uts hub. industrial edit

9
UPAYA PEMERINTAH BIDANG KETENAGAKERJAAN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Hubungan industrial adalah hubungan antara semua pihak yang terkait atas kepentingan dan proses produksi barang atau pelayanan jasa di suatu perusahaan. Pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam setiap perusahaan dapat terdiri dari pengusaha atau pemegang saham, para pekerja atau serikat kerja, perusahaan pemasok, masyarakat konsumen, perusahaan pengguna, masyarakat sekitar, pemerintah, serta para konsultan hubungan industrial dan para arbitrator. Dalam hal ini dapat disebutkan bahwa pekerja juga memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu hubungan industrial. Bahkan dalam industri yang memakai peralatan dengan teknologi canggih sekalipun, tetap membutuhkan tenaga manusia/pekerja untuk menggerakkan alat tersebut. Demikian juga para pekerja, mereka juga memiliki kepentingan atas perusahaan dan oleh sebab itu para pekerja selalu berupaya dan bekerja keras untuk keberhasilan dan kelangsungan perusahaan. Arti perusahaan bagi para pekerja diantaranya adalah sebagai sumber kesempatan kerja, sumber penghasilan, sarana melatih diri, memperkaya pengalaman, meningkatkan keahlian dan keterampilan, tempat mengembangkan karier, tempat mengaktualisasikan keberhasilan. Dengan demikian, melihat kepentingan dari pengusaha/perusahaan dan para pekerja memiliki keterkaitan yang sangat erat. Dapat dikatakan bahwa kedua hal tersebut saling bergantung satu sama lainnya. Perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik jika tidak memiliki pekerja yang baik. Pekerja tidak akan mendapatkan hasil atau sumber penghasilan yang baik jika mereka tidak bekerja dengan baik pula. Adanya ketergantungan antara kedua belah pihak membuat keduanya 1

Upload: syifa-khairunnisa

Post on 28-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

industrial relatinship

TRANSCRIPT

Page 1: UTS Hub. Industrial EDIT

UPAYA PEMERINTAH BIDANG KETENAGAKERJAAN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Hubungan industrial adalah hubungan antara semua pihak yang terkait atas kepentingan dan proses produksi barang atau pelayanan jasa di suatu perusahaan. Pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam setiap perusahaan dapat terdiri dari pengusaha atau pemegang saham, para pekerja atau serikat kerja, perusahaan pemasok, masyarakat konsumen, perusahaan pengguna, masyarakat sekitar, pemerintah, serta para konsultan hubungan industrial dan para arbitrator.

Dalam hal ini dapat disebutkan bahwa pekerja juga memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu hubungan industrial. Bahkan dalam industri yang memakai peralatan dengan teknologi canggih sekalipun, tetap membutuhkan tenaga manusia/pekerja untuk menggerakkan alat tersebut. Demikian juga para pekerja, mereka juga memiliki kepentingan atas perusahaan dan oleh sebab itu para pekerja selalu berupaya dan bekerja keras untuk keberhasilan dan kelangsungan perusahaan. Arti perusahaan bagi para pekerja diantaranya adalah sebagai sumber kesempatan kerja, sumber penghasilan, sarana melatih diri, memperkaya pengalaman, meningkatkan keahlian dan keterampilan, tempat mengembangkan karier, tempat mengaktualisasikan keberhasilan.

Dengan demikian, melihat kepentingan dari pengusaha/perusahaan dan para pekerja memiliki keterkaitan yang sangat erat. Dapat dikatakan bahwa kedua hal tersebut saling bergantung satu sama lainnya. Perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik jika tidak memiliki pekerja yang baik. Pekerja tidak akan mendapatkan hasil atau sumber penghasilan yang baik jika mereka tidak bekerja dengan baik pula. Adanya ketergantungan antara kedua belah pihak membuat keduanya diharuskan memiliki kerjasama yang baik. Hubungan yang baik dapat membuat kepentingan bersama ini menjadi baik pula.

Bagi banyak perusahaan, globalisasi merupakan peluang baik untuk perusahaannya sekaligus menjadi ancaman, karena memperbesar pasar barang dan meningkatkan mobilitas tenaga kerja. Tetapi secara bersamaan, pihak asing juga dapat menjalani bisnis di Indonesia dan bahkan dapat menguasai sektor tenaga kerja di perusahaan yang mereka bangun di Indonesia. Di negara-negara maju, para pekerja dan pengusaha mulai bekerja sama untuk menghadapi persaingan ini.

