vitamin e
DESCRIPTION
KESEHATANTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dismenore adalah rasa nyeri yang terjadi selama masa menstruasi yang
disebabkan oleh kejang otot uterus (Price and Wilson, 2001). Kejadian
dismenore berkisar 45% sampai 75% dari seluruh remaja perempuan
pubertas, dimana ketidakhadiran di sekolah atau lingkungan kerja berkisar
13% sampai 51% dengan 5% sampai 14% ketidakhadiran tersebut disebabkan
beratnya gejala yang terjadi (Proctor dan Farquhar, 2006).
Dismenore dapat dialami lebih dari setengah wanita yang sedang
menstruasi dan prevalensi nya sangat bervariasi. Berdasarkan data dari
berbagai negara, angka kejadian dismenore di dunia cukup tinggi.
Diperkirakan 50% dari seluruh wanita di dunia menderita dismenore dalam
sebuah siklus menstruasi. Pasien melaporkan nyeri saat haid, dimana
sebanyak 12% nyeri haid sudah parah, 37% nyeri haid sedang, dan 49% nyeri
haid masih ringan. Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita
mengalami dismenore dan 10 – 15 % diantaranya mengalami dismenore
berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun
dan ini akan menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing.
Bahkan di perkirakan para perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari
kerja setiap bulan akibat dismenore. Di Indonesia angka kejadian dismenore
primer sebesar 54,89% sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder.
Dismenore menyebabkan 14% dari pasien remaja sering tidak hadir di
sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari (Calis, 2011).
Dismenore dibagi menjadi primer dan sekunder. Dismenore primer
apabila tidak terdapat gangguan fisik yang menjadi penyebab dan hanya
terjadi selama siklus – siklus ovulatorik sedangkan dismenore sekunder
adalah nyeri menstruasi yang berhubungan dengan masalah fisik seperti
endometriosis, polip uteri, leiomioma, stenosis serviks, atau penyakit radang
panggul (Price and Wilson, 2001).
Universitas Sumatra Utara
2
Beberapa literatur merekomendasikan penggunaan agen – agen
antiinflamasi nonsteroid, yang menyekat sintesis prostaglandin melalui
penghambatan enzim siklooksigenase. Terapi akan berhasil paling baik bila
dimulai sebelum awitan menstruasi dan diteruskan hingga gejala
berkurang.Progesteron juga akan menghambat sintesis prostaglandin
endometrium.Sehingga pengobatan menggunakan kontarsepsi oral juga
efektif. Obat – obat ini dapat mengurangi jumlah cairan menstruasi dan
dengan demikian juga mengurangi konsentrasi prostaglandin (Price and
Wilson, 2001).
Vitamin E merupakan salah satu pengobatan alternatif yang terbukti
bermanfaat dalam mengurangi nyeri yang terjadi pada dismenore tanpa
menimbulkan efek samping (Ziaei dkk, 2005). Mekanisme kerja vitamin E
dalam dismenore adalah dengan cara menghambat pelepasan asam arakidonat
dan konversi dari asam arakidonat menjadi prostaglandin (PG) melalui enzim
phospholipase A2 dan cyclo-oxygenase (Bregelius and Traber, 1999).
Vitamin E yang tersedia dipasaran berupa kapsul lunak yang berisi alpa-
tocopherol 100 IU dan 200 IU.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pengetahuan remaja putri SMA Negeri 3 Batam
tentang manfaat vitamin E untuk mengobati dismenore?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri SMA Negeri 3
Batam tentang manfaat vitamin E untuk mengobati dismenore.
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi pengetahuan remaja putri tentang pengertian
vitamin E.
Universitas Sumatra Utara
3
2. Untuk mengidentifikasi pengetahuan remaja putri tentang manfaat
vitamin E.
3. Untuk mengidentifikasi pengetahuan remaja putri tentang efek terapi
vitamin E dalam mengurangi durasi dan beratnya dismenore yang
terjadi.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1.Bagi Peneliti
Melatih penulis mengadakan penelitian langsung kemasyarakat
sehingga penulis memiliki pengetahuan tentang manfaat vitamin E sebagai
pengobatan dismenore.
1.4.2.Bagi Sekolah
Menambah pemahaman guru terhadap murid yang mengalami
dismenore.
1.4.3.Bagi Remaja
Sebagai suatu masukan dan bahan penambahan wawasan dan
pengetahuan bagi para siswi tentang manfaat vitamin E sebagai pengobatan
dismenore.
Universitas Sumatra Utara
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1.Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah ilmu yang dimiliki seseorang untuk menciptakan
suatu metode atau ideologi menjadi pengetahuan baru yang dapat
berkembang menjadi berbagai ilmu seperti : musik, hukum, sastra dan
falsafah (Hidayat, 2007).
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya yang berbeda seperti kepercayaan (beliefes),
takhyul (superstition) dan penerangan yang keliru (miss informations).
Manusia sebenarnya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk
yang sadar. Kesadaran manusia dapat disimpulkan oleh kemampuannya untuk
berpikir, berkehendak dan merasa (Sarwono, 2004).
