vi. pengolahan tanah

Upload: marsusyi

Post on 13-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

III

VI. PENGOLAHAN TANAH

A. Penyiapan Lahan

Aspek penyiapan lahan yg perlu diperhatikan :

1. Pemilihan lokasi:

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi/lahan ialah: aspek agroekologi, daya dukung lahan, ekonomi, sosial-budaya, dan sejarah lahan.

a). Aspek agroekologi:

Meliputi kondisi agroklimat (terutama type iklim), dan fisiografi wilayah (elevasi, topografi, arah kemiringan lereng). Untuk usaha perkebunan atau budidaya massal, perlu adanya studi kesesuaian lahan untuk jenis tanaman yang akan dibudidayakan.

Hubungan antara elevasi dan peruntukannya (Sahat, 1991).DataranPeruntukan

Rendah (0300 m dpl)Tanaman tropika

Medium (300800 m dpl)Adaptasi tanaman subtropika

Tinggi (> 800 m dpl)Tanaman subtropika

Kelas kemampuan lahan

Kelas Cagar AlamHutanPadang rumput utk ternakPertanian & pengolahan tanah

terbatassedangintensifSangat terbtsTerba-tasSe-dangintensif

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

Kelas I, II, III ( sesuai untuk tan. pangan Kelas VI ( sesuai untuk agroforestry

Kelas IV ( marginal untuk tan. Pangan

Kelas V ( sesuai untuk tan. tahunan Kelas VII & VIII ( hanya sesuai untuk hutan lindung dan cagar alam

b). Daya dukung lahan Lahan memiliki kesuburan fisik yang baik. Dekat dengan sumber air dalam jumlah memadai.

Merupakan hamparan yang landai.c). Aspek ekonomi Relatif dekat dengan pasar.

Dekat dengan akses transportasi.

d). Aspek sosial budaya Petani di sekitar lahan diupayakan sudah mengenal dan pernah membudidayakan tanaman yang akan dibudidayakan.

Wilayahnya relatif bebas dari kriminalitas.

e). Sejarah lahan Perlu diketahui riwayat lahan yang akan ditanami, apakah pernah terinfeksi penyakit atau terserang OPT atau tidak, dsb. Hindari lahan yang pernah ditanami jenis tanaman yang sama atau famili yang sama.

B. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah adalah tindakan memecah gumpalan tanah menjadi butiran tanah yang lebih halus.

( Tujuan:a. Menggemburkan tanah agar perakaran dapat tumbuh normalb. Membenamkan gulma atau sisa tanaman ke dalam tanah

c. Memperbaiki tata udara, tata air dan keremahan tanah agar benih dan kecambah dapat tumbuh dan berkembang.d. Mengendalikan gulma dan membersihkan tanah.e. Mengatur lahan menjadi bedengan, guludan atau petak pertanaman( Sistem pengolahan tanah :a. Sistem bedengan: lazim diterapkan pada lahan kering untuk pertanaman sayuran, padi gogo, palawija, bunga potong dan tanaman obat-obatan.

b. Sistem parit, untuk bawang merah, lombok, pepaya.

c. Sistem Reynoso: khusus untuk budidaya tebu

d. Sistem sawah: untuk budidaya padi.

e. Sistem lubang: untuk tanaman keras/berkayu/tahunan (karet, cacao, buah-buahan, dll).

( Teknik pengolahan tanah :a. No tillage atau zero tillage:

Disebut juga tanam tanpa olah tanah (TOT). Lazim dipraktekkan untuk budidaya palawija pada lahan bekas pertanaman padi (sudah dipanen). Pada kondisi tersebut, tanah sudah tidak tergenang air dan masih remah sehingga tidak perlu diolah lagi. Secara ekonomis TOT menguntungkan karena tidak perlu biaya olah tanah.b. Minimum tillage:

Dilakukan dg mengolah tanah di tempat atau pada bagian lahan yang akan ditanami saja. Tanah di sekitar lubang/baris tanam tidak diolah sama sekali, tetapi hanya dibersihkan gulmanya. Tujuannya ialah mengurangi biaya olah tanah atau menghindari erosi tanah (terutama lahan miring atau lahan kering di musim hujan).c. Heavy tillage:

Pengolahan tanah berat dilakukan dengan teknik mencangkul dan membalik tanah (glebagan atau buruhan), yang dibedakan menjadi:

Buruhan dangkal : tanah dicangkul dan dibalik 1 2 kali dengan kedalaman olah 20 30 cm. Biasanya untuk budidaya sayuran, bunga potong dan padi gogo.

