volme ]emmbm
TRANSCRIPT
Diterbitkan Oleh :Sekolah Tinggi penyuluhan pertanian Magelang
Jurusan Penyuluhan pertanian yogyakarta
rssN 1858-1225
VolMe 2% [$omnon % ]Emmbm 20lfus
JURNAL ILMU-ILMU PERTANIANrssN 1858-1226
Terbit Dua Kali Setahun pada Bulan Juli dan Desember, Berisi Artikel Ilmiah Hasil penelitiandan Pemikiran di Bidang Pemberdayaan Sosial, Ekonomi dan Teknik pertanian Terapan
Ketua Penyunting
Endah Puspitojati STP. Mp
Penyunting Pelaksana
Sapto HusodoR. Hermawan
Miftakhul ArifinAgus Wartapa
Rajiman
Mitra Bestari
Masyhuri (Universitas Gadjah Mada)Sunnaru Samsi Haryadi (Universitas Gadjah Mada)
Jamhari (Universitas Gadjah Mada)Subejo (Universitas Gadjah Mada)
Sekretariat
Sari MegawatiNur Ika Puspitaningsih
Ismadi
Desain GrafisAbdul Hamid
Alamat penyunting dan sekretariat : Redaksi Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian' Sekolah Tinggi
Penvuluhan Pertanian (STPp) Lurusi; P";ilI;un Ptttanian Yogyakarta' Jalan KusumanegaraNo'
;'Vffi;'ffi""",(oi."r"' jiioi"1"1;;"i0t'4t vzqts i;tutt" (02'74) 375528 E-Mait:
adlan larisuCayahoo.co id
JURNAL ILMU-ILMU PERI'ANIAN diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian"niug"iun!
lr*tun Penyuluhan Pertanian d i Yo gyakarta '
PenvuntinP, menerima sumbangan tulisan yang belum pemah diterbitkan dalam penerbitan lain
Naskah diletik aras kenas nvs i<uano spasi landa sepanjang lebih kurang 20 halaman. dengan
format sepenitercantum p"d" h";;;;kiliit;rll'"g d'g*" ialam toerioman penulisan naskah)'
Naskah yang masuk akan o't"'i'"tj'al|]' ii'uniing"'ntuL kescrasaman format' istilah dan tata
oenulisan lainnya tanpa me,-ub'h '""l-nti""t"H i;t'"'rii Y ang anikelnva dimuat akan mendapatkan
iima eksemplar cetak lepas d"" t;i;';:;;;;'lii pt,,'i''"lanikel vang ridak dimuat tidak akan
dikembalikan
. JURNALILMU-ILMU PERTANIANVolume 22, Nomor 2, Desember 2015 ISSN 1858-1226
Optimasi Substitusi Bekatul Pada Pembuatsn Nasi Jagung Instan
Endah Puspitojati
Veriasi Proporsi Ampas Ubi Kayu Tak Terfermentasi dan Aci Terhadap Daya
Kembang, Daya Serap dan Kualitas Sensoris Rengginang
B. Budi Setiawati
pengeruh Dosis Phonska Terhadap Pertumbuhan den Hasil Beberrpa vsrietas
Bawang Merah Pada Musim Hujan
Rajiman
Analisis Kelayakan Usaha Tani dan Faktor= Faktor Yang Mempengaruhi
Produktivitas Jagung Pada Lahan Kering Di Kecamatan Labangka Kabupaten
Sumbawa
Siti Nurwahidah, Dwidjono Hadi Darwanto, Masyhuri, dan Lestari Rahayu Waluyati
Pembangunan Pertanian: Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Keberlanjutan
Sapto Husodo
Peran Birokrasi Kelembagaan Dalam , Penerapan Pengendalian Hama
Terpadu
RR. Siti Astuti
Respon Varietas Padi Unggul Lokal I'Ketan Kutuk" Pada Beberapa -Formulasi
Pemupukan NPK Terhadrp Produktivitas
Suhamo
Pengembangan LKM Gapoktan Di Kabupaten Gunung Kidul Daerah 128-140
Istimewa Yogyakarta
Rika Nalinda
85-94
95 - 105
148 - 157
tia - 174
106 - 117
ll8 - 127
t4l - 147
B. Budi Setiawati - Vaiasi Proporsi Ampas Ubi Kayu Tak Terfermentasi dan Aci Terhadap Daya 95
VARIASI PROPORSI AMPAS UBI KAYU TAK TERFERMENTASI dan ACI TERIIADAPDAYA KEMBANG, DAYA SERAP dan KUALITAS SENSORIS RENGGINATIG
ABSTRACT
The aim of this research is to determine the best proportion of the unfermented cassava waste and
cassava statch on development and adsorplton power and sensory quality of "cassava rengginang".
