tumor paru
DESCRIPTION
kjihu8h90-=TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
TUMOR paru adalah salah satu jenis tumor yang sulit disembuhkan. Sesuai
namanya, tumor paru tumbuh di organ paru-paru. Tumor ini diakibatkan oleh sel yang
membelah dan tumbuh tak terkendali pada organ paru. Tumor paru jika dibiarkan dapat
berkembang menjadi kanker paru. Biasanya tumor ini berkembang di saluran napas atau
bagian alveolus. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan tumor ini menyebar ke
seluruh tubuh jika sudah menjadi kanker paru stadium akut. Setiap tahun, terdapat lebih
dari 1,3 juta kasus kanker paru di seluruh dunia dengan angka kematian 1,1 juta setiap
tahunnya. Di Eropa, diperkirakan ada 381.500 kasus kanker paru pada 2004, dengan
angka kematian 342.000 atau 936 kematian setiap hari. Tumor paru ganas yang dapat
berubah menjadi kanker dibagi menjadi dua bagian besar. Pembagiannya adalah tumor
paru sel kecil dan tumor paru bukan sel kecil. Membedakan dua jenis tumor ini penting
dilakukan untuk mendapatkan pengobatan optimal.
Paru adalah organ tubuh yang berperan dalam sistem pernapasan (respirasi)
yaitu proses pengambilan oksigen (O2) dari udara bebas saat menarik napas, melalui
saluran napas (bronkus) dan sampai di dinding alveoli (kantong udara) O2 akan
ditransfer ke pembuluh darah yang di dalamnya mengalir antara lain sel sel darah merah
untuk dibawa ke sel-sel di berbagai organ tubuh lain sebagai energi dalam proses
metabolisme.
1
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Definisi
Tumor (neoplasia) adalah massa / jaringan baru-abnormal yang terbentuk dalam tubuh,
mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda dari sel / jaringan asalnya / sesungguhnya.
Keadaan ini disebabkan adanya pertumbuhan dan diferensiasi yang abnormal akibat
kerusakan gen pengaturnya.
Tumor dibagi dua :
1. Tumor jinak
2. Tumor ganas / kanker
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi
dalam paru atau merupakan keganasan pada jaringan paru.
Kanker paru-paru, seperti semua kanker-kanker, berakibat dari suatu kelainan
pada unit dasar kehidupan tubuh yaitu sel. Secara normal, tubuh memelihara suatu
sistim dari pemeriksaan-pemeriksaan (checks) dan keseimbangan-keseimbangan
(balances) pada pertumbuhan sel-sel sehingga sel-sel membelah untuk menghasilkan
sel-sel baru hanya jika diperlukan. Gangguan atau kekacauan dari sistim checks dan
balances ini pada pertumbuhan sel berakibat pada suatu pembelahan dan
perkembangbiakan sel-sel yang tidak terkontrol yang pada akhirnya membentuk suatu
massa yang dikenal sebagai suatu tumor.3
Tumor-tumor bisa menjadi jinak atau ganas; ketika kita berbicara "kanker", kita
merujuk pada tumor-tumor yang dipertimbangkan sebagai ganas. Tumor-tumor jinak
biasanya dapat diangkat dan tidak menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Tumor-tumor
ganas, pada sisi lain akan tumbuh secara agresif dan menyerang jaringan-jaringan lain
2
dari tubuh, mengizinkan masuknya sel-sel tumor kedalam aliran darah atau sistim
limfatik yang menyebar tumor ke tempat-tempat lain di tubuh. Proses penyebaran ini
disebut metastasis; area-area pertumbuhan tumor pada tempat-tempat yang berjarak
jauh disebut metastases. Karena kanker paru-paru cenderung untuk menyebar, atau
metastase, maka tidak aneh bila kanker paru merupakan kanker yang sangat
mengancam nyawa dan satu dari kanker-kanker yang paling sulit dirawat. Adapun
kanker paru-paru itu dapat menyebar ke organ mana saja didalam tubuh, organ-organ
tertentu — terutama kelenjar adrenal, hati, otak, dan tulang — adalah tempat-tempat
yang paling umum untuk kanker paru-paru menyebar.3
Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru merupakan penyebab
kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. Sebagian besar
kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru; tetapi kanker paru-paru bisa
juga berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru.3
Gambar 2: Adenokarsinoma Paru
3
2.2 Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor yang bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
1. Merokok.
Merokok sudah tidak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan
statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh
batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini
mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya
orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan
kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon
karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada
kulit hewan, menimbulkan tumor.4
2. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru)
berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga
merupakan agen etiologi operatif. 5
3. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru
hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga
mengalami peningkatan insiden. 2
4. Polusi udara.
4
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi
dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen
dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. 5
5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru,
yakni : 5
a.Proto oncogen.
b.Tumor suppressor gene.
c.Gene encoding enzyme.
6. Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. Pemberian Nutrisi dan supplement
dapat mengurang gejala yang disebabkan oleh kanker paru. Vitamin D dan Fe sangat
baik untuk diberikan oleh penderita penyakit kanker paru, Begitu pula dengan makanan
antioxidant seperti blueberri, cherri, dan buah tomat. 6,7
2.3 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia ,hyperplasia dan displasia. Bila
lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang
pleura, biasanya akan timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta
dan korpus vertebra. 8
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di
5
bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu,
demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengar pada auskultasi. 8
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur
terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka. 8
2.4 Klasifikasi.
Berdasarkan level penyebarannya penyakit kanker paru-paru terbagi dalam dua kriteria:
1. Kanker paru primer
Memiliki 2 type utama, yaitu Small cell lung cancer (SCLC) dan Non-small cell
lung cancer (NSCLC). SCLC adalah jenis sell yang kecil-kecil (banyak) dimana
memiliki daya pertumbuhan yang sangat cepat hingga membesar. Biasanya disebut "oat
cell carcinomas" (karsinoma sel gandum). Type ini sangat erat kaitannya dengan
perokok, Penanganan cukup berespon baik melalui tindakan chemotherapy and
radiation therapy. Sedangkan NSCLC adalah merupakan pertumbuhan sell tunggal,
tetapi seringkali menyerang lebih dari satu daerah di paru-paru. Misalnya Adenoma,
Hamartoma kondromatous dan Sarkoma. 7
2. Kanker paru sekunder
Merupakan penyakit kanker paru yang timbul sebagai dampak penyebaran kanker
dari bagian organ tubuh lainnya, yang paling sering adalah kanker payudara dan kanker
usus (perut). Kanker menyebar melalui darah, sistem limpa atau karena kedekatan
organ. 7
6
Gambar 3 : Kanker paru
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru :
Karsinoma Bronkogenik.
a. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk
metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului
timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar.
Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar
langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum. 9
b. Karsinoma sel kecil.
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul
dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel
kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke
mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke
organ – organ distal. 9
7
c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung
mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang
dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial
kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan
secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang
jauh. . 7
d. Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung
untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran
ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh. . 9
e. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
f. Lain – lain.
1). Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
2). Tumor kelenjar bronchial.
3). Tumor papilaris dari epitel permukaan.
4). Tumor campuran dan Karsinosarkoma
5). Sarkoma
6). Tak terklasifikasi.
7). Mesotelioma.
8). Melanoma. 8
2.5 Manifestasi Klinis
8
Gejala-gejala kanker paru bervariasi tergantung dari dimana dan berapa luas
tersebarnya tumor. Tanda-tanda peringatan dari kanker paru tidak selalu hadir atau
mudah diidentifikasikan. Seseorang dengan kanker paru mungkin mempunyai macam-
macam dari gejala-gejala berikut:
Tidak ada gejala-gejala: Pada sampai dengan 25% dari orang-orang yang
mendapat kanker paru, kanker pertama kali ditemukan pada suatu x-ray dada dan CT
scan secara rutin sebagai suatu massa kecil yang terpencil kadangkala disebut suatu luka
coin (coin lesion). Pasien-pasien ini dengan massa-massa tunggal yang kecil seringkali
melaporkan tidak ada gejala-gejala kanker paru pada saat itu ditemukan. 9
Gejala-Gejala yang berhubungan dengan kanker: Pertumubuhan kanker dan
penyerangan (invasi) jaringan-jaringan paru dan lingkungan-lingkungannya mungkin
mengganggu pernapasan, menjurus pada gejala-gejala seperti batuk, sesak napas,
mencuit-cuit (wheezing), nyeri dada, dan batuk darah (hemoptysis). Jika kanker telah
menyerang syaraf-syaraf, contohnya, ia mungkin menyebabkan nyeri pundak yang
