uin syarif hidayatullah jakarta studi profil...
TRANSCRIPT
i
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
STUDI PROFIL PENGOBATAN OSTEOPOROSIS PADA PASIEN RAWAT JALAN
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI TAHUN 2016
SKRIPSI
AHMAD WILDANUL AKHYAR
NIM :1113102000072
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
OKTOBER/2018
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Nama : Ahmad Wildanul Akhyar
NIM : 1113102000072
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Studi Profil Pengobatan Osteoporosis Pada Pasien Rawat Jalan
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Tahun 2016
Masalah dari sebagian besar wanita usia diatas 40 tahun dan pria diatas 60 tahun adalah
deregenerasi sel-sel tulang sehingga dari sebagian besar wanita dan pria mengalami
penurunan massa tulang yang menyebabkan berbagai masalah tulang dan persendian, seperti
kekuatan tulang berkurang, radang persendian, dan pengkroposan tulang. Osteoporosis
merupakan penyakit tulang yang disebabkan karena penurunan massa tulang sehingga tingkat
densitas dan kepadatan tulang menurun menyebabkan tulang rawan terkena fraktur.Hal ini
diperoleh variasi kondisi pada penyakit osteoporosis pasien. Oleh sebab itu penelitian ini
ingin memperlihatkan profil pengobatan pasien rawat jalan osteoporosis dengan metode cross
sectional dengan pengambilan sampel secara keseluruhan (total sampling) di rumah sakit
Fatmawati. Total sampel yang diperoleh 58 orang, wanita 49 (84,5 %) dan pria 9 orang (15,5
%). Pasien mulai terdiagnosis osteoporosis pada usia 40 tahun, mayoritas penderita berusia
≥65 tahun 38 pasien (65,5%). Berdasarkan profil pengobatan pada pasien rawat jalan di
rumah sakit Fatmawati menunjukkan mayoritas pasien menderita penyakit penyerta
Osteoarthritis (60,3 %) dan Hipertensi (29,3 %) sisanya gangguan jantung, diabetes mellitus,
dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah golongan
kalsium dan vitamin D kemudian diikuti oleh bifosfonat, kalsitonin, strontium ranelate, dan
hormon paratiroid. Beberapa peresepan obat dilakukan secara kombinasi hingga 3 kombinasi
obat, dikarenakan beberapa pasien mengalami keluhan dibeberapa lokasi tulang. Hasil yang
didapat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kombinasi obat yang
digunakan dengan jumlah keluhan nyeri/fraktur tulang.
Kata Kunci : Profil Pengobatan, Osteoporosis, RSUP Fatmawati, Kalsium, Vitamin D,
Bifosfonat.
vi
ABSTRACT
Name : Ahmad Wildanul Akhyar
NIM : 1113102000072
Study Program : Strate-1 Pharmacy
Title : Study Profile of Osteoporosis Treatment In Outpatient Patients
Fatmawati Center General Hospital 2016
The problem of most women over the age of 40 and men over 60 is the deregeneration of
bone cells so that most women and men have decreased bone mass causing various bone and
joint problems, such as reduced bone strength, joint inflammation, and bone incubation .
Osteoporosis is a bone disease caused by decreased bone mass so that the density and bone
density decreases causing the cartilage to be fractured. This is obtained by the variation of the
condition in the patient's osteoporosis disease. Therefore, this study would like to show the
profile of outpatient treatment of osteoporosis by cross sectional method with total sampling
at Fatmawati hospital. Total samples obtained 58 people, 49 women (84.5%) and men 9
people (15.5%). Patients began to be diagnosed with osteoporosis at age 40, the majority of
patients aged ≥65 years 38 patients (65.5%). Based on the treatment profile of outpatients at
the Fatmawati hospital showed the majority of patients suffering from Osteoarthritis (60.3%)
and hypertension (29.3%) the rest are heart problems, diabetes mellitus, dyslipidemia. Then
the prescription of the largest class of osteoporosis drugs is the calcium and vitamin D groups
followed by bisphosphonates, calcitonin, strontium ranelate, and parathyroid hormone. Some
drug prescribing is done in combination up to 3 combinations of drugs, because some patients
have complaints in some bone locations. The results show significant relationship between
the combination of drugs used with the number of complaints of bone pain / fracture.
Keywords : Study Profile of Treatment, Osteoporosis, Fatmawati Central General Hospital of
South Jakarta, Calcium, Vitamin D, Biphosphonate.
vii
KATA PENGANTAR
Rasa syukur teramat sangat senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta segala nikmat-Nya kepada kita berupa
kesehatan, pendidikan, kesempatan, serta umur sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini, Salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
para sahabat, dan pengikutnya yang senantiasa setia mengikuti ajaran yang disampaikannya
sehingga menuntun umatnya untuk selalu berada dijalan yang benar hingga akhir zaman
Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat yang telah ditentukan oleh
Universitas Islam Negeri Jakarta pada Program Studi Farmasi untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi. Adapun judul skripsi ini adalah “STUDI PROFIL PENGOBATAN
OSTEOPOROSIS PADA PASIEN RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
FATMAWATI TAHUN 2016”
Selama penulisan skripsi berlangsung, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr Delina Hasan, M.Kes, Apt selaku Pembimbing I dan Dr M Yanis Mustja M.Si
Apt. Selaku pembimbing II, dan Dra. Alfina Rianti, M.pharm., Apt, selaku dosen
pembimbing lapangan yang telah meluangkan banyak waktu, pikiran, dan tenaga serta
dengan sabar membimbing dan mengajari sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Kementerian Agama RI yang telah memberikan bantuan beasiswa selama menempuh
pendidikan di Program Studi Farmasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari awal sampai akhir, serta Keluarga besar CSS
MoRA UIN Jakarta yang selalu menjadi penyemangat, inspirasi, serta semua
kebersamaannya selama berkuliah di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Prof. Dr. Arif Soemantri M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Nurmaelis M.Si. Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu/Bapak dosen dan staf Akademika Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Abdul Majid dan Ibunda Siti Nuriyah yang selalu
ikhlas tanpa pamrih memberi kasih sayang, dukungan moral, material, nasihat-
nasihat, serta lantunan doa di setiap waktu
viii
7. Ibu Nelly Suryani, PhD., Apt selaku Sekretaris Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta serta selaku Penasehat Akademik yang selalu membimbing saat masa-masa
kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.
8. Rekan terbaik dan kesayangan Linda Mazroatul Ulya yang selalu membantu,
mengingatkan, dan memotivasi hingga sekarang.
9. Teman-teman farmasi terbaik Haka, Faris, Rijal, Abas, Auliyani, Riris, Enjah,
Geraldi, Selvi atas kebersamaan dan kesenangannya
10. Teman sepenelitianku Najmah Mumtazah, terimakasih sebagai tempat berbagi dan
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan penelitian farmasi klinis Aza, Riris, Enjah, Zuha, Ria,
terima kasih telah mau berbagi selama menjalani penelitian.
12. Keluarga besar KMPLHK RANITA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan kebersamaan dan pengalaman dan ilmu selama menempuh pendidikan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
13. Bapak dan ibu dosen pengajar, serta karyawan yang telah memberikan bimbingan
dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
14. Ibu dan bapak seluruh pegawai RSUP Fatmawati Jakarta Selatan yang telah
memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian
15. Teman-teman program studi Farmasi khususnya 2013.
16. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan
penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu
Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan ini, oleh
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Dan semoga
skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, Juli 2018
Penulis
ix
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ahmad Wildanul Akhyar
NIM : 1113102000072
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya dengan
judul :
STUDI PROFIL PENGOBATAN OSTEOPOROSIS PADA PASIEN RAWAT JALAN
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI TAHUN 2016
Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library
Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan
akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
(Ahmad Wildanul Akhyar)
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 8 Oktober 2018
Yang menyatakan,
x
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORSINILITAS………………………………………....ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………….……………………………iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………… ............................ .iv
ABSTRAK …………………………………………………………………... ................. v
ABSTRACT……………………………………………………………….. ..................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................. ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………..……. 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………….. 4
1.3. Tujuan Penelitian…………………………………………………………………... 4
1.3.1. Tujuan Umum……………………………………………………………… 4
1.3.2. Tujuan Khusus……………………………………………………………... 4
1.4. Manfaat Penelitian…………………………………………………………….…,... . 4
1.4.1. Teoritis……………………………………………………………… ........... 4
1.4.2. Metodologi………………………………………………………….……… 5
1.4.3. Aplikatif…………………………………………………………………... .. 5
1.5. Ruang Lingkup………………………………………………………...... ................. 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………….……………………………………... 6
2.1. Tinjauan Tentang Tulang………………………………………………………….. .. 6
2.1.1. Struktur Tulang………………………………………………………….….. 6
2.1.2. Fisiologi tulang………………………………………………………….…. 7
2.2. Tinjauan Tentang Osteoporosis……………………………………………………. . 9
2.2.1. Definisi Osteoporosis…………………………………………………… ..... 9
2.2.2. Etiologi………………………………………………………………….. ..... 9
2.2.3. Faktor Risiko Osteoporosis……………………………………………… .. 10
2.2.4. Patofisiologi…………………………………………………………… .... .13
xi
2.2.5. Tata Laksana Terapi Osteoporosis…………………………………… ...... .15
2.2.5.1. Terapi Farmakologi………………………………………………... .... 15
2.2.5.2. Terapi Non Farmakologi…………………………………………... ... .24
2.3. Pemeriksaan Laboratorium Osteoporosis ………………………………………… 28
2.3.1. Pemeriksaan X-ray ..................................................................................... 28
2.3.2. Pemeriksaan CT-Scan................................................................................. 29
2.3.3. Pemeriksaan BMD (Bone Mass Density) ................................................... 29
2.4. Tinjauan Tentang Rumah Sakit ................................................................................ 29
2.4.1. Definisi Rumah Sakit.................................................................................. 29
2.4.2. Klasifikasi Rumah Sakit ............................................................................. 30
2.4.3. Jenis Perawatan Rumah Sakit ..................................................................... 31
2.4.4. Gambaran Lokasi Penelitian ....................................................................... 32
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN……………………………………………… 33
3.1. Desain Penelitian………………………………………………………………….. 33
3.2. Tempat Penelitian…………………………………………………………………. 33
3.3. Waktu Penelitian………………………………………………………………….. 33
3.4. Kerangka Konsep…………………………………………………………………..34
3.5. Definisi Operasional………………………………………………………………. 35
3.6. Populasi dan Sampel Penelitian……………………….………………………….. 37
3.7. Kriteria Inklusi dan Ekslusi……………………………………………………….. 37
3.8. Prosedur Penelitian………………………………………………………………... 38
3.9. Analisis Data………………………………………………………………………. 40
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 41
4.1. Analisis Univariat ..................................................................................................... 41
4.1.1. Karakteristik Pasien (Usia, Pendidikan, Penyakit Penyerta) .......................... 41
4.1.2. Diagnosis Laboratorium ................................................................................. 42
4.1.3. Distribusi Nyeri/Fraktur ................................................................................. 43
4.1.4. Profil Terapi ................................................................................................... 44
4.1.4.1. Terapi Farmakologi ............................................................................... 44
4.1.4.2. Terapi Non Farmakologi ....................................................................... 49
4.1.5. Obat Penyerta ................................................................................................. 49
4.1.6. Analisis Bivariat ............................................................................................. 51
xii
4.2. Pembahasan .............................................................................................................. 52
4.2.1. Karakteristik Pasien ........................................................................................ 52
4.2.2. Uji Laboratorium ............................................................................................ 53
4.2.3. Persebaran Nyeri/Fraktur ............................................................................... 55
4.2.4. Profil Terapi ................................................................................................... 55
4.2.4.1. Terapi Farmakologi ............................................................................... 55
4.2.4.2. Terapi Non Farmakologi ....................................................................... 57
4.2.5. Obat Penyerta ................................................................................................. 58
4.2.6. Hubungan Keluhan Nyeri dengan Pemberian Terapi Obat ............................ 60
4.3. Keterbatasan Penelitian ............................................................................................ 60
4.3.1. Kendala ........................................................................................................ 60
4.3.2. Kelemahan ................................................................................................... 61
4.3.3. Kekuatan ...................................................................................................... 61
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 62
5.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 62
5.2. Saran ................................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA.………………………………………………………………... 63
LAMPIRAN.………………………………………………………………………….. 67
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Obat yang Digunakan dalam Terapi Osteoporosis………………………… . 18
Tabel 2.2 Profil Farmakokinetik dan Farmakodinamik ................................................. 19
Tabel 2.3 Anjuran Pemberian Harian Kalsium ……………………………………… . 24
Tabel 2.4 Hubungan Faktor Risiko dengan Kekuatan Tulang …..………………… .... 25
Tabel 3.1 Definisi Operasional……………………………………………………….. . 35
Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Osteoporosis .................................................................. 41
Tabel 4.2 Diagnosis untuk Mengetahui Kondisi Pasien ................................................. 42
Tabel 4.3 Distribusi Nyeri Berdasarkan Lokasi Nyeri Pasien Osteoporosis .................. 43
Tabel 4.4 Distribusi Pasien Berdasarkan Jumlah Keluhan ............................................. 44
Tabel 4.5 Distribusi Penggunaan Golongan Obat Osteoporosis .................................... 44
Tabel 4.6 Penggolongan Jenis Terapi Kombinasi Pasien Osteoporosis ......................... 45
Tabel 4.7 Distribusi Penggolongan Obat Pasien Osteoporosis RSUP Fatmawati ......... 47
Tabel 4.8 Distribusi Penggolongan Terapi Non Farmakologi ....................................... 49
Tabel 4.9 Obat Penyerta Pasien Osteoporosis Diluar Diagnosis Osteoporosis .............. 50
Tabel 4.10 Hubungan Variabel Keluhan Nyeri Pasien terhadap Terapi yang digunakan
........................................................................................................................ 51
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Tulang……………………………………………………… ..... 7
Gambar 2.2 Mikrogafi Tulang Normal dan Osteoporosis ............................................ 14
Gambar 2.3 Algoritma pencegahan osteoporosis wanita ............................................. 15
Gamber 2.8 Algoritma pencegahan osteoporosis pria .................................................. 16
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ...................... 67
Lampiran 2 Surat Perizinan Data dan Izin Penelitian dari RSUP Fatmawati ............... 68
Lampiran 3 Hasil Grafik ................................................................................................ 69
Lampiran 4 Rekapitulasi Data ........................................................................................ 73
Lampiran 5 Analisis Univariat dan Bivariat .................................................................. 84
xvi
DAFTAR SINGKATAN
BMD : Bone Mineral Density
CBC : Complete Blood Count
CT-SCAN : Computericed Tomography Scanner
CNTF : Ciliary Neurotropic Factor
DEXA/DXA : Densitometry X-ray Absorptiometry
DM : Diabetes Mellitus
ESO : Efek Samping Obat
GM-CSF : Granulocyte Macrophage- Colony Stimulating Factor
IGF : Insulin Growth Factor
IL-1 : Interleukin-1
IRMPDI : Instalasi Rekam Medik dan Pusat Data Informasi
LIF : Leukemia Inhibitory Factor
MWD : Micro Wave Diatermi
OPG : OsteoProgesterin
PBM : Peak Bone Mass
PTH : ParaThyroid Hormone
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
RANKL : Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa B Ligand
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SERM : Selective Estrogen Receptor Modulator
SWD :Short Wave Diatermi
TENS : Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation
TNF : Tumor Necrosis Factor
TGF : Transforming Growth Factor
TRANCE : TNF Related Activation Induced Cytokine
TSH : Thyroid Stimulating Hormone
US : Ultrasound
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Firman Allah SWT, dalam surat Al Mu’minun ayat 67:
yang artinya : “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani,
sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak,
kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian
(dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum
itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan
supaya kamu memahami(nya)”.ayat tersebut menggambarkan proses kehidupan manusia.
Salah satu fase adalah fase manusia lanjut usia. Pada fase ini sering muncul berbagai
penyakit. Salah satu penyakit degeneratif manusia adalah Osteoporosis (Ahmad, 2013).
Osteoporosis merupakan ancaman terbesar baik individu dan masyarakat karena
tingginya morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan itu serta biaya keuangan terkait
kesehatan tulang pun turut mempengaruhinya (Dawson-Hughes 2008). Osteoporosis
bukan hanya menyebabkan fraktur tulang, tetapi juga dapat menimbulkan cacat tubuh
seperti kelainan bentuk tubuh, hingga penderitaan dan komplikasi yang bermacam-
macam (Tandra,2008).
Osteoporosis adalah kelainan tulang yang ditandai dengan menurunnya densitas
tulang, gangguan arsitektur tulang dan penurunan kekuatan tulang yang dapat
mengakibatkan fraktur. Banyak pasien tidak menyadari bahwa mereka mengalami proses
osteoporosis dan hanya datang saat tulang mengalami fraktur. Banyak faktor yang
menyebabkan tulang retak, seperti salah posisi duduk, terjatuh, terbentur benda tumpul ,
dan lain lain (Schwinghammer, 2015).
Saat ini banyak permasalahan osteoporosis terutama bagi kalangan perempuan
yang sudah mengalami menopause Hal ini dikarenakan produksi hormon esterogen yang
menurun. fungsi dari hormon esterogen yaitu membantu pembentukan prekursor
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
osteoklast sehingga menyebabkan resorpsi tulang meningkat dan massa tulang
meningkat. Perempuan adalah kelompok yang paling berisiko terkena osteoporosis di
masa tua (Setyorini, 2009).
Pada menopause terjadi defisiensi esterogen yang mengganggu siklus
metabolisme tulang normal. Defisiensi esterogen meningkatkan aktivitas resorpsi
osteoklas tanpa meningkatkan aktivitas osteoblas sehingga resorpsi tulang akan
meningkatkan namun pembentukan oleh osteoblas tidak mampu mencukupi yang dapat
mengakibatkan kehilangan jaringan tulang (Gallagher,2013).
Osteoporosis dapat dijumpai di seluruh dunia dan sampai saat ini merupakan
masalah masyarakat di negara berkembang. Di Amerika Serikat, osteoporosis menyerang
20-25 juta penduduk. 1 diantara 2-3 perempuan post-menopause dan lebih dari 50 %
penduduk diatas umur 75-80 tahun. Data WHO tahun 2009 menunjukkan bahwa di
seluruh dunia ada sekitar 200 juta orang yang menderita osteoporosis. Pada tahun 2050
diperkirakan bahwa angka patah tulang pinggul akan meningkat 2 kali lipat pada
perempuan dan 3 kali lipat pada laki-laki. Laporan WHO menunjukkan bahwa 50 %
patah tulang adalah patah tulang paha atas yang dapat mengakibatkan kecacatan seumur
hidup dan kematian. Hasil penelitian white paper yang dilaksanakan bersama
perhimpunan osteoporosis Indonesia tahun 2007 melaporkan bahwa proporsi penderita
osteoporosis pada penduduk yang berusia diatas 50 tahun adalah 32,3% pada perempuan
dan 28,8% pada laki-laki. Sedangkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS, 2010)
menunjukkan bahwa angka insiden patah tulang paha atas akibat osteoporosis adalah
sekitar 200 dari 100.000 kasus pada usia 40 tahun Angka ini lebih tinggi dibandingkan
negara-negara Asia lainnya (Kemenkes, 2015).
Berdasarkan data Kemenkes RI 2008 menyatakan bahwa dari jumlah sampel
65.727 orang ( 22.799 laki-laki dan 42.928 perempuan) dilakukan oleh Puslitbang Gizi
Depkes RI dan PT Fonterra Brands Indonesia. pada 16 wilayah di Indonesia secara
selected people (Sumatra Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat dan 13 provinsi lainnya) dengan
metode pemeriksaan DMT (Densitas Massa Tulang) menggunakan alat diagnostik
clinical bone sonometer, menunjukkan angka prevalensi osteopenia (osteoporosis dini)
sebesar 41,7% dan prevalensi osteoporosis sebesar 10,3%. Ini berarti 2 dari 5 penduduk
Indonesia memiliki risiko untuk terkena osteoporosis, dimana 41,2% dari keseluruhan
sampel yang berusia kurang dari 55 tahun terdeteksi menderita osteopenia. Prevalensi
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
osteopenia dan osteoporosis usia < 55 tahun pada laki-laki cenderung lebih tinggi
dibanding perempuan, sedangkan pada usia >55 tahun peningkatan osteopenia pada
perempuan enam kali lebih besar dari laki-laki dan peningkatan osteoporosis pada
perempuan dua kali lebih besar dari laki-laki (Kemenkes, 2008).
Hasil penelitian Amruta T (2015) yang dilakukan di rumah sakit di India
menunjukan bahwa suplementasi vitamin D dan kalsium merupakan peresepan yang
paling umum terjadi diikuti dengan pemberian analgesik, kalsitonin dan bifosfonat. Dari
suplementasi itu terlihat kenaikan kadar serum kalsium dan fosfor pada penderita
osteoporosis di rumah sakit tersebut (Amruta, 2015).
