untitled-1 []...perkembangan anak. sebagian besar kematian terkait asma terjadi di negara...

6
2019 Kementerian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta Selatan ISSN 2442-7659 9 772442 765007 ISSN 2442-7659 DI INDONESIA STOP FOR ASTHMA S S ymptom Evaluation ( egera Nilai Gejala) est Response ( est Respon Obat) T T bserve and Assess ( bservasi dan Kaji Kembali) O O roceed to Adjust Treatment ( emberian Obat yang Tepat dan Rasional). P P

Upload: others

Post on 12-Mar-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Untitled-1 []...perkembangan anak. Sebagian besar kematian terkait asma terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Faktor risiko terkuat sebagai pemicu asma adalah

2019

Kementerian Kesehatan RIPusat Data dan Informasi

Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9Jakarta Selatan

ISSN 2442-7659

9 77 24 4 2 7 6 5 0 07

ISSN 2442-7659

DI INDONESIA

STOP FOR ASTHMA

S Symptom Evaluation ( egera Nilai Gejala)est Response ( est Respon Obat)T T

bserve and Assess ( bservasi dan Kaji Kembali)O Oroceed to Adjust Treatment ( emberian Obat yang Tepat dan Rasional).P P

Page 2: Untitled-1 []...perkembangan anak. Sebagian besar kematian terkait asma terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Faktor risiko terkuat sebagai pemicu asma adalah

Pendahuluan

Selama tahun 2008, tercatat 57 juta kematian di dunia, dimana 36 juta di antaranya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular (PTM), terutama penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, dan penyakit pernapasan kronis. Hampir 80% (29 juta kematian) dari kematian disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. PTM adalah penyebab kematian yang paling sering terjadi di sebagian besar negara di Amerika, Mediterania Timur, Eropa, Asia Tenggara, dan Pasik Barat (World Health Organization, 2008).

Kematian akibat Penyakit Tidak Menular diproyeksikan meningkat 15% secara global antara tahun 2010 dan 2020. Peningkatan paling signikan terjadi di negara Mediterania Timur dan Asia Tenggara, dimana diperkirakan akan terjadi peningkatan lebih dari 20% (World Health Organization, 2008).

Penyebab utama kematian akibat penyakit tidak menular di dunia pada tahun 2008 antara lain penyakit kardiovaskular (17 juta kematian, atau 48% dari kematian akibat penyakit tidak menular); kanker (7,6 juta, atau 21% dari kematian akibat penyakit tidak menular); dan penyakit pernapasan, termasuk asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) (4,2 juta), sedangkan diabetes menyebabkan 1,3 juta kematian tambahan (World Health Organization, 2011).

Asma adalah salah satu penyakit tidak menular utama. Asma termasuk penyakit kronis dimana kondisi saluran udara paru-paru meradang dan juga menyempit. Sekitar 235 juta orang saat ini menderita asma. Asma merupakan penyakit umum di kalangan anak-anak. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) terbaru yang dirilis pada Desember 2016, terdapat 383.000 kematian akibat asma pada 2015 (The Global Asthma Report, 2018).

Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia, yang sebagian besar diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit dari ringan sampai berat, bahkan beberapa kasus dapat menyebabkan kematian. Asma merupakan penyakit kronis yang sering muncul pada masa kanak-kanak dan usia muda sehingga dapat menyebabkan kehilangan hari-hari sekolah atau hari kerja produktif yang berarti, juga menyebabkan gangguan aktitas sosial, bahkan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Sebagian besar kematian terkait asma terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Faktor risiko terkuat sebagai pemicu asma adalah zat dan partikel yang dihirup yang dapat memicu reaksi alergi atau mengiritasi saluran udara. Untuk menghindari kambuhnya asma, pasien dapat meminum obat. Menghindari pemicu asma juga bisa mengurangi keparahan asma. Penatalaksanaan asma yang tepat dapat memungkinkan orang menikmati kualitas hidup yang baik.

adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan serangan sesak napas dan mengi berulang, yang bervariasi dalam tingkat keparahan dan frekuensi dari orang ke orang. Gejala dapat terjadi beberapa kali dalam sehari atau seminggu pada individu yang terkena, dan bagi sebagian orang menjadi lebih buruk selama

