tugas kewarganegaraan fix bgt
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Politik luar negeri Indonesia semenjak pasca proklamasi kemerdekaan
memang sudah menganut politik luar negeri bebas aktif. Hal ini tertuang
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 alinea
keempat yang intinya bebas aktif, anti imperialisme dan kolonialisme dalam
segala bentuk manifestasinya dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Politik luar negeri adalah strategi dan taktik yang digunakan oleh
suatu negara dalam hubungannya dengan negara-negara lain. Dalam arti luas,
politik luar negeri adalah pola perilaku yang digunakan oleh suatu Negara
dalam hubungannya dengan negara-negara lain. Politik luar negeri
berhubungan dengan proses pembuatan keputusan untuk mengikuti pilihan
jalan tertentu. Tujuan tersebut memuat gambaran mengenai keadaan negara
dimasa mendatang serta kondisi masa depan yang diinginkan. Pelaksanaan
politik luar negeri diawali oleh penetapan kebijaksanaan dan keputusan
dengan mempertimbangkan hal-hal yang didasarkan pada faktor-faktor
nasional sebagai faktor internal serta faktor-faktor internasional sebagai
faktor eksternal.
Prinsip politik luar negeri yang bebas aktif tersebut merupakan suatu
acuan atau penunjuk arah untuk membentuk atau mengembangkan
pengertian, sikap, dan tingkah laku seluruh warga negara Indonesia tentang
politik luar negeri negaranya. Bebas yang artinya tidak terikat oleh suatu
ideologi atau oleh suatu politik negara asing atau oleh blok negara-negara
tertentu, atau negara-negara adikuasa. Aktif artinya dengan sumbangan
realistis giat mengembangkan kebebasan persahabatan dan kerjasama
internasional dengan menghormati kedaulatan negara lain. Prinsip-prinsip ini
selalu dilontarkan dan digunakan secara konsisten oleh perangkat negara.
Tidak hanya diterapkan secara internasional, sebaliknya justru politik
bebas aktif juga memberikan keuntungan bagi kepentingan nasional.
Berdasarkan prinsip bebas aktif ini Indonesia selalu mengingatkan bahwa
setiap negara memiliki hak untuk memilih bentuk pemerintahannya sendiri
dan mengikuti langkah-langkah pembangunannya sesuai dengan prioritas-
prioritas pembangunan, latar belakang budaya dan evolusi historisnya yang
spesifik.
B. Tujuan
Mengetahui penerapan politik bebas aktif Indonesia secara periodik
baik penerapan secara nasional maupun Internasional.
BAB II
ISI
A. Pengertian Politik Bebas Aktif
1. Politik Luar Negeri Bebas Aktif Secara Internasional
Politik luar negeri Republik Indonesia merupakan suatu kebijakan
yang diambil oleh pemerintah dalam hubungannya dengan dunia
internasional. Kebijakan-kebijakan yang diamksud tentunya dalam upaya
untuk perwujudan mencapaian tujuan nasional. Melalui politik luar negeri,
pemerintah memproyeksikan kepentingan nasionalnya ke dalam
masyarakat antar bangsa. Adapun tujuan politik luar negeri Republik
Indonesia adalah untuk mewujudkan tujuan dan kepentingan nasional.
Tujuan tersebut memuat gambaran mengenai keadaan negara dimasa
mendatang serta kondisi masa depan yang diinginkan.
Proses pelaksanaan politik luar negeri Republik Indonesia tersebut
diawali dengan penetapan kebijakan dan keputusan dengan
mempertimbangkan beberapa hal yang didasarkan pada faktor-faktor
nasional sebagai faktor internal, serta faktor-faktor internasional sebagai
faktor eksternal.
Dasar hukum pelaksanaan politik luar negeri Republik Indonesia
tergambarkan secara jelas di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 alinea I dan alinea IV. Alinea I menyatakan bahwa "... kemerdekaan
ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan ..." Selanjutnya pada alinea IV dinyatakan bahwa "... dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial ..." Jelaslah bahwa politik luar negeri RI
mempunyai landasan atau dasar hukum yang sangat kuat, karena diatur di
dalam Pembukaan UUD 1945.
Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian bebas dan aktif :
a. B.A Urbani menguraikan pengertian bebas sebagai berikut : perkataan
bebas dalam politik bebas aktif tersebut mengalir dari kalimat yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut : supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas. Jadi menurut pengertian ini,
dapat diberi definisi sebagai “berkebebasan politik untuk menentukan
dan menyatakan pendapat sendiri, terhadap tiap-tiap persoalan
internasional sesuai dengan nilainya masing-masing tanpa apriori
memihak kepada suatu blok”.
b. Mochtar Kusumaatmaja merumuskan bebas aktif sebagai berikut :
Bebas, dalam pengertian bahwa Indonesia tidak memihak pada
kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa sebagaimana dicerminkan dalam Pancasila. Aktif, berarti bahwa
di dalam menjalankan kebijaksanaan luar negerinya, Indonesia tidak
bersifat pasif-reaktif atas kejadian-kejadian internasionalnya, melainkan
bersifat aktif.
c. A.W Wijaya merumuskan: Bebas, berarti tidak terikat oleh suatu
ideologi atau oleh suatu politik negara asing atau oleh blok negara-
negara tertentu, atau negara-negara adikuasa (super power). Aktif
artinya dengan sumbangan realistis giat mengembangkan kebebasan
persahabatan dan kerjasama internasional dengan menghormati
kedaulatan negara lain.
2. Politik Bebas Aktif Secara Nasional
Politik bebas aktif adalah kehidupan kenegaraan berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 yang mampu menyerap aspirasi dan dapat
mendorong partisipasi masyarakat dalam suatu system. Politik dalam
negeri Indonesia merupakan politik yang bebas dan aktif. Bebas berarti
berkebebasan politik untuk menentukan dan menyatakan pendapat sendiri,
terhadap tiap-tiap persoalan nasional sesuai dengan nilainya masing-
masing. Sedangkan, aktif berarti ikut memberikan sumbangan, baik dalam
bentuk pemikiran maupun keikutsertaan secara aktif dalam menyelesaikan
berbagai konflik, sengketa dan permasalahan dalam negeri.
B. Politik Bebas Aktif Bangsa Indonesia dari Masa ke Masa
1. Politik Bebas Aktif Orde Lama
Pertikaian yang terjadi antara blok barat dengan blok timur terjadi
semenjak PD II berakhir, yang juga pada saat itu beriringan dengan
merdekanya Negara Indonesia. Pada saat itu, terdapat permasalahan politik
global, yaitu perang dingin antara blok barat (dibawah pimpinan Amerika
Serikat) dengan blok timur (dibawah pimpinan Uni Soviet). Saat itu,
Indonesia berada dibawah kepimimpinan presiden Soekarno yang diwakili
oleh Hatta. Dalam keadaan dibawah pimpinan Soekarno, Indonesia
berhasil menarik perhatian dunia internasional karena keaktifan, peranan
dalam kancah internasional serta ide-ide brilian mengenai pertikaian antara
blok barat dan blok timur. Dasar politik luar negeri Indonesia digagas oleh
Soekarno dan Hatta, yang juga mengemukakan tentang gagasan pokok
non-Blok. Gerakan non-Blok merupakan suatu gagasan untuk tidak
memihak antara blok Barat (AmerikaSerikat) dan blok Timur (Uni Soviet).
