitan dengan perizinan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Page 19: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

9. Rancangan Undang-Undang Keperawatan Nomor 02

Rancangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20

TENTANG

PRAKTIK KEPERAWATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur

kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945;

b. bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam

bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada

seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan

pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau

oleh masyarakat; (?)

c. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan merupakan bagian

integral dari penyelenggaraan upaya kesehatan yang

dilakukan oleh perawat berdasarkan kaidah etik, nilai-

nilai moral serta standar profesi.

d. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada

kewenangan yang diberikan karena keahlian yang

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan

masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan

tuntutan globalisasi.

Page 20: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

e. bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan dan penyelesaian

masalah yang timbul dalam penyelenggaraan praktik

keperawatan, perlu keterlibatan organisasi profesi;

f. bahwa untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada

penerima pelayanan kesehatan dan perawat diperlukan

pengaturan mengenai penyelenggaraan praktik

keperawatan;

g. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf

d, huruf e dan huruf f, perlu ditetapkan Undang-Undang

tentang Praktik Keperawatan.

Mengingat :

1. Undang-Undang Dasar 1945; Pasal 20 dan pasal 21 ayat (1) (cek ulang di UUD 45)

2. Undang-Undang No. 23, tahun 1992 tentang kesehatan.(di konsulkan ulang)

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PRAKTIK KEPERAWATAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

(1) Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan

ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun

sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Page 21: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

(2) Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat melalui kolaborasi dengan

sistem klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan

sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,

termasuk praktik keperawatan individual dan berkelompok.

(3) Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan

baik langsung atau tidak langsung diberikan kepada sistem klien di sarana dan

tatanan kesehatan lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan

berdasarkan kode etik dan standar praktik keperawatan.

(4) Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan

baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik

Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Perawat terdiri dari perawat vokasional dan perawat profesional.

(6) Perawat vokasional adalah seseorang yang telah lulus pendidikan Diploma III

Keperawatan dan Sekolah Perawat Kesehatan yang terakreditasi dan diakui oleh

pejabat yang berwenang.

(7) Perawat profesional adalah seseorang yang lulus dari pendidikan tinggi keperawatan

dan terakreditasi, terdiri dari ners generalis, ners spesialis dan ners konsultan.

(8) Ners generalis adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan Ners.

(9) Ners Spesialis adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan

spesialis keperawatan 1.

(10) Ners Konsultan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan

spesialis keperawatan 2.

(11) Registered Nurse disingkat RN adalah perawat profesional yang teregistrasi.

(12) Licensed Practical Nurse disingkat LPN adalah perawat vokasional yang teregistrasi.

(13) Konsil Keperawatan Indonesia adalah suatu badan otonom yang bersifat independen.

(14) Sertifikasi adalah proses pengakuan terhadap program pendidikan dan pelatihan

keperawatan dalam menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan di seluruh

Indonesia yang dilaksanakan oleh organisasi profesi.

(15) Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang

perawat untuk menjalankan praktik keperawatan di seluruh Indonesia setelah lulus

uji kompetensi oleh konsil keperawatan. (?)

(16) Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap perawat yang telah memiliki sertifikat

kompetensi.

Page 22: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

(17) Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap perawat yang telah diregistrasi

setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.

(18) Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota kepada perawat yang akan menjalankan praktik

keperawatan setelah memenuhi persyaratan.

(19) SIPP I adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Keperawatan kepada perawat

vokasional yang telah memenuhi persyaratan

(20) SIPP II adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Keperawatan kepada

perawat profesional yang telah memenuhi persyaratan

(21) Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan

upaya pelayanan kesehatan.

(22) Klien dan atau pasien/klien dan atau pasien adalah setiap orang yang melakukan

konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang

diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada perawat.

(23) Organisasi profesi adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

(24) Kolegium keperawatan adalah kelompok perawat generalis dan perawat spesialisasi

sesuai bidang keilmuan keperawatan yang dibentuk oleh organisasi profesi

keperawatan.

(25) Komite adalah badan kelengkapan konsil yang dibentuk untuk melaksanakan tugas-

tugas konsil.

(26) Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Praktik keperawatan dilaksanakan berasaskan Pancasila dan berlandaskan pada nilai

ilmiah, etika dan etiket, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan dan perlindungan

serta keselamatan penerima dan pemberi pelayanan keperawatan.