The rcsearch method using a design slrucnred factorially composed of twofactors; thefirst was the
added cassava waste consisting of five levels symbolised with (A) i.e. A,=3094,A2=40%,A,=50%,
A,=60'% and A, = 7tr% and the second was the addition of cassava starch cosisting of 5 levels
symbolised with (c) i.e. c,=70?6, c,= 60%, c,= 50% , C, = 40o4 and c,= 30%.. The observed
variables are the sensory qualtty of the produced cassava rcnggtnang including texture, colouri
Jlavour and taste. The development power and the adsorption power were measured by comparing
the perimeter and weight of the crude(unprucessed) and the fried (pmcessed) cassava rengginang
rcspectively. The cassava rcngginang that is most prelfered by the panelists with the highest
development power olf 61,49% is the combination ofArc, using a pruportion between cassavawaste
and cassava starch of 40:60. The lowest oil adsorption power of 34,5596 is shown by the combination
of A,C, with a prcportion between cassava waste and cassava starch of i0:70 while for the sensory
quality of texturc, flavour and taste is shown by the comobination ArC2 teith a proportion between
cassava waste and cassava starch of40:60, whereas concerting the colour, the combination A,C, is
most preffered with aproportion between cassavawdste and starch of j0:70.
Kqtwords: Cassava llaste, Development Power, Adsorption Power and Sensory Quality of"cassava rungginang".
PENDAHULUAN
Singkong (Manihot escttlenta Crantz)
merupakan salah satu tanaman umbi-umbian yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat
yang murah. Singkong menjadi pilihan karena
tersedia dengan produksi yang tidak tergantung
musim tanam. Singkong merupakan komoditas
tanaman pangan potensial ketiga di Indonesia
setelah padi dan j agung.
Peningkatan nilai ekonomis singkong
dapat dilakukan dengan mengolah singkong
tersebut menjadi berbagai macam produk olahan.
Usaha diversifikasi pangan adalah usaha untuk
menyediakan berbagai ragam produk pangan baik
dalam jenis maupun bentuk, sehingga tersedia
banyak pilihan bagi konsumen untuk menu
makanan harian. Diversifikasi pangan yang
merupakan salah satu pengembangan pengolahan
hasil pertanian cukup potensial untuk
menggerakkan pengembangan usaha kecil dan
STPP Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogtakarta
Oleh : B. Budi Setiawati
96 Jumal llmu-llmu Pertanian Vol.22, Nomor 2, Desember 2015
menengah.
Salah satu usaha diversifikasi pangan adalah
teknologi pembuatan rengginang ubi kayu.
Rengginang dapat dikategorikan sebagai
kcrupuk yang merupakan kelompok makanan
ringan sebagai camilan, memiliki kandungan pati
tinggi dimana sebelum dikonsumsi harus
digoreng terlebih dahulu (Witono, 2011). Bahan
dasar rengginang ubi kayu adalah ampas ubi kayu
dan pati, kandungan amilopektin dalam pati
sangat menentukan daya kembang rengginang.
Semakin tinggi kandungan amilopektin pati
maka rengginang yang dihasilkan akan
mempunyai daya kembang yang semakin besar.
Penggorengan menyebabkan bahan
makanan bersumber pati mengalami pemekaran
volume. Semakin mekar volume kerupuk,
semakin renyah pula tekstur kerupuk tersebut
(Siswantoro, 2009).
Ubi kayu merupakan komoditas hasil
pertanian yang memiliki potensi baik untuk
dikembangkan menjadi berbagai produk olahan
pangan, baik secara langsung dikonsumsi oleh
rumah tangga ataupun menjadi bahan baku
industri pangan. Pada dasarnya ubi kayu dapat
diolah langsung dari bentuk segamya (ubi kayu
segar), maupun diproses terlebih dahulu menjadi
berbagai produk antara (setengah jadi). Dalam
bentuk bahan setengah jadi, ubi kayu diolah
menjadi tepung tapioka, tepung singkong
(casava), gaplek dan oyek. Bahan-bahan
tersebut, khususnya tepung tapioka, sebagian
besar diserap oleh industri, untuk bahan baku
berbagai produk olahan pangan maupun non
pangan (Djafar, dkk,20 I 2).
Potensi ubi kayu di Indonesia sangat besar
baik ditinjau dari sisi sumber bahan pangan utama
karbohidrat setelah padi dan jagung, maupun
sebagai bahan pakan dan bahan baku industri.