2.1.2.Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehention)
Universitas Sumatra Utara
5
Memahami diartikan sebagai salah satu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi-materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap
objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya) dari kasus
yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk dapat menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyususn
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan
terhadap suatu teori.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Universitas Sumatra Utara
6
2.1.3.Kriteria Pengetahuan
Penilaian – penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada. Kriteria untuk
menilai tingkat pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori:
a. Tingkat pengetahuan baik apabila skor atau nilai : (76-100%)
b. Tingkat pengetahuan cukup apabila skor atau nilai : (56-75%)
c. Tingkat pengetahuan kurang apabila skor atau nilai : (< 56%)
2.1.4.Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2005):
1. Cara Tradisional untuk memperoleh pengetahuan
Cara kuno atau tradisional ini dipakai untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau metode
penemuan statistik dan logis. Cara – cara penemuan pengetahuan
pada priode ini meliputi :
a. Cara coba salah (trial and error)
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak bisa
dicoba kemungkinan yang lain.
b. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan.
c. Melalui jalan fikiran
Untuk memperoleh pengetahuan serta kebenarannya manusia
harus menggunakan jalan fikirnya serta penalarannya.
d. Cara Kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan sehari – hari, banyak sekali kebiasaan –
kebiasaan dan tradisi – tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.
Kebiasaan – kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan turun –
temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan – kebiasaan
Universitas Sumatra Utara
7
ini diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber
pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin – pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, dan
pemegang pemeritahan. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut
diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan.
2. Cara Modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih
sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian
ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian yaitu :
a. Metode berpikir induktif
Mula – mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala –
gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan
atau diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan umum.
b. Metode berpikir deduktif
metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih
dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang
khusus.
2.1.5.Faktor – Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
1) Faktor Internal menurut Notoatmodjo (2003) :
a) Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh
Notoatmojo (2003) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap
usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada
anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia
mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar
untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam serta diluar
sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Universitas Sumatra Utara
8
b) Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu. Dengan adanya pengetahuan yang tinggi
didukung minat yang cukup dari seseorang, sangatlah mungkin
seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang
diharapkan.
c) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang
(Middle Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2009), mengatakan
bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali, suatu objek
psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut.
Untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi
yang melibatkan emosi, penghayatan, dan pengalaman, sehingga
akan lebih mendalam dan lama membekas.
d) Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya.
Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya,
makin tua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan
koping terhadap masalah yang dihadapi (Azwar, 2009).
2) Faktor Eksternal menurut Notoatmodjo (2003), antara lain :
a) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder, keluarga
dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding
dengan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan
Universitas Sumatra Utara
9
mempengaruhi kebutuhan akan informai termasuk kebutuhan
sekunder. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
b) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal
serta memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap
terhadap hal tersebut. Pendekatan ini biasanya dilakukan untuk
menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang
berpengaruh terhadap perubahan perilaku, biasanya digunakan
melalui media masa.
c) Kebudayaan/Lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu
wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan
sikap pribadi atau sikap seseorang.
2.2. Remaja
2.2.1.Pengertian Remaja
Seringkali dalam pembahasan soal remaja digunakan istilah pubertas
dan adolescence. Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan
biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari
masa anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu berubahan
alat kelamin dari tahap anak ke dewasa (Soetjiningsih, 2010).
Sedangkan yang dimaksud dengan istilah adolescence, dulu merupakan
sinonim dari pubertas, sekarang lebih ditekankan untuk menyatakan perubahan
psikologis yang menyertai pubertas. Walaupun begitu, akselerasi pertumbuhan
somatik yang merupakan bagian dari perubahan fisik pada puberitas, disebut
sebagai pacu tumbuh adolescence growth spurt (Soetjiningsih, 2010). Remaja
yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari kata Latin
Universitas Sumatra Utara
10
adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan.
Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence memiliki arti yang luas
mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007).
Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana
terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya
fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif
(Soetjiningsih, 2010).
Menurut Soetjiningsih (2010) berdasarkan umur kronologis dan berbagai
kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang remaja, yaitu:
- Pada buku-buku pediatri, remaja pada umumnya didefinisikan dengan mereka
yang telah berumur 10-18 tahun bagi anak perempuan dan 12-20 tahun bagi anak
laki-laki.
- Menurut undang-undang No 4 tahun 1979 remaja adalah individu yang belum
mencapai 21 tahun dan belum menikah.
- Menurut undang-undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah
mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk
tinggal.
- Menurut UU Perkawinan No 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila
cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 untuk anak perempuan dan 19
tahun untuk anak laki-laki.
- Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.
Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan
psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut:
- Masa remaja awal/dini (Early adolescence): umur 11-13 tahun
- Masa remaja pertengahan (Middle adolescence): umur 14-16 tahun
- Masa remaja lanjut (Late adolescence): umur 17-20 tahun
2.3. Dismenore
2.3.1.Pengertian Dismenore
Dismenore berasal dari bahasa Yunani yaitu “dys” yang berarti sulit
atau menyakitkan atau tidak normal. “Meno” berarti bulan dan “rrhea” yang
Universitas Sumatra Utara
11
berarti aliran. Sehingga dismenore didefinisikan sebagai aliran menstruasi
yang sulit atau nyeri haid (Calis, 2011).