Pasal 3

Pengaturan penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk:

Page 23: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

a. memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima dan pemberi jasa

pelayanan keperawatan. (?)

b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan

oleh perawat.

BAB III

LINGKUP PRAKTIK KEPERAWATAN

Pasal 4

Lingkup praktik keperawatan adalah :

a. Memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks.

b. Memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat, konseling,

dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan melalui pemenuhan kebutuhan

dasar manusia dalam upaya memandirikan sistem klien.

c. Memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan dan tatanan lainnya.

d. Memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi,

pertolongan persalinan normal dan menulis permintaan obat/resep.

e. Melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter.

BAB IV

KONSIL KEPERAWATAN INDONESIA

Bagian Kesatu

Nama dan Kedudukan

Pasal 6

(1) Dalam rangka mencapai tujuan yang dimaksud pada Bab II pasal 3, dibentuk konsil

keperawatan yang selanjutnya disebut Konsil Keperawatan Indonesia.

(2) Konsil Keperawatan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung

jawab kepada Presiden.

(3) Konsil Keperawatan Indonesia bersifat nasional dan dapat membentuk kantor

perwakilan bila diperlukan.

Page 24: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

Pasal 7

Konsil Keperawatan Indonesia berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.

Bagian Kedua

Fungsi, Tugas dan Wewenang Konsil Keperawatan

Pasal 8

Konsil Keperawatan Indonesia mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan, serta

penetapan kompetensi perawat yang menjalankan praktik keperawatan dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Pasal 9

Konsil Keperawatan Indonesia mempunyai tugas:

1. Melakukan uji kompetensi dan registrasi perawat;

2. Membuat peraturan-peraturan terkait dengan praktik perawat untuk melindungi

masyarakat..?(sebatas apa/aakah peraturan internal .?)

Pasal 10

Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 Konsil Keperawatan

Indonesia mempunyai wewenang :

a. Menyetujui dan menolak permohonan registrasi perawat;

b. Mengesahkan standar kompetensi perawat yang dibuat oleh organisasi profesi

keperawatan dan asosiasi institusi pendidikan keperawatan;

c. Menetapkan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan perawat;

d. Menetapkan sanksi terhadap kesalahan praktik yang dilakukan perawat; dan

e. Menetapkan penyelenggaraan program pendidikan keperawatan.

Pasal 11

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Konsil

Keperawatan Indonesia serta pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Konsil

Keperawatan Indonesia.

Bagian Ketiga

Susunan Organisasi dan Keanggotaan

Pasal 12

(1) Susunan organisasi dan keanggotaan Konsil Keperawatan Indonesia terdiri dari :

a. Ketua

b. Sekretaris Eksekutif

Page 25: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

c. Bendahara

d. Komite-komite

(2) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

a. Komite Uji Kompetensi dan registrasi

b. komite praktik keperawatan

c. komite disiplin keperawatan

(3) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing dipimpin oleh 1 (satu)

orang Ketua Komite merangkap anggota dan dapat membentuk sub komite sesuai

kebutuhan.

Pasal 13

(1) Ketua konsil keperawatan Indonesia dan ketua komite adalah perawat dan dipilih oleh

dan dari anggota konsil keperawatan Indonesia.

(2) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan ketua konsil dan ketua Komite diatur dalam

peraturan konsil keperawatan Indonesia

Pasal 14

(1) Komite Uji Kompetensi dan Registrasi mempunyai tugas untuk melakukan uji

kompetensi dan proses registrasi keperawatan.

(2) Komite Praktik Keperawatan mempunyai tugas untuk melakukan pemantauan mutu

praktik Keperawatan.

(3) Komite Disiplin Keperawatan mempunyai tugas untuk menentukan ada tidaknya

kesalahan yang dilakukan perawat dalam penerapan praktik keperawatan dan

memberikan masukan kepada Ketua Konsil.

Pasal 15

(1) Keanggotaan Konsil Keperawatan Indonesia terdiri dari unsur-unsur wakil

Pemerintah, organisasi profesi, institusi pendidikan, pelayanan, dan wakil

masyarakat.

