unud-275-1891387970-7_isi tesis bab i _bab vi
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut masyarakat
untuk melakukan perubahan sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman.
Peran pengetahuan sangat penting bagi setiap masyarakat yang mau meningkatkan
kemampuannya mengikuti persaingan yang kompetitif dalam krisis multidimensi.
Pendidikan dipercaya sebagai alat strategis meningkatkan taraf hidup
manusia. Melalui pendidikan, manusia menjadi cerdas, memiliki kemampuan
atau skill, sikap hidup yang baik, sehingga dapat bergaul dengan baik di
masyarakat. Pendidikan menjadi investasi yang memberi keuntungan sosial dan
pribadi yang menjadikan bangsa bermartabat dan individunya menjadi manusia
yang memiliki derajat (Engkoswara dam Komariah, 2010:1).
Menurut UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural
Organization) dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara
lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Perserikatan bangsa-bangsa
(PBB) melalui lembaga UNESCO mencanangkan empat pilar pendidikan baik
untuk masa sekarang maupun untuk masa depan, yakni : (1) learning to know
(penguasaan yang dalam dan luas pada bidang ilmu tertentu), (2) learning to do
(belajar untuk mengaplikasikan ilmu, bekerjasama dalam team, belajar
memecahkan masalah dalam berbagai situasi, belajar berkarya atau
mengaplikasikan ilmu yang didapat oleh siswa), (3) learning to be (belajar untuk
dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggungjawab untuk mewujudkan tujuan
1
2
bersama), (4) learning to live together (belajar memahami dan menghargai orang
lain, sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya). Keempat pilar pendidikan tersebut
menggabungkan tujuan-tujuan intelegence quotient (IQ), emotional quotient (EQ),
dan spiritual quotient (SQ).
Pendidikan dalam kondisi krisis multidimensi yang berkepanjangan, telah
menarik perhatian berbagai pihak dan bergeser menjadi salah satu pos
pengeluaran yang semakin besar sehingga memberatkan sebagian besar anggota
masyarakat. Bermunculnya sekolah-sekolah baru menimbulkan fenomena dalam
dunia kependidikan. Bentuk dan pendekatan yang digunakan dalam pendidikan
semakin berkembang dan kompleks. Tidak hanya pemain-pemain lama yang
mengembangkan sekolah, namun juga dari pelaku usaha non kependidikan dan
bahkan penyelenggara pendidikan dari luar negeri (Sumurung, 2005:109).
Menurut Wijaya (2008 : 42) dewasa ini, persaingan antar sekolah semakin
atraktif. Pemasaran untuk lembaga pendidikan mutlak diperlukan. Sekolah
sebagai lembaga penyedia jasa pendidikan perlu belajar dan memiliki inisiatif
untuk meningkatkan kepuasan pelanggan (siswa), karena pendidikan merupakan
proses sirkuler yang saling mempengaruhi dan berkelanjutan. Oleh karena itu,
diperlukan strategi pemasaran jasa pendidikan untuk memenangkan kompetisi
antar sekolah serta untuk meningkatkan akselerasi peningkatan kualitas dan
profesionalisme manajemen sekolah.
Saat ini istilah efektif dan efisien merupakan istilah yang sering digunakan
pada pola yang semakin ketat. Tidak terkecuali dunia pendidikan termasuk
sekolah merasakan tuntutan kondisi tersebut. Banyak perubahan yang harus
3
dilakukan khususnya menyangkut pola-pola manajemen sekolah selama ini.
Sekolah sebagai lembaga penyedia jasa pendidikan perlu belajar dan memiliki
inisiatif untuk semakin meningkatkan kepuasan pelanggan, karena pendidikan
merupakan proses yang sirkuler yang saling mempengaruhi dan berkelanjutan.
Inisiatif sekolah dimulai dari mencari tahu (riset pasar) kondisi pasar pendidikan,
dari berbagai macam segmen yang ada di pasar. Selanjutnya sekolah menetapkan
strategi pemasarannya yang sesuai dengan pasar sasaran (Sumurung, 2005:108).
Menurut Wijaya (2008:42) pemasaran untuk lembaga pendidikan
(terutama sekolah) mutlak diperlukan. Pertama sebagai lembaga nonprofit yang
bergerak dalam bidang jasa pendidikan, untuk level apa saja, perlu meyakinkan
masyarakat “pelanggan” (peserta didik, orang tua, serta pihak-pihak terkait
lainnya) bahwa lembaga pendidikan masih tetap eksis. Kedua, perlu meyakinkan
masyarakat dan “pelanggan” bahwa layanan jasa pendidikan sungguh relevan
dengan kebutuhan masyarakat. Ketiga, perlu melakukan kegiatan pemasaran agar
jenis dan macam pendidikan dapat dikenal dan dimengerti secara luas oleh
masyarakat. Keempat, agar eksistensi lembaga pendidikan tidak ditinggalkan oleh
masyarakat luas serta “pelanggan potensial”. Kegiatan pemasaran bukan sekedar
kegiatan bisnis agar lembaga-lembaga pendidikan mendapat peserta didik,
melainkan juga merupakan bentuk tanggungjawab kepada masyarakat luas.
Menurut Peter dan Olson dalam Ristiyanti dan Ihalauw (2005:17), strategi
pemasaran dirancang untuk meningkatkan peluang konsumen memiliki anggapan
dan perasaan positif terhadap produk, jasa dan merek tertentu, akan mencoba
produk, jasa atau merek tersebut. Untuk mengembangkan strategi pemasaran yang
4
kompetitif, pemasar perlu mengetahui konsumen mana yang cenderung membeli
produknya, faktor –faktor apa yang kira-kira menyebabkan mereka menyukai
produk tersebut, kriteria apa yang dipakai dalam memutuskan membeli produk,
bagaimana mereka memperoleh informasi tentang poduk dan lain sebagainya. Jadi
dapat dilihat dengan jelas, adanya saling keterkaitan antara strategi pemasaran dan
perilaku konsumen.
Pemasar perlu merancang strategi berdasarkan perilaku konsumen yang
datanya hanya diperoleh dari suatu penelitian tentang perilaku konsumen, mulai
dari bagaimana kebutuhan akan suatu produk itu dirasakan, apa yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan itu, bagaimana mereka memutuskan membeli produk,
bagaimana mereka mengkonsumsi produk, sampai bagaimana mereka
menyingkirkan produk tersebut. Agar pemasar bisa merancang strategi yang tepat
dalam mempengaruhi konsumen, dasar yang digunakan harus berupa pengetahuan
mengenai perilaku mereka dalam proses beli yang dialami untuk suatu kategori
produk tertentu (Ristiyanti dan Ihalauw (2005:17-18).
Menurut Alma (2008:13), jasa pendidikan adalah suatu organisasi
produksi yang menghasilkan jasa pendidikan. Konsumen utamanya adalah siswa
atau mahasiswa. Apabila produsen tidak mampu memasarkan hasil produksinya,
disebabkan karena mutunya tidak disenangi oleh konsumen, tidak memberikan
nilai tambah, layanan tidak memuaskan, maka produk jasa yang ditawarkan tidak
akan laku, sehingga sekolah ditutup karena ketidakmampuan para pengelolanya.
Bisnis dan marketing bukan bekerja dengan iklan dan promosi yang mengelabui
5
masyarakat, tapi mendidik dan meyakinkan masyarakat kearah yang benar dan
percaya bahwa sekolah ini bermutu.
Orang awam yang belum banyak mengetahui tentang marketing merasa
kaget dengan istilah marketing pendidikan. Mereka mengira bahwa lembaga
pendidikan itu akan dikomersialkan. Lembaga pendidikan adalah termasuk ke
dalam nonprofit organization sedangkan istilah komersial sudah jelas
berhubungan dengan kegiatan mencari laba. Seperti diketahui, bahwa lembaga
pendidikan adalah sebuah kegiatan yang melayani konsumen berupa siswa,
mahasiswa dan juga masyarakat umum yang dikenal ”stakeholder”. Lembaga
pendidikan pada hakekatnya bertujuan memberikan layanan. Jadi marketing jasa
pendidikan berarti kegiatan lembaga pendidikan memberi layanan atau
menyampaikan jasa pendidikan kepada konsumen dengan cara yang memuaskan.
Pada saat penerimaan siswa baru tiap tahun muncul iklan-iklan dari perguruan
tinggi swasta, sekolah pada surat kabar, radio, selebaran cetak, brosur dan
spanduk di pinggir jalan dan dikampus. Semua ini bertujuan untuk menarik
perhatian calon siswa. Hal ini baru merupakan gejala marketing dalam tingkat
permulaan. Etika marketing sangat menghindari karakter yang tidak baik, dan
mengharapkan lembaga pendidikan menawarkan mutu layanan intelektual dan
pembentukan watak secara menyeluruh (Alma, 2008: 30).
Fungsi pemasaran pada organisasi yang berorientasi laba (perusahaan)
dengan organisasi nirlaba (sekolah) sangat berbeda. Perbedaan yang nyata terletak
pada cara organisasi dalam memperoleh sumber dana yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas operasi perusahaan, memperoleh modal pertamanya
6
dari para investor atau pemegang saham. Jika perusahaan telah beroperasi, dana
operasional perusahaan terutama diperoleh dari hasil penjualan produk yang
dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Sebaliknya, organisasi nirlaba (sekolah)
memperoleh dana dari sumbangan para donatur atau lembaga induk yang tidak
mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut (Wijaya, 2008 : 49).
Thomas dalam Alma (2008:17) mengungkapkan dalam bukunya “ The
Productive School” bahwa ada tiga fungsi utama yang diharapkan dari dunia
pendidikan yaitu:
1) The administrator’s Production function. Administrator sekolah
bertanggungjawab untuk mengembangkan sistem pendidikan. Mereka harus
menetapkan pelayanan apa yang diminta oleh guru. Permintaan tersebut harus
disiapkan ruangan yang cukup untuk belajar, buku dan perlengkapan.
Administrator pendidikan harus memikirkan mutu sistem pendidikan sebagai
fungsi dari jumlah dan mutu input termasuk di dalamnya besar kelas,
kualifikasi guru, jumlah guru, konstruksi bangunan, jumlah buku di
perpustakaan, perlengkapan laboratorium dan sebagainya.
2) The Psycologist’s Production function. Outputnya adalah perubahan tingkah
laku siswa yang terdiri atas tambahan pengetahuan, nilai-nilai atau tambahan
kemampuan yang diperoleh dari motivasi melalui sekolah.
3) The Economic’s Production function. Ahli ekonomi melihat pendidikan akan
memberikan kontribusi terhadap individu dengan diperolehnya kompetensi
yang dapat digunakan untuk meningkatkan ekonominya.
7
Menurut Rahayu (2008: 64) satuan pendidikan dituntut untuk senantiasa
merevitalisasi strateginya, guna menjamin kesesuaian tuntutan lingkungan dan
persaingan dengan kekuatan internal yang dimilikinya. Ketidakmampuan suatu
satuan pendidikan dalam merespon peluang dan ancaman eksternal, akan
mengakibatkan menurunnya daya saing atau terhambatnya pencapaian kinerja
satuan pendidikan. Jika hal ini dibiarkan, maka akan mengancam kelangsungan
satuan pendidikan yang bersangkutan. Pada umumnya satuan pendidikan
memiliki tujuan, dan untuk mencapainya memerlukan strategi. Strategi
merupakan suatu kesatuan rencana yang luas dan terintegrasi yang
menghubungkan antara kekuatan internal organisasi, dengan peluang dan
ancaman lingkungan eksternalnya. Strategi dirancang untuk memastikan tujuan
organisasi dapat dicapai melalui implementasi yang tepat. Substansi strategi pada
dasarnya merupakan rencana. Strategi berkaitan dengan evaluasi dan pemilihan
alternatif yang tersedia bagi suatu manajemen dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Secara umum strategi pemasaran jasa pendidikan dalam konteks
lembaga pendidikan secara keseluruhan, tidak hanya membutuhkan pemasaran
eksternal, tapi juga pemasaran internal untuk memotivasi dosen, guru, karyawan,
dan administrator untuk menciptakan keahlian penyedia jasa (Hurriyati, 2008:153).
Sekolah Harapan merupakan salah satu sekolah swasta di Bali yang didirikan
tahun 1948 oleh Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) yang membentuk
sebuah Yayasan yang diberi nama : Yayasan Badan Pendidikan Kristen
Maranatha. Yayasan ini kemudian mengurus ijin operasional Sekolah Rakyat
Maranatha ke Pemerintah Bali yang berkedudukan di Singaraja. Tanggal 1 Januari
8
1949 ijin operasional ini keluar, dan mulai tahun 1950 Sekolah Rakyat Maranatha
mulai beroperasi. Tahun 2010 Sekolah Harapan memiliki 13 Sekolah yang berada
di Kabupaten Jembrana, Kabupaten Badung, dan Kota Denpasar. Hingga saat ini
Yayasan ini telah dua kali berganti nama dari Yayasan Maranatha menjadi
Yayasan Widhya Pura dan sekarang bernama Yayasan Perguruan Kristen
Harapan.
Jumlah siswa yang terdaftar di Sekolah Harapan berjumlah 6.229 orang
dapat dilihat dalam Lampiran halaman 113. Secara umum jumlah siswa yang
dapat diterima meningkat 107.12 % pada tahun 2009/2010 dari 5.690 siswa
menjadi 6.095 orang dan meningkat 102.20% pada tahun 2010/2011 dari 6095
orang menjadi 6229 orang. Namun apabila dilihat dari jumlah siswa permasing-
masing sekolah, terjadi penurunan yang cukup signifikan.
Berdasarkan penerimaan siswa baru selama 3 tahun terakhir dapat dilihat
pada Lampiran halaman 114, terjadi penurunan yang signifikan pada hasil
pendaftaran dan penerimaan siswa baru selama tiga tahun terakhir pada SMPK 1
Harapan, walaupun dibeberapa sekolah mengalami peningkatan. Persaingan yang
kompetitif pada sekolah-sekolah di Bali tergambar pada Lampiran halaman 115
berdasarkan data tahun 2008/2009 tersebut jumlah Sekolah Swasta di Kota Denpasar
160,20% dari Sekolah Negeri dan data tahun 2009/2010 jumlah sekolah swasta di
Kota Denpasar sebanyak 163, 51% dari sekolah negeri pada lampiran halaman 116
bahwa jumlah siswa di sekolah swasta tahun 2008/2009 sebanyak 77,81% dari
jumlah siswa sekolah negeri dan tahun 2009/2010 sebanyak 92,97% dari sekolah
negeri. Ini berarti terjadi peningkatan minat ke sekolah swasta.
9
Pertumbuhan penduduk Provinsi Bali dilihat pada lampiran halaman 117
penduduk di Kabupaten Badung memiliki laju pertumbuhan tertinggi yaitu 4,63 dan
Kota Denpasar 4,00 merupakan urutan kedua. Hal ini merupakan peluang bagi kota
Denpasar dalam mendapatkan siswa. Pada lampiran halaman118, penerimaan
siswa baru sekolah swasta di Denpasar selama 3(tiga) tahun terakhir dapat dilihat
bahwa SMPK 1 Harapan masih dikategorikan sebagai pemimpin dalam
persaingan sekolah swasta di Denpasar. Walaupun sebagai pemimpin, SMPK 1
Harapan mengalami penurunan jumlah siswa secara signifikan dalam 3 tahun
terakhir dari, sedangkan SMP Cipta Darma, SMP Santo Yoseph dan SMP
Dwijendra mengalami fluktuasi penerimaan siswa dalam 3 (tiga) tahun terakhir.
Data peserta ujian nasional selama tiga tahun terakhir pada lampiran
halaman 119 menunjukkan bahwa jumlah siswa mengalami peningkatan pada
tahun 2008/2009 sebesar 105,39% sedangkan mengalami sedikit penurunan
menjadi 99,76 pada tahun 2009/2010. Data menunjukkan bahwa SMP di Kota
Denpasar memiliki peluang yang tinggi dalam memperoleh siswa, sedangkan
SMPK 1 Harapan mengalami penurunan siswa dalam 3 tahun terakhir.
Dilihat dari sudut pandang perilaku konsumen ada kecenderungan
masyarakat yang memiliki penghasilan diatas rata-rata, memilih sekolah yang
baik, meski untuk mendapatkan sekolah yang baik, tidak jarang orangtua bersedia
mengeluarkan biaya pendidikan yang tidak sedikit. Karena itu, manajemen
sekolah perlu mengetahui hal-hal apa saya yang dipertimbangkan orang tua dalam
memilih sekolah. Pertimbangan-pertimbangan ini dapat dijadikan sebagai suatu
kajian untuk membandingkan pertimbangan-pertimbangan orang tua yang saat ini
10
anaknya mengikuti proses pendidikan di SMPK 1 Harapan Denpasar.
Perbandingan untuk kedua kelompok responden itu akan memberikan gambaran
apakah kedua kelompok itu memberikan pertimbangan yang sama atau berbeda.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diajukan rumusan masalah
sebagai berikut :
1) Faktor- faktor apakah yang dipertimbangkan orangtua umumnya dalam
memilih sekolah untuk tingkat SMP dan yang dipertimbangkan untuk
memilih SMPK 1 Harapan Denpasar?
2) Apakah implikasi strategis bagi SMPK 1 Harapan setelah membandingkan
hasil kedua kelompok responden?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui faktor- faktor yang dipertimbangkan orangtua
umumnya dalam memilih sekolah untuk tingkat SMP dan yang
dipertimbangkan untuk memilih SMPK 1 Harapan Denpasar.
2) Untuk mengetahui implikasi strategis bagi SMPK 1 Harapan setelah
membandingkan hasil kedua kelompok responden.
1.4 Manfaat Penelitian
1) Manfaat teoritis:
penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan referensi kepustakaan
mengenai ilmu pengetahuan di bidang pemasaran yaitu tentang faktor-
11
faktor yang dipertimbangkan orang tua dalam memilih sekolah, apabila
akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
2) Manfaat praktis:
penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan bagi kalangan akademis
maupun masyarakat umum mengenai faktor-faktor yang dipertimbangkan
orang tua dalam memilih sekolah di SMP Kristen 1 Harapan Denpasar
khususnya bagi manajemen Sekolah Harapan sebagai bahan masukan
untuk mendapat kebijaksanaan dalam penentuan strategi pemasaran dalam
penerimaan siswa baru tahun 2012 – 2013.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Model Prilaku Konsumen
Titik awal untuk memahami perilaku konsumen adalah model yang
diperlihatkan dalam Gambar 2.1. Rangsangan pemasaran dan rangsangan luar
memasuki kesadaran konsumen. Satu perangkat proses psikologis berkombinasi
dengan karakteristik konsumen tertentu, untuk menghasilkan proses keputusan
dan keputusan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi
dalam kesadaran konsumen, antara datangnya rangsangan pemasaran luar dan
keputusan pembelian akhir (Koter dan Keller, 2009:226).
Titik awal model perilaku pembeli dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar ini memperlihatkan bahwa pemasaran dan rangsangan lain memasuki
“kotak hitam” konsumen dan menghasilkan respon tertentu. Pemasar harus
menemukan apa yang ada dalam kotak hitam pembeli. Rangsangan pemasaran
terdiri dari 4P : Product (Produk), Price (Harga), Place (Tempat), Promotion
Psikologi
Konsumen
Motivasi
Persepsi
Pembelajaran
Memori
Karakteristik
Konsumen
Budaya
Sosial
Personal
Keputusan Pembelian
Pilihan produk
Pilihan merek
Pilihan dealer
Jumlah pembelian
Saat yang tepat
melakukan pembelian
Metode pembayaran
Rangsangan
Pemasaran
Produk dan
Jasa Harga
Komunikator
Rangsangan
Lain
Ekonomi
Teknologi Politik
Budaya
Proses Keputusan
Pembelian
Pengenalan masalah
Pencarian informasi
Penilaian alternatif
Keputusan pembelian
Perilaku pasca-
pembelian
Gambar 2.1 Model Perilaku Konsumen
Sumber : Kotler dan Keller, 2009
12
13
(Promosi). Rangsangan lain, meliputi kekuatan dan faktor utama dalam
lingkungan pembeli: ekonomi, teknologi, politik dan budaya. Semua masukan ini
memasuki kotak hitam pembeli, dimana masukan ini diubah menjadi sekumpulan
respon pembeli yang dapat diobservasi : pilihan produk, pilihan merek, pilihan
penyalur, waktu pembelian dan jumlah pembelian. Pemasar ingin memahami
bagaimana rangsangan itu diubah menjadi respon di dalam kotak hitam
konsumen, yang menjadi 2 bagian. Pertama, karakteristik pembeli mempengaruhi
bagaimana pembeli menerima dan bereaksi terhadap rangsangan itu. Kedua,
proses keputusan pembeli sendiri mempengaruhi perilaku pembeli (Kotler dan
Amstrong, 2008 :157).