Disinilah peranan serikat buruh/pekerja yang mereka bangun mulai menyuarakan diri dan melakukan kerjasama dengan manajemen perusahaan demi mencapai kesepakatan. Dengan adanya kesepakatan itu, maka para buruh/pekerja

1

Page 2: UTS Hub. Industrial EDIT

dapat bekerja dengan nyaman tanpa merasa terbebani untuk bersama-sama memajukan dan mengembangkan perusahaannya. Demikian pula dari sudut pandang pengusaha, para manajemen akan dapat terus mengembangkan perusahaan dengan tanpa merasa khawatir pada ketersediaan tenaga kerja yang dimilikinya. Perusahaan dapat maju ke era globalisasi dengan sangat keadaan sangat siap.

Serikat pekerja/buruh memiliki peranan yang penting di era modern sekarang ini. Peranan dan fungsi serikat pekerja/buruh diantaranya sebagai berikut :

1. Menampung aspirasi dan keluhan pekerja, baik anggota maupun bukan anggota serikat pekerja yang bersangkutan,

2. Menyalurkan aspirasi dan keluhan tersebut kepada manajemen atau pengusaha baik secara langsung maupun secara tidak langsung (melalui Lembaga Bipartit),

3. Mewakili pekerja di Lembaga Bipartit,4. Mewakili pekerja di Tim Peunding untuk merumuskan Perjanjian Kerja

Bersama,5. Mewakili pekerja di lembaga-lembaga kerjasama ketenagakerjaan sesuai

dengan tingkatannya seperti Lembaga Tripartit, Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Dewan Pelatihan Kerja, dll,

6. Memperjuangkan realisasi hak dan kepentingan anggota, baik secara langsung kepada pengusaha maupun melalui lembaga-lembaga ketenagakerjaan,

7. Membantu menyelesaikan perselisihan industrial,8. Meningkatkan disiplin dan semangat kerja anggota,9. Aktif dalam mengupayakan menciptakan atau mewujudkan hubungan

industrial yang aman, harmonis, dinamis dan berkeadilan, dan10. Menyampaikan saran kepada manajemen, baik untuk menyelesaikan keluh

kesah pekerja maupun untuk penyempurnaan sistem kerja dan peningkatan produktivitas perusahaan.

Melihat banyaknya peranan dan fungsi serikat kerja/buruh yang telah disebutkan diatas, maka dengan pengoptimalan kerjasama antara serikat kerja/buruh dan lembaga-lembaga ketenagakerjaan dapat menjadikan perusahaan di Indonesia mampu atau siap untuk menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan salah satu gerbang bagi masyarakat Indonesia khususnya para tenaga kerja untuk berkembang dan maju ke arah globalisasi. Hal ini bukanlah sesuatu yang mengerikan atau hal untuk ditakuti,

2

Page 3: UTS Hub. Industrial EDIT

karena pada hakekatnya ini merupakan pembelajaran bagi masyarakat Indonesia untuk berfikir secara global.

Dari survei yang dilakukan oleh BPS, Sakernas 2005-2007 dan 2011 & Puslitbang, BPS Mei 2014, disebutkan bahwa pada Tahun 2014, sebanyak 55.31 % tenaga kerja di Indonesia adalah lulusan Sekolah Dasar (SD). Hal inilah yang harus diperhatikan oleh pemerintah RI. Survei tersebut menjelaskan tentang minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh tenaga kerja di Indonesia. Hal inilah yang menyulitkan untuk “menggiring” pemikiran para pekerja untuk lebih maju demi menghadapi MEA ini.

Dapat dilihat bahwa urusan mengenai ketenagakerjaan bukan merupakan tanggung jawab dari kementrian ketenagakerjaan saja. Tetapi juga seluruh elemen kementrian RI. Kementrian pendidikan perlu menggalakkan kembali wajib belajar sembilan tahun untuk masyarakat indonesia agar melahirkan generasi emas yang berguna untuk bangsa Indonesia. Hal ini juga perlu bantuan dari kementrian keuangan untuk mengatur keuangan negara, agar memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk menjalani pendidikan tersebut. Sosialisasi dari program wajib belajar ini juga dibantu oleh kementrian informasi yang menangani periklanan atau sosialisasi melalui berbagai media yang dapat tersebar ke seuruh penjuru negara RI.

