variasi penggunaan bahasa indonesia dalam talk … depan...i tesis variasi penggunaan bahasa...
TRANSCRIPT
149
TESIS
VARIASI PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA
DALAM TALK SHOW INDONESIA LAWYERS CLUB
DI TV ONE
I GUSTI NGURAH MAYUN SUSANDHIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
i
TESIS
VARIASI PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA
DALAM TALK SHOW INDONESIA LAWYERS CLUB
DI TV ONE
I GUSTI NGURAH MAYUN SUSANDHIKA
NIM 1290161002
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
VARIASI PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA
DALAM TALK SHOW INDONESIA LAWYERS CLUB
DI TV ONE
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Linguistik,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
I GUSTI NGURAH MAYUN SUSANDHIKA
NIM 1290161002
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
iii
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 14 DESEMBER 2015
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum. Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum.
NIP 19520901 198103 1 001 NIP 19620310 198503 1 005
Mengetahui,
Ketua Program Magister Linguistik Direktur
Program Pascasarjana Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Universitas Udayana,
Prof. Dr. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K)
NIP 19521225 197903 1 004 NIP 19590215 198510 2 001
iv
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS
Tesis ini telah diujikan pada
Tanggal 14 Desember 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
Nomor : 4129/UN14.4/HK/2015, Tanggal 14 Desember 2015
Ketua : Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum.
Anggota :
1. Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum.
2. Prof. Dr. I Wayan Simpen, M.Hum.
3. Dr. Ni Made Dhanawaty, M.S.
4. Dr. A.A. Putu Putra, M.Hum.
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama : I Gusti Ngurah Mayun Susandhika
NIM : 1290161002
Program Studi : Magister Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana
Judul Tesis : “Variasi Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Talk Show
Indonesia Lawyers Club di TV ONE”
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas dari plagiat.
Apabila pada kemudian hari terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan peraturan Mendiknas RI No. 17, Tahun 2010 dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 14 Desember 2015
Yang membuat pernyataan,
I Gusti Ngurah Mayun Susandhika, S.S.
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan kasih yang dilimpahkan-Nya
penulis dalam keadaan sehat sehingga dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Variasi Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Talk Show Indonesia Lawyers Club
di TV ONE”. Penyusunan tesis ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memeroleh gelar Magister pada Program Studi Linguistik, Program
Pascasarjana, Universitas Udayana.
Pada kesempatan ini izinkan penulis memberikan penghargaan mendalam
kedua pembimbing tesis yang penulis hormati, yaitu Prof. Dr. I Ketut Darma
Laksana, M.Hum. dan Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum., yang tidak hanya
memberikan arahan maksimal di bidang akademis, tetapi juga memberikan
dukungan moral. Di samping itu, juga membesarkan hati sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis dalam wujud seperti ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Rektor Universitas
Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.P.D.KEMD., atas kesempatan dan
fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Dekan Fakultas Sastra dan
Budaya Universitas Udayana, Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A., atas
diberikannya tempat perkuliahan dan ujian tesis di gedung Fakultas Sastra dan
Budaya Universitas Udayana Denpasar. Ucapan terima kasih juga ditujukan
kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A.
Raka Sudewi, Sp.S(K)., Asisten Direktur I, Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A., dan
Asisten Direktur II, Prof. Dr. Made Sudiana Mahendra, Ph.D. atas kesempatan
yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister
Linguistik pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A. dan
Prof. Dr. I Wayan Simpen, M.Hum., Ketua Program dan Sekretaris Program Studi
Magister Linguistik Program Pascasarjana Universitas Udayana, yang telah
vii
memotivasi selama proses pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar
kelas.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih
yang setulus-tulusnya kepada Prof. Dr. I Wayan Simpen, M.Hum., Dr. Ni Made
Dhanawaty, M.S., Dr. A.A. Putu Putra, M.Hum., tim penguji tesis yang banyak
memberikan saran untuk meningkatkan kualitas tesis penulis. Dengan tulus pula,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. I Nyoman Suparwa,
M.Hum., pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dalam
pemilihan topik penelitian dan pembuatan proposal sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Para dosen pengampu mata kuliah Linguistik
mikro dan makro di Program Magister Linguistik Murni yang telah memberikan
ilmu serta menempa lewat tuntunan selama masa perkuliahan.
I Ketut Ebuh, S.Sos., I Nyoman Sadra, S.S., Gusti Ayu Supadmini,
Nyoman Adi Triani, S.E., Ida Bagus Suanda, staf yang melayani semua proses
administrasi sehingga tesis ini dapat diujikan. Dra. Ni Nyoman Sumerti dan Ni
Nyoman Sukartini, petugas perpustakaan yang senantiasa melayani penulis dalam
mencari berbagai buku acuan yang sangat diperlukan dalam penyelesaian tesis ini.
Pada kesempatan ini, ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya penulis
sampaikan kepada teman-teman sejawat, yaitu I Nyoman Sutrisna, S.S., A.A. Ary
Trisnawati, S.S., M.Hum., Gusti Ngurah Aditya Krisnawan, S.S., Putu Grahayani
Karang, S.S. Nani Benu, S.S., M.Hum., Raynold Renjaan, S.S., M.Hum., I Gede
Sukartana, S.S., I Putu Era Wiradnyana, S.Pd., Made Reland Udayana Tangkas,
S.S., M.Hum., I Putu Eka Oktaviana Dewi, S.S., Ida Ayu Rukmini, S.S., I Putu
Desy Purnama, S.S., A.A. Putu Suari, S.S., M.Hum., Muchlis Kamal, S.S., dan
Alya, S.S. dengan tulus membagi pengalaman belajar dengan cara mendiskusikan
berbagai persoalan kelinguistikan yang dihadapi penulis selama menempuh
Program Studi Magister Linguistik (Strata 2).
Kedua orang tua yang tercinta, I Gusti Made Sukadhana dan I Gusti Ayu
Putu Suasih, S.Pd., atas dukungan, baik moril maupun materiil, kakak saya I Gusti
Ayu Putu Susmaningsih, S.H. dan I Gusti Ayu Made Susianingsih, S.H., M.Kn.
yang tak henti-hentinya memberikan motivasi.
viii
Paman Drs. Gusti Ketut Alit Suputra, M.Hum., beserta keluarga di Palu,
Sulawesi Tengah yang selalu mengingatkan dan memberikan motivasi agar
penulis dapat menyelesaikan studi magister. Berbagai pihak yang telah
memberikan konstribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Terselesainya tesis ini tidak menutup kemungkinan masih ada
kekurangan yang tidak sengaja. Oleh karena itu, kritik membangun dari semua
pihak sangat penulis harapkan. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan
Yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah
bersedia membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Denpasar, 14 Desember 2015
Penulis,
I Gusti Ngurah Mayun Susandhika, S.S.
ix
ABSTRAK
VARIASI PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA
DALAM TALK SHOW INDONESIA LAWYERS CLUB
DI TV ONE
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik lafal, diksi,
struktur morfologi, dan struktur sintaksis variasi bahasa Indonesia dalam talk
show Indonesia Lawyers Club yang disingkat ILC di TV ONE. Di samping itu,
mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya
variasi bahasa, mengetahui pengaruh variasi bahasa Indonesia terhadap
perencanaan bahasa, dan memformulasikan langkah-langkah pembinaan bahasa
Indonesia.
Objek penelitian ini adalah teks talk show ILC ditranskripsi dari dua puluh
dua teks selama enam bulan. Dalam hal ini yang menjadi sampel penelitian
berjumlah empat teks yang ditarik dari populasi sebanyak dua puluh dua teks pada
talk show ILC. Pengambilan sampel ini menggunakan teknik random sampling.
Pengambilan data dilakukan dengan metode simak. Data dianalisis dengan
menerapkan pendekatan linguistik struktural, penerapan teori konteks situasi, dan
teori perencanaan bahasa. Dengan pendekatan tersebut dideskripsikan lafal, diksi,
struktur morfologi, struktur sintaksis, faktor-faktor penentu penggunaan bahasa,
pengaruh penggunaan bahasa, dan langkah-langkah perencanaan bahasa.
Lafal yang digunakan dalam talk show ILC didominasi oleh penggunaan
fonem [a]-[Ɂ], [t], [r]-[k], dan [b]. Diksi digunakan dalam talk show ILC
dikaitkan dengan penggunaan bentuk-bentuk baku dan nonbaku. Secara morfologi
bentuk-bentuk nonbaku yang digunakan berupa bentuk varian dari ragam baku
dengan mengalami proses bahasa daerah dan bahasa asing digunakan oleh
narasumber dalam talk show ILC. Secara morfologis terdapat penggunaan bentuk-
bentuk afiks, seperti prefiks meng- menjadi prefiks -ng, penggunaan prefiks nge-
yang berasal dari bahasa daerah, prefiks ter- menjadi ke-, penggunaan sufiks -in
yang disejajarkan dengan sufiks -kan dan sufiks -i, penggunaan sufiks -an yang
disejajarkan dengan prefiks ber-, penggunaan simulfiks meng- + -kan dan meng-
+ -i menjadi ng- + -in, dan penggunaan simulfiks meng- + -kan menjadi nge- + -
in. Di samping itu, terdapat penggunaan simulfiks di- + -kan dan di- + -i menjadi
di- + -in. Struktur morfologis lainnya, yaitu penggunaan konfiks per- + -in yang
disejajarkan dengan konfiks per- + -kan. Selain proses afiksasi terdapat proses
pembentukan kata melalui blending (melalui penggabungan dua leksem menjadi
sebuah leksem baru). Melalui analisis faktor SPEAKING ditemukan bahwa latar
(setting) dan peserta wicara (participant) adalah dua faktor yang paling berperan
dalam menentukan penggunaan bahasa Indonesia dalam talk show ILC. Begitu
mendominasinya variasi nonbaku dalam talk show ILC memunculkan pengaruh
negatif terhadap bahasa Indonesia, seperti menurunnya kualitas dan kuantitas
ranah bahasa, seperti pijinisasi bahasa dan terjadi kekaburan penggunaan bahasa
Indonesia ragam baku. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi yang baik antara
pemerintah, media massa, dan masyarakat dalam perencanaan bahasa.
Kata kunci: talk show, variasi bahasa, diksi, struktur, perencanaan bahasa
x
ABSTRACT
THE VARIATION OF THE USE OF INDONESIAN
IN THE TALK SHOW OF INDONESIA LAWYERS CLUB
ON TV ONE
The study aimed to describe the characteristics of pronunciation, diction,
morphological, and syntactic structures of the variations the use of Indonesian in
Indonesia Lawyers Club talk show which is abbreviated as ILC on TV ONE. In
addition, to identify and analyze the factors behind the rise of the use of the
variations Indonesian language, to know the influence of these variations
Indonesian Language for language planning, and to formulate measures of
Indonesian Language‟s development.
The object of the study was the text of the ILC talk show transcribed from
the twenty-two texts for six months. In this case, the sample consists of four texts
drawn from a population of twenty-two texts on the ILC talk show. Sampling was
carried out by using random sampling. Data were collected by observation
method. Data were analyzed by implementing structural linguistics approach, the
application of the theory of context of the situation, and the theory of language
planning. By this approach, it was described pronunciation, diction, structure
morphology, syntactic structures, determinants of language use, the effect of the
use of language, and language planning measures.
The pronunciation used in the talk show ILC were dominated by the use of
phoneme [a]-[Ɂ], [t], [r]-[k], and [b]. Diction used in the ILC talk show was
associated with the use of of standard and non-standard forms. Morphologically,
the non-standard forms used in the form of variant forms of the standard variety
by undergoing the process of vernacular languages and foreign languages used by
speakers in the talk show of ILC. Morphologically, there were the use of affixes,
such as prefix meng- into prefix -ng, the use of prefix nge- which is originating
from vernacular language, prefix ter- into prefix ke-, the use of suffix -in which
equally applied with the use of suffix -kan and suffix -i, the use of suffix -an
which equally applied with the use of prefix ber- , the use of simulfix meng- + -
kan , and meng- + -i into ng- + -in. In addition, there is the use of simulfix di- + -
kan and di- + -i become di- + -in. Other morphological structure, namely the use
of confix per- + -in which equally applied with the use of confix per- + -kan.
Other morphological structure, namely the use konfiks PER + -in aligned with
konfiks per- + -kan. In addition to affixation process, there is a process of word
formation through the blending (through the merger of two lexeme into a new
lexeme). Through factor analysis of SPEAKING, it was found that the setting and
the participant are two of the most instrumental factor in determining the use of
Indonesian in the talk show of the ILC. The non-standard variations in the talk
show of the ILC were so dominant that it brings a negative effect on the
Indonesian language, such as the declining quality and quantity of the realm of
language, such as pidginized Indonesian Language and the obscurity of the use of
Indonesian standard varieties. Therefore, it requires good coordination among the
government, the media, and society in the language planning.
Keywords: talk show, language variation, diction, structure, language planning
xi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ............................................................................................ i
PRASYARAT GELAR ..................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ............................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vi
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
ABSTRACT ........................................................................................................ x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL DAN BAGAN .................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN DATA ......................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................ 4
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Teoretis ........................................................................................ 5
1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................................... 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN
MODEL PENELITIAN .................................................................................... 8
2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................... 8
2.2 Konsep .......................................................................................................... 15
2.2.1 Variasi Bahasa ............................................................................................ 15
2.2.2 Bahasa Indonesia Baku .............................................................................. 16
2.2.3 Bahasa Resmi ............................................................................................. 18
xii
2.2.4 Bahasa Standar ........................................................................................... 18
2.2.5 Talk Show ILC ........................................................................................... 20
2.3 Landasan Teori .............................................................................................. 21
2.3.1 Struktur Bahasa .......................................................................................... 21
Teori Proses Morfologis ............................................................................. 21
2.3.2 Teori Konteks Situasi ................................................................................. 23
2.3.3 Teori Perencanaan Bahasa ......................................................................... 25
2.4 Model Penelitian ........................................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 31
3.1 Rancangan Penelitian .................................................................................... 31
3.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................................. 31
3.3 Instrumen Penelitian...................................................................................... 34
3.4 Metode dan Teknik Penelitian ...................................................................... 34
3.4.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 34
3.4.2 Metode dan Teknik Analisis Data .............................................................. 35
3.4.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data.................................... 37
BAB IV LAFAL, DIKSI, STRUKTUR MORFOLOGI, DAN STRUKTUR
SINTAKSIS VARIASI PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM
TALK SHOW ILC DI TV ONE ........................................................................ 38
4.1 Lafal .............................................................................................................. 38
4.2 Perubahan Struktur Bentuk Dasar ................................................................. 41
4.3 Diksi .............................................................................................................. 48
4.4 Struktur Leksikal dalam Talk Show ILC di TV ONE ................................... 54
4.5 Struktur Morfologis ....................................................................................... 58
4.5.1 Bentuk Berimbuhan ................................................................................... 58
4.5.1.1 Penggunaan Prefiks ................................................................................. 59
4.5.1.2 Penggunaan Sufiks .................................................................................. 63
4.5.1.3 Penggunaan Simulfiks ............................................................................. 65
4.5.1.4 Penggunaan Konfiks per-in..................................................................... 71
4.5.2 Bentuk Perulangan ..................................................................................... 73
4.5.3 Bentuk Pemendekan ................................................................................... 74
4.6 Struktur Sintaksis .......................................................................................... 75
4.6.1 Frasa ........................................................................................................... 76
4.6.2 Klausa ......................................................................................................... 77
4.6.3 Kalimat ....................................................................................................... 80
xiii
BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA VARIASI
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM TALK SHOW ILC
DI TV ONE ........................................................................................................ 84
5.1 Pendahuluan .................................................................................................. 84
5.2 Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Variasi Penggunaan
Bahasa Indonesia dalam Talk Show ILC di TV ONE ......................................... 84
5.2.1 SPEAKING ................................................................................................. 84
5.2.2 Faktor SPEAKING ..................................................................................... 85
BAB VI PENGARUH VARIASI PENGGUNAAN BAHASA, LANGKAH-
LANGKAH PERENCANAAN, DAN PEMBINAAN BAHASA ............... 113
6.1 Pendahuluan ............................................................................................... 113
6.2 Kekerapan Variasi Penggunaan Bahasa Indonesia Nonbaku dalam Talk
Show ILC di TV ONE ...................................................................................... 114
6.3 Pengaruh Variasi Penggunaan Bahasa pada Talk Show ILC di TV ONE
terhadap Bahasa Indonesia ............................................................................... 122
6.4 Perencanaan Bahasa ................................................................................... 126
6.5 Langkah-Langkah Pembinaan Bahasa Indonesia....................................... 134
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 142
7.1 Simpulan .................................................................................................... 142
7.2 Saran ........................................................................................................... 143
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 144
LAMPIRAN KORPUS DATA ...................................................................... 149
xiv
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Bentuk Sapaan..................................................................................... 54
Tabel 2 Bentuk Verba ...................................................................................... 55
Tabel 3 Bentuk Kata Benda ............................................................................. 55
Tabel 4 Bentuk Kata Sifat ................................................................................ 56
Tabel 5 Bentuk Kata Kerja Bantu (Adverbia).................................................. 56
Tabel 6 Bentuk Kata Gramatikal...................................................................... 57
Tabel 7 Kuantitas Penggunaan Variasi Nonbaku dan Baku ............................ 114
Tabel 8 Frekuensi Penggunaan Bentuk Sapaan dalam Talk Show ILC
di TV ONE .......................................................................................... 115
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Proses Morfologis ........................................................................... 22
Bagan 2.2 Model Penelitian ............................................................................. 29
