uji aktivitas antibakteri sabun padat ekstrak daun …

92
1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN JARAK MERAH (Jatropha gossypifolia L.) TERHADAP Staphylococcus aureus PROPOSAL PENELITIAN Disusun Oleh: Rodiya, S. Farm., M. M., Apt (8826223419) Laela Tusliha (01014195) Wafa Adzra Fadhilah (01014143) Diah Alifah Kusuma () SEKOLAH TINGGI FARMASI YPIB CIREBON PROGRAM PENDIDIKAN STRATA 1 (S.1) FARMASI CIREBON 2017

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

1

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN

JARAK MERAH (Jatropha gossypifolia L.) TERHADAP Staphylococcus

aureus

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh:

Rodiya, S. Farm., M. M., Apt (8826223419)

Laela Tusliha (01014195)

Wafa Adzra Fadhilah (01014143)

Diah Alifah Kusuma ()

SEKOLAH TINGGI FARMASI YPIB CIREBON

PROGRAM PENDIDIKAN STRATA 1 (S.1) FARMASI

CIREBON

2017

Page 2: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

i

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Padat Ekstrak

Daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.)

Terhadap Staphylococcus aureus

Pelaksana (Koordinator)

Nama Lengkap : Yuni Suwitaningsih, M.Si.

NIDN : 04070667306

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : GSP Jl. Rasamala V/B-30, Kesambi, Kota

Cirebon

Jabatan Fungsional : Tenaga Pengajar

No. Handphone : -

Email : -

Anggota (1)

Nama Lengkap : Rodiya, S. Farm., M. M., Apt

NIDN : 8826223419

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Cirebon

Jabatan Fungsional : Tenaga Pengajar

No. Handphone : -

Email : -

Anggota (2)

Nama Lengkap : Laela Tusliha

NIM : 01014195

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Desa Segeran Lor Blok Porod RT 1 RW 1

Kec. Juntinyuat Kab. Indramayu

No. Handphone : 089674027666

Email : -

Page 3: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

ii

Anggota (3)

Nama Lengkap : Wafa Adzra Fadhilah

NIM : 01014143

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : BTN Griya Pesona Praja RT 19 RW 06 Desa

Cinangsi Kec. Cibogo Kab. Subang

No. Handphone : 089674027666

Email : -

Anggota (4)

Nama Lengkap : Diah Alifah Kusuma

NIM :

Jenis Kelamin :

Alamat :

No. Handphone :

Email : -

Institusi Mitra (jika ada)

Nama Institusi Mitra : -

Alamat : -

Penanggung jawab : -

Biaya Kegiatan : Rp. 10.649.000,-

Sumber Dana : -

Lama Penelitian : 5 Bulan (Februai 2018 – Juli 2018)

Cirebon, Agustus 2017

Koordinator,

Yuni Suwitaningsih, M.Si.

NIDN 04070667306

Page 4: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

iii

Mengetahui,

Ketua LPPM STF YPIB Cirebon, Ketua STF YPIB Cirebon,

Fitri Zakiah, S.Si., M.Farm., Apt H. Ahmad Azrul Zuniarto, S.Si.,M.Farm., Apt

NIDN 0408088008 NIDN 426066902

Page 5: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

iv

RENCANA ANGGARAN PENELITIAN

NO Uraian Vol Satuan Total Harga

1 Pembentukan tim penelitian

- kordinator (1orang) 1 300.000 300.000

- Peneliti (5 orang) 5 800.000 4.000.000

2 Bahan

Ekstrak daun Jarak merah 300 gr

10.000 30.000

minyak sawit 150

ml

10.000 10.000

minyak zaitun 50

ml

20.000 20.000

NaOH 30gr 900 270.000

Aquadest 1

liter

10.000 10.000

Larutan Mc. Ferland 1 set 583.000 583.000

Nutrient Agar (NA) 1,5 200.000 200.000

Staphylococcus aureus 2,5

cc

350.000 350.000

Dettol Sabun padat 1 9.000 9.000

Basis Sabun 1 9.000 9.000

3 Alat

Perkamen 1 50.000 50.000

Timbangan digital 1 50.000 50.000

Spatel 1 10.000 10.000

tabung reaksi 1

Rak

50.000 50.000

kain kassa 2 6.000 12.000

Page 6: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

v

pack

kapas steril 2

pack

10.000 20.000

benang kasur 1

gulu

ng

5.000 5.000

Erlenmeyer 3 30.000 30.000

Beakerglas 3 30.000 30.000

kaki tiga 2 20.000 20.000

kassa asbes 2 10.000 10.000

Autoklaf 1 160.000 160.000

batang pengaduk 3 11.000 11.000

pembakar spirtus/Bunsen 2 15.000 15.000

jarum ose 1 30.000 30.000

Incubator 1 100.000 100.000

Spuit 6 1.500 9.000

cawan petri 6 60.000 60.000

gelas ukur 3 30.000 30.000

spidol dan label 1 50.000 50.000

jangka sorong 1 20.000 20.000

pembuat sumuran 1 10.000 10.000

pipet tetes 6 1.000 6.000

rak tabung reaksi 1 5000 5.000

Masker 4 2.000 8.000

sarung tangan 4 2.000 8.000

penangas air 1 100.000 100.000

4 Pengumpulan Data

-Konsumsi + transport @ 4 orang 4 100.000 400.000

-Analisis Data 1 500.000 2.000.000

3 Studi Literatur 300.000 300.000

Page 7: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

vi

4 Evaluasi dan Pembuatan Laporan 500.000

- Atk 1 200.000

- Penjilidan dan Penggadaan Laporan 4 100.000 400.000

Total Anggaran

10.649.000

Page 8: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan ridho-Nya, sholawat serta salaam selalu tercurahkan kepada Nabi Besar

Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Uji Efektivitas Sabun Padat Antibakteri Ekstrak Daun Jarak Merah

(Jatropha gossypifolia L.)”. Skripsi ini diajukan untuk menyelesaikan

Pendidikan Program Studi S1 Farmasi di Sekolah Tinggi Farmasi YPIB Cirebon.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan dan kekeliruan didalamnya. Namun dengan segala

kemampuan, keterbatasan ilmu yag penulis miliki dan berkat petunjuk Allah SWT

serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan

lancar dan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini antara lain:

1) Kedua Orang Tua, Ibu dan Bapak yang telah mendidik, membesarkan, dan

selalu memberikan do’a, serta memberikan dukungan moril dan materil

sehingga dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.

2) Segenap keluarga besar yang juga telah memberikan do’a dan memberikan

dukungan.

3) Bapak H. Satmaja, BA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Imam Bonjol.

4) Bapak H. Ahmad Azrul Zuniarto, M. Farm., Apt, selaku Ketua Sekolah

Tinggi Farmasi YPIB Cirebon.

5) Ibu Hj. eti Haryati. Dra, M. Pd dan juga selaku Pembimbing Utama yang

telah membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

6) Ibu Rizki Rahmah Fauzia, S. Farm., MH, Apt, selaku Pembimbing Serta

yang telah membimbing dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

7) Dosen Pengajar Akademik Sekolah Tinggi Farmasi YPIB Cirebon.

Page 9: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

viii

8) Staf dan Karyawan Sekolah Tinggi Farmasi YPIB Cirebon.

9) Teman-teman seperjuangan di lingkungan Kampus Sekolah Tinggi Farmasi

YPIB Cirebon.

10) Semua pihak yang secara tidak langsung membantu, sehingga dapat

tersusunnya proposal skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata

kesempurnaan. Untuk itu, penulis memohon maaf apabila banyak kesalahan

dalam penyusunannya. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca

pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Cirebon, februari 2018

Penulis

Page 10: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

ix

DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………….HALAMAN

BIODATA ....................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii

ABSTRAK ...................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Batasan Masalah .............................................................................. 3

1.3 Identifikasi Masalah ......................................................................... 4

1.4 Perumusan Masalah .......................................................................... 5

1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

1.7 Tempat dan Waktu ........................................................................... 6

1.8 Hipotesis .......................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jarak Merah....................................................................... 8

Page 11: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

x

2.1.1 Klasifikasi Tanaman ............................................................ 9

2.1.2 Morfologi Tanaman ............................................................. 10

2.1.3 Kandungan Kimia ................................................................ 10

2.1.4 Khasiat ................................................................................. 10

2.2 Simplisia .......................................................................................... 11

2.2.1 Pengertian ............................................................................ 11

2.2.2 Proses pertumbuhan ............................................................ 12

2.3 Ekstraksi ........................................................................................... 15

2.3.1 Pengertian ............................................................................ 15

2.3.2 Metode Ekstraksi .................................................................. 16

2.4 Bakteri............................................................................................... 18

2.4.1 Pengertian Bakteri ............................................................... 18

2.4.2 Bentuk dan Struktur Bakteri ................................................. 18

2.4.3 Klasifikasi Bakteri ................................................................ 20

2.4.4 Media Pertumbuhan Mikroorganisme .................................. 20

2.4.5 Pertumbuhan Bakteri ............................................................ 21

2.4.6 Faktor – Faktor Pertumbuhan Bakteri .................................. 22

2.4.7 Fase Pertumbuhan Bakteri .................................................. 24

2.4.8 Patogenesis Infeksi ............................................................... 25

2.4.9 Penularan Infeksi .................................................................. 25

2.4.10 Proses Infeksi ..................................................................... 27

Page 12: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

xi

2.5 Staphylococcus aureus ...................................................................... 27

2.6 Antibakteri .............................................................................. 30

2.6.1 Sejarah Antibakteri .............................................................. 30

2.6.2 Mekanisme Antibakteri ....................................................... 32

2.7 Metode Pengujian Antibakteri .......................................................... 33

2.8 Pewarnaan Gram ............................................................................... 36

2.9 Sterilisasi........................................................................................... 37

2.10 Sabun .............................................................................................. 40

2.10.1 Pengertian ........................................................................... 40

2.10.2 Fungsi Sabun ...................................................................... 41

2.11 Uji Evaluasi .................................................................................... 41

2.12 Uji Stabilitas ................................................................................... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ............................................................................... 44

3.1.1 Populasi ............................................................................... 44

3.1.2 Sampel ................................................................................. 44

3.1.3 Variabel Penelitian .............................................................. 44

3.1.4 Operasional Variabel ........................................................... 47

3.2 Metode Penelitan ............................................................................. 48

3.3 Desain Penelitian ............................................................................. 50

3.3.1 Desain Eksperimen .............................................................. 50

Page 13: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

xii

3.3.2 Pengambilan Data ............................................................... 51

3.4 Alat dan Bahan ................................................................................ 54

3.4.1 Alat – alat yang digunakan .................................................. 54

3.4.2 Bahan – bahan yang digunakan ........................................... 55

3.5 Langkah Kerja ................................................................................. 55

3.5.1 Determinasi Tanaman Jarak Merah ...................................... 55

3.5.2 Pembuatan Simplisa ............................................................. 56

3.5.3 Pembuatan Ekstrak Daun Jarak Merah ................................ 56

3.5.4 Skrining Fitokimia................................................................ 57

3.5.5 Pembuatan Sabun ................................................................. 58

3.5.6 Uji Evaluasi ......................................................................... 60

3.5.7 Uji Stabilitas ......................................................................... 61

3.5.8 Sterilisasi Alat dan Bahan .................................................... 56

3.5.9 Pembuatan Media ................................................................. 56

3.5.10 Peremajaan Bakteri Staphylococcus aureus ...................... 64

3.5.11 Kesetaraan Mc. Farland...................................................... 64

3.5.12 Pembuatan Suspensi Biakan............................................... 66

3.5.13 Uji Pewarnaan Gram .......................................................... 66

3.5.14 Pengujian Daya Aktivitas Antibakteri ......................................... 67

3.5.15 Desinfeksi Alat – alat .................................................................. 68

3.6 Pengumpulan Data ........................................................................... 67

Page 14: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

xiii

3.7 Teknik Pengolahan dan Pengumpulan Data ..................................... 69

3.7.1 Uji Kruskall Wallis ....................................................................... 69

3.7.2 Uji Mann – Whitney ..................................................................... 70

DAFTAR TABEL

JUDUL HALAMAN

Tabel 1.1 Waktu Penelitian..................................................................... 7

Tabel 3.1 Alat – alat Penelitian .............................................................. 53

Tabel 3.2 Bahan – bahan Penelitian ....................................................... 54

Tabel 3.3 Pembuatan Ekstrak ................................................................ 55

Tabel 3.4 Formulasi Sabun Padat Ekstrak Daun Jarak Merah ............... 58

Tabel 3.5 Pengujian Cawan Petri............................................................ 61

Tabel 3.6 Pengujian Agar Miring ........................................................... 62