bergerak kebawah bagian luar lengan (disebut Pancoast's Syndrome) atau kelumpuhan
pita-pita suaru menjurus pada suara serak (parau). Penyerangan kerongkongan mungkin
menjurus pada kesulitan menelan (dysphagia). Jika suatu saluran udara yang besar
terhalangi, mengempisnya sebagian dari paru mungkin terjadi dan menyebabkan
infeksi-infeksi (abscesses, pneumonia) pada area yang terhalangi. 9
Gejala-Gejala yang berhubungan dengan metastasis: Kanker paru yang telah
menyebar ke tulang-tulang mungkin menghasilkan sakit yang sangat menyiksa pada
tempat-tempat tulang yang terlibat. Kanker yang telah menyebar ke otak mungkin
menyebabkan sejumlah gejala-gejala penyakit syaraf yang mungkin termasuk
9
penglihatan yang kabur, sakit kepala, serangan-serangan (seizures), atau gejala-gejala
stroke seperti kelemahan atau mati rasa pada bagian-bagian tubuh. 9
Gejala-Gejala Paraneoplastic: Kanker-kanker paru seringkali diiringi oleh apa
yang disebut paraneoplastic syndromes yang berakibat dari produksi unsur-unsur yang
menyerupai hormon oleh sel-sel tumor. Paraneoplastic syndromes terjadi paling umum
dengan SCLC namun mungkin terlihat dengan tipe tumor mana saja. Suatu
paraneoplastic syndrome yang umum yang dikaitkan dengan SCLC adalah produksi
dari suatu hormon yang disebut adrenocorticotrophic hormone (ACTH) oleh sel-sel
kanker, menjurus pada pengeluaran hormon kortisol yang berlebihan oleh kelenjar-
kelenjar adrenal (Cushing's syndrome). Sindrom paraneoplastik (paraneoplastic
syndrome) yang paling sering terlihat dengan NSCLC adalah produksi dari suatu unsur
serupa dengan hormon paratiroid, berakibat pada tingkat-tingkat kalsium yang
meningkat dalam aliran darah. 9
Gejala-Gejala Nonspesifik: Gejala-gejala nonspesifik yang terlihat dengan banyak
kanker-kanker termasuk kanker paru meliputi kehilangan berat badan, kelemahan, dan
kelelahan. Gejala-gejala psikologi seperti depresi dan perubahan-perubahan suasana hati
adalah juga umum. 9
10
STAGING KANKER PARU
Staging (penderajatan) untuk kanker paru berdasarkan tumor (T) dan penyebarannya
ke getah bening (N) dan organ lain (M). 10
a. Stage kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) terdiri dari :10
Stage terbatas (limited) jika hanya melibatkan satu sisi paru (hemitoraks)
Stage luas (extensived) jika sudah meluas dari satu hemitoraks atau menyebar
ke organ lain.
b. Stage kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) dibagi atas :10
Staging/Tingkat I A/B
Satu tumor ukuran kurang atau lebih dari 3 cm pada satu lobus paru
Staging/Tingkat II A/B
Satu tumor dalam lobus paru melekat ke dinding dada atau menyebar ke
kelenjar getah bening di dalam paru yang sama
Staging/Tingkat III A
Tumor yang menyebar ke kelenjar getah bening didalam area trakeal
memasuki dinding dada dan diaphragma
Staging/Tingkat III B
Tumor yang menyebar ke nodes getah bening pada lawan paru, atau di dalam
leher.
Staging/Tingkat IV
Tumor yang menyebar kebagian lain paru atau organ lain di luar paru.
11
STAGE10
Stadium TNM
Occult carcinoma
0
IA
IB
IIA
IIB
IIIA
IIIB
IV
Tx N0 M0
Tis N0 M0
T1 N0 M0
T2 N0 M0
T1 N1 M0
T2 N1 M0, T3 N0 M0
T1 N2 M0, T2 N2 M0, T3 N1 M0, T3 N2 M0
Sebarang T N3 M0, T4 sebarang N M0
Sebarang T sebarang N M1
Kategori TNM untuk Kanker Paru :
T : Tumor Primer
To : Tidak ada bukti ada tumor primer
Tx : Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan sel
tumor ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak secara
radiologis atau bronkoskopis.
Tis : Karsinoma in situ
T1 : Tumor dengan garis tengah terbesar tidak melebihi 3 cm, dikelilingi oleh
jaringan
paru atau pleura viseral dan secara bronkoskopik invasi tidak lebih proksimal
dari bronkus lobus (belum sampai ke bronkus utama). Tumor sembarang
12
ukuran dengan komponen invasif terbatas pada dinding bronkus yang meluas
ke proksimal bronkus utama.
T2 : Setiap tumor dengan ukuran atau perluasan sebagai berikut :
- Garis tengah terbesar lebih dari 3 cm
- Mengenai bronkus utama sejauh 2 cm atau lebih distal dari karina, dapat
mengenai pleura visceral
- Berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif yang meluas
ke daerah hilus, tetapi belum mengenai seluruh paru.
T3 : Tumor sembarang ukuran, dengan perluasan langsung pada dinding dada
(termasuk tumor sulkus superior), diafragma, pleura mediastinum atau tumor
dalam bronkus utama yang jaraknya kurang dari 2 cm sebelah distal karina
atau tumor yang berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif
seluruh paru.
