web viewguru dapat membuat pertanyaan untuk ... ada dua macam media yang digunakan untuk ... siswa...

122
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan oleh siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Hampir seluruh guru yang mengajar, tak terkecuali bahasa Indonesia, selalu memberikan penjelasan materi pelajaran kepada siswa melalui proses lisan. Untuk memahami penjelasan guru, siswa harus menyimak dengan baik. Jika tidak, siswa menemui kegagalan dalam proses pembelajaran. Begitu pentingnya keterampilan menyimak dalam kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan senang ketika pembelajaran menyimak berita dimulai. Dari kegiatan menyimak berita tersebut guru sebagai fasilitator seharusnya bisa meningkatkan kemampuan menyimak berita siswa dengan model pembelajaran yang efektif dan menarik bagi siswa. Greene dan Petty (via Tarigan, 1979:4) mengemukakan bahwa keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan menyimak yang efektif banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif dalam keterampilan-keterampilan berbahasa yang lain.

Upload: vantu

Post on 02-Mar-2018

223 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan oleh

siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Hampir seluruh guru yang

mengajar, tak terkecuali bahasa Indonesia, selalu memberikan penjelasan materi

pelajaran kepada siswa melalui proses lisan. Untuk memahami penjelasan guru,

siswa harus menyimak dengan baik. Jika tidak, siswa menemui kegagalan dalam

proses pembelajaran.

Begitu pentingnya keterampilan menyimak dalam kegiatan pembelajaran,

siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan

senang ketika pembelajaran menyimak berita dimulai. Dari kegiatan menyimak

berita tersebut guru sebagai fasilitator seharusnya bisa meningkatkan kemampuan

menyimak berita siswa dengan model pembelajaran yang efektif dan menarik bagi

siswa. Greene dan Petty (via Tarigan, 1979:4) mengemukakan bahwa

keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan menyimak yang efektif banyak

persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif dalam

keterampilan-keterampilan berbahasa yang lain.

Pembelajaran menyimak berita telah dilakukan oleh guru mata pelajaran

Bahasa Indonesia kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Satu Atap Subah, namun

gambaran yang ada menunjukkan bahwa secara umum hasil tes terhadap siswa

kelas VIII SMP Negeri 6 Satu Atap Subah masih belum memuaskan. Hal ini

didapat dari hasil tes yang diberikan pada tanggal 14 Januari 2016. Hal ini diduga

disebabkan karena siswa kurang berlatih dalam menyimak berita dan proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih kurang menasrik sehingga nilai

ketuntasan belajar hanya mencapai 58,33%. Dari jumlah 12 siswa, hanya 7 siswa

yang tuntas belajar dan 5 siswa belum mencapai nilai KKM yang diharapkan yaitu

70. Siswa masih kurang konsentrasi dalam menyimak sehingga mereka sulit

memahami dan mengambil intisari berita yang disimak.

2

Kondisi tersebut disebabkan pada kenyataan yang ada di lapangan. Guru

mata pelajaran melakukan proses pembelajaran dengan model konvensional

sehingga siswa kurang mampu mengungkapkan kembali isi bahan simakan.

Proses pembelajaran menyimak berita ini pun dilakukan dengan guru

membacakan bahan simakan tanpa mengikutsertakan siswa. Akibatnya, proses

pembelajaran menyimak berita membuat siswa kurang antusias. Selain

keterampilan mengajar guru yang dipandang belum variatif, ketika proses

berlangsung siswa asyik bermain sendiri, kurang antusias, cepat merasa bosan,

dan kegiatan diskusi atau kerja kelompok berlangsung hanya sedikit siswa yang

memperhatikan dan bertanggungjawab mengerjakan tugas kelompok, sehingga

ada anggota kelompok aktif dan tidak aktif. Berdasarkan kedua hal tersebut,

akibatnya hasil belajar siswa menjadi rendah.

Atas dasar kenyataan lapangan tersebut maka perlu diterapkan sebuah

model pembelajaran baru yang belum pernah diterapkan saat proses pembelajaran

dilakukan di SMP Negeri 6 Satu Atap Subah. Model pembelajaran tersebut adalah

Numbered Heads Together dengan media audio visual yang dapat membantu

meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak berita.

Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) dengan memberikan

kesempatan pada siswa untuk memberikan ide dan pertimbangan jawaban yang

paling tepat, selain itu kelebihan pembelajaran NHT mendorong siswa untuk

meningkatkan semangat kerja sama siswa, siswa akan lebih kreatif dan aktif,

siswa terlatih menyampaikan pendapat atau hasil pemikirannya di depan kelas,

siswa belajar menghargai perbedaan pendapat dengan orang lain, dan hubungan

antar siswa akan semakin erat. Menurut Hamdani (2011: 89) NHT adalah model

belajar dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok,

kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.

Penerapan model NHT dengan media audio visual untuk menjawab masalah

kesulitan siswa ketika menyimak berita dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian

ini juga diharapkan mampu memberikan inovasi dalam pembelajaran bahasa dan

sastra Indonesia, khususnya menyimak efektif, menyenangkan, dan bermanfaat

3

khususnya pada siswa SMP Negeri 6 Satu Atap Subah kelas VIII sebagai objek

penelitian.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti

melakukan penelitian tindakan kelas mengenai upaya meningkatkan hasil belajar

siswa kelas VIII dalam pembelajaran menyimak berita melalui model

pembelajaran Numbered Head Together dengan media audio visual di SMP

Negeri 6 Satu Atap Subah. Dipilihnya siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Satu Atap

Subah sebagai lokasi penelitian karena peneliti sebagai guru mata pelajaran

Bahasa Indonesia di sekolah tersebut. Di samping itu, kemampuan siswa kelas VII

menyimak berita masih perlu ditingkatkan lagi. Dalam hal ini judul penelitian

yang akan diteliti adalah “Peningkatan Kemampuan Menyimak Berita

Menggunakan Model Numbered Head Together dengan media audio visual pada

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Satu Atap Subah Tahun Pelajaran 2015/2016”.

B. Masalah Penelitian

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan hasil

keterampilan menyimak pokok-pokok berita melalui model Numbered Heads

Together dengan media audio visual pada siswa kelas VIII semester genap SMP

Negeri 6 Satu Atap Subah tahun pelajaran 2015/2016.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil menyimak pokok-

pokok berita melalui model pembelajaran Numbered Head Together dengan

media audio visual pada siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 6 Satu Atap

Subah tahun Pelajaran 2015/2016.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Guru, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang metode

pengajaran membaca yang dapat meningkatkan kemampuan menyimak

berita siswa SMP. Selanjutnya penelitian ini dapat bermanfaat sebagai

4

solusi bagi guru dalam pemecahan masalah rendahnya kemampuan

menyimak berita.

2. Bagi Siswa, hasil penelitian akan dapat meningkatkan kemampuannya

dalam menyimak berita dengan lebih baik. Antusias siswa dalam

pembelajaran menyimak berita akan bertambah.

3. Bagi Pihak Sekolah, kontribusi hasil penelitian ini adalah bukti konkrit

untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Dengan demikian,

kualitas sekolah juga akan lebih baik.

5

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hakikat Pembelajaran

a. Pembelajaran

Kata pembelajaran berasal dari kata ajar, artinya petunjuk yang diberikan

kepada orang agar diketahui atau diikuti. Sedangkan pembelajaran berarti proses,

cara, perbuatan menjadikan orang belajar. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan

tentang pengertian pembelajaran. Menurut Winataputra (2008: 118) pembelajaran

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan

meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Menurut

Gagne (dalam Rifa’i dan Anni, 2009: 192) pembelajaran merupakan serangkaian

peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal

belajar.

Pembelajaran menurut Rombepajung (dalam Thobroni, 2011: 18) adalah

pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan suatu keterampilan melalui

pelajaran, pengalaman, atau pengajaran. Pembelajaran membutuhkan sebuah

proses yang disadari yang cenderung bersifat permanen dan mengubah perilaku.

Berdasarkan pengertian pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik pada

suatu lingkungan belajar, memanfaatkan berbagai sumber untuk mempelajari

suatu materi. Dalam pembelajaran guru memiliki peran yang penting, sehingga

harus memiliki keterampilan mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran

secara efektif dan efisien.

b. Keterampilan Guru

Guru merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan yang berperan aktif

sebagai tenaga profesional. Sesuai pendapat Sardiman (2012:125) guru memiliki

peran unik dan kompleks dalam proses belajar mengajar, tidak hanya sebagai

pengajar tetapi juga pendidik dan pembimbing siswa. Oleh karena itu, seorang

6

guru harus menguasai keterampilan dasar mengajar. Menurut Anitah (dalam

Afhdila, 2013: 19) keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh seorang

guru antara lain sebagai berikut:

1) Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran.

Membuka pelajaran adalah kegiatan guru menciptakan siap mental dan

menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada pembelajaran. Menurut Marno

(2009: 83) komponen keterampilan membuka pelajaran dengan kegiatan

membangkitkan perhatian atau minat siswa, menimbulkan motivasi, memberikan

acuan, serta struktur dan menunjukkan kaitan. Sedangkan menutup pelajaran

adalah kegiatan mengakhiri inti pelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk

memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa,

mengetahui tingkat pencapaian siswa dan keberhasilan guru dalam pembelajaran.

Komponennya: a) meninjau kembali (review); dan b) melakukan evaluasi.

(Djamarah, 2010:140).

2) Keterampilan Bertanya

Bertanya merupakan kegiatan yang selalu digunakan guru dalam setiap

pembelajaran. Guru dapat membuat pertanyaan untuk seluruh kelas, kelompok

atau individu. Dengan bertanya dapat membantu siswa menerima informasi dan

mengembangkan keterampilan kognitif. Menurut Hasibuan (2010: 62-63)

keterampilan bertanya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu:

keterampilan bertanya dasar dan bertanya lanjut.

3) Keterampilan Menjelaskan

Menjelaskan berarti memberikan informasi atau materi belajar secara lisan,

sistematis dan terencana sehingga memudahkan siswa memahami bahan

pelajaran. Komponennya: a) merencanakan penjelasan; b) menyajikan penjelasan

meliputi kejelasan, penggunaan contoh, cara mengorganisasi, penekanan, dan

balikan (Hasibuan dan Moedjiono, 2009:70).

4) Keterampilan Mengadakan Variasi

Dalam proses pembelajaran, guru harus mengadakan variasi mengajar

siswa. Keterampilan menggunakan variasi dalam kegiatan pembelajaran menurut

7

Hasibuan (2010: 66-67) dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yakni: a)

Variasi dalam gaya mengajar guru, b) Variasi menggunakan media dan bahan-

bahan pengajaran, c) Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.

5) Keterampilan Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas adalah kegiatan guru menciptakan, memelihara kondisi

belajar yang optimal dan mengembalikannya jika terjadi gangguan dalam proses

pembelajaran. Artinya kegiatan menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar

yang efektif dan efisien. Komponennya terdiri dari: a) keterampilan bersifat

preventif meliputi sikap tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian

kelompok; b) keterampilan bersifat represif meliputi modifikasi tingkah laku,

penggunaan pendekatan pemecahan masalah kelompok, penemuan serta

pemecahan tingkah laku yang menimbulkan masalah.

6) Keterampilan Memberikan Penguatan

Memberi penguatan adalah memberikan penghargaan dan persetujuan

terhadap tingkah laku siswa. Penguatan diberikan dengan tujuan meningkatkan

motivasi siswa dalam belajar, mengontrol dan memotivasi perilaku negatif,

menumbuhkan rasa percaya diri, serta memelihara iklim kelas yang kondusif.

Komponen keterampilan ini meliputi: a) penguatan verbal; b) gestural; c)

kegiatan; d) pendekatan; simbol/benda; dan e) sentuhan (Hasibuan dan

Moedjiono, 2009:58).

7) Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu strategi yang memungkinkan

siswa berinteraksi secara kooperatif saling membagi informasi, membuat

keputusan, memecahkan masalah, melibatkan proses berfikir serta saling

menghargai. Menurut Anitah (2009: 8.21) ada 6 komponen keterampilan yang

perlu dikuasai guru dalam membimbing diskusi kelompok kecil antara lain:

a) Memusatkan perhatian

b) Memperjelas masalah dan uraian pendapat

c) Menganalisis pandangan

d) Meningkatkan uraian

e) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi

8

f) Menutup diskusi

8) Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Mengajar kelompok kecil dan perorangan dimaksudkan untuk agar anak

lebih mendapatkan perhatian serta meningkatkan hubungan guru dan siswa.

Hubungan interpersonal, sosial, dan mengorganisasi adalah hal penting untuk

menyukseskan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Komponennya: a)

mengadakan pendekatan secara pribadi; b) membimbing, membantu belajar siswa;

c) mengorganisasikan kegiatan pembelajaran; d) merencanakan, melakukan

kegiatan pembelajaran.

c. Aktivitas Siswa

Menurut Rousseau (dalam Sardiman, 2012:96), pengetahuan itu harus

diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri,

dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri baik secara rohani

maupun teknis. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri,

tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.

Aktivitas belajar merupakan proses interaksi kegiatan jasmani dan rohani,

dibantu oleh faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan.

Dalam kegiatan belajar diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas, proses belajar

tidak dapat berlangsung dengan baik. Sebab pada dasarnya belajar adalah berbuat

untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar jika

tidak ada aktivitas (Sardiman, 2012:95). Menurut Diedrich (dalam Sardiman,

2012: 101) menggolongkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran sebagai

berikut:

1) Visual activities, misalnya; membaca, memerhatikan gambar

demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti; menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,

interupsi.

3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

9

4) Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,

menyalin.

5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

6) Motor activites, misalnya; melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model mereparasi, bemain, berkebun, beternak.

7) Mental activities, misalnya; menanggapi, mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8) Emotional activities, misalnya; menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan aktivitas siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

menyimak pokok-pokok berita melalui model NHT dengan media audio visual

yaitu meliputi visual activities, oral activities, listening activities, writing

activities, mental activities, dan emotional activities karena pada pembelajaran

tersebut siswa tidak melaksanakan drawing activities dan motor activities. Melalui

aktivitas siswa, pembelajaran akan berpusat pada siswa sehingga hasil belajar

keterampilan menyimak pokok-pokok berita melalui model NHT dengan media

audio visual akan tercapai.

2. Hakikat Menyimak

a. Pengertian

Setiap keterampilan itu erat berhubungan dengan proses-proses berfikir

yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin

terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.

Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan

banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan

berfikir (Dawson dalam Tarigan, 1986: 2).

Menurut Musfiroh dan Rahayu (dalam Yunita, 2013: 10), menyimak

merupakan salah satu keterampilan berbahasa dari empat keterampilan yang harus

dikuasai siswa. Menyimak memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan

baik-baik apa yang diucapkan orang lain. Menyimak adalah kegiatan yang sengaja

dilakukan, memiliki target tingkat pemahaman yang dibutuhkan serta

10

memperhatikan aspek-aspek nonkebahasaan, seperti tekanan, nada, intonasi,

ritme, dan jangka suara. Dengan demikian, menyimak merupakan kegiatan

mendengarkan bunyi bahasa secara sungguh-sungguh, seksama, sebagai upaya

memahami ujaran sebagaimana yang dimaksudkan pembicara dengan melibatkan

seluruh aspek mental kejiwaan seperti mengidentifikasi, menginterpretasi, dan

mereaksinya.

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang

lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk

memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna

komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau

bahasa lisan (Tarigan 1994:28). Dengan kata lain, maka menyimak membutuhkan

pemahaman dan perhatian secara lebih untuk mendapatkan suatu informasi.

Akhadi-at (dalam Harviyanto, 2013:23) berpendapat bahwa menyimak adalah

suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa,

mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung

di dalamnya. Dalam keterampilan menyimak, kemampuan menangkap dan

memahami makna pesan baik tersurat maupun yang tersirat yang terkandung

dalam bunyi, unsur kemampuan mengingat pesan, juga merupakan persyaratan

yang harus dipenuhi oleh keterampilan menyimak. Oleh karena itu, menyimak

dapat dibatasi sebagai proses mendengarkan, menyimak, serta

menginterpretasikan lambang-lambang lisan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak

merupakan proses mendengarkan lambang-lambang bunyi untuk mendapatkan

informasi yang dilakukan dengan sengaja dengan penuh perhatian disertai

pemahaman, apresiasi, dan interpretasi dalam menangkap isi dan merespon makna

yang terkandung di dalamnya. Menyimak memiliki makna mendengarkan atau

memperhatikan secara teliti. Faktor kesengajaan dari kegiatan menyimak cukup

besar, lebih besar dari mendengarkan karena dalam kegiatan menyimak ada usaha

memahami sesuatu yang disimaknya, sedangkan dalam kegiatan mendengarkan

tingkatan pemahaman belum dilakukan.

