tugas produk domestik regional bruto.docx

14
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi (bersifat multidimensional) adalah menciptakan pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan (disparity), dan pengangguran (Todaro, 2000). Sejalan dengan hal tersebut, maka pembangunan ekonomi daerah menghendaki adanya kerjasama diantara pemerintah, privat sektor, dan masyarakat dalam mengelola sumber daya yang dimiliki oleh wilayah tersebut dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja seluas-luasnya. Indikator keberhasilan pembangunan ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi dan berkurangnya ketimpangan baik di dalam distribusi pendapatan penduduk maupun antar wilayah. Beberapa perbedaan antara wilayah dapat dilihat dari beberapa persoalan seperti, potensi wilayah, pertumbuhan ekonomi, investasi (domestik dan asing), luas wilayah, konsentrasi industri, transportasi, pendidikan, budaya dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut,yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi. Pertumbuhan ekonomi yang cepat akan berdampak terhadap ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Apalagi dengan diberlakukannya Undang-Undang No 32 dan 33 Tahun 2004, peranan pemerintah daerah sangat dominan dalam menentukan kebijakan di daerahnya sehingga memungkinkan ketimpangan regional terjadi. Pertumbuhan ekonomi antara DKI Jakarta dengan daerah-daerah sekitarnya menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, dimana pada akhir tahun 2001, sektor-sektor unggulan penyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta juga turut menyumbang pada peningkatan PDRB Nasional. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan sektor-sektor unggulan. Sebagai Ibukota Negara, DKI Jakarta memiliki berbagai macam sektor unggulan, mulai dari industri pengolahan, perdagangan, hotel & restoran, pengangkutan & komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa.

Upload: boedi-cakra

Post on 07-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta

PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangTujuan pembangunan ekonomi (bersifat multidimensional) adalah menciptakan pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan (disparity), dan pengangguran (Todaro, 2000). Sejalan dengan hal tersebut, maka pembangunan ekonomi daerah menghendaki adanya kerjasama diantara pemerintah, privat sektor, dan masyarakat dalam mengelola sumber daya yang dimiliki oleh wilayah tersebut dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja seluas-luasnya. Indikator keberhasilan pembangunan ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi dan berkurangnya ketimpangan baik di dalam distribusi pendapatan penduduk maupun antar wilayah. Beberapa perbedaan antara wilayah dapat dilihat dari beberapa persoalan seperti, potensi wilayah, pertumbuhan ekonomi, investasi (domestik dan asing), luas wilayah, konsentrasi industri, transportasi, pendidikan, budaya dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut,yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi.Pertumbuhan ekonomi yang cepat akan berdampak terhadap ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Apalagi dengan diberlakukannya Undang-Undang No 32 dan 33 Tahun 2004, peranan pemerintah daerah sangat dominan dalam menentukan kebijakan di daerahnya sehingga memungkinkan ketimpangan regional terjadi. Pertumbuhan ekonomi antara DKI Jakarta dengan daerah-daerah sekitarnya menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, dimana pada akhir tahun 2001, sektor-sektor unggulan penyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta juga turut menyumbang pada peningkatan PDRB Nasional. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan sektor-sektor unggulan. Sebagai Ibukota Negara, DKI Jakarta memiliki berbagai macam sektor unggulan, mulai dari industri pengolahan, perdagangan, hotel & restoran, pengangkutan & komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa.Setiap daerah harus mempunyai sektor yang diunggulkan, namun perlu didukung dengan sektor lainnya, sehingga apabila terjadi krisis dapat didukung oleh sektor pendukung agar perekonomian tetap berjalan. Perhitungan pendapatan regional melalui PDRB bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekonomi suatu daerah serta mengetahui tingkat inflasi. Oleh karena itu, PDRB merupakan ukuran aktivitas ekonomi (produktivitas), bukan ukuran kemakmuran (welfare).

1.2. Identifikasi MasalahBerdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang ingin dilihat dalam penulisan ini adalah :1. Bagaimana struktur Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta secara umum?2. Bagaimana struktur PDRB masing-masing wilayah di DKI Jakarta?3. Sektor-sektor mana yang memberikan konstribusi terbesar terhadap PDRB DKI Jakarta?4. Bagaimana kebijakan Pemda DKI Jakarta terhadap sektor-sektor yang memberikan kontribusi terendah terhadap PDRB DKI Jakarta?

1.3. Maksud dan TujuanMaksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah:1. Mengetahui metode-metode perhitungan PDRB. 2. Memperkaya wawasan tentang pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, dilihat dari konteks perkembangan PDRB wilayah tersebut.3. Mengetahui besarnya sumbangan masing-masing sektor pendukung PDRB pada suatu wilayah dan pola pengembangannya.