Tabel 3.7 Jumlah Bakteri Sesuai dengan Skala MC. Farland ................ 64

Tabel 3.8 Formulasi Pembuatan Susupensi Mc. Farland ....................... 65

Tabel 4.1 Hasil Pembuatan Simplisia Daun Jarak Merah ...................... 71

Page 15: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

xiv

Tabel 4.2 Hasil Pembuatan Ekstrak Daun Jarak Merah ......................... 72

Tabel 4.3 Hasil Pembuatan Sabun Padat Ekstrak Daun Jarak Merah ... 73

Tabel 4.4 Hasil Evaluasi Sabun Padat Ekstrak Daun Jarak Merah ........ 74

Tabel 4.5 Hasil Uji Stabilitas Sabun Padat Ekstrak Daun Jarak Merah

Kosentrasi

20% (X 1) .............................................................................................. 75

Tabel 4.6 Hasil Uji Stabilitas Sabun Padat Ekstrak Daun Jarak Merah

Konsentrasi

30% (X 2) .............................................................................................. 76

Tabel 4.7 Hasil Uji Stabilitas Sabun Padat Ekstrak Daun Jarak Merah

Konsentrsi

40% (X 3) .............................................................................................. 77

Tabel 4.8 Hasil Uji Stabilitas Kontrol Negatif ...................................... 78

Tabel 4.9 Hasil Pewarnaan Gram Staphylococcus aureus...................... 79

Merah (Hari – 1) 80

Tabel 4.11 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Padat Ekstrak Daun Jarak

Merah (Hari – 2) .................................................................................... 82

Tabel 4.12 Hasil Rekapitulasi Formulasi Sabun Padat Ekstrak Daun Jarak

Merah ...................................................................................................... 84

Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas ............................................................. 86

Tabel 4.14 Hasil Uji Homogentias ......................................................... 87

Tabel 4.15 Hasil Uji Kruskall Wallis ..................................................... 88

Page 16: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

xv

Tabel 4.16 Hasil Uji Mann Whutney Sabun Padat Ekstrak Daun Jarak

Merah

Konsentrasi 20% .................................................................................... 89

Tabel 4.17 Hasil Uji Mann Whitney Sabun Padat Ekstrak Daun Jarak Merah

Konsentrasi 30% .................................................................................... 90

Tabel 4.18 Hasil Uji Mann Whitney Sabun Padat Ekstrak Daun Jarak Merah

Konsentrasi 40% .................................................................................... 91

DAFTAR GAMBAR

JUDUL

HALAMAN

Gambar 2.1 Jarak Merah ........................................................................ 9

Gambar 2.2 Bakteri ................................................................................ 27

Gambar 3.1 Keterkaitan Variabel .......................................................... 47

Gambar 3.2 Desain Penelitian ............................................................... 49

Gambar 3.3 Desain Eksperimen dengan Sumuran ................................. 50

Gambar 3.4 Pengukuran Diameter Zona Bening ................................... 52

Gambar 4.1 Grafik Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Padat Ekstrak

Daun

Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.) Hari Ke – 1 ............................. 81

Page 17: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

xvi

Gambar 4.2 Grafik Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Padat Ekstrak

Daun

Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.) Hari Ke – 2 .............................. 83

Gambar 4.3 Grafik Hasil Rekapitulasi Aktivitas Sabun Padat Ekstrak Daun

Jarak

Merah ...................................................................................................... 84

Page 18: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia sejak lama memanfaatkan bahan alam yang berasal

dari tumbuhan sebagai obat tradisional untuk menangani berbagai masalah

kesehatan. Hal ini sangat menguntungkan bagi masyarakat Indonesia karena

bahan bakunya mudah diramu sendiri di rumah.

Tumbuhan yang banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah jarak

merah. Jarak merah memiliki nama ilmiah Jatropha gossypifolia L. Ini merupakan

jenis jarak yang memiliki warrna daun merah keunguan. Tanaman berbentuk

perdu tegak, tinggi 1-2 m, batang bulat dengan banyak cabang, daun tunggal

bertangkai panjang, dan helaian daun berbentuk bulat telur sungsang sampai bulat.

Jarak merah juga memiliki nama daerah yaitu jarak ulung (Lampung), jarak cina

(Jawa Tengah), koleke jarak (Madura), (Hidayat S dan Napitupulu RM, 2015).

Bagian yang digunakan adalah daun dan bijinya. Senyawa kimia yang

terkandung di dalam jarak merah yang diketahui diantaranya alkaloid jatroiden,

tanin, kalsium oksalat, dan sulfur pectic substans. Senyawa aktif yang terdapat di

daun jarak merah adalah alkaloid jatroiden yang bersifat antibakteri, sehingga

daun jarak merah diduga dapat dijadikan sebagai obat tradisional untuk mengobati

penyakit yang disebabkan oleh bakteri (Haryana A,2015). Jarak merah digunakan

untuk mengobati penyakit kulit seperti gatal- gatal, eksim, jerawat dan bisul.

Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri adalah bisul. Bisul

merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.

Page 19: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

2

Staphylococcus adalah sel sferis gram positif, biasanya tersusun dalam

kelompok ireguler seperti anggur. Organisme ini mudah tumbuh pada banyak

jenis medium dan aktif secara metabolis, memfermentasi karbohidrat dan

menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning tua. Beberapa

anggotanya adalah flora normal kulit dan membran mukosa manusia lainnya

menyebabkan supurasi, pembentukan abses, beberapa infeksi piogenik dan

bahkan seputikimia yang fatal. Stafilokok petogen sering kali menghemolisis

darah, menyebabkan koagulasi plasma, dan menghasilkan berbagai toksin serta

enzim ekstraseluler (Jawetz, 2007). Menurut agnes Sri Harti dalam bukunya yang

berjudul Mikrobiologi Kesehatan, bakteri merupakan organisme uni seluler,

nukleod atau tidak memiliki membran inti, tidak berklorofil, saprofit atau parasit,

pembelahan biner dan termasuk Protista masuk dalam jenis prokariotik.

Salah satu pemanfaatan antibakteri alami seperti yang terdapat dalam daun

Jarak Merah (Jatropha gossypifolia). Kandungan di dalam daun jarak merah

memiliki sifat antibakteri dan antikuman. Dimana keberadaan kuman dan bakteri

yang menyerang tubuh menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit bagi

tubuh. Sebelumnya beberapa kajian farmakologi telah dilakukan terhadap

Jatropha gossypifolia L. diantaranya adalah pengujian ekstrak daun terhadap 10

jenis mikroorganisme diantaranya adalah Stapylococcus aureus. Ekstrak etanol

dari jarak merah dapat mengakibatkan vaksorelaksan terhadap tikus dalam

keadaan normal.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Iwan Setiawan dkk (2016) yang

berjudul “Uji Ekstrak Etanol daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) terhadap zona

Page 20: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

3

hambat bakteri Staphylococcus aureus secara invitro”, memperlihatkan bahwa

ekstrak daun Jarak dengan konsentrasi 40% merupakan KHM (Konsentrasi

Hambat Minimum) ekstrak daun jarak pagar yang mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus sebesar zona hambat 0,87 cm.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam

tentang khasiat tanaman Jarak merah sebagai antibakteri dengan dibuat sediaan

sabun padat karena bakteri Staphylococcus aureus mengakibatkan infeksi pada

kulit. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

“Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Padat Ekstrak Daun Jarak Merah

(Jatropha gossypifolia L.) terhadap Stapylococcus aureus”.

1.2 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada:

1. Pengujian aktivitas antibaktei sabun padat ekstrak daun Jarak Merah

(Jatropha gossypifolia L.) terhadap bakteri Stapylococcus aureus.

2. Metode uji aktivitas antibakteri ekstrak sabun padat daun Jarak Merah

(Jatropha gossypifolia L.) terhadap bakteri Stapylococcus aureus secara in

vitro dengan konsentrasi 20%, 30%, 40%.

3. Ekstraksi daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.) dilakukan dengan

metode maserasi menggunakan etanol 70%.

4. Metode uji aktivitas antibakteri sabun padat ekstrak daun Jarak Merah

(Jatropha gossypifolia L.) terhadap bakteri Stapylococcus aureus secara in

vitro menggunakan metode diffusi / sumuran.

Page 21: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

4

5. Uji evaluasi sediaan sabun padat ekstrak daun Jarak Merah (Jatropha

gossypifolia L.) meliputi organoleptis, PH, tinggi busa dan stabilitas busa.

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah di atas maka dapat di identifikasi masalah sebagai

berikut:

1. Mengetahui aktivitas (Jatropha gossypifolia L.) terhadap Stapylococcus

aureus.

2. Mengetahui konsentrasi tertentu yang memiliki aktivitas sebagai

antibakteri sabun padat ekstrak daun Jarak merah (Jatropha gossypifolia

L.) terhadap Staphylococcus aureus.

3. Mengetahui uji stabilitas dan evaluasi sabun padat ekstrak daun Jarak

Merah (Jatropha gossypifolia L.).

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah sabun padat ekstrak daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.)

memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap Stapylococcus aureus?

2. Pada konsentrasi berapa sabun padat ekstrak daun Jarak Merah (Jatropha

gossypifolia L.) yang paling besar memiliki aktivitas sebagai antibakteri

terhadap Staphylococcus aureus.

Page 22: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

5

3. Apakah uji sabun padat ekstrak daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia

L.) stabil pada suhu penyimpanan?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui aktivitas sabun padat ekstrak daun Jarak Merah

(Jatropha gossypifolia L.) sebagai antibakteri terhadap Stapylococcus

aureus.

2. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapa yang paling besar

memilikidaya aktivitas sebagai antibakteri sabun padat ekstrak daun Jarak

Merah (Jatropha gossypifolia L.) terhadap Stapylococcus aureus.

3. Untuk mengetahui stabilitas sabun padat ekstrak daun Jarak Merah

(Jatropha gossypifolia L.) yang meliputi organoleptis, PH dan tinggi busa

pada suhu penyimpanan.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Bagi Penulis

Sebagai pengaplikasian dari ilmu yang telah diperoleh selama menuntut

ilmu di Sekolah Tinggi Farmasi (STF) YPIB Cirebon.

1.6.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai tambahan referensi mengenai bahan alam yang berkhasiat sebagai

antibakteri dari tanaman. Selain itu dapat pula dijadikan sebagai rujukan untuk

diadakannya penelitian ulang maupun penelitian lebih jauh mengenai hal ini di

kemudian hari.

Page 23: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

6

1.6.3 Bagi Masyarakat

Memberikan alternatif lain bagi masyarakat dalam memilih cara pengobatan

yang disebabkan oleh bakteri dengan menggunakan bahan alam yang lebih mudah

digunakan.

1.7 Tempat dan Waktu

1.7. 1 Tempat penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmasetik dan mikrobiologi

Sekolah Tinggi Farmasi (STF) YPIB Cirebon, jalan perjuangan no. 7 Cirebon.

1.7.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai Februari – Maret 2017

1.8 Hipotesis

Ho : Sabun padat ekstrak daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.) tidak

memiliki

aktivitas antibakteri terhadap Stapylococcus aureus.

H1 : Sabun padat ekstrak daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.) memiliki

aktivitas antibakteri terhadap Stapylococcus aureus

Page 24: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tanaman Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.)

Jarak merah adalah tumbuhan yang masih banyak dimanfaatkan sebagai

obat tradisional. Jarak merah memiliki nama ilmiah Jatropha gossypifolia L.

Ini merupakan jenis jarak yang memiliki warna daun merah keunguan.

Tanaman berbentuk perdutegak, tinggi 1-2 m, batang bulat dengan banyak

cabang, daun tunggal bertangkai panjang, dan helaian daun berbentuk bulat

telur sungsang sampai bulat. Jarak merah juga memiliki nama daerah yaitu

jarak ulung (Lampung), jarak cina (Jawa Tengah), dan koleke jarak (Madura),

(Hidayat dan Napitupulu, 2015).

Bagian yang digunakan adalah daun dan bijinya. Sifat jarak merah belum

banyak diketahui, tetapi bahan kimia yang terkandung di dalam jarak merah

yang diketahui diantaranya alkaloid, tanin, kalsium oksalat, dan sulfur pectic

substans. Senyawa aktif yang terdapat di daun jarak merah merupakan senyawa

aktif yang bersifat antibakteri, sehingga daun jarak merah diduga dapat

dijadikan sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit yang disebabkan

oleh bakteri (Arief Hariana,2015). Sebelumnya jarak merah digunakan untuk

mengobati penyakit kulit seperti gatal-gatal, eksim, jerawat dan bisul,

(Nurcholis dan Sumarsih, 2007). Salah satu penyakit kulit yang disebabkan

oleh bakteri adalah bisul. Bisul merupakan penyakit yang disebabkan oleh

bakteri Staphylococcus aureus. Jarak merah jarang digunakan sebagai obat

Page 25: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

8

karena sifat toksik yang terkandung dalamnya. Tanaman ini sudah menjadi

salah satu tanaman yang jarang di jumpai, (Arief Hariana, 2015).