(2) Jumlah anggota Konsil Keperawatan Indonesia 21 (dua puluh satu) orang yang terdiri

atas unsur-unsur yang berasal dari:

a. Anggota yang ditunjuk adalah 11 (sebelas) orang terdiri dari:

Page 26: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

- Persatuan Perawat Nasional Indonesia 2 (dua) orang;

- Kolegium keperawatan 2 (dua) orang;

- Asosiasi institusi pendidikan keperawatan 1 (satu) orang;

- Asosiasi rumah sakit 1 (satu) orang;

- Asosiasi institusi pelayanan kesehatan masyarakat 1 (satu) orang;

- Tokoh masyarakat 1 (satu) orang;

- Departemen Kesehatan 1 (satu) orang;

- Departemen Pendidikan Nasional 1 (satu) orang;

- Departemen Hukum 1 (satu) orang; dan

b. Anggota yang dipilih adalah 10 (sepuluh) perawat dari 3 (tiga) wilayah utama

(barat, tengah, timur) Indonesia.

Pasal 16

1. Keanggotaan Konsil Keperawatan Indonesia ditetapkan oleh Presiden atas usul

Menteri dengan rekomendasi organisasi profesi

2. Menteri dalam mengusulkan keanggotaan Konsil keperawatan Indonesia harus

berdasarkan usulan dari organisasi profesi dan asosiasi sebagaimana dimaksud

pada pasal 14 ayat (2).

3. Ketentuan mengenai tata cara pengangkatan keanggotaan Konsil Keperawatan

Indonesia diatur dengan Peraturan Presiden.

4. Masa bakti satu periode keanggotaan Konsil Keperawatan Indonesia adalah 5

(lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk masa bakti 1 (satu) periode

berikutnya, dengan memperhatikan sistem manajemen secara berkesinambungan.

Pasal 17

1. Personalia Konsil Keperawatan sebelum memangku jabatan terlebih dahulu harus

mengangkat sumpah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

2. Sumpah /janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut :

Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk

melaksanakan tugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama

atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu apapun kepada

siapapun juga.

Page 27: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan

sesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak

langsung dari siapapun juga suatu janji atau pemberian.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, dalam menjalankan tugas ini, senantiasa

menjunjung tinggi ilmu keperawatan dan mempertahankan serta meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan dan tetap akan menjaga rahasia kecuali jika

diperlukan untuk kepentingan hukum.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, akan setia, taat kepada Negara Republik

Indonesia, mempertahankan, mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

tahun 1945, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik

Indonesia.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menjalankan tugas dan

wewenang saya ini dengan sungguh-sungguh, saksama, obyektif, jujur, berani, adil,

tidak membeda-bedakan jabatan, suku, agama, ras, jender, dan golongan tertentu

dan akan melaksanakan kewajiban saya dengan sebaik-baiknya serta bertanggung

jawab sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsa dan negara.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menolak atau tidak

menerima atau tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapapun juga dan saya

akan tetap teguh melaksanakan tugas dan wewenang saya yang diamanatkan

Undang-Undang kepada saya.“

Pasal 18

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Konsil Keperawatan Indonesia :

a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;

b. Warga Negara Republik Indonesia;

c. Sehat rohani dan jasmani;

d. Memiliki kredibilitas baik di masyarakat;

e. Berusia sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun dan setinggi-tingginya 65 (enam

puluh lima) tahun pada waktu menjadi anggota Konsil Keperawatan Indonesia;

f. Mempunyai pengalaman dalam praktik keperawatan minimal 5 tahun dan memiliki

Registrasi Tenaga Perawat, kecuali untuk non perawat;

g. Cakap, jujur, memiliki moral, etika dan integritas yang tinggi serta memiliki reputasi

yang baik; dan

Page 28: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

h. Melepaskan jabatan struktural dan/atau jabatan lainnya pada saat diangkat dan selama

menjadi anggota Konsil Keperawatan Indonesia.

Pasal 19

(1) Keanggotaan Konsil Keperawatan Indonesia berakhir apabila :

a. Berakhir masa jabatan sebagai anggota;

b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri dan disetujui konsil;

c. Meninggal dunia;

d. Bertempat tinggal tetap di luar wilayah Republik Indonesia;

e. Ketidakmampuan melakukan tugas secara terus-menerus selama 3 (tiga) bulan;

f. Dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; atau

g. Melakukan tindakan tercela yang dibuktikan dari hasil investigasi Badan

Kehormatan Konsil Keperawatan. (hapus...?)

(2) Dalam hal anggota Konsil Keperawatan Indonesia menjadi tersangka tindak pidana

kejahatan, diberhentikan sementara dari jabatannya.

