vokal bahasa budong-budong - kemdikbud

12
69 Vokal Bahasa Budong-budong PENDAHULUAN Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, VOKAL BAHASA BUDONG-BUDONG Mardi Nugroho Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Pos-el: [email protected] Abstrak Bahasa Budong-Budong merupakan bahasa yang hampir punah. Bahasa Budong-Budong jumlah penuturnya 70 orang. Oleh karena itu, bahasa ini selayaknya diprioritaskan untuk dikonservasi. Contoh upaya yang termasuk dalam program konservasi ialah penyusunan sistem fonologi, morfologi, sintaksis, dan sistem aksara atau ortografi. Masalah dalam penelitian ini ialah vokal apa saja yang terdapat dalam bahasa Budong-Budong. Tujuan penelitian ini ialah menemukan vokal- vokal yang terdapat dalam bahasa Budong-Budong dan alofon-alofonnya yang diharapkan berguna dalam upaya penyusunan sistem fonologinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan perekaman. Pengolahan data dilakukan dengan metode padan (alat penentunya referen dan lawan bicara) dan metode distribusional (dengan teknik oposisi pasangan minimal). Penelitian ini mengacu pada teori Verhar mengenai konsep fonem, jenis-jenis vokal, identitas fonem sebagai identitas pembeda. Hasil analisis data ialah vokal dalam bahasa Budong-Budong sebanyak lima, yaitu /i/, /e/, /a/, /o/, dan /u/. Ada vokal yang khas dalam bahasa Budong-Budong, yaitu /a/. Vokal /a/ memiliki dua alofon, yaitu [a] dan [_] ]. Contoh alofon [a] ialah pada kata-kata /ako/ [ako] ‘apa’, /babuah/ [babu:ah] ‘dada’, dan /bulampa/ [bulampa] ‘paha’. Contoh alofon [_] ] ialah pada kata-kata / aso?/ / [ [_So?] ‘rusuk’, /kanding/ [k_ndiG] ] ‘dahi’, dan /lima/ [ [lim_] ] ‘lima’. Kata kunci: vokal, bahasa, Budong-Budong. Abstract The Budong-Budong language is an almost extinct language. Number of speakers of Budong-Budong language are 70 people. Therefore, this language should be prioritized for conservation. The efforts included in the conservation programe are the preparation of phonological, morphological, syntactic, and literary or orthographic systems. The problem of the research is to know any vowels are available in Budong-Budong language. The purpose of this research is to find vowels contained in Budong-Budong language and their allophones that are expected to be useful for any preparation of its phonology system. The method used in this research is descriptive. Data collection is done by interview and recording. Data processing is done by the method of matching (referent and opponent referral tool) and the method of distribution (with the technique of minimal pair opposition). This study refers to the theory of Verhar on the concept of phonemes, vowel types, and the identity of phonemes as distinct identities. The result of data analysis is vowels in Budong-Budong as much as five, that are / i /, / e /, / a /, / o /, and / u /. There is a special vowel in Budong-Budong language, i.e. /a/. The /a/ vowel of Budong-Budong has two allophones, i.e. [a] and [_] . The examples of allophone [a] are such as in the following words: /ako/ [ako] ‘what’, /babuah/ [babu:ah] ‘chest’, and /bulampa/ [bulampa] ‘thigh’. The examples of allophone [_] are such as in the following words: /aso?/ [_So?] ‘rib’, /kanding/ [k_ndiG] ‘forehead’, dan /lima/ [lim_] ‘five’. Keywords: vocal, language, Budong-Budong. Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Ke- bangsaan, Pasal 42 mewajibkan pemerintah untuk mengembangkan, membina, dan me-

Upload: others

Post on 29-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

69Vokal Bahasa Budong-budong

PENDAHULUANUndang-Undang Republik Indonesia

Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,

VOKAL BAHASA BUDONG-BUDONG

Mardi NugrohoBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Pos-el: [email protected]

AbstrakBahasa Budong-Budong merupakan bahasa yang hampir punah. Bahasa Budong-Budong jumlahpenuturnya 70 orang. Oleh karena itu, bahasa ini selayaknya diprioritaskan untuk dikonservasi.Contoh upaya yang termasuk dalam program konservasi ialah penyusunan sistem fonologi,morfologi, sintaksis, dan sistem aksara atau ortografi. Masalah dalam penelitian ini ialah vokal apasaja yang terdapat dalam bahasa Budong-Budong. Tujuan penelitian ini ialah menemukan vokal-vokal yang terdapat dalam bahasa Budong-Budong dan alofon-alofonnya yang diharapkan bergunadalam upaya penyusunan sistem fonologinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifatdeskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan perekaman. Pengolahan datadilakukan dengan metode padan (alat penentunya referen dan lawan bicara) dan metodedistribusional (dengan teknik oposisi pasangan minimal). Penelitian ini mengacu pada teori Verharmengenai konsep fonem, jenis-jenis vokal, identitas fonem sebagai identitas pembeda. Hasil analisisdata ialah vokal dalam bahasa Budong-Budong sebanyak lima, yaitu /i/, /e/, /a/, /o/, dan /u/.Ada vokal yang khas dalam bahasa Budong-Budong, yaitu /a/. Vokal /a/ memiliki dua alofon,yaitu [a] dan [_].]. Contoh alofon [a] ialah pada kata-kata /ako/ [ako] ‘apa’, /babuah/ [babu:ah]‘dada’, dan /bulampa/ [bulampa] ‘paha’. Contoh alofon [_].] ialah pada kata-kata //aso?/ [/ [/ [_So?]‘rusuk’, /kanding/ [k_ndiG] ‘dahi’] ‘dahi’, dan /lima/ [[lim_]] ‘lima’.

Kata kunci: vokal, bahasa, Budong-Budong.