Buruhan dalam : tanah dicangkul dan dibalik 2 3 kali sampai kedalaman olah 40 cm. Umum untuk budidaya tanaman umbi (terutama kentang) dan padi sawah.

d. Sweep tillage:

Pengolahan tanah ringan yang dilakukan hanya pada permukaan tanah tanpa pembalikan tanah. Umumnya dipraktekkan pada tanaman sayuran berumur pendek (caisin, bayam cabut, dll).( Teknik pengaturan bidang tanam (plant bed) :

Rata (flat), seperti pada lahan sawah atau tegalan

Bedengan : bidang tanah yang lebih tinggi dari tanah asal dan rata

Guludan : gundukan tanah yang lebih tinggi dari tanah asal, dengan bidang tanam sempit dan memanjang, yang digunakan untuk tanaman berumbi.

Keuntungan sistem guludan :

Lapisan tanah atas (untuk perakaran) menjadi lebih tebal.

Pengaturan tata air (drainase) lebih mudah, karena parit/got antar guludan dapat dimanfaatkan untuk pengairan dan pembuangan air.

Mengurangi erosi karena aliran permukaan (run off).

Mempermudah penyiangan gulma dan pemanenan (tan berumbi).

C. Konservasi Tanah dan Air

"tindakan untuk mempertahankan daya dukung tanah dan air agar dapat dimanfaatkan untuk budidaya secara berkelanjutan"Tujuan :

1. Melindungi tanah dari curah hujan

2. Menghambat aliran permukaan (run off)3. Memperbesar infiltrasi air dan kapasitas menahan air (water holding capacity)4. Meningkatkan daya tahan tanah terhadap kerusakan

Teknik konservasi :

1. Mekanis Mengelola lahan secara fisik dengan cara membentuk dan mengatur permukaan tanah atau membuat bangunan pendukung. Termasuk dalam teknik ini adalah: pembuatan teras pada lahan berlereng curam, pembuatan rorak dan tanggul, selokan atau parit drainase. Untuk konservasi air teknik yang sering digunakan adalah pembuatan cek-dam, embung, atau bahka waduk (dam).

2. Kultur teknisUpaya konservasi lahan dengan cara menanam tanaman budidaya sejajar kontur atau berlawanan arah lereng, penanaman tanaman penguat teras, tumpangsari tanaman tahunan dengan tanaman semusim, agroforestry (perhutanian).

3. Vegetatif Teknik vegetatif adalah tindakan konservasi lahan dengan menanam tanaman penutup tanah (cover crop) di lahan yang terbuka atau ruang terbuka di antara barisan tanaman pokok. Jenis tanaman yang digunakan Vigna husei, Centrosema pubescens, Calopogonium muconoides dll. Penerapan tanaman penutup tanah umum dilakukan oleh perkebunan besar, seperti perkebunan karet atau sawit.4. Perlakuan tanah (soil treatment)

Yaitu tindakan memperkuat atau melindungi agregat tanah dari percikan air hujan yang dapat menyebabkan run off atau erosi. Perlakuan tanah dilakukan dengan pemulsaan (mulching), aplikasi zat kimia (soil conditioner), dan pembenah tanah.

Mulching: menutup permukaan tanah dengan bahan organik (jerami padi) atau anorganik (mulsa platik). Conditioner : mencampurkan bahan kimia pada tanah yang telah diolah. Contoh: PAA (Poly Acrilyc Acid), PVA (Poly Venyl Amida) dan Bitumen (emulsi aspal).

Pembenah tanah: aplikasi bahan pembenah tanah ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik tanah (terutama lahan pasir), agar lahan pasir mampu menahan air dan memiliki kapasitas tukar kation yang baik. Bahan pembenah tanah dapat berupa pupuk kandang, yang biasanya dikombinasi dengan tanah liat (clay).

Peruntukan lahanyang sesuai

DASAR-DASAR AGRONOMI

VI - 5