Definisi asma

-01-

Asma

yang dapat memicu reaksi alergi atau mengiritasi saluran udara, seperti:

alergen dalam ruangan (misalnya tungau, debu rumah, polusi, dan bulu hewan peliharaan)alergen luar ruangan (contohnya serbuk sari dan jamur) asap rokok iritasi kimia di tempat kerja polusi udara

Epidemiologi (Situasi Asma di Dunia)

Penyebab utama penyakit asma belum diketahui sampai saat ini. Faktor risiko paling utama untuk memicu asma adalah kombinasi dari kecenderungan genetik dengan paparan lingkungan terhadap zat dan partikel yang dihirup

(https://emedicine.medscape.com).

Pemicu dan Gejala ASMA

-02-

Pemicu lain dapat termasuk udara dingin, kondisi emosional yang ekstrem seperti kemarahan atau ketakutan, dan latihan sik. Bahkan obat-obatan tertentu dapat memicu asma, seperti aspirin dan obat anti inamasi non-steroid lainnya, dan beta-blocker (yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, kondisi jantung, dan migrain).

Tabel 1. Gejala Asma dan Karakteristiknya

Gejala Asma Tiga Karakteristik Asma

Wheezing (napas berbunyi berisik)

Sesak napas

Sesak dada

Batuk

Produksi sputum berlebih

Peradangan jalan napas kronis

Obstruksi jalan napas yang reversibel

Sensititas bronkus meningkat

Page 3: Untitled-1 []...perkembangan anak. Sebagian besar kematian terkait asma terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Faktor risiko terkuat sebagai pemicu asma adalah

Selatan (0,6%), Lampung Utara (0,6%), Kediri (0,6%), Soppeng (0,6%), Karo (0,7%), Serdang Bedagai (0,7%), dan Kota Binjai (0,7%).

Gambar 3. Prevalensi Asma* Menurut Provinsi Tahun 2018

Sumber: Riskesdas 2008, Balitbangkes, Kemenkes RI

0

2

3

4

5

2,4

1

DI Yo

gyak

arta

Kal

iman

tan

Tim

ur

Bal

i

Kal

iman

tan

Teng

ah

Kal

iman

tan

Uta

ra

Kal

iman

tan

Bar

at

Nus

a Te

ngga

ra B

arat

Sula

wes

i Ten

gah

Kep

. B

angk

a B

elit

ung

Jaw

a B

arat

Kal

iman

tan

Sela

tan

Go

ront

alo

DK

I Ja

kart

a

Jaw

a T

imur

Ban

ten

Sula

wes

i Sel

atan

Ben

gkul

u

Kep

ulau

an R

iau

Sula

wes

i Ten

ggar

a

IND

ON

ESI

A

Ace

h

Pap

ua B

arat

Ria

u

Sula

wes

i Uta

ra

Sum

ater

a B

arat

Sum

ater

a Se

lata

n

Mal

uku

Pap

ua

Jaw

a Te

ngah

Mal

uku

Uta

ra

Jam

bi

Lam

pun

g

Nus

a Te

ngga

ra T

imur

Sula

wes

i Bar

at

Sum

ater

a U

tara

Catatan* : penyakit Asma wawancara semua umur berdasarkan diagnosis oleh dokter

Grak di atas menunjukan bahwa pada tahun 2018 terdapat sembilan belas provinsi yang mempunyai prevalensi penyakit asma melebihi angka nasional yaitu DI Yogyakarta, Kalimantan Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Kep. Bangka Belitung, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Gorontalo, DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, Sulawesi Selatan, Bengkulu, Kepulauan Riau, dan Sulawesi Tenggara. Terdapat lima belas provinsi yang memiliki prevalensi asma di bawah angka nasional yaitu Aceh, Papua Barat, Riau, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Maluku, Papua, Jawa Tengah,Maluku Utara, Jambi, Lampung, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat , dan Sumatera Utara.

Jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2007, terdapat enam provinsi yang prevalensi sebelumnya berada di bawah angka nasional menjadi di atas angka nasional yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Bengkulu, Jawa Timur, Kep. Riau, DKI Jakarta, dan Banten. Kemudian terdapat empat provinsi yang prevalensi asmanya mengalami penurunan sehingga berada di bawah angka nasional yaitu Provinsi Sumatera Barat, Papua, Aceh, dan Papua Barat.

Jika grak tahun 2007 dibandingkan dengan 2018 diketahui bahwa terdapat kenaikan prevalensi asma secara nasional sebesar 0,5%. Perbandingan angka prevalensi pada tulisan ini antara Riskesdas 2007 dan 2018 dikarenakan kesamaan dalam mendiagnosis asma pada tahun tersebut, yaitu melalui wawancara berdasarkan diagnosa oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala.

-04-

Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam World Health Report 2000 menyebutkan, lima penyakit paru utama merupakan 17,4% dari seluruh kematian di dunia, masing-masing terdiri dari infeksi paru 7,2%, PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) 4,8%, Tuberkulosis 3,0%, Kanker paru/trakea/bronkus 2,1% dan Asma 0,3%. Asma memiliki tingkat kematian yang relatif rendah dibandingkan dengan penyakit kronis lainnya. (Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2010, World Health Organization, 2011).

7,2

%Infeksi Paru PPOK (Penyakit Paru

Obstruksi Kronis)Tuberkulosis Kanker

Paru/Trakea/Bronkus

4,8

3,0

2,1

0,3

Gambar 1. Lima Penyakit Paru Utama di Dunia

Sumber: WHO, 2011

Situasi Nasional tentang Asma

Gambar 2. Prevalensi Asma* Menurut Tahun 2007

Sumber: Riskesdas 2007, Balitbangkes, Kemenkes RI

0,0

2,0

3,0

4,0

5,0

1,9

1,0

Lam

pun

g

Sum

ater

a U

tara

Sula

wes

i Uta

ra

Jaw

a Te

ngah

Sula

wes

i Bar

at

Sum

ater

a Se

lata

n

Nus

a Te

ngga

ra T

imur

Mal

uku

Uta

ra

Ria

u

Sula

wes

i Sel

atan

Mal

uku

Ben

gkul

u

Jaw

a T

imur

Jam

bi

Kep

ulau

an R

iau

DI Yo

gyak

arta

Ban

ten

IND

ON

ESI

A

Sum

ater

a B

arat

Kal

iman

tan

Bar

at

Kal

iman

tan

Tim

ur

DK

I Ja

kart

a

Bal

i

Kal

iman

tan

Teng

ah

Kal

iman

tan

Sela

tan

Sula

wes

i Ten

ggar

a

Nus

a Te

ngga

ra B

arat

Sula

wes

i Ten

gah

Pap

ua

Kep

. B

angk

a B

elit

ung

Jaw

a B

arat

Go

ront

alo

Ace

h

Pap

ua B

arat

Catatan* : diagnosis penyakit Asma berdasarkan tenaga kesehatan dan gejala.

Grak di atas menunjukan bahwa pada tahun 2007 ada enam belas provinsi yang mempunyai prevalensi penyakit asma melebihi angka nasional diantaranya yaitu Jawa Barat, Gorontalo, Aceh, dan Papua Barat. Terdapat tujuh belas provinsi yang memiliki prevalensi asma di bawah angka nasional diantaranya yaitu Lampung, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, Sulawesi Barat, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, dan Riau.

Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi penyakit asma tertinggi adalah Aceh Barat (13,6%), Buol (13,5%), Pohuwato (13,0%), Sumba Barat (11,5%), Boalemo (11,0%), Sorong Selatan (10,6%), Kaimana (10,5%), Tana Toraja (9,5%), Banjar (9,2%), dan Manggarai (9,2%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi penyakit asma terendah adalah Yahukimo (0,2%), Langkat (0,5%), Lampung Tengah (0,5%), Tapanuli

-03-

Page 4: Untitled-1 []...perkembangan anak. Sebagian besar kematian terkait asma terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Faktor risiko terkuat sebagai pemicu asma adalah

