tugas isu scl.docx

Upload: putri-syahreni-harahap

Post on 06-Mar-2016

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPembelajaran yang menggunakan paradigma lama dianggap belum mampu mengeksplorasi wawasan dan pengetahuan siswa. Paradigma lama dalam pembelajaran didominasi oleh peran dan kegiatan guru. Pembelajaran di kelas masih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi langsung mengemukakan pendapatnya. Proses belajar mengajar yang dilakukan juga adalah satu arah, dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar daripada peserta didiknya. Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan saat ceramah. Hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan paradigma dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran yang sebelumnya berpusat pada guru (teacher centered learning) berubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning). Perubahan paradigma yang menjadi pembelajaran berpusat pada siswa diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran student cenetered learning, siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam dan juga dapat meningkatkan kualitas siswa.Proses pembelajaran ini juga sejalan dengan hakikat belajar yang sesungguhnya, yaitu proses pembelajaran yang memanusiakan manusia. Dalam hakikat belajar terdapat proses membantu peserta didik mengembangkan potensinya yang beragam dengan bantuan guru. Student centred learning merujuk pada teori constructivism yang menempatkan siswa sebagai individu yang memiliki bibit ilmu di dalam dirinya yang memerlukan berbagai aktifitas / kegiatan untuk mengembangkannya menjadi pemahaman yang bermakna terhadap sesuatu hal. Dalam pandangan ini siswa perlu terlibat melalui penalaran oleh diri sendiri maupun dalam kelompok diskusi atau suatu kelompok kecil yang membahas suatu materi belajar. Guru lebih bersifat sebagai fasilitator dalam proses membangun pengetahuan tersebut.Berdasarkan hal tersebut, makalah ini disusun untuk membahas tentang proses pembelajaran berpusat pada siswa sebab saat ini dunia pendidikan di Indonesia sedang berupaya untuk menerapkan pembelajaran berpusat pada siswa sebagai pendekatan pembelajaran kurikulum 2013 yang telah tertuang secara jelas dalam Permendikbud No.81 A tentang implementasi kurikulum 2013.B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :1. Bagaimana pengertian dari pembelajaran berpusat pada siswa?2. Bagaimana karakteristik pembelajaran berpusat pada siswa?3. Apa kelebihan dan kelemahan pembelajaran berpusat pada siswa?

C. TujuanTujuan dari penulisan makalah ini untuk :1. Untuk memahami pengertian dari pembelajaran berpusat pada siswa2. Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran berpusat pada siswa3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran berpusat pada siswa

BAB IIPEMBAHASAN

A. Defenisi Pembelajaran Berpusat pada Siswa (Student Centered Learning)Pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning) adalah proses pembelajaran yang menekankan pada siswa sebagai pembelajar dan apa yang dilakukan siswa untuk sukses dalam belajar dibanding dengan apa yang dilakukan oleh guru (Harden dan Crosby, 2000)Kember (dalam Shipton, 2011) mendefenisikan pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning) sebagai sebuah kutub proses pembelajaran yang menekankan siswa sebagai pembangun pengetahuan sedangkan kutub yang lain adalah guru sebagai agen yang memberikan pengetahuan sebagai fasilitator. Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning) adalah proses pembelajaran yang memfasilitasi para siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.Keaktifan dalam pembelajaran berpusat pada siswa ini dilakukan dengan membaca buku-buku teks, membacadigital book dalam komputer, mencari bahan dari sumber-sumberonline, dan memfasilitasi mereka untuk secara aktif mencari bahan, termasuk mendiskusikan informasi yang diperoleh. Selain belajar dengan banyak sumber, proses ini memungkinkan siswa belajar dengan senang hati dan menikmati setiap prosesnya, baik di dalam maupun di luar kelas.Proses belajar yang berpusat pada siswa akan terjadi ketika guru dan siswa sama-sama aktif belajar. Dalam hal ini, siswa difasilitasi melakukan eksplorasi bahan-bahan ajar dan mendiskusikan berbagai informasi yang didapat sedangkan para guru aktif mendampingi mereka selama proses tersebut dan juga termasuk dalam hal mendorong mereka melakukan proses pencarian, diskusi, serta penyimpulan atas hasil diskusi mereka. Tuntutan guru untuk tetap memegang peranan aktif dalam proses belajar siswa menjadi penegasan bahwa dalam student centered learning tidak otomatis guru menjadi lebih santai dan tidak banyak beraktifitas. Sebaliknya, dalam student centered learning guru harus lebih aktif membaca dan belajar bersama para siswa mereka. Hubungan antara guru dan siswa adalah hubungan antarasenior learnerdenganjunior learner.