2.2 Faktor Utama Perilaku Pembelian
Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik budaya,
soasil, pribadi dan psikologis. Biasanya pemasar tidak dapat mengendalikan
faktor- faktor itu, tetapi mereka harus memberhitungkannya. Menurut Kotler dan
Amstrong (2008:159) Faktor utama Perilaku pembelian terdiri atas:
Gambar 2.2 Model Perilaku Pembeli
Sumber : Kotler dan Amstrong, 2008
Pemasaran
Produk
Harga
Tempat
Promosi
Rangsangan lain
Ekonomi
Teknologi
Politik
Budaya
Pemasaran dan rangsangan lain
Karakteristik
pembeli
Proses keputusan
pembeli
Kotak hitam
pembeli Pilihan produk
Pilihan merek
Pilihan penyalur
Waktu pembelian
Jumlah pembelian
Respon pembeli
14
1) Faktor Budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam pada perilaku
konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh budaya, sub
budaya dan kelas sosial pembeli.
(1) Budaya adalah kumpulan nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku
yang dipelajari oleh anggota masyarakat dari keluarga dan institusi penting
lainnya.
(2) Sub budaya adalah kelompok masyarakat yang berbagi sistem nilai
berdasarkan pengalaman hidup dan situasi yang umum.
(3) Kelas sosial adalah pembagian yang relatif permanen dan berjenjang
dalam masyarakat dimana anggotanya berbagi nilai, minat dan perilaku
yang sama.
Gambar 2.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Sumber: Kotler dan Amstrong (2008:160)
2) Faktor Sosial.
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok kecil,
keluarga serta peran dan status sosial.
(1) Kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai
tujuan pribadi atau tujuan bersama.
Budaya
Budaya
Subbudaya
Kelas Sosial
Sosial Pribadi Psikologis
Kelompok
Referensi
Keluarga
Peran dan
status
-Usia dan tahap siklus
hidup
-Pekerjaan
-Situasi ekonomi
-Gaya hidup
-Kepribadian dan
konsep diri
-Motivasi
- Persepsi
- Pembelajaran
- Kepercayaan dan
sikap
Pembeli
15
(2) Keluarga adalah organisasi pembelian yang paling penting dalam
masyarakat dan telah diteliti secara ekstensif.
(3) Peran dan status adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok.
3) Faktor Pribadi.
Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti usia dan
tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian
dan konsep diri.
(1) Usia dan tahap siklus hidup meliputi selera makan, pakaian, perabotan dan
rekreasi berhubungan dengan usia. Tahap siklus hidup keluarga tradisional
meliputi anak-anak, bujangan muda dan pasangan menikah.
(2) Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli.
(3) Situasi ekonomi seseorang mempengaruhi pilihan produk.
(4) Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam
kegiatan, minat dan pendapatnya.
(5) Kepribadian adalah karakteristik psikologi unik seseorang yang
menyebabkan repons yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap
lingkungannya
4) Faktor Psikologis.
Perilaku pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis:
motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap.
(1) Motivasi adalah kebutuhan dengan tekanan yang kuat mendorong
seseorang untuk mencari kepuasan atas kebutuhan tersebut.
16
(2) Persepsi adalah proses dimana orang memilih, mengatur dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia yang
berarti.
(3) Pembelajaran adalah perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari
pengalaman
(4) Keyakinan adalah pikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang
sesuatu.
(5) Sikap adalah evaluasi, perasaan yang relatif konsisten dari seseorang
terhadap sebuah objek atau ide.
Menurut Kotler ( 2009:214-231) faktor utama perilaku pembelian terdiri atas:
1) Faktor Budaya. Budaya, sub budaya, dan kelas sosial merupakan hal yang
sangat penting dalam perilaku pembelian.
(1) Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling mendasar. Anak-
anak mendapatkan kumpulan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari
keluarganya serta lembaga-lembaga penting lainnya.
(2) Sub budaya adalah bagian dari budaya. Sub budaya terdiri dari kebangsaan,
agama, kelompok, ras dan wilayah geografis.
(3) Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan
permanen, yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut
nilai-nilai, minat dan perilaku yang serupa.
17
2) Faktor Sosial. Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi
oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan
status sosial.
(1) Kelompok acuan adalah seseorang yang terdiri dari semua kelompok yang
memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap
sikap atau perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh
langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan. Beberapa
kelompok keanggotaan merupakan kelompok primer (keluarga, teman,
tetangga, rekan kerja, yang berinteraksi terus menerus secara tidak formal),
kelompok sekunder seperti kelompok keagamaan, profesi dan asosiasi
perdagangan yang cenderung lebih formal dan membutuhkan interaksi
yang tidak begitu rutin.
(2) Keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.
Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung. Melalui
orang tua seseorang mendapatkan orientasi agama, politik dan ekonomi
serta ambisi pribadi, harga diri dan citra. Bahkan jika pembeli tidak lagi
berinteraksi secara mendalam dengan keluarganya, pengaruh keluarga
terhadap perilaku pembeli dapat tetap signifikan.
(3) Peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh
seseorang. Masing- masing peran memiliki status. Orang-orang memilih
produk yang dapat mengkomunikasikan peran dan status.
18
3) Faktor Pribadi. Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan,
keadaaan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
(1) Usia dan tahap siklus hidup meliputi selera seseorang terhadap pakaian,
perabot, rekreasi juga berhubungan dengan usia.
(2) Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan
dalam aktivitas minat dan opininya. Gaya menggambarkan keseluruhan
diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya.
(3) Pekerjaan dan lingkungan ekonomi seseorang, mempengaruhi pilihan
produk.
(4) Kepribadian dan konsep diri adalah karakteristik psikologis seseorang
yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif
konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya.
4) Faktor Psikologis. Pilihan seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologi
utama yaitu: motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap
(1) Motivasi adalah kekuatan psikologis yang membentuk perilaku manusia
sebagian besar dan tidak disadari dan bahwa seseorang tidak dapat
memahami motivasi dirinya secara menyeluruh.
(2) Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang individu untuk
memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi masukan-masukan
informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Tiga
proses persepsi : perhatian selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif
19
(3) Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari
pengalaman
(4) Kayakinan dan sikap adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang
tentang suatu hal.
Simamora (2003 : 4) mengemukakan faktor internal yang mempengaruhi
perilaku konsumen terdiri atas:
1) Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling
dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang
dimainkan oleh kultur, subkultur dan kelas sosial pembeli.
2) Faktor sosial juga mempengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok
kecil, keluarga, peran dan status sosial dari konsumen.
3) Faktor pribadi adalah keputusan seseorang pembeli juga dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup pembeli, jabatan,
keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri pembeli yang
bersangkutan
4) Faktor psikologis. Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh
faktor psikologis yang utama yaitu: motivasi, persepsi, proses
pembelajaran serta kepercayaan dan sikap.
2.3 Persfektif Riset Perilaku Konsumen
Menurut Mowen dan Minor (2002:11-14) untuk menjeneralisasikan
riset perilaku konsumen dilakukan berdasarkan tiga persefektif riset yang
20
bertindak sebagai pedoman pemikiran dan pengindikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku perolehan (akuisisi konsumen). Ketiga perspektif ini
adalah :
1) Perspektif Pengambilan keputusan (decision making perspective)
menggambarkan seorang konsumen sedang melakukan serangkaian
langkah –langkah tertentu pada saat melakukan pembelian. Langkah-
langkah ini termasuk pengenalan masalah, mencari, evaluasi alternatif,
memilih dan evaluasi pasca perolehan. Akar dari pendekatan ini adalah
pengalaman kognitif dan psikologi serta faktor-faktor ekonomi lainnya.
2) Perspektif pengalaman (experiental perspective) menggambarkan untuk
beberapa hal konsumen tidak melakukan pembelian sesuai dengan proses
pengambilan keputusan yang rasional. Namun, mereka membeli produk
dan jasa tertentu untuk memperoleh kesenangan, menciptakan fantasi, atau
emosi perasaan saja. Pengklasifikasian berdasarkan perspektif pengalaman
menyatakan bahwa pembelian akan dilakukan karena dorongan hati dan
mencari variasi. Para peneliti yang menganalisis kasus pendahuluan dari
perspektif pengalaman akan berfokus pada identifikasi perasaan, emosi
dan simbol yang menyertai jasa tersebut. Akar dari persfektif pengalaman
ini merupakan bagian dari bidang psikologi motivasi dan bidang tertentu
dari sosiologi dan antropologi.
3) Perspektif pengaruh perilaku (behavioral influence perspective)
mengasumsikan bahwa kekuatan lingkungan memaksa konsumen untuk
melakukan pembelian tanpa harus terlebih dahulu membangun perasaan
21
atau kepercayaan terhadap produk. Menurut persefektif ini, konsumen
tidak saja melalui proses pengambilan keputusan rasional, namun juga
bergantung pada perasaan untuk membeli produk atau jasa tersebut.
Menurut Mowen dan Minor (2002 : 83) faktor terpenting yang mempengaruhi
tingkat keterlibatan konsumen adalah : (1) Jenis produk yang menjadi
pertimbangan, (2) karakteristik komunikasi yang diterima konsumen, (3)
karakteristik situasi dimana konsumen beroperasi dan (4) kepribadian konsumen.
Umumnya keterlibatan konsumen meningkat apabila produk atau jasa yang
dipertimbangkan lebih mahal, dan memiliki resiko pembelian.
Menurut Mowen dan Minor (2002: 84) jenis-jenis keterlibatan konsumen :
(1) Keterlibatan situasional (situasional involvement) terjadi selama periode
waktu yang pendek dan disosialisasikan dengan situasi yang spesifik.
(2) Keterlibatan abadi (enduring involvement) terjadi ketika konsumen
menunjukkan minat yang tinggi dan konsisten terhadap sebuah produk dan
seringkali menghabiskan waktunya untuk memikirkan produk tersebut.
Pengambilan keputusan konsumen meliputi semua proses yang dilalui konsumen
dalam mengenali masalah, mencari solusi, mengevaluasi alternatif dan memilih
diantara pilihan-pilihan pembelian mereka (mowen dan minor 2002 : 2).
Menurut Suprapti (2010:106) konsumen dikatakan memiliki keterlibatan
tinggi terhadap suatu produk apabila suatu produk itu memenuhi kondisi berikut:
1) Produk itu penting bagi konsumen.
2) Produk itu memiliki daya tarik profesional.
3) Produk itu diminati konsumen secara terus menerus.
22
4) Produk itu memiliki resiko signifikan. Resiko yang dimaksudkan disini
meliputi resiko finansial, resiko teknologi, resiko sosial atau resiko fisik.
5) Produk itu berkaitan dengan norma kelompok.
Menurut Suprapti (2010:264) pada dasarnya tiap keputusan yang diambil
konsumen adalah untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Masalah yang
dimaksudkan terkait dengan suatu produk untuk memenuhi kebutuhannya. Proses
pengambilan keputusan konsumen, membutuhkan informasi dan melakukan
upaya-upaya tertentu untuk memperoleh informasi itu.
2.4 Bauran Pemasaran Jasa Pendidikan
Bauran Pemasaran jasa adalah elemen-elemen organisasi perusahaan yang
dapat dikontrol oleh perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan konsumen
dan akan dipakai untuk memuaskan konsumen. Bauran pemasaran jasa
merupakan unsur-unsur pemasaran yang saling terkait, dibaurkan, diorganisir dan
digunakan dengan tepat sehinga perusahaan dapat mencapai tujuan pemasaran
yang efektif, sekaligus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Bauran
Pemasaran jasa menurut Zeithaml dan Bitner dalam Huriyati (2005:49) terdiri atas
7P yaitu Product, Price, Place Promotion, People, Physical Evidence dan
Process.
1) Produk Jasa (The Service Product) merupakan segala sesuatu yang dapat
ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan
atau dikonsumsi pasar yang bersangkutan. Produk jasa merupakan suatu
kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan
23
daripada dimiliki, serta pelanggan lebih cepat dapat berpartisipasi aktif
dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.
2) Tarif Jasa (Price) penentuan harga merupakan titik kritis dalam bauran
pemasaran jasa karena harga menentukan pendapatan dari suatu usaha atau
bisnis.
3) Tempat atau Lokasi Pelayanan (place/service location). Keputusan
mengenai lokasi pelayanan yang digunakan melibatkan pertimbangan
bagaimana penyerahan jasa kepada pelanggan dan dimana itu akan
berlangsung. Lokasi berhubungan dengan keputusan yang dibuat oleh
perusahaan mengenai dimana operasi dan karyawannya ditempatkan. Hal
yang paling penting dari lokasi adalah tipe dan tingkat interaksi yang
terlibat. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi
adalah:
(1) Akses, misalnya lokasi yang mudah dijangkau sarana transportasi.
(2) Visibilitas, misalnya lokasi yang dapat dilihat dengan jelas ditepi jalan.
(3) Lalu lintas (traffic), yang perlu dipertimbangkan adalah banyaknya
orang yang lalu lalang dapat memberikan peluang besar terjadi
kepadatan dan kemacetan lalu lintas dapat pula menjadi hambatan.
(4) Tempat parkir yang luas dan aman.
(5) Ekspansi tersedia tempat yang cukup untuk perluasan usaha .
(6) Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa ditawarkan.
(7) Persaingan, yaitu lokasi pesaing.
(8) Peraturan pemerintah.
24
4) Promosi (promotion). Merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
suatu program pemasaran. Tujuan utama dari promosi adalah
menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan
pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya.
5) Orang atau partisipan (People) adalah semua perilaku yang memainkan
peranan dalam penyajian jasa, sehingga dapat mempengaruhi persepsi
pembeli.
6) Sarana Fisik (Physical evidence) merupakan suatu hal yang secara nyata
turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan
menggunakan produk jasa yang ditawarkan. Unsur-unsur yang termasuk
dalam sarana fisik antara lain, lingkungan fisik yang meliputi bangunan
fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya
yang disatukan dengan pelayanan.
7) Proses (process) adalah semua prosedur aktual, mekanisme, dan aktivitas
yang digunakan untuk menyampaikan jasa.
Bauran pemasaran jasa pendidikan oleh Koes (2008) dalam Alma dan Hurriyati
(2008:303-325) adalah konsep 7P yang terdiri atas 4P tradisional dan 3P yang
diperluas yaitu :
1) Produk atau jasa yang ditawarkan kepada siswa adalah reputasi, prospek
dan variasi pilihan
2) Harga dalam kontes jasa pendidikan merupakan seluruh biaya yang
dikeluarkan oleh siswa untuk mendapatkan jasa pendidikan yang
ditawarkan oleh suatu jasa pendidikan. Penetapan harga (SPP, biaya
25
pembangunan, biaya laboratorium), adalah elemen harga jasa pendidikan,
pemberian beasiswa, prosedur pembayaran dan syarat cicilan.
3) Lokasi adalah tempat jasa pendidikan yang akan mempengaruhi preferensi
calon pelanggan dalam menentukan pilihannya. Lokasi perlu
mempertimbangkan lingkungan dimana lokasi itu berada. Dekat dengan
pusat kota atau perumahan, kondisi lahan parkir, lingkungan belajar yang
kondusif dan transportasi. Selain lokasi secara fisik, jasa pendidikan juga
dapat dijangkau secara virtual melalui internet.
4) Promosi yang dapat dilakukan jasa pendidikan adalah periklanan (iklan
TV, radio, spot dan billboard), promosi penjualan melakukan kontak
langsung dengan calon siswa dan melakukan kegiatan hubungan
masyarakat.
5) Sumber daya manusia atau people adalah semua orang atau perilaku yang
terlibat dalam proses penyampaian jasa kepada konsumen serta
mempengaruhi persepsi konsumen, seperti para personel penyedia jasa,
pelanggan dan para pelanggan lain yang terkait dengan jasa tersebut.
Sumber daya manusia dalam jasa pendidikan, dikelompokkan menjadi 3
yaitu administrator, guru dan karyawan.
6) Bukti fisik atau sarana dan prasarana merupakan suatu lingkungan dimana
siswa dapat berinteraksi dan terdapat komponen tangible (berwujud) yang
mendukung kinerja atau komunikasi dari jasa pendidikan, seperti gaya
bangunan, fasilitas penunjang (kelengkapan sarana pendidikan,
peribadatan, olahraga dan keamanan).
26
7) Proses atau manajemen layanan merupakan suatu prosedur, mekanisme
dan serangkaian kegiatan untuk menyampaikan jasa dari produsen kepada
konsumen. Proses ini sangat berkaitan dengan sumber daya manusia yang
akan menyampaikan jasa kepada konsumen. Proses atau manajemen
layanan merupakan serangkaian kegiatan yang dialami siswa selama
dalam pendidikan seperti proses belajar mengajar, ujian dan lainnya.
2.5 Tahap – Tahap Keputusan Pembelian
Proses keputusan pembeli terdiri dari lima tahap yaitu : pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, perilaku
pasca pembelian (Kotler dan Amstrong 2008: 179).
Gambar 2.4 Tahap- tahap keputusan pembelian
Sumber : Kotler dan Amstrong 2008: 179
1) Pengenalan masalah
Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan
tertentu dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen.
2) Pencarian informasi.
Konsumen yang memiliki kebutuhan tertentu akan terdorong untuk
mencari informasi yang lebih banyak. Perhatian utama pemasar adalah
Pengenalan masalah
Evaluasi alternatif
Pencarian informasi
Perilaku pasca pembelian
Keputusan pembelian
27
sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan
pengaruh relatif tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian
selanjutnya. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat
kelompok berikut ini :
(1) Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga
(2) Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di
toko.
(3) Sumber publik : media massa, organisasi penentu peringkat konsumen
(4) Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian dan pemakaian produk.
3) Evaluasi alternatif.
Konsep dalam memahami proses evaluasi konsumen:
(1) Konsumen berusaha memenuhi kebutuhan
(2) Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk
(3) Konsumen memandang masing - masing produk sebagai sekumpulan
atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan
manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tersebut.
Evaluasi sering mencerminkan keyakinan dan sikap melalui bertindak dan
belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Konsumen akhirnya
mengambil sikap (keputusan, preferensi) terhadap berbagai merek melalui
prosedur evaluasi produk
4) Keputusan Pembelian
Pada tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-
merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat
28
membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Walaupun
konsumen membentuk evaluasi merek, dua faktor berikut berada diantara
niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap
orang lain.
5) Perilaku Pasca Pembelian
Perilaku pasca pembelian adalah tahap proses keputusan pembeli dimana
konsumen mengambil tindakan selanjutnya setelah pembelian berdasarkan
kepuasan dan ketidakpuasan.
Proses pengambilan keputusan menurut Setiadi (2008:16) terdiri atas:
mengenali kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli
dan perilaku pasca pembelian. Menurut Yazid (2005: 44) proses pembelian jasa
terdiri atas: kebutuhan yang disadari, pencarian alternatif, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian, perasaan setelah pembelian jasa. Menurut Simamora
Keputusan Pembelian
Sikap orang lain Faktor situasi yang tidak terantisipasi
Evaluasi Alternatif
Niat Pembelian
Gambar 2.5 Proses Pembelian Konsumen Model lima Tahap
Sumber :Kotler dan Keller, 2009:235
29
(2003:15) model generik proses keputusan pembelian terdiri atas : pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, perilaku pasca
pembelian.
Menurut Suryani (2008: 241) dalam pengambilan keputusan terdapat
peran-peran tertentu yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga antara lain :
1) Penjaga pintu (gatekeepers). Perannya adalah mengatur dan
mengendalikan informasi yang akan masuk ke keluarga.
2) Pemberi pengaruh (influencer). Perannya adalah memberi pengaruh
kepada anggota keluarga yang lain, untuk mengambil keputusan.
Pemberi pengaruh akan mengevaluasi alternatif-alternatif yang
tersedia.
3) Pengambil keputusan (decision maker). Perannya adalah memutuskan
produk atau jasa yang akan dibeli.
4) Pembeli (buyer). Perannya adalah membeli atau melakukan transaksi
atas barang atau jasa.
5) Penyiap (preparer/ installer). Perannya menyiapkan segala sesuatunya
sehingga produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi.