T4 : Tumor sembarang ukuran yang mengenai mediastinum atau jantung,
pembuluh besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, karina, tumor yang
disertai dengan efusi pleura ganas atau tumor satelit nodul ipsilateral pada
lobus yang sama dengan tumor primer.
N : Kelenjar getah bening regional (KGB)10
Nx : Kelenjar getah bening regional tak dapat dinilai
No : Tak terbukti keterlibatan kelenjar getah bening
N1 : Metastasis pada kelenjar getah bening peribronkial dan/atau hilus ipsilateral,
termasuk perluasan tumor secara langsung
N2 : Metastasis pada kelenjar getah bening mediatinum ipsilateral dan/atau KGB
subkarina
13
N3 : Metastasis pada hilus atau mediastinum kontralateral atau KGB
skalenus/supraklavikula ipsilateral/kontralateral
M : Metastasis (anak sebar) jauh10
Mx : Metastasis tak dapat dinilai
Mo : Tak ditemukan metastasis jauh
M1 : Ditemukan metastasis jauh. Nodul ipsilateral di luar lobus tumor primer
dianggap sebagai M1
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi.
Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang
mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis, serta
penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem TNM. Pemeriksaan radiologi paru yaitu
Foto toraks PA/lateral, bila mungkin CT-scan toraks, bone scan, Bone survey, USG
abdomen dan Brain-CT dibutuhkan untuk menentukan letak kelainan, ukuran tumor dan
metastasis. 2
a. Foto toraks
Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat bila masa tumor
dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi
yang ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada foto tumor juga
dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikard dan metastasis
intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan KGB untuk menentukan N agak sulit ditentukan
dengan foto toraks saja .Bila foto toraks menunjukkan gambaran efusi pleura yang luas
harus diikuti dengan pengosongan isi pleura dengan punksi berulang atau pemasangan
WSD dan ulangan foto toraks agar bila ada tumor primer dapat diperlihatkan.
14
Keganasan harus difikirkan bila cairan bersifat produktif, dan/atau cairan
serohemoragik. 2
b.CT-Scan toraks
Tehnik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara lebih baik
daripada foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1
cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan juga tergambar
secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intra
bronkial, atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke
mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi dengan CT-scan,
keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk menentukan stage juga lebih baik karena
pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat dideteksi. Demikian juga ketelitiannya mendeteksi
kemungkinan metastasis intrapulmoner. 2
c. Pemeriksaan radiologik lain
Kekurangan dari foto toraks dan CT-scan toraks adalah tidak mampu
mendeteksi telah terjadinya metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan
radiologik lain, misalnya Brain-CT untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala /
jaringan otak, bone scan dan/atau bone survey dapat mendeteksi metastasis diseluruh
jaringan tulang tubuh. USG abdomen dapat melihat ada tidaknya metastasis di hati,
kelenjar adrenal dan organ lain dalam rongga perut. 2
2. Pemeriksaan khusus
a. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksaan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat
diandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada
tidaknya sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan
15
mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol-
benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah berdarah. Tampakan yang abnormal
sebaiknya di ikuti dengan tindakan biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan atau
kerokan bronkus. 2
b. Biopsi aspirasi jarum
Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya karena amat
mudah berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi
aspirasi jarum, karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil negatif. 2
c. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)
TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi jam
1 bila tumor ada dikanan, akan memberikan informasi ganda, yakni didapat bahan untuk
sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal. 2
d. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)
Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk fluoroskopik
maka biopsi paru lewat bronkus (TBLB) harus dilakukan. 2
e. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)
Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB dengan bantuan
flouroscopic angiography. Namun jika lesi lebih kecil dari 2 cm dan terletak di sentral
dapat dilakukan TTB dengan tuntunan CTscan. 2
f. Biopsi lain
Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran KGB atau teraba
masa yang dapat terlihat superfisial. Biopsi KBG harus dilakukan bila teraba
pembesaran KGB supraklavikula, leher atau aksila, apalagi bila diagnosis
sitologi/histologi tumor primer di paru belum diketahui. Biopsi Daniels dianjurkan bila
16
tidak jelas terlihat pembesaran KGB suparaklavikula dan cara lain tidak menghasilkan
informasi tentang jenis sel kanker. Punksi dan biopsi pleura harus dilakukan jika ada
efusi pleura. 2
g. Torakoskopi medik
Dengan tindakan ini massa tumor di bagaian perifer paru, pleura viseralis, pleura
parietal dan mediastinum dapat dilihat dan dibiopsi. 2
h. Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan murah.
Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer, penderita batuk kering
dan tehnik pengumpulan dan pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat. Dengan
bantuan inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum dapat ditingkatkan.
