tugas teori sna

Upload: bey-hafid-el-yasir

Post on 08-Mar-2016

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sindrom Nefritis Akut

TRANSCRIPT

PowerPoint Presentation

EtiologiBakteriStreptokokus beta hemolitikus grup AStreptokokus grup C Pneumococcus (pneumonia)Streptokokus viridans (Endokarditis bacterial subakut)Staphylokokus aureus (Endokarditis bacterial subakut, pneumonia)Staphylokokus albusMeningococcus (sepsis)Klebsiella pneumonia

EtiologiVirusHepatitis BVariselaMorbiliParotitis epidemikaCytomegalovirusInfluenzaHuman immunodeficiency virus (HIV)

PatologiGlomerulonefritis akut pasca streptokokus adalah suatu glomerulonefritis proliferatif. Pada pemeriksaan mikroskopis dapat terlihat tingkat keparahan dan intesitas perubahan patologis yang bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan penyakit. Apabila kelainan minimal akan didapatkan proliferasi ringan sampai sedang sel mesangial dan matriks. Pada kasus berat sudah terdapat sel endotel yang difus disertai dnegan infiltrat sel polimorfonuklear dan monosit.

PatofisiologiGambaran KlinisGambaran klinis yang menonjol pada glomerulonefritis pasca infeksi streptokokus diantaranya yaitu oliguria, kelainan urinalisis (proteinuria, hematuria makroskopis maupun mikroskopis dan silinder eritrosit), azotemia, hipertensi, bendungan sirkulasi (bendungan paru akut, peningkatan JVP) dan edema (edema periorbital, edema tungkai dan asites).

Hematuria dan proteinuriaKerusakan dinding kapiler glomerulus menyebabkan perubahan fungsional glomerulus yaitu kapiler-kapiler tersebut lebih lentur terhadap eritrosit dan protein, sehingga hematuria makroskopis atau mikroskopis disertai silinder eritrosit dapat dijadikan petunjuk bahwa proses inflamasi dalam glomerulus masih aktif. Proteinuria biasanya kurang dari 2 gram perhari dan terdiri dari protein dengan berat molekul besar terutama albumin.

B. Edema Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) pada penderita GNA tidak diketahui penyebabnya, kemungkinan disebabkan karena adanya kelainan histopatologi glomeruli seperti pembengkakan sel-sel endotel, proliferasi sel mesangium, dan oklusi kapiler-kapiler. Penurunan LFG ini menyebabkan penurunan ekskresi natrium (Na+) dan akhirnya terjadi retensi Na+. Keadaan retensi Na+ ini diperberat oleh pemasukan garam dari diet dan hipoalbuminemia. Retensi Na+ dan air menyebabkan dilusi plasma, kenaikan volume plasma dan volume cairan ekstraseluler, dan akhirnya terjadi edema.

C. Hipertensi Oklusi kapiler-kapiler glomeruli akan merangsang mekanisme sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAA). Sistem renin angiotensin aldosteron merupakan salah satu pengatur utama tekanan darah. Renin merupakan suatu enzim proteolitik yang disintesis, disimpan, dan disekresi ke dalam aliran darah oleh sel aparatus juksta glomerulus. Pengaruh beberapa keadaan seperti peradangan, penekanan jaringan parenkim ginjal oleh tumor, abses, dan parut pielonefritis menyebabkan aliran darah intrarenal berkurang dan LFG menurun. Hal ini menimbulkan rangsangan terhadap sel aparatus juksta glomerulus untuk meningkatkan sintesis dan sekresi renin ke dalam aliran darah. Kenaikan angiotensin II merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi hormon aldosteron.

Hormon aldosteron ini mempengaruhi faal tubulus ginjal untuk reabsorbsi Na+ sehingga akan terjadi retensi Na+ bersama-sama dengan retensi air. Kenaikan volume plasma, volume cairan ekstraselular, dan dilusi plasma akan menyebabkan kenaikan tekanan darah, cardiac output, dan mempengaruhi refleks baroreseptor.

PenatalaksanaanSampai saat ini belum ditemukan pengobatan khusus seperti antibiotik dan steroid, maupun imunosupresif yang dapat mempengaruhi penyembuhan kelainan di glomerulus. Pengobatan hanya bersifat simptomatis untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi.

1. Tirah baringTirah baring selama 3-4 minggu umumnya diperlukan jika pasien tampak sakit, misalnya terjadi penurunan kesadaran, hipertensi, atau edema.

Penatalaksanaan2. Diet selama fase oliguria atau anuria

a) Protein hewaniPembatasan protein hewani sangat penting untuk mengurangi beban ginjal dan mengurangi hasil metabolisme protein seperti kreatinin, fosfat, sulfat, dan kalium. Pembatasan protein tidak boleh terlalu lama dan ketat karena dapat menyebabkan malnutrisi yang memperlambat penyembuhan. Selama fase oliguria atau anuria dianjurkan pemberian protein hewani antara 0,5-0,7 gram/kgbb/hari. Macam protein yang diberikan terutama protein hewani seperti telur, susu, dan daging. Namun untuk perhitungan berat badan dihitung berat badan kering (tanpa edema) yaitu dikurangi 10 15% dari bb saat sakit, atau melalui anamnesis dari ibu pasien.

Penatalaksanaanb) KarbohidratPembatasan protein harus disertai penambahan kalori dari sumber lain misalnya karbohidrat untuk mencegah katabolisme protein. Jumlah kalori yang dapat diberikan minimal 35 kalori/kgbb.

c) LemakLemak harus bebas dari elektrolit dan jumlahnya dibatasi. Lemak yang dianjurkan terutama lemak yang tidak jenuh.

d) Elektrolit1) NatriumPemberian garam natrium harus dibatasi sampai 20 meq/hari untuk mencegah dan mengobati bendungan paru akut dan hipertensi.

Penatalaksanaan2) KaliumPasien-pasien dengan penjernihan kreatinin 5 ml/menit harus dilakukan pembatasan asupan ion kalium baik dari buah-buahan maupun obat-obatan. Jumlah asupan kalium yang dianjurkan kurang dari 70-90 meq/hari.

3) KalsiumUntuk mempertahankan keseimbangan kalium, jumlah kalsium yang diberikan harus kurang dari 600-1000 mg/hari. Pemberian kalsium kurang dari 400 mg/hari dapat menyebabkan keseimbangan negatif.

e) Pemberian cairanPasien dengan edema, hipertensi, dan oliguria harus membatasi jumlah cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.

Penatalaksanaan3. Pengobatan simptomatis

a) Bila terdapat tanda hipervolemia seperti edema paru dan gagal jantung, dan disertai oliguria, maka diberikan diuretik kuat seperti furosemid 1-2 mg/kgbb/kali. Hal ini akan menyebabkan natrium ditarik ke dalam lumen, sehingga carianakan menurun.

b) Pasien dengan hipertensi diastolik kurang dari 100 mmHg tidak memerlukan obat-obat antihipertensi, cukup istirahat dan pembatasan garam natrium. Obat antihipertensi pada anak diberikan bila tekanan darah berada 10 mmHg di atas persentil ke-95 untuk umur dan jenis kelamin anak tersebut. Contoh captopril 0,3-0,5 mg/kgbb/kali 3x/hari

Penatalaksanaan4. AntibiotikGolongan penisilin yang dapat diberikan untuk eradikasi bakteri penisilin 2x 600.000 IU selama 7 hari dilanjutkan per oral 2x200.000 IU selama fase konvalesen.