6) Pengguna (user). Perannya memakai produk atau menggunakan
produk atau jasa yang di beli.
7) Pemelihara (maintainer). Perannya adalah merawat dan melakukan
usaha-usaha yang memungkinkan produk atau jasa dapat digunakan
dan dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan jangka waktunya.
30
8) Pembuang (disposer). Perannya adalah berinisiatif menghentikan atau
tidak melanjutkan penggunaan produk atau jasa yang digunakan
keluarga.
Menurut Suryani (2008: 245) anak-anak dalam keluarga mempunyai peran
yang relatif penting dalam pengambilan keputusan. Ketika anak-anak mulai
mampu menyampaikan pendapat atau keinginannya, pada saat tersebut anak-anak
mulai berperan dalam pengambilan keputusan. Kelompok teman sebaya
merupakan lingkungan sosial tempat berinteraksi secara langsung atau tidak
langsung untuk mempengaruhi perilaku konsumsi, sedangkan anggota keluarga
usia dewasa, utamanya yang kuliah di perguruan tinggi atau belum menikah
mempunyai peran yang kuat dalam mempengaruhi dan bahkan untuk produk-
produk tertentu mempunyai otonomi dalam pengambilan keputusan. Pada
umumnya dibeberapa suku di Indonesia orang tua mulai memberikan banyak
kewenangan kepada anak-anaknya yang berusia 19-25 tahun untuk menentukan
pilihan (Suryani, 2008: 248).
Keluarga mempunyai peran penting dalam pengambilan keputusan
konsumen oleh karena pemahaman terhadap siapa yang berpengaruh dalam
keluarga yang potensial untuk dijadikan pasar sasaran serta produk atau jasa yang
dibutuhkan dan diinginkan oleh keluarga-keluarga yang ada di masyarakat perlu
diperhatikan dalam penyusunan strategi pemasaran. Perusahaan dapat melakukan
segmentasi berdasarkan siklus kehidupan keluarga, ukuran keluarga, sosial
ekonomi keluarga dan lain-lain. Berdasarkan segmentasi yang dilakukan,
perusahaan dapat memilih pasar yang ukurannya besar, dapat diakses sesuai
31
dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan, mempunyai daya tarik dan
pertumbuhannya bagus (Suryani 2008: 255-256).
Berdasarkan segmen keluarga yang dipilih ini, perusahaan dapat
menyusun bauran pemasaran menurut Suryani (2008: 245) melalui:
1) Strategi produk yang akan dikembangkan sebaiknya disesuaikan dengan
segmen yang dipilih.
2) Strategi promosi yang tepat perlu dirancang agar produk yang dipasarkan
dipersepsikan seperti yang diharapkan.
3) Strategi harga yang ditetapkan agar kompetitif sesuai dengan daya beli pasar
sasaran, perlu ditetapkan secara cermat.
4) Strategi distribusi yang dirancang perlu memperhatikan dinamika dan proses
pengambilan keputusan dalam keluarga. Produk-produk dalam pengambilan
keputusannya melibatkan suami, istri, dan anak-anak tentu memerlukan
lokasi atau tempat yang memungkinkan seluruh anggota keluarga dapat
leluasa untuk diskusi dan mengambil keputusan.
2.6 Strategi Pemasaran Jasa.
Pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya
dengan variabel- variabel seperti segmentasi pasar, indentifikasi pasar sasaran,
positioning, elemen bauran pemasaran dan biaya bauran pemasaran. Strategi
pemasaran merupakan bagian integral dari strategi bisnis yang memberikan arah
pada semua fungsi manajemen suatu organisasi. Dalam merumuskan strategi
pemasaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan analitis. Menurut Tjiptono
(2008:7) kemampuan strategi pemasaran suatu perusahaan untuk menanggapi
32
setiap perubahan kondisi pasar dan faktor biaya tergantung pada analisis terhadap
faktor-faktor berikut:
(1) Faktor lingkungan. Analisis terhadap faktor lingkungan seperti pertumbuhan
populasi dan peraturan pemerintah sangat penting untuk mengetahui
pengaruh yang ditimbulkan pada bisnis perusahaan, seperti perkembangan
teknologi, tingkat inflasi dan gaya hidup.
(2) Faktor pasar. Setiap perusahaan perlu selalu memperhatikan dan
mempertimbangkan faktor-faktor seperti ukuran pasar, tingkat pertumbuhan,
tahap perkembangan, tren dalam sistem distribusi, pola perilaku pembeli,
permintaan musiman, segmen pasar yang ada saat ini atau yang dapat
dikembangkan lagi, dan peluang-peluang yang belum terpenuhi.
(3) Persaingan. Setiap perusahaan perlu memahami siapa pesaingnya, bagaimana
posisi produk atau pasar pesaing tersebut, apa strategi mereka, kekuatan dan
kelemahan pesaing, struktur biaya pesaing dan kapasitas produksi para
pesaing.
(4) Analisis kemampuan internal. Setiap perusahaan perlu menilai kekuatan dan
kelemahannya dibandingkan para pesaingnya. Perusahaan tersebut dapat
didasarkan pada faktor-faktor seperti teknologi, sumber daya keuangan,
kemampuan pemanufakturan, kekuatan pemasaran dan basis pelanggan yang
dimiliki.
(5) Perilaku konsumen. Perilaku konsumen perlu dipantau dan dianalisis, karena
hal ini sangat bermanfaat bagi pengembangan produk, desain produk,
penetapan harga, pemilihan saluran distribusi dan penentuan strategi promosi.
33
Analisis perilaku konsumen dapat dilakukan dengan penelitian (riset pasar),
melalui observasi maupun metode survei.
(6) Analisis ekonomi. Perusahaan dapat memperkirakan pengaruh setiap peluang
pemasaran terhadap kemungkinan mendapatkan laba. Analisis ekonomi
terdiri atas analisis terhadap komitmen yang diperlukan, analisis BEP (break
event point), penilaian resiko atau laba dan analisis faktor ekonomi pesaing.
Strategi pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2008: 58) adalah logika
pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan
mencapai hubungan yang menguntungkan. Perusahaan memutuskan pelanggan
mana yang akan dilayani (segmentasi dan penetapan target) dan bagaimana cara
perusahaan melayani (diferensiasi dan positioning). Merancang bauran pemasaran
terintegrasi yang terdiri dari beberapa faktor yaitu produk, harga, tempat dan
promosi.
Kotler dan Amstrong (2008: 294) menjelaskan bahwa pemasaran jasa
memerlukan lebih dari sekedar pemasaran eksternal tradisional yang
menggunakan 4P. Gambar jenis pemasaran jasa memperlihatkan bahwa
pemasaran jasa juga memerlukan pemasaran internal dan pemasaran interaktif.
Pemasaran internal berarti bahwa perusahaan jasa harus mengorientasikan dan
memotivasi karyawannya yang berhubungan dengan pelanggan dan mendukung
orang-orang pelayanan untuk bekerja sebagai satu tim untuk memberikan
kepuasan pelanggan. Pemasaran interaktif berarti melatih karyawan jasa dalam
seni berinteraksi dengan pelanggan untuk memuaskan kebutuhan mereka.
34
Strategi pemasaran menurut Setiadi (2008:9) adalah suatu rencana yang
didesain untuk mempengaruhi pertukaran untuk mencapai tujuan organisasi.
Perumusan strategi menurut Porter dalam Kotler dan Keller (2009: 68) ada tiga
strategi umum yang bagus bagi pemikirian strategis yaitu keunggulan biaya secara
keseluruhan, differensiasi dan fokus.
Menurut Alma (2008 : 258) pemasaran strategik bermula dari perencanaan
strategis yang lebih dulu menetapkan visi, misi dan tujuan lembaga. Setelah itu
dilakukan langkah-langkah:
1) Analisis Lingkungan, dengan mengkaji lingkungan makro maupun
lingkungan mikro. Lingkungan makro misalnya melihat perkembangan
demografi, ekonomi, politik, hukum, teknologi, sosial budaya dan sebagainya
yang akan berpengaruh dengan lembaga sedangkan lingkungan mikro ialah
mempertimbangkan faktor kemampuan internal dalam suatu lembaga, seperti
faktor keuangan, SDM, dan berbagai fasilitasnya.
2) Analisis perilaku konsumen dalam hal ini dilihat kecendrungan selera,
keinginan konsumen, faktor psikologis yang menyebabkan mereka tertarik
atau tidak tertarik terhadap suatu lembaga atau produk.
3) Analisis perilaku pesaing, yang aktual maupun yang potensial perlu
dimonitor, bagaimana gerak langkah, taktik dan strategi yang dikembangkan
oleh pesaing dalam mengantisipasi masa depan.
Menurut Ristiyanti dan Ihalauw (2005:249) pemasar harus memahami
konsumennya dengan baik dan pemahaman ini harus didasarkan pada penelitian
35
konsumen. Terbukti bahwa hasil penelitian konsumen sangat berguna bagi
pemasar dalam menentukan strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan.
2.7 Pemasaran Jasa Pendidikan
Fungsi pemasaran pada organisasi yang berorientasi laba (perusahaan)
dengan organisasi nirlaba (sekolah) sangat berbeda. Perbedaan yang nyata terletak
pada cara organisasi dalam memperoleh sumber dana yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas operasi perusahaan, dengan memperoleh modal
pertamanya dari para investor atau pemegang saham. Jika perusahaan telah
beroperasi, dana operasional perusahaan terutama diperoleh dari hasil penjualan
produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Sebaliknya, organisasi nirlaba
(sekolah) memperoleh dana dari sumbangan para donatur atau lembaga induk
yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut (Wijaya, 2008 :
49).
Jarwono (2008) dalam Wijaya (2008:49 – 51) menjelaskan pengertian
pemasaran jasa sebagai suatu konsep pemasaran yang mendefinisikan bahwa
organisasi harus lebih peduli terhadap apa yang dirasakan konsumen dibanding
apa yang dipikirkan konsumen tentang produk atau jasa yang mereka tawarkan.
Pada pemasaran jasa, lebih penting mengetahui bagaimana cara menawarkan
produk atau jasa daripada apa yang ditawarkan produk atau jasa. Jadi, pemasaran
jasa bertujuan untuk menciptakan memorable experience bagi konsumen. Konsep
“7n1” Trustworthy Excellent Service yang dikemukakan Joewono (2008) dalam
Wijaya (2008:49 – 51) dapat diaplikasikan dalam rangka memberikan layanan
pendidikan berkualitas, yaitu:
36
1) Memahami
Guru harus memahami kebutuhan, keinginan, dan ekspektasi siswa
sehingga menjadi dasar awal dalam pemberian layanan pendidikan
berkualitas.
2) Menyambut
Guru harus menunjukkan perhatian kepada siswa dengan cara
menyambutnya melalui sapaan, anggukan, jabat tangan, atau cara lainnya
sehingga membangun simpati awal siswa serta memberi kesan bahwa guru
menghargai siswanya.
3) Tanggap
Guru harus tanggap kalau ada kebutuhan layanan siswa yang perlu
direspon.
4) Menyelesaikan masalah
Guru harus memberikan layanan pendidikan berkualitas seperti
menyelesaikan masalah pendidikan, sehingga ketika muncul masalah
pendidikan, masalah pendidikan tersebut dapat mudah diselesaikan.
5) Merekonstruksi.
Layanan pendidikan harus dilakukan sebagai bagian dari proses
rekonstruksi menuju terbentuknya hubungan baik antara sekolah dengan
siswanya.
6) Mengedukasi. Guru yang “memberi” bukan “menggurui” menjadi
inspirasi untuk memberikan informasi, termasuk ketika siswa komplain
atas kegagalan layanan pendidikan.
37
7) Mewakili
Makna “mewakili” siswa berarti guru menjadi ambassador siswa di dalam
proses pengambilan keputusan di sekolah, khususnya yang terkait dengan
siswa.
8) Menghargai
Guru yang menghargai siswa merupakan faktor penggerak kehidupan
sekolah menuju keunggulan bersaing sekolah yang berkelanjutan di masa
depan. Dalam rangka memberikan layanan pendidikan yang berkualitas,
guru harus dapat memahami, menyambut, menanggapi, menyelesaikan
masalah, merekonstruksi, mengedukasi, mewakili, serta menghargai
konsumennya (siswa).
Menurut Hurriyati (2008:175-176) program bauran pemasaran jasa memainkan
peranan yang sangat penting sebagai bagian dari strategi dan kebijakan organisasi
untuk mewujudkan kepuasan, yang pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan
kesetiaan kinerja. Program bauran pemasaran jasa berhubungan erat dengan
pelanggan yang menggunakan produk pendidikan yang ditawarkan, oleh karena itu
pelaksanaan program bauran pemasaran jasa pendidikan diarahkan untuk
memenangkan persaingan di suatu pasar sasaran. Suatu persaingan dimenangkan
dengan syarat mampu menciptakan strategi bersaing (competitive strategy) yang
mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage).
2.8 Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan
Penentuan strategi pemasaran harus didasarkan atas analisis lingkungan
eksternal dan internal organisasi. Faktor-faktor eksternal yang dapat menimbulkan
38
adanya peluang atau ancaman bagi organisasi terdiri atas: keadaan pasar,
persaingan, teknologi, ekonomi, sosial budaya, hukum, dan peraturan. Sedangkan
faktor-faktor internal menunjukkan adanya keunggulan atau kelemahan
organisasi, meliputi: keuangan, produksi, SDM, serta khususnya bidang
pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi, dan promosi. Analisis
tersebut merupakan penilaian apakah strategi pemasaran yang telah ditetapkan dan
dijalankan sesuai dengan keadaan pada saat ini. Hasil penilaian tersebut
digunakan sebagai dasar untuk menentukan apakah strategi yang sedang
dijalankan perlu diubah serta untuk menyusun atau menentukan strategi yang akan
dijalankan di masa mendatang (Wijaya 2008:51).
James dan Phillips (1995) dalam Wijaya (2008:53), menggunakan
kerangka teoritis tersebut untuk mengevaluasi praktek pemasaran pada 11
sekolah, termasuk sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah negeri, dan sekolah
swasta, yang beroperasi dalam lingkungan yang kompetitif. Hasil penemuan dari
penelitian tersebut sebagai berikut :
1). Produk, yaitu fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan oleh sekolah.
Meskipun sekolah yang sangat giat dalam menawarkan produk atau pelayanan
yang berkualitas, namun sejumlah masalah masih dapat ditemukan, seperti:
a) Kurangnya pertimbangan pada ragam penawaran. Sebagian besar
sekolah cenderung memberikan terlalu banyak penawaran. Sekolah
seharusnya melakukan spesialisasi pada suatu hal tertentu.
b) Adanya kebutuhan untuk melihat pelajaran, yakni keuntungan apa yang
akan didapatkan pelanggan (siswa) daripada hanya memberikan
39
gambaran umum tentang kandungan materi yang ada dalam pelajaran
tersebut.
c) Adanya kebutuhan untuk memastikan bahwa kualitas dilihat dalam arti
terpenuhinya kebutuhan pelanggan daripada kualitas pelajaran itu
sendiri.
d) Hanya ada sedikit perhatian pada “potensi hidup” dari pelajaran
tersebut.
2). Harga, yaitu pembiayaan (costing) yang membandingkan pengeluaran dengan
keuntungan yang didapat pelanggan, serta penetapan harga (pricing) atau harga
yang dikenakan kepada pelanggan. Hal ini terlihat jelas pada sekolah swasta
karena pilihan pasar sangat terbuka untuk calon orangtua, yaitu antara “sekolah
swasta yang mahal” dan “sekolah negeri yang bagus dan gratis”. Akan tetapi,
hal ini adalah persoalan penting bagi sekolah negeri karena:
a) Proses perekrutan siswa mengarah kepada tambahan dana dari
pemerintah.
b) Dukungan dana sponsor dari anggota komunitas pebisnis lokal.
c) Biaya yang dikenakan dan sumbangan orang tua untuk fasilitas
tambahan dan aktivitas ekstra kurikuler.
3). Lokasi, yaitu kemudahan akses dan penampilan serta kondisinya secara
keseluruhan. Ketika sekolah memperhatikan masalah penampilan (misalnya
melalui dekorasi, tampilan, dan ucapan selamat datang kepada pengunjung),
maka akan semakin berkurangnya perhatian yang diberikan kepada masalah
40
akses (seperti parkir untuk pengunjung, akses bagi penyandang cacat,
konsultasi di luar sekolah, dan mesin penjawab telepon).
4). Promosi, yaitu kemampuan mengkomunikasikan manfaat yang didapat dari
organisasi bagi para pelanggan potensial.
5). Orang, yaitu orang yang terlibat dalam menyediakan jasa. Masalahnya adalah
tidak semua karyawan sekolah menyampaikan pesan yang sama kepada orang
tua dan kelompok lain di luar sekolah. Hal ini terkait dengan budaya sekolah
yang tidak sepenuhnya mengambil pendekatan yang berorientasi pada pasar.
6). Proses, yaitu sistem operasional untuk mengatur pemasaran, dengan implikasi
yang jelas terhadap penempatan karyawan sekolah dalam hal pembagian
tanggung jawab untuk mengkoordinasikan dan mencari sumber daya bagi
strategi pemasaran sekolah. Dari 11 sekolah yang disurvei, tidak ada satupun
sekolah yang memberikan kepercayaan kepada seorang karyawan sekolah atas
tanggung jawab tersebut, dimana pengelolaan dan operasinya cenderung tidak
terencana dan intuitif, bukan terencana secara strategis dan sistematis.
7). Bukti Fisik, yaitu bukti yang menunjukkan bahwa pelanggan akan
mendapatkan manfaat sehingga memunculkan pertanyaan mengenai
pengawasan dan evaluasi (seperti hasil ujian). Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa sekolah tidak dapat mengemukakan aspek-aspek apa saja
dari tindakan mereka yang menunjukkan bukti dari manfaat pelayanan yang
diberikan kepada pelanggan. Pada 7P di atas, penekanan utamanya terpusat
pada produk sekolah. Sekolah masih belum menetapkan strategi jangka
panjang karena sebagian besar kebijakan sekolah dalam bentuk strategi jangka
41
pendek yang tidak terencana serta reaktif (manajemen krisis sebagai respon
terhadap menurunnya peran dan meningkatnya persaingan setempat). Banyak
sekolah belum melakukan pengamatan pasar dengan menggunakan riset dan
analisis pasar yang sistematis. Sekolah lebih menyukai strategi pasar tunggal,
yang memberikan “semua hal bagi semua siswa yang potensial” daripada
menekankan adanya perbedaan dan penyediaan khusus sebagai salah satu cara
untuk menangkap potensi pasar. Pada saat yang sama, sekolah menghindari
persaingan yang tidak berguna dan mempromosikan kerjasama dengan
penyedia lokal lainnya.
2.9 Langkah- Langkah Yang Ditempuh Untuk Meningkatkan Peran Aktif
Orang Tua Terhadap Pendidikan Di SMP Kristen 1 Harapan
Menurut Kepala SMPK 1 Harapan, semakin majunya kebutuhan
masyarakat, maka semakin banyaklah tuntutan masyarakat kepada pihak sekolah.
Oleh sebab itu, SMP Kristen 1 Harapan mencoba untuk meningkatkan peran aktif
orang tua terhadap lembaga sekolah. Beberapa langkah yang sudah ditempuh :
1). Mengundang orang tua murid, khusus berdiskusi tentang sejauhmana
pelayanan yang sudah dapat dirasakan oleh siswa dan orang tua serta
sejauhmana peran aktif orangtua terhadap pendidikan anak-anaknya.
2). Mengundang masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan program
sekolah, dengan mengadakan lomba MIPA tingkat SD se Kota Denpasar.
Jumlah peserta hampir mencapai 500 orang. Pada kegiatan tersebut dilibatkan
juga sponsor-sponsor untuk mendukung acara tersebut antara lain : Astra,
Telkomsel, Pelangi Collection, Gramedia, Bank Mega, Penerbit Tiga
42
Serangkai, Gema Harapan, dan lainnya. Kegiatan tersebut bermaksud untuk
memperkenalkan lebih jauh tentang SMP Kristen 1 Harapan kepada
masyarakat dan yang terpenting adalah mencari siswa berpotensi.
