upaya guru dalam memberikan motivasi belajar pada anak
TRANSCRIPT
i
UPAYA GURU DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI
BELAJAR PADA ANAK DISLEKSIA
DI SDS DUA MEI CIPUTAT
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
ENDANG MASTUTI
NIM. 15311612
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA 2019
ii
UPAYA GURU DALAM MEMBERIKAN MOTIVASI
BELAJAR PADA ANAK DISLEKSIA
DI SDS DUA MEI CIPUTAT
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
ENDANG MASTUTI
NIM. 15311612
Pembimbing
Kurnia Akbar, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA 2019
iii
iv
v
v
MOTTO
“Barangsiapa bersungguh-sungguh maka
mendapatkannya”
vi
بسم الله الرحمن الرحيم
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Upaya Guru Dalam Memberikan Motivasi
Belajar Pada Anak Disleksia di SDS Dua Mei Ciputat.”
Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada junjungan
Nabi Agung kita, Nabi Muhammad Saw., beserta keluarga dan para
sahabatnya. Semoga dengan senantiasa bershalawat kepada baginda Rasul
kita mendapatkan syafaat di hari perhitungan kelak. Aamiin.
Penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan adanya
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis
ucapkan banyak terima kasih dan penghormatan yang tak terhingga kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA, selaku Rektor Institut Ilmu
Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
2. Ibu Dr. Esi Hairani, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu
Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
3. Ibu Reksiana, MA.Pd., selaku Kepala Program Studi
4. Bapak Kurnia Akbar, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi penulis.
5. Staf fakultas Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, serta bapak dan ibu
dosen Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta atas ilmu yang telah
diberikan kepadan penulis, semoga bermanfaat bagi kehidupan penulis
di dunia dan di akhirat.
6. Seluruh instruktur tahfiz Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, terutama
kepada bapak Dr. KH. Ahmad Fathoni Lc, M.A., Ibu Hj. Muthmainnah,
MA., Ibu Hj. Istiqamah, MA., Ibu Amilah, Ibu Istianah, dan Kak Ani
vii
yang selalu sabar menuntun, mengarahkan dan memberi nasehat dalam
hal menghafal Al-Qur`an. Semoga beliau-beliau mendapatkan derajat
yang mulia.
7. Terima kasih kepada suami tercinta yang telah sangat pengertian dan
sangat mendukung saya dalam menyelesaikan kuliah di Institut Ilmu Al-
Qur‟an Jakarta ini, kemudian Anak, menantu, dan cucu-cucu saya
tercinta.
8. Teman-teman seperjuangan di Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta
angkatan 2015, khususnya teman-teman Fakultas Tarbiyah Semester 8D,
terima kasih atas semangat dan doa-doa kalian kepada penulis, hari-hari
bersama kalian sangat indah dan menyenangkan, canda tawa, suka duka
selalu kita lewati bersama-sama. Semoga ukhuwah kita tetap terjalin
seiring atas izin-Nya.
Hanya harapan dan doa, semoga Allah SWT memberikan balasan
yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu
penulis menyelesaikan skripsi ini. Dan mudah-mudahan karya yang
sederhana ini dapat bermanfaat khususnya bagi pembaca.
Jakarta, 9 Agustus 2019
Penulis,
Endang Mastuti
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iii
PERNYATAAN PENULIS ....................................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI............................................................................................... viii
DAFTAR TRANSLITERASI ................................................................... xi
ABSTRAK .................................................................................................. xiv
ABSTRACT ................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Permasalahan ........................................................................ 12
1. Identifikasi Masalah ........................................................ 12
2. Pembatasan Masalah........................................................ 12
3. Perumusan Masalah ......................................................... 13
C. Tujuan Penelitian.. ................................................................ 13
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 13
E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 14
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 17
BAB II KAJIAN TEORI
A. Upaya Guru .......................................................................... 18
1. Pengertian Upaya Guru .................................................. 18
2. Syarat-syrata Guru ......................................................... 20
3. Tugas dan Peran Guru .................................................... 23
ix
B. Motivasi Belajar ................................................................... 26
1. Pengertian Motivasi Belajar ........................................... 26
2. Fungsi Motivasi belajar.................................................. 34
C. Disleksia ............................................................................... 36
1. Pengertian Disleksia ...................................................... 37
2. Bentuk Kesulitan Membaca Anak-Anak Disleksia ....... 37
3. Ciri-ciri Anak-Aanak Disleksia ..................................... 37
4. Tanda dan Gejala Umum Penderita Disleksia .............. 38
5. Cara Meningkatkan Kemmpuan Belajar
Anak Disleksia .............................................................. 39
D. Disleksia dan Penanganannya .............................................. 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. 49
B. Jenis Penelitian .................................................................... 49
C. Pendekatan Penelitian .......................................................... 50
D. Sumber Data ......................................................................... 52
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ........................... 53
F. Instrumen Penelitian ............................................................. 56
G. Subyek Penelitian ................................................................. 59
H. Teknik Analisis Data ............................................................ 59
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Tinjauan Umum SDS Dua Mei Ciputat ............................... 64
B. Hasil Analisa Penelitian ....................................................... 76
1. Analisis Penelitian .......................................................... 76
2. Hasil Penelitian .............................................................. 88
x
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 92