Dismenore adalah nyeri kram (tegang) daerah perut mulai terjadi pada
24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama 24 –
36 jam meskipun beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama. Kram
tersebut terutama dirasakan didaerah perut bagian bawah tetapi dapat
menjalar kepunggung atau permukaan dalam paha , yang terkadang
menyebabkan penderita tidak berdaya dalam menahan nyeri tersebut
(Hendrik, 2006).
2.3.2.Epidemiologi
Dismenorea dapat dialami lebih dari setengah wanita yang sedang
menstruasi, dan prevalensinya sangat bervariasi. Berdasarkan data dari
berbagai negara, angka kejadian dismenorea di dunia cukup tinggi.
Diperkirakan 50% dari seluruh wanita di dunia menderita dismenorea dalam
sebuah siklus menstruasi (Calis, 2011).
Pasien melaporkan nyeri saat haid, dimana sebanyak 12% nyeri haid
sudah parah, 37% nyeri haid sedang, dan 49% nyeri haid masih ringan (Calis,
2011).
Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami
dismenorea dan 10-15% diantaranya mengalami dismenorea berat,yang
menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan
menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing. Bahkan di
perkirakan para perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap
bulan akibat dismenorea(Calis, 2011). Di Pakistan diperkirakan 57% pelajar
yang mengalami dismenore mempunyai efek terhadap pekerjaan mereka
(Tariq, 2009).
Di Indonesia angka kejadian dismenorea primer sebesar 54,89%
sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder. Dismenorea menyebabkan
14% dari pasien remaja sering tidak hadir di sekolah dan tidak menjalani
kegiatan sehari-hari (Calis, 2011).
Universitas Sumatra Utara
12
2.3.3.Etiologi
Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab
dismenore primer,tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya
beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer,
antara lain:
a. Faktor kejiwaan : pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil,
apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses
haid, mudah timbul dismenore (Abedian, 2011).
b. Faktor konstitusi : faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor tersebut
di atas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-
faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat
mempengaruhi timbulnya dismenore.
c. Faktor obstruksi kanalis servikalis : salah satu teori yang paling tua untuk
menerangkan terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis.
Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi
stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap
sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore. Banyak wanita
menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam
hiperantefleksi.Sebaliknya terdapat banyak wanita tanpa keluhan
dismenore,walaupun ada stenosis servikalis da uterus terletak dalam
hiperantefleksi atau hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau
polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus
berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut.
d. Faktor endokrin, pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi
pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan.
Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan
kontraktilitas otot usus. Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian
pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang
kontraktilitas uterus, sedangkan hormon progesteron menghambat atau
mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa
tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatoar, yang
Universitas Sumatra Utara
13
biasanya bersamaan dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya
progesteron.
e. Faktor alergi, teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi
antara dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith
menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid (Simanjuntak, 2008).
Penyebab dari dismenore sekunder biasanya disebabkan oleh kelainan-
kelainan organik, misalnya :
a. Rahim kurang sempurna karena ukurannya terlalu kecil
b. Posisi rahim yang tidak normal
c. Adanya tumor dalam rongga rahim , misalnya myoma uteri
d. Adanya tumor dalam rongga panggul, terutama tumor fibroid, yang
letaknya dekat permukaan selaput lendir rahim, adanya selaput lendir
rahim di tempat lain (Endometriosis), bisa ditemukan di dalam selaput
usus, di jaringan payudara atau di tempat lain. Pada waktu haid,
jaringan selaput lendir yang di luar rahim juga seperti ikut terlepas dan
berdarah seperti jaringan aslinya di dalam rahim.
e. Penyakit-penyakit tubuh lain seperti tuberkulosa, kurang darah
(anemia), buang air besar kurang lancar (constipation), postur tubuh
yang terlalu kurus(Yatim, 2001).
2.3.4.Klasifikasi
Dismenore diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Dismenore primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan
alat – alat genital yang nyata (Simanjuntak, 2008). Dismenore primer
ini tidak berhubungan dengan penyebab fisik yang nyata (Morgan dkk,
2009). Dismenore primer biasanya terjadi 6 bulan sampai 12 bulan
setelah menarche (Holder, 2011). Oleh karena itu, siklus haid pada
bulan pertama setelah menars umumnya berjenis anovulatoar (tidak
disertai dengan pengeluaran ovum) yang tidak disertai dengan rasa
Universitas Sumatra Utara
14
nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama
dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam
(Simanjuntak, 2008). Biasanya 8-72 jam (Holder, 2011). Sifat rasa
nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut
bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha
(Simanjuntak, 2008). Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa
mual,muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya (Polat,
2009).
b. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang dijumpai dengan adanya
kelainan pada alat-alat genital yang nyata (Simanjuntak, 2008).