AbstractThe Budong-Budong language is an almost extinct language. Number of speakers of Budong-Budong languageare 70 people. Therefore, this language should be prioritized for conservation. The efforts included in theconservation programe are the preparation of phonological, morphological, syntactic, and literary ororthographic systems. The problem of the research is to know any vowels are available in Budong-Budonglanguage. The purpose of this research is to find vowels contained in Budong-Budong language and theirallophones that are expected to be useful for any preparation of its phonology system. The method used in thisresearch is descriptive. Data collection is done by interview and recording. Data processing is done by themethod of matching (referent and opponent referral tool) and the method of distribution (with the technique ofminimal pair opposition). This study refers to the theory of Verhar on the concept of phonemes, vowel types,and the identity of phonemes as distinct identities. The result of data analysis is vowels in Budong-Budong asmuch as five, that are / i /, / e /, / a /, / o /, and / u /. There is a special vowel in Budong-Budong language, i.e./a/. The /a/ vowel of Budong-Budong has two allophones, i.e. [a] and . The examples of allophone [_] are such as in the following words: . The examples of allophone [a] aresuch as in the following words: /ako/ [ako] ‘what’, /babuah/ [babu:ah] ‘chest’, and /bulampa/ [bulampa]‘thigh’. The examples of allophone . The examples of allophone [_] are such as in the following words: are such as in the following words: /aso?/ /aso?/ [_So?] ‘rib’, /kanding/

/kanding/ [k_ndiG] ‘ ‘forehead’, dan /lima/ /lima/ [lim_] ‘five’.

Keywords: vocal, language, Budong-Budong.

Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Ke-bangsaan, Pasal 42 mewajibkan pemerintahuntuk mengembangkan, membina, dan me-

70 , Volume 4, Nomor 1, Juni 2018

lindungi bahasa daerah agar tetap memenuhikedudukan dan fungsinya dalam kehidupanbermasyarakat sesuai dengan perkembanganzaman dan agar tetap menjadi bagian dari ke-kayaan budaya Indonesia (Badan Pengembang-an dan Pembinaan Bahasa, 2011). Dalam Per-aturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor57 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pem-binaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra,serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia(Badan Pengembangan dan Pembinaan Ba-hasa, 2016) Pasal 8 diatur bahwa pemerintahmelaksanakan fasilitasi yang diperlukan untukpengembangan, pembinaan, dan pelindunganbahasa dan sastra daerah sesuai dengan ke-tentuan peraturan perundang-undangan. Satudi antara delapan program prioritas Badan Ba-hasa ialah konservasi dan revitalisasi bahasadaerah (Sunendar, 2018). Dalam programkonservasi ada upaya pencegahan atau per-baikan aspek bahasa yang rusak untuk men-jamin kelangsungan bahasa itu. Upaya pen-cegahan dan perbaikan dapat dilakukan me-lalui pendokumentasian sekaligus pengem-bangan bahasa bersangkutan, misalnya melaluipenyusunan sistem fonologi, morfologi, sin-taksis, dan sistem aksara atau ortografi (BadanPengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017).

Bahasa Budong-Budong jumlah penutur-nya 70 orang (Lewis, 2009:443). MenurutSuhaemi (2011:19), bahasa Budong-Budongmerupakan bahasa yang hampir punah. Ba-hasa yang penuturnya hanya 70 orang dandalam kondisi hampir punah selayaknya di-prioritaskan untuk dikonservasi.

Upaya menyusun sistem fonologi, morfo-logi, dan sintaksis bahasa Budong-Budongsudah dilakukan dan dituangkan dalam bukudengan judul Kosakata Dasar Bahasa Panasuanserta Tata Bahasa Ringkas Bahasa Panasuan danKosakata Dasar Bahasa Tangkou serta Tata BahasaRingkas Bahasa Tangkou (Manda, 2002). BahasaTangkou ialah nama lain dari bahasa Budong-Budong. Buku karya Manda itu merupakantulisan ringkas. Perlu dilakukan upaya lebih

lanjut dalam bentuk penelitian-penelitian me-ngenai fonem, pembentukan kata, prosesmorfofonologis, klausa, kalimat, dan lain-lain.

Berdasarkan latar belakang tersebut, ru-musan masalah dalam penelitian ini ialah vokalapa saja yang terdapat dalam bahasa Budong-Budong dan apa saja alofonnya. Sementara itu,tujuan penelitian ini ialah menemukan vokal-vokal yang terdapat dalam bahasa Budong-Budong dan alofon-alofonnya. Hasil penelitianini diharapkan bermanfaat dalam upaya pe-nyusunan sistem fonologi bahasa Budong-Budong. Penelitian ini, dalam lingkup fonologi,dapat dijadikan dasar dalam penelitian morfo-logi dan sintaksis. Dengan demikian, hasil pe-nelitian ini diharapkan dapat dijadikan re-ferensi dalam penelitian morfologi dan sin-taksis. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkandapat bermanfaat dalam upaya konservasibahasa Budong-Budong.

Bahasa Budong-Budong dipergunakan olehmasyarakat Budong-Budong di KabupatenMamuju Tengah. Kabupaten tersebut merupa-kan pemekaran dari Kabupaten Mamuju. Wi-layah Kabupaten Mamuju Tengah dahulu se-cara administratif hanyalah sebuah kecamatanbernama Kecamatan Budong-Budong dan ter-masuk dalam Kabupaten Mamuju. Waktu itu,Kecamatan Budong-Budong terdiri atas empatdesa, yaitu Desa Babana, Lumu, Budong-Budong, dan Karossa (Said, 2016:1).