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Euphobiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Jatropha

Spesies : Jatropha Gossypifolia L.

Gambar 2.1 Jarak Merah

2.1.2 Morfologi Tanaman

Page 26: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

9

Tanaman berbentuk perdu tegak, tinggi 1-2 m mempunyai

batang bulat, berwarna coklat, dan banyak cabang. Daun tunggal

bertangkai panjang, helaian daun berbentuk bulat telur sungsang

sampai bulat, berbagi 3-5, panjang 7-22 cm, lebar 6-20 cm, daun

muda berwarna keunguan daun daun tua warnanya umgu kecoklatan.

Bunga majemuk dalam bentuk malai rantai bertangkai, berbentuk

corong, kecil, warnanya keunguan, keluar dari ujung batang. Buah

bulat telur, sedikit berlekuk tiga dengan enam alur memanjang,

warnanya hijau, bila masak menjadi hitam. Bijinya bulat, coklat

kehitaman, (Hidayat dan Napitupulu, 2015).

2.1.3 Kandungan Kimia

Kandungan senyawa pada Jarak merah diantaranya alkaloid

jatroiden, tanin, jatrofenon, isogadain, flaxetin, jatrofon, cleomiscosin,

propasin, kalsium oksalat, dan sulfur pectic substans. (Hidayat dan

Napitupulu, 2015).

2.1.4 Khasiat

Daun Jarak merah memiliki efek farmakologi sebagai berikut

diantaranya sebagai penurun demam (antipiretik), memperlancar

buang air besar (laksativa), mengobati bengkak (antiinflamasi),

penawar racun (antidotum) dan antibakteri. Jarak merah juga

Page 27: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

10

berkhasiat untuk mengobati penyakit kulit dan menyehatkan gigi

(Hidayat dan Napitupulu, 2015).

2. Simplisia

2.2.1 Pengertian

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat

yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan

lain, berupa bahan yang telah di keringkan. (Gunawan dan Mulyani,

2004) terdiri dari tiga macam yaitu:

1. Simplisia nabati adalah simplisa berupa tanaman utuh, bagian dari

tanaman (akar, batang, daun, dan sebagainya), atau eksudat

tanaman, atau gabungan antara ketiganya. Misalnya Piperis nigri

Fruktus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan

dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat – zat

atau bahan – bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu

dipisahkan atau diisolasi dari tanamannya dan belum berupa zat

kimia murni (Susilowati & Kiki W, 2004)

2. Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh,

bagian dari hewan atau zat berguna yang dihasilkan hewan dan

belum bahan kimia murni. Contoh madu (Mel depuratum)

(Gunawan, 2004).

3. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa

bahan pelikan atau mineral yang belum diolah secara sederhana,

Page 28: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

11

akan tetapi belum atau bukan berupa zat kimia murni. (Gunawan

dan Mulyani, 2004)

2. Proses Pembuatan

Menurut Agoes goeswin (2007) tahapan pembuatan simplisia

melalui tahapan sebagai berikut:

1. Pengumpulan bahan baku

Kadar bahan aktif dalam simplisia bergantung pada:

a. Bagian tanaman yang digunakan

b. Usia tanaman atau bagian tanaman saat panen

c. Waktu panen

d. Lingkungan tumbuh simplisia

Pembersihan simplisia dari tanah dapat mengurangi jumlah

kontaminasi mikrobiologi.

2. Pencucian

Pencucian dilakukan dengan air bersih (sumur, PAM, atau

air dari mata air). Simplisia yang mengandung zat mudah larut

dalam air mengalir, dicuci dalam waktu sesingkat mungkin.

Dalam satu kali pencucian sayur-mayur akan dapat

menghilangkan kurang 25% jumlah mikroba awal, sedangkan tiga

kali pencucian, jumlah mikroba tertinggal 47% dari jumlah

Page 29: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

12

mikroba awal. Jadi, penting sekali diperhatikan kualitas dari

pencucian yang digunakan.

3. Pengubahan bentuk

Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk

mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan

penggilingan. Tanaman yang baru dipanen, sebelum dirajang,

terlebih dahulu dijemur dalam keadaan utuh selama satu hari.

Perajangan dapat dilakukan dengan pisau atau mesin perajangan

khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan

ukuran tertentu.

4. Pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang

tidak mudah rusak sehingga dapat disimpan untuk jangka waktu

yang lebih lama. Dengan penurunan kadar air, hal tersebut dapat

menghentikan reaksi enzimatik sehingga dapat dicegah terjadinya

penurunan mutu atau perusakan simplisia.

Suhu pengeringan bergantung pada simplisia dan cara

pengeringan, pengeringan dapat dilakukan antara suhu 30°-90°C

(terbaik 60°). Jika simplisia mengandung bahan aktif tidak tahan

panas atau mudah menguap, pengeringan dilakukan pada suhu

serendah mungkin, misalnya 30°-40°C atau dengan cara

pengeringan vakum.

5. Sortasi kering

Page 30: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

13

Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami

proses pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan

yang terlalu gosong, bahan yang rusak akibat terlindas roda

kendaraan (misalnya dikeringkan di tepi jalan raya), atau

dibersihkan dari kotoran hewan.

6. Penggilingan

Penggilingan atau penyerbukan memang tidak semua jenis

simplisia perlu digiling atau dibuat serbuk. Penggilingan dapat

dilakukan dengan blender jika dalam jumlah kecil dan

mengunakan mesin penggiling untuk skala lebih besar. Untuk

menyamakan ukuran partikel dapat disempurnakan dengan

pengayakan ukuran tertentu.

7. Pengemasan dan penyimpanan

Simplisia dapat rusak atau berubah mutunya karena faktor

internal atau eksternal simplisia, yaitu cahaya, oksigen, udara,

dehidrasi, penguapan air, pengotoran, serangga, dan kapang.

Sedangkan persyaratan wadah yang digunakan sebagai

pembungkus simplisia sebagai berikut :

a. Harus inert, artinya tidak mudah bereaksi dengan bahan lain.

b. Tidak beracun bagi bahan yang diwadahinya maupun bagi

manusia yang menanganinya.

Page 31: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

14

c. Mampu melindungi simplisia dari cemaran mikroba, kotoran

dan serangga.

d. Mampu melindungi bahan simplisia dari penguapan kandungan

aktif.

e. Mampu melindungi bahan simplisia dari pengaruh cahaya,

oksigen dan uap air, (Agoes, 2007).

3. Ekstraksi

2.3.1 Pengertian

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, ekstrak adalah

sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari

simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan

masa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian rupa sehingga

memenuhi baku yang telah di tetapkan.

Sedangkan menurut Yuliani dan Satuhu (2012), Ekstraksi

merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan

menggunakan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam

berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak

atsiri, alkaloida, flavonoid, dan lain – lain. Dengan diketahuinya

senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah

pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Sebagian besar

Page 32: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

15

ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara

perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara

destilasi pengurangan tekanan agar bahan obat sedikit mungkin

terkena panas, (Syamsuni, 2007).

2.3.2 Metode Ekstraksi

Ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Cara Dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara

teknologi termasuk ektrasksi dengan prinsip metode

pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik

berarti dilakukan pengadukan yang kontinyu (terus-

menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan

penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat

pertama, dan seterusnya, (Marjoni, 2016).

b. Perkolasi

Page 33: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

16

Perkolasi adalah proses penyarian zat aktif secara dingin

dengan cara mengalirkan pelarut secara kontinu pada simplisia

selama waktu tertentu, (Marjoni, 2016).

2. Cara panas

a. Infusa

Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur

penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air

mendidih, temperature terukur 96-98°C) selama waktu tertentu

(15-20 menit), (Gunawan & Mulyani, 2004).

b. Refluks

Refluks merupakan proses ekstraksi dengan menggunakan

pelarut pada titik didih pelarut selama waktu dan jumlah

pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik (kondensor).

Proses ini umumnya dilakukan 3 – 5 kali pengulangan pada

residu pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi yang cukup

sempurna (Marjoni, 2016).

a. Soxhletasi

Proses soxhletasi merupakan proses ekstraksi panas

menggunakan alat khusus berupa ekstraktor soxhlet. Suhu

yang digunakan lebih rendah dibandingkan dengan suhu pada

metode refluks, (Marjoni, 2016).

Page 34: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

17

4. Bakteri

2.4.1 Pengertian Bakteri

Bakteri merupakan organisme unseluler, nukleoid atau tidak

memiliki membran inti, tidak berklorofil, saprofit atau parasit,

pembelahan biner, termasuk protista. Ukuran bakteri dinyatakan

dalam bentuk mikron dan setiap jenis bakteri ukuran selnya bervariasi.

Faktor yang mempengaruhi ukuran sel adalah umur sel, lingkungan,

teknik laboratorium. Contohnya metode pewarnaan, (Sri Harti, 2014).

Sedangkan menurut Dwidjo Seputro (2010) istilah bakteri berasal

dari kata bakterion (bahasa Yunani), yang berarti tongkat atau batang,

sekarang nama itu digunakan untuk menyebut sekelompok

Mikroorganisme bersel satu, tidak berklorofil, berkembang biak

dengan pembelahan diri dan berukuran sangat kecil sehingga hanya

nampak bila menggunakan mikroskop.

2. Bentuk dan Struktur Sel Bakteri

Bentuk sel bakteri ada tiga macam, yaitu : Bulat disebut dengan

Kokus, batang disebut dengan Basil dan Lengkung atau koma disebut

dengan spiral. Bakteri dapat membentuk kumpulan sel atau susunan

sel, contohnya pada bentuk kokus dapat berupa diplokokus (dua –

dua), tetrakokus (empat – empat), sarcina (delapan atau kubus),

streptokokus (seperti rantai), staphylococcus (bergerombol seperti

Page 35: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

18

buah anggur). Bakteri pada umumnya monomorfik, namun karena

faktor lingkungan maka dapat berbentuk pleomorfik contohnya adalah

Rhizobium dan Corynebacterium. Struktur sel secara garis besar ada

tiga yaitu dinding sel, membran plasma dan sitoplasma.

Dinding sel merupakan struktur kompleks, semi kaku dengan

tebal 10-23 nanomikron dan mengelilingi membran sitoplasma yang

berfungsi memberi betuk sel dan melindungi isi sel dari pengaruh luar.

Dinding sel tersusun dari makromolekul peptidoglikan (murein) yang

terdiri dari disakarida dan polipeptida. Sitoplasma merupakan struktur

tipis di bawah dinding sel dan membungkus sitoplasma sel yang

tersusun fosfolipid dan protein membentuk struktur fosfolipid bilayer

yang terdiri dari bagian “kepala dan ekor”. Bagian kepala tersusun

dari fosfat dan gliserol, sehingga bersifat hidrofil (polar dan larut

dalam air), sedangkan bagian ekor tersusun dari asam lemak sehingga

bersifat hidrofob (nonpolar atau tidak larut air). Gugus polar pada

kedua permukaan dan gugus nonpolar pada bagian dalam bilayer.

Tidak mengandung strerol, sehingga kurang rigid dari pada membran

eukariotik. Sitoplasma sebagai substan sel dalam membran plasma,

bagian ini tersusun dari air (80%), protein, karbohidrat, lipid, ion

anorganik, senyawa dengan berat molekul rendah bersifat tebal,

aqueous, semitransparan, dan elastis, (Sri Harti, 2014).

3. Klasifikasi Bakteri

Page 36: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

19

Bakteri dapat secara global dibagi dalam dua kelompok setelah

diwarnai oleh pewarnaan gram yaitu bakteri Gram Positif dan Gram

Negatif, (Tan Hoan Tjay & Kirana Rahardja, 2007). Bakteri gram

positif adalah bakteri yang dapat mengikat zat waarna pertama yaitu

kristal. Dinding sel bakteri Gram Positif mengandung banyak lapisan

Peptidoglikan (merein) yang membentuk struktur yang tebal dan kaku,

dan asam teikoat (teichoic acid) yang mengandung alkohol (gliserol

atau ribitol) dan fosfat.

Sedangkan bakteri gram negatif adalah bakteri yang dapat

mengikat zat warna kedua yaitu fuksin. Dinding sel bakteri Gram

Negatif mengandung satu atau beberapa lapisan peptidoglikan dan

membran luar (out membaran). Peptidoglikan terikat pada lipoprotein

pada membran luar. Dinding sel bakteri Gram Negatif tidak

mengandung asam teikoat, dan karena hanya mengandung sejumlah

kecil peptidoglikan maka dinding sel bakteri Gram Negatif relati

lebih tahan terhadap kerusakan mekanis, (Sylvia T. Pratiwi, 2008).