Semua bahan yang diambil dengan pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke
laboratorium Patologi Anatomik untuk pemeriksaan sitologi/histologi. Bahan berupa
cairan harus dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu difiksasi dengan
alkohol absolut atau minimal alkohol 90%. Semua bahan jaringan harus difiksasi dalam
formalin 4%.2
3. Pemeriksaan invasif lain
Pada kasus-kasus yang rumit terkadang tindakan invasif seperti torakoskopi dan
tindakan bedah mediastinoskopi, torakoskopi, torakotomi eksplorasi dan biopsi paru
terbuka dibutuhkan agar diagnosis dapat ditegakkan. Tindakan ini merupakan pilihan
terakhir bila dari semua cara pemeriksaan yang telah dilakukan, diagnosis histologis /
patologis tidak dapat ditegakkan. Semua tindakan diagnosis untuk kanker paru
diarahkan agar dapat ditentukan : 2
1. Jenis histologis.
17
2. Derajat (staging).
3 . Tampilan (tingkat tampil, "performance status").
Sehingga jenis pengobatan dapat dipilih sesuai dengan kondisi penderita.
4. Pemeriksaan lain
a. Petanda Tumor
Petanda tumor yang telah ada, seperti CEA, Cyfra21-1, NSE dan lainya tidak
dapat digunakan untuk mendiagnosis tetapi masih digunakan evaluasi hasil
pengobatan.2
b. Pemeriksaan biologi molekuler
Pemeriksaan biologi molekuler telah semakin berkembang, cara paling
sederhana dapat menilai ekspresi beberapa gen atau produk gen yang terkait dengan
kanker paru, seperti protein p53, bcl2, dan lainnya. Manfaat utama dari pemeriksaan
biologi molekuler adalah menentukan prognosis penyakit. 2
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (multi-modaliti
terapi). Kenyataanya pada saat pemilihan terapi, sering bukan hanya diharapkan pada
jenis histologis, derajat dan tampilan penderita saja tetapi juga kondisi non-medis
seperti fasilitas yang dimiliki rumah sakit dan ekonomi penderita juga merupakan faktor
yang amat menentukan.
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa : 10
a. Kuratif, yaitu untuk memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka
harapan hidup klien.
b. Paliatif , untuk mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
18
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal, untuk mengurangi dampak fisis
maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
d. Suportif, untuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti
pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti
infeksi.
Adapun penanganan Kanker paru yang dapat dilakukan adalah :
1. Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK stadium I dan II.
Pembedahan juga merupakan bagian dari “combine modality therapy”, misalnya
kemoterapi neoadjuvan untuk KPBKSK stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada
kegawatan yang memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru dengan sindroma
vena kava superiror berat. 2
Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor direseksi lengkap berikut
jaringan KGB intrapulmoner, dengan lobektomi maupun pneumonektomi.
Segmentektomi atau reseksi baji hanya dikerjakan jika faal paru tidak cukup untuk
lobektomi. Tepi sayatan diperiksa dengan potong beku untuk memastikan bahwa batas
sayatan bronkus bebas tumor. KGB mediastinum diambil dengan diseksi sistematis,
serta diperiksa secara patologi anatomis. Hal penting lain yang penting dingat sebelum
melakukan tindakan bedah adalah mengetahui toleransipenderita terhadap jenis tindakan
bedah yang akan dilakukan. Toleransi penderita yang akan dibedah dapat diukur dengan
nilai uji faal paru dan jika tidak memungkin dapat dinilai dari hasil analisis gas darah
(AGD). 2
Syarat untuk reseksi paru yaitu: 10
. Resiko ringan untuk Pneumonektomi, bila KVP paru kontralateral baik, VEP1>60%
19
. Risiko sedang pneumonektomi, bilaKVP paru kontralateral > 35%, VEP1 > 60%
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin
fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker. Bentuk tindakan pembedahan berupa:11
a. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy. 2,11
b. Pneumonektomi (pengangkatan paru).
Tindakan ini dilakukan jika pada karsinoma bronkogenik dengan lobektomi tidak
semua lesi bisa diangkat. 2,11
c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Tindakan ini dilakukan pada karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu
lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor
jinak tuberkulosis. 2,11
d. Resesi segmental.
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.2,11
e. Resesi baji
Tindakan ini dilakukan pada keadaan tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas
metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari
permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es). 2,11
f. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris.2,11
20
2. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa
juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi
efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus. Pada terapi kuratif,
radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan untuk KPKBSK stadium IIIA.
Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang menjadi alternatif terapi kuratif. 2,11
Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk
meringankan keluhan penderita, seperti sindroma vena kava superiror, nyeri tulang
akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis tumor di tulang atau otak. 2,11
Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK ditentukan beberapa faktor yaitu : 2
a. Staging penyakit
b. Status tampilan
c . Fungsi paru
Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui : 2
- Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan
- Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi (PA)
Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 – 6000 cGy, dengan cara
pemberian 200 cGy/x, 5 hari perminggu. 2
Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah :2
1. Hb > 10 g%
2. Trombosit > 100.000/mm3
3 . Leukosit > 3000/dl
Radiasi paliatif diberikan pada unfavourable group, yakni :
1. PS < 70.
21
2. Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan.