xv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
DAFTAR SINGKATAN
ILC : Indonesia Lawyers Club
Ket : Keterangan
O : Objek
P : Predikat
Pel : Pelengkap
S : Subjek
DAFTAR LAMBANG
„….‟ : mengapit makna leksikal
(…) : mengapit istilah khusus
→ : hubungan kausal dan menjadi
: hubungan langsung
+ : ditambahkan
/…/ : pengapit realisasi fonem
{…} : pengapit realisasi alomorf
* : tidak berterima
[ ] : pengapit realisasi fonetis
[….] : penjelasan data dengan melihat lampiran data
xvi
DAFTAR LAMPIRAN DATA
1. Lampiran Data 1 (Minggu ke-5, Selasa, 3 Desember 2013). Bagian 1 -- 9.
2. Lampiran Data 2 (Minggu ke-10, Selasa, 15 Januari 2014). Bagian 1 -- 8.
3. Lampiran Data 3 (Minggu ke-15, Selasa, 18 Februari 2014). Bagian 1 -- 8.
4. Lampiran Data 4 (Minggu ke-20, Selasa, 15 April 2014). Bagian 1 -- 7.
149
LAMPIRAN DATA
KORPUS DATA
Data 1 (Lampiran Data 1, Minggu ke-5).
PEMBAWA ACARA : Pemirsa kita bertemu kembali di Indonesia
Lawyers Club, malam ini kita akan membahas topik
yang sangat ramai di jadi polemik di tanah air, yaitu
menyusul divonisnya dokter Ayu oleh Mahkamah
Agung. Para dokter Indonesia menunjukkan
solidaritasnya kepada dokter Ayu dengan bahkan
mogok satu hari dan demo. Sebenarnya seperti apa
permasalahannya, malam ini kita akan kupas baik dari
segi kedokteran nya maupun dari sisi hukumnya. Saya
memulai dengan ibu Ando Maharum, Yulien
Mahengkeng. Ibu Julian ini kejadian tiga tahun yang
lalu ya saya juga turut berduka cita. Ibu Julian bisa
dijelaskan kronologis ketika ibu dari puskesmas apa
yang terjadi di situ sampai di rumah sakit. (Yulien
Mahengkeng : Ibu Alm. Julia Fransisca).
NARASUMBER : Baik pak terima kasih. Kami akan menceritakan
kronologis kejadian. Pada tanggal 9 April 2010
tepatnya hari Jumat kami membawa anak kami ke
puskesmas Wahu, namun dengan pertimbangan medis
di mana anak pertamanya itu lahir dengan cara vakum
maka mereka merujuk anak kami ke rumah sakit Kando
sudah pembukaan delapan - sembilan.
PEMBAWA ACARA : Dari mana ibu tahu angka delapan -
sembilan itu?.
NARASUMBER : Iya itu dikatakan oleh suster yang ada di puskesmas
Wahu. [….].
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 3 DESEMBER 2013
“BISAKAH DOKTER DIPENJARAKAN” BAGIAN 1, HAL 2).
Data 2 (Lampiran Data 1, Minggu ke-5).
PEMBAWA ACARA : Pemirsa kita masih dalam diskusi Indonesia
Lawyers Club. Sekarang saya mau ke pak Sukendar
pakar hukum kesehatan.
NARASUMBER : Terima kasih terlalu berat menyadang pakar hukum
karena ada profesor saya guru besar saya, saya lebih
banyak ke praktisi hukum kesehatan.
PEMBAWA ACARA : Baik. Apa pendapat pak Sukendar dalam
kasus ini?. (Sukendar : Praktisi Hukum Kesehatan).
150
NARASUMBER : Dalam hubungan pasien dan dokter itu ada namanya
hukum trust adalah kepercayaan, mana kala pasien
sudah mendapatkan keterangan dengan jelas tentunya
tidak bisa dituntut di kemudian hari karena tidak
menjanjikan hasil, yang penting pasien oleh dokter
spesialis atau dokter gigi sebelum melakukan tindakan
dilakukan di tempat yang terang jangan seperti tadi
dilakukan di tempat yang gelap. Jadi harusnya pertama
diagnosanya harus jelas, yang kedua tujuan
tindakannya harus jelas, alternatif dan resiko, dan
prognosis yang akan terjadi, dan edukasi kepada pasien.
Jangan seperti tadi kata pak Menkes adanya asimentry
information, jadi antara dokter dengan pasien sangat
jauh berbeda terkadang pasien mendapatkan penjelasan
dari dokter selalu tinggi bahasanya. Jadi dokter itu
misalnya terjadi trust dengan dokter ada hubungan
“tentunya pasien terkadang tidak menuntut”. [….].
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 3 DESEMBER 2013
“BISAKAH DOKTER DIPENJARAKAN” BAGIAN 7, HAL 32).
Data 3 (Lampiran Data 3, Minggu ke-15).
PEMBAWA ACARA : Tapi soal penyelidikan yang Anda bilang itu
urusan intel, artinya undang-undang tidak akan
mengatur, silahkan jalan sendiri, tidak akan ada aturan,
itu lebih gampang lagi kan.
NARASUMBER : Betul, betul, betul, betul, betul bang Karni, betul bang
Karni. Sekarang pertanyaannya begini kalau kemudian
KPK melakukan penyadapan pada proses penyelidikan
yang dibilang investigasi tadi, apakah itu masuk dalam
criminal bukan, jadi nanti KPK akan dibilang ini
perbuatannya melanggar hukum dan full ini bukan
melakukan proses hukum.
PEMBAWA ACARA : Nggak, penyadapan diatur lagi sendiri oleh RUU
tersebut, artinya kalau tidak menurut dia-nya itu baru
tidak bisa dipakai pembuktian?.
NARASUMBER : Betul, betul, betul, jadi penyidikannya nanti dia akan
hilang. Jadi tahapan-tahapannya kan sekarang kita lihat,
soal kerja KPK itu sebagian besar tahap penyelidikan,
dan ada beda yang besar soal substansi kalau kemudian
di KUHP itu bicara soal mencari perbuatannya atau
bukan, tapi dalam tindak pidana korupsi itu sudah
mencari dua alat bukti, itu melakukan penyelidikan.
Nah ini kemudian jadi prosesnya akan hilang dan
beberapa orang terlibat [….].
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 18 FEBRUARI 2014
“BENARKAH KPK MAU DIGEMBOSI?” BAGIAN 1, HAL 98).
151
Data 4 (Lampiran Data 1, Minggu ke-5).
PEMBAWA ACARA : Ketika pasien Fransisca ibu terima yang benar itu
kondisinya ya seperti apa bu?.
NARASUMBER : Terima kasih pak. Kondisi pasien sendiri dalam
kondisi baik pak, sehat, dan kemudian sadar masuk ke
ruang bersalin sekitar pukul 9 pagi.
PEMBAWA ACARA : Pada jam berapa masuk bu?.
NARASUMBER : Jadi masuk ke ruang bersalin pada jam 9 pagi pak di
unit gawat darurat kebidanan di Birto sekitar pukul 7
pagi.
PEMBAWA ACARA : Jam 9 pagi. Waktu itu bu keadaannya ketuban
sudah pecah saya dengar kemudian menjerit-jerit
kesakitan.
NARASUMBER : Maaf pak pada saat itu pasien dalam kondisi baik
sangat kooperatif tidak menjerit-jerit kesakitan pak, tapi
kondisi baik pak.
PEMBAWA ACARA : Jadi dia tidak menjerit-jerit kesakitan menurut
ibu Ayu?.
NARASUMBER : Tidak pak, dan air ketubannya sudah pecah, saya
periksa pembukaannya 2 cm.
PEMBAWA ACARA : 2 -- 3 cm pembukaan rahim atau 4 cm?.
NARASUMBER : 2 -- 3 cm pak.
PEMBAWA ACARA : Bayi masih jauh atau masih tinggi atau sudah
turun?.
NARASUMBER : Saat itu kondisi bayi masih baik kemudian kepala bayi
masih di pembukaan H 1 pak.
PEMBAWA ACARA : Masih H 1, tapi keadaan orang dirujuk ke rumah
sakit apakah itu bukan berarti kehamilannya tidak bisa
ditolong dengan normal?.
NARASUMBER : Ya pak. Ya jadi saat pemeriksaan itu dalam kondisi
baik hamil anak kedua dengan air ketuban yang sudah
pecah dan pembukaan sampai dengan 2 -- 3 cm. Jadi
memungkinkan tanda-tanda vital yang baik pula dan
kondisi bayi juga sehat rencana melaksanakan
persalinan secara normal awalnya.
PEMBAWA ACARA : Setelah 4 jam apakah ibu melakukan observasi
lagi atau dengan kawan-kawan junior residen atau
senior residen?.
NARASUMBER : Terima kasih pak. Semenjak pasien masuk saya sudah
melaporkannya pada dokter penanggung jawab, jadi
saya lakukan ada pasien rujukan dengan kondisi yang
baik pembukaan 2 -- 3 cm dan air ketuban sudah pecah,
saya sarankan dengan persalinan normal, dan disetujui
kemudian kami melakukan observasi pak, dan sampai
batas waktu sesuai dengan patograf. Jadi kami
melakukan pemeriksaan setian 4 jam pemeriksaan kami
152
lakukan adalah suntik, cek jantung, verifikasi, cek nadi,
bunyi denyut jantung bayi, kekuatan ritme jantung
pasien, serta dilakukan pemeriksaan dalam untuk
mengetahui kemajuan persalinan. Dan sejauh itu
prosesnya dry baby pak sampai pukul 6 sore
pembukaan sudah lengkap tapi kepala bayi masih
tinggi. Karena kepala bayi masih tinggi, pembukaan
sudah lengkap saya anjurkan untuk miring-miring
dengan harapan kepala bayi bisa turun tapi saya tunggu
setengah jam kepala bayi tetap tinggi pak tidak turun-
turun sehingga tidak memungkinkan bersalin secara
normal, baik secara dengan bantuan alat atau tidak itu
tidak memungkinkan untuk lahir secara alamiah,
sehingga saya melaporkan kepada dokter penanggung
jawab diputuskan untuk dilakukan cesaria visico [….].
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 3 DESEMBER 2013
“BISAKAH DOKTER DIPENJARAKAN” BAGIAN 4, HAL 17).
Data 5 (Lampiran Data 2, Minggu ke-10).
NARASUMBER : […]. Jadi tidak mungkin di situ dia diharapkan
menyanyi dan diprovokasi, dan diprovokasi untuk dia
bernyanyi itu nggak mungkin hanya membela dirinya
saja, jangan mengharap adanya surprise yang dikaitkan
dengan politik dalam perkara Anas tersebut, tetapi kita
hanya mengharapkan segeralah Anas ini disidangkan
supaya perkara itu menjadi jelas jangan menimbulkan
tanda tanya, dan inilah pesan Anas yang singkat itu
yang menyebabkan ada orang marah, sebenarnya tidak
ada apa-apa lo sama gua ngomong death begitu terima
kasih ini, ini, itu ya kan, masak orang ngomong push,
terima kasih diomel-omelin nonsense ya nggak
mengerti, nggak mengerti pada orang di negeri ini atau
menganut peradaban kayak gitu, orang berterima kasih
kok diomel-omelin. Jadi, ini saya rasa sesuatunya
wajar saja setelah ini menjadi perkara hukum di mana
Anas disangkakan, dan Anas akan membela dirinya dan
itu haknya dia, dan hak kawan-kawanya solider nggak
usah diomel-omelin, masa orang solider diomel-omelin
juga, lalu apa yang nggak diomel-omelin di negeri ini,
biarkan saja dia solider dengan teman-temannya, saya
kira itu pak. [….]
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 15 JANUARI 2014 “SUAP
MIGAS, UNTUK SIAPA SAJA?” BAGIAN 7, HAL 88).
153
Data 6 (Lampiran Data 2, Minggu ke-10).
NARASUMBER : Pak Karni Ilyas dengar kisah tentang Sumantri,
dengan kisah tentang Sumantri, kenapa kisah?, karena
kitab-kitab suci dinyatakan dalam kisah, seandainya
skripsi itu penting, seandainya BAP itu penting, tentu
BAP atau Skripsi, karena skripsi dan BAP bisa
membosankan tetapi, bisa kisah abadi. Wong pada saat
itu pak Karni ada satria dari dusun bukan Anas
Urbaningrum tetapi dia juga anak seorang Kiai, dia
ngenger-ngenger, ngenger itu melamar pekerjaan
dimain api, kepada Rejuno Sostro Prabowo dia tidak
dijadikan ketua HMI, dia tidak digadang-gadang lewat
KPU tapi cerita wayang jauh dari keadaan sehari-hari.
Tetapi Sumantri sengketa luhur seng no mati tena ko jo
naranang, tibalah di saat datang Sumantri-Sumantri
untuk kejayaan negeri Makoto, aku kan percayakan
kamu, meminang permaisuri dewi citrawati Makoto,
yang sekarang menjadi sayembara perang jutaan ribuan
raja untuk meraih kecantikannya, buktikan kepada ku
boyong dewi citrawati dari Makoto kehadapan ku. Wari
gusti paru ngiring sami rahono acep ratito. Karena
Sumantri itu jarang ngomong, kenape ngomongnya
pelan tidak bisa ketahuan, apa dia itu marah? apakah
dia tak marah? dan suka kuliner. Oh berangkatlah dia
pak Karni, berangkatlah ke Makoto, sayembara perang,
ayo dewi citrawati dedones mati weh aduh maguru yak
ah. Nyak Dewi Citrawati ini bukan demokrat pak
Karni, kalau adol demokrat namanya demokratiwati,
tapi Dewi Citrawati diboyong ke Makoto tapi di tengah
jalan ada nafsu amarah, ada nafsu lawan, ada nafsu
engkong mainah, dilihat-lihat kok cantik juga, lebih
cantik daripada Ayu Tinting kumawasis, lebih cantik
dari Zaskia Gotik, lebih cantik dari Sinta presenter TV
ONE. Oh oh oh….timbul gairahnya, gimane bumi
gonjang-ganjing mandeng kamplengen nasi hotos,
kalau saya bisa pake mengalahkan seribu raja, kenape
aku pasrahkan Dewi Citrawati ke rajaku, aku tantang
kate eh rajaku Dewi Citrawati untuk aku, peranglah
rajaku, matilah koe mati, yak, kocap kacarito ni lo
kisah pak Karni, ini lah babe Guntur Karyono ada
empat perang dalam dirimu, yang dialami oleh setiap
manusia dari dua belas perang manusia yang akan
mengalami semuanya, yaitu perang kocalisuto, perang
gunturoyono, perang prakmuso dan bradayuda,
bratayuda perang antar saudara, perang gojalisuto,
perang guru dengan muridnya, perang anak dengan
154
bapaknya, aku tidak sedang melukiskan peristiwa
Cikias, tapi ini tetap murni wayangan pak Karni, karena
aku itu nggak mengerti politik sama sekali. Oya baru
kelihatan cincinnya baru diberikan pengacara
Azamdahni, biar kayak siapa Hotman Paris, ndok
oung oung dipanahlah Arjuna Sasrabahu, tapi Arjuna
Sasrabahu ndak punya, bukan manusia biasa, tidak
punya kekuatan, telah lahir kekuatan dari ringgo-nya.
