uji protein
TRANSCRIPT
I. PERTEMUAN KE : 3
II. JUDUL PERCOBAAN : Uji Protein
III. TUJUAN PERCOBAAN :
Untuk mempelajari karakteristik atau sifat-sifat protein berdasarkan
reaksinya dengan berbagai senyawa kimia secara kualitatif
IV. LANDASAN TEORI
Salah satu komponen alami yang menyusun dan sangat diperlukan dalam
kehidupan suatu organisme adalah protein. Dalam poedjiadi(2005:109) Protein
adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat bervariasi,
dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Disamping berat molekul yang berbeda-
beda, protein mempunyai sifat yang berbeda pula. Ada protein yang mudah
larut, tetapi ada juga protein yang sukar larut dalam air. Pada praktikum kali ini
akan dibahas sifat-sifat protein melalui reaksinya terhadap suatu senyawa atau
reagen-reagen tertentu.
Berdasarkan strukturnya, protein terdiri dari empat tingkatan struktur
yaitu struktur primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Protein tersusun dari
berbagai asam amino yang berikatan satu sama lain. Untuk mengetahui jumlah,
jenis, dan urutan asam amino dalam protein dapat dilakukan analisis yang terdiri
dari beberapa tahap yaitu:
1. Penentuan jumlah rantai polipeptida yang berdiri sendiri.
2. Pemecahan ikatan antara rantai polipeptida tersebut.
3. Pemecahan masing-masing rantai polipeptida, dan
4. Analisis urutan asam amino pada rantai polipeptida.
Masing-masing tingkatan struktur protein mempunyai ciri-ciri tertentu.
Untuk struktur primer biasanya menunjukkan jumlah, jenis, dan urutan asam
amino dalam suatu protein yanga hanya terdiri dari ikatan peptide saja. Struktur
sekunder lebih kompleks daripada struktur primer. Pada struktur sekunder ini
terdiri dari ikatan peptide dan ikatan hydrogen. Strukturnya dapat berupa
struktur alfa heliks dan lembaran berlipat. Struktur tingkat ketiga, tersier
menunjukkan kecenderungan polipeptida membentuk lipatan atau gulungan
dengan beberapa ikatan dan interaksi yang merupakan ikatan peptide, ikatan
hydrogen, ikatan disulfide, interaksi hidrofobik, interaksi hidrofilik, ikatan van
Praktikum Biokimia 1
deer walls. Sedangkan struktur kuartener merupakan gabungan dari beberapa
unit struktur tersier dengan interaksi antara substrat.
Protein dapat digolongkan menjadi protein fiber, protein globular, dan
protein gabungan. Setiap protein mempunyai fungsi yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya dalam kehidupan suatu organisme. Dalam Lehniger (1982)
dituliskan bahwa Protein menunjukkan berbagai fungsi biologis yaitu:
Sebagai Enzim
Protein yang paling bervariasi dan mempunyai kekhususan tinggi adalah
protein yang mempunyai aktivitas katalisa, yakni enzim. Hampir semua reaksi
kimia biomolekul organic di dalam sel dikatalisa oleh enzim. Lebih dari 2000
jenis enzim, masing-masing dapat mengkatalisa reaksi kimia yang berbeda, telah
ditemukan di dalam berbagai bentuk kehidupan.
Protein Transport
Protein transport di dalam plasma darah mengikat dan membawa
molekul atau ion spesifik dari satu organ ke organ lain Disini oksigen dilepaskan
untuk melangsungkan oksidasi nutrient yang menghasilkan energi. Plasma darah
mengandung lipoprotein, yang membawa lipid dari hati ke organ yang lain.
Protein transport lain terdapat di dalam membrane sel dan menyesuaikan
strukturnya untuk mengikat dan membawa glukosa, asam amino, dan nutrient
lain membrane menuju ke dalam sel.
Protein Nutrien dan Penyimpan
Biji berbagai tumbuhan menyimpan protein nutrient yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan embrio tanaman. Terutama, contoh yang telah dikenal
adalah protein biji dari gandum, jagung, dan beras. Ovalbumin protein utama
putih telur, dan kasein protein utama susu merupakan contoh lain dari protein
nutrient. Ferritin jaringan hewan merupakan protein penyimpan besi.
Protein Kontraktil atau Motil
Beberapa protein memberikan kemampuan kepada sel dan organisme
untuk berkontraksi, mengubah bentuk, atau bergerak. Aktin dan miosin adalah
protein filamen yang berfungsi di dalam sistem kontraktil otot kerangka dan juga
di dalam banyak sel bukan otot. Contoh lain adalah tubulin, protein pembentuk
Praktikum Biokimia 1
mikrotubul. Mikrotubul merupakan komponen penting dari flagella dan silia
yang dapat menggerakkan sel.
Protein Struktural
Banyak protein yang berperan sebagai filamen, kabel, atau lembaran
penyanggah untuk memberikan struktur biologi kekuatan atau proteksi.
Komponen utama dari urat dan tulang rawan adalah protein serabut kolagen,
yang mempunyai daya tenggang yang amat tinggi.
Protein Pertahanan
Banyak protein mempertahankan organisme dalam melawan serangan
oleh spesies lain atau melindungi organisme tersebut dari luka. Immunoglobulin
atau anti-body pada vertebrata adalah protein khusus yang dibuat oleh limposit
yang dapat m,engenali dan mengendapakan atau menetralkan serangan bakteri,
virus, atau protein asing dari spesies lain. Fibrinogen dan trombin, merupakan
protein penggumpal darah yang menjaga kehilangan darah jika sistem pembuluh
terluka. Bisa ular, toksin bakteri, dan protein tumbuhan beracun, seperti risin,
juga berfungsi di dalam pertahanan tubuh.
Protein Pengatur
Beberapa protein membantu aktivitas seluler. Diantara jenis ini terdapat
sejumlah hormone seperti insulin, yang mengatur metabolisme gula dan
kekurangannya menyebabkan penyakit diabetes. Hormone pertumbuhan dari
pituary dan hormone paratiroid, yang mengatur transport Ca2+ dan fosfat.
Protein pengatur lain, yang disebut repressor mengatur biosintesa enzim oleh
sel bakteri.