11

b. Tujuan

Pada dasarnya menyimak merupakan suatu peristiwa menerima gagasan,

pesan, atau informasi dari orang lain yang berhubungan dengan fisik dan kejiwaan

seseorang. Bukti dari seseorang bisa memahami pesan tersebut, apabila ia mampu

bereaksi dan memberi tanggapan. Semua kegiatan pasti mempunyai tujuan, begitu

pula dengan kegiatan menyimak. Dalam kegiatan menyimak seorang penyimak

tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai dari hasil menyimak yang

dilakukan.

Menyimak secara singkat merupakan proses mendengarkan untuk

mendapatkan suatu informasi yang diperlukan. Oleh karena itu, menyimak

mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Tarigan (1994:56) menyatakan bahwa

tujuan menyimak, yaitu (1) menyimak untuk belajar dan memperoleh

pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara, (2) menyimak untuk menikmati

keindahan audial, yaitu menyimak dengan menekankan pada penikmatan terhadap

sesuatu dari materi yang diujarkan, diperdagangkan atau dipagelarkan (dalam

bidang seni), (3) menyimak untuk mengevaluasi. Menyimak dengan maksud

menilai apa yang disimak (baik-buruk, indah-jelek, dan lain-lain), (4) menyimak

untuk mengapresiasi materi simakan. Menyimak dengan maksud menikmati serta

menghargai apa yang disimak, misalnya pembacaan puisi, musik, dan lain-lain,

(5) menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri. Orang menyimak

dengan maksud agar dapat mengkomunikasikan ide, gagasan, maupun

perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat, (6) menyimak dengan

maksud dan tujuan dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, (7) menyimak

untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis. Menyimak dengan

maksud memperoleh banyak masukan dari san pembicara, dan (8) menyimak sang

pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang

selama ini diragukan atau menyimak secara persuasif.

Sutari (dalam Harviyanto, 2013:25) merinci lebih jauh tujuan menyimak,

yaitu (1) mendapatkan fakta; (2) menganalisis fakta dan ide. Setelah mendapatkan

fakta atau data, penyimak kemudian melakukan analisis terhadap fakta atau ide

tersebut dengan mempertimbangkan hasil simakan dengan pengetahuan dan

12

pengalamannya; (3) mengevaluasi fakta atau ide. Dalam mengevaluasi fakta, fakta

yang diterima penyimak cukup dinilai akurat dan relevan dengan pengetahuan dan

pengalaman penyimak berarti fakta itu dapat diterima. Sebaliknya apabila fakta

yang diterima kurang bermutu, tidak akurat dan kurang relevan dengan

pengetahuan dan pengalaman penyimak, maka penyimak akan menolak fakta

tersebut; (4) mendapatkan inspirasi. Melalui kegiatan menyimak dapat

memperoleh berbagai macam cara untuk membantu dalam menyelesaikan

masalah yang sedang dihadapi; (5) mendapat hiburan. Untuk memperoleh hiburan

antara lain dapat melakukan dengan menyimak. Misal mendengarkan nyanyian

lewat radio, melihat televisi, dan melihat pertunjukan secara langsung; (6)

memperbaiki kemampuan berbicara.

Dari beberapa tujuan menyimak yang telah diuraikan di atas, tujuan

menyimak dalam penelitian ini adalah mengumpulkan fakta atau informasi yang

berupa pokok-pokok berita. Selain itu, menyimak dalam penelitian ini bertujuan

untuk mendapatkan pengetahuan dan mengevaluasi hal-hal yang pernah

disimaknya.

c. Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Menyimak

Ada bebrapa faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak, dikemukakan

oleh Hunt (dikutip Tarigan 1994:97) menyebutkan ada lima faktor yang

mempengaruhi menyimak, yaitu (1) sikap, (2) motivasi, (3) pribadi, (4) situasi

kehhidupan, dan (5) peranan dalam masyarakat. Sementara itu, Webb (dalam

Tarigan, 1994:97) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi menyimak,

meliputi (1) pengalaman, (2) pembawaan, (3) sikap atau pendirian, (4) motivasi,

daya penggerak, dan (5) perbedaan jenis kelamin. Ditambahkan lagi oleh Logan

(dalam Tarigan, 1986:86), beliau mengemukakan empat faktor yang

mempengaruhi proses menyimak, yaitu (1) faktor lingkungan yang terdiri dari

lingkungan fisik dan lingkungan sosial, (2) faktor fisik, (3) faktor psikologis, dan

(4) faktor pengalaman. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, Tarigan

(1994:99-107) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan

menyimak antara lain:

13

1) Faktor fisik

Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut

menemukan keefektifan serta kualitas keaktifan dalam menyimak.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis yang positif dapat memberi pengaruh yang baik bagi

kegiatan menyimak. Faktor yang menguntungkan bagi kegiatan menyimak,

misalnya pengalaman-pengalaman masa lalu yang sangat menyenangkan yang

telah menemukan minat dan pilihan, kepandaian yang beraneka ragam dan lain-

lain.

3) Faktor pengalaman

Latar belakang pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam kegiatan

menyimak. Kurang atau tidak adanya minat menyimak merupakan akibat dari

pengalaman yang kurang atau tidak sama sekali pengalaman dalam bidang yang

disimak.

4) Faktor sikap

Memahami sikap penyimak merupakan salah satu modal penting bagi

pembicara untuk menarik minat atau perhatian para penyimak. Pada dasarnya

manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai segala hal, yaitu sikap

menerima dan sikap menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang

menarik dan menguntungkan baginya, tetapi bersikap menolak pada hal-hal yang

tidak menarik dan tidak menguntukngkan baginya. Kedua hal ini memberi

dampak positif dan dampak negatif bagi penyimak.

5) Faktor motivasi

Motivasi merupakan salah satu butir penentun keberhasilan seseorang.

Kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu

akan berhasil mencapai tujuan. Begitu pula halnya dengan menyimak.

6) Faktor jenis kelamin

Dari beberapa penelitian, beberapa pakar menarik kesimpulan bahwa pria

dan wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka

memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda pula. Dalam kegiatan menyimak,

sifat, dan gaya menyimak pria dan wanita sanagat berbeda.

14

7) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan menyimak

khususnya terhadap keberhasilan belajar para siswa pada umumnya, baik yang

menyangkut lingkungan fisik (ruang kelas) maupun lingkungan sosial (suasana

sosial kelas).

2. Hakikat Berita

a. Pengertian

Berita merupakan kabar atau informasi yang disampaikan kepada orang

lain. Penyampaian berita dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis baik

langsung atau melalui berbagai media. Untuk pembelajaran menyimak, bahan

simakan berita dapat diambil secara langsung dari penutur atau pembicara,

diskusi, seminar, dan dapat pula diambil dari media radio, televisi, dan

sebagainya.

Djuraid (dalam Harviyanto, 2013:44) menjelaskan bahwa berita adalah

sebuah laporan atau pemberitahuan mengenai terjadinya sebuah peristiwa atau

keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi. Menurut Maessenner (dalam

Harviyanto, 2013:44), berita adalah sebuah informasi yang baru tentang suatu

peristiwa yang penting dan menarik perhatian serta minat pendengar. Berbeda

dengan Charnley (dalam Harviyanto, 2013:44) yang menjelaskan berita adalah

laporan tentang fakta atau opini yang menarik perhatian dan penting yang

dibutuhkan sekelompok masyarakat. Sementara itu, menurut Morris (dalam

Harviyanto, 2013:45) berita adalah suatu yang baru dan penting yang dapat

memberika dampak dalam kehidupan manusia. Sedangkan menurut Hepwood

(dalam Harviyanto, 2013:45), berita adalah laporan pertama dari kejadian yang

penting sehingga dapat menarik kepentingan umum. Charnely dan Neal (dalam

Harviyanto, 2013:45) mendefinisikan berita adalah laporan tercepat tentang suatu

peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting.

Berbeda dengan Newson dan Wollert yang mendefinisikan berita adala apa saja

yang ingin dan perlu diketahui orang (masyarakat).

Beberapa pengertian berita di atas dapat disimpulkan bahwa berita

merupakan laporan yang berisi suatu peristiwa atau kejadian penting yang

15

menarik perhatian orang banyak dan berita itu berisi tentang fakta atau sesuatu

yang baru yang dapat dipublikasikan melalui media cetak atau media elektronik.

Menyimak berita dengan tujuan tersebut termasuk jenis menyimak

komprehensif. Penyimak hendaknya mengetahui apa pesan yang sebenarnya

hendak disimak. Cara menemukan pokok-pokok berita, diantaranya:

a. Mengidentifikasi berita-berita utama dari berita-berita yang dibacakan.

Untuk mengidentifikasi berita utama dari seluruh berita yang dibacakan,

penyimak harus tahu atau tanggap pada posisi mana si pembaca berita meletakkan

penekanan atau berita utama. Umumnya, berita utama diletakkan setelah

pendahuluan alinea, dinyatakan secara singkat, di ulas kembali di sepanjang

berita, kemudian dinyatakan kembali dalam kesimpulan.

b. Menggunakan kata tanya 5W + IH untuk melacak kelengkapan isi berita.

Kata tanya 5W + IH dapat membantu melacak kelengkapan isi berita. Selain

itu, kata itu dapat membatasi/memfokuskan perhatian penyimak agar tidak terlalu

meluas atau menyempit. Dengan cara tersebut. Pokok-pokok berita dapat

ditemukan dengan efektif oleh penyimak berita. Kemampuan lain yang perlu

dimiliki oleh penyimak berita (komprehensif adalah menyimpulkan isi berita yang

didengar/disimak. Kesimpulan adalah data yang tidak disampaikan dalam berita,

tetapi hanya diimplikasikan saja. Kesimpulan adalah asil penaksiran murni dari

penyimak terhadap berita yang di dengar. Karena itu, penyimak berita yang baik

harus dapat menyimak gagasan utama maupun rinciannya secara ekplisit maupun

implisit.

b. Struktur Berita

Sebuah berita pasti memiliki bagian yang disusun secara teratur yang

kemudian membentuk suatu berita yang utuh. Di dalam ilmu jurnalistik teknik

piramida terbalik adalah sistem penulisan di mana isi berita disusun berdasarkan

nilai terpenting yang diprioritaskan atau ditulis terlebih dahulu (Sudarman, 2008:

89). Tujuan dari teknik penulisan piramida terbalik adalah untuk memudahkan

khalayak pembaca bergegas, dengan cepat dapat mengetahui tentang apa yang

terjadi dalam berita (Sudarman, 2008: 89). Pembaca atau pendengar atau pemirsa

Lead

Body

Body

Headline

Headline

Lead

Body

16

ingin segera langsung pada pokok permasalahan yang paling inti, bukan informasi

pelengkapnya (Muda, 2008: 59).

Berita yang baik selain memenuhi persyaratan rumus 5W+1H, harus pula

memenuhi persyaratan bentuk. Dalam jurnalistik, ada yang dikenal dengan bentuk

Piramida Terbalik. Struktur berita langsung pada umumnya mengacu pada

struktur piramida terbalik. Suhandang (2004:115-116), berpendapat bahwa teknik

penulisan berita dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu piramida dan piramida

terbalik. Penulisan dengan piramida ditulis dengan urutan: headline (judul berita),

lead (teras berita), dan body (isi berita). Penulisan dengan konstruksi piramida

terbalik ditulis dengan urutan : lead (teras berita), yang berisi topik utama, body

(isi berita), dan yang terakhir body lagi yang berisi tentang berita yang kurang

penting.

Gambar 1: Struktur berita

Sementara itu, Masduki (dalam Harviyanto, 2013:50) menyatakan bahwa

struktur penulisan berita dengan struktur piramida terbalik dianggap paling cocok

dan khas untuk penulisan berita. Piramida terbalik adalah suatu bentuk penulisan

yang memprioritaskan pemuatan informasi yang penting di depan, kemudian yang

agak penting, dan yang terakhir berita yang kurang penting. Menurut Masduki,

penyajian urutan berita adalah (1) lead in (peristiwa 1), fakta berita yang paling

17

penting (apa, di mana, kapan, dan siapa); (2) peristiwa 2, kronologi yang tidak

begitu penting dari peristiwa 1 (bagaimana dan mengapa), dan (3) lead out

(peristiwa 3), gabungan ulang fakta terpenting dan kronologi menyebutkan

konteks peristiwa lain dengan data, waktu, tokoh, atau peristiwa sebelumnya.

Berdasarkan paparan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan struktur

berita piramida terbalik dapat digambarkan sebagai berikut.

3. Hakikat Model Numbered Heads Together

a. Pengertian

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah

jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered head together

(NHT) Pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) untuk melibatkan

lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran

dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Menurut Trianto (dalam Nugroho, 2009:21) Pembelajaran Numbered Heads

Together (NHT) merupakan salah satu pembelajaran yang termasuk dalam

pembelajarann kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa

siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika

mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam

kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks.

Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama.

Beberapa ahli mengemukakan pengertian model NHT. Menurut Hamdani

(2011: 89) NHT adalah model belajar dengan cara setiap siswa diberi nomor dan

dibuat suatu kelompok, kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.

Iru dan Arihi (dalam Mu’arifin, 2013: 38) mengemukakan pembelajaran

kooperatif NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

menekankan pada struktur-struktur khusus dirancang untuk mempengaruhi pola-

pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan tingkat

akademik.

18

Penomoran berfikir bersama atau NHT menurut Trianto (dalam Nugroho,

2009:39) adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas

tradisional. Hamdani (2009: 90) mengemukakan kelebihan dan kelemahan

menggunakan model NHT. Kelebihanya antara lain; (1) setiap siswa menjadi siap

semua (2) siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh (3) siswa

yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kekuranganya antara

lain; (1) kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru

(2) tidak semua anggota kelompoki dipanggil oleh guru.

Menurut Suherman (dalam Nugroho, 2009:21), NHT adalah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.

Numbered Heads Together (NHT) merupakan suatu tipe model

pembelajaran kooperatif yang merupakan struktur sederhana dan terdiri atas

beberapa tahapan yang digunakan untuk mereview fakta-fakta dan informasi dasar

yang berfungsi untuk mengatur interaksi diantara siswa. Number Head Together

merupakan suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada

aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai

sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Dalam mempresentasikan

hasil diskusi semua siswa diberi nomor sehingga siswa harus terus mengikuti

diskusi untuk menyelesaikan soal dan benar-benar menguasai jawaban. Karena

setiap siswa mempunyai kemungkinan nomornya akan dipanggil oleh guru untuk

mempresentasikan hasil diskusi.

19

b. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model Number Heads Together

Dalam pembelajaran NHT guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh

kelas dengan menggunakan empat langkah. Kempat langkah tersebut adalah

sebagai berikut.

1) Penomoran

Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru

membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga

sampai lima orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1

sampai semua anggota mendapatkan nomor sehingga setiap siswa dalam tim

mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.

2) Mengajukan Pertanyaan

Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan sebuah

pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi

pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan

usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan

tingkat kesulitan yang bervariasi pula.

3) Berpikir Bersama

Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa menyatukan

pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan menjelaskan jawaban kepada

anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-

masing pertanyaan.

4) Pemberian Jawaban

Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa

dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan

jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok

yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya

disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk

menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban

tersebut. (Trianto dalam Nugroho, 2009:22).

20

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT

terhadap siswa yang hasil belajar rendah, antara lain adalah sebagai berikut.

1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

2) Memperbaiki kehadiran

3) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

5) Konflik antara pribadi berkurang

6) Pemahaman yang lebih mendalam

7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

8) Hasil belajar lebih tinggi

Metode Kooperatif Numbered Head Together mempunyai beberapa

kelebihan, diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Setiap siswa menjadi siap semua

2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Kelemahan metode pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together

adalah sebagai berikut.

1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi oleh guru

2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

4. Hakikat Media Audio Visual

Media pembelajaran sangatlah berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran.