B. Saran ..................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari
abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ,
transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini :
1. Konsonan
a : أ
b : ة
t : ث
ts : ث
j : ج
h : ح
kh : خ
d : د
dz : ذ
r : ز
z : ش
s : س
sy : ش
sh : ص
dh : ض
th : ط
zh : ظ
„ : ع
gh : غ
f : ف
q : ق
k : ك
l : ل
m : و
n : ن
w : و
h : ي
„ : ء
y : ي
xii
2. Vokal
Vokal tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah : a آ : â ي … : ai
Kasrah : i ي : î و … : au
Dhammah : u و : û
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh :
al-Madînah : انمديىت Al-Baqarah : انبقسة
b. Kata Sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah
Kata Sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di
depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh :
as-sayyidah : انسيدة ar-rajul : انسجم
ad-Dârimî : اندازمي asy-syams : انشمسc. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasydîd) dalam system aksara Arab digunakan
lambang (), sedangkan alih aksara ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang bertanda
tasydîd. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang
berada di tengah kata, diakhir kata ataupun yang terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf – huruf
syamsiyah. Contoh:
Âmannâ billâhi :أ مىبببلل
فهبء Âmana as-Sufahâ′u : أمهانس
Inna al-ladzîna :إن انريه
ع ك wa ar-rukka„i : وانس
xiii
d. Ta Marbûthah (ة)
Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti
oleh kata sifat (na‟at), maka huruf tersebut dialihaksarakan
menjadi huruf “h”. Contoh:
al-Af‟idah : الفئدة
الإسلاميت عت انجبم : al-Jâmi‟ah al-Islâmiyyah
Sedangkan ta marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan
(di-washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan
menjadi huruf “t”. Contoh:
هتوبصبتعبم : „Âmilatun Nâshibah
al-Âyat al-Kubrâ : اليتانك بسىe. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf capital,
akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku
ketentuan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa
Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama
tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Ketentuan yang
berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti
cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan
lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata
sandang, maka huruf yang ditulis capital adalah awal nama
diri, bukan kata sandangnya. Contoh: „Alî Hasan al-Âridh, al-
„Asqallânî, al-Farmawî dan seterusnya. Khusus untuk
penulisan kata Al-Qur‟an dan nama-nama surahnya
menggunakan huruf capital. Contoh : Al-Qur‟an, Al-Baqarah,
Al-Fâtihah dan seterusnya.
xiv
ABSTRAK
Endang Mastuti, NIM. 15311612. Upaya Guru Dalam Memberikan
Motivasi Belajar Pada Anak Disleksia di SDS Dua Mei Ciputat.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses kegiatan belajar
mengajar dalam sekolah inklusi bagi peserta didik disleksia dan kemampuan
ABK menerima pembelajaran dengan metode yang dilaksanakan di sekolah
dan untuk mengetahui upaya guru dalam memotivasi anak disleksia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian ini
adalah penelitian deskriptif, dengan disertai uraian dari hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisis secara
kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif. Hasil penelitian adalah
proses kegiatan belajar mengajar dalam kegiatan belajar mengajar dalam
sekolah inklusi bagi peserta didik disleksia masih disama ratakan dengan
anak normal lainnya, yaitu dengan menggunakan kurikulum 2013, sehingga
ABK termasuk disleksia harus ditambah dengan bimbingan-bimbingan dari
guru pembimbing yang disediakan oleh pihak sekolah inklusi. Pemberian
bimbingan dari guru dengan cara mengulang kembali huruf abjad, menyusun
kartu huruf menjadi kata atau kalimat, dan pengulangan kata dalam membaca
sangat membantu anak disleksia dalam mengatasi kesulitan membaca.
Adanya motivasi dari guru membuat siswa disleksia lebih antusias mengikuti
bimbingan arahan dan bimbingan dari guryu.
Kata Kunci: Disleksia
xv
ABSTRACT
Endang Mastuti, NIM. 15311612. Teacher's Efforts in Providing Learning
Motivation to Dyslexic Children in SDS Dua Mei Ciputat.
The purpose of this study is to determine the process of teaching and learning
activities in inclusive schools for dyslexic students and the ability of children
with special needs to receive learning using methods implemented in schools
and to determine the efforts of teachers in motivating dyslexic children. This
research uses a qualitative research approach. This research is a descriptive
study, accompanied by a description of the results of observations, interviews
and documentation. The data obtained will be analyzed qualitatively and
described in descriptive form. The results of the study are the process of
teaching and learning activities in teaching and learning activities in
inclusive schools for dyslexic students are still equated with other normal
children, namely by using the 2013 curriculum, so that ABK including
dyslexia must be supplemented by the guidance of the supervising teacher
provided by the school inclusion. Providing guidance from the teacher by
repeating the letters of the alphabet, arranging letter cards into words or
sentences, and repetition of words in reading really helps dyslexic children in
overcoming reading difficulties. The motivation of the teacher makes dyslexic
students more enthusiastic about following the guidance of guidance and
guidance from guryu.
Keywords: Dyslexia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Deklarasi universal hak asasi manusia menyatakan salah satu
konsep dasar hak dasar manusia yang terpenting adalah pemerataan
pendidikan, fundamentailtas hal tersebut dapat diartikan tanpa batasan
apapun setiap orang berhak untuk memperoleh pendidikan yang sama
untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Seperti halnya di negara kita, Indonesia, hak untuk memperoleh
pendidikan yang ditetapkan dalam UUD 1945 oleh karenanya
pemerintah wajib menjamin, mengatur, dan mengurus berbagai masalah
pendidikan bagi rakyat Indonesia tanpa membedakan asal agama, suku,
bahasa, maupun keadaan fisik maupun mentalnya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
nomor 70 tahun 2009 dalam pasal 1 telah membuka seluas-luasnya
penyelenggaraan pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan
pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya
bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan atau bakat istimewa. Kelainan yang dimaksud adalah bagi
peserta didik yang bermasalah dengan fisik, emosional, mental dan
sosial. Termasuk di dalamnya kelainan dalam masalah kesulitan belajar.