4. Media Pertumbuhan Mikroorganisme

Media berfungsi untuk menumbuhkan miroba, isolasi

memperbanyak jumlah, menguji sifat – sifat fisiologi dan perhitungan

jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus disterilkan

dan menerapkan metode aseptis untuk mennghindari kontaminasi

pada media, (Himenoaya, 2008).

Page 37: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

20

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang

terdiri dari campuran – campuran makanan (nutrisi) yang diperlukan

mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme

memanfaatkan nutrisi media berupa molekul – molekul kecil yang

terakit untuk menyusun komponen sel. Media pertumbuhanjuga dapat

berfungsi untuk mengisolasi mikroorganisme menjadi kultur murni

dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Prasetyo,

2009).

5. Pertumbuhan Bakteri

Dalam buku Mikrobiologi Kesehatan media merupakan nutrien

yang dibutuhkan mikroorganisme untuk untuk pertumbuhan secara

invitro, (Agnes Sri Hartati, 2015).

Media mempunyai fungsi dalam penggunaanya yaitu secara

kualitatif yang digunakan untuk isolasi dan identifikasi

mikroorganisme. Sedangkan secara kuantitatif, digunakan untuk

perbanyakan dan perhitungan jumlah mikroorganisme. alam uji

laboratorium, untuk pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh nutrisi

dalam media yang digunakan, dan Staphylococcus aureus ini sendiri

mudah tumbuh pada sebagian besar media laboratorium (Stephen

gillespie & Kathleen Bamford, 2009).

Selain faktor kimia yaitu nutrisi pertumbuhan bakteri juga

dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, pH dan keadaan

Page 38: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

21

oksigen. Suhu ini akan menentukan aktivitas enzim yang berperan

dalam kecepatan pertumbuhan bakteri sedangkan pH menentukan

konsentrasi ion hidrogen yang dapat mengionisasi gugus dalam

protein, amino, dan karboksilat yang menyebabkan denaturasi

sehingga dapat mengganggu pertumbuhan. Sedangkan keadaan

oksigen mempunyai karakteristik masing – masing bakteri, karena ada

bakeri yang bersifat aerob dan anaerob ( Sylvia T. Pratiwi, 2008).

6. Faktor – Faktor Pertumbuhan Bakteri

Menurut Irianto (2006) kondisi fisik dari lingkungan yang

dibutuhkan untuk bakteri tumbuh antara lain :

1. Suhu

Laju reaksi pada proses pertumbuhan bergantung pada

reaksi kimiawi dan dipengaruhi oleh suhu. Suhu juga

mempengaruhi pola laju pertumbuhan dan jumlah total

pertumbuhan organisme. Berdasarkan suhu tempat bakteri

tumbuh dibedakan menjadi :

a. Psikofil adalah bakteri yang tumbuh pada suhu 0 sampai 300 C

b. Mesofil adalah bakteri yang tumbuh pada suhu 250 C sampai 400 C.

c. Termofil adalah bakteri yang tumbuh pada suhu lebih dari 500C.

2. Atmosfer Gas

Gas utama yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri ialah :

Oksigen dan Karbon dioksa. Bakteri memperlihatkan keragaman

Page 39: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

22

yang luas akan respon terhadap oksigen bebas dan atas dasar

inilah bakteri dibagi menjadi empat golongan, yaitu :

a. Aerob adalah bakteri yang membutuhkan oksigen

untuk tumbuh.

b. Anaerob adalah bakteri yang dapat tumbuh tanpa

oksigen. Beberapa bakteri sensitif terhadap oksigen, bahkan

bila terkena oksigen akan terbunuh.

c. Anaerob fakultatif adalah bakteri yang dapat

tumbuh pada keadaan aerobic dan anaerobic.

d. Mikroaerifilik adalah bakteri yang pertumbuhannya

baik bila ada sedikit oksigen.

3. Derajat Keasaman (pH)

PH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri terletak

antara 6,5 dan 7,5. Namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam

keadaan sangat asam atau sangat basa. Bagi kebanyakan spesies,

sehiingga nilai pH minimum dan maksimum bakteri adalah 4 dan

9.

7. Fase Pertumbuhan Bakteri

Fase pertumbuhan baketeri dibagi menjadi beberapa tahapan dan

setiap tahapan mempunyai ciri – ciri untuk membedakannya. Tahapan

fase pertumbuhan baketri menurut Rohadi (2011) adalah sebagai

berikut :

Page 40: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

23

a. Lamban / log memiliki ciri – ciri sebagai berikut : tidak

terdapat pertambahan populasi, periode adaptasi, substansi

intraseluler bertambah, sel mengalami perubahan dalam

komposisi kimiawi dan bertambah ukuran.

b. Logaritma / eksponensial memiliki ciri – ciri sebagai

berikut : sel membelah, massa menjadi dua kali lipat, aktivitas

metabolik konstan, dan menentukan waktu generasi.

c. Statis / stasioner memiliki ciri – ciiri diantaranya adalah

penumpukan produk beracun, kehabisan nutrisi, dan laju

pertumbuhan – kematian.

d. Kamatian terdapat ciri – ciri yaitu laju kematian lebih besar

dari pada laju pertumbuhan dan semua sel mati.

8. Patogenesis Infeksi Bakteri

Menurut Jawetz (2007) Patogenesis infeksi bakteri mencakup

permulaan proses infeksi dan mekanisme yang mengarah pada

perkembangan tanda dan gejala penyakit. Ciri bakteri yang patogen

meliputi bersifat menular, melekat pada sel pejamu, menginvasi sel

dan jaringan pejamu, menghasilkan toksin, dan mampu menghindari

sistem imun pejamu. Banyak infeksi oleh bakteri yang secara umum

dianggap patogen bersifat tidak jelas atau tidak menimbulkan gejala.

Page 41: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

24

Manusia dan hewan mempunyai sejumlah besar flora normal

yang biasanya tidak menimbulkan penyakit tetapi membentuk suatu

keseimbangan yang memastikan kelangsungan hidup, pertumbuhan

dan pertambahan jumlah bagi keduanya antara bakteri dan pejamu.

Beberapa bakteri yang merupakan penyebab penting penyakit

umumnya dibiakkan dengan flora normal (misal, Streptococcus

pneumoniae, Staphylococcus aureus). Kadang-kadang bakteri yang

jelas-jelas patogen (misal, Salmonella typhi) ditemukan, tetapi infeksi

tetap bersifat laten atau subklinis dan pejamu tersebut merupakan

“karier” bagi bakteri.

9. Penularan Infeksi

Jawetz (2007) juga menyebutkan mengenai penularan infeksi

dan proses infeksi. Bakteri dan mikroorganisme lain beradaptasi

terhadap lingkungan, termasuk pada hewan dan manusia dimana

tempat normal mereka berada dan hidup. Dengan demikian, bakteri

memastikan kelangsungan hidupnya dan meningkatkan kemungkinan

penularannya. Dengan menimbulkan infeksi asimtomatik atau

penyakit ringan, dan bukannya kematian pejamu, mikroorganisme

yang secara normal hidup pada manusia meningkatkan kemungkinan

penularan dari satu orang kepada yang lainnya.

Banyak bakteri yang ditularkan dari satu orang lain ke lainnya

melalui tangan. Seseorang yang pada lubang hidup anteriornya

Page 42: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

25

terdapat Staphylococcus aureus saat menggosok-gosok hidungnya,

membawa stafilokok pada tangannya, dan menyebarkan bakteri ke

bagian lain pada tubuhnya atau orang ain, dan mengakibatkan infeksi.

Banyak patogen oportunisik yang menyebabkan infeksi nosokominal

ditularkan dari satu pasien ke pasien lain melalui tangan petugas

rumah sakit. Oleh sebab itu, mencuci tangan merupakan komponen

penting dalam mengendalikan infeksi.

Tempat masuk bakteri patogen ke dalam tubuh yang paling

sering adalah daerah pertemuan membran mukosa dengan kulit.

Daerah abnormal mukosa dan kulit (misalnya luka terbuka, luka

bakar, dan luka lainnya) juga sering menjadi tempat masuknya

bakteri. Kulit dan membran mukosa yang normal memberikan

petahanan primer terhadap infeksi. Untuk menimbulkan penyakit,

patogen harus menembus pertahanan ini.

10. Proses Infeksi

Sekali berada di tubuh, bakteri harus menempel atau melekat

pada sel pajamu, biasanya sel epitel. Sesudah bakteri menetapkan

lokasi primer infeksi, bakteri berkembangbiak dan menyebar secara

langsung melalui jaringan atau melalui sistem limfatik ke aliran darah.

Infeksi ini (bakteremia) dapat berlangsung sesaat atau menetap.

Bakteremia memungkinkan bakteri menyebar secara luas di dalam

Page 43: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

26

tubuh dan memungkinkan bakteri mencapai jaringan tertentu yang

cocok untuk perkembangbiakannya.

5. Staphylococcus aureus

Gambar 2.2 Bakteri Staphylococcus aures

(Sumber : http://google.search)

Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut :

Kingdom : Bacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacili

Ordo : Bacillales

Famili : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus (G.M.Garrity, et al, 2007)

Page 44: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

27

Staphylococcus adalah sel sferis gram positif, biasanya tersusun

dalam kelompok ireguler seperti anggur. Organisme ini mudah tumbuh

pada banyak jenis medium dan aktif secara metabolis, memfermentasi

karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai

kuning tua. Beberapa anggotanya adalah flora normal kulit dan membran

mukosa manusia lainnya menyebabkan supurasi, pembentukan abses,

beberapa infeksi piogenik dan bahkan seputikimia yang fatal. Stafilokok

petogen sering kali menghemolisis darah, menyebabkan koagulasi

plasma, dan menghasilkan berbagai toksin serta enzim ekstraseluler

(Jawetz, 2007).

Genus Staphylococcus mempunyai paling sedikit 40 spesies. Tiga

spesies yang paling sering dijumpai yang mempunyai kepentikan klinis

adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan

Staphylococcus saprophyticus. Staphylococcus aureus bersifat koagulese

positif, yang membedakan dari spesies yang lain Staphylococcus aureus

merupakan patogen utama untuk manusia. Hampir setiap orang akan

mengalami beberapa jenis infeksi Stapkhylococcus aureus sepanjang

hidup, dengan kisaran keparahan dari keracunan makanan atau infeksi

kulit minor hingga infeksi berat yang mengancam jiwa, (Jawetz, 2007).

Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang

menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak meghasilkan

spora dan tidak metil, umumnya tumbuh berpasangan maupun

Page 45: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

28

berkelompok. Staphylococcus aureus tumbuh dengan optimum pada

suhu 300 C dengan waktu pembelahan 0,47 jam.

Menurut Stephen Gillespie & Karthleen Bamford (2009) bahwa

Staphylococcus aureus merupakan spesies yang paling invasif dan berbeda

dalam spesies lainnya karena memiliki enzim koagulasi, dan spesies ini

pernah dianggap sebagai satu – satunya patogen dari genusnya. Dan

Staphylococcus aureus merupakan salah satu kuman yang cukup kebal

diantara mikroorganisme dan tahan pada pemanasan 600 C selama 30

menit, (Sylvia T. Pratiwi, 2008).

Stephen Gillespie & Karthleen Bamford (2009) juga menjelaskan

bahwa patogenesis Staphylococcus aureus ini dengan cara memproduksi

koagulasi yang mengkatalis perubahan fibrinogen menjadi fibrin sehingga

dapat membantu organisme ini membentuk barisan perlindungan. Bakteri

ini juga memiliki reseptor terhadap permukaan sel pejamu yang membantu

organisme ini untuk melekat.

Infeksi oleh Staphylococcus aureus ditandai dengan kerusakan

jaringan yang disertai abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang

disebabkan oleh Staphylococcus aureus adalah bisul, jerawat, impetigo

dan infeksi luka. Infeksi lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis,

plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis dan endokarditis.

Staphylococcus aureus juga merupakan penyebab utama infeksi

nosokominal, racunan makanan dan sindrom syok toksik, (Welsh, 2010).