Gambar 4. Jumlah Kasus Rawat Inap Penyakit Asma Tahun 2017

Sumber: Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2017

Jawa TimurJawa Tengah

Jawa BaratSulawesi Selatan

Sumatera SelatanAceh

LampungKalimantan Tengah

BaliSulawesi Tengah

JambiKalimantan Timur

DKI JakartaRiau

Kalimantan SelatanKalimantan BaratSumatera UtaraSumatera Barat

Nusa Tenggara BaratDI Yogyakarta

GorontaloSulawesi Utara

Kepulauan Bangka BelitungBanten

Nusa Tenggara TimurMaluku

BengkuluSulawesi Tenggara

Sulawesi BaratPapua

Kepulauan RiauMaluku Utara

Papua Barat

0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000

15159188

295250222

740592537534493422

310296

1.3411.204

1.1121.052993955

2.0171.583

1.4791.4291.3661.358

3.3472.8412.802

2.539

5.8267.711

7.942

Gambar 5. Jumlah Kasus Rawat Jalan Penyakit Asma Tahun 2017

Sumber: Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2017

Jawa BaratJawa TengahJawa Timur

Sumatera SelatanLampung

Nusa Tenggara TimurBali

Sumatera BaratDKI Jakarta

AcehDI Yogyakarta

Kalimanatan TimurKalimantan Selatan

JambiSulawesi Selatan

RiauKepulauan Bangka Belitung

BantenNusa Tenggara Barat

Sumatera UtaraKalimantan Tengah

Kalimantan BaratKepulauan Riau

Sulawesi TengahSulawesi Tenggara

BengkuluSulawesi Utara

PapuaMaluku

GorontaloSulawesi BaratMaluku Utara

Papua Barat

0 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000 400.000

31287415

849812746

4.8714.4994.2412.5372.1981.9781.7751.381

10.19310.19010.1228.4276.8346.611

21.30817.45616.97914.45013.42910.279

36.27131.37528.036

22.030

54.94158.936

369.108

-05-

Gambar 4 dan 5 menunjukkan jumlah kasus penyakit asma berdasarkan status rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit. Untuk kasus asma rawat inap, Provinsi Jawa Timur memiliki kasus terbesar (7.942 kasus) dan Papua memiliki kasus rawat inap terendah (15 kasus). Pada kasus asma rawat jalan, yang tertinggi ada di Provinsi Jawa Barat (369.108 kasus) dan terendah di Papua Barat (31 kasus). Data asma yang bersumber dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) mencakup kategori asma dan status asmatikus.

Gambar 6. Prevalensi Asma Karakteristik Umur Tahun 2007 dan 2018

Sumber: Riskesdas 2007 dan 2008, Balitbangkes, Kemenkes RI

1,12,4 2,0 2,2 2,7

3,54,8

7,3

10,4

12,4

0

3

6

9

12

15

1,1

1,61,9 2,2 2,2 2,3

2,6

3,4

4,55,1

0

1

2

3

4

5

6

7

Berdasarkan grak diatas dapat diketahui hasil Riskesdas 2007 menunjukkan peningkatan prevalensi asma seiring bertambahnya usia. Akan tetapi prevalensi 12,4% pada kelompok usia 75+ kemungkinan bukan murni disebabkan penyakit asma, karena untuk mendiagnosa asma pada orang lanjut usia sedikit lebih sulit, karena gejala asma yang dialami hampir sama dengan gejala penyempitan saluran nafas pada PPOK, berupa sesak dan batuk. Kemudian pada hasil Riskesdas 2018 terlihat hasil yang konsisten dengan 2007,dimana prevalensi asma semakin meningkat sesuai dengan penambahan kelompok usia, dimana kelompok usia <1 tahun memiliki prevalensi terendah dan kelompok usia 75+ memiliki prevalensi tertinggi.