Media pembelajaran menurut Munadi (dalam Mu’arifin, 2013: 6) adalah segala

sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara

terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana

penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

Menurut Kustiono (dalam Mu’arifin, 2013: 6) media pembelajaran adalah

setiap alat, baik hardware maupun softwaresebagai media komunikasi untuk

memberikan kejelasan informasi. Media pembelajaran memperlancar komunikasi

guru dan anak didik dalam pembelajaran serta seringkali media mampu

merangsang pikiran, perhatian, dan keinginan belajar siswa yang mendorong

siswa untuk ingin lebih tahu banyak tentang sesuatu hal.

21

Media dalam pengajaran mempunyai banyak jenis. Dalam pembelajaran

media harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan keadaan siswa. Ada dua

macam media yang digunakan untuk kegiatan menyimak, yaitu media audio dan

media audio visual. Akan tetapi media audio visual lebih efektif digunakan karena

kegiatan yang dilakukan adalah mendengar sekaligus melihat kejadian konkret.

Pengertian media audio visual untuk pengajaran, dimaksudkan sebagai bahan

yang mengandung pesan dalam bentuk auditif dan visualisasi, yang dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga terjadi

proses belajar mengajar.

Media audio visual menurut Sufanti (dalam Mu’arifin, 2013: 41) adalah

media pembelajaran yang pemanfaatan untuk dilihat dan untuk sekaligus

didengar. Siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan indera pendengar

dan indera penglihatan sekaligus. Oleh karena itu, dengan media ini guru dapat

menyuguhkan pengalaman-pengalaman yang kongkrit kepada siswa yang sangat

sulit jika materi tersebut diceritakan. Guru tidak perlu ceramah, tetapi siswa sudah

bisa memahami banyak hal dengan media ini. Jenis media audio visual adalah

film bersuara, televisi dan video.

Media audio visual sesuai dengan namanya menurut Hamdani (2011: 249)

merupakan kombinasi audio dan visual atau bisa disebut media pandang-dengar.

Audio visual akan menjadikan penyajian bahan ajar kepada siswa, semakin

lengkap dan optimal. Media audio visual pada dasarnya merupakan media yang

memiliki dua aspek, yakni aspek audio dan aspek visual yang dikemas secara

terpadu. Kelebihan dari media audio visual menurut Kustiono (dalam Mu’arifin,

2013: 42) adalah sebagai berikut:

1) Sangat efektif untuk mengembangkan daya imajinatif siswa2) Mampu menyampaikan pesan-pesan historis sebuah dongengan

atau cerita secara visual3) Efektif untuk demonstrasi pembacaan karya sastra,4) Menyemangatkan belajar siswa melalui alunan musik-musik

instrumental5) Meningkatkan kesemangatan senam atau menari yang tengah

dilatihkan6) Mengembangkan indera visual sekaligus indera auditif siswa

22

7) Mampu memvisualisasikan objek-objek yang berukuran besar dan bahkan yang berukuran sangat kecil

8) Mampu memvisualisasikan objek-objek yang berlokasi jauh dan bahkan objek-objek yang terjadi di masa lampau (objek-objek dokumenter)

9) Mampu memvisualisasikan suatu proses aktivitas tertentu

5. Model Numbered Heads Together dengan Media Audio Visual dalam

Pembelajaran Menyimak Berita

Model Numbered Heads Together merupakan suatu model yang diterapkan

dalam pembelajaran. Dengan penggunaan model NHT dengan media audio visual

maka dalam kegiatan pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan

menyenangkan. Langkah-langkah model Numbered Heads Together dengan

media audio visual pada pembelajaran menyimak berita adalah sebagai berikut.

(1) Guru melaksanakan apersepsi pembelajaran

(2) Guru melaksanakan tanya jawab tentang materi pembelajaran

(3) Guru menjelaskan materi

(4) Siswa dikondisikan menjadi beberapa kelompok beranggotakan

beberapa siswa untuk berdiskusi tentang lembar kerja siswa yang akan

diberikan oleh guru.

(5) Siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor kepala

(6) Guru menayangkan berita secara audio visual

(7) Guru memberikan lembar kerja siswa untuk didiskusikan secara

berkelompok.

(8) Siswa mendiskusikan jawaban dan memastikan bahwa setiap anggota

kelompok dapat mengerjakanya

(9) Guru memanggil salah satu nomor kepala dan siswa yang nomornya

dipanggil melaporkan hasil karja sama mereka.

(10)Siswa lain memberi tanggapan, kemudian guru mrnunjuk nomor lain

(11)Guru memberikan penguatan kepada siswa.

(12)Guru memberi kesempatan bertanya tentang hasil diskusi kelompok

(13)Siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi kelompok

23

(14)Siswa dan guru menyimpulkan materi hasil pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

(15)Siswa mengerjakan tes evaluasi melalui soal tertulis

16) Guru menutup kegiatan pembelajaran

Alasan menggunakan model Numbered Heads Together dengan media

audio visual dalam pembelajaran menyimak berita adalah supaya siswa lebih aktif

dalam pembelajaran karena model Numbered Heads Together menuntut kesiapan

ketika siswa dipanggil sesuai nomor. Sedangkan melalui media audio visual siswa

dapat mendengar dan melihat secara langsung cerita yang ditayangkan oleh guru.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh

peneliti adalah penelitian tentang kemampuan menyimak berita yang dilakukan

oleh Arif Tri Purwaningsih (2013) dengan judul Peningkatan Kemampuan

Menyimak Teks Berita Melalui Penggunaan Media Audio Siswa Kelas Viii H Smp

Negeri 1 Sedati-Sidoarjo Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil analisis

data yang telah dipaparkan, penerapan pembelajaran mendengarkan berita dalam

kegiatan belajar-mengajar yang telah dilakukan selama dua siklus telah terbukti

berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan siswa kelas VIII H. Hal ini

dapat ditunjukkan dengan nilai hasil belajar. Siswa yang mendapatkan nilai 75 ke

atas pada siklus pertama 17 siswa (65. 38 %), dan pada siklus kedua 21 siswa

mendapatkan nilai ≥ 75 dengan menunjukkan persentase (80.76 %).

Penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Yuni Isnawati (2013) dengan judul

Peningkatan Kemampuan Menyimak Berita Melalui Model Pembelajaran

Cooperative Script Pada Si Swa Kelas Vii Smp N 4 Purworejo Tahun

Pembelajaran 2012 / 2013. Hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini

adalah diketahui dari nilai rata-rata kelas pada siklus I mencapai sebesar 72,97

yang termasuk kategori cukup, sebanyak 17 siswa atau 53,12% siswa mencapai

ketuntasan hasil belajar. Sementara itu, masih ada 15 siswa atau sebesar 48,87%

yang belum mencapai ketuntasan hasil belajar. Pada siklus II diadakan revisi,

24

terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas mencapai 79,22, sebanyak 23 siswa atau

71,87% siswa mencapai ketuntasan hasil belajar. Hanya ada 9 siswa atau 28,12%

yang belum mencapai ketuntasan hasil belajar. Peningkatan dari hasil kemampuan

menyimak berita pada prasiklus ke siklus I sebesar 27,35% dan peningkatan dari

siklus I ke siklus II sebesar 6,25%. Dengan demikian, upaya peningkatan

kemampuan menyimak berita dengan model pembelajaran cooperative script

dapat tercapai.

Peneliti mengangkat beberapa penelitian di atas sebagai kajian pustaka

karena penelitian di atas sama-sama meneliti tentang kemampuan menyimak

berita pada siswa. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

adalah peneliti dalam hal ini menggunakan model dan media pembelajaran yang

berbeda yakni model pembelajaran Numbered Heads Together dengan media

Audio Visual.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran yang efektif memerlukan aktivitas siswa dan keterampilan

guru yang baik. Hal ini supaya mendapatkan hasil belajar yang memuaskan dalam

arti berhasil dalam pembelajaran. Untuk mengaktifkan siswa, seorang guru harus

memilih model dan media pembelajaran yang tepat agar membuat siswa tertarik

selama belajar. Selain aktivitas siswa yang baik, dibutuhkan keterampilan guru

dalam belajar. Kemampuan guru sangat penting dalam pembelajaran untuk

mengolah atau menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Dengan

adanya aktivitas siswa yang baik dan keterampilan guru yang baik diharapkan

dapat meningkatkan belajar siswa. Salah satu untuk mendorong aktivitas siswa

dan keterampilan guru dalam mengajar adalah dengan model pembelajaran

Numbered Heads Together dengan media Audio Visual.

25

Berikut ini skema sederhana tentang kerangka berpikir dari penelitian ini.

Gambar 2: Kerangka berpikir

1. Guru kurang memberikan variasi dalam pembelajaran

2. Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran3. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran4. Rendahnya hasil pembelajaran pada materi

menyimak pokok berita

Pelaksanaan Tindakan

Penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dengan media Audio Visual

Kondisi Akhir

Keterampilan guru dalam mengajar dan aktivitas siswa dalam belajar meningkat menjadi lebih baik dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal 85% siswa tuntas dalam pembelajaran.

Kondisi Awal

Penerapan pembelajaran dengan model konvensional

Penelitian Tindakan

Kelas

Kondisi Akhir

26

D. Hipotesis Tindakan

Berlandaskan kajian teori yang telah diuraikan, hipotesis penelitian ini

adalah keterampilan menyimak berita pada siswa kelas VII SMP Negeri 6 Satu

Atap Subah akan meningkat bila menggunakan model pembelajaran Numbered

Head Together dengan media Audio Visual.

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 6 Satu

Atap Subah. Sekolah tersebut berlokasi di Desa Mensade, Kabupaten Sambas.

Sekolah ini dipilih karena rendahnya keterampilan siswa dalam menyimak berita.

Sebagian besar siswa juga kurang memiliki keberanian dan masih kesulitan dalam

mengembangkan gagasan yang didapat ketika menyimak berita. Selain itu,

peneliti sendiri merupakan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah

tersebut.

Adapun yang menjadi subjek PTK ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri

6 Satu Atap Subah yang berjumlah 12 siswa. Jumlah itu terdiri dari 5 perempuan

dan 7 laki-laki. PTK ini dilakukan oleh peneliti bersama seorang kolabolator.

Adapun kolabolator PTK ini adalah kepala sekolah, alasan dijadikannya kepala

sekolah sebagai kolaborator karena tidak ada kolaborator lain yang sama-sama

mengajar Bahasa Indonesia.

B. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersifat partisipan,

karena orang yang melakukan tindakan harus terlibat dalam proses penelitian dari

awal. Dari masalah yang ditemukan dalam kegiatan pembelajaran menyimak

berita, maka penelitian ini bersifat siklus yang berarti tindakan berikutnya yang

akan ditempuh senantiasa diusahakan agar lebih baik dari tindakan sebelumnya.

Penelitian ini direncanakan selama dua siklus yang akan dilaksanakan secara

bertahap. Peneliti dan kolaborator harus sejalan dan selalu bekerjasama dalam

melakukan tindakan. Secara mendetail gambaran penelitian ini akan diuraikan

dalam bentuk siklus.

29

28

1. Siklus Pertama

a. Perencanaan

Tahap perencanaan dilakukan sebelum tindakan diberikan kepada siswa.

melakukan pengamatan kelas dalam pembelajaran menyimak berita, mata

pelajaran Bahasa Indonesia. Adapun rencana yang akan dilakukan adalah sebagai

berikut.

1) Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran

bahasa Indonesia khususnya keterampilan menyimak berita.

2) Peneliti merencanakan pelaksanaan diskusi kelompok menggunakan metode

Numbered Head Together dengan media audio visual.

3) Menentukan langkah-langkah pelaksanaan keterampilan pembelajaran

menyimak melalui metode Numbered Head Together dengan media audio

visual.

4) Menyiapkan bahan-bahan pelajaran dan instrumen berupa tes, lembar

observasi, lembar penilaian keterampilan menyimak berita, media

pembelajaran, dan dokumentasi kegiatan.

b. Implementasi Tindakan

Tindakan yang dilakukan merupakan realisasi dari rencana yang sudah

dirancang sebelumnya. Tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

(1) Guru melaksanakan apersepsi pembelajaran

(2) Guru melaksanakan tanya jawab tentang materi pembelajaran

(3) Guru menjelaskan materi

(4) Siswa dikondisikan menjadi 2 kelompok beranggotakan 6 siswa untuk

berdiskusi tentang lembar kerja siswa yang akan diberikan oleh guru.

(5) Siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor kepala

(6) Guru menayangkan berita secara audio visual

(7) Guru memberikan lembar kerja siswa untuk didiskusikan secara

berkelompok.

(8) Siswa mendiskusikan jawaban dan memastikan bahwa setiap anggota

kelompok dapat mengerjakanya

29

(9) Guru memanggil salah satu nomor kepala dan siswa yang nomornya

dipanggil melaporkan hasil karja sama mereka.

(10)Siswa lain memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor lain

(11)Guru memberikan penguatan kepada siswa.

(12)Guru memberi kesempatan bertanya tentang hasil diskusi kelompok

(13)Siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi kelompok

(14)Siswa dan guru menyimpulkan materi hasil pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

(15)Siswa mengerjakan tes evaluasi melalui soal tertulis

(16)Guru menutup kegiatan pembelajaran

c. Observasi

Pada saat pelaksanaan tindakan peneliti melakukan observasi terhadap

ketepatan siswa pada saat melaporkan hasil simakan. Kegiatan observasi ini

digunakan untuk menilai keberhasilan proses pembelajaran. Pada waktu

melakukan observasi peneliti bekerja sama dengan salah seorang guru yang

mengajar di kelas lain. Aspek yang diobservasi ialah aktivitas siswa dan

keterampilan pembelajaran guru.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan setelah akhir tindakan. Pada tahap refleksi peneliti

melakukan perenungan terhadap pelaksanaan tindakan, baik dari sisi proses

maupun hasil. Namun, yang paling diutamakan adalah penilaian proses. Tahap ini

dimaksudkan untuk mengetahui beberapa kendala dan hambatan yang terjadi pada

saat pelaksanaan tindakan. Apabila di dalam proses tindakan terdapat kendala atau

hambatan, peneliti melakukan perbaikan tindakan. Perbaikan tindakan dilakukan

untuk penyempurnaan perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus

kedua.

30

2. Siklus Kedua

a. Perencanaan

Dalam siklus kedua peneliti bersama guru merencanakan kembali tindakan

yang akan dilakukan pada siklus kedua dengan sasaran kegiatan untuk

memperbaiki aspek-aspek yang dinilai masih belum optimal pada siklus pertama,

dan memiliki kemungkinan untuk ditingkatkan. Persiapan yang dilakukan ialah

dengan mengklasifikasikan data yang didapat dari siklus sebelumnya serta

menyiapkan lembar pengamatan dan tes.

b. Implementasi Tindakan

Tindakan yang dilakukan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan

siklus pertama, tetapi di dalam siklus kedua ini lebih ditekankan pada aspek-aspek

yang belum dikuasai siswa. Guru menjelaskan materi pelajaran dan pelaksanaan

pembelajaran menggunakan model NHT dengan media audio visual serta

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila masih ada yang

belum dimengerti. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya model NHT dengan

media audio visual dalam meningkatkan kemampuan menyimak berita, maka

siswa diberi tugas evaluasi.

c. Observasi

Pengamatan didasarkan pada sikap siswa dari kegiatan pembelajaran

menyimak berita dan kemungkinan yang terjadi. Pemantauan lebih ditekankan

pada siswa yang kemampuan menyimaknya masih kurang. Dari kegiatan ini dapat

diketahui apakah pengajaran yang dilakukan dengan memanfaatkan model NHT

dengan media audio visual berhasil atau tidak. Tingkat pemahaman

menyimpulkan isi berita yang terkandung dalam teks berita merupakan kategori

keberhasilan yang menjadi tujuan dari siklus kedua.

d. Refleksi

Refleksi didasarkan pada data yang masuk melalui diskusi dengan

kolaborator mengenai apa yang terjadi dan apa penyebabnya. Perenungan

dilaksanakan dengan melihat perencanaan, kemudian diimplementasikan dalam

tindakan dengan tujuan pencapaian indikator keberhasilan siswa dalam

kemampuan menyimak berita. Dari hasil evaluasi dapat diketahui apakah tindakan

31

yang diberikan dapat mengatasi kendala yang dialami siswa saat proses

pembelajaran menyimak berita berlangsung. Apabila tujuan akhir yaitu

peningkatan kemampuan menyimak berita sampai pada hasil yang diinginkan

maka hasil tersebut harus dipertahankan. Akan tetapi, jika hasilnya masih belum

sesuai dengan harapan berarti perlu dilakukan perbaikan pada kegiatan

selanjutnya.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Observasi merupakan pengamatan terhadap suatu objek yang difokuskan

pada perilaku tertentu (Daryanto, 2011:80). Observasi dilaksanakan oleh peneliti

dengan mengamati proses pembelajaran di kelas saat guru tengah memberikan

materi pelajaran dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Observasi hanya

dilakukan sebatas mengamati, mengidentifikasi, dan mencatat apa kekurangan dan

kelebihan dalam proses pembelajaran.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran bagaimana

sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan

mengumpulkan data dan mengambil gambar kegiatan para siswa dan guru dalam

pelaksanaan pembelajaran saat penelitian dilaksanakan. Pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengklasifikasikan bahan-bahan yang berhubungan

dengan hasil yang sedang diteliti, baik dari sumber dokumen maupun dari buku-

buku. Teknik ini untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang

berupa dokumen sekolah, catatan-catatan, daftar hadir siswa, hasil karya siswa,

dan sebagainya.