Selanjutnya, pemerintah juga mengawasi atau melakukan controling untuk wilayah mana saja yang memiliki banyak masyarakat yang tidak terlalu peduli pada pendidikan atau masyarakat yang tidak mampu mengenyam pendidikan tersebut. Jangan sampai ada masyarakat yang tidak terpantau untuk pelayanan pendiidikan tersebut. Dengan demikian peranan kementrian ketenagakerjaan menjadi “sedikit” lebih ringan.

Peranan kementrian ketenagakerjaan itu sendiri melingkupi seluruh tenaga kerja yang akan, sedang dan sudah bekerja. Hal yang disebutkan diatas secara langsung berhubungan dengan masyarakat atau para pekerja yang belum atau akan bekerja di suatu perusahaan, yang akan menjadi cikal bakal pekerja yang berkompeten. Maka diperlukan bantuan dari semua elemen pemerintah RI untuk menyiapkan masyarakat atau calon-calon tenaga kerja yang berkualitas.

Selanjutnya, peranan kementrian ketenagakerjaan tidak hanya itu, tetapi juga mencakup para tenaga kerja yang sedang dan sudah bekerja di suatu perusahaan. Para pekerja (tenaga kerja yang “sedang” bekerja) di suatu perusahaan, memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Dari hasil survei disebutkan bahwa sebagian besar memiliki pendidikan sebatas sekolah dasar saja, maka cara menanggulanginya adalah dengan memberikan pelatihan kepada mereka untuk mengetahui apa itu MEA dan bagaimana sikap atau yang harus dilakukan

3

Page 4: UTS Hub. Industrial EDIT

masyarakat khususnya para pekerja itu untuk menghadapi MEA, diberikan pengarahan apa yang harus dilakukan agar mereka mengetahui dampak positif maupun negatif dari MEA itu sendiri.

Dalam hal ini, kementrian ketenagakerjaan juga dapat bekerja sama dengan kementrian pendidikan untuk memberikan pendidikan penyetaraan tingkat lanjutan kepada para pekerja yang memiliki latar pendidikan akhir hanya sebatas sekolah dasar atau sekolah lanjutan tingkat pertama. Dengan diadakannya pendidikan penyetaraan maka para pekerja akan semakin berkembang pemikiran dan pengetahuannya tentang perekonomian era modern sekarang ini.

Kementrian ketenagakerjaan dapat bekerja sama dengan para pengusaha dan serikat kerja/buruh atau Lembaga Bipartit untuk memberikan kesempatan penyetaraan pendidikan dan juga untuk mengadakan sosialisasi tentang MEA ini. Serikat kerja/buruh cukup memilliki peranan yang sangat penting untuk mengembangkan tenaga kerja/buruh itu sendiri, sehingga dengan adanya program pengembangan pendidikan ini akan memberikan kesempatan kepada para buruh untuk memiliki pendidikan yang lebih tinggi. Dengan adanya kerjasama yang baik dari pengusaha dan serikat kerja/buruh maka akan tercipta keadilan dari semua sisi hubungan industrial.

Selintas, ini tampak seperti ada kerugian pada pihak pengusaha dalam mencanangkan program ini, karena dengan adanya program penyetaraan pendidikan untuk para pekerja berlatar pendidikan rendah akan terlihat adanya pembiayaan lebih untuk program ini. Disinilah adanya penyuluhan dari kementrian ketenagakerjaan untuk memberikan sosialisasi bahwa ini adalah upaya pemerintah dalam menghadapi MEA, agar masyarakat RI dapat optimal melakukan kinerja di masa nanti. Perlu dibicarakan juga mengenai peranan pekerja/buruh, bukan hanya sebagai sarana untuk menjalankan perusahaan tetapi juga sebagai aset perusahaan. dikatakan demikian karena pengusaha negara-negara maju mulai memberlakukan para pekerjanya sebagai aset perusahaan. Maksudnya adalah bahwa tenaga kerja yang ada di dalam perusahaan adalah sebagai aset perusahaan sebagaimana layaknya sebuah aset maka nilai investasi perusahaan juga terletak pada para pekerja.

Adanya pengarahan dari kementrian ketenagakerjaan mengenai peranan penting SDM (termasuk didalamnya adalah para pekerja/buruh) sebagai aset perusahaan, maka pengusaha akan berfikir kembali mengenai pembiayaan pada program tersebut. Perlu komunikasi yang baik untuk menjelaskan hal ini. Ini juga merupakan cara agar pengusaha juga mulai memikirkan persiapan MEA. Karena bagaimanapun pengusaha tetap akan mengupayakan pekerja dalam negeri atau lokal untuk menjalani perusahaannya, dengan melihat faktor “kepercayaan” yang

4

Page 5: UTS Hub. Industrial EDIT

telah terbangun. Artinya pengusaha cenderung lebih percaya pada pekerja lokal untuk menjalani usahanya dibandingkan dengan mempekerjakan tenaga asing yang cenderung memiliki banyak perbedaan, terutama dalam hal budaya. Belum tentu budaya mereka akan sejalan atau sesuai dengan budaya perusahaan.