Protein lain
Terdapat banyak protein yang fungsinya agak eksotik dan tidak mudah
diklasifikasikan. Monelin, suatu protein tanaman dari afrika yang mempunyai
rasa yang amat manis. Protein dapat dibagi menjadi dua golongan utama
berdasarkan bentuk dan sifat-sifat fisik tertentu; protein globular dan protein
serabut. Pada protein globular rantai atau rantai-rantai polipeptida berlipat rapat-
rapat menjadi bentuk globular atau bulat yang padat. Protein globular biasanya
larut di dalam system larutan (air) dan segera berdifusi ; hamper semua
Praktikum Biokimia 1
mempunyai fungsi gerak atau dinamik. Hampir semua enzim merupakan protein
globular, seperti protein transport pada darah, anti-bodi, dan protein penyimpan
nutrient. Protein serabut bersifat tidak larut di dalam air, merupakan molekul
serabut panjang, dengan rantai polipeptida yang memanjang pada satu sumbu,
dan tidak berlipat menjadi bentuk globular. Hamper semua protein serabut
memberikan peranan structural atau pelindung. Protein serabut yang khas adalah
α-keratin pada rambut dan wol, fibroin dari sutera dan kolagen dari urat.
Beberapa hal yang mungkin dilakukan terhadap protein adalah
pemisahan dan pemurnian yang bertujuan untuk memproleh protein murni.
Suatu protein juga dapat mengalami suatu kerusakan yang disebut dengan
denaturasi. Dalam lehninger(1982:159) dituliskan bahwa suatu denaturasi
protein dapat diakibatkan bukan hanya oleh panas tetapi juga oleh pH ekstrim,
oleh beberapa pelarut organic seperti alcohol atau aseton, zat terlarut tertentu
seperti urea, oleh deterjen atau hanya dengan pengguncangan intensif larutan
protein dan bersinggungan dengan udara sehingga terbentuk busa. Jika suatu
protein terdenaturasi, susunan tiga dimensi khas dari rantai polipeptida
terganggu dan molekul ini terbuka menjadi struktur acak, tanpa adanya
kerusakan pada struktur kerangka kovalen.
V. ALAT DAN BAHAN
Pipet tetes
Gelas ukur
Beaker gelas
Bunsen
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Batang pengaduk kaca
Penjepit tabung
Kertas saring
albumin
NaOH 2,5 N
Asam asetat 1M
CuSO4 0,01N
HgCl2 0,2 MH2O
(NH4)2SO4
Reagen millon
Reagen untuk uji biuret
HCl 0,1 M
NaOH 0,1 M
Buffer asetat Ph 4,7
Etil alcohol 95%
Larutan BaCl2
Larutan kuning telur
Larutan putih telur
Praktikum Biokimia 1
VI. PROSEDUR PERCOBAAN
1. UJI BIURET
Tambahkan 1 ml NaOH 2,5 N ke dalam 3 mL larutan protein dan aduk.
Tambahkan setetes CuSO4 0,01 M. aduk, jika tidak timbul warna tambahkan
lagi setetes atau 2 tetes CuSO4.
2. PENGENDAPAN DENGAN LOGAM
Ke dalam 3 ml larutan protein tambahkan 5 tetes HgCl2 0,2M. Ulangi
percobaan dengan menggunakan Pb-asetat.
3. PENGENDAPAN DENGAN GARAM
Jenuhkan 10 mL larutan protein dengan ammonium sulfat. Untuk pekerjaan
ini dilakukan : pertama, tambahkan sedikit garam tersebut, aduk hingga
larut. Tambahkan lagi sedikit ammonium sulfat dan aduk lagi , continue
sehingga sedikit garam tertinggal tidak terlarut. Apabila larutan jenuh,
kemudian disaring. Uji kelarutan dari endapan didalam air. Uji endapan
dengan reagen millon dan filtrate dengan uji biuret.
4. UJI KOAGULASI
Tambahkan 2 tetes HOAc 1M kedalam 5 ml larutan protein dengan batang
pengaduk. Uji kelarutan endapan di dalam air dan uji dengan reagen millon.
5. PENGENDAPAN DENGAN ALKOHOL
Tabung 1 2 3Larutan albumin 2,5ml 2,5ml 2,5ml
HCl 0,1 M 0,5ml - -
NaOH 0,1 M - 0,5ml -
Buffer asetat, Ph 4,7 - - 0,5ml
Etil alcohol 95% 3ml 3ml 3ml
Praktikum Biokimia 1
6. DENATURASI PROTEIN
Tabung 1 2 3
Larutan albumin 4,5 ml 4,5 ml 4,5 ml
Buffer asetat Ph
4,7(1M)
- - 0,5ml
HCl 0,1 M 0,5ml - -
NaOH 0,1 M - 0,5ml -
Tempatkan ketiga tabung dalam air mendidih selama 15 menit dan
dinginkan pada temperature kamar. Dalam tabung mana yang kelihatan
mengendap. Untuk tabung-tabung 1 dan 2 tambahkan 5 ml buffer asetat pH
4,7. Tulis hasilnya.
7. UJI SULFUR DALAM PROTEIN
Campurkan 0,1 gram serbuk albumin dengan dua kali berat dari fusion
mixture (0,2 gram). Panaskan dalam cawan porselin sampai tak berwarna.
Dinginkan dan larutkan dalam air panas. Saring jika perlu. Asamkan filtrate
dengan HCl. Panaskan hingga mendidih dan tambahkan beberapa tetes
larutan BaCl2.
