vi. analisis ekonomi taman wisata alam (twa) … · atas perpaduan antara posisi kawasan terhadap...
TRANSCRIPT
VI. ANALISIS EKONOMI
TAMAN WISATA ALAM (TWA) GUNUNG MEJA
6.1. Pasar Wisata Alam dan Elastisitas Permintaan
Untuk menganalisis kesesuaian dan pengembangan kegiatan wisata alam
berkelanjutan di TWA Gunung Meja, diperlukan analisis pasar yaitu analisis
supply dan analisi demand. Analisis Supply (penawaran) adalah inventarisasi
informasi mengenai potensi wisata yang dapat dikembangkan serta faktor
pendukungnya. Sedangkan Analisis Demand (Permintaan) adalah inventarisasi
informasi mengenai permintaan yang diperoleh dari para wisatawan dan
masyarakat setempat baik berupa materiil maupun non materiil.
6.1.1. Penawaran Wisata Alam
Penawaran wisata alam TWA Gunung Meja terdiri dari Estetika,
Sumberdaya hayati berupa potensi flora dan fauna, Situs Bersejarah berupa Tugu
Jepang dan Goa Jepang serta didukung oleh fasilitas penunjang berupa
aksesibilitas yang mudah dan akomodasi yang tersedia.
a. Estetika Kawasan TWA Gunung Meja
Kota Manokwari memiliki keunggulan alami karena secara geografis
mempunyai panorama dengan keindahan alam yang sangat unik.Terletak
sepanjang pantai Teluk Doreri dan dihiasi dua pulau kecil yaitu Pulau Mansinam
dan Pulau Lemon didepannya. Estetika kawasan TWA Gunung Meja terbentuk
atas perpaduan antara posisi kawasan terhadap kota Manokwari yang menjadi
latar belakang kota yang nampak dipagari hijauan pepohonan, tebing yang terjal
dan curam membentuk suatu gugusan bukit yang indah dan gagah perkasa.
Kawasan TWA Gunung Meja yang berbatasan langsung dengan wilayah
Kota Manokwari merupakan salah satu objek wisata pegunungan Manokwari
yang potensial untuk dikembangkan. Keunggulan dan keunikan ini semakin
diperkuat oleh karakteristik fisiografi lahan Gunung Meja yang melatarbelakangi
kota, merupakan jajaran pegunungan elevasi tertinggi 117 meter di atas
permukaan laut yang di beberapa sisinya terbing yang terjal dan lereng yang
curam menampakkan panorama alam yang indah. Panorama yang sama jika kita
berada salah satu sisi tertinggi di kawasan sejauh mata memandang tampak
76
panorama laut dengan pantai pasir putih dan pantai karang dipadu hijaunya
pegunungan yang mengelilinginya. Nilai estetika tersebut akan lebih
mengagumkan lagi bila dinilai dari tepi hutan, keanekaragaman serta
keendemikan flora-fauna yang merupakan keterwakilan tipe hutan tropis dataran
rendah yang hampir dijumpai di sepanjang pantai utara pulau New Guinea.
Keunikan-keunikan tersebut menjadi daya tarik bagi penjelajah alam dan
pemerhati lingkungan untuk menguak rahasia alam ini. Daya tarik ini akan
semakin tinggi jika dipadukan dengan nilai sejarah yang terkandung dalam
kawasan ini, karena Gunung Meja merupakan saksi sejarah dari jaman Belanda,
Jepang dan Sekutu dalam masa penjajahan di Tanah Papua (Potret TWA Gunung
Meja, 2004).
Potensi estetika tersebut menjadi dasar utama dalam menetapkan Gunung
Meja sebagai salah satu kawasan pelestarian alam di Manokwari dengan fungsi
utama Wisata Alam. Keunggulan dan keunikan potensi alam inilah yang perlu
ditumbuhkembangkan untuk memperkaya nilai kepariwisataan sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah serta penunjuang kebutuhan hidup
masyarakat.
b. Potensi Kawasan
1. Potensi Hayati
Flora
Flora yang terdapat di kawasan TWA Gunung Meja cukup beragam baik
jenis maupun jumlahnya. Komposisi flora pada kawasan ini berdasarkan hasil
kompilasi dari berbagai sumber data dalam Potret TWA Gunung Meja (2004),
maka dapat dikelompokkan sebagai berikut :
• Tumbuhan Semak, Perdu dan Herba
• Tumbuhan Liana dan Rotan
• Tumbuhan Anggrek
• Tumbuhan Paku-pakuan
• Tumbuhan Bambu dan Palem
• Tumbuhan berkayu (alami dan binaan)
77
Keadaan flora pada kawasan TWA Gunung Meja berdasarkan hasil
penelusuran data dan informasi yang diperoleh dari Potret TWA Gunung Meja
(2004) diketahui bahwa kawasan ini memiliki kekayaan flora sebagai berikut :
a. Kelompok tumbuhan Anggrek sebanyak 6 jenis, yaitu : Dendrobium
b.falce, Dendrobium schulleri, Dendrobium smilliae, Gramathophyllum
scriptum, Gramathophyllum speciosum dan Spathoglotis plicata.
b. Kelompok tumbuhan palem sebanyak 7 jenis, yaitu Areca macrocalyx,
Arenga macrocarpa, Carryota rumphiana var. papuana, Gronophyllum
pinangoides, Gulubia costata, Licuala sp dan Rhopaloblaste sp.
c. Kelompok tumbuhan rotan sebanyak 3 jenis, yaitu : Calamus keyensis,
Calamus holrungii dan Khortalsia zippelii.
d. Kelompok tumbuhan paku-pakuan sebanyak 35 jenis
e. Kelompok tumbuhan berkayu yang teridentifikasi sebanyak 88 jenis,
diantaranya didominasi oleh Pometia spp, Intsia spp, Dracontomelum
edule, Canaga odorata, Alstonia spp, Callophyllum spp,
Pimeliodendron sp, Macaranga sp dan Elaeocarpus sp.
Klasifikasi dan peninjauan lapangan ke kawasan yang dilakukan oleh tim
fasilitasi kerja penyusun Potret TWA Gunung Meja dalam Potret TWA Gunung
Meja (2004), menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah jenis kelompok
tumbuhan palem, paku-pakuan dan anggrek dalam kawasan sebagai akibat
pengambilan tanaman hutan secara liar untuk digunakan sebagai penghias taman,
rumah dan juga untuk diperdagangkan.
Adapun jenis-jenis pohon yang ditanam pada kawasan TWA Gunung Meja
dalam bentuk matriks disajikan pada tabel berikut.
Tabel 11. Jenis Pohon Hasil Penanaman Hutan pada TWA Gunung Meja
Jenis Pohon Tahun Tanam
Luasan (Ha)
Jarak Tanam (m)
Potensi (m³/Ha)
Tectona grandis 1958 2,5 2 x 3 42,30 Pometia spp. 1958 1,2 17,84 Koordersiodendron pinnatum 1960 2,7 2 x 5 29,339 Palaqium amboinensis 1961 7,6 2 x 5 34,00 Calophyllum inophyllum 1961 7,8 2 x 5 19,18 Tectona grandis 1970 3,0 2 x 3 31,60 Araucaria cuninghamii 1970 2,0 2 x 3 19,60
Sumber : Potret TWA Gunung Meja (2004)
78
Fauna
Fauna yang terdapat dalam kawasan Gunung Meja berdasarkan kompilasi
dari berbagai sumber data dalam Potret TWA Gunung Meja (2004), maka dapat
dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu:
• Golongan Mamalia
• Golongan Reptilia
• Golongan Aves
Lebih lanjut menurut Potret TWA Gunung Meja (2004), eksplorasi dan
identifikasi kehidupan satwa pada kawasan TWA Gunung Meja berdasarkan
catatan sejarah telah dilakukan sejak abad 18, yaitu oleh seorang naturalis besar
abad 19 Afred Rusell Wallace, peneliti ini pada tahun 1858 mendarat di sisi
selatan kawasan Gunung Meja untuk mengidentifikasi beberapa jenis serangga
sebagai halotype.
Golongan aves merupakan salah satu kekayaan fauna yang cukup beragam
jenis dan jumlahnya di kawasan Gunung Meja. G. F. Mess seorang peneliti
Belanda pada tahun 1950an mencatat bahwa kawasan ini memiliki 34 jenis
burung dan 11 jenis diantaranya jenis lokal khas Manokwari. Selain itu, Gatot
Dwiyanto pada tahun 1995 mencatat bahwa terdapat 15 famili golongan aves yang
terdiri dari 14 jenis endemis dan 21 jenis non endemis. Tahun 1996 Bambang Th.
Hariadi dan M. Jen Wajo (UNIPA) mencatat bahwa kawasan ini memiliki 22
famili yang terdiri dari 43 jenis burung, jenis burung yang dicatat oleh Mess
sebelumnya yang dijumpai ± 9 jenis burung. Selain itu, terdapat banyak jenis
serangga dalam kawasan ini (Potret TWA Gunung Meja, 2004).
Golongan reptil yang dijumpai dalam kawasan ini berdasarkan laporan
Gatot Murwanto (1995) dalam Potret TWA Gunung Meja (2004) adalah kadal
ekor biru (Emoia eaeruleocauda), kadal lidah biru (Tiliqua scincoides), kadal
paying (Chlamydosaurus kingie), ular patola (Chondrophyton viridis), biawak dan
tiblotus papua. Lebih lanjut Triantoro R.G.N. dan Pujo Setio (2002) menemukan
sebanyak 11 jenis ular yaitu Leiphyton albertisii, Morelia viridis, Dendrelaphis
punctualis, Tropidonophis multiscutellatus, stegonatus parvus, Boiga irregularis,
Achanthopis cf antarictus, Achanthopis cf praelongus dan Furina tristis.
79
2. Potensi Non Hayati
Ada beberapa potensi alam yang dapat dijadikan unggulan wisata di TWA
Gunung Meja, yaitu :
Tugu Jepang
Di dalam kawasan TWA Gunung Meja terdapat suatu monumen bersejarah
pada masa penjajahan Jepang. Monumen tersebut dikenal dengan nama Tugu
Jepang. Tugu Jepang merupakan tugu peringatan pendaratan dan pendudukan
tentara Jepang di Manokwari. Potensi situs ini menjadi daya tarik tersendiri bagi
warga negara Jepang, karena memiliki sejarah bagi bangsa mereka.Selain objek
wisata berupa tugu, dari lokasi tugu dapat dinikmati pemandangan lepas Kota
Manokwari yang menawan. Namun saat ini keberadaa Tugu Jepang sangat
memprihatinkan karena tidak ada pemeliharaan oleh pemerintah.
Goa Alam
Di dalam Kawasan TWA Gunung Meja ditemukan 19 goa alam dan 4
diantaranya merupakan goa berukuran besar dan berpotensi sebagai objek wisata.