Page 46: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

29

6. Antibakteri

1. Sejarah antibakteri

Antibakteri yang biasa dikenal dengan sebutan antibiotik

dimulai pada akhir tahun 1800-an ketika teori tentang asal usul

penyakit yang menyebutkan bahwa bakteri dan mikoorganisme lain

sebagai penyebab penyakit diterima oleh masyarakat luas. Pada tahun

1877, Louis Pasteur menemukan kenyataan bahwa bakteri antraks

yang dapat menyebabkan penyakit antraks dan berakibat pada

kegagalan pernafasan, dapat dikurangi patogenitasnya pada hewan uji

setelah hewan uji tersebut diinjeksi dengan bakteri yang diisolasi dari

tanah. Pada tahun 1887, Rudolf Emmerich menunjukan bahwa

penyakit kolera yang merupakan penyakit infeksi intestinal dapat

dicegah pada hewan uji yang sebelumnya diinfeksi dengan bakteri

Streptococcus, (Sylvia T. Pratiwi, 2008).

Menurut Tan Hoan Tjay dan Kirana Raharja (2007) antibiotik

adalah zat – zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang

memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman,

sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat

tesebut yang dibuat secara semi sintetis dengan khasiat antibakkteri.

Pada tahun 1888, ilmuan Jerman E. de Freudenreich mengisolasi

produk dari bakteri yang memiliki kemampuan antibiotik.

Freudenreich menemukan bahwa pigmen biru yang dikeluarkan kultur

bakteri Bacillus pyocyaneus dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Page 47: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

30

lain pada kultur sel. Percobaan yang dilakukan menunjukan bahwa

pyocyanase yang merupakan produk yang diisolasi dari B.

pyocyaneus, dapat membunuh berbagai macam bakteri patogen.

Selanjutnya secara klinis pyocyanase terbukti toksik dan tidak stabil

sehingga antibiotik alami ini tidak dapat dikembangkan sebagai obat

yang efektif, (Sylvia T. Pratiwi, 2008).

Pada awal tahun 1920, ilmuan Inggris Alexander Fleming

menemukan enzim lisozim pada air mata manusia. Enzim tersebut

dapat melisi sel bakteri. Enzim pada air mata manusia ini merupakan

intoh agen antimikroba yang pertama kali ditemukan pada manusia.

Seperti pyocyanase, lisozim juga terbukti dapat membunuh sel bakteri.

Penemuan Fleming yang kedua terjadi tidak sengaja pada tahun 1928,

saat ia menemukan koloni Stapylococcus yang ia tumbuhkan dengan

metode streak (gores silang) pada media agar di cawan petri

mengalami lisis disekitar pertumbuhan koloni kapang tersebut

merupakan Penicillium sp, (Sylvia T. Pratiwi, 2008)

Penemuan Flemingini merupakan penemuan ulang pada tahun

1896, seorang mahasiswa kedokteran Perancis bernama Ernest

Duchesne merupakan orang pertama kali yang menemukan sifat

antibiotik dari kapang Penicillium, namun ia gagal melaporkan

hubungan antara kapang dan substansi yang dihasilkannya, yang

ternyata memiliki sifat antibakteri. Penemuan Penicillium ini

akhirnya dilupakan hingga Fleming menemukannya kembali. Fleming

Page 48: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

31

menemukan bahwa Penicillium memproduksi substansi yang

berdifusi melalui media agar pada cawan petridan melisis sel bakteri

yang ada di sekitarnya. Substansi tersebut dinamalan penisillin sesuai

dengan nama kapang penghasilnya. Penisillin diketahui dapat

membunuh bakteri Stapylococcus aureus, (Sylvia T. Pratiwi, 2008)

2. Mekanisme Aksi Antibiotik

Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan spektrum atau

kisaran kerja, mekanisme aksi, strain penghasil, cara biosintesis

maupun berdarkan struktur biokimianya. Berdasarkan spektrum atau

kisaran kerjanya antibitik dapat dibedakan menjadi antibiotik

berspektrum sempit (narrow spectrum) dan antibiotik berspektrum

luas (broad spectrum. Antibiotik berspektrum sempit hanya mampu

menghambat segolongan bakteri saja, contohnya hanya mampu

menghambat atau membunuh bakteri dari golongan Gram negatif saja

atau Gram positif saja. Sedangkan antibiotik berspektrum luas dapat

menghambat atau membunuh bakteri dari Gram positif maupun Gram

negatif.

Berdasarkan mekanisme aksinya antibiotik dibedakan menjadi

lima, yaitu antibiotik dengan mekanisme penghambatan sintesis

dinding sel, perusakan membran plasma, penghambatan sintesis

protein, penghambatan sintesis asam nukleat, dan peghambat sintesis

metabolit esensial, (Sylvia T. Pratiwi, 2008).

Page 49: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

32

7. Metode Pengujian Antibakteri

Sylvia T. Pratiwi (2008), pengujian mikrobiologi memanfaatkan

mikroorganisme sebagai indikator pengujian. Metode yang digunakan

dalam pengujian antibakteri yaitu metode difusi dan metode dilusi.

a. Metode Difusi

1. Metode disc diffusion (test Kirby & Bauer)

Untuk menentukan agen antimikroba. Piringan yang berisi

agen antimikroba diletakan pada media agar yang telah ditanami

mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut.

Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media

agar.

1. E-test

Digunakan untuk mengestimasi kadar hambat

minimum yaitu konsentrasi minimal suatu agen antimikroba

untuk dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

2. Ditch-plate technique

Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba

yang diletakan pada parit yang dibuat dengan cara

memotong media agar dalam cawan petri pada bagian

tengah secara membujur dan mikroba uji (maksimal 6

Page 50: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

33

macam) digoreskan ke arah pari yang berisi agen

antimikroba..

3. Cup-plate technique

Metode ini serupa dengan metode disc diffusion,

dimana dibuat sumuran pada media agar yang telah

ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut

diberi agen antimikroba yang akan diuji.

4. Gradient-plate technique

Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada

media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga

maksimal. Media agar dicairkan dan larutan uji

ditambahkan. Campuran kemudian dituangkan ke dalam

cawan petri dan diletakan dalam posisi miring. Nutrisi

kedua selanjutnya dituang di atasnya. Setelah diinkubasi,

mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah

mulai dari konsentrasi tinggi ke rendah. Hasil

diperhitungkan sebagai panjang total pertumbuhan

mikroorganisme maksimal yang mungkin dibandingkan

dengan panjang pertumbuhan hasil goresan.

2. Metode Dilusi

1. Metode dilusi cair (broth dilution)

Mengukur kadar hambat minimum dan kadar bunuh

minimum. Cara yang dilakukkan adalah dengan membuat

Page 51: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

34

seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang

ditambahkan dengan mikroba uji. Lartan uji agen

antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa

adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai kadar

hambat minimum. Larutan yang ditetapkan sebagai kadar

hambat minimum tersebut selanjutnya dikultur ulang pada

media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen

antimikroba, dan diinkubasi selama 18 – 24 jam. Media cair

yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan

sebagai kadar bunuh minimum.

2. Metode dilusi padat (solid dilution)

Dilusi padat serupa dengan metode dilusi cair namun

menggunakan media padat (solid). Keuntungan metode ini

adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat

digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji.

8. Pewarnaan Gram

Pewarnaan gram merupakan cara untuk membedakan bakteri.

Pewarnaan gram ini tergolong dalam prosedur pewarnaan diferensial

(differential stain) yang menggunakan lebih dari satu warna yang

diciptakan oleh Hans Cristian Gram pada tahun 1884 (Sylvia T.

Pratiwi, 2008).

Page 52: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

35

Pewarnaan gram ini dilakukan untuk memastikan atau

membuktikan golongan gram bakteri uji yang akan digunakan dalam

peneliitian. Jenis gram ini jelas berkaitan dengan ketahanan bakteri uji

terhadap senyawa antibakteri ekstrak daun Jarak Merah yang akan

diuji dalam penelitian, karena bakteri gram positif relatif lebih tahan

terhadap kerusakan mekanisme, hal ini dikarenakan terdapat

perbedaan penyusun struktur dinding sel antara bakteri gram positif

dan gram negatif. Bakteri gram positif banyak mengandung

Peptidoglikan yang membentuk struktur yang tebal, sedangkan bakteri

gram negatif hanya mengandung satu atau beberapa Peptidoglikan

dan lebih banyak mengandung Lipopolisakarida (Sylvia T. Pratiwi,

2008).

Dinding sel bakteri pada bakteri Gram negatif memiliki

tambahan membran plasma dalam strukturnya. Membran luar ini

terkadang toksik (beracun) bagi hewan dan dapat menimbulkan

penyakit (Ferdinand, 2009).

9. Sterilisasi

Menurut Sylvia T. Pratiwi (2008), strerilisasi dalam mikrobiologi

merupakan proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal

ini mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri dan virus) yang terdapat

pada suatu benda atau di dalam suatu benda.

Page 53: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

36

Menurut Hasdiana (2012), mengatakan bahwa cara sterilisasi dan

desinfektan adalah sebagai berikut :

1. Pembersihan

Pembersihan benda – benda atau permukaan tubuh akan

mengurangi jumlah mikroba sehingga memperkecil kemungkinan

terjadinya infeksi. Misalnya, cuci tangan dengan sabun dan dibilas

dengan air mengalir sebelum melakukan sterilisasi.

Sinar ultraviolet dalam sinar matahari bersifat germecida, dapat

membunuh bakteri bentuk vegetative maupun bentuk spora. Walaupun

untuk membunuh spora waktunya harus lebih lama. Sinar ultraviolet

digunakan untuk sterilisasi ruang bedah, ruang industri farmasi

dimana obat – obat steril dimasukkan ke dalam vial atau ampul.

Hanya saja sinar ultraviolet daya tembusnya kurang, sehingga hanya

dapat mematikan mikroba – mikroba yang terdapat pada permukaan

saja.

Sinar X dan sinar Gamma dapat membunuh mikroba karena

merusak DNA dan menyebabkan ionisasi komponen sel. Radiasi

dengan sinar X atau Gamma sering digunakan untuk strerilisasi benda

– benda yang tidak tahan suhu tinggi.

2. Pendinginan

Suhu rendah menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan

mikroba terhenti. Beberapa bakteri patogen mati pada suhu 00 C.

3. Pemanasan

Page 54: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

37

Umumnya bakteri bentuk vegetative mati dalam waktu 5 – 10

menit pada suhu 650 C, hal ini sama saja bakteri yang mampu

membentuk spora maupun tidak. Sedangkan bentuk spora perlu waktu

lebih lama misalnya bentuk spora Clostridiumbotulinu pada suhu 1000

C mati dalam waktu 5 jam. Pemanasan dapat mematikan bakteri,

karena mengumpulkan proto plasmanya, koagulasi protoplasma ini

akan lebih cepat bila terdapat lebih banyak air. Karena itu, sterilisasi

dengan uap air panas akan lebih cepat bila dibandingkan dengan udara

panas kering.

Metode strerilisasi dibagi menjadi dua, yaitu metode fisik dan

metode kimia. Metode strerilisasi kimia dilakukan dengan

menggunakan bahan – bahan kimia, sedangkan metode sterilisasi fisik

dapat dilakukan dengan cara panas baik panas kering maupun panas

basah, radiasi dan filtrasi.

a. Metode Sterilisasi Fisika

Metode ini digunakan untuk bahan yang tahan panas.

Dengan menggunakan uap air disebut metode strerilisasi panas

lembab atau strerilisasi basah. Sedangkan tanpa kembapan (tanpa

menggunakan uap air) disebut sterilisasi kering. Pada umumnya

untuk bahan yang sensitif terhadap kelembaban digunakan

metode sterilisasi panas kering pada temperatur 160 - 1800 C,

sedangkan untuk bahan yang resisten kelembaban digunakan

metode sterilisasi panas basah pada temperatur 115 - 1340 C.

Page 55: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

38

Sterilisasi panas kering ini tidak dapat digunakan untuk

bahan yang terbuat dari karet atau plastik, waktu sterilisasinya

lama (sekitar 2 – 3 jam ) dan tidak memerlukan air sehingga tidak

ada uap air yang membasahi alat atau bahan yang disterilkan. Ada

dua cara yaitu pembakaran dengan api dari bunsen sekitar 3500 C

dan dengan udara panas oven dengan temperatur 160 - 1700 C`

Sedangkan sterilisasi panas basah dengan perebusan

menggunakan air mendidih 1000 C selama 10 menit, digunakan

untuk bahan yang sensitif panas. Alat yang digunakan yaitu

autoklaf dengan adanya pengaturan tekanan dan klep pengaman.

