urgensi penanggulangan kemiskinan multidimensi pada anak di

4
URGENSI PENANGGULANGAN KEMISKINAN MULTIDIMENSI PADA ANAK DI INDONESIA No. 3/2013 Anak dalam Konteks Pembangunan di Indonesia Masa depan Indonesia tergantung pada kesejahteraan anak-anak Indonesia yang jumlahnya mencapai sekitar seperga jumlah total penduduknya. Menurut Sensus Penduduk 2010, dari 237,6 juta jiwa penduduk Indonesia, sekitar 81,3 juta berusia di bawah 18 tahun, kelompok usia yang berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak (the United Naons Convenon on the Rights of the Child/CRC) didefinisikan sebagai anak-anak. Lebih dari separuh (54%) anak Indonesia nggal di wilayah perdesaan. Meskipun demikian, sejalan dengan laju urbanisasi yang terjadi di Indonesia, proporsi anak yang nggal di wilayah perkotaan cenderung meningkat. Proporsi anak di perkotaan meningkat dari 40% menjadi 46% selama periode 1993–2010. Persebaran anak antardaerah juga sangat dak merata. Sekitar 55% anak Indonesia nggal di pulau-pulau yang berpenduduk paling banyak, yaitu Jawa dan Bali. Namun, proporsi anak terhadap jumlah total penduduk provinsi yang ternggi ada di provinsi-provinsi belahan mur Indonesia. Nusa Tenggara Timur memiliki proporsi anak ternggi (43%), sementara Daerah Ismewa Yogyakarta memiliki proporsi anak terendah (27%). Komitmen Pemerintah Indonesia untuk menempatkan kesejahteraan anak pada garis depan pembangunan nasional memberikan landasan hukum yang kuat bagi pemenuhan hak-hak semua anak, dan merupakan penegasan bahwa anak-anak merupakan bagian– dan harus memperoleh manfaat–dari pembangunan. Pasal 28B, ayat 2, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menggariskan bahwa semua anak memiliki hak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang untuk mewujudkan potensi mereka sepenuhnya, serta hak untuk terlindungi dari diskriminasi dan kekerasan. Selain itu, Pasal 34, ayat 1, UUD ini juga menyatakan, “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.” Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan dukungan resmi terhadap pandangan bahwa dak boleh ada seorang pun anak di Indonesia yang terdeprivasi atau terlantar. Terlebih lagi, Indonesia juga terikat dengan komitmen-komitmen internasional yang berkaitan dengan hak- hak dan perlindungan anak. 1 Sepanjang dekade lalu, Pemerintah Indonesia telah memberlakukan berbagai undang-undang yang berkaitan dengan hak-hak anak, termasuk undang-undang tentang perlindungan anak (UU No. 23 Tahun 2002), penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (UU No. 23 Tahun 2004), sistem administrasi kependudukan (UU No. 23 Tahun 2006), pemberantasan ndak pidana perdagangan orang (UU No. 21 Tahun 2007), kesejahteraan sosial (UU No. 11 Tahun 2009), dan sistem peradilan pidana anak (UU No. 11 Tahun 2012). Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak merupakan salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2004–2009. Selanjutnya, RPJMN 2010– 2014 menekankan penngnya pengarusutamaan hak-hak anak ke dalam berbagai prioritas pembangunan, termasuk dalam bidang pendidikan dan kesehatan serta penanggulangan kemiskinan. Hal ini menandai diterapkannya pendekatan struktural dan holiss terhadap perlindungan anak dalam rencana kerja pemerintah. Pada saat yang sama, banyak program sektoral, khususnya di sektor pendidikan dan kesehatan, diperluas untuk mencapai target-target pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs). S tudi tentang kesenjangan dan kemiskinan anak yang dilakukan untuk pertama kalinya di Indonesia pada 2010–2011 mengungkapkan bahwa meskipun kemajuan telah dicapai dalam mengurangi deprivasi dari segi pendapatan dan berbagai dimensi lainnya, pada 2009 sekitar 55,8% anak Indonesia masih hidup di rumah tangga dengan konsumsi per kapita kurang dari 2 dolar PPP per hari; 17,4% hidup di bawah garis kemiskinan nasional; dan 10,6% hidup dengan kurang dari 1 dolar PPP per hari. Terlebih lagi, hanya sekitar 18% anak yang benar-benar terbebas dari enam dimensi deprivasi–kurangnya akses terhadap pendidikan, keterlibatan dalam dunia kerja (pekerja anak), serta terbatasnya akses terhadap kesehatan, tempat tinggal, sanitasi, dan air. Sekitar 78% anak mengalami satu sampai tiga dimensi deprivasi. Fakta bahwa jumlah anak yang hidup dalam rumah tangga yang miskin dari segi pendapatan jauh lebih besar daripada jumlah anak yang hidup dalam rumah tangga yang lebih kaya, dan bahwa anak-anak di rumah tangga yang lebih miskin tertinggal jauh di belakang anak-anak di rumah tangga yang lebih kaya dalam banyak dimensi deprivasi, menjadi tantangan nyata bagi penanggulangan kemiskinan dalam jangka panjang. Hal ini menuntut pemerintah untuk tidak saja terus mengarusutamakan hak-hak anak ke dalam agenda pembangunan, tetapi juga membangun aliansi yang lebih kuat dengan aktor-aktor nonpemerintah dalam rangka memfokuskan perhatian yang lebih besar pada anak-anak rentan guna melindungi dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan anak antartingkat pendapatan rumah tangga dan antardaerah. Rangkuman Eksekuf