3. Fungsi paru buruk.
3. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastase luas serta untuk
melengkapi bedah atau terapi radiasi. Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus
kanker paru. Syarat utama harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan
(performance status) harus lebih dari 60 menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala
WHO. Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat antikanker dalam
kombinasi regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti
kanker dapat dilakukan. 2
Tabel 1 : Performance status menurut Karnofsky dan WHO
Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi adalah: 2
1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
2. Respons obyektif satu obat antikanker sebesar 15%
3. Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO
4. Terapi harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 siklus pada penilaian
terjadi tumor progresif.
22
Regimen untuk KPKBSK adalah : 2
1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
2. PE (sisplatin atau karboplatin + etoposid)
3. Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin
4. Gemsitabin + sisplatin atau karboplatin
5 . Dosetaksel + sisplatin atau karboplatin
Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi adalah sebagai berikut:
1. Tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut, dapat diberikan
obat antikanker dengan regimen tertentu dan/atau jadual tertentu.
2. Hb > 10 g%, pada penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut, meski Hb < 10 g%
tidak perlu tranfusi darah segera, cukup diberi terapi sesuai dengan penyebab
anemia.
3. Granulosit > 1500/mm3
4. Trombosit > 100.000/mm3
5. Fungsi hati baik
6 . Fungsi ginjal baik (creatinin clearance lebih dari 70 ml/menit)
Dosis obat anti-kanker dapat dihitung berdasarkan ketentuan farmakologik
masing masing. Ada yang menggunakan rumus antara lain, mg/kg BB, mg/luas
permukaan tubuh (BSA), atau obat yang menggunakan rumusan AUC (area under the
curve) yang menggunakan CCT untuk rumusnya. 2
Luas permukaan tubuh (BSA) diukur dengan menggunakan parameter tinggi
badan dan berat badan, lalu dihitung dengan menggunakan rumus atau alat pengukur
khusus (nomogram yang berbentuk mistar). 2
23
Untuk obat anti-kanker yang mengunakan AUC ( misal AUC 5), maka dosis
dihitung denganmenggunakan rumus atau nnenggunakan nomogram. 2
Dosis (mg) = (target AUC) x ( GFR + 25) Nilai GFR atau gromenular filtration
rate dihitung dari kadar kreatinin dan ureum darah penderita. 2
Umumnya kemoterapi diberikan sampai 6 siklus/sekuen, bila penderita
menunjukkan respons yang memadai. Evaluasi respons terapi dilakukan dengan melihat
perubahan ukuran tumor pada foto toraks PA setelah pemberian (siklus) kemoterapi ke-
2 dan kalau memungkinkan menggunakan CT-Scan toraks setelah 4 kali pemberian.
Evaluasi dilakukan terhadap : 2
- Respons subyektif yaitu penurunan keluhan awal
- Respons semisubyektif yaitu perbaikan tampilan, bertambahnya berat badan
- Respons obyektif
- Efek samping obat atau toksisiti.
Respons obyektif,dibagi atas 4 golongan dengan ketentuan: 2
1. Respons komplit (complete response , CR) : bila pada evaluasi tumor hilang 100%
dan keadan ini menetap lebih dari 4 minggu.
2. Respons sebagian (partial response, PR) : bila pengurangan ukuran tumor > 50%
tetapi < 100%.
3. Menetap {stable disease, SD) : bila ukuran tumor tidak berubah atau mengecil > 25%
tetapi < 50%.
4. Tumor progresif (progresive disease, PD) : bila terjadi penambahan ukuran tumor >
25% atau muncul tumor/lesi baru di paru atau di tempat lain .
Satu alternatif pada kemoterapi standar adalah obat erlotinib (Tarceva) yang
mungkin digunakan pada pasien-pasien dengan NSCLC yang tidak lagi merespon pada
24
kemoterapi. Ia adalah apa yang disebut obat yang ditargetkan (targeted drug), suau obat
yang lebih secara spesifik ditargetkan/ditujukan pada sel-sel kanker, berakibat pada
kerusakan yang lebih sedikit pada sel-sel normal. Erlotinib menargetkan suatu protein
yang disebut epidermal growth factor receptor (EGFR) yang membantu sel-sel untuk
membelah. Protein ini ditemukan pada tingkat-tingkat yang tingginya abnormal pada
permukaan beberapa tipe-tipe sel-sel kanker, termasuk banyak kasus-kasus dari non-
small cell lung cancer (NSCLC). Erlotinib diminum dalam bentuk pil. 12
Usaha-usaha lain pada terapi yang ditargetkan termasuk obat-obat yang dikenal
sebagai obat-obat antiangiogenesis, yang menghalangi perkembangan dari pembuluh-
pembuluh darah baru dalam suatu tumor. Obat antiangiogenic bevacizumab (Avastin)
telah ditemukan baru-baru ini untuk memperpanjang kelangsungan hidup pada kanker
paru yang telah lanjut ketika ia ditambahkan pada cara kemoterapi standar.
