karakteristik fisik sabun padat berbahan dasar … · penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan...
TRANSCRIPT
KARAKTERISTIK FISIK SABUN PADAT BERBAHAN
DASAR TALLOW DENGAN PENAMBAHAN
SUSU ATAU KRIM
IHWAN NUL PADLI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Fisik
Sabun Padat Berbahan Dasar Tallow dengan Penambahan Susu atau Krim adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Ihwan Nul Padli
NIM D14100036
ABSTRAK
IHWAN NUL PADLI. Karakteristik Fisik Sabun Padat Berbahan Dasar Tallow
dengan Penambahan Susu atau Krim. Dibimbing oleh EPI TAUFIK dan
MOCHAMMAD SRIDURESTA SOENARNO.
Lemak internal umumnya memiliki nilai ekonomi yang rendah dan kurang
dimanfaatkan. Lemak internal dapat diubah menjadi tallow melalui poses
rendering sebagai bahan baku pembuatan sabun. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis karakteristik fisik sabun yang dibuat dari tallow dengan penambahan
susu atau krim. Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi kadar air,
kekerasan, derajat keasaman (pH) dan tinggi pembusaan. Rancangan percobaan
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap dengan 4
perlakuan dan 1 kontrol. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan analisis
ragam (ANOVA). Data yang tidak memenuhi asumsi dianalisis dengan analisis
nonparametrik Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan kadar air sabun
tallow krim dan sabun tallow susu berbeda dengan sabun kontrol (P<0.05).
Rataan kadar air sabun kontrol 2.74±0.29%, sabun tallow krim 5% sebesar
9.60±0.71%, sabun tallow krim 10% sebesar 8.61±007%, sabun tallow susu 5%
sebesar 10.18±0.41%, dan sabun tallow susu 10% sebesar 9.84±0.25%.
Kekerasan sabun dan tinggi pembusaan pada sabun tallow krim atau susu dan
sabun kontrol tidak berbeda nyata. pH sabun tallow susu berbeda nyata (P<0.05)
dari sabun tallow krim dan kontrol. Rataan nilai pH sabun kontrol sebesar 10.12±
0.03, sabun tallow krim 5% sebesar 10.16±0.01, sabun tallow krim 10% sebesar
10.13±0.01, sabun tallow susu 5% sebesar 9.96±0.03 dan sabun tallow susu 10%
sebesar 9.86±0.03. Uji organoleptik menunjukkan sabun krim memiliki warna
yang lebih putih dari sabun susu (P<0.05). Panelis lebih menyukai (P<0.05)
warna sabun pada perlakuan 10% krim. Aroma sabun antar perlakuan tidak
berbeda nyata. Aroma sabun yang dihasilkan yaitu beraroma lemak. Uji mutu
hedonik juga menunjukkan daya busa sabun yang ditambahkan krim dan susu
tidak berbeda nyata. Panelis menyatakan suka pada uji hedonik daya busa.
Panelis menyatakan sabun yang dihasilkan memiliki banyaknya busa yang sama.
Kata kunci: sabun, sifat fisik, tallow
ABSTRACT
IHWAN NUL PADLI. Physical Properties of Hard Soap Made by Using Tallow
With Milk or Cream Addition as Raw Material. Supervised by EPI TAUFIK and
MOCHAMMAD SRIDURESTA SOENARNO.
Animal fat generally have low economic value and less utilization.
Animal fat can be processed into tallow through rendering process to produce a
raw material in soap making. The purpose of this research was to analyze
physical properties of soap by using tallow with milk or cream addition as raw
material. The observed variables in this research were water content, hardness,
pH, and foaming height. The randomized complete design with 4 treatments and
1 control was used as experimental design. Data were analyzed by analysis of
variance (ANOVA). Kruskal Wallis test were used for nonparametric data. The
results showed that water content of cream tallow soap and milk tallow soap had
significant difference (P<0.05) with control soap. Hardness and foaming height
of soap between treatments soaps and control soap had no significant difference.
The value of pH of milk tallow soap had significant difference (P<0.05) with
cream tallow soap and control. The organoleptic test results showed that cream
tallow soap had significant difference (P<0.05) in colour with milk tallow soap.
The cream tallow soap had no significant difference of favour with milk tallow
soap. There was no significant difference on foaming ability between cream
tallow soap and milk tallow soap.
Key words : physical properties, soap, tallow
IHWAN NUL PADLI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
KARAKTERISTIK FISIK SABUN PADAT BERBAHAN
DASAR TALLOW DENGAN PENAMBAHAN
SUSU ATAU KRIM
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Karakteristik Fisik Sabun Padat Berbahan Dasar Tallow dengan
Penambahan Susu atau Krim
Nama : Ihwan Nul Padli
NIM : D14100036
Disetujui oleh
Dr Epi Taufik, SPt MVPH MSi
Pembimbing I
M Sriduresta S, SPt MSc
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat dan salam penulis
panjatkan kepada nabi besar Muhammad SAW serta keluarga dan sahabatnya.