B. Karakteristik Pembelajaran Berpusat pada Siswa (Student Centered Learning)Menurut Jacobsen (dalam Azhar, 20120, pembelajaran yang berpusat pada siswa menyertakan karakteristik-karakteristik berikut ini :a. Siswa-siswa berada dalam pusat proses pembelajaran sedangkan guru mendorong mereka untuk bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri.b. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiric.Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses pembelajaran berjalan lancar.d.Siswa belajar secara individu maupun kelompok untuk membangun pengetahuan dengan cara mencari dan menggali sendiri informasi dan teknologi yang dibutuhkan secara aktif tidak hanya asal menerima pengetahuan secara pasif.e.Pendidik atau guru membantu peserta didik mengakses informasi, menata dan mentransfernya guna menemukan solusi terhadap permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.f. Siswa tidak hanya kompeten dalam bidang ilmu yang diterimanya tetapi juga kompeten dalam belajar. Dengan kata lain siswa tidak hanya menguasai mata pelajaran tetapi mereka juga mampu untuk belajar bagaimana belajar (how to learn).g.Belajar di maknai sebagai belajar sepanjang hayat, suatu keterampilan dalam kegiatan belajar mengajarh.Belajar termasuk di dalamnya adalah memanfaatkan teknologi yang tersedia, baik berfungsi sebagai sumber informasi pembelajaran maupaun sebagai alat memberdayakan peserta didik dalam mencapai ketrampilan yang utuh secara intelektual, emosional dan psikomotorik yang dibutuhkan.Sedangkan guru-guru yang menggunakan pembelajaran yang berpusat pada siswa cenderungmenciptakan lingkungan pembelajaran dengan karakteristik sebagai berikut:a. Suasana kelas yang hangat dan mendukungGuru mengizinkan siswa untuk mengenalnya dan selanjutnya akan menyukainya. Kalau guru disukai oleh siswa, maka siswa akan merasa nyaman untuk belajar bersama guru yang disukainya.b. Siswa diminta untuk hanya mengerjakan pekerjaan yang bermanfaatGuru harus menjelaskan manfaat apa yang akan diperoleh siswa jika mereka mengerjakan apa yang diminta oleh guru. Informasi ini akan menjadi berguna jika secara langsung dikaitkan dengan ketrampilan hidup yang diperlukan siswa, sehingga siswa terdorong untuk melakukannya dan guru meyakini bahwa hal itu sungguh bermanfaat atau diperlukan oleh siswa. c. Siswa diminta untuk mengerjakan yang terbaik yang mereka dapat lakukanKondisi kualitas pekerjaan termasuk didalamnya adalah pengetahuan siswa tentang gurunya dan apa yang diharapkannya serta keyakinannya bahwa guru memberikan kepedulian untuk membantunya. Keyakinan bahwa tugas yang diberikan guru itu selalu bermanfaat, keinginan yang kuat untuk berusaha dengan sekuatnya untuk mengerjakan tugasnya sebaik-baiknya, dan mengetahui bagaimana pekerjaannya itu akan dievaluasi dan ditingkatkan kualitasnya.d. Siswa diminta untuk mengevaluasi pekerjaannyaEvaluasi diri diperlukan untuk menilai kualitas pekerjaan yang telah dilakukan oleh para siswa, semua siswa harus mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan dievaluasi. Berdasarkan hasil eveluasi, siswa mengetahui bagaimana kualitas pekerjaannya dapat ditingkatkan serta dapat mengulangi prosesnya sampai kualitas terbaik dapat dicapai.e. Kualitas pekerjaan yang baik selalu menimbulkan perasaan senangPara siswa merasa senang ketika mereka menghasilkan pekerjaan yang berkualitas baik, dan demikian pula dengan orangtuanya serta gurunya. Perasaan senang ini juga merupakan insentif untuk meningkatkan kualitas.

f. Pekerjaan yang berkualitas tidak pernah destruktifPekerjaan yang berkualitas tidak pernah dicapai melalui pekerjaan yang merusak seperti misalnya menggunakan Narkoba (meskipun kadang dirasa menimbulkan rasa senang) atau menyakiti orang lain, merusak lingkungan, dsb.