Upload: nguyendang

Post on 15-Jan-2017

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Urgensi Penanggulangan Kemiskinan Multidimensi pada Anak di

URGENSI PENANGGULANGAN KEMISKINAN MULTIDIMENSI PADA ANAK DI INDONESIA

No. 3/2013

Anak dalam Konteks Pembangunan di IndonesiaMasadepanIndonesiatergantungpadakesejahteraananak-anakIndonesiayangjumlahnyamencapaisekitarsepertigajumlahtotalpenduduknya.MenurutSensusPenduduk2010,dari237,6jutajiwapendudukIndonesia,sekitar81,3jutaberusiadibawah18tahun,kelompokusiayangberdasarkanUndang-Undang(UU)No.23Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Konvensi PBB tentang Hak-hakAnak(theUnitedNationsConventionontheRightsoftheChild/CRC)didefinisikansebagaianak-anak.Lebihdariseparuh(54%)anakIndonesiatinggaldiwilayahperdesaan.Meskipundemikian,sejalandenganlajuurbanisasiyangterjadidiIndonesia,proporsianakyangtinggaldiwilayahperkotaancenderungmeningkat.Proporsianakdiperkotaanmeningkatdari40%menjadi46%selamaperiode1993–2010.Persebarananakantardaerahjugasangattidakmerata.Sekitar55%anakIndonesiatinggaldipulau-pulauyangberpendudukpalingbanyak,yaituJawadanBali.Namun,proporsianakterhadapjumlahtotalpendudukprovinsiyangtertinggiadadiprovinsi-provinsibelahantimurIndonesia.NusaTenggaraTimurmemilikiproporsianaktertinggi(43%),sementaraDaerahIstimewaYogyakartamemilikiproporsianakterendah(27%).

KomitmenPemerintahIndonesiauntukmenempatkankesejahteraananakpadagarisdepanpembangunannasionalmemberikanlandasanhukumyangkuatbagipemenuhanhak-haksemuaanak,danmerupakanpenegasanbahwaanak-anakmerupakanbagian–danharusmemperolehmanfaat–daripembangunan.Pasal28B,ayat2,Undang-UndangDasar(UUD)1945menggariskanbahwasemuaanakmemilikihakuntukhidup,tumbuh,danberkembang

untukmewujudkanpotensimerekasepenuhnya,sertahakuntukterlindungidaridiskriminasidankekerasan.Selainitu,Pasal34,ayat1,UUDinijugamenyatakan,“Fakirmiskindananak-anakyang terlantar dipelihara oleh negara.” Pernyataan-pernyataan tersebutmenunjukkandukunganresmiterhadappandanganbahwatidakbolehadaseorangpunanakdiIndonesiayangterdeprivasiatauterlantar.Terlebihlagi,Indonesiajugaterikatdengankomitmen-komitmeninternasionalyangberkaitandenganhak-hak dan perlindungan anak.1Sepanjangdekadelalu,PemerintahIndonesiatelahmemberlakukanberbagaiundang-undangyangberkaitandenganhak-hakanak,termasukundang-undangtentangperlindungananak(UUNo.23Tahun2002),penghapusankekerasandalamrumahtangga(UUNo.23Tahun2004),sistemadministrasikependudukan(UUNo.23Tahun2006),pemberantasantindakpidanaperdaganganorang(UUNo.21Tahun2007),kesejahteraansosial(UUNo.11Tahun2009),dansistemperadilanpidanaanak(UU No. 11 Tahun 2012).

