typhoid fever

Upload: melchiadi

Post on 17-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Typhoid Fever

Typhoid FeverdefinisiTyphoid fever is an infection that causesdiarrheaand arash. It ismost commonly due to a type of bacteria calledSalmonella typhi(S. typhi).- A. D. A. M. Medical EncyclopediaepidemiologiDemam tifoid dapat menginfeksi semua orang dan tidak ada perbedaan yang nyata antara insiden pada laki-laki dan perempuan. Insiden pasien demam tifoid dengan usia 12 30 tahun 70 80 %, usia 31 40 tahun 10 20 %, usia > 40 tahun 5 10 %.15 Menurut penelitian Simanjuntak, C.H, dkk (1989) di Paseh, Jawa Barat terdapat 77 % penderita demam tifoid pada umur 3 19 tahun dan tertinggi pada umur 10 -15 tahun dengan insiden rate 687,9 per 100.000 penduduk. Insiden rate pada umur 0 3 tahun sebesar 263 per 100.000 penduduketiologiSalmonella Typhi adalah bakteri Gram-negatif, mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotik.(buku ajar infeksi & pediatri tropis edisi kedua oleh IDAI)patogenesisS.typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian S.typhi dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. S.Typhi kemudian menembus ke lamina propria masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesentrial yang juga mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini S.typhi masuk aliran darah melalui ductus thoracicus. S.Typhi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. S.Typhi bersarang di plaque peyeri, limpa, dan hati dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial. Semula disangka demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid disebabkan oleh endotoksemia. Tapi kemudian berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid. Endotoksin S.Typhi berperan pada patogenesis demam tifoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat S.Typhi berkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan karena S.Typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang-Juwono R, 2006 PatogenesisPatogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks mengikuti ingesti organisme, yaitu:Penempelan dan invasi sel-sel M peyers patch,Bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi di makrofag peyers patch, nodus limfatikus mesentrikus, dan organ-organ ekstra intestinal sistem retikuloendotelialBakteri bertahan hidup di dalam aliran darah, danProduksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus dan menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal

(buku ajar infeksi & pediatri tropis edisi kedua oleh IDAI)

Cara penularanKontak langsung atau tidak langsung dengan orang yang terinfeksi (pengidap sakit atau kronis) diperlukan untuk infeksi. Penularan dapat berupa ledakan serangan yang disebarkan air karena sanitasi yang buruk dan penyebaran fekal-oral akibat personal hygiene yang buruk, dapat juga melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh tinja dan urin dari penderita atau carrier. Di beberapa negara penularan terjadi karena mengkonsumsi kerang-kerangan yang berasal dari air yang tercemar, buah-buahan, sayur-sayuran mentah yang dipupuk dengan kotoran manusia, susu, dan produk susu yang terkontaminasi oleh carrier atau penderita yang teridentifikasi. Penyebaran demam tifoid kongenital dapat terjadi melalui infeksi transplasenta dari ibu bakteremia pada janinnya. Penyebaran intrapartum juga mungkin terjadi, yaitu dengan jalan fekal-oral dari ibu pengidap. Selain itu, penularan demam tifoid juga bisa melalui vektor berupa lalat, kecoa maupun tikus dengan cara membawa bakteri yang terdapat dalam urin ataupun tinja yang kemudian masuk kedalam makanan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar sehingga bebas dari vektor-vektor tersebut.

-Behrman, dkk., Ilmu Kesehatan Anak, Penerjemah: A. Samik Wahab, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2000), h. 970

Penegakkan diagnosaRiwayat Alamiah Penyakit Demam Tifoid1.Masa Inkubasi dan KlinisMasa InkubasiMasa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa :~ anoreksia~ rasa malas~ sakit kepala bagian depan~ nyeri otot~ lidah kotor~ gangguan perut (perut meragam dan sakit)2.Masa laten dan Periode Infeksi~Minggu Pertama (awal terinfeksi)Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berpanjangan yaitu setinggi 39c hingga 40c, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan diare dan sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama,diare lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau tremor. Episteksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa kering dan beradang. Jika penderita ke dokter pada periode tersebut, akan menemukan demam dengan gejala-gejala di atas yang bisa saja terjadi pada penyakit-penyakit lain juga. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan sempurna. Roseola terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa makula merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling sering pada kulit perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan. Pada infeksi yang berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa menjadi teraba dan abdomen mengalami distensi.~ Minggu KeduaJika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam hari. Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan penderita yang mengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut kembung dan sering berbunyi. Gangguan kesadaran. Mengantuk terus menerus, mulai kacau jika berkomunikasi dan lain-lain.

~ Minggu KetigaSuhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani masih terjadi, juga tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudian mengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal maupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan keringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya memberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada minggu ketiga.~ Minggu keempatMerupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.

-IPD jilid III Bab 398 Demam Tifoid

-IPD jilid III Bab 398 Demam TifoidManifestasi klinik

-IPD jilid III Bab 398 Demam TifoidkomplikasiKomplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian, yaitu : Komplikasi Intestinala. Perdarahan Usus Sekitar 25% penderita demam tifoid dapat mengalami perdarahan minor yang tidak membutuhkan tranfusi darah. Perdarahan hebat dapat terjadi hingga penderita mengalami syok. Secara klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam. b. Perforasi Usus Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat. Biasanya timbul pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama. Penderita demam tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan bawah yang kemudian meyebar ke seluruh perut. Tanda perforasi lainnya adalah nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan sampai syok. Komplikasi Ekstraintestinala. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (syok, sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis. b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik. c. Komplikasi paru : pneumoni, empiema, dan pleuritis d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis f. Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia.

pengobatan

-IPD jilid III Bab 398 Demam Tifoid

-IPD jilid III Bab 398 Demam Tifoid

-IPD jilid III Bab 398 Demam Tifoid

-IPD jilid III Bab 398 Demam Tifoid

-IPD jilid III Bab 398 Demam Tifoid

-IPD jilid III Bab 398 Demam Tifoid

-IPD jilid III Bab 398 Demam Tifoid

-IPD jilid III Bab 398 Demam Tifoid

-IPD jilid III Bab 398 Demam Tifoid

-IPD jilid III Bab 398 Demam Tifoid

-IPD jilid III Bab 398 Demam Tifoid

-IPD jilid III Bab 398 Demam TifoidprognosisPrognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi Salmonela, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka kematian pada anak-anak 2,6%, dan pada orang dewasa 7,4%, rata-rata 5,7%.