C. Hal-hal yang Perlu Dipersiapkan dalam Student Centered LearningProses pembelajaran student centered memiliki beberapa hal utama yang perlu disiapkan, antara lain sebagai berikut :1. Perubahan sikap dan peranan guruDalam konsep belajarTeacher Centered Learning, guru memainkan peranan utama dalam mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik. Guru harus mempersiapkan materi selengkap mungkin, menerangkan secara searah. Siswa akan menerima secara pasif materi yang diberikan dengan mencatat serta menghafal sehingga menyebabkan sumber belajar utama adalah guru. Dengan menerapkan konsep Student Centered Learning, sebagian beban dalam mempersiapkan serta mengkomunikasikan materi berpindah ke siswa yang harus pula berperan secara aktif. Guru bukan lagi tokoh sentral yang tahu segalanya. Tidak berarti bahwa tugas guru menjadi lebih ringan atau tidak lagi penting. Guru tetap memainkan peran utama dalam proses belajar, tetapi bukan sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Melalui berbagai metode, seperti diskusi, pembahasan masalah-masalah nyata, proyek bersama, belajar secara kooperatif , serta tugas-tugas mandiri, guru akan lebih dituntut sebagaimotivator, dinamisator dan fasilitator, yang membimbing, mendorong, serta mengarahkan peserta didik untuk menggali persoalan, mencari sumber jawaban, menyatakan pendapat serta membangun pengetahuan sendiri. Dalam perubahan peranan ini, dibutuhkan kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi serta keterbukaan dari pendidik untuk dapat menjalin hubungan secara individu, untuk dapat mengerti serta mengikuti perkembangan dari masing-masing peserta didik. Disamping tentunya wawasan yang luas dalam mengarahkan peserta didik ke sumber-sumber belajar yang dapat digali. Hati dan ilmu menjadi tuntutan bagi pendidik dalam menerapkan konsep Student Centered Learning.2. Perubahan metode belajarJika seorang berpikir bahwa ia sedang bersenang-senang ketika ia sedang belajar, maka ia akan lupa bahwa ia sedang belajar dan dengan sendirinya akan menikmati dan mendapatkan banyak manfaat. Ungkapan ini merupakan ungkapan yang sering terlupakan oleh pendidik. Penerapan kedisiplinan dengan cara yang salah, kurikulum standar dan sebagainya yang membuat anak tidak memiliki pilihan sendiri tentunya tidak akan membuat peserta didik merasa sedang bersenang-senang, karena tidak sesuai dengan apa yang disukainya.Beberapa metode belajar yang mengacu pada belajar secara alamiah dan mengacu pada keunikan individu yang perlu dikembangkan adalahcollaborative learning, problem based learning, portfolio, team project, resource-based learning. Metode-metode ini menekankan pada hal-hal seperti kerjasama tim, diskusi, jawaban-jawaban terbuka, interaktivitas, mengerjakan proyek nyata bukan hanya menghafal, serta belajar cara untuk belajar, bukan hanya memperoleh ilmu pengetahuan dan sebagainya.3. Akses ke berbagai sumber belajarUntuk menunjang metode belajar yang memberi kesempatan bagi peserta didik untuk mengenali permasalahan, serta menggali informasi sebanyak mungkin secara mandiri, akses informasi tidak boleh lagi dibatasi hanya pada guru, buku wajib serta perpustakaan lokal saja. Peserta didik perlu ditunjang dengan akses tanpa batas ke berbagai sumber informasi, antara lain industri, organisasi sosial maupun profesi, media massa, para ahli dalam bidang masing-masing, bahkan dari masyarakat, keluarga maupun sesama peserta didik. Perkembangan teknologi informasi bahkan memungkinkan tersedianya akses ke berbagai informasi global ke seluruh dunia, melalui akses ke perpustakaan maya , museum maya, pangkalan-pangkalan data di web, atau bahkan kemungkinan untuk dapat berhubungan langsung dengan para ahli internasional.4.Penyediaan infrastruktur yang menunjangUntuk mendukung perubahan serta kebutuhan yang diperlukan dalam menerapkan konsepStudent Centered Learningsecara maksimal, perlu adanya infrastruktur yang menunjang. Jaringan kerjasama antar institusi baik pendidikan maupun non-pendidikan secara nasional, regional maupun internasional akan sangat mendukung terbukanya kesempatan untuk belajar diluar batasan dinding sekolah atau budaya sehingga lebih memperkaya pengertian akan perbedaan sekaligus menambah wawasan ilmu pengetahuan menjadi lebih tak terbatas. Fasilitas pendamping pendidikan seperti perpustakaan, museum sekolah, laboratorium, pusat komputer maupun layanan administrasi yang memudahkan, responsif, simpatik, serta mengacu pada kepuasan dan kebutuhan peserta didik, akan sangat mendukung terciptanya budaya Student Centered Learning.