Goa-goa tersebut umumnya menyebar di sepanjang tebing karang pada sisi
Kawasan Selatan. Goa alam ini sangat unik karena menjadi tempat tinggal hewan
malam seperti kelelawar dan binatang melata yang unik seperti cicak belang
(lizards). Kelelawar tidur siang hari dengan bergantung pada dinding-dinding
Kristal gua serta terbang keluar di malam hari untuk mencari makan.
c. Kriteria Penunjang Pengembangan Ekowisata di TWA Gunung Meja
1. Aksesibilitas
Untuk menuju lokasi TWA Gunung Meja tidak sulit karena mempunyai
aksesibilitas yang tinggi karena TWA Gunung Meja terletak di pusat kota dengan
keadaan jalan yang baik sehingga mudah dijangkau dengan berbagai kendaraan,
baik roda dua maupun roda empat. Untuk masuk ke dalam kawasan TWA Gunung
Meja ada dua alternatif, yaitu masuk melewati daerah Sarinah yang berjarak ± 3
km dari pusat kota dan melewati darah Amban yang berjarak ± 4 km dari pusat
kota.
Untuk mencapai daerah Sarinah dapat menggunakan angkutan umum arah
Kota namun angkutan umum hanya sampai ke pertigaan antara Brawijaya-
Kampung Ambon Atas-Ayambori, sehingga untuk mencapai pintu masuk TWA
80
Gunung Meja harus berjalan kaki ± 100 meter dengan kondisi jalan yang aspal
menanjak dengan lebar 3 meter. Sementara untuk masuk ke dalam kawasan TWA
Gunung melalui daerah Amban, dapat menggunakan Angkutan Umum arah
Amban namun hanya sampai pada Jalan Raya (Kantor Polisi Sektor Amban)
sehingga untuk mencapai daerah TWA Gunung Meja harus berjalan kaki ± 300
meter melewati Perumahan Dosen dan Asrama Mahasiswa dengan kondisi jalan
yang baik dengan lebar jalan 2 meter.
2. Akomodasi
Sejalan dengan berkembangnya Manokwari sebagai ibukota Provinsi Papua
Barat, maka pembangunan perhotelan di daerah ini meningkat. Adapun hotel yang
terletak dekat dengan kawasan TWA Gunung Meja adalah Hotel Mangga, Hotel
Billy, Hotel Mokwam, Hotel Metro, Hotel Triton dan Swiss-bel Hotel. Selain itu
ada 2 losmen yang terletak tepat di bawah kaki Gunung yang sering diijadikan
tempat menginap para wisatawan asing yaitu Losmen Kagum dengan kapasitas 9
kamar dengan harga Rp.250.000 – Rp. 280.000,- per malam dan Losmen YAT
(Yayasan Alternatif Turis) dengan kapasitas 5 kamar dengan harga yang sama per
malam. Kedua losmen tersebut sangat direkomendasikan bagi para wistawan
asing yang akan berkunjung ke TWA Gunung Meja karena para karyawan kedua
losmen tersebut adalah masyarakat setempat, disamping itu kedua losmen tersebut
sangat dekat dengan pintu masuk TWA Gunung Meja dan juga menawarkan
pemandu wisata lokal.
6.1.2. Permintaan Wisata Alam
Permintaan wisata alam terhadap TWA Gunung Meja dilihat dari tujuan
kunjungan, alasan kunjungan, ketersediaan informasi serta persepsi wisatawan
terhadap kondisi TWA Gunung Meja.
Permintaan wisata alam sangat didukung oleh banyak faktor selain potensi
wisata yang ditawarkan TWA Gunung Meja, misalnya pendidikan, pendapatan,
biaya dan sebagainya. Selain itu, permintaan juga diperlukan untuk mengetahui
minat wisatawan yang diwujudkan dalam bentuk tujuan wisata atau jenis kegiatan
wisata yang dilakukan, mudah dijangkau dan biaya yang dikeluarkan.
81
a. Tujuan Kunjungan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 47 wisatawan yang
berkunjung di TWA Gunung Meja, tujuan dari kegiatan wisatawan adalah
menikmati pemandangan alam, kunjungan ke Situs Bersejarah berupa Tugu dan
Goa Jepang, pendidikan/penelitian serta pengamatan flora dan fauna. Secara rinci
disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 12. Tujuan Utama Kegiatan Wisata Alam oleh Wisatawan
Tujuan Jumlah % Kunjungan Situs Bersejarah 15 31,91 Hiking 11 23,40 Menikmati Panorama Alam 8 17,02 Caving 6 12,77 Pengamatan Flora dan Fauna 4 8,51 Pendidikan/Penelitian 3 6,38
Sumber : Data diolah (2011) Tabel 12 menunjukkan bahwa tujuan utama kegiatan wisata alam tertinggi
dari wisatawan adalah kunjungan ke Situs bersejarah (Tugu Jepang) yaitu
sebanyak 31,91 persen. Tujuan wisatawan berikutnya yang berkunjung ke TWA
Gunung Meja adalah Hiking yaitu 23,40 persen. TWA Gunung Meja menjadi
tempat Hiking yang menarik bagi kelompok pemuda dan remaja Gereja,
kelompok pemuda pecinta alam serta beberapa Sekolah seperti SMP Negeri 1,
Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan
Pariwisata. Selain itu, beberapa fakultas pada Universitas Negeri Papua (UNIPA)
seperti Fakultas Kehutanan, Fakultas MIPA dan Fakultas Ekonomi juga
melakukan hiking dan pengamatan flora fauna di TWA Gunung Meja. Tujuan
wisatawan berikutnya adalah wisatawan yang hanya sekedar menikmati panorama
alam atau photo hunting pemandangan Kota Manokwari, laut biru, dua pulau yang
ada di depan Kota Manokwari yaitu sebanyak 17,02 persen. Berikutnya adalah
tujuan wisata untuk caving atau perjalanan ke Goa alam yaitu sebanyak 12,77
persen. Tujuan wisata berikutnya adalah pengamatan flora dan fauna yaitu 8,51
persen, diikuti oleh tujuan wisata pendidikan/penelitian yaitu sebesar 6,38 persen
yang dilakukan oleh Mahasiswa yang sedang melakukan penelitian ataupun
survei.
82
b. Alasan Kunjungan
TWA Gunung Meja merupakan satu-satunya wisata gunung yang terletak di
tengah Kota Manokwari dengan panorama yang indah dan alami serta merupakan
saksi sejarah Perang Dunia II. Alasan permintaan wisata terhadap TWA Gunung
Meja antara lain karena potensi alam yang indah, lingkungan yang sepi dan alami,
peninggalan sejarah, jarak yang dekat dan biaya yang murah.Secara rinci disajikan
pada tabel 13 di bawah ini.
Tabel 13. Alasan Kunjungan Wisatawan ke TWA Gunung Meja
Alasan Kunjungan Jumlah % Potensi Alam yang Indah 47 100 Lingkungan yang sepi dan alami 42 89.36 Peninggalan Sejarah 21 44,68 Jarak yang Dekat 8 17.02 Biaya yang Murah 7 14.89
Sumber : Data diolah (2011) Tabel 13 menunjukkan bahwa alasan tertinggi wisatawan berkunjung ke
TWA Gunung Meja adalah potensi alam yang indah, yaitu 100 persen dengan kata
lain alasan utama kunjungan dari seluruh responden adalah karena potensi alam
TWA Gunung Meja yang indah baik potensi alam dalam kawasan maupun luar
kawasan yang bisa dinikmati wisatawan dari TWA Gunung Meja. Alasan kedua
dari kunjungan ke TWA Gunung Meja adalah karena lingkungan TWA Gunung
Meja yang masih sepi dan alami sebesar 89,36 persen. Alasan berikutnya adalah
karena ada peninggalan sejarah berupa Tugu Jepang dan Goa Jepang dalam
kawasan yaitu sebesar 44,68 persen. Jarak yang dekat merupakan alasan
berikutnya dari wisatawan untuk berkunjung yaitu sebesar 17,02 persen karena
kawasan TWA Gunung Meja serta akses masuk ke dalam kawasan yang dekat
dengan Kota Manokwari. Alasan kunjungan berikutnya adalah biaya yang murah
sebesar 14,89 persen, karena untuk sampai ke kawasan TWA Gunung Meja
wisatawan tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar.
c. Ketersediaan Informasi Tempat Wisata
Sebelum berkunjung ke TWA Gunung Meja perlu adanya informasi yang
jelas mengenai kawasan tersebut. Berdasarkan survei yang dilakukan asal
informasi mengenai keberadaan TWA Gunung Meja berasal dari teman, keluarga,
organisasi dan internet. Seraca rinci disajikan pada Tabel 14 berikut.
83
Tabel 14. Ketersediaan Informasi mengenai TWA Gunung Meja
Asal Informasi Jumlah % Teman 34 72.34043
Keluarga 9 19.14894 Organisasi 2 4.255319
Internet 2 4.255319 Total 47 100
Sumber : Data diolah (2011) Berdasarkan tabel 14 terlihat bahwa asal informasi yang diperoleh para
wisatawan mengenai keberadaan TWA Gunung Meja tertinggi adalah berasal dari
teman yaitu sebesar 72,34 persen, berasal dari keluarga sebesar 19,15 persen,
berasal dari organisasi maupun internet masing-masing 4,26 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa informasi objek wisata alam TWA Gunung Meja dari
publikasi atau promosi masih sangat minim.
d. Penilaian Wisatawan terhadap Kondisi TWA Gunung Meja
Penilaian wisatawan terhadap kondisi objek wisata sangat penting dalam
analisis demand wisata, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kunjungan ke kawasan wisata. Dalam penelitian ini, penilaian wisatawan
terhadap keberadaan TWA Gunung Meja yang dinilai adalah penilaian terhadap
Kondisi fisik, jalan dalam kawasan, kondisi lalu lintas, pemandangan alam,
keamanan dan fasilitas umum yang tersedia di dalam kawasan. Secara lengkap
dapat dilihat pada tabel berikut.
84
Tabel 15. Penilaian Wisatawan terhadap Kondisi TWA Gunung Meja
Penilaian Responden Kriteria Jumlah % Kondisi Fisik Baik 40 85.106 Cukup Baik 7 14.894 Jalan dalam Kawasan Baik 0 0.000 Tidak Baik 47 100.000 Kondisi Lalu Lintas Macet 0 0.000 Tidak Macet 47 100.000 Pemandangan Alam Sangat Indah 38 80.851 Indah 9 19.149 Kurang Indah 0 0.000 Keamanan Aman 29 61.702 Cukup Aman 14 29.787 Kurang Aman 4 8.511 Fasilitas Umum Lengkap 0 0.000 Tidak Lengkap 47 100.000
Sumber : Data diolah (2011)
Tabel 15 menunjukkan bahwa penilaian wisatawan terhadap kondisi fisik
TWA Gunung Meja 85,11 persen menilai masih dalam keadaan baik dan 14,89
persen menilai cukup baik. Penilaian wisatawan terhadap jalan dalam kawasan
TWA Gunung Meja adalah 100 persen dalam keadaan yang tidak baik, karena
hingga saat ini belum ada perbaikan jalan oleh pihak yang bertanggung jawab.