3. Tes

Tes merupakan alat yang digunakan peneliti untuk mengetahui hasil dari

penelitian yang telah dilakukan. Tes dilakukan dengan cara tes tertulis. Tes

berbentuk esai berjumlah 3 soal. Materi yang diujikan mengenai kemampuan

siswa menyimak berita yang bersumber televisi. Cuplikan berita diperdengarkan

32

oleh guru melalui rekaman video berita. Setelah siswa menyimak isi berita, siswa

diberi soal untuk menanyakan isi berita yang disimak.

D. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data, peneliti nantinya akan membandingkan isi catatan yang

dilakukan dengan kolaborator, kemudian data diolah dan disajikan secara

deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data-data diolah dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Kualitatif

Teknik análisis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan teknik

deskriptif kualitatif. Data kualitatif dalam penelitian berupa kategori data hasil

observasi keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran menyimak

pokok-pokok berita melalui model NHT dengan media audio visual. Data yang

dikumpulkan berupa hasil observasi. Data hasil observasi keterampilan guru dan

aktivitas siswa dianalisis dengan langkah-langkah yang dijelaskan oleh Poerwanti

dkk (2008: 69) sebagai berikut:

a. Menentukan skor terendahb. Menentukan skor tertinggic. Mencari mediand. Membagi rentang skor menjadi 4 kategori (sangat baik, baik,

cukup, dan kurang)

Keterangan:R = skor terendahT = skor tertinggin = banyaknya skor/datamaka untuk mencari n = (T – R )+ 1

Untuk membagi rentang skor menjadi empat kategori dilakukan dengan

menentukan kuartil ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4. Nilai kuartil dapat ditentukan

setelah mengurutkan data dari nilai terendah sampai tertinggi. Q1 merupakan

kuartil bawah, yaitu 25% jumlah data pertama. Q2 median atau nilai tengah. Q3

quartil atas yaitu 75% jumlah data berikutnya dan Q4 merupakan skor tertinggi.

Rumus yang digunakan sebagai berikut (Sukestiyarno dan Wardono, 2009:23).

33

Letak Qi = i(n+1)4

Keterangan: Qi = Kuartil ke – i

n = Banyak data

Kuartil ini membagi data menjadi empat bagian sama besar, sehingga dapat

dijadikan batas-batas untuk menentukan kriteria ketuntasan data kualitatif.

Menurut Herryanto dan Hamid (2008: 53), rumus untuk menentukan kuartil

adalah:

Q2 = medianLetak Q2 = ( n+1 ) untuk data ganjil atau genapQ1 = kuartil pertamaLetak Q1 = ( n +2 ) untuk data genap atau Q1 = ( n +1 ) untuk data

ganjil.Q3 = kuartil ketigaLetak Q3 = (3 +2 ) untuk data genap atau Q3 = ( n +1 ) untuk data

ganjil.Q4= kuartil keempat = T (skor tertinggi)

Nilai yang diperoleh dari lembar observasi kemudian dikonversikan dengan

tabel ketuntasan data kualitatif untuk mengetahui rentang nilai dan kategorinya.

Perhitungan tersebut kemudian dibuat tabel klasifikasi tingkatan nilai pada

keterampilan guru dan aktivitas siswa.

Tabel 1: Klasifikasi Ketuntasan Keterampilan Guru

Kriteria Ketuntasan Skala Penilaian

Q3 ≤ skor ≤ T

Q2 ≤ skor < Q3

Q1 ≤ skor < Q2

R ≤ skor < Q1

Sangat Baik (A)

Baik (B)

Cukup (C)

Kurang (D)

2. Kuantitatif

Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif, dianalisis menggunakan teknik

analisis deskriptif dengan menentukan nilai berdasarkan skor teoritis yang

diperoleh siswa, presentase ketuntasan belajar, dan rerata kelas. Adapun

penyajiannya dipaparkan dalam bentuk presentase dan angka yaitu:

34

a. Data hasil tes siswa

Skor = BN x 100 (rumus bila menggunakan skala 100)

Keterangan:B = Banyak butir soal yang dijawab benarN = Banyaknya butir soal

Poerwanti, 2008: 63)b. Data nilai rata-rata kelas

X = ∑ fxN

(Arikunto, 2003:256)

Keterangan:X = Nilai Rata-rata∑ fx = Jumlah NilaiN = Jumlah Siswa

c. Data ketuntasan klasikal

P = ∑ Jumlah siswa yang tuntas

∑ Siswa x 100%

(Aqib, 2010:41)

Tabel 2: Kriteria Perhitungan Persentase Skor yang Diperoleh Siswa

Interval Nilai Tingkat Kemampuan

85%-100% Sangat Baik

75%-84% Baik

60%-74% Cukup

40%-59% Kurang

0%-39% Sangat Kurang (Gagal)

(Nurgiyantoro, 1987: 363)

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi

jawaban benar siswa ≥ 65%, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya

(ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut  terdapat ≥ 85% siswa yang telah

tuntas belajarnya (Depdikbud dalam Trianto, 2010: 241).

Tetapi, menurut Trianto (2010: 241) berdasarkan ketentuan KTSP

penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing-masing sekolah yang

dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal, dengan berpedoman pada tiga

pertimbangan, yaitu: kemampan setiap peserta didik berbeda-beda; fasilitas

(sarana) setiap sekolah berbeda; dan daya dukung setiap sekolah berbeda. Maka

35

dalam penelitian ini, sesuai dengan KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia di

sekolah tempat peneliti melakukan penelitian, maka ketuntasan individual adalah

70 dan ketuntasan secara klasikal adalah ≥ 85%. Kriteria ketuntasan minimal

individu dikelompokkan dalam dua kategori tuntas dan tidak tuntas, dengan

kriteria sebagai berikut:

Tabel 3: Kriteria Ketuntasan Belajar

Kriteria Ketuntasan Kualifikasi≥70 Tuntas<70 Tidak Tuntas

KKM SMPN 6 Subah

E. Kriteria Keberhasilan

Keberhasilan penelitian tindakan ditandai dengan adanya perubahan menuju

arah perbaikan. Indikator keberhasilan terdiri atas keberhasilan proses dan

keberhasilan produk.

1. Indikator keberhasilan proses dapat dilihat dari beberapa hal.

a. Meningkatnya keterampilan guru dalam pembelajaran menyimak berita

menggunakan model Numbered Heads Together dengan media audio visual

dengan kriteria minimal baik

b. Meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran menyimak berita

menggunakan model Numbered Heads Together dengan media audio visual

dengan kriteria minimal baik.

2. Indikator keberhasilan produk

Keberhasilan secara produk dapat dilihat berdasarkan peningkatan jumlah

skor rata-rata yang diperoleh pada setiap siklus. Tindakan ini dikatakan berhasil

apabila 85% siswa (ketuntasan klasikal) mendapatkan skor lebih dari atau sama

dengan 70 dari skor maksimal 100.

F. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan Januari-Maret 2016 yang meliputi

keseluruhan kegiatan penelitian dari perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan,

36

hal ini disesuaikan dengan kalender pendidikan tahun ajaran 2015/2016.

Kegiatana penelitian ini direncanakan dengan jadwal sebagai berikut.

Tabel 4: Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian

Jenis Kegiatan 2015 2016November Desember Januari Februari Maret April

1. Persiapan Penelitiana. Penyusunan judulb.Penyusunan

proposal2. Perencanaan tindakan3. Implementasi

tindakana. Siklus Ib.Siklus II

4. Penyusunan laporan

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Data Hasil Prasiklus

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Satu Atap Subah.

Peneliti dibantu oleh seorang kolaborator, yaitu kepala sekolah SMP Negeri 6

Satu Atap Subah, dipilihnya kepala sekolah sebagai kolaborator karena tidak ada

guru Bahasa Indonesia yang lain. Tujuan dari kolaborasi ini adalah memberikan

masukan dalam rangka pengumpulan data selama proses pembelajaran

berlangsung, baik segi kelebihan maupun kekurangan yang terjadi selama proses

pembelajaran menyimak pokok-pokok berita menggunakan model Numbered

Heads Together (NHT), serta tanggapan siswa tentang proses pembelajaran yang

telah berlangsung dan data lain yang mendukung yakni berupa hasil tes siswa.

Kesepakatan para guru mata pelajaran di SMP Negeri 6 Satu Atap Subah,

bahwa batas ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran Bahasa Indonesia tahun

pelajaran 2015/2016 ditetapkan dengan nilai 70. Sebelum melakukan siklus

peneliti mengumpulkan data awal berupa daftar nama siswa dan nilai awal siswa.

Dibawah ini dipaparkan hasil belajar pra siklus (sebelum menggunakan model

Numbered Heads Together dengan media Audio Visual) dari 28 siswa masih ada

14 siswa yang nilainya dibawah 70 (dibawah KKM).

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melaksanakan kegiatan observasi

kelas dengan mendapatkan data sebagai berikut.

38

Tabel 5: Data Skor Prasiklus

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Sekolah : SMP Negeri 6 Satu Atap Subah

Kelas/Semester : VIII/Genap

No Nama Nilai Keterangan1 AMIN NUR RAHMAN 85 Tuntas2 EEN 40 Tidak Tuntas3 EVA SETIANINGSIH 45 Tidak Tuntas4 GRACE APRILIA W 75 Tuntas5 HIGINA MILANIA 80 Tuntas6 JOKO SETIAWAN 75 Tuntas7 PERA WATI 50 Tidak Tuntas8 REZA PRATAMA 65 Tidak Tuntas9 TOPIK SUKEDI 40 Tidak Tuntas10 TRI VONI 50 Tidak Tuntas11 YUPENSIUS 65 Tidak Tuntas12 YULITA MAGDALENA 80 Tuntas

Rerata 62,5Persentase Ketuntasan Klasikal (%) 41,67% Tidak Tuntas

Dari tabel data skor prasiklus di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

siswa di kelas VIII SMP Negeri 6 Satu Atap Subah masih tergolong ”Kurang”,

karena siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar belum mencapai 50%. Hal

ini dikarenakan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas tersebut

masih banyak dijumpai hal-hal sebagai berikut:

1. Pembelajaran kurang menarik.

2. Para siswa tidak berperan aktif di dalam pembelajaran.

3. Rasa ingin tahu siswa di dalam pembelajaran masih rendah.

4. Masih ada siswa yang melamun di dalam kelas, ada yang berbicara dengan

temannya, dan ada juga yang bermain sendiri.

Model pembelajaran dan media yang digunakan kurang menarik dan tepat

digunakan oleh guru menyebabkan kejadian-kejadian di atas terjadi. Hal ini yang

harus diperhatikan oleh setiap guru, mereka harus inovatif dan mampu

mengimprovisasi pembelajaran yang dilakukannya selama ini. Dalam penelitian

39

ini peneliti menawarkan sebuah model dan media yang menarik dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi menyimak pokok-pokok

berita.

Penerapan model pembelajaran ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus

dalam penelitian ini dilaksanakan dalam satu kali tatap muka. Setiap tindakan

dalam setiap siklus merupakan tahapan yang berkesinambungan. Dalam kegiatan

menyimak pokok-pokok berita, siswa terlebih dahulu mencermati dan memahami

teks berita yang diperdengarkan. Kemudian siswa menentukan pokok-pokok

berita dan menyimpulkan berita yang diperdengarkan. Hasil yang dikumpulkan

adalah pekerjaan siswa yang sesuai dengan kompetensi dasar menyimak pokok-

pokok berita siswa kelas VIII semester genap. Setiap siklus dalam penelitian ini

terdiri atas perencanaan, implementasi tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Refleksi dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan pada siklus

berikutnya. Proses pembelajaran mendengarkan dengan menerapkan model

Numbered Heads Together dengan media Audio Visual meliputi keterampilan

guru dalam mengajar dan aktivitas siswa dalam proses keterampilan

mendengarkan. Aspek yang dinilai dalam mendengarkan berita yaitu keterampilan

menentukan pokok-pokok berita dan menyimpulkan isi berita.

2. Data Siklus I

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus I melalui model Numbered

Heads Together dengan media Audio Visual adalah sebagai berikut.

a. Perencanaan

Tahap perencanaan dilakukan sebelum tindakan diberikan kepada siswa.

melakukan pengamatan kelas dalam pembelajaran menyimak berita, mata

pelajaran Bahasa Indonesia. Adapun rencana yang akan dilakukan adalah sebagai

berikut.

1) Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran

bahasa Indonesia khususnya keterampilan menyimak berita.

2) Peneliti merencanakan pelaksanaan diskusi kelompok menggunakan metode

Numbered Head Together dengan media audio visual.

40

3) Menentukan langkah-langkah pelaksanaan keterampilan pembelajaran

menyimak melalui metode Numbered Head Together dengan media audio

visual.

4) Menyiapkan bahan-bahan pelajaran dan instrumen berupa tes, lembar

observasi, lembar penilaian keterampilan menyimak berita, media

pembelajaran, dan dokumentasi kegiatan.

b. Implementasi Tindakan

Tindakan yang dilakukan merupakan realisasi dari rencana yang sudah

dirancang sebelumnya. Tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

(5) Guru melaksanakan apersepsi pembelajaran

(6) Guru melaksanakan tanya jawab tentang materi pembelajaran

(7) Guru menjelaskan materi

(8) Siswa dikondisikan menjadi 2 kelompok beranggotakan 6 siswa untuk

berdiskusi tentang lembar kerja siswa yang akan diberikan oleh guru.

(9) Siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor kepala

(10) Guru menayangkan berita secara audio visual

(11) Guru memberikan lembar kerja siswa untuk didiskusikan secara

berkelompok.

(12) Siswa mendiskusikan jawaban dan memastikan bahwa setiap anggota

kelompok dapat mengerjakanya

(13) Guru memanggil salah satu nomor kepala dan siswa yang nomornya

dipanggil melaporkan hasil karja sama mereka.

(14) Siswa lain memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor lain

(15) Guru memberikan penguatan kepada siswa.

(16) Guru memberi kesempatan bertanya tentang hasil diskusi kelompok

(17) Siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi kelompok

(18) Siswa dan guru menyimpulkan materi hasil pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

(19) Siswa mengerjakan tes evaluasi melalui soal tertulis

(20) Guru menutup kegiatan pembelajaran

41

Data ketuntasan belajar hasil tes pada siklus I dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut.

Tabel 6: Hasil Tes Kemampuan Menyimak Siswa

Siklus I

KKM : 70

No Nama Nomor Butir Soal Nilai Keterangan1 2

1 AMIN NUR RAHMAN 50 30 80 Tuntas2 EEN 30 10 40 Tidak Tuntas3 EVA SETIANINGSIH 30 20 50 Tidak Tuntas4 GRACE APRILIA W 50 30 80 Tuntas5 HIGINA MILANIA 40 30 70 Tuntas6 JOKO SETIAWAN 50 20 70 Tuntas7 PERA WATI 30 30 60 Tidak Tuntas8 REZA PRATAMA 40 40 80 Tuntas9 TOPIK SUKEDI 40 20 60 Tidak Tuntas10 TRI VONI 40 30 70 Tuntas11 YUPENSIUS 50 20 70 Tuntas12 YULITA MAGDALENA 40 30 70 Tuntas

Rerata 67Persentase Ketuntasan Klasikal (%) 66,67% Tidak Tuntas

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran melalui model NHT

dengan media Audio Visual diperoleh persentase ketuntasan belajar siswa

mencapai 66,67% (cukup) atau ada 8 siswa dari 12 siswa sudah tuntas belajar. Hal

tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I secara klasikal siswa belum tuntas

belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥70 hanya sebesar 66,67% lebih

kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini

disebabkan karena siswa masih merasa baru dengan model pembelajaran model

NHT dengan media Audio Visual dan belum mengerti apa yang dimaksudkan

guru dengan menerapkan model pembelajaran NHT dengan media Audio Visual.