Dismenore sekunder terjadi akibat berbagai kondisi patologis seperti
endometriosis, salfingitis, adenomiosis uteri, dan lain-lain (Schwartz,
2005). Dismenore sekunder sering terjadi pada usia >30 tahun, dimana
rasa nyeri semakin bertambah seiring bertambahnya umur dan
memburuk seiring dengan waktu (Benson dan Martin, 2009).
Karakteristik nyeri berbeda – beda pada setiap siklus haid dimana nyeri
haid terjadi dengan kelainan patologis panggul (Simanjuntak, 2008).
Dismenore diklasifikasikan juda secara klinis,yaitu :
1) Ringan
Berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-hari
2) Sedang
Diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan
kerjanya
3) Berat
Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, diare,
dan rasa tertekan (Manuaba, 2001).
Universitas Sumatra Utara
15
2.3.5.Patofisiologi
Dismenore biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan prostaglandin
tertentu,prostaglandin-F2 α, dari sel-sel endomerium uterus. Prostaglandin-F2
α adalah suatu perangsang kuat kontraksi otot polos miometrium dan
konstriksi pembuluh darah uterus. Hal ini memperparah hipoksia uterus yang
secara normal terjadi pada haid, sehingga timbul rasa nyeri hebat (Corwin,
2009).
2.3.6.Diagnosis Dismenore
2.3.6.1.Diagnosis Dismenore Primer
Pada gadis perawan yang mengalami nyeri kram ringan cukup
dilakukan pemeriksaan menyeluruh serta pemeriksaan genitalia untuk
menyingkirkan kelainan duktus Mülleri obstruktif. Pada pasien yang lebih
tua,terutama yang mengalami dismenore berat, sebaliknya dilakukan
pemeriksaan pelvis menyeluruh (Schwartz, 2005).
2.3.6.2.Diagnosis Dismenore Sekunder
1. Ultrasonografi : untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan dalam
anatomi rahim, misalnya posisi, ukuran, dan luas ruangan dalam rahim
2. Histerosalphingografi : untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan dalam
rongga rahim, seperti polypendometrium, myoma submukcosa, atau
adenomyosis
3. Histerokopi : untuk membuat gambar dalam rongga rahim, seperti polyp
atau tumor lain.
4. Laparoskopi : untuk melihat kemungkinan adanya endometriosis, dan
penyakit-penyakit laindalam rongga panggul (Yatim, 2001).
2.4. Menarche
Menarche adalah siklus menstruasi pertama sekali yang dialami wanita.
Menarche terjadi akibat peningkatan FSH dan LH yang merangsang sel target
ovarium. FSH dan LH berkombinasi dengan reseptor FSH dan LH yang
selanjutnya akan meningkatkan laju kecepatan sekresi, pertumbuhan dan
Universitas Sumatra Utara
16
proliferasi sel. Hampir semua perangsangan ini dihasilkan dari pengaktifan
sistem second messenger adenosine-monophosphate cyclic dalam sitoplasma
sel ovarium sehingga menstimulus ovarium untuk memproduksi estrogen dan
progesteron. Estrogen dan progesteron akan menstimulus uterus dan kelenjar
payudara agar kompeten untuk memungkinkan terjadinya ovulasi. Ovulasi
yang tidak dibuahi akan memicu terjadinya menstruasi (Guyton, 2008).
Menurut Manuaba (2010) menarke merupakan menstruasi pertama yang
berlangsung sekitar umur 10-11 tahun.
Rangsangan panca indra diblok puberitas inhibitor (nukleus amigdale)
melalui stria terminalis, menuju hipotalamus sehingga terhindar dari puberitas
prekok. Pada usia 8-9 tahun terdapat estrogen rendah dan pengeluaran FSH
minimal. Estrogen rendah berfungsi untuk tumbuh-kembang alat seks
sekunder dan mempersiapkan uterus (endometrium) lebih matang untuk
menerima rangsangan. Pada usia 10-11 tahun terjadi perdarahan lucut
endometrium, tanpa disertai “ovulasi” untuk lebih mematangkan uterus
dengan endometrium dan alat seks sekunder.
Menarche sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan
yang terjadi pada seorang gadis yang sedang menginjak dewasa. Perubahan
timbul karena serangkaian interaksi antara beberapa kelenjar didalam tubuh.
Pusat pengendali yang utama adalah bagian otak, disebut hypothalamus, yang
berkerja sama dengan kelenjar bawah otak mengendalikan urutan – urutan
rangkaian perubahan itu.(Derek dan Jones, 2005).
2.5. Vitamin E
2.5.1.Pengertian Vitamin E
Vitamin E merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak. Nama
lain dari vitamin E adalah tokoferol. Keaktifan vitamin E dalam beberapa
senyawa tokoferol berbeda. Bentuk α-, β-, γ dan δ-tokoferol menunjukkan
keaktifan vitamin E yang paling tinggi. Struktur kimia tokoferol adalah
sebagai berikut, α-tokoferol alam memutar bidang polarisasi ke kanan,
sedangkan α-tokoferol buatan adalah resemik (DL). Tokoferol lainnya (beta,
Universitas Sumatra Utara
17
gama dan delta) kurang penting karena potensi hayatinya rendah (Sudjadi,
2008).