Dilihat dari kontribusinya terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB), ubi kayu memberikan
kontribusi tanaman pangan terbesar ketiga setelah
padi danjagung pada tahun 2003 sebesar Rp 6,1
triliun (hanya dari on /arzr). Kontribusinya
terhadap produksi ubi kayu dunia adalah sebesar
l0 persen, dimana pada tahun 2002 produksinya
sebesar 16.913.104 ton, tahun 2003 sebesar
18.523.810 ton, dan tahun 2004 sebesar
1 9.249. I 69 ton (Valerina, 2009).
Rengglnang
Rengginan atau Rengginang adalah
sejenis kerupuk yang terbuat dari nasi atau ketan
yang dikeringkan lalu digoreng p anas (deep-fry).
Rengginang merupakan salah satu makanan
tradisional yang sudah ada sejak jaman dulu
namun sampai sekarang masih tetap eksis di
pasaran. Rengginang pada umumnya terbuat dari
beras ketan, namun saat ini sudah ada rengginang
yang terbuat dari bahan baku ubi kayu (Anonim,
201l).
Rengginang ubi kayu adalah rengginang
yang terbuat dari bahan baku ubi kayu. Pembuatan
rengginang ubi kayu secara ringkas menurut
Anonim (201 l) adalah sebagaiberikut:
L Pengupasan dan Pencucian.
Singkong dikupas dan dicuci bersih.
2. Pemarutan
Parut yang digunakan ada (dua) macam
yaitu:
B. Budi Setiawati - Variasi Proporsi Ampas Ubi Kayu Tak Terferrnentasi dan Aci Terhadap Daya 97
s) Parut manual, dilakukan secara
tradisional dengan memanfaatkan
tenaga manusia sepenuhnya.
b) Parut semi mekanis, digerakkan
dengan motor listrik.
3. Pemerasan/ekstraksi
Hasil parutan dimasukkan kedalam bak
untuk diambil acinya, proses ini dilakukan
berulang-ulang supaya mendapatkan aci
yang banyak. Pemerasan dapat dilakukan
dengan 2 (dua) cara yaitu:
a) Pemerasan bubur ubikayu yang
dilakukan dengan cara manual
menggunakan kain saring, kemudian
diremas sambil ditambahkan air
dimana cairan yang diperoleh adalah
pati yang ditampung di dalam ember.
b) Pemerasan bubur ubikayu dengan
saringan goyang (sintrik).
Bubur ubikayu diletakkan di atas
saringan yang digerakkan dengan
mesin. Pada saat saringan tersebut
bergoyang, kemudian ditambahkan
air melalui pipa berlubang. pati
yang dihasilkan ditampung dalam
hak pengendapan.
4. Pengendapan
PengendaFan,yaitu proses mengendapkan
air selama maksimal 4 jam, kemudian
pisahkan air yang jemih dengan endapat
aci sampai diperoleh aci.
5. Pencampuran.
Dalam membuat rengginang ubi kayu
yang penting adalah mencampur antara
ampas singkong dengan aci hasil endapan,
kemudian dicampur bumbu-bumbu.
6. Pencetakan
Hasil dari pencampuran lalu digosokkan/
diparutkan pada parut dengan lubang
besar sehingga membentuk butiran-
butiran seperti beras, kemudian dicetak
bulat-bulat sepert i rengginang.
7. Pengukusan
Pengukusan rengginang adalah proses
mengukus rengginang dalam cetakan
selama 5 menit. Setelah dingin, kemudian
dilepas dan dilakukan penjemuran dalam
plat-plat/tampah.
8. Proses terakhir dalam membuat
rengginang singkong adalah melakukan
pengemasan jika rengginang tidak
langsung dikonsumsi. Namun, jika akan
dikonsumsi secara langsung, maka perlu
menggorengnya dalam minyak yang
cukup dan suhu tinggi agar rengginang
dapat mengembang.
Bahan dasar rengginangubi kayu adalah
pati, kandungan amilopektin dalam pati sangat
menentukan daya kembang rengginang. Semakin
tinggi kandungan amilopektin pati maka
rengginang yang dihasilkan akan mempunyai
daya kembang yang semakin besar (Suprapti,
2005)
Menurut Suprapti (2005), tepung tapioka
banyak digunakan dalam berbagai industri karena
kandungan patinya yang tinggi dan sifat patinya
yang mudah tergelatinisasi dalam air panas
dengan membentuk kekentalan yang dikehen-
daki. Penggunaan tepung tapioka lebih disukai
karena memiliki larutan yang jemih, daya gel
STPP Jurusan Penyuluhan Pertanian yogtakarta
98 Jurnal llmu-Iltnu Pertanian Yol.22, Nomor 2, Desember 2015
yang baik, rasa yang netral, wama yang terang dan
daya lekatnya yang sangat baik.