Sebagai bangsa yang mandiri, Indonesia harus mampun untuk tidak
bergantung kepada negara lain, maka hal tersebut menjadi salah satu dasar
dalam konsep politik bebas aktif Indonesia. Dengan politik luar negeri
bebas aktif, Indonesia dapat menentukan sikapnya dalam menghadapi
kondisi politik global pada masa itu.Selain itu orientasi dari bebas tersebut
adalah anti kolonialisme, sehingga Indonesia tidak mendukung adanya
kolonialisme maupun imperialisme. Indonesia juga menghindari timbulnya
konflik terbuka. Dari hal-hal yang telah disebutkan tersebut Indonesia juga
harus mempertahankan politik luar negeri bebas aktif sehingga ideologi
bangsa tetap teguh dan tidak terpengaruh dan terintervensi oleh ideologi
negara-negara lain. Selain itu faktor penduduk, teknologi, ekonomi,
kestabilitasan negara, serta militer dapat berkembang beriringan dan
sejalan.
Dalam hal ini, Indonesia menegaskan bahwa politik luar negerinya
bebas dan aktif. Alasan ketidakberpihakan Indonesia dalam konflik kedua
blok ini karena Hatta tidak mempercayai bahwa aliansi Indonesia dengan
salah satu kekuatan negara adidaya tersebut yang bersaing ketat dalam
bipolarisme ekonomi dan ideologi dunia pasca perang dunia akan mampu
mewujudkan keinginan Indonesia. Hal ini akan dapat tercapai apabila
Indonesia mengedepankan kebijakan yang didasarkan pada perdamaian
dan persahabatan dengan semua bangsa atas dasar saling menghargai dan
non-interference. Atas dasar prinsip-prinsip tersebut Indonesia dapat
melindungi diri dari ancaman eksternal, sehingga stabilitas politik dan
pembangunan untuk menyejahterakan rakyat dapat tercipta. Karena
pertimbangan inilah Indonesia tidak melakukan aliansi dengan salah satu
blok baik itu Amerika Serikat atau Uni Soviet.
Kebijakan luar negeri yang membiarkan aliansinya dengan salah
satu blok hanya akan menyebabkan upaya untuk mewujudkan konsolidasi
internal yang ingin mencapai tujuan nasional mengatasi kesulitan. Selain
itu, Indonesia juga mengimplementasikan politik bebas aktif ini dalam
negara lainnya dikawasan Asia Tenggara. Pengikatan diri secara ideal
kebijakan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif juga dapat dilihat
dari posisi Indonesia atas konflik dua China. Indonesia mengakui Beijing
dibanding Taipei yang didukung oleh Amerika Serikat. Melihat kenyataan
ini, tidak berlebihan bila dikatakan bahwa agenda politik luar negeri
Indonesia pada saat itu lebih banyak ditentukan oleh kepentingan politik
domestik (dalam hal kerja sama), daripada mengikuti tekanan lingkungan
internasional yang pada saat itu didominasi oleh dua kekuatan besar yang
berseberangansecara ideologi yatiu Amerika Serikat dan UniSoviet.
Namun nyatanya pada masa orde lama Indonesia tidak menerapkan
sepenuhnya politik bebas aktif yang dicetuskannya. Secara jelas terlihat
Indonesia pada saat itu cenderung berporos ke Timur dan dekat dengan
negara-negara komunis seperti Cina dan Uni Soviet dibandingkan dengan
negara-negara Barat seperti Amerika Serikat. Hal ini menyulut kontroversi
dimata dunia internasional, karena Indonesia yang awalnya menyatakan
sikap sebagai negara non-Blok menjadi berpindah haluan. Hal ini
membuat tidak berjalan dengan efektifnya politik luar negeri bebas aktif
saat itu.
2. Politik Bebas Aktif Orde Baru
Orde baru merupakan masa pemurnian politik luar negeri bebas
aktif yang dilakukakn oleh soeharto. Soeharto tidak melakukan perubahan
total kebijakan politik yang digariskan oleh para pendahulunya. Meskipun
demikian, soeharto secara tegas menyatakan akan melakukan pemurnian
pelaksanann politik yang bebas aktif. Soeharto menyadari bahwa untuk
mengangkat indonesia dari krisis ekonomi akan menjadi prioritas
utamanya. Namun, hal itu haruslah diikuti dengan membangun sistem
politik internal yang lebih stabil serta lingkungan eksternal yang damai.