Bevacizumab diberikan melalui urat nadi setiap dua sampai tiga minggu.
Bagaimanapun, karena obat ini mungkin menyebabkan perdarahan, ia tidak cocok
digunakan pada pasien-pasien yang batuk darah, jika kanker paru telah menyebar ke
otak, atau pada orang-orang yang sedang menerima terapi pencegah pembekuan darah
(anticoagulation therapy, obat-obat pengencer darah). Bevacizumab juga tidak
digunakan pada kasus-kasus dari squamous cell cancer, karena ia menjurus pada
perdarahan dari kanker paru tipe ini. 12
4. Photodynamic therapy (PDT)
Satu terapi yang lebih baru yang digunakan untuk beberapa tipe dan tingkatan
dari kanker paru (begitu juga beberapa kanker-kanker lain) adalah photodynamic
therapy. Pada perawatan photodynamic, suatu unsur photosynthesizing (seperti suatu
porphyrin, suatu unsur yang terjadi secara alami di tubuh) disuntikkan kedalam aliran
25
darah beberapa jam sebelum operasi. Selama waktu ini, unsur ini menempatkan dirinya
secara selektif pada sel-sel yang tumbuh dengan cepat seperti sel-sel kanker. Suatu
prosedur kemudian mengikutinya dimana dokter menggunakan suatu sinar dengan
panjang gelombang tertentu melalui suatu tongkat yang dipegang tangan langsung ke
tempat dari kanker dan jaringan-jaringan sekitarnya. Energi dari sinar mengaktifkan
unsur photosensitizing, menyebabkan produksi dari suatu racun yang menghancurkan
sel-sel tumor. PDT mempunyai keuntungan-keuntungan yang mana ia dapat secara tepat
mengenai sasaran dari lokasi kanker, lebih tidak invasif daripada operasi, dan dapat
diulang pada tempat yang sama jika diperlukan. Kelemahan-kelemahan dari PDT adalah
bahwa ia hanya bermanfaat dalam merawat kanker-kanker yang dapat dicapai dengan
suatu sumber sinar dan tidak cocok untuk perawatan kanker-kanker yang luas/ekstensif.
Penelitian sedang berlangsung untuk lebih jauh menentukan keefektivitasan PDT pada
kanker paru. 12
26
BAB III
GAMBARAN RADIOLOGI PADA TUMOR PARU
3.1. Foto Toraks
Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat bila masa tumor
dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi
yang ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada foto tumor juga
dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikard dan metastasis
intrapulmoner.
Gambar 3.1.1 Wanita 55 tahun perempuan
dengan sesak. Foto toraks menunjukkan
melebar mediastinum khususnya di sebelah
kanan dengan berkurangnya vaskularisasi
paru-paru kanan.
Gambar 3.1.2 .Kepadatan Retrocardiac
meningkat karena runtuhnya lobus kiri bawah
dengan perpindahan inferomedial dari hilus.
27
Gambar 3.1.3.Seorang wanita usia 50 tahun dengan karsinoma sel skuamosa tidak teratur adanya kavitasi lobus atas kanan (panah).
Gambar 3.1.4. a.). Inspirasi dengan vaskularisasi asimetris. b) konfirmasi udara ekspirasi menjebak film karena tumor karsinoid di bronkus kiri.
28
3.2. CT-Scan
Tehnik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara lebih baik
daripada foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1
cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan juga tergambar
secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intra
bronkial, atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke
mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala.
Gambar 3.2.1. computed tomography
kontras menunjukkan massa mediastinum
menyerang arteri sentral paru kanan.
karsinoma sel kecil dikonfirmasi di biopsi
perkutan.
Gambar 3.2.2.CT-scan menuggunakan Kontras materi-scan menunjukkan massa heterogen dari lobus kanan bawah dengan bidang atenuasi rendah.
29
Gambar 3.2.3. Kontras CT menunjukkan
massa perifer pada lobus kiri bawah. Sebuah
efusi pleura kecil juga dicatat.