(3) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Ketua

Konsil Keperawatan Indonesia.

(4) Pengusulan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Konsil

kepada Menteri kesehatan dan diteruskan kepada Presiden.

Pasal 20

(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Konsil Keperawatan Indonesia dibantu

sekretariat yang dipimpin oleh seorang sekretaris.

(2) Sekretaris diangkat dan diberhentikan oleh Konsil

(3) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pegawai Konsil

Keperawatan Indonesia

(4) Dalam menjalankan tugasnya sekretaris bertanggung jawab kepada pimpinan Konsil

Keperawatan Indonesia

(5) Ketentuan fungsi dan tugas sekretaris ditetapkan oleh Ketua Konsil Keperawatan

Indonesia.

Bagian Keempat

Tata Kerja

Pasal 21

Page 29: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

(1) Setiap keputusan Konsil Keperawatan yang bersifat mengatur dilputuskan oleh rapat

pleno anggota.

(2) Rapat pleno Konsil Keperawatan Indonesia dianggap sah jika dihadiri oleh paling

sedikit setengah dari jumlah anggota ditambah satu.

(3) Keputusan diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat.

(4) Dalam hal tidak terdapat kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka

dapat dilakukan pemungutan suara.

Pasal 22

Pimpinan Konsil Keperawatan Indonesia melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan

tugas anggota dan pegawai konsil agar pelaksanaan tugas dilakukan sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan.

Bagian Kelima

Pembiayaan

Pasal 23

(1) Biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas Konsil Keperawatan Indonesia dibebankan

kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan sumber pendapatan lain yang

sah.

(2) Sumber pendapatan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi biaya yang

diperoleh dari registrasi perawat dan sumbangan lain yang tidak mengikat.

(3) Pembiayaan Konsil Keperawatan Indonesia ditetapkan oleh Ketua Konsil

Keperawatan Indonesia.

BAB V

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN

Pasal 24

(1) Standar pendidikan profesi keperawatan disusun oleh organisasi profesi keperawatan

dan disahkan oleh Konsil Keperawatan Indonesia

(2) Dalam rangka memperlancar penyusunan standar pendidikan profesi keperawatan,

organisasi profesi dapat membentuk Kolegium Keperawatan

(3) Standar pendidikan profesi keperawatan dimaksud pada ayat (1):

a. untuk pendidikan profesi Ners disusun oleh Kolegium Ners generalis dengan

melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan.

Page 30: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

b. untuk pendidikan profesi Ners Spesialis I dan II disusun oleh Kolegium Ners

Spesialis dengan melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan.

BAB VI

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN

Pasal 25

Pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan, untuk memberikan kompetensi

kepada perawat, dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan keperawatan

berkelanjutan.

Pasal 26

(1) Setiap perawat yang berpraktik wajib meningkatkan kompetensinya melalui

pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan yang diselenggarakan oleh

organisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi.

(2) Pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan berkelanjutan perawat yang

ditetapkan oleh organisasi profesi.

BAB VII

REGISTRASI KEPERAWATAN

Pasal 27

(1) Setiap perawat yang akan melakukan praktik keperawatan di Indonesia harus

memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat (STRP).

(2) Registrasi perawat dilakukan dalam 2 (dua) kategori:

a. LPN untuk perawat vokasional

b. RN untuk perawat profesional

(3) Untuk melakukan registrasi awal, perawat harus memenuhi persyaratan :

a. memiliki ijazah perawat Diploma III dan SPK untuk LPN (diakomodasi pada pasal

peralihan)

b. memiliki ijazah Ners, atau Ners Spesialis I, atau Ners Spesialis II untuk RN

c. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji perawat

Page 31: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

d. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental

e. lulus uji kompetensi

f. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan kode etik profesi

keperawatan

g. rekomendasi dari organisasi profesi

Pasal 28

(1) Dalam menjalankan praktik keperawatan di Indonesia, ijin tempat praktik diberikan

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang disebut dengan Surat Ijin Praktik

Perawat (SIPP).

(2) Perawat vokasional yang telah memenuhi persyaratan LPN berhak memperoleh SIPP

I dan dapat melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan.

(3) Perawat profesional yang telah memenuhi persyaratan RN berhak memperoleh SIPP

II dan dapat melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan dan

praktik mandiri.