Guru berperan dalam membina sikap disiplin murid. Guru
bukan hanya sosok pengajar namun juga melatih murid dalam
berdisiplin. Hal ini juga dikemukakan oleh Danim Sudarwan “sebagai
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
dibimbing, diarahkan, dilatih, dinilai dan mengevaluasi perserta didik
2
pada jalur pendidikan formal”.1
Anak berkebutuhan punya makn dan spekrum yang lebih luas
dibandingkan degan anak yang luar biasa. Anak berkebutuhan khusus
mencakup anak yang memiliki kebutuan yang bersifat permanen, akibat
dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat) dan anak berkebutuhan
khusus yang bersifat temporer. Anak yang mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri akibat trauma kerusuhan, kesulitan konsentrasi
karena sering diperlakukan dengan kasar atau tidak bisa membaca,
karena kekeliruan guru mengajar, dikategorikan anak berkebutuhan
khusus temporer. Anak yang berkebutuhan khusus temporer, apabila
tidak mendapatkan inrtepensi yang tepat bisa menjadi permanen.2
Sekarang ini generasi dimana pendidik yang memiliki
keterbatasan sudah dapat sekolah di sekolah umum (inklusi) yang di
dalamnya terdapat pendidik normal. Dan pengajar harus memberikan
perhatian sesuai dengan kebutuhan masing-masing sisa tersebut sesuai
dengan keterbatasan yang dimiliki oleh sisa. Sehingga apalagi
didalam kelas guu tidak mampu memberikan pelajaran dengan baik
atau sisa tidak mempacai hasil dengan kriteria lulus maka harus
dilakukan remedial.
Berdasarkan pengamatan di SDS Dua Mei Ciputta bahwa dalam
menyampaikan pembelajaran guru belum sepenuhnya melakukan upaya
untuk mengatasi kesulitan yang dimiliki oleh anak disleksia sesuai dengan
kebutuhannya.Di dalam proses pembelajaran guru cenderung memberikan
perhatian layaknya anak-anak yang normal semestinya, sehingga siswa
yang mengalami disleksia menjadi pasif dan kurang termotivasi dalam
1 Danim, Sudarwan. 2012. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok.
Jakarta: Rineka Cipta. h. 44 2 Santoso, Hargio, 2012, Cara Memahami & Mendidik Anak Berkebutuhan
Khusus, Yogyakarta: Gosyen Publishing. h. 1-2
3
pembelajaran. Bahkan tidak jarang dari mereka bermain-main, duduk
sendirian, dan hanya mencoret-coret meja saat guru sedang
melangsungkan proses pembelajaran. Guru dalam melaksanakan
pembelajaran perlu melakukan upaya memberi perhatian atau
bimbingan khusus agar dapat mengatasi kesulitan yang dimiliki oleh
siswa disleksia sesuai dengan kebutuhannya, sehingga siswa yang
mengalami disleksia bisa menerima pembelajaran layaknya anak
normal biasa.3
Menurut A.M. Sadirman guru adalah semua orang yang
berwewenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid,
baik secara individual maupun secara klasikal, baik disekolah maupun
diluar sekolah. Guru adalah seseorang atau sosok yang selalu berdiri di
depan kelas sebagai panutan bagi siswanya, dan sekarang guru sudah
dituntut sebagai motivator atau fasilitator di dalam pembelajaran
bukannya sebagai pengajar. Profesi sebagai guru tidak semua orang
bisa melakukannya dengan mudah, hanya sebagian orang memiliki
wewenang dan profesional yang mampu menjadi guru.4
Bagi anak Dyslexia upaya yang harus diberikan oleh guru untuk
mengatasi kesulitan belajarnya juga berbeda dengan anak normal lainnya
seperti yang dikatakan oleh Mulyono Abdurrahman ada 3 metode untuk
mengatasi kesulitan yang dimiliki oleh anak dyslexia:5
1. Metode Fernald
Dalam metode fernal materi bacaan yang digunakan bacaan dari
ucapan kata- kata yang digunakan oleh anak setiap harinya. Guru
3 Subini, Nini.2011.Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak. Jogjakarta:
Javalitera . h. 34 4 M. Sardiman, 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
GrafindoPersada. h. 123 5 Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta. h. 176
4
bisa menuliskan kata di kertas menggunakan krayon kemudian
menyuruh siswa membaca dengan suara yang keras, guru juga bisa
meminta siswa mengikuti dan melihat guru menulis sembari
membacanya, guru juga bisa meminta siswa membaca tulisan yang
telah ditulisnya tanpa harus meminta siswa menulis ulang,
kemudian guru meminta siswa mengahafal bacaan tersebut.
2. Metode Gilingham
Metode ini menggunakan pendekatan taraf tinggi dalam aktivitas
belajarnya. Anak memulai belajar mengenal bunyi huruf dan
perpaduan huruf. Anak menjiplak berbagai bentuk huruf dan
pelafalannya dikombinasikan dengan yang lainnya.