Said (2016:2—5) menerangkan sejarahterbentuknya Kabupaten Mamuju Tengahbahwa Kabupaten Mamuju Tengah terbentukmelalui persetujuan DPR RI dalam sidang pari-purna pada hari Jumat, tanggal 14 Desember2012 di Jakarta. Pemerintahan KabupatenMamuju Tengah mulai berjalan efektif padabulan Desember 2013. Terbentuknya Kabu-paten Mamuju Tengah tidaklah dalam prosesyang singkat, tetapi membutuhkan proses danwaktu yang panjang. Sebelum terbentuk Kabu-paten Mamuju Tengah, ada program pem-bangunan nasional yang mulai dirintis sekitartahun tujuh puluhan. Salah satu programnya

71Vokal Bahasa Budong-budong

ialah program trnasmigrasi. KecamatanBudong-Budong disurvei pada tahun 1979.Hasil survei ialah Kabupaten Mamuju ditetap-kan sebagai daerah tujuan penempatan pro-gram transmigrasi dan Kecamatan Budong-Bu-dong sebagai salah satu tujuan penempatanwarga transmigran. Hal itu dilakukan denganmembuka unit permukiman transmigrasi(UPT) dan menempatkan warga transmigrandari daerah asal, yaitu Jawa, Bali, NTT, NTB,dan dari Sulawesi Selatan. Pembentukan UPTtersebut dibina oleh Departemen Transmigrasiselama lima tahun dan setiap warga mendapat-kan lahan seluas 2 hektare terdiri atas lahanusaha dan pekarangan serta pembinaan usahaekonomi berupa pertanian dan usaha per-dagangan umum serta jasa. Hal itu dengantujuan agar warga transmigran mandiri se-bagai persiapan untuk diserahkan kepadaPemerintah Kabupaten Mamuju dengan statuswilayah pemerintahan desa. Selain UPT diatas, di Kecamatan Budong-Budong terdapat4 desa induk sebagai wilayah pembentukanunit pemukiman transmigrasi dan penempatanwarga transmigran dari daerah asal, yaitu (1)Desa Babana, (2) Desa Budong-Budong, (3)Desa Lumu, dan (4) Desa Karossa. Dengan ada-nya perubahan status wilayah akibat pembuka-an pemukiman transmigrasi, pemekaran, danpembentukan desa, secara otomatis diikutipertambahan penduduk. Di samping pertam-bahan penduduk akibat transmigrasi spontandari Sulawesi Selatan, pelayanan masyarakatdi bidang pemerintahan mengalami rentangkendali yang luas dan tidak mampu dijangkau.Oleh karena itu, pada tahun 1995 di Kecamat-an Budong-Budong dibentuk perwakilankecamatan untuk mendekatkan pelayanan,yaitu (1) Perwakilan Kecamatan Topoyo, (2)Perwakilan Kecamatan Karossa, dan (3) Per-wakilan Kecamatan Pangale. Selain itu, tahun2003 dibentuk Kecamatan Tobadak sebagaipemekaran dari Kecamatan Budong-Budong.Sekarang, Kabupaten Mamuju tengah terdiriatas lima kecamatan, yaitu Kecamatan Budong-

Budong, Topoyo, Karossa, Pangale, danTobadak. Kecamatan Budong-Budong terdiriatas 11 desa, Kecamatan Topoyo terdiri atas15 desa, Kecamatan Karossa terdiri atas 11 desadan 2 UPTD, Kecamatan Pangale terdiri atas8 desa, dan Kecamatan Tobadak terdiri atas 8desa.

Masyarakat Mamuju tengah merupakanmasyarakat heterogen. Menurut Kampil (2016)hampir seluruh puak Nusantara berdiam diMamuju Tengah. Puak-puak dari luar datangdi Mamuju Tengah, yang terbanyak ialah me-lalui program transmigrasi, seperti dari Jawadan Bali. Selain itu, ada juga tansmigrasi spon-tan terutama orang-orang Mandar, Bugis danMakassar.

Masyarakat adat Budong-Budong memakaibahasa sendiri. Bahasa itu disebut bahasaBudong-Budong dan nama lainnya ialahbahasa Tangkou. Manda (2002) menyebutbahasa itu bahasa Tangkou. Namun, Mandajuga mengatakan bahwa sebutan lain untukbahasa Tangkou ialah bahasa Budong-Budong.Masyarakat adat Budong-Budong asal-usulnyadari perkampungan yang diberi nama “Tang-kou”. Perkampungan ini dahulu termasukwilayah Kecamatan Budong-Budong. Sekarang,perkampungan itu masuk dalam wilayahKecamatan Topoyo yang dilewati oleh SungaiBudong-Budong. Oleh karena itu, bisadipahami bahwa bahasa mereka dinamaibahasa Budong-Budong dan nama lainnyaialah bahasa Tangkou. Berikut ini foto SungaiBudong-Budong pada suatu sore.

Sungai Budong-Budong pada Suatu Sore

Dok. Mardi Nugroho

72 , Volume 4, Nomor 1, Juni 2018

Sama dengan tulisan Manda di atas, masya-rakat adat Budong-Budong, menurut Said(2016:6) asal-usulnya dari perkampungan yangdiberi nama Tangkou. Mereka dahulu tiba dihulu sungai dan secara berkelompok membukaperkampungan. Perkampungan itu diberi namaTangkou karena saat dibuka perkampunganbanyak tumbuhan sayur paku yang dalambahasa Budong-budong disebut “tangkou”.

Bahasa Budong-Budong juga disebut ba-hasa Tangkou. Bahasa Budong-Budong di-tuturkan di Dusun Tangkou, Tangkou Indah,dan Bumi Tangkou, Desa Tabolang, Kecamat-an Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah, Pro-vinsi Sulawesi Barat. Hampir semua penuturbahasa Budong-Budong ialah multibahasa-wan. Mereka menuturkan bahasa Budong-Budong, bahasa Indonesia, dan bahasa Topoyo.Selain itu, banyak juga yang menguasai bahasaMamuju. Jumlah penutur bahasa Budong-Budong jauh lebih sedikit daripada jumlahpenutur bahasa Topoyo dan jumlah penuturbahasa Mamuju. Kondisi multibahasawan danjumlah penutur bahasa Budong-Budong yangjauh lebih sedikit itu bisa mengakibatkan pe-nurunan daya hidup atau vitalitas bahasaBudong-Budong. Ibrahim (2009:95) yang me-ngutip tulisan Summer Institute of Linguisticmenyebut bahwa salah satu hal yang mendo-rong kecepatan kepunahan bahasa ialah peng-gunaan bahasa lain secara regular dalam latarbudaya yang beragam.