Menurut penelitian Jorg (2014) menunjukkan bahwa alendronate adalah yang
paling sering dipakai dan bifosfonat yang menjadi paling banyak dipakai selama 2-3
tahun (Jorg,2014).
Keterkaitan timbulnya penyakit osteoporosis tidak terlepas dari karakteristik
pasien diantaranya adalah faktor pendidikan menurut Alev (2011) memaparkan bahwa
jumlah tingkat pendidikan terbanyak diperoleh pada pasien dengan tingkat pendidikan
sekolah dasar. Selanjutnya status pendidikan akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan
pasien dalam mengonsumsi obat yang diresepkan (Alev,et.al 2011).
Rumah sakit yang menjadi rujukan nasional untuk permasalahan penyakit
degeneratif adalah RSUP Fatmawati di daerah Jakarta Selatan. Pelayanan unggulan dari
Rumah Sakit Fatmawati adalah pelayanan orthopaedi, untuk penanganan tulang dan
permasalahan tulang lainnya seperti fraktur, trauma dan sebagainya. Salah satu yang
menjadi permasalahan osteoporosis adalah patah tulang(fraktur) dan trauma akibat
terjatuh atau terpleset. Menurut Clinician’s Guide to Prevention and Treatment of
Osteoporosis timbulnya fraktur dikarenakan faktor risiko terjatuh yang terbagi menjadi
tiga aspek yakni aspek lingkungan, aspek neurologi otot-tulang, dan aspek klinis
(Cosman,2014)
Berdasarkan kesesuaian permasalahan mengenai kasus osteoporosis di RSUP
Fatmawati, terutama pada pelayanan orthopaedi yang berhubungan dengan osteoporosis,
peneliti bermaksud untuk mengetahui profil pengobatan pasien dengan diagnosa
osteoporosis baik terapi secara farmakologi maupun non farmakologi serta mengetahui
karakteristik pasien osteoporosis di Rawat Jalan RSUP Fatmawati periode 2016.
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang menunjukkan bahwa penyakit osteoporosis
merupakan penyakit kronis yang harus diobati yang dapat menimbukan masalah bagi
sebagian besar perempuan pada usia diatas 40 tahun dan laki-laki diatas 50 tahun.
Banyak penelitian penyakit osteoporosis yang sudah dilakukan. Penelitian tentang profil
pengobatan osteoporosis di rumah sakit di India menunjukkan bahwa dari peresepan
obat yang paling banyak dilakukan pada obat golongan vitamin D dan kalsium
(Amruta,2015). Penelitian serupa belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati,oleh sebab itu perlu diketahui profil pengobatan osteoporosis yang dilakukan
di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk :
1) Mengetahui profil pengobatan osteoporosis pada pasien rawat jalan di
RSUP Fatmawati
2) Mengetahui karakteristik pasien osteoporosis yang dirawat di Rawat Jalan
RSUP Fatmawati
1.3.2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui jenis obat yang digunakan pada pengobatan osteoporosis di
RSUP Fatmawati
2) Mengetahui jenis pengobatan osteoporosis secara non farmakologi di
RSUP Fatmawati
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi dalam melihat
penyakit osteoporosis terutama melihat dari aspek karakteristik pasien dan
profil pengobatan yang dijalani.
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.4.2. Manfaat Metodologis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan literatur tambahan
untuk materi yang telah didapat dan juga sebagai bahan pertimbangan
penelitian lebih lanjut tentang profil pengobatan pasien osteoporosis.
1.4.3. Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
informasi mengenai pengobatan osteoporosis di RSUP Fatmawati dan rumah
sakit yang mempunyai karakteristik sama dengan RSUP Fatmawati.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian dengan judul “Studi Profil Pengobatan Osteoporosis Pada Pasien
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Tahun 2016” dibatasi pada
identifikasi profil pengobatan osteoporosis di RSUP Fatmawati tahun 2016.
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa program studi farmasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan desain penelitian cross-
sectional menggunakan data sekunder berupa rekam medik pasien selama tahun 2016
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Tentang Tulang
2.1.1. Struktur Tulang
Tulang adalah substansi paling keras yang ada pada tubuh manusia yang
terdiri dari sel yang berlimpah dan materi ekstraseluler yang keras. Tulang
terdiri dari komponen organik yaitu kolagen dan komponen anorganik yaitu
mineral. Komponen organik mengandung 50 % volume dan 30% berat kering
dari komposit intraseluler kemudian sisanya dibentuk oleh mineral. Mineral
utama dari komposit intraseluler adalah kalsium dan fosfat dimana ketika
pertama kali disimpan mineral berbentuk crystallographically amorf tapi ketika
sudah matang ia akan menjadi mineral apatit yang khas yang komponen
utamanya adalah hidroksiapatit. Komponen kolagen pada tulang memberikan
energi untuk absorbsi dan fleksibilitas tulang sedangkan komponen mineral
membentuk struktur yang kaku dan kuat. Keseimbangan yang baik antara kedua
komponen tersebut dapat mengakibatkan kerusakan tulang dan mengakibatkan
penurunan kekuatan tulang (Rogers, 2011 ; O’Connell M.B. & Vondracek S.,
2008).
Kerangka orang dewasa memiliki dua tipe tulang yaitu tulang kortikal
(compact) dan tulang trabekular (spongy atau cancellous). Jumlah komponen
tulang kortikal dan memiliki efek yang lebih cepat terpengaruh oleh kondisi
yang terkait dengan peningkatan pergantian tulang dibandingkan dengan tulang
kortikal, oleh sebab itu tulang trabecular rentan untuk mengalami kehilangan
massa tulang (David, 2011 ; Walsh, 2014).
Ada empat jenis sel-sel tulang utama yaitu : osteoblas, lining cells,
osteosit dan osteoklas. Osteoblas berasal dari sel induk mesenchymal atau yang
disebut dengan osteoblastic stromal cell yang terletak di sum-sum tulang.
Osteoblas merupakan sel yang berperan pada modulasi pembentukan tulang
baru. Lining cells merupakan sel osteobas yang sedang istirahat atau tidak
bekerja untuk sistem pembentukan tulang. Osteosit merupakan osteoblas yang
tertanam pada tulang selama proses pembentukan dan mineralisasi tulang.
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Osteoklas merupakan sel yang berperan pada proses resorpsi tulang (Geusens
2004)
Gambar 2.1 : Struktur Tulang
Sumber : Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula
2.1.2. Fisiologi Tulang
Sel-sel tulang menjalani modelling dan atau remodelling untuk
memungkinkan tulang tumbuh dan beradaptasi sesuai kebutuhan. Modelling
adalah ketika resorpsi tulang dan pembentukan tulang terjadi pada permukaan
yang terpisah (yaitu pembentukan dan resorpsi tidak digabungkan). Contoh dari
proses ini adalah selama peningkatan panjang dan diameter tulang panjang.
Pemodelan tulang terjadi selama kelahiran sampai dewasa dan bertanggung
jawab untuk memperoleh massa tulang dan perubahan bentuk tulang sedangkan
remodelling adalah penggantian jaringan lama dengan jaringan baru. Yang
terutama terjadi pada kerangka dewasa untuk mempertahankan massa tulang.
Proses Remodelling melibatkan pembentukan tulang dan resorpsi tulang yang
saling berkaitan. Remodelling memungkinkan perubahan arsitektur tulang dalam
menanggapi faktor-faktor seperti beban mekanis, tapi tanpa merubah ukuran
kerangka keseluruhan. Dalam kerangka dewasa, 5-10% dari tulang
diremodelling setiap tahun. Remodelling tidak terjadi merata di seluruh kerangka
80 % dari renovasi terjadi di tulang trabekular (David, 2011).
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fisiologi yang lengkap mengenai remodelling tulang belum sepenuhnya
diketahui tetapi diawali dengan sinyal dari sel lining atau osteosit yang dipicu
oleh stres, microfrakture, sistem biofeedback, dan penyakit tertentu yang
berpotensi serta pengobatannya. Sinyal dari lining cell melepaskan berbagai
sitokin dan faktor pertumbuhan. Macrophage Colony-Stimulating Factor (M-
CSF) dihasilkan oleh sel stroma untuk proliferasi, kelangsungan hidup, dan
diferensiasi dari prekursor osteoklas. Pada tahap kedua prekursor osteoblas
menghasilkan RANKL (receptor activator of nuclear factor kappa B ligand)
untuk berikatan dengan reseptor yang ada pada permukaan prekursor osteoklas
yaitu RANK, setelah itu akan terbentuk sel osteoklas yang matang dan aktif
untuk meresorbsi tulang. Tahap ketiga yaitu osteoklas yang berikatan dengan
matriks tulang melalui reseptor integrin pada membran osteoklas yang
menghubungkan dengan matriks peptida tulang. Resorbsi tulang oleh osteoklas
menghasilkan ion-ion hidrogen melalui pompa proton H+ -ATPase dan enzim
cathesin K. Ion hidrogen mengasamkan bagian yang tersesorpsi oleh osteoklas
yang bertujuan untuk melarutkan komponen mineral pada matriks tulang,
sedangkan cathesin K mencerna matriks organik yang sebagian besar
mengandung collagen tipe I, setelah tulang selesai diresorbsi dan terbentuk
rongga pada tulang, pada tahap keempat adalah dilepaskannya sitokin-sitokin
dan faktor-faktor pertumbuhan yang merupakan osteoblas dewasa pertama dari
mesenchymal stem cells yang kemudian menstimulasi pembentukan sel
osteoblas. Osteoblas dewasa memproduksi osteoprotegerin (OPG) yang
mengikat RANKL, sehingga ikatan antara RANKL dan RANK pada osteoklas
terganggu akibatnya osteoklas mengalami apoptosis sehingga resorpsi tulang
berhenti. Pada tahap kelima, pembentukan tulang dibagi menjadi dua tahap
yaitu, pertama osteoblas mengisi rongga yang telah diresorpsi dengan osteoid
dan yang kedua terjadi proses mineralisasi. Tahap keenam adalah ketika
pembentukan tulang selesai, osteoblas dewasa mengalami apoptosis atau
berubah menjadi lapisan sel atau osteosit Quisecence adalah fase ketika tulang
beristirahat hingga siklus remodelling lainnya dimulai pada bagian tersebut
(O’Connel M.B 2008).
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2. Tinjauan Tentang Osteoporosis
2.2.1. Definisi Osteoporosis
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang dan
porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi osteoporosis adalah tulang
yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa
tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikroarsitektur tulang dan
penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang
(Tandra, 2008).
Menurut National Institute of Health (NIH) (2001), osteoporosis adalah
kelainan kerangka ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan
dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang
merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas
tulang.
Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai berkurangnya massa
tulang dan adanya perubahan mikro-arsitektur jaringan tulang yang berakibat
menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang, sehingga
tulang mudah patah (Supari,2008).
2.2.2. Etiologi
Menurut etiologinya osteoporosis dapat dikelompokkan dalam
osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer terjadi
akibat kekurangan massa tulang yang terjadi karena faktor usia secara alami.
Osteoporosis primer ini terdiri dari dua bagian:
1) Tipe I (Post Menopausal)
Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (usia 53-75 tahun).
Ditandai oleh fraktur tulang belakang tipe crush, Colles’fracture, dan
berkurangnya gigi geligi. Hal ini disebabkan luasnya jaringan trabekular
pada tempat tersebut, dimana jaringan trabekular lebih responsif terhadap
defisiensi estrogen.
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2) Tipe II (Senile)
Terjadi pada laki-laki dan perempuan usia ≥70 tahun. Ditandai
oleh fraktur panggul dan tulang belakang tipe wedge. Hilangnya massa
tulang kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut
Osteoporosis sekunder dapat terjadi pada tiap kelompok umur
yang disebabkan oleh penyakit atau kelainan tertentu, atau dapat pula
akibat pemberian obat yang mempercepat pengeroposan tulang.
Contoh penyebab osteoporosis sekunder antara lain gagal ginjal kronis,
hiperparatiroidisme (hormon paratiroid yang meningkat), hipertirodisme
(kelebihan horman gondok), hipogonadisme (kekurangan horman seks),
multiple mieloma, malnutrisi, faktor genetik, dan obat-obatan.
2.2.3. Faktor –faktor Risiko Osteoporosis
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab atau faktor-faktor
yang berisiko terkena osteoporosis, antara lain:
1) Riwayat Keluarga
Seseorang termasuk berisiko tinggi bila orang tuanya juga
menderita osteoporosis. Faktor genetik ini terutama berpengaruh pada
ukuran dan densitas tulang. Perempuan yang mempunyai ibu pernah
mengalami patah tulang panggul, dalam usia tua akan dua kali lebih
mudah terkena patah tulang yang sama. Disamping itu keluarga juga
berpengaruh dalam hal kebiasaan makan dan aktifitas fisik.
2) Jenis Kelamin
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada perempuan. Hal ini
disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun
kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, perempuan pun
mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun. Pada
perempuan postmenopause kerapuhan tulang terjadi lebih cepat
dibandingkan dengan pembentukkan tulang .
3) Usia
Kehilangan massa tulang meningkat seiring dengan meningkatnya
usia. Semakin bertambah usia, semakin besar risiko mengalami
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
osteoporosis karena tulang menjadi berkurang kekuatan dan
kepadatannya. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia
antara 30 sampai 35 tahun. Patah tulang meningkat pada perempuan usia
>45 tahun, sedangkan pada laki-laki patah tulang baru meningkat
pada usia >75 tahun. Penyusutan massa tulang sampai 3-6% pertahun
terjadi pada 5-10 tahun pertama pascamenopause. Pada usia lanjut
penyusutan terjadi sebanyak 1% per tahun. Namun, pada perempuan yang
memiliki faktor risiko penyusutan dapat terjadi hingga 3% per tahun.
Selain itu, pada usia lanjut juga terjadi penurunan kadar 1,25 (OH)2D
yang disebabkan oleh kurangnya masukan vitamin D dalam diet,
gangguan absorpsi vitamin D, dan berkurangnya vitamin D dalam kulit.
4) Aktifitas Fisik
Kurang kegiatan fisik menyebabkan sekresi Ca yang tinggi dan
pembentukan tulang tidak maksimum. Namun aktifitas fisik yang
terlalu berat pada usia menjelang menopause justru dapat menyebabkan
penyusutan tulang. Kurang berolahraga juga dapat menghambat proses
pembentukan tulang sehingga kepadatan massa tulang akan berkurang.
Semakin banyak bergerak dan olahraga, maka otot akan memacu tulang
untuk membentuk massa.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa akivitas fisik
seperti berjalan kaki pada dasarnya memberikan pengaruh melindungi
tulang dan menurunkan demineralisasi tulang karena pertambahan umur.
Hasil penelitian Recker et.al dalam Groff dan Gropper (2000),
membuktikan bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan penambahan
kepadatan tulang spinal. Aktivitas fisik harus mempunyai unsur
pembebanan pada tubuh atau anggota gerak dan penekanan pada aksis
tulang untuk meningkatkan respon osteogenik dari estrogen.
5) Status Gizi
Zat gizi dan gaya hidup juga mempengaruhi kondisi tulang,
meskipun hal ini mungkin lebih berhubungan dengan variabel luar seperti
zat gizi dan aktivitas fisik yang tidak teratur. Perawakan kurus
cenderung memiliki bobot tubuh cenderung ringan merupakan faktor
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
risiko terjadinya kepadatan tulang yang rendah. Hubungan positif terjadi
bila berat badan meningkat dan kepadatan tulang juga meningkat..
6) Kebiasaan Konsumsi Asupan Kalsium
Kalsium (Ca), fosfor (P), dan magnesium (Mg) merupakan
komponen utama pembentuk tulang. Sebagai mineral terbanyak, berat
Ca yang terdapat pada kerangka tulang orang dewasa kurang lebih 1
kilogram. Penyimpanan mineral dalam tulang akan mencapai puncaknya
(Peak Bone Mass atau PBM) sekitar umur 20-30 tahun. Pada periode
PBM ini jika massa tulang tercapai dengan kondisi maksimal akan dapat
menghindari terjadinya osteoporosis pada usia berikutnya. Pencapaian
PBM menjadi rendah jika individu kurang berolahraga, konsumsi Ca
rendah, merokok, dan minum alkohol
Kalsium dan vitamin D dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang
yang kuat. Kalsium juga sangat penting untuk mengatur kerja jantung,
otot, dan fungsi saraf. Semakin bertambahnya usia, tubuh akan semakin
berkurang pula kemampuan menyerap kalsium dan zat gizi lain. Oleh
karena itu, laki-laki dan perempuan lanjut usia membutuhkan konsumsi
kalsium yang lebih banyak.
Konsumsi Ca yang dianjurkan National Osteoporosis
Foundation (NOF) adalah 1000 mg untuk usia 19-50 tahun dan 1200 mg
untuk usia 50 tahun keatas. Sumber - sumber kalsium terdapat pada susu,
keju, mentega, es krim, yoghurt dan lain – lain.
7) Kebiasaan Merokok
Perempuan yang mempunyai kebiasaan merokok sangat rentan
terkena osteoporosis karena zat nikotin di dalamnya mempercepat
penyerapan tulang dan juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen
dalam tubuh berkurang sehingga susunan sel tulang tidak kuat dalam
menghadapi proses pembentukan tulang.
8) Penyakit Diabetes Mellitus
Orang yang mengidap DM lebih mudah mengalami osteoporosis.
Pemakaian insulin merangsang pengambilan asam amino ke sel tulang
sehingga meningkatkan pembentukkan kolagen tulang, akibatnya orang
yang kekurangan insulin atau resistensi insulin akan mudah terkena
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
osteoporosis. Kontrol gula yang buruk juga akan memperberat
metabolisme vitamin D dan osteoporosis (National Institute Health, 2015).
2.2.4. Patofisiologi
Osteoporosis terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan antara
proses resorpsi tulang dan formasi tulang, dimana secara seluler disebabkan
oleh karena jumlah dan aktivitas sel osteoklas (sel resorpsi tulang) melebihi
dari jumlah dan aktivitas sel osteoblas (sel formasi tulang). Keadaan ini
mengakibatkan penurunan massa tulang.
Pada menopause terjadi defisiensi esterogen yang mengganggu siklus
metabolisme tulang normal. Fungsi esterogen adalah menekan poliferasi dan
diferensiasi dari osteoklas dan meningkatkan apoptosis osteoklas, menurunkan
produksi sitokin yang menstimulasi osteoklas yaitu IL-1 dan IL-6 dan Tumor
Necrosis Factor (TNF), menurunkan produksi RANKL dan meningkatkan
produksi OPG yang keduanya bekerja menurunkan osteoclastogenesis
(O’Connell M.B & Vondracek S.,2008).
Defisiensi esterogen meningkatkan aktivitas resorpsi osteoklas tanpa
meningkatkan aktivitas osteoblas sehingga resorpsi tulang akan meningkat
namun pembentukan oleh osteoblas tidak mampu mencukupi, yang dapat
mengakibatkan kehilangan jaringan tulang. Perubahan seluler yang terjadi
akibat defisiensi esterogen adalah adanya peningkatan produksi sitokin yaitu
Tumor Necrosis Factor –A (TNF-α), IL-1 dan IL-6. Penurunan OPG pun
menurun akibat defisiensi esterogen akibatnya tidak ada yang mengikat
RANKL, sedangkan RANKL menstimulasi pengaktifan kerja osteoklas
dewasa akibatnya tidak ada yang menghambat kerja osteoklas dan akan terus
mengalami peningkatan (Gallagher et.al., 2013).
Defisiensi kalsium dan vitamin D sering didapatkan pada orang tua,
hal ini dapat disebabkan oleh asupan kalsium dan vitamin D yang kurang,
anoreksia, malabsorpsi dan paparan sinar matahari yang rendah. Akibat
defisiensi kalsium dapat menyebabkan timbulnya hiperparatiroidime sekunder
yang persisten sehingga akan meningkatkan proses resorpsi tulang dan
kehilangan massa tulang. Aspek nutrisi yang lain adalah defisiensi protein
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang akan menyebabkan penurunan sintesis IGF-1 (Insulin Growth Factor 1)
yang berfungsi membantu mempromosikan perkembangan dan pertumbuhan
tulang serta jaringan lain yang normal. Defisiensi vitamin K juga akan
menyebabkan osteoporosis (Mukti,2011).