D. Perbedaan Pembelajaran Berpusat pada Siswa (Student Centered Learning) dengan Berpusat pada Guru (Teacher Centered Learning)Pembelajaran student centered adalah pembelajaran dimana fokus utamanya adalah siswa sehingga siswa harus lebih aktif dan guru menjadi fasilitator juga membimbing siswa. Sedangkan pembelajaran teacher centered adalah pembelajaran dimana guru yang aktif dan siswa menjadi pendengar yang baik. Kedua pembelajaran ini memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Tabel dibawah ini akan menjelaskan perbedaan karakteristik kedua proses pembelajaran tersebut.Tabel 1. Perbedaan Teacher Learning Centered dengan Student Learning CenteredTeacher Learning CenteredStudent Learning Centered

Terfokus pada guru yang berperan aktifTerfokus pada siswa yang berperan aktif

Lebih terikat pada tata bahasa (siswa menggunakan pengertian sesuai dengan pengertian dari guru)Kurang terikat dengan tata bahasa (siswa memakai kata-kata sesuai dengan pengertiannya)

Siswa mengerjakan tugas sendiri di kelasSiswa mengerjakan tugas secara berkelompok tergantung keadaan

Guru memperhatikan perkembangan siswa dengan seksamaGuru hanya akan memberikan umpan balik dan menjelaskan persoalan yang melenceng (murid memecahkan masalah sendiri)

Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh kualitas guruHasil belajar dipengaruhi oleh kualitas guru dan siswa

Guru mengevaluasi pembelajaran siswaGuru dan siswa mengevaluasi pembelajaran

Kelas tenangKelas berisik

Angele Attard dan tim dariEducation International(EI) danEuropean Students Union(dalam Rosyada, 2015) berpendapat bahwa proses belajar terbaik adalah dengan melibatkan para siswa untuk mempelajari materi pelajaran secara aktif. Di saat yang sama, guru juga lebih berperan dalam memfasilitasi para siswanya belajar. Beberapa fasilitasi tersebut seperti menugaskan melaksanakan riset, memberi mereka peluang untuk mempresentasikan hasil kajian, berdiskusi denganpeer group, dan belajar menyimpulkan hasil diskusinya. Angele Attard (dalam Rosyada, 2015) membuat perbandingan capaian hasil belajar tersebut seperti dideskripsikan dalam diagram berikut ini.

Gambar 1. Diagram learning pyramid

Dalam diagram di atas terlihat bahwa belajar dengan modelpassive learningmelalui ceramah, membaca, audio-visual, dan demonstrasi hanya mampu menghasilkan pencapaian belajar paling tinggi 30%. Bahkan bila hanya mengandalkan audio-visual, membaca, dan kuliah, pencapaian materi pelajaran yang bisa melekat dan diingat siswa masing-masing hanya mencapai 20%, 10% dan bahkan 5%. Persentase pencapaian demikian jauh berbeda dengan model belajar aktif melalui diskusi, praktik, atau mengajar orang lain. Pencapaian paling rendah dicatatkan metode diskusi 50%. Sedangkan praktek dan mengajar yang lain mencatatkan persentase hasil belajar lebih tinggi, yakni 75% dan 90%. Pengajaran metode terakhir dilakukan dengan menjelaskan informasi pengetahuan yang dipelajarinya dengan saling bertanya, berdialog, berdiskusi atau bahkan berdebat. Dengan demikian, pembelajaran berbasis siswa saat ini sangat direkomendasikan agar siswa mampu meraih hasil belajar yang maksimal.