2.5.2.Peranan Vitamin E dalam Pengobatan Dismenore Primer
Vitamin E dapat mengurangi nyeri haid, melalui hambatan terhadap
biosintesis prostaglandin dimana vitamin E akan menekan aktivitas enzim
fosfolipase A dan siklooksigenase melalui hambatan aktivitas posttranslasi
siklooksigenase sehingga akan menghambat produksi prostaglandin.
Sebaliknya vitamin E juga meningkatkan produksi prostaksiklin dan PGE2
yang berfungsi sebagai vasodilator yang bisa merelaksasi otot polos uterus
(Dawood, 2006).
Universitas Sumatra Utara
18
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah :
3.2. Definisi Operasional
3.2.1.Vitamin E
Vitamin E adalah satu vitamin yang larut dalam lemak. Nama lain dari
vitamin E adalah tokoferol.
3.2.2.Pengetahuan
Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan siswi tentang manfaat vitamin
E untuk mengobati dismenore
Alat ukur : Kuesioner sebanyak 20 pertanyaan.
Pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban
- jawaban yang benar diberi skor 1
- jawaban yang salah diberi skor 0
Hasil ukur : (Baik, Cukup, Kurang)
Aspek kategori pengukuran pengetahuan yaitu:
a. Baik : Apabila responden menjawab dengan benar dengan skor 80-
100 %, dengan nilai 16-20.
b. Cukup : Apabila responden menjawab dengan benar dengan skor 60-
75%, dengan nilai 12-15.
Universitas Sumatra Utara
Tingkat Pengetahuan
Remaja putri SMA
NEGERI 3 BATAM tentang
manfaat vitamin E
Dismenore
19
c. Kurang : Apabila responden mendapat skor < 60 %, dengan nilai <
12
Skala ukur : Skala ordinal
3.2.3.Remaja
Remaja putri SMA adalah peserta didik yang sedang mengikuti proses
pendidikan dan pembelajaran untuk mengembangkan dirinya melalui
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
3.2.4.Dismenore
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang ditandai dengan rasa
kram diperut bawah.
Universitas Sumatra Utara
20
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
potong lintang (cross sectional), yakni melihat gambaran pengetahuan remaja
putri tentang manfaat vitamin E untuk mengobati dismenore. Di mana
pengumpulan data atau variabel yang diteliti dilakukan secara bersamaan dan
diambil pada satu waktu.
4.2. Lokasi dan Waktu
4.2.1.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 3 Batam
4.2.2.Waktu Penelitian
Waktu melakukan penelitian yang digunakan dalam meneliti yaitu
bulan Agustus 2013.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Negeri 3
BATAM yang berjumlah 475 siswi.
4.3.2.Sampel
Sampel dihitung dengan rumus Slovin untuk menentukan ukuran
sampel minimal (n) jika diketahui ukuran populasi (N) pada taraf signifikansi
α adalah:
Universitas Sumatra Utara
21
Keterangan : N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
α = Tingkat kepercayaan/nilai presisi ketepatan
yang diinginkan 95% atau (0,05)
Maka :
Dari hasil perhitungan dibulatkan menjadi 220 siswi. Pengambilan
sampel dilakukan secara consecutive sampling yaitu sampel yang memenuhi
kriteria penelitian dimasukan dalam penelitian, sehingga jumlah sampel yang
diperlukan terpenuhi.
4.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Sampel yang diambil dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1. Kriteria inklusinya
-Semua Pelajar Putri SMA Negeri 3 Batam yang terdaftar disekolah
tersebut.
-Semua siswi SMA Negeri 3 Batam yang sudah menstruasi.
2. Kriteria eksklusinya yaitu :
-Siswi SMA Negeri 3 Batam yang tidak bersedia mengikuti penelitian
-Siswi SMA Negeri 3 Batam yang tidak mengisi kuesioner secara
lengkap
-Siswi SMA Negeri 3 BATAM yang tidak hadir pada saat pengambilan
sampel penelitian.
Universitas Sumatra Utara
22
4.5. Teknik Pengumpulan Data
Sebelum dilakukan penelitian, penelitian ini dilaksanakan setelah
mendapat izin dari komisi etik dan pihak sekolah. Setelah itu pengambilan
data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner terlebih dahulu
akan diuji validitas. Validitas menunjukan sejauh mana ukuran yang
diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran yang akan diukur.
Sedang reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010).
