upaya peningkatan keaktifan belajar ipa materi …/upaya...upaya peningkatan keaktifan belajar ipa...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA
MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI PENDEKATAN
KETERAMPILAN PROSES (PKP) PADA SISWA KELAS V
SDN 06 NGRINGO TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
BURHANUDDIN
K7108105
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Burhanuddin
NIM : K7108105
Jurusan/Program Studi : Ilmu Pendidikan/PGSD
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “UPAYA PENINGKATAN
KEAKTIFAN BELAJAR IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA
MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES (PKP) PADA
SISWA KELAS V SDN 06 NGRINGO TAHUN AJARAN 2011/2012” ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi
yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Burhanuddin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA
MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI PENDEKATAN
KETERAMPILAN PROSES (PKP) PADA SISWA KELAS V SDN 06
NGRINGO TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh :
BURHANUDDIN
K7108105
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Burhanuddin. UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA MATERI
SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
(PKP) PADA SISWA KELAS V SDN 06 NGRINGO TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar IPA
materi sifat-sifat cahaya melalui pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas
V SDN 06 Ngringo Tahun Ajaran 2011/2012.
Variabel yang menjadi sasaran dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
peningkatan keaktifan belajar IPA, sedangkan variabel tidakan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur penelitian ini terdiri dari dua
siklus setiap siklus mempunyai empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi atau pengamatan kemudian refleksi dan masing – masing siklusnya ada
dua kali pertemuan. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis
interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data,
dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan
pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA materi
sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo. Pada siklus I, ada
peningkatan keaktifan belajar dari 37.84% menjadi 56.76%. Siklus II ada
peningkatan keaktifan belajar yaitu 56.76% menjadi 77.78%.
Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pendekatan
keterampilan proses dapat meningkatkan keaktifan belajar dalam pembelajaran
IPA tentang sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo tahun ajaran
2011/2012.
Kata kunci: keterampilan proses, keaktifan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Burhanuddin. IMPROVING LEARNING ACTIVITY ON SCIENCE IN
THE TOPICS OF LIGHT CHARACTERS THROUGH PROCESS SKILLS
APPROACH IN THE FIFTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL
STUDENTS OF SD NGRINGO 6 ON THE ACADEMIC YEAR OF
2011/2012. Script, Surakarta, Teacher Training and Education Faculty. Sebelas
Maret University. July 2012.
The purpose of this research is to know the improvement learning activity on
science in the topics of light characters through process skilss approach in the
fifth grade of elementary school students of SD Ngringo 6 on the academic year
of 2011/2012.
Variable that become target this research is to improve learning activity in
science. While used action variable that used in this research is learning with
process skills approach.
The method used in the research is qualitative research in the form of classroom
action research (CAR). The research procedures consist of two cycles having four
steps, planning, treatment, observation, and then reflection, and each cycle
involves two meetings. The techniques of analyzing data are interactive analysis
consisting of three components, they are data reduction, data display, and
conclusion. The techniques of collecting data are interview, observation, and
documentation. The techniques of analyzing data are interactive analysis
consisting of three components, they are data reduction, data display, and
conclusion.
Based on the research result, it can be concluded that applying process skills can
improve learning activity on science in the topics of light characters in the fifth
grade of elementary school students of SD Ngringo 6. In the first cycle indicates
the improvement of learning activity of 37.84% becomes 56.76%. In second cycle
indicates the improvement of learning activity of 56.76% becomes 77.78%.
Therefore, a recommendation can be addresed that process skills approach can
improve learning activity on science learning in the topics of light characters in
the fifth grade of elementary school students of SD Ngringo 6 on the academic
year of 2011/2012.
Key word: process skills, learning activity
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
”Gantungkan semua harapan kepada Tuhan”
(Penulis)
”Harapan akan menjadi kenyatan jika disertai dengan ketekunan”
(Penulis)
”Besar kecilnya suatu masalah tergantung bagaimana kita menyikapinya”
(Penulis)
”Tidak ada usaha yang sia-sia, tidak ada ilmu yang tidak berguna”
(Penulis)
”Seiring dengan meningkatnya kemampuan diri, maka meningkat pula tanggung
jawab yang diembannya”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada:
Kedua orang tuaku (Mustari dan Munjiati) tersayang
yang selalu memberi dukungan, semangat, bantuan, serta doa
yang tiada henti demi lancarnya tugas skripsi ini.
Kakakku (Nurun Na’imah) tersayang yang selalu
memberi semangat dan doa.
Yang terkasih, yang selalu memberikan semangat dan doa.
Keluarga Kampus PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta,
almamaterku tercinta tempat kutimba ilmu untuk menjadi
pengabdi bangsa Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat, rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Upaya Peningkatan Keaktifan Belajar IPA Materi Sifat-Sifat Cahaya melalui
Pendekatan Keterampilan Proses pada Siswa Kelas V SDN 06 Ngringo Tahun
Ajaran 2011/2012”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah bayak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Dalam
kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Dra. Jenny I.S. Poerwanti, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang
sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
6. Karsono S.Sn, M.Sn selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat
membantu dalam penulisan skripsi ini.
7. Kepala Sekolah SDN 06 Ngrongo.
8. Guru kelas V SDN 06 Ngringo yang telah membantu pelaksanaan penelitian
di kelas tersebut.
9. Bapak/Ibu Guru SD Negeri 06 Ngringo yang banyak memberikan bantuan
dan dorongan.
10. Teman-temanku se-almamater yang telah memberikan semangat dan
kerjasamannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penulis juga menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari harapan dan
kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan bagi para
pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Burhanuddin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 7
D. Perumusan Masalah ................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 10
A. Landasan Teori ........................................................................ 10
1. Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)............... 10
a. Pengertian Pendekatan ................................................. 10
b. Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses ................... 11
c. Jenis-Jenis Keterampilan Proses .................................. 13
d. Kelebihan dan Kekurangan PKP ................................. 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Pelaksanaan PKP untuk Mengaktifkan Siswa dalam
belajar .......................................................................... 19
f. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan
menggunakan PKP ....................................................... 21
2. Hakikat Keaktifan Belajar IPA materi sifat-sifat cahaya .. 22
a. Pengertian Keaktifan Belajar ....................................... 22
b. Jenis-Jenis Keaktifan Belajar ....................................... 23
c. Pengertian IPA ............................................................. 25
d. Hakikat Pembelajaran IPA SD ..................................... 26
e. Manfaat IPA.................................................................. 29
f. Ruang Lingkup IPA ...................................................... 30
g. Sifat-Sifat Cahaya ......................................................... 30
B. Penelitian yang Relevan .......................................................... 32
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 34
D. Hipotesis Penelitian ................................................................. 37
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 38
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 38
B. Subjek Penelitian ..................................................................... 39
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................... 40
D. Sumber Data ............................................................................ 40
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 41
F. Validtas Data .......................................................................... 43
G. Teknik Analisis Data .............................................................. 44
H. Indikator Kinerja ..................................................................... 46
I. Prosedur Penelitian ................................................................. 46
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................ 54
A. Deskripsi Pra Tindakan ........................................................... 54
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................................ 54
2. Deskripsi Pra Tindakan .............................................................................. 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Deskripsi hasil Tindakan Tiap Siklus ..................................... 58
1. Siklus I .............................................................................. 58
2. Siklus II ............................................................................. 71
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus ............................ 82
D. Pembahasan .............................................................................. 84
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................. 88
A. Simpulan ....................................................................... 88
B. Implikasi ....................................................................... 88
C. Saran ....................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 93
LAMPIRAN ................................................................................................... 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
3.1 Jadwal Penelitian .......................................................................................... 39
4.1 Distribusi Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Pra Siklus ............................ 57
4.2 Distribusi Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I ....................................... 68
4.3 Distribusi Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II ..................................... 79
4.4 Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa ........................................................ 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
2.1 Alur Kerangka Berpikir............................................................................... 36
3.1 Skema Proses PTK Jean McNiff (1992: 23) ............................................... 40
3.2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman (1992: 20) ....................... 46
4.1 Grafik Skor Keaktifan Belajar Pra Siklus ................................................... 57
4.2 Kegiatan Apersepsi ..................................................................................... 61
4.3 Kegiatan Diskusi dan Eksperimen .............................................................. 62
4.4 Presentasi Hasil Diskusi .............................................................................. 62
4.5 Guru Membimbing Siswa dan Evaluasi ...................................................... 63
4.6 Demonstrasi dan Diskusi Sifat-sifat Cahaya ............................................... 65
4.7 Presentasi dan Demonstrasi Hasil Percobaan ............................................. 65
4.8 Observasi oleh Guru Kelas ......................................................................... 67
4.9 Grafik Keaktifan Belajar pada Siklus I ....................................................... 69
4.10 Diskusi Cahaya Menembus Benda Bening ................................................. 74
4.11 Presentasi dan Demonstrasi......................................................................... 74
4.12 Siswa Membuat Periskop ............................................................................ 76
4.13 Siswa Menunjukkan Hasil Karya ................................................................ 76
4.14 Hasil Karya Siswa ....................................................................................... 77
4.15 Grafik Keaktifan Belajar pada Siklus II ...................................................... 80
4.16 Grafik Perbandingan Keaktifan dan Prestasi Belajar .................................. 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1. Lembar Wawancara Keaktifan Belajar Siswa ............................................. 96
2. Skor Keaktifan Belajar pada Pra Siklus ....................................................... 99
3. Skor Tertinggi pada Pra Siklus .................................................................... 102
4. Skor Terendah pada Pra Siklus .................................................................... 103
5. Pedoman Penskoran Keaktifan Belajar ........................................................ 104
6. Nilai Ulangan Pra Siklus .............................................................................. 110
7. Silabus Pembelajaran ................................................................................... 112
8. Bahan Ajar IPA ............................................................................................ 114
9. RPP Siklus I Pertemuan 1 .......................................................................... 121
10. RPP Siklus I Pertemuan 2 .......................................................................... 134
11. Skor Keaktifan Belajar Siklus I Pertemuan 1 ............................................ 144
12. Skor Tertinggi pada Siklus I Pertemuan 1 ................................................. 147
13. Skor Terendah pada Siklus I Pertemuan 1 ................................................. 148
14. Skor Keaktifan Belajar Siklus I Pertemuan 2 ............................................ 149
15. Skor Tertinggi pada Siklus I Pertemuan 2 ................................................. 152
16. Skor Terendah pada Siklus I Pertemuan 2 ................................................. 153
17. Rekapitulasi Skor Keaktifan Belajar Siklus I............................................. 154
18. Nilai Ulangan Siklus I ................................................................................ 156
19. Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 ........................................... 158
20. Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 ........................................... 161
21. Rekapitulasi Skor Kinerja Guru Siklus I ................................................ 164
22. Pedoman Penilaian Kinerja Guru ............................................................... 166
23. RPP Siklus II Pertemuan 1 ......................................................................... 172
24. RPP Siklus II Pertemuan 2 ......................................................................... 185
25. Skor Keaktifan Belajar Siklus II Pertemuan 1 ........................................... 195
26. Skor Tertinggi pada Siklus II Pertemuan 1 ................................................ 198
27. Skor Terendah pada Siklus II Pertemuan 1 ................................................ 199
28. Skor Keaktifan Belajar Siklus II Pertemuan 2 ........................................... 200
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29. Skor Tertinggi pada Siklus II Pertemuan 2 ................................................ 203
30. Skor Terendah pada Siklus II Pertemuan 2 ................................................ 204
31. Rekapitulasi Skor Keaktifan Belajar Siklus II ........................................... 205
32. Nilai Ulangan Siklus II .............................................................................. 207
33. Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 .......................................... 209
34. Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 .......................................... 212
35. Rekapitulasi Skor Kinerja Guru Siklus II .................................................. 215
36. Lembar Wawancara Keaktifan Belajar Siswa............................................ 217
37. Foto Pelaksanaan Tindakan ........................................................................ 219
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang terjadi antara guru
dan siswa guna mencapai tujuan tertentu. Kegiatan pembelajaran tidak bisa
dilepaskan dari unsur interaksi, sebab interaksi adalah bagian penting dari
pembelajaran. Bukanlah disebut pembelajaran jika di dalamnya tidak ada unsur
interaksi. Interaksi tersebut menuntut adanya perubahan sikap, yaitu perubahan
sikap atau tingkah laku peserta didik menuju ke arah yang lebih baik.
Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran bersifat edukatif, yaitu bersifat
mendidik. Interaksi edukatif yang dirancang oleh guru harus menumbuhkan
keaktifan dan kreativitas peserta didik secara optimal. Guru tidak harus terlena
dengan menerapkan gaya mengajar konvensional, yaitu gaya mengajar di mana
guru sebagai sumber belajar atau pembelajaran yang berpusat pada guru,
sedangkan peserta didik pasif selama pembelajaran berlangsung. Gaya mengajar
seperti itu sudah tidak sesuai dengan konsep pendidikan modern. Pendidikan
modern menghendaki keaktifan peserta didik dalam interaksi pembelajaran. Hal
ini sesuai dengan definisi belajar yang dikemukakan para ahli seperti Eggen dan
Kauchak (Soli Abimanyu, 2008: 19) serta Morgan dkk (Bimo Walgito, 2004:
167). Kedua ahli tersebut mengungkapkan bahwa pengalaman dan latihan yang
dilakukan atau dialami oleh peserta didik mempunyai peran yang strategis dalam
pemerolehan pengetahuan.
Penerapan pembelajaran aktif erat kaitannya dengan pendekatan
keterampilan proses. Pendekatan ini menempatkan guru sebagai fasilitator dan
pembimbing, sedangkan peserta didik mengambil peranan yang lebih aktif dan
kreatif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang menekankan keaktifan dan
kreatifitas peserta didik akan menjadikan materi atau konsep-konsep yang
diajarkan guru lebih bermakna. Keaktifan dan kreativitas peserta didik menduduki
posisi yang strategis dalam pendekatan keterampilan proses, begitu juga dalam
interaksi edukatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Interaksi edukatif adalah sebuah interaksi yang tidak pernah bebas dari
masalah. Perencanaan yang dianggap selesai dengan baik, ternyata dalam
pelaksanaannya terkadang ditemui masalah yang tak terduga sebelumnya. Di sisi
lain, permasalahan juga muncul pada peserta didik. Peserta didik didik kurang
mampu menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan
maupun sikap dan nilai ke dalam situasi yang nyata dan berlainan. Kebanyakan
peserta didik hanya menerima informasi dan kurang dapat memahami
hubungannya dengan dunia lingkungannya.
Permasalahan peserta didik yang hanya menerima informasi dan kurang
dapat memahami hubungannya dengan lingkungan bisa disebabkan oleh beberapa
hal, salah satunya disebabkan bahan pelajaran yang diberikan guru dalam bentuk
penjelasan kurang atau bahkan tidak dikaitkan dengan situasi lingkungan nyata.
Sebanyak apa pun bahan yang diberikan kepada peserta didik, maka peserta didik
akan kurang mampu menerapkan perolehannya itu, bila guru menjelaskan bahan
pelajaran tidak dikaitkan dengan situasi nyata yang sedang dihadapi dan dirasakan
oleh peserta didik.
Secara garis besar, berbagai permasalahan tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain: (1) Keterbatasan alat peraga sifat-sifat cahaya.
Berdasarkan hasil observasi ditemukan kenyataan bahwa jumlah alat peraga yang
tersedia sejumlah dua set, sedangkan alat peraga yang dibutuhkan untuk
menunjang pembelajaran dalam kelas adalah + 6 set. Guru memang sudah
berusaha memecahkan masalah ini dengan menerapkan metode demonstrasi,
yaitu guru memperagakan sifat-sifat cahaya sedangkan peserta didik
memperhatikan. Usaha ini kurang efektif untuk meningkatkan keaktifan dan
pengetahuan peserta didik, sebab peserta didik tidak mengalami atau
memperagakan sendiri percobaan sifat-sifat cahaya. (2) Metode yang digunakan
masih terbatas, guru memang sudah menggunakan metode tanya jawab untuk
meningkatkan keaktifan peserta didik, namun caranya yang kurang tepat, guru
tidak memusatkan pertanyaan pada seorang peserta didik akan tetapi pertanyaan
ditujukan pada satu kelas, sehingga ada beberapa peserta didik yang hanya diam
saja mendengar pertanyaan guru. (3) Pola interaksi edukatif bersifat satu arah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yaitu guru ke siswa. Pola interaksi ini lebih terpusat pada guru, sehingga peserta
didik cenderung pasif dalam proses belajar mengajar.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata
pelajaran yang dapat didesain menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student centered), karena IPA erat kaitannya dengan peristiwa-peristiwa alam
yang ada di lingkungan peserta didik. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat
dipraktikkan atau didemonstrasikan dalam proses pembelajaran sehingga peserta
didik lebih aktif memberikan kontribusi atau sumbangsih kaitannya dengan proses
belajar mengajar. Selain itu peserta didik menjadi lebih mengerti dan memahami
konsep-konsep IPA yang diajarkan oleh guru, salah satunya adalah konsep sifat-
sifat cahaya.
Cahaya memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia. Benda-
benda yang ada di sekitar bisa terlihat karena adanya cahaya yang mengenai
benda tersebut. Cahaya yang mengenai suatu benda akan dipantulkan oleh benda
tersebut menuju mata sehingga benda tersebut dapat terlihat. Cahaya berasal dari
sumber cahaya, baik sumber cahaya alami maupun sumber cahaya buatan. Oleh
sebab itu, begitu pentingnya cahaya bagi kehidupan maka sifat-sifat cahaya harus
diajarkan kepada peserta didik dengan pembelajaran yang berkualitas. Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik mampu menguasai sifat-sifat cahaya serta mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep sifat-sifat cahaya dapat disampaikan atau diajarkan dengan
pendekatan yang menuntut keaktifan peserta didik, baik keaktifan kognitif,
afektif, maupun psikomotorik. Misalnya melalui praktik sifat cahaya yang dapat
dipantulkan, peserta didik dirangsang untuk menghubungkan pengetahuan awal
yang sudah dimiliki dengan melakukan praktik atau percobaan. Hal ini
memadukan antara keaktifan kognitif yaitu pengetahuan tentang sifat cahaya dan
psikomotorik yaitu melakukan percobaan untuk menguji sifat cahaya. Kedua
keaktifan tersebut jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maka akan muncul
aspek afektif, misalnya pemanfaatan sifat-sifat cahaya untuk membuat periskop
sederhana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya memang dapat didesain
dengan kegiatan yang berpusat pada peserta didik, namun pada umumnya
pembelajaran IPA cenderung berpusat pada guru, sedangkan peserta didik hanya
terfokus menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu, pola
interaksi edukatif bersifat searah yaitu dari guru ke peserta didik, sedangkan
peserta didik tidak memberikan tanggapan kepada guru atau ke sesama peserta
didik. Peserta didik dalam interaksi edukatif ini sebagai objek belajar, bukan
subjek belajar.
Pola interaksi edukatif yang menjadikan perserta didik sebagai objek
belajar salah satunya seperti yang terjadi di SD Negeri 06 Ngringo. Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas V, di SD tersebut terdapat
permasalahan keaktifan belajar siswa, khususnya keaktifan belajar IPA materi
sifat-sifat cahaya. Permasalahan keaktifan belajar tersebut meliputi interaksi siswa
dengan bahan ajar serta interaksi siswa dengan siswa atau interaksi kelompok
dengan kelompok.