TINJAUAN TEORI

2.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di seluruh daerah dalam tahun tertentu atau periode tertentu dan biasanya satu tahun. Menurut Robinson Tarigan (2009;18), Produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah itu. Yang dimaksud dengan nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Nilai tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan, dan pajak tidak langsung neto. Jadi, dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sector dan menjumlahkannya, akan menghasilkan produk domestic regional bruto atas dasar harga pasar.

2.2. Metode Perhitungan PDRBMetode perhitungan PDRB ada dua macam, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan nilai harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan, sementara PDRB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar.

2.2.1. PDRB Atas Dasar Harga BerlakuPDRB atas dasar harga berlaku dapat dihitung melalui dua metode, yaitu: 1. Metode Langsung adalah metode perhitungan dengan menggunakan data daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan digali dari sumber data yang ada di daerah itu sendiri. Metode langsung akan dapat memperlihatkan karakteristik sosial ekonomi setiap daerah. Disamping itu manfaat pemakaian data daerah adalah dapat digunakan untuk menyempurnakan data statistik daerah yang lemah.Metode langsung dapat dilakukan dengan menggunakan tiga macam cara, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Pendekatan Produksi adalah perhitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari total nilai total produksi bruto sektor atau sub sektor tersebut. Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari sektor/kegiatan yang produksinya berbentuk fisik/barang, seperti pertanian, pertambangan, dan industri dan sebagainya. Pendekatan ini bisa juga disebut pendekatan nilai tambah.Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit produksi dalam proses produksi dari input antara yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa faktor produksi atas ikut sertanya dalam proses produksi.Dalam pendekatan pendapatan ini, nilai tambah dari kegiatan-kegiatan ekonomi dihitung dengan cara menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Untuk sektor Pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari keuntungan, surplus usaha (bunga neto, sewa tanah dan keuntungan) tidak diperhitungkan. Metode pendekatan pendapatan banyak dipakai pada sektor jasa, tetapi tidak dibayar setara harga pasar, misalnya sektor pemerintahan.Sedangkan pendekatan pengeluaran adalah menjumlahkan nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri. Kalau dilihat dari segi penggunaan, maka total penyediaan/produksi barang dan jasa itu digunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi), perubahan stok dan ekspor neto. Jadi produk domestik regional dihitung dengan cara menghitung berbagai komponen pengeluaran akhir yang membentuk PDRB tersebut.

2. Metode Tidak Langsung adalah metode penghitungan dengan cara alokasi, yaitu mengalokir Produk Domestik Bruto Nasional menjadi PDRB Provinsi dengan menggunakan beberapa indikator dan/atau indikator lainnya yang cocok sebagai alokator. Alokator yang digunakan dapat berupa: nilai produk bruto atau neto setiap sektor, jumlah produksi fisik, tenaga kerja, penduduk, dan alokator lainnya yang sesuai.Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa alokator tersebut dapat diperhitungkan persentase/bagian masing-masing provinsi untuk nilai tambah suatu sektor atau sub sektor.2.2.2. PDRB Atas Dasar Harga KonstanPerkembangan PDRB atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan PDRB yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam tingkat harganya. Untuk dapat mengukur perubahan volume produksi atau perkembangan produksi secara nyata, faktor pengaruh harga perlu dihilangkan dengan cara menghitung PDRD atas dasar harga konstan.Produk riil per kapita biasanya juga dipakai sebagai indikator untuk menggambarkan perubahan tingkat kemakmuran ekonomi dari tahun ke tahun. Untuk perencanaan, proyeksi dan penentuan target, selalu bertitik tolak dari perhitungan atas dasar harga konstan.Secara konsep nilai atas dasar konstan dapat mencerminkan kuantum produksi pada tahun yang berjalan yang dinilai atas dasar harga pada tahun dasar.Tujuan menggunakan kedua metode tersebut adalah untuk memperkecil resiko dan kesalahan dalam masa mendatang karena berbagai sebab, antara lain: ketidaktahuan, kelangkaan data, tersebarnya data ke berbagai negara/daerah. Secara teoritis hasil kedua metode tersebut harus identik.