Pada proses penggorengan kerupuk
mentah mengalami pemanasan pada suhu yang
tinggi, sehingga molekul air yang masih terikat
pada stuktur kerupuk menguap dan menghasilkan
tekanan uap yang mengembangkan struktur
kerupuk (Setiawan, 1988).
Bahan pangan yang digoreng menyebab-
kan kandungan air dalam bahan menguap ditandai
dengan timbulnya gelembung selama proses
penggorengan. Bersamaan dengan itu bahan
pangan menyerap minyak dengan persentase
penyerapan tergantung pada jenis bahan yang
digoreng (Siswantoro, 2009)
Menurut Kartika, dkk (1988) atribut
kualitas sensoris rengginang yang menjadi
pertimbangan konsumen dalam membeli produk
adalah tekstur, warna, aroma, rasa, daya kembang
dan daya serap.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Pengolahan Hasil Pertanian, STPP Jurusan
Penyuluhan Pertanian Yogyakarta' Waktu
penelitian Mei - Nopember 2014. Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mengetahui formula
rengginang ubi kayu yang disukai konsumen/
panelis dengan daya kembang, daya serap minyak
dan kualitas sensoris (rasa, aroma, warna,
tekstur).
Penelitian ini dilakukan dengan meng-
gunakan metode eksperimen laboratorium dengan
desain yang disusun secara faktorial yang terdiri
dari 2 faktor (Sugandi dan Sugiarto, 1994), faktor
pertama adalah ampas ubi kayu yang
ditambahkan terdiri atas 5 level dengan symbol
(A) yaitu : Al = 30%, A2 = 40%, A3 = 50o/o, A4 =
60% , A5 : 7 lyo, faktor kedua adalah penambahan
aci terdiri dari 5 level dengan symbol (C) yaitu:
ct =70%,C2= 60%,C3= s0%,C4:40%,C5 =
30%.
Dari kedua faktor tersebut akan diperoleh
perlakuan kombinasi sebanyak 5 perlakuan.Maka
rancangan eksperimennya menjadi :
l) AlCl:ampasubikayu 3O%o, aci7 0o/o (gr)blb
2) A2C2: ampasubikayu 40%,aci60%(gr\blb
3) A3C3 = ampas ubi kayu 50%, aci 50% (gr)b/b
4) A4C4 = ampas ubi kayu 6OYo,aci40%(gr)blb
5) A5C5 = ampas ubi kayu 7O%o, aci30% (gr)blb
Variabel yang diamati yaitu kualitas
sensoris yang diuji dari rengginang ubi kayu yang
dihasilkan meliputi tekstur, wama, arorna, rasa,
dengan menggunakan panelis umum.
Daya kembang diukur dengan membandingkan
keliling rengginang ubi kayu mentah dan
rengginang yang telah digoreng (matang).
Daya serap diukur dengan membandingkan berat
rengginang mentah dengan berat rengginang
setelah digoreng (matang).
Perhitungan daya kembang dan daya serap
rengginang dirumuskan sebagai berikut
(Kusumaningrum,2009) :
Penilaian yang dilakukan dalam penelitian
ini, meliputi: penilaian subyektif dan penilaian
obyektif. Penilaian subyektif merupakan
penilaian terhadap suatu produk dengan
menggunakan panca indra baik indra penglihatan,
penciuman, perasa, peraba dan pendengar
(Kartika, 1988).
B. Budi Setiawati - Variasi Proporsi Ampas Llbi Kayu Tak Terfermentasi dan Aci Terhadap Daya 99
% Daya kembang : Keliling rengginang matang - Keliling rengginang mentah
?6 Daya serap =
Ke I iling rengginan g mentah
Berat rengginang matang - Berat rengginang mentah
x l00o/o
Penilaian subyektif digunakan untuk
mendapatkan data yang dihasilkan meliputi:
warna, aroma, tekstur dan rasa.
Menurut Kusumaningrum (2 009)penilaian obyektif yainr penilaian yang diperoleh
dari mengukur daya kembang dengan
menyiapkan alat ukur berupa benang dan
penggaris untuk mengukur keliling rengginang
mentah dan matang. Sedang daya serap diukur
dengan mengetahui berat rengginang mentah dan
matsng.