Desa Tabolang dilewati oleh jalan TransSulawesi yang menghubungkan ProvinsiSulawesi Selatan, Sulawesi Barat, SulawesiTengah, Gorontalo, dan Sulawesi Utara. DiDesa Tabolang ada permukinan transmigrandari Pulau Jawa dan Bali. Di dekat Desa Tabo-lang ada pasar Topoyo yang merupakan pasarterbesar di Kabupaten Mamuju tengah. Berikutini ialah foto sisi-sisi pasar Topoyo dan anekaragam barang yang dijual.

Pasar Topoyo dan AnekaRagam Barang yang Dijual

Dok. Mardi Nugroho

Para pedagang pasar Topoyo dan anekabarang yang dijual (termasuk aneka kudapanyang dijual) yang berasal dari Topoyo, dariMamuju, dari Sulawesi Selatan, dari Jawa, dandari daerah lain itu memberikan sedikit gam-baran keragaman suku bangsa, bahasa, sertaadat-istiadat yang berinteraksi dan saling ber-pengaruh. Keberadaan jalan trans Sulawesi,permukiman transmigran, dan pasar Topoyoitu bisa mengakibatkan penurunan daya hidupbahasa Budong-Budong.

TEORI DAN METODEPenelitian ini mengacu pada teori Verhar

(2006). Verhar menjelaskan konsep fonem,jenis-jenis vokal, identitas fonem sebagai iden-titas pembeda secara berturut-turut di bawahini.

Ada dua kelas bunyi bahasa, konsonan danvokal. Konsonan ialah bunyi yang dihasilkandengan mempergunakan artikulasi pada salahsatu bagian alat bicara. Vokal ialah bunyi ba-hasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita-pita suara—tanpa penyempitan atau penutup-an apa pun pada tempat pengarikulasianmanapun. Selain konsonan dan vokal, adabunyi bahasa di antara konsonan dan vokalialah semivokal.

73Vokal Bahasa Budong-budong

Vokal ialah bunyi bahasa yang dihasilkandengan melibatkan pita-pita suara—tanpapenyempitan atau penutupan apa pun padatempat pengartikulasian mana pun. Jenis vokaltergantung pada “bangun mulut”—kecuali“lamanya” atau “kuantitas” vokal; semua sifatvokal lain menyangkut “kualitas” vokal.Menurut kualitas dan kuantitas tersebut, vokaldapat digolongkan sebagai berikut.[i] Vokal tinggi, vokal rendah, dan vokal te-

ngah.Penggolongan ini ialah penggolongan me-

nurut tinggi rendahnya vokal, yaitu menuruttinggi rendahnya posisi lidah terhadap langit-langit. Misalnya, untuk mengucapkan [a] se-perti dalam kata “asuh”, posisi lidah ialah ren-dah terhadap langit-langit. Dalam mengucap-kan [i] (hidup), lidah posisinya tinggi, dekatpada langit-langit. Sementara itu, dalam meng-ucapkan [ə ] (lebih), posisi lidah ialah sekitar ditengah posisi tinggi dan posisi rendah.

[ii] Vokal depan, vokal belakang, dan vokalmadya.Depan-belakangnya vokal tergantung dari

posisi lidah juga. Bila lidah itu “datar” per-mukaannya, vokal bersangkutan ialah vokal“depan”, seperti halnya dengan vokal [a] dan[i]. Sebaliknya, apabila lidah lebih rendah dibelakang, vokal bersangkutan merupakan vokalbelakang, seperti vokal [o] dalam kata obat dano dalam kata pokok. Posisi lidah menurutdepan belakangnya dapat juga berupa kurang-lebih di antara depan dan belakang. Vokal de-ngan posisi lidah demikian ialah vokal madya,seperti [ə ] dalam kata tengah dan [A ] dalamkata Inggris “but”.

[iii] Vokal bundar dan vokal tak bundarPerbedaan bangun mulut dalam hal ini

ialah pebedaan menurut bundar tidaknya ke-dua bibir. Misalnya, vokal [i] merupakan vokalyang tak bundar dan bila posisi lidah menuruttinggi rendahnya serta menurut depan-be-lakangnya dipertahankan, tetapi dengan mem-perbundar bibir, hasilnya ialah vokal [ü],

seperti dalam kata Jerman grün ‘hijau’, ataukata Belanda duwen ‘mendorong’.

[iv] Vokal panjang dan vokal pendek.Perbedaan ini menyangkut lamanya (atau

“kuantitas”) pelafalan vokal. Misalnya, [u]dalam [ù] dalam kata Inggris full ialah vokalpendek, sedangkan [u] dalam kata Inggris foolialah panjang.

[v] Vokal nasal (atau vokal sengauan) danvokal oral.Dalam pengucapan oral, seluruh arus

udara keluar melalui mulut dan rongga hidungtertutup (dengan menggerakkan langit-langitlunak ke dinding belakang rongga kerong-kongan). Semua vokal nomor [i]—[iv] di atasialah vokal oral. Sebaliknya dalam pengucapanvokal sengauan sebagian dari arus udara keluarmelalui rongga mulut, sebagian yang lainmelalui rongga hidung (langit-langit diturun-kan sedikit untuk memungkinkan bangunmulut yang demikian). Contoh vokal nasalbanyak ditemukan dalam bahasa Prancis, yaitu[|] dalam un ‘satu’, [o] dalam oncle ‘paman’,[a] dalam bande ‘rombongan’, [æ] dalam ainsi‘demikian’.

[vi] Vokal tunggal dan vokal rangkap dua ataudiftong.Semua vokal nomor [i]—[v] ialah vokal

yang pelafalannya tidak melibatkan perubahanbangun mulut selama pelafalan tersebut.Misalnya, dalam pelafalan [a], bangun mulutsama dari permulaan sampai akhir. Vokalseperti itu disebut vokal tunggal.

Dalam pelafalan vokal rangkap dua (dif-tong), setengah lamanya pelafalan vokal ba-ngun mulut diubah. Misalnya, [au] dalam“kalau” ialah sebuah diftong: pelafalannyamulai dengan bangun mulut rendah-depandan berakhir dengan bangun tinggi belakang.Contoh lain ialah dalam kata “balai”, diftong-nya [ai] mulai dengan bangun mulut rendah-depan dan berakhir dengan bangun tinggidepan.