Selain itu, perusahaan juga berfikir mengenai waktu yang harus diatur untuk disesuaikan dengan jadwal program penyetaraan ini. Pengusaha harus membuat sistem shifting untuk mengatur jam kerja.

Setelah pengusaha menjalani program ini, maka harus disosialisasikan kepada serikat kerja/buruh untuk melakukan kerjasama baru mengenai program pendidikan ini. Jika memungkinkan, dari awal sosialisasi program penyetaraan pendidikan ini dapat dilakukan dengan Lembaga Bipartit, agar pengusaha maupun serikat kerja memahami tujuan dari program ini.

Jika pengusaha tidak menghendaki program penyetaraan ini, maka diperlukan program keahlian yang harus memiliki sertifikasi pada bidang keahlian tersebut. Dengan adanya program keahlian bagi para pekerja maka akan ada peningkatan atau pengembangan diri. Sertifikasi itu sendiri dibuat agar keahlian mereka diakui oleh seluruh perusahaan di Indonesia dan dapat digunakan untuk salah satu prasyarat pada

Pemerintah harus membuat kebijakan khusus untuk para pekerja agar pekerja RI mampu bersaing di MEA nantinya. Baik itu dalam program penyetaraan pendidikan maupun program keahlian khusus yang bersertifikat.

Selanjutnya, jika hal ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar maka dapat tercipta latar pendidikan yang baik bagi para pekerja di Indonesia. Ketika pekerja mengikuti program ini maka secara sadar mereka mengetahui dampak MEA bagi para pekerja tersebut. Jika mereka tidak dapat melakukan pengembangan untuk diri mereka sendiri terutama dalam hal pendidikan dan keahlian, maka mereka akan tertinggal jauh oleh tenaga kerja asing yang akan memasuki Indonesia. Akan tetapi, jika para pekerja memiliki latar pendidikan yang baik dan wawasan global, maka tidak menutup kemungkinan akan memberikan dampak positif untuk mereka sendiri atau untuk perusahaannya, bahkan mereka pun dapat memasuki perusahaan tingkat internsional.

Demikian pemikiran saya mengenai upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah khususnya kementrian ketenagakerjaan dalam menghadapi MEA. Yakni dalam bidang pendidikan/ keahlian atau latar belakang pendidikan dari para tenaga kerja yang ada di Indonesia. Dengan adanya kemajuan tingkat pendidikan para tenaga kerja Indonesia maka insya allah akan memberikan dampak positif, untuk diri

5

Page 6: UTS Hub. Industrial EDIT

pekerja itu sendiri, untuk perusahaan dan juga untuk bangsa dan negara Indonesia ini. Karena ilmu pengetahuan yang ada didalam pendidikan merupakan gerbang masyarakat untuk melihat dunia, baik melalui pemikiran maupun tindakan. Sedangkan program keahlian itu sendiri juga merupakan upaya pengembangan diri yang berdampak pada diri pekerja, perusahaan maupun negara RI.

Kita juga mengetahui bahwa dalam MEA akan dihadapi masa dimana tenaga kerja asing diperkenankan untuk masuk dan bekerja di Indonesia, terutama para profesional atau bidnag-bidang keahlian. Jika masyarakat RI memiliki keahlian yang baik, didukung dengan pendidikan yang baik, maka akan menjad pertimbangan bagi suatu perusahaan untuk mempekerjakan tenaga asing di perusahaannya. Jika tenaga kerja lokal lebih berkualitas, mengapa harus mengambil tenaga ahli dari luar negri atau tenaga Asing?

Sekian.

Mohon maaf jika ada kekurangan/kesalahan pada penulisan jawaban ini.

Sumber :

J. Simanjuntak. Payaman, Manajemen Hubungan Industrial : serikat pekerja, perusahaan dan pemerintah. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2011

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/08/140826_pasar_tenaga_kerja_aec

http://crmsindonesia.org/knowledge/crms-articles/peluang-tantangan-dan-risiko-bagi-indonesia-dengan-adanya-masyarakat-ekonomi

6