E. Penerapan Student Centered Learning dalam Pembelajaran FisikaImplementasi/penerapan student centered learning dalam pembelajaran fisika telah banyak dilakukan di Indonesia. Hal ini dapat dikaji dari penelitian berikut:1. Implementasi student centered learning dalam praktikum fisika dasar.Penulis : Rudy Kustijono (Dosen Unesa)Telah dilakukan penelitian untuk mengimplementasikan student centered learning dalam praktikum fisika dasar. Berdasarkan pengalaman di jurusan fisika Unesa selama ini, kendala yang dijumpai adalah masih banyak mahasiswa yang belum dapat mandiri dalam melaksanakan kegiatan praktikumnya karena lebih banyak menunggu penjelasan dari pembimbing dan kurang berinisiatif dalam menyelesaikan masalah praktikumnya. Student centered learning (SCL) merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan mahasiswa sebagai subyek aktif dan mandiri yang bertanggung jawab sepenuhnya atas pembelajarannya. Memperhatikan karakteristik praktikum yang lebih mengarah pada pengembangan keterampilan ilmiah (hard skills dan soft skills) mahasiswa dalam mengidentifikasi gejala dan menyelesaikan masalah perlu dilakukan pendekatan pembelajaran yang inovatif yang dapat mengembangkan keterampilan ilmiah mahasiswa secara maksimal. Untuk mengatasi keadaan tersebut, telah diujicobakan suatu mekanisme implementasi SCL dalam praktikum fisika dasar yang diharapkan dapat mengoptimalkan keterampilan praktikum mahasiswa. Efektivitas mekanisme kegiatan praktikum dengan pendekatan SCL tersebut dilihat berdasarkan sejauhmana sasaran yang diinginkan tersebut tercapai. Hasil implementasi student centered learning dalam penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Atribut-atribut student centered learning yang dapat diintegrasikan ke dalam praktikum fisika dasar meliputi: kerja kelompok, diskusi, menulis, presentasi, dan pemecahan masalah. 2) Atribut-atribut softs skills mahasiswa yang bersesuaian dengan atribut-atribut student centered learning yang diintegrasikan ke dalam praktikum fisika dasar adalah: kerjasama merupakan penekanan dari kegiatan kerja kelompok, manajemen diri merupakan penekanan dari kegiatan diskusi, komunikasi tulis merupakan penekanan dari kegiatan menulis, komunikasi lisan merupakan penekanan dari kegiatan presentasi, berfikir kritis dan analitis merupakan penekanan dari pemecahan pemecahan masalah. 3) Mekanisme implementasi student centered learning dalam praktikum fisika dasar melalui kegiatan yang meliputi: pralaboratorium, praktikum, pelaporan, dan presentasi. Implementasi student centered learning dalam praktikum fisika dasar tersebut dapat mendukung keterampilan praktikum. Mekanisme implementasi SCL dalam praktikum fisika dasar tersebut cukup efektif dalam membekali keterampilan praktikum yang harus dimiliki mahasiswa. 4) Mekanisme implementasi student centered learning dalam praktikum fisika dasar tersebut cukup efisien digunakan, karena mahasiswa maupun pembimbing praktikum dapat menggunakan waktu dan peralatan praktikum yang tersedia dengan baik.2. Efektivitas penggunaan metode pembelajaran student centered learning (SCL) berbantuan blog dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMAPenulis : Rizky Ayu Lestari, Sabar Nurohman, M.PdPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah menggunakan pembelajaran dengan metode SCL berbantuan blog dan metode Teacher Centered Learning (TCL). Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental. Desain yang dipilih adalah nonequivalent control group design. Sampel diambil dua kelas dari populasi tujuh kelas X dengan teknik purposive sampling. Sampel yang digunakan terdiri dari kelas X-C (dengan metode pembelajaran TCL) sebagai kelas kontrol dan kelas X-E (dengan metode pembelajaran SCL berbantuan blog) sebagai kelas eksperimen dengan masing-masing 34 siswa. Data kemampuan awal siswa diperoleh dari nilai pretest. Sedangkan data hasil belajar siswa diperoleh dari tes evaluasi setelah proses pembelajaran selesai (posttest). Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor hasil belajar pada kelas kontrol dapat ditunjukkan dengan perolehan skor rata-rata kelas 82, 94. Sedangkan skor hasil belajar pada kelas eksperimen ditunjukkan dengan perolehan skor rata-rata kelas 89,82. Pencapaian skor rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar kelas kontrol. Perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji t independent sample test menunjukkan taraf signifikansi P = 0,001 dimana