up 5 blok 18

10
TUGAS INDIVIDU BLOK 18 UNIT PEMBELAJARAN 5 Rakhitis Oleh : Monica Kuswandari H.P 11/315854/KH/07138 Kelompo 13 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS GADJAH MADA OGAKARTA !"1#

Upload: monica-kuswandari-hadi-pertiwi

Post on 08-Oct-2015

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kedokteran hewan

TRANSCRIPT

TUGAS INDIVIDU

BLOK 18UNIT PEMBELAJARAN 5Rakhitis

Oleh :

Monica Kuswandari H.P

11/315854/KH/07138

Kelompok 13

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014A. Learning Objective1. Mengetahui etiologi, pathogenesis, gejala klinis, diagnosis, terapi dan pencegahan rakhitis pada anjing2. Mengetahui pemeriksaan umum dan klinis pada rakhitis

B. Pembahasan1. Rakhitis

a. EtiologiRakhitis merupakan penyakit yang bersifat kronis yang terjadi pada hewan muda yang sedang mengalami masa pertumbuhan. Cirinya adalah kalsifikasi tidak sempurna dari tulang yang tumbuh yang menyebabkan abnormalitas tulang dan gangguan kesehatan secara umum. Lesi esensialnya adalah kegagalan kalsifikasi sementara dengan hypertrophic kartilago secara persisten dan pembesaran epiphysis (Bhat, 2008). Terdapat dua tipe pada rachitis anjing, yaitu:

1) Tipe I Vitamin D-dependent rickets, terjadi pada hiperparathyroidsm nutrisional sekunder responsif vitamin D

2) Tipe II Vitamin D-resistant rickets, terjadi pada hiperparathyroidsm nutrisional sekunder nonresponsif vitamin D

Kebanyakan kasus rachitis pada aniing adalah tipe I karena defisiensi diet baik vitamin D atau fosfor atau kelebihan kalsium, khususnya pada ras besar. Walau demikian, penyakit konginetal seperti atresia saluran empedu ataurachitis kekerabatan telah terjadi yang menyebabkan gangguan dengan produksi vitamin D (Dittmer and Thompson, 2010).Faktor predisposisi:

1) Ukuran tubuh yang besarPenyakit skeletas banyak terjadi pada anjing dengan ukuran tubuh yang besar terkait dengan kurangnya asupan pakan yang mengandung vitamin D, Ca dan P untuk skeletal pada masa pertumbuhan. Anjing dengan ukuran tubuh besar membutuhan asupan ketiganya dalam jumlah yang lebih besar, namun banyak pada kasus di lapangan mereka hanya mengonsumsinya sedikit. 2) UmurPerkembangan penyakit skeletal rakhitis biasanya terjadi pada hewan yang sedang mengalami pertumbuhan.

3) Breed

Biasanya yang menderita rakhitis adalah anjing dengan Giant-size breed seperti Rottweiler, Great Dane.

4) Sex

Biasanya yang sering terkena skeletal disease adalah anjing jantan, namun pada beberapa ras hip displace lebih tinggi kejadiannya pada yang betina.

5) Pertumbuhan yang cepat

Untuk bertumbuh dengn cepat, maka membutuhkan nutrisis yang lebih banyak, factor pentingnya adalah jumlah energy yang cukup.

6) Nutrisi

Ricktes terjadi karena defisiensi vitamin D , Ca. Nutritional Secondary Hyperparathyroidism dapat terlihat pada puppies yang diberi pakan hanay daging yang mengandung P tinggi dan rendah Ca.

7) ExerciseExercise tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap kejadian skeletal disorder. Dengan exercise, dapat membantu pertumbuhan tulang, namun jika exercise diberi secara berlebihan dan terlalu berat maka dapat menimbulkan kerusakan ligament, osteoarthritis.