Untuk kondisi lalu lintas menuju ke kawasan TWA Gunung Meja baik melalui
daerah Sarinah maupun daerah Amban, 100 persen wisatawan menilai baik yaitu
tidak macet. Penilaian wisatawan terhadap pemandangan alam menunjukkan
80,85 persen menilai sangat indah dan sisanya yaitu 19,15 persen menilai indah.
Untuk keamanan dalam kawasan TWA Gunung Meja, 61,07 persen wisatawan
menilai aman, 29,79 persen menilai cukup aman dan 8,51 persen menilai tidak
aman. Penilaian wisatawan terhadap ketersediaan fasilitas umum dalam kawasan
TWA Gunung Meja menunjukkan 100 persen wisatawan menilai tidak lengkap.
Hal ini dikarenakan belum tersedianya fasilitas umum di dalam kawasan seperti
MCK, tempat parkir, pos keamanan, tempat sampah dan fasilitas lainnya yang
mendukung kegiatan wisata, sementara pos informasi yang tersedia tidak
berfungsi dan saat ini dalam keadaan yang rusak.
Sejauh ini kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Meja hanya terbatas pada
kunjungan wisata semata belum berkaitan dengan konservasi lingkungan, hal ini
85
terlihat dari rendahnya penghargaan pengunjung terhadap lingkungan misalnya
dengan masih membuang sampah dalam kawasan. Dalam pengembangan wisata
alam, selain dengan pembatasan jumlah wisatawan juga perlu adanya pemberian
pemahaman yang jelas terhadap wisatawan untuk menjaga lingkungan dan
sumberdaya alam dalam kawasan wisata alam sebagai bentuk konservasi.
6.1.3. Elastisitas Permintaan
Elastisitas permintaan menunjukkan sejauh mana jumlah permintaan atau
kunjungan wisatawan merespon perubahan harga dalam hal ini perubahan biaya
perjalanan. Permintaan disebut elastis jika jumlah kunjungan merespon perubahan
biaya perjalanan, sebaliknya disebut inelastis jika jumlah kunjungan tidak
merespon perubahan biaya perjalanan.
Pengukuran elastisitas permintaan atau jumlah kunjungan ke TWA Gunung
Meja diukur berdasarkan kegiatan utama wisata alam, dengan prinsip untuk
memprediksi kegiatan wisata utama di TWA Gunung Meja yang sangat berekasi
atau merespon perubahan biaya perjalanan yang dikeluarkan. Adapun rumus
elastisitas permintaan dapat ditulis sebagai berikut :
𝐄 =𝚫 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐮𝐧𝐣𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧
𝚫 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧𝐚𝐧
atau
𝐄 =
𝐐𝟐 − 𝐐𝟏𝐐𝟏 𝐱 𝟏𝟎𝟎
𝐏𝟐 − 𝐏𝟏𝐏𝟏 𝐱 𝟏𝟎𝟎
di mana :
Q1 = Jumlah kunjungan terendah pada 1 tahun terakhir
Q2 = Jumlah kunjungan tertinggi pada 1 tahun terakhir
P1 = Biaya perjalanan pada jumlah kunjungan terendah
P2 = Biaya perjalanan pada jumlah kunjungan tertinggi
Berdasarkan rumus di atas, maka perhitungan elastisitas permintaan
berdasarkan kegiatan utama wisata alam secara rinci dijabarkan pada tabel berikut
:
86
Tabel 16. Elastisitas Permintaan Wisata Alam TWA Gunung Meja berdasarkan Kegiatan Utama Wisata
No. Kegiatan Utama Wisata Alam
Jumlah Kunjungan
(Q)
Biaya Perjalanan
(P) %ΔQ %ΔP Elastisitas
1. Hiking
2 Rp. 195.000,- 100 (62,56) (1,60) 4 Rp. 73.000,- 2. Menikmati panorama/
Photo Hunting 2 Rp. 80.000,- 200 (18,75) (10,67)
6 Rp. 65.000,- 3. Penelitian/
studi banding 2 Rp. 92.000,- 150 (21,20) (7,08)
5 Rp. 72.500,- 4. Pengamatan flora dan
Fauna 2 Rp. 90.000,- 100 (23,33) (4,29)
4 Rp. 69.000,- 5. Kunjungan Situs
Bersejarah 2 Rp. 116.667,- 200 (40) (5)
6 Rp. 70.000,- 6. Caving 3 Rp. 212.000,- 66,67 8,49 7,85 5 Rp. 230.000,- Sumber : Data diolah (2011)
Kolom jumlah kunjungan (Q) menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan
berdasarkan masing-masing kegiatan wisata alam di TWA Gunung Meja selama 1
tahun terakhir, yang menggambarkan jumlah kunjungan terendah dan tertinggi.
Sedangkan kolom biaya perjalanan menunjukkan jumlah biaya yang dikeluarkan
wisatawan untuk berkunjung ke TWA Gunung Meja pada kunjungan terendah dan
tertinggi. Besarnya perubahan jumlah kunjungan (ΔQ) diperoleh dari jumlah
kunjungan tertinggi dikurangi dengan kunjungan terendah, dibagi dengan
kunjungan terendah kemudian dikalikan dengan 100 sebagai bentuk persentase,
demikian juga dengan perhitungan perubahan biaya perjalanan (ΔP) diperoleh dari
biaya perjalanan yang dikeluarkan untuk kunjungan tertinggi dikurangi dengan
kunjungan terendah, dibagi dengan biaya perjalanan untuk kunjungan terendah
kemudian dikalikan dengan 100 sebagai bentuk persentase.
Berdasarkan perhitungan elastisitas permintaan berdasarkan tujuan wisata
pada Tabel 16, maka terlihat bahwa permintaan wisata untuk hiking, menikmati
panorama/photo hunting, penelitian/studi banding, pengamatan flora dan fauna
serta kunjungan ke situs bersejarah elastis terhadap biaya perjalanan yaitu elastis
negatif. Sedangkan untuk permintaan wisata untuk kegiatan caving memiliki
elastisitas positif, dimana kenaikan biaya perjalanan justru meningkatkan jumlah
kunjungan, dengan kata lain permintaan terhadap caving tidak berpengaruh
dengan kenaikan harga atau biaya perjalan. Hal ini menggambarkan dua hal yaitu
: (1). Kegiatan caving merupakan kegiatan yang ekslusif dibanding dengan
87
kegiatan wisata lain di TWA Gunung Meja, karena Goa alam tidak terdapat pada
objek wisata lain di Kota Manokwari sehingga kegiatan wisata alam ini hanya
dapat dilakukan di TWA Gunung Meja; (2). Kegiatan caving menjadi “Snobbish
demand of tourism” yaitu kegiatan ekowisata yang didasarkan pada sebuah
kebanggaan jika melakukan kegiatan ini karena selain kegiatan ini hanya dapat
dilakukan di TWA Gunung Meja, untuk menuju ke goa alam dalam kawasan ini
harus menempuh jalan yang cukup sulit karena terletak di dalam hutan dan tidak
ada jalan setapak menuju goa alam, sehingga menjadi sebuah tantangan bagi para
wisatawan yang pada umumnya adalah pecinta alam. Kegiatan Caving juga
merupakan satu-satunya kegiatan ekowisata di TWA Gunung Meja yang
dilakukan dari sore hari hingga malam hari sehingga dibanding dengan kegiatan
lainnya, kegiatan Caving membutuhkan waktu hingga 4 jam. Karena itu,
tambahan biaya untuk Caving menjadi lebih besar baik karena sulitnya medan
biaya juga dibutuhkan untuk tambahan konsumsi, jasa pemandu wisata dan
masyarakat lokal, serta jasa penginapan losmen yang terletak di kaki gunung.
Dari elastisitas masing-masing tujuan wisata, terlihat tujuan wisata ke TWA
Gunung Meja untuk menikmati panorama/photo hunting memiliki elastisitas
tertinggi dibanding dengan tujuan lainnya yaitu 10,67. Hal ini berarti bahwa
respon perjalanan untuk menikmati panorama/photo hunting terhadap perubahan
harga dalam hal ini biaya perjalanan lebih tinggi dibanding dengan tujuan lainnya.
Besarnya elastisitas berikutnya adalah perjalanan wisata ke TWA Gunung Meja
dengan tujuan untuk penelitian/studi banding yaitu 7,08, kemudian tujuan untuk
berkunjung ke situs bersejarah sebesar 5, diikuti dengan tujuan untuk pengamatan
flora dan fauna dengan besar elastis sebesar 4, 29 dan yang terakhir adalah tujuan
wisata untuk hiking dengan besar elastis adalah 1,60.
Kunjungan ke TWA Gunung Meja dengan tujuan hanya untuk menikmati
panorama/photo hunting memiliki reaksi atau respon yang sangat tinggi terhadap
perubahan biaya perjalanan yaitu sebesar 10,67 yang berarti persentase perubahan
jumlah kunjungan 10,67 kali lebih besar dari perubahan biaya perjalanan. Hal ini
disebabkan karena adanya substitusi objek wisata lain, dimana kegiatan untuk
menikmati panorama/photo hunting bisa dilakukan di tempat atau objek wisata
lainnya, sehingga sangat merespon adanya perubahan harga atau biaya kunjungan.
88
Tambahan biaya untuk kegiatan menikmati panorama/photo hunting juga lebih
kecil dibanding kegiatan ekowisata lainnya karena kegiatan yang hanya sekedar
menikmati panorama alam /photo hunting tidak membutuhkan biaya yang besar.
Sementara kunjungan ke TWA Gunung Meja dengan tujuan utama hiking
memiliki respon yang sangat kecil terhadap perubahan harga atau biaya perjalanan
yaitu sebesar 1,60 yang berarti besarnya persentase jumlah kunjungan untuk
kegiatan ini 1,60 kali lebih besar dari persentase perubahan biaya kunjungan.
Kecilnya respon jumlah kunjungan terhadap perubahan biaya terhadap kunjungan
hiking disebabkan tidak adanya substitusi untuk kegiatan ini, karena TWA
Gunung Meja merupakan satu-satunya tempat wisata hutan dalam Kota
Manokwari sehingga hanya kawasan ini yang menarik dijadikan tempat untuk
kegiatan hiking. Selain itu, tambahan biaya untuk kegiatan ini juga lebih besar
dibanding dengan kegiatan wisata lainnya, misalnya biaya konsumsi untuk
kegiatan ini lebih besar dibanding kegiatan lain karena kegiatan hiking
membutuhkan waktu yang lebih lama dengan luasan kawasan yang digunakan
lebih luas. Hiking di kawasan ini biasanya dilakukan oleh kelompok pecinta alam,
kelompok pemuda gereja dan mahasiswa/siswa, dengan rute dimulai dari pintu
masuk daerah Amban, sepanjang jalan setapak dalam kawasan, keluar pintu
gerbang di daerah Sarinah, kemudian berjalan sepanjang jalan di pinggir kawasan
TWA Gunung Meja melewati Kampung Ayambori dan Susweni dan berakhir di
Pantai Pasir Putih.