Gambar 7. Prevalensi Penyakit Asma Rawat Inap Berdasarkan Umur Tahun 2015-2017

Sumber: Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2015-2017

0,6

0,6

0,2

0-6 HR

0,3

0,3

0,3 2

,11,8 3

,2

9,4

8,8

8,4

7-28 HR 29 HR-<1TH

1-4 TH

14,3

13,7

15-24 TH

10,3

9,8

11,0

24,8

23,2

24,6

27,6

29,3

25-44 TH 45-64 TH 65+ TH

10,012,6

10,6

0-6 HR

35,0

30,0

25,0

20,0

15,0

10,0

5,0

0,0

14,1

28,3

5-14 TH

%

Pada gambar di atas dapat diketahui prevalensi penderita asma rawat inap berdasarkan kelompok umur, dimana pada tahun 2015 sampai dengan 2017 prevalensi tertingginya ada pada kelompok umur 45-64 tahun (27,6%-29,3%). Sedangkan untuk prevalensi asma terendah ada pada kelompok umur 7-28 hari, angka prevalensinya sebesar 0,3%.

20162015 2017

-06-

Tahun 2007 Tahun 2018

Page 5: Untitled-1 []...perkembangan anak. Sebagian besar kematian terkait asma terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Faktor risiko terkuat sebagai pemicu asma adalah

Gambar 8. Prevalensi Penyakit Asma Rawat Jalan Berdasarkan Umur Tahun 2015-2017

Sumber: Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2015-20170,1 0,3

0,2

0-6 HR

1,6

0,2

0,3 2

,11,7 2,1

10,6

7,9 8,1

7-28 HR 29 HR-<1TH

1-4 TH13,6

13,9

15-24 TH

10,8

9,6 9,9

15,6

25,0

25,6

26,731,3

25-44 TH 45-64 TH 65+ TH

10,7

10,1

19,0

0-6 HR

35,0

30,0

25,0

20,0

15,0

10,0

5,0

0,0

14,8

28,2

5-14 TH

%

Gambar di atas menginformasikan prevalensi penderita asma rawat jalan berdasarkan kelompok umur, dimana pada tahun 2015 sampai dengan 2017 prevalensi tertingginya ada pada kelompok umur 45-64 tahun, angka prevalensinya 26,7%-31,3%. Sedangkan untuk prevalensi asma terendah ada pada kelompok umur 0-6 hari dengan prevalensi antara 0,1%-0,3%.

20162015 2017

Gambar 9. Jumlah Pasien Asma Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin

Tahun 2015-2017Sumber: Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2015-2017

2015 2016 2017

12.12815.922

24.644

31.761

22.924

31.025

Laki-Laki

Perempuan

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah laki-laki yang menjadi pasien asma rawat inap dari tahun 2015 hingga tahun 2017 selalu lebih rendah dibandingkan perempuan. Selama periode tiga tahun, jumlah perempuan pasien asma yang rawat inap paling tinggi di tahun 2016 sebanyak 31.761 orang. Begitu pula dengan pasien rawat inap berjenis kelamin laki-laki, jumlah paling tinggi tercatat di tahun 2016 sebanyak 24.644 orang. Perbandingan gambar 9 dengan gambar 10 menginformasikan bahwa selama tahun 2015-2017, jumlah pasien asma rawat jalan selalu lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang rawat inap.

Gambar 10. Jumlah Pasien Asma Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Kelamin

Tahun 2015-2017Sumber: Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2015-2017

2015 2016 2017

50.74359.055

106.211

135.167

107.255

129.394

Laki-Laki

Perempuan

-07-

Berdasarkan jenis kelamin dan status rawat jalan, jumlah laki-laki yang juga pasien asma dari tahun 2015 hingga tahun 2017 selalu lebih rendah dibandingkan perempuan. Selama periode tiga tahun, jumlah pasien asma perempuan yang rawat jalan paling tinggi di tahun 2016 sebanyak 135.167 orang. Begitu pula dengan pasien rawat jalan berjenis kelamin laki-laki, jumlah paling tinggi tercatat di tahun 2016 sebanyak 106.211 orang.