4.6. Uji Validitas dan Reabilitas
Uji Validitas dan Reabilitas untuk kuesioner akan dilakukan dengan
menggunakan program statistik
Table 4.1 Table Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Variable Nomor
Pertanyaan
Total Pearson
Correlation
Status Alpha Status
Pengetahuan 1 0,569 Valid 0,733 Reliable
2 0,569 Valid Reliable
3 0,505 Valid Reliable
4 0,492 Valid Reliable
5 0,492 Valid Reliable
6 0,812 Valid Reliable
7 0,451 Valid Reliable
8 0,812 Valid Reliable
9 0,451 Valid Reliable
10 0,505 Valid Reliable
11 0,656 Valid Reliable
12 0,411 Valid Reliable
13 0,812 Valid Reliable
14 0,569 Valid Reliable
15 0,469 Valid Reliable
16 0,500 Valid Reliable
Universitas Sumatra Utara
23
17 0,505 Valid Reliable
18 0,520 Valid Reliable
19 0,472 Valid Reliable
20 0,783 Valid Reliable
4.7. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama
editing yaitu mencek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden
serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap
kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk
mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisis, tahap ketiga entry
yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer. Tahap ke
empat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah
di-entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Data kemudian dianalisis
menggunakan program komputer SPSS (Statistical Product for Services
Solution).
Setelah data diolah kemudian data tersebut dianalisis secara deskriptif
untuk mengetahui pengetahuan pelajar putri SMA Negeri 3 Batam tentang
dismenore. Hasil dari analisa data tersebut akan disajikan dalam bentuk narasi
dan tabel distribusi frekuensi dan proporsi.
Universitas Sumatra Utara
24
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Batam yang berlokasi di jalan
Rajawali Belian, Kec.Batam Kota. Sekolah ini berlokasi dekat dengan
pertokoan dan pusat perumahan. SMA ini memiliki 34 ruang kelas, ruang
kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang guru, ruang
laboratorium, aula,ruang UKS, perpustakaan, kantin, kamar mandi, mushola,
dan lapangan olahraga seperti basket, futsal, voli, dan badminton. SMA ini
mempunyai 7 kelas untuk kelas X, 6 kelas untuk kelas XI, dan 6 kelas untuk
XII.
5.1.2.Deskripsi Karakteristik Responden
Responden yang menjadi penelitian ini adalah remaja putri mulai dari
kelas X samapi dengan XII
5.1.3.Gambaran Pengetahuan Responden
Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 20
pertanyaan mengenai Gambaran pengetahuan remaja putri SMA Negeri 3
Batam tentang manfaat vitamin E untuk mengobati dismenore. Pertanyaan –
pertanyaan yang ada didalam kuesioner tersebut telah diuji validitas. Data
lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden dapat dilihat pada
tabel 5.1 dibawah ini.
Universitas Sumatra Utara
25
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan
Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dismenore
Skorsing
Benar Salah
No Pengetahuan F % F %
1. Nyeri yang terjadi pada saat
menjelang atau selama haid
disebut dismenore
141 64,1 79 35,1
2. Nyeri haid biasanya ditandai
dengan rasa kram diperut bagian
bawah
211 95,9 9 4,1
3. Wanita yang mengalami nyeri haid
terjadi karena peningkatan
aktivitas rahim yang tidak
terkoordinasi
176 80 44 20
4. Nyeri haid sering disertai oleh
mual , muntah , dan sakit kepala107 48,6 113 51,4
5. Emosional yang tidak setabil dapat
memicu terjadinya dismenore131 59,5 89 40,4
6. Terlalu banyak jalan kaki dapat
menyebabkan timbulnya nyeri
haid
171 77,7 49 22,3
7. Nyeri yang timbul saat haid dapat
mengakibatkan hilangnya
kesadaran seseorang
206 93,6 14 6,4
8. Dismenore adalah gangguan haid
yang tidak berbahaya bagi
kesehatan
58 26,4 162 73,6
9. Rasa nyeri haid biasanya
menyebar dipinggang dan paha170 77,3 50 22,7
Universitas Sumatra Utara
26
10. Nyeri haid yang di jumpai tanpa
kelainan pada alat - alat genital
disebut dismenore primer
67 30,4 153 69,5
11. Nyeri haid yang di jumpai dengan
kelainan pada alat - alat genital
disebut dismenore sekunder
45 20,4 175 79,5
12. Nyeri haid lebih sering terjadi
pada remaja dibandingkan pada
wanita di atas usia 30 tahun
161 73,2 59 26,8
Pada tabel 5.1 diketahui bahwa responden yang menjawab pertanyaan
yang paling dijawab benar sebanyak 211 (95,9%), sedangkan responden yang
menjawab pertanyaan yang paling dijawab salah sebanyak 175 dari 220
responden yaitu sebesar 79,5%.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan
Pengetahuan Remaja Putri Tentang Vitamin E
Skorsing
Benar Salah
No Pengetahuan F % F %
13. Vitamin E adalah vitamin yang
berfungsi sebagai anti oksidan178 80,9 42 19,1
14. Vitamin E yang alami terdapat
dalam buah - buahan dan sayur -
sayuran
173 78,6 47 21,4
15. Vitamin E hanya terdapat dalam
bentuk tablet160 72,7 60 27,3
16 Vitamin E selain sebagai anti
oksidan, juga bisa digunakan
sebagai pengobatan dismenore
109 49,5 111 50,5
Universitas Sumatra Utara
27
primer
17. Vitamin E dapat mengurangi nyeri
haid dengan menghambat produksi
prostaglandin
57 35,9 163 74,1
18. Vitamin E dapat merelaksasi otot
polos uterus56 25,4 164 74,5
19 Vitamin E dalam bentuk tablet
isinya 1000 IU53 24,1 167 75,9
20 Nama lain vitamin E adalah
tokoferol21 9,5 199 90,5
Pada tabel 5.2 diketahui bahwa responden yang menjawab pertanyaan
yang paling dijawab benar sebanyak 178 (80,9%), sedangkan responden yang
menjawab pertanyaan yang paling dijawab salah sebanyak 199 dari 220
responden yaitu sebesar 90,5%.