3. Metode Analisis Glass
Dalam metode ini pengajaran melalui pemecahan sandi dalam
kelompok huruf dalam kata
Menurut Ahmadi kesulita mencari ilmu adalah dimana kondisi
peserta didik tidak dapat menerima pelajaran dengan semestinya
dikarenakan adanya gangguan yang disebabkan oleh faktor intelegensi
atau non intelegensi. Siswa yang mengalami kesulitan belajar sering
menimbulkan sikap atau kelakuan yang melenceng dari yang
seharusnya. Oleh sebab itu anak didik yang mengalami kesulitan
belajar tidak dapat menerima atau menyerap pembelajaran dengan baik
sehingga mempengaruhi pada nilai anak tersebut.6
Menurut Hamalik ada 4 penyebab dari anak berkesulitan
belajara, diantaranya adalah:7
1. Fakor dari dalam diri anak itu sendiri yang mungkin tidak
menyukai akan pembelajaran atau guru yang mengajar.
6 Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. h. 77
7 Hamalik Umar, 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara. h. 117
5
2. Faktor keluarga yaitu anak yang berasal dari keluarga yang
kurang harmonis atau brokenhome
3. Faktor Sekolah yaitu terletak pada guru yang mungkin kurang
menarik dalam menyajikan pelajaran, atau mungkin dalam hal
bacaan atau materi yang kurang menarik
4. Faktor Lingkungan yaitu anak yang terlalu sibuk dengan baik
sehingga tidak terlalu memikirkan pelajaran
Anak dyslexia adalah anak yang memiliki gangguang belajar
dalam hal membaca yang mungkin bisa terjadi karena bawaan lahir
(keturunan) atau faktor yang disebabkan dari luar. Anak dyslexia sering
salah pengucapan dalam hal membaca, sering mengurangi atau
melebihkan kata ketika membaca, sering terbalik juga dalam hal
membaca.
Menurut Sidiarto menunjukan bahwa penyebab anak mengalami
keterlambatan atau kesulitan perkembangan membaca adalah:8
1. Anak yang lahir prematur dengan berat lahir rendah dapat
mengalami kerusakan otak sehingga mengalami kesulitan belajar
atau gangguan pemusatan perhatian.
2. Anak dengan kelainan fisik seperti gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran akan mengalami kesulitan belajar membaca.
3. Anak kurang memahami perintah karena lingkungan yang
menggunakan beberapa bahasa (bi- atau multingual)
4. Anak yang sering pindah sekolah
5. Anak yang sering absen karena sakit atau ada masalah dalam
keluarga.
6. Anak yang pandai dan berbakat yang tidak tertarik dengan
8
Sidiarto, Lily Djokosetio. 2007. Perkembangan Otak dan Kesulitan Belajar
pada Anak. Jakarta: UI PressS. h. 23
6
pembelajaran bahasa sehingga kurang konsentrasi dan banyak
membuat kesalahan.
Pada umumnya orang tua anak-anak dan pendidik tingkat sekolah
dasar tidak mengetahui adanya suatu gangguan yang mengakibatkan
anak-anak sulit belajar karena disleksia. Kesulitan belajar ini meliputi
antara lain, membaca, menulis dan mengeja. Demikian pula dalam
kemampuan terhitung dan menulis, bahkan bicara pun sering salah ucap.
Karena ketidaktahuan orang tua dan pendidik, anak ini sering
diperlakukan sewajarnya yaitu dianggap hal yang biasa dan umum
terjadi pada kebanyakan siswa. Padahal, jika tidak ditangani secara benar
maka saat beranjak dewasa anak akan semakin kesulitan.
Motivasii guru dalam hal ini harus bisa mengenali peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar. Guru harus memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, karena kesulitan belajar
akan bersumber pada faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Dalam penerapannya pembelajaran guru yang lebih berperan
aktif atau harus memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh
peserta didik. Dengan melihat hasil peserta didik, guru akan mengetahui
kelemahan peserta didik beserta sebab-sebab dan kelemahan itu. Jadi
dengan mengadakan penilaian sebenarnya guru mengadakan diagnosis
peserta didik tentang kelebihan dan kelemahan serta kesulitan-kesulitan
yang dialami dalam belajarnya. Dengan diketahui sebab-sebab
kelemahan tersebut akan lebih mudah untuk mengatasinya 9
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menunjuk pada
sejumlah kelainan yang berpengaruh pada pemerolehan,
pengorganisasian, penyimpanan, pemahaman, dan penggunaan
9 Daryanto, Bimbingan konseling panduan guru BK dan guru umum,
(yogyakarta: Penerbit gava media 2015), h.91
7
informasi, proses berfikir, proses mengingat, dan proses belajar.
Kelainan proses tersebut, proses fonologi, proses visual, proses
kecepatan dalam mengingat, memusatkan perhatian dan proses eksekusi
yang mencakup kemampuan merencanakan dan mengambil keputusan.10
Masalah kesulitan belajar yang akan dibahas secara khusus dalam
penulisan ini yaitu masalah kesulitan membaca (disleksia). Disleksia
merupakan salah satu jenis gangguan atau kesulitan belajar yang
mempengaruhi kemampuan membaca dan mengeja dengan lancar.
Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang harus dimiliki
oleh seorang siswa di samping menyimak, berbicara dan menulis.
Keterampilan membaca sangat penting karena merupakan salah satu cara
untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Kemampuan membaca untuk
menguasai berbagai bidang studi.