Kegiatan wisata alam untuk pengamatan flora fauna memiliki elastisitas
sebesar 4,29 yang berarti persentase perubahan jumlah kunjungan 4,29 kali lebih
besar dari perubahan biaya perjalanan. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan
oleh dosen beserta mahasiswa dari Fakultas MIPA dan Kehutanan, yang
dilakukan pada beberapa titik dalam kawasan. Kegiatan wisata alam untuk
kunjungan ke situs bersejarah memiliki elastisitas sebesar 5 yang berarti
persentase perubahan jumlah kunjungan untuk kegiatan ini 5 kali lebih besar dari
perubahan biaya perjalanan. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling sering
dikunjungi ke TWA Gunung Meja, karena objek wisata yang paling terkenal
dalam kawasan TWA Gunung Meja adalah Tugu Jepang. Kegiatan ekowisata ini
pada umumnya dilakukan oleh keluarga yang ingin memperkenalkan peninggalan
89
bersejarah Perang Dunia II kepada anak-anak mereka, sekaligus menikmati
keindahan Kota Manokwari karena dari Tugu Jepang para pengunjung juga dapat
menikmati keindahan Kota Manokwari. Kegiatan wisata untuk penelitian/studi
banding memiliki elastisitas sebesar 7,08 yang berarti persentase perubahan
jumlah kunjungan 10,08 kali lebih besar dari perubahan biaya perjalanan.
Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh dosen dan mahasiswa dari Fakultas
Ekonomi dan Fakultas Kehutanan.
6.2. Nilai Ekonomi Wisata Alam
Untuk mengetahui nilai ekonomi sumberdaya alam yang atraktif bagi
rekreasi digunakan pendekatan proxy yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
mengkonsumsi jasa dari sumberdaya alam tersebut, dalam hal ini ditunjukkan
oleh besarnya biaya perjalanan atau Travel Cost. Metode tersebut digunakan
untuk mengestimasi nilai ekonomi dari sisi permintaan atau dari wisatawan,
sementara untuk mengestimasi nilai ekonomi wisata dari sisi penawaran atau dari
masyarakat dihitung manfaat ekonomi yang diperoleh dari kegiatan wisata alam di
TWA Gunung Meja.
6.2.1. Travel Cost Method (TCM)
Ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi
berdasarkan Travel Cost Method (TCM) yaitu pendekatan sederhana melalui
zonasi dan pendekatan individual. Namun, dalam penelitian ini teknik yang
digunakan adalah pendekatan individual yaitu dengan menggunakan data dari
survey. Pendekatan melalui zonasi tidak digunakan karena tidak tersedianya data
sekunder jumlah kunjungan di TWA Gunung Meja.
a. Jumlah Kunjungan
Jumlah kunjungan pengunjung atau wisatawan ke TWA Gunung Meja
mencerminkan tingkat kesukaan dan kepuasan terhadap kunjungan sebelumnya.
Artinya, semakin banyak frekuensi wisatawan berkunjung ke TWA Gunung Meja,
maka kondisi tersebut menggambarkan tingkat kesukaan dan kepuasan kunjungan
terhadap TWA Gunung Meja. Jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Gunung
Meja dalam setahun terakhir ditunjukkan pada Tabel berikut.
90
Tabel 17. Frekuensi Kunjungan ke TWA Gunung Meja Setahun Terakhir
Frekuensi Kunjungan (kali) Jumlah Orang %
2 3 4 5 6
14 16 11 3 3
29,79 34.04 23.40 6.38 6.38
Total 47 100 Sumber : Data diolah (2011)
Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan sudah berkunjung
sebanyak 3 kali yaitu sebanyak 16 orang (34,04 persen), selanjutnya adalah
wisatawan yang sudah dua kali berkunjung sebanyak 14 orang (29,79 persen) dan
wisatawan yang berkunjung sudah 4 kali sebanyak 11 orang (23,40 persen),
sedangkan wisatwan yang sudah berkunjung 5 kali dan 6 kali masing-masing 3
orang (6,38 persen), dan wisatawan yang baru pertaman kali berkunjung yaitu 1
orang (2,13 persen).
Tabel 17 juga menunjukkan bahwa semua responden (100 persen) sudah
mengetahui keberadaan TWA Gunung Meja sebagai objek wisata karena sudah
pernah berkunjung ke TWA Gunung Meja sebelumnya.
b. Biaya Perjalanan (Travel Cost)
Komponen biaya perjalanan merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh
wisatawan untuk sampai ke TWA Gunung Meja hingga kembali ke tempat
tinggal. Biaya perjalanan tersebut terdiri dari biaya transportasi, biaya akomodasi,
biaya konsumsi dan biaya komunikasi. Jumlah biaya perjalanan berdasarkan
komponen-komponen biaya tersebut disajikan pada Gambar berikut.
93
Berdasarkan hasil analisis regresi linear (lampiran 1) dengan melakukan
pengujian melalui metode enter diketahui bahwa nilai R Square (R2) sebesar 0,643
dan adjusted R2 sebesar 0,544 yang berarti bahwa 64,3 persen keragaman dapat
dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya yaitu sebesar 35,7 persen dijelaskan
oleh variabel di luar model. Nilai Fhitung sebesar 6,497 dengan nilai sig sebesar
0,000 yang menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas dalam model secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke TWA
Gunung Meja. Dengan pengujian autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson
diperoleh sebesar 1,716 atau selang nilai statistik DW adalah du< DW < 4-dudi
mana nilai du (n=47, k=3)adalah 1,6692, yang berarti tidak ada autokorelasi atau
korelasi serial antara sisaan. Dengan pengujian multikolinear terlihat bahwa tidak
ada korelasi antara variabel-variabel bebas, hal ini dapat dilihat dari besaran VIF
masing-masing variabel yang lebih kecil dari 10. Dari hasil analisis regresi linear,
maka model yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Qij = 2,272 - 0,231Cij - 0,314J + 0,423M + 0.007A + 0,142P + 0,1180E + 0,160P1
+ 0,196P2 + 0,036P3
Berdasarkan fungsi permintaan di atas terlihat besaran konstanta adalah
2,272 yaitu rata-rata nilai Qij jika variabel lainnya sama dengan nol. Dari fungsi
persamaan tersebut variabel yang berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan
ke TWA Gunung Meja adalah biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung,
jarak, pendapatan dan persepsi pengunjung terhadap keindahan di TWA Gunung
Meja.
Variabel biaya perjalanan memiliki nilai sig sebesar 0,009 yang berarti
bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke
TWA Gunung Meja pada taraf (α) 99 persen. Sedangkan Nilai Koefisien biaya
perjalanan terhadap jumlah kunjungan sebesar -0,231 yang berarti bahwa jika
terjadi perubahan biaya perjalanan sebesar 1 persen maka tingkat kunjungan
wisatawan akan berubah sebesar 0,231 persen. Tanda negatif dari nilai elasitisitas
tersebut menunjukkan hubungan terbalik antara biaya perjalanan dengan jumlah
kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Meja, di mana jika terjadi kenaikan biaya
perjalanan maka akan menyebabkan turunnya jumlah kunjungan wisatawan begitu
pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan, bahwa semakin tinggi
94
harga dalam hal ini biaya perjalanan, maka jumlah permintaan dalam hal ini
jumlah kunjungan akan berkurang begitupun sebaliknya.
Variabel jarak memiliki nilai sig sebesar 0,007 yang berarti bahwa variabel
ini berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Gunung
Meja pada taraf (α) 99 persen. Sedangkan nilai koefisien atau elastisitas jarak
terhadap jumlah kunjungan bertanda negatif (+) yang mengindikasikan bahwa
semakin jauh jarak wisatawan dengan lokasi, maka kunjungan ke TWA Gunung
Meja akan berkurang. Nilai Koefisien jarak terhadap jumlah kunjungan sebesar -
0,314 yang berarti bahwa jika terjadi perubahan biaya perjalanan sebesar 1 persen
maka tingkat kunjungan wisatawan akan berkurang sebesar 0,314 persen. Tanda
negatif dari nilai elasitisitas tersebut menunjukkan hubungan terbalik antara biaya
perjalanan dengan jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Meja, di mana
jika terjadi kenaikan biaya perjalanan maka akan menyebabkan turunnya jumlah
kunjungan wisatawan begitu pula sebaliknya.
Variabel pendapatan memiliki nilai sig sebesar 0,013 yang berarti bahwa
variabel ini berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke TWA
Gunung Meja pada taraf (α) 95 persen. Sedangkan nilai koefisien atau elastisitas
pendapatan terhadap jumlah kunjungan bertanda positif (+) dengan nilai 0,423
yang berarti bahwa jika terjadi kenaikan 1 persen pendapatan, maka akan
menyebabkan meningkatnya jumlah kunjungan sebesaar 0,423 persen. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang, maka alokasi
waktu untuk kunjungan ke tempat wisata juga meningkat.
Variabel persepsi terhadap keindahan memiliki nilai sig sebesar 0,131 yang
berarti bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan
wisatawan ke TWA Gunung Meja pada taraf (α) 85 persen. Sedangkan nilai
koefisien atau elastisitas pendapatan terhadap jumlah kunjungan bertanda positif
(+) dengan nilai 0,196 yang berarti bahwa persepsi terhadap keindahan atau
penilaian terhadap TWA Gunung Meja yang memiliki keindahan akan
menyebabkan meningkatnya jumlah kunjungan sebesaar 0,196 persen. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin banyak persepsi wisatawan terhadap keindahan
TWA Gunung Meja, maka alokasi waktu dan keinginan untuk berkunjung ke
tempat wisata juga meningkat.
95
Variabel penjelas lainnya yang memiliki pengaruh terhadap jumlah
kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Meja yang memiliki nilai sig lebih besar
dari taraf kepercayaan (α) 15 persen yaitu variabel umur, pendidikan, status,
persepsi terhadap kondisi fisik dan keamanan di TWA Gunung Meja. Hal tersebut
menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap
kunjungan wisata di TWA Gunung Meja.
d. Surplus Konsumen
Menurut Fauzi (2004) setelah mengetahui fungsi permintaan, maka
selanjutnya dapat diketahui surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai
WTP terhadap lokasi rekreasi. Surplus konsumen diperoleh dari selisih lebih
antara tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen (dalam hal ini pengunjung)
dengan biaya atau harga yang harus dibayarkan atau dikeluarkan untuk
memperoleh kepuasan tersebut. Tingkat kepuasan wisatawan yang berkunjung ke
TWA Gunung Meja dapat digambarkan sebagai frekuensi atau jumlah kunjungan
wisatawan yang berkunjung ke lokasi tersebut. Dengan demikian, berdasarkan
asumsi tersebut, semakin tinggi tingkat kunjungan wisatawan ke TWA Gunung
Meja maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan wisatawan.