5.1.4.Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengetahuan
Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu
baik, cukup dan kurang. Tingkat pengetahuan baik apabila responden
menjawab 16-20 pertanyaan dengan benar. Cukup apabila responden
menjawab dengan nilai 12-16 pertanyaan dengan benar. Kurang apabila
responden hanya dapat menjawab <12 pertanyaan dengan benar.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap remaja putri
tentang gambaran pengetahuan remaja putri SMA Negeri 3 Batam tentang
manfaat vitamin E untuk mengobati dismenore maka dapat dikategorikan
pada tabel 5.2 di bawah ini.
Universitas Sumatra Utara
28
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Tingkat
PengetahuanFrekuensi (F) Presentase (%)
Kurang 110 50,0
Cukup 101 45,9
Baik 9 4,1
Total 220 100,0
Dari tabel tersebut bahwa dapat dilihat bahwa pengetahuan dengan
kategori baik memiliki persentase 4,1% sebanyak 9 orang, pengetahuan yang
dikategorikan cukup 45,9% sebanyak 101 orang dan pengetahuan yang
kurang 50,0% sebanyak 110 orang. Jadi dapat disimpulkan gambaran
pengetahuan remaja putri SMA Negeri 3 Batam tentang manfaat vitamin E
untuk mengobati dismenore adalah kurang.
5.2. Pembahasan
Pengetahuan merupakan informasi dan keterampilan yang diperoleh
dari pengalaman dan pendidikan. Dalam penelitian ini tingkat pengetahuan
responden tentang manfaat vitamin E untuk mengobati dismenore diukur
dengan menggunakan kuesioner
Tingkat pengetahuan remaja putri SMA Negeri 3 Batam berada pada
kategori kurang yaitu 50%. Hal ini kemungkinan terjadi oleh karena tidak
adanya mata pelajaran tentang kesehatan di sekolah dan juga kurangnya
minat remaja putri untuk membaca dan mencari tahu tentang kesehatan.
Menurut Labora (2008), melalui hasil penelitiannya di SMA Negeri 1
Medan menyatakan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang
baik mengenai dismenore dengan persentasi sebesar 79% dari 300 responden.
Hal ini mungkin ada kaitannya dengan faktor pendidikan terakhir responden
yaitu selama di SD dan SMP mereka telah mempelajari tentang dismenore.
Universitas Sumatra Utara
29
Puji (2009), menyatakan bahwa pelajar yang sedang mengalami
dismenore memilih meminum obat atau vitamin untuk meredakan rasa nyeri
tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa ditemukan sebanyak
229 orang (76,3%) setuju penanganan nyeri dismenore dengan
mengkonsumsi obat-obatan dan juga berbagai jenis vitamin.
Di Iran, penelitian mengenai penggunaan vitamin E sebagai pengobatan
dismenore telah dilaporkan manfaatnya, dimana vitamin E terbukti efektif
dalam mengurangi gejala dan derajat nyeri yang terjadi akibat dismenore
(Ziaei dkk, 2001).
Universitas Sumatra Utara
30
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengetahuan
pelajar SMA Negeri 3 Batam tentang manfaat vitamin E untuk mengobati
dismenore diperoleh kesimpulan Siswi SMA Negeri 3 Batam yang
berpengetahuan baik sebanyak 9 orang (4,1%), berpengetahuan sedang
sebanyak 101 (45,9%) ,dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 110 orang
(50%).
6.2. Saran
1. Bagi siswi
- Diharapkan dengan adanya penelitian ini, maka para siswi dapat
mengatasi masalah dismenore tanpa meninggalkan kegiatannya.
- Untuk mengatasi dismenore para siswi bisa menggunakan berbagai jenis
vitamin E.
- Untuk mengatasi dismenore para siswi memerlukan istirahat yang cukup
dan dapat melakukan kompres hangat pada daerah perut bawah.
- Pencegahan dismenore dapat dilakukan dengan rajin berolahraga,
mengkonsumsi makanan sehat dan mengontrol emosional agar stabil.
2. Bagi peneliti
Masa yang akan datang diharapkan agar penelitian dapat dilakukan juga di
beberapa lokasi lain dan dengan jumlah sampel yang lebih banyak.
3. Bagi sekolah
Sekolah dapat menyediakan obat-obatan analgesik dan kompres hangat di
UKS.