(Heddhamar, 2009)

Faktor yang menyebabkan defisiensi Ca

1) Kekurangan Ca pada diet (misal pakan daging dan olahannya)

2) Kekurangan karena kegagalan/ kekurangan absorpsi dari intestinum yang disebabkan karena kekurangan vitamin D, pH ingesta yang alkalis, pembentukan insoluble complexes (misalnya oksalat)

3) Ketidakseimbangan antara Ca dan P, misalnya terlalu banyaknya kandungan fosfor dan olahannya membentuk insoluble Ca3(PO4)2 yang akan diekskresikan di feses.

4) Steatorrhoea karena penyakit pankreatik dan hepar

5) Penyakit pada ginjal, seperti:

Kurangnya ekskresi P akan menghambat absorbs Ca karena terbentuknya komposisi insoluble.

Peningkatan Nitrogen yang tidak berguna dalam darah yang menyebabkan asidosis dimana aksi Ca sebagai komponen utama berkurang untuk mineralisasi dan proses lain.

Berkurangnya sintesis calcitriol atau 1,25 (OH)2 vitamin D.

6) Adanya endoparasit. Faktor yang menyebabkan defisiensi Phospor

1) defisiensi pada pakan, misalnya susu dan olahannya

2) pembentukan insoluble kompleks karena Ca, Fe, dan Al jika diambil secara berlebihan.

3) Anjing memiliki tingkah laku/kebiasaan memakan rumputan yang mengandung phytic acid yang akan membentuk insoluble kompleks. Faktor yang menyebabkan kekurangan vitamin D

1) defisiensi pada pakan seperti susu, kuning telur dan lemak hewani.

2) Defisiensi sinar maahari karena anjing jarang dibawa keluar rumah.

3) Steatorrhea karena penyakit hepar dan pancreas.

b. Patogenesis

Kekurangan vitamin D/defisiensi Ca pada pakan akan peningkatan absorbs Ca di intestinum lalu terjadi hipokalsemia dan hiperparathiroidisme sehingga mobilisasi Ca dari tulang, peningkatan resorpsi phosphor dari ginjal menjadi phosphaturia lalu Ca dan P tidak seimbang lagi mengakibatkan gangguan metabolisme tulang dan mineralisasi sehingga tulang menjadi keropos dan lemah (Lopez, 2007).

Gangguan osifikasi endochondrial pada lempeng epifisial tulang panjang ketika pembentukan matriks dan proliferasi sel kartilago berproses normal, kapiler menyebar dari metafisis menuju ke daerah epifisis membentuk jaringan osteiod dengan menggunakan protein sebagai penyusunnya dimana deposisi Ca dan P terhambat/gagal terjadi akumulasi osteiod dan kartilago secara besar-besaran berakibat radiolusensi garis epifisis menjadi tidak teratur dan terjadi pembesaran, terlihat kebengkakan pada tulang extremitas mengakibatkan lapisan tebal dari osteiod menuju metafisis dan epifisis terjadi pembesaran pada haversian canal lalu adanya pembesaran globular terbentuk pada daerah tertentu seperti daerah costocondral pada costae, sumsum tulang menunjukan derajat vascular dan fibrosis yang rendah sehingga tulang menjadi lemah dan tipis, digunakan untuk menyangga berat tubuh terjadi perubahan bentuk tulang dan kegagalan pertumbuhan tubuh (Nelson, 2003).

Pada hewan yang sedang mengalami pertumbuhan, endochondralossifikasi terjadi ketika kartilago berproliferasi, dewasan menjadi hipertrofi dan akhirnya degenerasi dan menjadi mineralisasi membentuk anyaman tulang. Pada kasus rakhitis, kondrosit berproliferasi namun tidak mengalami pendewasaan/pematangan dan berdegenerasi dengan baik, sehingga kartilago tertahan dan terakumulasi di tulang (Lopez, 2007).