Jika pada masa orde lama lebih menekan pada kestabilan dan
tujuan politik dalam urusan domestiknya, di orde baru ini soeharto
mencoba memperbaiki kestabilan ekonomi dengan memahami kedua
prinsip independen dan aktif. Indonesia berhak menentukan sendiri
kebijakannya dalam mencapai tujuan domestiknya, dalam hal ini soeharto
menekankan pada sistem perekonomian, karena menurut soeharto di era
orde lama pemerintah terlalu menekankan pada sistem politik dan
lingkungan eksternal yang pada prinsipnya bersifat terlalu aktif. Hal ini
menyebabkan sistem perekonomian menjadi tidak stabil karena lebih fokus
kepada masalah politik internasional ketimbang memperbaiki keadaan
perekonomian dalam negeri
Tingginya kepercayaan diri soeharto telah mempengaruhi
Indonesia untuk lebih memainkan peran aktif dalam masalah-masalah
internasional ini ditunjukan dalam peristiwa penting seperti peran aktif
Indonesia dalam peringatan 30 tahun Konferensi Asia Afrika (dalam
konteks politik), Indonesia menjadi ketua Gerakan Non Blok dan
penyelenggara pertemuan Asia Pasific Economic Coorporation (APEC) di
Bogor (dalam konteks ekonomi), sebagai penengah konfrontasi Singapura
dan Malaysia atas sengketa pulau, memprakarsai pertemuan-pertemuan
tingkat regional (ASEAN). Dari peristiwa-peristiwa tersebut jelaslah
bahwa soeharto pada era orde baru benar-benar berupaya untuk
memurnikan kembali politik bebas aktif tidak hanya dalam konteks
internasional saja, tetapi juga dalam konteks domestik, di mana lebih
menekankan pada kestabilan perekonomian demi kesejahteraan rakyat.
3. Politik Bebas Aktif Orde Reformasi
a. Masa Pemerintahan BJ. Habibie
Diawal masa pemerintahannya, Habibie menghadapi persoalan
legitimasi yang cukup serius. Akan tetapi, Habibie berusaha
mendapatkan dukungan internasional melalui beragam cara.
Diantaranya, pemerintahan Habibie menghasilkan dua Undang-Undang
(UU) yang berkaitan dengan perlindungan atas hak asasi manusia.
Selain itu, pemerintahan Habibie pun berhasil mendorong ratifikasi
empat konvensi internasional dalam masalah hak-hak pekerja.
Pembentukan Komnas Perempuan juga dilakukan pada masa
pemerintahan Habibie yang pendek tersebut. Dengan catatan positif atas
beberapa kebijakan dalam bidang HAM yang menjadi perhatian
masyarakat internasional ini.
Habibie berhasil memperoleh legitimasi yang lebih besar dari
masyarakat internasional untuk mengkompensasi minimnya legitimasi
dari kalangan domestik. Habibie mendapatkan kembali kepercayaan
dari dua institusi penting yaitu IMF sendiri dan Bank Dunia. Kedua
lembaga tersebut memutuskan untuk mencairkan program bantuan
untuk mengatasi krisis ekonomi sebesar 43 milyar dolar dan bahkan
menawarkan tambahan bantuan sebesar 14 milyar dolar. Hal ini
memperlihatkan bahwa walaupun basis legitimasi dari kalangan
domestik tidak terlampau kuat, dukungan internasional yang diperoleh
melalui serangkaian kebijakan untuk memberi image positif kepada
dunia internasional memberi kontribusi positif bagi keberlangsungan
pemerintahan Habibie saat periode transisi menuju demokrasi dimulai.