Udara, bumi, darat, dan laut ketika panah melesat pesar
patrap raksoso rancurakmene kuminter, ouwh heee
ahahah ahahaha. Nah, sampai disinilah ceritaku.
Kemudian, Sumantri dihukum disuruh mewujudkan
taman sriwedari, tetapi mungkin diskusi nanti akan
salah, mungkin diskusi nanti akan salah, akan
mengatakan membenci Sumantri tetapi ini mendeder
panganan aku sedang menguji Sumantri, aku tidak
benci dengan Sumantri, tetapi orang-orang yang
membuat aku membenci Sumantri. Pesanku ingatlah
pak Karni tahun ini bukan tahun main-main tanggal 4
bulan 4 tiba pada hari Jumat, tanggal 6 bulan 6 hari
Jumat, tanggal 8 bulan 8 hari Jumat alpetak ya ape
nemak nguning, tanggal 10 bulan 10 Jumat, tanggal 12
bulan 12 hari Jumat itu persis tahun 1997, waspadalah
waspadalah waspadahalah. Assalamaikum
Waramatulahi Warabaktuh. („Sumantri Vs Arjuna
Sasrabahu‟ : Sujiwo Tejo).
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 15 JANUARI 2014 “ANAS :
KADO TAHUN BARU SBY” BAGIAN 1, HAL 49 -- 50).
Data 7 (Lampiran Data 1, Minggu ke-5).
PEMBAWA ACARA : Mungkin nggak pada waktu datang dalam keadaan
kritis begitu seharusnya ada observasi 2 jam, 4 jam,
dalam keadaan demikian kalau bayi masih jauh atau
masih tinggi tidak pilihan lain selain caesar, kalau
pembukaannya seperti yang dibilang bidan tadi, kalau
dia udah dipintu itu terpaksa di vakum karena tidak
keluar juga.
NARASUMBER : Jadi begini, ketika pada sekitar jam 7 pasien kepingin
mengenjan, pada saat itu dinilai kayak pembukaan
lengkap, dipimpin. Nah ternyata terjadi gawat janin,
jadi musti indikasi itu bukan lama, tapi terjadi gawat
janin, apa itu?, yaitu janin yang gejala-gejala bahwa dia
dalam bahaya, yaitu timbulnya feses bayi, kotoran bayi
atau yang disebut ngelihat mikonium itu keluar. Nah
pada saat itu dokter bantuin memutuskan ini ada gawat
janin, berarti harus dilakukan sebagai pengakhiran
155
kehamilan. Yang memungkinkan keadaannya adalah
melalui bedah caesar emergensi yaitu lah sebabnya
barang kali saya boleh lanjutkan pak Karni, mengapa
dokter khususnya dokter kandungan saat ini di
Indonesia gundah pak?, karena kita menjadi bingung
bersedih teman kita dihukum penjara sepuluh bulan
karena menolong dan meninggal. Padahal sebab dari
meninggalnya itu adalah sebuah sebab yang tidak bisa
dicegah tidak diprediksi bahkan sangat fatal yaitu
emboli. Kita sangat bersyukur pada saat pengadilan
negeri di Manado menyatakan bebas murni, kita
bergembira karena dengan pengetahuan kita sedikit ada
pasal di KUHP itu menyatakan 244 kalau udah bebas
murni tidak bisa dikasasi lagi, tapi ternyata itu dikasasi
pak Karni. Dan, dari keputusan kasasi yang kami terima
itu dasar dijatuhkan kasasi itu ada dua, pertama dokter
nggak melakukan pemeriksaan tambahan jantung dan
rontgen paru-paru serta dokter tidak memberikan
keterangan yang memadai bahwa operasi ini berbahaya,
saya coba menjawab pemeriksaan jantung bukan
pemeriksaan standar pada operasi emergensi apalagi
tadi ada keterangan dari ibunya pasien tidak
mempunyai penyakit riwayat jantung yang berumur 25
tahun, kemudian pemeriksaan jantung andai kata
diketahui ada sesuatu apakah kita tidak operasi. Yang
berikut pemeriksaan rontgen pada seorang ibu hamil
dilarang mengapa?, sinar rontgen bisa mengenai sel-sel
gonat atau sel-sel seksual dari bayi apakah testis atau
indung telur yang kemudian hari muncul menjadi
cancer atau kanker, dan kemudian dokter tidak
menjelaskan tentang kondisi operasi akan berbahaya
memang dalam hal ini kita tidak bisa melihat,
mejelaskan, atau tidak bisa menjelaskan tapi faktanya
itu ada izin operasi yang ditanda tangani. Jadi kita
bingungnya pak Karni, bagaimana seorang dokter kalau
sebab adanya emboli saja dipenjarakan lalu pakah
masih bisa dengan tenang bekerja seperti itu, barang
kali itu dulu pak Karni.
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 3 DESEMBER 2013
“BISAKAH DOKTER DIPENJARAKAN” BAGIAN 3, HAL 11).
Data 8 (Lampiran Data 1, Minggu ke-5).
PEMBAWA ACARA : […] Baik. Apa pendapat pak Sukendar dalam
kasus ini?. (Sukendar : Praktisi Hukum Kesehatan).
NARASUMBER : Dalam hubungan pasien dan dokter itu ada namanya
hukum trust adalah kepercayaan, mana kala pasien
156
sudah mendapatkan keterangan dengan jelas tentunya
tidak bisa dituntut di kemudian hari karena tidak
menjanjikan hasil, yang penting pasien oleh dokter
spesialis atau dokter gigi sebelum melakukan tindakan
dilakukan di tempat yang terang jangan seperti tadi
dilakukan di tempat yang gelap. Jadi harusnya pertama
diagnosanya harus jelas, yang kedua tujuan
tindakannya harus jelas, alternatif dan resiko, dan
prognosis yang akan terjadi, dan edukasi kepada pasien.
Jangan seperti tadi kata pak Menkes adanya asimentry
information, jadi antara dokter dengan pasien sangat
jauh berbeda terkadang pasien mendapatkan penjelasan
dari dokter selalu tinggi bahasanya. Jadi dokter itu
misalnya terjadi trust dengan dokter ada hubungan
“tentunya pasien terkadang tidak menuntut”.
PEMBAWA ACARA : Dalam kasus ini apa pendapat pak Sukendar?.
NARASUMBER : Tadi sudah dijelaskan dari berbagai sumber, dari
pakar-pakar kedokteran, MK DKI, atau apa banyak
sudut pandang, kalau kami sudut pandangnya ke aturan
hukum yang berlaku, dan ok tadi pun ada banyak opini
berbeda pendapat, sorry, misalnya kalau light setting
tidak perlu inform consent pun boleh dilakukan secara
final. Tapi yang penting SOP-nya standar sudah jelas
itu dokter tidak bisa dibenarkan karena ada lek spesialis
dan lek generalis
PEMBAWA ACARA : Ok, Thank you pak. Bagaimana kalau di lek
spesialis tidak ada pasal kelalaian?. [….].
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 3 DESEMBER 2013
“BISAKAH DOKTER DIPENJARAKAN” BAGIAN 7, HAL 33).
Data 9 (Lampiran Data 1, Minggu ke-5).
NARASUMBER : […] Ya, jadi visum arte vertum kita jadikan alat bukti
surat kemudian keterangan ahli forensik kalau yang
menerangkan dan juga dalam persidangan, kemudian
ada lab forensik dari Makasar yang mengatakan bahwa
ada tanda tangan karangan atau tidak serupa dengan
aslinya di dalam lab forensik itu kita jadikan alat bukti
juga. Memang pada saat apa yang terungkap di
persidangan kita bisa keluar dari fakta-fakta di
persidangan, baik keterangan dari keluarga korban
maupun suaminya, maupun di situ dijelaskan bahwa
tidak adanya diberitahukan kepada pihak keluarga
korban kemungkinan yang akan terjadi di dalam
informasi konsen bahkan di situlah ada tanda tangan
yang menurut laboratorium forensik dipalsukan oleh
terdakwa tiga yaitu Hendi. Nah ini lah yang kita jadikan
157
atas pertimbangan sehingga majelis mahkamah agung
mempertimbangkan itu juga serupa dengan tuntutan
kami. [….]
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 03 DESEMBER 2013
“BISAKAH DOKTER DIPENJARAKAN” BAGIAN 3, HAL 15).
Data 10 (Lampiran Data 1, Minggu ke-5).
PEMBAWA ACARA : Baik Pak Prof. Wendo Anda salah satu masuk
penjara negara profesi. (Arswendo Atmowiloto :
Budayawan).
NARASUMBER : Mohon izin Karni saya berdiri saja, nggak supaya
lihat batik saya bagus. Karena batik ini dibikin tidak
sesuai prosedur tidak ada standar ini memakai bahan
batik alami dari akar, dari daun, met kebetulan
pembuatnya namanya Sarmiti di Klaten dia itu bekas
sopir becak atau penarik becak kemudian ini benar jadi,
intinya apa? ambil sendiri. Tapi tidak ada intinya dan
tidak ada ya ditafsirkan memang dokter dari dulu keren,
terhormat banget, kita masih kecil disuruh nulis halus
dan dinilai tulisan kita, dokter sak mau-maunya boleh
iya sudah dibanggakan oleh masyarakat, mobil eks
dokter diiklankan mungkin lebih rapi atau jarang
dipakai saya tidak mengerti. Coba mobil eks polisi
belum tentu laku mungkin itu surat-suratnya tidak ada,
mobil polisi ya lo nggak pakai surat juga jalan. Mobil
eks pengacara lebih nggak laku mungkin dulu dibelinya
dari uang korupsi, atau mobilnya terlalu mesu ya. Tapi
dokter punya keistimewaan itu selalu dianggap
istimewa, makanya sebutannya dokter istrinya boleh
ibu dokter, dan profesi yang lainnya nggak Pamred
istrinya Karni Ilyas mau bilang ibu Pamred tidak bisa,
ya nggak ada, ya nggak ada padahal Pamred itu
jabatannya yang paling tinggi di jurnalis, tapi bini-nya
tidak ikut-ikutan bini dokter boleh, polisi nggak tahu
dan nggak berani ngomongin saya. Jadi dituntut tadi
dokter komunikasi dengan pasien baik ya belum tentu
bisa belum, ya kalau itu dokter umum, dan kalau untuk
dokter hewan kan komunikasinya juga susah, iya dong
ini secara umum kita bisa mengerti ketika terus ketawa
semuanya, ini bukan ketawa kalau tidak dari awal tadi
kayaknya melemeng gitu duka cita terus nggak, dan
coba dari situasi dan baru reformasi ada, kenapa sih kita
harus the winner take the all harus begitu, antara pasien
dengan dokter harus menang-menangan siapa?, nggak
lah. Dokter mulia ya, guru juga mulia, wartawan juga
mulia ketika dia beri tanggung jawab kepada orang
158
lain, tapi dia itu mogok ya tetap salah, jangan macam-
macamlah dokter sok tinggi hati, sok yang penting
nggak langgar lah, dokter nggak mau ke daerah nggak
apa-apa lah, hukum masih ada suruh ke sana, iya benar
nggak, kalau ada uang lebih ya. Maksud saya jangan
cengeng lah, ketua dokter di sini saja, dokter diborgol
semua penjahat diborgol tahu nggak, dia mau dokter
atau pun jenderal kalau perlu diborgol ya kalau
ditangkap, maksud saya agak rendah hati sedikit lah,
guru diperlakukan baik ya. Kamu jangan dekat-dekat
dulu masih lama ini, masih lama, masih lama sampai
jam 11 lebih ini. Iya menurut saya sama lah kira-kira
sama maksud saya ini. Iya tadi intropeksi, tahan diri
dikit, iya lah dokter hebat untuk nolongin iya, salah
juga boleh, tadi disingguh cuma 10 bulan, saya
melaksanakan profesi dihukum 5 tahun tidak kurang
satu hari pun, karena pasal 156-nya maksimalnya 5
tahun, untuk maksimalnya 1.000 tahun matilah saya.
Tapi nggak apa-apa lah mengalami gitu atau
mengalami yang lainnya bisa. Bukan harinya berapa
lama kita penjara itu, berapa lama kita mendapat
hikmah dari Tuhan lo, tata Islam yang ngomong Nabi
Musa mau jalan tidak ketemu-ketemu temannya, ajari-
lah kami untuk menghitung hari sehingga peroleh
kebijaksanan. Belajarlah pada para dokter, para pasien
kek, para kita lawyer apalagi para anggota DPR pada
belajar kalau pada kasus ini, kalau ada tambahan boleh.
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 3 DESEMBER 2013
“BISAKAH DOKTER DIPENJARAKAN” BAGIAN 9, HAL 47).
Data 11 (Lampiran Data 2, Minggu ke-10).
PEMBAWA ACARA : Baik Hanta Yudha, dan sekarang ke Pak Ridwan
Saidi. (Ridwan Saidi : Budayawan).
NARASUMBER : Saya tidak terlalu akrab dengan Anas, tapi saya tahu
memang dia sudah terkenal sebagai narasumber di
salah satu surat kabar terkemuka. Mungkin dia tidak
dekat dengan saya karena tahun 1996 dan 1997 ya
harus jauh dari saya karena saya ada urusan dengan
pemerintah, jadi saya sabar saja menghadapi itu. Tapi
saya tahu dia bahwa dia sudah terkenal, itu satu pesan
saya. Dan yang kedua itu, dia adalah pribadi yang
tertutup, tidak mudah walaupun Pasek itu sahabatnya
tidak mudah. Kita melihat bahwa kenapa Anas datang
sendiri ke KPK pada Jumat kramat itu tidak ada yang
tahu apa yang dibicarakan di dalam, yang menarik
Abraham Samad pernah mengatakan penjara Guntur
159
lagi direnovasi nanti kalau ditahan Anas di sana,
nyatanya dia ditahan di KPK bukan di penjara Guntur,
agak susah ini diberikan penafsiran hukum yang harus
nonhukum penafsirannya jadi tidak bisa dipaksa bahwa
ini harus hukum bagaimana Abraham Samad itu
direnovasi nanti Anas di sana sekarang di kolong KPK
dia ditahan jadi kalau ini masalah hukum, masalah
nonhukum Anas waktu saya berkunjung ketika
musibah itu diumumkan kepada dia, dia bertanya
kenapa sih saya sebenarnya ditahan? Kamu mencapres
itu sebabnya. Kamu nggak sadar begitu kamu akan
terpilih, kamu itu dikroyok oleh wartawan di situlah
kamu ucapkan bahwa kamu akan mencalonkan diri
sebagai presiden, saya tidak katakan musibah ini datang
dari SBY karena sebenarnya di dalam kebudayaan
politik sekarang, mereka yang aktif di partai politik
mesti tahu pemilik partai politik itu ada, jadi cerita
demokrasi diintern partai politik saya rasa tidak ada.
Itulah banyak capres-capres buka pengurus, apalagi
ketua umum dia akan sengsara, dia akan sengsara,
betapa pun para pakar bergembira ria menyebut capres
ini tapi di capres ini akan sengsara, jalan
kesengsaraannya akan berbeda dengan Anas, yang
berikutnya saya rasa tidak ada yang surprise dari
pengakuan Anas, Anas tidak akan menghempet-hempet
sana kemari terbatas dia akan mempertahankan
membela dirinya dan itu hak dia atas tuduhan itu, jadi
kita tidak bisa harapkan akan ke sana, menghempet ke
sana dan hempet kemari, nggak akan terjadi itu, karena
Anas itu berdasarkan pengakuannya dia itu sangat lugu,
sangat inosence terhadap apa yang dihebohkan dengan
kasus Hambalang, kongres Demokrat, dan sebagainya.