Skripsi dengan judul Karakteristik Fisik Sabun Padat Berbahan Dasar Tallow
dengan Penambahan Susu atau Krim ini berdasarkan penelitian yang dilakukan
sejak bulan Maret 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Epi Taufik, SPt MVPH
MSi dan Bapak M. Sriduresta S, SPt MSc selaku pembimbing skripsi, serta Ibu Dr
Ir Niken Ulupi, MSi selaku pembimbing akademik. Terima kasih dan
penghargaan penulis ungkapkan kepada seluruh teman-teman IPTP 47 atas segala
doa, kerjasama dan motivasinya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada ayah, ibu dan seluruh keluarga yang selalu memberikan doa restu dan
kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2014
Ihwan Nul Padli
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
DAFTAR TABEL 2
DAFTAR LAMPIRAN 2
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 1
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat 2
Materi 2
Prosedur 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Kadar Air 5
Kekerasan 6
Nilai pH 7
Tinggi Pembusaan 8
Uji Organoleptik 10
SIMPULAN DAN SARAN 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 18
DAFTAR TABEL
1 Rataan sifat fisik sabun tallow padat dengan konsentrasi krim dan susu
yang berbeda
5
2 Rataan uji mutu hedonik dan uji hedonik sabun tallow padat dengan
konsentrasi krim dan susu yang berbeda
9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis ragam tinggi pembusaan sabun padat 13
2 Uji tukey tinggi pembusaan sabun padat 13
3 Analisis ragam pH sabun padat 13
4 Uji tukey pH sabun padat 13
5 Analisis ragam kadar air sabun padat 13
6 Uji tukey kadar air sabun padat 14
7 Analisis ragam parameter kekerasan sabun padat 14
8 Uji tukey parameter kekerasan sabun padat 14
9 Uji organoleptik daya busa 15
10 Dokumentasi penelitian 16
11 Form uji organoleptik sabun tallow 17
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lemak susu merupakan salah satu komponen susu yang mengandung
sejumlah besar lemak (81.9%). Lemak susu mengandung asam lemak rantai
panjang dalam jumlah yang relatif cukup besar. Secara umum asam lemak susu
terdiri atas asam lemak jenuh (saturated) sebesar 58.5% dan asam lemak tak jenuh
(polyunsaturated) sebesar 41.5%. Asam lemak jenuh yang dominan terdapat
dalam susu adalah miristat, palmitat, dan stearat. Jenis asam lemak tersebut sama
dengan jenis asam lemak yang terdapat pada tallow. Asam miristat pada susu
(7%-11%) lebih besar daripada tallow sehingga memiliki sifat membersihkan
kotoran yang lebih baik (Bylund 1995).
Krim merupakan bagian dari susu yang banyak mengandung lemak yang
terpisah dengan skim ketika didiamkan atau dipisahkan dengan separator
sentrifugal. Presentase krim dalam susu sapi yaitu 4% (Walstra et al. 2006).
Kandungan asam lemak yang terkandung di dalamnya yaitu asam lemak jenuh
sebesar 65%-75%, asam lemak tak jenuh sebesar 25%-30%, dan asam lemak tidak
jenuh ganda sebesar 4% (Buckle et al. 1987). Krim harus dilindungi dari
lingkungan untuk meminimalkan terjadinya penurunan kualitas secara kimia,
organoleptik, dan mikrobiologi. Udara dan cahaya perlu dikontrol untuk
menghindari terjadinya degradasi lemak pada krim yang dapat menyebabkan
ketengikan (Tamime 2009). Pengolahan krim perlu dilakukan, salah satunya
dengan membuat produk non pangan.
Sabun merupakan pembersih yang dapat mengangkat kotoran di
permukaan kulit yang berasal dari hasil reaksi alkali dan lemak (SNI 1994).
Asam lemak utama yang membentuk sabun adalah asam laurat, miristat, palmitat,
stearat dan oleat (Kamalu et al. 2012). Bahan utama yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu tallow. Tallow tidak hanya digunakan sebagai pakan ternak
berenergi tinggi dan murah, namun secara luas tallow juga digunakan dalam
industri sabun (Edwinoliver et al. 2010). Tallow memiliki beberapa kandungan
asam lemak antara lain asam laurat 12.21%, asam palmitat 26.96%, asam stearat
17.12%, asam oleat 36.06%, dan asam linolenat 2.96% (Kamalu et al. 2012).
Penggunaan tallow, susu dan krim sebagai bahan alami pembuatan sabun
mandi padat merupakan salah satu produk diversifikasi ternak non pangan.
Tallow, susu dan krim memiliki lemak jenuh dan tak jenuh yang berpotensi
sebagai alternatif pengganti bahan baku kimia dalam pembuatan sabun mandi
padat. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis karakteristik fisik sabun mandi
padat berbahan dasar tallow dengan penambahan susu atau krim, serta melakukan
uji organoleptik untuk mengetahui penerimaan produk sabun mandi padat oleh
konsumen.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik fisik sabun mandi
padat yang dibuat dari tallow dengan penambahan susu atau krim.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup tahapan pembuatan sabun berbahan dasar tallow,
susu serta krim dengan komposisi yang berbeda. Pengujian sabun yang dihasilkan
terbatas pada uji karakteristik fisik dan organoleptik.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan Maret 2014 sampai
Juni 2014. Pembuatan sabun dilakukan di Laboratorium Hasil Ikutan Ternak.
Pengambilan data sifat fisik dilakukan di Laboratorium Teknologi dan Hasil
Ternak, uji organoleptik di Laboratorium Organoleptik Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Materi
Pembuatan Tallow
Bahan yang digunakan dalam pembuatan tallow antara lain lemak ginjal
(kidney fat) yang diperoleh dari rumah potong hewan (RPH) PT. Elders Bogor,
garam, dan air. Peralatan yang digunakan yaitu pisau, grinder, baskom, panci,
kompor, pengaduk kayu, saringan, nampan, dan gelas plastik.
Pembuatan sabun
Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan sabun adalah tallow, susu
dan krim yang diperoleh dari PT. D’Farm Agriprima Bogor, minyak sawit,
NaOH, dan akuades. Komposisi bahan baku yang digunakan untuk pembuatan
sabun sebagai berikut:
P1 : Kontrol (sabun mandi berbahan tallow)
P2 : 75% tallow + 5% krim + 20% minyak sawit
P3 : 70% tallow + 10% krim + 20% minyak sawit
P4 : 75% tallow + 5% susu + 20% minyak sawit
P5 : 70% tallow + 10% susu + 20% minyak sawit
Peralatan yang digunakan antara lain pisau, mixer, panci, pengaduk kayu,
kompor, gelas piala, timbangan analitik, termometer, gelas ukur, timbangan,
wadah plastik, dan plastik wrap.
Pengujian
Peralatan yang dibutuhkan dalam pengujian diantaranya timbangan digital,
tabung reaksi, gelas piala, botol timbang, pipet 7 mL, pH meter, vortex, alat tulis,
dan kalkulator. Adapun bahan yang digunakan yaitu sabun tallow kontrol,
alkohol netral, dan akuades.
2
Prosedur
Pembuatan Tallow (modifikasi Kamikaze 2002)
Lemak ginjal sapi sebanyak 14.4 kg yang diperoleh dari rumah potong
hewan (RPH) di giling menjadi potongan-potongan kecil dan halus. Lemak
dicairkan dengan cara dipanaskan di atas api 90 °C selama 1-2 jam dan
ditambahkan garam sehingga menjadi minyak.