VII. HASIL PENGAMATAN
1. Uji biuret
Prosedur Hasil pengamatan
3ml Lar. albumin 10%
+ 1 ml NaOH 2,5M + 1
tetes CuSO4 0,01 M
3 ml Lar. albumin 10% (kuning) + 1 ml
NaOH(aq) (tidak berwarna) larutan
berwarna kuning + 1 tetes CuSO4(aq) (biru)
larutan berwarna ungu
3ml Lar. Ikan giling
10% + 1 ml NaOH
2,5M + 1 tetes CuSO4
0,01 M
3 ml Lar. Ikan giling 10% (tidak berwarna) + 1
ml NaOH(aq) (tidak berwarna) larutan tidak
berwarna + 1 tetes CuSO4(aq) (biru) larutan
berwarna ungu
Praktikum Biokimia 1
3ml Lar. Putih telur
10% + 1 ml NaOH
2,5M + 1 tetes CuSO4
0,01 M
3 ml Lar. Putih telur 10% (tidak berwarna) + 1
ml NaOH(aq) (tidak berwarna) larutan tidak
berwarna + 1 tetes CuSO4(aq) (biru) larutan
berwarna ungu
3ml Lar. Kuning telur
10% + 1 ml NaOH
2,5M + 1 tetes CuSO4
0,01 M
3 ml Lar. Kuning telur 10% (tidak berwarna) +
1 ml NaOH(aq) (tidak berwarna) larutan
tidak berwarna + 1 tetes CuSO4(aq) (biru)
larutan berwarna ungu
Kesimpulan:
Larutan albumin, larutan ikan giling larutan putih telur dan kuning telur
pada kadar 10% menghasilkan uji positif dengan pereaksi biuret ditandai
dengan perubahan warna larutan menjadi ungu
2. Pengendapan dengan logam
Prosedur Hasil pengamatan
3ml Lar. albumin 10%
+ 5 tetes HgCl2 0,2 M
3 ml Lar. albumin 10% (kuning) + 5 tetes
HgCl2(aq) 0,2 M (tidak berwarna) terbentuk
endapan putih dan larutan tidak berwarna
3ml Lar. albumin 10%
+5 tetes Pb(CH3COO)2
0,2 M
3 ml Lar. albumin 10% (kuning) + 5 tetes
Pb(CH3COO)2(aq) 0,2 M (tidak berwarna)
terbentuk endapan putih dan larutan tidak
berwarna
3ml Lar. Ikan giling
10% + 5 tetes HgCl2 0,2
M
3 ml Lar. Ikan giling 10% (tidak berwarna) + 5
tetes HgCl2(aq) 0,2 M (tidak berwarna)
terbentuk endapan putih dan larutan tidak
berwarna
3ml Lar. Ikan giling
10% + 5 tetes
Pb(CH3COO)2 0,2 M
3 ml Lar. Ikan giling 10% (tidak berwarna) + 5
tetes Pb(CH3COO)2(aq) 0,2 M (tidak berwarna)
larutan putih keruh
3ml Lar. Putih telur
10% + 5 tetes HgCl2 0,2
M
3 ml Lar. Putih telur 10% (tidak berwarna) + 5
tetes HgCl2(aq) 0,2 M (tidak berwarna)
terbentuk endapan putih dan larutan tidak
berwarna
Praktikum Biokimia 1
3ml Lar. Putih telur
10% + 5 tetes
Pb(CH3COO)2 0,2 M
3 ml Lar. albumin 10% (tidak berwarna) + 5
tetes Pb(CH3COO)2(aq) 0,2 M (tidak berwarna)
larutan putih keruh
3ml Lar. Kuning telur
10% + 5 tetes HgCl2 0,2
M
3 ml Lar. Kuning telur 10% (tidak berwarna) +
5 tetes HgCl2(aq) 0,2 M (tidak berwarna)
larutan putih keruh
3ml Lar. Kuning telur
10% + 5 tetes
Pb(CH3COO)2 0,2 M
3 ml Lar. Kuning telur 10% (tidak berwarna) +
5 Pb(CH3COO)2 tetes 0,2 M (tidak berwarna)
larutan tidak berwarna
Kesimpulan:
Larutan protein yang direaksikan dengan garam Hg lebih banyak
menghasilkan endapan daripada larutan protein yang direaksikan dengan
garam Pb
3. Uji pengendapan garam
Prosedur Hasil pengamatan
10 ml Lar. Ikan giling
10% + (NH4)2SO4
hingga jenuh.
10 ml Lar. Ikan giling 10% (tidak berwarna) +
(NH4)2SO4(s) (kristal putih) larutan jenuh
tidak berwarna
Filtrate (tidak berwarna) + 10 tetes NaOH(aq)
(tidak berwarna) +10 tetes CuSO4(aq)(biru)
larutan berwarna biru
Endapan putih + reagen millon (tidak
berwarna) endapan merah bata
10 ml Lar. Putih telur
10% + (NH4)2SO4
hingga jenuh.
10 ml Lar. Putih telur 10% (tidak berwarna) +
(NH4)2SO4(s) (kristal putih) larutan jenuh
tidak berwarna
Filtrate (tidak berwarna) + 10 tetes NaOH(aq)
(tidak berwarna) +10 tetes CuSO4(aq)(biru)
larutan berwarna biru
Endapan putih + reagen millon (tidak
berwarna) endapan merah bata
Praktikum Biokimia 1
10 ml Lar. Kuning
telur 10% +
(NH4)2SO4 hingga
jenuh.
10 ml Lar. Kuning telur 10% (tidak berwarna) +
(NH4)2SO4(s)(kristal putih) larutan jenuh
tidak berwarna
Filtrate (tidak berwarna) + 10 tetes NaOH(aq)
(tidak berwarna) +10 tetes CuSO4(aq)(biru)
larutan berwarna biru
Endapan putih + reagen millon (tidak
berwarna) endapan merah bata
Kesimpulan:
Setelah pemanasan,Larutan protein yang direaksikan dengan garam
ammonium sulfat dapat membentuk endapan yang masih menghasilkan
uji positif terhadap reagen millon dan filtrate yang menghasilkan uji
positif terhadap pereaksi biuret.