Uji kualitas secara organoleptikmenggunakan uji kesukaan (Hedonic Scale).
Penilaian Organoleptik merupakan cara penilaian
terhadap mutu atau sifat suatu komoditas
menggunakan panelis sebagai instrumen atau alat.
Dalam penelitian ini dilakukan uji skor (scorjzg)
yang berfungsi untuk menilai sifat organoleptikyang spesifik. Pada uji scoring diberikanpenilaian terhadap mutu sensorik dalam suatujenjang mutu. Tujuannya adalah memberikan
nilai atau skor tertentu terhadap suatukarakteristik (Sarwono. I 986).
Instrumen yang digunakanpenelitian ini adalah panelis umum
dal am
yangkernudian memberi skor penilaian dengan kriteriasebagai berikut:
Skor I = Sangat Tidak Menyukai; Skor 2 = TidakMenyukai; Skor3:Netral; Skor4: Suka: Skor 5
= Suka Sekali.
x l00o/o
Data Daya Kembang dan Daya Serap dikumpul-
kan dengan cara mengukur keliling dan berat
rengginang ubi kayu saat mentah dan setelah
digoreng (matang). Analisis terhadap daya
kembang dan daya serap rengginang menurut
Sastrosupadi (2000), dilakukan dengan meng-
gunakan Analisis Keragaman (Anova) dan untuk
melihat perbedaan pengaruh setiap perlakuan
menggunakan uji Duncan dengan tingkat
keper c ay aan 9 5 o/o
( cr: 0,05 ).
Penelitian pendahuluan bertujuan untuk
mengetahui variasi proporsi ampas ubi kayu dan
aci serta formulasi rengginang ubi kayu dengan
mutu yang terbaik. Pada penelitian pendahuluan
dibuat 5 macam formulasi. Formulasi/perlakuan
atau disebut rancangan eksperimennya adalah
sebagai berikut:
l) Alcl =ampas ubikayu 30o/o,aci70%(gr)blb
2) A2C2=ampas ubi kayu 40%, aci 600/o (gr)blb3) A3C3 = ampas ubi kayu 50%, aci S0% (gr)blb4) A4C4 = ampas ubi kayu 60%, aci 40% (gr)b/b5) A5C5 = ampasubi kayu 70%, aci3}% (gr)b/b
Langkah awal pembuatan rengginang
singkong adalah Singkong dikupas, dicuci laludiparut. Parutan singkong diperas (dicuci sesuai
dengan perlakuan yang dilakukan), air perasan
diendapkan patinya. Campur ampas singkongdengan patinya sesuai dengan formulasi tersebutdiatas, kemudian tambahkan bumbu. Adonantersebut kemudian digosok-gosokkan pada
Berat rengginang mentah
STPP Jurusan Penyaluhan pertanian yogtakarta
100 Jurnal llmuJlmu Pertanian Vol.22, Nomor 2, Desember 2015
lubang bcsar sehingga terbcntuk butiran'butiran
kecil. Isi cetskan dengan +l sendok makan paruian
singkong, ratakan supaya tipis. Letakkan cetakan
rengginang mentah dalam langseng yang berisi air
mendidih. Kukus selama 10 menit, biarkan dingin
dan lepas dari cetakan, kemudian jemur sampai
kering.
Diagram Alir Pembuatan Rengginang seperti
Gambarberikut:
PengupasB
Pencucian
Pemarutan
HASILDANPEMBAHASAN1. IGJlan formula rengglnang ubl kryu
yang dlsukal konsumen/panellr dengan
daya kembang, daya serap minyak dan
kualitas sensoris (rasa, rroma, warna,
tekstur).
1.1. Daya kembang Rengginang
Analisa daya kembang rengginang ubi kayu
dilakukan dengan pengkuran diameter
rengginang mentah dan setelah digoreng.
Dilakukan 5 kali pengukuran diameter dan
selanjutnya dilakukan perhitungan rata-rata
diameter rengginang ubi kayu.