PeningkatankesejahteraandanperlindungananakmerupakansalahsatuprioritasdalamRencanaPembangunanJangkaMenengahNasional(RPJMN)periode2004–2009.Selanjutnya,RPJMN2010–2014menekankanpentingnyapengarusutamaanhak-hakanakkedalamberbagaiprioritaspembangunan,termasukdalambidangpendidikandankesehatansertapenanggulangankemiskinan.Halinimenandaiditerapkannyapendekatanstrukturaldanholististerhadapperlindungananakdalamrencanakerjapemerintah.Padasaatyangsama,banyakprogramsektoral,khususnyadisektorpendidikandankesehatan,diperluasuntukmencapaitarget-targetpembangunanmilenium(MillenniumDevelopmentGoals/MDGs).

Studi tentang kesenjangan dan kemiskinan anak yang dilakukan untuk pertama kalinya di Indonesia pada 2010–2011 mengungkapkan bahwa meskipun kemajuan telah dicapai dalam mengurangi deprivasi dari segi pendapatan dan berbagai

dimensi lainnya, pada 2009 sekitar 55,8% anak Indonesia masih hidup di rumah tangga dengan konsumsi per kapita kurang dari 2 dolar PPP per hari; 17,4% hidup di bawah garis kemiskinan nasional; dan 10,6% hidup dengan kurang dari 1 dolar PPP per hari. Terlebih lagi, hanya sekitar 18% anak yang benar-benar terbebas dari enam dimensi deprivasi–kurangnya akses terhadap pendidikan, keterlibatan dalam dunia kerja (pekerja anak), serta terbatasnya akses terhadap kesehatan, tempat tinggal, sanitasi, dan air. Sekitar 78% anak mengalami satu sampai tiga dimensi deprivasi. Fakta bahwa jumlah anak yang hidup dalam rumah tangga yang miskin dari segi pendapatan jauh lebih besar daripada jumlah anak yang hidup dalam rumah tangga yang lebih kaya, dan bahwa anak-anak di rumah tangga yang lebih miskin tertinggal jauh di belakang anak-anak di rumah tangga yang lebih kaya dalam banyak dimensi deprivasi, menjadi tantangan nyata bagi penanggulangan kemiskinan dalam jangka panjang. Hal ini menuntut pemerintah untuk tidak saja terus mengarusutamakan hak-hak anak ke dalam agenda pembangunan, tetapi juga membangun aliansi yang lebih kuat dengan aktor-aktor nonpemerintah dalam rangka memfokuskan perhatian yang lebih besar pada anak-anak rentan guna melindungi dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan anak antartingkat pendapatan rumah tangga dan antardaerah.

Rangkuman Eksekutif

Page 2: Urgensi Penanggulangan Kemiskinan Multidimensi pada Anak di

Berbagailaporanresmi,terutamalaporan-laporantentangcapaianMDGs,mengungkapkandicapainyakemajuanyangcukupbesardalambanyakdimensikesejahteraananak.LaporanMDGstahun2010(Bappenas,2010),khususnya,menyoroticapaian-capaiandalampeningkatanstatusgizi,pendidikan,dankesehatananakditingkatnasional.Kendatiangkaagregatnasionaltelahmemperlihatkandicapainyaberbagaikeberhasilan,studitentangkesenjangandankemiskinananakyangpertamakalidilakukandiIndonesia(UNICEF,Bappenas,danSMERU,2012),yangmenganalisisdimensi-dimensimoneterdannonmoneterdarikemiskinananakberdasarkandata-datanasionalyangtersedia,2mengidentifikasibeberapakecenderunganyangmengkhawatirkandalamhalkemiskinananak.