2.10 Langkah- Langkah Yang Akan Ditempuh Untuk Meningkatkan Peran
Aktif Orang Tua Terhadap Pendidikan Di SMP Kristen 1 Harapan
Menurut Kepala SMPK 1 Harapan, pada malajah gema harapan edisi ke
-32/ 2011 langkah-langkah yang akan ditempuh untuk meningkatkan peran aktif
orang tua terhadap pendidikan di SMPK 1 Harapan terdiri dari :
1) Melibatkan orang tua atau masyarakat dengan mengaktifkan kegiatan career
Day dengan mengundang narasumber, alumni, orang tua atau tokoh
masyarakat. Mereka memberikan gambaran kepada semua siswa segala suatu
tentang karir atau pekerjaan.
2) Melibatkan orang tua dalam penelusuran kemampuan anak, minat dan bakat
bekerjasama dengan lembaga konsuktasi psikolog.
3) Mengundang orangtua siswa baru, diawal tahun untuk mengetahui program-
program sekolah serta peraturan-peraturan yang harus ditaati siswa
4) Mengundang masyarakat sebagai sponsor dalam event-event khusus
5) Melibatkan orang tua atau wali dalam kegiatan – kegiatan pembelajaran
diluar sekolah fill trip, study tour, kegiatan sosial dan sebagainya.
Sekolah harus mempunyai peranan yang sangat besar untuk meningkatkan peran
aktif orangtua dalam pendidikan. Sekolah harus segera merespon dengan cara
yang positif apapun bentuk tanggapan atau reaksi orang tua siswa terhadap
pelayanan sekolah.
43
BAB III
KERANGKA BERPIKIR DAN KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dibentuk dari teori yang dikemukakan oleh Kotler dan
Keller (2009:214-231) bahwa titik awal untuk memahami perilaku konsumen
adalah model yang diperlihatkan dalam Gambar 2.1. Rangsangan pemasaran dan
rangsangan lingkungan memasuki kesadaran konsumen. Satu perangkat proses
psikologis berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk
menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian. Tugas pemasar adalah
memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya
rangsangan pemasaran luar dan keputusan pembelian akhir (Koter dan Keller,
2009:226).
Titik awal model perilaku pembeli diperlihatkan pada Gambar 2.2.
Gambar ini memperlihatkan bahwa pemasaran dan rangsangan lain memasuki
“kotak hitam” konsumen dan menghasilkan respon tertentu. Pemasar harus
menemukan apa yang ada dalam kotak hitam pembeli. Rangsangan pemasaran
terdiri atas 4P : Product (Produk), Price (Harga), Place (Tempat), Promotion
(Promosi). Rangsangan lain meliputi kekuatan dan faktor utama dalam lingkungan
pembeli: ekonomi, teknologi, politik dan budaya. Semua masukan ini memasuki
kotak hitam pembeli, di mana masukan ini diubah menjadi sekumpulan respon
pembeli yang dapat diobservasi : pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur,
waktu pembelian dan jumlah pembelian. Pemasar ingin memahami bagaimana
43
44
rangsangan itu diubah menjadi respon di dalam kotak hitam konsumen, yang
menjadi 2 bagian. Pertama, karakteristik pembeli mempengaruhi bagaimana
pembeli menerima dan bereaksi terhadap rangsangan itu. Kedua, proses keputusan
pembeli sendiri mempengaruhi perilaku pembeli (Kotler dan Amstrong, 2008
:157).
Simamora (2003:4) mengemukakan Faktor internal yang mempengaruhi
perilaku konsumen terdiri atas:
1) Faktor Kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam
terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang
dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli.
2) Faktor sosial juga mempengaruhi oleh perilaku konsumen. Faktor sosial
seperti kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari konsumen.
3) Faktor pribadi. Keputusan seseorang pembeli juga dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup pembeli, jabatan,
keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri pembeli yang
bersangkutan.
4) Faktor psikologis. Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor
psikologis yang utama yaitu: motivasi, persepsi, proses pembelajaran serta
kepercayaan dan sikap.
Konsep Bauran Pemasaran jasa menurut Zeithaml dan Bitner dalam
Huriyati (2005:49) terdiri dari 7P yaitu Product, Price, Place Promotion, People,
Physical evidence dan process. Konsep Bauran Pemasaran Jasa pendidikan oleh
Koes(2008) dalam Alma dan Hurriyati (2008:303-325) bauran pemasaran yang
45
digunakan dalam analisis adalah konsep 7P yang terdiri dari 4P tradisional yaitu :
Produk atau jasa yang ditawarkan kepada siswa adalah reputasi, prospek dan
variasi pilihan, harga atau tarif, lokasi atau tempat, promosi, sumber daya manusia
(people), bukti fisik atau sarana dan proses atau manajemen layanan.
Studi empirik yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang dijadikan
acuan dalam penelitian ini adalah : hasil penelitian Sanjaya (2009) tentang Faktor-
Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam Membeli Telepon Seluler
Merek Nokia dan Implikasi Strategi Pemasarannya Di Kota Denpasar. Survei
dilakukan pada 185 orang pengguna Nokia selama enam bulan atau lebih dengan
menggunakan analisis faktor diuji tujuh faktor penting yang mempengaruhi
pembelian telepon seluler. Prosedur pengumpulan data menggunakan data primer
dan sekunder dengan skala pengukuran data menggunakan skala likert. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor 2 dengan variabel motivasi merupakan
faktor yang paling dipertimbangkan dalam pembelian
Dinawan (2010) melakukan penelitian tentang Faktor – Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Terhadap Produk Sepeda
Motor Mio. Faktor – faktor yang digunakan adalah kualitas produk, harga
kompetitif, dan citra merek yang dihipotesiskan berpengaruh terhadap keputusan
pembelian produk Yamaha Mio. Metode analisis yang digunakan untuk
menganalisis pengaruh variabel kualitas produk, harga kompetitif, citra merek
terhadap keputusan pembelian adalah dengan menggunakan analisis regresi
berganda. Hasil penelitiannya, variabel penjual secara parsial tidak dapat
mempengaruhi keputusan pembelian.
46
Penelitian Maryati (2009) tentang Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi
Preferensi Masyarakat dalam Memilih Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
(SMKN) Di Kota Semarang. Hasil analisis faktor – faktor yang mempengaruhi
siswa dalam pemilihan sekolah, faktor sekolah mempunyai pengaruh paling besar
kemudian diikuti oleh faktor lokasi dan paling kecil pengaruhnya adalah faktor
ekonomi. Berdasarkan hasil analisis statistik Crosstab diketahui bahwa terdapat
hubungan positif antara preferensi pemilihan sekolah dengan kondisi ekonomi.
Dari hasil penelitian ini perlu adanya peningkatan mutu pengajaran serta
ketersediaan sarana prasarana SMKN di Kota Semarang sehingga meningkatkan
minat dan preferensi masyarakat untuk sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri.
Trimantara (2007) meneliti tentang Sekolah unggulan. Kuisioner diberikan
kepada 9 orang tua siswa BPK Penabur Bandung dan 6 orang tua siswa di luar
lingkungan BPK Penabur. Ada lima aspek yang menentukan orang tua memilih
sekolah bagi putra atau putrinya yaitu : 1) Kemampuan guru dalam mentransfer
ilmu, 2) Lingkungan pergaulan siswa, 3) Fasilitas atau sarana-prasarana, 4) Citra
sekolah dan 5) Penanaman nilai-nilai Kristiani. Adapun pengorbanan orang tua
untuk mendapatkan sekolah unggulan meliputi ; uang pangkal, uang sekolah,
biaya fasilitas, lokasi sekolah dan keterlibatan orangtua. Ada tiga hal yang perlu
diperhatikan orangtua maupun siswa sebelum menentukan atau memilih sekolah
unggulan, yaitu input siswa, proses belajar-mengajar dan output. Sekolah
unggulan harus mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang unggul baik dari segi
akademis maupun kepribadian. Keunggulan lulusan ini baru dapat diketahui
47
setelah lulusan memasuki dunia kerja atau terlibat aktif dalam kehidupan
bermasyarakat.
Kresnaningtyas (2010) meneliti pengambilan keputusan memilih jasa
pendidikan pada Sekolah Dasar Anak Saleh Malang. Berdasarkan hasil analisis
faktor menunjukkan bahwa enam faktor inti yang dipertimbangkan orang tua
dalam pengambilan keputusan memilih jasa pendidikan pada sekolah dasar anak
saleh malang meliputi faktor physical evidance, faktor promotion, faktor people,
faktor product, faktor place dan faktor process. Faktor physical evidance
merupakan faktor yang paling dipertimbangkan orang tua dalam memilih jasa
pendidikan pada sekolah dasar anak saleh malang.
Puspitorini (2007) meneliti pertimbangan para siswa dalam memutuskan
untuk belajar di politeknik Negeri Jember. Metode yang digunakan adalah
convenience sampling. Faktor tempat adalah persoalan utama bagi konsumen
dalam memilih sebuah kampus swasta.
Komalawati (2004) meneliti pertimbangan mahasiswa untuk melanjutkan
pendidikannya di PPLP Dhyana Pura. Pada penelitian ini telah ditemukan ketujuh
faktor dominan yang dipertimbangkan mahasiswa yaitu faktor 1) promosi,
personal dan sistem, 2) lingkungan fisik dan peraturan, 3) administrasi dan
keunggulan bersaing, 4) harga dan garansi, 5) lokasi, 6) produk dan 7) kurikulum.
Dari ketujuh faktor tersebut ada dua faktor penting yang paling menentukan siswa
memilih PPLP Dhyana Pura dan harus dipertahankan oleh institusi yaitu kegiatan
promosi dan lingkungan fisik dari lembaga.
48
Laily (2007) meneliti keputusan mahasiswa dalam memilih kuliah pada
Bussiness College Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia.
Teknik pengumpulan data dengan wawancara, daftar pertanyaan dan studi
dokumentasi. Jumlah sampel sebanyak 205 orang dan digunakan teknik penarikan
sampel dengan metode Proportional Stratified Random Sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel produk (program studi), harga (uang spp), promosi,
lokasi, proses, orang dan pelayanan secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap keputusan mahasiswa.
Umi (2008) meneliti keputusan mahasiswa memilih Fakultas Ekonomi
Universitas Al-Azhar Medan. Pada penelitian ini, secara serempak strategi bauran
pemasaran yang terdiri dari : produk, harga, promosi, tempat, orang, proses dan
pelayanan berpengaruh terhadap Keputusan Mahasiswa Memilih Fakultas
Ekonomi Universitas Al-Azhar Medan. Status Akreditasi Berpengaruh Terhadap
Keputusan Mahasiswa Memilih Fakultas Ekonomi Universitas Al-Azhar Medan.
Sulistiowati (2008) meneliti faktor- faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut : 1) varibel internal individu yang meliputi motivasi
dan kebutuhan, persepsi dan sikap mempunyai pengaruh positif terhadap
keputusan mahasiswa memilih bidang keahlian khusus pendidikan Aministrasi
perkantoran.
Dyah (2000) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian polis
asuransi pada PT Sarana Lindung Upaya Cabang Semarang. Pada penelitian tesis
49
ini, jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Populasi
dalam penelitian ini adalah tertanggung PT Sarana Lindung Upaya periode Juni
1999- Juni 2000. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampel acak
sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga premi, image perusahaan,
promosi, produk, mutu, pelayanan secara bersama-sama mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap pembelian polis asuransi PT Sarana Lindung Upaya.
Qo’immuddin (2007) meneliti faktor - faktor yang mempengaruhi
pembelian asuransi mobil (syariah) studi kasus PT Asuransi ABC Syariah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari ketujuh variabel bebas yang digunakan, hanya
satu variabel yang tidak memiliki pengaruh terhadap penggunaan asuransi mobil
syariah yaitu variabel lokasi.
Adi (2007) meneliti kinerja word of mouth marketing (WOM) studi pada
Hungry Buzz Diner Semarang. Temuan empiris mengindikasikan bahwa
keunggulan atribut layanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pemberi
referensi.
Rini (2002) meneliti faktor- faktor yang mempengaruhi kepuasan nasabah
(studi kasus pada PT Bank Mandiri persero cabang Semarang Pemuda). Hasil
deskripsi menunjukkan bahwa faktor- faktor yang paling dominan mempengaruhi
kepuasan nasabah adalah kualitas pelayanan.
Berdasarkan kajian teoritis dan kajian empirik, dapat digambarkan
kerangka berpikir sebagai berikut:
50
Pada penelitian ini hanya mengukur pertimbangan memilih sekolah melalui
rangsangan pemasaran, sedangkan rangsangan lain tidak diteliti karena bauran
pemasaran adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh sekolah.
3.2 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dibentuk dari teori yang dikemukakan oleh Kotler
dan Amstrong (2008:160); Kotler dan Keller (2009:214-231) dan Simamora
(2003 : 4) mengemukakan Faktor internal yang mempengaruhi perilaku
konsumen. Konsep Bauran Pemasaran jasa menurut Zeithaml dan Bitner dalam
Huriyati (2005:49) Konsep Bauran Pemasaran Jasa pendidikan oleh Koes(2008)
dalam Alma dan Hurriyati (2008:303-325)
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
Sumber : Kotler dan Keller, 2009;Kotler dan Amstrong, 2008
(dimodifikasi)
Psikologi Konsumen
Motivasi Persepsi
Pembelajaran
Memori
Karakteristik Konsumen
Budaya Sosial
Personal
Keputusan Pembelian
Pilihan produk
Pilihan merek Pilihan dealer
Jumlah pembelian
Saat yang tepat
melakukan pembelian
Metode pembayaran
Proses Keputusan
Pembelian
Pengenalan masalah
Pencarian informasi
Penilaian alternatif
Keputusan pembelian
Perilaku pasca-
pembelian
Rangsangan
Pemasaran
Produk
Tarif
Tempat/lokasi Promosi
Sarana -
prasarana
Sumber daya manusia
Proses
Rangsangan
Lain
Ekonomi
Teknologi
Politik
Budaya
51
Gambar 3.2 Kerangka Konseptual
Sumber : Zeithaml dan Bitner dalam Huriyati (2005:49) Konsep Bauran
Pemasaran Jasa pendidikan oleh Koes(2008) dalam Alma dan Hurriyati
(2008:303-325)
Faktor 1
Faktor 2
Faktor 3
Faktor ke-n
S
T
R
A
T
E
G
I
P
E
M
A
S
A
R
A
N
52
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Ruang Lingkup Penelitian
4.1.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu riset yang dirancang untuk membantu
membuat keputusan dalam menentukan, mengevaluasi serta memilih
rangkaian tindakan yang harus diambil pada situasi tertentu. Riset deskriftif
adalah satu jenis riset konklusif yang mempunyai tujuan utama menguraikan
sesuatu- biasanya karakteristik.
4.1.2 Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPK 1 Harapan yang beralamat di Jalan Raya
Sesetan No 62 Denpasar. Yayasan Harapan memiliki 11 Sekolah dan 2
Playgroup yang berada di Kabupaten Badung, Jembrana dan Kota Denpasar.
Waktu penelitian dilaksanakan bulan Juni - Juli 2011 karena pada bulan ini,
seluruh siswa memasuki masa liburan sekolah dan memiliki banyak waktu
bersama keluarga dengan harapan bahwa orang tua mengetahui pelayanan
SMPK 1 Harapan. Pada liburan ini pula, banyak orang tua yang mengajak
anaknya untuk makan siang ataupun makan malam di pusat hidangan,
sehingga memudahkan untuk mendapatkan responden orang tua siswa di
luar SMPK 1 Harapan. Karena itu, sangat efektif dalam mengadakan riset
pada bulan Juni – Juli 2011. Pada penelitian ini, peneliti dibantu oleh 6
orang rekan kerja yang telah dilatih dalam penyebaran kuisioner dan hasil
dari penyebaran kuisioner sesuai dengan harapan peneliti, karena responden
52
53
dengan jujur dapat memberikan saran untuk kemajuan Sekolah Harapan dan
persepsi menurut masyarakat untuk responden di luar Harapan dan hasil
penelitian ini digunakan juga sebagai bahan dalam strategi pemasaran dalam
penerimaan siswa baru Tahun 2012/2013
4.2 Variabel Penelitian
4.2.1 Identifikasi variabel
Variabel yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang
dipertimbangkan orang tua dalam memilih sekolah di SMPK 1 Harapan
Denpasar. Pada penelitian ini variabel dibangun berdasarkan beberapa
penelitian terdahulu. Bauran Pemasaran Jasa oleh Hurriyati (2005:47-65)
dan Bauran Pemasaran Jasa Pendidikan oleh Koes(2008) dalam Alma dan
Hurriyati (2008:303-332). Klasifikasi variabel dapat dilihat pada Tabel 4.1
4.2.2 Definisi operational
Variabel – variabel yang telah diidentifikasi dengan berbagai dimensi dan
indikator yang menyertainya haruslah didefinisikan dengan jelas, sehingga
tidak menimbulkan pengertian yang salah bagi responden pada saat
pengumpulan data. Definisi operational variabel penelitian ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Reputasi sekolah yang baik (V1) adalah citra baik yang dimiliki sekolah
2. Prospek melanjutkan pendidikan (V2) adalah adanya potensi lulusan
SMPK 1 Harapan yang mampu untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah
favorit.
54
Tabel 4.1
Klasifikasi Variabel, dan Indikator Penelitian
No Klasifikasi Variabel Dimensi Indikator Simbol
1 Rangsangan Pemasaran Produk/ Product
Reputasi Sekolah yang baik V1
Prospek melanjutkan pendidikan V2
Harga/ Price Biaya SPP yang mampu di jangkau V3
Sumbangan yang mampu dijangkau V4
Biaya ujian yang mampu dijangkau V5
Beasiswa bagi siswa berprestasi V6
Adanya syarat cicilan pembayaran V7
Lokasi/ Place Akses ke sekolah lancar V8
Lingkungan belajar yang kondusif V9
Promosi/
promotion Memberikan penghargaan siswa berprestasi V10
Sosialisasi kontak langsung V11
SDM/ People Guru yang berkualitas V12
Guru yang ramah V13
Administrator yang handal V14
Administrator yang ramah V15
Non Administrator yang handal V16
Non Administrator yang ramah V17
Sarana/ Physical
Evidance Gedung Sekolah yang nyaman V18
Sarana pembalajaran yang modern V19
Ruang kelas yang nyaman V20
Alat laboratorium yang lengkap V21
Perpustakaan yang nyaman V22
Sarana parkir yang memadai V23
Sarana olahraga yang memadai V24
Toilet yang bersih V25
Proses/ Process Peraturan Sekolah yang tegas V26
Proses pembelajaran yang jelas V27
Sistem ujian yang rutin V28
Sumber : Alma dan Hurriyati (2008:303) dan Hurriyati (2005:57) yang telah dimodifikasi sesuai kebutuhan
lembaga
55
3. Biaya SPP yang mampu dijangkau (V3) adalah sejumlah biaya yang
ditetapkan oleh sekolah untuk proses pendidikan yang dapat dibayar setiap
bulan selama memperoleh pendidikan di sekolah tersebut.
4. Sumbangan peningkatan fasilitas yang mampu dijangkau (V4) adalah
sejumlah biaya yang ditetapkan sekolah untuk peningkatan fasilitas
pendidikan seperti pembangunan fasilitas pembelajaran dan laboratorium
dan gedung pembelajaran yang modern yang dibebankan pada siswa pada
saat awal memulai pendidikan di sekolah tersebut.
5. Biaya ujian yang mampu dijangkau (V5) adalah sejumlah biaya yang
ditetapkan oleh sekolah sebelum ujian atau test berlangsung yang terdiri
atas : biaya ujian sumatif, biaya ujian paralel dan biaya ujian akhir.
6. Pemberian beasiswa (V6) adalah sejumlah potongan biaya atau keringanan
yang diberikan oleh sekolah pada siswa berprestasi, bersaudara, anak
orangtuanya meninggal pada saat bersekolah di SMPK 1 Harapan.
7. Syarat cicilan (V7) adalah suatu cara yang ditetapkan oleh sekolah dalam
proses pembayaran melalui cicilan pembayaran dengan ketentuan yang
sudah ditetapkan.
8. Akses ke lokasi sekolah (V8) adalah lalu lintas ke sekolah lancar dan
transportasi umum maupun pribadi mudah memasuki areal sekolah.
56
9. Lingkungan belajar yang kondusif (V9) adalah keadaan sekolah yang
membantu proses belajar mengajar yang nyaman dan terhindar dari
kebisingan.
10. Memberikan penghargaan siswa berprestasi (V10) adalah suatu sarana
promosi yang dilakukan sekolah pada siswa yang berprestasi dengan
memberikan apresiasi berupa pemotongan biaya pendidikan.