Keinginan Habibi mengakselerasi pembangunan sesungguhnya
sudah dimulainya di Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN)
dengan menjalankan program evolusi empat tahapan alih tehnologi
yang dipercepat “berawal dari akhir dan berakhir diawal. Pemerintahan
Habibie pula yang memberi pelajaran penting bahwa kebijakan luar
negeri, sebaliknya, juga dapat memberi dampak negatif bagi
kelangsungan pemerintahan transisi. Kebijakan Habibie dalam
persoalan Timor-Timur menunjukan hal ini dengan jelas. Habibie
mengeluarkan pernyataan pertama mengenai isu Timor Timur pada
bulan Juni 1998 dimana ia mengajukan tawaran untuk pemberlakuan
otonomi seluas-luasnya untuk provinsi Timor Timur.
Proposal ini, oleh masyarakat internasional, dilihat sebagai
pendekatan baru. Di akhir 1998, Habibie mengeluarkan kebijakan yang
jauh lebih radikal dengan menyatakan bahwa Indonesia akan memberi
opsi referendum untuk mencapai solusi final atas masalah Timor Timur.
Beberapa pihak meyakini bahwa keputusan radikal itu merupakan
akibat dari surat yang dikirim Perdana Menteri Australia John Howard
pada bulan Desember 1998 kepada Habibie yang menyebabkan Habibie
meninggalkan opsi otonomi luas dan memberi jalan bagi referendum.
Akan tetapi, pihak Australia menegaskan bahwa surat tersebut hanya
berisi dorongan agar Indonesia mengakui hak menentukan nasib sendiri
(right of self-determination) bagi masyarakat Timor Timur.
Namun, Australia menyarankan bahwa hal tersebut dijalankan
sebagaimana yang dilakukan di Kaledonia Baru dimana referendum
baru dijalankan setelah dilaksanakannya otonomi luas selama beberapa
tahun lamanya. Karena itu, keputusan berpindah dari opsi otonomi luas
ke referendum merupakan keputusan pemerintahan Habibie sendiri.
Aksi kekerasan yang terjadi sebelum dan setelah referendum kemudian
memojokkan pemerintahan Habibie. Legitimasi domestiknya semakin
tergerus karena beberapa hal. Pertama, Habibie dianggap tidak
mempunyai hak konstitusional untuk memberi opsi referendum di
Timor Timur karena ia dianggap sebagai presiden transisional. Kedua,
kebijakan Habibie dalam isu Timor Timur merusakan hubungan saling
ketergantungan antara dirinya dan Jenderal Wiranto, panglima TNI
pada masa itu. Habibie kehilangan legitimasi baik dimata masyarakat
internasional maupun domestik.
Di mata internasional, ia dinilai gagal mengontrol TNI, yang
dalam pernyataan-pernyataannya mendukung langkah presiden Habibie
menawarkan refendum, namun di lapangan mendukung milisi pro
integrasi yang berujung pada tindakan kekerasan di Timor Timur
setelah referendum. Di mata publik domestik, Habibie juga harus
menghadapi menguatnya sentimen nasionalis, terutama ketika akhirnya
pasukan penjaga perdamaian yang dipimpin Australia masuk ke Timor
Timur. Sebagai akibatnya, peluang Habibie untuk memenangi
pemilihan presiden pada bulan September 1999 hilang. Sebaliknya,
citra TNI sebagai penjaga kedaulatan territorial kembali menguat.
Padahal sebelumnya peran politik TNI menjadi sasaran kritik kekuatan
pro demokrasi segera setelah jatuhnya Suharto pada bulan Mei 1998.
b. Masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid
Hubungan sipil militer merupakan salah satu isu utama dalam
perjalanan transisi menuju demokrasi di Indonesia. Dinamika hubungan
sipil militer ini terutama terlihat dalam isu separatisme, baik di Aceh
maupun Papua. Isu Timor Timur seperti diuraikan diatas juga menjadi
contoh penting yang memperlihatkan keterkaitan antara faktor domestik
(hubungan sipil militer) dan faktor eksternal (diplomasi dan politik luar
negeri). Bila dalam periode Habibie terjadi hubungan saling
ketergantungan antara pemerintahan Habibie dengan TNI, pada masa
Abdurrahman Wahid terjadipower struggle yang intensif antara
presiden Wahid dengan TNI sebagai akibat dari usahanya untuk
menerapkan kontrol sipil atas militer yang subyektif sifatnya.