Minyak yang terbentuk disaring sehingga dapat dipisahkan dari padatan
dan kotoran lainnya. Selanjutnya minyak dicetak pada gelas plastik yang telah
disiapkan.
Pembuatan Sabun (modifikasi Kamikaze 2002)
Bahan yang digunakan pada pembuatan sabun adalah susu, krim, minyak
sawit dan NaOH. Tallow yang telah terbentuk kemudian dicairkan, setelah itu
ditambahkan minyak sawit dan krim serta minyak sawit dan susu. NaOH kristal
dilarutkan dengan akuades hingga sebanyak 3 kali dari banyaknya NaOH yang
digunakan. Setelah bahan P2, P3, P4 dan P5 diperoleh maka bahan dipanaskan
antara suhu 50 sampai 55 °C. Bahan yang telah dicampurkan, selanjutnya
didinginkan hingga suhu 37 sampai 40 °C.
NaOH dimasukkan sedikit demi sedikit dan diaduk dengan kecepatan
konstan hingga membentuk adonan yang mengental atau proses penyabunan yang
terjadi berlangsung sempurna. Campuran yang diperoleh kemudian dicetak dan
dilakukan proses aging selama 4 minggu. Setelah proses aging, sabun dibentuk
dan dikemas dalam kotak sabun yang telah dipersiapkan.
Peubah yang Diamati
Kadar Air
Sebanyak 4 g sampel dimasukkan ke dalam botol timbang yang telah
diketahui bobotnya. Sampel dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105 °C
selama 24 jam. Penentuan kadar air sampel dihitung dari rumus berikut
Kadar air = -
Keterangan :
W1 : berat sampel + botol timbang (g)
W2 : berat sampel setelah pengeringan (g)
W : berat sampel (g)
pH (Setyoningrum 2010)
Sampel ditimbang sebanyak 1 g dan dilarutkan ke dalam 10 mL akuades.
pH meter dicelupkan ke dalam larutan. Nilai pH sabun diamati dalam pH meter.
Uji Kekerasan Sabun (Widiyanti 2009)
Sampel sabun sebanyak 25 g diletakkan pada penetrometer secara vertikal.
Penetrometer diputar sampai menembus sabun. Nilai kekerasan pada alat
penetrometer dicatat.
3
Tinggi Pembusaan (Setyoningrum 2010)
Sampel ditimbang sebanyak 5 g dan dilarutkan ke dalam 5 mL akuades.
Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dilakukan pengocokkan dengan
menggunakan vortex selama 2 menit. Busa yang terbentuk diamati dan dicatat
tinggi busa tersebut.
Uji Organoleptik (Sinatrya 2009)
Uji organoleptik yang digunakan ialah uji mutu hedonik dan uji hedonik.
Panelis yang digunakan merupakan mahasiswa Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor. Panelis yang dibutuhkan sebanyak 40 orang. Parameter uji
mutu hedonik yang diuji yaitu warna, aroma dan daya busa dengan skala yang
digunakan dari 1 sampai 4.
Warna diamati secara visual dengan membandingkan tingkat kecerahan
warna putih dari sabun. Warna : 1 = tidak putih; 2 = kurang putih; 3 = putih; 4 =
sangat putih. Aroma yang diamati secara penciuman dengan membandingkan
tingkat aroma lemak dari sabun. Aroma : 1 = tidak beraroma lemak; 2 = kurang
beraroma lemak; 3 = beraroma lemak; 4 = sangat beraroma lemak. Pembusaan
diamati dengan mengosokkan sabun dan air pada permukaan tangan sebanyak 20
kali hingga terbentuk busa. Pembusaan : 1 = tidak berbusa; 2 = kurang berbusa; 3
= berbusa; 4 = sangat berbusa. Uji hedonik meliputi kesukaan panelis yang
dinyatakan dalam skala 1 sampai 4 pada parameter warna, aroma dan daya busa.
Skala 1 = tidak suka; 2 = kurang suka; 3 = suka; 4 = sangat suka.
Rancangan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap (RAL). Taraf Perlakuan yang diujikan terdiri atas 4 perlakuan dan 1
kontrol. Setiap perlakuan mendapat 3 ulangan. Analisis data penelitian
menggunakan model berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2013):
Yij= μ+αi +εij
Keterangan :
Yij : Respon yang didapat dari pengaruh perlakuan taraf ke-i dan ulangan ke-j
μ : Nilai rataan umum
αi : Pengaruh perlakuan taraf ke-i
i : Perlakuan
j : Ulangan 1, 2, dan 3
εij : Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Analisis Data
Data yang telah diperoleh dilakukan uji asumsi (kenormalan, keaditifan,
kehomogenan, dan kebebasan galat) terlebih dahulu. Data yang memenuhi uji
asumsi diolah menggunakan uji parametrik analisis ragam (ANOVA). Data yang
berbeda nyata kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey. Data yang tidak
memenuhi uji asumsi diuji dengan uji non parametrik yaitu Kruskall-Wallis.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat fisik diperlukan untuk menganalisis bentuk fisik produk. Sifat fisik
juga berhubungan dengan kesukaan dan penerimaan konsumen tehadap suatu
produk. Beberapa sifat fisik yang diuji dalam penelitian ini terhadap sabun tallow
padat antara lain; kadar air, pH, kekerasan, tinggi pembusaan, dan uji
organoleptik. Tabel 1 menunjukkan sifat fisik sabun tallow padat yang terdiri atas
beberapa formulasi.
Tabel 1 Rataan dan simpangan baku sifat fisik sabun tallow padat dengan
konsentrasi krim serta susu yang berbeda
Parameter Jenis Perlakuan
Kontrol 5% Krim 10% Krim 5% Susu 10% Susu
Kadar Air (%)
2.74 ± 0.29c 9.60 ± 0.71ab 8.61 ± 0.07b 10.18 ± 0.41a 9.84 ± 0.25a
Kekerasan (mm per 5
detik)
0.87 ± 0.16b 1.12 ± 0.10ab 1.03 ± 0.15ab 1.40 ± 0.20ab 1.78 ± 0.60a
pH 10.12 ± 0.03b 10.16 ± 0.01a 10.13 ± 0.01ab 9.96 ± 0.03c 9.86 ± 0.03d
Tinggi
Pembusaan (Cm)
1.34 ± 0.26 0.91 ± 0.45 1.26 ± 0.41 1.33 ± 0.16 1.03 ± 0.33
Keterangan: a
Angka-angka pada kolom dan baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji Tukey).