Untuk melakukan kunjungan wisata tersebut dibutuhkan biaya dalam
jumlah tertentu, dimana keseluruhan biaya yang dikeluarkan tersebut merupakan
biaya perjalanan per sekali kunjung ke TWA Gunung Meja. Karena itu, dalam
menghitung surplus konsumen hanya melibatkan biaya perjalanan. Secara
matematis, surplus konsumen dari wisatawan yang berkunjung ke TWA Gunung
Meja dapat diukur dengan menggunakan fungsi permintaan di bawah ini :
LnQ = 2,272 - 0,231Lnc
atau
𝑄 = 9,699𝑐. 0,231
atau
𝑐 = �9,699𝑄
0,231
Selanjutnya untuk menghitung luasan surplus konsumen adalah menghitung
luasan di bawah kurva permintaan sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
96
𝑊𝑇𝑃 ≈ 𝐶𝑆 = � �9,699𝑐0,231� 𝑑𝑐
𝑐1
𝑐0
Berdasarkan data biaya perjalanan, diketahui bahwa jumlah biaya terendah
yang dikeluarkan wisatawan untuk mengunjungi TWA Gunung Meja adalah Rp.
40.000,- dan biaya tertinggi adalah Rp. 500.000,-. Dengan demikian nilai co =
40000 dan c1 = 500000, yang selanjutnya disubstitusikan pada persamaan (12),
sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:
𝑊𝑇𝑃 ≈ 𝐶𝑆 = � �9,699𝑐0,231� 𝑑𝑐
500000
40000
Perhitungan dengan menggunakan software Maple 11 terhadap persamaan
di atas, diperoleh besaran luas wilayah di bawah kurva permintaan sebesar
260674,67 Nilai tersebut merupakan surplus konsumen dari wisatawan yang
berkunjung ke TWA Gunung Meja. Berdasarkan konsep WTP yang dibangun,
maka nilai WTP wisatawan adalah sebesar surplus konsumen yaitu sebesar Rp.
260.674,67,-. Total nilai TCM adalah surplus konsumen dikalikan dengan jumlah
wisatawan, di mana berdasarkan estimasi jumlah wisata yang berkunjung ke TWA
Gunung Meja adalah 1.524 orang per tahun, sehingga total surplus konsumen
adalah Rp. 397.268.197,- per tahun.
Berikut adalah kurva permintaan terhadap kegiatan wisata alam TWA
Gunung Meja.
Gambar 14. Kurva Permintaan terhadap KegiatanWisata Alam
TWA Gunung Meja
Total Kunjungan
Biaya Perjalanan
0 1 2 3 4 5 6
40000
100000
200000
300000
400000
500000
Surplus Konsumen
97
Surplus konsumen yang terlihat pada kurva di atas merupakan luasan di
bawah kurva permintaan yang menunjukkan kesediaan membayar wisatawan di
atas harga pasar dalam hal ini adalah harga terendah yang juga menunjukkan
tingkat kepuasan wisatawan.
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan Muhammmad Iqbal (2008), nilai
ekonomi TWA Laut Pulau Weh di Kota Sabang adalah sebesar Rp.
3.775.293.639,50,- dengan besaran surplus konsumen adalah sebesar Rp.
126.053,21,- per tahun. Dibandingkan dengan surplus konsumen pada TWA
Gunung Meja, diketaui surplus konsumen TWA Gunung Meja lebih besar dari
surplus konsumen pada TWA Laut Pulau Weh. Tetapi nilai ekonomi wisata TWA
Pulau Weh jauh lebih besar dibanding dengan nilai ekonomi wisata TWA Gunung
Meja, karena perhitungan nilai ekonomi pada TWA Laut Pulau Weh merupakan
surplus konsumen dikali dengan jumlah penduduk Kota Sabang, sedangkan pada
perhitungan nilai ekonomi wisata TWA Gunung Meja merupakan perkalian dari
surplus konsumen dengan jumlah pengunjung atau wisatawan yang berkunjung ke
TWA Gunung Meja selama 1 (satu) tahun.
6.2.2. Manfaat Ekonomi
Nilai ekonomi wisata saat ini dari sisi penawaran dihitung dari manfaat
ekonomi kegiatan wisata alam di TWA Gunung Meja. Dengan adanya kegiatan
wisata alam di TWA Gunung Meja berkontribusi terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat di TWA Gunung Meja. Adapun rumus dari total manfaat
ekonomi dari kegiatan wisata dapat ditulis sebagai berikut :
M = Q x P
Di mana :
M = Manfaat dari kegiatan wisata
Q = Jumlah produk/jasa yang dibeli wisatawan
P = Harga produk/jasa
Berdasarkan survei yang dilakukan, sejauh ini kegiatan wisata di TWA
Gunung Meja telah memberikan dampak langsung terhadap kegiatan ekonomi
usaha Rumah Makan, usaha Kios/Warung, Penginapan, Pemandu Wisata, Usaha
Souvenir dan ojek. Penelitian dampak langsung dilakukan terhadap 2 rumah
makan masing-masing terletak di daerah Amban dan Brawijaya yaitu daerah akses
98
masuk ke TWA Gunung Meja, 2 Kios/warung, 2 tempat penginapan yaitu
Losmen Kagum di darah Brawijaya dan Losmen YAT di kampung Ambon Atas,
1 orang Pemandu wisata serta 2 tempat penjualan souvenir bertempat di daerah
Brawijaya.
Dari hasil survei tersebut, maka manfaat langsung kegiatan ekonomi
masing-masing usaha disajikan pada tabel berikut.
Tabel 19. Manfaat Langsung Kegiatan Wisata Alam TWA Gunung Meja
Manfaat Langsung Jumlah Wisatawan*
Tarif/harga Per satuan Total/bulan Total/tahun
Rumah Makan Rumah Makan 1 Rumah Makan 2
Total
60 40
Rp. 20.000,-a
Rp. 1.200.000,- Rp. 800.000,- Rp. 2.000.000,-
Rp. 14.400.000,- Rp. 9.600.000,- Rp. 24.000.000,-
Kios/Warung Kios 1 Kios 2
Total
50 30
Rp. 20.000,-b
Rp. 1.000.000,- Rp. 600.000,- Rp. 1.600.000,-
Rp. 12.000.000,- Rp. 7.200.000,- Rp. 19.200.000,-
Tempat Penginapan
Losmen Kagum Losmen YAT
Total
10 5
Rp. 250.000,-c
Rp. 1.250.000,- Rp. 750.000,- Rp. 2.000.000,-
Rp. 15.000.000,- Rp 9.000.000,- Rp. 24.000.000,-
Pemandu Wisata 8 Rp. 300.000,-d Rp. 2.400.000,- Rp. 28.800.000,- Jasa Souvenir
Jasa Souvenir 1 Jasa Souvenir 2
Total
Rp. 1.500.000,- Rp. 2.000.000,- Rp. 3.500.000,-
Rp. 18.000.000,- Rp. 24.000.000,- Rp. 42.000.000,-
Jasa Ojek Rp. 120.000,- Rp. 1.440.000,- TOTAL Rp. 11.620.000,- Rp. 139.440.000,-
Sumber : Data diolah (2011) Keterangan : * = jumlah wisatawan diasumsikan sama setiap bulan; a = per porsi; b = makanan ringan dan minuman; c = per malam; d = per trip
Perhitungan manfaat ekonomi dari kegiatan wisata diasumsikan selalu sama
atau dengan kata lain aspek seasonality diabaikan. Hal ini dilakukan karena
keterbatasan waktu penelitian untuk memperhatikan musim kunjungan atau
waktu-waktu dimana jumlah pengunjung ke TWA paling banyak atau sebaliknya.
Karena itu jumlah wisatawan setiap bulan selalu dianggap sama berdasarkan
jumlah wisatawan ketika penelitian dilakukan.
Berdasarkan hasil perhitungan manfaat langsung dari wisata di TWA
Gunung Meja tererhadap kegiatan ekonomi masyarakat seperti disajikan pada
tabel di atas, terlihat bahwa total manfaat langsung per bulan adalah Rp.
11.620.000,- dan per tahun Rp. 139.440.000,-. Manfaat langsung tertinggi dari
99
kegiatan wisata berada pada usaha ekonomi souvenir yaitu besar Rp. 42.000.000,-,
hal ini dikarenakan wisatawan yaitu wisatawan asing begitu tertarik dengan
souvenir khas Papua. Manfaat langsung dari kegiatan wisatawan berikutnya
adalah terhadap tempat penginapan dalam hal ini Losmen sebesar Rp.
24.000.000,-. Manfaat langusung terhadap penginapan yang teridentifikasi hanya
terbatas pada Losmen Kagum dan Losmen YAT, karena dua losmen tersebutlah
yang direkomendasikan kepada wisatawan asing yang ingin berkunjung di TWA
Gunung Meja karena kedua losmen tersebut terletak di kaki Gunung Meja dan
menyediakan Pemandu wisata yang siap mengantar ke TWA Gunung Meja serta
ke masyarakat pengrajin souvenir khas Papua. Manfaat kegiatan wisata terhadap
usaha rumah makan sebesar sama dengan manfaat untuk usaha losmen yaitu
sebesar Rp. 24.000.000,- dan berikutnya usaha kios/warung sebesar Rp.
19.200.000,- serta manfaat terhadap ojek yaitu Rp. 1.440.000,- per tahun. Manfaat
bagi Ojek yang bermukim di sekitar TWA Gunung Meja sangat kecil, karena yang
menggunakan jasa ojek hanya wisatawan asing yang menginap di Losmen Kagum
atau Losmen YAT yang akan ke TWA, dengan tarif pergi-pulang sebesar Rp.
8.000,-.
Dari tabel 19 juga terlihat bahwa kontribusi dari kegiatan wisata alam
terhadap masyarakat pelaku usaha di sekitar TWA Gunung Meja sebagian besar
untuk usaha souvenir, pemandu wisata dan losmen. Manfaat langsung dari
kegiatan wisata di TWA Gunung Meja dinilai masih sangat kecil, baik dari segi
jumlah pelaku usaha di sekitar kawasan yang menerima manfaat maupun dari
jumlah finansial. Sedikitnya pelaku usaha yang menerima manfaat dan masih
kecilnya jumlah yang diterima, disebabkan karena TWA Gunung Meja belum
dikembangkan sebagai objek wisata alam, belum ada tempat usaha dalam
kawasan yang dibangun sehingga penerima manfaat langsung dari kegiatan wisata
hanya terpusat pada daerah dekat pintu masuk kawasan yaitu Amban dan Sarinah.