Tabel 1 menunjukkan tingkat dayakembang dari formulasi variasi proporsi
antara ampas ubi kayu tak terfermentasi
dengan aci :
Daya
Perlakuan Mentrh Mrteng Kembang (7o)
Pencucian
(s€sual dengan perlakuan)AlCI
A2C2
A3C3
A4C4
A5C5
67,39
67,12
67,52
67,67
67,77
49,62
61,49
5S ?1
3s,97
37,27
gumbu Pencampuran
Adonan
Penyaringan
Ampas
Air Limbah Pencucian
Pengendapan
Pati
Pencetakan
Pengukusan
Pengeringan
Tingkat daya kembang tertinggi adalah
6l ,49o/o pada A2C2 yairu dengan proporsi
ampas : aci adalah 40:60 sedangkan tingkat
daya kembang terendah 37 ,2'7%o pada
A5C5 yaitu dengan proporsi ampas aci
adalah ?0:30' Hasil uji Anova diperoleh p-
value 0,000< 0,003 sehingga daPat
disimpulkan bahwa perbedaan variasi
proporsi ampas : aci terhadap daya kembang
rengginang ubi kaYu signifikan'
UBI KAYU
E+
oc
oooccoo
ooo
100,83
108,39
1M,88
92,01
93,03
Gambar 1. Bagan akhir pembuatan Rengginang
B. Budi Setiawan - Variasi Proporsi Ampas Ubi Kayu Tak Te(brmentasi dan Aci Terhadap Daya l0l
Pati (starch) mempunyai dua komponen
utama, yaitu amilosa (fraksi terlarut) dan
amilopektin (fraksi tidak terlarut). Menurut
Tahir (1985), amilopektin merupakan salah
satu komponen pati yang dapat mem-
pengaruhi daya kembang kerupuk.
Kandungan amilopektin yang lebih tinggi
akan memberikan kecenderungan pengem-
bangan kerupuk yang lebih besar dibanding
dengan kandungan amilosa tinggi.
Daya kembang dan tekstur akhir dari
produk dipengaruhi oleh ratio amilosa dan
amilopektin dari pati (Y,l, et, al., 1993).
Amilosa cenderung mengurangi daya
kembang dan meningkatkan densitas
kerupuk, sedangkan amilopektin berfungsi
sebaliknya, yaitu meningkatkan daya
kembang dan menurunkan densitaskerupuk (Setiawan, I 988).
1.2. Daya serap Rengginang
Analisa daya serap rengginang ubi kayu
dilakukan dengan menimbang rengginang
mentah dan setelah digoreng. Dilakukan 5
kali pengukuran dan selanjutnya dilakukanperhitungan rata-rata berat rengginang ubikuyr.
Tingkat daya serap tertinggi adal ah 68,290/o
pada A5C5 dengan proporsi ampas : aci
adalah 70:30 dan daya serap terendah
adalah 34,55% pada AIC I dengan proporsi
ampas:aci adalah 30:70. Hasil uji Anova
diperoleh p-value 0,000 < 0,003 sehingga
dapat disimpulkan bahwa perbedaan variasi
proporsi ampas aci terhadap daya serap
rengginang ubi kayu signifikan.
1,3. Kualitas sensoris (rasa, aroma, wtrna,tekstur).
Tingkat kesukaan tekstur, warna, aroma,
dan rasa rengginang seperti terlihat pada
Gambar l, 2, 3, 4, 5,6 dan 7 berikut:
Tekstur Rengginang Mentah5,m
4&3,m
,.m1.m
0,m
l
_i),72 4,06
3.4?2,92
I
Perlakuan Mentah Matang Daya Serap (%)
Tabel ^2
menunjukkan tingkat daya serapdari formulasi variasi proporsi anraraampas ubi kayu tak terfermentasi denganaci:
arcl_307 A2C2_329 A3C3_41s a40t_50t ar6_5a5
Gambar 2. Tbkstur Rengginang mentah
Tekstur Rengginang mentah yang disukaikonsumen tertinggi di A5C5 yaita 4,06 yo
termasuk dalam kriteria ambang suka dansuka sekali dengan proporsi ampas : aciadalah 70:30 , sedang tingkat kesukaan
terendah terhadap tekstur mentah di A2C2yaitu 2,92%o termasuk dalam kriteriaambang tidak suka dan netral denganproporsi ampas : aci adalah40:60.
Tekstur Rengginang matang yang disukai
AICIA2C2
A3C3
A4C4
A5C5
I1,00
10,80
8,60
9,00
8,20
t4,80
16,00
13,80
13,80
r 3,80
34,5s
48,15
60,47
s3,33
68,29
STPP Jurusan Penyuluhan pertanian yogtakarta
It
102 Jurnal llnuJlmu Pertanian Vol,22, Nomor 2, Desember 201 5
3,@
a,m
t.o0
2,oo
1.00
0.00
konsumen tertinggi di A2C2 yaitu 3,92 0/o
tcrmasuk dalam kriteria ambang netral dan
suka dengan proporsi ampss ; aci adalah
40:60, sedang tingkat kesukaan terendah
tohadap tekstur matang di A4C4 yaitu
3,03% termasuk dalam kiteria ambang
netral dan suka dengan proporsi ampas : aci
adalah 60:40. Lebih jelasnya dilihat pada
Gambar 2 berikut:
Iekstur Rengginang MatanS
l,t6 J,64
Wama Rengginang mentah yang disukai
konsumen tertinggi di A5C5 yaifu 4,17 %
termasuk dalam kriteria ambang suka dan
suka sekali dengan proporsi ampas : aci
adalah 70:30 , sedang tingkat kesukaan
terendah terhadap warna Rengginang
mentah di AlCl yaitu 2,97% termasuk
dalam kriteria tidak suka dan netral dengan
proporsi ampas : aci adalah 30:70.