Gambar 2.2 : Mikrografi tulang normal dan Osteoporosis
Sumber :Clinical Guide To Prevention and Treatment of Osteoporosis
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2.5. Tata Laksana Terapi
2.2.5.1. Terapi Farmakologi
Algoritma Pencegahan Osteoporosis
Gambar 2.3 Algoritma Pencegahan Osteoporosis Perempuan
Sumber : Dipiro, Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.4 Algoritma Pencegahan Osteoporosis Laki-laki
Sumber : Dipiro, Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1) Pengobatan dengan pengukuran BMD (Bone Mineral Density)
Populasi yang perlu pengukuran BMD :
- Untuk perempuan dengan usia ≥ 65 tahun
- Untuk perempuan usia 60-64 tahun postmenopause dengan peningkatan risiko
osteoporotis
- Laki-laki dengan 70 tahun atau yang risiko tinggi
Dari hasil pengukuran BMD, jika T-score >-1, maka nilai BMD termasuk
normal, tetapi tetap diperlukan monitoring DXA setiap 1-5 tahun. Dan jika diperlukan
pengobatan, maka pilihan pengobatannya adalah Bifosfonat, Raloxifene, Kalsitonin
(Dipiro et.al , 2005).
Jika T-score -1 s/d -2,5, maka termasuk dalam osteopenia. Dapat dilakukan
monitoring DXA setiap 1-5 tahun. Dan jika diperlukan pengobatan, maka pilihan
pengobatannya adalah Bifosfonat, Raloxifene, Kalsitonin
Jika T-score <-2,0 dilakukan pemeriksaan lanjut untuk osteoporosis sekunder,
yaitu dengan pengukuran PTH, TSH, 25-OH vitamin D, CBC, panel kimia, tes
kondisi spesifik. Kemudian dilakukan terapi berdasarkan penyebab, bila ada, yaitu
dengan bifosfonat, jika intoleransi dengan bifosfonat maka pilihan pengobatannya
adalah bifosfonat parenteral, teriparatid, raloxifene dan kalsitonin.
Dari hasil pengukuran osteoporosis dengan skor T < -2,5, terapi dapat
dilakukan dengan bifosfonat, jika intoleran dengan bifosfonat pilihan terapi obat
lainnya adalah raloxifen, kalsitonin nasal, teriparatid, Bifosfonat parenteral. Jika
kerapuhan tetap berlanjut setelah pemakaian bifosfonat, maka pilihan terapi lainnya
adalah teriparatid.
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.1 Obat yang Digunakan Dalam Terapi
Gambaran Pengobatan Osteoporosis yang diakui FDA
Obat(Merek) Dosis Rute Pemberian Efek Samping
Bifosfonat
Alendronat (Fosamax) Pengobatan : 10 mg x 1 hari atau 70 mg x 1
minggu
Pencegahan : 5 mg x 1
hari atau 35 mg x 1 minggu
Oral Dispepsia, nyeri Abdomen, nyeri otot
Ibandronat ( Boniva) Oral : 2,5 mg x1 hari atau 150 mg 1 x 1 bulan
IV : 3 mg x 1 bulan selama
3 bulan
Oral, IV Dispepsia, nyeri punggung, nyeri otot, sakit kepala,
nyeri abdomen.
Risendronat (Actonel,
Atelvia)
IR (Immediate-release) : 5
mg x 1 hari atau 35 mg x 1 minggu atau 150 mg x 1
bulan, DR
(Delayed-release) 35 mg x 1 minggu
Oral Ruam, nyeri perut,
dispepsia, diare, artharaigia
Zolendronat acid (Reclast) 5 mg x 1 tahun IV Reaksi akut (Flu, demam,
myalgia) mungkin akan
terjadi 3 hari setelah minum obat ; jipertensi,
kelelahan,inflamasi, mual,
muntah, nyeri dada.
Kalsitonin
Kalsitonin (Fortical) 200 IU /hari Intranasal Rinitis, Iritasi pernapasan, pusing, pernapasan kering.
Calcitonin (Miacalcin) 100 IU setiap hari lain 200 IU alternatif untuk
pilihan hari.
Subcutan, IM, Intranasal Reaksi tempat injeksi obat, mual muntah, berilusi
Selective Estrogen Receptor Modulator
Raloxifene (Evista) 60 mg x 1hari Oral Arthral, kram lengan, flu
Syndrome peripheral edema
Analog Hormon Paratiroid
Teriparatid (Forteo) 20 mcg x 1 hari Subcutan Hiperkalsemia, mual, rinitis,
arthralgia, nyeri
Antibodi Monoklonal
Denosumab (Prolia) 60 mg setiap 6 bulan Subcutan Dermatitis, ruam, nyeri tulang/otot
Tabel diatas merupakan tabel rekomendasi obat-obat osteoporosis dari FDA salah
satunya adalah bifosfonat yang banyak digunakan oleh penderita osteoporosis di Amerika
Serikat sebagai obat lini pertama untuk terapi osteoporosis. Obat yang masuk dalam golongan
bifosfonat meliputi alendronat, ibandronat, risendronat, dan asam zolendronat. Selanjutnya
lini kedua dan seterusnya adalah golongan kalsitonin, SERM (Selective Estrogen Receptor
Modulator), Parathyroid Hormone Analogue, Antibodi monoklonal.
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Obat yang digunakan dalam terapi osteoporosis, yaitu :
Tabel 2.2 Profil Farmakokinetik dan Farmakodinamik
No Nama Obat Farmakologi
Farmakodinamik Farmakokinetik
1 Vitamin D Mekanisme Kerja
Menstimulasi transport kalsium
usus dan fosfat sehingga
meningkatkan transport kalsium
dalam darah dan tulang (Dale,
et.al,.2012)
Indikasi
Sebagai antiosteoporosis,
imunomodulator, antikarsinogenik,
antipsoriatik. (Setyorini, 2009)
ESO
Hiperkalsemia yang menyebabkan
gangguan ginjal, selain itu juga
menyebabkan sakit kepala, mual,
muntah, mulut kering dan
konstipasi.(Sukandar, 2009)
Absorbsi : Terabsorbsi dengan baik
di saluran cerna. Empedu penting
untuk penyerapan di usus. Absorbsi
bisa menurun pada pasien yang
mengalami penurunan reabsorbsi
lemak.
Distribusi : mengikat ke α-globulin
spesifik, dapat disimpan di jaringan
adiposa dan otot dalam periode
yang lama, secara lambat dilepas
dari tempat penyimpanan dan kulit
dimana vitamin D terbentuk pada
sinar UV.
Metabolisme : Dihidroksilasi dalam
hati oleh enzim vitamin D 25-
hidroksilase ke bentuk calcifediol.
Di ginjal dengan enzim vitamin
D1hidroksilase ke bentuk metabolit
aktif 1,25-dihidrokolekalsiferol
(calcitriol)
Eksresi : Diekresi melalui empedu
dan feses dengan sedikit di urin
(Dewoto, 2007)
Dosis : Dewasa >50 tahun : 400
IU/hari, dosis lazim : 800 – 1000
IU (Drugbank.ca)
2
Kalsium
Mekanisme Kerja
Sebagai kofaktor enzim dan
mempengaruhi aktivitas sekresi
kelenjar endokrin dan eksokrin
(Dipiro et.al 2008)
Indikasi
Mencegah osteoporosis, menjaga
keseimbangan cairan tubuh,
mencegah penyakit jantung,
mengatasi kram, sakit pinggang,
rematik. (Setyorini, 2009)
Absorbsi : Absorpsi kalsium dari
saluran pencernaan dengan difusi
pasif dan transpor aktif. Kalsium
harus dalam bentuk larut dan
terionisasi agar bisa diabsorpsi.
Vitamin D diperlukan untuk
absorpsi kalsium dan meningkatkan
mekanisme absorpsi. Absorbsi
meningkat dengan adanya
makanan.
Distribusi : Kalsium secara cepat
didistribusikan ke jaringan skelet
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik
ESO
Gangguan gastrointestinal ringan,
bradikardia, aritmia, dan iritasi
pada injeksi intravena (Rang, et.al,.
2012)
Metabolisme : dimetabolisme
dengan bantuan dari vitamin D
disertai kerja hormon paratiroid.
Adanya metabolit aktif dalam
sirkulasi umum dapat
meningkatkan sintesa protein
pengikat kalsium dalam
enterosit.(DN. Baron, 1995)
Eksresi : Kalsium dieksresikan
melalui feses, urin, dan keringat.
Dosis : 400 - 1400 mg baik dari
asupan diet maupun
makanan.(Burns, et.al 2008)
3
Bifosfonat
Mekanisme Kerja
Memicu osteoblas menghasilkan
substansi yang akan menghambat
dan menurunkan jumlah osteoklas,
sehingga aktivitas osteoklas
terbatas dan menurun.
Indikasi
Mencegah osteoporosis,
mengurangi kejadian patah tulang.
(Comston, 2014)
ESO
Mual, Nyeri abdomen dan
dyspepsia, mempengaruhi fungsi
ginjal dan berisiko pada kerusakan
ginjal akut. (Kawiyana, 2009)
Alendronate : diabsorbsi baik
dalam kondisi perut kosong (untuk
2 jam sebelum makan), penurunan
penyerapan tidak memiliki dampak
yang signifikan terhadap efektivitas
obat. Didistribusikan di jaringan
lunak, kemudian cepat masuk
dalam jaringan tulang. Mengikat
protein plasma sebesar 78 %.
Dieksresikan dalam urin.
Dosis : oral 1 x 10 mg / hari ; 1 x
70 mg/minggu (drugs.com)
Ibandronate : Cepat diserap dari
saluran pencernaan bagian atas.
Bioavabilitas absolut 0,6 % T maks
0,5 – 2 jam. Didistribusikan dalam
sirkulasi sistemik cepat mengikat
tulang mengikat protein plasma 85
– 87 %. Ibandronate menghambat
enzim 1A2, 2A6, 2C9, 2C19, 2D6,
2E1 dan sitokrom P450 3A4.
Eksresi tidak diubah dalam bentuk
urin dan feses melainkan
didistribusikan lagi kedalam darah
dari tulang, total bersihan
ibantronat rendah berkisar 6 – 10
sampai 160 ml/ menit. Pembersihan
ginjal (60 ml/ menit) menyumbang
50 % sampai 60 % dari total
clearence.
Dosis pengobatan/pencegahan :
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik
oral 1 x 150 mg /bulan,
IV : 3 mg /3 bulan (drugs.com)
Risendronate : Pada pemberian
peroral, absorbsinya relatif cepat,
(tmax 1 jam) dan terjadi di saluran
cerna atas. Kira-kira setengah dari
dosis yang telah diabsorpsi akan
diekskresi melalui urin dalam 24
jam. Obat yang tidak diabsorpsi
akan dieliminasi dalam bentuk yang
tidak diubah di tinja.
Dosis postmenopausal osteoporosis
/ pencegahan : 1 x 5 mg /hari ; 1 x
35 mg/ minggu ; 1 x 150 mg/bulan
Dosis meningkatkan massa tulang :
1 x 35 mg/minggu. (drugs.com)
Asam Zolendrenat : buruk diserap
di saluran cerna, sehingga lebih
baik digunakan secara intravena,
asam zolendronat dieksresikan oleh
ginjal dalam beberapa tahap dan
waktu paruh 146 jam dengan
pemberian berulang 28 hari. Hari
pertama ditemukan dalam urin 40 ±
16% dari dosis.Sisa obat disimpan
dalam jaringan tulang dan perlahan-
lahan dilepaskan ke sirkulasi
sistemik.alen dimetabolisme dan
diekskresikan oleh ginjal bentuk
tidak berubah dengan kotoran -
kurang dari 3%
(drugbank.ca)
Dosis : IV 5 mg infus tidak lebih 15
menit setiap tahun
Dosis pencegahan : IV 5 mg infus
tidak lebih 15 menit tiap 2 tahun
(drugs.com)
4
Selective
Estrogen
Receptor
Modulators
(SERMs)
Mekanisme Kerja
Raloxifene merupakan reseptor
estrogen selektif yang mengurangi
resorpsi tulang dan menurunkan
pembengkokan tulang. (Dale,
et.al,.2012
Indikasi
Meningkatkan BMD tulang
Absorpsi : Raloxifene diabsorpsi
secara cepat setelah pemberian oral
dengan sekitar 60% dosis oral
absorpsi.
Distribusi : Volume distribusi nyata
sebesar 2348L/kg dan tidak
tergantung dosis. sekitar 95%
raloxifene dan konjugat
monoglukoronid terikat pada
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik
belakang dan pinggul sebesar 2-3
% dan menurunkan fraktur tulang
belakang, pencegahan
postmenopausal osteoporosis
(Stevenson, 2005)
ESO
Meningkatkan risiko trombosis
vena dalam sampai tingkat yang
sama dengan yang diamati dengan
estrogen. Bisa juga meningkatkan
hot flashes dan menyebabkan kram
kaki (Enrico, 2009)
protein plasma.
Metabolisme : Raloxifene
mengalami metabolisme lintas
pertama menjadi konjugat
glukoronid dan tidak
dimetabolisme melalui jalur
sitokrom P450.
Ekskresi : Raloxifene terutama
diekskresikan pada feses dan urin.
(drugbank.ca)
Dosis : 60 mg /hari (drugs.com)
5 Kalsitonin Mekanisme Kerja
Kalsitonin menghambat resorpsi
tulang oleh osteoklas dan
mendorong pembentukan tulang
oleh osteoblas. Hal ini
menyebabkan peningkatan massa
tulang dan penurunan kadar
kalsium dalam plasma.
Kalsitonin meningkatkan ekskresi
ionik seperti kalsium, fosfat,
natrium, magnesium, dan kalium
dengan mengurangi reabsorbsi
tubulus, karena itu terjadi
peningkatan sekresi jejunum air,
sodium, potasium, dan klorida.
Indikasi
Mencegah kekeroposan tulang,
pengobatan osteoporosis pada
perempuan yang telah mengalami
sekurang-kurangnya 5 tahun
postmenopausal.
ESO
Menyebabkan rinitis, epistaksis dan
reaksi alergi
Absorbsi : kalsitonin cepat
terabsorbsi dan tereliminasi.
Bioavabilitas mengikuti injeksi
subkutan dan intramuskular.
Bioavabilitas bervariasi antara 3 – 5
% , Volume distribusi : 0,15 – 0,3
L/Kg. Ikatan protein 30 -40 %
Metabolisme : termetabolisme
terutama di ginjal, membentuk
fragmen inaktif pada molekul.
Dimetabolisme juga di darah dan
jaringan perifer.
Eksresi : dieksresi di urin.
(drugbank.ca)
Dosis : 1 x 50 UI /hari diberikan
subkutan/intramuskular, dosis
injeksi dapat ditingkatkan hingga
200 / 400 UI per hari
200 UI diberikan intranasal 1 x 1
/hari (drug.com)
6
Estrogen
dan terapi
hormonal.
Mekanisme kerja
Estrogen menurunkan aktivitas
osteoklas, menghambat PTH secara
periferal, meningkatkan konsentrasi
kalsitriol dan absorpsi kalsium di
usus, dan menurunkan ekskresi
kalsium oleh ginjal. Penggunaan
estrogen dalam jangka waktu
lamatanpa diimbangi progesteron
Absorbsi : diabsorbsi secara baik
oleh saluran cerna, larut dalam air.
Distribusi : estrogen eksogen
distribusinya mirip dengan estrogen
endogen. Estrogen didistribusikan
secara luas ke dalam tubuh dan
umumnya ditemukan pada
konsentrasi yang lebih tinggi pada
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik
meningkatkan risiko kanker
endometrium pada perempuan yang
uterusnya utuh. (Zhao, 2002)
Indikasi
Terapi pencegahan osteoporosis
bagi perempuan, menghilangkan
gejala vasomotor dan atrofi
vulvovaginal yang terkait
menopause (micromedex)
ESO
Peningkatan risiko infark miokard,
stroke, payudara invasif .kanker,
emboli pulmonal dan deep vein
thrombosis (Simona, 2012)
organ target hormon seks.
Sirkulasi esterogen dalam darah
terikat bada albumin, dan Sex
hormone-binding globulin (SHBG)
Metabolisme : Transformasi terjadi
di hati, Estrogen juga menjalani
resirkulasi enterohepatik melalui
konjugasi sulfat dan glukuronida di
hati, sekresi biliaris konjugasi ke
dalam usus, dan hidrolisis di usus
diikuti dengan reabsorpsi.
estrogen dimetabolisme sebagian
oleh sitokrom P450 3A4
(CYP3A4).
Eksresi : Estradiol, estron, dan
estriol diekskresikan dalam urin,
bersama dengan konjugasi
glukuronida dan sulfat.
Dosis : 1 x 0,3 mg/hari (drugs.com)
7 Teriparatid Mekanisme Kerja
Teriparatide meningkatkan formasi
tulang, perubahan bentuk tulang
dan jumlah osteoblast beserta
aktivitasnya sehingga massa tulang
akan meningkat
(prasad, 2016)
Indikasi
Terapi anabolik untuk menjaga dan
memelihara bentuk tulang,
perawatan osteoporosis pada
perempuan pascamenopause dan
laki-laki berisiko tinggi mengalami
patah tulang. di laki-laki dan
perempuan berisiko tinggi
mengalami fraktur dengan
osteoporosis terkait dengan
glukokortikoid sistemik yang
berkelanjutan terapi
(Narayanan, 2013)
ESO
kram kaki, mual dan pusing,
metastase tulang, hiperkalsemia.
(Narayanan, 2013)
Absorbsi : Bioavabilitas sebesar
95% dalam pemberian injeksi
subkutan
Distribusi : di dalam darah, volume
distribusi 0,12 L/kg
Metabolisme : Metabolisme
periferal PTH diyakini terjadi oleh
mekanisme enzimatik non spesifik
di hati
Ekskresi : ekskresi melalui ginjal
Dosis : 60 mg subkutan tiap 6 bulan
(drugs.com)
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.3 Anjuran Pemberian Harian Kalsium
Umur Pemasukan Kalsium
Infant 0 – 6 bulan
6 – 12 bulan
300 mg dari ASI
400 mg dari non ASI
400 mg
Anak-anak 1 – 3 tahun
4 – 6 tahun
7 – 9 tahun
500 mg
600 mg
700 mg
Remaja 10 – 18 tahun 1000 mg
Laki-laki 19 – 49 tahun
>50 tahun
800 mg
1000 mg
Perempuan 19 - 49 tahun
>50 tahun
800 mg
1000 mg
Perempuan Hamil dan
menyusui
Tri semester ketiga 1000 mg
(Clinical Guidance on Management of Osteoporosis 2012)
2.2.5.2. Terapi Non Farmakologi
Terapi Non Farmakologi ditujukan untuk mendukung proses terapi non
farmakologi agar mencapai terapi yang efektif dan aman.
1) Perubahan gaya hidup
Menurut studi epidemiologi tentang besarnya angka risiko terhadap
fraktur osteoporosis. Faktor risiko ini berhubungan dengan kekuatan tulang,
densitas tulang geometri dan/ atau kualitas atau faktor independen dari
kekuatan tulang. Terutama yang berhubungan dengan faktor risiko jatuh.
Beberapa gaya hidup yang menjadi faktor risiko kejadian osteoporosis
dijelaskan di tabel.
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.4 : Hubungan Faktor Risiko dengan Kekuatan Tulang
Faktor risiko Hubungan kekuatan tulang, jatuh, dll
Peraturan diet
IMT rendah Kekuatan tulang
Obesitas, Overweight Kekuatan tulang (lainnya?)
Asupan kalsium rendah Kekuatan tulang (jatuh?)
Asupan Natrium tinggi Kekuatan tulang
Asupan kafein berlebih Kekuatan tulang
Penggunaan minum bersoda yang
tinggi
Kekuatan tulang
Lain-lain
Konsumsi alkohol Kekuatan tulang, jatuh
Merokok Kekuatan tulang (lainnya?)
Paparan sinar matahari rendah Kekuatan tulang, jatuh
Penggunaan obat hipnotik sedatif Jatuh
Kondisi rumah yang tidak tepat Jatuh
Fisik yang tidak aktif Kekuatan tulang, jatuh
Berat badan rendah atau IMT rendah adalah faktor risiko patah tulang
yang diketahui dengan baik, sedangkan kelebihan berat badan dan obesitas
pada umumnya dianggap sebagai pelindung terhadap patah tulang (Kanis JA,
et.al 2005).
Seperti faktor gaya hidup yang lebih spesifik terkait dengan diet,
potensi efek samping yang merugikan dari asupan kalsium rendah, asupan
sodium yang tinggi dan konsumsi kafein yang berlebihan dapat berpengaruh
pada kondisi densitas tulang yang kurang baik. Penggunaan minuman soda
berkarbonasi dan lebih banyak lagi pada cola menyebabkan efek yang kurang
baik dengan massa tulang yang lebih rendah. Sehingga menyebabkan
densitas tulang lebih rendah dibanding pada orang yang tidak pernah
mengonsumsi minuman bersoda dan cola (Tucker, et.al 2006).
Konsumsi alkohol berlebihan umumnya dikenali sebagai penyebab
sekunder osteoporosis dan sebagai faktor risiko patah tulang. Alkohol dapat
mengganggu metabolisme tulang melalui efek toksik langsung pada
osteoblas dan secara tidak langsung melalui efek kerangka kekurangan gizi
pada kalsium, vitamin D, dan protein yang lazim pada peminum berat (Kanis
JA, et.al 2005).