Kegiatan wisata alam di TWA Gunung Meja selain berdampak langsung
terhadap pelaku usaha di sekitar TWA Gunung Meja, juga memberikan dampak
tidak langsung bagi kegiatan ekonomi yaitu aktivitas ekonomi lanjutan dari
pembelanjaan unit usaha penerima dampak langsung. Secara tidak langsung
kegiatan ekowisata di TWA Gunung Meja memberikan manfaat bagi Tenaga
100
Kerja yang bekerja pada sektor usaha Rumah Makan, Losmen dan Souvenir, dan
penyedia input atau bahan baku bagi pelaku usaha Rumah Makan, Kios, dan
Losmen dan Usaha Souvenir. Total manfaat tidak langsung dari kegiatan wisata
alam di TWA Gunung Meja secara lengkap disajikan pada tabel berikut.
Tabel 20. Manfaat Tidak Langsung dari Kegiatan Wisata Alam di TWA
Gunung Meja Dampak Total/Bulan Total/Tahun
Tenaga Kerja Usaha Rumah Makan Usaha Losmen Usaha Souvenir
Total Manfaat bagi Tenaga Kerja
Rp. 479.050,- Rp. 714.500,- Rp. 700.000,- Rp. 1.893.550,-
Rp. 5.748.600,- Rp. 8.574.000,- Rp. 8.400.000,- Rp. 22.722.600,-
Penyedia Bahan Baku (Input) Usaha Rumah Makan Usaha Kios Usaha Losmen Usaha Souvenir
Total Manfaat bagi Penyedia Input
Rp. 756.800,- Rp. 1.120.000,- Rp 500.150,- Rp. 350.000,- Rp. 2.726.950,-
Rp. 9.081.600,- Rp. 13.440.000,- Rp. 6.001.800,- Rp. 4.200.000,- Rp. 32.723.400,-
Total Rp. 4.620.500,- Rp. 55.446.000,- Sumber : Data Diolah (2011)
Hasil perhitungan manfaat langsung dari kegiatan wisata alam terhadap
pelaku usaha diketahui bahwa kontribusi kegiatan wisata alam terhadap
penerimaan kotor masing-masing pelaku usaha adalah sebagai berikut : Rumah
Makan 1 adalah 5,71 persen, Rumah Makan 2 adalah 5 persen, Losmen Kagum
dan Losmen YAT masing-masing sebesar 14,29 persen dan Souvenir 1 dan
Souvenir 2 masing-masing sebesar 50 persen. Adapun upah untuk untuk tenaga
kerja yang bekerja pada masing-masing usaha adalah sebagai berikut : Rumah
Makan 1 dan Rumah Makan 2 adalah sebesar Rp. 1.100.000,-, Losmen Kagum
dan Losmen YAT sebesar Rp. 1.000.000,-, Souvenir 1 dan Souvenir 2 sebesar Rp.
700.000,-, sedangkan usaha kios tidak memperkerjakan tenaga kerja. Jumlah yang
dikeluarkan untuk membeli bahan baku adalah sebagai berikut : Rumah Makan 1
sebesar Rp. 8.000.000,- dan Rumah Makan 2 sebesar Rp. 6.000.000,-, Losmen
Kagum sebesar Rp. 2.000.000,- dan Losmen YAT sebesar Rp. 1.500.000,-,
Souvenir 1 sebesar Rp. 300.000,- dan Souvenir 2 sebesar Rp. 400.000,-, Kios 1
sebesar Rp. 1.000.000,- dan Kios 2 sebesar Rp. 600.000,-. Perhitungan manfaat
101
tidak langsung kegiatan wisata alam terhadap tenaga kerja maupun penyedia
bahan baku diperoleh dari perkalian kontribusi kegiatan wisata terhadap pelaku
usaha dengan besarnya upah tenaga kerja maupun jumlah yang dikeluarkan untuk
bahan baku. Untuk perhitungan secara rinci disajikan pada Lampiran 4.
Tabel 20 menunjukkan bahwa total manfaat tidak langsung dari kegiatan
wisata alam di TWA Gunung Meja Rp. 4.620.500,- per bulan atau Rp.
55.446.000,- per tahun. Dengan demikian secara lengkap total dampak atau
manfaat dari kegiatan wisata alam di TWA Gunung Meja adalah dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 21. Total Manfaat Ekonomi dari Kegiatan Wisata Alam di TWA Gunung Meja
Manfaat Ekonomi Total/Bulan Total/Tahun Manfaat Langsung Rp. 11.620.000,- Rp. 139.440.000,- Manfaat Tidak Langsung Rp. 4.620.500,- Rp. 55.446.000,- Total Manfaat Ekonomi Rp. 16.240.500,- Rp.194.886.000,-
Sumber : Data Diolah (2011)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 21 terlihat bahwa total dampak
ekonomi dari kegiatan wisata alam di TWA Gunung Meja sebesar Rp.
16.240.500,- per bulan atau Rp. 194.886.000,- per tahun. Manfaat-manfaat
tersebut adalah manfaat ekonomi yang diidentifikasi dari sisi penawaran dalam
hal ini adalah pelaku usaha yang bermukim di sekitar kawasan TWA Gunung
Meja. Manfaat ekonomi dari sisi permintaan yaitu manfaat yang dihitung dari
pengeluaran wisatawan atau biaya perjalanan yang dikeluarkan wisatawan yang
berkunjung ke TWA Gunung Meja. Adapun total biaya perjalanan dari 47
responden adalah sebesar Rp. 6.640.000,-, sehingga rata-rata pengeluaran per
wisatawan adalah sebesar Rp. 141,276,60,-. Adapun perkiraan jumlah pengunjung
ke TWA Gunung Meja per tahun adalah sebanyak sebesar 1.524 orang. Dengan
demikian total biaya perjalanan wisatawan ke TWA Gunung Meja per tahun
adalah sebesar Rp. 215.305.532,-, dengan distribusi pengeluaran sebagai berikut :
biaya konsumsi sebesar 40,39 persen, biaya transportasi yaitu sebesar 32,35
persen, biaya akomodasi sebesar 15,06 persen, Biaya pemandu wisata sebesar
12,05 persen dan penggunaan untuk komunikasi sebesar 0,15 persen. Dampak
langsung dari pengeluaran wisatawan selengkapnya disajikan pada tabel berikut.
102
Tabel 22. Manfaat Langsung dari Pengeluaran Wisatawan ke TWA Gunung Meja Dampak Langsung Total per tahun
Transportasi Rp. 69.650.043,- Akomodasi Rp. 32.425.532,- Konsumsi Rp. 86.965.277,-
Pemandu Wisata Rp. 25.940.426,- Komunikasi Rp. 324.255,-
Total Rp. 215.305.532,- Sumber : Data diolah (2011)
Berdasarkan tabel 22 di atas terlihat bahwa manfaat terbesar dari
pengeluaran wisatawan adalah untuk konsumsi yaitu sebesar Rp. 86.965.277,- per
tahun. Manfaat berikutnya adalah untuk transportasi yaitu Rp. 69.650.043,- per
tahun, yang diikuti oleh manfaat terhadap losmen sebesar Rp. 32.425.532,- per
tahun, manfaat terhadap jasa pemandu wisata sebesar Rp. 25.940.426,- per tahun
dan komunikasi sebesar Rp. 324.255,- per tahun.
6.2.3. Total Nilai Ekonomi Wisata Alam TWA Gunung Meja
Total nilai ekonomi wisata alam TWA Gunung Meja dihitung dari sisi
permintaan dan sisi penawaran, dimana dari sisi permintaan dihitung surplus
konsumen yang dihitung melalui pendekatan Travel Cost Method sedangkan dari
sisi penawaran dihitung surplus produsen yang diperoleh dari perhitungan manfaat
ekonomi dari kegiatan wisata di TWA Gunung Meja. Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh nilai ekonomi dari sisi produsen yaitu sebesar Rp.
397.268.197, sementara dari sisi penawaran yaitu manfaat ekonomi dari kegiatan
wisata alam sebesar Rp. 194.886.000,-, sehingga total nilai ekonomi wisata TWA
Gunung Meja saat ini adalah adalah sebesar Rp. 592.154.197,-.
6.3. Nilai Pengembangan Wisata Alam TWA Gunung Meja
Nilai pengembangan wisata alam TWA Gunung Meja dihitung berdasarkan
metode Contingent Valuation Method (CVM) atau Willingness to Pay (WTP)
yaitu nilai yang bersedia dibayar atau disumbangkan oleh wisatawan maupun
masyarakat terhadap pengembangan wisata alam berkelanjutan TWA Gunung
Meja untuk waktu mendatang, dengan tingkat pendapatan sekarang.
103
6.3.1. WTP Wisatawan terhadap Pengembangan Wisata Alam
Untuk mengetahui besar nilai kesediaan membayar wisatawan terhadap
pengembangan wisata alam berkelanjutan, maka tahapannya adalah sebagai
berikut:
a. Hipotesis Pasar (Skenario)
Langkah awal dalam menghitung besarnya WTP wisatawan terhadap
pengembangan wisata alam melalui kesediaan membayar tiket masuk TWA
Gunung Meja adalah membuat skenario pasar. Pembuatan skenario harus
menggambarkan informasi yang lengkap tentang kondisi kawasan yaitu TWA
Gunung Meja yang akan dikembangkan.
Berikut adalah skenario pasar yang dibangun :
TWA Gunung Meja memiliki nila estetika/keindahan yang terbentuk atas
perpaduan antara :
1. Posisi kawasan yang melatarbelakangi Kota Manokwari, yang pada
beberapa sisinya terdapat tebing dan lereng curam yang menampakkan
panorama alam yang indah (laut biru, pegunungan, Pulau Mansinam dan
Pulau Lemon) dan Pemandangan Kota Manokwari;
2. Memiliki keanekaragaman dan keendemikan flora dan fauna;
3. Memiliki beberapa Goa yang menarik; dan
4. Memiliki Nilai Historis (berdirinya Tugu Jepang)
Berdasarkan 4 hal tersebut, Gunung Meja sangat potensial bagi
pengembangan wisata alam, dimana jika kegiatan wisata alam telah berkembang
di kawasan ini maka kawasan ini akan semakin menarik untuk dikunjungi.
Sayangnya, saat ini keberadaan Gunung Meja sedang terancam karena adanya
kegiatan-kegiatan yang berkontribusi terhadap kerusakan kawasan, bahkan
beberapa spesies di dalam kawasan ini telah punah dan banyak lagi yang terancam
punah, karena adanya aktivitas perburuan. Karena itu, dalam rangka
pengembangan wisata alam berkelanjutan dan agar kawasan ini tetap terjaga,
diperlukan dana, dan Anda sebagai wisatawan yang berkunjung ke kawasan
Gunung Meja diminta keterlibatannya melalui kesediaan membayar sejumlah
dana berupa pembayaran tiket masuk. Dana tiket masuk tersebut pada akhirnya
akan digunakan untuk pengembangan wisata alam TWA Gunung Meja ke depan.