11. Sosialisasi kontak langsung (V11) adalah suatu sarana promosi yang
dilakukan sekolah dengan mewawancarai siswa dan orang tua untuk
memperoleh informasi dan memberikan informasi.
12. Guru yang berkualitas (V12) adalah seorang pengajar ilmu yang memiliki
kemampuan mengajar sesuai dengan disiplin ilmunya.
13. Guru yang ramah (V13) adalah seseorang yang menjadi panutan
masyarakat dan orang tua bagi siswa di sekolah selalu bersikap ramah
pada siswa dan orangtuanya.
14. Karyawan administrasi yang handal (V14) adalah seseorang yang
bertugas dengan benar, cepat dan tepat dalam bidang administasi
kependidikan yang membantu proses administrasi siswa dan guru
15. Karyawan administrasi yang ramah (V15) adalah seseorang yang bertugas
dalam bidang administrasi yang memberikan pelayanan dengan ramah.
16. Karyawan non administrasi yang handal (V16) adalah orang yang
membantu sekolah dalam mencapai tujuan dengan benar, cepat dan tepat
57
yang terdiri dari: cleaning service, satpam, sopir, tukang kebun, teknisi
dan lainnya.
17. Karyawan non administrasi yang ramah (V17) adalah orang yang
membantu sekolah yang terdiri dari: cleaning service, satpam, sopir,
tukang kebun, teknisi dan lainnya selalu ramah dalam memberikan
pelayanan.
18. Gedung sekolah yang nyaman (V18) adalah bentuk bangunan sekolah
yang didesain sesuai antara segi estetika, dan fungsionalnya sebagai
lembaga pendidikan sehingga siswa merasa nyaman dalam proses
pembelajaran.
19. Sarana pembelajaran yang modern (V19) adalah fasilitas yang membantu
proses pembelajaran dengan menggunakan Laptop dan LCD proyektor
dalam menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa.
20. Ruang kelas yang nyaman (V20) adalah bagian dari bangunan sekolah
yang digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar yang nyaman
dengan fasilitas kipas angin atau ventilasi udara yang baik dilengkapi
dengan meja dan kursi yang nyaman sehingga siswa mampu menyerap
materi pelajaran dengan baik.
21. Alat laboratorium yang lengkap (V21) adalah fasilitas penunjang
pendidikan yang membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran
serta mampu mempraktekkan dalam kehidupan bermasyarakat.
58
22. Perpustakaan yang nyaman adalah (V22) adalah bagian dari sarana
pembelajaran yang membantu siswa dalam mencari referensi untuk
pendalaman materi pelajaran.
23. Sarana parkir yang memadai (V23) adalah kapasitas parkir yang
disediakan oleh sekolah yang cukup menampung kendaraan siswa
(sepeda).
24. Sarana olahraga yang memadai (V24) adalah fasilitas yang disiapkan oleh
sekolah dalam menjaga kebugaran dan kesehatan siswa yaitu : lapangan
basket dan lapangan volley.
25. Toilet yang bersih (V25) adalah fasilitas kamar kecil yang disiapkan oleh
sekolah untuk tempat pembuangan sisa hasil produksi dalam tubuh.
26. Peraturan Sekolah yang tegas (V26) adalah perincian langkah-langkah
dan aturan dari sistem kegiatan pendidikan yang menerapkan disiplin
siswa.
27. Proses pembelajaran yang jelas (V27) adalah suatu kegiatan mentransfer
ilmu dari guru kepada siswa yang mampu membuat siswa merasa nyaman
dan proses ini dapat diukur dengan penilaian yang jelas.
28. Sistem ujian yang rutin (V28) adalah proses evaluasi hasil belajar yang
dilakukan secara berkala untuk menilai pemahaman siswa dalam
menerima materi pembelajaran dan mempersiapkan siswa pada ujian yang
sebenarnya.
59
4.2.3 Pengukuran Variabel
Pengukuran jawaban responden menggunakan Skala Likert di mana
instrumennya bersifat tertutup, yaitu responden sudah disediakan opsi
jawaban dari satu sampai lima. Menurut Malhotra (2009:298) Skala Liket
adalah skala yang digunakan secara luas yang meminta responden menandai
derajat kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap masing-masing dari
serangkaian pernyataan mengenai obyek stimulus, dimana jawaban untuk
pertanyaan positif dan pertanyaan negatif dibedakan atas 5 skala. Skala 1
menujukkan sangat tidak setuju dan skala 5 adalah sangat setuju. Responden
dapat memilih diantara internal 5 skala tersebut.
4.3 Prosedur Pengumpulan data
4.3.1 Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka- angka yang dapat
dihitung secara sistematis (Sugiyono 2006 : 14), seperti data jenis
kelamin, pendidikan dan pekerjaan
2) Data kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat
dan gambar (Sugiyono, 2006 : 14) seperti sejarah berdirinya perusahaan
dan struktur organisasi.
4.3.2 Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini:
1) Sumber primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama dari
individu seperti hasil wawancara atau pengisian kuisioner (Umar
60
2005:130) Jenis data ini diperoleh langsung dari hasil kuisioner kepada
masyarakat dan orang tua siswa.
2) Sumber sekunder adalah data yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain
(Umar 2005 : 130) seperti data kependukan, data jumlah sekolah dan
data siswa se- Bali di Badan Pusat Statistik, data jumlah siswa, sejarah
dan data penerimaan siswa baru di Sekolah Harapan.
4.3.3 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono
2006: 72). Pada penelitian ini, kelompok responden tidak hanya dari orang
tua siswa SMPK 1 Harapan Denpasar saja, namun juga orang tua yang saat
ini sedang memikirkan untuk memilih tingkat sekolah SMP, khususnya
orang tua siswa kelas V dan VI Sekolah Dasar, Orang tua yang sudah
memilih sekolah bagi putra-putri di SMP selain Harapan dan orang tua
siswa SMA yang telah memilih sekolah tingkat SMP. Harapannya agar
hasil dari penelitian ini lebih memberikan gambaran tentang pertimbangan
orang tua dalam memilih sekolah.
4.3.4 Sampel Penelitian
Sampel menurut Sugiyono (2006 : 73) merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Hair et al.
dalam Ferdinand (2002 : 51) yang sesuai dengan model analisis faktor
61
adalah antara 100-200. Selanjutnya dinyatakan pedoman untuk ukuran
sampel tergantung dari parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-
10 kali variabel yang diestimasi. Jumlah variabel dalam penelitian ini
adalah 28, sedangkan jumlah responden yang digunakan adalah 7 kali
jumlah variabel sehingga menjadi 196 responden dan dibulatkan menjadi
200 responden. Pada penelitian ini kelompok sampel di bagi menjadi 2
yaitu kelompok pertama adalah orang tua siswa di SMPK 1 Harapan
sebanyak 100 responden dan kelompok kedua adalah orang tua siswa yang
saat ini memiliki anak kelas 5 (lima) atau kelas 6 (enam) SD atau yang
memilih SMP selain SMPK 1 Harapan Denpasar. Teknik pengambilan
sampling yang digunakan adalah dengan non probability sampling yaitu
teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau
kesempatan sama bagi unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Sedangkan penentuan pengambilan sampel dilakukan melalui
teknik purposive sampling. Pada teknik ini, ditentukan sampel dengan
pertimbangan tertentu yaitu kelompok pertama orang tua yang memiliki
anak di SMPK 1 Harapan Denpasar karena diharapkan orang tua sudah
merasakan proses pendidikan di SMPK 1 Harapan Denpasar sedangkan
kelompok kedua adalah orang tua siswa yang saat ini memiliki anak kelas
V (lima) atau kelas VI (enam) SD atau yang memilih SMP selain SMPK 1
Harapan Denpasar dan orangtua yang sudah memilih sekolah SMP, untuk
mengetahui pertimbangan orangtua dalam memilih sekolah.
62
4.3.2 Cara Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
1) Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara menyusun pertanyaan –pertanyaan yang sifatnya tertutup dan
harus diisi oleh responden dengan cara memilih salah satu alternatif
jawaban yang tersedia.
2) Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data untuk
memperoleh informasi sebagai pelengkap dalam penyempurnaan
kuisioner. Hal ini dilakukan dengan mewawancarai 15 orang tua siswa
untuk memperoleh informasi dalam menyusun butir-butir pertanyaan
dalam kuisioner.
3) Studi kepustakaan
Merupakan pengumpulan data dengan penelusuran terhadap berbagai
publikasi dan arsip dari Badan Pusat Statistik Bali, Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar, Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Provinsi Bali dan data dari Yayasan Perguruan Kristen
Harapan.
4.4 Instrumen Penelitian
4.4.1 Instrumen Pengumpulan data
Sugiyono (2003 : 86) menyatakan bahwa skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat seseorang tentang fenomena sosial. Seluruh
63
variabel yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
skala likert 1 sampai dengan 5 untuk jawaban responden.
4.4.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas atau kehandalan dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh
mana kuesioner yang diajukan dapat memberikan hasil yang tidak berbeda
jika dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama pada
waktu berlainan. Kuesioner yang reliabel adalah kuesioner yang apabila
dicoba berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan
data yang sama dengan ketentuan alpha cronbach lebih besar dari 0.60,
(Simamora, 2004 : 177).
Menurut Agung (2005:72) Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran
kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan
dengan konstruk- konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu
variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuisioner
Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan pendekatan Alpha
Cronbach dengan rumus:
Keterangan :
: Kehandalan alpha cronbach
k : Jumlah butir dalam skala
: Rata-rata korelasi diantara butir
F : Jika nilai alpha cronbach > 0.60, maka instrumennya
dikatakan reliabel, sebaliknya jika < 0.60, dikatakan tidak
reliabel.
64
4.4.3 Uji Validitas
Validitas dapat didefinisikan sebagai sejauhmana perbedaan skor skala yang
diamati mencerminkan perbedaan sejati antara obyek atas karakteristik yang
sedang diuji daripada kesalahan sistematik atau acak Malhotra, (2009 : 311).
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir- butir dalam
suatu daftar pertanyaan dalam mendefifnisikan suatu variabel (Agung
2005:67). Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana
kuesioner diajukan dapat menggali data atau informasi yang diperlukan,
sehingga memberikan hasil yang sesuai tujuannya. Untuk mengetahui valid
atau tidaknya suatu instrument dapat dilihat dari besarnya nilai korelasi
produk momen dari Pearson dengan nilai alpha sebesar 5 persen atau 0.05.
Rumus yang dipakai dalam pengukuran ini (Umar, 2005:190) :
4.5 Metode Analisis Data
Analisis Faktor merupakan analisis statistik yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mengelompokkan dan meringkas faktor- faktor yang
merupakan dimensi suatu variabel, definisi dan sebuah fenomena tertentu
(Agung, 2005:91).
N( XY)-( X) ( Y)
R= ------------------------------------------
[N X2 – ( X)
2] – [N Y
2 – ( Y)
2]
Keterangan : R : Koefisien korelasi .
X : Skala per item kuesioner / responden
Y : Total skor semua item kuesioner / responden
N : ukuran sampel
65
Menurut Maholtra (2009:288) Analisis Faktor adalah nama umum yang
menyatakan sebuah kelas prosedur yang digunakan terutama untuk reduksi data
dan perangkuman data. Hubungan-hubungan antara himpunan-himpunan banyak
variabel yang saling terkait diuji dan disajikan menurut beberapa faktor dasar.
Lebih tepatnya, analisis faktor merupakan sebuah teknik interdependensi dalam
arti bahwa seluruh himpunan hubungan interdependen diuji (Maholtra, 2009:288).
Analisis faktor termasuk pada kategori Interdependence Tecnique, yang
berarti tidak ada variabel dependen ataupun variabel independen pada analisis
tersebut, yang berarti tidak diperlukan sebuah model tertentu untuk analsis faktor
(Santoso,2010:62). Analisis faktor digunakan untuk maksud-maksud berikut:
1) Mengidentifikasi dimensi dasar atau faktor, yang menjelaskan korelasi di
himpunan variabel-variabel. Misalnya, sehimpunan pernyataan gaya hidup
bisa digunakan untuk mengukur profil-profil psikografis konsumen.
2) Mengidentifikasi suatu himpunan yang lebih kecil dari variabel-variabel
yang tidak saling berkorelasi untuk menggantikan himpunan asal variabel-
variabel yang saling berkorelasi dalam analisis banyak variabel (analisis
regresi atau analisis diskriminan).
3) Mengidentifikasi suatu himpunan variabel- variabel penting yang lebih
kecil dari sebuah himpunan yang lebih besar untuk digunakan dalam
analisis banyak variabel berikutnya.
Secara matematis, analisis faktor sedikit sama dengan analisis regresi majemuk,
dalam hal bahwa setiap variabel diekspresikan sebagai kombinasi linear faktor-
faktor dasar (Maholtra, 2009:289). Besarnya varians yang disumbangkan oleh
66
sebuah variabel dengan seluruh variabel lain yang dimasukkan ke dalam analisis
dirujuk sebagai komunalitas. Kovariasi antarvariabel diterangkan menurut
sejumlah kecil faktor biasa plus sebuah faktor unik untuk setiap variabel. Faktor-
faktor ini, tidak diamati secara jelas. Jika variabel-variabel tersebut dibakukan,
model faktor bisa disajikan sebagai berikut
Xi = Ai1 Fl+Ai1F2 + Ai3 F3 + ...+Aim Fm + Vi Ui
di mana:
Xi = variabel baku ke-i
Aij = koefisien regresi majemuk yang dibakukan dari variabel i atas faktor
biasa j
F = faktor biasa
Vi = koefisien regresi yang dibakukan dari variabel i atas faktor unik i
Ui = faktor unik untuk variabel i
m = banyaknya faktor biasa
Faktor-faktor yang unik tidak saling berkorelasi dan tidak berkorelasi
dengan faktor biasa (Maholtra, 2009:290).
Faktor-faktor biasa sendiri dapat
diungkapkan sebagai kombinasi linear dari variabel-variabel yang diamati
dimungkinkan untuk memilih bobot atau koefisien skor faktor sehingga faktor
pertama menjelaskan porsi terbesar varians secara keseluruhan. Kemudian
himpunan kedua dari bobot dapat dipilih, sehingga bahwa faktor kedua
bertanggung jawab atas sebagian besar varians residual, yang tidak berkorelasi
dengan faktor pertama. Prinsip yang sama ini dapat diaplikasikan untuk memilih
bobot tambahan bagi faktor-faktor tambahan.
Langkah pertama adalah mendefinisikan masalah analisis faktor dan
mengidentifikasikan variabel-variabel yang akan dianalisis. Kemudian dibuat
suatu matriks korelasi variabel-variabel tersebut dan dipilih suatu metode analisis
67
faktor. Peneliti memutuskan banyaknya faktor yang akan diekstraksi dengan
metode rotasi. Selanjutnya, faktor-faktor yang dirotasikan harus ditafsirkan.
Bergantung pada tujuannya, skor-skor faktor bisa dihitung, atau variabel-variabel
pengganti dipilih, untuk mewakili faktor-faktor dalam analisis banyak variabel
yang berikutnya. Terakhir menentukan model analisis faktor yang sesuai
(Maholtra, 2009:291).
1) Memformulasi masalah meliputi beberapa tugas. Pertama, tujuan analisis
faktor harus diidentifikasi. Variabel-variabel yang akan diikutkan dalam
analisis harus ditentukan spesifikasinya berdasarkan riset masa lalu, teori, dan
penilaian pribadi peneliti (Maholtra, 2009:291).
2) Membuat matriks korelasi. Proses analisis didasarkan pada sebuah matriks
korelasi antar variabel. Gambaran yang berguna dapat diperoleh dari sebuah
pengujian matriks ini. Agar analisis faktor tepat, variabel-variabel tersebut
harus berkorelasi (Maholtra, 2009:293).
3) Menetapkan metode analisis faktor. Pendekatan yang digunakan untuk
memperoleh bobot atau koefisien skor faktor membedakan berbagai metode
analisis faktor. Dua pendekatan dasar adalah analisis komponen utama dan
analisis faktor biasa. Di arah diagonal pada matriks korelasi terdiri dari angka-
angka satu dan varians penuh dimasukkan ke dalam matriks faktor. Analisis
komponen utama disarankan untuk digunakan jika yang menjadi tujuan utama
adalah untuk menentukan jumlah minimum faktor yang akan bertanggung
jawab atas varians maksimum dalam data yang akan digunakan analisis
68
multivariat selanjutnya. Faktor-faktor tersebut disebut komponen utama
(Maholtra, 2009:294).
4) Menentukan jumlah faktor. Menghitung komponen dalam jumlah yang sama
dengan jumlah variabel merupakan hal yang mungkin dilakukan, namun
dengan melakukan hal itu, tidak diperoleh penghematan. Untuk merangkum
informasi yang terkandung dalam variabel-variabel asal, sejumlah kecil faktor
diekstraksikan. Beberapa prosedur disarankan untuk menentukan banyaknya
faktor. Prosedur-prosedur tersebut termasuk penentuan sebuah determinasi
priori, dan pendekatan-pendekatan yang didasarkan pada nilai eigen,
plotscree, persentase varians yang bertanggung jawab, keandalan bagi-dua
(split-half), dan uji signifikansi (Maholtra, 2009:296).
5) Merotasi faktor suatu output penting dari analisis faktor adalah matriks faktor
yang disebut juga matriks pola faktor. Matriks faktor berisi koefisien yang
digunakan untuk menyatakan variabel-variabel standardisasi dalam hal faktor
tersebut. Suatu koefisien dengan nilai mutlak yang lebih besar
mengindikasikan bahwa variabel berkorelasi erat dengan faktor. Koefisien
matriks faktor dapat digunakan untuk menafsirkan faktor (Maholtra,
2009:298).
6) Menafsirkan faktor. Penafsiran difasilitasi dengan mengidentifikasi variabel-
variabel yang mempunyai muatan yang besar pada faktor yang sama. Faktor
itu dapat ditafsirkan menurut variabel-variabel yang memberi muatan yang
tinggi faktor tersebut. Beberapa bantuan lain dalam menafsirkan adalah
69
dengan melakukan plot variabel-variabel menggunakan muatan-muatan faktor
sebagai koordinatnya (Maholtra, 2009:300).
7) Menghitung skor-skor faktor. Setelah penafsiran, skor faktor dapat dihitung
bila diperlukan. Analisis faktor mempunyai nilai yang berdiri sendiri yang
menjadi miliknya. Namun demikian, jika sasaran analisis faktor adalah untuk
mengurangi himpunan asli variabel menjadi variabel komposit yang
jumlahnya lebih sedikit (faktor) untuk digunakan dalam analisis banyak
variabel berikutnya, menghitung skor faktor untuk setiap responden
merupakan hal yang berguna. Secara sederhana, sebuah faktor adalah sebuah
kombinasi linear dari variabel- variabel asli. Skor faktor-faktor tersebut untuk
faktor ke-i bisa diestimasi sebagai berikut:
Fi=Wi1 X1 + Wi2 X2 + Wi3 X3 + ……+ Wik Xk
8) Memilih variabel-variabel pengganti. Pemilihan pengganti atau variabel
pengganti, meliputi pemilihan beberapa variabel asal untuk digunakan dalam
analisis selanjutnya. Hal ini memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis
berikutnya dan menafsirkan hasilnya menurut variabel aslinya daripada skor
faktor. Melalui pengujian matriks faktor dapat memilih setiap faktor variabel
muatan tertinggi atas faktor itu. Variabel tersebut kemudian dapat digunakan
sebagai sebuah variabel pengganti untuk faktor yang berhubungan.
9) Menentukan model yang sesuai (Model Fit).Langkah terakhir dalam analisis
faktor meliputi penentuan sebuah kesesuaian model. Sebuah asumsi dasar
yang mendasari analisis faktor adalah bahwa korelasi pengamatan
antarvariabel dapat disebabkan oleh faktor-faktor biasa. Maka, korelasi antar
70
variabel dapat disimpulkan atau direproduksi dari korelasi yang
diestimasikan antara variabel-variabel dengan faktor-faktor. Perbedaan
antara korelasi pengamatan (sebagaimana diberikan dalam matrik korelasi
input) dengan korelasi hasil reproduksi (sebagaimana diestimasikan dari
matriks faktor) dapat diuji untuk menentukan model yang sesuai. Perbedaan-
perbedaan ini dinamakan residu. Jika terdapat banyak residu yang besar,
model faktor tidak memberikan kesesuaian baik terhadap data dan model
tersebut harus dipertimbangkan ulang.