Anak dalam Kemiskinan MoneterTingkatkemiskinanmoneterpadaanak,yaituproporsianakyanghidupdibawahgariskemiskinantertentu,lebihtinggidaripadatingkatkemiskinanpenduduksecaraumum(Tabel1)karenarumahtanggayanglebihmiskincenderungmempunyailebihbanyakanak.DataSusenas2009memperlihatkanbahwapersebarananakcenderungmengumpuldikelompokberpendapatanrendah,dengan28%anakberadadikuintiltermiskin(20%rumahtanggatermiskin–K1),22%dikuintiltermiskinkedua(K2),20%dikuintiltermiskinketiga(K3),17%dikuintiltermiskinkeempat(K4),danhanya13%dikuintilterkaya(K5).Diperkirakanbahwapada2009,sekitar44,3jutaanakIndonesiahidupdengankurangdari2dolarPPPperkapitaperhari;13,8jutadiantaranyahidupdibawahgariskemiskinannasional (GKN) dan sekitar 8,4 jutaanakhidupdalamkemiskinanekstrem(kurangdari1dolarPPPperkapitaperhari).Selamaperiode2003–2009,berdasarkansemuaukuran,baikkemiskinananakmaupunkemiskinansecaraumummenurun.Namun,kemiskinananakmenurundengantingkatyanglebihcepatdaripadapenurunankemiskinansecaraumum.Halinimenunjukkanbahwapenguranganangkakemiskinansecaraumumternyatamengangkatanakkeluardarikemiskinandalamproporsiyanglebihbesar,danpenguranganinisangatpentingbagipeningkatankesejahteraananak-anak rentan yang hidup dalamrumahtanggamiskin.

Kemiskinananakterkaiteratdengankarakteristikrumahtangga,termasukgenderdanlatarbelakangpendidikankepalarumahtanggasertajumlahanggotarumahtangga.Baikproporsianakyanghidupdibawah1dolarPPP,maupunyanghidupdibawahgariskemiskinannasional,padarumahtanggayangdikepalaiperempuancenderunglebihtinggibiladibandingkandenganrumahtanggayangdikepalailaki-laki,masing-masingdenganselisih3,6poinpersendan2,8poinpersen.Proporsianakyanghidupdalamkemiskinanekstremdirumahtanggadengananggotalebihdaritujuhorangadalahsekitarempatkalilipatlebihtinggidaripadaproporsipadarumahtanggayanghanyaberanggotakantigasampaiempatorang.Proporsianakyanghidupdalamkemiskinanekstremdirumahtanggayangkepalanyamerupakanlulusansekolahmenengahpertamaatautingkatpendidikanyanglebihtinggisecarasubstansiallebihrendahdaripadaproporsipadarumahtanggayangdikepalaiolehindividudengantingkatpendidikanyanglebihrendah.Namun,biladiukurdengangariskemiskinanyanglebihtinggi(GKNdanPPP2dolar),dampakpositifyangsignifikanhanyadapatdikaitkandengankepalarumahtanggayangmerupakanlulusansekolahmenengahatasataupernahmenempuhpendidikantinggi.Halinimemberialasankuatuntukmemperluasbantuanpendidikanbagianakmiskin,lebihluasdaripadakebijakanwajibbelajarpendidikandasarsembilantahunyangditerapkansaatini.

Adapulafaktor-faktorgeografisyangpentinguntukdipertimbangkanketikakitamemerhatikankemiskinananak.Risikokemiskinananakjauhlebihtinggidiwilayahperdesaan–tingkatkemiskinananakdiwilayahperdesaanmencapaihampir16%biladiukurdenganmenggunakan1dolarPPP,21%bilamenggunakan

Garis KemiskinanAnak (%) Semua Penduduk (%)

2003 2009 Total Penurunan 2003 2009 Total

Penurunan

1 dolar PPP/kapita/hari (kemiskinan ekstrem) 12,75 10,63 -17% 10,09 8,55 -15%Garis kemiskinan nasional (standar kebutuhan pokok) 23,44 17,35 -26% 17,15 14,15 -17%2 dolar PPP/kapita/hari (standar hidup layak) 63,54 55,78 -12% 57,82 50,65 -12%

Sumber:DihitungdariSusenas2003dan2009.