Permasalahan interaksi siswa dengan bahan ajar terlihat jelas. Hal ini
disebabkan oleh metode yang digunakan oleh guru, yaitu metode ceramah dan
demonstrasi. Metode ceramah menyebabkan siswa menjadi pasif dan hanya
memperhatikan materi yang disampaikan guru. Siswa tidak dilibatkan dalam
penggunaan bahan ajar atau alat peraga sifat-sifat cahaya. Sementara itu, metode
demonstrasi yang digunakan oleh guru belum tepat, sebab siswa juga tidak
dilibatkan selama pelaksanaan metode demonstrasi.
Permasalahan keaktifan yang selanjutnya adalah interaksi antara siswa
dengan siswa atau kelompok dengan kelompok. Selama pembelajaran
berlangsung, interaksi antar siswa belum terlihat. Hal ini disebabkan pola interaksi
yang digunakan oleh guru yang belum tepat. Pola interaksi yang digunakan
bersifat ekspositori, yaitu guru menduduki peranan utama selama pembelajaran
berlangsung. Seharusnya pembelajaran sifat-sifat cahaya dapat merangsang
interaksi antar siswa, jika guru mampu menjadi perantara yang menghubungkan
siswa dengan siswa. Interaksi antar siswa dengan siswa atau kelompok dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kelompok bisa berupa tanya jawab, diskusi, atau interaksi dalam melakukan
percobaan sifat-sifat cahaya.
Persoalan interaksi tersebut ternyata berimbas pada keaktifan dan hasil
belajar IPA materi sifat-sifat cahaya. Berdasarkan hasil observasi (lampiran 2
halaman 99-101 ) yang disusun dalam bentuk lembar pengamatan dan daftar skala
keaktifan belajar, data menunjukkan dari 37 siswa kelas V SDN 06 Ngringo, rata-
rata keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada pra siklus hanya
mencapai 37.84%. Siswa yang kurang aktif sebanyak 23 anak atau sekitar
52.34%. Siswa yang cukup aktif sebanyak 11 anak, atau sekitar 35.00%. Siswa
yang aktif sebanyak 3 anak, atau sekitar 12.66%. Sementara itu, belum ada siswa
yang tergolong sangat aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Keaktifan belajar siswa yang menonjol adalah keberanian siswa dalam
menjawab atau mengajukan pertanyaan. Keberanian mengajukan pendapat dan
pertanyaan didominasi oleh sebagian kecil siswa yaitu antara 3-5 anak. Begitu
juga ketika guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan, hanya 8-10 anak
saja yang mau dan mampu menjawab pertanyaan tersebut.
Keaktifan siswa dalam kegiatan dan tugas-tugas kelompok juga masih
kurang. Kegiatan dan tugas-tugas kelompok cenderung diselesaikan oleh salah
seorang siswa, biasanya siswa tersebut mempunyai catatan prestasi yang lebih
baik dibandingkan dengan anggota kelompok yang lain. Sementara itu, anggota
kelompok yang memiliki prestasi rendah cenderung pasif dalam menyelesaikan
tugas-tugas kelompok.
Mengingat masih rendahnya keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat
cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo, peneliti mempunyai terobosan dalam
mendesain kegiatan belajar mengajar. Peneliti berinovasi untuk mendesain
pembelajaran yang lebih menekankan keaktifan peserta didik dalam memperoleh
pengetahuan, sehingga peserta didik dapat mengalami sendiri konsep yang sedang
dipelajari dan belajar dari pengalamannya. Terobosan tersebut adalah peningkatan
keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya melalui pendekatan keterampilan
proses (PKP) pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo tahun ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Soli Abimanyu, dkk. (2008: 5) mengungkapkan bahwa pendekatan
keterampilan proses adalah pendekatan yang menekankan pada keterampilan
memproses informasi yang diperoleh dari pembelajaran yang dikembangkan
sebagai konsep terlaksana untuk menerapkan pendekatan yang berpusat pada
keaktifan siswa. Pendekatan keterampilan proses memadukan antara aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. Ketiga aspek tersebut menjadi
sasaran utama dalam tercapainya tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan
sebelum pelaksanaan pembelajaran.
Pendekatan keterampilan proses memiliki kelebihan yang bermanfaat
untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa, antara lain: pertama, merangsang
rasa ingin tahu dan mengembangkan sikap ilmiah siswa. Kedua, siswa akan aktif
dalam pembelajaran dan mengalami sendiri proses mendapatkan konsep. Ketiga,
siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Keempat, melatih siswa untuk
menerapkan konsep yang sudah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Kelima,
memadukan antara keterampilan intelektual, mental, dan fisik peserta didik.
Melihat begitu banyak kelebihan dan manfaat pendekatan keterampilan
proses, penerapan pendekatan ini dimaksudkan agar siswa menjadi lebih aktif
dalam proses belajar mengajar, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan
motivator. Berdasarkan berbagai masalah dan pertimbangan solusi di atas,
penelitian tindakan kelas ini dirumuskan dalam “Upaya Peningkatan Keaktifan
Belajar IPA materi Sifat-Sifat Cahaya melalui Pendekatan Keterampilan Proses
(PKP) pada Siswa Kelas V SDN 06 Ngringo tahun ajaran 2011/2012”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Keaktifan dan prestasi belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas
V SDN 06 Ngringo rendah.
2. Guru belum memadukan metode pembelajaran yang konvensional dengan
metode inovatif dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Pembelajaran masih berpusat pada guru, yaitu guru masih sebagai pusat
informasi (teacher center).
4. Terbatasnya alat peraga sifat-sifat cahaya.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian tindakan kelas ini lebih terarah dan tepat pada sasaran,
maka peneliti membatasi masalah berikut:
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 06 Ngringo.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah perilaku atau keaktifan siswa selama
mengikuti pembelajaran sifat-sifat cahaya dengan menerapkan pendekatan
keterampilan proses (PKP).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu:
Apakah melalui pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan
keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06
Ngringo Tahun Ajaran 2011/2012?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini penulis laksanakan dengan tujuan untuk
meningkatkan keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V
SDN 06 Ngringo Tahun Ajaran 2011/2012.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian tersebut di atas, maka
manfaat penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Memberi sumbangan teori melalui temuan penelitian untuk menambah
khasanah ilmu pengetahuan dalam ilmu pendidikan khususnya mengenai
pendekatan pembelajaran.
b. Sebagai dasar teori bagi pengembangan penelitian yang relevan lebih
lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatnya keaktifan belajar siswa mengenai materi sifat-sifat
cahaya.
2) Agar dapat mengenal sifat-sifat cahaya serta pengalaman
mendemonstrasikan secara benar sehingga dapat terhindar dari
kesalahan konsep.
3) Dengan penerimaan konsep yang benar siswa mampu menerapkan dan
memanfaatkan sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Guru
1) Guru memiliki wawasan dan pengetahuan mengenai penerapan
penelitian tindakan kelas yang digunakan.
2) Guru akan lebih peka terhadap setiap kesulitan belajar siswa dan
segera berinisiatif untuk membantu memecahkannya.
3) Meningkatkan kreativitas guru dalam menemukan strategi
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswanya.
c. Bagi Sekolah/Instansi Pendidikan
1) Sebagai sumbangan peningkatan motivasi guru dalam memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dalam rangka menciptakan
pembelajaran yang relevan dengan dunia nyata.
2) Bagi sekolah penelitian tindakan kelas ini dapat membantu
peningkatkan mutu pembelajarannya sehingga secara keseluruhan
keaktifan dan prestasi belajar peserta didik dapat meningkat.
3) Hasil Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi untuk
melaksanakan pembelajaran dengan kompetensi dasar yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)
a. Pengertian Pendekatan
Menurut Sri Anitah (2009: 45), pendekatan diartikan sebagai
suatu cara pandang terhadap sesuatu. Dalam konteks pembelajaran,
pendekatan menurut Soli Abimanyu (2008: 6) diartikan sebagai cara
umum dalam memandang permasalahan dan atau objek kajian. Pendapat
ini dapat diibaratkan sebagai seseorang yang menggunakan kacamata
dengan warna tertentu di dalam memandang alam. Kacamata hijau akan
menyebabkan dunia kelihatan kehijau-hijauan, kacamata berwarna coklat
akan membuat dunia nampak kecoklat-coklatan, dan seterusnya.
Menurut Sagala (Ruminiati, 2007: 15), pendekatan pembelajaran
dapat diartikan sebagai aktivitas pembelajaran yang dipilih oleh guru dan
sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Hal yang perlu dipertimbangkan
sebelum menerapkan pendekatan pembelajaran adalah kondisi peserta
didik secara keseluruhan, sebab peserta didiklah yang paling dominan
dalam menentukan kualitas pembelajaran. Ruminiati menjelaskan bahwa
model pendekatan pembelajaran merupakan salah satu faktor yang
mempunyai andil cukup besar dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang
sudah ditentukan. Dalam memilih model pendekatan, guru harus
mempertimbangkan beberapa faktor yang saling berhubungan antara satu
dengan yang lainnya.
Berdasarkan beberapa pengertian pendekatan pembelajaran
tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan
seperangkat cara kerja yang dapat diterapkan untuk mempermudah dalam
mendesain pembelajaran sehingga peserta didik menjadi lebih aktif
menyelesaikan tugas-tugas belajar. Kemampuan peserta didik untuk
menyelesaikan tugas-tugas tersebut diharapkan mampu mempengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hasil belajar menjadi lebih optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang sudah ditentukan.
b. Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses
Soli Abimanyu dkk. (2008: 5) menjelaskan bahwa pendekatan
keterampilan proses (PKP) adalah pendekatan pembelajaran yang
mengutamakan penerapan berbagai keterampilan memproses perolehan
dalam pembelajaran. Penerapan PKP dalam pembelajaran memberikan
penekanan agar dalam pembelajaran peserta didik dilatih keterampilan-
keterampilan mendasar. Berbagai keterampilan tersebut biasa digunakan
para ilmuan dalam menghasilkan penemuan besar dalam ilmu
pengetahuan, seperti: mengamati, menghitung, mengukur, mengklasifikasi,
dan lain-lain.
Ruminiati (2007: 12) mengungkapkan bahwa dalam pendekatan
keterampilan proses, guru menciptakan kegiatan pembelajaran yang
bervariasi, yaitu variasi dalam menentukan model, metode, dan media
yang akan digunakan. Variasi semacam ini akan menjadikan peserta didik
terlibat secara aktif dalam berbagai pengalaman.
Hendro Darmodjo, Jenny R.E. Kaligis (1993: 38) mengatakan
bahwa pendekatan keterampilan proses senada dengan pendekatan inkuiri,
karena memiliki ciri-ciri yang sama, di antaranya adalah mendambakan
aktivitas peserta didik untuk memperoleh berbagai informasi dari berbagai
sumber. Selain itu, guru tidak dominan dalam proses pembelajaran
melainkan bertindak selaku organisator dan fasilitator.
Menurut Conny S. dalam Hendro Darmodjo dan Jenny R.E.
Kaligis (1993: 39), ada empat alasan mengapa kita harus menerapkan
pendekatan keterampilan proses, antara lain: Pertama, perkembangan ilmu
pengetahuan semakin cepat sehingga tak mungkin guru menjelaskan
semua fakta atau konsep kepada peserta didik. Kedua, pembelajaran
melalui keterampilan proses akan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan, akan tetapi peserta
didik mengalami sendiri apa yang sedang dipelajarinya. Ketiga, mengingat
ilmu pengetahuan yang bersifat relatif, peserta didik tidak perlu menunggu
suatu ilmu pengetahuan itu diperbaharui orang lain, karena dengan
keterampilan proses yang sudah diperoleh, peserta didik mampu
melakukannya sendiri. Keempat, pengembangan konsep tidak boleh lepas
dari pengembangan nilai-nilai dan sikap pada diri peserta didik.
Mengenai pendekatan keterampilan proses, Michael J. Padilla
(1990) berpendapat bahwa:
The scientific method, scientific thinking and critical thinking
have been terms used at various times to describe these science
skills. Today the term "science process skills" is commonly used.
Popularized by the curriculum project, Science - A Process
Approach (SAPA), these skills are defined as a set of broadly
transferable abilities, appropriate to many science disciplines and
reflective of the behavior of scientists. SAPA grouped process
skills into two types-basic and integrated. The basic (simpler)
process skills provide a foundation for learning the integrated
(more complex) skills.
Pernyataan Padilla (1990) dapat diartikan bahwa metode ilmiah,
pemikiran ilmiah, dan pemikiran kritis merupakan istilah-istilah
yang telah lama digunakan untuk mendeskripsikan keterampilan-
keterampilan ini. Kini, istilah pengetahuan/pemahaman
keterampilan proses telah banyak digunakan. Dipopulerkan oleh
proyek kurikulum SAPA (kurikulum berbasis pendekatan proses),
keterampilan-keterampilan ini didefinisikan sebagai seperangkat
kemampuan yang dapat dipindahkan/diwariskan (ditularkan),
berkaitan dengan banyak disiplin ilmu dan mencerminkan
perilaku-perilaku ilmuwan. SAPA mengelompokkan
keterampilan proses ke dalam dua tipe dasar dan saling berkaitan
dan menyatu. Keterampilan yang paling dasar dan sederhana
memberi pondasi pada keterampilan belajar yang menyatu.
Berdasarkan uraian Padilla di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa metode ilmiah, pemikiran ilmiah, dan pemikiran kritis merupakan
bagian dari keterampilan proses. Berbagai jenis keterampilan yang
terkandung dalam keterampilan proses dapat ditularkan/diwariskan. Jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dikaitkan dengan pelaksanaan pembelajaran di SD, keterampilan proses
dapat diajarkan kepada peserta didik, sehingga peserta didik dapat
menerapkan berbagai disiplin ilmu. Selain itu, peserta didik terbiasa
melakukan berbagai kepribadian para ilmuwan yang terkandung dalam
pelaksanaan pendekatan keterampilan proses.
Keterampilan yang paling dasar dan sederhana memberi pondasi
pada keterampilan belajar yang menyatu. Apabila di tingkat sekolah dasar,
peserta didik dilatih berbagai keterampilan proses yang sederhana, maka
keterampilan tersebut dapat dikembangkan menjadi keterampilan yang
lebih lengkap di jenjang pendidikan selanjutnya. Tidak hanya di jenjang
pendidikan saja, akan tetapi keterampilan tersebut dapat diterapkan oleh
peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya.
c. Jenis-Jenis Keterampilan Proses
Terdapat berbagai jenis keterampilan yang perlu diterapkan dalam
pembelajaran, sehingga keterampilan tersebut menjadi ciri khas penerapan
pendekatan keterampilan proses. Conny Semiawan, dkk, Moedjiono dan
Moh. Dimyati dalam Soli Abimanyu dkk. (2008: 10), Michael J. Padilla
(1990: 9004), Mary L. Ango dalam International Journal of Educology
2002, Vol 16, No. 1 dan Hendro Darmodjo, Jenny R.E. Kaligis (1993: 51)
menjelaskan berbagai jenis keterampilan proses, di antaranya adalah
observasi atau pengamatan, penghitungan, pengukuran, klasifikasi,
pengenalan ruang dan waktu, hipotesis, perencanaan penelitian,
pengendalian variabel, interpretasi, inferensi, peramalan, aplikasi, serta
komunikasi.
Abimanyu (2008: 10) dan L. Ango (2002: 17) menjelaskan bahwa
observasi sebagai keterampilan ilmiah yang mendasar dan pertama
menggunakan proses keterampilan ilmu pengetahuan. Mengobservasi atau
mengamati adalah penggunaan semua alat indra dengan seksama untuk
memilah-milahkan sesuatu yang penting dari yang kurang/tidak penting.
Padilla (1990: 9004) juga menyebutkan bahwa observasi sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penggunaan alat indra guna mengumpulkan informasi tentang suatu objek
atau peristiwa. Sementara itu, Darmodjo (1993: 51) menjelaskan bahwa
dalam observasi mengandung unsur membedakan, menghitung, dan
mengukur.
Abimanyu (2008: 11) menempatkan penghitungan dan
pengukuran ke dalam keterampilan yang mandiri. Hasil penghitungan itu
dapat dibuat dalam bentuk tabel, grafik, dan atau histogram. Tingkat
kesulitan penghitungan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
dan kemampuan peserta didik. Sementara itu, L. Ango (2002: 20)
mengartikan pengukuran sebagai kegiatan yang didasarkan pada
perbandingan, seperti membandingkan panjang, luas, volume dari benda,
membandingkan kecepatan, suhu, dan sebagainya.
Klasifikasi menurut Darmodjo (1993: 51) diartikan sebagai
penggolongan disertai pengurutan. Padilla (1990: 9004) mengungkapkan
bahwa klasifikasi diartikan sebagai pengelompokan objek atau peristiwa.
Selain itu, L. Ango (2002: 18) mengutip pernyataan dari Ndu (1988: 7)
yang menyatakan bahwa klasifikasi adalah proses pemilahan,
pengelompokkan, dan pengaturan berdasarkan persamaan dan perbedaan.
Lebih lanjut, Abimanyu (2008: 11) mengatakan bahwa sejumlah besar
objek, peristiwa, dan segala yang ada dalam kehidupan di sekitar, lebih
mudah dipelajari apabila dilakukan dengan cara menentukan berbagai jenis
golongan. Menggolongkan dan mengamati persamaan, perbedaan dan
hubungan serta pengelompokan objek berdasarkan kesesuaian dengan
berbagai tujuan. Keterampilan mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya sehingga
didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari objek peristiwa yang
dimaksud.
Jenis keterampilan proses yang selanjutnya adalah pengenalan
ruang dan waktu. Pengenalan ruang dan waktu serta hubungannya
keduanya dapat diartikan sebagai keterampilan yang berkaitan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengenalan bentuk-bentuk bangun ruang, pengenalan arah, pengenalan
waktu, serta hubungan yang satu dengan lainnya (Abimanyu, 2008: 12).
Jenis berikutnya adalah hipotesis. Hipotesis menurut Abimanyu
(2008: 12) disebut sebagai suatu perkiraan ilmiah tentang pemecahan suatu
masalah, penjelasan suatu keadaan yang selanjutnya diuji kebenarannya
dengan penelitian atau eksperimen. Sementara itu, Darmodjo (1993: 51)
menekankan pada cara berpikir deduktif yang dilandasi konsep-konsep
serta teori-teori yang berkaitan.
Jenis keterampilan proses yang lain adalah eksperimen.
Eksperimen dapat dilakukan oleh siapa saja dalam kehidupan sehari-hari,
tetapi kebanyakan melakukannya secara trial and error saja, demikian
pula dengan anak (Abimanyu, 2008: 13). Dengan demikian, sebelum
melaksanakan penelitian harus ditentukan hal-hal yang perlu dipersiapkan
guna mendukung jalannya penelitian. Lebih jelas lagi, Darmodjo (1993:
51) meyebutkan bahwa perencanaan penelitian meliputi penetapan
masalah, membuat hipotesis, dan menguji hipotesis.