4. Uji koagulasi
Prosedur Hasil pengamatan
5 ml Lar. albumin
10% + 2 tetes
CH3COOH 1M
5 ml albumin(aq) (kuning) + 2 tetes CH3COOH(aq)
(tidak berwarna) terbentuk endapan putih
Endapan putih + reagen millon endapan
merah bata
Endapan putih + air endapan putih yang
tidak larut
5 ml Lar. Ikan giling
10% + 2 tetes
CH3COOH 1M
5 ml Lar. Ikan giling (tidak berwarna) + 2 tetes
CH3COOH(aq) (tidak berwarna) terbentuk
endapan putih
Endapan putih + reagen millon endapan
merah bata
Endapan putih + air endapan putih yang
tidak larut
5 ml Lar. Putih telur 5 ml Lar. Putih telur (tidak berwarma)+ 2 tetes
Praktikum Biokimia 1
10% + 2 tetes
CH3COOH 1M
CH3COOH(aq) (tidak berwarna) terbentuk
endapan putih
Endapan putih + reagen millon endapan
merah bata
Endapan putih + air endapan putih yang
tidak larut
3ml Lar. Kuning telur
10% + 2 tetes
CH3COOH 1M
3ml Lar. Kuning telur (kuning) + 2 tetes
CH3COOH(aq) (tidak berwarna) terbentuk
endapan putih
Endapan putih + reagen millon endapan
merah bata
Endapan putih + air endapan putih yang
tidak larut
Kesimpulan:
Larutan protein dapat mengalami koagulasi yang reaksinya irreversible
setelah pemanasan yang endapannya tidak dapat larut dalam air dan
menghasilkan uji positif terhadap reagen millon
5. Denaturasi protein
Prosedur Hasil pengamatan
Albumin
Tabung 1:
4,5 ml albumin(aq) 10%
+ 0,5 ml HCl(aq)
+ 5 ml buffer asetat
pH 4,7
Tabung 2
4,5 ml albumin(aq) 10%
+ 0,5 ml NaOH(aq)
+ 5 ml buffer
asetat pH 4,7
Tabung 1
4,5 ml albumin(aq) 10% (larutan kuning) + 0,5 ml
HCl(aq) (lar. tidak berwarna) larutan kuning
endapan putih + 5 ml buffer asetat pH 4,7
lar. Tidak berwarna,endapan putih
tabung 2
4,5 ml albumin(aq) 10% (larutan kuning) + 0,5 ml
HCl(aq) (lar. tidak berwarna) larutan kuning
endapan putih + 5 ml buffer asetat pH 4,7
lar. Tidak berwarna,endapan putih
Praktikum Biokimia 1
Tabung 3:
4,5 ml albumin(aq) 10%
+ 0,5 ml buffer asetat
pH 4,7
Tabung 34,5 ml albumin(aq) 10% + 0,5 ml buffer asetat pH
4,7 larutan kuning endapan putih
Putih telur
Tabung 1:
4,5 ml putih telur(aq)
10% + 0,5 ml HCl(aq)
+ 5 ml buffer
asetat pH 4,7
Tabung 2
4,5 ml putih telur(aq)
10% + 0,5 ml
NaOH(aq) + 5
ml buffer asetat pH
4,7
Tabung 3:
4,5 ml putih telur(aq)
10% + 0,5 ml buffer
asetat pH 4,7
Tabung 1:
4,5 ml putih telur(aq) 10% (lar.tidak berwarna) +
0,5 ml HCl(aq) (lar. tidak berwarna) larutan
putih keruh lar.putih keruh + 5 ml buffer
asetat pH 4,7 lar. Tidak berwarna, endapan
putih
Tabung 2:
4,5 ml putih telur(aq) 10% (lar.tidak berwarna) +
0,5 ml NaOH(aq) (lar. tidak berwarna) larutan
tidakn berwarna larutan tidakn berwarna
+ 5 ml buffer asetat pH 4,7 lar. Tidak
berwarna, endapan putih
Tabung 3:
4,5 ml putih telur(aq) 10% + 0,5 ml buffer asetat
pH 4,7 ) larutan putih keruh endapan
putih dan larutan tidak berwarna
Kuning telur
Tabung 1:
4,5 ml kuning telur(aq)
10% + 0,5 ml HCl(aq)
+ 5 ml buffer
asetat pH 4,7
Tabung 1:
4,5 ml kuning telur(aq) 10% (lar.kuning) + 0,5 ml
HCl(aq) (lar. tidak berwarna) larutan kuning
larutan kuning + 5 ml buffer asetat pH 4,7
larutan kuning
Praktikum Biokimia 1
Tabung 2
4,5 ml kuning telur(aq)
10% + 0,5 ml
NaOH(aq) + 5
ml buffer asetat pH
4,7
Tabung 3:
4,5 ml kuning telur(aq)
10% + 0,5 ml buffer
asetat pH 4,7
Tabung 2:
4,5 ml kuning telur(aq) 10% (lar.kuning) + 0,5 ml
NaOH(aq) (lar. tidak berwarna) larutan kuning
larutan kuning + 5 ml buffer asetat pH 4,7
larutan kuning
Tabung 3:
4,5 ml kuning telur(aq) 10% + 0,5 ml buffer asetat pH 4,7 ) larutan kuning larutan kuning
Ikan giling
Tabung 1:
4,5 ml ikan giling(aq)
10% + 0,5 ml HCl(aq)
+ 5 ml buffer
asetat pH 4,7
Tabung 2
4,5 ml ikan giling(aq)
10% + 0,5 ml
NaOH(aq) + 5
ml buffer asetat pH
4,7
Tabung 3:
4,5 ml kuning telur(aq)
10% + 0,5 ml buffer
asetat pH 4,7
Tabung 1:
4,5 ml ikan giling(aq) 10% (lar.tidak berwarna) +
0,5 ml HCl(aq) (lar. tidak berwarna) larutan
putih keruh lar.putih keruh + 5 ml buffer
asetat pH 4,7 lar. Tidak berwarna, endapan
putih
Tabung 2:
4,5 ml ikan giling(aq) 10% (lar.tidak berwarna) +
0,5 ml NaOH(aq) (lar. tidak berwarna) larutan
tidakn berwarna larutan tidakn berwarna
+ 5 ml buffer asetat pH 4,7 lar. Tidak
berwarna, endapan putih
Tabung 3:
4,5 ml ikan giling(aq) 10% + 0,5 ml buffer asetat
pH 4,7 ) larutan putih keruh endapan
putih dan larutan tidak berwarna
6. Pengendapan dengan alcohol
Praktikum Biokimia 1
Prosedur Hasil pengamatan
Putih Telur
Tabung 1
2,5 ml Putih telur(aq)
10% + 0,5 ml HCl(aq) +
3 ml etanol 96%
Tabung 2
2,5 ml Putih telur(aq)
10% + 0,5 ml
NaOH(aq)+ 3 ml etanol
96%
Tabung 3:
2,5 ml Putih telur(aq)
10% + buffer asetat(aq)
+ etanol 96%
Tabung 1:
2,5 ml Putih telur(aq) 10% (tidak berwarna) + 0,5
ml HCl(aq) (tidak berwarna) + 3 ml etanol 96%
(tidak berwarna) larutan putih keruh,endapan
putih
Tabung 2:
2,5 ml Putih telur(aq) 10% (tidak berwarna) + 0,5
ml NaOH(aq)(tidak berwarna) + 3 ml etanol 96%
(tidak berwarna) larutan putih keruh
Tabung 3:
2,5 ml Putih telur(aq) 10% (tidak berwarna) + 0,5
ml buffer asetat(aq) pH 4,7 (tidak berwarna) + 3 ml
etanol 96% (tidak berwarna) larutan putih
keruh, endapan putih
Kuning telur
Tabung 1
2,5 ml kuning telur(aq)
10% + 0,5 ml HCl(aq) +
3 ml etanol 96%
Tabung 2
2,5 ml kuning telur(aq)
10% + 0,5 ml
NaOH(aq)+ 3 ml etanol
96%
Tabung 3:
Tabung 1:
2,5 ml kuning telur(aq) 10% (kuning) + 0,5 ml
HCl(aq) (tidak berwarna) + 3 ml etanol 96% (tidak
berwarna) larutan putih keruh,endapan putih
Tabung 2:
2,5 ml kuning telur(aq) 10% (kuning) + 0,5 ml
NaOH(aq)(tidak berwarna) + 3 ml etanol 96%
(tidak berwarna) larutan putih keruh
Tabung 3:
Praktikum Biokimia 1
2,5 ml kuning telur(aq)
10% + buffer asetat(aq)
+ etanol 96%
2,5 ml kuning telur(aq) 10% (kuning) + 0,5 ml
buffer asetat(aq) pH 4,7 (tidak berwarna) + 3 ml
etanol 96% (tidak berwarna) larutan putih
keruh, endapan putih
Ikan giling
Tabung 1
2,5 ml ikan giling(aq)
10% + 0,5 ml HCl(aq) +
3 ml etanol 96%
Tabung 2
2,5 ml ikan giling(aq)
10% + 0,5 ml
NaOH(aq)+ 3 ml etanol
96%
Tabung 3:
2,5 ml ikan giling(aq)
10% + buffer asetat(aq)
+ etanol 96%
Tabung 1:
2,5 ml ikan giling(aq) 10% (tidak berwarna) + 0,5
ml HCl(aq) (tidak berwarna) + 3 ml etanol 96%
(tidak berwarna) larutan putih keruh,endapan
putih
Tabung 2:
2,5 ml ikan giling(aq) 10% (tidak berwarna) + 0,5
ml NaOH(aq)(tidak berwarna) + 3 ml etanol 96%
(tidak berwarna) larutan putih keruh
Tabung 3:
2,5 ml ikan giling(aq) 10% (tidak berwarna) + 0,5
ml buffer asetat(aq) pH 4,7 (tidak berwarna) + 3 ml
etanol 96% (tidak berwarna) larutan putih
keruh, endapan putih
Albumin
Tabung 1:
2,5 ml albumin(aq) 10%
+ 0,5 ml HCl(aq) + 3 ml
etanol 96%
Tabung 2
2,5 ml albumin(aq) 10%
+ 0,5 ml NaOH(aq)+ 3
ml etanol 96%
Tabung 3:
2,5 ml albumin(aq) 10%
Tabung 1:
2,5 ml albumin(aq) 10% (kuning) + 0,5 ml HCl(aq)
(tidak berwarna) + 3 ml etanol 96% (tidak
berwarna) larutan putih keruh,endapan putih
Tabung 2:
2,5 ml albumin(aq) 10% (kuning) + 0,5 ml NaOH(aq)
(tidak berwarna) + 3 ml etanol 96% (tidak
berwarna) larutan putih keruh
Tabung 3:
Praktikum Biokimia 1
+ buffer asetat(aq) +
etanol 96%
2,5 ml albumin(aq) 10% (kuning) + 0,5 ml buffer
asetat(aq) pH 4,7 (tidak berwarna) + 3 ml etanol
96% (tidak berwarna) larutan putih keruh,
endapan putih
7. Uji sulfur dalam protein
Prosedur Hasil pengamatan
0,1 gr albumin(s) +
0,2 gr fusion mixture
Campuran didinginkan
+ air panas
disaring filtrate +
HCl hinggga
mendidih + BaCl2
Serbuk Albumin (putih kekuningan) + fusion
mixture (tidak berwarna) Kristal putih +
H2O(panas) Terbentuk larutan tidak
berwarna.
Filtrat (tidak berwarna) + HCl (tidak berwarna)
Terbentuk larutan putih keruh.
Larutan putih keruh + Larutan BaCl2
Terbentuk endapan putih dan larutan
putih keruh
Kesimpulan : Serbuk albumin memberikan hasil positif yang ditunjukkan
dengan terbentuknya endapan putih. Hal ini mengiindikasikan bahwa
albumin mengandung asam amino yang memiliki gugus sulfur.
VIII. REAKSI
Uji Biuret
Praktikum Biokimia 1
Pengendapan dengan Logam
- HgCl2
- Pb-Asetat
Pengendapan dengan Garam
Praktikum Biokimia 1
Uji Koagulasi
Endapan + Reagen Millon
Filtrat + Air (H2O)
H H
R – C – COO- R – C – COO- + H+ (suasana asam)
N+H3 NH2
Atau
H H
R – C – COO- + H+ R – C – COOH (suasana basa)
N+H3 NH2
Pengendapan dengan Alkohol
Reaksi dengan HCl 0,1 M dan dilanjutkan dengan alkohol
Reaksi dengan NaOH 0,1 M dan dilanjutkan dengan alkohol
Praktikum Biokimia 1
H2O
H2O
Reaksi dengan Buffer Asetat pH 4,7 dan dilanjutkan alkohol
Denaturasi Protein
Reaksi protein dengan HCl yang di lanjutkan dengan pemanasan selama 15
menit membuat protein terdenaturasi
COO - COOH
H3N+ - C – H + H+ H3N+ - C – H
R asam R
COO - COO -
H3N+ - C – H + OH- H2N – C – H + H2O
R basa R
Praktikum Biokimia 1
IX. PEMBAHASAN
Untuk mempelajari beberapa sifat protein maka pada praktikum kali ini
kami melakukan uji protein yang terdiri dari beberapa uji yaitu uji biuret, uji
pengendapan dengan logam, pengendapan dengan garam, uji koagulasi,
denaturasi protein, pengendapan dengan alcohol dan uji sulfur dalam protein.
Uji biuret
Pada uji biuret ini suatu larutan protein direaksikan dengan natrium
hidroksida dan tembaga sulfat. Dari praktikum yang telah dilakukan semua
larutan protein yang digunakan (larutan albumin, larutan ikan giling, larutan
puith telur dan kuning telur) pada kadar 10% menghasilkan uji positif terhadap
peraksi biuret yang ditandai dengan berubahnya larutan menjadi berwarna ungu
setelah penambahan tembaga sulfat sebanyak satu tetes ke dalam masing-masing
larutan. Perubahan warna tersebut diakibatkan oleh terbentuknya kompleks Cu2+
dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptide dalam protein pada suasana
basa yang diperoleh melalui penambahan NaOH. Perbedaan jumlah kandungan
protein dari sampel juga menyebabkan berbedanya kepekatan warna yang
dihasilkan dari reaksi protein terhadap pereaksi biuret. Dengan semakin
tingginya kandungan protein dalam suatu sampel maka jumlah ikatan peptide
didalamnya akan semakin panjang sehingga mengahasilkan warna ungu yang
lebih pekat pada larutan.
Pengendapan dengan logam
Dalam Poedjiadi (2006:118) di tuliskan bahwa ada ion-ion positif dan
ion-ion negative yang dapat mengendapkan protein. Untuk ion-ion positif yang
dapat mengendapkan protein antara lain Ag+ ,Ca++, Zn++ ,Hg ++ , Cu++, dan Pb++,
sedangkan ion-ion negative yang dapat mengendapkan protein ialah ion salisilat,
trikloroasetat, pikrat, tanat, dan sulfosalisilat.
Praktikum Biokimia 1
Pada uji yang dilakukan digunakan larutan HgCl2 dam Pb- asetat untuk
mengendapkan protein. Percobaan ini didasarkan dari adanya kemampuan
protein untuk berikatan dengan ion logam di atas titik isoelektriknya.Dari hasil
pengamatan, tidak semua sampel yang digunakan menghasilkan endapan
terhadap larutan HgCl2 dam Pb- asetat, namun secara keseluruhan terlihat
bahwa larutan protein yang direaksikan dengan HgCl2 menghasilkan endapan
yang lebih banyak daripada larutan protein yang direaksikan dengan timbal-
asetat. Hal demikian terjadi karena adanya perbedaan harga Ksp dari kedua
logam yang terlarut dalam masing-masing larutanya tersebut, dimana Hg2+
mempunyai harga Ksp lebih kecil dibandingkan dengan timbal sehingga larutan
yang direaksikan dengan suatu larutan yang mengandung Pb2+ lebih banyak larut
dan sedikit membentuk endapan dan sebaliknya larutan protein yang direaksikan
dengan ion Hg2+ lebih banyak mengendap. Berdasarkan sifat dari protein
terhadap logam-logam inilah maka putih telur atau susu dapat digunakan sebagai
antidotum atau penawar racun apabila orang keracunan logam berat seperti Hg
dan Pb. Hal serupa dituliskan oleh poedjiadi(2006) dalam bukunya Dasar-Dasar
Kimia halaman 118.
Pengendapan dengan garam
Pengujian terhadap larutan protein selanjutnya adalah pengendapan
dengan garam. Pada uji ini sampel yang digunakan sama dengan percobaan
sebelumnya (albumin tidak diuji karena tidak tersedianya bahan lagi)
direaksikan dengan garam ammonium sulfat sampai jenuh yang ditandai dengan
adanya sedikit garam yang tertinggal atau tidak larut walaupun sudah
dipanaskan. Kemudian larutan yang telah jenuh disaring untuk memisahkan
filtrate dan endapan yang masing-masing akan di uji lebih lanjut. Endapan
direaksikan lagi dengan reagen millon sedangkan filtrate dengan pereaksi biuret.
Prinsip yang digunakan pada uji ini adalah menurunkan kelarutan protein
melalui penambahan suatu garam seperti ammonium sulfat sehingga dapat
membentuk endapan yang dapat dipisahkan. Penyebab lain terjadinya endapan
yaitu dikarenakan pada proses terjadinya reaksi antra ammonium sulfat dengan
larutan protein terjadi persaingan untuk mengikat air diantara keduanya,
ammonium sulfat menang bersaing mengikat air daripada protein sehingga
Praktikum Biokimia 1
menyebabkan protein mengalami dehidrasi atau sering dikenal dengan
kehilangan air, yang akhirnya protein membentuk endapan dalam larutan
Berdasarkan hasil pengamatan semua sampel yang diuji menghasilkan uji
positif, hal ini ditandai dengan berubahnya endapan putih yang telah dipisahkan
dari larutannya menjadi berwarna merah bata setelah penambahan reagen millon
dan berubahnya filtrate menjadi biru dengan penambahan pereaksi biuret.
Uji Koagulasi
Salah satu sifat protein adalah mengalami koagulasi atau penggumpalan.
Untuk mempelajari dan melihat secara langsung terjadinya koagulasi ini maka
dilakukan pengamatan terhadap beberapa larutan protein. Pada percobaan ini
kami menguji empat macam larutan protein yaitu larutan albumin, larutan ikan
giling, larutan putih telur dan kuning telur yang kemudian dilakukan
penambahan asam asetat ke dalam larutan protein. Ketika larutan protein
ditambahkan dengan larutan asam asetat, tidak terjadi perubahan. Berdasarkan
hasil percobaan,terlihat bahwa semua bahan yang di uji mengalami koagulasi
setelah pemanasan. Terjadinya koagulasi disebabkan karena ion H+ dari
CH3COOH terikat pada gugus negatif pada protein. Ketika ion H+ dari asam
asetat masuk ke dalam larutan, akan mempengaruhi keseimbangan dan
pengkutuban muatan dari molekul protein. Perubahan pengkutuban ini
menyebabkan rusaknya konformasi alamiah protein seperti struktur tersier dan
struktur kwartener protein. Rusaknya konformasi alamiah protein menyebabkan
terganggunya stabilitas dari larutan protein, sehingga larutan protein mengalami
koagulasi.
Meskipun semua larutan protein mengalami koaagulasi, namun lamanya
larutan protein terkoagulasi dari masing-masing bahan berbeda-beda, hal ini
disebabkan oleh setiap bahan mempunyai kandungan protein yang berbeda-beda
pula. Dari keempat bahan tersebut yang paling cepat terkoagulasi adalah larutan
albumin yang dikarenakan albumin yang digunakan merupakan albumin murni
sehingga hanya terdapat kandungan protein didalamnya sedangkan untuk larutan
putih telur, kuning telur dan ikan giling tidak hanya protein melainkan masih
banyak kandungan bahan lainnya misalnya lemak dalam ikan. Selain waktu
pengamatan yang berbeda, banyaknya gumpalan yang terbentuk pun berbeda-
beda. Faktor penyebabnya juga jumlah kandungan protein dari masing-masing
Praktikum Biokimia 1
bahan yang di uji, secara berurutan hasil pengamatan menunjukkan jumlah
gumpalan terbanyak adalah albumin,putih telur dan kuning telur. Dari hasil
tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa protein pada putih telur lebih banyak
dari pada di kuning telur.
Dalam percobaan koagulasi ini, gumpalan yang terbentuk dari
pemanasan larutan protein di uji lebih lanjut dengan reagen millon dan air. Dari
hasil pengamatan terlihat bahwa gumpalan dari masing-masing larutan menjadi
berwarna merah bata saat direaksikan dengan reagen millon, sedangkan uji
dengan air membentuk endapan yang tidak larut. Hal ini menunjukkan bahwa
endapan tersebut masih bersifat sebagai protein, hanya saja telah terjadi
perubahan struktur tersier ataupun kwartener, sehingga protein tersebut
mengendap. Perubahan struktur tersier protein ini tidak dapat diubah kembali ke
bentuk semula, ini bisa dilihat dari tidak larutnya endapan albumin itu dalam air.
Artinya proses koagulasi merupakan proses yang irreversible.Berdasarkan
literature, proses koagulasi merupakan hal yang disebabkan oleh terjadinya
denaturasi pada struktur tersier atau kuartener protein. Pemanasan adalah salah
satu penyebab denaturasi.
Denaturasi protein
percobaan denaturasi protein ini dilakukan pada semua larutan protein
yang masing-masing diuji dengan tiga perlakuan dalam tabung yang berbeda,
Pada tabung 1 (larutan protein direaksikan dengan HCl dipanaskan,kemudian
ditambahkan buffer asetat pH=4,7) diperoleh gumpalan /endapan untuk setiap
larutan protein kecuali larutan kuning telur setelah dilakukannya pemanasan dan
penambahan buffer asetat pH=4,7. Proses pemanasan dapat menyebabkan
struktur protein menjadi acak. Protein sangat peka terhadap lingkungan apalagi
dengan adanya perubahan suhu, hal ini menyebabkan larutan menjadi keruh dan
adanya gumpalan-gumpalan dari protein yang terdenaturasi. Seperti yang telah
diungkapkan oleh lehninger (1982:159), denaturasi protein dapat diakibatkan
bukan hanya oleh adanya pemanasan, tetapi juga pH, dan juga pelarut
organiknya.
Pemanasan akan membuat protein terdenaturasi sehingga kemampuan
mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan
mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami
Praktikum Biokimia 1
protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida.
Proses ini biasanya berlangsung pada kisaran suhu yang sempit (Ophart, 2003).
Pada tabung 2 (larutan protein direaksikan dengan NaOH dan
dipanaskan,kemudian ditambahkan buffer asetat pH=4,7), masing-masing
tabung tidak menghasilkan endapan setelah pemanasan, namun setelah ditambah
buffer asetat maka terbentuk endapan berwarna putih kecuali pada tabung yang
berisi larutan kuning telur. Sedangkan tabung 3, pada penambahan buffer asetat
kemudian dipanaskan langsung terbentuk endapan berwarna putih.
Pengendapan Dengan Alkohol
Pada percobaan ini tidak jauh berbeda dengan uji denaturasi,bedannya
untuk percobaan ini tidak dilakukan pemanasan seperti pada denaturasi protein
dan sebagai pegantinya ditambah laruatn alcohol.yang dilihat adalah endapan
yang terbentuk setelah penambahan larutan alcohol pada masing-masing larutan
protein. Dalam percobaan ini juga dilakukan tiga uji terhadap larutan protein.
Pada uji yang pertama, ke dalam larutan protein ditambahkan dengan larutan
HCl. Penambahan larutan HCl ini menyebabkan larutan protein mengendap.
Mengendapnya larutan protein ini disebabkan karena setelah ditambahkan
dengan larutan HCl, pH larutan protein berada di bawah titik isoelektrik Pada
keadaan ini kelarutan protein berada pada titik minimumnya, sehingga dengan
penambahan asam kuat membuat larutan protein semakin cepat mengendap
karena kelarutannya dalam air sangat berkurang. Ketika ditambahkan dengan
etanol, larutan protein semakin banyak yang mengendap. Hal ini terjadi karena
gugus –OH dari etanol lebih mudah terhidrasi daripada molekul protein,
sehingga kelarutan protein dalam air berkurang.
Pada uji yang kedua ditambahkan larutan NaOH ke dalam larutan
protein. Penambahan NaOH ke dalam larutan protein menyebabkan pH larutan
di atas pH isoelektrik sehingga kelarutan protein dalam air meningkat dan
larutan tetap bening. Ketika ditambahkan dengan etanol, larutan tetap bening.
Hal ini terjadi karena molekul-molekul protein yang kelarutanya telah meningkat
akibat penambahan basa tidak kalah bersaing dengan gugus –OH dari etanol
untuk mengikat air, sehingga molekul protein tidak mengendap dan larutan tetap
bening.
Pada uji yang ketiga, larutan protein ditambahkan dengan buffer asetat.
Praktikum Biokimia 1
Penambahan buffer asetat ini menyebabkan protein mengendap. Hal ini
dikarenakan kondisi larutan berada di bawah pH isoelektrik, hal ini disebabkan
karena pH buffer asetat yang sedikit asam. Pada kondisi ini kelarutan protein
berada pada titik minimum, sehingga protein akan mengendap. Dengan
penambahan alkohol menyebabkan protein semakin banyak yang mengendap.
Ini disebabkan karena molekul protein kalah bersaing dengan gugus –OH dari
etanol untuk mengikat air, sehingga molekul protein akan mengendap.
Uji Sulfur Dalam Protein
Dalam percobaan yang terakhir, digunakan uji sulfur terhadap protein.
Sampel yang digunakan yaitu albumin. Uji belerang ini memberikan hasil positif
terhadap protein yang mengandung asam amino yang memiliki gugus belerang,
seperti sistein, sistin, dan metionin. Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa
terbentuknya endapan putih pada larutan yang diuji. Berdasarkan hasil tersebut
kita dapat mengatakan bahwa di dalam albumin terdapat unsur sulfur, yang
terbukti dari hasil uji positifnya yang berupa endapan putih, endapan yang
terbentuk merupakan endapan barium dengan sulfur.
X. KESIMPULAN
1. Larutan albumin,larutan putih telur, larutan kuning telur dan larutan ikan
giling menghasilkan uji positif dengan pereaksi biuret yang ditandai denga
berubahnya larutan menjadi berwarna ungu.
2. Logam-logam berat seperti Hg dan Pb dapat mengendapkan larutan protein.
3. Lebih banyaka endapan yang dihasilkan dari reaksi antara larutan protein
dengan garam HgCl2 dibandingkan larutan protein bereaksi dengan Pb-asetat
yang diakibatnya perbedaan harga Ksp dari kedua logam.
4. Denaturasi protein dapat terjadi dengan penambahan garam seperti
ammonium sulfat.
5. Pemanasan larutan protein dapat menyebabkan protein terkoagulasi.
6. Larutan alcohol dapat mengendapkan larutan protein.
7. Dalam albumin terdapat unsur sulfur karena dapat menghasilkan uji positif
pada uji sulfur yang ditandai dengan terbentuknya endapan putih setelah
Praktikum Biokimia 1
penambahan BaCl2.
XI. DAFTAR PUSTAKA
Lehninger, A. (1982). Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Poedjiadi, Anna Dan Titin Supriyanti,F.M.2006. Dasar-Dasar Biokimia.
Bandung: UI-PRESS.
Sri. 2012. Praktikum Reaksi Uji Protein. (online),
(http://ruanglingkupgurukimia.blogspot.com/2012/05/praktikum-reaksi-
uji-protein.html, diakses 9 oktober 2013).
Tarsana,Agus.2010. Identifikasi Protein Berdasarkan Ikatan.
(online),(http://agustarsana.blogspot.com/2010/11/identifikasi-protein-
berdasarkan-ikatan.html, diakses 9 oktober 2013)
XII. LAMPIRAN
A. Pertanyaan dan jawaban
Uji biuret
1. Warna apa yang terjadi?
Jawab: warna ungu
2. Mengapa harus dihindarkan kelebihan CuSO4?
Jawab: karena kelebihan CuSO4 dapat menyebabkan terbentuknya
garam ammonium dan warna larutan menjadi lebih pekat
3. Mengapa garam ammonium mengganggu?
Jawab: karena mengganggu praktikan pada saat pengamatan
4. Sebutkan dua macam zat lain selain protein yang memberikan uji
biuret positif?
Jawab: histidin dan serin
Pengendapan dengan logam
1. Apa hasilnya?
Jawab: terbentuk endapan putih
Praktikum Biokimia 1
2. Terangkan mengapa putih telur digunakan sebagai antidote pada
keracunan Pb dan Hg!
Jawab: putih telur dapat digunakan sebagai antidote pada keracunan
Pb dan Hg berdasarkan sifat dari kandungan asam amino yang
terdapat dalam putih telur yang dapat mengikat Pb dan Hg.
Pengendapan dengan garam
1. Terangkan hasil-hasilnya!
Jawab: pada percobaan ini hasil yang didapatkan adalah endapan dan filtrate yang dimana endapannya diuji dengan milon dan dipanaskan menghasilkan warna merah bata dan filtratnya diuji dengan biuret yang menghasilkan warna ungu.
Uji koagulasi
1. Mengapa ditambahkan dengan asam?
Jawab:Karena asam dapat membantu penggumpalan atau proses
koagulasi.
2. Protein apa yang menggumpal pada pendidihan?
Jawab: protein yang menggmpal pada pendidihan adalah semua protein selain gelatin.
Pengendapan dengan alcohol
1. Tabung – tabung mana yang menunjukkan protein yang tidak
larut. Apakah kelarutan albumin dalam air pada titik
isoelektriknya?
Jawab: ya, kelarutan albumin dalam air terjadi pada titik
isoelektriknya.
Denaturasi protein
1. Sifat fisik apa dari protein yang mempengaruhi kelarutan dari
protein dalam percobaan ini?
Jawab:sifatnya sangat peka terhadap lingkungan, apabila
konfirmasi molekul protein berubah, misalnya oleh perubahan
suhu, pH atau karena terjadinya suatu reaksi dengan senyawa
lain, maka keaktifan biokimianya berkurang.
2. Metode lain apakah yang digunakan untuk denaturasi protein?
Jawab: modifikasi pH, menggunakan pelarut organic,solute
organic, detergen, garam inorganic,penambahan logam berat dan
Praktikum Biokimia 1
alcohol
3. Perubahan kimia apa yang berhubungan dengan denaturasi telur?
Jawab: perubahan suhu, pH, dan pelarut organik. Uji sulfur dalam protein
1. Mengapa protein memberikan uji positif untuk sulfur?
Jawab: karena protein dengan sulfur menghasilkan endapan putih
dan larutan kuning sehingga protein memberikan uji positif
terhadap uji sulfur. Karena dalam protein juga terdapat asam
amino sistein yang memiliki gugus tiol yang mengandung unsur
S (sulfur).
2. Unsur-unsur apa yang biasa ada dalam protein tetapi tidak ada
dalam lipid dan karbohidrat?
Jawab: unsur P (phosphor), nitrogen, dan sulfur.
B. Gambar Alat
Praktikum Biokimia 1
Penjepit tabung bunsen
Praktikum Biokimia 1