Gambar 1. Skema defisiensi vitamin D dan Ca (Holick, 2006)c. Gejala Klinis

Gejala klinis yang muncul antara lain:

1) Kerdil, gangguan pertumbuhan

2) Bow leg kondisi yang berkaitan dengan lengkungan abnormal pada tulang panjang, biasanya ke depan atau ke arah luar dari lutut.

3) Nodule pada costochondral

4) Kekakuan sendi, hewan lemas, sering berbaring

5) Kelemahan otot

6) Kelainan pelvis yang dapat menyebabkan distokia

7) Gigi tidak tumbuh secara sempurna

8) Kondisi umum buruk

Secara patologi klinis ditemukan:

1) Bisa terjadi penurunan serum dan level P

2) Peningkatan level enzim alkalin fosfatase

3) Konfirmasi diagnose secara radiologi tulang (penurunan kepadatan, perluasan piringan epifisial dan garis epifisial).d. Diagnosa

1) Anamnesa riwayat diet pakan hewan (komposisi Ca, P, dan vitamin D)

2) Gejala klinis yang muncul (Nelson, 2003)

Gambar 2. Tulang ekstremitas yang bengkok

3) Pemeriksaan sample darahTerjadi peningkatan serum Alkaline Phosphate, Phosphor, sedangkan kandungan Ca menurun. Kadar normal pada serum

Alkaline Phospatase

20-155 U/LPhosphor

2,8-6,1 mg/dlCa

9,8-11,7 mg/dl.(Merck, 2005)4) Pemeriksaan radiographyDensitas berkurang, pembesaran epiphyseal plate dan ephiphyseal line (Merck, 2005)

Gambar 3. Hasil radiography pada penderita rakhitise. Terapi dan Pencegahan1) Perbaikan pakan dengan memberikan pakan yang mengandung jumlah Ca, P, dan vitamin D yang cukup (respon dilihat selama 1 minggu).2) Membatasi gerak hewan beberapa minggu sejak terapi pakan dimulai.

3) Menjaga hewan agar tidak melompat dan lari-lari

4) Vitamin D dengan pemberian 10-12 kali, kebutuhan sehari-hari pada hari pengganti selama seminngu (kebutuhan sehari-hari 700 IU)

5) Suplemen Ca melalui pakan oral (tulang, limestone powder, campuran mineral) dan melalui injeksi.

a) CALCIUM PHOSPHORUS + MINERAL PREMIX (PO Anjing : 2-3 gram per hari; Kucing : 0,5 gram per hari)

i. Memenuhi kebutuhan mineral,trece element dan vitamin untuk kesehatan, ferbilitas dan produktivitas.

ii. Mencegah terjadinya milk fever dan meningkatkan ketahan tubuh terhadap infeksi.

iii. Mencegah defisiensi mineral yang akan berpengaruh jelek, terutama pada hewan muda, seperti Rachitis Osteomalasia dan pertumbuhan yang jelek.

iv. Memperkuat penyusunan jaringan pembentukan tulang , pada saat pertumbuhan meningkat juga seperti pada waktu indukan bunting dan saat indukan menyusui.

b) VITOL -140 - Injeksi Vitamin,A,D3,E (IM, SC Anjing 1-5 ml; Kucing 1-2 ml 2 minggu sekali)i. VITAMIN A terlibat dalam proses pembentukan dan menjaga fungsi jaringan epital dan membran mukosa serta sangat penting untuk pertumbuhan dan penglihatan normal.

ii. VITAMIN D3 Mengatur metabolisme kalsium dan fosfor dalam darah dan mengatur absorbsinya dari usus.pada hewan muda dan dalam masa pertumbuhan,vit D3 berperan dalam pembentukan tulang dan gigi.

iii. VITAMIN E ,adalah anti oksidan intraseluler,berperan menjaga stabilitas membrane sel dan oksidasi lemak tak jenuh serta menghambat serta terjadinya keracunan peroksida lemak.

iv. Vitamin E juga berperan dalam meningkatkan respon kekebalan tubuh terhadap penyakit dan meningkatkan fertilitas hewan peliharaan.6) Diberi sinar matahari yang memadai.