“Pada umumnya orang tua anak-anak dan pendidik tingkat
sekolah dasar tidak mengetahui adanya gangguan yang mengakibatan
anak-anak sulit membaca karena disleksia. Kesulitan belajar ini meliputi
antara lain membaca, menulis dan mengeja. Disleksia bersifat terus
menerus hingga dewasa dan tua”.11
Penyandang disleksia memiliki struktur otak yang berbeda
dengan orang pada umumnya. Hal inilah yang membuat penyandang
disleksia memiliki cara yang beda dalam belajar. “Jika orang lain
mempelajari sesuatu dengan simbol-simbol bahasa, maka anak disleksia
belajar dengan mengalami atau membayangkan gambar seperti bentuk
10
Jamaris Martini, Kesulitan Belajar Perspektif Asesmen dan
Penanggulangannya Bagi Anak Usia Dini dan Usia Sekolah. (Bogor: Graha Indonesia
2015), hal.135 11
Hayatun Safrina, Dyslexia As One Of The Problem In Pedodontic
Treatment, Jurnal Indonesia, 2005, hal.117-120
8
aslinya”.12
Jadi disleksia merupakan suatu kelainan yang hanya dimliki oleh
beberapa orang saja. Disleksia bukan merupakan penyakit sehingga tidak
ada cara pengobatannya, mereka hanyalah orang yang kebetulan
memiliki cara belajar yang berbeda dengan kebanyakan orang.
Anak disleksia akan mengalami kesulitan diterima oleh sekolah-
sekolah umum. Untuk menentukan anak disleksia bisa dapat bersekolah
umum atau home schooling bisa dinilai dari tipe disleksianya. Yang
perlu diperhatikan apabila bersekolah umum adalah sekolah tersebut
menerapkan sistem inklusi (menerima anak berkebutuhan khusus)
sehingga kebutuhan pendidikan anak disleksia dapat dipenuhi dengan
baik, sehingga akan memudahkan orang tua untuk memberikan layanan
pendidikan sesuai dengan kebutuhannya. Dalam The Atlas Alliance,
Global Support to Disabled People mengatakan bahwa:
Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang terbuka dan ramah
terhadap pembelajaran dengan mengedepankan tindakan
menghargai dan merangkul perbedaan. Untuk itu, pendidikan
inklusi dipahami sebagai sebuah pendekatan yang berusaha
mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan
hambatan yang dapat menghalangi setiap individu siswa untuk
berpartisipasi penuh dalam pendidikan yang dilengkapi dengan
layanan pendukung. "Inklusi” merupakan perubahan praktis dan
sederhana yang memberi peluang kepada setiap individu dengan
setiap perbedaannya untuk bisa berhasil dalam belajar. 13
Perubahan ini tidak hanya menguntungkan individu yang sering
tersisihkan seperti anak berkebutuhan khusus, tetapi semua anak dan
orang tuanya, semua guru dan administrator sekolah, dan setiap anggota
masyarakat dan lingkungannya juga mendapatkan keuntungan dari
12
Rose Mini dan Prianto, Perilaku Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Kanisius,
2003), hal. 156 13
Bahan Bacaan Permateri Pelatihan Pendidikan Inklusi, HKI-USD”, dan
“Sue Stub. Inclusi Education, Where There Are Few Resources,” The Atlas Alliance, Global
Support to Disabled People, 2010, hal. 53
9
setiap perubahan yang dilakukan.
Dengan demikian substansi dengan adanya pendidikan inklusi
semestinya dimaknai sebagai dasar yang harus dibangun untuk
melaksanakannya dalam tataran praktis. Untuk memahami pendidikan
inklusi seharusnya tidak hanya menerima anak didik berkebutuhan
khusus pada lembaga pendidikan secara bersama-sama dengan anak-
anak lainnya. Lebih dari itu, pendidikan inklusi dibangun atas sebuah
ide mulia untuk mengakomodasi keberagaman.
Dalam kaitannya dengan pendidikan inklusi bagi siswa peserta
didik dengan kebutuhan khusus, Skjorten mengidentifikasi bahwa ada
setidaknya tiga faktor yang harus diakomodasi secara holistik dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusi. Pertama adalah lingkungan, yang
termasuk di dalamnya adalah respon lingkungan terhadap keberadaan
peserta didik berkebutuhan khusus, tingkat pemahaman dan penguasaan
guru terhadap pembelajaran yang mengakomodasi perbedaan, isi, materi
serta metode pem belajaran, serta lingkungan yang lebih luas yang
berhubungan dengan lingkungan sosial, ekonomi serta politik, yang
secara langsung maupun tidak, keseluruhan akan mempunyai pengaruh
terhadap perkembangan belajar anak. Faktor kedua adalah ada dalam diri
peserta didik yang dapat meliputi rasa ingin tahu, motivasi, inisiatif
untuk berinteraksi dan komunikasi, kompetensi sosial, temperamen,
kreatifitas, dorongan untuk belajar dan gaya belajar, serta kemampuan.
Terakhir adalah hakekat dan tingkat kebutuhan khusus. Ketiga faktor
inilah yang dalam penyelenggaraan setting pembelajaran inklusi mesti
diakomodasi ke dalam berbagai bentuk.14
Penyesuaian-penyesuaian sebagaimana yang diperlukan dengan
14
Berit H. Johnsen an Miriam D. Skjorten., Education – Special Need. Lihat
http://www.idp-europe.org/docs/uio_book/6-menuju_inklusi_dan_pengayaan.php, di unduh
pada 20 Februari 2019
10
membaca keterkaitan antara ketiga faktor di atas, inklusi mempunyai
sebuah karakteristik khusus yang sama sekali berubah dari sistem
sebelumnya. Jika pada sistem pendidikan segregasi, pendidikan
berorientasi kepada keterbatasan anak dengan merujuk pada diagnosa
yang dilakukan oleh profesional, inklusi berupaya untuk meninggalkan
pemahaman ini. Sesuatu yang dikatakan sebagai kelainan kemudian
tidak lagi dipandang sebagai segalanya atau sesuatu yang serba
menentukan, karena potensi dan sesuatu yang potensial untuk
dikembangkan dari peserta didik merupakan hal yang paling utama.