Gambar 3.2.4.Papillomatosis paru anak laki-laki 14 tahun dengan batuk dan hemoptysis. (A) CT scan melalui lobus atas (windowing paru-paru) menunjukkan trakea benjolan kecil (panah) merupakan papilloma trakea. (B) CT scan melalui dada bagian bawah menunjukkan beberapa kavitasi nodul paru, beberapa dengan tingkat udara-cairan, yang mewakili papillomatosis paru.
Gambar 3.2.5.Computed tomography scan
metastase otak ditandai dengan edema
meningkatkan dan efek massa.
30
3.3. MRI
MRI lebih akurat daripada CT dalam memisahkan tahap IIIa tumor dan IIIB
pada pasien tertentu karena kemampuan mereka untuk mendeteksi invasi struktur
mediastinum utama. MRI memiliki keunggulan dibandingkan dengan CT antara lain
kontras jaringan lunak yang lebih baik, kemampuan pencitraan multiplanar dan karena
itu berguna dan tumor sulkus superior, penilaian dari jendela aortopulmonary dan blok
jantung yang memungkinkan sangat baik penggambaran dari jantung dan pembuluh
darah utama dan menghapus artefak Pulse
Gambar 3.3.1. Potongan koronal Magnetic
Resonance Imaging menunjukkan adanya infiltrasi
adenokarsinoma ke aortopulmonary pada seorang
laki-laki muda. hilangnya plak lemak terhadap aorta
(panah) dan invasi ke arteri pulmonary (panah).
Gambar 3.3.2. a) Penurunan massa mediastinum bronkus lobus kiri bawah dan menyerang atrium kiri. b) saluran pernapasan bagian distal diisi dengan cairan (panah) terlihat di bagian bawah runtuh karena tumor proksimal.
31
3.4. Biopsi Aspirasi Jarum
Biopsi ini berguna dalam menentukan jenis sel dalam penyakit bisa dioperasi
untuk memandu terapi lebih lanjut dan sangat penting untuk mengidentifikasi adanya
metastasis jauh. Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya
karena amat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka sebaiknya
dilakukan biopsi aspirasi jarum, karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering
memberikan hasil negatif.Biopsi Jarum biasanya dilakukan dengan salah satu panduan
CT atau USG. panduan biopsi CT memakan waktu lebih lama dan analgesia sistemik
dan jaga sedasi mungkin diperlukan untuk menjaga kepatuhan pasien.
Gambar 3.4.1.Fleksibilitas dari biopsi jarum transthoracic dengan ujung jarum di
massa pada gamaba a) dari mediastinum (catatan pendekatan lebih aman) dan b) nodul
soliter perifer.
32
Gambar 3.4.2. Atenuasi rendah pada massa adrenal (panah) dengan normal pada
adrenal kanan (panah terbuka) di biopsi, b) menegaskan adanya metastasis.
3.5. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksaan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat
diandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada
tidaknya sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan
mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol-
benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah berdarah. Tampakan yang abnormal
sebaiknya di ikuti dengan tindakan biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan atau
kerokan bronkus. 2
Gambar 3.5.1.Pada pemeriksaan bronkoskopis terkesan stenosis kompresi pada 1/3
distal trakea, bronkus utama kanan dan lobus atas kanan.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton Arthur C, Hall Jhon E., 1997. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC Jakarta.
Hal. 1159, 1161, 1171 – 1173
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003. Kanker Paru Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan Di Indonesia. Jakarta.
3. Landis SH, Mliiray T, Bolden S, Wingo PA. Cancer 1998. Ca Cancer J Clin 1998;
48:6-29.
4. Baron DN. Kapita Selekta Patologi Klinik, EGC, Jakarta, 1995: 227
5. Stover DE. Women, smoking and lung cancer. Chest 1998; 113:1-2.
6. Scottish Intercollegiate Guidelines network. Management of patients with lung
cancer. A national clinical guidelines. SIGN, Eidenburg, 2005.
7. Jusuf A, Harryanto A, Syahruddin E, Endardjo S, Mudjiantoro S, Sutandio N.
Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil . Pedoman nasional untuk diagnosis
dan penatalaksanaan di Indonesia 2005. PDPI dan POI, Jakarta, 2005.
8. Price S.A, Wilson L.M., 1995. Patofisiologi. Buku 2. Edisi 4. EGC Jakarta. Hal.
1049 – 1051
9. National Collaborating Center for Acute Care. Lung cancer: The diagnosis and
treatment of lung cancer. Clinical Effectiveness Unit, London, 2005.
10. Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai
Penerbit FKUI,Jakarta.
11. Travis, WD, Travis LB, Devesa SS (January 1995). "Lung cancer". Cancer 75
(Suppl. 1): 191–202.
12. Practice Guidelines in Oncology Non-small Cell Lung Cancer. Version 1.2002.
National Comprehensive Cancer Network (NCCN). 2002.
34