Tabel 1. Tingkat Kemiskinan di Kalangan Anak dan Penduduk secara Umum, 2003 dan 2009

Page 3: Urgensi Penanggulangan Kemiskinan Multidimensi pada Anak di

GKN,dan70%bilamenggunakan2dolarPPP;sedangkantingkatkemiskinananakdiwilayahperkotaandenganmenggunakanukuran-ukuranyangsamamasing-masingadalah5%,13%,dan39%.Karenajumlahdankepadatanpenduduknya,provinsi-provinsidiPulauJawamemberikansumbangantertinggi,baikdalamjumlahtotalpopulasianakmaupunjumlahanakyangmengalamikemiskinan:secarakeseluruhan,54%anakIndonesiadan46,9%anakmiskinhidupdiJawa.Namun,tingkatkemiskinananakperprovinsiyangtertinggijustruterdapatdiprovinsi-provinsiIndonesiabagiantimur.Meskipundemikian,bilajumlahseluruhanakmiskindisepuluhprovinsidengantingkatkemiskinantertinggi(dariPapuaBaratsampaiSulawesiTenggara,sepertiditunjukkandalamGambar1)dijumlahkan,hasilnyahanyaakanmencapai15%dariseluruhanakmiskindiIndonesia.Kesepuluhprovinsiinimemilikibanyakdaerahterpencilyang,darisegilogistik,masyarakattermiskinnyaakanlebihsulitdijangkauolehberbagaiprogrambiladibandingkandengansituasidiJawaataudiwilayah-wilayahlainyangpenduduknyalebihpadat.Halinimenuntutperlunyapendekatan-pendekatanberbedadalamupayamenjangkauanakmiskindiwilayah-wilayahtersebut.

Anak-anak yang Mengalami Kemiskinan Multidimensi

Analisiskemiskinannonmoneterperiode2003–2009menunjukkanbanyakkemajuan,sertabeberapakemunduran,diberbagaidimensideprivasi.Dalambidangkesehatan,terjadipeningkatanpadabeberapaindikator,sepertistatusgizi(insufficient weight, stunting, dan wasting)3anakberusiadibawahlimatahun(balita);imunisasilengkapdanimunisasiuntukperlindungandarihepatitisB1,B2,danB3;sertatingkatkematianbayibarulahir(neonatal), pascaneonatal,dantingkatkematiananakbalita.Namun,terjadipulakemundurandalamhalkeluhan(self-reported)menderitaasmadandiare,cakupanimunisasicampak,pemberianairsusuibu(ASI)secaraeksklusif,danobesitas.Padabidangpendidikan,telahdicapaikemajuandalamhaltingkatkeikutsertaananakdisemuajenjangpendidikan–pendidikananakusiadini(PAUD),sekolahdasar,sekolahmenengahpertama,dansekolahmenengahatas–sertaaksesterhadapbukupelajaran,bukusains,dantelevisi.Namun,aksesterhadapbukucerita,korandanmajalah,danmateri-materisenisedikitmenurun.Kendatiadakemajuandalamtingkatkeikutsertaanbelajardisekolah,pada2009sekitar67,8%anakberusia3–6tahuntidakterdaftardiPAUDdansekitar32,8%anakberusia16dan17tahuntidakbersekolah.

Hampirsemuacapaianindikatoruntukperumahan–luaslantai,tipelantai,sambunganlistrik,danaksesterhadapjambanyanglayak–telahmeningkat.Aksesterhadapsumberairyangamandanlayak4merupakansatu-satunyaindikatoryangtidakmeningkat.Aksesinimenurunsecarasignifikanrata-rata3%pertahunhinggamengakibatkansekitar35%anaktidakmemilikiakses(terhadap

sumberairminumyangamandanlayak)pada2009.Proporsianakbalitayangmemilikiaktakelahiranjugameningkat,meskisekitar52,3%darimerekamasihbelummemilikiaktakelahiranpada2009.Dalamhalketerlibatandalamduniakerja,proporsianakberusiaantara10dan17tahunyangterlibatsecaraeksklusifdalamaktivitasekonomicenderungmenurun.Namun,proporsianakyangmelakukanbanyakaktivitas–bekerja,melakukanpekerjaanrumahtangga,danbersekolah–meningkat.Halinimencerminkanmeningkatnyabebanyangdihadapiolehanak-anak.