Demikian pula, adaptasi lingkungan serta interaksi, proses pembelajaran,
media serta metode belajar yang tepat dan sesuai kebutuhan anak
menjadi kunci yang harus dipertimbangkan.
Tak berhenti sampai disitu, peran orang tua, teman belajar, serta
masyarakat di luar sekolah mempunyai kontribusi yang sangat bernilai
bagi keberhasilan pencapaian peserta didik dalam setting inklusi. Dalam
kontek inilah kemudian pendidikan inklusi menempatkan assessment
sebagai tahapan penting. Johnsen menyatakan bahwa setidaknya ada tiga
prinsip utama dari penyelenggaraan pendidikan inklusi yang keseluruhan
bermuara pada pemahaman inti bahwa adalah hak setiap anak untuk
memperoleh pendidikan dalam setting lokal bersama dengan masyarakat
lainnya. Ketiga prinsip utama tersebut adalah (1) bahwa setiap anak
semestinya dapat menjadi bagian yang integral dari komunitas lokalnya
dan kelas atau kelompok reguler; (2) bahwa kegiatan pembelajaran
diatur melalui tugas-tugas belajar yang kooperatif, berorientasi pada
pembelajaran individual, serta mempunyai sifat fleksibel dalam
pemilihan materi; dan (3) bahwa guru bekerjasama dan memiliki
pengetahuan tentang strategi pembelajaran dan kebutuhan pengajaran
umum, khusus dan individual, dan memiliki pengetahuan tentang cara
11
menghargai pluralitas perbedaan individual dalam mengatur aktivitas
kelas.15
Berdasarkan uraian tersebut penulis ingin mendalami bagaimana
prakteknya pendidikan inklusi pada salah satu sekolah yang selama ini
telah berjalan. Fokusnya adalah pada kegiatan belajar mengajar serta
hasilnya berupa prestasi akademik anak berkebutuhan khusus (ABK)
khusus di sekolah.
Untuk membahas persoalan ini maka penulis memutuskan untuk
melakukan penelitian yang sesuai dengan kajian ilmu penulis sendiri,
yang berjudul Upaya Guru dalam memotivasi Anak Disleksia di SDS
Dua Mei Ciputat. Penulis melakukan observasi di Dua Mei Ciputat yang
merupakan sekolah inklusi yaitu sekolah yang menggabungkan layanan
pendidikan khusus dan regular dalam satu sistem persekolahan. Sekolah
Dua Mei Ciputat mempunyai tujuan pembelajaran diantaranya
mewujudkan pendidikan tanpa membeda-bedakan sesuai dengan amanat
Undang-Undang Dasar yang menjelaskan “setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan.”
Selain itu, penulis melihat bahwa fasilitas yang ada dalam
sekolah tersebut sangat minim, yakni tidak adanya ruangan khusus untuk
konsultasi dan minimnya media pembelajaran karena mereka disamakan
dengan pembelajaran reguler. Sehingga pembelajaran terkadang belum
maksimal. Peserta didik disleksia juga karena keterbatasannya cenderung
diremehkan dalam mencapai prestasi akademik yang baik karena mereka
dalam membaca kurang lancar. Sehingga dibutuhkanlah suatu strategi
guru dalam mengajar agar pembelajaran yang dilakukan oleh peserta
didik disleksia bisa berjalan sesuai dengan optimal.
15
Johnsen, Berit H., and Miriam D. Skjorten. Education-Special Needs
Education. Lihat http://www.idp-europe.org/docs/uio_upi_inclusion_book/16-
Mendidik_Pendidik.php. diakses pada tanggal 22 Februari 2019
12
Dari beberapa latar belakang di atas yang telah penulis paparkan
maka penulis tertarik untuk mengetahui berjudul “Upaya Guru dalam
Memberikan Motivasi Belajar Pada Anak Disleksia di SDS Dua Mei
Ciputat.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Di antara masalah yang terkait dalam penulisan penelitian ini
adalah:
a. Minimnya fasilitas dan pengajar bagi peserta didik disleksia
yang ada di sekolahan.
b. Peserta didik disleksia karena keterbatasannya cenderung untuk
diremehkan untuk mencapai prestasi akademi yang baik.
c. Strategi guru dalam menangani masalah anak disleksia.
d. Proses kegiatan belajar mengajar dalam sekolah inklusif bagi
peserta didik disleksia agar berhasil.
e. Kemampuan peserta didik untuk menerima pembelajaran dengan
metode yang dilaksanakan.
f. Hasil dan prestasi yang telah dicapai oleh peserta didik disleksia
membanggakan.
2. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan tidak melebar penulis akan membatasi
dengan:
a. Proses kegiatan belajar mengajar dalam sekolah inklusi bagi
peserta didik disleksia dan kemampuan ABK menerima
pembelajaran dengan metode yang dilaksanakan di sekolah.
b. Upaya guru dalam memotivasi anak disleksia.