Jadi tidak mungkin di situ dia diharapkan menyanyi
dan diprovokasi, dan diprovokasi untuk dia bernyanyi
itu nggak mungkin hanya membela dirinya saja, jangan
mengharap adanya surprise yang dikaitkan dengan
politik dalam perkara Anas tersebut, tetapi kita hanya
mengharapkan segeralah Anas ini disidangkan supaya
perkara itu menjadi jelas jangan menimbulkan tanda
tanya, dan inilah pesan Anas yang singkat itu yang
menyebabkan ada orang marah, sebenarnya tidak ada
apa-apa lo sama gua ngomong death begitu terima
kasih ini, ini, itu ya kan, masak orang ngomong push,
terima kasih diomel-omelin nonsense ya nggak
mengerti, nggak mengerti pada orang di negeri ini atau
menganut peradaban kayak gitu, orang berterima kasih
160
kok diomel-omelin. Jadi ini saya rasa sesuatunya wajar
saja setelah ini menjadi perkara hukum di mana Anas
disangkakan, dan Anas akan membela dirinya dan itu
haknya dia, dan hak kawan-kawanya solider nggak
usah diomel-omelin, masa orang solider diomel-
omelin juga, lalu apa yang nggak diomel-omelin di
negeri ini, biarkan saja dia solider dengan teman-
temannya, saya kira itu pak.
PEMBAWA ACARA : Kita istirahat sejenak.
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 15 JANUARI 2014 “ANAS :
KADO TAHUN BARU SBY” BAGIAN 7, HAL 87).
Data 12 (Lampiran Data 1, Minggu ke-5). PEMBAWA ACARA : Baik. Kita kejaksaan Pak Rommy Yohanes.
Selamat malam Pak Rommy dengar suara saya.
(Rommy Yohanes : Jaksa Kejaksaan Negeri Manado).
NARASUMBER : Selamat malam Pak Karni, dengar-dengar.
PEMBAWA ACARA : Ya. Pak Rommy sudah mendengar diskusi kami
tadi dan juga sudah tahu bahwa akibat vonis dari
Mahkamah Agung yang menerima kasasi dari jaksa
terjadi demo nasional para dokter-dokter mogok. Apa
tanggapan kejaksaan dalam hal ini.
NARASUMBER : Ya terima kasih Pak Karni. Reaksi yang dilakukan
oleh dokter tersebut, dokter-dokter tersebut itu
merupakan reaksi yang terhadap keputusan Mahkamah
Agung, tetapi kami sebagai penuntut umum ya,
tentunya selalu mengajukan suatu perkara pidana
berdasarkan alat bukti dengan syarat formil dan materil.
Dalam proses persidangan setelah kita memeriksa
saksi-saksi kemudian ahli maupun saksi ada caten yang
diajukan oleh pihak penasehat hukum. Kita
menanggapi bahwa ada peristiwa pidana di sini, karena
ini ada peristiwa pidana maka tentunya itu
konsekuensinya para terpidana tersebut yang tiga orang
dokter itu harus pertanggung jawabkan sesuai dengan
perbuatannya dalam kelalaian tentunya kealfaan
matinya korban Sisca Mataye. Kami melihat bahwa
setelah meneliti berkas perkara apa yang diajukan
penyidik Polesta Manado syarat formil dan materiil
berkas perkara tersebut sudah memenuhi unsur pasal
sudah memenuhi sehingga kami yakin kami ajukan
dalam proses peradilan di Pengadilan Negeri Manado,
begitu Pak Karni.
PEMBAWA ACARA : Apa dasar repisitor jaksa mengatakan bahwa
tersangka terbukti melakukan kelalaian yang
menyebabkan meninggalnya orang lain?
161
NARASUMBER : Ya tentunya kita dalam proses persidangan di
Pengadilan Negeri Manado sekitar tahun 2010. Fakta-
fakta yang terungkap dalam keterangan saksi-saksi
maupun keterangan ahli kita menemukan beberapa alat
bukti berdasarkan 184 KUHP, yaitu visum yang dibuat
berdasarkan sumpah jabatan oleh seorang ahli forensik
yang mana di situ dikatakan bahwa akibat kematian
dari korban karena adanya udara masuk melalui bilik
kanan jantung di dalam visum. Tentunya ini visum
pada saat kita ajukan sebagai alat bukti surat
berdasarkan pasal 1/187 KUHP ditentukan di situ telah
memenuhi 187 KUHP didukung dengan keterangan
ahli. Ahli adalah yang melakukan otopsi, yaitu dokter
Malo sebagai ahli forensik. Nah alat bukti surat,
keterangan ahli, kemudian keterangan saksi-saksi, dan
petunjuk persesuaian antara keterangan saksi-saksi
tersebut maka ini lah yang jadikan dasar untuk
menuntut narapidana dengan pidana penjara 10 bulan.
Kita nggak keluar dari materi ini jadi kita fokus pada
alat bukti, kita ingin membentuk keyakinan hakim
berdasarkan pasal 1/183 KUHP, dua alat bukti plus
keyakinan hakim supaya pembuktian kami dengan
dakwaan pasal 359 junto 55 ini bisa terbukti di
persidangan [….].
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 3 DESEMBER 2013
“BISAKAH DOKTER DIPENJARAKAN” BAGIAN 3, HAL 13).
Data 13 (Lampiran Data 3, Minggu ke-15).
[…]
PEMBAWA ACARA : Baik saya mau ke ICW Tama S. Langkun, salah
satu pihak yang tidak setuju RUU itu diterusin, apa
keberatan Anda terhadap itu, terhadap RUU tersebut?
(Tama S. Langkun : Peneliti ICW).
NARASUMBER : Ya, ya sebenarnya, ya sebenarnya ada beberapa hal
yang kemudian kita anggap agak riskan, kemudian
undang-undangnya tetap dibahas. Yang pertama kita
bicara soal waktu, Bang Karni tadi sudah
menyinggungnya ya, waktunya kemudian dianggap
relatif singkat artinya periode DPR segera akan
berakhir dan dia akan melakukan pemilu, dan kemudian
kita harus ingat lagi kalau betul misalnya buka
kesempatan untuk perbaikan kita harus lihat apakah
kemudian komitmennya seperti apa, kita lihat misalnya
selama tiga kali persidangan ini tanggal 27 November
2013, 5 Desember 2013, dan 22 Januari 2014, tiga kali
yang terpantau ini tidak sampai setengahnya anggota
162
partai yang hadir. Misalnya tanggal 27 November 2013
itu hanya sekitar 13 dari 37, tanggal 5 Desember 2013
itu 10, dan yang terakhir 22 Januari 2014 itu sekitar 6
orang yang hadir, nah yang terakhir soal itu.
PEMBAWA ACARA : Nah soal hadir, itu soal paten ya.
NARASUMBER : Ya artinya soal komitmennya untuk melengkapi, nanti
kita akan lihat apa mungkin dengan keadaan kondisi
sekarang konsentrasi yang seperti sekarang dia harus
pemilu dan segala macam mungkin dibahas itu soal
proses, kemudian soal substansi sebetulnya ke beberapa
persoalan yang pertama menjadi pertanyaan kenapa
KUHP dulu yang dibahas bukan kah kita bicara soal
sistem, kita bicara soal pidana materiil terlebih dahulu
artinya KUHP dulu kita bahas kemudian masuk ke
KUHP-nya, itu kemudian kita menjadi pertanyaan. Nah
kemudian kita masuk ke dalam pointers-pointers, baik
dalam KUHP maupun dalam KUHP itu ada sejumlah
catatan, misalnya kita mulai dari KUHP ya, di dalam
KUHP itu kita menilai bahwa perumus tidak
memberikan kriteria yang jelas tidak pidana apa saja
yang diatur dalam atau di luar KUHP, jadi kita masih
bingung ya misalnya di situ masuk undang-undang
korupsi di dalam undang-undang KUHP, kemudian
soal penyucian uang tapi yang lain seperti narkortika
dan segala macam kita juga nggak lihat artinya apakah
ini kemudian mau dimodifikasi atau mau seperti apa,
ini masih bingung. Kemudian kita juga lihat soal
padanan misalnya dalam KUHP dengan undang-
undang tindak pidana korupsi ya dalam catatannya
misalnya ada pasal-pasal yang kemudian hilang KUHP-
nya dengan tindak pidana korupsi, jadi padanannya
adalah KUHP RUU maksud saya kemudian dengan
undang-undang 3199/Junto/20/2001, pasal 2 dan pasal
3 itu kita tidak temukan padanannya ini kalau betul-
betul undang-undang korupsi itu tidak menemukan
padanannya ini kalau betul-betul misalnya undang-
undang korupsi mau ditarik ke dalam KUHP itu hilang,
padahal kalau kita mencatat dari 735 utusan yang sudah
inkrah itu sekitar 68,43% itu pasal 3 yang dipakai jadi
hampir setengah lebih, ini yang kemudian menjadi
persoalan kenapa kok nggak ada ini peraturan pasal 2
dan pasal 3, kemudian kita lihat padanan pasal per pasal
misalnya ada kita buat semacam matris.[….]
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 18 FEBRUARI 2014
“BENARKAH KPK MAU DIGEMBOSI?” BAGIAN 1, HAL 96 -- 97).
163
Data 14 (Lampiran Data 3, Minggu ke-15).
[…]
PEMBAWA ACARA : Baik. Saya ke Alvon Kurnia Palma, Anda dari
ketua YLBHI, sedangkan dengan Tama atau senada
dengan Bang Buyung Nasution? (Alvon Kurnia Palma :
Ketua YLBHI).
NARASUMBER : Bisa saja Bang Karni ini,
PEMBAWA ACARA : Ya baik yang berdiri dong imam dia.
NARASUMBER : Ya, saya berdiri pada kebenaran keadilan Bang Karni
bukan kepada seseorang (Insya Allah), Insyah Allah
amien, dan kemudian terkait mengenai ini sebenarnya
kita harus berbicara lebih dalam lagi ya bahwa dalam
konteks ini bukan hanya membahas KUHP, tetapi kita
berbicara tentang intergrited of mind system, dan
kemudian di sini bagaimana menciptakan keadilan
memang ya dalam satu halnya kita perlu berbicara
tentang belum terkait dengan pasal proses dan secara
politiknya, tetapi lebih bicara tentang mau ke mana sih
arah KUHP yang kita tertuju saat ini ya. Saya ragu apa
yang dipikir oleh tim perumus itu sampai dengan para
legislator pada saat ini ya. Apalagi dengan data yang
ada di sini itu kan tidak banyak legislator tersebut yang
merumuskan pada saat ini hadir jadi saya ragu begitu
kan, mereka itu eye catting dengan isu yang dibawa
dalam KUHP itu sendiri saya sepakat bahwa pada
prinsipnya itu memang sejajar, tetapi tidaklah mungkin
pada saat ini para legislator itu bisa merumuskan
dengan cepat tepat dan kemudian mempunyai mautan
substansi yang dihormati satu permasalahan hak asasi
manusia kemudian kedua berupaya melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi. Nah, sebenarnya
yang dikatakan Tama tadi sebenarnya terkait
permasalahan di sini terdapat konteks of law, kemudian
di sini ada konteks mind control kan begitu ya, nah
dua hal tersebut ini ibarat minyak dan air yang sulit
disatukan oleh sebab itu, maka ketika terjadi
perdebatan-perdebatan dengan yang ini seharunya
negara itu melihat orientasinya konteks yang paling
banyak terjadi di Indonesia itu apa? Menurut saya
permasalahan korupsi itu merupakan permasalahan-
permasalahan yang betul-betul menjadi permasalahan
yang krusial, kenapa demikian? Korupsi tidak hanya
membunuh satu orang, korupsi membunuh jutaan orang
kenapa saya katakan demikian? Banyak orang sakit
tidak bisa berobat karena uang bagi orang miskin untuk
kesehatan itu dirampok oleh pejabat-pejabat negara.
164
Pejabat-pejabat yang lacur dan pejabat-pejabat yang
memang tidak berorientasi dan bagaimana pada negara
ini maju, dan kemudian juga dana pendidikan banyak
orang, mahasiswa teman-teman ini bagaimana bisa
membiayai kuliah mereka kalau ketika negara itu tidak
memberikan subsidi bagi mereka, bukan begitu kan,
nah ini problem sebenarnya begitu kan. Oleh sebab itu,
makanya ada semacam politik dari negara pada saat ini
mereka akan berkomentar ke mana. Nah oleh sebab itu,
makanya kita bisa melihat di sini namanya politik
hukum di Indonesia pada saat ini dalam permasalahan
KUHP dan K.U.H.P kemudian soal apa kedua janji
sistem ini ditentukan dan diuji. Kalau semisalnya tidak
teruji saya kurang yakin bahwa ini ke depan akan
memberikan kesejahteraan dan memberikan keadilan
bagi orang.
PEMBAWA ACARA : Nah, jadi saya mau potong dulu, tapi sebelumnya
apakah kita harus setuju ya, misalnya Mahkamah
Agung yang tidak memeriksa perkara, misalnya
memakai pasal dengan membuktikan pasal lain yang
seperti tadi itu juga, apa kita intinya apa kita tidak
setuju walaupun bahwa kita seluruhnya memang
keinginannya pada korupsi diberantas tapi
penanganannya juga harus dipertimbangkan asas
keadilan, tidak hanya kepastian hukum (Betul). Kita
rehat sejenak, nantikan [....]
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 18 FEBRUARI 2014
“BENARKAH KPK MAU DIGEMBOSI?” BAGIAN 2, HAL 102 -- 103).
Data 15 (Lampiran Data 3, Minggu ke-15).
NARATOR : Benarkah KPK Mau Digembosi? Bagaimana
tanggapan Anda tentang kerja pemberantasan
korupsi di Indonesia? Darris (mahasiswa), kurang
efektif ya menurut saya karena dari kinerja KPK
sendiri, karena dia sebagai tonggak pemegang
pemberantasan korupsi seperti itu, mungkin di
dalamnya masih ada konflik sehingga masyarakat
masih berpikiran atau berasumsi buruk terhadap KPK
sendiri. Fauzan (pedagang), proses sekarang ini sih
dibilang baguslah, maksudnya tapi bagusnya
ditingkatkan lagi karena ini masalah masih banyak
anggota-anggota yang di atas itu masih ya banyak
ketahuan korupsi, begitu iya yang maksudnya itu
kinerjanya lebih ditingkatkan lagi. Tari (ibu rumah
tangga), periode ini sudah lumayan bagus sudah ada
peningkatan banyak itu penangkapan-penangkapan
165
yang tertangkap tangan, nah saya masih berharap KPK
lebih bagus lagi dan saya mengharapkan kasus-kasus
yang belum terungkap tolong diperhatikan dan dicari
titik mana yang mesti ya apa itu ditindak dan dibenahi,
terus untuk yang penangkapan itu jangan yang diblok
up pada kasus-kasus yang besar saja, yang selama ini
kelihatan cuma kasus-kasus besar saja dan kasus-kasus
kecil juga harus diperhatikan. Dadan (pengemudi taksi),
kerja KPK saat ini sudah cukup bagus nggak pandang
bulu semua dari kecil sampai besar ditindak
sebagaimana mestinya. Budi (karyawan swasta),
sebenarnya untuk KPK saya berikan kredit poin yang
plus ya semenjak ada KPK banyak kasus-kasus besar
terutama sudah banyak terungkap, untuk ke depannya
saya beri semangat kepada KPK untuk terus maju
pantang mundur berantas korupsi sampai habis.
Apakah setuju bila kewenangan KPK dibatasi
dalam revisi KUHAP? Darris (mahasiswa), cukup
setuju sih karena ya itu tadi karena KPK sebuah
instansi pemegang tonggak begitu yang bertugas untuk
memberantas korupsi dibatasilah karena orang-orang di
dalamnya bisa turut ya karena mereka yang tahu aturan
korupsi maka mereka kemudian bisa korupsi juga
begitu di dalamnya. Fauzan (pedagang), terusnya
bagaimana itu kan kinerjanya jadi kurang begitu iya,
kasusnya kan tidak terungkap terus bagaimana
Indonesia bagaimana mau maju orang yang di
pemerintahannya seperti itu. Tari (ibu rumah tangga),
kurang setuju ya masalahnya apa? KPK itu kan
mempunyai wewenang sendiri dan punya undang-
undang sendiri kalau dia punya undang-undang sendiri
kalau terbatas sama saja membatasi gerak kinerja KPK
itu menurut saya, jadi berilah kebebasan untuk apa itu
memberantas korupsi jadi mereka lebih gampang
menelusuri jadi jangan banyak dibatas-batasi. Dadan
(pengemudi taksi), ya jelas saya tidak sangat setuju
KPK mestinya suatu penegak hukum yang sangat
punya kebebasan biar nggak pandang pilih semua jadi
kena sanksi hukum yang nggak besar sekalipun skala
kecil dan yang besar pun kena. Budi (karyawan
swasta), saya sangat tidak setuju karena KPK itu
mempunyai peran yang sangat besar dalam penataan
psikologi dan korupsi itu suatu kejahatan besar maka
harus diefost atau dilawan dengan sistem yang bagus
kalau ada beberapa dought atau pengurangan bagi
166
kewenangan KPK yang saya takut kan adalah nanti
KPK bekerja sangat tidak maksimal.