104
Berapa dana yang bersedia Anda bayar untuk pengembangan wisata alam
tersebut, dengan kisaran Rp. 1.000,- sampai Rp. 10.000,-.
b. Nilai Lelang (Bids), Nilai Rata-rata WTP dan total WTP
Kesediaan membayar wisatawan terhadap pengembangan wisata alam
melalui kesediaan membayar tiket masuk ternyata berkisar antara Rp. 1.000,-
sampai Rp. 5.000,-. Pengunjung tidak bersedia membayar lebih dari Rp. 5.000,-
karena pembayaran tiket masuk ke tempat wisata di Manokwari belum lazim.
Distribusi frekuensi kesediaan membayar responden, nilai rata-rata dan total WTP
tersaji pada tabel berikut.
Tabel 23. Distribusi Frekuensi, Rata-rata WTP dan Total WTP Wisatawan
WTP Frekuensi
(Responden) Frekuensi
Relatif (Pfi) Total
Wisatawan Rata-rata
WTP Total WTP
Rp. 1.000,- 20 0,43 649 Rp. 425,53,- Rp. 648.511,-
Rp. 2.000,- 8 0,17 259 Rp. 340,43,- Rp. 518.809,-
Rp. 3.000,- 6 0,13 195 Rp. 382,98,- Rp. 583.660,-
Rp. 4.000,- 3 0,06 97 Rp. 255,32,- Rp. 389.106,-
Rp 5.000,- 10 0,21 324 Rp. 1.063,83,- Rp. 1.621.277,-
Total 47 1 1.524 Rp. 2.468,09,- Rp. 3.761.362,- Sumber : Data diolah (2011)
Berdasarkan tabel 23 sebagian besar responden yaitu 43 persen bersedia
membayar Rp. 1.000,- untuk pengembangan wisata alam TWA Gunung Meja.
Berikutnya responden yang bersedia membayar Rp. 5.000,- 21 persen, diikuti
dengan kesediaan membayar sebesar Rp. 2.000,- sebanyak 17 persen. Selanjutnya
responden yang bersedia membayar sebesar Rp. 3.000,- sebanyak 13 persen dan
diikuti dengan kesediaan membayar sebesar Rp. 4.000,- sebanyak 6 persen.
Dengan demikian rata-rata WTP masyarakat terhadap pengembangan wisata alam
adalah sebesar Rp. 2.468,09-.
Nilai WTP wisatawan terhadap pengembangan wisata alam TWA Gunung
Meja melalui kesediaan membayar tiket masuk dihitung berdasarkan data
distribusi WTP responden dikalikan dengan jumlah wisatawan dari tiap nilai
WTP. Hasil perkalian tersebut kemudian ditotalkan hingga didapatkan total WTP
wisatawan terhadap pengembangan wisata alam berkelanjutan di TWA Gunung
Meja. Maka dari hasil perhitungan berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa total
WTP atau besarnya nilai yang bersedia disumbangkan oleh wisatawan yang
105
berkunjung ke TWA Gunung Meja untuk pengembangan wisata alam di kawasan
tersebut sebesar Rp. 3.733.800,-.
b. Kurva Lelang WTP
Kurva lelang WTP diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai
variabel dependen, di mana untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kesediaan membayar digunakan persamaan matematis OLS, di mana variabel
yang didiuga akan menjelaskan variabel respon terdiri dari 7 (tujuh) variabel yaitu
jarak, pendapatan, umur, pekerjaan, pendidikan, status dan Persepsi terhadap
TWA Gunung Meja berupa kondisi fisik, keindahan alam dan keamanan. Berikut
adalah hasil regresi dengan menggunakan software SPSS.
Tabel 24. Hasil Regresi Linear dari Kesediaan Membayar Wisatawan Terhadap Pengembangan Wisata Alam di TWA Gunung Meja
Variabel Koefisien Sig VIF Tingkat Pengaruh Constant 8,887 0,023 Jarak -0,091 0,656 1,261 Tidak nyata Pendapatan 1,029 0,000 2,048 Nyata* Umur 0,320 0,054 1,644 Nyata** Pekerjaan 0,173 0,484 1,193 Tidak nyata Pendidikan 0,121 0,652 1,506 Tidak nyata Status 0,402 0,160 1,534 Tidak nyata Persepsi Kondisi Fisik 0,055 0,853 1,751 Tidak nyata Persepsi Keindahan Alam 0,213 0,381 1,319 Tidak nyata
Persepsi Keamanan 0,142 0,300 1,439 Tidak nyata R2 dan Adj R2 52,9% dan 41,4% Fhitung 4,610 (sig 0,000) Durbin Watson 2,307 : du (n=47, k=2) : 1,6204
Sumber : Data Olahan (2011) Keterangan : * Tingkat Kepercayaan 99%; **Tingkat Kepercayaan 90%
Berdasarkan hasil analisis regresi linear (lampiran 2) dengan melakukan
pengujian melalui metode enter diketahui bahwa nilai R Square (R2) sebesar 0,529
dan adjusted R2 sebesar 0,414 yang berarti bahwa 52,9 persen keragaman dapat
dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya yaitu sebesar 47,1 persen dijelaskan
oleh variabel di luar model. Nilai Fhitung sebesar 4,610 dengan nilai sig sebesar
0,000 yang menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas dalam model secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar (WTP) untuk
pengembangan wisata alam. Dengan pengujian autokorelasi menggunakan uji
Durbin Watson diperoleh sebesar 2,301 atau selang nilai statistik DW adalah du<
106
DW < 4-dudi mana nilai du (n=120, k =3) adalah 1,6204, yang berarti tidak ada
autokorelasi atau korelasi serial antara sisaan. Dengan pengujian multikolinear
terlihat bahwa tidak ada korelasi antara variabel-variabel bebas, hal ini dapat
dilihat dari besaran VIF masing-masing variabel yang lebih kecil dari 10. Dari
hasil analisis regresi linear, maka model yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
WTP = 8,887 – 0,091J + 1,029M + 0,320A + 0,173P + 0,121E + 0,402S
+ 0,055P1 + 0,213P2 + 0,142P3
Berdasarkan model yang dihasilkan dengan analisis regresi diketahui
variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar adalah
pendapatan pada tingkat kepercayaan 99 persen serta umur pada tingkat
kepercayaan 90 persen.
Variabel pendapatan memiliki nilai sig sebesar 0,000 yang berarti bahwa
variabel ini berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar masyarakat terhadap
pengembangan wisata alam pada taraf (α) 1 persen. Sedangkan nilai koefisien
variabel ini adalah 1,029 yang berarti bahwa jika terjadi perubahan pendapatan
sebesar 1 persen maka WTP akan berubah sebesar 1,029 persen. Tanda positif
dari nilai elasitisitas tersebut menunjukkan hubungan positif antara tingkat
pendapatan dengan WTP, di mana jika terjadi kenaikan pendapatan maka akan
menyebabkan meningkatnya WTP begitu pula sebaliknya.
Variabel umur memiliki nilai sig sebesar 0,054 yang berarti bahwa variabel
ini berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar masyarakat terhadap
pengembangan wisata alam pada taraf (α) 10 persen. Sedangkan nilai koefisien
variabel ini yang bertanda positif (+) sebesar 0,320 yang berarti bahwa semakin
tua umur seseorang maka kesediaannya membayar meningkat sebesar 0,320
persen. Ini menunjukkan tingkat kematangan umur seseorang dalam hal ini adalah
wisatawan mempengaruhi kepedulian terhadap pengembangan wisata alam di
TWA Gunung Meja.
Variabel penjelas lainnya yang memiliki pengaruh terhadap kesediaan
membayar wisatawan untuk pengembangan wisata alam melalui kesediaan
membayar tiket masuk adalah variabel jarak, pekerjaan, pendidikan, status dan
persepsi wisatawan terhadap TWA Gunung Meja yang memiliki nilai sig lebih
besar dari taraf kepercayaan (α) 10 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa
107
variabel-variabel tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap kesediaan membayar
untuk pengembangan wisata alam di TWA Gunung Meja.
Berdasarkan nilai WTP responden wisatawan terhadap pengembangan
wisata alam TWA Gunung Meja, didapatkan kurva seperti berikut.
Responden (orang)
Gambar 15. Kurva WTP Responden Wisatawan terhadap Pengembangan Wisata Alam TWA Gunung Meja
Dari kurva di atas terlihat bahwa jumlah responden wisatawan yang bersedia
membayar untuk pengembangan wisata alam cenderung semakin sedikit seiring
dengan peningkatan nilai WTP.
6.3.2. WTP Masyarakat terhadap Pengembangan Wisata Alam
a. Hipotesis Pasar (Skenario)
Seperti halnya pada perhitungan WTP wisatawan terhadap pengembangan
wisata alam, langkah awal dalam estimasi WTP masyarakat terhadap
pengembangan wisata alam adalah Pembuatan skenario yang harus
menggambarkan informasi yang lengkap tentang kondisi kawasan yaitu TWA
Gunung Meja yang akan dikembangkan. Berikut adalah skenario pasar yang
dibangun :
TWA Gunung Meja memiliki nila estetika/keindahan yang terbentuk atas
perpaduan antara :
0500
10001500200025003000350040004500
3 6 8 20
WTP (rupiah/orang)
108
1. Posisi kawasan yang melatarbelakangi Kota Manokwari, yang pada
beberapa sisinya terdapat tebing dan lereng curam yang menampakkan
panorama alam yang indah (laut biru, pegunungan, Pulau Mansinam dan
Pulau Lemon) dan Pemandangan Kota Manokwari;
2. Memiliki keanekaragaman dan keendemikan flora dan fauna;
3. Memiliki beberapa Goa yang menarik; dan
4. Memiliki Nilai Historis (berdirinya Tugu Jepang)
Berdasarkan 4 hal tersebut, Gunung Meja sangat potensial bagi pengembangan
wisata alam, di mana jika wisata alam telah berkembang di kawasan ini maka
akan memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat di sekitar
Gunung Meja, baik sekarang maupun yang akan datang. Sayangnya, saat ini
keberadaan Gunung Meja sedang terancam karena adanya kegiatan-kegiatan yang
berkontribusi terhadap kerusakan kawasan, bahkan beberapa spesies di dalam
kawasan ini telah punah dan banyak lagi yang terancam punah, karena adanya
aktivitas perburuan. Karena itu, dalam rangka pengembangan wisata alam dan
agar kawasan ini tetap terjaga, diperlukan dana, dan Anda sebagai masyarakat
yang tinggal di kawasan Gunung Meja diminta keterlibatannya. Berapa dana
yang bersedia Anda bayar untuk pengembangan wisata alam tersebut, dengan
kisaran Rp. 1.000,- sampai Rp. 20.000,-.