Kadar Air
Kadar air memiliki peran yang penting dalam pembuatan sabun,
penambahan susu dan krim pada formula sabun dapat meningkatkan kadar air
sabun. Kadar air sabun memiliki korelasi dengan keawetan sabun ketika
digunakan, karena sabun tidak mudah larut dalam air (Kamikaze 2002). Analisis
kadar air dilakukan untuk mengetahui jumlah air dan zat menguap yang
terkandung dalam sabun yang dihasilkan (Yuspita 2011). Kadar air dapat
dipengaruhi oleh bahan yang digunakan dalam formulasi sabun padat seperti susu,
krim dan tallow.
Sabun kontrol memiliki kadar air lebih rendah daripada sabun krim
maupun susu (P<0.05). Rataan kadar air sabun kontrol 2.74±0.29%, sabun tallow
krim 5% sebesar 9.60±0.71%, sabun tallow krim 10% sebesar 8.61±007%, sabun
tallow susu 5% sebesar 10.18±0.41%, dan sabun tallow susu 10% sebesar
9.84±0.25%. Sabun yang ditambahkan 10% krim memiliki kadar air yang
berbeda nyata dengan sabun yang ditambahkan susu (P<0.05). Hal ini diduga
karena susu memiliki kandungan air sebesar 86% (Walstra et al. 2006), sehingga
menghasilkan sabun yang memiliki kadar air cukup tinggi.
Kadar air pada penelitian ini juga dipengaruhi oleh penambahan NaOH.
Semakin tinggi kosentrasi NaOH yang ditambahkan, kadar air sabun semakin
tinggi. Hal ini berbeda dengan penelitian Kamikaze (2002) yang menyatakan
semakin tinggi penggunaan NaOH pada sabun tallow dengan penambahan curd
5
susu afkir, kadar air sabun semakin rendah. Penambahan susu atau krim diduga
sebagai penyebab tingginya kadar air pada sabun.
Proses pembuatan sabun menggunakan penambahan air yaitu saat
melarutkan NaOH. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kadar air sabun
yaitu hasil samping dari proses penyabunan asam lemak. Asam lemak (RCOOH)
yang bereaksi dengan NaOH akan membentuk sabun (RCOONa) dan air (H2O).
Asam lemak memiliki kemampuan terbatas untuk larut dalam air. Hal ini akan
membuat sabun menjadi lebih tahan lama setelah digunakan (Spitz 2009).
Sabun yang ditambahkan krim atau susu memiliki kadar air yang sesuai
dengan syarat mutu yang ditetapkan badan standardisasi nasional (1994) yaitu
maksimal lebih dari 15%. Sabun yang memiliki kadar air cukup rendah akan
memberikan daya simpan yang cukup baik, karena semakin banyak air yang
ditambahkan pada sabun akan mempengaruhi kelarutan sabun dalam air saat
digunakan (Purnamawati 2006). Kadar air sabun dapat mempengaruhi kekerasan
sabun padat yang akan dihasilkan (Hambali et al. 2005).
Kekerasan
Kekerasan didefinisikan sebagai kekuatan per gaya yang diperlukan untuk
mencapai perubahan bentuk. Sabun yang memiliki tingkat kekerasan cukup
tinggi memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap kerusakan atau perubahan
bentuk akibat gangguan fisik dari lingkungan (Yuspita 2011). Pengukuran tingkat
kekerasan terhadap sabun padat yang dihasilkan dilakukan dengan menggunakan
alat penetrometer.
Kekerasan diukur dengan menusukkan jarum penetrometer ke dalam
sabun selama selang waktu tertentu. Nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran
menunjukkan seberapa dalam jarum penetrometer dapat menembus sabun dalam
rentang waktu tertentu. Hasil pengukuran kekerasan diperoleh dengan membaca
skala yang tertera pada alat. Semakin besar nilai penetrasi jarum berarti sampel
semakin lunak (Widiyanti 2009).
Sabun tallow yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki tingkat
kekerasan yang berbeda antara kontrol dan 10% susu. Rataan kekerasan sabun
kontrol sebesar 0.87±0.16 mm per 5 detik, rataan kekerasan sabun tallow susu
10% sebesar 1.78±0.60 mm per 5 detik. Sabun yang ditambahkan 10% susu
berbeda nyata dari sabun kontrol (P<0.05). Hal ini disebabkan karena susu
memiliki asam lemak tak jenuh (polyunsaturated) cukup tinggi yaitu sebesar
41.5% (Bylund 1995). Sumber lemak yang digunakan dalam pembuatan sabun
akan memberikan karakteristik yang berbeda pada sabun yang terbentuk
(Oluwatoyin 2011).
Kekerasan sabun dipengaruhi oleh keberadaan asam lemak jenuh dan
kadar air. Semakin banyak jumlah asam lemak jenuh dalam sabun, maka sabun
akan menjadi semakin keras (Pradipto 2009). Asam lemak jenuh adalah asam
lemak yang tidak mengandung ikatan rangkap dan memiliki titik cair yang lebih
tinggi daripada asam lemak yang mengandung banyak ikatan rangkap
(Scrimgeour 2005).
Sabun padat yang dibuat dalam penelitian ini menggunakan ekstraksi
lemak sapi yang disebut tallow. Tallow tidak hanya digunakan sebagai pakan
6
ternak berenergi tinggi dan murah, namun secara luas tallow juga digunakan
dalam industri sabun (Edwinoliver et al. 2010). Kandungan asam lemak stearat
sebesar 21% yang terdapat pada tallow dapat memberikan sifat keras pada sabun
yang dihasilkan (Mensah dan Firempong 2011).
Kekerasan sabun juga dipengaruhi kadar air yang terdapat dalam sabun.
Semakin tinggi kadar air sabun, maka sabun akan semakin lunak (Yuspita 2011).
Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan 5% susu memiliki kekerasan yang lebih
tinggi dari 10% susu. Hal ini disebabkan bukan karena pengaruh kadar air,
melainkan banyaknya NaOH yang ditambahkan pada formula sabun tersebut.
Semakin tinggi penggunaan NaOH, kadar air semakin rendah sehingga sabun
menjadi lebih keras (Kamikaze 2002).
Faktor lain yang menyebabkan tingkat kekerasan sabun susu atau krim
yaitu bahan yang digunakan. Sabun tallow dalam penelitian ini juga
menggunakan minyak sawit. Minyak sawit mengandung 41% lemak jenuh
(Sambanthamurthi et al. 2000). Sabun yang dibuat dengan bahan baku minyak
sawit memiliki karakteristik padat dan berbuih, serta memiliki kecepatan larut
lebih lama (Oluwatoyin 2011).
Nilai pH
Pengukuran pH pada pembuatan sabun perlu dilakukan untuk mengetahui
sabun yang dihasilkan bersifat asam atau basa. Nilai pH sabun mandi sebaiknya
disesuaikan dengan pH kulit manusia yaitu sebesar 4.5-7 (Purnamawati 2006).
Sabun merupakan garam alkali yang bersifat basa. Nilai pH sabun yang terlalu
rendah dan terlalu tinggi dapat meningkatkan daya absorbansi kulit sehingga
menyebabkan iritasi pada kulit (Yuspita 2011).
Nilai pH sabun yang ditambahkan susu berbeda nyata (P<0.05) dengan
sabun yang ditambahkan krim. Sabun yang ditambahkan susu memiliki pH yang
lebih rendah daripada krim. Rataan nilai pH sabun tallow krim 5% sebesar
10.16±0.01, rataan nilai pH sabun tallow krim 10% sebesar 10.13±0.01, rataan
nilai pH sabun tallow susu 5% sebesar 9.96±0.03 dan rataan nilai pH sabun tallow
susu 10% sebesar 9.86±0.03. Semakin banyak susu yang ditambahkan, sabun
memiliki pH yang semakin rendah, hal ini terlihat pada perlakuan 10% susu dan
5% susu. Hal serupa juga terjadi pada sabun yang ditambahkan krim. Sabun
dengan penambahan 10% krim memiliki pH lebih rendah dari sabun yang
ditambahkan 5% krim. Nilai pH sabun yang ditambahkan krim tidak berbeda
nyata dengan nilai pH pada sabun kontrol.
Penurunan pH sabun disebabkan karena penambahan susu dan krim.
Krim hanya sebagian kecil terdapat pada susu, presentase krim dalam susu yaitu
4% (Walstra et al. 2006). Krim lebih asam dari susu karena kandungan lemak
yang terdapat pada krim lebih tinggi. Kandungan asam lemak yang terkandung di
dalamnya yaitu asam lemak jenuh sebesar 65%-75% dan asam lemak tak jenuh
sebesar 25%-30% (Buckle et al. 1987).
Perbedaan pH yang terjadi antara krim dan susu karena krim yang
digunakan sudah terlalu lama, sehingga telah mengalami kerusakan. Selain itu,
selama proses pembuatan sabun, krim tidak disimpan pada suhu rendah. Selama
penyimpanan, krim harus dilindungi dari lingkungan untuk meminimalkan
7
terjadinya penurunan kualitas secara kimia, organoleptik dan mikrobiologi. Udara
dan cahaya perlu dikontrol untuk menghindari terjadinya degradasi lemak pada
krim yang dapat menyebabkan ketengikan (Tamime 2009).
Asam lemak tak jenuh cenderung mengalami oksidasi membentuk oksida
dan peroksida yang berdampak pada ketengikan dan warna kekuningan. Oksidasi
yang terjadi pada asam lemak jenuh berakibat terhadap pemanjangan rantai
karbon, sehingga dapat menyebabkan iritasi. Iritasi dapat disebabkan karena
perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh seperti perubahan kelembaban kulit
dan pH (Barel et al. 2009).
Sabun krim dan sabun susu yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki
pH yang cukup rendah, namun masih dalam kriteria nilai pH sabun mandi yaitu
antara 9-11 (Hambali et al. 2005). Sabun yang dihasilkan cukup aman untuk
digunakan karena tidak terjadi iritasi pada kulit. Mencuci dengan sabun akan
meningkatkan pH kulit untuk sementara, karena pH kulit akan menjadi normal
kembali setelah 5-10 menit pemakaian sabun (Yuspita 2011).
Tinggi Pembusaan
Pengujian tinggi pembusaan dilakukan untuk mengetahui banyaknya busa
pada sabun yang dihasilkan dari masing-masing perlakuan. Busa (foam) adalah
suatu dispersi koloid yaitu gas terdispersi dalam fase kontinyu yang berupa cairan
(Schramm 2005). Busa merupakan suatu struktur yang relatif stabil dan terdiri
atas kantong-kantong udara yang terbungkus dalam lapisan tipis (Yuspita 2011).
Ketika kumpulan busa dalam keadaan diam, secara perlahan busa akan berkurang
(Huang et al. 2010). Stabilitas busa merupakan hal yang penting dalam produk
pembersih tubuh. Busa yang banyak biasanya lebih disukai daripada busa yang
sedikit (Yuspita 2011).
Tinggi pembusaan yang dihasilkan dalam penelitian ini tidak berbeda
nyata antara kontrol dan seluruh perlakuan, baik krim maupun susu (Tabel 1).
Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan krim 5% dan 10% serta penambahan
susu 5% dan 10% memberikan pengaruh yang sama terhadap banyaknya busa
yang dihasilkan. Sabun kontrol dan 5% susu menghasilkan busa yang lebih
banyak dari perlakuan lainnya. Rataan tinggi pembusaan sabun kontrol sebesar
1.34±0.26 cm dan rataan tinggi pembusaan sabun tallow susu 5% sebesar
1.33±0.16 cm. Busa pada sabun dapat disebabkan oleh kandungan asam lemak
yang digunakan dalam formula sabun. Bahan utama yang digunakan dalam
membuat sabun yaitu tallow. Tallow memiliki beberapa kandungan asam lemak
antara lain asam laurat 12.21%, asam palmitat 26.96%, asam stearat 17.12%,
asam oleat 36.06%, dan asam linolenat 2.96% (Kamalu et al. 2012).