Wama Rengginang matang yang disukai
konsumen tertinggi di AlCl yaifi 4,06 o/o
termasuk dalam kriteria ambang suka dan
suka sekali dengan proporsi ampas : aci
adalah 30:70, sedang tingkat kesukaan
terendah terhadap wama matang di A4C4
yaitu 3,22% termasuk dalam kriteria netral
dan suka dengan proPorsi amPas : aci
adalah 60:40. Lebih jelasnya dilihat pada
Gambar 4 berikut:
warna RenttlnanS Matant
]J6 1,74
3.9r],8r
I I lilGambar 3. Tekstur Rengginang Matang
Alct-ito7 42c,-!29 A3c-als A{f,4-501 A56-Sa5
Hasil uji statistik diperoleh p-value 0,006 <
0,044 sehingga perbedaan proporsi ampas :
aci signifikan. Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa panelis lebih menyukai
tekstur rengginang matang dengan proporsi
aci yang lebih banyak. Tingkat kesukaan
warna rengginang dapat dilihat pada
Gambar berikut:
Warna Rengglnang Menuh
4,50 -
4,00 -!JO,,00 _
lJo -,.00 -1501.00 -
oJo -olxt
1.6,l.l2
IAlcl-!o? alcr-!2g Arcl-4ls ,ic1:41 A!49_6'!
a,77
Gambar 5. Warna Rengginang Matang
Hasil uji statistik diperoleh p-value 0,002 <
0,010 sehingga perbedaan proporsi ampas :
aci signifikan. Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa panelis lebih menyukai
wama rengginang matang dengan proporsi
a,Eo -4m-,,so -3,m -2,50
2,S1.50 -l.m -0,90 -0,m -
,.9tt.8l
I2,gr t,ot
I IAlcl-3o, Arc2-!29 A3{3-tl5 a4C4-5lB l5c5-545
Gambar 4. Warna Rengginang Mentah
l I
i dan Aci TerhadaP DaYa 103Ubi KaYu Tak Tetfermentas
B. Budi Setiawati' Ya riasi ProPorsi An?as
aci yang lebih banyak' Tingkat kesukaan
aroma rengginang dapat dilihat pada
Gambarberikut:
Arom. Rcntgin.ng Mtttnt
.p0
3,50
3,00
2,t0
2,00
1.50
1,00
0,t0
0,00
!,10
3,lu
,.60
:,50
3.r0
3,10
3.!0
4.4
4.I0
{ro
1.N
3,60
!/4{
Aroma Rengginang Mentah
).7r-
rIr
3,81
l,l83.08 2Js
7.11
alcl-lol A:0-329 Alcl-115 Arc4-501 A5C5-515
Gambar 6. Aroma Rengginang Mentah
Aroma Rengginang mentah yang disukai
konsumen tertinggi di A5C5 yaitu 3,81 %
termasuk dalam kriteria ambang netral dan
suka dengan proporsi ampas : aci adalah
70:30 , sedang tingkat kesukaan terendah
terhadap Aroma Rengginang mentah di
A2C2yaitu 2,7 2%o termasttk dalam kriteria
ambang tidak menyukai dan netral dengan
proporsi ampas : aci adalah 30:70'
Aroma Rengginang matang yang disukai
konsumen tertinggi di A2C2 yaitu 3,75 o/o
termasuk dalam kriteria ambang netral dan
suka dengan proporsi ampas : aci adalah
40:60, sedang tingkat kesukaan terendah
terhadap aroma Rengginang matang di
A4C4 yaitu 3,39 7o termasuk dalam kriteria
netral dan suka dengan proporsi ampas : aci
adalah 60:40. Lebih jelasnya dilihat pada
Gambar 6 berikut:
Hasil uji statistik diperoleh p-value 0'187
< 0,915 sehingga perbedaan proporsi
ampas : aci signifikan' Hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa panelis lebih
menyukai aroma rengginang matang
dengan proporsi aci yang lebih banyak'
(40:60). Tingkat kesukaan rasa
rengginang dapat dilihat pada Gambar
berikut:
Rasa RenSSlnanS Matang4,1r
1,921,59 l,gl
1,11
arc,'toT A?(l.J29 AIG|-{15 Arrc!-5ol lSCt-545
Gambar 8. Rasa Rengginang Matang
Rasa Rengginang matang yang disukai