Salah satu jenis keterampilan proses yaitu pengendalian variabel.
Abimanyu (2008: 13) menyebutkan bahwa pengendalian variabel atau
faktor yang berpengaruh dalam penelitian atau eksperimen merupakan
salah satu keterampilan dasar yang dilakukan para ilmuan dalam
melaksanakan penelitian. Pengendalian variabel merupakan usaha untuk
mengisolasi variabel yang tidak diteliti, hal ini diharapkan terjadinya
perbedaan dengan variabel yang diteliti.
Keterampilan interpretasi data juga termasuk ke dalam jenis
keterampilan proses. Keterampilan interpretasi data menduduki posisi
yang penting dalam sebuah penelitian. Data yang telah dikumpulkan
dalam penelitian harus dapat diinterpretasi/ditafsirkan dengan cara-cara
sesuai dengan kaidah ilmiah. Sehingga data yang diperoleh sesuai dengan
apa yang diharapkan dan lebih valid (Abimanyu, 2008: 14).
Mengenai inferensi, Padilla (1990: 9004) mengartikan inferensi
sebagai penyusunan berbagai pertanyaan sesuai dengan data atau informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang ingin diperoleh. Sementara itu, menurut Abimanyu (2008: 14),
melakukan inferensi adalah menyimpulkan. Ini dapat diartikan sebagai
suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa
berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui. Keterampilan
terintegrasi merupakan perpaduan dua kemampuan keterampilan proses
dasar atau lebih. Keterampilan terintegrasi terdiri atas: mengidentifikasi
variabel, tabulasi, grafik, deskripsi hubungan variabel, perolehan dan
proses data, analisis penyelidikan, hipotesis ekperimen.
Abimanyu (2008: 15) juga mengklasifikasikan peramalan ke
dalam jenis keterampilan proses. Peramalan biasanya didasarkan pada
fakta atau data yang telah dikumpulkan melalui observasi, pengukuran,
dan eksperimen. Sementara itu, Padilla (1990: 9004) menyebutkan bahwa
peramalan merupakan perumusan atau perkiraan hasil yang akan diperoleh
didasarkan pada metode-metode ilmiah.
Darmodjo (1993: 51) dan Abimanyu (2008: 15) sependapat
kaitannya dengan aplikasi. Aplikasi diartikan sebagai penggunaan konsep
atau hasil penelitian ke dalam kehidupan sehari-hari. Para ilmuan pada
umumnya mempunyai keterampilan untuk mengaplikasikan suatu konsep,
prinsip, dan atau teori untuk memecahkan suatu masalah serta menjelaskan
suatu peristiwa baru.
Jenis keterampilan proses yang terakhir adalah komunikasi.
Abimanyu (2008: 15) mengartikan komunikasi sebagai kemampuan untuk
menyampaikan informasi dari narasumber kepada orang lain. Manusia
mulai belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi merupakan
dasar untuk memecahkan masalah. Keterampilan menyampaikan sesuatu
secara lisan maupun tulisan termasuk komunikasi. Sementara itu, L. Ango
(2002: 17) mengungkapkan bahwa pemikiran, ide, temuan penelitian, dan
segala informasi penting perlu dikomunikasikan untuk kesadaran,
pembelajaran, pengajaran, dan keperluan lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat
berbagai jenis keterampilan yang mempunyai kedudukan strategis dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pendekatan keterampilan proses. Dengan menerapkan berbagai
keterampilan tersebut, diharapkan peserta didik dilatih untuk menerapkan
metode-metode ilmiah dalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu, siswa
diharapkan menjadi lebih aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
d. Kelebihan dan Kekurangan PKP
Kelebihan PKP:
Menurut Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis (1993: 39),
Ruminiati (2007: 12) serta Soli Abimanyu (2008: 4), pendekatan
keterampilan proses mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan PKP yang
pertama, merangsang rasa ingin tahu dan mengembangkan sikap ilmiah
peserta didik. Hal ini dimungkinkan karena peserta didik dilatih untuk
menguji suatu konsep atau teori secara mandiri. Pengujian suatu konsep
tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan ilmiah. Sehingga peserta didik
menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari.
Kedua, Merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif
dalam mendapatkan fakta, konsep, dan prinsip atau teori. Selain itu,
pendekatan ini dapat melatih kreativitas peserta didik. Kreativitas peserta
didik terlatih ketika pelaksanaan prosedur-prosedur percobaan. Peserta
didik terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah
pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran.
Ketiga, melatih peserta didik untuk berpikir lebih kritis. Peserta
didik dilatih untuk membandingkan berbagai hasil percobaan dan pendapat
dari temannya. Keempat, mengembangkan kepribadian peserta didik
secara holistik, baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.Kelima,
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar menggunakan
metode ilmiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kekurangan PKP
Berdasarkan berbagai kelebihan dan jenis-jenis keterampilan
proses yang telah diungkapkan oleh Hendro Darmodjo & Jenny R.E.
Kaligis (1993: 39; 51), Ruminiati (2007: 12) serta Soli Abimanyu (2008:
4-10), peneliti mengidentifikasi adanya beberapa kelemahan dalam
pendekatan keterampilan proses. Adapun kelemahan-kelemahan
pendekatan keterampilan proses tersebut adalah menghabiskan banyak
waktu, sulit membagi perhatian, butuh perencanaan dengan teliti, serta
sulit membuat peserta didik turut aktif.
Kelemahan pendekatan keterampilan proses yang pertama adalah
menghabiskan banyak waktu. Pendekatan keterampilan proses dapat
menghabiskan banyak waktu, jika ketiga belas keterampilan tersebut
diterapkan secara terperinci dan menyeluruh. Untuk mengatasi banyaknya
waktu yang terbuang, berbagai jenis keterampilan tersebut diterapkan
secara sederhana. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan
tingkat perkembangan peserta didik.
Kesulitan membagi perhatian merupakan salah satu kelemahan
pendekatan keterampilan proses. Jumlah peserta didik yang relatif banyak
akan menyulitkan guru dalam membagi perhatian. Hal ini akan terjadi jika
peserta didik melakukan berbagai keterampilan tersebut secara individu.
Dengan demikian, guru bisa mengatasi hal ini dengan membentuk
beberapa kelompok kecil. Cara ini dimaksudkan agar perhatian guru tidak
terpecah ke banyak arah, seperti ketika peserta didik belajar secara
individu.
Kelemahan yang selanjutnya, bahwa pendekatan keterampilan
proses memerlukan perencanaan dengan teliti seperti dalam pelaksanaan
penelitian. Hal ini disebabkan jenis-jenis keterampilan proses yang tidak
berbeda jauh dengan tahapan-tahapan dalam metode ilmiah. Dengan
demikian, sebelum melaksanakan pembelajaran, guru harus benar-benar
merencanakannya secara cermat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perkembangan peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kelemahan pendekatan keterampilan proses yang terakhir adalah
sulit membuat peserta didik turut aktif. Sulit membuat peserta didik turut
aktif secara merata selama proses berlangsungnya pembelajaran bisa
disebabkan oleh tingkat kemampuan masing-masing peserta didik. Peserta
didik yang memiliki tingkat kemampuan sedang/tinggi cenderung lebih
aktif dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki tingkat
kemampuan yang rendah.
Berdasarkan berbagai kelemahan yang telah diuraikan di atas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada pendekatan pembelajaran yang
sempurna. Dengan memahami kelemahan pendekatan keterampilan proses
tersebut, bukan berarti bahwa pendekatan tersebut tidak dapat diterapkan
untuk mengatasi berbagai permasalah pembelajaran. Akan tetapi, dengan
mengetahui/memahami kelemahan-kelemahan tersebut, kita dapat
menyusun strategi atau langkah awal untuk mengatasi atau meminimalisir
kelemahan-kelemahan tersebut muncul dalam kegiatan pembelajaran.
Sehingga, berbagai kelemahan tersebut dapat ditutupi dengan kelebihan-
kelebihan yang ada dalam pendekatan keterampilan proses.
e. Pelaksanaan PKP untuk Mengaktifkan Siswa dalam Belajar
Keterampilan proses memang mutlak diperlukan anak sebagai
bekal dalam kehidupannya pada masa yang akan datang . Sementara itu,
IPA dapat dipandang dari dua dimensi, yaitu dimensi produk dan dimensi
proses (Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis, 1993: 52). Pada
umumnya, pembelajaran IPA dipandang sebagai suatu produk dan bukan
sebagai proses. Hal ini berakibat pada kegiatan pembelajaran yang bersifat
memperoleh hasil belajar sebagai unsur pokok, sementara cara
memperoleh suatu hasil belajar cenderung diabaikan.
Pelaksanaan PKP pada tingkat sekolah dasar dapat melatih
peserta didik untuk mendapatkan ilmu atau memperoleh pengetahuan.
Selain itu, pendekatan keterampilan proses juga dapat meningkatkan
keaktifan peserta didik dalam belajar. Hal ini disebabkan karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pendekatan keterampilan proses melibatkan peserta didik secara langsung
dalam pelaksanaan pembelajaran.
Pelaksanaan pendekatan keterampilan proses untuk mengaktifkan
peserta didik dapat dilakukan dengan beberapa tahap. Pertama,
menghadapkan peserta didik dengan suatu permasalahan. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan atau pernyatan-
pernyataan yang menuntut untuk diadakan pengujian. Berbagai pertanyaan
dan pernyataan yang menuntut dilakukannya pengujian tersebut akan
menyebabkan peserta didik menjadi tertarik untuk menggali lebih dalam
lagi mengenai konsep yang akan dipelajari. Dengan demikian, peserta
didik akan terlibat secara aktif dalam memperoleh suatu pengetahuan.
Tahap yang kedua, peserta didik dilibatkan selama pelaksanaan
pembelajaran. Hal ini dapat diartikan bahwa peserta didik ikut serta dalam
upaya mempelajari suatu konsep dengan cara mempraktikkan suatu
konsep yang sedang dipelajari. Selain itu, peserta didik juga terlibat dalam
mengggunakan alat peraga yang sudah disiapkan. Dengan demikian,
peserta didik akan terlibat secara aktif selama pembelajaran berlangsung.
Tahap yang ketiga, peserta didik dilatih untuk menerapkan
konsep yang sudah dipelajari. Konsep yang sudah dipelajari oleh peserta
didik kemudian dikembangkan dengan cara membuat suatu model atau
karya sesuai dengan konsep tersebut. Dengan demikian, peserta didik tidak
hanya dilatih untuk aktif dalam memperoleh suatu konsep saja, akan tetapi
peserta didik juga dilatih untuk aktif mengembangkan dan memanfaatkan
konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Tahap yang keempat, peserta didik mengkomunikasikan konsep
atau pengetahuan yang sudah diperoleh. Sesudah melaksanakan percobaan
atau membuat suatu karya, peserta didik dituntut untuk aktif dalam
mengkomunikasikan pengetahuan atau hasil karyanya. Pengetahuan atau
hasil karya yang dikomunikasikan diharapkan mendapat respon atau
tanggapan dari peserta didik lainnya. Hal ini akan berdampak pada suasana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran yang terlihat lebih hidup, sebab adanya interaksi antar siswa
selama pembelajaran berlangsung.
Dengan menerapkan berbagai cara tersebut, pelaksanaan
pendekatan keterampilan proses diharapkan dapat mengaktifkan peserta
didik dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, peserta didik juga
diharapkan dapat mengembangkan dan memanfaatkan pengetahuan yang
sudah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
f. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Menggunakan PKP
Menurut Soli Abimanyu dkk. (2008: 18), kegiatan-kegiatan yang
tergolong dalam langkah-langkah proses belajar mengajar atau bagian inti
yang bercirikan keterampilan proses, meliputi :
Langkah pertama yang dilakukan oleh guru beserta peserta didik
adalah mempersiapkan segala bahan dan peralatan yang akan digunakan
dalam percobaan sifat-sifat cahaya. Guru menjelaskan prosedur atau
langkah-langkah percobaan sifat-sifat cahaya, sehingga peserta didik tidak
mengalami kesulitan ketika melakukan percobaan. Langkah selanjutnya
adalah membimbing peserta didik melakukan percobaan sifat-sifat cahaya.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui kinerja peserta didik selama kegiatan
berlangsung.
Langkah kedua, Peserta didik belajar dalam bentuk kelompok.
Setiap kelompok melakukan percobaan sifat-sifat cahaya. Selanjutnya
peserta didik melakukan diskusi, menafsirkan dan menjelaskan hasil
percobaan sifat-sifat cahaya yang sudah dilakukan. Hasil percobaan yang
diperoleh peserta didik kemudian dilaporkan dalam forum diskusi kelas.
Sementara itu, kelompok lain juga menanggapi apa yang sudah
disampaikan oleh kelompok yang maju.
Setelah forum diskusi selesai, peserta didik menyusun kesimpulan
dari keseluruhan percobaan sifat-sifat cahaya disertai bimbingan dari guru.
Selain itu, guru juga memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menanyakan materi yang belum dipahami. Langkah terakhir yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan yaitu guru melakukan evaluasi untuk mengukur ketercapaian
tujuan pembelajaran materi sifat-sifat cahaya yang sudah ditetapkan.
2. Hakikat Keaktifan Belajar IPA Materi Sifat-Sifat Cahaya
a. Pengertian Keaktifan Belajar
Soli Abimanyu (2008: 3) mengungkapkan bahwa keaktifan
belajar ialah setiap kegiatan yang mengandung unsur interaksi edukatif.
Menurut J.J. Hasibuan, Moedjiono (1986: 7), keaktifan belajar adalah
setiap bentuk keikutsertaan peserta didik dalam pembelajaran yang
melibatkan keaktifan mental dan keaktifan fisik.
Eggen dan Kauchak dalam Soli Abimanyu dkk. (2008: 19)
mengemukakan pendapat aliran behavioristik tentang belajar sebagai
perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi sebagai hasil dan
pengalaman. Menurut Eggen dan Kauchak seseorang dikatakan belajar
jika ia mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses
belajar yang diperoleh melalui pengalaman. Sejalan dengan Eggen dan
Kauchak, Morgan dkk dalam Bimo Walgito (2004: 167) memberikan
definisi mengenai belajar “Learning can be defined as any relatively
permanent change in behavior which occurs as a result of practice or
experience”. Proses belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan
perilaku yang relatif bersifat permanen yang terjadi sebagai hasil dari
kegiatan praktik atau pengalaman.
Berdasarkan pengalaman, siswa akan dapat membentuk
pengertian dan pendapat, mengambil keputusan, bersikap tepat dan
memiliki ketrampilan belajar, bekerja dan sebagainya. Segi pengamatan,
diantara indera yang paling penting untuk memperoleh pengetahuan
adalah pendengaran dan penglihatan.
Syaiful Bahri Djamarah (2005: 79) mengungkapkan bahwa tidak
ada proses belajar tanpa disertai keaktifan peserta didik yang belajar.
Peserta didik pasti aktif dalam belajar, hanya yang membedakan adalah
kadar atau bobot keaktifan peserta didik dalam belajar. Ada keaktifan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
belajar dengan kategori rendah, sedang, dan tinggi. Jika dibuat rentangan
sekala 0-10, maka keaktifan belajar ada dalam skala 1-10, tidak ada skala
nol, betapapun kecilnya keaktifan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
keaktifan belajar merupakan setiap kegiatan peserta didik yang
mengandung unsur interaksi edukatif, yaitu hubungan timbal balik yang
menyebabkan adanya perubahan sikap atau perilaku ke arah yang lebih
baik. Keaktifan belajar meliputi keaktifan kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
b. Jenis-Jenis Keaktifan Belajar
Menurut J.J. Hasibuan, Moedjiono (1986: 7), keaktifan belajar
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu keaktifan mental dan keaktifan
fisik. Keaktifan mental melibatkan penggunaan pengetahuan dan
perkembangan kecerdasan anak. Selain itu, keaktifan mental juga
meliputi unsur emosional peserta didik antara lain berhubungan dengan
perasaan, penghargaan, nilai, sikap, dan motivasi. Sementara itu,
keaktifan fisik berhubungan dengan koordinasi antara setiap anggota
tubuh serta perkembangan motorik anak.
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005: 84),
aktivitas belajar peserta didik meliputi meliputi bagaimana peserta didik
belajar secara individu, belajar dalam bentuk kelompok, partisipasi dalam
melaksanakan tugas belajarnya, keberanian peserta didik mengajukan
pendapat, aktivitas belajar analisis, sintesis, penilaian, serta kesimpulan,
hubungan sosial antar peserta didik, kemampuan memberikan komentar
atau tanggapan, kesempatan untuk menggunakan berbagai sumber
belajar, upaya untuk menilai hasil belajar, dan yang terakhir adalah upaya
peserta didik untuk bertanya kepada guru.
Menurut Sriyono, dkk. (1992 : 75) Keaktifan adalah pada saat
guru mengajar ia harus mengusahakan agar para siswa aktif, jasmani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
maupun rohani. Keaktifan jasmani maupun rohani meliputi keaktifan
indera, keaktifan akal, keaktifan ingatan, keaktifan emosi.
Berkaitan dengan keaktifan indera, siswa harus dirangsang agar
dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin. Selanjutnya,
keaktifan akal berhubungan akal anak-anak yang aktif untuk
memecahkan masalah. Keaktifan ingatan memiliki arti bahwa pada
waktu mengajar, anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang
disampaikan oleh guru dan menyimpannya dalam otak. Sementara itu,
keaktifan emosi dapat diartikan bahwa anak hendaklah senantiasa
mencintai pelajarannya.
Ada beberapa cara yang yang bisa dilakukan untuk
mengaktifkan siswa dalam mengikuti pembelajaran, misalnya dengan
meminta siswa menjawab pertanyaan atau meminta siswa membuat
pertanyaan dan menjawab sendiri tidak kecil artinya dalam interaksi
belajar mengajar. Selain itu dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa setiap kali mengajar lebih baik
daripada sekedar memberi pelajaran lisan saja. Sebab, hal tersebut akan
mendorong siswa memecahkan masalah dan mendorong guru lebih
kreatif dan berinisiatif (Sriyono, 1992: 77-78).
Berdasarkan berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
keaktifan belajar ada tiga aspek, antara lain: 1) Keaktifan kognitif, 2)
Keaktifan afektif, 3) Keaktifan psikomotorik. Keaktifan mental yang
telah dijelaskan oleh Hasibuan (1986: 7) dapat dimasukkan ke dalam
aspek kognitif dan afektif. Sementara itu, keaktifan fisik dapat
dimasukkan ke dalam aspek psikomotorik.
Sementara itu, keaktifan indera menurut Sriyono (1992: 75)
dapat dikategorikan ke dalam jenis keaktifan psikomotorik. Selanjutnya,
keaktifan ingatan dan keaktifan akal dapat di kategorikan ke dalam jenis
keaktifan kognitif. Sementara itu, keaktifan emosi dapat dikategorikan ke
dalam jenis keaktifan afektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai beberapa definisi yang
disampaikan oleh beberapa ahli. Hendro Darmodjo, Jenny R.E. Kaligis
(1993: 3) menjelaskan bahwa IPA adalah ilmu yang pengetahuan yang
mempelajari tentang alam semesta dengan segala isinya. Tidak jauh
berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Hendro Darmodjo & Jenny
R.E. Kaligis, Sukardjo (2005: 1) mengatakan bahwa IPA adalah ilmu
yang mempelajari alam dengan segala isinya, atau secara sederhana
merupakan suatu kumpulan pengetahuan yag tersusun secara sistematis
tentang gejala alam.