Gambar 11. Jumlah Total Pasien Asma Rawat Inap dan Pasien Keluar Mati

Tahun 2015-2017Sumber: Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2015-2017

60.000

50.000

40.000

30.000

20.000

10.000

0

Gambar di atas membandingkan jumlah total pasien asma rawat inap dengan pasien asma keluar mati selama tahun 2015 sampai dengan 2017, dimana total pasien rawat inap tertinggi akibat asma dan total pasien mati akibat asma tertinggi ada di tahun 2016. Pada tahun 2016 terdapat 56.405 orang pasien asma rawat inap dan 2.805 pasien asma yang meninggal dunia.

Gambar di atas menginformasikan jumlah kasus baru asma rawat jalan selama periode tahun 2015-2017, dimana jumlahnya terus meningkat. Selain itu, total pasien rawat jalan selama tahun 2015-2017 juga bertambah lebih dari empat kali lipat selama perode waktu tersebut.

2015 2016 2017

Pasien keluar mati

Total pasien

Gambar 12. Jumlah Total Pasien Baru Kunjungan Pasien Asma Rawat Jalan

Tahun 2015-2017Sumber: Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2015-2017

600.000

500.000

400.000

300.000

200.000

100.000

02015 2016 2017

Kasus baru

Total pasien rawat jalan

700.000

800.000

900.000

1.000.000

195.319

109.798

471.350

241.378236.649

937.367

-08-

28.050

679 2.805

56.40553.949

1.182

Page 6: Untitled-1 []...perkembangan anak. Sebagian besar kematian terkait asma terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Faktor risiko terkuat sebagai pemicu asma adalah

Berdasarkan perbandingan hasil Riskesdas 2007 dan 2018, terdapat 6 provinsi yang prevalensi sebelumnya berada di bawah angka nasional menjadi di atas angka nasional yaitu Provinsi DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Sulawesi Selatan, Bengkulu, dan Kepulauan Riau.Hasil Riskesdas 2018 terdapat 4 provinsi yang prevalensi asmanya mengalami penurunan dibandingkan dengan Riskesdas 2007, dimana sebelumnya berada diatas angka nasional menjadi di bawah angka nasional yaitu Provinsi Aceh, Papua Barat, Sumatera Barat, dan Papua.Kasus asma rawat inap terbesar ada di Provinsi Jawa Timur (7.942 kasus), sedangkan Papua memiliki kasus rawat inap terendah (15 kasus). Pada kasus asma rawat jalan, yang tertinggi ada di Provinsi Jawa Barat (369.108 kasus) dan terendah di Papua Barat (31 kasus).Hasil Riskesdas tahun 2007 prevalensi asma tertinggi ada pada kelompok umur lansia yaitu 75 tahun ke atas (12,4%). Hal yang sama didapatkan juga pada hasil Riskesdas 2018, dimana prevalensi asma tertinggi ada pada kelompok lansia, yaitu umur 75 tahun ke atas (5,1%).Hasil data Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2015 - 2017 menunjukan prevalensi tertinggi asma ada pada kelompok umur 45-64 tahun, dengan angka prevalensi berkisar antara 26,7-31,3%.Jumlah laki-laki yang menjadi pasien asma rawat inap dari tahun 2015 hingga tahun 2017 selalu lebih rendah dibandingkan perempuan (data SIRS).Selama tahun 2015-2017 jumlah pasien asma rawat jalan selalu lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang rawat inap. Total pasien rawat jalan selama tahun 2015-2017 juga bertambah lebih dari empat kali lipat selama perode waktu tersebut.

Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2010, World Health Organization, Italy : 2011Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta : 2008Laporan Nasional Riskesdas 2018, Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta : 2019Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, Kementerian Kesehatan, November 2008Riset Kesehatan Dasar 2013 dalam Angka, Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta : 2013The Global Asthma Report 2018, Global Asthma Report, New Zealand : 2019WHO Fact Sheet on Asthma, https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/asthmahttps://emedicine.medscape.com

kesimpulan

Daftar Pustaka

Tim RedaksiPenanggung JawabRedakturPenyunting

: Didik Budijanto: Rudy Kurniawan: Winne Widiantini

PenulisDesain Gras/LayouterKontributor

: Khairani: Dian Mulya: Olwin Nainggolan (Balitbangkes) Panggih Dewi K (Ditjen Yankes)

-09-Sumber : facebook Direktorat P2PTM Kemenkes RI