Merokok memiliki efek pada tulang yang merugikan dan merokok
saat ini dikaitkan dengan risiko patah tulang yang meningkat . Meskipun
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
telah dilaporkan bahwa efek buruk pada BMD terlihat setelah usia 50 dan
meningkat seiring bertambahnya usia. Merokok telah terbukti juga
mempengaruhi kesehatan tulang secara negatif pada individu muda selama
pematangan tulang (Taes, et.al 2010).
Kekurangan paparan sinar matahari juga menjadi salah satu faktor
risiko terjadinya osteoporosis. Paparan sinar matahari yang minim
menyebabkan kurangnya vitamin D terhadap kebutuhan kesehatan tulang.
Utamanya pada usia lanjut usia, terutama pada penduduk yang tinggal di
kawasan eropa yang jarang terkena paparan sinar matahari secara langsung
dan cenderung rendah (Kroger, et.al 1995).
Penggunaan obat hipnotik-sedatif berperan dalam permasalahan faktor
risiko osteoporosis hal ini erat berhubungan dengan kondisi rumah yang
tidak tepat, karena berhubungan dengan meningkatnya faktor risiko jatuh,
terutama bagi lansia.
2) Nutrisi
Pasien osteoporosis sebaiknya mendapatkan nutrisi yang cukup dan
pemeliharaan berat badan yang ideal. Diet kalsium penting untuk memelihara
densitas tulang. Nutrisi tersebut dapat berupa vitamin D yang bisa didapatkan
dari brokoli, kacang-kacangan, ikan teri, ikan salmon, susu, kuning telur, hati
dan sarden serta paparan sinar matahari.
3) Olahraga
Olahraga seperti berjalan, jogging, menari dan panjat tebing dapat
bermanfaat dalam mencegah kerapuhan dan fraktur tulang. Hal tersebut
dapat memelihara kekuatan tulang (Chisholm-burns et.al , 2008). Prinsip
latihan fisik untuk kesehatan tulang adalah latihan pembebanan, gerakan
dinamis dan ritmis, serta latihan daya tahan (endurance) dalam bentuk
aerobic low impact. Senam osteoporosis untuk mencegah dan mengobati
terjadinya pengeroposan tulang. Daerah yang rawan osteoporosis adalah area
tulang punggung, pangkal paha dan pergelangan tangan (Anonim, 2011).
Terapi fisik dan olah raga tampaknya lebih efektif lagi bila digunakan
dalam strategi pencegahan patah tulang. Berjalan adalah cara praktis untuk
memulai. Latihan renang atau air juga diuntungkan dengan meningkatkan
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kekuatan otot. Latihan gabungan program (ketahanan + aerobic + tubrukan)
direkomendasikan untuk peningkatan BMD tulang belakang (Moreira, 2014).
4) Fisioterapi
Fisioterapi adalah salah satu cabang pelayanan kesehatan yang erat
kaitannya dengan penanganan kelainan fisik dengan mengoptimalkan
gerakan dan fungsi. Secara khusus, fisioterapi melibatkan penilaian,
penentuan jenis penyakit, pengobatan dan pencegahan berbagai penyakit dan
cedera dengan menggunakan berbagai cara dan teknik fisik. Istilah fisoterapi
sering dipakai bergantian dengan terapi fisik (kemenkes, 2008).
Tujuan dari dilakukannya fisioterapi adalah mengembalikan fungsi
tubuh setelah terkena penyakit atau cedera. Jika tubuh menderita penyakit
atau cedera permanen, maka fisioterapi dapat diprioritaskan untuk
mengurangi dampaknya.
Dalam penangangan osteoporosis fisioterapi dilakukan untuk
menghilangkan nyeri dikarenakan adanya fraktur akibat dari osteoporosis
atau penurunan densitas tulang. Fisioterapi dapat memulihkan mobilitas
bagian tulang yang mengalami fraktur dan kekuatan otot pada penderita
osteoporosis.
Penanganan fisioterapi harus dengan “perlakuan khusus”, dikaitkan
dengan problematic yang ditimbulkan dengan mengacu pada Fisiologi Usia
lanjut.Proses penuaan pada orang tidak dapat dihindari karena proses bersifat
alami. Penurunan fungsi fisik dan mental ini dapat dipertahankan (agar tidak
lebih menurun dengan pemberian program latihan “kebugaran fisik”), namun
demikian bisa juga menimbulkan gangguan pada berbagai fungsi system
tubuh, disamping itu para lanjut usia rentang dari berbagai penyakit lanjut
usia (sering menyerang usia-usia lanjut). Oleh karena itu penanganan para
lanjut usia harus melalui pendekatan yang bersifat “holistic” (bukan hanya
penyakit/problematiknya dieliminir tapi juga mempertimbangkan factor
lingkungan keluarga, masyarakat dan social).
Beberapa penanganan manajemen osteoporosis penderita osteoporosis
sebagian besar informasinya didapatkan dari dokter keluarga. Tidak semua
dokter mengetahui peran yang dapat dimainkan oleh terapis fisik. rehabilitasi
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan penanganan gejala osteoporosis. Berikut beberapa metode yang
biasanya diterapkan kepada pasien:
1. Program latihan
Beberapa terapi yang termasuk dalam program ini antara
lain teknik memperbaiki postur tubuh, memperkuat otot, latihan
kardiovaskular, dan peregangan (Zehnacker, 2007).
2. Teknik elektroterapi
Terapi ini menggunakan alat dengan daya listrik. Beberapa
terapi jenis ini antara lain ultrasound, terapi laser, terapi diatermi,
dan terapi syaraf dengan stimulasi elektrik (TENS) (Intan, 2012).
3. Fisioterapi manual
Yang temasuk fisioterapi jenis ini adalah pijat, peregangan,
dan pelatihan resistensi tubuh, serta mobilisasi dan manipulasi
sendi. (Zehnacker, 2007).
4. Metode lainnya
Selain metode-metode yang sudah disebutkan di atas,
fisioterapi juga membantu pasien dengan mengoreksi teknik
berolahraga yang salah dan membantu cara menggunakan alat
bantu dengan tepat. Beberapa metode lainnya yang biasa dipakai
adalah hidroterapi, melatih teknik bernapas yang benar, dan
pengobatan akupuntur.
Selain metodenya yang lengkap dan spesifik, fisioterapi
juga bisa dilakukan dengan fleksibel. Artinya, pasien bisa
melakukan fisioterapi di mana saja sesuai dengan kemampuannya,
apakah mau di rumah atau di rumah sakit (Zehnacker, 2007).
2.3. Pemeriksaan Laboratorium Osteoporosis
2.3.1. Pemeriksaan X-Ray
Salah satu cara dalam mendeteksi adanya fraktur osteoporosis adalah
melalui tes radiografi dengan menggunakan sinar X-ray. Foto rontgen tulang
dapat melihat bentuk dan konsistensi tulang, pada tulang yang keropos,
gambarannya akan lebih gelap mendekati gambaran jaringan lunak. Namun
kelemahan dari pemeriksaan ini adalah dibutuhkan kehilangan massa tulang
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
minimal sebesar 30 % agar didapatkan gambaran tulang osteoporosis pada
film foto rontgen, atau jika sudah terjadi patah tulang seperti misalnya fraktur
(patah tulang) kompresi pada tulang belakang. Kelemahan lain dari
pemeriksaan foto rontgen ini adalah tingginya tingkat radiasi dari alat yang
digunakan (Patricia,2016).
2.3.2. Pemeriksaan CT Scan
Teknik pemeriksaan CT Scan menggunakan computerized tomography
(CT) Scanner yang dikombinasikan dengan software komputer untuk
menentukan kepadatan massa tulang biasanya pada tulang belakang.
Quantitative CT (QCT) scans menyediakan detail, gambar tiga dimensi dapat
digunakan untuk mengukur efek penuaan dan penyakit lain disamping
osteoporosis, biasanya memerlukan waktu kurang dari 10 menit.
membutuhkan radiasi yang besar dibandingkan dengan DXA. Jika DXA
hanya membutuhkan radiasi 1-5 Sv, sedangkan QCT membutuhkan radiasi
sampai 60 Sv (Hadi, 2016).
2.3.3. Pemeriksaan BMD (Bone Mass Density)
Pemeriksaan BMD menggunakan dual energy X-ray absorptiometry
(DXA) mengukur kepadatan massa tulang pada pinggul dan tulang belakang.
Tes ini memberikan hasil yang tepat dan teknik pemeriksaan yang banyak
dipakai secara luas di seluruh dunia untuk mendiagnosis osteoporosis. Bahkan,
DXA ditetapkan sebagai baku emas untuk pengukuran BMD tulang-tulang
sentral (aksial) tubuh, yang meliputi ruas-ruas tulang belakang (vertebrae
lumbal) dan tulang pangkal paha (femur), maupun tulang-tulang perifer (tepi),
seperti tulang-tulang lengan bawah (radius dan ulna).
Adapun tujuan pengukuran densitas tulang atau BMD dengan DXA ini
adalah untuk mendiagnosis osteoporosis, memprediksi risiko patah tulang
(fraktur), dan memonitor terapi atau pengobatan osteoporosis (Hadi,2016).
2.4. Tinjauan Tentang Rumah Sakit
2.4.1. Definisi Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi yang merupakan bagian integral dari
organisasi kesehatan dan organisasi sosial dan berfungsi menyediakan
pelayanan kesehatan yang lengkap baik secara kuratif dan preventif bagi
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pasien rawat jalan dan rawat inap melalui kegiatan medis serta perawatan.
Rumah sakit juga merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan
dan riset kesehatan (WHO, dikutip dari Rijadi, 1997).
Rumah Sakit adalah institusi yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan kesehatan individual dengan menggunakan sumber daya secara
efektif dan efisien guna kepentingan masyarakat (Griffith 1987).
Menurut PERMENKES No 340 Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat.
2.4.2. Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum terbagi menjadi beberapa klasifikasi menurut
PERMENKES No 340 yaitu sebagai berikut :
1) Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah Sakit ini memiliki pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan
Medik Spesialis Dasar, 5 pelayanan spesialis penunjang medik, 12 pelayanan
medik spesialis lain dan 13 pelayanan medik sub spesialis. Jumlah tempat
tidur lebih dari 400 buah.
2) Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah Sakit ini memiliki paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar,
4 pelayanan spesialis penunjang medik, 8 pelayanan medik spesialis lainnya
dam 2 pelayanan medik subspesialis dasar. Jumlah kamar tidur sedikitnya
200 buah.
3) Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah Sakit ini memiliki paling sedikit 4 pelayanan spesialis dasar, 4
pelayanan spesialis penunjang medik, dan jumlah kamar tidur minimal 100
buah.
4) Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah Sakit ini memiliki paling sedikit 2 pelayanan medik spesialis dasar.
Jumlah kamar tidur minimal sebanyak 50 buah.
2.4.3. Jenis Perawatan Rumah Sakit
Jenis perawatan yang diadakan di Rumah Sakit :
a. Perawatan penderita rawat tinggal
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dalam perawatan penderita rawat tinggal di rumah sakit ada lima unsur
tahap pelayanan yaitu :
1) Perawatan intensif adalah perawatan bagi penderita kesakitan hebat
yang memerlukan pelayanan khusus selama waktu krisis kesakitannya
atau lukanya. Perawatan dilakukan dalam ruangan perawatan intensif
oleh staf medik dan perawatan khusus
2) Perawatan intermediet adalah perawatan bagi penderita setelah kondisi
kritis membaik, yang dipindahkan dari ruang perawatan intensif ke
ruang perawatan biasa. Perawatan intermediet merupakan bagian
terbesar dari jenis perawatan di kebanyakan rumah sakit.
3) Perawatan swarawat adalah perawatan yang dilakukan penderita yang
dapat merawat diri sendiri, yang datang ke rumah sakit untuk
diagnostik saja atau penderita yang kesehatannya sudah cukup pulih
dari kesakitan intensif atau intermediet, dapat tinggal dalam suatu unit
perawatan sendiri (self-care unit).
4) Perawatan kronis adalah perawatan penderita dengan kesakitan atau
ketidakmampuan jasmani jangka panjang. Penderita dapat tinggal
dalam bagian terpisah dari rumah sakit atau dalam fasilitas perawatan
tambahan atau rumah perawatan yang juga dapat dioperasikan oleh
rumah sakit.
5) Perawatan rumah adalah perawatan penderita dirumah yang dapat
menerima layanan seperti biasa tersedia di rumah sakit, dibawah suatu
program yang disponsori oleh rumah sakit. Perawatan rumah ini adalah
penting tetapi sangat sedikit yang diterapkan. Perawatan rumah ini
lebih mudah, dan merupakan jenis perawatan yang efektif secara
psikologis.
b. Perawatan penderita Rawat Jalan
Perawatan ini diberikan pada penderita melalui klinik, yang
menggunakan fasilitas rumah sakit tanpa terikat secara fisik di rumah
sakit. Mereka datang ke rumah sakit untuk pengobatan atau untuk
diagnosis atau datang sebagai kasus darurat (Siregar dan Lia ,2003)
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4.4. Gambaran Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian berada di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta
Selatan. Pengambilan data dilakukan di Instalasi Rekam Medik dan Pusat Data
Informasi (IRMPDI) RSUP Fatmawati. Rumah Sakit ini merupakan salah satu
rumah sakit rujukan nasional yang berada di Jakarta. Salah satu pelayanan di
rumah sakit ini adalah rawat Orthopaedi dan Rehab Medik. Pelayanan rawat
orthopaedi adalah salah satu keunggulan dari RSUP Fatmawati, bahkan identik
dengan rumah sakit tulang atau rehabilitasi orthopaedi. Pelayanan Rehab Medik
ditujukan untuk gangguan fisik dan fungsi yang disebabkan oleh keadaan/kondisi
sakit, penyakit atau cedera melalui paduan intervensi medik, keterampilan fisik dan
rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fisik yang optimal. Salah satu pelayanan
yang terdapat di rumah sakit ini adalah Muskuloskeletal Rehabilitation (Hands
Rehab, Spine Rehab, Klinik Myofascia, Klinik Shoulder & Elbow Rehabilitation).
Pelayanan ini diberikan pada pasien yang mengalami masalah pada otot dan tulang.
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah alat bagi peneliti untuk mengendalikan atau
mengontrol variabel-variabel yang berperan dalam suatu penelitian. Penelitian ini
merupakan penelitian non eksperimental dengan metode cross-sectional yaitu
pengumpulan data variabel untuk mendapatkan profil pengobatan pasien dengan
diagnosa osteoporosis melalui data rekam medik (retrospektif) di Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati, besar sampel yang diambil selama tahun 2016.
Analisis dilakukan secara deskriptif yaitu dengan menggambarkan profil
pengobatan Osteoporosis dan karakteristik pasien dengan diagnosa osteoporosis.
3.2. Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati dengan alamat JL RS Fatmawati Cilandak Barat kota Jakarta Selatan
Provinsi DKI Jakarta 12430.
3.3. Waktu Penelitian
Pengambilan survei data awal dilaksanakan pada bulan Mei – Juli 2017.
Penelitian dilaksanakan pada bulan September hingga Oktober 2017.
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4. Kerangka Konsep
Pasien Osteoporosis yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi
Profil demografi pasien
(jenis kelamin, usia,
pendidikan)
Penyakit penyerta pasien
osteoporosis
Farmakologi Non Farmakologi
Obat Osteoprosis
Obat penyakit
penyerta
Rehab medik,
Nutrisi, Olahraga
Bagian tulang yang
mengalami fraktur/nyeri
(Pinggul,Tulang
Belakang,Pergelangan
tangan)
Penatalaksanaan
Terapi
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.5. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara ukur Skala Ukur Kategori
Karakteristik
pasien
Jenis
kelamin
Kondisi fisik yang
menentukan status
seseorang laki-laki
atau perempuan
Melihat
data rekam
medik
Nominal 0. Laki-laki
1. Perempuan
Usia Kategori usia pasien
1) 40 - 50 tahun
2) >50 – 60 tahun
3) >60 – 70 tahun
4) > 70 tahun
Melihat
data rekam
medik
Nominal 0. 40 - 50 tahun
1. >50 – 60 tahun
2. >60 – 70 tahun
3. > 70 tahun
Pendidikan Kategori pendidikan
pasien
1) Tidak
Sekolah
2) SD
3) SMP
4) SMA
5) Perguruan
Tinggi
Melihat
data rekam
medik
Nominal
0. Tidak Sekolah
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Perguruan
Tinggi
Penyakit
penyerta
Penyakit yang
menyertai pasien
yang sedang
menjalani terapi
1) Hipertensi
2) OsteoArthritis
3) Kelainan
Jantung
Jantung
Kongestif
Penyakit
Arteri
Koroner.
Penurunan
Curah
Jantung.
4) Diabetes
Mellitus
5) Dislipidemia
6) Tidak ada
Melihat
data rekam
medis
Nominal 0. Hipertensi
1. OsteoArthritis
2. Kelainan
Jantung
Jantung
Kongestif
Penyakit Arteri
Koroner.
Penurunan Curah
Jantung.
3. Diabetes Mellitus
4. Dislipidemia
5. Tidak ada
Jenis
Diagnosa tes
laboratorium
Tes laboratorium
untuk diagnosa
osteoporosis
bermacam-macam,
yakni sebagai
berikut.
1) Pemeriksaan
X-ray
Melihat
data rekam
medis
Nominal
0. Pemeriksaan X-
ray
1. Pemeriksaan CT-
Scan
2. Pemeriksaan
DEXA untuk
BMD (Bone
Mass Density)
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Variabel Definisi Cara Ukur Skala Ukur Kategori
2) Pemeriksaan
CT-Scan
3) Pemeriksaan
DEXA untuk
BMD (Bone
Mass
Density)
3. MRI
4. Tidak ada
Tulang
Fraktur
Melihat bagian
tulang yang
mengalami fraktur
1 .Pinggul
2 Tulang
Belakang
3 Pergelangan
tangan
4 Lain-lain
Melihat
data rekam
medis
pasien
Nominal 0. Tulang Pinggul
1. Tulang
Belakang
2. Tulang
Pergelangan
tangan
3. Lain-lain
(: Cummings and
Melton 2002.)
Terapi
Farmakologi
Pilihan obat yang
digunakan pada
pasien osteoporosis
1) Kalsium
2) Vitamin D
3) Bifosfonat 4) Agonis
Estrogen
5) Kalsitonin
6) Estrogen/Tera
pi Hormon
7) Hormon
Paratiroid
8) Lain lain
Melihat
data rekam
medis
pasien
Nominal 0. Kalsium
1. Vitamin D
2. Bifosfonat
3. Agonis Estrogen
4. Kalsitonin
5. Estrogen/Terapi
Hormon
6. Hormon
Paratiroid
7. Lain-lain
8. Tidak ada
Terapi non
Farmakologi
Pilihan terapi yang
dijalani
1) Perubahan
gaya hidup 2) Nutrisi
3) Olahraga
4) Fisioterapi
5) Lain-lain
Melihat
data rekam
medis
pasien
Nominal 0. Perubahan gaya
hidup
1. Nutrisi
2. Olahragai 3. Fisioterapi
4. Lain-lain
5. Tidak ada
Jenis
keluhan
Pilihan jenis keluhan
yang diderita
1) Keluhan
tunggal
2) Keluhan
ganda 2
3) Keluhan
ganda 3
Melihat
data rekam
medis
pasien
Nominal
1. Keluhan tunggal
2. Keluhan ganda 2
3. Keluhan ganda 3
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Variabel Definisi Cara Ukur Skala Ukur Kategori
Jenis terapi
farmakologi
Pilihan jenis terapi
yang dijalani
1) Obat tunggal
2) Kombinasi 2
obat
3) Kombinasi 3
obat
4) Kombinasi 4
obat
5) Tidak ada
Melihat
data rekam
medis
pasien
Nominal 1. Obat tunggal
2. Kombinasi 2 obat
3. Kombinasi 3 obat
4. Kombinasi 4 obat
5. Tidak ada
3.6. Populasi dan Sampel Penelitian
a) Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua data rekam medik pasien rawat
jalan osteoporosis di RSUP Fatmawati tahun 2016. Terdapat 80 sampel, diambil
yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 58 sampel.
b) Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah pasien osteoporosis yang memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu
pengambilan sampel berdasarkan penilaian peneliti berdasarkan kriteria-kriteria
yang sudah ditentukan melalui kriteria inklusi dan ekslusi.