74 , Volume 4, Nomor 1, Juni 2018

Dasar bukti identitas fonem ialah “fungsipembeda” sebagai sifat khas fonem itu. Contoh-nya ialah tentang kata “rupa” dan “lupa”.Satu-satunya perbedaan di antara dua katadalam bahasa Indonesia itu ialah menyangkutbunyi pertama, yaitu [l] dan [r]. Karena semuayang lain dalam pasangan kedua kata itu sama,pasangan itu disebut “pasangan minimal”:perbedaan dalam pasangan itu ialah “minimal”(disebut “perbedaan minimal”). Dengan per-kataan lain, perbedaan antara [l] dan [r] ialahyang membedakan (dari sudut analisis bunyi)rupa dan lupa. Oleh karena itu, [l] dan [r] dalambahasa Indonesia merupakan fonem-fonemyang berbeda identitasnya. Sebaliknya dalambahasa Jepang, bunyi yang secara fonetis dapatberupa [l] dapat juga berupa [r] tidak pernahmembedakan dua kata dalam pasangan mini-mal. Oleh karena itu, kedua bunyi itu tidak me-rupakan fonem-fonem yang berbeda dalambahasa Jepang.

Metode yang digunakan dalam penelitianini bersifat deskriptif. Pengumpulan data di-lakukan dengan wawancara terstruktur dandengan perekaman. Penentuan informan di-lakukan dengan mempertimbangkan faktorusia, jenis kelamin, bahasa ibu, kemampuanberbahasa Indonesia lisan, kesempurnaan alatucap, dan tidak buta huruf. Untuk mengetahuibunyi vokal dilakukan wawancara dan pe-rekaman terhadap penutur bahasa Budong-Budong. Dilakukan juga perekaman peristiwabahasa untuk memperoleh korpus data. Infor-man diminta mengucapkan kata yang merupa-kan kata target yang sudah ditentukan. Pe-nentuan data dengan mempertimbangkan ke-perluan penentuan fonem dan alofon sertafonotaktik. Untuk menjaga naturalitas ujaran,informan diminta mengucapkan berulang-ulang dan bila perlu dicek dengan informan

lain. Pengolahan data dilakukan dengan me-tode padan (alat penentunya referen dan mitrawicara) dan metode distribusional (denganteknik oposisi pasangan minimal). Penamaanmetode padan ini mengikuti Subroto danSudaryanto. Menurut Subroto (1992: 55—56)metode padan sering juga disebut dengan me-tode identitas, yaitu metode yang dipakai untukmenentukan identitas satuan lingual tertentudengan alat penentu di luar bahasa, terlepasdari bahasa, dan tidak menjadi bagian dari ba-hasa yang bersangkutan. Menurut Sudaryanto(1993: 13—14), dalam metode padan ada limateknik, yaitu (1) teknik referensial, alat pe-nentunya ialah kenyataan yang ditunjuk olehbahasa atau referen bahasa; (2) teknik fonetisartikulatoris, alat penentunya organ pemben-tuk bahasa atau organ wicara; (3) teknik trans-lational, alat penentunya bahasa lain; (4) teknikortografi, alat penentunya pengawet bahasa,perekam atau tulisan; dan (5) teknik pragmatis,alat penentunya ialah mitra wicara. Penamaanmetode distribusional ini mengikuti Subroto.Menurut Subroto (1992: 63), metode distri-busional ialah metode analisis linguistik yangdikembangkan oleh linguistik strukturalismemodel Amerika. Metode distribusional dibagimenjadi teknik urai unsur terkecil, teknik uraiunsur langsung, teknik oposisi (dalam bidangfonologi ialah teknik oposisi pasangan minimal),teknik pergantian, teknik perluasan, teknik pe-lepasan, teknik penyisipan, teknik pembalikanurutan, dan teknik parafrasis.

HASIL DAN PEMBAHASAN1. Deskripsi Vokal

Dalam penelitian ini, ditemukan lima vokal,yaitu /i/, /e/, /a/, /o/, dan /u/. Vokalbahasa Budong-Budong dan distribusinyadalam kata dapat dilihat pada tabel berikut ini.

75Vokal Bahasa Budong-budong

TABEL 1 VOKAL DAN DISTRIBUSINYA DALAM KATA

Fonem Posisi Awal Tengah Akhir

/i/

/idua/ [idua] ‘kedua’ /indo?/ [indo?] ‘ibu’ /isanna/ [iSan:a] ‘sambal’ /isung/ [iSUG] ‘lesung’ /italu/ [italu] ‘tiga’ /itoja/ [itoja] ‘diayun’

/kanding/ [k_ndiG] ‘dahi’ /lima/ [lim_/ ‘lima’ /mangkaik/ [maGkai?] ‘guru’ /manippa/ [manip:a] ‘tipis’ /tai anging/ [tai ᵞaGiG] ‘awan’ /tai likko/ [tai lik:o] ‘usus’

/garagaji/ [garagaji] ‘gergaji’ /loppi/ [lop:i] ‘perahu’ /makdihi/ [ma?dihi] ‘alir (me-)’ /sappi/ [Sap:i] ‘sapi’ /sulli/ [Sul:i] ‘suling’ /tahannasi/ [tahan:aSi] ‘nenas’

/e/ /eteng/ [eteG] ‘pagar’ /dedekko/ [dedek:o] ‘mangga hutan’ /kalleda?/ [kal:eda?] ‘ketiak’ /sende/ [Sende] ‘membuai’ /tekeng/ [tekeG] ‘tongkat’

/bahhebe/ [bah:ebe] ‘halaman’ /bosse/ [boS:e] ‘dayung’ /kalae/ [kalaE] ‘tubuh’ /mande/ [mande] ‘makan’ /pahe/ [pahe] ‘padi’

/hengi/ [hEGi] ‘malam’ /kabenni/ [kabEn:i] ‘mangga’ /nene?/ [nEnE?] ‘kakek, nenek’ /mangempei/ [maGEmpEi] ‘mengasuh’ /tengke/ [tEGkE] ‘angkat’