2.3. Mengukur Pertumbuhan Ekonomi Dengan PDRBIndikator yang umum digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Selama ini perhitungan PDRB yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah PDRB dengan pendekatan produksi yang dibentuk dari sembilan sektor atau lapangan usaha, yaitu (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas dan Air Bersih, (5) Konstruksi/Bangunan, (6) Pedagangan, Hotel dan Restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, dan (9) Jasa-jasa. Sektor-sektor ini selanjutnya dikelompokan ke dalam 3 sektor yaitu: Sektor Primer yaitu sektor yang tidak mengolah bahan mentah/baku, hanya mendayagunakan sumber daya alam, terdiri dari sektor pertanian, pertambangan dan penggalian. Sektor kedua yaitu Sektor Sekunder, yang mengolah bahan mentah/baku menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, mencakup industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, dan konstruksi. Sektor ketiga adalah Sektor Tersier, yang memproduksi dalam bentuk jasa mencakup perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan lainnya, dan jasa-jasa.Perhitungan pendapatan wilayah dengan PDRB dilakukan dengan tujuan (1) mengetahui aktivitas ekonomi di suatu daerah dengan membandingkan PDRB daerah lain, (2) mengetahui tingkat inflasi (% perubahan Indeks Harga Implisit dua tahun yang berurutan), (3) gambaran struktur perekonomian yang merupakan kontribusi masing-masing sektor kegiatan ekonomi terhadap pembentukan PDRB.Laju pertumbuhan PDRB, atas dasar harga konstan diperoleh dengan mengurangi nilai pada tahun kedepan dengan nilai tahun ke n-1 dibagi dengan nilai pada tahun ke n-1 dikalikan dengan 100 persen. Laju pertumbuhan menunjukkan tingkat perkembangan agregat pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.PEMBAHASAN

3.1. PDRB DKI Jakarta Menurut Jenis UsahaBerdasarkan data BPS DKI Jakarta tahun 2011 jika dibandingkan tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel berikut :Tabel 1. Peningkatan PDRB DKI Jakarta Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku (Jutaan Rupiah)Lapangan Usaha20102011% Kenaikan% Kontribusi

Pertanian849.560918.8038.15%0.09%

Pertambangan dan Penggalian3.704.2815.139.91538.76%0.52%

Industri Pengolahan135.643.231153.505.11213.17%15.62%

Listrik, Gas & Air Bersih9.012.2579.667.6467.27%0.98%

Konstruksi/Bangunan98.424.987112.810.49614.62%11.48%

Perdagangan, Hotel & Restoran178.357.449204.480.25014.65%20.81%

Pengangkutan & Komunikasi87.688.423101.265.38915.48%10.30%

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan239.155.971270.951.56413.29%27.57%

Jasa-jasa109.253.577124.065.60213.56%12.62%

Total862.089.737982.804.77814.00%

Sumber : BPS DKI Jakarta

Gambar 1. Persentase Per Sektor Penyumbang PDRB DKI Jakarta Tahun 2011

Peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku, ditopang oleh tiga sektor utama yaitu keuangan, persewaan, jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel, restoran, serta sektorindustripengolahan terhadap total perekonomian DKI Jakarta mencapai sekitar 64% pada 2011. Berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku pada 2011, sektor ekonomi yang menghasilkan nilai tambah bruto produk barang dan jasa terbesar adalah sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan sebesar Rp270,9 Triliun. Selanjutnya disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran mencapai Rp204,4 Triliun, dan sektor industri pengolahan sebesar Rp153,5 Triliun. PDRB Jakarta berasal dari sektor tersier meliputi perdagangan, keuangan, jasa, dan pengangkutan mencapai 71,3%, disusul sektor sekunder yakni industri pengolahan,konstruksi, listrik, gas dan air bersih sebesar 28,1% serta sektor primer yaitu pertanian dan pertambangan sebesar 0,6%.

3.2. PDRB Masing-Masing Wilayah Di DKI JakartaPDRB DKI Jakarta merupakan akumulasi dari PDRB wilayah-wilayah administratif-nya. Dari data yang dikeluarkan oleh BPS DKI Jakarta Tahun 2012, laju pertumbuhan PDRB pada masing-masing wilayah sepanjang Tahun 2011 relatif sama. Jumlah serta laju pertumbuhan PDRB masing-masing wilayah di DKI Jakarta Tahun 2011 dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Masing-Masing Wilayah Serta Laju Pertumbuhannya Tahun 2011.WilayahPDRB% Kontribusi% Laju Pertumbuhan