Nash dalam Hendro Darmodjo, Jenny R.E. Kaligis (1993: 3)
mengatakan bahwa Science is away of looking at the world. Ia
menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia itu bersifat analitis,
lengkap, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan
fenomena yang lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu
perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya.
Sementara itu, Einstein dalam Hendro Darmodjo, Jenny R.E.
Kaligis (1993: 3) mengatakan bahwa Science is the attempt to make
chaotic diversity of our sense experience correspond to a logically
uniform system of though. Menurut Einstein, IPA merupakan suatu
bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem
pola pikir yang logis. “A logically uniform system of though”
mempunyai arti pola berpikir ilmiah. IPA tidak hanya dapat dipandang
sebagai kumpulan pengetahuan tetapi juga dapat dipandang sebagai suatu
metode.
Carin dan Sund dalam Hendro Darmodjo, Jenny R.E. Kaligis
(1993: 4) mengatakan bahwa Science is the system of knowing about the
universe through data collected by observation and experimentation. As
data are collected, theories are advanced to explain an account for what
has been observed. Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Carin dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sund, IPA dapat diartikan sebagai suatu system of knowing atau sistem
pengetahuan tentang alam.
d. Hakikat Pembelajaran IPA SD
Menurut Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis (1993: 17),
anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami
pertumbuhan, baik pertumbuhan intelektual, pertumbuhan emosional,
maupun pertumbuhan fisik. Darmodjo (1993: 22) menjelaskan bahwa
penerapan Teori Piaget sangat cocok dalam pengajaran IPA. Penerapan
teori tersebut meliputi belajar melalui perbuatan, variasi kegiatan belajar
mengajar, mengenal tingkat perkembangan peserta didik, menerapkan
latihan yang berulang.
Belajar melalui perbuatan disebabkan oleh perkembangan
intelektual dan perkembangan emosional anak yang dipengaruhi
langsung oleh keterlibatan fisik dan mental terhadap lingkungannya.
Oleh karena itu, guru disarankan untuk mengupayakan pengajaran IPA
melalui aktivitas konkrit untuk semua tingkat SD.
Perlunya variasi kegiatan dalam proses belajar mengajar didasari
oleh adanya variasi kecepatan perkembangan intelektual atau emosional
yang menimbulkan perbedaan individu. Pembelajaran akan lebih efektif
apabila kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tingkat perkembangan
intelektual peserta didik. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat
menyajikan berbagai variasi kegiatan dengan maksud agar dapat diikuti
dengan baik oleh setiap peserta didik dari berbagai tahap perkembangan.
Selanjutnya, guru perlu mengenal tingkat perkembangan peserta
didiknya, dengan alasan bahwa adanya perbedaan individual. Perbedaan
individual tersebut perlu dipantau terus menerus. Hal ini bertujuan agar
guru tidak hanya mengenal tingkat perkembangan intelektual secara
kelompok/kelas, akan tetapi sejauh mungkin mengetahui status
perkembangan masing-masing peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sementara itu, guru juga perlu mengadakan latihan yang
berulang-ulang. Materi atau konsep yang sudah dipelajari oleh peserta
didik diulangi secara teratur, hal ini dimaksudkan agar materi atau
konsep yang diajarkan oleh guru tertanam secara kuat dalam benak
peserta didik. Materi atau konsep yang diajarkan akan melekat dalam
benak peserta didik sebab adanya pengulangan-pengulangan yang
terstruktur.
Selanjutnya, Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis (1993: 21)
mengungkapkan bahwa ada beberapa alasan yang menjadikan
lingkungan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam interaksi
belajar mengajar. Alasan tersebut di antaranya lingkungan sebagai
sasaran belajar, sebagai sumber belajar, dan sebagai sarana belajar
mengajar.
Lingkungan sebagai sasaran belajar dapat diartikan bahwa
segala sesuatu di sekitar anak merupakan objek untuk diajarkan kepada
anak, atau lingkungan merupakan sasaran belajar bagi anak SD.
Selanjutnya, lingkungan sebagai sumber belajar dapat diartikan bahwa
lingkungan merupakan sumber belajar yang tidak ada habisnya
memberikan pengetahuan kepada anak. Semakin kita gali, semakin
banyak yang kita dapatkan. Tidak hanya bagi IPA itu sendiri, tetapi juga
berupa sumber dari berbagai macam ilmu pengetahuan seperti IPS dan
matematika.
Alasan yang terakhir yaitu IPA sebagai sarana belajar. Setiap
proses pembelajaran memerlukan sarana belajar, seperti ruang kelas dan
kelengkapannya, laboratorium dengan segala peralatannya, gedung
sekolah, dan sebagainya. Lingkungan merupakan sarana belajar yang
baik, bahkan lingkungan alamiah menyediakan bahan-bahan yang tidak
perlu dibeli, misalnya udara, cahaya matahari, pepohonan, dan lain-lain.
Jadi, lingkungan merupakan sarana belajar yang ekonomis.
Berdasarkan ketiga alasan tersebut, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa lingkungan memiliki peranan yang sangat penting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bagi pendidikan anak usia sekolah dasar. Hal ini dikarenakan lingkungan
dapat digunakan sebagai sasaran belajar, sarana belajar, serta sumber
belajar.
Darmodjo (1993: 35) menjelaskan bahwa ada berbagai macam
jenis pendekatan yang digunakan dalam pembeajaran IPA di SD.
Pendekatan tersebut meliputi pendekatan ekspositori, pendekatan inkuiri,
dan pendekatan proses. Dalam pendekatan ekspositori, guru bertindak
selaku pelaksana proses belajar mengajar, sementara siswa menyiapkan
mental untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Umumnya yang
dilakukan guru adalah memberi ceramah, mendemonstrasikan sesuatu,
memperlihatkan film, video, slide, dan sebagainya. Pendekatan
ekspositori memiliki kelebihan yaitu materi pembelajaran dapat
diselesaikan dalam waktu singkat. Namun pendekatan ini juga memiliki
kelemahan, yaitu siswa yang cenderung pasif selama pembelajaran
berlangsung.
Pendekatan yang selanjutnya adalah pendekatan inkuiri.
Pendekatan inkuiri mendambakan keaktifan siswa untuk memperoleh dan
mengolah informasi sampai menemukan konsep-konsep IPA. Informasi
dapat diperoleh siswa melalui berbagai sumber misalnya dari hasil
observasi, eksperimen, narasumber di luar sekolah, alam sekitar, dan lain
sebagainya (Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis 1993: 36).
Pendekatan selanjutnya yang biasa digunakan dalam
pembelajaran IPA di SD adalah pendekatan proses. Pendekatan proses
tidak jauh berbeda dengan pendekatan inkuiri, hal ini dikarenakan
pendekatan tersebut memiliki ciri-ciri yang sama yaitu mendambakan
keaktifan siswa untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber.
(Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis 1993: 38).
e. Manfaat IPA
IPA mempunyai manfaat sebagai pemupukan sikap. Menurut
Wynne Harlen (Hendro Darmodjo, Jenny R.E. Kaligis. 1993: 7),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
setidaknya ada sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan
pada anak usia sekolah dasar, antara lain adalah sikap ingin tahu, sikap
ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus
asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung
jawab, sikap berpikir bebas, sikap kedisiplinan diri.
IPA erat kaitannya dengan metode-metode ilmiah. Dari berbagai
metode ilmiah yang diajarkan kepada peserta didik, IPA akan
menumbuhkan rasa ingin tahu siswa. Rasa ingin tahu siswa tercermin
pada sikap yang ingin selalu mendapatkan jawaban yang benar dari objek
atau peristiwa yang diamatinya. Dalam penelitian yang menggunakan
metode ilmiah, peserta didik dilatih untuk menguji suatu konsep atau
penemuan baru yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Selama penelitian, peserta didik dapat bekerjasama dengan
temannya, sehingga terjalin hubungan yang baik antar peserta didik.
Selain itu, peserta didik akan memperoleh sikap tidak mudah putus asa
dan berusaha keras untuk mencapai keberhasilan. Hal ini dimungkinkan
karena dalam suatu percobaan seringkali bersifat trial and error. Dengan
percobaan yang berulang-ulang, peserta didik tidak hanya mengira-ngira
hasil percobaan secara asal-asalan, akan tetapi ia berusaha menguji
sesuatu yang sudah disangkakan dengan hasil percobaan.
Percobaan-percobaan IPA menuntut pertanggungjawaban dari
peneliti. Dengan penerapan IPA, peserta didik dilatih untuk bertanggung
jawab atas percobaan yang sudah dilakukan. Selain itu, IPA juga dapat
melatih peserta didik untuk bersikap objektif selama melakukan
percobaan.
f. Ruang Lingkup IPA
Menurut Permen nomor 22, 23, dan 24 Tahun 2006, ruang
lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Benda/materi, sifat-sifat, dan kegunaannya meliputi: cair, gas, padat,
dan gas.
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
g. Sifat-Sifat Cahaya
Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat kita lihat apabila ada
cahaya yang mengenai benda tersebut. Cahaya yang mengenai benda
akan dipantulkan oleh benda ke mata sehingga benda tersebut dapat
terlihat. Cahaya berasal dari sumber cahaya. Semua benda yang dapat
memancarkan cahaya disebut sumber cahaya. Contoh sumber cahaya
adalah matahari, lampu, senter, dan bintang.
Menurut Heri Sulistyanto (2008: 125), cahaya memiliki
beberapa sifat yaitu merambat lurus, menembus benda bening, dapat
dipantulkan, dan dapat dibiaskan. Sifat cahaya yang merambat lurus
dapat diperagakan dengan menggunakan senter yang disorotkan melewati
kardus yang sudah dilubangi kemudian diarahkan ke cermin. Cahaya
yang memantul dari cermin akan berwujud garis lurus.
Sifat cahaya yang menembus benda bening dapat diperagakan
dengan membandingkan mengarahkan sinar menuju benda bening dan
gelap. Benda bening yang digunakan adalah mika dan plastik, sementara
benda gelap yang digunakan adalah kardus, meja, dan buku tulis. Setelah
melakukan percobaan, peserta didik diminta untuk membandingkan
perbedaan antara sinar yang diarahkan menuju mika, plastik, kardus,
meja, dan buku tulis.
Sifat cahaya yang dapat dipantulkan bisa dipraktikkan dengan
mengarahkan sinar dari senter menuju cermin. Cahaya yang disorotkan
tersebut akan memantul dari cermin. Selain itu, peserta didik juga bisa
diajak keluar ruangan untuk mencoba mengarahkan cermin ke arah sinar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
matahari, kemudian peserta didik diminta untuk mengamati apa yang
terjadi.
Sedangkan sifat cahaya yang dapat dibiaskan bisa diperagakan
dengan menggunakan bahan pensil, air, serta gelas. Pensil dimasukkan ke
dalam gelas yang berisi air, maka pensil tersebut terlihat bengkok. Selain
itu, peserta didik juga bisa membandingkan antara uang logam yang
diletakkan dalam gelas kosong dengan uang logam dalam gelas yang
berisi air. Uang dalam gelas yang berisi air akan nampak lebih besar atau
dekat dibandingkan dengan uang logam yang diletakkan dalam gelas
kosong.
Sifat-sifat cahaya dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-
hari, misalkan untuk lampu sepeda motor, senter, lampu rumah, dan
masih banyak lagi. Prinsip sifat cahaya juga bisa diterapkan untuk
membuat periskop sederhana.
B. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, di antaranya
adalah penelitian dari Siti Rusmiyati, Any Jamila Fatmasari, dan Lanjar Istika
Yunianti. Berbagai persamaan dan perbedaan muncul sebagai ciri khas antara
penelitian ini dengan penelitian yang sudah dilaksanakan oleh Siti Rusmiyati, Any
Jamila Fatmasari, dan Lanjar Istika Yunianti.
Siti Rusmiyati dalam skripsi yang berjudul “Peningkatkan kreativitas
dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan keterampilan proses pada siswa
kelas V SDN Pesantren Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2008/2009”. Hasil
penelitian tindakan kelas ini menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan
kreativitas siswa dalam mempelajari sifat-sifat cahaya melalui penerapan
pendekatan keterampilan proses.
Penelitian yang sudah dilakukan oleh Siti Rusmiyati mempunyai
kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
Letak kesamaannya terdapat pada pendekatan yang digunakan, yaitu penggunaan
pendekatan keterampilan proses. Sementara itu, perbedaannya terletak pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tingkat kreativitas dan keaktifan. Siti Rusmiyai lebih fokus untuk meningkatkan
kreativitas peserta didik, sedangkan peneliti lebih terfokus untuk meningkatkan
keaktifan peserta didik. Waktu penelitian yang diambil oleh Siti Rusmiyati pada
Tahun Pelajaran 2008/2009, berbeda dengan waktu yang dimbil oleh peneliti yaitu
Tahun Pelajaran 2011/2012.
Selain itu, ada perbedaan lain yang menjadi ciri khas penelitian yang
sudah dilakukan oleh Siti Rusmiyati dengan penelitian yang akan dilaksanakan
oleh peneliti. Tempat penelitian yang diambil oleh Siti Rusmiyati adalah di SDN
Pesantren Kabupaten Batang, sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan
peneliti berada di SDN 06 Ngringo Kabupaten Karanganyar.
Penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian yang dilaksanakan
oleh Any Jamila Fatmasari. Penelitian tersebut termuat dalam skripsi yang
berjudul “Meningkatkan Minat Belajar IPA Melalui Pendekatan Keterampilan
Proses Pada Siswa Kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar Tahun Pelajaran
2009/2010”. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan adanya peningkatan
motivasi serta keaktifan belajar Ilmu Pengetahuan Alam.
Penelitian yang dilakukan oleh Any Jamila Fatmasari memiliki kesamaan
dalam pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan keterampilan proses.
Sementara itu, ada perbedaan yang menonjol yaitu antara minat belajar yang
diambil oleh Any Jamila Fatmasari dengan keaktifan belajar yang diambil oleh
peneliti. Minat belajar peserta didik berhubungan dengan motivasi, keinginan atau
kehendak yang mendasari peserta didik untuk ikut serta dalam kegiatan
pembelajaran. Sementara itu, keaktifan belajar berkaitan dengan keikutsertaan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, baik dari segi kognitif, afektif,
maupun psikomotorik peserta didik. Dengan kata lain, minat belajar menjadi dasar
yang sangat penting untuk mewujudkan keaktifan belajar peserta didik.
Selain perbedaan di atas, ada perbedaan lain yang terletak pada kelas
yang diteliti dan waktu penelitian. Any Jamila Fatmasari melaksanakan
penelitiannya di kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar, sedangkan peneliti
mengambil kelas V SDN 06 Ngringo Kabupaten Karanganyar. Waktu penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang diambil oleh Any Jamila Fatmasari pada Tahun Pelajaran 2009/2010,
berbeda dengan waktu yang dimbil oleh peneliti yaitu Tahun Pelajaran 2011/2012.
Penelitian relevan yang terakhir adalah penelitian dari Lanjar Istika
Yunianti dalam skripsi yang berjudul “Penerapan pendekatan keterampilan proses
dalam mencapai ketuntasan belajar konsep energi gerak pada siswa kelas III SD
Negeri III Sendang, Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian
tindakan kelas ini menunjukkan adanya pencapaian ketuntasan belajar IPA siswa
kelas III SD Negeri III Sendang Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011 melalui
penerapan pendekatan keterampilan proses.
Ada beberapa persamaan dan perbedaan antara penelitian yang sudah
dilakukan Lanjar Istika Yunianti dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh
peneliti. Persamaan tersebut terletak pada penggunaan pendekatan keterampilan
proses. Selain itu, Mata pelajaran yang diambil oleh Lanjar Istika Yunianti dan
peneliti juga sama, yaitu IPA.
Selain itu, ada beberapa perbedaan yang menonjol, yaitu antara
ketuntasan belajar yang diambil oleh Lanjar Istika Yunianti dengan keaktifan
belajar yang diambil oleh peneliti. Ketuntasan belajar cenderung menekankan
penguasaan materi secara penuh yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Penguasaan penuh ini dapat dicapai apabila siswa mampu menguasai materi
tertentu secara menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar yang baik pada
materi tersebut. Sementara itu, keaktifan belajar berkaitan dengan keikutsertaan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, baik dari segi kognitif, afektif,
maupun psikomotorik peserta didik.
Perbedaan juga terletak pada tempat dan waktu penelitian. Tempat
pelaksanaan penelitian yang sudah dilaksanakan oleh Lanjar Istika Yunianti
bertempat di SD Negeri III Sendang Wonogiri, sedangkan waktu penelitian
dilaksanakan pada tahun pelajaran 2010/2011. Sementara itu, peneliti akan
melaksanakan penelitian di SDN 06 Ngringo Jaten Karanganyar pada tahun ajaran
2011/2012. Perbedaan yang terakhir, Lanjar Istika Yunianti melaksanakan
penelitian di kelas III SD, sedangkan peneliti akan melaksanakan penelitian pada
siswa kelas V SD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Kerangka Berpikir
Kondisi awal pembelajaran sebelum dilaksanakan pendekatan
keterampilan proses, pembelajaran lebih berpusat pada guru sehingga peserta
didik menjadi pasif atau kurang aktif. Pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya
memang dapat didesain dengan kegiatan yang berpusat pada peserta didik, namun
kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran IPA di SDN 06 Ngringo Kabupaten
Karanganyar cenderung berpusat pada guru. Sementara itu, peserta didik hanya
terfokus menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu, pola
interaksi edukatif bersifat searah yaitu dari guru ke peserta didik, sedangkan
peserta didik tidak memberikan tanggapan kepada guru atau ke sesama peserta
didik. Peserta didik dalam interaksi edukatif ini sebagai objek belajar, bukan
subjek belajar.
Berbagai persoalan tersebut ternyata berimbas pada keaktifan dan hasil
belajar IPA siswa. Data menunjukkan dari 37 siswa kelas V SDN 06 Ngringo,
rata-rata keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya hanya mencapai +37.84%.
Siswa yang kurang aktif sebanyak 23 anak atau sekitar 52.34%. Siswa yang cukup
aktif sebanyak 11 anak, atau sekitar 35.00%. Siwa yang aktif sebanyak 3 anak,
atau sekitar 12.66%. Sementara itu, belum ada siswa yang tergolong sangat aktif
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Keaktifan belajar siswa yang menonjol adalah keberanian siswa dalam
menjawab atau mengajukan pertanyaan. Keberanian mengajukan pendapat dan
pertanyaan didominasi oleh sebagian kecil siswa yaitu antara 3-5 anak. Begitu
juga ketika guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan, hanya 8-10 anak
saja yang mau dan mampu menjawab pertanyaan tersebut.
Dari kondisi awal di atas, peneliti melakukan tindakan dengan
menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA materi
sifat-sifat cahaya untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. Penerapan PKP
dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, antara lain: 1)
Guru menjelaskan prosedur atau langkah-langkah percobaan sifat-sifat cahaya.