Dalam pelaksanaan tindakan siklus I menunjukkan perolehan hasil belajar

menyimak pokok-pokok berita melalui model NHT dengan media audio visual

mengalami peningkatan hasil belajar siswa dengan rata-rata 70, nilai tertinggi

adalah 90 dan nilai terendah adalah 40. Siswa yang memenuhi KKM sebanyak 8

siswa dan siswa yang belum memenihi KKM sebanyak 4 siswa.

42

c. Pengamatan

Observer mengamati proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan

menggunakan model NHT di kelas VIII. Hal-hal yang diamati dalam

pembelajaran tersebut adalah keterampilan guru dalam mengajar dan aktivitas

siswa dalam pembelajaran melalui model NHT dengan media Audio Visual.

1) Observasi Keterampilan Guru

Adapun keterampilan guru dalam pembelajaran pada siklus I diperoleh

data sebagai berikut.

Tabel 7: Lembar Observasi Keterampilan Guru Siklus IMata Pelajaran : Bahasa IndonesiaSekolah : SMP Negeri 6 Satu Atap SubahKelas/Semester : VIII/Genap

No Indikator Skor1 Membuka Pelajaran (Keterampilan membuka pelajaran) 22 Menjelaskan materi kepada siswa (Keterampilan Menjelaskan) 33 Bertanya kepada siswa (Keterampilan Bertanya) 24 Menanyangkan audio visual berita (Keterampilan mengadakan

variasi)3

5 Mengkondisikan siswa menjadi beberapa kelompok beranggotakan beberapa siswa (Keterampilan mengelola kelas)

2

6 Membimbing pelaksanaan diskusi (Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil)

2

7 Membimbing siswa mempresentasikan hasil diskusi (Keterampilan mengajar diskusi kelompok kecil dan perorangan)

3

8 Memberikan penguatan atau penghargaan kepada siswa (Keterampilan memberi penguatan)

3

9 Menutup pelajaran (Keterampilan menutup pelajaran 2Jumlah 22

Kategori Baik

Dari data hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar materi pokok-

pokok berita menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together

dengan media Audio Visual tersebut dapat diketahui bahwa pada proses

pembelajaran yaitu indikator membuka pelajaran guru mendapat skor 2.

Deskriptor yang tampak adalah menarik perhatian dan melakukan apersepsi.

Namun yang belum dilaksanakan guru dengan baik pada indikator ini adalah

menimbulkan motivasi dan guru memberi acuan tentang langkah-langkah

43

pembelajaran. Guru tidak ada memberikan acuan tentang langkah-langkah

pembelajaran membuat siswa menjadi tidak mengetahui rencana pembelajaran

mereka ke depannya.

Keterampilan menjelaskan materi merupakan keterampilan guru dalam

menginformasikan atau mengeksplor materi ajar supaya siswa dapat menerima

penjelasan dari guru dengan baik. Pada indikator tersebut diperoleh skor 3

deskriptor yaitu penjelasan sesuai materi pelajaran, memberikan penekanan pada

materi penting, dan menggunakan kalimat yang mudah dipahami siswa.

Sedangkan deskriptor yang belum tampak yaitu memberi contoh secara konkrit

atau nyata kepada siswa.

Keterampilan bertanya guru bertujuan untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa secara langsung yaitu guru bertanya sesuai dengan

pembahasan. Pada indikator tersebut diperoleh skor 2 deskriptor yaitu

mengungkapkan pertanyaan secara singkat dan jelas dan memberi konfirmasi

jawaban. Sedangkan deskriptor yang belum tampak adalah penyebaran pertanyaan

kepada seluruh siswa dan memberi waktu berpikir kepada siswa sebelum

menjawab.

Guru menayangkan audio visual berita kepada siswa untuk disimak. Pada

indikator tersebut diperoleh skor 3 deskriptor yaitu audio visual cerita rakyat yang

disajikan menarik perhatian siswa, audio visual sesuai tujuan pembelajaran, dan

audio visual berita sesuai materi. Sedangkan deskriptor yang belum tampak adalah

audio visual berita tampak jelas.

Guru mengkondisikan siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan beberapa siswa untuk mendiskusikan LKS yang diberikan oleh

guru. Pada indikator keterampilan tersebut diperoleh skor 2 deskriptor, antara lain

pemberian nomor kepala kepada masing-masing siswa dan menentukan posisi

duduk setiap kelompok. Sedangkan pembentukan kelompok secara heterogen dan

suasana kelas terkondisi dengan baik adalah deskriptor yang belum tampak.

Membimbing pelaksanaan diskusi merupakan keterampilan dasar mengajar

guru dalam melayani aktivitas siswa pada saat berdiskusi kelompok. Pada

indikator keterampilan tersebut diperoleh skor 2 deskriptor antara lain berkeliling

44

membimbing kelompok dan memusatkan perhatian siswa. Sedangkan deskriptor

yang belum tampak adalah mencegah dominasi individu dan kelompok dan

memperjelas masalah ketika siswa kurang paham.

Guru membimbing siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan

kelas. Pada indikator keterampilan tersebut diperoleh skor 3 deskriptor antara lain

memanggil siswa sesuai nomor kepala untuk mempresentasikan hasil diskusi,

memanggil siswa dari kelompok lain untuk menanggapi dan menyimpulkan hasil

diskusi kelompok. Sedangkan deskriptor yang belum tampak adalah menanggapi

presentasi siswa.

Guru memberi penguatan berupa verbal, non verbal, reward dan penguatan

bervariasi yang bertujuan memberikan motivasi kepada siswa. Pada indikator

keterampilan tersebut diperoleh skor 3 deskriptor antara lain memberikan

penguatan verbal berupa kata, memberikan penguatan non verbal berupa mimik

dan gerakan, serta memberikan penguatan berupa reward. Sedangkan deskriptor

yang belum tampak adalah memberikan penguatan yang bervariasi.

Keterampilan menutup pelajaran merupakan ketarampilan dasar mengajar

guru dalam mengakhiri kegiatan pembelajaran supaya lebih bermakna. Pada

indikator keterampilan tersebut diperoleh skor deskriptor antara lain memberikan

umpan balik dan memberikan evaluasi. Sedangkan deskriptor yang belum tampak

adalah memberi tindak lanjut kepada siswa dan melibatkan siswa dalam membuat

simpulan materi.

2) Observasi Aktivitas Siswa

Observasi aktivitas siswa dilaksanakan dengan mengamati kegiatan

pembelajaran siswa dalam menyimak pokok-pokok berita yang berjumlah 12

siswa yang terdiri 6 siswa putra dan 6 siswa putri. Aktivitas siswa pada setiap

indikator diamati dengan menggunakan lembar pengamatan. Hasil pengamatan

aktivitas siswa pada siklus I adalah sebagai berikut.

45

Tabel 8: Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa

NO

NAMA INDIKATOR SKOR

Persentase (%)1 2 3 4 5 6 7

1 Amin Nur R 2 3 1 2 3 3 2 16 57,12 Een 1 2 1 1 2 2 2 12 42,83 Eva S 2 1 1 1 2 2 1 10 35,74 Grace Aprilia W 2 2 1 2 3 2 2 14 505 Higina Milania 2 2 2 1 3 2 1 13 46,46 Joko Setiawan 2 3 2 1 3 2 1 14 507 Pera Wati 1 1 2 1 2 2 2 11 39,38 Reza Pratama 2 2 1 2 1 3 2 13 46,49 Topik Sukedi 1 2 1 2 3 1 1 11 39,310 Tri Voni 2 1 1 1 2 2 1 10 35,711 Yupensius 2 2 2 2 2 1 2 13 46,412 Yulita Magdalena 1 2 1 2 3 2 2 13 46,4

Jumlah 20 23 16 18 29 24 19 139Persentase (%) 41,7 47,9 33,3 37,5 60,4 50 39,6Skor Tertinggi 48 28

Rata-rata 11,58

Kategori Cukup

Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I diperoleh

jumlah skor keseluruhan 139 dengan kategori cukup. Setelah bel masuk berbunyi

siswa memasuki ruangan kelas untuk mengikuti pembelajaran menyimak pokok-

pokok berita. Pada indikator pertama yaitu menanggapi apersepsi sebanyak 3

siswa masing-masing memperoleh skor 1, sedangkan 8 siswa masing-masing

memperoleh skor 2. Persentase skor aktivitas siswa dalam menanggapi apersepsi

adalah 41,7%.

Pada indikator memperhatikan penjelasan guru (listening activities), siswa

mendengarkan informasi mengenai materi berita. Pada indikator tersebut

sebanyak 3 siswa masing-masing memperoleh skor 1, 7 siswa masing-masing

memperoleh skor 2, dan 2 siswa masing-masing memperoleh skor 3. persentase

skor aktivitas siswa pada indikator tersebut adalah 47,9%.

Siswa bertanya untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami dan

menjawab pertanyaan dari guru pada pembelajaran menyimak pokok-pokok

berita. Pada indikator tersebut sebanyak 8 siswa masing-masing memperoleh skor

1, dan 4 siswa masing-masing memperoleh skor 2. persentase skor aktivitas siswa

pada indikator tersebut adalah 33,3%.

46

Siswa menyimak berita yang ditayangkan guru dengan media audio visual.

Pada indikator tersebut sebanyak 6 siswa masing-masing memperoleh skor 1 dan

6 siswa masing masing memperoleh skor 2. Persentase skor aktivitas siswa pada

indikator tersebut adalah 37,5%.

Siswa membentuk kelompok melalui model NHT untuk mengerjakan LKS

dengan anggota kelompoknya. Pada indikator tersebut sebanyak 1 siswa masing-

masing memperoleh skor 1, sedangkan 5 siswa masing-masing memperoleh skor

2, dan 6 siswa masing-masing memperoleh skor 3. Persentase skor aktivitas siswa

pada indikator tersebut adalah 60,4%.

Siswa melaporkan hasil kerja kelompok sesuai dengan nomor kepala yang

dipanggil guru dengan materi menyimak pokok-pokok berita. Pada indikator

tersebut sebanyak 2 siswa masing-masing memperoleh skor 1, 8 siswa masing-

masing memperoleh skor 2, dan 2 siswa masing-masing memperoleh skor 3.

Persentase skor aktivitas siswa pada indikator tersebut adalah 50%.

Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui

pemahaman hasil belajar menyimak pokok-pokok berita pada siklus pertama.

Pada indikator tersebut sebanyak 5 siswa masing-masing memperoleh skor 2 dan

7 siswa masing-masing memperoleh skor 3. Persentase skor aktivitas siswa pada

indikator tersebut adalah 39,6%.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan intepretasi tindakan pada siklus I, peneliti

melakukan analisis sebagai berikut.

1) Keterampilan Guru

Dalam pembelajaran siklus I sudah sesuai dengan pembelajaran materi

pokok-pokok berita, rencana pembelajaran siklus I sudah sesuai dengan

pembelajaran materi pokok-pokok berita yang menggunakan model NHT dengan

media Audio Visual. Kegiatan guru dalam pembelajaran ini sudah baik, setelah

dianalisis dapat disimpulkan bahwa pada saat proses pembelajaran siklus I terjadi

hambatan antara lain:

47

a) Pada saat guru melakukan apersepsi belum menimbulkan motivasi dan

memberikan acuan tentang langkah-langkah pembelajaran.

b) Guru dalam menjelaskan materi tidak memberikan contoh yang.

c) Guru dalam bertanya tidak kepada seluruh siswa dan tidak memberikan

waktu yang lama untuk siswa memikirkan jawabannya.

d) Audio visual tidak tampak jelas.

e) Pada saat pembentukan kelompok, guru tidak membagi kelompok secara

heterogen dan belum bisa mengkondisikan kelas dengan baik.

f) Dalam membimbing diskusi kelompok, guru belum memusatkan perhatian

kepada seluruh kelompok dan individu sehingga terjadi dominasi.

g) Dalam membimbing presentasi siswa, guru belum bisa menanggapi hasil

presentasi siswa

h) Guru tidak memberikan penguatan penguatan yang bervariasi kepada

siswa.

i) Guru tidak melibatkan siswa dalam membuat rangkuman materi dan

memberi tindak lanjut kepada siswa dalam menutup pelajaran.

Berdasarkan refleksi siklus I pada pembelajaran menyimak pokok-pokok

berita melalui model NHT dengan media audio visual kelas VIII SMPN 6 Satu

Atap Subah, tindakan-tindakan yang perlu direvisi untuk siklus selanjutnya adalah

sebagai berikut.

a) Guru harus menimbulkan motivasi dan memberikan acuan tentang

langkah-langkah pembelajaran

b) Guru dalam menjelaskan materi harus memberikan contoh yang konkrit

atau nyata.

c) Guru dalam bertanya harus menyebar pertanyaan kepada semua siswa dan

memberi waktu berfikir kepada siswa.

d) Audio visual harus diperbaiki, diganti dengan kualitas gambar dan suara

yang jernih.

e) Guru membagi siswa harus heterogen dan mengkondisikan kelas dengan

lebih baik lagi.

48

f) Dalam membimbing diskusi kelompok guru memusatkan perhatian kepada

seluruh siswa dan bisa mencegah dominasi individu dalam kelompok.

g) Setelah pelaksanaan presentasi, guru menanggapi hasil presentasi mereka

supaya siswa dapat menerima konfirmasi hasil diskusi

h) Guru mempersiapkan penguatan bervariasi terhadap siswa.

i) Guru membuat rangkuman materi bersama siswa dan memberi tindak

lanjut kepada siswa sebelum menutup pelajaran

2) Aktivitas Siswa

Data hasil observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data ini diambil dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Data aktivitas siswa dianalisis untuk menentukan tingakat aktivitas siswa yaitu kategori tingkat aktivitas kurang, cukup, baik, dan sangat baik. Persentase hasil aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 9: Hasil Observasi Aktivitas SiswaNo Nama Skor Kriteria

1 AMIN NUR R 16 Baik2 EEN 12 Cukup3 EVA S 10 Cukup4 GRACE APRILIA W 14 Baik5 HIGINA MILANIA 13 Cukup6 JOKO SETIAWAN 14 Baik7 PERA WATI 11 Cukup8 REZA PRATAMA 13 Cukup9 TOPIK SUKEDI 11 Cukup10 TRI VONI 10 Cukup11 YUPENSIUS 13 Cukup12 YULITA M 13 Cukup

Rerata 139 Cukup

Aktivitas siswa selama pembelajaran siklus I secara keseluruhan belum bisa

dikatakan baik. Hal ini ditunjukkan dari perolehan skor keseluruhan 139 yang

termasuk kategori cukup, oleh karena itu perlu ditingkatkan dan diperbaiki pada

49

pelaksanaan siklus II. Aktivitas siswa yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki

yaitu:

1) Siswa belum terlalu tanggap dalam kegiatan apersepsi. Hal ini

dikarenakan siswa kurang memperhatikan ilustrasi yang disampaikan

oleh guru dan belum mampu mengulang materi yang disampaikan oleh

guru.

2) Siswa dalam mendengarkan penjelasan guru kurang maksimal. Ada

beberapa siswa membuat kegaduhan di dalam kelas selama pembelajaran

dan tidak mendengarkan penjelasan guru.

3) Siswa kurang aktif bertanya, walaupun belum jelas terhadap materi yang

telah dipelajari.

4) Saat pembentukan kelompok, sebagian besar siswa mengelompok

dengan tidak tenang sehingga suasana kelas menjadi tidak kondusif.

5) Partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi kelompok kurang maksimal.

Ada beberapa siswa tidak ikut bekerjasama dalam kelompok, mereka

asyik bergurau dengan teman atau bermain sendiri.

6) Kurangnya kesiapan siswa ketika guru memanggil siswa sesuai nomor

kepala untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

7) Sebagian siswa tidak tenang dan ada beberapa siswa yang masih melirik

ke kiri dan ke kanan dalam mengerjakan evaluasi.

Berdasarkan refleksi siklus I pada lembar observasi aktivitas siswa dalam

pembelajaran menyimak pokok-pokok berita melalui model NHT dengan media

audio visual, tindakan yang perlu diperbaiki untuk siklus selanjutnya adalah

sebagai berikut.