Pada Penelitian ini, karena menggunakan dua kelompok responden yang
berbeda maka diperlukan suatu analisis yang mampu menunjukkan perbedaan
dari kedua kelompok responden tersebut.
Analisis multivariate sering digunakan untuk memecahkan permasalahan
dalam penelitian yang sifatnya sangat kompleks. Analisis Mutivariate ini
dikelompokan dalam dua bentuk yaitu : 1) Analisis dependensi, digunakan untuk
menjelaskan dan memprediksi satu atau lebih variabel dependen yang didasarkan
pada variabel – variabel independen yang digunakan. Metode statistik yang
sering digunakan pada analisis dependensi terdiri dari analisis diskriminan,
analisis regresi linear berganda, multivariate analisis of variance(Manova),
canonical correlation analysis, 2) Analisis interdependensi, digunakan untuk
mengetahui struktur dari sekelompok objek, dimensi atau variabel. Metode
statistik yang digunakan adalah analisis faktor dan cluster analysis (Agung
2005:3).
71
Analisis Diskriminan adalah teknik mutivariat yang termasuk pada
dependence method, dengan ciri adanya variabel dependen dan independen,
dengan demikian ada variabel yang hasilnya tergantung pada data variabel
independen. Ciri khusus analisis diskriminan adalah data variabel dependen harus
berupa data ketegori, sedangkan data untuk variabel independen justru berupa
data rasio. Kegunaan utama dari analisis diskriminian ada dua. Pertama adalah
kemampuan memprediksi terjadinya variabel dependen dengan masukan data
variabel independen; kedua adalah kemampuan memilih mana variabel
independen secara nyata mempengaruhi variabel dependen dan mana tidak
(Santoso, 2010:155). Menurut Agung (2005:77) analisis diskriminan bertujuan
untuk mengidentifikasi, mengelompokkan dan membedakan. Mengidentifikasi
suatu objek, mengelompokkannya dan kemudian menganalisis perbedaan pada
kelompok tersebut. Perbedaan rata-rata variabel diskriminan dua kelompok juga
dapat diketahui melalui nilai Wiks’Lamda yang disesuaikan dengan nilai chi-
square. Perbedaan rata-rata variabel diskriminan secara bersama-sama berbeda
jika p-value (Sig) < Level of significant (Agung, 2005 : 86).
72
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Karakteristik Responden
Hasil Penelitian pada kelompok responden pertama yaitu orang tua siswa
SMPK 1 Harapan yang berjumlah 100 orang responden yang terdiri atas 64%
laki-laki dan 36% perempuan, dengan usia rata-rata 43 tahun. Berdasarkan tingkat
pendidikan terakhir responden yang terbanyak, yaitu SMU sejumlah 45%,
Diploma sejumlah 24%, dan S1 sejumlah 22%. Pekerjaan yang terbanyak dari
responden adalah wiraswasta sejumlah 40% dan pegawai swasta sejumlah 39%.
Rata-rata penghasilan keluarga (suami + Istri) antara Rp. 2.500.000 – Rp.
5.000.000,- hal ini tergolong masyarakat menengah kebawah, sehingga banyak
orang tua siswa yang merasa keberatan dengan peningkatan biaya SPP. Informasi
mengenai SMPK Harapan terbanyak diperoleh dari keluarga. Karena itu, penting
untuk menghindari hal-hal yang menimbulkan ketidakpuasan siswa dan
keluarganya sehingga akan berdampak negatif terhadap pemilihan sekolah di
SMPK 1 Harapan.
Hasil Penelitian pada kelompok responden kedua yaitu orang tua siswa
yang memiliki anak mulai dari kelas V – kelas VI Sekolah Dasar yang berencana
untuk memilih sekolah dan orang tua siswa di luar SMPK 1 Harapan dan yang
memiliki anak di SMU atau sederajat, untuk mengetahui faktor yang sudah
dipertimbangkan dalam memilih sekolah. Responden kelompok dua ini berjumlah
100 orang responden yang terdiri atas 51% laki-laki dan 49% perempuan, dengan
72
73
usia rata-rata 40 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir responden yang
terbanyak yaitu SMU sejumlah 53%, kemudian S1 sejumlah 27%, dan Diploma
sejumlah 13%
Tabel 5.1
Karakteristik Responden
Variabel Klasifikasi
Kelompok
Responden I
Kelompok Responden
II
Jumlah Persen Jumlah Persen
Jenis kelamin Laki- laki 64 64,00 51 51,00
Perempuan 36 36,00 49 49,00
Total 100 100,00 100 100,00
Usia < 20 0 0,00 0 0,00
21- 30 1 1,00 6 6,00
31- 40 36 36,00 41 41,00
41- 50 59 59,00 51 51,00
>50 4 4,00 2 2,00
Total 100 100,00 100 100,00
Pendidikan SD 3 3,00 2 2,00
SMP 2 2,00 5 5,00
SMA 45 45,00 53 53,00
Diploma 24 24,00 13 13,00
S1 22 22,00 27 27,00
S2 3 3,00 0 0
S3 1 1,00 0 0
Total 100 100,00 100 100,00
Pekerjaan PNS 13 13,00 11 11,00
Peg. Swasta 39 39,00 49 49,00
Wirawasta 40 40,00 27 27,00
TNI/POLRI 1 1,00 0 0,00
IRT 4 4,00 12 12,00
Buruh Bangunan 1 1,00 0 0,00
Dokter 1 1,00 0 0,00
Sopir 1 1,00 0 0,00
Lainnya 0 1,00 1 1,00
Total 100 100,00 100 100,00
Penghasilan < 2,5 JUTA 15 15,00 39 39,00
Keluarga 2,5 - 5 JUTA 71 71,00 1 1,00
> 5 - 10 JUTA 13 13,00 57 57,00
> 10 JUTA 1 1,00 3 3,00
Total 100 100,00 100 100,00
Sumber : Hasil kuisioner (data diolah), 2011
Pekerjaan dari responden yang terbanyak adalah pegawai swasta 49% dan
wiraswasta 27%. Rata-rata penghasilan keluarga (suami + istri) responden antara
Rp.5.000.000,- sampai Rp. 10.000.000,- hal ini tergolong masyarakat menengah
74
keatas. Sekolah asal dari responden menyebar dari Kota Denpasar dan Kabupaten
Badung.
5.1.2 Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 5.2
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Responden
Faktor Variabel
Kelompok Responden I Kelompok Responden II
Nilai
Pearson
Correlation
Signifikan
Nilai
Pearson
Correlation
Signifikan
Produk Reputasi yang baik (V1) 0,458 0,011 0,795 0,000
Prospek melanjutkan pendidikan (V2) 0,544 0,002 0,833 0,000
Harga/Biaya Biaya SPP yang mampu dijangkau (V3) 0,503 0,005 0,864 0,000
Sumbangan pembangunan fasilitas (V4) 0,587 0,001 0,871 0,000
Biaya Ujian yang mampu dijangkau (V5) 0,673 0,000 0,755 0,000
Beasiswa bagi siswa berprestasi (V6) 0,475 0,008 0,754 0,000
Adanya syarat cicilan (V7) 0,556 0,001 0,631 0,000
Lokasi Akses ke sekolah lancar (V8) 0,525 0,003 0,663 0,000
Lingkungan belajar yang kondusif (V9) 0,712 0,000 0,731 0,000
Memberikan penghargaan bagi siswa berprestasi
(V10) 0,659 0,000 0,669 0,000
Sosialisasi kontak langsung (V11) 0,628 0,000 0,776 0,000
SDM Guru yang berkualitas (V12) 0,800 0,000 0,727 0,000
Guru yang ramah (V13) 0,653 0,000 0,837 0,000
Karyawan administrasi yang handal (V14) 0,716 0,000 0,684 0,000
Karyawan administrasi yang ramah (V15) 0,849 0,000 0,459 0,011
Karyawan non administrasi yang handal (V16) 0,862 0,000 0,508 0,004
Karyawan non administrasi yang ramah (V17) 0,547 0,002 0,578 0,001
Sarana dan
Prasarana Gedung sekolah yang nyaman(V18) 0,664 0,000 0,746 0,000
Sarana Pembelajaran yang modern(V19) 0,530 0,003 0,748 0,000
Ruang Kelas yang nyaman(V20) 0,706 0,000 0,669 0,000
Alat Laboratorium yang lengkap(V21) 0,618 0,000 0,668 0,000
Perpustakaan yang nyaman (V22) 0,502 0,005 0,756 0,000
Sarana Parkir yang memadai (V23) 0,647 0,000 0,603 0,000
Sarana Olahraga yang memadai (V24) 0,398 0,029 0,645 0,000
Toilet Yang bersih (V25) 0,728 0,000 0,635 0,000
Proses Peraturan Sekolah yang tegas (V26) 0,761 0,000 0,491 0,006
Proses pembelajaran yang jelas(V27) 0,697 0,000 0,585 0,001
Sistem ujian yang rutin (V28) 0,634 0,000 0,620 0,000
75
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan SPSS 13, diperoleh
koefisien korelasi dari masing-masing pertanyaan dengan menggunakan correlate
bivariate diperoleh hasil valid karena nilai korelasinya lebih dari 0,4, yang artinya
hubungan antara variabel dengan indikatornya sangat kuat seperti Tabel 5.3.
Semua data pada tabel 5.3 dinyatakan valid. Berdasarkan Cronbach’s Alpha
sebesar kelompok responden I sebesar 0,940 dan kelompok responden II sebesar
0,960 semua data dinyatakan reliabel.
5.1.3 Analisis Faktor
Hasil pengolahan data diinterpretasikan berdasarkan langkah-langkah analisis
faktor menurut Malhotra berikut ini :
1) Memformulasikan Masalah
Formulasi masalah meliputi beberapa langkah yaitu mengidentifikasi
tujuan analisis faktor. Variabel dalam penelitian ini :
Reputasi yang baik (V1), prospek melanjutkan pendidikan(V2), biaya SPP
yang mampu dijangkau (V3), sumbangan peningkatan fasilitas yang
mampu dijangkau (V4), biaya ujian yang mampu dijangkau (V5), beasiswa
bagi siswa berprestasi (V6), adanya syarat cicilan (V7), akses ke sekolah
lancar (V8), lingkungan belajar yang kondusif (V9), memberikan
penghargaan bagi siswa berprestasi (V10), sosialisasi kontak langsung
(V11), guru yang berkualitas (V12), guru yang ramah (V13), karyawan
administrasi yang handal (V14), karyawan administrasi yang ramah (V15),
76
karyawan non administrasi yang handal (V16), karyawan non administrasi
yang ramah (V17), gedung sekolah yang nyaman (V18), sarana
pembelajaran yang modern (V19), ruang kelas yang nyaman (V20), Alat
laboratorium yang lengkap(V21), perpustakaan yang nyaman (V22),
sarana parkir yang memadai (V23), sarana olahraga yang memadai (V24),
toilet yang bersih (V25), peraturan sekolah yang tegas (V26), proses
pembelajaran yang jelas (V27), sistem ujian yang rutin (V28)
2) Membuat Matriks Korelasi
Pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak komputer yaitu
SPSS 13, dapat diidentifikasi variabel-variabel yang saling berhubungan
dengan variabel yang lain. Variabel yang memiliki nilai korelasi kurang
dari 0,4 akan dikeluarkan dari model. Besaran Kaiser-Meyer-Olkin
(KMO) memakai besaran KMO yang layak adalah > 0.5, jika lebih kecil
mengindikasikan bahwa korelasi antara pasangan-pasangan variabel tidak
dapat dijelaskan oleh variabel lain bahwa analisis faktor tidak sesuai
(1) Nilai Keiser-Meyer-Olkin (KMO)
Tabel 5.3
KMO and Bartlett's Test Kelompok Responden 1
Keterangan Nilai
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of
Sampling Adequacy. 0.819
Bartlett's Test of
Sphericity
Approx.
Chi-
Square 2177.74
df 378
Sig. 0
Sumber: Lampiran halaman 229
77
Nilai KMO untuk responden orang tua siswa SMPK 1 Harapan 0.819 >
0.50 dengan signifikan 0.000 menunjukkan secara keseluruhan variabel
yang dianalisis memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut dengan
analisis faktor.
Tabel 5.4
KMO and Bartlett's Test Kelompok Responden II
Keterangan Nilai
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of
Sampling Adequacy. 0.841
Bartlett's Test of
Sphericity
Approx.
Chi-
Square 1829.17
df 378
Sig. 0
Sumber: Lampiran halaman 267
Nilai KMO untuk responden orang tua siswa di luar SMPK 1 Harapan
0.841 > 0.50 dengan signifikan 0.000 menunjukkan secara keseluruhan
variabel yang dianalisis memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut
dengan analisis faktor.
Tabel 5.5
KMO and Bartlett's Test Kelompok Responden Gabungan
Keterangan Nilai
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of
Sampling Adequacy. 0.903
Bartlett's Test of
Sphericity
Approx.
Chi-
Square 3768.81
Df 378
Sig. 0
Sumber: Lampiran halaman 305
78
Nilai KMO untuk responden gabungan kedua kelompok responden 0.903
> 0.50 dengan signifikan 0.000 menunjukkan secara keseluruhan variabel
yang dianalisis memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut dengan
analisis faktor.
(2) Anti Image Matrices
Fungsi anti imange matrices adalah untuk menunjukkan hubungan antara
variabel sangat kuat atau tidak, hal itu ditunjukkan dengan nilai atau angka
yang dibelakangnya ditandai huruf (a), dalam penelitian ini dinyatakan
layak untuk dilanjutkan karena memiliki nilai (a) atau r > 0.50 (Variabel
tersebut dapat dilihat pada lampiran anti- image matrices halaman 237)
3) Menetapkan Metode Analisis Faktor
Pendekatan yang digunakan untuk memperoleh bobot atau koefisien skor
faktor membedakan berbagai metode analisis faktor. Dua pendekatan dasar
adalah analisis komponen utama dan analisis faktor biasa. Pada analisis
komponen utama, seluruh varians atau data diperhitungkan. Diarah
diagonal pada matriks korelasi terdiri dari angka-angka satu dan varians
penuh dimasukkan kedalam matriks faktor. Analisis komponen utama
disarankan untuk digunakan jika yang menjadi tujuan utama adalah untuk
menentukan jumlah minimum faktor yang akan bertanggungjawab atas
varians maksimum dalam data yang digunakan analisis multivariat
selanjutnya dan faktor-faktor tersebut disebut komponen utama. Pada
penelitian ini semua variabel yang diteliti menggunakan pemfaktoran
79
sumbu utama dengan menyisipkan komunalitas pada matriks korelasi pada
arah diagonal, dan berdasarkan hasil setelah diolah ternyata memiliki nilai
maksimum yaitu lebih besar dari 0,4 yang artinya tidak ada variabel yang
harus dibuang dari model (Lihat lampiran analisis faktor pada anti image
matrices halaman 230)
4) Menentukan Jumlah Faktor
Tabel total variance explaned yang datanya diambil dari lampiran analisis
halaman 242, kelompok responden pertama (orang tua siswa di SMPK 1
Harapan) menunjukkan bahwa dari tujuh faktor yang dianalisis terjadi
perubahan faktor dari 28 menjadi 7 faktor berdasarkan nilai eigen value
>1, sedangkan nilai persentase komulatif 74,912% mengandung makna
bahwa kemampuan kesembilan faktor tersebut menjelaskan variasi semua
variabel sebesar 74,912%
Tabel total variance explaned yang datanya diambil dari lampiran analisis
halaman 280 faktor kelompok responden kedua (orangtua siswa diluar
SMPK 1 Harapan), menunjukkan bahwa dari tujuh faktor yang dianalisis
terjadi perubahan faktor dari 28 menjadi 6 faktor berdasarkan nilai eigen
value >1, sedangkan nilai presentase komulatif 69,306 % mengandung
makna bahwa kemampuan kesembilan faktor tersebut menjelaskan variasi
semua variabel sebesar 69,306 %
Tabel total variance explaned yang datanya diambil dari lampiran analisis
halaman 318 faktor gabungan menunjukkan bahwa dari tujuh faktor yang
dianalisis terjadi perubahan faktor dari 28 menjadi 6 faktor berdasarkan
80
nilai eigen value >1, sedangkan nilai presentase komulatif 69,982%
mengandung makna bahwa kemampuan kesembilan faktor tersebut
menjelaskan variasi semua variabel sebesar 69,982%
5) Merotasi Faktor
Suatu output penting dari analisis faktor adalah matriks faktor yang
disebut juga matriks pola faktor. Matrik faktor berisi koefisien yang
digunakan untuk menyatakan variabel-variabel yang terstandardisasi
dalam analisis faktor. Muatan faktor, mewakili korelasi antar faktor
dengan variabel- variabel. Suatu koefisien dengan nilai mutlak lebih besar
mengindikasikan bahwa variabel berkorelasi dengan faktor dan dapat
digunakan untuk menafsirkan faktor. Penelitian ini menggunakan prosedur
varimax.
6) Menafsirkan Faktor
Penafsiran difasilitasi dengan mengidentifikasi variabel- variabel yang
mempunyai muatan yang besar pada faktor yang sama. Faktor itu dapat
ditaksirkan menurut variabel- variabel yang memberi muatan yang
tertinggi dari faktor tersebut.