Pasca reformasi, ketika Abdurrahman Wahid memimpin
Indonesia, politik luar negeri Indonesia cenderung mirip dengan politik
luar negeri Indonesia yang dijalankan oleh Soekarno pada masa orde
lama, dimana lebih menekankan pada peningkatan citra Indonesia pada
dunia internasional. Pada masa pemerintahannya, politik internasional
RI menjadi tidak jelas arahnya. Hubungan RI dengan dunia Barat
mengalami kemunduran setelah lepasnya Timor Timur. Salah satu yang
paling menonjol adalah memburuknya hubungan antara RI dengan
Australia.
Wahid memiliki cita-cita mengembalikan citra Indonesia di
mata internasional, untuk itu dia melakukan banyak kunjungan ke luar
negeri selama satu tahun awal pemerintahannya sebagai bentuk
implementasi dari tujuan tersebut. Dalam setiap kunjungan luar negeri
yang ekstensif selama masa pemerintahannya yang singkat,
Abdurrahman Wahid secara konstan mengangkat isu-isu domestik
dalam pertemuannya dengan setiap kepala negara yang dikunjunginya.
Termasuk dalam hal ini, selain isu Timor Timur, adalah soal integritas
teritorial Indonesia seperti dalam kasus Aceh dan isu perbaikan
ekonomi.
Namun, sebagian besar kunjungan – kunjungannya itu tidak
memiliki agenda yang jelas. Bahkan, dengan alasan yang absurd, Wahid
berencana membuka hubungan diplomatik dengan Israel, sebuah
rencana yang mendapat reaksi keras di dalam negeri. Dan dengan tipe
politik luar negeri Indonesia yang seperti ini membuat politik luar
negeri Indonesia menjadi tidak fokus yang pada akhirnya hanya
membuat berbagai usaha yang telah dijalankan oleh Gus Dur menjadi
sia-sia karena kurang adanya implementasi yang konkrit.
c. Masa Pemerintahan Megawati Soekarno Putri
Belajar dari pemerintah presiden yang sebelumnya, Megawati
lebih memperhatikan dan mempertimbangkan peran DPR dalam
penentuan kebijakan luar negeri dan diplomasi seperti diamanatkan
UUD 1945. Seperti diketahui, selama ini Komisi I DPR telah
menjalankan peran cukup signifikan dan tegas dalam mempengaruhi
dan mengontrol pelaksanaan aktivitas diplomasi Indonesia. Karena itu,
Megawati mengupayakan sebuah “mekanisme kerja” yang lebih solid
dengan Komisi I DPR sehingga diharapkan dapat memunculkan
concerted and united foreign policy sebagai hasil kerja bersama
lembaga eksekutif dan legislatif yang lebih konstruktif dan bertanggung
jawab atas dasar prinsip check and balance. Andaikata memungkinkan,
dapat diterapkan bipartisanship foreign policy yang berlandaskan
kolaborasi partai-partai yang ada.
Terlepas dari pentingnya politik luar negeri dan diplomasi
sebagai salah satu platform pemerintahan baru dalam membantu upaya
pemulihan ekonomi dan stabilitas keamanan di dalam negeri, Megawati
lebih memprioritaskan diri mengunjungi wilayah-wilayah konflik di
Tanah Air seperti Aceh, Maluku, Irian Jaya, Kalimantan Selatan atau
Timor Barat di mana nasib ratusan ribu atau mungkin jutaan pengungsi
dalam kondisi amat memprihatinkan. Dengan kata lain, anggaran
Presiden ke luar negeri lebih diperhemat dan dialokasikan untuk
membantu mengurangi penderitaan rakyat di daerah-daerah itu, tanpa
harus mengabaikan pelaksanaan politik luar negeri dan diplomasi
sebagai salah satu aspek penting penyelenggaraan pemerintah yang
pelaksanaannya di bawah koordinasi Menteri Luar Negeri. Dan yang
lebih penting, untuk membuktikan kepada rakyat bahwa pemerintah
Megawati memiliki sense of urgency dan sense of crisisyang belum
berhasil dibangun pemerintahan sebelumnya.