13
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah penulis
merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar dalam sekolah
inklusi bagi peserta didik disleksia dan kemampuan ABK
menerima pembelajaran dengan metode yang dilaksanakan di
sekolah?
b. Bagaimana upaya guru dalam memotivasi disleksia?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui proses kegiatan belajar mengajar dalam sekolah
inklusi bagi peserta didik disleksia dan kemampuan ABK menerima
pembelajaran dengan metode yang dilaksanakan di sekolah.
2. Untuk mengetahui upaya guru dalam memotivasi anak disleksia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini diantaranya:
1. Manfaat teoritis
Dapat memberikan konstribusi keilmuan yang berkaitan dengan
masalah yang ditulis yaitu yang berkaitan dengan kesulitan belajar,
khususnya pada anak yang mengalami kesulitan membaca atau
disleksia.
2. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi
mengenai pendidikan inklusif untuk selanjutnya dapat di pergunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam sistem pengajaran bagi pihak
sekolah.
14
E. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari kesamaan dengan karya tulis lainnya, maka
penulis melakukan kajian pustaka antara lain:
1. Skripsi dengan judul kesulitan membaca kata pada anak disleksia usia
7 – 12 tahun di sekolah inklusif Galuh Handayani Surabaya (2012).
Oleh Intan Amalia Mahasiswa Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Airlangga Surabaya. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa :
a. Kesulitan membaca kata dasar sebagian besar adalah kata
nominal, sedangkan kesulitan membaca kata bentukan sebagian
besar dari kata verbal
b. Beberapa kesulitan membaca yang ditemukan menyebabkan
perubahan pola suku kata dari suku kata tertutup menjadi suku
kata terbuka dan sebaliknya.
Persamaan: membahasa tentang anak yang mengalami kesulitan
belajar (Disleksia).
Perbedaan: dalam penelitian ini fokus pada kesulitas-kesulitan anak
disleksia, sedangkan skripsi penulis selain fokus pada kesulitan-
kesulitan anak disleksia juga menjabarkan upaya guru dalam
memotivasi guru pada anak disleksia.
2. Skripsi dengan judul strategi guru dalam menangani kesulitan belajar
disleksia pada pembelajaran siswa kelas III B MI Islamiyah Jabung
Malang oleh Azizu Rohmah Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Maulana Ibrahim Malang 2010. Hasil
penelitian mengungkapkan bahwa :
Strategi guru dalam menangani kesulitan belajar di sekolah pada
pembelajaran kelas III B M.I Islamiyah Jabung Malang
menyimpulkan:
15
a. Pembelajaran yang dilakukan masih berlaku pada ketentuan
kurikulum yang berlaku di samaratakan dengan anak normal.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar disleksia
siswa di sekolah ini dikarenakan faktor intern termasuk siswa
yang temperamen dan beberapa kali berkelahi dengan temannya
ini sesuai dengan teori bahwa faktor labilnya emosi masuk dalam
kategori faktor intern.
c. Ciri-siri siswa disleksia MI Islamiyah yaitu seperti dalam buku
yaitu membaca, menulis dengan lambat, salah mengeja kata,
tulisan yang Berantakan dan tidak terbaca dan kebingungan
dengan huruf yang sama seperti p dan q, m dan w dsb.
Persamaan: sama-sama membahas tentang kurikulum yang disamakan
antara anak normal dengan ABK.
Perbedaan: sama dengan diatas
3. Skripsi dengan judul strategi pendidik menghadapi peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar di kelas III MI Nasrul Haq Makassar
oleh Badriana program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI) Fakultas Tarbiah dan Keguruan Uin Alaudin Makassar 2016.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa.
Strategi guru menghadapi peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar di kelas III MI Nasrul Haq Makassar yaitu:
a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadian siswa sebagaimana yang
diharapkan.
b. Memiliki dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif, sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh guru dalam kegiatan mengajarnya.
16
c. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau
kriteria standar keberhasilan, sehingga dapat dijadikan oleh guru
dalam kegiatan belajar mengajar.
Persamaan: memberikan beberapa bentuk upaya dalam menangani
anak disleksia
Perbedaan: dalam penelitian ini lebih mendetail tentang metode dan
teknik yang dilakukan dalam penanganan anak disleksia.
4. Skripsi dengan judul Peran Guru dalam membimbing siswa Disleksia
terhadap motivasi belajar siswa di SDN 3 Krangganharjo Tahun
Ajaran 2014/2015, oleh Umi Nur Halimah dalam Artikel Ilmiah 2015.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa:
a. Pemberian motivasi belajar terhadap siswa disleksia di fokuskan
guru pada mata pelajaran tertentu
b. Selain peran guru, peran orang tua sangat diperlukan
Persamaan: sama-sama melibatkan guru dan orang tua dalam
menangani anak disleksia
Perbedaan: dalam penelitian ini hanya guru tertentu atau hanya satu
guru mata pelajaran, sedangkan dalam penelitian penulis semua guru
terlibat dalam menangani anak disleksia.
5. Skripsi dengan judul Peran Guru Dalam Membimbing Siswa
Disleksia Terhadap Motivasi Belajar Siswa di SD Negeri 3
Krangganharjo Tahun Ajaran 2014/2015.
Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa: kondisi perkembangan siswa
disleksia setelah mendapat bimbingan dari guru menjadi lebih baik
dari sebelumnya. Setelah beberapa kali pertemuan mereka sudah bisa
membaca walaupun belum lancar seperti teman-temannya.