3.7. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penelitian
a) Kriteria Inklusi
- Pasien dengan diagnosis osteoporosis perempuan dan laki-laki ≥ 40 tahun
- Pasien dengan rekam medik lengkap dan terbaca
- Pasien rawat jalan yang menderita osteoporosis pada bulan Januari –
Desember 2016
b) Kriteria Ekslusi
- Pasien dengan osteoporosis yang berhubungan dengan penyakit yang
berbahaya (tumor, kanker, AIDS, sakit jiwa)
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.8. Prosedur Penelitian
a) Bagan Alur Penelitian
b) Persiapan (Permohonan Izin Penelitian)
1) Pembuatan dan penyerahan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian
dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Direktur
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan
2) Penyerahan surat persetujuan penelitian dari Rumah Sakit kepada Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Survei data awal
Analisis data
Entry Data
Seleksi Rekam medik yang
memenuhi kriteria inklusi
Pengambilan data
Hasil
Interpretasi
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c) Survei data awal
1) Penelusuran data pasien yang pernah mengalami riwayat osteoporosis pada
periode Januari – Desember tahun 2016 di ruang rawat jalan.
2) Proses pemilihan pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi
3) Pencatatan data di logbook dari rekam medik sesuai dengan yang
dibutuhkan
4) Pengambilan data dilakukan sebagian yang mewakili untuk melihat
kondisi sesungguhnya di lapangan
d) Pelaksanaan Pengumpulan Data
1) Penelusuran data pasien Osteoporosis di ruang rawat jalan Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan periode Januari – Desember 2016
2) Proses pemilihan pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi
3) Pengambilan data dan pencatatan data hasil rekam medik di Instalasi
Rekam Medik berupa
a. Nomor rekam medis
b. Identitas pasien (nama,jenis kelamin, dan umur)
c. Tanggal Perawatan
d. Data Demografi pasien (pendidikan, pekerjaan)
e. Data penggunaan obat terapi pada pasien Osteoporosis
f. Data Hasil Lab (jika ada)
4) Konsultasi dengan tenaga medis terhadap interpretasi hasil data yang
didapat baik dengan dokter maupun apoteker.
e) Manajemen Data
Pelaksanaan verifikasi data rekam medis dan pola terapi pengobatan
Osteoporosis yang dilanjutkan dengan transkrip data yang dikumpulkan ke
dalam logbook dan komputer.
f) Pengolahan Data
1) Coding
Peneliti melakukan pengkodean untuk mempermudah peneliti
memasukkan data yang diperoleh dari laboratorium dan rekam medis.
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2) Editing
Peneliti melakukan penilaian terhadap data mentah, terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh dan
mengeluarkan data yang tidak memenuhi kriteria penelitian
3) Entry Data
Peneliti memasukkan data yang telah dilakukan proses coding ke dalam
program Microsoft Excel dalam bentuk tabel.
4) Cleaning Data
Peneliti melakukan pemeriksaan kembali data yang sudah dimasukkan ke
dalam sistem komputer untuk menghindari terjadinya ketidaklengkapan
atau kesalahan data.
3.9. Analisis Data
Analisis data yang pertama dilakukan menggunakan program SPSS versi 2.0,
setelah analisis selesai menggunakan statistik deskriptif. Data yang didapat sesuai
dengan data yang dicatat di lembar pengumpulan data, meliputi data demografi pasien
(Usia, Jenis kelamin, Pendidikan), kemudian data pengobatan farmakologi dan
pengobatan non farmakologi yang dipakai oleh pasien tersebut.
a) Analisis Univariat
Analisis Univariat untuk melihat sebaran data masing-masing variabel
yang ada di kerangka konsep. Adapun variabel yang diteliti berupa
karakteristik pasien osteoporosis meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan.
Kemudian variabel lain yang diteliti berupa keluhan nyeri pasien, diagnosis tes
laboratorium, lalu terapi klinis yang dijalani oleh pasien baik secara
farmakologi maupun non farmakologi.
b) Analisis Bivariat
Analisis Bivariat pada penelitian ini menggunakan uji chi square. Uji
Chi-square adalah uji dengan membandingkan frekuensi yang terjadi
(observasi) dengan frekuensi harapan (ekspetasi). Bila nilai frekuensi
observasi dengan nilai harapan sama, maka dikatakan tidak ada perbedaan
yang bermakna (signifikan), sebaliknya jika nilai frekuensi observasi dan nilai
frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna
(signifikan).
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Univariat
4.1.1. Karakteristik Pasien (Usia, Pendidikan,Penyakit Penyerta)
Demografi pasien meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan.
Studi profil pengobatan pada pasien ini menggambarkan secara deskriptif dalam
bentuk persentase. Jumlah pasien yang terdiagnosa osteoporosis di IRMPDI
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan terdapat 80 pasien dalam
setahun. Dan setelah dilakukan penelusuran data rekam medik yang terdiagnosa
osteoporosis terdapat 58 pasien. Jumlah ini sesuai dengan kriteria inklusi dari
penelitian ini.
Tabel 4.1 : Karakteristik Pasien Osteoporosis
No Karakteristik Pasien N= 58 Persentase (%)
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 9 15,5
Perempuan 49 84,5
2 Usia
40 – 50 tahun 2 3,4
>50 – 60 tahun 13 22,6
>60 – 70 tahun 19 32,7
> 70 tahun 24 41,3
3 Pendidikan
Tidak Sekolah 2 3,4
SD 9 15,5
SMP 5 8,6
SMA 25 43,1
Perguruan Tinggi 17 29,3
4 Penyakit Penyerta n = 58
Hipertensi 24 41,3
Gangguan Jantung (Jantung
Kongestif, Penyakit Arteri Koroner,
Penurunan Curah Jantung)
12
20,6
Osteoarthritis 39 67,2
Diabetes Mellitus 10 17,2
Dislipidemia 2 3,4
Tidak ada 13 22,4
Dari tabel diatas pasien yang menderita osteoporosis dari jenis
kelaminnya terbanyak dari perempuan ada 49 pasien (84,5 %), sedangkan
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sisanya laki-laki terdapat 9 pasien (15,5 %) Berdasarkan usia yang paling
banyak dari usia >70 tahun yakni sebanyak 24 pasien (41,3 %) dan usia >60
– 70 tahun 19 pasien (32,7%), usia mulai osteoporosis >50 tahun. Usia rata-
rata penderita osteoporosis adalah 67±55 tahun.. Berdasarkan tingkat
pendidikan paling banyak dari SMA sebanyak 25 pasien (43,1 %) dan
perguruan tinggi sebanyak 17 (29,3 %).
Beberapa pasien mempunyai riwayat terapi dengan penyakit lain.
Berbagai penyakit meliputi pasien yang dirawat di RSUP Fatmawati. Dari 58
pasien penyakit penyerta pasien meliputi. Berdasarkan pada tabel diatas juga
menunjukkan pasien osteoporosis pada saat menjalani rawat jalan memiliki
beberapa penyakit penyerta dari 58 pasien. Terbanyak memiliki penyakit
penyerta osteoartritis sebanyak 39 orang (67,2 %), dan hipertensi sebanyak 24
orang (41,3 %).
Dari data tersebut beberapa pasien memiliki penyakit penyerta lebih
dari satu penyakit sehingga variasi dari penyakit penyerta dari pasien
bermacam-macam.
4.1.2. Diagnosis Laboratorium
Dalam menunjang diagnosis pasien terhadap penyakit perlu
dilakukannya uji laboratorium. Penyakit osteoporosis dapat diuji oleh beberapa
tes pengujian laboratorium. Pasien osteoporosis sebagian besar melakukan tes
laboratorium untuk mendiagnosis kondisi permasalahan tulang yang diderita.
Data yang diperoleh dari hasil tes laboratorium bersifat objektif. Jumlah pasien
yang melakukan pengujian laboratorium sebagai berikut.
Tabel 4.2 : Diagnosis untuk Mengetahui Kondisi Pasien Osteoporosis
No Uji Laboratorium Jumlah (n = 58) Persentase (%)
1 X-ray (radiografi) 17 29,3
2 CT- Scan 2 3,4
3 MRI 1 1,7
4 DEXA 5 8,6
5 Tidak ada 36 62
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pasien osteoporosis yang
melakukan diagnosa osteoporosis menggunakan tes radiografi sebanyak 17
pasien (29,3%), kemudian menggunakan DEXA sebanyak 5 pasien (8,6%),
CT-Scan sebanyak 2 pasien (3,4%), MRI sebanyak 1 pasien (1,7%) dan tidak
menggunakan tes laboratorium sebanyak 36 pasien (62%). Hal ini
menunjukkan bahwa tes laboratorium yang paling sering dilakukan di rumah
sakit Fatmawati adalah tes radiografi, dibandingkan CT-Scan dan DEXA.
4.1.3. Distribusi Nyeri/Fraktur
Berdasarkan distribusi nyeri atau fraktur yang dikeluhkan oleh pasien
terdapat beberapa bagian tulang yang sering dikeluhkan oleh pasien dengan
diagnosa osteoporosis. Data yang diperoleh dari hasil penilaian dokter dalam
mendiagnosa pasien osteoporosis yang bersifat subjektif dari pasien. Keluhan
masing-masing pasien berbeda-beda, beberapa pasien dari 58 pasien
merasakan keluhan lebih dari satu bagian tulang. Penghitungan persentase
berdasarkan perbandingan jumlah persebaran keluhan pada pasien.
Tabel 4.3 : Distribusi Nyeri Berdasarkan Lokasi Nyeri Tulang Pasien
Osteoporosis
No Lokasi Nyeri Jumlah Persentase (%)
1 Tulang Pinggul 14 24,1
2 Tulang Belakang (vertebra) 34 58,6
3 Tulang Pergelangan Tangan 7 12
4 Tulang Lutut (patela) 9 15,5
5 Tulang Bahu 2 3,4
6 Pergelangan kaki (tibia,fibula) Lain - lain 6 10,3
7 Tulang Paha (femur) 3 5,1
Berdasarkan tabel diatas tulang yang sering dikeluhkan nyeri adalah tulang
belakang sebanyak 34 pasien (58,6 %), tulang pinggul sebanyak 14 pasien (24,1 %),
tulang lutut (patela) sebanyak 9 pasien (15,5 %), tulang pergelangan tangan sebanyak
7 pasien (12 %). tulang pergelangan kaki/ tibia, fibula sebanyak 6 pasien (10,3 %),
tulang paha (femur) sebanyak 3 pasien (5,1 %), tulang bahu terdapat 2 pasien (3,4 %).
Hasil tersebut dari 58 pasien yang masuk dalam kriteria inklusi.
Data rekam medik yang didapatkan pasien mengalami gangguan nyeri dari
satu bagian tempat hingga beberapa bagian tulang yang dikeluhkan sakit.
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.4 : Distribusi Pasien Berdasarkan Jumlah Keluhan
No Jumlah Keluhan Jumlah (n = 58) Persentase (%)
1 Keluhan Tunggal 39 67,2
2 Keluhan Ganda 2 17 29,3
3 Keluhan Ganda 3 2 3,4
Keterangan :
Keluhan tunggal : Bagian yang dikeluhkan pada satu bagian tulang (misalnya
tulang belakang ; tulang pergelangan tangan ; dst)
Keluhan ganda 2 : Bagian yang dikeluhkan pada dua bagian tulang (misalnya
tulang belakang, tulang pergelangan tangan ; tulang paha,
tulang belakang ; dst)
Keluhan ganda 3 : Bagian yang dikeluhkan pada tiga bagian tulang (misalnya
tulang belakang, tulang lutut, tulang paha ; dst)
Berdasarkan tabel diatas keluhan pasien terbanyak terdiri dari satu bagian
tulang sebanyak 39 pasien (67,2 %) mengalami keluhan tunggal keluhan ganda 2
bagian tulang 17 pasien (29,3 %), dan keluhan ganda 3 bagian tulang sebanyak 2
pasien (3,4 %)
4.1.4. Profil Terapi
4.1.4.1. Terapi Farmakologi
Berdasarkan profil penggunaan obat yang digunakan untuk terapi
osteoporosis pada pasien penderita osteoporosis sebagai berikut, dapat dilihat
dibawah ini.
Tabel 4.5 : Distribusi Penggunaan Jenis Obat Osteoporosis
No Golongan obat osteoporosis Jumlah Persentase (%)
1 Kalsium 34 58,6
2 Vitamin D 22 37,9
3 Bifosfonat 20 34,4
4 Kalsitonin 3 5,1
5 Esterogen 0 0
6 Hormon Esterogen 0 0
7 Hormon Paratiroid 3 5,1
8 Lain-lain (strontium ranelate) 7 12
9 Tidak ada 8 13,7
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dari tabel diatas pasien yang diberikan terapi terbanyak dengan
menggunakan obat golongan kalsium sebanyak 34 pasien (58,6%), golongan
vitamin D sebanyak 22 pasien (37,9% dan) bifosfonat sebanyak 20 pasien
(34,4%).
Data yang didapat di dalam rekam medik pada setiap pasien terdapat
pemakaian obat lebih dari satu golongan, kombinasi terapi ini banyak
diterapkan oleh dokter-dokter spesialis ortopaedi di RSUP Fatmawati. Oleh
sebab itu penghitungan banyaknya golongan obat yang dipakai berdasarkan
pada pemakaian keseluruhan obat pada pasien penderita osteoporosis yang
masuk dalam kriteria inklusi.
Kondisi klinis pasien akan menentukan dokter memberikan peresepan
kepada pasien tersebut. Beberapa data yang didapat pada rekam medik
menunjukkan beberapa pasien menjalani terapi tunggal maupun kombinasi.
Berikut ini adalah gambaran data yang didapat mengenai terapi yang dijalani
oleh pasien penderita osteoporosis di RSUP Fatmawati.
Tabel 4.6 : Penggolongan Jenis Terapi Kombinasi Pasien Osteoporosis
No Jenis Terapi Jumlah (n=58) Persentase (%)
1 Obat Tunggal 20 34,5
2 Kombinasi 2 obat 21 36,2
3 Kombinasi 3 obat 3 5,2
4 Kombinasi 4 obat 4 6,9
5 Tidak ada 10 17,2
Keterangan :
Obat tunggal : obat yang diberikan ke pasien secara tunggal atau dari
satu golongan obat
Kombinasi 2 obat : obat yang diberikan ke pasien terdiri dari dua
kombinasi obat atau dari dua golongan obat
Kombinasi 3 obat : obat yang diberikan ke pasien terdiri dari tiga
kombinasi obat atau dari tiga golongan obat
Kombinasi 4 obat : obat yang diberikan ke pasien terdiri dari empat
kombinasi obat atau dari empat golongan obat
Tidak ada : Tidak diberikan terapi obat kepada pasien selama
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menjalani terapi
Tabel diatas menunjukkan bahwa jenis terapi yang paling banyak
diberikan yakni kombinasi dua obat sebanyak 21 pasien (36,2 %), selanjutnya
terapi obat tunggal sebanyak 20 pasien (34,5 %), Kombinasi empat obat
sebanyak 4 pasien (6,9 %), Kombinasi tiga obat sebanyak 3 pasien (5,2 %),
dan tidak menjalani terapi obat sebanyak 10 pasien (17,2 %).
Obat-obat yang digunakan pada pasien penderita osteoporosis
kebanyakan dari obat merk dagang, berikut ini adalah obat-obat yang
diresepkan dokter untuk pasien penderita osteoporosis.
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.7 : Distribusi Penggolongan Obat Pasien Osteoporosis RSUP Fatmawati
No Nama Obat Golongan Komposisi Dosis f/hari Efek Samping
1 Kolkatriol
(bersama
makanan)
Vitamin D Kalsitriol 0,25 mcg
/kapsul
lunak
2 x 1 sindroma
hiperkalsemia,
intoksikasi
kalsium
2 Osteocal
(bersama/tanpa
makanan)
Kalsium CaCO3
1250 mg
1250 mg/
tab
1-2 x 1
Kembung, diare,
atau konstipasi
3 Actonel
(Sebelum
makan)
Bifosfonat Na
Risendrona
t
Lepas
segera : 5
mg/ tab
lapis film/
hari
Lepas
tertunda :
35 mg/tab
lapis film/
minggu
1 x 1/
hari
1 x 1/
minggu
Nyeri perut,
abdomen, ruam
kulit
4 Cavit D3
(Sesudah
makan)
Kalsium/
Suplemen
CaHPO4
500 mg,
Vitamin D
133 IU
500 mg
/tab
1 x 1 peningkatan
mineral darah
seperti fosfat atau
kalsium
(hiperkalsemia),
(Hiperfosfatemia)
5 Boniva
(Sebelum
makan)
Bifosfonat As
Ibandronat
3 mg/3 ml
larutan
injeksi
150 mg/tab
1 x 1/ 3
bulan
1 x 1 /bulan
Nyeri kekakuan
sendi, otot , sakit
kepala, gangguan
pencernaan, mual, diare.
6 Ossoral 800
(Sebelum
makan)
Lain-lain Ossein
hydroxyap
atite 800
mg
800 mg /
kaplet
salut
selaput
2-4 x 2 Ossoral dapat
ditoleransi
7 Allovel
(Sebelum
makan)
Bifosfonat Alendronat
e Na 10
mg
10 mg/ tab 1 x 1 Nyeri dan distensi
abdomen, diare
atau konstipasi,
kembung, nyeri
muskuloskletal,
sakit kepala.
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.7 : Distribusi Penggolongan Obat Pasien Osteoporosis RSUP Fatmawati
No Nama Obat Golongan Komposisi Dosis f/hari Efek Samping
8 Kalsium Sitrat Kalsium Kalsium
Sitrat
1 – 1,5 g
/tab dalam
dosis
terpisah
1 x 2 Konstipasi,
gangguan
lambung, mual,
muntah.
9 CaCO3
(Bersama
makanan)
Kalsium CaCO3 1-1,2 g /
tab
1-2 x 1 Hiperkalsemia,
gangguan
lambung, mual
muntah
10 Bone one
(bersama
makanan)
Vitamin D Alfacalcid
ol 0,5 mcg
0,5
mcg/tab
1 x 1 Mual, muntah,
sembelit, mulut
kering.
11 Miacalcic 50
IU, Miacalcic
100 IU untuk
larutan injeksi
(Parenteral)
Kalsitonin Kalsitonin
tiap 2 ml
terdiri 400
IU
100 IU
atau 50 IU
/larutan
injeksi
1 x 1
atau
2 x 1
Wajah memerah,
diare, kelelahan,
nyeri persendian,
sakit kepala
12 Protos
(2 jam sesudah
makan)
Lain-lain Strontium
ranelate 2
g
2 g/ sachet 1 x 1 Mual, diare, sakit
kepala, dermatitis,
eksim,
tromboemboli
vena, kehilangan
daya ingat, kejang
13 Kalsium 95 Vitamin/
Suplemen
Coral Ca
500 mg,
natural soy
isoflavone
20 mg, vit
D3 200 iu,
vit K1 25
mcg, Mg
100 mg,
Zn 5 mg,
boron 1
mg.
1100 mg
/kaplet
salut
selaput
1-3 x 1 Dapat ditoleransi
dengan dosis
yang dianjurkan
14 Forteo Hormon
Paratiroid
Teripatid 250 mcg/
1 ml
larutan
injeksi
20 mcg
x 1
(subkut
an)
kram kaki, mual
dan pusing
15 Hibone
(sesudah
makan)
Kalsium/
Suplemen
calcium
600 mg,
bonistein
15 mg,
vitamin k1
0.1 mg,
vitamin d3
200 iu
600 mg/
tab
1-2 x 1 Dapat ditoleransi
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.1.4.2. Terapi Non Farmakologi
Berdasarkan profil terapi non farmakologi yang digunakan untuk terapi
osteoporosis pada pasien penderita osteoporosis sebagai berikut, dapat dilihat
dibawah ini.
Tabel 4.8 : Distribusi Penggolongan Terapi Non Farmakologi
No Terapi non farmakologi Jumlah Persentase (%)
1 Perubahan gaya hidup 43 75,8
2 Nutrisi 2 3,4
3 Olahraga 23 39,6
4 Fisioterapi 27 46,5
5 Lain-lain 2 3,4
6 Tidak ada 1 1,7
Dari Tabel diatas dapat ditemukan pasien yang menggunakan terapi
non farmakologi terbanyak adalah dengan anjuran melaksanakan perubahan
gaya hidup sebanyak 43 pasien (75,8 %), lalu anjuran melaksanakan
fisioterapi sebanyak 27 pasien (46,5 %), Olahraga sebanyak 23 pasien (39,6
%), Nutrisi dan terapi lain-lain sebanyak 2 pasien (3,4 %), dan tidak
melakukan terapi non farmakologi 1 pasien (1,7 %).
4.1.5. Obat Penyerta
Disamping adanya penyakit penyerta beberapa obat penyakit penyerta
diresepkan dalam proses berlangsungnya terapi osteoporosis ini. Pasien
menjalani terapi penyakit penyerta disamping menjalani terapi utama
osteoporosis, beberapa penyakit penyerta adalah hipertensi, osteoarthritis,
diabetes mellitus, gangguan jantung (Jantung Kongestif, Penyakit Arteri
Koroner,Penurunan Curah Jantung), dan dislipidemia. Data yang diperoleh
dari hasil kajian rekam medik pada masing-masing pasien yang terdiagnosis
osteoporosis. Jumlah pasien yang memperoleh terapi penyerta sebagai berikut.