Hal ini dimaksudkan agar peserta didik tidak mengalami kesulitan ketika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
melakukan percobaan, 2) Peserta didik melakukan percobaan sifat-sifat cahaya
disertai bimbingan dari guru, 3) Setiap kelompok melakukan diskusi, menafsirkan
dan menjelaskan hasil percobaan sifat-sifat cahaya yang sudah dilakukan, 4)
Setiap kelompok melaporkan hasil diskusi berdasarkan percobaan yang dilakukan,
sementara itu kelompok lain juga menanggapi apa yang sudah disampaikan oleh
kelompok yang maju, 5) Peserta didik menyusun kesimpulan dari keseluruhan
percobaan sifat-sifat cahaya disertai bimbingan dari guru, 6) Guru melakukan
evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran materi sifat-sifat
cahaya yang sudah ditetapkan.
Penerapan pendekatan keterampilan proses diambil dengan alasan
bahwa pendekatan keterampilan proses memiliki kelebihan yang bermanfaat
untuk meningkatkan keaktifan belajar peserta didik, antara lain merangsang rasa
ingin tahu dan mengembangkan sikap ilmiah peserta didik, peserta didik akan
lebih aktif dalam pembelajaran, terlibat langsung dengan objek nyata, melatih
menerapkan konsep yang sudah diperoleh, memadukan antara keterampilan
intelektual, mental, dan fisik peserta didik.
Berdasarkan berbagai uraian di atas, penelitian ini dilaksanakan dalam
dua siklus pada proses tindakan. Masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan.
Setelah tindakan dilaksanakan, kondisi akhir yang didapatkan adalah keaktifan
belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya materi sifat-sifat cahaya
meningkat.
Adapun kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat ditarik hipotesis tindakan
sebagai berikut:
“Melalui pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan keaktifan
belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V semester II SDN 06
Ngringo tahun ajaran 2011/2012”.
Tindakan
Siswa: Keaktifan belajar
IPA Rendah
Siklus I:
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi/observasi
4. Refleksi
Siklus II:
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi/observasi
4. Refleksi
Guru:
Pembelajaran
Konvensional
Menggunakan
pendekatan
keterampilan proses
pada materi sifat-
sifat cahaya.
Keaktifan belajar IPA materi
sifat-sifat cahaya dapat
meningkat
KONDISI
AWAL
KONDISI
AKHIR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian tindakan kelas ini adalah di Sekolah Dasar Negeri
06 Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Alasan pemilihan
tempat ini adalah sebagai berikut:
a. SDN 06 Ngringo adalah sekolah tempat peneliti pernah melakukan Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL), sehingga peneliti lebih mengetahui iklim
pembelajaran di sekolah tersebut.
b. Iklim pembelajaran yang sudah dipahami oleh peneliti akan memperlancar
dalam menyusun langkah-langkah atau strategi penelitian sesuai dengan
judul yang diambil.
c. Peneliti memilih SDN 06 Ngringo khususnya kelas V sebagai tempat
penelitian, dengan alasan bahwa di SD tersebut masih mengalami
permasalahan di dalam proses pembelajarannya. Permasalahan tersebut
berkaitan dengan tingkat keaktifan peserta didik yang masih rendah, yaitu
sekitar 43% peserta didik yang aktif selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Hal ini berimbas pada tingkat prestasi belajar peserta didik
yang masih rendah pula.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian mulai dari penyusunan proposal penelitian hingga
penyusunan laporan dalam bentuk skripsi adalah selama lima bulan.
Penyusunan proposal dimulai pada bulan Februari, hingga penyusunan laporan
penelitian dalam bentuk skripsi yang selesai pada bulan Juli. Adapun rincian
jadwal penelitian adalah seperti pada tabel 3.1 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
N
o Kagiatan
Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Analisis
pembelajara
n pra siklus
2 Penyusunan
proposal
3 Pelaksanaan
siklus I
4 Analisis
pelaksanaan
siklus I
5 Pelaksanaan
siklus II
6 Analisis
pelaksanaan
siklus II
7 Penyusunan
skripsi
B. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah Siswa Kelas V Sekolah
Dasar Negeri 06 Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran
2011/2012 yang terdiri dari 37 siswa, dengan rincian 17 siswa laki-laki dan 20
siswa perempuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas dengan
bentuk metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif
kualitatif dimaksudkan untuk menuturkan, menafsirkan, serta
menggambarkan situasi dan kondisi yang terjadi selama kegiatan penelitian
berlangsung. Masalah yang menjadi objek penelitian pada umumnya belum
jelas, kompleks, dan dinamis sehingga data yang dipergunakan adalah data
yang diperoleh dan dikumpulkan langsung tercatat dari kegiatan lapangan.
2. Strategi Penelitian
Strategi yang dipilih dan digunakan dalam penelitian ini adalah
strategi tindakan kelas model siklus. Setiap siklus ditempuh melalui empat
fase seperti yang disampaikan Jean McNiff (1992: 23) berikut ini:
Gambar 3.1 Skema Proses PTK Jean McNiff (1992: 23)
D. Sumber Data
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji
dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif dan kuantitatif. Informasi data
ini akan digali dari berbagai macam sumber data. Adapun sumber data yang akan
dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain:
plan
act
Observe
reflect
plan
act
Observe
reflect
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Sumber data primer.
Sumber data ini berasal dari wawancara dengan guru.
2. Sumber data skunder
Sumber data ini berasal dari LKS, dokumentasi, serta hasil observasi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai bentuk Penelitian Tindakan Kelas dan jenis sumber data yang
dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memantau proses dan dampak
pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar
lebih efektif dan efisien. Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan
pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya. Langkah-
langkah observasi meliputi perencanaan, pelaksanaan observasi kelas dan
pembahasan balikan.
Perencanaan observasi dilakukan dengan menyiapkan lembar
pengamatan beserta skala penskoran keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat
cahaya. Lembar pengamatan tersebut berisi tentang berbagai keaktifan yang
akan diukur, keaktifan tersebut meliputi keaktifan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Selain itu, teknik observasi juga digunakan untuk mengetahui
kinerja guru selama pembelajaran, yaitu dengan lembar pengamatan kinerja
guru.
Selanjutnya, pelaksanaan observasi dilakukan oleh guru kelas V.
Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar pengamatan dan
pedoman penskoran. Guru melakukan observasi selama pembelajaran sifat-
sifat cahaya berlangsung. Posisi observer berada di meja komputer yang
terletak di depan kelas sebelah utara.
Sementara itu, pembahasan balikan dilakukan oleh observer untuk
mengetahui data yang diperoleh dari pelaksanaan observasi. Hal ini dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk mengukur tingkat keaktifan belajar siswa, sehingga dapat disusun
rencana observasi berikutnya.
2. Dokumen
Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber
data karena dokumen bisa dimanfaatan untuk menguji, menafsirkan, bahkan
untuk meramalkan. Dokumen yang dikaji adalah arsip atau dokumen yang
ada. Dokumen tersebut antara lain kurikulum (silabus), Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), foto-foto selama proses pembelajaran berlangsung. Hal
ini untuk mengetahui peningkatan keaktifan peserta didik.
Silabus digunakan peneliti sebagai acuan untuk menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) sifat-sifat cahaya. Sementara RPP
digunakan untuk membuat skenario pembelajaran sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan, yaitu dengan menerapkan peendekatan keterampilan
proses.
Foto dan video tentang pelaksanaan pembelajaran juga sangat
penting untuk membandingkan dengan hasil observasi yang telah dilakukan.
Dalam pengambilan gambar, peneliti mengikutsertakan dua orang rekan yang
bertugas untuk mengambil gambar. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan video dimulai pada saat kegiatan apersepsi hingga kegiatan
evaluasi. Video dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan guru dalam
mengobservasi setiap kegiatan peserta didik selama pembelajaran
berlangsung. Dengan menggunakan video, guru dapat mengamati keaktifan
peserta didik yang mungkin terlewatkan saat pembelajaran berlangsung.
3. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud untuk menggali
informasi oleh pewawancara dari terwawancara (Lexy J. Moleong. 2007:
186). Dalam penelitian ini, peneliti selaku pewawancara menggali informasi
yang bersumber dari guru kelas V yang berperan sebagai terwawancara atau
narasumber.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Wawancara yang pertama kali dilakukan peneliti bersifat tidak
terstruktur, yaitu belum ditentukan waktu dan instrumen wawancara. Teknik
ini dagunakan untuk mengetahui gambaran awal tentang keadaan kelas.
Wawancara berikutnya bersifat terstruktur, yaitu waktu dan instrumen
wawancara sudah dipersiapkan sebelumnya. Teknik ini digunakan untuk
menggali informasi yang lebih dalam mengenai keaktifan belajar siswa pada
materi sifat-sifat cahaya.
F. Validitas Data
Di dalam penelitian digunakan prosedur uji validitas data, maksudnya
adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang
sebenarnya diukur atau diteliti. Di dalam penelitian ini untuk menguji kesahihan
data digunakan triangulasi data dan triangulasi metode.
Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah:
1. Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Data penelitian
keaktifan belajar siswa yang bersumber dari guru dibandingkan dengan data
yang bersumber dari dokumentasi (foto dan video). Hal ini dilakukan guna
mendapatkan data yang kuat dan sahih.
2. Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Data keaktifan
belajar siswa yang diperoleh melalui metode observasi, dokumentasi, dan
wawancara dibandingkan antara yang satu dengan yang lainnya. Selanjutnya,
data yang diperoleh lewat beberapa teknik pengumpulan data tersebut dapat
ditarik kesimpulan menjadi data yang lebih kuat validitasnya.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman (1992: 20) yang mempunyai tiga model
kegiatan, yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data; (3) penarikan kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atau verifikasi yang membentuk proses atau siklus bersama secara berkaitan.
Adapun langkah-langkah analisis data penelitian adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar”
yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini
dilakukan selama proses penelitian berlangsung. Data yang dikumpulkan lalu
dipilih dan disederhanakan, mana yang penting diambil dan yang tidak
diperlukan dihilangkan (Miles dan Huberman, 1992: 16).
Data yang direduksi pada penelitian ini meliputi data hasil
wawancara, observasi serta dokumentasi. Data yang diperoleh dari hasil
wawancara dipilih atau diseleksi sesuai dengan informasi yang diperoleh,
yaitu keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN
06 Ngringo. Sementara itu, data yang tidak sesuai dengan informasi yang
dibutuhkan kemudian dipisahkan.
Data yang direduksi selanjutnya adalah hasil observasi. Hasil
observasi dipilah-pilah sesuai dengan kriteria keaktifan yang diinginkan. Data
yang mendukung tentang meningkatnya keaktifan belajar kemudian diambil
sebagai bukti yang menguatkan bahwa pendekatan keterampilan proses dapat
meningkatkan keaktifan belajar peserta didik.
Tidak jauh berbeda dengan hasil wawancara dan hasil observasi,
hasil dari dokumentasi pun di reduksi. Data atau informasi yang berupa
gambar atau video dipilih sesuai dengan bukti yang dibutuhkan untuk
mendukung atau menguatkan peningkatan keaktifan belajar siswa pada materi
sifat-sifat cahaya.
2. Penyajian Data
Penyajian data atau pembuatan display data yaitu dengan menyusun
data-data yang diperoleh pada saat reduksi data. Dari sajian data tersebut kita
dapat menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Sajian data ini berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
nilai-nilai pada saat evaluasi maupun observasi (Miles dan Huberman, 1992:
17).
Penyajian data dalam penelitian ini disampaikan dalam bentuk
uraian yang berkaitan tentang keaktifan belajar siswa. Data dalam bentuk
uraian ini bersumber dari hasil wawancara, penafsiran skor keaktifan belajar,
serta penafsiran gambar. Data yang berupa angka diperoleh dari hasil
observasi yang sudah ditentukan skala penskorannya. Angka-angka tersebut
disusun dalam bentuk tabel selanjutnya disusun dalam bentuk grafik. Gambar
atau video disajikan dengan tujuan untuk memperkuat data yang sudah
diperoleh berkaitan dengan keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya
pada siswa kelas V.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan akhir atau verifikasi sebagai temuan
penelitian. Dari sajian-sajian data selanjutnya peneliti dapat menarik
kesimpulan-kesimpulan selama penelitian (Miles dan Huberman, 1992: 19).
Berbagai data yang sudah disajikan kemudian dibandingkan antara yang satu
dengan yang lainnya. Hal ini dilakukan untuk membuktikan sejauh mana data
tersebut saling berkaitan dan saling mendukung. Jika ketiga data yang
diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi mempunyai hasil
sama, berarti data tersebut valid atau reliabel. Namun jika antara data yang
diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi tidak sama, berarti
data tersebut tidak kuat.
Berdasarkan pada data yang diperoleh melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi, ternyata hasilnya sama. Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dapat
meningkatkan keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas
V SDN 06 Ngringo.
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat seperti
pada gambar berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 3.2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman (1992: 20)
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya keaktifan
belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo tahun
ajaran 2011/2012. Adapun target keaktifan belajar pada siklus I sebesar > 70%
dari rata-rata skor keaktifan belajar. Kemudian pada siklus II indikator kinerjanya
sebesar >75% dari 37 siswa kelas V SDN 06 Ngringo .
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap-tiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah
didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk mengetahui permasalahan
yang menyebabkan rendahnya keaktifan belajar pada mata pelajaran IPA siswa
kelas V SDN 06 Ngringo, dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru.
Berdasarkan observasi dan temuan-temuan di kelas, maka peneliti
mengambil langkah yang paling tepat untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA
materi sifat-sifat cahaya adalah dengan penanaman konsep melalui pengalaman
Pengumpulan
data
Reduksi
data
Kesimpulan-kesimpulan:
Penarikan/verifikasi
Penyajian data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasai oleh
peserta didik. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tindakan yang paling tepat
adalah dengan penerapan pendekatan keterampilan proses dalam menyampaikan
konsep sifat-sifat cahaya pada pembelajaran IPA.
Berdasarkan uraian di atas, maka prosedur pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini mencakup: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam
setiap siklus. Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan
dalam uraian sebagai berikut:
1. SIKLUS I
a. Tahap Perencanaan
1) Mempersiapkan sarana dokumentasi, lembar pengamatan siswa, dan
lembar pengamatan guru.
2) Menghubungi guru kelas V SDN 06 Ngringo dan dua orang rekan
untuk menjadi observer dan pengambil gambar pelaksanaan
pembelajaran.
3) Menentukan waktu dan sudut pengambilan gambar.
4) Merencanakan skenario pembelajaran dengan cara membuat rencana
pembelajaran (RPP).
5) Merencanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan keterampilan proses.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Mengkondisikan kelas.
2) Membuka kegiatan pembelajaran.
3) Memberikan apersepsi tentang sifat-sifat cahaya.
4) Guru melakukan tanya jawab tentang sifat-sifat cahaya.
5) Penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
keterampilan proses melalui metode demonstrasi, diskusi, serta kerja
kelompok.
6) Guru mempersiapkan segala bahan dan peralatan yang akan
digunakan dalam percobaan sifat-sifat cahaya.
7) Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8) Guru membagikan alat peraga.
9) Peserta didik melakukan percobaan sifat-sifat cahaya disertai
bimbingan dari guru.
10) Setiap kelompok melakukan diskusi, menafsirkan, dan menjelaskan
hasil percobaan sifat-sifat cahaya yang sudah dilakukan.
11) Setiap kelompok melaporkan hasil diskusi berdasarkan percobaan
yang dilakukan.
12) Peserta didik menyusun kesimpulan dari keseluruhan percobaan
sifat-sifat cahaya disertai bimbingan dari guru.
13) Guru melakukan evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran materi sifat-sifat cahaya yang sudah ditetapkan.
14) Membantu peserta didik jika menemui kesulitan dalam memahami
konsep sifat-sifat cahaya. Guru membantu memecahkan masalah
yang dihadapi peserta didik.
c. Tahap Observasi
1) Observasi proses pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi, proses pembelajaran
berlangsung dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh motivasi dan
keaktifan peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Meskipun
demikian, masih ada beberapa siswa yang belum turut aktif selama
pembelajaran sifat-sifat cahaya berjalan. Hal ini disebabkan karena
siswa belum terbiasa menerapkan pendekatan yang digunakan oleh
guru. Siswa yang belum terbiasa dengan pembelajaran yang
dilakukan guru kemudian diberi bimbingan agar dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik.
Selain itu, observasi juga dilakukan terhadap peneliti.
Berdasarkan hasil observasi (lampiran 21 halaman 164), diperoleh
hasil bahwa kinerja peneliti tergolong baik, yaitu memperoleh skor
3.1. Akan tetapi, masih ada kekurangan dalam menyusun
pembelajaran yang bersifat kontekstual.
2) Observasi penerapan PKP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penerapan PKP sudah berjalan dengan baik, akan tetapi ada
beberapa kekurangan. Kekurangan tersebut di antaranya kemampuan
menyusun hipotesis. Masih banyak siswa yang belum mengetahui
arti dari hipotesis, sehingga menyebabkan siswa mengalami
kesulitan dalam menysun hipotesis. Hal ini kemudian diatasi oleh
guru dengan membahas tentang tata cara menyusun hipotesis yang
baik dan benar.
Kekurangan yang selanjutnya adalah kemampuan
mengkomunikasikan hasil penelitian. Masing-masing kelompok
hanya mewakilkan salah seorang anggotanya untuk
mempresentasikan atau mengkomunikasikan hasil percobaannya.
Hal ini mengakibatkan anggota kelompok yang lain cenderung pasif.
Kekurangan ini kemudian diatasi pada pertemuan ke-2. Pada
pertemuan ke-2, setiap anggota kelompok mempresentasikan dan
mengkomunikasikan hasil percobaannya di depan kelas.
d. Tahap refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan hasil evaluasi (lampiran 17
halaman 154 dan lampiran 18 halaman 156), dapat diketahui bahwa rata-
rata skor keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siklus I
sebesar 56.76% mengalami peningkatan dari pra siklus sebesar 37.84%.
Keaktifan belajar siswa yang masih rendah terlihat pada aspek
keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah serta keberanian
menyampaikan gagasan. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa
belajar dalam bentuk kelompok, sehingga siswa masih canggung
berinteraksi antar anggota kelompok.
Sementara itu, berdasarkan hasil observasi kinerja guru
(lampiran 21 halaman 164) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran masih terdapat kelemahan dalam mengaitkan materi sifat-
sifat cahaya dengan pengetahuan lain. Hal ini disebabkan peneliti
berusaha lebih fokus pada pembahasan sifat-sifat cahaya. Namun pada
pertemuan kedua, peneliti sebagai pengajar sudah memperbaiki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kekurangan tersebut dengan cara menghubungkan materi sifat-sifat
cahaya dengan pengetahuan lain.
Meskipun prestasi belajar siswa sudah baik, akan tetapi dalam
penelitian ini lebih fokus membahas tentang keaktifan belajar siswa.
Dengan demikian dapat diambil keputusan untuk melaksanakan siklus II.
Hal ini disebabkan rata-rata skor keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat
cahaya yang belum mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan,
yaitu rata-rata keaktifan belajar siswa sebesar > 75%.