b. Nilai Lelang (Bids), Nilai Rata-rata WTP dan Total Nilai WTP
Hasil survei terhadap 120 kepala keluarga yang bermukim di sekitar
kawasan TWA Gunung Meja menunjukkan bahwa 100 persen responden setuju
dengan program pengembangan wisata alam di TWA Gunung Meja dan bersedia
untuk ikut terlibat dalam program tersebut, ditunjukkan dengan kesediaan
membayar. Kesediaan membayar masyarakat terhadap pengembangan wisata
alam berkisar antara Rp. 1.000,- sampai Rp. 12.000,- terlihat pada tabel berikut
109
Tabel 25. Distribusi Frekuensi, Rata-rata WTP dan Total WTP Masyarakat
WTP Frekuensi
(Responden) Frekuensi
Relatif (Pfi) Total
Populasi Rata-rata
WTP Total WTP
Rp. 1.000,- 24 0,20 15.973 Rp. 200,- Rp. 15.972.600,-
Rp. 2.000,- 29 0,24 19.300 Rp. 483,- Rp. 38.600.450,-
Rp. 3.000,- 18 0,15 11.979 Rp. 450,- Rp. 35.938.350,-
Rp. 4.000,- 13 0,11 8.652 Rp. 433,- Rp. 34.607.300,-
Rp 5.000,- 24 0,20 15.973 Rp. 1.000,- Rp. 79.863.000,-
Rp. 6.000,- 4 0,03 2.662 Rp. 200,- Rp. 15.972.600,-
Rp. 7.000,- 2 0,02 1.331 Rp. 117,- Rp. 9.317.350,-
Rp. 8.000,- 2 0,02 1.331 Rp. 133,- Rp. 10.648.400,-
Rp 9.000,- 1 0,01 666 Rp. 75,- Rp. 5.989.725,-
Rp. 10.000,- 2 0,02 1.331 Rp. 167,- Rp. 13.310.500,-
Rp. 12.000,- 1 0,01 666 Rp. 100,- Rp. 7.986.300,-
Total 120 1 79.863 Rp. 3.358,- Rp. 268.206.575,- Sumber : Data diolah (2011)
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden yaitu 24 persen bersedia
membayar Rp. 2.000,- untuk pengembangan wisata alam TWA Gunung Meja.
Berikutnya responden yang bersedia membayar Rp. 1.000,- dan Rp. 5.000,-
masing-masing sebanyak 20 persen, diikuti dengan kesediaan membayar sebesar
Rp. 3.000,- sebanyak 15 persen. Selanjutnya responden yang bersedia membayar
sebesar Rp. 4.000,- sebanyak 11 persen yang diikuti dengan kesediaan membayar
sebesar Rp. 6.000,- sebanyak 3 persen. Berikutnya responden yang bersedia
membayar sebesar Rp. 7.000,- dan Rp. 8.000,- masing-masing sebanyak 2 persen
diikuti dengan responden yang bersedia membayar sebesar Rp. 9.000,- dan Rp.
12.000,- sebanyak 1 persen. Dengan demikian rata-rata WTP masyarakat
terhadap pengembangan wisata alam adalah sebesar Rp. 3.358,-.
Nilai WTP masyarakat terhadap pengembangan wisata alam TWA Gunung
Meja dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden dikalikan dengan
populasi dari tiap nilai WTP. Hasil perkalian tersebut kemudian ditotalkan hingga
didapatkan total WTP masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di TWA
Gunung. Berdasarkan perhitungan pada tabel di atas, diketahui bahwa total WTP
atau besarnya nilai yang bersedia disumbangkan oleh masyarakat Manokwari
untuk pengembangan wisata alam di TWA Gunung Meja adalah sebesar Rp.
268.206.575,-.
110
c. Kurva Lelang WTP
Kurva lelang WTP diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai
variabel dependen, di mana untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kesediaan membayar digunakan persamaan matematis OLS, di mana variabel
yang didiuga akan menjelaskan variabel respon terdiri dari 7 (tujuh) variabel yaitu
Asal, Umur, Lama Menetap, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Jumlah
Tanggungan dan Persepsi. Berikut adalah hasil regresi dengan menggunakan
software SPSS.
Tabel 26. Hasil Regresi dari Kesediaan Membayar Masyarakat Terhadap Pengembangan Wisata Alam di TWA Gunung Meja
Variabel Koefisien Sig VIF Tingkat Pengaruh Constant 7,378 0,0004 Pendapatan 1,001 0,000 1,686 Nyata* Suku 0,134 0,220 1,435 Tidak nyata Umur 0,008 0,970 1,230 Tidak nyata Pendidikan 0,112 0,458 1,410 Tidak nyata Jumlah Keluarga 0,029 0,807 1,324 Tidak nyata Pekerjaan 0,010 0,917 1,630 Tidak nyata Lama Menetap 0,129 0,016 1,662 Nyata** Persepsi Keindahan dan keanekaragaman Hayati 0,004 0,969 1,652 Tidak nyata
Persepsi Situs Bersejarah 0,135 0,251 1,105 Tidak nyata Persepsi Manfaat Ekonomi 0,098 0,318 1,148 Tidak nyata
R2 dan Adj R2 48,3% dan 43,5% Fhitung 10,166 (sig 0,000) Durbin Watson 1,804 : du (n=120, k=3) : 1,7536
Sumber : Data Olahan (2011) Keterangan : * Tingkat Kepercayaan 99% ; ** Tingkat Kepercayaan 95%
Berdasarkan hasil analisis regresi linear (lampiran 3) dengan melakukan
pengujian melalui metode enter diketahui bahwa nilai R Square (R2) sebesar 0,483
dan adjusted R2 sebesar 0,435 yang berarti bahwa 48,3 persen keragaman dapat
dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya yaitu sebesar 51,7 persen dijelaskan
oleh variabel di luar model. Nilai Fhitung sebesar 10,166 dengan nilai sig sebesar
0,000 yang menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas dalam model secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar (WTP) untuk
pengembangan wisata alam. Dengan pengujian autokorelasi menggunakan uji
Durbin Watson diperoleh sebesar 1,804 atau selang nilai statistik DW adalah du<
DW < 4-dudi mana nilai du (n=120, k =3) adalah 1,7536, yang berarti tidak ada
111
autokorelasi atau korelasi serial antara sisaan. Dengan pengujian multikolinear
terlihat bahwa tidak ada korelasi antara variabel-variabel bebas, hal ini dapat
dilihat dari besaran VIF masing-masing variabel yang lebih kecil dari 10. Dari
hasil analisis regresi linear, maka model yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
WTP = 7,378 + 1,001Pdn + 0,134S + 0,008U + 0,112Pdk + 0,029JK
+ 0,010Pkr + 0,129LM + 0,004P1 + 0,135P2 + 0,098P3
Berdasarkan model yang dihasilkan dengan analisis regresi diketahui
variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar adalah
pendapatan pada tingkat kepercayaan 99 persen serta lama menetap pada tingkat
kepercayaan 95 persen.
Variabel pendapatan memiliki nilai sig sebesar 0,000 yang berarti bahwa
variabel ini berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar masyarakat terhadap
pengembangan wisata alam pada taraf (α) 1 persen. Sedangkan nilai koefisien
variabel ini adalah 1,001 yang berarti bahwa jika terjadi perubahan pendapatan
sebesar 1 persen maka WTP akan berubah sebesar 1,001 persen. Tanda positif
dari nilai elasitisitas tersebut menunjukkan hubungan positif antara tingkat
pendapatan dengan WTP, di mana jika terjadi kenaikan pendapatan maka akan
menyebabkan meningkatnya WTP begitu pula sebaliknya.
Variabel lama menetap memiliki nilai sig sebesar 0,016 yang berarti bahwa
variabel ini berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar masyarakat terhadap
pengembangan wisata alam pada taraf (α) 5 persen. Sedangkan nilai koefisien
variabel ini yang bertanda positif (+) sebesar 0,129 yang berarti bahwa semakin
lama waktu menetap seseorang akan meningkatkan WTP sebesar 0,171 persen.
Variabel penjelas lainnya yang memiliki pengaruh terhadap kesediaan
membayar masyarakat untuk pengembangan wisata alam adalah variabel suku,
umur, pendidikan, jumlah keluarga dan pekerjaan yang memiliki nilai sig lebih
besar dari taraf kepercayaan (α) 10 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa
variabel-variabel tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap kesediaan membayar
untuk pengembangan wisata alam di TWA Gunung Meja.
Berdasarkan nilai WTP responden masyarakat terhadap pengembangan
wisata alam TWA Gunung Meja, didapatkan kurva seperti berikut.
112
Responden (orang)
Gambar 16. Kurva WTP Responden Masyarakat terhadap Pengembangan Wisata Alam TWA Gunung Meja
Dari kurva di atas terlihat bahwa jumlah responden masyarakat yang
bersedia membayar untuk pengembangan wisata alam cenderung semakin sedikit
seiring dengan peningkatan nilai WTP.
6.3.3. Total Nilai Pengembangan Wisata Alam
Total nilai pengembangan wisata alam merupakan penjumlahan dari
kesediaan membayar wisatawan dan masyarakat terhadap pengembangan wisata
alam dimana total kesediaan membayar wisatawan adalah sebesar Rp. 3.733.800,-
dan kesediaan membayar masyarakat adalah sebesar Rp. 268.206.575,-, sehingga
total nilai pengembangan wisata alam TWA Gunung Meja adalah sebesar Rp.
271.940.375,-.
Analisis ekonomi yang dilakukan berupa identifikasi pasar yaitu
permintaan, penawaran dan elastisitas pemintaan terhadap kegiatan wisata alam,
perhitungan nilai ekonomi wisata alam untuk waktu sekarang dan nilai
pengembangan wisata alam untuk waktu yang akan datang atau nilai potensial
dari TWA Gunung Meja. Dari hasil analisis tersebut disimpulkan bahwa TWA
Gunung Meja menawarkan estetika, keanekaragaman hayati dan non hayati serta
didukung dengan kemudahan aksesibilitas dan ketersediaan akomodasi. Dari sisi
permintaan, masing-masing tujuan utama kunjungan ke TWA Gunung Meja
elastis terhadap perubahan biaya perjalanan, dengan tingkat elastis tertinggi
adalah kegiatan menikmati panorama/photo hunting dan tingkat elastis terendah
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
1 2 4 13 18 29
WTP (rupiah/orang)
113
adalah Hiking. Nilai ekonomi wisata alam saat ini sebesar yaitu sebesar Rp.
592.154.197,- per tahun, dan nilai pengembangan wisata alam yaitu nilai atau
sejumlah uang yang siap disumbangkan atau dibayarkan oleh wisatawan dan
masyarakat untuk pengembangan wisata alam sebesar Rp. 271.940.375,-.
Selain itu, dari hasil perhitungan surplus konsumen diperoleh rata-rata
surplus konsumen atau wisatawan adalah sebesar Rp. 5.546,27,-, lebih besar dari
besarnya WTP wisatawan untuk pembayaran tiket yaitu sebesar Rp. 2.468,09,-.