/ambe/ [ambE] ‘ayah’ /pituhe/ [pituhE] ‘kipas anglo’ /umbamene/ [umbamEnE] ‘bagaimana’ /tuhe/ [tuhE] ‘tiup’ /uppe/ [up:E] ‘keladi’

/besumau/ [b|Suma+] ‘durian’ /sembayang/ [S|mbay_G] ‘sembahyang’ /setangngah/ [s|taG:ah] ‘setengah’

76 , Volume 4, Nomor 1, Juni 2018

/a/ /ako/ [ako] ‘apa’ /ambe/ [ambE] ‘ayah’

/ana?/ [ano?] ‘anak’ /api/ [api] ‘api’ /ajarang/ [ajar_G] ‘kuda’ /atu/ [atu] ‘atap’

/babuah/ [babu:ah] ‘dada’ /garagaji/ [garagaji] ‘gergaji’ /ma?dihi/ [ma?dihi] ‘alir (me-)’ /saho/ [Saho] ‘ular' /tai anging/ [tai ᵞaGiG] ‘awan’ /manippa/ [manip:a] ‘tipis’

/isanna/ [iSan:a] ‘sambal’ /suna/ [Sun:a] ‘sunat’ /bulampa/ [bulampa] ‘paha’ /kauha?a/ [kauha?a] ‘kedelapan’ /manippa/ [manip:a] ‘tipis’ /mesa/ [meS_] ‘satu’

/aso?/ [_So?] ‘rusuk/

/canni?/ [c_n:i?] ‘madu’ /hana?ang/ [hana?_G/ ‘bahu’ /kanding/ [k_ndiG] ‘dahi’ /lamang/ [lam_G] ‘lemang’ /nangka/ [n_Gk_] ‘nangka’ /ramba?/ [r_mb_?] ‘mengapung’

/balisa/ [baliS_] ‘keringat’ /kaleda/ [kaled_] ‘ketiak’ /lima/ [lim_] ‘lima’ /nangka/ [n_Gk_] ‘nangka’ /pa?a/ [pa?_] ‘pahat’ /sumba/ [Sumb_] ‘layar’ /uga/ [ug_] ‘gusi’

/o/

/oho/ [oho] ‘asap’ /ota?/ [ota?] ‘otak’ /oso?/ [oSo?] ‘rusuk’

/ano?/ [ano?] ‘anak’ /bobo?/ [bobo?] ‘nasi’ /kompo/ [kompo] ‘tumpul’ /oso?/ [oSo?] ‘rusuk’ /solong/ [soloG] ‘alir’ /toso?/ [toSo?] ‘tikam’

/ako/ [ako] ‘apa’ /oho/ [oho] ‘asap’ /kompo/ [kompo] ‘tumpul’ /lempo/ [lempo] ‘rumah’ /saho/ [Saho] ‘ular' /tai likko/ [tai lik:o] ‘usus’

/cindol/ [cindOl] ‘cendol’ /losi/ [lOSi] ‘lusin’ /kodi/ [kOdi] ‘saya’ /mano?/ [manO?] ‘ayam’ /tallebo?/[tal:ebO?] ‘centong’

/buto/ [butO] ‘kemaluan laki-laki’ /hulo/ [hulO] ‘bambu kecil untuk seruling’ /kaderro/ [kader:O] ‘kursi’ /imamanyo/ [imama ~nO] ‘pelan-pelan’

77Vokal Bahasa Budong-budong

Tabel 1 menunjukkan bahwa semua vokalbahasa Budong-Budong, yaitu /i/,/e/,/a/,/o/dan /u/ dapat menduduki posisi awal, tengah,maupun akhir kata. Namun, data yang di-temukan untuk posisi awal, tengah, dan akhiruntuk kelima vokal itu ada yang banyak adayang sedikit.

Fonem /i/ dapat berposisi di awal, tengah,dan akhir kata. Data yang ditemukan baik padaposisi awal, tengah, maupun akhir kata ba-nyak.

Fonem /e/ dapat berposisi di awal, tengah,dan akhir kata. Namun, fonem /e/ yang berpo-sisi di awal hanya ditemukan dalam satu kata,yaitu /eteng/ [eteG] ‘pagar’. Sementara itu,yang berposisi di tengah dan akhir kata banyakditemukan.

Fonem /a/ dapat berposisi di awal, tengah,dan akhir kata. Data yang ditemukan baik padaposisi awal, tengah, maupun akhir katabanyak.

Fonem /o/ dapat berposisi di awal, tengah,dan akhir kata. Data yang ditemukan lebih ba-nyak fonem /o/ yang berposisi di tengah danakhir kata.

Fonem /u/ dapat berposisi di awal, tengah,dan akhir kata. Penelitian ini menemukan se-dikit data fonem /u/ yang berposisi di awalkata dan banyak data fonem /u/ yang berposisidi tengah dan akhir kata.

Dalam hal variasi bunyi, tidak ada variasibunyi pada fonem /i/. Sementara itu, padafonem /e/,/a/,/o/ dan /u/ ada variasi bunyi.

Fonem /e/ teralisasi dalam bunyibunyi [e], [E], dan [|]. Akan tetapi, belum diketahui perbedaan posisi masing. Akan tetapi, belum diketahui

perbedaan posisi masing-masing bunyi itudalam kata. Penelitian ini menemukan banyakrealisasi bunyi bunyi [e], [ dan ], [E], dan [ serta tiga realisasibunyi ], dan [|]. Akan tetapi, belum diketahui perbedaan posisi masing dalam kata, yaitu /besumau/

besumau/ [b|Suma+] ‘durian’, /sembayang/ sembayang/ [S|mbay_G]‘sembahyang’, dan /setangngah/ /setangngah/ [s|taG:ah] ‘setengah’.‘setengah’.