2. SIKLUS II
Prosedur pelaksanaan tindakan dalam siklus ini tidak jauh berbeda
dengan prosedur pada siklus I yaitu diawali dengan perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi.
a. Perencanaan
Mempersiapkan sarana dokumentasi, lembar pengamatan siswa, dan
lembar pengamatan guru.
1) Menghubungi guru kelas V dan dua orang rekan untuk menjadi
observer dan pengambil gambar pelaksanaan pembelajaran.
2) Menentukan waktu dan sudut pengambilan gambar.
3) Merencanakan skenario pembelajaran dengan cara membuat rencana
pembelajaran (RPP).
4) Mempersiapkan materi sifat-sifat cahaya yang relevan dengan
pengetahuan lain.
5) Memperbaiki lembar kerja siswa dengan menambahkan pertanyaan
yang mempermudah siswa dalam menyusun hipotesis.
6) Merencanakan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
interaksi antar siswa dalam kelompok serta interaksi kelompok
dengan kelompok.
b. Tindakan
1) Memberikan materi pembelajaran periskop sederhana. Menjelaskan
materi tentang periskop secara sederhana. Dengan menjelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
secara sederhana, diharapkan siswa mempunyai gambaran tentang
konsep periskop.
2) Penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
keterampilan proses melalui metode demonstrasi, diskusi, serta kerja
kelompok.
3) Guru beserta peserta didik mempersiapkan segala bahan dan
peralatan yang akan digunakan dalam percobaan membuat periskop
sederhana.
4) Guru menjelaskan prosedur atau langkah-langkah percobaan
membuat periskop sederhana, sehingga peserta didik tidak
mengalami kesulitan ketika melakukan percobaan.
5) Peserta didik melakukan percobaan membuat periskop sederhana
disertai bimbingan dari guru.
6) Setiap kelompok bekerjasama untuk membuat periskop sederhana.
7) Setiap kelompok menunjukkan hasil karyanya.
8) Peserta didik menyusun kesimpulan dari keseluruhan percobaan
membuat periskop sederhana disertai bimbingan dari guru.
9) Guru melakukan evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran materi sifat-sifat cahaya tentang periskop sederhana
yang sudah ditetapkan.
10) Membantu peserta didik jika menemui kesulitan dalam memahami
konsep periskop sederhana. Guru membantu memecahkan masalah
yang dihadapi peserta didik.
11) Mengevaluasi penerapan PKP.
c. Observasi
1) Observasi proses pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi, proses
pembelajaran berlangsung dengan sangat baik. Hal ini ditunjukkan
oleh interaksi antar kelompok selama pembelajaran berlangsung.
Jika pada siklus I, kelompok yang mempresentasikan atau
mengkomunikasikan hasil percobaannya tidak mendapat tanggapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dari kelompok lain, akan tetapi berbeda pada siklus II. Setiap
kelompok yang maju mendapatkan pertanyaan dari kelompok lain.
Hal ini menjadikan suasana pembelajaran dalam kelas menjadi lebih
hidup.
2) Observasi penerapan PKP
Penerapan PKP pada siklus kedua lebih tersusun rapi.
Berbagai kekurangan yang ada pada siklus I sudah diatasi oleh guru.
Kesulitan siswa dalam menyusun hipotesis diatasi guru dengan
menyajikan pertanyaan yang terdapat pada lembar kerja siswa. Hal
ini dilakukan guru untuk membimbing siswa dalam menyusun
hipotesis.
3) Observasi hasil penilaian.
Berdasarkan hasil observasi (lampiran 31 halaman 205),
rata-rata skor keaktifan siswa sudah mengalami peningkatan dari
siklus I sebesar 56.76% meningkat pada siklus II menjadi sebesar
77.78%.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi (lampiran 31 halaman 205),
rata-rata skor keaktifan siswa sudah mengalami peningkatan dari
siklus I sebesar 56.76% meningkat pada siklus II menjadi sebesar
77.78%. Dengan demikian, rata-rata skor keaktifan belajar IPA
materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo sudah
mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan, yaitu < 75% dari
rata-rata keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa
kelas V SDN 06 Ngringo. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak
perlu dilaksanakan siklus III.
Meningkatnya keaktifan belajar siswa disebabkan oleh
beberapa faktor, di antaranya siswa mulai terbiasa belajar dalam
bentuk kelompok, sehingga interaksi siswa antar siswa dalam
kelompok lebih terlihat jelas. Selain itu, pada siklus ke-2,
pembelajaran difokuskan untuk pembuatan karya yang menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
prinsip sifat-sifat cahaya, sehingga siswa lebih tertarik untuk terlibat
secara aktif.
Sementara itu, berdasarkan hasil observasi (lampiran 35
halaman 215), kinerja guru mengalami peningkatan yaitu dari rata-
rata nilai siklus I sebesar 3.1 menjadi sebesar 3.63 pada siklus II.
Kemampuan guru dalam pembelajaran pada siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan sebesar 0.53. Hal ini desebabkan guru sudah
menerapkan pembelajaran yang relevan dengan pengetahuan lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 06 Ngringo Jaten Karanganyar.
Sekolah ini beroperasi sejak tahun 1978. SDN 06 Ngringo berstatus negeri
dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) yaitu 101031311023. Secara
geografis SD Negeri 06 Ngringo terletak di jalan Dahlia I Perumnas Palur,
Kelurahan Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. SD Negeri 06
Ngringo berdiri di atas tanah seluas + 2.835 m2
dan memiliki beberapa
ruangan, di antaranya adalah 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 6 ruang
kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang komputer, musholla, 1 ruang agama
kristen, kantin, tempat parkir, serta kamar mandi guru dan siswa. SD Negeri
06 Ngringo dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang membawahi 13 guru,
1 pustakawan dan 1 penjaga sekolah.
Fasilitas yang terdapat di SDN 06 Ngringo ini cukup memadai.
Beragam jenis alat peraga untuk berbagai mata pelajaran yang tersedia cukup
lengkap. Alat peraga yang tersediapun dirawat dengan baik, dan diletakkan di
perpustakaan. Namun, ada beberapa alat peraga/ media yang masih belum
digunakan secara maksimal oleh para guru dalam proses pembelajaran.
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan alat peraga/ media yang ada tidak
dipergunakan secara maksimal, salah satunya adalah faktor keterbatasan dari
guru dalam menggunakan/mengoperasikan alat peraga/media yang berbasis
teknologi informasi seperti LCD dan CD pembelajaran. Hal ini juga dialami
oleh guru kelas V SDN 06 Ngringo.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 06 Ngringo.
Secara umum, kondisi kelas cukup nyaman digunakan untuk kegiatan belajar
mengajar. Pencahayaan dan sirkulasi udara cukup baik. Di dalam kelas pun
terdapat beberapa media yang ditempel pada papan khusus dan kondisinya
cukup terawat, begitu juga dengan media IPA. Media pembelajaran IPA yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tersedia jumlahnya masih terbatas, sehingga belum sepenuhnya menunjang
kegiatan belajar mengajar.
Keterbatasan media tersebut mengakibatkan siswa kurang aktif
dalam proses pembelajaran. Selain itu, sebagian besar siswa menganggap
pelajaran IPA mengenai sifat-sifat cahaya sebagai suatu mata pelajaran yang
cukup sulit untuk didemonstrasikan. Hal ini berimbas pada rata-rata tingkat
keaktifan peserta didik yang masih rendah. Untuk mengatasi hal tersebut,
diadakan penelitian di kelas V SD Negeri 06 Ngringo, yaitu dengan
menerapkan pendekatan yang dapat merangsang keaktifan belajar peserta
didik. Pendekatan yang dapat merangsang keaktifan peserta didik tersebut
adalah Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).
2. Deskripsi Pra Tindakan
Berdasarkan hasil wawancara (lampiran 1 halaman 96-97) dan
pengamatan awal (lampiran 2 halaman 98-101) yang dilakukan oleh peneliti
terhadap pembelajaran IPA khususnya materi sifat-sifat cahaya pada hari
Selasa dan Rabu tanggal 17 dan 18 April 2012, diperoleh data yang
menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas V SD
Negeri 06 Ngringo masih belum memadukan berbagai metode dan media
pembelajaran yang inovatif. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain keterbatasan alat peraga sifat-sifat cahaya, pola interaksi dalam
kelas bersifat satu arah, serta pembelajaran belum disertai dengan
penggunaan media yang menarik. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan
cara demikian menyebabkan siswa menjadi pasif dan mengalami kejenuhan
dalam proses belajar mengajar. Kejenuhan tersebut menyebabkan keaktifan
belajar siswa rendah, sehingga berimbas pada prestasi belajarnya yang rendah
pula.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
guru, faktor mendasar yang menyebabkan rendahnya keaktifan belajar IPA
materi sifat-sifat cahaya adalah rasa takut dan malu dari siswa untuk
berpartisipasi selama kegiatan pembelajaran. Sebagian besar siswa malu
bahkan tidak berani mengungkapkan ide yang mereka miliki. Umumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mereka takut jika ide atau gagasan yang disampaikan salah. Hal inilah yang
menyebabkan siswa menjadi pasif selama pembelajaran berlangsung.
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya keaktifan belajar IPA
materi sifat-sifat cahaya adalah pendekatan dan media yang digunakan oleh
guru. Guru masih menerapkan pendekatan ekspositori, yaitu guru sebagai
pusat informasi. Selain itu, metode ceramah digunakan sebagai metode yang
dominan dalam pembelajaran, sehingga beberapa siswa terpaku kepada
materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Keterbatasan media juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap
tingkat keakifan siswa. Keterbatasan media tersebut menghambat siswa untuk
berinteraksi dengan bahan ajar yang sedang mereka pelajari. Hal ini yang
kemudian menyebabkan rendahnya keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat
cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo.
Keadaan tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata keaktifan belajar
IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V yang hanya mencapai
37.84%. Pada kondisi awal atau pra siklus, skor keaktifan belajar IPA materi
sifat-sifat cahaya tergolong rendah, sebab masih banyak skor siswa yang
belum memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan, yaitu 75%. Data
keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya dapat disusun dalam bentuk
tabel seperti pada tabel 4.1 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.1 Distribusi Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Pra Siklus
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase (%)
1 1.2-1.4 11 1.3 14.3 22.34
2 1.5-1.7 12 1.6 19.2 30.00
3 1.8-2.0 6 1.9 11.4 17.81
4 2.1-2.3 5 2.2 11 17.19
5 2.4-2.6 1 2.5 2.5 3.91
6 2.7-2.9 2 2.8 5.6 8.75
Jumlah 37 12,3 64 100
Rata-rata skor keaktifan belajar = 64 : 37 = 1.72
Ketuntasan klasikal = (14 : 37) x 100% = 37.84%
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, maka dapat disajikan data dalam bentuk
grafik seperti gambar 4.1 berikut ini:
Gambar 4.1 Grafik Skor Keaktifan Belajar Pra Siklus
0
2
4
6
8
10
12
14
1.2-1.4 1.5-1.7 1.8-2.0 2.1-2.3 2.4-2.6 2.7-2.9
F
R
E
K
U
E
N
S
I
Skor Keaktifan Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1, data skor rata-rata kelas mengenai
keaktifan belajar pada pra siklus sebesar 1.73 atau sekitar 37.84%. Siswa yang
memperoleh skor antara 1.2-1.4 sebanyak 11 siswa atau 22.34%. Siswa yang
memperoleh skor antara 1.5-1.7 sebanyak 12 siswa atau 30.00%. Siswa yang
memperoleh skor antara 1.8-2.0 sebanyak 6 siswa atau 17.81%. Siswa yang
memperoleh skor antara 2.1-2.3 sebanyak 5 siswa atau 17.19%. Siswa yang
memperoleh skor antara 2.4-2.6 sebanyak 1 siswa atau 3.91%. Siswa yang
memperoleh skor antara 2.7-2.9 sebanyak 2 siswa atau 8.75% .
Berdasarkan data di atas, maka siswa yang tergolong kurang aktif
sebanyak 23 siswa atau sekitar 52.34%. Siswa yang cukup aktif sebanyak 11
siswa atau sekitar 35.00%. Sedangkan siswa yang aktif sebanyak 3 siswa atau
sekitar 12.66%. Sementara itu, belum ada siswa yang tergolong sangat aktif.
Dengan demikian, maka diperlukan sebuah terobosan untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut. Salah satu solusi alternatif untuk mengatasinya yaitu
dengan menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Penerapan
pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar dapat
menciptakan suasana belajar yang merangsang serta meningkatkan keaktifan dan
kreativitas siswa.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya terdiri
dari 2 kali pertemuan dengan empat tahapan, yakni: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan atau observasi, dan (4) refleksi.
1. Siklus I
Tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan.
Setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) yang
dilaksanakan selama dua minggu yaitu pada hari Selasa, 24 April 2012 dan 1
Mei 2012 pukul 07.00 WIB.
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan dilaksanakan oleh peneliti dan guru kelas
V SD Negeri 06 Ngringo untuk mendiskusikan rancangan tindakan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
akan dilaksanakan. Rancangan tindakan yang dilaksanakan berdasarkan
pada solusi permasalahan yang muncul, yakni penerapan Pendekatan
Keterampilan Proses (PKP) pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat
cahaya. Selanjutnya disepakati bahwa perencanaan tindakan pada sikus I
dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, yaitu pada hari Selasa, 24 April
2012 dan 1 Mei 2012 pukul 07.00 WIB. Adapun deskripsi perencanaan
siklus I adalah sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA
selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit setiap
pertemuannya. RPP yang disusun meliputi: standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring,
materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran, langkah-
langkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, serta
penilaian.
Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut mencakup
langkah-langkah pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan
menerapkan pendekatan keterampilan proses. RPP pada siklus I dibuat
sendiri oleh peneliti berdasarkan keadaan awal yang sudah diketahui.
Hal ini dilakukan untuk mempermudah penyusunan kegiatan
pembelajaran dalam kelas serta mengatasi beberapa permasalahan
yang muncul pada pra siklus.
Permasalahan yang muncul pada pra siklus adalah masalah
keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat
cahaya yang masih rendah. Dengan demikian peneliti menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
keterampilan proses. Hal ini dikarenakan pendekatan keterampilan
proses dapat meningkatkan keaktifan siswa, baik keaktifan kognitif,
keaktifan afektif, maupun keaktifan psikomotorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan
pembelajaran adalah:
a) Ruang kelas ditata seperti biasa, yaitu secara klasikal. Namun, pada
saat pembelajaran berlangsung, tempat duduk siswa disusun secara
berkelompok guna mendukung jalannya pembelajaran dengan
menggunakan keterampilan proses. Selain itu, penyusunan tempat
duduk secara berkelompok dapat mempermudah observer dalam
mengamati keaktifan belajar siswa.
b) Menyiapkan media pembelajaran berupa senter, lilin, mika, dan
kertas yang bertujuan untuk menunjang pembelajaran. Media
tersebut digunakan pada pertemuan ke-1. Sementara itu, media
senter, cermin, gelas, air, dan sedotan digunakan pada pertemuan
ke-2. Selain itu, disiapkan pula camera digital dan handycam yang
digunakan sebagai sarana dokumentasi proses pembelajaran IPA
materi sifat-sifat cahaya. Dokumentasi dengan menggunakan
camera digital dan handycam dibantu oleh 2 orang rekan peneliti.
3) Menyiapkan lembar pengamatan dan lembar penilaian
Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala
aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran IPA berlangsung.
Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap keaktifan
peserta didik dan penilaian kinerja guru (peneliti) oleh observer.
Observer pada tahap pelaksanaan tindakan adalah guru kelas V SDN
06 Ngringo, yaitu Bapak Iwan Isdinanto, S.Pd.
b. Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti menerapkan
Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Peneliti bertindak sebagai
pengajar dan guru kelas V SD Negeri 06 Ngringo, sementara guru kelas
V bertindak sebagai observer atau pengamat.
1) Pertemuan Ke-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Selasa, 24 April 2012.
Materi yang dipelajari pada pertemuan pertama adalah materi
mengenai sifat-sifat cahaya yaitu sifat cahaya merambat lurus dan
menembus benda bening. Adapun langkah-langkah pembelajarannya
mencangkup kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Kegiatan awal dimulai dengan doa, menyanyikan lagu
nasional, presensi, pengkondisian siswa, apersepsi, dan penyampaian
tujuan pembelajaran. Apersepsi yang diberikan guru berupa
pertanyaan untuk menggali sejauh mana pengetahuan siswa mengenai
sifat-sifat cahaya, seperti macam-macam sifat cahaya dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan apersepsi
tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini:
Gambar 4.2 Kegiatan Apersepsi
Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan metode
ceramah, tanya jawab, diskusi, serta demonstrasi. Kegiatan inti
meliputi 3 tahapan yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
a) Eksplorasi
Guru menghubungkan apersepsi yang diberikan pada kegiatan
awal dengan materi sifat-sifat cahaya. Selanjutnya, siswa
menyimak penjelasan tentang materi yang disampaikan oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Guru mengadakan interaksi melalui tanya-jawab dengan siswa.
Selama tahap eksplorasi, guru mulai menerapkan Pendekatan
Keterampilan Proses (PKP). Guru menjelaskan bahwa siswa akan
belajar dalam bentuk kelompok untuk mendemonstrasikan atau
melakukan percobaan sifat-sifat cahaya. Selanjutnya, masing-
masing kelompok diminta untuk berdiskusi dan mengisi lembar
kerja siswa. Kegiatan percobaan dan diskusi dapat dilihat pada
gembar 4.3 berikut ini:
Gambar 4.3 Kegiatan Diskusi dan Eksperimen
b) Elaborasi
Selama tahap elaborasi, guru meminta masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Sementara itu,
kelompok lain menanggapi pendapat kelompok yang presentasi.
Kegiatan presentasi hasil percobaan dapat dilihat pada gambar 4.4
berikut:
Gambar 4.4 Presentasi Hasil Diskusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Konfirmasi
Tahap konfirmasi terdiri dari beberapa kegiatan. Siswa disertai
bimbingan dari guru menyimpulkan hasil pembelajaran sifat-sifat
cahaya. Selain itu, Siswa mengerjakan soal evaluasi yang
diberikan oleh guru. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4.5
berikut:
Gambar 4.5 Guru Membimbing Siswa dan Evaluasi
Kegiatan akhir ditandai dengan kegiatan tanya jawab mengenai
materi yang belum dipahami. Selain itu, guru juga menyampiakan
rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
2) Pertemuan Ke-2
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Mei 2012.
Materi yang dipelajari pada pertemuan kedua adalah sifat cahaya
dapat dipantulkan dan cahaya dapat dibiaskan. Alat dan bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah senter, cermin, gelas, air, dan
sedotan. Adapun langkah-langkah pembelajarannya meliputi kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Kegiatan awal dimulai dengan doa, menyanyikan lagu
nasional, presensi, pengkondisian siswa, apersepsi, dan penyampaian
tujuan pembelajaran. Apersepsi yang diberikan guru berupa
pertanyaan untuk menggali pengetahuan awal siswa mengenai sifat-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sifat cahaya, terutama sifat cahaya dapat dipantulkan dan sifat cahaya
dapat dibiaskan.
Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan metode
ceramah, tanya jawab, diskusi, serta demonstrasi. Kegiatan inti
meliputi 3 tahapan yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan metode
ceramah, tanya jawab, diskusi, serta demonstrasi. Kegiatan inti
meliputi 3 tahapan yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
1) Eksplorasi
Guru menghubungkan apersepsi yang di berikan pada kegiatan
awal dengan materi sifat-sifat cahaya dapat dipantulkan dan dapat
dibiaskan. Selanjutnya, guru mengadakan interaksi melalui tanya-
jawab dengan siswa. Selama tahap eksplorasi, guru mulai
menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Guru
menjelaskan bahwa siswa akan belajar dalam bentuk kelompok
untuk mendemonstrasikan atau percobaan sifat-sifat cahaya dapat
dipantulkan dan dapat dibiaskan. Selanjutnya, masing-masing
kelompok diminta untuk berdiskusi dan mengisi lembar kerja
siswa. Kegiatan demonstrasi dan diskusi kelompok dapat dilihat
pada gambar 4.6 berikut:
Gambar 4.6 Demonstrasi dan Diskusi Sifat-sifat Cahaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Elaborasi
Selama tahap elaborasi, guru meminta masing-masing kelompok
mendemonstrasikan dan mempresentasikan hasil diskusi dan
demonstrasinya di depan. Sementara itu, kelompok lain
menanggapi pendapat kelompok yang presentasi. Ada perbedaan
antara pertemuan yang pertama dengan pertemuan kedua. Pada
pertemuan pertama, kelompok hanya diwakili oleh satu anak
untuk mengkomunikasikan hasil percobaannya. Sementara pada
pertemuan kedua, semua anggota kelompok maju untuk
mendemonstrasikan dan mengkomunikasikan hasil percobaannya.
Kegiatan mengkomunikasikan dan mendemonstrasikan hasil
percoban dapat dilihat seperti pada gambar 4.7 berikut:
Gambar 4.7 Presentasi dan Demonstrasi Hasil Percobaan
3) Konfirmasi
Tahap konfirmasi terdiri dari beberapa kegiatan. Siswa disertai
bimbingan dari guru menyimpulkan hasil pembelajaran sifat-sifat
cahaya. Selain itu, Siswa mengerjakan soal evaluasi yang
diberikan oleh guru.
Kegiatan akhir ditandai dengan kegiatan tanya jawab
mengenai materi yang belum dipahami. Selain itu, guru juga
menyampiakan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh guru kelas V SD
Negeri 06 Ngringo terhadap pengajar (peneliti). Observasi selama
pembelajaran materi sifat-sifat cahaya menggunakan lembar observasi,
sedangkan pendokumentasian pembelajaran dibantu oleh rekan peneliti.
Observasi yang dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri 06 Ngringo
meliputi observasi kinerja guru/pengajar, keaktifan belajar peserta didik
selama pembelajaran berlangsung dengan menerapkan pendekatan
keterampilan proses (PKP).
Observasi guru atau pengajar dilakukan untuk mengetahui
kinerja guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan
menerapkan pendekatan keteramplan proses. Selain itu, hasil observasi
juga dapat dijadikan sebagai dasar perbaikan guru atau pengajar dalam
pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Sementara lembar observasi
keaktifan belajar siswa digunakan untuk mengetahui tingkat
perkembangan keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa
kelas V SDN 06 Ngringo. Observasi yang dilakukan oleh guru kelas
dapat dilihat seperti pada gambar 4.8 berikut:
Gambar 4.8 Observasi oleh Guru Kelas
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama
pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya berlangsung, diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
gambaran tentang keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran yang
meliputi keaktifan kognitif, keaktifan afektif, dan keaktifan
psikomotorik. Keaktifan belajar dalam ranah kognitif meliputi
kemampuan berpendapat, kemampuan menanggapi pendapat,
keterlibatan dalam pemecahan masalah, kemampuan menyusun
kesimpulan, dan kemampuan menyusun hipotesis.
Selanjutnya, keaktifan belajar dalam ranah afektif meliputi
keberanian bertanya, keberanian menjawab pertanyaan, keberanian
menyampaikan gagasan, keberanian berkomunikasi, dan menghargai
pendapat siswa lain. Sementara itu, keaktifan ranah psikomotorik
meliputi keterlibatan siswa dalam eksperimen, keterlibatan siswa dalam
penggunaan media, keterlibatan siswa dalamdemonstrasi/simulasi,
interaksi siswa dalam kelompok, serta mencatat materi pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang sudah dilaksanakan pada
pertemuan pertama dan pertemuan kedua, maka skor keaktifan belajar
IPA materi sifat-sifat cahaya melalui pendekatan keterampilan proses
(PKP) pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo dapat disajikan dalam bentuk
tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Distribusi Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
1 0.9-1.3 4 1.1 4.4 5.45
2 1.4-1.7 0 1.55 0 0.00
3 1.8-2.1 12 1.95 23.4 28.98
4 2.2-2.5 14 2.35 32.9 40.74
5 2.6-2.9 5 2.75 13.75 17.03
6 3.0-3.3 2 3.15 6.3 7.80
Jumlah 37 12,85 80.75 100
Rata-rata skor keaktifan belajar = 80.75 : 37 = 2.18
Ketuntasan klasikal = (21 : 37) x 100% = 56.76%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan data di atas, rata-rata keaktifan belajar IPA materi
sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo hanya mencapai
56.76%. Siswa yang mendapat skor antara 0.9-1.3 4 siswa (5.45%).
Siswa yang mendapat skor antara 1.4-1.7 sebanyak 0 siswa (0.00%).
Siswa yang mendapat skor 1.8-2.1 sebanyak 12 siswa (28.98%). Siswa
yang mendapat skor 2.2-2.5 sebanyak 14 siswa (40.74%). Siswa yang
mendapat skor 2.6-2.9 sebanyak 5 siswa (17.03%). Siswa yang mendapat
skor 3.0-3.3 sebanyak 2 siswa (7.80%). Data tersebut menunjukkan
bahwa jumlah siswa yang kurang aktif sebanyak 4 siswa (5.45%), siswa
yang cukup aktif sebanyak 26 siswa (69.72%), sedangkan siswa yang
aktif sebanyak 7 siswa atau sekitar (24.83%)
Data yang ditunjukkan oleh tabel 4.2 tersebut mengisyaratkan
adanya peningkatan keaktifan belajar peserta didik pada mata pelajaran
IPA materi sifat-sifat cahaya. Jika rata-rata keaktifan belajar siswa pada
pra siklus sebanyak 37.84%, maka pada siklus I menunjukkan
peningkatan keaktifan menjadi 56.76%.
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, maka dapat disajikan data dalam
bentuk grafik seperti gambar 4.9 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.9 Grafik Keaktifan Belajar pada Siklus I
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan pada pra siklus dan siklus I,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata keaktifan belajar siswa
meningkat dari angka 37.84% menuju 56.76%. Meskipun rata-rata
keaktifan belajar siswa sudah meningkat menuju angka 56.76%, akan
tetapi hal ini belum mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan,
yaitu rata-rata keaktifan belajar siswa mencapai 75%.
Siswa yang tergolong kurang aktif pada pra siklus sebanyak 23
siswa, jumlahnya menurun pada siklus I yaitu sebanyak 4 siswa. Siswa
yang tergolong cukup aktif pada pra siklus sebanyak 11 siswa, jumlahnya
meningkat pada siklus I yaitu sebanyak 26 siswa. Siswa yang tergolong
aktif pada pra siklus sebanyak 3 siswa, jumlahnya meningkat sebanyak 7
siswa. Sementara itu, belum ada siswa yang mencapai kategori sangat
aktif.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0.9-1.3 1.4-1.7 1.8-2.1 2.2-2.5 2.6-2.9
F
R
E
K
U
E
N
S
I
Skor Keaktifan Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selama pelaksanaan siklus I, terdapat beberapa kekurangan yang
harus diperbaiki. Kekurangan tersebut terlihat pada kemampuan
menyusun hipotesis siswa yang masih rendah. Kesulitan menyusun
hipotesis disebabkan siswa belum pernah diajarkan cara menyusun
hipotesis yang baik dan benar. Setelah mengetahui kelemahan siswa
dalam menyusun hipotesis, kemudian guru membimbing siswa tentang
cara menyusun hipotesis terlebih dahulu.
Kekurangan yang selanjutnya adalah keberanian bertanya.
Masih banyak siswa yang belum mampu dan tidak berani mengajukan
pertanyaan. Ketika sampai tahapan demonstrasi dan presentasi, hanya
sedikit siswa yang bertanya, sehingga unsur bertukar pendapat masih
kurang. Siswa hanya berani bertanya ketika dalam kegiatan kerja
kelompok saja.
Kekurangan yang terakhir adalah keberanian untuk
mengkomunikasikan hasil percobaan. Pada pertemuan pertama, hasil
percobaan dikomunikasikan oleh perwakilan kelompok di depan kelas,
sementara anggota yang lain masih tetap duduk. Namun hal ini mulai
diatasi pada pertemuan kedua, setiap anggota kelompok
mendemostrasikan dan mengkomunikasikan hasil percobaannya di depan
kelas.
Sementara itu, berdasarkan hasil observasi kinerja guru
(lampiran 21 halaman 164) pelaksanaan pembelajaran guru dalam siklus
I dilaksanakan sebanyak 2 kali, yakni pertemuan 1 dan pertemuan 2.
Terdapat peningkatan kinerja guru dari pertemuan 1 menuju pertemuan
2, yaitu sebesar 0.33. Skor kinerja guru pada siklus I diperoleh dari rata-
rata skor pertemuan 1 dan pertemuan 2 yaitu sebesar 3.1. selain itu,
pelaksanaan pembelajaran masih terdapat kelemahan dalam mengaitkan
materi sifat-sifat cahaya dengan pengetahuan lain. Hal ini disebabkan
peneliti berusaha lebih fokus pada pembahasan sifat-sifat cahaya. Namun
pada pertemuan kedua, peneliti sebagai pengajar sudah memperbaiki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kekurangan tersebut dengan cara menghubungkan materi sifat-sifat
cahaya dengan pengetahuan lain.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa masih ada beberapa kekurangan yang harus diperbaiki. Selain itu,
rata-rata keaktifan belajar siswa belum mencapai indikator kinerja yang
sudah ditetapkan. Dengan demikian, peneliti melaksanakan tindakan
selanjutnya yaitu pelaksanaan siklus II.
2. Siklus II
Tindakan pada siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali
pertemuan. Tiap-tiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2 x 35 menit)
yang dilaksanakan selama dua minggu yaitu pada hari Selasa, 15 Mei 2012
dan 22 Mei 2012.
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan pada siklus I,
data menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa pada mata
pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Namun meningkatnya keaktifan
belajar siswa tersebut belum mencapai indikator kinerja yang sudah
ditetapkan. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki oleh
guru dalam melaksanakan tindakan pada siklus II. Hal ini sebagai upaya
untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Perbaikan penerapan pendekatan keterampilan proses.
2) Perbaikan kinerja guru.
3) Perbaikan susunan lembar kerja siswa.
Adapun deskripsi perencanaan siklus II adalah sebagai berikut:
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP yang disusun tidak jauh berbeda dengan RPP pada siklus
I. RPP pada siklus kedua disusun dan disesuaikan dengan berbagai
kekurangan yang muncul pada siklus I. Hal ini dimaksudkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengatasi berbagai kekurangan tersebut, sehingga keaktifan belajar
siswa pada siklus II dapat meningkat sesuai dengan indikator kinerja
yang sudah ditetapkan.
b) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung
Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II yaitu sama seperti yang digunakan pada
siklus I. Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan
pembelajaran adalah:
(1) Ruang kelas didesain seperti biasa, yaitu secara klasikal. Namun
ketika kegiatan inti belangsung, meja dan kursi siswa disusun
secara kelompok. Hal ini dimaksudkan agar guru lebih mudah
mengamati siswa dalam kelompok.
(2) Menyiapkan media pembelajaran berupa senter, lilin, mika, dan
kertas yang bertujuan untuk menunjang pembelajaran. Selain itu,
disiapkan pula camera digital dan handycam sebagai sarana
dokumentasi proses pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.
c) Menyiapkan lembar pengamatan dan lembar penilaian
Lembar pengamatan digunakan untuk mengukur tingkat
keaktifan belajar siswa. Sementara lembar penilaian digunakan untuk
mengukur tingkat penguasaan materi sifat-sifat cahaya.
b. Tindakan
Selama pelaksanaan tindakan pada siklus II, peneliti bertindak
sebagai pengajar, sedangkan guru kelas V bertindak sebagai observer atau
pengamat jalannya pembelajaran.
1) Pertemuan Ke-1
Pertemuan I dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Mei 2012. Materi yang
dipelajari pada pertemuan pertama adalah sifat cahaya merambat lurus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan menembus benda bening. Adapun langkah-langkah
pembelajarannya mencangkup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilaksanakan meliputi doa, menyanyikan lagu
nasional, presensi, apersepsi, dan menyampiakan tujuan
pembelajaran.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah,
tanya jawab, diskusi, percobaan, dan demonstrasi. Kegiatan inti
meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Kegiatan eksplorasi terdiri dari beberapa tahapan, di antaranya
adalah guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, membagikan
alat peraga sifat-sifat cahaya kepada masing-masing kelompok,
serta membagi lembar kerja siswa. Siswa melakukan percobaan
sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening secara
berkelompok. Masing-masing kelompok membuat satu buah
pertanyaan tentang sifat-sifat cahaya. Selanjutnya, guru
memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami
kesulitan. Kagiatan diskusi kelompok dapat dilihat pada gambar
4.10 berikut:
Gambar 4.10 Diskusi Cahaya Menembus Benda Bening
Selama kegiatan elaborasi, masing-masing kelompok
mendemonstrasikan dan mempresentasikan hasil diskusi dan
percobaannya. Kelompok lain menanggapi pendapat atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang presentasi.
Sementara itu, Guru memberikan bimbingan dalam jalannya
diskusi antar kelompok. Kegiatan presentasi dan demonstrasi pada
siklus II pertemuan 1 berjalan sangat baik. Hal ini dilihat dari pola
interaksi antara siswa dengan siswa serta kelompok dengan
kelompok. Kegiatan presentasi dan demonstrasi sifat cahaya
menembus benda bening dapat dilihat pada gambar 4.11 berikut:
Gambar 4.11 Presentasi dan Demonstrasi
Selanjutnya dalam tahap konfirmasi, siswa disertai bimbingan dari
guru menyimpulkan hasil pembelajaran sifat-sifat cahaya.
Selanjutnya, siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh
guru.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir diisi tanya jawab dengan siswa tentang materi yang
belum dipahami. Selanjutnya, guru menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
2) Pertemuan Ke-2
Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Selasa, 22 Mei 2012.
Materi yang dipelajari pada pertemuan kedua adalah pemanfaatan
sifat-sifat cahaya untuk membuat suatu karya atau model, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
periskop sederhana. Adapun langkah-langkah pembelajarannya
mencangkup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilaksanakan meliputi doa, menyanyikan lagu
nasional, presensi, apersepsi tentang periskop sederhana, dan
menyampiakan tujuan pembelajaran.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah,
tanya jawab, diskusi, dan kerja kelompok. Sementara itu,
pendekatan yang digunakan masih tetap sama, yaitu pendekatan
keterampilan proses. Kegiatan inti meliputi 3 tahapan yaitu
eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
Kegiatan eksplorasi terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan
pertama, guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, membagikan
alat dan bahan untuk membuat periskop sederhana kepada masing-
masing kelompok, serta membagi lembar kerja siswa. Selanjutnya,
siswa membuat periskop sederhana. Tahapan yang terakhir adalah
guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami
kesulitan. Kegiatan kerja kelompok untuk membuat periskop
sederhana dapat dilihat seperti pada gambar 4.12 berikut:
Gambar 4.12 Siswa Membuat Periskop
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kegiatan elaborasi terdiri dari beberapa langkah. Langkah pertama,
setiap kelompok menunjukkan atau mempresentasikan hasil
karyanya. Langkah selanjutnya, kelompok lain menanggapi.
Langkah terakhir, guru memberikan bimbingan dan pemantapan
materi. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.13 berikut:
Gambar 4.13 Siswa Menunjukkan Hasil Karya
Dalam kegiatan konfirmasi, siswa disertai bimbingan dari guru
menyimpulkan hasil pembelajaran sifat-sifat cahaya. Selanjutnya,
Siswa mengumpulkan hasil karyanya untuk dinilai. Semua hasil
karya siswa dapat dilihat seperti pada gambar 4.14 berikut ini:
Gambar 4.14 Hasil Karya Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Kegiatan Akhir
Guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang belum
dipahami. Guru mengevaluasi jalannya kegiatan belajar mengajar.
c. Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh guru kelas V SD
Negeri 06 Ngringo terhadap pengajar (peneliti). Pengamatan
dilaksanakan selama pembelajaran materi sifat-sifat cahaya berlangsung.
Kegiatan observasi tersebut menggunakan lembar observasi, sedangkan
kegiatan dokumentasi pelaksanaan pembelajaran dibantu oleh rekan
peneliti. Observasi yang dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri 06
Ngringo meliputi observasi guru/pengajar, keaktifan belajar siswa selama
pembelajaran berlangsung.
Observasi guru atau pengajar dilakukan untuk mengetahui
kinerja guru dalam mengajar. Selain itu, hasil observasi juga dapat
dijadikan sebagai dasar perbaikan guru atau pengajar dalam pelaksanaan
pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi
selama pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya berlangsung,
diperoleh gambaran tentang keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran
dengan rincian sebagai berikut:
1) Keaktifan Kognitif
Keaktifan belajar dalam ranah kognitif meliputi: kemampuan
berpendapat, kemampuan menanggapi pendapat, keterlibatan dalam
pemecahan masalah, kemampuan menyusun kesimpulan, dan
kemampuan menyusun hipotesis.
2) Keaktifan Afektif
Keaktifan belajar dalam ranah afektif meliputi keberanian
bertanya, keberanian menjawab pertanyaan, keberanian
menyampaikan gagasan, keberanian berkomunikasi, dan menghargai
pendapat siswa lain.