7) Diberi pakan organic seperti hati, jantung, cod liver oil (kaya vitamin D) Hanya beberapa pakan, termasuk minyak hati ikan kod dan minyak ikan seperti salmon atau sardin yang secara alami mengandung konsentrasi tinggi vitamin D. Vitamin D juga terdapat pada beberapa tanaman mengikuti konversi ergosterol menjadi vitamin D oleh ultraviolet(Bhat, 2010)2. Pemeriksaan umum dan klinis pada kasus rakhitis

a. Anamnesa

Anamnesa meliputi pakan yang diberikan, frekuensi exercise, sering dibawa keluar rumah atau tidak (kaitan dengan penyinaran matahari).b. Pemeriksaan Umum

Inspeksi cara berdiri dan berjalan hewan. Pada kasus rakhitis, saat berdiri kaki terlihat kaki membengkok, mengalami kepincangan, atau apabila sudah terjadi kekakuan sendi hewan lebih sering berbaring.c. Pemeriksaan Klinis

1) Tulang

Pemeriksaan klinis terhadap tulang dapat dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi pada bagian tubuh tempat tulang muncul ke superfisial tubuh dan tidak tertutup oleh massa otot. Beberapa penyakit tulang dapat menyebabkan hewan memiliki postur tubuh dan cara berjalan yang khas dan perubahan-perubahan pada tulang yang dapat ditemukan pada saat palpasi seperti abnormalitas konsistensi, bentuk dan sensitifitas.

Pada kasus rakitis saat dipalpasi pada bagian costochondral terdapat nodul yang membentuk seperti tasbih atau disebut rachitis rosary. Dan pada inspeksi terlihat tulang pada kaki membentuk bow leg yaitu lengkungan abnormal pada tulang yang mengarah ke luar dari lutut.2) Sendi

Pemeriksaan klinis terhadap sendi dilakukan dengan cara yang sama sebagaimana yang digunaan untuk pemeriksaan tulang. Inspeksi dan palpasi sendi tulang-tulang apendikular dapat pula ditambah dengan observasi rentang fleksi dan ekstensi sendi-sendi yang bersangkutan. Pada kasus rakhitis terdapat pembesaran sendi pada ujung distal radius ulna.(Toll, 2009)DAFTAR PUSTAKAColes, Embert H. 1986. Veterinary Clinical Pathology. W. B. Saunders Company: Philadelphia.

Bhat, S. A. 2010. Canine Rickets. http://www.slideshare.net/shankash04/canine-rickets-2812122 diakses Rabu, 25 Juni 2014.Dittmer, K. E. and K. G. Thompson. 2010. Vitamin D Metabolism and Rickets in Domestic Animals A Review. 1. Institute of Veterinary, Animal and Biomedical Sciences, Massey University, Palmerston North, New ZealandHeddhamar, A. 2009. Preventive Measures in Canine Orthopaedic Medicine. http://www.vin.com/proceedings/Proceedings.plx?CID=WSAVA2003&PID=6834&O=Generic, diakses Rabu, 25 Juni 2014, Yogyakarta.

Holick, M.F. 2006. Resurrection of Vitamin D Deficiency and Rickets. J. Clin. Invest. 116:20622072, USA.

Lopez, A. 2007. Metabolic Bone Disease. University of Prince Edward Island. Canada.

Merck, 2005, The Merck Veterinary Manual, Ninth Edition, National Publishing, Inc. Philadelphia.

Nelson, R.W. and Couto, C.G. 2003. Small Animal Internal Medicine 3rd Edition, Mosby Inc. Missoury.

Toll, R.P.W. 2009. Relationship of Nutrition to Developmental Skeletal Disease in Young Dogs. http://www.joint-health-for-dogs.com/nutrition-dogs.html, diakses Rabu, 25 Juni 2014, Yogyakarta.

EMBED MS_ClipArt_Gallery.2