1) Guru harus membuat materi menjadi menarik agar siswa mau

memperhatikan ilustrasi yang disampaikan oleh guru.

2) Guru memusatkan perhatian yang lebih kepada siswa yang melakukan

aktivitas dapat mengganggu teman sekelasnya.

3) Mengarahkan siswa agar lebih tertib dalam pemilihan anggota kelompok

50

4) Memotivasi siswa agar siap dan mampu mempresentasikan hasil diskusi

kelompok.

5) Membangkitkan motivasi siswa agar lebih aktif bertanya dan

mengemukakan pendapat

6) Mendorong semua anggota kelompok agar memberikan kontribusinya

dalam kegiatan diskusi

7) Membimbing siswa dalam merangkum materi.

3) Hasil Tes Kemampuan Menyimak Berita

Hasil belajar siswa dalam keterampilan menyimak pokok-pokok berita belum

memenuhi ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa dengan

rata-rata 67 nilai tertinggi adalah 80 dan nilai terendah adalah 40. Siswa yang

memenuhi KKM sebanyak 8 siswa dan siswa yang belum memenuhi KKM

sebanyak 4 siswa. Hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan

karena ketuntasan klasikal baru mencapai 66,67%%, sementara dikatakan berhasil

apabila telah mencapai 85%. Dari berbagai permasalahan yang muncul pada

pelaksanaan tindakan siklus I, maka perlu diadakan perbaikan untuk pelaksanaan

tindakan di siklus II.

3. Data Siklus II

Siklus II ini merupakan perbaikan yang dihadapi pada saat siklus I. Pada pembelajaran menyimak pokok-pokok berita pada tahap siklus II ini dilakukan pada siswa berjumlah 12. Pelaksanan pembelajaran menggunakan NHT dengan media Audio Visual tersebut adalah sebagai berikut.

a. Perencanaan

Dalam siklus kedua peneliti bersama guru merencanakan kembali tindakan

yang akan dilakukan pada siklus kedua dengan sasaran kegiatan untuk

memperbaiki aspek-aspek yang dinilai masih belum optimal pada siklus pertama,

dan memiliki kemungkinan untuk ditingkatkan. Persiapan yang dilakukan ialah

51

dengan mengklasifikasikan data yang didapat dari siklus sebelumnya serta

menyiapkan lembar pengamatan dan tes.

b. Implementasi Tindakan

Tindakan yang dilakukan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan

siklus pertama, tetapi di dalam siklus kedua ini lebih ditekankan pada aspek-aspek

yang belum dikuasai siswa.

(1) Guru melaksanakan apersepsi pembelajaran

(2) Guru melaksanakan tanya jawab tentang materi pembelajaran

(3) Guru menjelaskan materi

(4) Siswa dikondisikan menjadi 4 kelompok beranggotakan 3 siswa secara

heterogen untuk berdiskusi tentang lembar kerja siswa yang akan

diberikan oleh guru.

(5) Siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor kepala

(6) Guru menayangkan berita secara audio visual

(7) Guru memberikan lembar kerja siswa untuk didiskusikan secara

berkelompok.

(8) Siswa mendiskusikan jawaban dan memastikan bahwa setiap anggota

kelompok dapat mengerjakanya

(9) Guru memanggil salah satu nomor kepala dan siswa yang nomornya

dipanggil melaporkan hasil karja sama mereka.

(10)Siswa lain memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor lain

(11)Guru memberikan penguatan kepada siswa.

(12)Guru memberi kesempatan bertanya tentang hasil diskusi kelompok

(13)Siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi kelompok

(14)Siswa dan guru menyimpulkan materi hasil pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

(15)Siswa mengerjakan tes evaluasi melalui soal tertulis

(16)Guru menutup kegiatan pembelajaran

Data ketuntasan belajar hasil tes pada siklus II dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut.

52

53

Tabel 10: Hasil Tes Kemampuan Menyimak SiswaSiklus II

KKM : 70No Nama Nomor Butir Soal Nilai Keterangan

1 21 Amin Nur Rahman 60 40 100 Tuntas2 Een 40 20 60 Tidak Tuntas3 Eva Setianingsih 50 20 70 Tuntas4 Grace Aprilia W 60 30 90 Tuntas5 Higina Milania 50 30 80 Tuntas6 Joko Setiawan 40 40 80 Tuntas7 Pera Wati 40 30 70 Tuntas8 Reza Pratama 60 30 90 Tuntas9 Topik Sukedi 50 20 70 Tuntas10 Tri Voni 50 30 80 Tuntas11 Yupensius 40 30 70 Tuntas12 Yulita Magdalena 60 40 90 Tuntas

Rerata 79,17

Persentase Ketuntasan Klasikal (%) 91,67%

Tuntas

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran melalui model NHT

dengan media Audio Visual diperoleh persentase ketuntasan klasikal mencapai

91,67% (sangat baik) atau ada 11 siswa dari 12 siswa sudah tuntas belajar. Hal

tersebut menunjukkan bahwa pada siklus II secara klasikal siswa tuntas belajar,

karena siswa yang memperoleh nilai ≥70 sebesar 91,67% lebih besar dari

persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Adanya peningkatan

hasil belajar pada siklus II ini dipengarhui oleh adanya kemampuan guru dalam

menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together dengan mdeia audio

visual dan keterlibatan siswa secara aktif dalam pelaksanaan model ini.

Dalam pelaksanaan tindakan siklus II menunjukkan perolehan hasil belajar

menyimak pokok-pokok berita melalui model NHT dengan media audio visual

mengalami peningkatan hasil belajar siswa dengan rata-rata 79,17, nilai tertinggi

adalah 100 dan nilai terendah adalah 60. Siswa yang memenuhi KKM sebanyak

11 siswa dan siswa yang belum memenihi KKM sebanyak 1 siswa.

54

c. Pengamatan

Pengamatan penelitian tindakan kelas pada siklus II dilakukan oleh peneliti

dengan menggunakan instrumen yang sama dengan siklus I. Hasil pengamatan

dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Observasi Keterampilan Guru

Adapun keterampilan guru dalam pembelajaran pada siklus II diperoleh

data sebagai berikut.

Tabel 12: Lembar Observasi Keterampilan Guru Siklus II

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Sekolah : SMP Negeri 6 Satu Atap Subah

Kelas/Semester : VIII/Genap

No Indikator Skor1 Membuka Pelajaran (Keterampilan membuka pelajaran) 32 Menjelaskan materi kepada siswa (Keterampilan Menjelaskan) 33 Bertanya kepada siswa (Keterampilan Bertanya) 34 Menanyangkan audio visual berita (Keterampilan mengadakan

variasi)3

5 Mengkondisikan siswa menjadi beberapa kelompok beranggotakan beberapa siswa (Keterampilan mengelola kelas)

4

6 Membimbing pelakaksanaan diskusi (Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil)

4

7 Membimbing siswa mempresentasikan hasil diskusi (Keterampilan mengajar diskusi kelompok kecil dan perorangan)

4

8 Memberikan penguatan atau penghargaan kepada siswa (Keterampilan memberi penguatan)

3

9 Menutup pelajaran (Keterampilan menutup pelajaran 3Jumlah 30

Kategori Sangat Baik

Dari data hasil observasi keterampilan guru dalam mengajar materi pokok-

pokok berita menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together

dengan media Audio Visual tersebut dapat diketahui bahwa pada proses

pembelajaran yaitu indikator membuka pelajaran guru mendapat skor 3.

Deskriptor yang tampak adalah memberi acuan tentang langkah-langkah

pembelajaran, menarik perhatian dan melakukan apersepsi. Namun yang belum

55

dilaksanakan guru dengan baik pada indikator ini adalah menimbulkan motivasi di

awal pembelajaran.

Keterampilan menjelaskan materi merupakan keterampilan guru dalam

menginformasikan atau mengeksplor materi ajar supaya siswa dapat menerima

penjelasan dari guru dengan baik. Pada indikator tersebut diperoleh skor 3

deskriptor yaitu penjelasan sesuai materi pelajaran, memberikan penekanan pada

materi penting, dan menggunakan kalimat yang mudah dipahami siswa.

Sedangkan deskriptor yang belum tampak yaitu memberi contoh secara konkrit

atau nyata kepada siswa.

Keterampilan bertanya guru bertujuan untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa secara langsung yaitu guru bertanya sesuai dengan

pembahasan. Pada indikator tersebut diperoleh skor 3 deskriptor yaitu

mengungkapkan pertanyaan secara singkat dan jelas, memberi konfirmasi

jawaban, dan memberi waktu berpikir kepada siswa sebelum menjawab.

Sedangkan deskriptor yang belum tampak adalah penyebaran pertanyaan kepada

seluruh siswa dan.

Guru menayangkan audio visual berita kepada siswa untuk disimak. Pada

indikator tersebut diperoleh skor 3 deskriptor yaitu audio visual cerita rakyat yang

disajikan menarik perhatian siswa, audio visual sesuai tujuan pembelajaran, dan

audio visual berita sesuai materi. Sedangkan deskriptor yang belum tampak adalah

audio visual berita tampak jelas.

Guru mengkondisikan siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan beberapa siswa untuk mendiskusikan LKS yang diberikan oleh

guru. Pada indikator keterampilan tersebut diperoleh skor 4 deskriptor, antara lain

pemberian nomor kepala kepada masing-masing siswa, menentukan posisi duduk

setiap kelompok, pembentukan kelompok secara heterogen, dan suasana kelas

terkondisi dengan baik.

Membimbing pelaksanaan diskusi merupakan keterampilan dasar mengajar

guru dalam melayani aktivitas siswa pada saat berdiskusi kelompok. Pada

indikator keterampilan tersebut diperoleh skor 4 deskriptor antara lain berkeliling

56

membimbing kelompok, memusatkan perhatian siswa, mencegah dominasi

individu dan kelompok, dan memperjelas masalah ketika siswa kurang paham.

Guru membimbing siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan

kelas. Pada indikator keterampilan tersebut diperoleh skor 4 deskriptor antara lain

memanggil siswa sesuai nomor kepala untuk mempresentasikan hasil diskusi,

memanggil siswa dari kelompok lain untuk menanggapi, menanggapi presentasi

siswa, dan menyimpulkan hasil diskusi kelompok.

Guru memberi penguatan berupa verbal, non verbal, reward dan penguatan

bervariasi yang bertujuan memberikan motivasi kepada siswa. Pada indikator

keterampilan tersebut diperoleh skor 3 deskriptor antara lain memberikan

penguatan verbal berupa kata, memberikan penguatan non verbal berupa mimik

dan gerakan, serta memberikan penguatan berupa reward. Sedangkan deskriptor

yang belum tampak adalah memberikan penguatan yang bervariasi.

Keterampilan menutup pelajaran merupakan ketarampilan dasar mengajar

guru dalam mengakhiri kegiatan pembelajaran supaya lebih bermakna. Pada

indikator keterampilan tersebut diperoleh skor 3 deskriptor antara lain

memberikan umpan balik, melibatkan siswa dalam membuat simpulan materi, dan

memberikan evaluasi. Sedangkan deskriptor yang belum tampak adalah memberi

tindak lanjut kepada siswa dan.

2) Observasi Aktivitas Siswa

Observasi aktivitas siswa pada siklus II dilaksanakan dengan mengamati

kegiatan pembelajaran siswa dalam menyimak pokok-pokok berita yang

berjumlah 12 siswa yang terdiri 6 siswa putra dan 6 siswa putri. Hasil pengamatan

aktivitas siswa pada siklus II adalah sebagai berikut.

57

Tabel 13: Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa

No Nama Indikator Skor Persentase1 2 3 4 5 6 7

1 Amin Nur R 3 4 3 3 4 4 3 24 85,7%2 Een 2 2 3 3 2 4 2 18 64,3%3 Eva S 2 3 2 3 3 4 2 19 67,8%4 Grace Aprilia 4 3 2 3 3 4 3 22 78,6%5 Higina Milania 3 2 4 2 3 2 4 20 71,4%6 Joko Setiawan 2 3 2 4 3 2 4 20 71,4%7 Pera Wati 2 2 2 3 2 2 2 15 53,6%8 Reza Pratama 2 2 3 2 2 3 2 16 57,1%9 Topik Sukedi 2 2 2 2 3 2 2 15 53,6%10 Tri Voni 2 3 2 3 2 3 1 16 57,1%11 Yupensius 3 2 2 3 2 3 2 17 60,7%12 Yulita

Magdalena3 4 3 3 3 3 3 22 78,6%

Jumlah 30

32 30

34 32 36

30 224

Persentase (%) 62

66,7

62

70,8

66,7

75

62

Skor Tertinggi 48 28Rata-Rata 18,67Kategori Baik

Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II diperoleh

jumlah skor keseluruhan 224 dengan kategori baik. Pada indikator pertama yaitu

menanggapi apersepsi sebanyak 7 siswa masing-masing memperoleh skor 2, 4

siswa memperoleh skor 3, dan 1 siswa memperoleh skor 4. Persentase skor

aktivitas siswa dalam menanggapi apersepsi adalah 62%.

Pada indikator memperhatikan penjelasan guru (listening activities), siswa

mendengarkan informasi mengenai materi berita. Pada indikator tersebut

sebanyak 6 siswa masing-masing memperoleh skor 2, 4 siswa masing-masing

memperoleh skor 3, dan 2 siswa masing-masing memperoleh skor 4. Persentase

skor aktivitas siswa pada indikator tersebut adalah 66,7%.

Siswa bertanya untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami dan

menjawab pertanyaan dari guru pada pembelajaran menyimak pokok-pokok

berita. Pada indikator tersebut sebanyak 7 siswa masing-masing memperoleh skor

58

2, 4 siswa masing-masing memperoleh skor 3, dan 1 siswa memperoleh skor 4.

persentase skor aktivitas siswa pada indikator tersebut adalah 62%.

Siswa menyimak berita yang ditayangkan guru dengan media audio visual.

Pada indikator tersebut sebanyak 3 siswa masing-masing memperoleh skor 2, 8

siswa memperoleh skor 3, dan 1 siswa memperoleh skor 4. Persentase skor

aktivitas siswa pada indikator tersebut adalah 70,8%.

Siswa membentuk kelompok secara heterogen yaitu melalui model NHT

untuk mengerjakan LKS dengan anggota kelompoknya. Pada indikator tersebut

sebanyak 5 siswa masing-masing memperoleh skor 2, 6 siswa mendapatkan skor

3, dan 1 siswa masing-masing memperoleh skor 4. Persentase skor aktivitas siswa

pada indikator tersebut adalah 66,7%.

Siswa melaporkan hasil kerja kelompok sesuai dengan nomor kepala yang

dipanggil guru dengan materi menyimak pokok-pokok berita. Pada indikator

tersebut sebanyak 4 siswa masing-masing memperoleh skor 2, 4 siswa masing-

masing memperoleh skor 3, dan 4 siswa masing-masing memperoleh skor 4.

Persentase skor aktivitas siswa pada indikator tersebut adalah 75%.

Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui

pemahaman hasil belajar menyimak pokok-pokok berita pada siklus kedua. Pada

indikator tersebut sebanyak 7 siswa masing-masing memperoleh skor 2, 3 siswa

masing-masing memperoleh skor 3, dan 2 siswa memperoleh skor 4. Persentase

skor aktivitas siswa pada indikator tersebut adalah 65%.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan intepretasi tindakan pada siklus II, peneliti

melakukan analisis sebagai berikut.

1) Keterampilan Guru

Dalam pembelajaran siklus II sudah sesuai dengan pembelajaran materi

pokok-pokok berita, rencana pembelajaran siklus II sudah sesuai dengan

pembelajaran materi pokok-pokok berita yang menggunakan model NHT dengan

media Audio Visual. Kegiatan guru dalam pembelajaran ini sudah sangat baik,

setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa pada saat proses pembelajaran siklus

II terjadi hambatan antara lain:

59

a) Guru dalam menjelaskan materi tidak memberikan contoh yang konkrit.

b) Guru belum memusatkan perhatian kepada seluruh kelompok dan individu

sehingga terjadi dominasi

c) Guru tidak memberi tindak lanjut kepada siswa dalam menutup pelajaran.