Persamaan: sama-sama memberikan motivasi pada anak disleksia
Perbedaan: objek penelitian lebih banyak
17
F. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini akan disusun dalam bentuk skripsi dengan
menggunakan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah,
permasalahan yang terdiri dari identifikasi masalah, rumusan
masalah, lalu tujuan dan manfaat penelitian, Tinjauan pustaka,
kerangka teori, hipotesis penelitian, metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan
BAB II KAJIAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai Strategi pembelajaran
Guru Pendidikan, Pengertian Disleksia.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai objek penelitian seperti
tinjauan umum tempat penelitian, sepeti sejarah singkat, visi
dan misi serta struktur organisasi.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai identifikasi anak
penyandang disleksia, strategi pembelajaran siswa disleksia
dan dampak upaya yang dilakukan guru dalam membimbing
anak disleksia.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran
dari penulis
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh oleh peneliti,
kesimpulan dari hasil penelitian di Kelas III SDS Dua Mei dengan objek
siswa yang mengalami disleksia peneliti menyimpulkan bahwa:
1. Proses kegiatan belajar mengajar dalam kegiatan belajar mengajar
dalam sekolah inklusi bagi peserta didik disleksia masih disama
ratakan dengan anak normal lainnya, yaitu dengan menggunakan
kurikulum 2013, sehingga ABK termasuk disleksia harus ditambah
dengan bimbingan-bimbingan dari guru pembimbing yang
disediakan oleh pihak sekolah inklusi.
2. Pemberian bimbingan dari guru dengan cara mengulang kembali
huruf abjad, menyusun kartu huruf menjadi kata atau kalimat, dan
pengulangan kata dalam membaca sangat membantu anak disleksia
dalam mengatasi kesulitan membaca.
3. Adanya motivasi dari guru membuat siswa disleksia lebih antusias
mengikuti bimbingan arahan dan bimbingan dari guru.
B. Saran
Dengan hasil penelitian diatas, maka peneliti ingin memberikan
saran kepada orang-orang yang berkaitan dengan permasalahan yang
dibahas oleh peneliti, dan pihak-pihak yang dinilai mempunyai tanggung
jawab besar dalam dunia pendidikan yaitu:
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah diharapkan menetapkan kebijakan yang tepat sesuai
pendekatan inklusi khusunya untuk siswa yang mempunyai kesulitan
93
belajar terutama disleksia. selain itu, kepala sekolah diharapkan
untuk menambah dan memperbaiki sarana, prasarana dan media yang
sesuai dengan siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk
mendukung proses belajar mengajar di kelas.
2. Guru
Dalam proses belajar mengajar, guru harus lebih variatif dalam
menggunakan strategi serta model dan media pembelajaran. selain itu
guru juga diharapkan dapat mempelajari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, agar meningkatkan kualitas dan
produktifitas mutu pendidikan di sekolah.
3. Lebih memperhatikan kelebihan yang dimiliki anak disleksia, agar
bakatnya lebih berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, Ishak, 2004, Proses Pendidikan dan Pembelajaran Pada Anak
Usia Dini (PAUD) Modul pembelajaran PGTK/PAUD. UPI Bandung
Bahan Bacaan Permateri Pelatihan Pendidikan Inklusi, HKI-USD”, dan
“Sue Stub. Inclusi Education, Where There Are Few Resources”. The
Atlas Alliance, Global Support to Disabled People
Berit H. Johnsen dan Miriam D. Skjorten., Education – Special Need. Lihat
http://www.idp-europe.org/docs/uio_book/6-
menuju_inklusi_dan_pengayaan.php, di unduh pada 16 Januari 2019
Heru Irianto, Burhan, Pokok-pokok Partisipasi dalam Wawancara, Jakarta:
PT. Grafindo Persada, 2003.
Hayatun Safrina, Dyslexia As One Of The Problem In Pedodontic Treatment.
Jurnal Indonesia. 12(3): 117-120. 2005.
Jamaris Martini, Kesulitan Belajar Perspektif Asesmen dan
Penanggulangannya Bagi Anak Usia Dini dan Usia Sekolah. (Bogor,
Graha Indonesia 2015).
Johnsen, Berit H., and Miriam D. Skjorten. Education – Special Needs
Education. Lihat http://www.idp-
europe.org/docs/uio_upi_inclusion_book/16-Mendidik_Pendidik.php
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: CV Pustaka Setia.
2011).
Rose Mini dan Prianto, Perilaku Anak Usia Dini. (Yogyakarta: Kanisius,
2003).
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: CV Pustaka Setia.
2011).
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan
Konseling, (Jakarta: Rajawali Pers. 2012).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang b ertanda tangan dibawah ini,
Nama : Endang Mastuti
Tempat, tanggal lahir : Solo, 17 Juli 1957
Status : Nikah
Suami : Ir. Bahgya Siregar, MBA
Anak :
1. Dian Siti Kalsum, Sarjana IPB
2. Dina Mutia, Sarjana ITB
Jenis kelamin : Perempuan
Tinggi badan : 160 cm
Agama : Islam
Alamat tinggal : Jl. Permai VI Blok AX 16 No. 10
Pamulang Permai, Tangerang Selatan
Phone : 0818 0523 4723
Email : [email protected]
PENDIDIKAN
SDN Laweyan Solo Lulus Tahun 1969
SMPN 10 Solo Lulus Tahun 1972
SMAN 4 Solo Lulus Tahun 1975
IIQ Jakarta Lulus Tahun 2019
Tangerang Selatan, September 2019
Endang Mastuti