Namun masa pemerintahan presiden Abdurachman Wahid
mewarisi pemerintahan yang lemah dan diperburuk oleh kondisi
keamanan yang tengah diambang separatism atau communal violence.
Dan pada akhirnya Megawati sebagai presiden selanjutnya juga tak
mampu membawa pemerintahan pada stabilitas yang lebih besar
kendati perpolitikan Megawati pada masa pemerintahannya jauh
memiliki temper serta filosofi politik yang jauh lebih berkualifikasi
dalam menjalankan konsiliasi nasional dan kohesi daripada alternatif.
Tapi sangat disayangkan ia tidak memiliki kemampuan untuk memaksa
dan mengkohenren admistrasinya. Hasilnya adalah perbaikan ekonomi
yang tak jauh lebih membaik dari sebelumnya
d. Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono
Bagaimanapun selama masa pemerintahan yang terdahulu SBY
telah berhasil mengubah citra Indonesia dan menarik investasi asing
dengan menjalin berbagai kerjasama dengan banyak negara pada masa
pemerintahannya, antara lain dengan Jepang. Perubahan-perubahan
global pun dijadikannya sebagai opportunities. Jika PLNRI yang
diterjemahkan Bung Hatta adalah ‘bagaikan mendayung di antara 2
karang’, maka Pak Banto mengatakan bahwa PLNRI di masa SBY
adalah ‘mengarungi lautan bergelombang’, bahkan ‘menjembatani 2
karang’. Hal tersebut dapat dilihat dengan berbagai insiatif Indonesia
untuk menjembatani pihak-pihak yang sedang bermasalah.
Kemudian, terdapat aktivisme baru dalam PLNRI masa SBY.
Ini dilihat pada: komitmen Indonesia dalam reformasi DK PBB, atau
gagasan SBY untuk mengirim pasukan perdamaian di Irak yang terdiri
dari negara-negara Muslim (gagasan ini belum terlaksana hingga kini).
Selain itu, terdapat ciri-ciri khas PLNRI di masa SBY, yaitu :
1) terbentuknya kemitraan-kemitraan strategis dengan negara-negara
lain (Jepang, China, India, dll).
2) terdapat kemampuan beradaptasi Indonesia pada perubahan-
perubahan domestik dan perubahan-perubahan di luar negeri.
3) ‘prakmatis kreatif’ dan ‘oportunis’, artinya Indonesia mencoba
menjalin hubungan dengan siapa saja yang bersedia membantu dan
menguntungkan pihak Indonesia.
4) TRUST, yaitu: membangun kepercayaan terhadap dunia
Internasional. Yakni: unity, harmony, security, leadership,
prosperity. 5 Hal dalam konsep TRUST ini kemudian menjadi
sasaran PLNRI di tahun 2008 dan selanjutnya.
Pak Banto terlihat menilai sangat positif kinerja dari PLNRI
SBY pada masa pemerintahannya yang terdahulu. Namun kemudian, ia
pun menyebutkan sisi kekurangan dari PLNRI SBY. Menurut beliau,
PLNRI SBY kurang bisa menyelesaikan masalah-masalah di dalam
negeri. Di sini kita dapat melihatnya dari bertambah banyaknya jumlah
orang miskin di Indonesia. Padahal, jika secara konseptual PLN disebut
sebagai perpanjangan tangan dari kebijakan domestik, seharusnya
PLNRI bisa menjadi media penyelesaian masalah di dalam negeri. Oleh
karena itu, banyak pihak yang menganggap PLNRI SBY dengan
sebutan: It’s about Image. Karena SBY berlaku hanya untuk
memulihkan citra baik Indonesia di luar negeri, dan kurang
memperhatikan ke dalam negeri.