Sabun merupakan senyawa yang dibuat sedemikian rupa sehingga
memiliki keistimewaan tertentu, yaitu jika senyawa itu larut dalam air, akan
bersifat surfaktan (surface active agent). Surfaktan merupakan salah satu
oleokimia turunan yang satu molekulnya memiliki gugus hidrofilik (bagian polar /
yang suka air) dan gugus hidrofobik (non polar / yang suka akan minyak / lemak),
sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak
(Aisyah 2011). Surfaktan terdiri atas udara yang diselaputi oleh air, dengan
bagian hidrofobik yang diperluas ke dalam fase gas. Ketika fase gas telah terbagi
8
Uji Organoleptik
Uji organoleptik yang dilakukan meliputi uji mutu hedonik dan uji
hedonik. Uji mutu hedonik digunakan untuk menggambarkan produk sabun yang
dihasilkan, uji ini memberikan penilaian langsung terhadap bentuk fisik sabun.
Parameter yang diuji dalam mutu hedonik meliputi warna, aroma, dan daya busa.
Uji hedonik dilakukan untuk mengetahui kesukaan atau ketidaksukaan panelis
terhadap warna, aroma dan daya busa sabun yang dihasilkan. Panelis yang
digunakan dalam uji hedonik meliputi panelis agak terlatih yang berjumlah 40
orang (Sinatrya 2009). Skala penilaian yang digunakan oleh panelis yaitu 1-4.
Hasil rataan uji hedonik dan uji mutu hedonik disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Rataan dan simpangan baku uji mutu hedonik dan uji hedonik sabun
tallow krim dan susu
Parameter Jenis Perlakuan
5% Krim 10% Krim 5% Susu 10% Susu
Uji Mutu Hedonik
Warna 2.28 ± 0.60b 2.68 ± 0.73a 1.75 ± 0.54c 1.43 ± 0.68c
Aroma 2.25 ± 0.81 2.13 ± 0.88 2.28 ± 0.72 2.38 ± 0.87
Daya Busa 2.53 ± 0.96ab 2.93 ± 0.66a 2.63 ± 0.74ab 2.40 ± 0.84b
Uji Hedonik
Warna 2.43 ± 0.71b 2.90 ± 0.74a 2.15 ± 0.62b 2.05 ± 0.71b
Aroma 2.18 ± 0.64b 2.63 ± 0.59a 2.55 ± 0.68ab 2.40 ± 0.78ab
Daya Busa 2.28 ± 0.88 2.55 ± 0.64 2.43 ± 0.75 2.20 ± 0.85
aAngka-angka pada kolom dan baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji Tukey). Keterangan: 1. tidak putih/ tidak beraroma lemak/ tidak
berbusa; 2. kurang putih/ kurang beraroma lemak/ kurang berbusa; 3. putih/ beraroma lemak/
berbusa; 4. sangat putih/ sangat beraroma lemak/ sangat berbusa. 1. tidak suka; 2. kurang suka; 3.
suka; 4. sangat suka.
Warna merupakan salah satu parameter penting untuk konsumen dalam
memilih produk sabun. Berdasarkan penilaian panelis, sabun krim memiliki
warna yang cenderung lebih putih dari sabun susu (P<0.05). Krim didefinisikan
sebagai komponen lemak berwarna kekuning-kuningan dari susu yang tidak
homogen yang cenderung berada di atas permukaan (Tamime 2007). Dalam
penelitian ini, penambahan krim tidak memberikan warna kekuningan pada sabun.
Hal ini diduga karena perbedaan kandungan asam stearat antara susu dan krim.
Asam stearat memberikan warna putih kekuningan pada pembuatan sabun
(Hambali et al. 2005). Susu memiliki kandungan asam stearat sebanyak 14%,
krim hanya sebagian kecil terdapat pada susu, persentase krim dalam susu yaitu
4% (Walstra et al. 2006). Uji hedonik menunjukkan panelis lebih menyukai
(P<0.05) warna sabun pada perlakuan 10% krim.
Penilaian organoleptik terhadap aroma dilakukan dengan cara menghirup
aroma (wangi) sabun mandi yang dihasilkan (Fahmitasari 2004). Aroma pada
sabun tallow tidak ditambahkan bahan lain. Aroma yang dihasilkan bersumber
dari lemak yang digunakan dan susu atau krim. Tallow yang digunakan dalam
penelitian ini melalui proses rendering basah. Proses rendering basah pada tallow
dilakukan pada suhu rendah antara 82 oC sampai 96
oC, sehingga aroma lemak
10
pada talow tidak banyak hilang (Rai 2011). Hasil uji mutu hedonik menunjukkan
aroma sabun antar perlakuan tidak berbeda nyata. Aroma sabun yang dihasilkan
yaitu beraroma lemak. Hal ini diduga karena bahan baku utama yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu lemak sapi (tallow). Hasil uji hedonik menunjukkan
panelis menyatakan suka pada aroma sabun yang dihasilkan. Penambahan krim
dan susu pada pembuatan sabun tidak berbeda nyata terhadap aroma yang
dihasilkan sabun.