3) Keaktifan Psikomotorik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keaktifan ranah psikomotorik meliputi keterlibatan siswa
dalam eksperimen, keterlibatan siswa dalam penggunaan media,
keterlibatan siswa dalamdemonstrasi/simulasi, interaksi siswa dalam
kelompok, serta mencatat materi pelajaran
Berdasarkan hasil observasi tindakan pada pertemuan
pertama dan pertemuan kedua siklus II, maka dapat disajikan data
dalam bentuk tabel seperti pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
1 1.9-2.1 1 2 2 1.80
2 2.2-2.4 1 2.3 2.3 2.07
3 2.5-2.7 6 2.6 15.6 14.05
4 2.8-3.0 4 2.9 11.6 10.45
5 3.1-3.3 15 3.2 48 43.24
6 3.4-3.6 9 3.5 31.5 28.38
Jumlah 36 16.5 111 100
Rata-rata skor keaktifan belajar siswa = 111 : 36 = 3.08
Ketuntasan klasikal = (28 : 36) x 100% = 77,78%
Berdasarkan data di atas, rata-rata keaktifan belajar siswa
mencapai 3,08 atau sekitar 75%. Dengan catatan, ada 1 dari 37
responden yang tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar. Jika
jumlah responden sebanyak 36, maka rata-rata keaktifan belajar siswa
sebanyak 77.78%. Siswa yang tergolong cukup aktif sebanyak 2 siswa
(3.87%). Kemudian, siswa yang tergolong aktif sebanyak 25 siswa
(67.74%). Sementara itu, siswa yang sangat aktif sebanyak 9 siswa
(28.38%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan data keaktifan belajar siswa di atas, maka dapat
disusun grafik seperti pada gambar 4.15 berikut:
Gambar 4.15 Grafik Keaktifan Belajar pada Siklus II
d. Refleksi
Berbagai data yang diperoleh melalui pengamatan atau
observasi dikumpulkan, kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil
pengamatan atau observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan
tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara menganalisis skor
keaktifan belajar siswa SD Negeri 06 Ngringo pada siklus II. Hasil
pelaksanaan pada siklus II kemudian dibandingkan dengan indikator
kinerja yang telah ditetapkan. Indikator kinerja yang sudah ditentukan
adalah 75%.
Rata-rata keaktifan belajar siswa mencapai 77.78% dari 36
responden yang mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sementara itu, ada
1 responden yang tidak mengikuti pembelajaran pada siklus II, baik pada
pertemuan pertama maupun pertemuan kedua. Jika responden yang tidak
mengikuti pembelajaran dimasukkan ke dalam data penelitian, maka rata-
rata keaktifan belajar siswa mencapai 75%.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1.9-2.1 2.2-2.4 2.5-2.7 2.8-3.0 3.1-3.3 3.4-3.6
F
R
E
K
U
E
N
S
I
Skor Keaktifan Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sementara itu, kemampuan guru atau pengajar dalam melakukan
kegiatan pelajaran juga mengalami peningkatan. Peningkatan
kemampuan guru dalam pembelajaran antara lain menyampaikan
apersepsi, tujuan pembelajaran, dan orientasi, menunjukkan penguasaan
materi pembelajaran, mengaitkan materi dengan pengetahauan lain yang
relevan, menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki
belajardan karakteristik siswa, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa,
melaksanakan pembelajaran secara runtut,melaksanakan pembelajaran
yang bersifat kontekstual, melaksanakan pembelajaran yang efektif,
mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran dengan menggunakan
berbagai metode, menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran, menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa,
menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar, melakukan
penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan), menggunakan bahasa
lisan dan tulis secara jelas, baik, benar, dan lancar, melakukan refleksi
atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa.
Dari data hasil observasi kinerja guru menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan dari siklus I ke siklus II, yakni dari rata-rata nilai
siklus I sebesar 3.1 menjadi sebesar 3.63 pada siklus II. Kemampuan
guru dalam pembelajaran pada siklus I dan siklus II mengalami
peningkatan sebesar 0.53.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II, maka keaktifan belajar siswa
pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan
pendekatan keterampilan proses sudah berhasil. Hal ini dikarenakan
keaktifan belajar siswa telah memenuhi pencapaian indikator kinerja
yang telah ditentukan, yaitu 75%. Pencapaian indikator kinerja tersebut
membuat peneliti tidak perlu lagi melanjutkan penelitian ke siklus
berikutnya, karena hal tersebut sudah menunjukkan bahwa penerapan
pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan keaktifan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo tahun
ajaran 2011/2012.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
Berdasarkan deskripsi penelitian di atas, berikut akan dikemukakan
temuan dan pembahasan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan
keterampilan proses (PKP) sebagai upaya untuk meningkatkan keaktifan belajar
IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo. Berdasarkan
hasil pengamatan dan analisis data yang sudah dilakukan, dapat dilihat bahwa ada
peningkatan keaktifan belajar siswa, prestasi belajar siswa, serta kinerja guru
selama pelaksanaan penelitian. Hal ini ditunjukan seperti pada tabel 4.4 berikut
ini:
Tabel 4.4 Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa
Kategori Keaktifan Belajar Siswa
Keterangan Pra Siklus Siklus I Siklus II
A - - 9 Sangat Aktif
B 3 7 25 Aktif
C 11 26 2 Cukup Aktif
D 23 4 - Kurang Aktif
Berdasarkan tabel perbandingan keaktifan belajar siswa, maka dapat
disusun dalam bentuk grafik seperti pada gambar 4.16 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.16 Grafik Perbandingan Keaktifan dan Prestasi Belajar
Berdasarkan pada gambar 4.16, skor keaktifan belajar siswa pada pra
siklus sebesar 37,84% meningkat pada siklus I menjadi 56.76%, kemudian
meningkat lagi pada siklus II menjadi 77.78%.
Sementara itu, kemampuan guru atau pengajar dalam melakukan
kegiatan pelajaran juga mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan guru
dalam pembelajaran antara lain menyampaikan apersepsi, tujuan pembelajaran,
dan orientasi, menunjukkan penguasaan materi pembelajaran, mengaitkan materi
dengan pengetahauan lain yang relevan, menyampaikan materi dengan jelas,
sesuai dengan hierarki belajardan karakteristik siswa, melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa,
melaksanakan pembelajaran secara runtut,melaksanakan pembelajaran yang
bersifat kontekstual, melaksanakan pembelajaran yang efektif,
mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai
metode, menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, menunjukkan
sikap terbuka terhadap respon siswa, menumbuhkan keceriaan dan antusisme
siswa dalam belajar, melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi
(tujuan), menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar, dan lancar,
melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Keaktifan Belajar
Per
sen
tase
%
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi dan perbandingan skor keaktifan siswa di
atas, maka dapat dideskripsikan tentang peningkatan keaktifan belajar IPA materi
sifat-sifat-cahaya melalui pendekatan keterampilan proses (PKP) pada siswa kelas
V SDN 06 Ngringo. Skor rata-rata kelas mengenai keaktifan belajar pada pra
siklus sebesar 1.73 atau sekitar 37.84%. Siswa yang memperoleh skor antara 1.2-
1.4 sebanyak 11 siswa atau 22.34%. Siswa yang memperoleh skor antara 1.5-1.7
sebanyak 12 siswa atau 30.00%. Siswa yang memperoleh skor antara 1.8-2.0
sebanyak 6 siswa atau 17.81%. Siswa yang memperoleh skor antara 2.1-2.3
sebanyak 5 siswa atau 17.19%. Siswa yang memperoleh skor antara 2.4-2.6
sebanyak 1 siswa atau 3.91%. Siswa yang memperoleh skor antara 2.7-2.9
sebanyak 2 siswa atau 8.75% .
Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi siklus I, skor rata-rata keaktifan
belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo siklus I
mencapai 56.76%, meningkat dari pra siklus yang berjumlah 37.84%. Siswa yang
mendapat skor antara 0.9-1.3 4 siswa (5.45%). Siswa yang mendapat skor antara
1.4-1.7 sebanyak 0 siswa (0.00%). Siswa yang mendapat skor 1.8-2.1 sebanyak 12
siswa (28.98%). Siswa yang mendapat skor 2.2-2.5 sebanyak 14 siswa (40.74%).
Siswa yang mendapat skor 2.6-2.9 sebanyak 5 siswa (17.03%). Siswa yang
mendapat skor 3.0-3.3 sebanyak 2 siswa (7.80%). Data tersebut menunjukkan
bahwa jumlah siswa yang kurang aktif sebanyak 4 siswa (5.45%), siswa yang
cukup aktif sebanyak 26 siswa (69.72%), sedangkan siswa yang aktif sebanyak 7
siswa atau sekitar (24.83%)
Sementara itu, berdasarkan hasil observasi skor rata-rata keaktifan belajar
siswa pada siklus II mencapai 3,08 atau sekitar 75%. Dengan catatan, ada 1 dari
37 responden yang tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar. Jika jumlah
responden sebanyak 36, maka rata-rata keaktifan belajar siswa sebanyak 77.78%.
Siswa yang tergolong cukup aktif sebanyak 2 siswa (3.87%). Kemudian, siswa
yang tergolong aktif sebanyak 25 siswa (67.74%). Sementara itu, siswa yang
sangat aktif sebanyak 9 siswa (28.38%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Meskipun data menunjukkan adanya peningkatan, baik peningkatan
keaktifan belajar maupun peningkatan prestasi belajar siswa, akan tetapi selama
pelaksanaan penelitian juga ditemui beberapa hambatan. Hambatan tersebut
berasal dari dalam kelas dan luar kelas. Hambatan dari dalam kelas berasal dari
siswa kelas V itu sendiri. Masih banyak siswa yang malu bahkan tidak berani
berinteraksi selama pembelajaran berlangsung, akan tetapi hal ini dapat diatasi
dengan pendekatan dan metode interaksi yang digunakan guru.
Selain hambatan dari dalam kelas, juga terdapat hambatan dari luar kelas.
Hambatan dari luar kelas berasal dari siswa kelas lain yang sedang mengikuti
pelajaran olah raga. Hal ini sedikit banyak mengganggu jalannya proses
pembelajaran, sebab suara siswa yang gaduh terdengar hingga ke dalam ruang
kelas V. Namun hambatan ini dapat diminimalisir dengan menutup rapat-rapat
ruang kelas V, sehingga suara dari luar ruangan sedikit berkurang.
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru kelas sebelum
pelaksanaan tindakan, keaktifan belajar siswa sebelum menggunakan pendekatan
keterampilan proses tergolong masih rendah. Hal ini dikarenakan keterbatasan alat
peraga sifat-sifat cahaya, sehingga siswa tidak mengalami atau memperagakan
sendiri percobaan sifat-sifat cahaya. Metode yang digunakan guru juga masih
terbatas. Guru memang sudah menggunakan metode tanya jawab untuk
meningkatkan keaktifan peserta didik, namun caranya yang kurang tepat, guru
tidak memusatkan pertanyaan pada seorang peserta didik akan tetapi pertanyaan
ditujukan pada satu kelas, sehingga ada beberapa peserta didik yang hanya diam
saja mendengar pertanyaan guru. Selain itu, pola interaksi edukatif bersifat satu
arah, yaitu guru ke siswa. Pola interaksi ini lebih terpusat pada guru, sehingga
peserta didik cenderung pasif dalam proses belajar mengajar.
Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru
kelas sesudah pelaksanaan tindakan, penerapan pendekatan keterampilan proses
(PKP) pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dapat menungkatkan
keaktifan belajar siswa. Hal ini terlihat selama proses pembelajaran berlangsung.
Masing-masing siswa berinteraksi secara individu dan berkelompok. Selain itu,
setiap siswa juga aktif dalam melaksanakan percobaan sifat-sifat cahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selama pelaksanaan siklus I, terdapat beberapa kekurangan yang harus
diperbaiki. Kekurangan tersebut terlihat pada kemampuan menyusun hipotesis
siswa yang masih rendah. Kesulitan menyusun hipotesis disebabkan siswa belum
pernah diajarkan cara menyusun hipotesis yang baik dan benar. Setelah
mengetahui kelemahan siswa dalam menyusun hipotesis, kemudian guru
membimbing siswa tentang cara menyusun hipotesis terlebih dahulu.
Kekurangan yang selanjutnya adalah keberanian bertanya. Masih banyak
siswa yang belum mampu dan tidak berani mengajukan pertanyaan. Ketika
sampai tahapan demonstrasi dan presentasi, hanya sedikit siswa yang bertanya,
sehingga unsur bertukar pendapat masih kurang. Siswa hanya berani bertanya
ketika dalam kegiatan kerja kelompok saja.
Kekurangan yang terakhir adalah keberanian untuk mengkomunikasikan
hasil percobaan. Pada pertemuan pertama, hasil percobaan dikomunikasikan oleh
perwakilan kelompok di depan kelas, sementara anggota yang lain masih tetap
duduk. Namun hal ini mulai diatasi pada pertemuan kedua, setiap anggota
kelompok mendemostrasikan dan mengkomunikasikan hasil percobaannya di
depan kelas.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II, kekurangan yang muncul pada siklus
I sudah diatasi. Menurut hasil observasi dan dokumentasi, proses pembelajaran
berlangsung dengan sangat baik. Hal ini ditunjukkan oleh interaksi antar
kelompok selama pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus I, kelompok yang
mempresentasikan atau mengkomunikasikan hasil percobaannya tidak mendapat
tanggapan dari kelompok lain, akan tetapi berbeda pada siklus II. Setiap kelompok
yang maju mendapatkan pertanyaan dari kelompok lain. Hal ini menjadikan
suasana pembelajaran dalam kelas menjadi lebih hidup.
Selain itu, Penerapan PKP pada siklus kedua lebih tersusun rapi.
Berbagai kekurangan yang ada pada siklus I sudah diatasi oleh guru. Kesulitan
siswa dalam menyusun hipotesis diatasi guru dengan menyajikan pertanyaan yang
terdapat pada lembar kerja siswa. Hal ini dilakukan guru untuk membimbing
siswa dalam menyusun hipotesis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka keaktifan belajar siswa pada
mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan pendekatan
keterampilan proses sudah berhasil. Hal ini dikarenakan keaktifan belajar siswa
telah memenuhi pencapaian indikator kinerja yang telah ditentukan, yaitu 75%.
Pencapaian indikator kinerja tersebut membuat peneliti tidak perlu lagi
melanjutkan penelitian ke siklus berikutnya, karena hal tersebut sudah
menunjukkan bahwa penerapan pendekatan keterampilan proses dapat
meningkatkan keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V
SDN 06 Ngringo tahun ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, penerapan
pendekatan keterampilan proses (PKP) dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA
materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo. Peningkatan
tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata skor keaktifan belajar
siswa kelas V pada setiap siklusnya, yaitu pada tindakan pra siklus rata-rata skor
keaktifan belajar siswa hanya mencapai 37.84%, pada siklus I rata-rata skor
keaktifan belajar siswa mencapai 56.76%. selanjutnya, pada siklus II keaktifan
belajar IPA mencapai 77.78%.
Seiring dengan meningkatnya keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat
cahaya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan keterampilan proses
memang cocok diterapkan untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA materi sifat-
sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo. Selain itu, pendekatan ini juga
bisa diterapkan pada mata pelajaran selain IPA di berbagai jenjang sekolah.
B. Implikasi
Penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Peningkatan Keaktifan
Belajar IPA Materi Sifat-Sifat Cahaya melalui Pendekatan Keterampilan Proses
pada Siswa Kelas V SDN 06 Ngringo Tahun Ajaran 2011/2012” yang
dilaksanakan dalam dua siklus ternyata dapat meningkatkan keaktifan belajar
siswa.
Keaktifan belajar siswa menduduki posisi yang sangat penting dalam
kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang menekankan pada keaktifan peserta
didik akan menjadikan materi atau konsep-konsep yang diajarkan guru lebih
bermakna. Hal ini mengkin terjadi, sebab siswa mengalami sendiri materi atau
konsep yang diajarkan, sehingga materi atau konsep tersebut lebih merasuk ke
dalam benak siswa. Selain itu, penerapan pendekatan keterampilan proses dapat
melatih interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan kelompok, kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan kelompok, siswa dengan guru, serta interaksi siswa dengan sumber atau
bahan ajar.
Mengingat pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan
keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06
Ngringo, maka diharapkan pendekatan ini juga dapat diterapkan pada mata
pelajaran lain. Hal-hal yang dapat diterapkan guru untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keaktifan belajar siswa sebagai implikasi dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui tingkat perkembangan siswa
Setiap siswa memiliki tingkat perkembangan yang berbeda, baik
perkembangan intelektual, emosional, maupun perkembangan fisik. Hal
inilah yang menjadi pertimbangan dalam penerapan pendekatan keterampilan
proses. Pendekatan keterampilan proses yang mengandung berbagai jenis
keterampilan harus diterapkan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Selanjutnya, penerapan pendekatan ini pada siswa SD dilaksanakan secara
sederhana agar mudah diikuti oleh setiap siswa.
2. Menumbuhkan minat siswa
Minat akan menumbuhkan motivasi pada diri siswa untuk ikut serta
dalam kegiatan belajar mengajar. Semakin tinggi minat siswa, maka akan
semakin besar peran siswa tersebut untuk aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Minat siswa dalam pembelajaran IPA melalui penerapan
pendekatan keterampilan proses dirangsang dengan pola kegiatan dan media
yang variatif. Pola kegiatan belajar mengajar lebih berpusat kepada siswa,
sementara guru berperan sebagai mediator dan motivator. Sementara media
yang digunaka berasal dari benda-benda nyata yang ada di lingkungan sekitar
siswa.
3. Melatih siswa tentang cara memperoleh pengetahuan
Pendekatan keterapilan proses memungkinkan peserta didik untuk
menguji suatu konsep atau teori secara mandiri. Pengujian suatu konsep
tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan ilmiah. Sehingga peserta didik
menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Selain itu, PKP dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam mendapatkan
fakta, konsep, dan prinsip atau teori.
4. Menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan
Konsep yang dipelajari melalui pengalaman belajar yang
menyenangkan akan menjadikan konsep tersebut melekat dalam benak siswa.
Selain itu, pengalaman yang menyenangkan juga harus dikaitkan dengan
lingkungan di sekitar siswa, sehingga siswa lebih mudah mempelajari konsep
yang akan disampaikan. Selain itu, siswa akan lebih mudah menerapkan dan
memanfaatkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka dapat
disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa diharapkan untuk terlibat lebih aktif, kreatif, dan meningkatkan
keberanian menyampaikan ide atau pendapat dalam proses pembelajaran untuk
menambah pengetahuan, pemahaman, dan peningkatan hasil belajar IPA materi
sifat-sifat cahaya. Selain itu, siswa diharapkan untuk dapat berinteraksi dengan
baik ketika melaksanakan tugas kelompok. Baik dalam memberikan
sumbangan ide maupun dalam menghargai pendapat anggota kelompok yang
lain.
2. Bagi Guru
a. Dalam penyampaian materi, terutama dalam pembelajaran IPA mengenai
sifat-sifat cahaya, guru hendaknya menggunakan pendekatan pembelajaran
yang sesuai, sehingga memberikan kemudahan kepada siswa untuk
memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu, serta mampu
memberikan pengalaman yang berbeda dan bervariasi. Selain itu,
penggunaan berbagai media yang inovatif turut mendukung tingginya
tingkat keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
b. Guru hendaknya berusaha meningkatkan kompetensi profesionalmya dalam
merancang proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menyenangkan dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Hal ini
dimaksudkan agar pembelajaran lebih bermakna bagi peserta didik.
Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan memudahkan siswa
untuk memahami suatu konsep.
3. Bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mendorong atau memotivasi
guru-guru untuk melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan
menyenangkan. Selain itu, kepala sekolah hendaknya mengupayakan kegiatan-
kegiatan yang dapat meningkatkan profesionalisme guru, misalnya melalui
seminar atau pelatihan tentang kependidikan.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak mengkaji tentang permasalahan keaktifan belajar
serta penerapan pendekatan keterampilan proses hendaknya meneliti lebih
lanjut tentang siswa yang belum atau kurang aktif selama pembelajaran IPA
materi sifat-sifat cahaya berlangsung.