Berdasarkan refleksi siklus II pada pembelajaran menyimak pokok-pokok

berita melalui model NHT dengan media audio visual kelas VIII SMPN 6 Satu

Atap Subah, tindakan-tindakan yang perlu direvisi untuk siklus selanjutnya adalah

sebagai berikut.

a) Guru dalam menjelaskan materi harus memberikan contoh yang konkrit

atau nyata.

b) Dalam membimbing diskusi kelompok guru memusatkan perhatian kepada

seluruh siswa dan bisa mencegah dominasi individu dalam kelompok.

c) Guru memberi tindak lanjut kepada siswa sebelum menutup pelajaran

2) Aktivitas Siswa

Data hasil observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data ini diambil dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Data aktivitas siswa dianalisis untuk menentukan tingkat aktivitas siswa yaitu kategori tingkat aktivitas kurang, cukup, baik, dan sangat baik. Persentase hasil aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 14: Hasil Pengamatan Aktivitas SiswaNo Nama Skor Kriteria

1 AMIN NUR R 24 Baik2 EEN 18 Baik3 EVA S 19 Baik4 GRACE APRILIA W 22 Sangat Baik5 HIGINA MILANIA 20 Baik6 JOKO SETIAWAN 20 Baik7 PERA WATI 16 Baik8 REZA PRATAMA 17 Baik9 TOPIK SUKEDI 16 Baik10 TRI VONI 17 Baik11 YUPENSIUS 17 Baik12 YULITA M 22 Sangat Baik

Rerata 228 Sangat Baik

60

Aktivitas siswa selama pembelajaran siklus II secara keseluruhan

dikategorikan baik. Hal ini ditunjukkan dari perolehan skor keseluruhan 225 yang

termasuk kategori baik, oleh karena itu perlu ditingkatkan dan diperbaiki pada

pelaksanaan siklus II. Aktivitas siswa yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki

yaitu:

1) Siswa dalam mendengarkan penjelasan guru kurang maksimal. Ada

beberapa siswa yang masih membuat kegaduhan di dalam kelas selama

pembelajaran.

2) Siswa masih kurang aktif bertanya, walaupun belum jelas terhadap

materi yang telah dipelajari.

3) Partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi kelompok kurang maksimal.

4) Kurangnya kesiapan siswa ketika guru memanggil siswa sesuai nomor

kepala untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

Berdasarkan refleksi siklus II pada lembar observasi aktivitas siswa dalam

pembelajaran menyimak pokok-pokok berita melalui model NHT dengan media

audio visual, tindakan yang perlu diperbaiki adalah sebagai berikut.

1) Guru memusatkan perhatian yang lebih kepada siswa yang melakukan

aktivitas dapat mengganggu teman sekelasnya.

2) Memotivasi siswa agar siap dan mampu mempresentasikan hasil diskusi

kelompok.

3) Membangkitkan motivasi siswa agar lebih aktif bertanya dan

mengemukakan pendapat

4) Mendorong semua anggota kelompok agar memberikan kontribusinya

dalam kegiatan diskusi

4) Hasil Tes Kemampuan Menyimak Berita

Hasil belajar siswa dalam keterampilan menyimak pokok-pokok berita

belum memenuhi ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa

dengan rata-rata 79,17 nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 60.

Siswa yang memenuhi KKM sebanyak 11 siswa dan siswa yang belum memenuhi

KKM sebanyak 1 siswa. Hasil belajar siswa sudah mencapai indikator

61

keberhasilan karena ketuntasan klasikal sudah mencapai 79,17%%, dikatakan

berhasil apabila telah mencapai 85%. Dari berbagai permasalahan yang muncul

pada pelaksanaan tindakan siklus I, maka perlu diadakan perbaikan untuk

pelaksanaan tindakan di siklus II.

4. Rekapitulasi Siklus I dan Siklus II

1. Keterampilan Guru

Rekapitulasi hasil observasi keterampilan guru pada siklus I dan II dapat

disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 15: Rekapitulasi Keterampilan Guru pada Siklus I dan II

No Indikator Hasil yang

Dicapai

I II

1 Membuka pelajaran 2 4

2 Menjelaskan materi kepada siswa 3 3

3 Bertanya kepada siswa 2 3

4 Menanyangkan audio visual berita 3 4

5 Mengkondisikan siswa menjadi beberapa kelompok 2 4

6 Membimbing pelaksanaan diskusi 2 3

7 Membimbing siswa mempresentasikan hasil diskusi 3 4

8 Memberikan penguatan atau penghargaan kepada siswa 3 3

9 Menutup pelajaran 2 3

Jumlah Skor 22 31

KategoriBaik Sangat

Baik

Berdasarkan tabel rekapitulasi keterampilan guru pada siklus I dan siklus II

menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I diperoleh skor 23 dengan kategori

baik. Pada siklus II diperoleh skor 31 dengan kategori sangat baik.

62

2. Aktivitas Siswa

Rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II dapat

disajikan pada tabel berikut.

Tabel 16: Rekapitulasi Hasil Aktivitas Siswa pada Siklus I dan II

No IndikatorHasil yang

DicapaiI II

1 Menanggapi apersepsi (Emotional activities) 20 312 Memperhatikan penjelasan guru (listening activities) 23 323 Bertanya dan menjawab pertanyaan (oral activities) 16 304 Mengamati tayangan audio visual berita (listening dan

visual activities)29 34

5 Mengerjakan lembar kerja siswa dalam kelompok (writing activities)

18 32

6 Melaporkan hasil kerja kelompok (emotional activities) 24 337 Mengerjakan soal evaluasi (writing activities) 19 3489

Jumlah Skor 139 228Kategori Cukup Baik

Berdasarkan tabel rekapitulasi aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II

menunjukkan adanya peningkatan signifikan dari siklus I diperoleh jumlah skor

139 dengan kategori cukup. Pada siklus II diperoleh skor 228 dengan kategori

baik.

3. Kemampuan Menyimak Pokok-pokok Berita

Rekapitulasi hasil menyimak pokok-pokok berita pada prasiklus, siklus I,

dan siklus II dapat disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 17: Rekapitulasi Kemampuan Siswa pada Siklus I dan II

No

Hasil Belajar Hasil yang DicapaiPrasiklus

I II

1 Rata-rata Kelas 62,5 67 79,172 Nilai Tertinggi 80 80 1003 Nilai Terendah 40 40 604 Siswa yang Tuntas 5 8 115 Siswa yang Belum Tuntas 7 4 1

63

6 Persentase Ketuntasan Klasikal 41,67% 66,67%

91,67%

Berdasarkan tabel peningkatan hasil belajar siswa pada prasiklus , siklus I,

dan siklus II menunjukkan adanya peningkatan dari prasiklus nilai rata-rata 62,5,

nilai tertinggi yang didapatkan siswa adalah 80 dan nilai terendah 40. Siswa yang

tuntas pada prasiklus sebanyak 5 orang dan siswa yang belum tuntas sebanyak 7

orang. Ketuntasan klasikal adalah 41,67%.

Pada siklus I nilai rata-rata 67, nilai tertinggi yang didapatkan siswa adalah

80 dan nilai terendah 40. Siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 8 orang dan

siswa yang belum tuntas sebanyak 4 orang. Ketuntasan klasikal adalah 66,67%.

Pada siklus II nilai rata-rata 79,17, nilai tertinggi yang didapatkan siswa

adalah 100 dan nilai terendah adalah 60. Siswa yang tuntas pada siklus II

sebanyak 11 orang dan siswa yang belum tuntas sebanyak 1 orang. Ketuntasan

klasikal adalah 91,67%.

B. Pembahasan

Penelitian ini untuk meningkatkan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui

model Numbered Heads Together dengan media Audio Visual pada siswa kelas

VIII SMP Negeri 6 Satu Atap Subah. Pembahasan meliputi observasi

keterampilan guru dalam mengajar menggunakan model Numbered Heads

Together dengan media audio visual, observasi aktivitas siswa selama

pembelajaran menyimak berita, dan peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII

SMP Negeri 6 Satu Atap Subah dalam siklus I dan siklus II.

1. Hasil Observasi Keterampilan Guru

Dari data yang diperoleh, dapat dilihat yaitu kinerja guru untuk setiap aspek dalam dua siklus mengalami kenaikan. Skor total kinerja guru dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan, yaitu jumlah skor yang diperoleh pada siklus 1 sebesar 22, menjadi 30 pada siklus 2. Untuk kriteria keterampilan mengajar yang diperoleh dari siklus 1 dan 2 oleh guru dari kriteria baik menjadi sangat baik. Hal ini

64

memperlihatkan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru sebagian besar sesuai dengan keterampilan dasar guru.

Indikator guru bertanya yang didemonstrasikan, pada siklus I memperoleh

skor rata-rata yaitu 2 dengan kategori cukup dan siklus II memperoleh skor rata-

rata yaitu 3 dengan kategori baik. Sanjaya Wina (2010: 12) menyatakan bahwa

keterampilan bertanya merupakan kemampuan dasar untuk mengajak siswa

berpikir, mengeluarkan ide dan gagasan yang orisinal melalui bahasa lisan.

Pernyataan terbukti ketika guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan

keterampilan bertanya yang digunakan guru sebagai pematapan bagi siswa pada

pelajaran dan sebagai pengukur siswa dalam menguasai pelajaran, Apa bila siswa

tidak bisa menjawab pertanyan dari guru atau sebaliknya siswa tidak bisa bertanya

kepada guru berarti siswa tidak menguasai pelajaran dan siswa masih pasif dalam

kegiatan pembelajaran.

Indikator Guru memberi penguatan mendapat skor rata-rata pada siklus I

yaitu 3 dan siklus II yaitu 3 berada dalam kategori baik. Pada siklus I dan II guru

belum memberi penguatan secara menyeluruh selama kegiatan pembelajaran

berlangsung, Sehingga hanya beberapa siswa yang hanya aktif dan antusias dalam

pembelajaran. Meskipun demikian hal ini sudah dikatakan baik, mengingat skor

yang diperoleh guru untuk indikator ini adalah 3. Usman (2012) mengatakan

keterampilan memberi penguatan adalah segala bentuk respon, verbal atau

nonverbal yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap

tingkah laku siswa yang bersifat untuk memberi informasi atau umpan balik bagi

siswa.

Indikator menggunakan variasi, guru mendapat skor rata-rata pada siklus I

adalah 3 dengan kategori baik dan siklus II adalah 4 dengan kategori sangat baik.

Usman (2012) menyatakan keterampiran menggunakan variasi adalah suatu

kegiatan guru dan komplek dalam proses interaksi belajar mengajar yang

ditujukan untuk mengatasi pada kebosanan siswa, sehingga situasi belajar siswa

senantiasa menjukan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Peryataan

tersebut sesuai dengan penelitian terlihat pada siklus I karena belum terbiasa, guru

kelihatan masih kesulitan melakukan langkah-langkah model pembelajaran NHT

65

dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa tidak memperhatikan jalannya

pembelajaran. Tetapi pada siklus II guru sudah ada peningkatan dalam melakukan

langkah-langkah model NHT, sehingga siswa tertarik mengikuti jalannya

pembelajaran dan siswa lebih aktif.

Indikator menjelaskan yang didemonstrasikan, guru mendapat skor rata-rata

yang sama pada siklus I dan II yaitu 3 dengan kategori baik. Pada siklus I dan II

guru kelihatan dalam menjelaskan pelajaran dengan contoh yang kurang konkrit

atau dekat dengan kehidupannya sehari-hari. Pada siklus II tidak ada perbaikan

dalam guru mengajar. Namun demikian, dalam hal ini kemampuan menjelaskan

guru pada siklus I dan II sudah dikatakan baik. Guru menjelaskan pelajaran

sesuai materi, memberikan penekanan pada materi penting, dan menggunakan

bahasa yang mudah dipahami siswa. Sesuai dengan apa yang dinyatakan Turney

(2011) bahwa kegiatan menjelaskan merupakan kegiatan guru merefleksi segala

infromasi sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa dengan penjelasan yang

relavan dengan tujuan, materi, sesuai kemampuan siswa dan latar belakang siswa,

serta dapat dilakukan pada awal, tengah ataupun akhir pelajaran sesuai keperluan.

Sehingga suasana dalam kelas saat pembelajaran kondusif serta ada interaksi

antara guru dengan siswa.

Pada indikator membuka pelajaran guru mendapat skor rata-rata siklus I

yaitu 2 dengan kategori cukup dan siklus II skor 4 dengan kategori sangat baik.

Pada indikator ini yang menentukan keberhasilan guru untuk mencapai tujuan

pembelajaran selama proses kegiatan belajar mengajar adalah guru. Siklus I guru

tidak ada menimbulkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran pada saat

itu dan tidak menyampaikan atau memberikan langkah-langkah pembelajaran.

Sanjaya Wina (2010: 11) berpendapat kemampuan membuka dan menutup

pelajaran yakni kemampuan untuk mengkondisikan agar siswa siap untuk

menyimpan informasi dalam memori siswa. Sesuai dengan pernyataan tersebut,

apabila pelajaran dibuka dengan baik selanjutnya selama pembelajaran akan

menjadi bagus sampai pada penutup pelajaran. Tetapi pada siklus II guru sudah

ada perbaikan dan peningkatan dalam mengajar yang dilakukan oleh guru. Hal ini

terlihat pada siklus II indikator membuka pembelajaran guru sudah melakukan

66

semua deskriptor yang ada. Apersepsi yang dibuat guru sudah bisa membuat

siswa termotivasi dalam belajar terlihat siswa mengikuti jalannya pembelajaran

dengan baik.

Keterampilan menutup pelajaran merupakan ketarampilan dasar mengajar

guru dalam mengakhiri kegiatan pembelajaran supaya lebih bermakna. Pada

indikator menutup pelajaran guru mendapat skor rata-rata pada siklus I yaitu 2

dengan kategori cukup dan siklus II skor 3 dengan kategori baik. Pada siklus I

guru memperoleh skor 2 deskriptor antara lain memberikan umpan balik dan

memberikan evaluais. Sedangkan deskriptor yang belum tampak adalah

melibatkan siswa dalam membuat pokok-pokok materi dan memberi tindak lanjut

kepada siswa. Pada siklus II terjadi peningkatan yaitu guru memperoleh skor 3

deskriptor antara lain memberikan umpan balik, melibatkan siswa dalam membuat

pokok-pokok materi dan memberikan evaluasi. Sedangkan deskriptor yang belum

tampak adalah memberikan tindak lanjut kepada siswa. Keterampilan menutup

pelajaran dapat diartikan sebagai usaha guru untuk memberikan gambaran

menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari, usaha untuk mengetahui

keberhasilan siswa dalam menyerap pelajaran, dan menentukan titik pangkal

untuk pelajaran berikutnya.

Pada Indikator membimbing diskusi kelompok kecil, guru mendapat skor

rata-rata siklus I yaitu 2 dengan kategori cukup dan siklus II skor 3 dengan

kategori baik. Siklus I belum kelihatan interaksi antara guru dengan siswa, diskusi

kelompok tidak jalan, siswa masih belum bisa menyimpulkan hasil diskusi. Pada

siklus II sudah ada peningkatan guru memperhatikan setiap kelompok, guru

membantu setiap kelompok yang mengalami kesulitan, dan guru memperjelas

ketika siswa kurang paham. Pada siklus II guru masih belum mampu mencegah

individu yang mendominasi dalam kelompoknya.

Indikator guru mengelola kelas berbasis lingkungan, guru mendapat skor

rata-rata pada siklus I yaitu 2 dengan kategori cukup dan siklus II mendapat skor 4

dengan kategori sangat baik. Pada siklus I guru belum kelihatan dapat mengolah

kelas dengan baik, siswa masih ramai dalam mengikuti pembelajaran dan guru

kurang memperhatikan keadaan siswa selama pembelajaran, sehingga kondisi

67

kelas masih kurang kondusif. Pada siklus II guru ada peningkatan dalam

mengelola kelas, sehingga siwa belajar dengan tertib serta tenang selama

mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan

Hasibuan dan Moedjiono (2009: 82) keterampilan mengolah kelas adalah

keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang baik,

apabila ada gangguan dalam proses belajar mengajar, dapat mempengaruhi

terhadap keberhasilan kegiatan intruksional.

Pada Indikator mengajarkan kelompok kecil, guru mendapat skor rata-rata

siklus I yaitu 3 dengan kategori baik dan siklus II mendapat skor 4 dengan

kategori sangat baik. Sesuai dengan temuan Anitah (2012) bahwa mengajar

kelompok kecil atau perorangan merupakan suatu proses yang teratur yang

melibatkan keterampilan siswa dalam interaksi tatap muka yang informasional

dengan berbagai pengalaman atau infromasi pengambilan kesimpulan dan

pemecahan masalah. Indikator ini mengajarkan siswa melakukan demonstrasi

dalam kelompok kecil. Sesuai dengan pernyataan tersebut pada siklus I guru

masih kurang memperhatikan setiap kelompok, sehingga setiap kelompok sibuk

sendiri dan tidak melakukan demonstrasi yang diinginkan menurut model

pembelajaran NHT. Tetapi pada II guru ada peningkatan, guru membimbing

setiap kelompok untuk melakukan demonstrasi dan siswa pun melakukannya

dengan baik.

Temuan hasil penelitian diatas sesuai dengan yang telah dikemukakan oleh

Usman (1995: 74-103) yaitu ada delapan keterampilan mengajar yang sangat

menentukan kualitas pada pembelajaran. Keterampilan guru yang menentukan

kualitas pembelajaran yaitu: keterampilan bertanya, keterampilan memberi

penguatan, keterampilan menggunakan variasi, keterampilan menjelaskan,

keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan membimbing

diskusi kelompok kecil, keterampilan mengolah kelas dan keterampilan mengajar

kelompok kecil dan perorangan. Jadi hasil penelitian dengan model Numbered

Heads Together dengan media Audio Visual dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia dapat meningkatkan keterampilan guru. Meningkatnya keterampilan

guru akan mempengaruhi pada aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.

68

69

2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Menurut Ibrahim (2000:16), agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan

sesuai dengan harapan dan siswa dapat bekerja secara produktif dalam kelompok,

maka siswa perlu diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan

kooperatif tersebut berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan

tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan

komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dapat dilakukan

dengan membagi tugas antaranggota kelompok. Dari pendapat tersebut, dapat

dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan peran aktif siswa,

tetapi agar siswa dapat bekerja secara produktif (aktivitasnya lebih banyak) dalam

kelompok, maka penting adanya peranan tugas yang dapat dilakukan dengan

membagi tugas antar anggota kelompok.

Pembahasan penelitian berdasarkan observasi aktivitas siswa dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia melalui model Numbered Heads Together dengan

media Audio Visual pada siswa kelas VIII SMP Negeri Satu Atap Subah pada

setiap siklus. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah aktivitas

siswa, menurut Paul B. Diedrich (dalam Yamin, martinis 2012 :101) aktivitas

siswa ada 8 kelompok antara lain: (1) Visual activities, (2) Oral activities, (3)

Listening activities, (4) Writting activities, (5) Drawing activities, (6) Motor

activities, (7) Metal activities, (8) Emotional activities.

Pada indikator pertama Siklus I yaitu menanggapi apersepsi, skor yang

terdapat pada indikator ini sebesar 20. Klasifikasi skor aktivitas siswa dalam

menanggapi apersepsi adalah cukup. Pada siklus I terlihat siswa kurang

menanggapi apersepsi yang dilakukan oleh guru. Sedangkan pada siklus II terjadi

peningkatan, dapat dilihat dari perolehan skor pada siklus II sebesar 31 masuk

dalam kriteriabaik. Pada siklus II siswa sudah mendengarkan penjelasan guru

dengan baik, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik dan siswa dapat

mengikuti pembelajaran dengan aktif. Indikator ini sesuai dengan salah satu

aktivitas siswa dalam Paul D. Dierich dalam Yamin Martinis (2012: 181) yaitu

kegiatan mendengarkan meliputi mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan

70

percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan dan

mendengarkan radio.

Pada indikator memperhatikan penjelasan guru (listening activities), siswa

mendengarkan informasi mengenai materi berita. Pada siklus I indikator

memperhatikan penjelasan guru terdapat siswa yang kurang memperhatikan saat

guru menyampaikan materi, hal ini dibuktikan dengan skor yang didapatkan pada

indikator ini sebesar 23 masuk dalam kriteria cukup. Sedangkan pada siklus II

terdapat peningkatan pada indikator ini, siswa SMP Negeri 6 Satu Atap Subah

mendapat skor sebesar 32 masuk dalam kriteria baik.

Siswa bertanya untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami dan

menjawab pertanyaan dari guru pada pembelajaran menyimak pokok-pokok

berita. Pada indikator tersebut di siklus I skor yang didapatkan adalah 16 dengan

kategori cukup. Sedangkan pada siklus II skor yang didapatkan sebesar 30 dengan

kategori baik. Pada siklus 1 aktivitas siswa dalam bertanya dan menjawab

pertanyaan sangat rendah, padahal keterampilan ini berperan penting dalam proses

pembelajaran. Aktivitas bertanya dan menjawab pertanyaan merupakan aktivitas

yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena dengan keterampilan

ini siswa akan lebih mantap dalam menerima pelajaran. Sedikitnya jumlah siswa

yang mengajukan pertanyaan pada pembelajaran dari siklus 1 rasa takut, malu,

ataupun rendah diri yang ada pada siswa, padahal guru sudah mencoba memberi

kesempatan kepada siswa untuk bertanya, menyanggah jawaban teman, ataupun

menyampaikan pendapatnya.

Keterampilan siswa bertanya dan menjawab pertanyaan pada siklus 1

memang hanya sedikit siswa yang mampu, tetapi untuk siklus 2 ada peningkatan

jumlah siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Rendahnya aktivitas

mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan disebabkan oleh kurangnya

motivasi belajar siswa. Oleh karena itu perlu diciptakan suasana yang dapat

mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab siswa, menghargai pendapat siswa,

mentolerir kesalahan siswa, dan mendorongnya untuk melakukan perbaikan.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dalam mengamati tayangan

berita melalui media audio visual, pembelajaran menyimak berita melalui model

71

NHT dengan media audio visual pada siklus I siswa memperoleh rata-rata skor 29

dengan kriteria baik. Sedangkan pada siklus II memperoleh skor 34 dengan

kategori baik. Mengamati tayangan berita dengan media audio visual termasuk

kegiatan-kegiatan mendengarkan dan visual. Menurut Hamalik (2011: 90)

kegiatan-kegiatan mendengarkan yaitu mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan,

dan mendengarkan radio. Sedangkan kegiatan-kegiatan visual yaitu membaca,

melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati

orang bekerja atau bermain.

Siswa membentuk kelompok secara heterogen yaitu melalui model NHT

untuk mengerjakan LKS dengan anggota kelompoknya. Pada siklus I siswa

memperoleh skor 18 dengan kategori cukup. Pada siklus pertama ini, siswa dan

guru masih canggung dengan model pembelajaran yang baru, hal ini tampak

dengan skor yang diperoleh siswa. Ditambah dengan pengelompokkan siswa yang

dilakukan secara tidak heterogen membuat adanya dominasi kelompok.

Sedangkan pada siklus kedua skor rata-rata yang diperoleh adalah 32 dengan

kategori baik. Pada siklus kedua ini terjadi peninggkatan dikarenakan guru

melakukan pengelompokkan siswa secara heterogen dan siswa tidak lagi

canggung dengan model pembelajaran NHT.

Pada indikator melaporkan hasil kerja kelompok, siswa melaporkan hasil

kerja kelompok sesuai dengan nomor kepala yang dipanggil guru dengan materi

menyimak pokok-pokok berita. pada siklus I siswa memperoleh rata-rata skor 24

dengan kategori baik, sedangkan siklus II memperoleh rata-rata skor 33 dengan

kategori baik. Kegiatan siswa dalam melaporkan hasil kerja kelompok yaitu

meliputi menunjukkan kesiapan ketika nomornya dipanggil guru, siswa

mempresentasikan didepan kelas, kelompok lain menanggapi hasil presentasi, dan

menanggapi semua masukan yang telah ditampung.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dalam mengerjakan soal

evaluasi. Pembelajaran menyimak pokok-pokok berita melalui model NHT

dengan media audio visual pada siklus I siswa memperoleh rata-rata skor 19

dengan kategori cukup. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan, siswa

72

memperoleh skor 34 dengan kategori baik. Kegiatan siswa dalam mengerjakan

soal evaluasi yaitu meliputi mengerjakan soal evaluasi sesuai dengan petunjuk,

siswa mengerjakan soal evaluasi secara mandiri, siswa mengerjakan soal evaluasi

dengan tenang, dan siswa mengerjakan soal sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Mengerjakan soal evaluasi termasuk writing activities. Seperti yang disampaikan

Hamalik (2010: 173) kegiatan-kegiatan menulis yaitu menulis cerita, menulis

laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman,

mengerjakan tes, dan mengisi angket.

Dari hasil observasi pengamatan aktivitas siswa saat mengikuti proses pembelajaran diperoleh hasil aktivitas siswa siklus 1 dengan skor rata-rata sebesar 11,58 yang berada dalam kategori cukup. Pada siklus 2 skor rata-rata sebesar 19 yang berada dalam kategori baik. Data aktivitas siswa tersebut menunjukkan bahwa pada siklus 1 belum mencapai indikator keberhasilan, sedangkan siklus 2 telah tercapai indikator keberhasilan penelitian (ketuntasan klasikal sekurang-kurangnya siswa memperoleh nilai aktivitas kategori baik).

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 6 Satu Atap Subah

menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together dengan media

Audio Visual dapat meningkatkan aktivitas siswa. Pendapat Usman (2000: 33)

aktivitas siswa merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi

siswa untuk belajar. Siswa dikatakan aktif apabila dengan ciri-ciri perilaku seperti:

sering bertanya kepada guru atau siswa lainnya, mengerjakan tugas yang

diberikan guru, semangat diberi tugas dan mengikuti pelajaran dengan baik.

3. Observasi Hasil Belajar Siswa

Gagne dalam Sagala Syaiful (2008: 23) menyatakan hasil belajar dapat

berupa keterampilan intelektual yang memungkinkan seseorang berinteraksi

dengan lingkungan melelui penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan,

strategi-strategi kongnitif yang merupakan proses-proses kontrol dan

dikelompokkan sesuai fungsinya dan hasil belajar ditandai dengan perilaku secara

73

keseluruhan, bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran meliputi aspek

perilaku dan bukan hanya satu aspek atau dua aspek saja tetapi perubahan

meliputi aspek kongnitif, kongnitif, dan motorik.

Pembahasan pemaknaan pada setiap siklus berdasarkan observasi hasil

belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia melalui model Numbered

Heads Together dengan media Audio Visual pada siswa kelas VIII SMP Negeri 6

Satu atap Subah adalah sebagai berikut. Dari data hasil belajar siswa dapat

diketahui bahwa ketuntasan klasikal belajar siswa kelas VIII pada pra siklus

belum mencapai indikator keberhasilan yaitu hanya 41,67% siswa yang mencapai

ketuntasan belajar secara klasikal. Pada siklus 1 ketuntasan belajar secara klasikal

juga belum mencapai indikator keberhasilan yaitu hanya 66,67% siswa yang

mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa

telah mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu 91,67% siswa telah

mencapai ketuntasan belajar secara klasikal (indikator keberhasilan sekurang-

kurangnya 85% siswa memperoleh nilai ≥ 70 Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) Bahasa Indonesia di SMP Negeri 6 Satap Subah). Hamdani (2011: 60)

mengatakan ketuntasan belajar klasikal adalah 85% siswa dikatakan sudah tuntas.

Jadi penelitian dinyatakan berhasil dan penelitian dilakukan sampai siklus II.

Dengan pembelajaran NHT siswa mudah memahami konsep materi

menyimak berita sehingga mudah membuat kesimpulan dalam pembelajaran.

Pada prinsipnya model pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan

tingkah laku kooperatif antarsiswa sekaligus membantu siswa dalam pelajaran

akademisnya. Peningkatan hasil belajar dari siklus 1 ke siklus 2 juga dipengaruhi

oleh aktivitas siswa yang juga meningkat. Seluruh peranan dan kemauan

dikerahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pengajaran yang

optimal sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif sementara itu Rosseau

dalam Sardiman (2007:96), berpendapat bahwa pengetahuan itu harus diperoleh

dengan pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan

fasilitas yang diciptakan sendiri baik secara rohani maupun eknis. Ini

menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tidak ada belajar kalau

tidak ada aktivitas. Sudjana (2000:73), berpendapat bahwa ciri pengajaran yang

74

berhasil salah satu diantaranya dilihat dari kadar kegiatan siswa belajar. Semakin

tinggi kegiatan belajar siswa, semakin tinggi peluang berhasilnya pengajaran.

Menurut Anni dkk (2006:11), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal yang mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh, kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan dan faktor internal yang mencakup semua kondisi yang ada dilingkungan pembelajar. Menurut Sudjana (2000:52), disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Dari kedua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja guru juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator dan motivator.

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dengan judul “Peningkatan

Kemampuan Menyimak Berita Menggunakan Model Numbered Head Together

dengan media audio visual pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Satu Atap Subah

Tahun Pelajaran 2015/2016” dapat disimpulkan sebagai berikut.

Model NHT dengan media audio visual pada pembelajaran menyimak

pokok-pokok berita dapat meningkatkan keterampilan guru. Pada siklus I dengan

perolehan skor 22 dengan kategori baik. Pada siklus II meningkat dengan

perolehan skor sebanyak 31 dengan kategori baik.

Aktivitas siswa pada pembelajaran menyimak pokok-pokok berita pada

siklus I dengan rata-rata 11,58 dengan kategori cukup. Pada siklus II meningkat

dengan rata-rata 19 dengan kategori baik.

Hasil belajar keterampilan menyimak pokok-pokok berita pada prasiklus

nilai rata-rata siswa adalah 65,83 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar

41,67%. Pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah 70 dengan ketuntasan belajar

klasikal sebesar 66,67%. Pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi

79,17 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 91,67%.

Dengan demikian penelitian model NHT dengan media audio visual dapat

meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar keterampilan

menyimak pokok-pokok berita SMP Negeri 6 Satu Atap Subah.

B. Implikasi

Dalam penelitian yang telah dilakukan, terlihat terjadi peningkatan

keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia, khususnya pada materi menyimak pokok-pokok berita. Hal ini

membuktikan bahwa model Numbered Heads Together dengan media Audio

Visual dapat diterapkan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama

menyimak pokok-pokok berita.

76

Melalui model Numbered Heads Together dengan media Audio Visual,

guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak

membosankan. Pembelajaran tidak lagi bersifat teacher centered (berpusat pada

guru) akan tetapi student centered (berpusat pada siswa), karena guru berperan

sebagai fasilitator, mediator, dan pembimbing kegiatan belajar siswa agar berjalan

dengan baik. Guru membimbing jalannya diskusi dalam menyimak berita melalui

media Audio Visual, membimbing siswa yang mengalami kesulitan, sehingga

hubungan guru dan siswa menjadi lebih dekat dan dapat menciptakan suasana

belajar yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa menjadi lebih aktif dan

lebih semangat dalam belajar.

Penggunaan model Numbered Heads Together dengan media Audio Visual

juga sangat bermanfaat bagi siswa. Sebelum dilaksanakan tindakan, siswa merasa

kesulitan dalam pembelajaran menyimak berita dan kurang aktif dalam

pembelajaran. Setelah diberi pembelajaran ini, siswa dapat meningkatkan hasil

belajarnya dan menjadi lebih aktif serta semangat dalam mengikuti pembelajaran

sehingga aktivitas siswapun dapat meningkat. Penelitian ini diharapkan dapat

dikembangkan lebih lanjut, baik oleh guru maupun pengembang pendidikan

lainnya sehingga pembelajaran menjadi lebih baik dan tujuan pembelajaran bisa

tercapai maksimal.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian melalui model Numbered Heads Together

dengan media Audio Visual dapat meningkatkan keterampilan guru dalam

mengajar, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa, maka saran peneliti sebagai

berikut.

1. Guru perlu meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia

melalui model Numbered Heads Together dengan media Audio Visual,

terutama untuk meningkatkan keterampilan guru, keaktivan siswa, dan

hasil belajar siswa.

2. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui model Numbered Heads

Together dengan media Audio Visual sangat memerlukan keterampilan

77

guru , sehingga sebelum melakukan pembelajaran guru hendaknya

memiliki persiapan dan perencanaan yang matang supaya proses

pembelajaran berjalan dengan lancar.

3. Guru hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan model pembelajaran

untuk menyampaika materi.

4. Siswa diharapkan lebih aktif selama kegiatan belajar mengajar dan ada

interaksi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa dalam

pembelajaran.