Analisiskemiskinanmultidimensidikalangananak,yangmelihatenamdimensideprivasisecarabersamaan,menyingkapgambaranyanglebihmenantanglagi.Berdasarkanbeberapaindikatorterkaityang tersedia di data panel Susenas 2009, diperkirakan hanya sekitar18,3%anakIndonesiayangbenar-benarterbebasdarikeenamdimensideprivasi.Sekitar30,6%anakterdeprivasidalam1dimensi;29,1%terdeprivasidalam2dimensi;18,5%terdeprivasidalam3dimensi;6,6%terdeprivasidalam4dimensi;1,3%terdeprivasidalam5dimensi;dan0,07%terdeprivasidalamkeenamdimensi.Tipedeprivasiyangpalingumumterjadiadalahtidakadanyaaksesterhadapsanitasi(51,6%),air(37,4%),dantempattinggalyanglayak(37%).

Limadarienamaspeknonmoneterdarikemiskinantersebutterkaiteratdengankemiskinanmoneter.SepertiditunjukkandalamTabel2,tingkatkesejahteraanrumahtangga(berdasarkanproxy pengeluaran)tidakterkaitdengantingkatdeprivasianakhanyadalamhalaksesterhadapsumberairyangamandanlayak.Namun,hasilinidiperolehberdasarkandefinisiresmitentangsumberairyangamandanlayak.Analisisyangmenggunakanukuranberbedatentang“aksesterhadapairminumyangaman”–yangmencakupkonsumsiairdalamkemasan,airkeran,atauairdarisumuryangmenggunakanpompaair,sumuryangterlindung,ataupunmataairyang terlindung5–memunculkanhasilyangsangatberbeda.Denganmenggunakanukuran-ukuranini,persentaseanakyangterdeprivasidalamhalaksesterhadapairminumyangamanpadakuintilrumahtanggatermiskinsecarasignifikanlebihtinggidaripadapersentasepadakuintilterkaya–32,6%padaK1;30,4%padaK2;26,8%padaK3;22,0%padaK4;danhanya13,7%padaK5.Perbedaaninimenunjukkanbahwabanyakrumahtanggaterkayamungkintelahberalihkepenggunaanairdalamkemasanyangharganyalebihmahal.

Selainitu,proporsianakyangterdeprivasipadadimensiyangmanapuncenderungmenurunseiringnaiknyatingkatpengeluaranrumahtangga(dariK1hinggaK5).Proporsianakyangterbebasdarideprivasiyangmanapunmeningkatseiringpeningkatankuintilpendapatanrumahtangga.Hanya4,95%anakpadaK1yangterbebasdarisemuadeprivasi;sementarauntukanak-anakpadaK5,angkaininaikmenjadi39,76%(Gambar2).Analisislebihterperincimengenaipersebarankemajuandiantaraanak-anakpadaberbagaikelompokpengeluaranrumahtanggamengungkapfaktabahwaanak-anakdirumah-rumahtanggayanglebihmiskintidak

Dimensi Kemiskinan Anak K1 K2 K3 K4 K5 Total

Pendidikan 35,2 28,6 24,2 20,3 16,6 25,9Partisipasi dalam dunia kerja 8,0 6,5 6,1 5,0 5,3 6,3Kesehatan 17,2 17,3 17,3 17,6 16,4 17,2Tempat tinggal 60,8 43,2 32,6 23,6 11,4 37,0Sanitasi 78,0 62,8 49,4 33,9 17,9 51,6Air 41,37 40,34 36,14 32,98 33,63 37,38Sumber:EstimasiberdasarkanPanelSusenas,2009.

Tabel 2. Anak-anak yang Terdeprivasi pada Masing-masing Dimensi Berdasarkan Kuintil Pengeluaran Rumah Tangga, 2009 (%)

PENTINGNYA MENGATASI KEMISKINAN ANAK MULTIDIMENSI DI INDONESIA

Page 4: Urgensi Penanggulangan Kemiskinan Multidimensi pada Anak di

No. 3/2013

DAFTAR ACUANBappenas (2010) Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2010. Jakarta: Bappenas.