Fonem /a/ memiliki dua alofon, yaitu [a]dan Fonem /a/ memiliki dua alofon, yaitu [a] dan [_]. Alofon [a] terdapat pada posisi penultima . Alofon [a] terdapat pada posisi pe-nultima (sebelum akhir) kata yang diikuti olehkonsonan /h/, /r/, /s/, atau /?/. Beberapacontohnya ialah pada kata-kata di bawah ini./panah/ [panah] ‘panah’/kamar/ [kamar] ‘kamar’/lingkuas/ [liGku+aS] ‘lengkuas’/kalleda?/ [kal:eda?] ‘ketiak’

/u/ /uga/ [ug_] ‘gusi’ /uha?/ [uha?] ‘urat’ /umbamene/ [umbamEnE] ‘bagaimana’ /unung/ [unuG] ‘keenam’ /uppa?/ [up:a?] ‘empat’

/bu?u/ [bu?u] ‘tulang’ /babuah/ [babu:ah] ‘dada’ /duhung/ [duhuG] ‘jarum’ /janggu’/ [jaGgu?] ‘janggut’ /sumba/ [Sumb_] ‘layar’ /tuhe/ [tuhE] ‘tiup’

/atu/ [atu] ‘atap’ /bu?u/ [bu?u] ‘tulang’ /hapu/ [hapu] ‘dapur’ /salimu/ [Salimu] ‘selimut’ /sumpu/ [Sumpu] ‘junjung’ /susu/ [SuSu] ‘tetek’

/isung/ [iSUG] ‘lesung’ /sungkung/ [SUGkUG] ‘bibir’

78 , Volume 4, Nomor 1, Juni 2018

/katuppa?/ [katup:a?] ‘ketupat’

/ota?/ [ota?] ‘otak’ ‘otak’

/uha?/ [uha?] ‘urat’ ‘urat’

Sementara itu, alofon Fonem /a/ memiliki dua alofon, yaitu [a] dan [_]. Alofon [a] terdapat pada posisi penultima terdapat padaposisi penultima (sebelum akhir) kata yangdiikuti oleh konsonan /ng/. Beberapa contoh-nya ialah pada kata-kata di bawah ini./ajarang/ [ajar_G] ‘kuda’/hana?ang/ [hana?_G] ‘bahu’/hatang/ [hat_G] ‘batang’/hotang/ [hot_G] ‘tempat beras’/lamang/ [lam_G] ‘lemang’ ‘lemang’/larong/ /larong/ [lar_G] ‘larang’ ‘larang’/sembayang/ [S|mbay_G] ‘sembahyang’.

Fonem /o/ teralisasi dalam dua bunyi,yaitu [o] dan Fonem /o/ teralisasi dalam dua bunyi, yaitu [o] dan [O]. . Penelitian ini menemukanbanyak realisasi bunyi [o] maupun realisasibunyi Fonem /o/ teralisasi dalam dua bunyi, yaitu [o] dan [O]. dalam kata.

Vokal /u/ terealisasi dalam dua alofon,yaitu [u] dan [U]. Penelitian ini menemukanbanyak realisasi bunyi [u] serta dua realisasibunyi [U] dalam kata, yaitu dalam kata isung/

isung/ [iSUG] ‘lesung’ ‘lesung’ dan /sungkung/ /sungkung/ [SUGkUG] ‘bibir’.

2. Klasifikasi Bunyi Bahasa (Vokoid)Berdasarkan teori Verhar di atas dengan

sedikit modifikasi, penulis membuat klasifikasibunyi bahasa Budong-Budong. Istilah yangbiasa digunakan dalam bidang fonetik ialahvokoid, sedangkan istilah yang biasa diguna-kan dalam bidang fonologi atau fonemik ialahvokal. Oleh karena itu, dalam klasifikasi, bunyibahasa penulis sebut vokoid. Hal itu karena adavokal yang terdiri atas dua alofon yang tidakdapat dimasukkan dalam klasifikasi yangsama. Dalam bahasa Budong-Budong, vokal /a/ memiliki dua alofon, yaitu [a] (dalam klasi-fikasi termasuk rendah-depan) dan Fonem /a/ memiliki dua alofon, yaitu [a] dan [_]. Alofon [a] terdapat pada posisi penultima (dalamklasifikasi termasuk rendah-belakang). Ada-pun klasifikasi vokoid bahasa Budong-Budongdapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL 2 KLASIFIKASI VOKOID BAHASABUDONG-BUDONG

Depan Madya Belakang

Tinggi i u

U

e o

Tengah |

E O

Rendah a _

Tabel 2 melengkapi keterangan di atas.Dalam hal tinggi-rendah, vokoid-vokoid [i], [u],dan [U] diklasifikasikan sebagai vokoid tinggi;vokoid-vokoid [e], [o], ], dan [|]. Akan tetapi, belum diketahui perbedaan posisi masing, ], [E], dan [, dan Fonem /o/ teralisasi dalam dua bunyi, yaitu [o] dan [O]. diklasifikasikan sebagai vokoid tengah; sertavokoid-vokoid [a] dan Fonem /a/ memiliki dua alofon, yaitu [a] dan [_]. Alofon [a] terdapat pada posisi penultima diklasifikasikansebagai vokoid rendah. Dalam hal depan-belakang, vokoid-vokoid [i], [e], ], [E], dan [, dan [a]diklasifikasikan sebagai vokoid depan; vokoid

], dan [|]. Akan tetapi, belum diketahui perbedaan posisi masing diklasifkasikan sebagai vokoid madya; sertavokoid-vokoid [u], [o], Fonem /o/ teralisasi dalam dua bunyi, yaitu [o] dan [O]. , dan diklasifikasikan