Proses sterilisasi dengan autoklaf ini dapat membunuh

mikroorganisme dengan mendenaturasi protein pada enzim

membran sel mikroorganisme. Proses ini juga dapat membunuh

endospora bakteri. Resistensi mikroorganisme terhadap panas

bervariasi tergantung dari spesiesnya.

b. Metode Sterilisasi Kimia

Metode ini dilakukan untuk bahan – bahan yang rusak bila

disterilkan pada suhu tinggi (misanya bahan dari plastik) dengan

menggunakan gas atau radiasi. Berapa bahan kimia yang dapat

digunakan untuk sterilisasi gas adalah etilen oksida, gas

formaldehid, asam parasetat, dan glutaraldehid alkalin. Dapat juga

dilakukan dengan penggunaan cairan desinfektan yaitu zat

Page 56: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

39

kimiawi yang digunakan untuk objek tak hidup, dan berupa

senyawa aldehid, hipoklorit, fenolik dan alkohol.

10. Sabun

2.10.1 Pengertian Sabun

Sabun adalah kosmetik dengan daya pembersih dan dibuat

dengan mempersenyawakan lemak – lemak dengan basa dalam

jumlah berlebihan. Ini dilakukan dengan cara mencampurkan bahan

– bahan dasar tersebut dan memanaskannya. Karena pada proses ini

basa tersedia dalam jumlah berlebihan, maka dalam kebanyakan

sabun masih terdapat sisa-sisa basa sehingga kebanyakan sabun

pun bersifat basa. Pada persenyawaan tersebut berlangsung reaksi

berikut : asam lemak + basa – sabun + gliserin. Sebagai basa

digukan kalium hidroksida (KOH) atau natrium hidroksida

(NaOH). Sedang yang dibuat dengan kalium hidroksida

berkonsistensi lembek, sedangkan yang dibuat dengan natrium

hidroksida berkonsistensi keras (padat), (Rostamailis, 2005).

2.10.2 Fungsi Sabun

Fungsi sabun dalam anekaragam cara adalah sebagai bahan

pembersih kulit. Sabun terdiri dari surfaktan sehingga dapat

menurunkan tegangan permukaan, sabun bertindak sebagai suatu

zat pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan gemuk ; dan

sabun teradsorpsi pada butirab kotoran, (Rahma N, 2017).

Page 57: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

40

11. Uji Evaluasi

Pengujian evaluasi fisika sabun padat meliputi :

1. Organoleptik

Pengamata organoleptik dilakukan dengan cara visual dengan

mengamati bentuk, warna dan bau dari sabun padat yang

dihasilkan, (Tjitraresmi dkk, 2010).

2. pH

Sabun pada umumnya mempunyai pH sekitar 10 (Mitsui,

1997). Sabun yang baik memiliki pH yang tidak jauh dari pH

normal kulit yaitu 5,5 – 6,5 sampai pH netral yaitu 7.

Wasitaatmadja (1997) menjelaskan bahwa pH merupakan

parameter yang sangat penting dalam suatu produk kosmetik

karena pH dari kosmetik yang dipakai mempengaruhi daya

absorbsi kulit. Kosmetik dengan pH yang sangat tinggi atau sangat

rendah dapat meningkatkan daya absorbsi kulit sehingga kulit

menjadi teriritasi, (Ayu et al., 2010).

3. Tinggi busa

Busa adalah suatu dispersi koloid dimana gas terdispersi dalam

fase kontinyu yang berupa cairan, (Sachram, 2005). Busa

merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan mutu

sabun mandi. Pada penggunaannya, busa berperan dalam proses

pembersihan dan melimpahkan wangi sabun pada kulit. Adanya

senyawa tidak jenuh (asam lemak tidak jenuh) dalam campuran

Page 58: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

41

minyak, tidak akan menstabilkan busa, (Gromophone, 1983 dalam

Hernani et al., 2010).

12. Uji Stabilitas

Stabilitas obat adalah kemampuan suatu produk untuk

mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang

dimilikinya. Pada saat dibuat (identitas, kekuatan, kemurnian) dalam

batasan yang diinginkan sepanjang periode penyimpanan dan

penggunaan. Uji stabilitas dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :

1. Uji Stabilitas Jangka Pendek (real time)

Pada uji stabilitas ini dilakukan penyimpanan obat selama

jangka waktu dan kondisi penyimpanan yang tertentu (suhu,

cahaya, udara, kelembaban) di dalam lemari atau ruangan. Pada

selang waktu tertentu dan pada akhir percobaan dilakukan kontrol

terhadap kandungan bahan obat ataupun efektifitasnya, sifat

mikrobiologis serta sensoriknya dan kondisi galenik sediaan yang

dideteksi dengan metode fisika. Sampai dengan waktu yang sangat

lama, sampai dengan waktu kadaluarsa produk seperti yang tertera

pada kemasan. Pengujian dilakukan selama 3 bulan sekali pada

tahun pertama, setiap 6 bulan sekali pada tahun kedua, dan setiap

setahun sekali pada tahun ketiga, dan seterusnya. Uji stabilitas

jangka panjang harus dimulai pada waktu yang sama untuk tujuan

pembuktian kemudian harus melalui perhitungan, (Syahputri,

2006).

Page 59: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

42

2. Uji Stabilitas Jangka Pendek (dipercepat)

Merupakan uji yang dirancang untuk meningkatkan kecepatan

penguraian kimia atau sifat fisika obat, bertujuan untuk memantau

reaksi penguraian dan memperkirakan masa edar pada kondisi

penyimpanan normal. Pada uji stabilitas dipercepat abat dilakukan

selama 6 bulan dengan kondisi ekstrim. Interval pengujian

dilakukan pada bulan ke-3 dan ke-6, (Syahputri, 2006).

Page 60: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

3.1.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek /

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2013).

Populasi pada penelitian ini adalah tanaman Jarak Merah (Jatropha

gossypifolia L) yang berasal dari Desa Tanjakan – kabupaten Indramayu

dan koloni bakteri Gram positif.

3.1.2 Sampel

Sampel adalah sebuah guggus atau jumlah anggota himpunan yang

dipilih dengan cara tertentu agar mewakili populasi (Sudibyo &

Surahman, 2014). Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan

metode Purposive sampling.

Sampel yang diteliti adalah daun Jarak Merah (Jatropha

gossypifolia L.) dan bakteri Staphylococcus aureus.

Page 61: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

44

3.1.3 Variabel Penelitian

Menurut sugiyono (2013) variabel penelitian adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai

variabel tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulan, macam – macam variabel yang digunakan dalam penelitian

ini terdiri dari :

a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah Sabun padat Ekstrak daun Jarak

merah (Jatropha gossypifolia L) dengan konsentrasi 20%, 30% dan

40%.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah efektivitas antibakteri sabun padat ekstrak daun

Jarak merah (Jatropha gossypifolia L) terhadap bakteri

Staphylococcus aureus, ditunjukan dengan zona bening di daerah

sekitar sumuran.

Page 62: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

45

c. Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat

konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel teriikat

tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.

Variabel kontrol dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu :

1) Variabel Positif (K+) adalah variabel kendali positif yang

mengandalkan atau sebagai perbandingan yang berkaitan dengan

variabel bebas.

Kontrol positif sebagai pembanding menggunakan sabun padat “

sabun padat Dettol”.

2) Kontrol Negatiif (K-) adalah variabel kendali negatif yang

digunakan sebagai variabel netral atau variabel dengan perlakuan

netral dalam penelitian.

Kontrol negatif sebagai perbandingan menggunakan formulasi

basis sabun padat.

Page 63: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

46

3.1.4 Operasional Variabel

Bagan 3.1 Keterkaitan Variabel Bebas, Variabel Kontrol dan Variabel

Terikat

Keterangan :

X1 = Sabun padat ekstrak daun Jarak merah (Jatropha gossypifolia

L) konsentrasi 20%

X2 = Sabun padat ekstrak daun Jarak merah (Jatropha gossypifolia

L) konsentrasi 30%

X3 = Sabun padat ekstrak daun Jarak merah (Jatropha gossypifolia

L) konsentrasi 40%

Y

X1

X2

X3

K+

K-

Page 64: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

47

Variabel Kontrol

K+ = Kontrol Positif adalah Sabun padat Dettol

K- = Kontrol Negatif adalah basis sabun padat

Variabel Terikat

Y= Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

3.2 Metode Penelitian

Menurut Margono (2010) metode penelitian adalah semua kegiatan

pencarian, penyelidikan dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang

tertentu, untuk mendapatkan fakta – fakta atau prinsip – prinsip baru yang

bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan naikkan tingkat ilmu

serta teknologi. Sedangkan menurut Subagyo (2006) “metode penelitian

adalah suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan

terhadap segala permasalahan”.

Metode penelitian dalam Uji Efektivitas Antibakteri Sabun Padat

Ekstrak Daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L) Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus menggunakan penelitian eksperimenyang

dilakukan di laboratorium. Metode eksperimen digunakan untuk

memperoleh data dengan melakukan penelitian secara langsung terhadap

objek yang diteliti.

Page 65: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

48

3.3 Desain Penelitian

Determinasi Jarak Merah Penyiapan Alat dan Bahan

Pembuatan Sabun Padat

Ekstrak Daun Jarak Merah

denan Konsentrasi 20%, 30%

dan 40%

Pengumpulan Bahan

Uji Stablitas Sabun Padat

Ekstrak Daun Jarak Merah

Sterilisasi Alat dan Bahan

Pembuatan Nutrient Agar

Uji Aktivitas Selama 2x24 Jam pada Suhu 370

Penanaman Bakteri

Peremajaan Bakteri

Analisa Data

Pewarnaan Gram

Pembuatan Ekstrak Daun

Jarak Merah

Skrining Fitokimia

Page 66: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

49

Bagan 3.2 Desain Penelitian

3.3.1 Desain Eksperimen

Cawan I Cawan II

Cawan III

X

1

X

2

X

3

K- K

+

X

2

X

1

X

3

K

+

K-

X

2

X

1

X

3

K- K

+

X

2 X

2

X

3

X

3

X

1

X

1

K- K- K

+

K

+

Page 67: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

50

Cawan IV Cawan V

Gambar 3.3 Desain Eksperimen dengan Sumuran

Keterangan :

X1 = Sabun padat Ekstrak daun Jarak merah (Jatropha

gossypifolia L) konsentrasi 20%

X2 = Sabun padat Ekstrak daun Jarak merah (Jatropha

gossypifolia L) konsentrasi 30%

X3 = Sabun padat Ekstrak daun Jarak merah (Jatropha

gossypifolia L) konsentrasi 40%

K+ = Kontrol Positif adalah Sabun padat Dettol

K- = Kontrol Negatif adalah basis sabun padat

3.3.2 Pengambilan Data

Daya hambat atau daerah bening pada sumuran yang tela diinduksi

oleh bakteri Staphylococcus aureus, sediaan Sabun padat Ekstrak daun

Jarak merah (Jatropha gossypifolia L) dan Sediaan Sabun padat tanpa

Ekstrak daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L) dihitung

menggunakan jangka sorong dengan mengukur sisi Vertikal (V) dan

Horizontal (H) dalam satuan centimeter (cm).

Page 68: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

51

V D

Gambar 3.4 Pengukuran Diameter (d) Zona Bening

Setelah didapat maka jumlah dari perhitungan horizontal dan vertikel

dijumlahkan agar mendapat hasil rata – rata dari nilai daya hambat atau

zona bening (cm).

H

Page 69: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

52

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1 Alat yag Digunakan

Alat – alat yang digunakna dalam penelitian dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 3.1 Alat – alat yang Digunakan

Jenis Perlakuan Alat – alat

Peremajaan Bakteri Timbangan digital, kertas perkamen, spatel,

tabung reaksi, kain kassa, kapas steril, benang

kasur, erlenmeyer, beakerglas, kaki tiga, kassa

asbes, autoklaf.

Pembuatan Sabun Padat

Ekstrak daun Jarak

merah

Beaker glass, batang pengaduk, baskom,

penangas air, gelas ukur.

Pewarnaan Gram Pipet tetes, object glass, kertas isap, mikroskop.

Uji Antibakteri Timbangan digital, kertas perkamen, spatel,

erlenmeyer, batang pengaduk, gelas ukur, kaki

tiga, kassa asbes, pembakar spirtus/bunsen,

sumbat kaps dan kassa, tabung reaksi, jarum

ose, inkubator, spuit, cawan petri, spidol dan

label, jangka soronhg, pembuat sumuran, pipet

Page 70: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

53

tetes, rak tabung reaksi, masker, sarung tangan.

Sterilisasi Kertas roti dan autoklaf.

3.4.2 Bahan yang Digunakan

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 3.2 Bahan – bahan yang Digunakan

Jenis Perlakuan Bahan – bahan

Bahan Utama Ekstrak daun Jarak merah, minyak sawit, minyak

zaitun, NaOH, aquadest, parfum, cocamid DEA.

Larutan Mc. Ferland BaCl, larutan H2SO4, Aquadest.

Bahan Pewarnaan Gram Kristal violet, larutan iodium, alkohol, air,

safranin.