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 18 FEBRUARI 2014
“BENARKAH KPK MAU DIGEMBOSI?” BAGIAN 3, HAL 103 -- 104).
Data 16 (Lampiran Data 3, Minggu ke-15).
PEMBAWA ACARA : Baik, baik, baik. Pak Abdul Fickar Hajar sebagai
pakar hukum pidana Universitas Tri Sakti. (Abdul
Fickar Hajar : Pakar Hukum Pidana Universitas Tri
Sakti).
NARASUMBER : Ya, Assalamaikum Waramatulaahi Warabakatuh
(Malaikumsalam), salam sejahtera untuk kita semua.
Saya mau ralat bang saya bukan pakar hukum pidana,
yang pakar itu pak Sahetafi, Prof. Romli, Prof. Andi,
saya pengamat saja bang, (Baik sebagai pengamat
hukum pidana), ya sebagai pengamat saja bang,
kebetulan yang mengajar, saya pengamat. Ok, yang
pertama saya mengamati KUHAP yang baru ini ada
perubahan paradigma, ya dari paradigma Akuisator,
Inkuisator kepada Akuisator, itu yang pertama, ada
peran-peran hakim walaupun hakim negara diberi peran
hakim bebas dari tim konstitusi misalnya atau ada
persidangan yang memberikan kesempatan kepada
kedua belah pihak untuk mengemukakan baik dari
penuntut hukum maupun penasehat hukum
mengemukakan bukti-bukti atau apa saja yang akan
dikemukakan, artinya hakim tidak lagi terikat BAP, dia
diberikan kebebasan untuk para pihak, untuk
melakukan itu.
PEMBAWA ACARA : Dia boleh aktif ya kira-kira begitu?.
NARASUMBER : Ya, ada yang positif, yang paling ini adalah
penghormatan kepada HAM dan terdakwa itu lebih
besar yang menjadi lebih besar (Dibanding KUHAP?),
ya dibanding KUHAP (pada pasal 81), iya itu ada yang
lebih besar, saya sudah baca semua itu ya. Jadi ada dua
perubahan paradigma seperti itu. Tapi sebenarnya kalau
menurut saya di Republik Indonesia yang sistem
keuangan negaranya masih seperti ini yang masih
memberikan celah atau menstimulasi orang untuk
melakukan korupsi, umpamanya soal APBNP yang
seharusnya habis dua bulan, sekian miliar harus habis
dua bulan itu kan memberikan celah korupsi, kalau
menurut saya kurang cocok ya belum cocok
mengurangi hak-hak negara untuk menghilangkan
kewenangannnya dalam menangani apa namanya pada
perkara pidana. Yang ingin saya katakan adalah urusan
167
kejahatan itu atau adalah kepentingan umum yang
menjadi tanggung jawab negara, itu yang ingin saya
katakan. Oleh karena itu, perubahan KUHAP ini
dengan menghilangkan lembaga penyelidikan ya
penyelidikan itu menjadi sesuatu yang apa namanya
sangat mengurangi posisi naik terutama KPK, ya kalau
Kepolisian dengan Kejaksaan mungkin dia punya divisi
intel, intel ini bisa ditarik ikut menangani perkara
sebenarnya, tetapi KPK tidak punya dia.
PEMBAWA ACARA : Kalau bisa bikin.
NARASUMBER : KPK kan bukan lembaga negara yang kecil saja,
tergantung pada undang-undangnya. Nah, di situlah
sebenarnya ini apa persoalannya begitu bahwa ketika
penyelidikan tidak ada disatukan dengan penyidikan ya
maka KPK kesulitan karena di penyidikan KPK tidak
punya hak untuk menghentikan penyelidikan, tidak
punya hak untuk mengeluarkan SP3, jadi ketika dia
masuk ke penyidikan dia harus jadi itu perkara, padahal
belum tentu bukti-bukti yang dia dapatkan itu bisa apa
memperkuat apa namanya tindak pidana yang
dituduhkan itu sebenarnya poin kenapa teman-teman ini
bilang bahwa KUHAP ini melemahkan KPK kira-kira
seperti itu (Bisa dipahami) ya. Poin yang kedua,
sebenarnya di dalam penyidikan dan penyelidikan
walaupun belum produksi pada penyelidikan ya, itu kan
ada kewenangan menyadap ya, itu sebenarnya sangat
membantu sebenarnya, ya dalam paradigma kita yang
seperti ini maka sebenarnya itu jangan, kalau sekarang
kemudian dipindahkan ke penyadapan itu harus pakai
izin segala macam, itu sama saja memberi tahu, akan ku
sadap ya hilang semua lah ya kan. (Tapi boleh
dilaporkan belakangan, kan ada lekspesialisnya?),
kalau itu boleh (artinya tidak harus keberatan dong?),
iya kalau seperti itu ya artinya KPK tetap punya fungsi
penyadapan laporannya adalah terakhir ketika dia apa
namanya (Untuk kegiatannya ekstra ordinary boleh
belakangan, silahkan terus), iya ok. Yang ketiga adalah
itu bang yang tadi disebutkan tadi menjawab soal,
jabatan Mahkamah Agung tidak boleh lebih tinggi
daripada pengadilan tinggi, nah kalau menurut saya itu
sudah masuk ke dalam independent juridisiari, ok lah
kita maklum hakim kita yang belum lurus begitu ya,
tetapi kalau mengobok-obok kewenangannya dan
membatasi kewenangannya saya kira itu sudah
melawan hukum yang ada
168
PEMBAWA ACARA : Ya, pada setiap hukum memberikan kewenangan
itu ada limitnya dalam penegakan hukum tersebut, iya
artinya ini juga kan dalam memberi limit maka sejauh
mana?.
NARASUMBER : Iya yang membatasi hakim adalah undang-undang (ya
undang-undang, undang-undang yang mana?), nggak,
maksud saya undang-undang yang materilnya,
umpamanya pidananya hukuman itu 3 tahun maksimal
20 tahun, itu yang membatasi (Ya, yang mengatur
maka hukum acara pidana itu mengatur dari tingkat
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, sampai di
pidana, dan juga sampai ke Mahkamah Agung, bahkan
sampai LP, jadi hukum acara yang membatasi bukan
hukum materiil). Betul, iya karena itu saya hukum
acara ya tidak punya otoritas untuk membatasi
kewenangan hakim, kalau menurut saya. Karena dia
punya intelegensi sendiri begitu dan yang membatasi
adalah hukum materi.
PEMBAWA ACARA : Pak Abdul Fikhar Hajar ini dosen hukum pidana
atau hukum acara pidana?.
NARASUMBER : Praktek Acara Pidana.
PEMBAWA ACARA : Praktek Acara Pidana. Jadi bukan acara pidana?.
NARASUMBER : Ya praktek acara pidana,
PEMBAWA ACARA : Baik saudara Padjroel.
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 18 FEBRUARI 2014
“BENARKAH KPK MAU DIGEMBOSI?” BAGIAN 4, HAL 112 -- 113).
Data 17 (Lampiran Data 2, Minggu ke-10).
PEMBAWA ACARA : Jadi saya minta tanggapan Bung Ruhut atas semua
debat ini, ada debat hukum, debat politik, Anda juga
ada dua bidang tersebut (Ruhut Sitompul : Politik
Partai Demokrat).
NARASUMBER : Terima kasih Bang Karni, terima kasih ILC, terima
kasih TV ONE. Agar masalah ini cooling down kami
partai Demokrat mengucapkan terima kasih. Melihat
pembicaraan tadi terus terang saja kami kader-kader
Demokrat dan kebetulan semua lagi menonton sedih,
kenapa sedih? Kalau kita menghayati dengan jujur
siapakah ini kader Demokrat kalau bukan yang
Mahakuasa Tuhan memberi rahmat dan ridho kepada
SBY menjadi Presiden, di mana anak tangga sebelum
dia jadi Presiden, dia mendirikan partai berdarah-darah
dia mendirikan partai ini, bayangkan dulu orang tidak
mau bang di partai Demokrat, kenapa akhirnya orang-
orang dekat dia termasuk keluarganya ikut di dalam
partai. Dan mulai partai ini besar, datanglah anak-anak
169
kos ini, saya salah satu anak kos, begitu juga Anas,
apalagi yang lain-lain, berbicara anak kos, saya
sebenarnya cemburu dengan Anas Urbaningrum, SBY
sangat sayang dengan Anas, kenapa saya katakan saya
lawyer anggota ILC, saya selalu berbicara fakta, saya
tidak memfitnah, faktanya apa? Kongres Bali Anas
menjadi ketua bidang politik, pengurus harian, ketua
umumnya pak Hadi Utomo, Andi Malarangeng, Ruhut
Sitompul, putranya Edi Baskoro Ibas dulu departemen
itu pengurus pleno, kami bukan pengurus harian bang,
Pleno bukan ring 1 bang, Anas ring 1 bang, artinya dia
disayang itu fakta, ya saya bicara fakta. Bang kita mesti
bangga pada satu ormas namanya PPI walaupun
kadang-kadang kita miris, ormas organisasi masyarakat
bukan partai politik, tapi banyak statemennya akhirnya
jadi partai politik, nggak apa lah what ever suatu saat
nanti jadi partai politik, tapi yang berkembang hari ini
saja bang, yang ingin saya sampaikan pertemuan Denny
dan wakil sahabat saya BW di Cikeas itu bukan
menusuk hati kami sebutnya nama Denny dan BW
tetapi di Cikeas, di rumah perjuangan kami bang, kami
tahu SBY mengajarkan kami tidak boleh intervensi
hukum itu tegas bang, dimanapun kami diajarkan itu
bang, jadi kita tahu bagaimana sahabat saya Makmun
Murod selain dua nama itu kan beberapa nama
termasuk menpolhukam pak Joko pun disebut, pak
Joko bantah termasuk di TV ONE langsung nggak
disebut lagi memang kita ini lah bang maaf kita di sini
masyarakat hukum, berbicara sesuatu harus kuat fakta
hukumnya, jangan nantilah dulu saya tunggu 10 bulan
lagi, karena itu Deny tadi ketawa. Hal-hal seperti ini
bang.
PEMBAWA ACARA : Jadi maksudnya untuk melakukan apa seolah-olah
presiden mengintervensi begitu?
NARASUMBER : Iya itu kan tidak elok bang, kita tahu tadi saya terima
kasih bahkan sahabat saya Fadjroel siapa nggak kenal
Fadjroel teman seperjuangan saya dari Jawa Barat kan,
dia anak Bandung bang, sampai sekarang saya sudah
diparlamen dia masih tokoh pergerakan terus bang,
bayangkan dia berbicara moral terus bang, dia akui pak
SBY ingin menjadikan hukum panglima, dan betul
tidak ada tembang pilih bang, tidak tembang pilih bang
itu Fadjroel, pengamat tadi Profesor Doktor Cipta
Lesmana, abang bayangkan termasuk abang aku yang
sudah pernah keluar dari Demokrat masuk lagi ke
Demokrat (siapa? Oh), Anwar Fuadi, ini kan fakta
170
bang. Tapi sudahlah tetap kami sayang sama Anas, aku
mohon kepada kawan-kawan seperti yang dikatakan
sahabat saya Fadjroel, marilah kita berjuang bagiaman
kawan-kawan, siapkan tim lawyer yang mantap, yang
kuat, yang betul-betul total, dan ingat lawyer jangan
menari di atas gendang kliennya, kemarin menari di
atas gendang Anas, dilepaskan Anas datang ke KPK itu
tidak boleh, aku dengar lawyer bilang habisnya Anas
tidak mau didampingi, saya ini lawyer senior, saya
cabut langsung kuasa klien saya mendikte saya,
akhirnya apa 4 jam dia dibikin ngelamun paling
mungkin baca-baca koran, dan langsung pakai rompi,
sedih nggak kita bang? Profesionalisme itu penting
bang, penting bang, karena itu tolonglah ini negara
hukum. Kawan-kawan saya ingin ingatkan, Anas kasus
Hambalang bukan kasus Kongres, saya ingatkan itu,
kenapa nggak dipanggil tim sukses, Marzuki atau
Marzuki, Andi Malarangeng atau Andi Malarangeng,
ini kasus Hambalang, tadi adik saya juga dari ICW
tegaskan menyatakan termasuk lawyernya pak Dedy,
ini kan masih ke pribadi, bang tadi sahabat saya dari
PPI mengatakan Anas tidak diinginkan, aku jadi sedih
bang, Anas itu orang kepercayaan dari pak SBY, kami
sama-sama tim 8 dalam menyeleksi siapa yang calon
presiden, 2009 sampai dengan 2014, dia ring 1 sangat
dipercaya bang, sudah dia bilang tidak disetujui. Dalam
suatu pertemuan saya bicara fakta beberapa calon itu
kami berbicara di Cikeas, dan kawan-kawan PPI kalau
ada cerita itu saya jadi sedih dengan adik saya Anas,
saya ingat sekali pak SBY mengatakan begini
„Demokrasi di Era Reformasi Kedepankan Silahkan
Sukseskan Kongres ini‟, pesan bapak siapa pun nanti
kalau dia nanti jadi ketua umum, karena tadi sahabat
saya Gede Pasek saya juga bisa mengerti, sama dengan
Gede Pasek kami tim suksesnya Anas, kami tidak
sekinclong dalam pengurusan Anas di dalam, tapi tidak
apa-apa karena bapak mengatakan begini kan kita tahu
bang, ada kongres sampai bikin tandingan, saya ingat
kok bapak mengatakan begini siapa pun nanti menjadi
pemenang tolong tim sukses misalnya Marzuki Ali,
Andi Malarangeng, Anas atau siapa, kan belum tahu
siapa yang menang, diikutkan dalam kepengurusan
bang, diikutkan bang, dan Anas menang. Anas menang
bang ini perlu abang tahu bang aku kalau bisa nangis
aku nangis bang, ya Anas menang bang apa yang
terjadi bang, karena saya timnya Anas juga sudah mulai
171
karena itu tadi mengatakan Ibas Ibas Edi Baskoro, mas
Edi itu kalau berbicara kongres dia tim suksesnya Andi
Malarangeng, jadi dimana kaitannya ada uang
Hambalang ke dia, tegas saya katakan itu tidak ada,
jangan lakukan fitnah, tapi kita menghormatu KPK,
biarlah KPK dia bekerja, jangan mengintervensi KPK
itu, tapi Ibas tidak terima duit. Yang mengomong itu
siapa bang, bukan PPI kok, bukan PPI, aku bela PPI
dalam hal ini, yang ngomong itu seorang wanita yang
selalu hanya pakai cadar, yang dia masuk sana, yang
bawa kan Anas, kan itu. Nazar ngomong nyatanya
sekarang ngomong nggak? (berarti dibungkam ya),
kenapa dia, kenapa dia sadar? Karena dia kembali ke
jalan yang benar, itu perlu saya katakan. Bang, bang
kalau saya bisa cemburu (pertemuannya tahu bang)
Anas itu sangat kasar, bagaikan pinang dibelah dua
bang, walaupun sekarang pinang dibelah kampak, kan
kayak tom and jerry ngeri sekali bang, kan ngeri sekali.
Ini fakta bang, jadi kenapa pak SBY disalahkan? Nazar
yang bilang Anas, ya marahlah dengan Nazar, teman
seiring dan sejalan, kadang-kadang lihat intimnya ngeri
juga istrinya nggak cemburu nih, mesra banget yang
dua itu bang, hal-hal seperti ini bang.
PEMBAWA ACARA : Baik, baik.