Berdasarkan output Rotated Component Matrixa analisis faktor kelompok
responden I, terbentuk 7 Faktor yang menentukan orang tua siswa memilih
SMPK 1 Harapan yaitu :
81
Tabel 5.6
Hasil Analisis Faktor Kelompok Responden I
Faktor Variabel Notasi
Loading
Factor
Total Variance
Explaned Nama Faktor
1 Guru yang berkualitas V12 0,598 14,844
SDM yang
memiliki kompetensi
dan softskill
Guru yang ramah V13 0,655
Karyawan administrasi yang handal V14 0,849
Karyawan administrasi yang ramah V15 0,873
Karyawan non administrasi yang handal V16 0,874
2 Reputasi yang baik V1 0,511
Citra Sekolah,
Proses
pendidikan
yang berkualitas
dan
kebersihan
toilet
Prospek melanjutkan pendidikan V2 0,597
Toilet yang bersih V25 0,651 12,884
Peraturan Sekolah yang tegas V26 0,803
Proses pembelajaran yang jelas V27 0,788
Sistem ujian yang rutin V28 0,728
3 Karyawan non administrasi yang ramah V17 0,832 11,642 Sarana
pembelajaran
yang memadai
Gedung sekolah yang nyaman V18 0,740
Sarana Pembelajaran yang modern V19 0,835
Ruang Kelas yang nyaman V20 0,619
4 Biaya SPP yang mampu dijangkau V3 0,745 11,433
Biaya yang
terjangkau
Sumbangan pembangunan fasilitas yang
mampu dijangkau V4 0,794
Biaya Ujian yang mampu dijangkau V5 0,887
Beasiswa bagi siswa berprestasi V6 0,576
Adanya syarat cicilan V7 0,759
5 Alat Laboratorium yang lengkap V21 0,700 10,371
Prasarana
yang
memadai
Perpustakaan yang nyaman V22 0,831
Sarana Parkir yang memadai V23 0,738
Sarana Olahraga yang memadai V24 0,567
6 Lingkungan belajar yang kondusif V9 0,667 9,238 Relationship
terhadap
masyarakat
dan
lingkungan
Memberikan penghargaan bagi siswa
berprestasi V10 0,634
Sosialisasi kontak langsung V11 0,679
7 Akses ke sekolah lancar V8 0,801 4,499 Kemudahan
akses
82
Berdasarkan output Rotated Component Matrixa Analisis Faktor kelompok
Responden II, terbentuk 6 Faktor yang menentukan orang tua memilih
sekolah yaitu :
Tabel 5.7
Hasil Analisis Faktor Kelompok Responden II
Faktor Variabel Notasi
Loading
Factor
Total Variance
Explaned
Nama
Faktor
1 Reputasi yang baik V1 0,593 16,133 Citra
Sekolah,
Relationship
terhadap masyarakat
dan
lingkungan,
SDM yang kompeten
dan memiliki
softskill
Prospek melanjutkan pendidikan V2 0,725
Akses ke sekolah lancar V8 0,632
Lingkungan belajar yang kondusif V9 0,642
Memberikan penghargaan bagi siswa
berprestasi V10 0,579
Sosialisasi kontak langsung V11 0,660
Guru yang berkualitas V12 0,679
Guru yang ramah V13 0,663
2 Biaya SPP yang mampu dijangkau V3 0,792 13,491
Biaya yang
terjangkau
Sumbangan pembangunan fasilitas
yang mampu dijangkau V4 0,732
Biaya Ujian yang mampu dijangkau V5 0,844
Beasiswa bagi siswa berprestasi V6 0,793
Adanya syarat cicilan V7 0,712
Alat Laboratorium yang lengkap V21 0,578
Prasarana
yang
memadai
3 Perpustakaan yang nyaman V22 0,679 12,538
Sarana Parkir yang memadai V23 0,869
Sarana Olahraga yang memadai V24 0,820
Toilet Yang bersih V25 0,747
4 Karyawan administrasi yang handal V14 0,704 11,084 SDM yang
kompeten dan memiliki
softskill
Karyawan administrasi yang ramah V15 0,825
Karyawan non administrasi yang handal V16 0,861
Karyawan non administrasi yang ramah V17 0,702
5 Peraturan Sekolah yang tegas V26 0,713 8,204 Proses
pendidikan
yang
berkualitas Proses pembelajaran yang jelas V27 0,702
Sistem ujian yang rutin V28 0,711
6 Gedung sekolah yang nyaman V18 0,648 7,856 Sarana pembelajaran
yang
memadai Sarana Pembelajaran yang modern V19 0,592
Ruang Kelas yang nyaman V20 0,696
83
Berdasarkan output Rotated Component Matrixa Analisis Faktor gabungan
terbentuk 6 Faktor yang menentukan orang tua siswa memilih sekolah
yaitu :
Tabel 5.8
Hasil Analisis Faktor Kelompok Responden Gabungan
Faktor Variabel Notasi
Loading
Factor
Total
Variance
Explaned Nama Faktor
1 Reputasi yang baik V1 0,617 15,323
Citra Sekolah,
Relationship
terhadap
masyarakat dan
lingkungan,
SDM yang
kompeten dan
memiliki softskill
Prospek melanjutkan pendidikan V2 0,560
Akses ke sekolah lancar V8 0,510
Lingkungan belajar yang kondusif V9 0,739
Memberikan penghargaan bagi siswa berprestasi V10 0,702
Sosialisasi kontak langsung V11 0,712
Guru yang berkualitas V12 0,636
Guru yang ramah V13 0,541
2 Biaya SPP yang mampu dijangkau V3 0,779 12,791
Biaya yang terjangkau
Sumbangan pembangunan fasilitas yang mampu
dijangkau V4 0,803
Biaya Ujian yang mampu dijangkau V5 0,859
Beasiswa bagi siswa berprestasi V6 0,645
Adanya syarat cicilan V7 0,766
3 Karyawan administrasi yang handal V14 0,789 10,882 SDM yang
kompeten dan
memiliki soft
skill Karyawan administrasi yang ramah V15 0,861
Karyawan non administrasi yang handal V16 0,861
4 Alat Laboratorium yang lengkap V21 0,663 10,866
Prasarana yang
memadai Perpustakaan yang nyaman V22 0,763
Sarana Parkir yang memadai V23 0,768
Sarana Olahraga yang memadai V24 0,708
5 Toilet Yang bersih V25 0,575 10,321 Kebersihan
toilet dan
proses
pendidikan yang
berkualitas
Peraturan Sekolah yang tegas V26 0,744
Proses pembelajaran yang jelas V27 0,773
Sistem ujian yang rutin V28 0,722
6 Karyawan non administrasi yang ramah V17 0,698 9,798
Sarana pembelajaran
yang memadai
Gedung sekolah yang nyaman V18 0,658
Sarana Pembelajaran yang modern V19 0,772
Ruang Kelas yang nyaman V20 0,569
84
7) Menentukan Model yang Sesuai (Fit Model)
Langkah terakhir dalam analisis faktor meliputi penentuan sebuah
kesesuaian model. Ketepatan model dapat dilihat pada reproduced
correlations, di mana dalam penelitian ini dapat di lihat pada lampiran
penelitian kelompok responden I yang menyatakan bahwa nilai
residualnya 28% yang artinya penelitian ini memiliki ketepatan model
sebesar 72%. Pada lampiran penelitian kelompok responden II yang
menyatakan bahwa nilai residualnya 28% yang artinya penelitian ini
memiliki ketepatan model sebesar 72%. pada lampiran penelitian
responden gabungan yang menyatakan bahwa nilai residualnya 22% yang
artinya penelitian ini memiliki ketepatan model sebesar 78%. Jadi
penelitian faktor- faktor bauran pemasaran yang dipertimbangan orang tua
dalam memilih sekolah (studi pada SMPK 1 Harapan) memiliki ketepatan
model dan layak untuk diteliti (lihat lampiran reproduced correlations
halaman 254, 292,331)
5.1.4 Analisis Diskriminan
Pada penelitian ini, karena menggunakan dua kelompok responden yang
berbeda maka diperlukan suatu analisis yang mampu menunjukkan perbedaan
dari kedua kelompok responden tersebut.
Pada output, Wiks’Lambda (lampiran halaman 356) menunjukkan 0.482
dengan Chi-square 134,255 dan Siginifikansi 0,000 atau < 0, 5 artinya ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok responden I dan Kelompok responden
II.
85
Variabel yang membedakan dapat dilihat dari Test of equality of group
means halaman 335 terdapat 28 variabel yang diamati, hanya 3 variabel yang
tidak membedakan yaitu Karyawan administrasi yang ramah (V15), Karyawan
non administrasi yang handal (V16), Karyawan non administrasi yang ramah
(V17) karena signifikansi > 0,05. Artinya dalam pengambilan kebijakan, variabel
ini tidak perlu diperhatikan.
Variabel yang paling membedakan dibaca pada tabel strukture matrik
(lampiran halaman 358) tertinggi yaitu Biaya SPP (V3) dengan function 0,689
artinya Biaya SPP merupakan hal yang paling sensitif terhadap pertimbangan
pemilihan sekolah.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Analisis Faktor Kelompok Responden I
Penelitian ini adalah penelitian eksplanatory factor dengan jumlah 7 faktor dan
28 variabel. Dari ketujuh faktor yang dianalisis semua faktor memiliki nilai
signifikan. Berdasarkan output Rotated Component Matrixa Analisis Faktor
kelompok responden I, terbentuk 7 Faktor yang menentukan orang tua siswa
memilih SMPK 1 Harapan yaitu :
1) Faktor 1 (SDM yang memiliki kompetensi dan softskill) terdiri atas : guru
yang berkualitas (V12), guru yang ramah (V13), karyawan administrasi
yang handal (V14), karyawan administrasi yang ramah (V15), karyawan
non administrasi yang handal (V16)
Berdasarkan hasil dari analisis data kelompok responden I hal yang paling
dipertimbangkan orang tua siswa dalam memilih sekolah adalah Sumber
86
Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi dan softskill. Guru yang
berkualitas adalah seorang pengajar ilmu yang memiliki kemampuan
mengajar sesuai dengan disiplin ilmunya, oleh karena itu perlu untuk terus
meningkatkan komptensi guru dengan memberikan kesempatan dan
beasiswa bagi guru untuk melanjutkan pendidikan ke strata 2 atau
pascasarjana. Selain pendidikan formal, pendidikan informal melalui
seminar dan pelatihan terus dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan guru
tersebut. Hal yang dipertimbangkan orang tua selain guru memiliki
kualitas dalam dunia pendidikan, seorang guru juga harus ramah. Selain
guru yang berkualitas dan ramah, karyawan dan administrasi dan non
administrasi juga diharapkan memiliki kehandalan dan keramahan dalam
mengerjakan semua tugas. Oleh karena itu, perlu meningkatkan budaya
ramah pada seluruh warga sekolah sehingga tercipta suasana belajar yang
kondusif dengan harapan seluruh siswa termotivasi untuk meningkatkan
pengetahuannya.
2) Faktor 2 (citra sekolah, proses pendidikan yang berkualitas dan
kerbersihan toilet) terdiri atas : reputasi yang baik (V1), prospek
melanjutkan pendidikan (V2), toilet yang bersih (V25), peraturan Sekolah
yang tegas (V26), proses pembelajaran yang jelas(V27), sistem ujian atau
test yang rutin (V28)
Reputasi adalah citra baik yang dimiliki sekolah juga dipertimbangkan
orangtua dalam memilih sekolah bagi putra-putrinya, karena itu SMPK 1
Harapan perlu terus berupaya untuk mempertahankan dan meningkatkan
87
reputasi yang baik melalui bidang akademis dan bidang non akademis
dengan harapan mampu mempertahankan nilai akreditasi A. Proses
pendidikan yang berkualitas juga mempengaruhi reputasi sekolah, karena
itu peraturan sekolah yang tegas, proses pembelajaran yang jelas dan
sistem ujian yang rutin juga mempengaruhi citra sekolah. Kebersihan toilet
merupakan suatu ciri sekolah yang memiliki keperdulian terhadap
kesehatan para siswanya dan hal ini juga merupakan suatu contoh dalam
memberikan reputasi yang baik dengan memberikan kenyamanan dan
jaminan kesehatan bagi siswa.
3) Faktor 3 (sarana pembelajaran yang memadai) terdiri atas : karyawan non
administrasi yang ramah (V17), gedung sekolah yang nyaman (V18),
sarana pembelajaran yang modern (V19), ruang kelas yang nyaman(V20).
Faktor sarana pembelajaran yang memadai adalah fasilitas yang membantu
proses pembelajaran dengan menggunkan laptop dan LCD Proyektor
dalam menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa juga menjadi
pertimbangan dalam memilih sekolah, kenyamanan siswa belajar karena
gedung dan ruang kelas yang bersih dan didukung oleh sarana
pembelajaran yang modern seperti penggunaan LCD Proyektor dan laptop
yang memudahkan siswa memahami materi pembelajaran.
4) Faktor 4 (biaya yang terjangkau) terdiri atas : Biaya SPP yang mampu
dijangkau (V3), sumbangan peningkatan fasilitas yang mampu dijangkau
(V4), biaya ujian yang mampu dijangkau (V5), beasiswa bagi siswa
berprestasi (V6), adanya syarat cicilan (V7)
88
Selain karena SDM yang berkualitas, citra sekolah yang baik dan sarana
yang memadai, biaya pendidikan yang terjangkau juga menjadi
pertimbangan penting bagi orang tua. Perlu memberikan pemahaman
kepada masyarakat bahwa biaya pendidikan di Sekolah Harapan sesuai
dengan manfaat yang diberikan kepada para siswa. Pendidikan yang
berkualitas tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit karena banyak hal
yang diperlukan mendukung pemberian pelajaran kepada siswa.
5) Faktor 5 (prasarana yang memadai) terdiri atas : alat laboratorium yang
lengkap (V21), perpustakaan yang nyaman (V22), sarana parkir yang
memadai (V23), sarana olahraga yang memadai (V24)
Pesatnya kemajuan teknologi yang menuntut semua pihak mampu
mengikuti perkembangan yang ada, karena itu pembangunan laboratorium
di Sekolah Harapan yang saat ini baru dimulai menandakan Sekolah
Harapan menyiapkan prasarana yang memadai, didukung dengan
perpustakaan yang nyaman sebagai tempat para siswa untuk memahami
materi pelajaran. Sarana parkir merupakan prasarana pelengkap bagi siswa
yang membawa kendaraan sendiri (sepeda), dan bagi orang tua siswa yang
mengantar, karena itu perlu penataan parkir yang baik sehingga mampu
memberikan kenyamanan bagi semua pihak. Sesuai dengan saran dari
orang tua siswa yang mengharapkan agar sarana olahraga yang memadai
disiapkan di sekolah sehingga siswa lebih merasa nyaman.
89
6) Faktor 6 (relationship terhadap masyarakat dan lingkungan) terdiri atas :
lingkungan belajar yang nyaman(V9), memberikan apresiasi bagi siswa
berprestasi (V10), sosialisasi kontak langsung (V11)
Sekolah yang sukses, tidak dapat dipungkiri karena memiliki relationship
atau hubungan yang baik dengan masyarakat dan lingkungan. Salah satu
kegiatan lingkungan yang telah dilakukan SMPK 1 Harapan pada tanggal
8 Juni 2011 yang bekerjasama dengan Kelurahan Sesetan dalam kegiatan
“Denpasar Clean and Green” merupakan salah satu awal yang baik
mendidik siswa untuk mampu perlu dengan kebersihan dan kerindangan
lingkungan sekitar, karena kebersihan ini akan mendukung kenyamanan
belajar dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Sosialisasi
kontak langsung juga merupakan suatu kegiatan menjalin hubungan yang
baik kepada masyarakat dan siswa untuk menciptakan keakraban dan
pengenalan sekolah. Memberikan penghargaan bagi siswa berprestasi
merupakan suatu bentuk keperdulian sekolah kepada siswa, untuk memacu
siswa lebih berprestasi.
7) Faktor 7 (kemudahan akses) terdiri atas : akses ke lokasi sekolah lancar
(V8)
Kemudahan akses menuju sekolah merupakan faktor pendukung
kenyamanan siswa, orang tuanya dan masyarakat sekitar sekolah.
Pengaturan lalu lintas sekitar sekolah merupakan hal yang penting untuk
kelancaran akses menuju sekolah.
90
5.2.2 Analisis Faktor Kelompok Responden II
Berdasarkan output Rotated Component Matrixa Analisis Faktor kelompok
responden II, terbentuk 6 Faktor yang menentukan orang tua siswa memilih
sekolah yaitu :
1) Faktor 1 (citra sekolah, relationship terhadap masyarakat dan lingkungan,
SDM yang kompeten dan memiliki softskill) terdiri atas : reputasi yang
baik (V1), prospek melanjutkan pendidikan (V2), akses ke lokasi sekolah
lancar (V8), lingkungan belajar yang kondusif (V9), memberikan
penghargaan bagi siswa berprestasi (V10), sosialisasi kontak langsung
(V11), guru yang berkualitas (V12), guru yang ramah (V13)
Menurut hasil dari analisis data kelompok responden II hal yang paling
dipertimbangkan orang tua siswa dalam memilih sekolah adalah citra
sekolah, relationship terhadap masyarakat dan lingkungan, serta SDM
yang kompeten dan memiliki softskill. Citra sekolah meliputi reputasi
sekolah yang baik dan prospek melanjutkan pendidikan. Jika Sekolah
Harapan ingin memperoleh siswa dari segmen atau kelompok ini, maka
perlu meningkatkan reputasi sekolah baik dari akademis maupun non
akademis. Sekolah Harapan yang ingin bersaing dengan sekolah favorit
tentu harus meningkatkan reputasi yang baik. Selain faktor reputasi,
prospek melanjutkan pendidikan yang baik juga sangat dipertimbangkan
oleh orang tua di luar SMPK 1 Harapan adalah saat lulusan dari SMPK 1
Harapan mampu bersaing dengan sekolah favorit atau mampu melanjutkan
pendidikan di sekolah favorit. Pentingnya menciptakan lingkungan belajar
91
yang kondusif dan memberikan penghargaan pada siswa yang berprestasi
serta mengadakan sosialisasi kontak langsung dengan siswa dan orang tua
merupakan sebuah relationship yang baik terhadap masyarakat dan
lingkungannya. Guru yang berkualitas dan guru yang ramah merupakan
faktor yang penting bagi masyarakat. Intinya siapapun orang tua pasti
ingin anaknya untuk mandapatkan guru yang berkualitas sehingga dapat
memberikan pengetahuan yang baik pada siswa dan selalu bersikap ramah
sehingga siswa merasa nyaman dalam belajar.
2) Faktor 2 (biaya yang terjangkau) terdiri atas : Biaya SPP yang mampu
dijangkau (V3), sumbangan peningkatan fasilitas yang mampu dijangkau
(V4), biaya ujian yang mampu dijangkau (V5), beasiswa bagi siswa
berprestasi (V6), adanya syarat cicilan (V7)
Biaya - biaya yang terjangkau yang tawarkan oleh sekolah merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan sekolah. Umumnya, orang tua
yang berpenghasilan menengah kebawah, memilih sekolah yang relatif
lebih murah, kecuali jika memperoleh beasiswa, sedangkan orang tua yang
berpenghasilan menengah keatas, mampu memilih sekolah terbaik bagi
putra-putrinya, walaupun dengan biaya yang relatif tidak murah.
3) Faktor 3 (prasarana yang memadai) terdiri atas : alat laboratorium yang
lengkap (V21), perpustakaan yang nyaman (V22), sarana parkir yang
memadai (V23), sarana olahraga yang memadai (V24), toilet yang bersih
(V25)
92
Prasarana yang memadai yang terdiri atas alat laboratorium yang lengkap,
perpustakaan yang nyaman, sarana parkir yang memadai, sarana olahraga
yang memadai serta toilet yang bersih merupakan suatu faktor pendukung
bagi orang tua dalam memilih sekolah, oleh karena itu penting bagi
sekolah untuk memperhatikan kondisi dari prasarana ini agar memadai dan
memberikan kenyamanan bagi siswa.
4) Faktor 4 (SDM yang memiliki kompeten dan memiliki softskill terdiri atas
: karyawan administrasi yang handal (V14), karyawan administrasi yang
ramah (V15), karyawan non administrasi yang handal (V16), karyawan
non administrasi yang ramah (V17)
Karyawan administrasi dan non administrasi yang handal dan ramah juga
mendukung kenyamanan siswa dalam mengikuti seluruh proses
pendidikan. Adminstrasi yang baik dan rapi memudahkan siswa dan orang
tuanya memperoleh semua informasi yang berkaitan perkembangan siswa
di sekolah. Sedangkan karyawan non administrasi membantu dalam
menjaga kebersihan dan keamanan sekolah yang mendukung kenyamanan
siswa dalam proses belajar.
5) Faktor 5 (proses pendidikan yang berkualitas) terdiri atas : peraturan
sekolah yang tegas (V26), proses pembelajaran (V27), sistem ujian atau
test rutin (V28).
Proses pendidikan yang berkualitas yang terdiri atas peraturan sekolah
yang tegas, proses pembelajaran yang jelas dan sistem ujian yang rutin,
diperhatikan orang tua dalam memilih sekolah, karena faktor ini akan
93
membentuk pola pikir dari siswa yang akan menentukan
perkembangannya dalam masa depan.
6) Faktor 6 (sarana pembelajaran yang memadai) terdiri atas : gedung
sekolah yang nyaman (V18), sarana Pembelajaran yang modern (V19),
ruang kelas yang nyaman (V20).
Sarana pembelajaran yang memadai merupakan faktor pendukung dari
kenyamanan siswa dalam belajar yang terdiri atas gedung sekolah yang
nyaman, sarana pembelajaran yang modern dan ruang kelas yang nyaman.
Orang tua saat ini sudah mulai memperhatikan kenyamanan putra-putrinya
dalam proses belajar, karena itu, perbaikan berkala pada sarana
pembelajaran ini merupakan hal yang penting untuk meraih kepercayaan
masyarakat.
5.2.2 Analisis Faktor Responden Gabungan
Berdasarkan output Rotated Component Matrixa Analisis Faktor gabungan
terbentuk 6 Faktor yang menentukan orang tua siswa memilih sekolah yaitu :
1) Faktor 1 (citra sekolah, relationship terhadap masyarakat dan lingkungan,
SDM yang kompeten dan memiliki softskill) terdiri atas : reputasi yang
baik (V1), prospek melanjutkan pendidikan (V2), akses ke sekolah lancar
(V8), lingkungan belajar yang kondusif (V9), memberikan penghargaan
bagi siswa berprestasi (V10), sosialisasi kontak langsung (V11), guru
yang berkualitas (V12), guru yang ramah (V13)
94
Citra sekolah meliputi reputasi sekolah yang baik dan prospek
melanjutkan pendidikan. Jika Sekolah Harapan ingin memperoleh siswa
dari segmen atau kelompok ini, maka perlu meningkatkan reputasi sekolah
baik dari akademis maupun non akademis. Sekolah Harapan yang ingin
bersaing dengan sekolah favorit tentu harus meningkatkan Reputasi yang
baik. Selain faktor reputasi, prospek melanjutkan pendidikan yang baik
juga sangat dipertimbangkan oleh orang tua di luar SMPK 1 Harapan
adalah saat lulusan dari SMPK 1 Harapan mampu bersaing dengan sekolah
favorit atau mampu melanjutkan pendidikan di sekolah favorit. Pentingnya
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan memberikan
penghargaan pada siswa yang berprestasi serta mengadakan sosialisasi
kontak langsung dengan siswa dan orang tua merupakan sebuah
relationship yang baik terhadap masyarakat dan lingkungannya. Guru
yang berkualitas dan guru yang ramah merupakan faktor yang penting bagi
masyarakat. Intinya siapapun orang tua pasti ingin anaknya untuk
mandapatkan guru yang berkualitas sehingga dapat memberikan
pengetahuan yang baik pada siswa dan selalu bersikap ramah sehingga
siswa merasa nyaman dalam belajar.