Kepulauan Seribu5.544.8900.548.17

Jakarta Selatan216.385.32721.076.98

Jakarta Timur165.710.00516.136.28

Jakarta Pusat259.680.38725.286.95

Jakarta Barat196.698.26619.156.25

Jakarta Utara183.061.49417.826.36

Total1.027.080.369

Sumber : DKI Jakarta Dalam Angka 2012. BPS DKI Jakarta

Gambar 2. Besarnya PDRB Masing-Masing Wilayah Di DKI Jakarta Tahun 2011

Dari Tabel 2. dan Gambar 2. di atas dapat dilihat bahwa PDRB terbesar DKI Jakarta Tahun 2011 berasal dari wilayah Jakarta Pusat sebesar Rp259,7 Miliar (25.28%), disusul secara berturut-turut yaitu Jakarta Selatan sebesar Rp216,4 Miliar (21.07%), Jakarta Barat sebesar Rp196,7 Miliar (19.15%), Jakarta Utara sebesar Rp183 Miliar (17.82%), Jakarta Timur sebesar Rp165,7 Miliar (16.13%) dan Kepulauan Seribu sebesar Rp5,5 Miliar (0.54%). Sementara persentasi laju pertumbuhan PDRB tertinggi terjadi di wilayah Kepulauan Seribu, disusul secara berturut-turut yaitu Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Barat.Tingginya PDRB wilayah Jakarta Pusat (Sumber: DKI Jakarta Dalam Angka 2012. BPS DKI Jakarta) didukung oleh beberapa fakta dari beberapa lapangan usaha, yaitu :a. Jumlah Hotel berbintang dan melati di Jakarta Pusat sebanyak 170 buah (45.3%) dari 375 di seluruh DKI Jakarta.b. Jumlah Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang diterbitkan dalam Tahun 2011 kepada ketiga jenis usaha (besar, menengah, kecil) adalah sebanyak 7.702 (25.9%) dari total 29.699 lembar SIUP.c. Jumlah Pasar yang dikelola Perusahaan Daerah di Jakarta Pusat sebanyak 28 (8.7%) dari 150 pasar.d. Jumlah pelanggan gas di Jakarta Pusat sebanyak 4.512 HH (32.9%) dari total 13.705 HH untuk seluruh DKI Jakarta.e. Jumlah Rumah Susun yang ada di Jakarta Pusat sebanyak 2.698 unit (25.6%) dari total 10.525 unit di DKI Jakarta.f. Jumlah Tabungan pada Bank Umum di Jakarta Pusat sebanyak Rp68,374 Miliar (27.1%) dari total Rp251,915 Miliar pada akhir Desember 2011 di seluruh DKI Jakarta. 3.3. Kotribusi Lapangan Usaha Terhadap PDRB DKI JakartaDari Tabel 1. di atas, tergambar jelas bahwa hampir seluruh lapangan usaha mengalami peningkatan di atas angka 10% kecuali Pertanian yang hanya mencapai angka peningkatan 8%. Walaupun peningkatan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Pertambangan dan penggalian sebesar 38.76%, namun lapangan usaha ini hanya memberikan kontribusi yang kecil terhadap PDRB DKI Jakarta yaitu sebesar 0.52%. kontribusi terbesar terhadap PDRB DKI Jakarta tahun 2011 berasal dari 3 lapangan usaha unggulan yaitu Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan sebesar 270,9 triliun (27.57%), Perdagangan, Hotel & Restoran sebesar 204,5 triliun (20.81%) dan Industri Pengolahan sebesar 153,5 triliun (15.62%).Kontribusi lapangan usaha tersebut didukung dengan kenyataan bahwa DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia, dimana terdapat berbagai fasilitas tinggal, bekerja, berinvestasi dan juga sebagai tujuan kunjungan wisatawan asing maupun domestik. Beberapa data di bawah ini akan menunjukkan peranan sektor-sektor pendukung utama PDRB DKI Jakarta, yaitu :a. Jumlah Bank Umum, Bank Pemerintah, Bank Asing yang ada di DKI Jakarta adalah sebanyak 78 Bank dengan jumlah kantor mencapai 3.649 unit.b. Jumlah Perusahaan Industri di DKI Jakarta sebanyak 1.588 yang menyerap 312.571 tenaga kerja serta memiliki nilai output sebesar 209.723,4 triliun.c. Nilai import sepanjang tahun 2011 sebesar 41,95 triliun USDollar, dan nilai eksport mencapai 11,04 triliun US Dollar.d. Memiliki 8 objek wisata (Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, Kebun Binatang Ragunan, Monumen Nasional, Museum Nasional, Museum Satria Mandala, Museum Sejarah Jakarta, Pelabuhan Sunda Kelapa), telah menarik wisatawan domestik sebanyak 14.962.253 orang (data tahun 2007), dan menerima kunjungan wisatawan asing pada tahun 2011 sebanyak 2.003.944 orang (26.20%) dari total 7.649.731 orang yang datang ke Indonesia.Lapangan usaha lain memberikan kontribusi yang tidak begitu besar terhadap PDRB DKI Jakarta. Kontribusi terkecil (