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.9 Obat penyerta pasien osteoporosis diluar diagnosis osteoporosis.
No Jenis Diagnosis Obat Jumlah
1 Hipertensi 1. Candersartan
2. Hidroklorotiazid
3. Amlodipin
4. Ramipril
5. Captopril
6. Valsartan
7. Micardis
4
1
14
2
2
3
2
2 Gangguan Jantung 1. Ardium
2. Digoxin
3. Diltiazem
4. Clopidogrel
5. Concor
6. Ascardia
7. Simarc
8. Amiodaron
9. Verapamil
10. Nitrokaf
11. Spironolakton
1
1
2
2
3
3
4
1
2
3
1
3 Osteoartritis 1. Ultracet
2. Glukosamin
3. Na.Diklofenak
4. Methotrexate
5. Meloxicam
6. Forres
7. Mecobalamin
8. As Mefenamat
9. Ibuprofen 10. Celebrex
6
21
6
1
9
1
7
2
1 1
4 Diabetes Mellitus 1. Glikuidon
2. Glimepirid
3. Metformin
4. Akarbose
5. Lantus
1
2
7
3
1
5 Dislipidemia 1. Simvastatin
2. Atorvastatin
6
1
Dari tabel diatas dari golongan obat antihipertensi penggunaan
terbanyak adalah amlodipin sebanyak 14 pasien, kemudian obat gangguan
jantung meliputi Jantung Kongestif, Penyakit Arteri Koroner, Penurunan
Curah Jantung adalah Simarc (Warfarin sodium) sebanyak 4 pasien dan
Concor, ascardia, nitrokaf sebanyak 3 pasien, obat osteoartritis adalah
glukosamin sebanyak 21 pasien, obat antidiabetes adalah metformin sebanyak
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7 pasien, obat dislipidemia adalah simvastatin sebanyak 6 pasien. Hal ini
menunjukkan obat-obat diatas adalah obat yang paling umum diresepkan oleh
dokter di RSUP Fatmawati untuk penyakit hipertensi, gangguan jantung,
osteoartritis, diabetes mellitus dan dislipidemia. Sesuai yang disebutkan pada
tabel diatas.
4.1.6. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat korelasi antara keluhan nyeri
pasien dengan jenis terapi obat yang diberikan kepada pasien.
Tabel 4.10 Hubungan variabel Keluhan nyeri pasien terhadap terapi
yang digunakan.
Keluhan
Nyeri
Jenis Terapi Total
Tunggal Kombinasi
2 obat
Kombinasi
3 obat
Kombinasi
4 obat
Tidak ada
N % N % N % N % N % N %
K Tunggal 17 43,6 15 38,5 0 0 1 2,6 6 15,4 39 100
K.G 2 3 17,6 6 35,3 2 11,8 3 17,6 3 17,6 17 100
K.G 3 0 0 0 0 1 50,0 0 0 1 50,0 2 100
Total 20 34,5 21 36,2 3 5,2 4 6,9 10 17,2 58 100
Keterangan :
K (Keluhan) Tunggal : Keluhan nyeri pasien terdapat pada satu bagian tulang
(misalnya tulang belakang, tulang paha, tulang pergelangan
tangan, dst)
K.G (Keluhan ganda) : Keluhan nyeri pasien terdapat pada dua atau lebih bagian
tulang yang tercatat di dalam rekam medis pasien.
Uji analisis bivariat ini menggunakan uji chi square yakni
membandingkan hubungan tabel pada baris dan kolom di tabel tersebut.
Variabel yang terlibat dalam analisis ini adalah jumlah keluhan sebagai
variabel independen dan jenis terapi obat sebagai variabel dependen. Lalu
hasil analisis menggunakan uji chi square, nilai A Symp. Sig adalah 0,09
sehingga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap
kedua data tersebut.
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.2. Pembahasan
4.2.1. Karakteristik Pasien
Terlihat dari tabel ditemukan bahwa penderita osteoporosis mulai
ditemukan pada umur 40 tahun dan banyak didominasi dari golongan umur
diatas 70 tahun, yang tergolong manula (manusia lanjut usia). Hal ini sejalan
dengan Infodatin (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan) osteoporosis
yang menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia pada prevalensi
osteoporosis meningkat. Studi telah menunjukkan bahwa setelah usia 60 tahun,
hampir ⅓ populasi dipengaruhi oleh osteoporosis. Umur sangat erat kaitannya
dengan kejadian osteoporosis, hal ini dikarenakan pada usia lanjut fungsi organ
tubuh berkurang, tak terkecuali tulang, densitas tulang secara berangsur pun
akan menurun dan dapat memicu terjadinya osteoporosis (Lindhee, 2008).
Penderita osteoporosis banyak didominasi oleh perempuan daripada laki-
laki. Hal ini serupa dengan penelitian Gunawan, dkk tahun 2006 di rumah sakit
Medistra tingkat kejadian osteoporosis pada perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki. Kejadian osteoporosis pada perempuan 4 kali lebih
tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini bisa disebabkan karena menopause dimana
kadar hormon esterogen mulai menurun, sehingga kepadatan tulang menurun
juga. Esterogen sendiri berperan penting dalam pertumbuhan dan pematangan
tulang sebagai pengatur pergantian sel-sel tulang pada tulang dewasa. Pada
perempuan yang mengalami menopause akan mengalami kehilangan korteks
tulang yang diinduksi karena penurunan produksi esterogen, sehingga
peningkatan resorpsi tulang dan arsitektur tulang mengalami destruksi secara
lokal (Vaananen, 1996).
Selain itu karakteristik lain yang tercatat adalah berdasarkan pendidikan
pasien, dari data diatas terdapat pendidikan SMA merupakan jumlah terbanyak,
lalu dari perguruan tinggi, SD sebanyak, SMP sebanyak, Tidak sekolah
sebanyak.. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pendidikan pasien yang
menderita osteoporosis sudah cukup baik, hal ini juga dikarenakan kondisi
wilayah tempat tinggal pasien yang masih berada di sekitar JABODETABEK,
Kondisi wilayah tempat tinggal yang sudah perkotaan dan menunjukkan sarana
dan prasarana pendidikan sudah cukup baik serta mendukung warga-warga yang
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tinggal di wilayah tersebut untuk menempuh pendidikan. Kondisi pendidikan
pasien yang tinggi dapat memberikan pengaruh pada penerimaan informasi
dalam melakukan terapi, semakin tinggi tingkat pendidikan pasien maka
semakin mudah penerimaan informasi tentang terapi osteoporosis serta
kepatuhan pasien tinggi, sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan maka
semakin sulit penerimaan informasi mengenai terapi serta kepatuhannya rendah.
Pemberian informasi baik berupa informasi penyakit ataupun konseling
pengobatan (Cevikoi, 2011).
Beberapa pasien yang dirawat jalan di rumah sakit Fatmawati memiliki
beberapa keluhan penyakit lain secara bersamaan maupun memiliki riwayat
penyakit yang sedang diderita. Dari data yang diambil di IRMPDI, pasien rawat
jalan osteoporosis di rumah sakit fatmawati memiliki keluhan penyakit penyerta
selain keluhan pada osteoporosis. Data terbesar pasien osteoporosis di fatmawati
memiliki penyakit penyerta berupa masalah peradangan pada tulang seperti
Osteoarthritis, Spondilitis, Spinal Stenosis, kemudian gangguan sirkulasi darah
dan jantung seperti Hipertensi, Jantung Kongestif, Arteri Koroner, Penurunan
Curah Jantung, gangguan metabolik seperti Diabetes Mellitus tipe 2,
Hiperlipidemia.
Pasien osteoporosis di rumah sakit fatmawati kebanyakan berasal dari
golongan usia(40 – 70 tahun) dan (>70 tahun). Pada kondisi usia yang sudah
lanjut terdapat penurunan fungsi tubuh secara alamiah pada pasien yang dirawat
sehingga beberapa pasien mengalami penyakit penurunan fungsi organ tubuh
seperti jantung, pankreas. Menurut data dari RISKESDAS prevalensi penyakit
tidak menular terbanyak adalah penyakit sendi, selanjutnya hipertensi, penyakit
jantung, dan diabetes mellitus (Riskesdas, 2013).
4.2.2. Uji Laboratorium
Dalam meningkatkan diagnosa penyakit osteoporosis, maka dilakukan
pengujian laboratorium terhadap penyakit tersebut. Di rumah sakit Fatmawati
beberapa pengujian dilakukan kepada pasien osteoporosis rawat jalan, Data
terbanyak menunjukkan di rumah sakit ini pasien kebanyakan diperiksa
dengan X-ray atau sinar X, merupakan salah satu bentuk dari radiasi
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
elektromagnetik dengan pemberian radiasi ionisasi dalam jumlah kecil pada
tubuh untuk menghasilkan citra atau gambaran tubuh bagian dalam. X-ray
sering digunakan untuk melihat fraktur tulang dan bagian dada seseorang.
Kemudian CT Scan dan MRI beberapa cara yang bisa dilakukan dalam
mendiagnosis osteoporosis, namun tes ini jarang dilakukan, CT Scan
merupakan perkembangan dari X-ray, digunakan untuk mendapatkan
gambaran dalam dari berbagai sudut organ di seluruh tubuh. CT Scan sangat
sensitif untuk mendeteksi penyakit di jaringan lunak, dan juga memberikan
gambar organ internal yang tidak mungkin digambarkan dengan bantuan X-
ray. MRI merupakan suatu alat diagnostik untuk memeriksa dan mendeteksi
tubuh menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi
radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif. Kelebihan
MRI jika dibandingkan peralatan lain adalah gambar yang dihasilkan lebih
jelas serta dapat dilihat dari berbagai sisi tanpa melibatkan penggunaan radiasi,
MRI menciptakan gambar yang dapat menunjukkan perbedaan sangat jelas
dan lebih sensitif untuk menilai anatomi jaringan lunak dalam tubuh, terutama
otak, sumsum tulang belakang dan susunan saraf dibandingkan pemeriksaan
X-ray dan CT Scan (Sekarsari,2017).
Penyakit osteoporosis salah satunya dapat didiagnosis dengan
pengukuran BMD (Bone Mineral Density) dengan DXA (Dual X-ray
Absormetry). Penggunaan metode ini merupakan metode terbaik dalam
mengukur fraktur tulang. Keuntungan dari DXA tidak invasif, tingkat paparan
radiasi rendah, dan waktu pengujian cepat. Kerugian dari DXA
ketidakmampuan untuk membandingkan keakuratan hasil dari satu pusat ke
yang lain. Dari pengukuran ini densitas tulang dapat diketahui sehingga
diagnosis yang dilakukan terukur dan dapat melakukan tata laksana
pengobatan selanjutnya beserta monitoringnya (Juliana, 2014).
Menurut data yang didapat bahwa di rumah sakit Fatmawati
pemeriksaan BMD (Bone Mineral Density) tergolong jarang dilakukan oleh
pasien, beberapa alasan salah satunya pemeriksaan BMD cukup mahal, dan
tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan pemerintah. Tetapi dari sampel yang
diambil 62 % pasien rawat jalan rumah sakit Fatmawati tidak melakukan uji
laboratorium. Hal ini dikarenakan berdasarkan keputusan dari dokter yang
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
memeriksa pasien osteoporosis mengenai diagnosis penyakitnya, sehingga
diagnosis dokter hanya berdasarkan penilaian subjektif dari pasien yang
diperiksa.
4.2.3. Persebaran Nyeri/Fraktur
Berdasarkan tingkat persebaran nyeri/fraktur pada pasien penderita
osteoporosis terdapat pada beberapa titik. Menurut catatan rekam medis tulang
yang sering dikeluhkan nyeri adalah tulang belakang, tulang pinggul, tulang
lutut (patela), tulang pergelangan kaki/ tibia, fibula), tulang paha (femur),
tulang bahu. Pada pasien osteoporosis di RSUP Fatmawati ini beberapa pasien
mengalami keluhan nyeri lebih dari satu bagian tulang. Menurut Americans
Academy of Orthopaedic Surgeons bahwa fraktur/keluhan nyeri tulang yang
paling sering terjadi pada bagian tulang belakang (vertebra) fraktur tulang
belakang ini disebut fraktur kompresi vertebral terjadi pada hampir 700.000
pasien setiap tahunnya. Fraktur ini hampir dua kali lebih umum seperti fraktur
lainnya yang biasanya terkait dengan osteoporosis, seperti patah pinggul dan
pergelangan tangan. Fraktur kompresi vertebra menyebabkan nyeri punggung.
Rasa sakit biasanya terjadi di dekat lokasi frakturnya itu sendiri. Fraktur
kompresi vertebra paling sering terjadi di dekat lingkar pinggang, serta sedikit
di atasnya (dada tengah) atau di bawahnya (punggung bagian bawah). Menurut
Amy H Warriner, dkk fraktur yang paling mungkin terjadi karena osteoporosis
meliputi leher femoralis, patah tulang patologis vertebra, fraktur vertebra
lumbal dan toraks, panggul, dan fraktur tertutup pada batang humerus, radius,
ulna dan femoralis. Sebaliknya, fraktur terbuka pada humerus proksimal dan
fraktur tertutup tengkorak, wajah, kaki, skapula, dan jari, fraktur atipikal (yaitu
dada bengkak, laring dan trakea) dan beberapa fraktur bersamaan dinilai paling
tidak mungkin karena osteoporosis. (Amy, 2011). Diantara catatan pasien di
rekam medik mengalami keluhan nyeri pada bagian tulang yang rawan
mengalami pengeroposan.
4.2.4. Profil Terapi
4.2.4.1. Terapi Farmakologi
Profil pengobatan merupakan seluruh obat yang digunakan oleh
pasien penderita osteoporosis, dari beberapa golongan obat yang
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diberikan mempunyai masing-masing tujuan pengobatan kepada
pasien. Penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan obat pada
pasien dengan diagnosa osteoporosis. Aspek yang dilihat adalah
golongan-golongan obat osteoporosis yang digunakan untuk terapi
pasien. Menurut data yang didapat di rekam medis pasien. Terapi yang
paling sering diberikan adalah menggunakan terapi menggunakan obat
golongan kalsium), selanjutnya golongan vitamin D, bifosfonat,
golongan lain-lain (strontium ranelate) , golongan kalsitonin, golongan
hormon, dan tidak menjalani terapi farmakologi sebanyak 8 pasien ,
sedangkan obat golongan esterogen dan hormon esterogen tidak
digunakan pada pasien penderita osteoporosis di RSUP Fatmawati.
Menurut Amruta (2015) menerangkan bahwa pengobatan yang
dilakukan di rumah sakit yang paling umum untuk terapi pengobatan
osteoporosis adalah dengan suplementasi kalsium dan vitamin D.
Peresepan ini diberikan untuk pencegahan patah tulang osteoporosis
atau pengkroposan tulang lebih lanjut. Pada RSUP Fatmawati
pengobatan yang paling sering diresepkan oleh dokter adalah
menggunakan kalsium dan vitamin D. Hal ini berhubungan dengan
studi lain bahwa menyarankan pemberian kalsium dan vitamin D
pengobatan osteoporosis, menerima setidaknya 800-1000 IU per hari
vitamin D bersama dengan kalsium untuk mengurangi risiko terjatuh
dan patah tulang. Asupan kalsium per hari sebanyak 1200-1500 mg.
Kalsium yang dikonsumsi dari asupan makanan dianggap sebagai
sumber yang optimal namun suplemen kalsium dianjurkan jika sumber
makanan tidak memadai (Dawson-Hughes, et.al., 2010)
Amerika Serikat merupakan negara dengan penderita
osteoporosis yang banyak, menurut survei National Health and
Nutrition Examination 2005-2010 terdapat 99 juta penduduk yang
menderita osteoporosis pada usia diatas 50 tahun (Nicole, et.al., 2014).
Peresepan obat terbanyak tentang pengobatan osteoporosis di Amerika
Serikat adalah menggunakan golongan bifosfonat termasuk alendronat,
risedronat, (dosis harian atau mingguan) dan ibadronat (dosis bulanan)
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Thomas,2007). Hal ini berkaitan dengan golongan obat bifosfonat
yang menjadi pemberian terbanyak setelah kalsium dan vitamin D.
Menurut FDA pada umumnya terapi pengobatan osteoporosis
menggunakan golongan bifosfonat, begitu juga dengan guidelines
lainnya.
Menurut panduan tata laksana terapi farmakologi dari Dipiro
(2015), algoritma pencegahan osteoporosis perubahan gaya hidup
menjadi penanganan pertama pada pasien dengan adanya trauma
fraktur atau nyeri dan gejala osteoporosis. Perubahan gaya hidup ini
didampingi dengan pemberian asupan kalsium 1200 mg/hari dan
vitamin D 800-1000 unit/hari, untuk terapi lini pertamanya adalah
menggunakan bifosfonat hal ini sama dengan yang dilaksanakan di
RSUP Fatmawati. Pengobatan terbanyak yang diberikan adalah dengan
suplementasi kalsium dan vitamin D dan pengobatan lini pertamanya
adalah bifosfonat.
4.2.4.2. Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi merupakan terapi pendukung untuk
masa pengobatan yang dijalani. Dalam pengobatan osteoporosis ini
terdapat beberapa terapi pendukung saat menjalani terapi obat. Ada
beberapa jenis terapi pendukung untuk terapi osteoporosis yang
umumnya disesuaikan dengan faktor usia, ketahanan tubuh, tingkat
gejala yang diderita, dan lama waktu pasien menderita penyakit
tersebut. Menurut catatan rekam medis pasien penderita osteoporosis
mendapatkan terapi non farmakologi berupa, fisioterapi, intervensi
latihan otot, pemberian nutrisi, dan edukasi perubahan gaya hidup.
Dari data yang didapatkan terbanyak adalah dengan anjuran
melaksanakan perubahan gaya, lalu anjuran melaksanakan fisioterapi,
olahraga, nutrisi dan terapi lain-lain, dan tidak melakukan terapi non
farmakologi satu pasien.
Dalam meningkatkan kepatuhan pasien dokter dan apoteker
akan memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sedang diderita dan pengobatan yang sedang dijalani. Pemberian
edukasi ini menuntut pasien untuk mengubah gaya hidup yang dijalani.
Perubahan gaya hidup tersebut meliputi asupan kalsium dan nutrisi
secara umum seperti kalium, protein, dan mineral-mineral lainnya,
latihan beban, pencegahan jatuh, selain itu juga penggunaan pelindung
pinggul, yang bertujuan mengurangi dampak jatuh ke pinggul telah
disarankan (Bergman, et.al., 2011).
Pemberian terapi non farmakologi dengan fisioterapi
merupakan salah satu pilihan di RSUP Fatmawati. Fisioterapi
dilakukan oleh ahli fisioterapis. Fisioterapi yang dilakukan di RSUP
Fatmawati meliputi TENS, SWD, MWD, Diatermi, US. Penggunaan
fisioterapi dalam terapi penyakit osteoporosis adalah untuk
mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman, selain itu juga mampu
meningkatkan perbaikan kekuatan tulang dan otot dan memperlambat
degenerasi tulang, serta digunakan sebagai pengobatan untuk
meningkatkan keseluruhan mobilitas dan postur tubuh, dan untuk
mencegah jatuh dan patah tulang pada tingkat pencegahan primer dan
sekunder lebih lanjut (Swanenburg,et.al., 2003).
Terapi non farmakologi selanjutnya adalah pemberian latihan
atau olahraga kepada pasien. Beberapa latihan yang diberikan adalah
back exercise, mobilisasi fisik, latihan kekuatan otot, peregangan,
aerobik. Selain itu anjuran untuk melakukan olahraga secara rutin
diberikan kepada pasien. Hal ini serupa dengan International
Osteoporosis Foundation rekomendasi latihan merupakan hal yang
penting untuk memelihara dan membangun kekuatan tulang. Salah satu
anjuran latihan yang dilakukan untuk perempuan postmenopausal yang
rentan terhadap osteoporosis adalah peningkatan ketahanan tubuh,
seperti berjalan, berlari selama 20 menit, lalu dengan latihan lompat,
latihan ini dilakukan setelah 6 bulan latihan ketahanan tubuh, dan
terakhir adalah latihan penguatan tubuh seperti latihan beban. Latihan
dalam porsi cukup dan teratur memberikan rangsangan mekanik pada
kontraksi otot tulang belakang dan bagian lain sehingga menstimulasi
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pembentukan tulang (Lane,2006). Selain ketiga latihan tersebut latihan
yang perlu diperhatikan adalah latihan fleksibilitas tubuh yakni
melakukan peregangan pada tubuh. Latihan ini dilakukan sebelum dan
sesudah.