Bahan Uji Antibakteri Nutrient Agar (NA)

Bakteri Uji Staphylococcus aureus

Kontrol Positif Dettol Sabun padat

Kontrol Negatif Basis Sabun

3.5 Langkah Kerja

3.5.1 Determinasi Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L)

Page 71: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

54

Tahap pertama penelitian adalah dilakukan determinasi tanaman

Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.). Determinasi bertujuan untuk

menetapkan kebenaran yang berkaitan dengan ciri – ciri morfologi secara

makroskopis tanaman Jarak merah (Jatropha gossypifolia L) terhadap

kepustakan. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium STF YPIB

Cirebon.

3.5.2 Pembuatan Simplisia

Menyiapkan daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.) yang segar

sebanyak 1 kg, kemudian dibersihkan dan dicusi dengan air mengalir, lalu

dirajang, dan ditimbang, kemudian dikeringkan. Pengeringan dilakukan

dengan suhu antara 30 – 900 C (terbaik 60

0 C) sampai menjadi simplisia.

3.5.3 Pembuatan Ekstrak daun Jarak merah (Jatropha gossypifolia L)

Tabel 3.3 Pembuatan Ekstrak daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.)

No Filtrat 1 Filtrat 2

1 300 gram simplisia

2.250 ml etanol 96%

Filtrat 1 ditambahkan dengan 750

ml etanol 96%

Cara pembuatan ekstrak daun Jarak merah

1. menyiapkan serbuk simplisia kemudian ditimbang sebanyak 300 gram

dan masukkan ke dalam maserator.

Page 72: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

55

2. Masukkan etanol 96% sebanyak 75 ml 2.250 ml ke dalam simplisia

(sampai terendam), kemudian diaduk sampai tercampur, tutup rapat dan

biarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya.

3. Setelah 5 hari, maserat dikeluarkan dari maserator kemudan diserkai,

ditampung.

4. Kemudiaan menambahkan dengan penyari penyari atau etanol 96%

sebanyak 750 ml (sampai terendam)`

5. Mengaduk sesering mungkin dan simpan kembali selama 2 hari untuk

tahap yang kedua.

6. Menyerkai kembali dan tampung filtrat yang kedua, setelah itu jadikan

satu dengan filtrat yang pertama.

7. Sejumlah volume maserat yang diukur, dimasukkan ke dalam cawan

penguap, kemudian diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental,

kemudian timbang dan konversikan tahap volume ekstrak total yang

diperoleh, lalu timbang rendemennya.

Rendeman =

3.5.4 Skrining Fitokimia

A. Skrining Senyawa Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder yang dalam

strukturnya terdapat atom nitrogen heterosiklik. Pengenalan alkaloid

berdasarkan pada kemampuannya membentuk senyawa kompleks

Page 73: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

56

tidak larut dengan pereaksi yang mengandung logam berat. Pereaksi

yang umum digunakan adalah :

a. Pereaksi Mayer, megandung kalium iodida dan raksa (II)

klorida.

b. Pereaksi Dragendorf, mengandung Bismutsubnitrat dan raksa

(II) klorida.

Pengujian dilakukan dengan memasukkan 5 gram simplisia

ditambah 5 ml Na4OH digerus dalam mortir kemudian ditambah 5

ml kloroform kemudian disaring, filtrat ditambahkan 2 ml HCl 2N,

ambil sedikit campurann tambahkan 1 ml pereaksi mayer terjadinya

endapan putih menunjukan adanya senyawa alkaloid.

3.5.5 Pembuatan Sabun Padat Ekstrak Daun Jarak Merah (Jatropha

gossypifolia L.)

Resep sediaan sabun padat

R/ Minyak sawit 20 ml

Minyak zaitun 10 ml

NaOH 6 gram

Cocamid DEA 4 gram

Nipagin 0,1 gram

Aquadest 100 ml

Mf. Sabun Padat

Page 74: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

57

Tabel 3.4 Formulasi Sediaan Sabun padat Ekstrak daun Jarak merah

(Jatropha gossypifolia L.)

Bahan Formulasi

20% 30% 40% K-

Ekstrak daun Jarak merah 20 g 30 g 40 -

Minyak sawit 20 mL 20 mL 20 mL 20 mL

Minyak zaitun 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL

NaOH 6 g 6 g 6 g 6 g

Cocamid DEA 4 g 4 g 4 g 4 g

Nipagin 0,1 g 0,1 g 0,1 g 0,1 g

Oleum Rossae 3 gtt 3 gtt 3 gtt 3 gtt

Aquadest ad 100 ad 100 ad 100 ad 100

Cara Pembuatan

Page 75: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

58

1. Siapkan alat dan bahan

2. Timbang semua bahan

3. Larutkan NaOH dalam aquadest dan aduk hingga larut, tempatkan

pada tempat yang tahan panas.

4. Kemudian masukkan minyak sawit dan minyak zaitun ke dalam

beaker glass, panaskan sampai suhu 700 C.

5. Masukkan Cocamid DEA aduk hingga homogeny.

6. Masukkan NaOH sedikit demi sedikit aduk sampai homogen.

7. Selanjutnya tambahkan ekstrak duan jarak merah (Jatropha

gossypifolia L.) untuk F1 sebanyak 20 gram, F2 30 gram dan F3

sebanyak 40 gram dengan pelan – pelan dicampukan ketika larutan

sudah dingin.

8. Tambahkan minyak mawar aduk sampai homogen.

9. Tunggu sampai larutan mengental membentuk biang sabun dan

hentikan pengadukan.

10. Setelah itu masukkan parfum ke dalam adonan lalu tuang dalam

cetakan.

3.5.6 Uji Evaluasi Sabun Padat Ekstrak Daun Jarak Merah (Jatropha

gossypifolia L.)

A. Uji Organoleptis

Page 76: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

59

Pengujian organoleptis dilakukan dengan mengamati perubahan

sediaan sabun padat dari bentuk, warna dan bau selama 28 hari,

(Tjitraresmi dkk, 2010).

B. Uji pH

Pengukuran nilai pH sediaan dilakukan dengan menggunakan

stikpH indikator. Nilai pH sediaan diukur mulai dari minggu 1, 2, 3

hingga minggu ke – 4. Nilai pH sediaan yang baik berkisar antar 6 –

8 sesuai dengan nilai pH pada kulit agar tidak mengiritasi.

Pengukuran pH dilakukan dengan cara melarutkan sabun padat

1 gram dengan 10 ml aquadest hingga homoogeny. Celupkan stik

selama 1 menit, kemudian diamkan hingga kering. Setelah keringg,

cocokkan warna yang terlihat dengan pH indikator yang terdapat

dalam kemasan.

C. Uji Tinggi Busa

Sampel sabun padat sebanyak 5 gram dilarutkan terlebih

dahulu dengan air 10 ml kemudian dimasukan ke dalam tabung dan

kemudian diitutup. Tabung dikocok selama 1 menit dan dibaca

tinggi busa yang terbentuk. Tinggi dan kestabilan busa diamati pada

Page 77: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

60

waktu setelah pengocokan dan setelah 5 menit pengocokan (Piyali et

al, 1999 dalam Jannah, 2009).

3.5.7 Uji Stabilitas Sabun Padat Ekstrak Daun Jarak Merah (Jatropha

gossypifolia L.)

Sediaan sabun padat yang telah dibuat yaitu sabun padat Ekstrak

daun Jarak merah (Jatropha gossypifolia L.)dengan konsentrasi 20%,

konsentrasi 30% dan konsentrasi 40%, masing-masing di uji

stabilitasnya sebanyak 5 ml menggunakam cara dipercepat dengan

parameter bentuk, bau, warna, pH, dan tinggi busa pada suhu 4ºC, 25ºC

dan 40ºC dan hari 8, 15, 22, dan 29.

3.5.8 Sterilisasi Alat dan Bahan

Sterilisasi alat – alat dan bahan yang diperlukan yaitu Nutrient Agar

(NA), cawan petri dilakukan dengan cara pemanasan basah yaitu

menggunakan autoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit, dan ada pula

alat tertentu yang disterilkan menggunakan pembakaran spiritus/bunsen

dengan cara diflambir.

3.5.9 Pembuatan Media

Media yang digunakan adalah media padat agar (NA) miring untuk

peremajaan biakan murni bakteri Staphylococcus aureus dan media cawan

Page 78: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

61

petri untuk uji antibakteri sabun padat ekstrak daun Jarak merah (Jatropha

gossypifolia L.)terhadap bakteri Staphylococcus aureus, pembuatan media

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Tabel 3.5 Untuk Pengujian Cawan Petri

No Bahan 1 Cawan 5 Cawan

1 NA 0,25 1,25

2 Sukrosa 1 5

3 Aquadest 17 85

(sumber : Prof. Dwidjoseputro, 2008)

Tabel 3.6 Untuk Pengujian Agar Miring

No Bahan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

1 NA 0,083 gram 0,083 gram 0,083 gram

2 Sukrosa 0,3 gram 0,3 gram 0,3 gram

3 Aquadest 5,6 gram 5,6 gram 5,6 gram

(sumber : Prof. Dwidjoseputro, 2008)

Perhitungan untuk agar miring :

NA :

Sukrosa :

Aquadest :

Page 79: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

62

Cara Pembuatan media agar

1. Masukkan sukrosa 1 gram, nutrient agar 0,25 gram dan aquadest 17 ml

ke dalam erlenmeyer.

2. Memanaskan larutan nutrient agar sambil diaduk sampai larutan

nutrient agar jernih dan homogen.

3. Menyumbat mulut erlenmeyer dengan kapas dan kasa steril, kemudian

bungkus dengan kertas perkamen setelah itu diikat dengan benang.

4. Melakukan sterilisasi dengan suhu 1210 C selama 15 menit.

5. Setelah dilakukan sterilisasi tuang larutan nutrient agar ke dalam

tabung steril, untuk 3 tabung reaksi masing – masing 5 ml.

6. Memiringkan tabung reaksi dengan kemiringan 100 biarkan hingga

padat. Pembuatan media agar dilakkan secara aseptik.

3.5.10 Peremajaan Bakteri Staphylococcus aureus

1. setelah agar memadat dilakukan peremajaan bakteri.

2. Melakukan flambir jarum ose dari pangkal sampai ujung hingga

berwarna merah.

3. Mengambil inokulasi dari biakan induk Staphylococcus aureus dengan

menggunakan jarum ose yang sudah dipijar.

4. menanamkan inokulasi dalam media agar miring berbentuk zig – zag.

5. menginkubasi biakan selama 24 jam dengan suhu 370 C.

Page 80: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

63

3.5.11 Kesetaraan Mc. Farland

Standar kekeruhan Mc.Farland berupa larutan yang dibuat dari

suspensi Barium Sulfat beskala dari 1 sampai 10, yang menjelaskan

konsentrasi spesifik dari bakteri per-ml. Ini didesain untuk mengestimasi

konsentrasi bakteri. Kekeruhan larutan bakteri pada tiap tube kurang

lebih sesuai dengan nomor skala Mc. Farland. Untuk menentukan

perkiraan populasi dari sebuah suspensi bakteri, kekeruhan secara visual

dapat dibandingkan dengan satu set larutan standr Mc. Farland.

Tabel 3.7 Jumlah Bakteri Sesuai dengan skala Mc. Farland

Skala Jumlah Bakteri (x 10/ml)

1 300

2 600

3 900

4 1.200

5 1.500

6 1.800

7 2.100

8 2.400

9 2.700

10 3.000

Cara membuat larutan standar Mc. Farland dengan mengguankan

standar Barium sulfat yaitu dengan mencampurkan Barium Klorida

Page 81: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

64

1,175% dengan larutan Asam sulfat 1% disimpan pada tabung reaksi

yang telah diberi tanda dengan perbandingan sesuai pada tabel 3.8

formulasi pembuatan larutan standar Mc. Farland. Kemudian tabung

ditutup rapat dan disimpan pada suhu ruang di tempat gelap. Laruan ini

akan stabil paling tidak 6 bulan. Untuk menggunakannya, kocok tabung

beberapa kali untuk mensuspensi ulang endapan Barium sulfat.

Tabel 3.8 Formulasi Pembuatan Larutan Mc. Farland

Skala BaCl2 1,175% (ml) H2SO4 1% (ml)

1 0,1 9,9

2 0,2 9,8

3 0,3 9,7

4 0,4 9,6

5 0,5 9,5

6 0,6 9,4

7 0,7 9,3

8 0,8 9,2

9 0,9 9,1

10 1,0 9,0

3.5.12 Pembuatan Suspensi Biakan

Biakan Staphylococcus aureus yang telah diinkubasi, diekstraksi

dengan larutan NaCl fisiologis yang diambil dengan mengunakan spuit 2,5

cc disuspensikan ke dalam tabung reaksi kemudian goyang – goyangkan

Page 82: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

65

tabung reaksi beberapa saat hingga tersuspensi secara sempurna, kemudian

dibandingkan dengan larutan Mc. Farland.