(4) PN dengan latar belakang Diploma III Keperawatan dan pengalaman kerja sekurang-

kurangnya 3 (tiga) tahun di sarana pelayanan kesehatan dapat mengikuti uji

kompetensi RN dan berhak memperoleh SIPP II.

Pasal 29

Syarat untuk memperoleh SIPP:

a. Memiliki STRP

b. Mempunyai tempat praktek

c. Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi keperawatan

SIPP masih tetap berlaku sepanjang:

d. STRP masih berlaku

e. Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPP

Ketentuan lebih lanjut mengenai SIPP diatur dalam peraturan tersendiri.

Pasal 30

(1) Perawat yang teregistrasi berhak menggunakan sebutan RN (Register Nurse) di

belakang nama, khusus untuk perawat profesional, atau PN (Practical Nurse) untuk

perawat vokasional.

(2) Sebutan RN dan PN ditetapkan oleh Konsil Keperawatan Indonesia.

Page 32: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

Pasal 31

(1) Surat Izin Praktik Perawat berlaku selama 5 (lima) tahun dan diregistrasi ulang setiap

5 (lima) tahun sekali.

(2) Registrasi ulang dilakukan dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pada pasal 27

ayat (3) huruf d dan huruf g, ditambah dengan:

a. rekomendasi dari Komite Etik dan Disiplin

b. angka kredit pendidikan berlanjut

(3) SIPP hanya diberikan paling banyak di 2 (dua) tempat pelayanan kesehatan.

Pasal 32

(1) Perawat Asing yang akan melaksanakan praktik keperawatan di Indonesia harus

dilakukan adaptasi dan evaluasi.

(2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana pendidikan

milik pemerintah sesuai dengan jenjang pendidikan.

(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. keabsahan ijazah;

b. kemampuan untuk melakukan praktik keperawatan yang dinyatakan dengan surat

keterangan telah mengikuti program adaptasi dan STRP;

c. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji perawat;

d. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; dan

e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan kode etik

keperawatan Indonesia.

(4) Perawat asing selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga

harus melengkapi surat izin kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan dan kemampuan berbahasa Indonesia.

(5) Perawat asing yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dan (3) diberikan SIPP oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Pasal 33

(1) SIPP sementara dapat diberikan kepada perawat warga negara asing yang melakukan

kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan keperawatan yang

bersifat sementara di Indonesia.

(2) SIPP sementara berlaku selama 1 ( satu) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 ( satu)

tahun berikutnya.

Page 33: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

(3) SIPP sementara dapat diberikan apabila telah memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud pada pasal 32 ayat (2) dan (3).

Pasal 34

(1) SIPP bersyarat diberikan kepada peserta program pendidikan keperawatan warga

negara asing yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia.

(2) Perawat warga negara asing yang akan memberikan pendidikan dan pelatihan dalam

rangka alih ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan untuk waktu tertentu, tidak

memerlukan SIPP bersyarat.

(3) Perawat warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapat

persetujuan dari Konsil Keperawatan Indonesia.

(4) SIPP dan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diberikan

melalui program adaptasi.

Pasal 35

SIPP tidak berlaku karena:

a. dicabut atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. habis masa berlakunya dan yang bersangkutan tidak mendaftar ulang;

c. atas permintaan yang bersangkutan;

d. yang bersangkutan meninggal dunia; atau

e. dicabut oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Pasal 36

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi, registrasi ulang, registrasi sementara,

dan registrasi bersyarat diatur dengan Peraturan Konsil Keperawatan Indonesia.

BAB VIII

PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN

Pasal 37

Praktik keperawatan dilakukankan berdasarkan pada kesepakatan antara perawat dengan

klien dan atau pasien dalam upaya untuk peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemeliharaan kesehatan, kuratif, dan pemulihan kesehatan.

Pasal 38

Page 34: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat yang telah memililki SIPP berwenang

untuk:

a. melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosis

keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi

keperawatan;

b. tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada huruf a meliputi: intervensi/tritmen

keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan;

c. dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b

harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi

profesi;

d. melaksanakan intervensi keperawatan seperti yang tercantum dalam pasal 4.

Pasal 39

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat yang telah memiliki SIPP I

berwenang untuk :

a. melakukan tindakan keperawatan dibawah pengawasan perawat yang memiliki SIPP II;

b. melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 huruf a

harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi

profesi;

Pasal 40

(1) Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan atau nyawa klien dan atau

pasien, perawat dapat melakukan tindakan diluar kewenangan.