NARASUMBER : Jadi bang tegas aku katakan kawan-kawan marilah ini
masalah hukum tidak ada masalah politik, ini masalah
hukum. Dan kalau saya sekali lagi mengenai ICA KPK
saya komisi III bang, jadi singgung mengenai inisial A
itu, saya komisi III saya seksi Kompertes bang, tidak
ada yang mengendalikan saya harus memilih si A, si B,
si C tidak ada, mengalir saja tahu yang menang
namanya Abraham, yang menang namanya Bambang,
yang menang namanya pak Joel, yang menang
namanya pak Pandu, yang menang namanya pak
Busroh nggak ada bang yang ngatur-ngatur, sudah lah
ini lucu, sudah nggak anggota DPR, bukan Komisi III
pula, pening aku pikirannya, terima kasih bang.
PEMBAWA ACARA : Ada satu yang mengganggu saya ya, pak SBY
pernah mendesak KPK segera tuntaskan kasus ini,
salah atau tidak Anas, sebelum Anas dinyatakan
sebagai tersangka. Pertanyaanya, kenapa pak SBY
hanya mendorong kasus ini, dan dia pilih tuntaskan,
nggak pernah Century tuntaskan segera, yang lain
segera.
NARASUMBER : Ok terima kasih bang, orang kalau ngomong kasus
Century saya dan Anas Pansusnya, mestinya malu,
172
malu tantei, kenapa malu?, nyatanya ada kami yang
kena, yang kena profesional BI kok, itu tetesan kosong
bagi Demokrat. Kami tidak ada di situ bang, kan di situ
jadi kalau Century apalagi aku sekarang sudah jadi tim
pengawas Century menggantikan pak Gede Pasek, ini
akan panjang terus bang tidak masalah, ya bang ya
terima kasih.
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 15 JANUARI 2014 “ANAS :
KADO TAHUN BARU SBY” BAGIAN 6, HAL 79 -- 84).
Data 18 (Lampiran Data 1, Minggu ke-5).
[…]
PEMBAWA ACARA : Masih H 1, tapi keadaan orang dirujuk ke rumah
sakit apakah itu bukan berarti kehamilannya tidak bisa
ditolong dengan normal?
NARASUMBER : Ya pak. Ya jadi saat pemeriksaan itu dalam kondisi
baik hamil anak kedua dengan air ketuban yang sudah
pecah dan pembukaan sampai dengan 2 -- 3 cm. Jadi,
memungkinkan tanda-tanda vital yang baik pula dan
kondisi bayi juga sehat rencana melaksanakan
persalinan secara normal awalnya.
PEMBAWA ACARA : Setelah 4 jam apakah ibu melakukan observasi lagi
atau dengan kawan-kawan junior residen atau senior
residen?
NARASUMBER : Terima kasih Pak. Semenjak pasien masuk saya sudah
melaporkannya pada dokter penanggung jawab, jadi
saya lakukan ada pasien rujukan dengan kondisi yang
baik pembukaan 2 -- 3 cm dan air ketuban sudah pecah,
saya sarankan dengan persalinan normal, dan disetujui
kemudian kami melakukan observasi pak, dan sampai
batas waktu sesuai dengan patograf. Jadi, kami
melakukan pemeriksaan setian 4 jam pemeriksaan kami
lakukan adalah suntik, cek jantung, verifikasi, cek nadi,
bunyi denyut jantung bayi, kekuatan ritme jantung
pasien, serta dilakukan pemeriksaan dalam untuk
mengetahui kemajuan persalinan. Dan sejauh itu
prosesnya dry baby pak sampai pukul 6 sore
pembukaan sudah lengkap tapi kepala bayi masih
tinggi. Karena kepala bayi masih tinggi, pembukaan
sudah lengkap saya anjurkan untuk miring-miring
dengan harapan kepala bayi bisa turun tapi saya tunggu
setengah jam kepala bayi tetap tinggi pak tidak turun-
turun sehingga tidak memungkinkan bersalin secara
normal, baik dengan bantuan alat atau tidak itu tidak
memungkinkan untuk lahir secara alamiah sehingga
173
saya melaporkan kepada dokter penanggung jawab
diputuskan untuk dilakukan cesaria visico.
PEMBAWA ACARA : Pada waktu 4 jam, 4 jam siang itu apa ibu belum
memutuskan bahwa sudah selayaknya pasien dioprasi
atau ceasar?
NARASUMBER : Terima kasih Pak Karni. Pada saat itu kehamilannya
itu baik pak tidak ada tanda-tanda bahwa prosesnya
baik. Jadi, untuk menentukan persalinan skala kecil saat
itu kami masih mencoba secara nomal.
PEMBAWA ACARA : Apakah selama siang itu konsulen jaga yang ibu
laporin nggak pernah masuk ke ruangan pasien?
NARASUMBER : Tidak Pak, jadi beliau tidak ada di tempat, tetapi ini
saya saat itu pasien terus saya menjaganya. Jadi, saya
melaporkan dia menemukan kendala ada satu hal yang
tidak mengalami kemajuan saya wajib melaporkannya
kepada dokter penanggung jawab [….]
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 03 DESEMBER 2013
“BISAKAH DOKTER DIPENJARAKAN” BAGIAN 4, HAL 16 -- 17).
Data 19 (Lampiran Data 1, Minggu ke-5).
[…]
PEMBAWA ACARA : Baik. Apa pendapat pak Sukendar dalam kasus
ini?. (Sukendar : Praktisi Hukum Kesehatan).
NARASUMBER : Dalam hubungan pasien dan dokter itu ada namanya
hukum trust adalah kepercayaan, mana kala pasien
sudah mendapatkan keterangan dengan jelas tentunya
tidak bisa dituntut di kemudian hari karena tidak
menjanjikan hasil, yang penting pasien oleh dokter
spesialis atau dokter gigi sebelum melakukan tindakan
dilakukan di tempat yang terang jangan seperti tadi
dilakukan di tempat yang gelap. Jadi harusnya pertama
diagnosanya harus jelas, yang kedua tujuan
tindakannya harus jelas, alternatif dan resiko, dan
prognosis yang akan terjadi, dan edukasi kepada pasien.
Jangan seperti tadi kata pak Menkes adanya asimentry
information, jadi antara dokter dengan pasien sangat
jauh berbeda terkadang pasien mendapatkan penjelasan
dari dokter selalu tinggi bahasanya. Jadi dokter itu
misalnya terjadi trust dengan dokter ada hubungan
“tentunya pasien terkadang tidak menuntut”.
PEMBAWA ACARA : Dalam kasus ini apa pendapat pak Sukendar?.
NARASUMBER : Tadi sudah dijelaskan dari berbagai sumber, dari
pakar-pakar kedokteran, MK DKI, atau apa banyak
sudut pandang, kalau kami sudut pandangnya ke aturan
hukum yang berlaku, dan ok tadi pun ada banyak opini
berbeda pendapat, sorry seperti, misalnya kalau light
174
setting tidak perlu inform consent pun boleh dilakukan
secara final. Tapi yang penting SOP-nya standar sudah
jelas itu dokter tidak bisa dibenarkan karena ada lek
spesialis dan lek generalis.
PEMBAWA ACARA : Ok, Thank you pak. Bagaimana kalau di lek
spesialis tidak ada pasal kelalaian?.
NARASUMBER : Kalau tadi namanya kelalaian itu berarti ada
kesalahan, kalau pelanggaran berarti adanya denda.
Jadi mungkin dalam kasus ini mendorong kepada
Wamenkes untuk membuat pengadilan profesi
kedokteran dan kesehatan mungkin ke depannya harus
dibentuk itu.
PEMBAWA ACARA : Itu harus undang-undang. Katanya bapak bawa
keluarga malpraktek Widini Waiman Rohim.
NARASUMBER : Ya benar. Ya diduga malpraktek. [….]
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 03 DESEMBER 2013
“BISAKAH DOKTER DIPENJARAKAN” BAGIAN 7, HAL 32 -- 33).
Data 20 (Lampiran Data 1, Minggu ke-5).
[…]
NARASUMBER : Iya memang agak pelik saya melihat kasus ini, karena
norma hukum pidana ini apabila disandingkan dengan
norma aspek prosedur misalnya hukum prosedur yang
memang nggak ketemu. Karena hukum pidana itu
kan juga tujuan akhirnya juga melindungi
masyarakat secara umum termasuk dalam hal ini
korban. Nah yang tadi saya lihat selama pembicaraan
lebih banyak fokusnya kepada dokter Ayu atau mereka
itu, tapi korban ini juga perlu mendapatkan
perlindungan di situlah lahirnya hukum pidana.
Kemudian masalahnya adalah ketika dijatuhkan
putusan maka harus ada kesalahan, kesalahan itu
bentuknya kelalaian, nah apakah kelalaian itu terbukti?
Di dalam putusan hakim kita melihat putusan
mahkamah agung tidak ada kata-kata yang mengatakan
memang bahwa terjadinya kematian dini akibat
kelalaian yang dilakukan oleh A,B,C misalnya, nah
kemudian kalau sudah begitu sebenarnya siapa sih yang
lalai dalam ini, karena di dalam managemen medik itu
kalau saya lihat kan dalam sebuah keseluruhan begitu,
kan kita melihat bukan dokter saja di situ, jadi juga
sudah dibahas, ada Anastesi misalnya. Nah dari laporan
yang kita buat ke dan kami terima juga Kompolnas
bahwa ketika ditunjuk penata untuk melakukan proses
Anastesi ini, nah ini juga menimbulkan, apakah mereka
juga melakukan penilaian terhadap kondisi pasien
175
sehingga dan ternyata juga ada fakta dia mencabut alat
terlalu cepat dia memberikan Anastesi terlalu dalam
misalnya seperti itu. Ini laporan kami silahkan saja
kalau mau dibantah mungkin dengan penemuan-
penemuan lain. Nah tetapi saya lihat bahwa kasus ini
ada aspek preventif bahwa ke depan ini hak-hak pasien
ini harus diperhitungkan, harus dihargai, dan harus
dokter juga harus lebih hati-hati jangan sampai apa
yang dia lakukan atau apa yang seharusnya dia lakukan
tidak dilakukan, ini justru menimbulkan akibat yang
memang sangat tidak dapat diharapkan. Dalam hal ini
penderitaan korban juga kita harus pikirkan.
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 03 DESEMBER 2013
“BISAKAH DOKTER DIPENJARAKAN” BAGIAN 9, HAL 44 -- 45).
Data 21 (Lampiran Data 3, Minggu ke-15).
[…]
NARASUMBER : Terima kasih Bang Karni. Jadi, sebenarnya kalau kita
paham tentang berhukum di pengadilan dan di luar
pengadilan omongan saya itu tidak ada yang salah.
Dalam proses kasus Bibit Chandra itu kecenderungan
ya yang harusnya ranahnya berhukum di pengadilan ini
keluar dari persoalan berhukum di pengadilan, dari
statemen SBY bicara tentang contempt of supplement
misalnya ini jelas kalau paham ilmu hukum ini sudah
persoalan berbagai acara di pengadilan ini diajak
keluar, ini yang saya tanggapi pak. Nah kalau yang ini
saya dianggap salah saya pikir bang Fadjroel ini, abang
satu kampung juga di Kalimantan ya harus belajar
hukum lagi, begitu. Bagi saya belajar hukum lagi
sekolah atau apa, kalau nggak ini beliau salah itu
maksud saya ya, kalau kita bicara profesi yang
sebenarnya berhukum dalam proses pengadilan ya ini
kelihatan mengalir dengan baik, salah atau benar bukan
ditahan, akhirnya keluar statemen SBY soal bicara di
pengadilan (ok, masalahnya Anda), Anda tidak paham
tentang ini atau kecenderungan hari ini sudah projudis
melemahkan tentang macam-macam bagi saya ini suatu
yang salah, kita ini bernegara yang sehat, diskusi yang
sehat, atau kita ini mau menang-menangan saja, itu saja
terima kasih. (Desmon, karena ya Anda mengatakan
seolah-olah KPK menciptakan hukum sendiri itu yang
saya bantah). Pak Fadjroel kalau Anda paham apa yang
terjadi dengan proses dulu. (Saya paham, bahasa Anda
jelas kok di sini saya tulis Anda mengatakan KPK ingin
membuat hukum sendiri, itu pernyataan Anda
176
Verbaktim). Heh, pak Fadjroel ya kalau Anda paham
betul bagaimana komisi III. (Saya paham bahasa
Indonesia). Ya, kita minta SOP proses kita
kecenderungan KPK mau bikin aturan sendiri ya, ok
begini aja SOP kita bikin sendiri dan semuanya.
(Semoga Anda tidak terpilih di 9 April). Oya nggak
apa-apa bapak Fadjroel ya pasti saya juga nggak ada
masalah ya, terima kasih.
PEMBAWA ACARA : Baik. Sebenarnya yang benar kalimat untuk kedua-
duanya itu bukan KPK bikin hukum sendiri betul tapi
juga bukan artinya itu di luar proses. Contempt of
Poiring adalah wewenang Yudikatif yang menjadi hak-
hak istimewa presiden dan contempt of poiring hanya
dilakukan demi kepentingan publik. Sekarang pak Andi
Hamzah saya minta dari perdebatan ini bukan soal
contempt of poiring pak. (Bagian ini harus saya
pertanggungjawabkan, ini kan?). Ok, Ya
pertanggungjawaban bapak sebagai tim perumus atas
keberatan-keberatan dari kedua narasumber. [….]
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 18 FEBRUARI 2014
“BENARKAH KPK MAU DIGEMBOSI?” BAGIAN 5, HAL 115 -- 116).
Data 22 (Lampiran Data 4, Minggu ke-20).
[…]
PEMBAWA ACARA : Baik, saya sekarang ke Gerindra, Gerindra apa
yang terjadi di lapangan? (Fadli Zon : Wakil Ketua
Umum Partai Gerindra).
NARASUMBER : Ya, terima kasih Bang Karni, kami dari partai
Gerindra tentu saja menilai bahwa pemilu kali ini relatif
lebih baik dibanding yang lalu ya, kami ucapan terima
kasih kepada penyelanggara pemilu. (Ini lebih karena
menang atau yang lainnya?), bukan, bukan kalau kita
lihat yang dulu tahun 2009 saya lebih massif sejumlah
DPT, masalah-masalah mengenai logistik lebih
panjanglah, sekarang saya lihat ada kemajuan walaupun
tetap ada kecurangan di sana-sini yang mungkin karena
sistemnya. Saya kira ada pepatah yang mengatakan
begini „oppurtunitty is a tips‟ ya kesempatan orang itu
menjadi pencuri, karena masih ada saya kira ada
peluang-peluang untuk melakukan itu di dalam sistem
yang kita sepakati sendiri, begitu. Mungkin nanti ke
depan kita perlu mempertimbangkan kembali sistem
yang membuat orang akan jauh lebih sulit untuk
melakukan berbagai macam kecurangan di berbagai
level, kalau pada Pemilu tahun 2009 saya kira itu
memang jelas dan nyata begitu ya, perpindahan suara
177
dan lain-lain, bahkan sekarang juga kita melihat, tetapi
dengan kemajuan teknologi adanya twitter, adanya
facebook, dan lain-lain membuat juga masyarakat kita
yang semakin kritis dan bisa menyampaikan kepada
publik secara tidak terbatas. Contoh misalnya di Dapil
saya, di Dapil Jawa Barat V Kabupaten Bogor itu ada
satu desa, di Desa Benteng itu yang sudah dicoblos
semua itu, hampir banyak sekali kertas suara yang
dicoblos dan akhirnya KPUD menghentikan itu karena
memang ada laporan dari masyarakat dan kemudian
disampaikan ke publik dan dengan cepat jadi berita ya,
itu juga contoh yang terjadi masih ada kontrol dari
masyarakat. (Dicoblos untuk partai apa itu?), yang jelas
bukan partai Gerindra ya. (Kalau partai Gerindra nggak
mungkin Fadli Zon ngomongin). Ya ini dicoblos yang
merah dan biru lah ya begitu, tetapi itu fakta bahwa itu
ada dan kami sangat prihatin juga itu masih terjadi,
karena kok bisa berani-beraninya zaman seperti ini.