UNICEF, Bappenas, SMERU (akan datang) ‘Child Poverty and Disparity Study in Indonesia: Challenges for Inclusive Growth.’ Jakarta: UNICEF, Bappenas, SMERU.

WHO dan UNICEF (2006) Meeting the MDG Drinking Water and Sanitation Target: The Urban and Rural Challenge of the Decade. Geneva: WHO dan UNICEF.

1MencakupKonvensiPerserikatanBangsa-BangsatentangHak-hakAnak(CRC)yangdiratifikasimelaluiKeputusanPresidenNo.36Tahun1990,komitmenterhadapdeklarasi‘DuniayangLayakbagiAnak’yangditandatanganipada2001,danTujuanPembangunanMilenium(theMillenniumDevelopmentGoals/MDGs).2 KhususnyadatadariSurveiSosial-EkonomiNasional(Susenas)tahun2009.3 Insufficient weight(kuranggizi)diukurberdasarkanperbandinganberatbadandanumur,stunting (pendek)diukurberdasarkanperbandingantinggibadandanumur,danwasting(kurus)diukurberdasarkanperbandinganberatbadandantinggibadan.4Inimencakupairleding,airhujan,sumurbordansumurgali,sertasumurdanmataairyangterlindung.5DefinisiiniduludigunakanolehProgramPembangunanPBB(UnitedNationsDevelopmentProgramme/UNDP).Namun,menurutWHOdanUNICEF(2006),airdalamkemasanbotoldianggapsudahlayakhanyabilarumahtanggamenggunakannyauntukkeperluanmemasakdanhigienepersonal.

w w w . s m e r u . o r . i d | w w w . u n i c e f . o r . i d

selalumengalamikemajuanyangsama.Risetkesehatandasar(Riskesdas)2007dan2010,misalnya,menunjukkanbahwakendatiadakemajuanpadatingkatnasional,kejadianinsufficient weight, stunting, dan wasting di kalangananakbalitapadaK1justrumeningkat.

Menanggulangi Kesenjangan dan Kemiskinan Anak: Rekomendasi Kebijakan

DalammenanggulangikemiskinandankesenjanganpadaanakdiIndonesia,pentinguntukdicatatbahwakemajuanditingkatagregatataunasionalseringkalimenyembunyikanketidaksetaraankemajuandancapaianpadakelompok-kelompokanakdariberbagailatarbelakangdanlokasi.Olehkarenaitu,untukdimensi-dimensidimanakemajuanbesartelahdicapai,tantangannyaterletakpadaupayabagaimanamembuathasilyanglebihmeratabagisemuaanak.Analisisyang

lebihmendalamdanterpilahdiperlukanuntukmemastikanagartidakadakelompokanaktertentuyangterabaikansehinggatertinggaldibelakang.Halinijugaberlakuuntukbeberapadeprivasiyangmasihdideritaanak-anak,yangsebagianbesarcenderungmemburuk.

Sumber;

Berikutinibeberaparekomendasidalamrangkamenanggulangikemiskinandankesenjanganpadaanakdi Indonesia.

1. Terusmemperkuatlandasanhukumuntukmenjaminpemenuhanhak-hakanaktanpadiskriminasidisemuatingkatpemerintahan–baikpusatmaupundaerah–danmemperkuatpemantauanperkembangandibidangini;

2. Meningkatkanfokusprogram-programpenanggulangankemiskinandenganmengarusutamakanisu-isuanakkedalamperumusandanpelaksanaankebijakan/programbaikditingkatnasionalmaupundaerah;

3. Memperluasdanmeningkatkanprogram-programperlindungansosialyanglebihpekaanaksertamempertimbangkankonteksperdesaan-perkotaandan/ataukonteksperbedaanantarprovinsidiIndonesia;dan

4. Memfokuskanperhatianpadapenanggulangankesenjanganantardaerahdenganmencurahkanlebihbanyakupayadansumberdayagunamemperkuatkesadarandankapasitaspemerintahdaerah,membangunaliansiyanglebihkuatdenganaktor-aktornonpemerintahuntukmenanggulangikemiskinandankesenjanganpadaanakdidaerahmerekamasing-masing,dan,bilamanamungkin,menerapkankebijakan-kebijakansertaprogram-programyangsesuaidengankontekslokal.n