C. Penerapan Politik Bebas Aktif Indonesia secara Nasional dan Internasional
Berikut implementasi politik bebas aaktif dalam nasional seperti :
1. Setiap warga negara bebas membentuk organisasi ataupun partai politik
dengan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945
2. Setiap warga negara berpartisipasi secara aktif dalam mengikuti Pemilihan
Umum dan bebas untuk memilih tanpa adanya paksaan dari pihak manapun
3. Partai politik, baik yang kalah maupun yang menang dalam pemilihan
umum, bebas untuk menentukan nasib partai politiknya sendiri untuk
menjadi koalisi (pro pemerintah) atau oposisi (kontra pemerintah).
Politik bebas aktif secara internasional bangsa indonesia dapat terlihat
dari keikutsertaannya dalam organisasi besar dunia, seperti: ASEAN, PBB,
dan APEC.
Tak hanya itu, bangsa Indonesia juga aktif terlibat dalam penyelesaian
konflik internasional, seperti pencetusan gerakan Non Blok setelah Perang
Dunia II, bekerja sama dengan negara-negara menjembatani konflik yang
terjadi antara Israel dan Palestina,
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Politik luar negeri Republik Indonesia merupakan suatu kebijakan
yang diambil oleh pemerintah dalam hubungannya dengan dunia
internasional. Dasar hukum pelaksanaan politik luar negeri Republik
Indonesia tergambarkan secara jelas di dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 alinea I dan alinea IV. Sedangkan, Politik dalam negeri adalah
kehidupan kenegaraan berdasarkan pancasila dan UUD 1945 yang mampu
menyerap aspirasi dan dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam suatu
system. Politik dalam negeri Indonesia merupakan politik yang bebas dan
aktif. Politik yang bebas dan aktif memiliki pengertian berkebebasan politik
untuk menentukan dan menyatakan pendapat sendiri, terhadap tiap-tiap
persoalan internasional sesuai dengan nilainya masing-masing.
Dalam periodenya, Indonesia memiliki tiga periode dimana terjadi
enam kali pergantian kekuasaan. Pada masing-masing periode, politik bebas
aktif yang diterapkan di Indonesia pun memiliki pergantian dan perubahan.
B. Saran
Dalam realisasinya, tidak hanya pemerintah yang memiliki peran
dalam politik bebas aktif ini, namun juga kita sebagai bangsa Indonesia perlu
aktif dan berperan langsung dalam pelaksanaan politik yang bebas dan aktif
ini demi kebijakan yang lebih baik bagi Indonesia.
TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH
KEWARGANEGARAAN
POLITIK BEBAS AKTIF YANG DITERAPKAN BANGSA INDONESIA
SECARA NASIONAL DAN INTERNASIONAL
Disusun Oleh :
Elsa Yulistine G1B007010Fandi Aji Satria G1B008060Afiet Permatasari G1B008088Ajeng Prastiwi G1B011019Indah Cahyani G1B011021Shella Kartika Andira G1B011036Rifa Moni Utami G1B0110Novy Nur Kusumawardhani G1B011041Michika Adhisa Putri G1B011048Anshah Shafa Nabilah G1B011055Yuditha Nindya Kartika R G1B0110Siti Nurul Afiyanti G1B011072
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU- ILMU KESEHATANJURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2012
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa. 2009. Politik Luar Negeri Indonesia.
http://mustofasmp2.wordpress.com. Diakses tanggal 10 Juni 2012.
Leifer, Michael. 1989. Politik Luar Negeri Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia.
Wurlan, Dr. Asep dan Sri Rahayu. 2005. Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan
Real intitute Bandung. Bandung.