4.2.5. Obat Penyerta
Penyakit penyerta pada pasien osteoporosis akan menjalani prosedur
terapi tersendiri. Dari data yang didapat pertama untuk penyakit hipertensi
obat yang paling sering diresepkan adalah amlodipin. Amlodipin merupakan
obat antihipertensi golongan Calcium Canal Blocker. Menurut National Heart
Foundation of Australia Golongan ini menjadi salah satu rekomendasi umum
dalam terapi hipertensi dengan kombinasi bersama golongan ARB atau ACE
inhibitor. Adanya kombinasi obat ini lebih aman digunakan untuk pasien yang
memiliki riwayat diabetes mellitus dan dislipidemia. Kelebihan amlodipin
tidak memiliki kontraindikasi yang serius seperti golongan obat hipertensi
yang lain, sehingga secara umum penggunaanya lebih aman. Namun risiko
efek samping dari obat ini yang bisa menyebabkan gagal jantung
(Anderson,et.al, 2016).
Kedua untuk penyakit gangguan jantung terdiri dari beberapa jenis
penyakit yaitu jantung kongestif,penyakit arteri koroner,penurunan curah
jantung. Obat yang paling sering digunakan adalah Simarc (warfarin sodium)
sebagai pengencer darah digunakan mencegah penggumpalan darah pada
penderita fibrilasi atrium untuk mencegah stroke , Concor (bisoprolol) sebagai
pengobatan gagal jantung dan menurunkan tekanan darah , Ascardia
(Asetosal) sebagai antiplatelet (menghambat pembekuan darah) digunakan
pada penderita infark miokard dan serangan stroke , Nitrokaf (Gliseril
Trinitrat) digunakan untuk memperlebar pembuluh darah dan membantu
meningkatkan kerja jantung. . Masing-masing penyakit mempunyai karakter
sendiri dalam proses terapinya, namun mempunyai muara yang sama yakni
gagal jantung, dan pengobatannya saling berkesinambungan (Clyde,et.al
2013).
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kemudian osteoartritis merupakan penyakit penyerta yang umumnya
menyerang penderita osteoporosis. Obat yang paling sering diresepkan adalah
Glukosamin. Glukosamin merupakan suplemen yang digunakan secara luas
untuk pengobatan osteoartritis, bertindak sebagai kondroprotektor yang
membantu memperlambat kerusakan dan membangun kembali tulang rawan,
sehingga dapat membantu mencegah osteoarthritis. Obat ini tergolong aman
untuk dikonsumsi dalam jangka panjang. golongan obat lain seperti NSAID
(non steroidal anti-inflamatory drug) ditujukan untuk mengurangi nyeri akibat
radang dari osteoartritis. Menurut penelitian sebelumnya NSAID
menyebabkan efek samping terhadap gastrointestinal kepada beberapa
penderita osteoartritis sehingga pemakaian perlu dipertimbangkan jika terjadi
efek samping (Karen,et.al. 2000).
Diabetes menjadi penyakit penyerta keempat yang diderita sebagian
pasien osteoporosis di RSUP Fatmawati. Obat yang paling banyak diresepkan
adalah metformin. Menurut American College Physicians memberikan
guideline terbaru bahwa penggunaan metformin menjadi obat lini pertama
untuk pengobatan diabetes tipe 2, sehingga penggunaan obat ini menjadi
paling banyak diresepkan sesuai dengan panduan yang ada. Selain itu
metformin juga tergolong obat yang aman dan efektif untuk pengobatan
diabetes (Romesh, 2018).
Selanjutnya dislipidemia merupakan penyakit kelebihan kadar
kolesterol dalam darah yang memiliki potensi adanya stroke atau penyakit
jantung yang lain. Pada peresepan di RSUP Fatmawati obat yang digunakan
adalah simvastatin. Simvastatin menurut beberapa penelitian golongan statin
merupakan obat yang paling efektif dan aman untuk menurunkan kadar LDL
hingga ≥50 % , selain itu penggunaan statin dikaitkan dengan pengurangan
risiko relatif pada Miokard Infark, revaskularisasi koroner, dan stroke
(Edward, 2017)
4.2.6. Hubungan Keluhan Nyeri dengan Pemberian Terapi Obat
Penelitian ini menggunakan analisis bivariat, aspek kajian penelitian
ini adalah menghubungkan keluhan nyeri dengan pemberian terapi obat.
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keluhan nyeri meliputi keluhan tunggal dan keluhan ganda. Catatan rekam
medis menjadi acuan dalam menentukan hubungan ini. Hasil yang didapat
hubungan antara keluhan nyeri dengan pemberian terapi memiliki hubungan
yang signifikan. Uji statistik dari analisis bivariat ini menggunakan uji chi-
square. Nilai Asymp. Sig didapat 0,009 dari acuan jika analisis berhubungan
dengan nilai <0,05. Maka analisis antara keluhan nyeri dengan pemberian
terapi obat berhubungan secara signifikan.
4.3. Keterbatasan Penelitian
4.3.1. Kendala
Pengambilan data dan jumlah sampel, pada proses pengambilan data
terdapat beberapa pasien yang mempunyai data-data yang kurang lengkap dan
memiliki diagnosis lain dengan kriteria yang diinginkan peneliti. Sehingga
menyebabkan jumlah sampel yang memenuhi semakin sedikit.
4.3.2. Kelemahan
Penelitian deskriptif retrospektif, pada penelitian deskriptif hanya
dapat dilakukan demografi berupa hasil analisis ketepatan untuk mengetahui
profil pengobatan pada terapi yang digunakan oleh pasien. Selain itu metode
retrospektif , dimana waktu kejadian sudah terjadi , tidak dapat dilakukan
pertanyaan langsung kepada pasien
a) Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang masuk ke dalam penelitian sedikit dikarenakan kasus
penderita osteoporosis yang jarang di RSUP Fatmawati.
b) Penelitian ini tidak bisa dibilang seutuhnya rasional, dikarenakan penilaian
diagnosis tidak dilakukan secara langsung, melainkan menarik kesimpulan
dari diagnosis yang tercatat di rekam medis.
4.3.3. Kekuatan
Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan di RSUP
Fatmawati, maka diharapkan penelitian ini menjadi referensi dan gambaran
profil pengobatan obat di RSUP Fatmawati, dan diharapkan mampu
dikembangkan lagi oleh peneliti lain terkait dengan kasus penyakit
osteoporosis di RSUP Fatmawati.
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari Hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
a. Hasil penelitian menunjukkan terapi obat yang paling sering digunakan di RSUP
Fatmawati adalah terapi menggunakan kalsium dan vitamin D
b. Fisioterapi merupakan terapi non farmakologi yang banyak dilakukan di RSUP
Fatmawati
c. Penyakit penyerta pada pasien rawat jalan osteoporosis paling banyak adalah
osteoarthritis sebanyak 60,3%
d. Obat Penyerta paling banyak digunakan untuk penyakit osteoarthritis adalah
glukosamin, hipertensi amlodipin, penyakit gangguan jantung adalah simarc,
concor, ascardia, nitrokaf, diabetes metformin, dislipidemia simvastatin.
e. Terdapat hubungan antara faktor jumlah keluhan nyeri pasien dengan faktor
pemberian obat kombinasi
5.2. Saran
a. Perlu adanya mencantumkan jangka lama waktu penggunaan obat pasien disaat
menjalani terapi agar menjadi salah satu acuan dalam melihat profil pengobatan
pasien osteoporosis
b. Perlu adanya kolaborasi antartenaga kesehatan dalam meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan kepada pasien rawat jalan RSUP Fatmawati Jakarta Selatan,
sehingga didapatkan terapi yang efektif, aman, dan tepat.
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Cosman Felicia, et al. 2014. The Clinician’s Guide to Prevention and Treatment of
Osteoporosis, 12-16, Washington. National Osteoporosis Foundation
Di Piro, J.T., Tailbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M. 2005.
Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach. 6 Th ed.Vol 5, ( pg 1645-1661)
USA : Mc Graw Hill. P 1205407
I Ketut Siki Kawiyana, 2009. Osteoporosis Patogenesis Diagnosis dan Penanganan
Terkini. Denpasar. FK UNUD
Adlina Elsa, Fariani Syahrul. 2015. Rasio Risiko Osteoporosis Menurut Indeks Massa
Tubuh, Paritas, dan Konsumsi Kafein. Surabaya. FKM Universitas Airlangga
Tripathy, Amruta. et al. 2015. A Retrospective Study of Clinical Profile and Drug
Prescribing Pattern in Osteoporosis in A Tertiary Care Hospital . Manipal .
Kasturba Medical College.
Bowles K Susan, 2010, Drug Induced Osteoporosis,(pg 203-214). New York, PSAP
Ravn Pernille, et.al .2000. Alendronate in Early Postmenopausal Women : Bone Mass
During Long Term Treatment and after Withdrawal. The Journal of Clinical
Endocrinology and Metabolism
Gallager, J.C. & Tella, S.H. 2013. Controversies in Osteoporosis Management:
Antiresorptive Therapy for Preventing Bone Loss:to Use One or Two
Antiresorptive Agents?. Clinical Obstetrics And Gynecology.
Anonim. 2015. Data dan Kondisi Penyakit Osteoporosis di Indonesia. Jakarta.
KEMENKES RI
Anonim. 2008. KMK RI tentang Pedoman Pengendalian Osteoporosis, Jakarta.
KEMENKES RI
Prihatini, Sri. et al. 2010. Faktor Determinan Risiko Osteoporosis di Tiga Provinsi di
Indonesia. Jakarta. Media Litbang Kesehatan
Munawaroh, Arum. 2013. (Skripsi) Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Perilaku
Pencegahan Osteoporosis pada Mahasiswi di Universitas Singaperbangsa
Karawang Tahun 2013. Jakarta. FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Cevikoi Alev, et al. 2011. The relationship between bisphosphonate use and demographic
characteristics of male osteoporosis patient. Sao Paulo. US National Library of
Medicine National Institus of Health
Thomson Tommy, et.al. 2004. Bone Health and Osteoporosis : A Report of the Surgeon
General. Rockville. Office of Surgeon General.
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Anonim. 2015. Management of Osteoporosis and the Prevention of Fragility Fractures, (pg
39-40 ; 51-55) Edinburgh, Scottish Intercolleagiete Guidelines Network.
Cosman, F .et,al. 2014, Clinical Guide to Prevention and Treatment of Osteoporosis USA,
(pg 9 ; 12-20 ; 25-28) American Academy of Pain Medicine (AAPM), American
Association of Clinical Endocrinologists (AACE), American Orthopaedic
Association (AOA), American Osteopathic Association (AOA), American
Society for Bone and Mineral Research (ASBMR), and International Society for
Clinical Densitometry (ISCD)
Undang-undang No.44. 2009. Rumah Sakit. Republik Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan (PerMenKes) No.340. 2010. Klasifikasi Rumah Sakit : Jakarta
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
lib.ui.ac.id/file?file=digital/125608-S-5852-Analisis%20pelayanan-Literatur.pdf diunduh
pada 6 Juli 2018.
Body, J-J. Et.al. 2011, Non-pharmacological management of osteoporosis: a consensus of
the Belgian Bone Club, Belgia, Springer Osteoporosis International.
Anonim, 2008, Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan, Jakarta, Kemenkes RI
Zehnacker CH, Bemis‐Dougherty, 2007, A. Effect of Weighted Exercises on Bone Mineral
Density in Post Menopausal Women A Systematic Review. Journal of Geriatric
Physical Therapy. 2007; 30(2):79-88.
J. Dawane, Dhande P. 2016. Advances in Non-Pharmacological and Pharmacological
Management of Osteoporosis, Vidyapeeth, Department of Pharmacology, Bharati
Vidyapeeth Deemed University Medical College, India.
Messalli, Enrico. Cono Scaffa. 2009. Long-term Safety and Efficacy of Raloxifene in
Prevention and Treatment of Postmenopausal Osteoporosis : an update.
International Journal of Women’s Health
Kling, Juliana. Et.al. 2014. Osteoporosis Prevention, Screening, and Treatment : A Review.
Journal of Women’s Health.
FJ, Demayo. Et.al. 2002. Mechanism of Action of Estrogen and Progesterone. US National
Library of Medicine National Institutes of Health.
Messalli Enrico, 2010, Long-term safety and efficacy of raloxifene in prevention and
treatment of postmenopausal osteoporosis : an update, International Journal of
women’s Health
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Anonim, 2015, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI : Data & Kondisi
Penyakit Osteoporosis di Indonesia, Jakarta, Kemenkes RI.
Setyorini, Ayu., Et.al, 2009, Pencegahan Osteoporosis dengan Suplementasi Kalsium dan
Vitamin D pada Penggunaan Kortikosteroid Jangka Panjang, Denpasar. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Schwinghammer, T.L. 2015. Chapter 3 : Osteoporosis. Dalam : J.T. Dipiro penyunt.
Pharmacotherapy Handbook 9th
ed. United State of America : McGraw-Hill
Companies. Inc. P.16
Siew, Chan Pheng. Et.al,. 2012, Clinical Guidance on Management of Osteoporosis,
Selangor. (pg 28-37 ; 40-42) Persatuan Osteoporosis Malaysia.
Utomo, Margo. Et.al. (skripsi) 2010, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepadatan
Tulang pada Perempuan Postmenopause, Semarang. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang.
Tortora dan Derrickson, 2011, Lampung, Tinjauan Pustaka II 1. Sistem Rangka Tulang
Manusia. digilib.unila.ac.id/6846/14/BAB%2011.pdf. diperoleh 20 Maret 2018
Vasiliadis. Haris and Konstantinos Tsikopoulos. 2017. Glucosamine and chondroitin for the
treatment of osteoarthritis. US. World Journal of Orthopedics.
Walker, Bone. et.al. 2000. Medical management of Osteoarthritis. London. The British
Medical Journal.
Anderson, Craig. et.al. 2016. Guideline for the diagnosis and management of hypertension
in adults. (pg 37,38) Melbourne. National Heart Foundation of Australia.
Raz, Itamar. 2013. Guideline Approach to Therapy in Patients With Newly Diagnosed Type
2 Diabetes. Bristol. American Diabetes Association.
Calvert. et.al. 2008. Acute metformin therapy confers cardioprotection against myocardial
infarction via AMPK-eNOS-mediated signaling. US National Library of Medicine
National Institutes of Health.
Khardori, Romesh. 2018. Type 2 Diabetes Mellitus Treatment & Management. Virginia.
Departement of Internal Medicine, Eastern Virginia Medical School.
Carreras, Edward and Donna Polk. 2017. Dyslipidemia : Current Therapies and Guidelines
For Treatment. Boston. Brigham and Women’s Hospital.
Ito MK. 2012. Dyslipidemia : management using optimal lipid-lowering therapy. US
National Library of Medicine National Institutes of Health.
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Stein, James. et.al. 2008. 2008 Guideline for The Diagnosis and Management of
Dyslipidemia for Adults ≥ 18 years of Age. (pg 4) Wisconsin. Group Health
Cooperative HMO.
Yancy, Clyde. et.al. 2013. ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure. (pg
275-284) American College of Cardiology Foundation and the American Heart
Association.
Cassar, Andrew. et.al. 2009. Chronic Coronary Artery Disease : Diagnosis and
Management. The Mayo Foundation for Medical Education and Research.
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari Kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2 : Surat Perizinan Data dan Izin Penelitan dari RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16%
84%
Jenis Kelamin
Laki-laki Wanita
0
5
10
15
20
25
40 – 50 tahun
>50 – 60 tahun
>60 – 70 tahun
> 70tahun
Series1 2 13 19 24
Axi
s Ti
tle
Persebaran Golongan Umur
Lampiran 3 : Hasil grafik
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
0
5
10
15
20
25
30
35
TulangPinggul
TulangBelakang
TulangPergelan
ganTangan
Lutut(patela)
TulangBahu
Pergelangan
kaki/tibia,fibula
Femur
Series1 14 34 7 9 2 6 3
Axi
s Ti
tle
Lokasi Nyeri/Fraktur
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Hipertensi
Gangguanjantung
Osteoartritis
DiabetesMellitus
Dislipidemia
tidak ada
Series1 24 12 39 10 2 13
Axi
s Ti
tle
Penyakit Penyerta
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
67,2%
29,3%
3,4%
Jumlah Keluhan
Keluhan Tunggal Keluhan Ganda 2 Keluhan Ganda 3
0
5
10
15
20
25
30
35
Kalsium
Vitamin D
Bifosfonat
Kalsitonin
Esterogen
Hormon
Esterogen
Hormon
Paratiroid
Lain-lain
tidakada
Series1 34 21 20 3 0 0 3 7 8
Axi
s Ti
tle
Terapi Farmakologi
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34,5%
36,2%
5,2%
6,9% 17,2%
Penggolongan Jenis Terapi Obat Tunggal Kombinasi 2 obatKombinasi 3 obat Kombinasi 4 obatTidak ada
43,8%
2%
23,4%
27,5%
2% 1%
Terapi Non Farmakologi
Perubahan gaya hidup Nutrisi Olahraga
Fisioterapi Lain-lain Tidak ada
73
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No Nama Pasien No RM Jenis
Kelamin
Tanggal
Lahir/Usia
Pendidikan Pekerjaan Keluhan
Nyeri/Fraktur
Terapi
Farmakologi
Terapi non
Farmakologi
Penyakit
Penyerta
Hasil Tes*
1 Sardjiyem Karman 01437389 Perempuan 13 Mei 1957
/ 59
SD Ibu rumah
tangga
Tulang
pinggul,
tulang
belakang
Tidak ada Fisioterapi =
Diatermi,
Tens ;
Olahraga
=Back
exercise ;
Edukasi
tidak ada tidak ada
2 Ratnawati Urip 01328496 Perempuan 12 Maret
1939 / 77
SMA Ibu rumah
tangga
lain-lain :
tulang lutut
Vitamin D :
Kalkatriol
Edukasi ;
Olahraga =
latihan
peregangan,
endurance ;
Fisioterapi =
Tens,
Diatermi
Hipertensi,
OA,
Penurunan
Cardiac
Output
Tes Radiografi
('15) bagian
Vertebrae
lumbosacral
proyeksi Ap/Lat,
dan Genu Bilateral
Proyeksi Ap/Lat
3 Saanih 01449912 Perempuan 10 Juni
1962 / 56
SD Pegawai Tulang
pinggul
Kalsium :
Osteocal ;
Bifosfonat :
Actonel
Edukasi tidak ada tidak ada
4 Marry Poliman 01421713 Perempuan 19 Juni
1933 / 84
Perguruan
tinggi
Ibu rumah
tangga
Tulang Bahu Tidak ada Fisioterapi =
Diatermi,
Tens ;
Olahraga
OA, LBP,
Jantung
kongestif,
Hipertensi
tidak ada
5 Liana Ratna
Budiarso
00702101 Perempuan 30 Juni
1935 / 81
Perguruan
tinggi
Ibu rumah
tangga
Tulang
belakang
Kalsium : Cal
95 ; vitamin
D : Bone One
; Bifosfonat =
Bonviva
Fisioterapi =
Diatermi,
Tens, Pijat,
MWD
OA, Jantung
Kongestif
CT Scan bagian
pelvis ('16) ; Tes
radiografi bagian
wrist joint kanan
proyeksi AP &
Lateral.
74
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6 Sri Hartati 00036906 Perempuan 20 April
1948 / 68
Perguruan
tinggi
Pensiunan Tulang
pergelangan
kaki, tulang
belakang
Kalsium =
Cavit D3 ;
Vitamin D =
Kolkatriol ;
Bifosfonat =
Actonel,
Bonviva ;
lain-lain =
Ossoral 800
Edukasi tidak ada tidak ada
7 Nuraini Umar 00217536 Perempuan 30
November
1934 / 82
SMA Ibu rumah
tangga
Tulang
belakang,
Tulang
pinggul
Bifosfonat =
Renandronate,
Allovel
Fisioterapi =
SWD, Tens ;
Olahraga =
latihan
punggung
OA,
Hipertensi,
DM
tidak ada
8 Herawati Wahid 00011112 Perempuan 24 April
1966 / 51
Perguruan
tinggi
Ibu rumah
tangga
tulang
belakang,
tulang
pinggul
Kalsium =
osteocal,
CaCO3 ;
Vitamin D :
Kalkatriol,
lain-lain :
protos (15')
Fisioterapi =
SWD, Tens ;
Olahraga
OA, ITP Tes Radiografi
(17) Vertebra
thorakal. =
osteopenia.
9 Masrofah Rohmani 00376806 Perempuan 17 April
1976 / 40
Perguruan
tinggi
Pegawai Tulang
belakang,
Tulang
pergelangan
tangan
Kalsium =
Cavit D3
Edukasi ;
Olahraga =
Latihan
pergelangan
tangan
OA Tes radiografi (13)
Vertebra
10 Sri Suhartinah 01387700 Perempuan 15 Oktober
1943 / 73
Perguruan
tinggi
Ibu rumah
tangga
Tulang
belakang
Vitamin D =
Kolkatriol ;
Bifosfonat =
Bonviva
Edukasi =
Pain
Management
Skoliosis tidak ada
75
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11 Suryamah
Muhammad
01096347 Perempuan 1 Januari
1953 / 63
SMP Ibu rumah
tangga
Tulang
pinggul,
tulang
belakang
Kalsium ;
Bifosfonat =
Bonviva
Edukasi Spondilitis,
Skoliosis
tes radiografi (11)
Lumbosakral
proyeksi AP dan
Lateral, CT Scan
(17) vertebra
lumbosakral
proyeksi AP dan
Lateral.