Fonem /a/ memiliki dua alofon, yaitu [a] dan [_]. Alofon [a] terdapat pada posisi penultima sebagai vokoid belakang.Vokoid-vokoid [e], ], [E], dan [, dan ], dan [|]. Akan tetapi, belum diketahui perbedaan posisi masing merupakan

satu fonem, meskipun [e], ], [E], dan [ termasuk vokoiddepan dan ], dan [|]. Akan tetapi, belum diketahui perbedaan posisi masing termasuk vokoid madya. Selainitu, vokoid [e] lebih tinggi daripada ], [E], dan [ dan ], dan [|]. Akan tetapi, belum diketahui perbedaan posisi masing,serta ], dan [|]. Akan tetapi, belum diketahui perbedaan posisi masing lebih tinggi daripada ], [E], dan [. Vokoid-vokoid [o] dan Fonem /o/ teralisasi dalam dua bunyi, yaitu [o] dan [O]. merupakan satu fonem,vokoid [o] lebih tinggi daripada Fonem /o/ teralisasi dalam dua bunyi, yaitu [o] dan [O]. . Vokoid-vokoid [a] dan Fonem /a/ memiliki dua alofon, yaitu [a] dan [_]. Alofon [a] terdapat pada posisi penultima merupakan satu fonemmeskipun [a] termasuk vokoid depan dan Fonem /a/ memiliki dua alofon, yaitu [a] dan [_]. Alofon [a] terdapat pada posisi penultima termasuk vokoid belakang.

PENUTUPDalam penelitian ini, ditemukan lima vokal,

yaitu /i/,/e/,/a/,/o/ dan /u/. Ada vokalyang khas dalam bahasa Budong-Budong,yaitu /a/. Vokal /a/ memiliki dua alofon, yaitu[a] dan Fonem /a/ memiliki dua alofon, yaitu [a] dan [_]. Alofon [a] terdapat pada posisi penultima . Contoh alofon [a] ialah pada kata-kata /ako/ [ako] ‘apa’, /atu/ [atu] ‘atap’, /babuah/ [babu:ah] ‘dada’, /garagaji/ [gara-gaji] ‘gergaji’, /suna/ [Sun:a] ‘sunat’, dan /bulampa/ [bulampa] ‘paha’. Contoh alofon Fonem /a/ memiliki dua alofon, yaitu [a] dan [_]. Alofon [a] terdapat pada posisi penultima

79Vokal Bahasa Budong-budong

ialah pada kata-kata /aso?/ [_So?] ‘rusuk’, /kanding/ /kanding/ [k_ndiG] ‘dahi’ ‘dahi’, /lamang/ /lamang/ [lam_G] ‘lemang’‘lemang’, /kaleda/ /kaleda/ [kaled_] ‘ketiak’ ‘ketiak’, dan /lima/

/lima/ [lim_] ‘lima’.Penelitian ini baru merupakan langkah

kecil. Masih banyak misteri yang belum terkuakdalam bahasa Budong-Budong. Waktu yangtersedia untuk pengumpulan data sangat ter-batas. Selain itu, semua penutur bahasa Budong-Budong yang tersisa ialah multibahasawan.Mereka biasa bertutur dalam bahasa Indonesiadan bahasa Topoyo. Ada juga yang menguasaibahasa Mamuju. Mereka sering lupa kata-katadalam bahasa Budong-Budong. Kalau dimintamenyebutkan kata dalam bahasa Budong-Bu-dong sering ada yang disebutkan ialah bahasaTopoyo atau bahasa Mamuju. Pernah juga,mereka diminta menyebutkan kata dalam ba-hasa Budong-Budong, ternyata setelah diveri-fikasi yang disebutkan ialah kata dalam bahasaBugis. Di antara mereka pun kadang-kadanglama dalam mencapai kesepakatan perihalsebuah kata, apakah termasuk bahasa Budong-Budong atau bukan (bisa bahasa Topoyo bisabahasa Mamuju). Oleh karena itu, penelitianini merekomendasikan agar dilakukan langkah-langkah selanjutnya untuk menyelamatkanbahasa Budong-Budong.

DAFTAR PUSTAKABadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

2011. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 24 Tahun2009 tentang Bendera,Bahasa, dan Lambang Negara, serta LaguKebangsaan.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2016. Salinan Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 57 Tahun 2014 tentangPengembangan, Pembinaan, dan PelindunganBahasa dan Sastra, serta Peningkatan FungsiBahasa Indonesia.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.2017. Pedoman Konservasi dan Revitalisasi.

Ibrahim, Gufran Ali. 2009. Metamorfosa Sosial danKepunahan Bahasa. Ternate: LembagaPenerbitan Universitas Khairun.

Kampil, H. Abd. Rasyid. 2016. “MendulangFenomena Budaya di Bumi Lalla Tasisara’Kabupaten Mamuju Tengah”. Makalahdisampaikan dalam Dialok Budaya Kabu-paten Mamuju Tengah pada tanggal 7Desember.

Lewis, M. Paul (Editor). 2009. EthnologueLanguages of the World. Dallas: SILInternational.

Manda, Marthen L., Masao Yamaguchi, danHirotake Nakashima. 2002. Kosakata DasarBahasa Panasuan serta Tata Bahasa RingkasBahasa Panasuan dan Kosakata Dasar BahasaTangkou serta Tata Bahasa Ringkas BahasaTangkou. Osaka: ELPR.

Said, Herly. 2016. “Mengenal Seni dan BudayaLokal di Kabupaten Mamuju Tengah”.Makalah disampaikan dalam SeminarBudaya Lokal di Kabupaten MamujuTengah pada tanggal 14 Desember.

Subroto, D. Edi. 1992. Pengantar MetodePenelitian Linguistik Struktural. Surakarta:Sebelas Maret University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka TeknikAnalisis Bahasa. Yogyakarta: Duta WacanaUniversity Press.

Suhaemi, Eem. dkk. 2011. “Vitalitas, Doku-mentasi, dan Inventarisasi Bahasa BudongBudong di Mamuju, Sulawesi Barat”,Laporan Penelitian Badan Pengembangandan Pembinaan Bahasa.

Sunendar, Dadang. 2018. “Kebijakan PenelitianBahasa” Makalah Bimtek Pengolahan DataLapangan, Badan Pengembangan danPembinaan Bahasa bekerja sama denganMLI, 16—17 April.

Verhar. J.W.M. 2006. Asas-Asas LinguistikUmum. Yogyakarta: Gadjah Mada Univer-sity Press.

80 , Volume 4, Nomor 1, Juni 2018