Busa berperan dalam proses pembersihan dan menyebabkan wangi pada
kulit ketika sabun digunakan. Umumnya, konsumen beranggapan bahwa sabun
yang baik adalah sabun yang menghasilkan banyak busa, padahal banyaknya busa
tidak sebanding dengan kemampuan daya bersih sabun. Daya bersih merupakan
kemampuan sabun dalam mengangkat kotoran dari kulit berupa debu dan minyak
(Purnamawati 2006). Karakteristik busa biasanya dipengaruhi oleh keberadaan
bahan aktif sabun seperti surfaktan, penstabil busa serta kombinasi asam lemak
yang digunakan (Yuspita 2011). Panelis menyatakan suka pada uji hedonik daya
busa. Penambahan krim dan susu tidak berbeda nyata pada daya busa sabun yang
dihasilkan. Uji mutu hedonik juga menunjukkan sabun yang ditambahkan krim
dan susu tidak berbeda nyata. Panelis menyatakan sabun yang dihasilkan
memiliki banyaknya busa yang sama. Hal ini disebabkan sumber bahan baku
utama yang digunakan dalam formulasi sabun tidak ada perbedaan, yaitu lemak
sapi (tallow). Kandungan asam laurat pada lemak sapi berperan dalam
pembusaan (Kamalu et al. 2012). Asam stearat yang terdapat pada tallow, krim,
dan susu juga berperan dalam menstabilkan busa (Hambali et al. 2005).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sifat fisik sabun tallow yang ditambahkan krim atau susu memiliki kadar
air yang lebih tinggi dari sabun kontrol, namun masih memenuhi syarat mutu SNI
sabun mandi padat. pH sabun tallow susu nyata lebih rendah dari sabun tallow
krim dan kontrol. Sabun tallow krim atau susu memiliki tingkat kekerasan sabun
dan tinggi pembusaan yang tidak berbeda dengan sabun kontrol. Uji organoleptik
menunjukkan sabun tallow yang ditambahkan susu memiliki warna kurang putih
dari sabun tallow krim. Sabun tallow krim atau susu beraroma lemak serta
memiliki daya busa yang cukup saat digunakan. Warna, aroma, dan daya busa
antara sabun tallow krim serta sabun tallow susu disukai oleh panelis.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada karakteristik kimia dan
mikrobiologi sabun tallow yang ditambah susu atau krim.
11
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1994. Sabun mandi (SNI 06-3532-1994).
Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
Aisyah S. 2011. Produksi surfaktan alkil poliglikosida (APG) dan aplikasinya
pada sabun cuci tangan cair. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Barel AO, Paye M, Maibach HL. 2009. Handbook of Cosmetic Science and
Technology. 3rd ed. New York (US): Informa Healthcare USA Inc.
Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wooton M. 1987. Ilmu Pangan. Cetakan
ke-1. Purnomo H, Adiono, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan
dari: Food Science.
Bylund G. 1995. Dairy Processing Handbook. 1st ed. Lund (SE): Tetra Pak
Processing Systems AB.
Edwinoliver NG, Thirunavukarasu K, Naidu RB, Gowthaman MK, Nakajima
Kambe T, Kamini NR. 2010. Scale up of a novel tri-substrate fermentation
for enhanced production of Aspergillus niger lipase for tallow hydrolysis. J
Bioresource Technology. 101: 6791-6796.
Efeovbokhan VE, Anawe PA, Adeeyo O, Obafunso BA. 2012. Recovery of
glycerine from spent palm kernel soap and palm oil soap lye. J of Engin
and Tech IJET-IJENS. Vol 12 (02).
Fahmitasari Y. 2004. Pengaruh penambahan tepung karagenan terhadap
karakteristik sabun mandi cair. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Hambali E, Tatit KB, Ani S, Giri AK. 2005. Aplikasi dietanolamida dari asam
laurat minyak inti sawit pada pembuatan sabun transparan. J Teknologi
Industri Pertanian. Vol 15(2). 46-53.
Huang YC, Ciou YP, Chang MS, Yang CH, Chen YF. 2010. Foam properties
and detergent abilities of the saponins from camellia oleifera. Int. J. Mol.
Sci. 11: 4417-4425.
Kamalu CIO, Eke MU, Oghome P. 2012. Characterization of fatty acid used in
soap manufacturing in Nigeria: laundry, toilet, medicated and antiseptic
soap. Int. J. of Modern Engineering Research. Vol 2 (4).
Kamikaze D. 2002. Studi awal pembuatan sabun menggunakan campuran lemak
abdomen sapi (tallow) dan curd susu afkir. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Lehninger AL. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jilid 1. Thenawijaya M,
penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Principles
of Biochemistry.
Mattjik AA, Sumertajaya M. 2013. Perancangan Percobaan. Jilid 1. Bogor
(ID): IPB Pr.
Mensah EM, Firempong CK. 2011. Chemical characteristics of toilet soap
prepared from neem (Azadirachta indica A. Juss) seed oil. Asian J Plant Sci
Res. 1(4):1-7.
Oluwatoyin SM. 2011. Quality of soaps using different oil blends. J Microbiol
Biotech Res. 1(1): 29-34.
Pradipto M. 2009. Pemanfaatan minyak jarak pagar (Jatropha curcas L.) sebagai
bahan dasar sabun mandi. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
12
Purnamawati D. 2006. Kajian pengaruh konsentrasi sukrosa dan asam sitrat
terhadap mutu sabun transparan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Rai BK. 2011. Technology of Fats and Oils. 1st ed. Dharan (NP): NAAST
College.
Sambanthamurthi R, Sundram K, Tan YA. 2000. Chemistry and biochemistry of
palm oil. Progress in Lipid Research (39): 507-558.
Schramm. 2005. Emulsion, Foams and Suspensions. Weinheim (DEU): Wiley-
VCH.
Scrimgeour C. 2005. Chemistry of Fatty Acids. 6th ed. Dundee (SCT): John
Wiley & Sons Inc.
Setyoningrum ENM. 2010. Optimasi formula sabun transparan dengan fase
minyak virgin coconut oil dan surfaktan cocoamidopropyl betaine: aplikasi
desain faktorial. [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Sanata Dharma
Shahidi F. 2005. Bailey’s Industrial Oil & Fats Products. 6th ed. Hoboken
(US): John Wiley & Sons Inc.
Sinatrya M. 2009. Sifat organoleptik sabun transparan dengan penambahan
madu. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Spitz L. 2009. Soap Manufacturing Technology. Illinois (US): AOCS Pr.
Tamime AY. 2007. Structure of Dairy Products. Ayr (UK): Blackwell
Publishing Ltd.
Tamime AY. 2009. Dairy Fats and Releated Products. Ayr (UK): Blackwell
Publishing Ltd.
Walstra P, Wouters JT, Geurts TJ. 2006. Dairy Science and Technology. 2nd ed.
Boca Raton (US): CRC Pr.
Widiyanti Y. 2009. Kajian pengaruh jenis minyak terhadap mutu sabun
transparan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Yoon RH, Wang L. 2004. Hydrophobic forces in the foam films stabilized by
sodium dodecyl sulfate: effect of electrolyte. Langmuir. 20. 11457-11464.