2) Faktor 2 (biaya yang terjangkau) terdiri atas : biaya SPP yang mampu
dijangkau (V3), sumbangan peningkatan fasilitas yang mampu dijangkau
(V4), biaya ujian yang mampu dijangkau (V5), beasiswa bagi siswa
berprestasi (V6), adanya syarat cicilan (V7)
95
Biaya - biaya yang terjangkau yang tawarkan oleh sekolah merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan sekolah. Umumnya, orang tua
yang berpenghasilan menengah kebawah, memilih sekolah yang relatif
lebih murah, kecuali jika memperoleh beasiswa, sedangkan orang tua yang
berpenghasilan menengah keatas, mampu memilih sekolah terbaik bagi
putra-putrinya, walaupun dengan biaya yang relatif tidak murah.
3) Faktor 3 (SDM yang kompeten dan memiliki softskill) terdiri atas :
karyawan administrasi yang handal (V14), karyawan administrasi yang
ramah (V15), karyawan non administrasi yang handal (V16)
Karyawan administrasi dan non administrasi yang handal dan ramah juga
mendukung kenyamanan siswa dalam mengikuti seluruh proses
pendidikan. Adminstrasi yang baik dan rapi memudahkan siswa dan orang
tuanya memperoleh semua informasi yang berkaitan perkembangan siswa
di sekolah. Sedangkan karyawan non administrasi membantu dalam
menjaga kebersihan dan keamanan sekolah yang mendukung kenyamanan
siswa dalam proses belajar.
4) Faktor 4 (Prasarana yang memadai) terdiri atas : alat laboratorium yang
lengkap (V21), perpustakaan yang nyaman (V22), sarana parkir yang
memadai (V23), sarana olahraga yang memadai (V24)
Prasarana yang memadai yang terdiri atas alat laboratorium yang lengkap,
perpustakaan yang nyaman, sarana parkir yang memadai, sarana olahraga
yang memadai merupakan suatu faktor pendukung bagi orang tua dalam
memilih sekolah, oleh karena itu penting bagi sekolah untuk
96
memperhatikan kondisi dari prasarana ini agar memadai dan memberikan
kenyamanan bagi siswa.
5) Faktor 5 ( kebersihan toilet dan proses pendidikan yang berkualitas) terdiri
atas : toilet yang bersih (V25), peraturan sekolah yang tegas (V26), proses
pembelajaran yang jelas (V27), sistem ujian yang rutin (V28)
Toilet yang bersih merupakan suatu faktor pendukung bagi orang tua
dalam memilih sekolah, oleh karena itu penting bagi sekolah untuk
memperhatikan kondisi dari prasarana ini agar memadai dan memberikan
kenyamanan bagi siswa. Proses pendidikan yang berkualitas yang terdiri
atas peraturan sekolah yang tegas, proses pembelajaran yang jelas dan
sistem ujian yang rutin, diperhatikan orang tua dalam memilih sekolah
karena faktor ini akan membentuk pola pikir dari siswa yang akan
menentukan perkembangannya dalam masa depan.
6) Faktor 6 (sarana pembelajaran yang memadai) terdiri atas: karyawan non
administrasi yang ramah (V17), gedung sekolah yang nyaman (V18),
sarana pembelajaran yang modern (V19), ruang kelas yang nyaman(V20).
Faktor sarana pembelajaran yang berkualitas juga menjadi pertimbangan
dalam memilih sekolah, orang tua saat ini sudah mulai memperhatikan
kenyamanan putra-putrinya dalam proses belajar, karena itu perbaikan
berkala pada sarana pembelajaran ini merupakan hal yang penting untuk
meraih kepercayaan masyarakat. Kenyamanan siswa belajar karena
gedung dan ruang kelas yang bersih dan didukung oleh sarana
97
pembelajaran yang modern seperti penggunaan LCD Proyektor dan laptop
yang memudahkan siswa memahami materi pembelajaran.
5.2.4 Pembahasan Hasil Analisis Diskriminan
Pada output Wiks’Lambda menunjukkan 0.482 dengan Chi-square
134.255 dan Siginifikansi 0.000 atau < 0.05 artinya ada perbedaan yang signifikan
antara kelompok responden I dan Kelompok responden II.
Variabel yang membedakan dapat dilihat dari Test of equality of group
means terdapat 28 variabel yang diamati, hanya 3 variabel yang tidak
membedakan yaitu karyawan administrasi yang ramah (V15), karyawan non
administrasi yang handal (V16), karyawan non administrasi yang ramah (V17)
karena signifikansi > 0.05. Artinya dalam pengambilan kebijakan, variabel ini
tidak perlu diperhatikan.
Variabel yang paling membedakan dibaca pada tabel strukture matrik
tertinggi yaitu biaya SPP (V3) dengan function 0,689 artinya Biaya SPP
merupakan hal yang paling sensitif terhadap pertimbangan pemilihan sekolah.
5.3 Implikasi Penelitian
Implikasi strategis bagi SMPK 1 Harapan terhadap faktor dominan
berdasarkan hasil analisis faktor kelompok responden I adalah SDM yang
memiliki kompetensi dan softskill. Seorang guru yang berkualitas adalah guru
yang memiliki kemampuan mengajar sesuai dengan disiplin ilmunya. Berdasarkan
Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan
kompetensi guru, tertulis pada tabel 3 halaman 18, standar kompetensi guru mata
pelajaran di SD/ MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK terdiri atas :
98
1) Kompetensi pedagogik.
Seorang guru harus menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,
moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual, menguasai
teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik,
mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran,
memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara
efektif, empatik dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan
penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil
penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran serta melakukan
tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
2) Kompetensi kepribadian.
Seorang guru harus bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial,
dan kebudayaan nasional Indonesia, menampilkan diri sebagai pribadi
yang jujur, berahlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru dan rasa percaya diri dan menjunjung tinggi kode
etik profesi guru.
99
3) Kompetensi sosial.
Seorang guru harus bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak
diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi
fisik, latar belakang keluarga dan status ekonomi, berkomunikasi secara
efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua dan masyarakat, beradaptasi di tempat bertugas di seluruh
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya,berkomunikasi dengan
komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau
bentuk lain.
4) Kompetensi profesional.
Seorang guru harus menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, menguasai
standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu,
mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif,
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk mengembangkan diri.
Jika faktor ini dipertimbangkan dalam pengembangan pendidikan di
SMPK 1 Harapan dengan meningkatkan pendidikan para guru dan karyawan baik
pada lembaga formal maupun non formal yang berupa pelatihan- pelatihan, maka
akan berdampak pada peningkatan kualitas lulusan walaupun dengan upaya ini,
menimbulkan bertambahnya biaya yang harus dianggarkan untuk biaya
100
pengembangan SDM. Membudayakan sikap ramah tidak saja dari tingkat guru
dan karyawan administrasi, tetapi juga penting di terapkan pada lapisan karyawan
non administrasi seperti petugas keamanan di garda depan yang memberikan
pelayanan yang ramah akan memberikan kesan yang baik pada siswa dan
orangtuanya, demikian pula dengan petugas cleaning service yang selalu ramah
dan rajin untuk menyapa siswa dan orang tuanya sehingga terciptalah suatu
suasana kekeluargaan yang akan memberikan kesan positif pada proses
pendidikan di Sekolah Harapan. Hal ini hendaknya diterapkan setiap saat dan
dimulai dari diri sendiri sehingga akan menularkan sikap ramah kepada seluruh
warga sekolah. Kesuksesan suatu sekolah tidak saja bergantung pada guru yang
kompeten, namun juga di dukung oleh karyawan administasi dan non administrasi
yang mendukung suasana dan lingkungan belajar.
Meningkatkan reputasi adalah citra baik yang dimiliki sekolah, merupakan
suatu langkah meraih kepercayaan masyarakat, namun hal ini tidak dapat
dilakukan dalam waktu yang cepat, karena membutuhkan kerjasama seluruh
warga sekolah untuk mewujudkan hal yang terbaik yang mampu dinilai baik oleh
masyarakat. Biaya periklanan atau biaya publikasi lainnya merupakan salah satu
biaya yang berdampak pada peningkatan citra sekolah, karena dengan
mengiklankan suatu kegiatan positif yang dilakukan oleh siswa maka secara
perlahan akan memberikan pemahaman kepada masyarakat. Hal ini hendaknya
dilakukan secara berkala untuk terus meningkatkan reputasi yang baik dan
menunjukkan kepada masyarakat bahwa SMPK 1 Harapan merupakan sekolah
yang unggul dalam mutu pendidikannya.
101
Meningkatkan sarana pembelajaran menunjukkan keperdulian sekolah
pada mutu pendidikannya. Walaupun hal ini akan berdampak pada biaya yang
relatif tidak sedikit, namun hal ini berdampak baik bagi perkembangan pendidikan
anak. Perbaikan gedung sekolah yang dilakukan oleh Sekolah Harapan merupakan
salah satu bukti bahwa Sekolah Harapan perduli pada mutu pendidikan.
Biaya pendidikan merupakan hal yang sensitif dalam pemilihan sekolah.
Umumnya, orang tua yang tergolong menengah kebawah akan merasa berat jika
biaya pendidikan ditingkatkan, walaupun manfaat yang diterimanya juga
meningkat, namun jika orang tua yang tergolong menengah keatas akan mampu
menerima peningkatan biaya pendidikan yang sesuai dengan manfaat yang
diterimanya. Implikasinya, jika Sekolah Harapan menetapkan biaya pendidikan
yang cukup tinggi, maka harus memberikan sejumlah keringanan bagi siswa
berprestasi yang kurang mampu.
Meningkatkan prasarana pendidikan menunjang kegiatan siswa seperti alat
laboratorium yang memadai. Sekolah Harapan telah melihat kebutuhan siswa
pada laboratorium yang membantu siswa memahami materi pembelajaran, dengan
membangun gedung laboratorium yang modern yang dilengkapi dengan alat
laboratorium yang modern sehingga siswa mampu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Menambah buku-buku di perpustakaan merupakan hal
yang sangat penting yang memudahkan siswa dalam memperoleh bahan dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya dan juga menumbuhkan kegemaran membaca pada
seluruh siswa, walaupun hal ini akan berdampak pada peningkatan anggaran
biaya. Sesuai dengan saran yang dituliskan oleh orang siswa yaitu pengaturan
102
parkir yang rapi sehingga tidak mengganggu akses keluar-masuk sekolah dan
pengamanan parkir oleh petugas, sehingga siswa merasa nyaman meninggalkan
sepedanya, dan mudah dalam pengambilan sepeda pada saat jam pulang sekolah.
Menjaga hubungan terhadap masyarakat merupakan suatu hal yang tidak
mudah, karena membutuhkan kerjasama berbagai pihak untuk menjaga keamanan
lingkungan. Hal ini berimplikasi pada peningkatan kinerja petugas keamanan
untuk menjaga seluruh areal sekolah sehingga semua proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik. Melihat banyaknya jumlah siswa dan luasnya areal
sekolah maka perlu untuk menambah jumlah petugas keamanan dan
meningkatkan keamanan dengan memasang kamera CCTV di areal yang strategis.
Pentingnya memberikan penghargaan bagi siswa berprestasi karena itu merupakan
suatu misi sosial dari sekolah untuk memberikan apresiasi bagi siswa yang
berprestasi untuk memacu semangat siswa meningkatkan prestasinya, walaupun
dengan memberikan penghargaan ini, berimbas pada peningkatan biaya yang
harus dikeluarkan, namun hal ini akan berdampak besar pada word of mouth
(informasi dari mulut ke mulut atau getok tular) yang akan disampaikan pada
keluarga dan tetangganya. Hubungan yang baik dengan siswa dan orang tuanya
juga akan berdampak positif bagi perkembangan SMPK 1 Harapan sehingga
menumbuhkan kepercayaan pada siswa dan keluarganya untuk mempercayakan
putra-putrinya menerima pengetahuan dari SMPK 1 Harapan.
Kemudahan akses merupakan hal yang menjadi pertimbangan terakhir dari
bauran pemasaran pada penelitian ini, karena itu penting untuk mengatur
kendaraan yang akan masuk ke areal sekolah dan keluar areal sekolah sehingga
103
tetap lancar dan tidak mengganggu lalu lintas di jalan raya. Hal ini berimplikasi
pada peningkatan kinerja petugas keamanan pada saat jam masuk dan pulang
sekolah, sehingga meminimalisir keluhan dari orang tua siswa dan masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok responden II yaitu orang tua
siswa di luar SMPK 1 Harapan, bahwa hal yang paling dominan dalam
pertimbangan memilih sekolah adalah citra sekolah, relationship terhadap
masyarakat dan lingkungan serta SDM yang berkompeten dan memiliki softskill.
Oleh karena itu, Sekolah Harapan harus terus meningkatkan reputasi yang baik
dengan memperhankan nilai akreditasi A dan terus meningkatkan prestasi siswa
dalam bidang akademis dan non akademis. Pentingnya hubungan yang baik
dengan masyarakat dan lingkungan akan berpengaruh pada citra sekolah, apalagi
jika dilihat dari sumber informasi terbanyak dalam mengetahui orang tua adalah
karena informasi dari keluarga, karena itu penting menjaga hubungan yang baik
dengan masyarakat dan lingkungan. Guru yang berkompeten dalam bidangnya
dan selalu bersifat ramah pada siswa dan orangtuanya akan mendukung
kenyamanan siswa dalam proses pembelajaran. Implikasi jika SMPK 1 Harapan
memperhatikan dan meningkatkan faktor ini adalah berdampak pada peningkatan
biaya pendidikan karena meningkatkan reputasi memerlukan biaya yang relatif
banyak dan meningkatkan pendidikan guru dan pegawai juga memerlukan biaya
yang cukup tinggi. Namun hal ini perlu dipertimbangkan dalam meningkatkan
mutu pendidikan di SMPK 1 Harapan.
Biaya pendidikan yang mampu dijangkau adalah hal yang paling sensitif
dalam pertimbangan memilih sekolah, karena itu, perlu pemberian informasi
104
kepada masyarakat bahwa biaya SPP yang ditetapkan oleh SMPK 1 Harapan
adalah sesuai dengan manfaat yang diberikan. Menyakinkan masyarakat
merupakan hal yang penting karena banyak sekolah yang memberikan biaya yang
murah di awal sekolah namun banyak biaya di dalam proses pendidikan.
Pemberian informasi ini hendaknya dilakukan pada pertemuan dengan pemimpin
desa adat sesetan atau orangtua siswa menjelang tahun ajaran baru.
Meningkatkan prasarana pendidikan menunjang kegiatan siswa seperti alat
laboratorium yang memadai, perpustakaan yang nyaman, sarana parkir yang
memadai, sarana olahraga yang memadai dan toilet yang bersih juga merupakan
hal yang pertimbangkan orangtua dalam responden kelompok II, Sekolah Harapan
yang sudah memulai langkah dalam peningkatan prasarana ini hendaknya mampu
mensosialisasi kepada masyarakat mengenai kelebihan yang dimiliki, walaupun
hal ini berdampak pada biaya. Selain guru yang memiliki kompetensi dan
softskill, diperlukan juga karyawan yang handal dan ramah, karena ini perlu
diadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan karyawan.
Proses pendidikan yang berkualitas adalah harapan seluruh masyarakat,
karena ini, SMPK 1 Harapan yang sesuai dengan visinya : disiplin berdasarkan
kasih mampu menjaga kedisplinan siswa dengan menentapkan peraturan sekolah
yang tegas sehingga seluruh siswa memiliki disiplin yang akan berdampak pada
kesuksesannya di masa depan. Hal yang baik yang sudah diterapkan oleh SMPK 1
Harapan adalah menghubungi orangtua siswa jika siswa tidak berada di Sekolah
tanpa keterangan dan menerapkan proses pembelajaran yang jelas dengan
penilaian yang transparan sehingga orangtua mengetahui perkembangan anaknya
105
serta memberikan ujian berkala atau ujian paralel yang dilaksanakan 2 kali dalam
seminggu. Walaupun hal ini menimbulkan biaya, namun hal ini penting bagi
perkembangan siswa.
Meningkatkan sarana pembelajaran menunjukkan keperdulian sekolah
pada mutu pendidikannya. Walaupun hal ini akan berdampak pada biaya yang
relatif tidak sedikit, namun hal ini berdampak baik bagi perkembangan pendidikan
anak. Perbaikan gedung sekolah yang dilakukan oleh Sekolah Harapan merupakan
salah satu bukti bahwa Sekolah Harapan perduli pada mutu pendidikan.
Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam pengambilan kebijakan
dalam penerimaan siswa baru di SMPK 1 Harapan berdasarkan faktor- faktor
yang dipertimbangkan orang tua dalam memilih sekolah.
106
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dikemukakan simpulan yaitu :
1) Faktor- faktor yang dipertimbangkan orangtua umumnya dalam memilih
sekolah untuk tingkat SMP berdasarkan survey pada 100 orang responden
terdapat 6 faktor yang dipertimbangkan orangtua dalam memilih sekolah
yaitu : faktor pertama terdiri atas Citra sekolah, relationship terhadap
masyarakat dan lingkungan, SDM yang kompeten dan memiliki softskill,
faktor kedua adalah biaya yang terjangkau, faktor ketiga adalah prasarana
yang memadai, faktor keempat adalah SDM yang kompeten dan memilki
softskill, faktor kelima adalah proses pendidikan yang berkualitas dan
faktor yang keenam adalah sarana pembelajaran yang memadai sedangkan
faktor yang dipertimbangkan untuk memilih SMPK 1 Harapan Denpasar
terdapat 7 faktor yang terdiri atas : faktor pertama adalah faktor SDM yang
memiliki kompetensi dan softskill, faktor kedua terdiri atas : citra sekolah,
proses pendidikan yang berkualitas dan kebersihan toilet, faktor ketiga
adalah sarana pembelajaran yang memadai, faktor keempat adalah biaya
yang terjangkau, faktor kelima adalah prasarana yang memadai, faktor
keenam adalah relationship terhadap masyarakat dan lingkungan dan
faktor ketujuh adalah kemudahan akses.
106
107
2) Implikasi strategis bagi SMPK 1 Harapan setelah membandingkan hasil
kedua kelompok responden bahwa hal yang paling dominan dalam
pertimbangan memilih sekolah adalah citra sekolah, relationship terhadap
masyarakat dan lingkungan serta SDM yang berkompeten dan memiliki
softskill. Oleh karena itu, Sekolah Harapan harus terus meningkatkan
reputasi yang baik dengan mempertahankan nilai akreditasi A dan terus
meningkatkan prestasi siswa dalam bidang akademis dan non akademis.
Pentingnya hubungan yang baik dengan masyarakat dan lingkungan akan
berpengaruh pada citra sekolah, apalagi jika dilihat dari sumber informasi
terbanyak dalam mengetahui orang tua adalah karena informasi dari
keluarga, karena itu penting menjaga hubungan yang baik dengan
masyarakat dan lingkungan. Guru yang berkompeten dalam bidangnya dan
selalu bersifat ramah pada siswa dan orangtuanya akan mendukung
kenyamanan siswa dalam proses pembelajaran. Biaya SPP yang mampu
dijangkau adalah hal yang paling sensitif dalam pertimbangan memilih
sekolah. Karena itu, perlu pemberian informasi kepada masyarakat bahwa
biaya SPP yang ditetapkan oleh SMPK 1 Harapan adalah sesuai dengan
manfaat yang diberikan.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian melalui pertanyaan terbuka terdapat banyak
saran yang disampaikan orang tua siswa SMPK 1 Harapan yang perlu mendapat
perhatian manajemen adalah penanganan kemacetan lalu lintas, penyesuaian harga
SPP sehingga tidak terkesan mahal, memperbaiki sarana yang kurang memadai,
108
menjaga kebersihan toilet, meningkatkan keamanan daerah parkir, meningkatkan
kenyamanan belajar Terus meningkatkan kualitas guru dan pegawai serta terus
menumbuhkan sikap ramah kepada seluruh siswa dan orangtuanya.
mempertahankan reputasi yang baik dengan mempertahankan nilai Akreditasi A
dan meningkatkan kompetensi sekolah seperti sekolah favorit.