3.5.13 Uji Pewarnaan Gram Bakteri Staphylococcus aureus

Menurut Dwidjoseputro dalam Etty Haryati (2010)

1. Membuat sediaan mikroskopik dari biakan yang akan diwarnai.

2. Tuangilah sediaan dengan karbol kristal violet, biarkan selama 3 hari

menit.

3. Buanglah kelebihan zat warna pada sediaan tersebut.

4. Tuangi larutan lugol, biarkan selama 45 – 60 detik

5. Masukan ke dalam alkohol 96% dalam beaker glass, goyang –

goyangkan selama 1 menit.

6. Bilaslah dengan air dengan menggunakan botol semprot, keringkan

dengan kertas isap.

7. Tuangi larutan safranin, biarkan 3 menit.

8. Cuci dengan air menggunakan botol semprot dengan keringkan di

udara.

9. Amati sediaan di bawah mikroskop dengan menggunakan lensa

objektif 100 X, terlebih dulu sediaan ditetesi minyak imersi.

10. Hasil pewarnaan :

- berwarna ungu : Gram positif

- berwarna merah : Gram negatif

Page 83: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

66

3.5.14 Pengujian Daya Efektivitas Antibakteri

1. Diawali dengan menandai bagian bawah cawan petri.

2. Kemudian tuangkan larutan NA yang sudah disterilkan (suhu 400 C)

ke dalam 5 cawan petri yang sudah disediakan, masing – masing

sebanyak 20 ml, diamkan sebentar hingga larutan NA tidak terlalu

panas.

3. Setelah itu masukkan susupensi bakteri Staphylococcus aureus ke

dalam masing – masing cawan petri yang telah berisi larutan NA

masing – masing sebanyak 0,2 ml dengan mengunakan spuit 1 cc.

4. Selanjutnya goyang – goyangkan agar suspensi menyebar dan

homogen dengan larutan NA.

5. Biarkan uap keluar pada suhu kamar selama beberapa menit agar

terbebas dari air kondensasi, lalu diamkan sampai padat.

6. Kemudian buat sumuran pada NA pada cawan petri yang telah

ditandai pada bagian bawah dan lubangi dengan menggunakan jarum

ose. Sumuran kemudian diisi dengan bahan yang sudah disiapkan

manggunakan spuit 1 cc, masing – masing sebanyak 0,1 ml. Masing –

masing bahan tersebut yaitu sabun padat Ekstrak daun Jarak merah

(Jatropha gossypifolia L.) dengan konsentrasi 20%, 30% dan 40%

masing – masing untuk satu sumuran, basis sabun padat sebagai

kontrol negatif untuk satu sumuran, dan sediaan sabun padat Dettol

sebagai kontrol positif untuk satu sumuran,

Page 84: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

67

7. Selanjutnya inkubasi kelima cawan petri tersebut di dalam inkubator

suhu 220 C - 37

0 C selama 2 x 24 jam.

3.5.15 Desinfeksi Alat – alat

Alat – alat yang digunakan setelah penelitian didesinfeksi dengan

menggunakan lysol dengan cara merendam alat – alat dalam bejana

desinfektan dengan larutan lysol lalu didihkan selama 1 jam. Biarkan

rendaman tadi selama 24 jam, kemudian cuci alat – alat yang sudah

direndam dengan sabun dan bilas dengan air.

3.6 Pengumpulan Data

Pada penelitian ini pengumpulan data berdasarkan pada data hasil

efektiviitas antibakteri Staphylococcus aureus / zona bening dari sabun padat

Ekstrak daun Jarak merah (Jatropha gossypifolia L.) terhadap bakteri

Staphylococcus aureus. Cara penarikan kesimpulannya adalah :

1. Pengumpulan Data Primer

2. Pengumpulan Data Sekunder

Dalam melakukan pengumpulan data ini dilakukan dengan mencatat

hasil yang didapat selama melakukan eksperimen sebanyak 2x24 jam diamati

setiap hari selama 2 hari.

Page 85: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

68

3.7 Teknik Pengolahan dan Pengumpulan Data

3.7.1 Uji Kruskal Wallis Test

Uji kruskal-Wallis adalah tes nonparametrik yang digunakan pada

sampel independen yang berjumlah lebih dari dua. Uji ini bisa

digunakan sebagai alternatif uji parametrik Anova satu arah apabila

asumsi normalitas tidak terpenuhi atau nilai varians tidak sama (tidak

homogen), yang bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya

perbedaan yang signifikan antara 2 atau lebih kelompok variansi

independen dengan variabel independen (Hidayat dan Istiadah, 2011).

Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji Kruskal-Wallis yaitu :

1) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan.

2) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang

menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Hipotesis pembacaan uji Kruskal-Wallis sebagai berikut :

Ho : Sabun padat ekstrak daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.)

tidak memiliki efektivitas antibakteri terhadap Stapylococcus

aureus.

H1 : Sabun padat ekstrak daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.)

memiliki efektivitas antibakteri terhadap Stapylococcus aureus.

Page 86: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

69

3.7.2 Uji Mann–Whitney

Uji Mann-Whitney merupakan salah satu uji statistik

nonparametrik yang digunakan untuk uji sampel bebas yang berjumlah

2 sampel serta keduanya tidak saling berhubungan satu dengan yang

lainnya. Uji ini memiliki tujuan yang sama dengan uji t pada uji statistik

parametrik, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata data dua

sampel yang tidak berpasangan (Hidayat dan Istiadah, 2011). Adapun

dasar pengambilan keputusan dalam uji Mann-Whitney yaitu :

1) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Hipotesis pembacaan uji Mann-Whitney yaitu :

H0 : Tidak terdapat perbedaan aktivitas antibakteri antara sabun padat

ekstrak daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.) dengan

kontrol positif.

H1 : Terdapat perbedaan aktivitas antibakteri antara sabun padat ekstrak

daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.) dengan kontrol

positif.

Page 87: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

70

BAB IV

JADWAL PELAKSANAAN

4.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmasetik dan mikrobiologi

Sekolah Tinggi Farmasi (STF) YPIB Cirebon, jalan perjuangan no. 7 Cirebon.

4.2 Waktu Penelitian

Sedangkan waktu penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Rancangan Waktu Penelitian

Tahun 2017 – 2018

Rencana Pengerjaan Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

Pengajuan Judul

Penelusuran Pustaka

Penyusunan Proposal

Sidang Proposal

Penelitian

Analis Pengumpulan Data

dan Penelitian

Page 88: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

71

Penyusunan Skripsi

Sidang Skripsi

Page 89: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

72

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Guswin.2007. Tenologi Bahan Alam. Bandung : Institut Teknologi

Bandung

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta

Dwitjoyoseputro. 2010. Dasar – dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan

Ferdinand, F. 2009. Praktis Belajar Biologi X. Jakarta : Departemen Pendidikan

Garrity, G.M, et al. 2007. Taxonomic Outline of The Procaryotes: Bergey’s

Manual of Systemic Bacteriology. 2nd ed. New York. Reales 5,0 Spring-

Verlag

Gillespie S, Bamford K. 2009. Mikrobiologi Medis dan Infeksi. Jakarta : Erlangga

Gunawan D, dan Sri Mulyani. 2004. Farmakognosi Cetakan pertama. Jakarta :

Penebar Swadaya

Hariana, H. 2015. Tumbuhan Obat dan Khasiat cetakan 2 Edisi Revisi. Jakarta :

Penebar Swadaya

Harti Sri. 2014. Dasar – dasar Mikrobiologi Kesehatan. Nuha Medika

Haryati, E. 2010. Diktat dan Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Cirebon : Sekolah

Tinggi Farmasi (STF) YPIB Cirebon.

Hidayat S, Napitupulu RM. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta : Agriflo

Page 90: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

73

Irianto Koes. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1.

Bandung : YRAMA WIDYA.

Irianto Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2.

Bandung : YRAMA WIDYA.

Jawetz., et al. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz Melnick, & Adelberg.

Ed.23, Translation of Jawetz, Melnick, and Adelberg’s Medical

Mikrobiology 23th

Ed. Alih bahasa oleh Hartanto, H., et al. Jakarta : EGC

Joko Subagyo, P. 2006. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta :

Rineka Cipta.

Margono. 2010. Metodologi dan Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineke Cipta

Marjoni, Riza. 2016. Dasar – dasar Fitokimia Untuk Diploma III Farmasi.

Jakarta : Tratis Info Media.

Mitsui, T. 1997. New Cosmetik Science. Amsterdam-Netherlands : Elsevier

Science B.V.

Pratiwi T.Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Penebar Swadaya

Rohadi D. 2011. Diktat Kuliah Mikrobiologi dan Parasitologi. Cirebon. Akademi

Farmasi Muhamadia

Rostamailis. 2005. Perawatan Badan, Kulit dan Rambut. Jakarta : PT. Rineka

Cipta.

Scharam, Laurier L. 2005. Emulsion, Foams, and Suspensions. Germany : Wiley

VCH Verlag GmbH&Co. KgaA, Weinheim.

Page 91: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

74

Sudibyo dan Surahman. 2014. Metode Penelitian Untuk Mahasiswa Farmasi.

Jakarta : Trans Indo Media

Sudjana. 2002. Metode Statistika edisi keenam. Bandung : Tarsito

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif Kualitatif

dan R & D). Bandung : Alfabeta.

Susilawati, Widyastuti K. 2204. Farmakognosi. Jakarta : Bakti Husada

Syahputri V Mimi. 2006. Pemastian Mutu Obat Volume 1. Jakarta : Buku

Kedokteran EGC.

Syamsuni H.A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta : EGC

Tjay TH dan Kirana R. 2007. Obat – obat Penting edisi 6. Jakarta : PT Gramedia

Wasitaatmadja, S., M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta : UI Press.

Welsh. 2010. Clinical Characterristics, outcomes, and microbiologic associated

with Methicillin – Resistent Staphylococcus aureus Bacteial Pediatric

Patientstreated With Vancomycin. Jaournal Of Clinical Mirobiologi

Yuliani S, Satuhu S. 2012. Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Depok. Penebar

Swadaya

Ayu, Dewi Fortuna., Akhyar Ali., dan Rudianda Sulaiman. 2010. Evaluasi Mutu

Sabun Padat Dari Minyak Goreng Bekas Makanan Jajanan Di Kecamatan

Tampan Kota Pekanbaru dengan Penambahan Natrium Hidroksida dan

Lama Waktu Penyabunan, Prosiding SEMNAS 2010. Riau : Fakultas

Pertanian Universitas Riau.

http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/523/PROI

DING%20SEMNES%20LINGKUNGAN%20HIDUP%202010.pdf?seque

nce=3, (Diakses pada 23 November 2017 pukul 11:47).

Page 92: UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN PADAT EKSTRAK DAUN …

75

Hernani., Tatit K. Bunasor., dan Fitriati. 2010. Fomulasi Sabun Transparan

Antijamur dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga

L.Swartz.), Bul. Litro. Vol. 20 No. 2, 2010, 192 – 205. Bogor : Balitro

Litbang

Pertanian.https://balittro.litbang.Pertanian.go.id/ind/images/publikasi/bu

l.vol.21.n0.2sabun%20%ekstrak%20lengkuas.pdf, (Diakses pada 24

Desember 2017 pukul 13:38 WIB)

Jannah, Barlianty. 2009. Sifat Fisik Sabun Transparan dengan Penambahan Madu

Pada Konsentrasi yang Berbeda. Skripsi. Bogor: Fakultas Peternakan

Institut Peternakan Bogor. http://dokumen.tips/documents/uraian-

madu.html, diakses pada 23 Desember 2017 pukul 20:59.

Tjitraresmi, Ami., Sri Agung Fitri Kusuma dan Dewi Rusmiati. 2010. Formulasi

Dan Evaluasi Sabun Cair Antikeputihan Dengan Ekstrak Etanol Kubis

Sebagai Zat Aktif. Bandung : Fakultas Farmasi UniversitasPadjajaran

Bandung.

Trijtaresmi, Ami., sri Agung Fitri Kusuma dan Dewi Rusmiati. 2010. Formulasi

Dan Evaluasi Sabun Cair Antikeputihan DFengan Ekstrak Etanol Kubis

Sebagai Zat Aktif. Bandung : Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran

Bandung.

https://pustaka.unpad.ac.id/wpcontents/uploads/2011/09/pustaka_unpad

_formulasi_dan-evaluasi_sabun_cair.pdf, diakses pada tanggal 28

November 2017 pukul 20:30 WIB.