(2) Dalam keadaan luar biasa/bencana, perawat dapat melakukan tindakan diluar

kewenangan untuk membantu mengatasi keadaan luar biasa atau bencana tersebut.

(3) Perawat yang bertugas di daerah yang sulit terjangkau dapat melakukan tindakan

diluar kewenangannya sebagai perawat.

Pasal 41

(1) Praktik keperawatan dilakukan oleh perawat profesional (RN) dan perawat vokasional

(PN).

(2) PN dalam melaksanakan tindakan keperawatan dibawah pengawasan RN.

(3) Perawat dapat mendelegasikan dan atau menyerahkan tugas kepada perawat lain yang

setara kompetensi dan pengalamannya.

Page 35: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

Pasal 42

Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan perawat yang tidak

memiliki SIPP untuk melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan

tersebut.

Pasal 43

Hak Klien dan atau Pasien

Klien dan atau pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik keperawatan, mempunyai

hak:

a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan keperawatan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 38;

b. meminta pendapat perawat lain;

c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan keperawatan;

d. menolak tindakan keperawatan; dan

e. mendapatkan resume keperawatan.

Pasal 44

Kewajiban Klien dan atau Pasien

Klien dan atau pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik keperawatan, mempunyai

kewajiban:

a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;

b. mematuhi nasihat dan petunjuk perawat;

c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan

d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Pasal 45

Pengungkapan Rahasia Klien dan atau Pasien

Pengungkapan rahasia klien dan atau pasien/klien dan atau pasien hanya dapat dilakukan

atas dasar:

a. Persetujuan klien dan atau pasien

b. Perintah hakim pada sidang pengadilan

c. Ketentuan perundangan yang berlaku

d. Kepentingan umum

Pasal 46

Hak Perawat

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai hak :

Page 36: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

1) Memperoleh perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan tugas

sesuai standar profesi dan Standar Operasional Prosedur (SOP);

2) Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan atau pasien atau

keluarganya;

3) Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan otonomi profesi;

4) Memperoleh penghargaan sesuai dengan prestasi, dedikasi yang luar biasa dan

atau bertugas di daerah terpencil dan rawan;

5) Memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan

tugasnya;

6) Menerima imbalan jasa profesi yang proporsional sesuai dengan

ketentuan/peraturan yang berlaku.

Pasal 47

Kewajiban Perawat

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai kewajiban :

1) Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi, standar

praktek keperawatan, kode etik, dan SOP serta kebutuhan klien dan atau

pasien;

2) Standar profesi, standar praktek, kode etik ditetapkan oleh organisasi profesi dan

merupakan pedoman yang harus diikuti oleh setiap tenaga keperawatan.

3) Merujuk klien dan atau pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai

keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan

suatu pemeriksaan atau tindakan;

4) Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien dan atau pasien,

kecuali untuk kepentingan hukum;

Page 37: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

5) Menghormati hak-hak klien dan atau pasien dan profesi lain sesuai dengan

ketentuan/peraturan yang berlaku;

6) Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin

ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya;

7) Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu keperawatan

dalam meningkatkan profesionalisme.

Pasal 48

Praktik Mandiri

(1) Praktik mandiri dapat dilakukan secara perorangan dan atau berkelompok.

(2) Perawat dalam melakukan praktik mandiri sekurang-kurangnya memenuhi

persyaratan:

a. Memiliki tempat praktik yang memenuhi persyaratan kesehatan;

b. Memiliki perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan di luar institusi

pelayanan kesehatan termasuk kunjungan rumah;

c. Memiliki perlengkapan administrasi yang meliputi buku catatan kunjungan,

formulir catatan tindakan asuhan keperawatan serta formulir rujukan.

(3) Persyaratan perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan standar

perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi.

(4) Perawat yang telah mempunyai SIPP dan menyelenggarakan praktik mandiri wajib

memasang papan nama praktik keperawatan.

BAB IX

PEMBINAAN, PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN

Pasal 49

Pemerintah, Konsil Keperawatan, dan Organisasi Profesi Perawat membina,

mengembangkan dan mengawasi praktik keperawatan sesuai dengan fungsi serta tugas

masing-masing.