Osteopenia.
Radiografi (17)
Vertebra
lumbosacral.
Osteopenia
12 Tukimah Hartono 00068899 Perempuan 30 Juli 1958
/ 58
SD Ibu rumah
tangga
lain-lain :
tulang lutut ;
Tulang
pinggul
Kalsium =
Cavit D3
Edukasi tidak ada tidak ada
13 Yetti Rismiati 01343799 Perempuan 23 Februari
1950 / 56
SMA Lain-lain lain-lain =
tulang lutut ;
Tulang
belakang
Kalsium =
Cavit D3 ;
Vitamin D =
Kolkatriol ;
Bifosfonat =
Pro
Bifosfonat
Edukasi ;
Olahraga =
latihan
berdiri,
endurance ;
Fisioterapi =
Tens, US
OA, Fraktur
Kompresi
L3L5
Tidak ada
14 Nurkhasanah Poniran 00398695 Perempuan 25 Maret
1966 / 50
SMA Ibu rumah
tangga
Tulang
pergelangan
tangan ; lain-
lain = kaki
Kalsium =,
CaCO3;
Vitamin D =
Kolkatriol
Edukasi CKD, OA,
Hipertensi
tes radiografi (16)
Pedis kiri,
Proyeksi
AP/Lateral
15 Raminad BA 00663275 Perempuan 29 Juni
1946 / 70
Perguruan
tinggi
Lain-lain Tulang
Belakang
Bifosfonat =
Actonel,
Bonviva
Olahraga =
latihan
kekuatan otot
; Fisioterapi =
SWD, Tens
OA, Jantung
Kongestif
tes radiografi (16)
Corpus vertebra
L2 , Densitometri
nilai T score radius
total = -2,7 ;
Wards = -2,1 ; L4
= - 2
76
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16 Flora Situmorang 00708759 Perempuan 25 Maret
1949 / 67
SMA Ibu rumah
tangga
Lain-lain =
lutut
tidak ada Fisioterapi =
MWD, Tens,
Diaterni (cek
BMD)
Hipertensi,
OA, DM
tidak ada
17 Suhandi
Anggawidjaja
01433559 Laki-laki 8 Mei 1964 /
52
SMA Wiraswasta Lain- lain =
kaki
Tidak ada lain-lain = Pro
Asses,
Diagnosa
tidak ada tidak ada
18 Madu retno larasati 01339750 Perempuan 14
November
1949 / 67
SMA Ibu rumah
tangga
Lain - lain =
telapak kaki,
Tulang
belakang
Kalsium :
Osteocal ;
Edukasi OA tes radiografi
straight lumbal
19 Sudiyanti Djoko
Pramono
00296330 Perempuan 30 Agustus
1946 / 70
SMA Ibu rumah
tangga
Lain -laik =
kaki
Kalsium =
Cavit D3 ;
Osteocal,
Actonel,
kolkatriol
(14) ,
Edukasi DM,
Dislipidemia
Densitometri (08) ,
AP Spine T score<
-2,5 ; left femur -
2,7 ; left forearm -
5,2 => (09) AP
Spine , <-2,5
(perbaikan) ;Left
femur -2,6
(perbaikan) ; left
forearm -5,3
(perbaikan)
20 Yusnidar Herawati 01421622 Perempuan 18
Desember
1958 / 56
SMA Pegawai Lain-lain =
sendi-sendi,
telapak kaki
Kalsium =
Cavit D3
Edukasi OA tes radiografi
(2016)
21 Linda Chamiza 00947118 Perempuan 8 September
1949/ 67
Perguruan
tinggi
Lain-lain Tulang
Belakang,
Lain-lain :
sendi-sendi
kalsium =
Cavit D3 ;
Bifosfonat =
Actonel
Edukasi OA,
Hipertensi
Tes BMD
(densitometri)
(2016) , AP Spine
T score < -2,5 ,
Left Fore arm -4,7
, Right femur -2,8
; (2017) Ap Spine
77
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
< -2,5 (makin
parah), Left
forearm -4,5
(perbaikan) , right
femur -2,4
(perbaikan)
22 Sukarman
sutodikromo
01119199 Laki-laki 8 Maret
1941 / 75
SMA Pensiunan Tulang
Pinggul
Lain-lain =
Protos
Olahraga =
Latihan ;
Fisioterapi =
MWD, TENS
CKD, OA,
Hipertensi
tidak ada
23 Legiyem Sutrisno 01439357 Perempuan 8 April 1942
/ 74
SD Ibu rumah
tangga
Tulang
belakang
Tidak ada edukasi =
menggunakan
alat bantu
jalan ;
Olahraga =
latihan ;
Fisioterapi =
MWD, TENS
OA, Skoliosis,
Hipertensi
tidak ada
24 Mastiara 01470573 Perempuan 7 Juni 1958/
58
SD Ibu rumah
tangga
Tulang
belakang
Vitamin D =
Kolkatriol ;
Kalsitonin =
Miacaleic
Edukasi OA, DM,
Hipertensi
tidak ada
25 Siti Anggraeni 00979157 Perempuan 10
September
1948 / 68
SMP Ibu rumah
tangga
Tulang
belakang
Kalsium =
Osteocal
Edukasi ;
Olahraga =
latihan jalan;
Fisioterapi =
TENS, SWD,
Diatermi,
pijat
OA,
Hipertensi ,
Riwayat
Jantung.
tidak ada
26 Minarni Djong 01322069 Perempuan 12
September
1933 / 83
Tidak
Sekolah
Lain-lain Tulang
belakang ;
Lain-lain =
tungkai, lutut
Vitamin D =
Kolkatriol ;
Kalsium =
Cavit D3 ;
Bifosfonat =
Edukasi,
Nutrisi
OA,
Spondilitis TB
(2015)
MRI (2016)T1 T2
fat sat, pot sagital
axial tanpa kontras
gada lineum.
78
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Actonel,
Bonviva
27 Feronika Sinaga 01183655 Perempuan 8 September
1946 / 70
SMP Ibu rumah
tangga
Tulang
pinggul,
tulang
belakang
Kalsium =
Kalsium 95 ;
Bifosfonat =
Bonviva ;
Kalsitonin =
Miocalcic ;
Lain-lain =
Protos
Edukasi =
Support
mental ;
Olahraga =
Latihan
berdiri ;
Fisioterapi =
SWD, TENS,
Diatermi
Kejang,
Hipertensi
tidak ada
28 Een binti Nalong 01439662 Perempuan 7 September
1947 / 69
SD Lain-lain Tulang
belakang
Vitamin D =
Kolkatriol
Tidak ada Hipertensi tidak ada
29 Martje Lava manu 01446358 Perempuan 24 Maret
1947 / 69
SMA Ibu rumah
tangga
Tulang
Pinggul,
Lain-lain :
Tungkai kaki
Tidak ada Olahraga :
Latihan,
Rehabilitasi
30 Remi Kamsah 01328362 Laki-laki 68 SMA Tidak
Bekerja
Tulang
Belakang
Vitamin D =
Kolkatriol ;
Kalsium =
Cavit D3
Olahraga =
Latihan ;
Fisioterapi =
MWD, TENS
Hipertensi,
Batu ginjal,
Skoliosis ,
kifosis
tidak ada
31 Andi Ratna M 01434285 Perempuan 8 Mei 1944 /
72
SMA Ibu rumah
tangga
Tulang
belakang
Tidak ada Edukasi ;
Olahraga =
latihan jalan ;
Fisioterapi =
MWD,
TENS,
Program
rehab medik
OA X ray (16) Perlvis,
Radiolografi
vertebra
lumbosakral (16)
79
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32 Suryanti Abdul
Hamid
00399088 Perempuan 20 Januari
1953 / 63
SMA Pensiunan Tulang
pinggul,
tulang
belakang
Vitamin D =
Kolkatriol ;
Kalsium =
Cavit D3
Edukasi =
Pain
Management ;
Olahraga =
Back Exrcise
; Fisioterapi =
TENS, MWD
OA, Afrial
fibrilasi
tidak ada
33 Saulan Elisabet
Pardede
00049846 Perempuan 2 Juli 1942 /
74
Perguruan
tinggi
Ibu rumah
tangga
Tulang
belakang
Kalsium=
Cavit D3
Edukasi =
Cek BMD,
DLL
OA, GERD Tes radiografi,
tulang lumbal.
34 Chati Ahmad Suhebi 01408201 Perempuan 12
September
1945 / 71
SMA Pensiunan Lain-lain =
Femur (paha)
Kalsium =
Kalsium 95
Fisioterapi ;
Olahraga =
Mobilisasi
fisik ; Edukasi
Close fracture
supracondyler
femur post orif
tidak ada
35 Zulkarnaen Drs 00793708 Laki-laki 1 Agustus
1938 / 78
Perguruan
tinggi
Pensiunan Tulang
pergelangan
tangan
Vitamin D =
Kolkatriol,
CaCO3 ;
Kalsium =
Cavit D3
Edukasi OA, DM ,
gangguan
eliminasi
BAK,
gangguan
curah jantung
tes radiografi (15)
Pelvis proyeksi AP
lateral Manus
bilateral proyeksi
AP/Lateral
36 Tjen Lie Yoen 01451506 Perempuan 27 Agustus
1942 / 74
SMA Ibu rumah
tangga
Tulang
pinggul,
tulang
belakang
Tidak ada Edukasi ;
Lain-lain =
Explorasi,
Cek BMD,
GDN x GDPP
x-ray lutut
Spinal
Stenosis
tidak ada
37 Jumeni Karma 01439106 Perempuan 1 Juli 1957 /
59
SD Ibu rumah
tangga
Lain-lain =
Femur (paha)
Vitamin D=
Kolkatriol ;
Bifosfonat =
Bonviva
Edukasi Tidak ada tidak ada
80
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38 Saimin Mardisasmito 01432018 Laki-laki 16 Juni
1943 / 73
SMA Pensiunan Tulang
belakang
Kalsium =
Osteocal ;
Hormon
Paratiroid =
TSH
Edukasi OA, Susp TB,
hipotyroid
tidak ada
39 Haydir Mahfud 01405769 Laki-laki 27 Maret
1964 / 52
Perguruan
tinggi
Pegawai Lain-lain =
lutut
Vitamin D =
Kolkatriol ;
Kalsium =
Cavit D3
oscal
edukasi close fracture
distal tibia dx
post orif
tidak ada
40 Nurbillah 01447363 Perempuan 2 Februari
1963 / 53
SMP Ibu rumah
tangga
Tulang
belakang
Bifosfonat =
Pro bifosfonat
Edukasi ;
Olahraga =
latihan
marker
turunan
tidak ada tidak ada
41 Silmi Patioran 00213409 Perempuan 24 Juli 1943
/ 73
Perguruan
tinggi
Ibu rumah
tangga
Tulang
pinggul,
tulang
belakang
Vitamin D =
Kolkatriol ;
Kalsium =
Cavit D3, ,
Cal 95;
Bifosfonat =
Actonel ;
Kalsitonin =
Miocalcic
Fisioterapi =
SWD, TENS,
US ; Edukasi
Hipertensi, Tes radiografi (09)
, Tes BMD,Spine
T score, -1,2 s/d -
2,0 left femur -2,1
left forearm radius
total -3,0
42 Suparni
Kasandikromo
01255464 Perempuan 1 Februari
1948 / 68
SD Ibu rumah
tangga
Tulang
belakang,
Lain-lain =
bahu, lutut
Tidak ada Edukasi ;
Olahraga =
Latihan ;
Fisioterapi =
SWD, TENS,
Hidroterapi
OA, DM tidak ada
43 Djumilah 00733310 Perempuan 25 Mei 1951
/ 65
SMP Ibu rumah
tangga
Tulang
pergelangan
tangan
Kalsium =
Cavit D3
Edukasi DM, OA tidak ada
81
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44 Lily R Juliatie 00950956 Perempuan 3 Juli 1948 /
68
Perguruan
tinggi
Pensiunan Tulang
belakang
Kalsium =
CaCO3 ;
Cavit D3 ;
Bifosfonat =
Bonviva
Edukasi Hipertensi,
DM, OA
tes lab vitamin D,
(15) 6,3 ng/ml =
defisiensi ; 31,5
ng/ml = sufisiensi,
(17)
45 Maimunah Sudarman 00100617 Perempuan 5 Mei 1941 /
75
SMA Lain-lain Lain-lain =
lutut
Vitamin D =
Cavit D3
Edukasi OA,
Hipertensi,
Tes BMD (14)
Vertebra Tscore : -
1,1 s/d - 2,0 ;
Femur < -2,0 Tes
radiografi (12)
Genu bilateal
proyeksi AP
literal, Vertebra
lumbal AP lateral.
46 Karni SH 00479744 Perempuan 24 April
1945 / 71
Perguruan
tinggi
Pensiunan Tulang
pinggul,
tulang
pergelangan
tangan
Kalsium =
Osteocal ,
Cavit D3 ;
Hormon
Paratiroid
Edukasi ;
Olahraga =
latihan
Dislipidemia,
OA,
Tes radiografi (17)
osteopenia
47 Lasem M Sujoko 01407232 Perempuan 5 Desember
1965 / 51
Tidak
Sekolah
Ibu rumah
tangga
Tulang
belakang
Kalsium =
Cavit D3
Edukasi =
menjaga
kebugaran,
Pijat ;
Fisioterapi =
SWD, TENS
(buat OA)
DM 2,
Hipertensi,
Konstipasi
Tidak ada
82
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48 Arsyad Ilyas 00538169 Laki-laki 19 Agustus
1937 / 79
Perguruan
tinggi
Pensiunan Tulang
belakang ;
lain-lain =
femur (paha)
Kalsium =
Cal 95 ;
Bifosfonat =
Actonel,
Bonviva ;
lain-lain =
Ossoral 800
Edukasi ;
Olahraga =
latihan
punggung ;
Fisioterapi =
MWD,
TENS,
Hidroterapi,
Dry Needle
gangguan
curah jantung
tes radiografi (16)
Vertebra
lumbosacral
proyeksi AP lateral
49 Ng Khioen Tjeuw 01431917 Perempuan 4 Juli 1950 /
66
SMA Ibu rumah
tangga
Tulang
belakang
Kalsium =
Osteocal ;
Bifosfonat =
Actonel
Edukasi ,
Fisioterapi =
SWD, TENS
OA tidak ada
50 Abdur rahman H 01393434 Laki-laki 10 Juli 1949
/ 67
SMA Tidak
Bekerja
Tulang
belakang
Kalsium=
Cavit D3 ;
Bifosfonat =
Bonviva
Edukasi DM,
Hipertensi
Tes radiografi (17)
Thorcolumbosacral
AP.
51 Nyi Saripah 00042914 Perempuan 31
Desember
1951 / 65
SD Tidak
Bekerja
Tulang
belakang
Kalsium =
Cal 95,
Osteocal ;
Bifosfonat =
Actonel
Edukasi =
melakuka
relaksasi ;
Fisioterapi =
SWD, TENS
OA, gangguan
curah jantung,
tidak ada
52 Syahriar Hamid 00029903 Laki-laki 6 Juni 1932
/ 84
Perguruan
tinggi
Lain-lain Tulang
belakang
Kalsium =
Osteocal
Olahraga =
Latihan ;
Fisioterapi =
MWD, TENS
DM, CAD tes radiografi,
vertebra
lumbosakral,
proyeksi AP &
lateral (osteopenia)
53 Maryati Daniel 00414663 Perempuan 19
September
1943 / 73
SMA Pensiunan Tulang
belakang
Vitamin D =
Kolkatriol
Fisioterapi =
MWD, Tens
OA, CAD tidak ada
83
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
54 Lisnnur Nawangsih 00655355 Perempuan 10 Oktober
1960 / 56
SMA Pegawai Tulang
belakang
Vitamin D =
Kolkatriol
Edukasi ,
Fisioterapi =
SWD, TENS,
US
kolesistektomi,
hipertensi, OA
tidak ada
55 Sri Hastuti Mulyadi 00106672 Perempuan 15 Mei 1942
/ 74
SMA Ibu rumah
tangga
Tulang
belakang
Kalsium =
Osteocal,
Cavit D3* ;
Vitamin D =
Hibone*,
Kolkatriol*;
Bifosfonat =
Allovel* ;
Lain-lain =
Protos,
ossoral 800
Edukasi,
Nutrisi =
paparan sinar
matahari
OA, Retensi
urin, CHF
tidak ada
56 Ilse Hardianto 01120288 Perempuan 7 Agustus
1941 / 75
Perguruan
tinggi
Pensiunan Tulang
belakang,
tulang
pinggul
Vitamin D =
Kolkatriol ;
Kalsium
=Cavit D3
Edukasi ;
Olahraga =
latihan
OA, CAD tidak ada
57 Soetarmi
Hadiprawoto
00112591 Perempuan 27
September
1933 / 83
SMA Ibu rumah
tangga
Tulang
pergelangan
tangan, lain-
lain = lutut
Kalsium =
Osteocal,,
Cavit D3 ;
vitamin D =
Kolkatriol
Edukasi ;
Fisioterapi =
Penguatan
quadriceps ;
Olahraga =
Streching,
Aerobik,
Bersepeda
DM , OA tidak ada
58 Sri Harti 01476777 Perempuan 23
September
1941 / 75
SMA Ibu rumah
tangga
Tulang
pergelangan
tangan
Lain-lain =
Protos, Bon
one
Edukasi =
Manajemen
nyeri
tidak ada tidak ada
84
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5 : Analisis Univariat dan Bivariat
Jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 9 15,5 15,5 15,5
Perempu
an 49 84,5 84,5 100,0
Total 58 100,0 100,0
Kategori_Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 40-50 2 3,4 3,4 3,4
>50-60 13 22,4 22,4 25,9
>60-70 18 31,0 31,0 56,9
>70 25 43,1 43,1 100,0
Total 58 100,0 100,0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Sekolah 2 3,4 3,4 3,4
SD 8 13,8 13,8 17,2
SMP 6 10,3 10,3 27,6
SMA 25 43,1 43,1 70,7
PT 17 29,3 29,3 100,0
Total 58 100,0 100,0
Keluhan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
85
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Valid Keluhan Tunggal 39 67,2 67,2 67,2
Keluhan Ganda 2 17 29,3 29,3 96,6
Keluhan Ganda 3 2 3,4 3,4 100,0
Total 58 100,0 100,0
Terapi_Obat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Obat tunggal 20 34,5 34,5 34,5
Obat kombinasi 1 21 36,2 36,2 70,7
Obat kombinasi 2 3 5,2 5,2 75,9
Obat kombinasi 3 4 6,9 6,9 82,8
Tidak ada 10 17,2 17,2 100,0
Total 58 100,0 100,0
Penyakit_penyerta
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid OA 34 35,4 35,4 35,4
kelainan jantung 32 33,3 33,3 68,8
Diabetes 14 14,6 14,6 83,3
Dislipidemia 6 6,3 6,3 89,6
Tidak ada 10 10,4 10,4 100,0
Total 96 100,0 100,0
86
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jenis_Tes
Analisis Bivariat
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
keluhan_nyeri *
jenis_terapi_obat 58 100,0% 0 0,0% 58 100,0%
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid X-ray 17 17,7 28,3 28,3
CT Scan 2 2,1 3,3 31,7
Pemeriksaan DEXA 4 4,2 6,7 38,3
MRI 1 1,0 1,7 40,0
tidak ada 36 37,5 60,0 100,0
Total 60 62,5 100,0
Missing System 36 37,5
Total 96 100,0
keluhan_nyeri * jenis_terapi_obat Crosstabulation
jenis_terapi_obat
Total obat tunggal
kombinasi 2
obat
kombinasi 3
obat
Kombinasi 4
obat
tidak
ada
keluhan_nye
ri
keluhan tunggal Count 17 15 0 1 6 39
% of
Total 29,3% 25,9% 0,0% 1,7% 10,3% 67,2%
Keluhan ganda 2 Count 3 6 2 3 3 17
% of
Total 5,2% 10,3% 3,4% 5,2% 5,2% 29,3%
Keluhan ganda 3 Count 0 0 1 0 1 2
% of
Total 0,0% 0,0% 1,7% 0,0% 1,7% 3,4%
Total Count 20 21 3 4 10 58
% of
Total 34,5% 36,2% 5,2% 6,9% 17,2% 100,0%
87
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 20,396a 8 ,009
Likelihood Ratio 17,839 8 ,022
Linear-by-Linear Association 5,594 1 ,018
N of Valid Cases 58
a. 10 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,10.
88
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta