universitas negeri makassar-pbl

18
PROJECT-BASED LEARNING: Inovasi Pembelajaran yang Berorientasi Soft skills Muh. Rais, S.Pd., MP., MT Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar Disajikan Sebagai Makalah Pendamping dalam Seminar Nasional Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya 11 Desember 2010

Upload: ghaniy-tiara-wibisono

Post on 25-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makasar

TRANSCRIPT

Page 1: Universitas Negeri Makassar-PBL

PROJECT-BASED LEARNING:

Inovasi Pembelajaran yang Berorientasi Soft skills

Muh. Rais, S.Pd., MP., MT Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Negeri Makassar

Disajikan Sebagai Makalah Pendamping dalam Seminar Nasional Pendidikan Teknologi dan

Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya 11 Desember 2010

Page 2: Universitas Negeri Makassar-PBL

1

PROJECT-BASED LEARNING: Inovasi Pembelajaran yang Berorientasi Soft skills1

Muh. Rais, S.Pd., MP., MT

Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar

[email protected]

Abstrak

Isu-isu pendidikan soft skills dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan

teknologi kejuruan tidak pernah selesai untuk didiskusikan. Berbagai upaya

dalam menumbuhkan soft skills pebelajar dalam praksis pendidikan terus

dilakukan, mulai dari pelatihan hingga pendidikan yang berbasis peningkatan

nilai-nilai soft skills pebelajar. Salah satu pendekatan dalam praksis pendidikan

adalah melalui Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning).

Pembelajaran berbasis proyek merupakan pendekatan pendidikan yang

berfokus pada kreatifitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi antara

pebelajar dengan kawan sebaya untuk menciptakan dan menggunakan

pengetahuan baru (Berenfeld, 1996; Marchaim 2001; dan Asan, 2005). Melalui

pembelajaran berbasis proyek, pebelajar akan bekerja di dalam tim,

menemukan keterampilan merencanakan, mengorganisasi, bernegosiasi, dan

membuat konsensus tentang isu-isu tugas yang akan dikerjakan, siapa yang

bertanggungjawab untuk setiap tugas, dan bagaimana informasi akan

dikumpulkan dan dipresentasikan secara ilmiah. Model pembelajaran

berbasis proyek yang dikonstruksi dari prinsip-prinsip pembelajaran

konstruktivis diduga dapat menumbuhkan nilai-nilai yang hendak dibangun

dalam soft skills seperti: pemecahan masalah, kreativitas, inovasi, kerjasama

tim, kemampuan berkomunikasi dan presentasi.

Kata Kunci: Project-based learning, soft skills

A. Pendahuluan

Tuntutan belajar di perguruan tinggi selain menuntut kemampuan

akademik (hard skill), mahasiswa juga dituntut untuk dapat meningkatkan

kemampuan personalnya (soft skills), sehingga siap memasuki dunia kerja

yang sesungguhnya setelah menyelesaikan studi. Pendidikan bidang

keteknikan hendaknya, selain memberikan teori-teori yang cukup, juga perlu

memberikan contoh-contoh pemecahan proyek-proyek nyata dengan

Page 3: Universitas Negeri Makassar-PBL

2

memanfaatkan strategi belajar yang mendukung pendidikan bidang

keteknikan. (Purnawan, 2007). Abad pengetahuan saat ini, menginginkan

paradigma belajar yang berorientasi pada proyek, masalah, penyelidikan

(inquiry), penemuan dan penciptaan” (Wilson, 1996; Ardhana, 2000).

Ini berarti memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk

mengarungi seluruh ranah pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotor),

serta mengembangkan seluruh kecerdasannya (emosional, spiritual, sosial,

dan sebagainya). Menurut Dimyati (2000), proses belajar sebagai kegiatan

yang interaktif hendaknya dapat menggarap semua domain kognitif, afektif,

dan psikomotorik sebagai tindak belajar dalam rangka keutuhan pribadi

pebelajar. Kegiatan belajar yang bersifat interaktif diharapkan dapat memberi

kesempatan untuk mengembangkan seluruh ranah dan seluruh kecerdasan

yang kuat bagi pencapaian kompetensi akademik dan personal mahasiswa

dari setiap matakuliah yang diinginkan. Hal ini sejalan dengan pendapat

Munandar (1999) yang mengatakan bahwa kegiatan pendidikan hendaknya

tertuju pada pengembangan kreativitas peserta didik agar kelak dapat

memenuhi kebutuhan pribadi, kebutuhan masyarakat dan kebutuhan negara.

Salah satu strategi pembelajaran yang dapat membantu mahasiswa

agar memiliki kreativitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi serta

membantu dalam penyelidikan yang mengarah pada penyelesaian masalah-

masalah nyata adalah project-based learning (PBL) atau pembelajaran

berbasis proyek (Thomas, 1999; Esche, 2002; The George Lucas

Educational Foundation, 2005; Turgut, 2008). Project-based learning dapat

menstimulasi motivasi, proses, dan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa

dengan menggunakan masalah-masalah yang berkaitan dengan mata kuliah

tertentu pada situasi nyata.

Salah satu hal yang menarik mengapa project-based learning penting

untuk diterapkan adalah ditunjukkan oleh beberapa penelitian yang

mendahuluinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% mahasiswa yang

mengikuti proses belajar dengan implementasi project-based learning yakin

dan optimis dapat mengimplementasikan project-based learning dalam dunia

kerja serta dapat meningkatkan prestasi akademiknya (Koch, Chlosta, &

Page 4: Universitas Negeri Makassar-PBL

3

Klandt, 2006). Selain itu hasil penelitian survei dari Lasonen, Johanna,

Vesterinen, & Pirkko (2000) menunjukkan 78 % mahasiswa mengatakan

bahwa kurikulum yang berbasis project-based learning dapat membantu

membekali mahasiswa untuk persiapan memasuki dunia kerja, karena

mahasiswa belajar bukan hanya secara teori melainkan praktek di lapangan.

Penelitian Rais (2010) menunjukkan bahwa aktivitas yang terbangun

diantara kelompok proyek berlangsung dengan penuh semangat, mahasiswa

melalui pengamatan terlihat menikmati cara belajar yang dikembangkan

berdasarkan skenario project-based learning. Mahasiswa secara kritis

mengungkapkan ide-ide dalam kelompok kolaboratif, mulai dari

merencanakan sesuatu tentang cara memperoleh pengetahuan, memproses

secara kolaboratif dan bermakna, menyimpulkan, hingga saling tukar

informasi diantara kelompok sebelum kemudian dilakukan presentase

kelompok.

Soft skills merupakan jalinan atribut personalitas baik intra-

personalitas maupun inter-personalitas. Intra-personalitas merupakan

keterampilan yang dimiliki seseorang dalam mengatur dirinya sendiri, seperti

manajemen waktu, manajemen stress, manajemen perubahan, karakter

transformasi, berpikir kreatif, memiliki acuan tujuan positif, dan teknik belajar

cepat (Coates, 2006). Sementara inter-personalitas merupakan keterampilan

berhubungan atau berinteraksi dengan lingkungan kelompok masyarakatnya

dan lingkungan kerjanya serta interaksi dengan individu manusia sehingga

mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal, kemampuan

memotivasi, kemampuan memimpin, kemampuan negosiasi, kemampuan

presentasi, kemampuan komunikasi, kemampuan menjalin relasi, dan

kemampuan bicara dimuka umum) (Coates, 2006). Keunggulan dari kedua

karakteristik personal ini akan membedakan seseorang dengan orang lain

ketika berinteraksi dalam lingkungannya.

Nilai-nilai yang terkandung dalam soft skil seperti dikemukan

sebelumnya, merupakan nilai yang hendak dicapai yang dapat didekati

dengan menggunakan pendekatan strategi pembelajaran. Integrasi strategi

pembelajaran berbasis proyek dalam upaya menumbuhkan dan memberikan

Page 5: Universitas Negeri Makassar-PBL

4

penguatan nilai-nilai soft skills mahasiswa menjadi kajian utama dalam

makalah ini.

B. Pembahasan

1. Konsep Project-Based Learning

Project-based learning merupakan sebuah model pembelajaran

yang sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika

Serikat. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, project based

learning bermakna sebagai pembelajaran berbasis proyek.

Project-based learning adalah sebuah model atau pendekatan

pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui

kegiatan-kegiatan yang kompleks (Cord, 2001; Thomas, Mergendoller, &

Michaelson, 1999; Moss, Van-Duzer, Carol, 1998). Project-based learning

berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama (central) dari suatu

disiplin, melibatkan mahasiswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan

tugas-tugas bermakna lainya, memberi peluang mahasiswa bekerja secara

otonom mengkonstruk belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan

produk karya mahasiswa bernilai, dan realistik (Okudan. Gul E. dan Sarah E.

Rzasa, 2004).

Berbeda dengan model-model pembelajaran tradisional yang

umumnya bercirikan praktik kelas yang berdurasi pendek, terisolasi/lepas-

lepas, dan aktivitas pembelajaran berpusat pada dosen, maka model project-

based learning lebih menekankan pada kegiatan belajar yang relatif berdurasi

panjang, holistik-interdisipliner, perpusat pada pebelajar, dan terintegrasi

dengan praktik dan isu-isu dunia nyata. Dalam project-based learning

mahasiswa belajar dalam situasi problem yang nyata, yang dapat melahirkan

pengetahuan yang bersifat permanen dan mengorganisir proyek-proyek

dalam pembelajaran (Thomas, 2000).

Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu pendekatan pendidikan

yang efektif yang berfokus pada kreatifitas berfikir, pemecahan masalah, dan

interaksi antara siswa dengan kawan sebaya mereka untuk menciptakan dan

menggunakan pengetahuan baru. Khususnya ini dilakukan dalam konteks

pembelajaran aktif, dialog ilmiah dengan supervisor yang aktif sebagai

Page 6: Universitas Negeri Makassar-PBL

5

peneliti (Berenfeld, 1996; Marchaim 2001; dan Asan, 2005). Berdasarkan

pendapat-pendapat tersebut, project-based learning merupakan strategi

pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan faham pembelajaran

konstruktivis yang menuntut peserta didik menyusun sendiri pengetahuannya

(Doppelt, 2003). Konstruktivisme adalah teori belajar yang mendapat

dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa mahasiswa membangun

pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya sendiri (Wilson,

1996). Pendekatan project-based learning dapat dipandang sebagai salah

satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong

mahasiswa mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan secara personal.

Buck Institute for Education (1999) menyebutkan bahwa project-based

learning memiliki karakteristik, yaitu: (a) mahasiswa sebagai pembuat

keputusan, dan membuat kerangka kerja, (b) terdapat masalah yang

pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya, (c) mahasiswa sebagai

perancang proses untuk mencapai hasil, (d) mahasiswa bertanggungjawab

untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan, (e)

melakukan evaluasi secara kontinu, (f) mahasiswa secara teratur melihat

kembali apa yang mereka kerjakan, (g) hasil akhir berupa produk dan

dievaluasi kualitasnya, dan (h) kelas memiliki atmosfer yang memberi

toleransi kesalahan dan perubahan.

Project-based learning memiliki potensi yang besar untuk membuat

pengalaman belajar yang menarik dan bermakna bagi mahasiswa untuk

memasuki lapangan kerja. Menurut Gaer (1998), di dalam project-based

learning yang diterapkan untuk mengembangkan kompetensi setelah

mahasiswa bekerja di perusahaan, mahasiswa menjadi lebih aktif di dalam

belajar, dan banyak keterampilan yang berhasil dibangun dari proyek di

dalam kelasnya, seperti keterampilan membangun tim, membuat keputusan

kooperatif, pemecahan masalah kelompok, dan pengelolaan tim.

Keterampilan-keterampilan tersebut besar nilainya ketika sudah memasuki

lingkungan kerja. dan merupakan keterampilan yang sukar diajarkan melalui

pembelajaran tradisional.

Page 7: Universitas Negeri Makassar-PBL

6

2. Landasan Project Based Learning

Kecenderungan abad XXI ditandai oleh peningkatan kompleksitas

peralatan teknologi, dan munculnya gerakan restrukturisasi korporatif yang

menekankan kombinasi kualitas teknologi dan manusia, menyebabkan dunia

kerja akan memerlukan orang yang dapat mengambil inisiatif, berpikir kritis,

kreatif, dan cakap memecahkan masalah. Hubungan “manusia-mesin” bukan

lagi merupakan hubungan mekanistik akan tetapi merupakan interaksi

komunikatif yang menuntut kecakapan berpikir tingkat tinggi.

Kecenderungan-kecenderungan tersebut mulai direspon oleh dunia

pendidikan di Indonesia, yang semenjak tahun 2000 menerapkan empat

pendekatan pendidikan, yakni (1) pendidikan berorientasi kecakapan hidup

(life skills), (2) kurikulum dan pembelajaran berbasis kompetensi, (3)

pembelajaran berbasis produksi, dan (4) pendidikan berbasis luas (broad-

based education). Orientasi baru pendidikan itu berkehendak menjadikan

lembaga pendidikan sebagai lembaga pendidikan kecakapan hidup, dengan

pendidikan yang bertujuan mencapai kompetensi (selanjutnya disebut

pembelajaran berbasis kompetensi), dengan proses pembelajaran yang

otentik dan kontekstual yang dapat menghasilkan produk bernilai dan

bermakna bagi mahasiswa, dan pemberian layanan pendidikan berbasis luas

melalui berbagai jalur dan jenjang pendidikan yang fleksibel multi-entry-multi-

exit (Depdiknas, dalam Waras, 2007).

Pendidikan berorientasi kecakapan hidup, pembelajaran berbasis

kompetensi, dan proses pembelajaran yang diharapkan menghasilkan produk

yang bernilai, menuntut lingkungan belajar yang kaya dan nyata (rich and

natural environment), yang dapat memberikan pengalaman belajar dimensi-

dimensi kompetensi secara integratif. Lingkungan belajar yang dimaksud

ditandai oleh:

1. Situasi belajar, lingkungan, isi dan tugas-tugas yang relevan, realistik,

otentik, dan menyajikan kompleksitas alami “dunia nyata”;

2. Sumber-sumber data primer digunakan agar menjamin keotentikan dan

kompleksitas dunia nyata;

3. Mengembangkan kecakapan hidup dan bukan reproduksi pengetahuan;

Page 8: Universitas Negeri Makassar-PBL

7

4. Pengembangan kecakapan ini berada di dalam konteks individual dan

melalui negosiasi sosial, kolaborasi, dan pengalaman;

5. Kompetensi sebelumnya, keyakinan, dan sikap dipertimbangkan sebagai

prasyarat;

6. Keterampilan pemecahan masalah, berpikir tingkat tinggi, dan

pemahaman mendalam ditekankan;

7. Mahasiswa diberi peluang untuk belajar secara apprenticeship di mana

terdapat penambahan kompleksitas tugas, pemerolehan pengetahuan dan

keterampilan;

8. Kompleksitas pengetahuan dicerminkan oleh penekanan belajar pada

keterhubungan konseptual, dan belajar interdisipliner;

9. Belajar kooperatif dan kolaboratif diutamakan agar dapat mengekspos

mahasiswa ke dalam pandangan-pandangan alternatif; dan

10. Pengukuran adalah otentik dan menjadi bagian tak terpisahkan dari

kegiatan pembelajaran (Simons, dalam Waras, 2007).

Memperhatikan karakteristiknya yang unik dan komprehensif, model

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) cukup potensial

untuk memenuhi tuntutan pembelajaran tersebut. Model Pembelajaran

Berbasis Proyek membantu mahasiswa dalam belajar: (1) pengetahuan dan

keterampilan yang kokoh dan bermakna-guna (meaningful-use) yang

dibangun melalui tugas-tugas dan pekerjaan yang otentik (Cord, 2001; Hung

& Wong, 2000; Myers & Botti, 2000; Marzano, 1992); (2) memperluas

pengetahuan melalui keotentikan kegiatan kurikuler yang terdukung oleh

proses kegiatan belajar melakukan perencanaan (designing) atau investigasi

yang open-ended, dengan hasil atau jawaban yang tidak ditetapkan

sebelumnya oleh perspektif tertentu; dan (3) dalam proses membangun

pengetahuan melalui pengalaman dunia nyata dan negosiasi kognitif

antarpersonal yang berlangsung di dalam suasana kerja kolaboratif.

3. Langkah-langkah dalam Project-Based Learning

Kegiatan workshop project-based learning bagi tutor menurut

Rosenfeld (2001) terdiri dari: (1) membuat pertanyaan yang akan dijadikan

proyek, (2) memilih pertanyaan utama atau menentukan proyek,

Page 9: Universitas Negeri Makassar-PBL

8

(3) membaca dan mencari materi yang relevan dengan masalah, (4)

merancang masalah, (5) merancang/ metode yang tepat dalam

memecahkan masalah, (6) menulis proyek proposal, (7) implementasi dan

membuat dokumen tugas, (8) analisis data dan membuat simpulan, (9)

membuat laporan final, (10) mempresentasikan proyek final.

Langkah yang lebih singkat untuk setting mahasiswa menurut

Gabriella (2000) dan Thomas (2000) adalah: Pertama persiapan formulasi

problem (memilih tema proyek, membuat pertanyaan, membuat list, membuat

defenisi, memilih dan memutuskan proyek, memformulasi problem dan

hipotesis). Ini adalah tahapan standar pengantar pembelajaran dimana

informasi dan jadwal dibuat mahasiswa berusaha memahami satu sama lain

dengan memperkenalkan diri dan mengumpulkan harapannya di dalam

keseluruhan aktivitas proyek.

Kedua integrasi, ini merupkan langkah proses yang terdiri dari

sejumlah aktifitas berkenaan dengan persiapan dan langkah penting

pengerjaan suatu proyek.

1. Merancang dan menyiapkan perlengkapan untuk proyek, menentukan

metode, tempat, dan gejala-gejala.

2. Pembentukan kelompok dan pemilihan proyek: mahasiswa diharapkan

untuk memecahkan permasalahan yang dipilih secara jujur dalam

kelompok kecil.

3. Pengumpulan informasi: presentasi ringkas dan diskusi proyek individual,

yang mendukung pengumpulan berbagai pandangan atas proyek.

4. Langkah kerja proyek: langkah kerja merupakan bagian penting dari kerja

kelompok. Adapun hal-hal yang dilihat berkaitan dengan bagaimana

motivasi mahasiswa dalam mengikuti project-based learning, cara

mahasiswa dalam melakukan problem-solving, proses kolaborasi antar

mahasiswa dan dosen, serta kemandirian mahasiswa dalam

menyelesaikan proyek-proyek.

Langkah ketiga adalah Evaluasi (interpretasi dan membuat

perbandingan, menyimpulkan & membuat laporan proyek). Hal-hal yang

disiapkan dalam PBL: kurikulum, perelengkapan proyek, lingkungan fisik,

Page 10: Universitas Negeri Makassar-PBL

9

lingkungan sosial, dan interaksi aspek-aspek tersebut. Pola ini menunjukan

bentuk aktivitas dalam melakukan penilaian terhadap mahasiswa. Feedback

membantu dosen dalam menafsirkan penguasaan mahasiswa tehadap

proyek yang telah dikerjakannya.

Langkah project-based learning menunjukkan skenario pembelajaran

yang dijalankan. Menurut Waras (2007), skenario pembelajaran berbasis

proyek dalam Jurusan Teknik Mesin pada mata kuliah Teknologi Produksi

terdiri dari:

1) Tahap 1: identifikasi masalah riil di industri kecil, dalam proses ini

mahasiswa mengkaji proses perancangan mesin dan mengidentifikasi

masalah yang dihadapi industri kecil yang dikunjungi untuk diangkat

menjadi mata proyek.

2) Tahap 2: perumusan strategi/alternatif pemecahan masalah, hasil dari

tahap ini berupa “artifak” produk teknologi yang akan dihasilkan dari

proyek ini untuk memecahkan masalah, yaitu apa mata proyek yang

ditetapkan, apa yang akan dicapai dari proyek ini, produk apa yang

akan dihasilkan, dan bagaimana cara merealisasikannya.

3) Tahap 3: perancangan produk, Pada tahap ini, proposal proyek

dilengkapi dengan rancangan/desain produk berupa alat atau mesin

yang akan dibuat untuk memecahkan masalah. Dalam

perencanaan produk ini mahasiswa melakukan proses kalkulasi

dimensi produk, kekuatan bahan, dan kalkulasi teknik dan biaya yang

kemudian ditampilkan dalam gambar kerja.

4) Tahap 4; proses produksi alat/mesin, dalam tahap ini, mahasiswa

dalam kelompok masing-masing melakukan proses produksi alat

yang telah didesain dengan basis pekerjaan menggunakan mesin

perkakas. Jadwal dan prosedur kerja dalam tahap proses produksi dibuat

oleh masing-masing kelompok kerja, termuat di dalam proposal proyek

5) Tahap 5: tahap evaluasi, dalam tahap ini, mahasiswa melakukan

uji-coba produk untuk mengetahui unjuk kerja alat yang

dihasilkan, mengetahui kelebihan dan kelemahannya. Proses uji-

coba ini merupakan bentuk self-evaluation yang menjadi umpan balik

Page 11: Universitas Negeri Makassar-PBL

10

bagi unjuk kerja mereka.

6) Tahap 6: presentasi, pada tahap ini, dimaksudkan untuk

mengkomunikasikan secara aktual kreasi teknologi yang dapat

mengatasi masalah produksi tertentu. Melalui seminar kelas, setiap

kelompok menampilkan karya mereka. Pada tahap ini, kegiatan

akan mendorong munculnya pertanyaan baru yang dapat memicu

munculnya ide-ide teknologi baru.

Project-based learning sebagai model pembelajaran yang kooperatif

dan akomodatif terhadap kemampuan anak menuju proses berpikir yang

bebas dan kreatif. Implementasi project-based learning ialah pada

keikutsertaan pebelajar dalam memahami realitas kehidupan dari yang

konkret sampai yang abstrak. Realitas kehidupan ini akan menjadi sumber

inspirasi dan kreativitas dalam melakukan analisis dan membangun visi

kehidupan. Thomas (2000) berpendapat bahwa PBL terdiri dari kegiatan

sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Ini adalah tahapan standar pengantar pembelajaran dimana informasi

dan jadwal dibuat. mahasiswa berusaha memahami satu sama lain dengan

memperkenalkan diri dan mengumpulkan harapannya di dalam keseluruhan

aktifitas proyek.

2.Proses PBL

Ini adalah tahapan-utama pembelajaran dan terdiri dari sejumlah

aktifitas berkenaan dengan persiapan dan langkah penting pengerjaan suatu

proyek. Tahap ini meliputi: (a) pembentukan kelompok dan pemilihan proyek,

(b) pengumpulan informasi, dan (c) langkah kerja proyek.

3.Tahap Evaluasi

Pola ini menunjukan bentuk aktifitas di dalam melakukan penilaian

terhadap mahasiswa. Feedback membantu dosen dalam menafsirkan

penguasaan mahasiswa tehadap proyek yang telah dikerjakannya. Lebih

jelas gambaran proses kerja PBL dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Page 12: Universitas Negeri Makassar-PBL

11

Gambar 1: Model Kerja PBL

Belajar berbasis proyek (project-based learning) adalah sebuah model

atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar

kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks (Cord, 2001; Thomas,

Mergendoller, & Michaelson, 1999; Moss & Van-Duzer, 1998). Fokus

pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu

disiplin studi, melibatkan mahasiswa dalam investigasi pemecahan masalah

dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan

mahasiswa bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan mereka

sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata (Thomas,

2000).

F. Integrasi Project Based Learning dengan Kompetensi Soft skills Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rais, dkk (2009), terkait dengan

model pengembangan strategi project-based learning dalam upaya

menumbuhkan sikap kemandirian belajar mahasiswa, motivasi belajar

mahasiswa, dan kemampuan pemecahan masalah yang direpresentasikan

sebagai kecakapan akademik umumnya memiliki nilai skor mean pre test

yaitu sebesar 62,3 dan mean skor post testnya adalah sebesar 81,58.

Perbedaan nilai skor ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan

Page 13: Universitas Negeri Makassar-PBL

12

yaitu terkait kecakapan akademik (soft skill) yang meliputi kemandirian

belajar mahasiswa, motivasi belajar mahasiswa, dan kemampuan

pemecahan masalah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil ini sekaligus

menegaskan bahwa antara project-based learning dengan soft skills dapat

saling terkait, karena variabel yang hendak diprediksikan dalam project-based

learning dapat diwakili oleh sebagian dari nilai-nilai atau aspek yang

terkandung dalam soft skills.

Soft skills merupakan terminasi sosiologis dalam Emotional

Intelligence Quotient (EQ) seseorang, yang merupakan kemampuan

bagaimana orang-orang berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya,

seperti berkomunikasi, mendengarkan, memberi umpan balik, bekerja sama

dalam sebuah tim, menyelesaikan masalah, berkontribusi dalam rapat, dan

mengatasi konflik (Wikipedia, 2010). Kemampuan mahasiswa

mengitegrasikan soft skills dalam dirinya ditandai dengan kemampuan

bekerjasama, mengambil insiatif, keberanian mengambil keputusan, dan

kegigihan (Wicaksana, 2010).

Sharma (2009), menyebutkan bahwa soft skills adalah seluruh aspek

dari generic skills yang juga termasuk elemen-elemen kognitif yang

berhubungan dengan non-academic skills. Ditambahkan pula bahwa,

berdasarkan hasil penelitian, tujuh soft skills yang diidenfikasi dan penting

dikembangkan pada mahasiswa di pendidikan tinggi, meliputi; keterampilan

berkomunikasi (communicative skills), keterampilan berpikir dan

menyelesaikan masalah (thinking skills and problem solving skills), kekuatan

kerja tim (team work force), belajar sepanjang hayat dan pengelolaan

informasi (life-long learning and information management), keterampilan

wirausaha (entrepreneur skill), etika, moral dan profesionalisme (ethics, moral

and professionalism), dan keterampilan kepemimpinan (leadership skills).

Integrasi kompetensi soft skill melalui strategi project-based learning

dapat dilakukan dengan menyatukan program-program seperti: komunikasi

lisan (oral communications), kerjasama (collaboration), keterampilan

kelompok (team skills), keterampilan presentase (presentation skills),

keterampilan berpikir kritis dan analits (analiytical and critical thinking skills)

Page 14: Universitas Negeri Makassar-PBL

13

(Woodward, Sendall, and Ceccucci, 2009). Noll & Wilkins (2005) menyatakan

bahwa soft skills dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang mencakup

kecakapan menulis, kecakapan bekerja dalam tim, kecakapan presentase,

mengelola proyek, dan mengembangkan hubungan interpersonal.

Project-based learning sebagai salah satu strategi pembelajaran yang

berusaha memberikan kemandirian bagi mahasiswa dalam bekerja sama,

membentuk tim proyek merumuskan ide dan gagasan secara berkelompok

dan melaporkan gagasan proyek melalui presentase kelompok merupakan

sinergi yang akan menghipotetikkan bahwa aspek-aspek yang terkait dengan

soft skills seperti: kemampuan menyelesaikan masalah, kerjasama,

kepemimpinan, kemampuan merencanakan dan tanggungjawab tim dapat

diwujudkan. Kuncinya adalah dengan memahami makna dan skenario yang

dikonstruksikan oleh strategi project-based learning baik oleh guru, dosen

dan tenaga pengajar lainnya maupun oleh peserta didik (siswa dan

mahasiswa).

G. Penilaian dalam Project Based Learning terkait dengan Soft skills Mahasiswa

Salah satu bentuk penilaian dalam project-based learning adalah

dengan menggunakan rubrik penilaian. Menurut Stevens & Levi (2005), rubrik

merupakan alat penskoran yang dapat mengukur secara spesifik tugas-tugas

pebelajar dan bermanfaat dalam menjelaskan deskripsi tugas, memberikan

informasi bobot penilaian, memperoleh umpan balik yang cepat dan akurat,

serta penilaian lebih objektif dan konsisten.

Rubrik dalam penilaiannya melihat empat bagian dasar yang akan

mengukur suatu tugas, yaitu 1) deskripsi tugas, 2) skala, 3) dimensi rubrik,

dan 4) deskripsi dari dimensi tugas. Dalam penelitian ini rubrik penilaian

penelitian didesain dengan mengacu pada keempat syarat tersebut (Steven &

Levi, 2005). Skala penilaian digunakan untuk mengukur kagiatan mahasiswa,

misalnya kegiatan pada proses pelaksanaan proyek. Kegiatan pada proses

pelaksanaan proyek dapat berupa unjuk kerja, langkah kerja & keselamatan

kerja, ketepatan waktu praktek, kerjasama tim dalam praktek. Contoh

penilaiannya adalah seperti dalam Tabel 1 berikut:

Page 15: Universitas Negeri Makassar-PBL

14

Unjuk Kerja

Terampil menggunakan peralatan, penggunaan sangat sesuai dengan SOP alat

5

Terampil menggunakan peralatan,penggunaan sesuai dengan SOP alat

4

Terampil menggunakan alat, penggunaan kurang sesuai dengan SOP alat

3

Kurang terampil menggunakan alat, penggu-naan sangat kurang sesuai dengan SOP alat

2

Kurang terampil menggunakan alat, penggunaan kurang sesuai dengan SOP alat

1

Tidak terampil menggunakan alat, penggunaan tidak sesuai dengan SOP alat

0

Langkah Kerja & keselamatan

kerja

Urutan praktek sangat sistematis dan sangat memperhatikan keselatan kerja

5

Urutan praktek sangat sistematis dan memperhatikan keselamatan kerja

4

Urutan praktek kurang sistematis dan kurang memperhatikan keselamatan kerja

3

Urutan praktek kurang sistematis dan tidak memperhatikan keselamatan kerja

2

Urutan praktek tidak sistematis dan kurang memperhatikan keselamatan kerja

1

Urutan praktek tidak sistematis dan tidak memperhatikan keselamatan kerja

0

Ketepatan Waktu Praktek

Waktu untuk menyelesaikan praktek sangat tepat, produk selesai 5

Waktu untuk menyelesaikan praktek tepat, produk selesai 4

Waktu untuk menyelesaikan praktek kurang tepat, produk selesai 3

Waktu untuk menyelesaikan praktek kurang tepat, produk kurang selesai

2

Waktu untuk menyelesaikan praktek tidak tepat, produk kurang selesai

1

Waktu untuk menyelesaikan praktek tidak tepat, produk tidak selesai

0

Kerjasama Tim dalam

Praktek

Tugas tiap anggota sangat jelas, dan saling kerjasama 5

Tugas tiap anggota jelas, dan saling kerjasama 4

Tugas tiap anggota kurang jelas, dan saling kerjasama 3

Tugas tiap anggota kurang jelas, dan kurang kerjasama 2

Tugas tiap anggota tidak jelas, dan kurang kerjasama 1

Tugas tiap anggota tidak jelas, dan tidak ada kerjasama 0

C. Penutup

Belajar di perguruan tinggi khususnya bidang pendidikan keteknikan, selain

memberikan teori-teori yang cukup, terkait dengan kecakapan teknikal, juga

dituntut memiliki kemampuan personal yang baik. Kemampuan personal

seperti soft skills merupakan kemampuan yang mutlak dipenuhi individu

pebelajar sebelum dan ketika akan memasuki dunia kerja. Diperlukan

pendekatan strategi pembelajaran yang dapat mensinergikan kecakapan

akademik seperti pemahaman teori dan soft skills (pemecahan masalah,

kemandirian, kerjasama tim, kemandirian, tanggungjawab, kejujuran, dan

kemampuan berkomunikasi menyampaikan ide dan gagasan melalui

Page 16: Universitas Negeri Makassar-PBL

15

presentase kelompok proyek). Salah satu strategi pembelajaran yang

ditawarkan adalah pembelajaran berbasis proyek (project-based learning).

Project-based learning menekankan pendidikan yang memberi peluang pada

sistem pembelajaran yang berpusat pada peserta didik/mahasiswa, secara

kolaboratif dan mengintegrasikan masalah-masalah nyata dan praktis,

pengajarannya efektif dalam membangun pengetahuan dan kreatifitas.

D. Daftar Pustaka

Ardhana, W. 2000. Reformasi Pembelajaran Menghadapi Abad Pertengahan.

Makalah disajikan dalam Seminar dan Diskusi Panel Nasional

Teknologi Pembelajaran V, Diselenggarakan oleh Program Studi

Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri

Malang bekerja sama dengan Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan

Indonesia (IPTPI) Cabang Malang Tanggal 7 Oktober.

Asan, A dan Haliloglu, Z. 2005. Implementing Project Based Learning In

Computer Classroom. The Turkish Online Journal of Educational

Technology – TOJET, volume 4 Issue 3. http://www.tojet.net/articles/

4310.doc.Diakses 3-4-2008

Berenfeld B. (1996). Linking Students to the Info-sphere. Technology Horizon in Education Journal, 23, 76 - 84.

Buck Institutute for Education. 1999. Project-Based Learning.

http://www.bgsu.edu/organizations/etl/proj.html. Coates, D.E. 2006. People Skill Traning: Are You Getting a Return on Your

Investmen. Diakses 15 Juli 2010 http://www.2020insight.net/Docs4/PeopleSkills.pdf

Cord, 2001. Contextual Learning Resource. http://www.cord.org. Diakses 3

Desember 2006 Dimyati, M. 2000. Demokratisasi Belajar pada Lembaga Pendidikan dalam

Masyarakat Indonesia Transisional: Suatu Analisis Epistimologi Keindonesiaan. Makalah disajikan dalam Seminar dan Diskusi Panel Nasional Teknologi Pembelajaran V. IPTPI Cabang Malang: Malang.

Doppelt, Y. 2003. Implementation and assessment of project-basd learning in

flexible environment. Instructional Journal of Technology and Design

Education. Volume 13 Page 255-272.

Page 17: Universitas Negeri Makassar-PBL

16

Esche, S.K. 2002. Project-Based Learning (PBL) in a Course on Mechanisms

and Machine Dynamics. World Transactions on Engineering and

Technology Education. Volume I. No. 2. 201-204. http://www.eng.

monash.edu.au. Diakses 29 Juni 2008.

Gabriella Bodnar dan Judit Hazy. 2000. Experiences of Project-Based Teaching

Applied In The Field of Psychology. Journal Social Management

Science. 2000. Volume VII. Page 173-190

Gaer, S. 1998. What is Project-Based Learning?. http://members.aol.com Hung, D.W., & Wong, A.F.L. 2000. Activity Theory as a Framework fo Project

Work in Learning Environments. Educational Technology, 40(2), 33-37. Koch, Chlosta. S, & Klandt. H. 2006. Project Seminar Business Plan

Development-An Analysis Of Integrative Project-Based Project-Based Entrepreneurship Education. Journal of Asia Entrepreneurship and Sustainability. Volume II (2). May. Page 1-16.

Lasonen, Johanna, Vesterinen, & Pirkko. 2000. Finland Work-Based Learning in

Vocational Higher Education Programmes: A Finish Case of Project Learning. Paper Presentation. Institut for Educational Research University of Jyvakyla. Page 3-18.

Marchaim, U.(2001). High-school Student Research at Migal Science Institute in

Israel. Journal of Biological Education, 35(4), 178 Marzano, R.J. 1992. A Different Kind of Classroom: Teaching with Dimensions of

Learning. Verginia: ASCD. Munandar, Utami. 1999. Kreativitas dan keberbakatan: Strategi Mewujudkan

Potensi kreatif & Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka. Myers, R.J., & Botti, J.A. 2000. Exploring the Environment: Problem-Based

Learning in Action. http: www.cet.edu/research/conference.html. Noll, C. L., & Wilkins, M. (2002). “Critical Skills of IS Professionals: A Model for

Curriculum Development.” (G. Lowry, Ed.) Journal of Information Technology Education, 1 (3), 143-154.

Okudan. Gul E. dan Sarah E. Rzasa. 2004. A Project-Based Approach to

Entreprenurial Leadership Education. Journal Technovation. Desember. Volume XX. Page 1-16.

Purnawan,Yudi. 2007. Deskripsi Model Pembelajaran Berbasis Proyek.

http://www.yudipurnawan.wordpress.com. Diakses 5 Januari 2008. Rais 2009. Pengembangan Model Project Based Learning: Suatu Upaya

Meningkatkan Kecakapan Akademik Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin UNM.Laporan Penelitian Tahun I DP2M DIKTI-LEMLIT UNM.

Page 18: Universitas Negeri Makassar-PBL

17

Rais 2010. Pengembangan Model Project Based Learning: Suatu Upaya

Meningkatkan Kecakapan Akademik Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin UNM.Laporan Penelitian Tahun II DP2M DIKTI-LEMLIT UNM.

Rosenfeld, Sherman; Benhur, Yehuda. 2001. Project-Based Learning (PBL) In

Science and Technology: A Case Study of Professional Development. Journal of Action Research and Professional Development. Volume II. Page 460-480.

Sharma, A. 2009 Professional Development for Teachers. Diakses tanggal 10

Agustus 2010 http://schoolofeducators.com/2009/02/importance-of-soft-skills-developmentin-education

Stevens, D. Dannelle & Levi, J. Antonia. 2005. Introduction to Rubrics. Stylus

Publishing. Sterling: Virginia. The George Lucas Educational Foundation .2005.Instructional Module

ProjectBased Learning. http://www.edutopia.org/modules/PBL /whatpbl.php Diakses tanggal 27 September 2008.

Thomas, J.W., Margendoller, J.R., & Michaelson, A. 1999. Project-Based

Learning: A. Handbook for Middle and High School Teachers. http://www.bgsu.edu/organizations/ctl/proj.html.

Thomas, J. W. (2000). A review of research on project-based learning. Retrieved

18 July 2005 from http://www.autodesk.com/foundation Turgut, Halil. 2008. Prospective Science Teachers’ Conceptualizations About

Project Based Learning. International Journal of Instruction. Volume I. No. 2. 61-79. http://www.e-iji.net. Diakses 28-6-2008

Waras Kamdi. 2007. Pembelajaran Berbasis Proyek: Model Potensial untuk

Peningkatan Mutu Pembelajaran. http://lubisgrafura.wordpress.com Diakses tanggal 23-7-2007

Wicaksana. 2010. Soft Skils. Diakses tanggal 10 Agustus 2010

http://iwayan.staff.gunadarma.ac.id Wikipedia, 2010. Soft Skills. Diakses tanggal 10 Agustus 2010

http://en.wikipedia.org/wiki/Soft_skills Wilson,G. Brent. 1996. Constructivist Learning Environment Educational

Technology. Publications Englewood Cliffs. New Jersey. Woodward, Sendall, and Ceccucci. 2009. Integrating Soft Skill Competencies

Through Project-based Learning Across the Information Systems Curriculum. Proc ISECON 2009, V26 1-13