Universitas Sumatra Utara
31
Daftar Pustaka
Abedian, Zahra, Kabirian dan Maryam. 2011. The effects of peer education on
health behaviors in girls with dysmenorrhea. Available from :
http://www.jofamericanscience.org/journals/amsci/am0701/58_4513am07
01_431_438.pdf. [Accesed 12 Desember 2011]
Azwar, S. 2009. Sikap Manusia : Teori Pengukurannya. Edisi ke-2.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Benson, dan Martin. 2009. Berbagai Kelainan dan Komplikasi
Menstruasi.Dalam : Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
EGC,638-640.
Brigelius-Flohe, R., dan Traber, MG. 1999 Vitamin E: function and
metabolism.FASEB J. 13:1145-5.
Calis, K.A. 2011. Dysmenorrhea. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/253812-overview. [Accesed 14
april 2011]
Corwin, E. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC.
Dawood, M.Y. 2006. Primary Dysmenorrhea. Dalam: The American College of
Obstetrician and Gynecologist , vol.108 , no.2.428-436.
Derek, dan Jones. 2005. Setiap Wanita. Jakarta:Delapratas Publishing.
Guyton, A.C., Hall, J.E. 2008. Fisiologi Wanita Sebelum Kehamilan dan Hormon-
hormon Wanita. Dalam: Guyton, A.C., Hall, J.E. Fisiologi
Kedokteran.Edisi Kesembilan. Jakarta: EGC.
Universitas Sumatra Utara
32
Hendrik. 2006. Problema Haid. Jakarta:Tiga Serangkai.
Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data.
Jakarta:Salemba.
Holder, A. 2011. Dysmenorrhea in Emergency Medicine Clinical Presentation.
Available from:http://emedicine.medscape.com/article/795677-clinical.
[Accesed 14 april 2011]
Hurlock, E.B. 2007. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Kehidupan, Jakarta: Erlangga.
Labora. 2008. Gambaran Pengetahuan Pelajar SMA Negeri 1 Medan tentang
dismenore. Available from :
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31657.
Manuaba, I.B.G. 2001. Endokrinologi. Dalam : Kapita Selekta Penatalaksanaan
Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.Jakarta: EGC, 518-519.
Middlebrook, P.N. 1974. Social Psychologu and Modern Life. New
York:Alfred.A.Knopf.
Morgan, Geri, Hamilton dan Carole. 2009. Penatalaksanaan Masalah dan
Prosedur pada Wanita Hamil dan Tidak hamil. Dalam : Obstetri dan
Ginekologi.Jakarta : EGC, 180-186.
Notoatmodjo, S. 2003. Konsep Perilaku Kesehatan. Dalam : Promosi Kesehatan.
Jakarta.: Asdi Mahasatya : 43-64.
Notoatmodjo, S. 2005. Konsep Perilaku Kesehatan. Dalam : Promosi Kesehatan.
Universitas Sumatra Utara
33
Notoatmodjo, S. 2010. Konsep Perilaku Kesehatan. Dalam : Promosi Kesehatan.
Polat, A. 2009. Prevalence of primary dysmenorrhea in young adult female
university students. Available from :
http://www.springerlink.com/content/22567w5671567463/
fulltext.pdf[Accesed 12 Desember 2011]
Price, SA., and Wilson LM. 2001. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Proctor, M., Farquhar, C. 2006. Diagnosis and Management of Dysmenorrhea.
BMJ. 332: 1134-1138
Puji, I. 2009. Efektivitas Senam Dismenore dalam Mengurangi Dismenore pada
Remaja Putri di SMU N 5 Semarang. Available from :
http://www.ARTIKEL_SKRIPSI1234.pdf [Accesed 12 desember 2011]
Sarwono, S.W. 2004. Psikologi Remaja. Edisi revisi 8. Jakarta:Raja Gravindo
Pustaka.
Schwartz, M.W. 2005. Nyeri Pelvis. Dalam : Pedoman Klinis Pediatri.Jakarta :
EGC, 581-582.
Simanjuntak, P. 2008. Gangguan Haid dan Siklusnya. Dalam :Prawirohardjo,
Sarono, Wiknjosastro, Hanifa, edisi 2. Ilmu Kandungan.Jakarta : Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 229-232.
Sudjadi, R.A. 2008, Analisis Kuantitatif Obat, Gadjah Mada Universitas Press.
Yogyakarta.
Universitas Sumatra Utara
34
Soejitningsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalannya. Jakarta:
Sagung Seto,1-14
Tariq, N. 2009. Impact and Healthcare-seeking Behaviour of Premenstrual
Symptoms and Dysmenorrhea. Available from :http://BJMP1209Tariq/.
[Accesed 13 November 2011]
Yatim, F. 2001. Haid Tidak Wajar dan Menopause. Jakarta:Pustaka Populer.
Ziaei, S., Zakeri, M., Kazemnejad, A. 2001. A randomised controlled trial of
vitamin E in the treatment of primary dysmenorrhoea. BJOG. 112:466-9.
Ziaei, S., Zakeri, M., Kazemnejad, A. 2005. A randomised controlled trial of
vitamin E in the treatment of primary dysmenorrhoea. BJOG. 113:454-7.
Universitas Sumatra Utara