Sebetulnya tadi yang disampaikan Bawaslu juga, ketua
Bawaslu ada baiknya saya kira penyelenggara pemilu
bahwa KPU ya dan juga Bawaslu menyampaikan
kepada publik setiap hari itu bahwa hasil itu sejauh
mana, sudah berapa persen TPS, kemudian juga
memberikan semacam edukasi bahwa jika terjadi
perpindahan-perpindahan suara semacam itu, akan
diketahui dan pada akhirnya merugikan sendiri dan
seterusnya, karena bahkan caleg-caleg khususnya juga
di kabupaten/kota begitu ya masih berusaha aturan-
aturan yang ada dan celah-celah yang ada semoga
diusahakan semaksimal mungkin untuk memenangkan
kursi itu. Jadi, saya kira ini perlu penyampian yang
lebih intensif begitu. [….]
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 15 APRIL 2014
“KECURANGAN PEMILU, BISAKAH DPR BEBAS KORUPSI” BAGIAN
5, HAL 161 -- 162).
Data 23 (Lampiran Data 3, Minggu ke-15).
[…]
PEMBAWA ACARA : Pemirsa kita masih di Indonesia Lawyers Club
dengan topik „Benarkah KPK Mau Digembosi?,
sekarang saya mau ke KPK di sana sudah ada mas
Bambang Widjajanto wakil ketua KPK. Mas Bambang
sudah mendengar semua semua diskusi semua
perdebatan yang kemudian terakhir ada penjelasan
panjang dari Profesor Andi Hamzah yang 30 tahun
lebih menghabiskan usianya untuk menyusun dua
178
rancangan yang penting di Republik ini, rancangan
pengganti KUHP dan rancangan pengganti KUHAP,
mas Bambang bisa menanggapi apa yang bisa kita
bicarakan di sini, silahkan mas Bambang, mendengar
yang saya bicarakan. (Bambang Widjajanto : Wakil
Ketua KPK).
NARASUMBER : Ya, terima kasih Bang Karni. Ada, ya ya saya dengar
terima kasih Bang Karni. Selamat kepada senior-senior
dan kolega-kolega di studio, Assalamaikum
Waramatulahi Warabakatuh (Malaikumsalam), yang
bagian pertama saya ingin mengatakan bahwa forum ini
menjadi penting dan sangat berguna, ketika kita
mempertukarkan gagasan dengan cara-cara yang bijak
dan bajik tidak dengan menyerang, tidak menghakimi,
dan tidak menyudutkan saya pikir forum ini berguna
seperti itu, siapa pun dia. Yang kedua, saya akan
membacakan beberapa hal yang mungkin penting untuk
diketahui misalnya di dalam naskah akademik revisi
KUHP pada halaman 251 bagian huruf a kesimpulan
angka 1 kalimat kedua isinya begini pembentukan
pidana di luar KUHP yang menyimpangi hukum pidana
buku 1 KUHP tersebut dalam kenyataannya telah
membentuk sistem hukum pidana tersendiri di luar
KUHP sebagai hukum pidana yang terkodifikasi yang
mengakibatkan problem hukum pidana pada level
normatif dan praktek tindakan hukum pidana, keadaan
hukum pidana tersebut diperparah dengan dibentuknya
lembaga garis miring institusi baru yang bersifat
independent yang diberi wewenang untuk melakukan
penegakan hukum dan pembentukan pengadilan baru.
Kata-kata ini menjelaskan ada asumsi yang akan
diambil dengan membuat pernyataan-pernyataan bahwa
ada masalah dan ada problem di lembaga atau di
institusi baru. Saya tidak tahu apakah naskah akademik
ini dibuat sebelum era reformasi atau sesudah era
reformasi. Tapi saya akan baca TAP MPR No.
11/MPR/1998 begitu juga TAP MPR No. 8/MPR/2001
di situ dikatakan bahwa semua perlu direvisi peraturan
perundang sehingga pemberantasan korupsi menjadi
sinkron dan konsisten dengan satu yang lainnya, dan
yang kedua perlu dibentuk undang-undang untuk
mencegah perbuatan kolusi dan nepotisme yang dapat
terjadinya tindakan pidana korupsi dan perlunya
dibentuk lembaga baru termasuk KPK. Pertanyaannya,
apakah politik hukum yang dimuat di dalam TAP MPR
itu sudah dijadikan dasar dalam pembuatan naskah
179
akademik, terutama naskah akademik yang tadi saya
bacakan di KUHP itu, dengan mengambil berbagai
pandangan pendapat dari berbagai sumber di luar
negeri itu tidak salah, tetapi mengabaikan kebutuhan
hukum yang ada di Indonesia dan penegakan hukum
yang harus dibangun sendiri, di Indonesia itu bukan
sesuatu yang bijak mengandalkan seolah-olah semua
negara di dunia ini lebih hebat daripada di Indonesia itu
juga kata-kata yang tidak baik, sudah saatnya kita
menggali sendiri semua sumber-sumber hukum yang
ada di Indonesia. Saya terkesan dengan beberapa
profesor yang justru mengembangkan hukum dan
bahkan sampai tingkatan nasional berdasarkan
kebijakan dan kebajikan hukum lokal yang dimiliki
oleh Indonesia itu baru hebat. Nah berkaitan dengan itu
mari kita mulai masuk dalam persoalan, buku kedua
revisi KUHP memasukan undang-undang tindakan
kolusi atau tindak pidana korupsi sebagai bagian dari
tindakan umum. Nah berkaitan dengan itu kemudian
pasal 758 menyatakan pada saat undang-undang ini
berlaku ketentuan dalih buku 1 undang-undang ini
berlaku bagi undang-undang yang memuat ketentuan
pidana di luar undang-undang ini kecuali ditentukan
lain oleh undang-undang. Jadi, ketentuan mengenai
KUHP yang akan direvisi ini juga mengatur tadi sudah
dikemukakan sangat baik oleh Profesor Andi Hamzah
sebagian undang-undang dari tindak pidana korupsi dan
bahkan kemudian menarik undang-undang korupsi
sebagai bagian dari tindakan pidana umum, kalau
asumsi itu benar maka kemudian tindak pidana korupsi
menjadi tindak pidana umum, dan pada saat itu
kemudian berlakulah seluruh ketentuan yang ada dalam
buku 1 dan juga berkaitan dengan revisi KUHP
Profesor Romli di dalam berbagai pernyataannya dan
tulisannya saya mengikuti dari media, beliau
mengatakan dan saya sangat menyetujui bahwa
pembahasan revisi KUHP ini menjadi penting karena
dia adalah undang materiil sehingga hukum acara yang
dipakai itu untuk menjalankan hukum materiilnya,
kalau kemudian terjadi pembahasan yang over left yang
tidak konsisten maka ini akan merugikan kehendak dan
cita-cita KUHP untuk membuat revisi yang baik. KPK
tidak posisi menolak, tetapi KPK ingin terlibat dalam
proses itu, tapi kemudian ruang untuk itu tidak
diberikan. Profesor Andi Hamzah tadi mengatakan ada
dua orang KPK pertama Pak Ruseno dan yang kedua
180
Pak Ruki yang diajak ke Prancis itu benar tidak salah,
tetapi ketika saya cek terutama pada Pak Ruseno karena
saya coba kontak bapak Ruki belum bisa ketemu
ketika ke Prancis itu pergi ke sana untuk melihat
bagaimana sistem intergrasi dan koordinasi diantara
lembaga penegak hukum jadi itu yang saya tahu.
Apakah kemudian KPK dilibatkan dalam seluruh
proses revisi KUHP khususnya kemudian saya cek
dibeberapa senior-senior ternyata tidak, sekarang
pertanyaan dasarnya adalah apakah proses pembuatan
yang tidak melibatkan user dari penegak hukum untuk
terlibat dalam proses yang baik, di mana letak proses
itu kalau tidak melibatkan lembaga-lembaga yang
nantinya terlibat. Mari kita cek di KUHP saya
kebetulan mempunyai revisi undang-undang ini, kitab
undang-undang hukum acara pidana. Dalam revisi ini
saya mencoba membaca naskah akademiknya, tapi saya
tidak mendapatkan penjelasan mengapa alasan
penyelidikan disatukan dalam kaitannya terhadap
undang-undang tindak pidana khusus itu menjadi
penting dilakukan, saya tidak mendapatkan penjelasan
itu di dalam naskah akademik. Kalau naskah akademik
itu tidak bisa menjelaskan mengenai pernyataan yang
saya kemukakan terus terjadi perubahan, apa dasar
perubahan itu karena mestinya dijelaskan apa dasar
perubahan itu, dan itu sangat sederhana sekali, kami
ingin mempertanyakan itu. Mari kita cek soal
penyadapan, penyadapan itu diatur dan menurut saya
ini langkah yang cukup baik tapi coba perhatikan baik-
baik penyadapan diatur di dalam pasal 84 penyadapan
yang diatur di sini adalah penyadapan yang berkaitan
permufakatan jahat, kalau kejahatan yang berkaitan
tindak pindana korupsi yang sudah selesai ini tidak
diatur di sini dan tidak dikecualikan, dan ini menjadi
masalah besar kalau saja penegak hukum yang
mempunyai pengalaman dan pengetahuan bagaimana
modus oprandi bekerja dan berkembang, bagaiaman
kejahatan itu menjadi sangat luar biasa, bagaimana
kejahatan itu bermetamorfose, berkelindang dengan
berbagai kejahatan yang lain, dan modus oprandinya
sekian dan semakin canggih, tetapi kemudian hukum
acaranya itu tidak memberikan ruang penegak hukum
maka kemudian pertanyaannya adalah apakah kita
serius ingin melakukan revisi undang-undang, apakah
kita tidak khawatir dengan orang hebat seperti Pak
Profesor Andi ini ditumpangi dengan penumpang-
181
penumpang gelap yang mempunyai kepentingan, yang
sebenarnya kepentingannya bukan untuk melakukan
pemberantasan korupsi, dan kalau itu dibiarkan yang
rugi ialah bangsa kita sendiri. Nah itu berbagai contoh
yang bisa dikemukakan bahwa ada berbagai masalah
dan seyogyanya dibukakan ruang agar partisipasi
publik itu menjadi sesuatu yang justru bisa membuat
revisi ini menjadi bermakna dan kita tidak bisa
memonopoli kebenaran bahwa seolah-olah yang sudah
dirumuskan itu benar semua itu sebabnya apa yang
dikemukkan profesor Andi itu sangat penting. Beliau
mengambil semua aturan-aturan berbagai negara tapi
juga seharusnya memberi ruang kepada siapa pun yang
mempunyai kearifan-kearifan, mempunyai kemampuan
dan pengalaman, dan punya perspektif untuk
membangun Indonesia masa depan sesuai dengan
proses penegakan hukum. Jadi, saya ingin mengatakan
bahwa ruang ini harus dibuka jangan kemudian kita
menghakimi kalau ada orang menyatakan sesuatu
karena dia belum mengetahui dengan utuh atau karena
dia lihat di satu perspektif karena prosesnya tidak
membuka ruang partisipasi publik yang sangat utuh itu.
KPK menginginkan proses pemberantasan korupsi bisa
efektif dan efisien. Kalau ada berbagai aturan yang bisa
dibangun untuk meningkatkan kinerja KPK dan
lembaga penegak hukum lainnya tentu harus didorong.
Tetapi kita juga perlu mewaspadai ada berbagai
kelompok yang juga punya kepentingan menggunakan
revisi ini sebagai pre riders untuk kepentingannya
sendiri, saya mau berhenti sampai di situ bang Karni.
[….]
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 18 FEBRUARI 2014
“BENARKAH KPK MAU DIGEMBOSI” BAGIAN 6, HAL 120 -- 123).
Data 24 (Lampiran Data 1, Minggu ke-5).
[…]
PEMBAWA ACARA : Siapa ini Widini ini?. Silahkan apa yang terjadi
bu? (Widini : Korban Malpraktik).
NARASUMBER : Ya, terima kasih, selamat malam kepada hadirin
sekalian, terima kasih kepada Pak Karni Ilyas. Kisah ini
mungkin sedikit berbeda karena saya masih diberikan
kehidupan oleh Mahakuasa. Jadi berawal dari
pemeriksaan endoskopi yang terdiri dari traskroskopi
dan kolonoskopi di sebuah rumah sakit ternama yang
dilakukan oleh dokter gastro sekitar 5 tahun yang lalu
tahun 2008 yang berakibat forovasi atau usus saya jebol
182
di daerah sikromoid atau di tikungan arah ke usus dari
anus, dari anus ke usus, dan kemudian berakibat saya
selama 26 hari ya saya di rumah sakit, saya sempat
dirawat di ICU selama 20 hari dan saya dioperasi
selama 5,5 jam usus saya dikeluarkan kemudian dicuci
dan dibersikan karena penuh dengan kotoran tinja,
karena 9 hari saya tidak ditandatangani dengan baik,
dan saya tidak tahu terjadi paparazzi dan kemudian
usus saya dimasukkan kembali diistirahatkan sehingga
saya tidak bisa membuang tinja saya seperti orang
normal atau seperti sebelumnya. Dan kemudian usus
halus saya dikeluarkan dipotong dibuat double barel
dan ditaruh kantong untuk pembuangan tinja,
pembuangan tinja saya dan selama 10 bulan setelah
operasi pertama saya sangat menderita ya
menggunakan eleksomebag itu karena terjadi borok
diperut saya dan berat badan saya juga turun sekitar 10
kg, dan saya juga dehidrasi, dan saya juga tremor, dan
ada juga plera erupsion yang semacam cairan di paru-
paru saya. Dan puji Tuhan selama 10 bulan kemudian
saya bisa dioperasi kedua setelah albumen saya
meningkat tadinya 2,9 kemudian menjadi 4,25 sehingga
operasi kedua tidak sama seperti operasi pertama,
operasi pertama itu emergensi sementara operasi kedua
itu yang dilakukan dengan operasi persiapan, dan efek
dari operasi itu maksudnya operasi kedua itu
memasukkan usus halus saya kembali sehingga saya
bisa buang air besar normal seperti sedia kala melalui
anus. Namun, sampai sekarang ini saya dampaknya
kepada saya adalah perut saya itu kerap kali mules
sehingga aktivitas terganggu jadi misalnya perutnya
mules buang anginnya kurang sempurna ya karena
kristaltik khusus sudah terganggu, ya begitu. Menurut
dokter, itu ada kemungkinan fibrosis-fibrosis semacam
keloid yang ada di luar usus, jadi seperti itu. Jadi sering
anginnya tertahan di sini ya, saya mesti kompres-
kompres air panas dan saya sambil tiduran seperti itu.
Jadi sangat terganggu aktivitas saya, dan juga yang
paling parah itu karena saya juga menjadi trauma untuk
pergi ke dokter, jadi untuk melanjutkan penanganan
penyakit saya usus saya yang sudah rapuh ini menurut
dokter itu saya takut ya untuk melanjutkannya,
melanjutkan pemeriksaan, terima kasih.
PEMBAWA ACARA : Operasi kedua di mana?
NARASUMBER : Operasi pertama ketika ber-ovasi atau usus jebol itu
terjadi itu di rumah sakit A kemudian ketika saya
183
operasi pertama di rumah sakit B. Dan operasi kedua
juga dilakukan oleh dokter yang sama di rumah sakit B
di Jakarta juga.
PEMBAWA ACARA : Lokasi waktunya saja berbeda dan dokternya
sama?
NARASUMBER : Dokternya sama untuk operasi pertama dan kedua.
PEMBAWA ACARA : Walaupun yang pertama gagal ibu tetap berani ke
dokter yang sama?
NARASUMBER : Tidak. Itu yang membuat usus saya jebol itu di rumah
sakit yang berbeda. Di rumah sakit A dengan dokter
gastro kemudian ketika saya operasi pertama dan kedua
saya ditolong oleh dokter bedah gastro yang sama di
rumah sakit yang berbeda.
PEMBAWA ACARA : Baik ibu bahwa itu salah tindakan?
NARASUMBER : Salah tindakan saya ketahui ketika sama
mendapat rekam medik dari rumah sakit B dari
dokter yang mengoperasi saya telah terjadi
provoasis sebesar dengan diameter sekitar 1 cm di
sekitar sikmoid, seperti itu.
PEMBAWA ACARA : Ibu mengadu ke mana? Mengadu ke mana habis
itu?