Yuspita AK. 2011. Pengaruh penggunaan kombinasi jenis minyak terhadap mutu
sabun transparan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
13
LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis ragam tinggi pembusaan sabun padat
SK Db JK KT F P
Perlakuan 4 0.890 0.223 1.94 0.135
Galat 25 2.864 0.115
Total 29 3.754
Lampiran 2 Uji tukey tinggi pembusaan sabun padat
Perlakuan N Rataan Pengelompokan
1 6 1.3361 A
4 6 1.3278 A
3 6 1.2639 A
5 6 1.0333 A
2 6 0.9083 A
Lampiran 3 Analisis ragam pH sabun padat
SK Db JK KT F P
Perlakuan 4 0.417949 0.104487 192.26 0.000
Galat 25 0.013586 0.000543
Total 29 0.431535
Lampiran 4 Uji tukey pH sabun padat
Perlakuan N Rataan Pengelompokan
2 6 10.16450 A
3 6 10.13217 AB
1 6 10.11883 B
4 6 9.96133 C
5 6 9.85700 D
Lampiran 5 Analisis ragam kadar air sabun padat
SK Db JK KT F P
Perlakuan 4 115.527 28.882 174.37 0.000
Galat 10 1.656 0.166
Total 14 117.183
Lampiran 6 Uji tukey kadar air sabun padat
Perlakuan N Rataan Pengelompokan
4 3 10.1833 A
5 3 9.8367 A
2 3 9.5967 AB
3 3 8.6133 B
1 3 2.7433 C
14
Lampiran 7 Analisis ragam parameter kekerasan sabun padat
SK Db JK KT F P
Perlakuan 4 1.5543 0.3886 4.26 0.029
Galat 10 0.9117 0.0912
Total 14 2.4660
Lampiran 8 Uji tukey parameter kekerasan sabun padat
Perlakuan N Rataan Pengelompokan
5 3 1.7833 A
4 3 1.4000 AB
2 3 1.1167 AB
3 3 1.0333 AB
1 3 0.8667 B
Lampiran 9 Uji organoleptik daya busa
15
Sangat Berbusa Cuci Tangan dihitung 1 kali
Lampiran 11 Form uji organoleptik sabun tallow
FORM UJI ORGANOLEPTIK SABUN TALLOW
Nama :
NIM :
Tanggal uji :
Lembar pengujian form uji mutu hedonik dan hedonik dengan rentang nilai 1-4.
Lembar Pengujian Form Uji Mutu Hedonik Sabun Tallow
Parameter Kode Sampel
221 231 234 243
Warna
Aroma
Daya Busa
Keterangan
1 = tidak putih/ tidak beraroma lemak/ tidak berbusa
2 = kurang putih/ kurang beraroma lemak/ kurang berbusa
3 = putih/ beraroma lemak/ berbusa
4 = sangat putih/ sangat beraroma lemak/ sangat berbusa
Lembar Pengujian Form Uji Hedonik Sabun Tallow
Parameter Kode Sampel
221 231 234 243
Warna
Aroma
Daya Busa
Keterangan
1 = tidak suka
2 = kurang suka
3 = suka
4 = sangat suka
17
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Desember 1991 dari
pasangan Abdul Majid Mahful dan Suryani. Penulis merupakan anak kedua dari
4 bersaudara yang terdiri dari 3 saudara laki-laki yaitu Kurniawan, Adi Sumarna,
dan Jaya Lesmana. Penulis menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 249 Jakarta
Barat tahun 2007 dan di SMA Negeri 95 Jakarta Barat tahun 2010. Penulis
diterima di Fakultas Peternakan Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) 2010.
Penulis pernah aktif sebagai pengurus dalam organisasi Himpunan
Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTER) 2011-2012 divisi Internal, Forum
for Scientific Studies (FORCES) 2012-2013 sebagai Wakil Direktur dan penulis
menerima amanah sebagai Direktur Gerakan Cinta Anak Tani (GCAT) 2013-
2014. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Teknologi Hasil
Ikutan Ternak.
Penulis juga aktif mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat mahasiswa.
Beberapa prestasi yang pernah diraih penulis yaitu Penghargaan Setara Perak
Kategori Presentasi dan Penghargaan Setara Emas Kategori Poster Pekan Ilmiah
Mahasiswa Nasional ke 27 (PIMNAS 27) di Universitas Diponegoro 2014, juara 2
dan 3 LKTI Nasional Inovation Animal Science Competition (IASC) Universitas
Brawijaya 2014, Delegasi Pemuda Jakarta Sister City (JSC) tahun 2014 ke Korea
Selatan, juara 1 LKTI Nasional Agritech Exhibition Universitas Hasanuddin 2014,
proposal PKM Kewirausahaan dan Penelitian di Danai DIKTI 2014, juara 1 dan 2
LKTI Nasional Pekan Kreativitas Mahasiswa Nasional (PEKANAS) Universitas
Mataram 2013, juara 2 Kompetisi Cipta Aplikatif Pertanian Pekan Inovasi
Mahasiswa Pertanian Indonesia (PIMPI) IPB Tingkat Nasional 2013, juara 1
Kompetisi Bussines Plan Red Agritech Festival (RAFEST) IPB Tingkat Nasional
2013, juara 3 LKTI Nasional Ikatan Lembaga Penelitian dan Penalaran
Mahasiswa Indonesia (ILP2MI) USU 2013, juara 1 Lomba Inovasi dan Teknologi
Lingkungan Tingkat Nasional ITS 2013, proposal PKM Penelitian dan Karsa
Cipta di Danai DIKTI 2013, juara 2 Kompetisi Karya Tulis CIVIL WEEK
“Innovation of Green Transportation” UNS Tingkat Nasional , juara 3 LKTI
Nasional Gebrakan Aksi Nalar Mahasiswa Universitas Brawijaya 2012, juara 1
LKTI Nasional Peternakan IPB 2012, juara 1 Kompetisi Karya Tulis ISMAPETI
TIMPI Universitas Mataram Tingkat Nasional 2012 dan juara 1 Kompetisi
Creative Recycle Tingkat IPB 2011.
18