Pasal 50

(1) Pembinaan dan pengembangan perawat meliputi pembinaan profesi dan karir

(2) Pembinaan dan pengembangan profesi perawat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

meliputi kompetensi profesional dan kepribadian

Page 38: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

(3) Pembinaan dan pengembangan profesi perawat dilakukan melalui jabatan fungsional

perawat.

(4) Pembinaan dan pengembangan karir perawat sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi

penugasan, kenaikan pangkat dan promosi.

Pasal 51

(1) Pemerintah dan profesi membina serta mengembangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi profesional perawat pada institusi baik pemerintah maupun swasta;

(2) Pemerintah memberikan anggaran untuk meningkatkan profesionalisme perawat pada

institusi pelayanan pemerintah;

(3) Pemerintah menetapkan kebijakan anggaran untuk meningkatkan profesionalisme

perawat pada institusi pelayanan swasta

Pasal 52

Pembinaan, pengembangan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 50,

diarahkan untuk:

a. Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan perawat.

b. Memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan perawat

c. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh

perawat;

d. Melindungi perawat terhadap keselamatan dan risiko kerja.

Pasal 53

(1) Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang

menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah perawat

yang telah memiliki SIPP.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan

yang diberi kewenangan oleh peraturan perundang-undangan.

Pasal 54

Dalam rangka pembinaan dan pengawasan perawat yang menyelenggarakan praktik

keperawatan dapat dilakukan supervisi dan audit sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam

5 (lima) tahun.

Pasal 55

Sanksi Administratif

(1) Perawat yang melanggar ketentuan yang diatur dalam pasal 38 dikenakan sanksi

administrasi berupa pencabutan sementara SIPP paling lama 1 (satu) tahun

Page 39: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

(2) Perawat yang dinyatakan melanggar Etik dan disiplin Profesi dikenakan sanksi

administrasi sebagai berikut:

a. Pelanggaran ringan dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPP paling lama 6

(enam) bulan

b. Pelanggaran sedang dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPP paling lama 1

(satu) tahun

c. Pelanggaran berat dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPP paling lama 3

(tiga) tahun

Pasal 56

Sanksi Pidana

Setiap perawat yang dengan sengaja melakukan praktik keperawatan tanpa memiliki

SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana

penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah).

Setiap perawat asing yang dengan sengaja melakukan praktek keperawatan tanpa

SIPP sementara sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 30 ayat (4) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp.

50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Setiap perawat asing yang dengan sengaja melakukan praktek keperawatan tanpa

SIPP bersyarat sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 32 ayat (1) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp.

50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Pasal 57

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain

yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah perawat

yang telah memiliki SIPP yang dimaksud dalam pasal 48 ayat (1) dipidana dengan pidana

penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp. 75.000.000,00 (tujuh

puluh lima juta rupiah).

Pasal 58

Institusi pelayanan kesehatan, organisasi, perorangan yang dengan sengaja

mempekerjakan perawat yang tidak memiliki SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal

41 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak

Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 59

Page 40: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

Perawat yang dengan sengaja:

tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud pada pasal 45 ayat (4);

tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 huruf a

sampai dengan huruf f

dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling

banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

Pasal 60

Penetapan sanksi administrasi maupun pidana harus didasarkan pada motif pelanggaran

dan berat ringannya risiko yang ditimbulkan sebagai akibat pelanggaran.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 61

Pada saat diundangkannya Undang-Undang ini semua peraturan perundang-undangan

yang merupakan pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan yang berkaitan dengan pelaksanaan praktik keperawatan, masih tetap

berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti berdasarkan

Undang-undang ini.

Pada saat diundangkannya Undang-Undang ini, ijin praktik yang diberikan sesuai

KepMenKes Nomor 1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik

Keperawatan, masih tetap berlaku sampai berakhirnya izin praktik tersebut

sesuai ketentuan.

Pasal 62

Dengan telah diberlakukannya Undang Undang Praktik Keperawatan, sebelum

terbentuknya Konsil Keperawatan Indonesia maka dalam kegiatan perijinan dilaksanakan

sesuai ketentuan yang ada.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 63

Konsil Keperawatan Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) harus

dibentuk paling lama 6 (enam) bulan sejak Undang-undang ini diundangkan.

Pasal 64

Undang-Undang ini mulai berlaku 1 (satu) tahun sejak tanggal diundangkan.

Page 41: tugas hukes

Rengganis Eka Sandhya04091003049PSIK ‘09

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini

dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.