NARASUMBER : Saya belum, saya sebenarnya ingin mengadu tapi
saya tidak tahu harus mengadu untuk bisa di sini
ya. Karena setahu saya dokter itu imun terhadap
hukum ya baru kali ini saya tahu bahwa ada dokter
yang dihukum yang dipidanakan, terima kasih.
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 03 DESEMBER 2013
“BISAKAH DOKTER DIPENJARAKAN” BAGIAN 7, HAL 33 -- 34).
Data 25 (Lampiran Data 3, Minggu ke-15).
PEMBAWA ACARA : […] Mas Bambang bisa menanggapi apa yang bisa
kita bicarakan di sini, silahkan Mas Bambang,
mendengar yang saya bicarakan (Bambang Widjajanto :
Wakil Ketua KPK).
NARASUMBER : […] Yang kedua, saya akan membacakan beberapa
hal yang mungkin penting untuk diketahui misalnya di
dalam naskah akademik revisi KUHP pada halaman
251 bagian huruf a kesimpulan angka 1 kalimat kedua
isinya begini pembentukan pidana di luar KUHP yang
menyimpangi hukum pidana buku 1 KUHP tersebut
dalam kenyataannya telah membentuk sistem hukum
pidana tersendiri di luar KUHP sebagai hukum pidana
yang terkodifikasi yang mengakibatkan problem hukum
pidana pada level normatif dan praktek tindakan hukum
pidana, keadaan hukum pidana tersebut diperparah
dengan dibentuknya lembaga garis miring institusi baru
184
yang bersifat independent yang diberi wewenang untuk
melakukan penegakan hukum dan pembentukan
pengadilan baru. Kata-kata ini menjelaskan ada asumsi
yang akan diambil dengan membuat pernyataan-
pernyataan bahwa ada masalah dan ada problem di
lembaga atau di institusi baru, kita tunda aja deh
penyilidikan. Saya tidak tahu apakah naskah akademik
ini dibuat sebelum era reformasi atau sesudah era
reformasi. Tapi saya akan baca TAP MPR No.
11/MPR/1998 begitu juga TAP MPR No. 8/MPR/2001
di situ dikatakan bahwa semua perlu direvisi peraturan
perundang sehingga pemberantasan korupsi menjadi
sinkron dan konsisten dengan satu yang lainnya, dan
yang kedua perlu dibentuk undang-undang untuk
mencegah perbuatan kolusi dan nepotisme yang dapat
terjadinya tindakan pidana korupsi dan perlunya
dibentuk lembaga baru termasuk KPK. Pertanyaannya,
apakah politik hukum yang dimuat di dalam TAP MPR
itu sudah dijadikan dasar dalam pembuatan naskah
akademik, terutama naskah akademik yang tadi saya
bacakan di KUHP itu, dengan mengambil berbagai
pandangan pendapat dari berbagai sumber di luar
negeri itu tidak salah, tetapi mengabaikan kebutuhan
hukum yang ada di Indonesia dan penegakan hukum
yang harus dibangun sendiri, di Indonesia itu bukan
sesuatu yang bijak mengandalkan seolah-olah semua
negara di dunia ini lebih hebat daripada di Indonesia itu
juga kata-kata yang tidak baik, sudah saatnya kita
menggali sendiri semua sumber-sumber hukum yang
ada di Indonesia. [….]. Mari kita cek soal penyadapan,
penyadapan itu diatur dan menurut saya ini langkah
yang cukup baik tapi coba perhatikan baik-baik
penyadapan diatur di dalam pasal 84 penyadapan yang
diatur di sini adalah penyadapan yang berkaitan
permufakatan jahat, kalau kejahatan yang berkaitan
tindak pidana korupsi yang sudah selesai ini tidak
diatur di sini dan tidak dikecualikan, dan ini menjadi
masalah besar kalau saja penegak hukum yang
mempunyai pengalaman dan pengetahuan bagaimana
modus operandi bekerja dan berkembang, bagaiaman
kejahatan itu menjadi sangat luar biasa tidak ada gawat
darurat, bagaimana kejahatan itu bermetamorfosis,
berkelindang dengan berbagai kejahatan yang lain, dan
modus operandinya sekian dan semakin canggih, tetapi
kemudian hukum acaranya itu tidak memberikan ruang
penegak hukum maka kemudian pertanyaannya adalah
185
apakah kita serius ingin melakukan revisi undang-
undang, apakah kita tidak khawatir dengan orang hebat
seperti Pak Profesor Andi ini ditumpangi dengan
penumpang-penumpang gelap yang mempunyai
kepentingan, yang sebenarnya kepentingannya bukan
untuk melakukan pemberantasan korupsi, dan kalau itu
dibiarkan yang rugi ialah bangsa kita sendiri.
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 18 FEBRUARI 2014
“BENARKAH KPK MAU DIGEMBOSI?” BAGIAN 6, HAL 121 -- 123).
Data 26 (Lampiran Data 1, Minggu ke-5).
PEMBAWA ACARA : Baik Pak sekarang ke Majelis kehormatan pak
dokter Ali, silahkan Pak. Ya dari diskusi kita tadi pihak
Majelis Kehormatan sendiri sudah melakukan
pemeriksaan, MK DKI ya. (Prof. Ali Baziad : Ketua
Majelis Kehormatan Displin Kedokteran Indonesia).
NARASUMBER : MK DKI Majelis Kehormatan Displin Kedokteran
Indonesia, sebuah negara atas perintah undang-undang
yang menentukan ada tidaknya kesalahan yang
dilakukan praktek oleh seorang dokter. Artinya, yang
kami nilai adalah profesionalisme seorang dokter kami
tidak mengenal istilah malapraktek. Malapraktek adalah
istilah hukum, profesionalisme adalah apakah seorang
dokter telah mengerjakan suatu praktek kedokteran
SOP dia jalanin, standar medik dia jalanin, dan standar
profesinya dia jalanin. Kalau ini jalanin walaupun
pasiennya cidera, pasiennya meninggal atau apa pun
tidak mendapatkan sanksi kasus ini tidak dilaporkan ke
MK DKI. Jadi, kami tidak tahu kasus ini karena tidak
melaporkan kepada kami.
PEMBAWA ACARA : Jadi sama sekali tidak melakukan pemeriksaan?
NARASUMBER : Tidak.
PEMBAWA ACARA : Majelis MK DKI ini bedanya dengan MK EKA itu
apa?
NARASUMBER : MK DKI itu adalah displin, sedangkan MK EKA
adalah etik. Berarti etik itu berada di bawah etik,
sedangkan MK DKI perintah undang-undang sebuah
lembaga negara itu bedanya. Nah kalau kami
ketemukan kasus melanggar etik kami kirim ke IDI.
PEMBAWA ACARA : Apakah MK DKI ini proaktif atau menunggu ada
laporan?
NARASUMBER : Kami menunggu adanya laporan. Kami tidak
menjemput bola.
PEMBAWA ACARA : Walaupun kasus itu sudah ramai, misalnya?
NARASUMBER : Betul, asalkan ada laporan masuk pasti kami periksa.
Penyerahan laporan sangat lambat bahkan pihak pasien
186
mengatakan ketemu sama dokter malu katanya, dan
sering rendah diri, kita selalu mengatakan Kamu
tenang dulu ya, kamu tenang. Kamu nggak perlu
rendah diri, ada kita di sini. Kita akan selalu dekat
dengan kamu. Jadi kamu nggak perlu rendah diri
lagi ya. Kamu jangan sedih lagi.
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 03 DESEMBER 2013
“BISAKAH DOKTER DIPENJARAKAN” BAGIAN 5, HAL 24 -- 25).
Data 27 (Lampiran Data 1, Minggu ke-5).
PEMBAWA ACARA : Saya kira layak dipilih, hemat alur hari ini. Coba
kita dengar golkar. (Poempida Hidayatullah : Anggota
Komisi Kesehatan DPR-RI Fraksi Golkar).
NARASUMBER : Pasti beda style-nya Pak. Golkar lebih elegan nih, saya
sangat berempati tentunya kepada keluarga mendiang
ibu Fransiska Makaey. Jadi, dalam konteks, saya lihat
begini bukan tadi mengangkat masalah resiko pekerjaan
atau pun occuviant azad gitu ya, untuk membandingkan
dokter dengan pilot, kalau dokter tidak ada opsi lagi
bang Karni ketika terjadi suatu keadaan gawat darurat
dia tidak harus menghandel itu, kalau karena dia tidak
menghandel, justru dia terkena tindak pidana oleh
undang-undang kesehatan pasal 190.
PEMBAWA ACARA : Ya kalau pilot terkena juga.
NARASUMBER : Kalau pilot nggak, Gak tahu Pak, emangnya ada
pilot gitu ya? pilot kan bisa melihat cuaca, emergensi
itu bisa menolak tidak menerbangkan pesawat. Dokter tidak opsi sama sekali dalam konteks yang
berbeda gitu. Tetapi intinya dalam hal-hal tertentu itu
sangat-sangat penting dilihat, disikapi karena di dalam
masalah ini kalau misalnya kemudian yang dijerat
hukumnya pasal 139 selesai sudah banyak dokter yang
kena. Dan ini menurut saya membuat istilah profesi
dokter dalam keadaan dilema, ini kan sebenarnya tidak
boleh, dalam konteks kita bernegara yang memberi,
harus ada kepastian hukum yang memberikan
keputusan balance di sini sebenarnya. Jadi, intinya
kami melihat memang tidak ada celah yang tidak bisa
dilakukan untuk memperbaiki sistem, yang pertama
kita harus merevisi praktek kedokteran dalam konteks
MK DKI-nya memperkuat MK DKI ini sangat penting,
kalau menurut saya referensi dari konteks sesuatu yang
ada hubungan secara teknis dalam konteks medis harus
ada, dan inilah kelompoknya, dan inilah pengadilannya.
Tadi kita sudah diskusikan juga, ternyata memang
standar pelayanan kedokteran sudah ada bukan standar
187
pelayanan medis, tapi saya baca ini masih bisa berbeda-
beda dari region ke region, dari provinsi ke provinsi,
dari daerah ke daerah, kenapa karena perbedaan standar
fasilitas kesehatan yang ada, tidak ada masalah
sebetulnya, tapi ke depan tentu sebagai negara yang
ingin maju, tadi seperti yang disampaikan oleh rekan
saya dari Hanura jelas kita harus memperbaiki standar-
standar ini supaya seragam, satu nasional ini sama
semua, bagaimana caranya? Anggarannya harus
ditambahlah. Jadi, komitmennya seperti istilahnya ya,
istilahnya apa namanya itu selaweh jalur slamet nggak
bisa lagi, karena namanya kesehatan itu haru absolute
tidak bisa ditawar-tawar, dan saya ini sekarang selalu
mendukung bahwa yang namanya PBI 19.225 sampai
sekarang saya bintangi itu dalam konteks bahwa kita
ingin dokter-dokter ini sejahtera tidak dibayar finance
dan dibayar hal-hal kecil untuk apa supaya service-nya
tinggi nanti, kemampuan pelayanan kepada masyarakat
tinggi itu. Selain pada itu juga saya sarankan kepada
IDI agar menyiapkan LBHI lembaga hukum yang
mumpuni juga seperti dokter-dokter karena saya lihat
suatu get yang luar biasa antara dunia hukum yang ada
dengan dunia medis yang sangat teknis ini, tidak ada
komunitasnya di tengah-tengahnya, yang menurut saya
ini harus diperkuat harus diperbanyak, sehingga intinya
bahwa ketika masalah-masalah kedokteran yang ada
tidak langsung semerta-merta hanya KHUP 359 yang
ini, dan yang ini soalnya kan sebenarnya disengaja
mereka melukai bukan tidak disengaja, begitu kan
dalam KHUP 359 seharusnya.[….]
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 03 DESEMBER 2013
“BISAKAH DOKTER DIPENJARAKAN” BAGIAN 8, HAL 42).
Data 28 (Lampiran Data 1, Minggu ke-5).
PEMBAWA ACARA : Baik Pak Prof. Wendo Anda salah satu masuk
penjara negara profesi. (Arswendo Atmowiloto :
Budayawan).
NARASUMBER : Mohon izin Karni saya berdiri saja, nggak supaya
lihat batik saya bagus. Karena batik ini dibikin tidak
sesuai prosedur tidak ada standar ini memakai bahan
batik alami dari akar, dari daun, met kebetulan
pembuatnya namanya Sarmiti di Klaten dia itu bekas
sopir becak atau penarik becak kemudian ini benar jadi,
intinya apa? ambil sendiri. Tapi tidak ada intinya dan
tidak ada ya ditafsirkan memang dokter dari dulu keren,
terhormat banget, kita masih kecil disuruh nulis halus
188
dan dinilai tulisan kita, dokter sak mau-maunya boleh
iya sudah dibanggakan oleh masyarakat, mobil eks
dokter diiklankan mungkin lebih rapi atau jarang
dipakai saya tidak mengerti. Coba mobil eks polisi
belum tentu laku mungkin itu surat-suratnya tidak ada,
mobil polisi ya lo nggak pakai surat juga jalan. Mobil
eks pengacara lebih nggak laku mungkin dulu dibelinya
dari uang korupsi, atau mobilnya terlalu mesu ya. Tapi
dokter punya keistimewaan itu selalu dianggap
istimewa, makanya sebutannya dokter istrinya boleh
ibu dokter, dan profesi yang lainnya nggak Pamred
istrinya Karni Ilyas mau bilang ibu Pamred tidak bisa,
ya nggak ada, ya nggak ada padahal Pamred itu
jabatannya yang paling tinggi di jurnalis, tapi bini-nya
tidak ikut-ikutan bini dokter boleh, polisi nggak tahu
dan nggak berani ngomongin saya. Jadi dituntut tadi
dokter komunikasi dengan pasien baik ya belum tentu
bisa belum, ya kalau itu dokter umum, dan kalau untuk
dokter hewan kan komunikasinya juga susah, iya dong
ini secara umum kita bisa mengerti ketika terus ketawa
semuanya, ini bukan ketawa kalau tidak dari awal tadi
kayaknya melemeng gitu duka cita terus nggak, dan
coba dari situasi dan baru reformasi ada, kenapa sih kita
harus the winner take the all harus begitu, antara pasien
dengan dokter harus menang-menangan siapa?, nggak
lah. Dokter mulia ya, guru juga mulia, wartawan juga
mulia ketika dia beri tanggung jawab kepada orang
lain, tapi dia itu mogok ya tetap salah, jangan macam-
macamlah dokter sok tinggi hati, sok yang penting
nggak langgar lah, dokter nggak mau ke daerah nggak
apa-apa lah, hukum masih ada suruh ke sana, iya benar
nggak, kalau ada uang lebih ya. Maksud saya jangan
cengeng lah, ketua dokter di sini saja, dokter diborgol
semua penjahat diborgol tahu nggak, dia mau dokter
atau pun jenderal kalau perlu diborgol ya kalau
ditangkap, maksud saya agak rendah hati sedikit lah,
guru diperlakukan baik ya. Kamu jangan dekat-dekat
dulu masih lama ini, masih lama, masih lama sampai
jam 11 lebih ini. Iya menurut saya sama lah kira-kira
sama maksud saya ini. Iya tadi intropeksi, tahan diri
dikit, iya lah dokter hebat untuk nolongin iya, salah
juga boleh, tadi disingguh cuma 10 bulan, saya
melaksanakan profesi dihukum 5 tahun tidak kurang
satu hari pun, karena pasal 156-nya maksimalnya 5
tahun, untuk maksimalnya 1.000 tahun matilah saya.
Tapi nggak apa-apa lah mengalami gitu atau
189
mengalami yang lainnya bisa. Bukan harinya berapa
lama kita penjara itu, berapa lama kita mendapat
hikmah dari Tuhan lo, tata Islam yang ngomong Nabi
Musa mau jalan tidak ketemu-ketemu temannya, ajari-
lah kami untuk menghitung hari sehingga peroleh
kebijaksanan. Belajarlah pada para dokter, para pasien
kek, para kita lawyer apalagi para anggota DPR pada
belajar kalau pada kasus ini, kalau ada tambahan boleh.
(INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE, 3 DESEMBER 2013
“BISAKAH DOKTER DIPENJARAKAN” BAGIAN 9, HAL 47).