konsumen tertin ggi di A2C2 yaiat 4 ,37 oh
termasuk dalam kriteria ambang suka dan
suka sekali dengan proporsi ampas : aci
adalah 40:60, sedang tingkat kesukaan
terendah terhadap rasa Rengginang
matang di A4C4 yaitu 3,72 %o termasr*
dalam kriteria ambang netral dan suka
STPP Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogtakarta
,rcl-lol lrfjirx rlc-l-{ls ^I'/l-q(R ASCq_t't
Gambar 7. Aroma Rengginang Matang
I I
II t
dengan proporsi ampas : aci adalah 60:40.Hasil uji statistik diperoleh p-value 0,1g7< 0,915 sehingga perbedaan proporsi
ampas : aci signifikan. Hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa panelis lebihmenyukai rasa rengginang A2C2 denganproporsi ampas : aci adalah 40:60.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
l. Rengginang ubi kayu yang disukaikonsumen/panelis dengan daya kembang
tertinggi adalah 6l,49Vo pada A2C2 yaitudengan proporsi ampas : aci adalah 40:60.
2. Rengginang ubi kayu yang mempunyai daya
serap minyak terendah adalah 34,55/;o pada
AlCl dengan proporsi ampas:aci adalah
30:70dan
3. Kualitas sensoris yang disukai konsumen
untuk tekstur (3,92%) , aroma (3,7 5Vo) dan
rasa (4,31%) pada A2C2 dengan proporsi
ampas:aci adalah 40:60
4. Kualitas sensoris yang disukai konsumen
untuk wama ( 4,06%) pada AlCl dengan
proporsi ampas:aci adalah 30:70.
Saran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100%
konsumen menyukai produk rengginang dan
jika.produk tersebut diproduksi masal dan telah
beredar, konsumen menginginkan produk
memiliki beberapa variasi rasa, tidak memakai
pemutih, dikemas dengan baik, penirisan minyak
perlu diperhatikan.
104 Jurnal ltnu-Ilmu pertanian Vol.22, Nomor 2, Desember 2015
DAFTARPUSTAKA
Anonim, 201 f. iR engginang IJbi, penganan Biasadari Bahan Tidak Biasa. Diunduh darihttp ://epetani.deptan.go.ld/budidaya/ren gginang_ubi_penganan_biasa_darl-bahan-tidak-biasa_3575 (12 Apn2012).
Djafar, TF dan Siti, R. 2003. Ubi Kayu danO I ahanny a. Kanis ius,. yo gtakarts
Kartika, B., Hastuti,p. dan Supartono,W. l9gg.Pedornan Ujt Inderawi Bahan pangan.PAU Pangan dan Gizi UGM. yogyakarta.
Kusumaningrum,l.2001. Analisa Faldor DayaKembang dan Daya Serap KerupukRumput Laut pada Variasi proporsiRumput Laut. https:/ /jtpunmul.files.wordpress.com/2 0 13 / 02 / v ol-42_3 _irrdr atikusumaningrum.pdf pada tanggal 15 April2013
Sarwono. l986.Pen elitian Otganoleprit RhinekaCipta. Yogyakarta
Sastrosupadi. A 2000. Rancangan PercobaanPraktis Bidang Pertanian. penerbitKanisius.Yogyakarta
Setiawan, H. 1988. Mempelajari karaheristikfi.siko kimia kerupuk dai berbagai tarafformulasi tapioka, tepung kentang dantepung jagung. Skripsi. FakultasTelotologi Pertanian. Institut PertanianBogor.
Siswantoro.2O09 .Perubahan Yolume dan KadarAir Kerupuk Selama Pengorengan dengan
Menggtnakan Pasir. Maknlah SeminarNasional UNSUD Purwokerto. htPP:
//s is 0 7w.w ordpres s. co m. p Maret20 12)
Suprapti, M.L. 2005. Tepung Tapioka :
Pembuatan dan PemanfaatannYa.Kanisius. Yogyakarta
Tahir. S. 1985. Mempelajari pembuatan dan
karakteristik kerupuk dari tepung sagu
(Metroxylon Sagu R.). Skripsi Jurusan
B, Budi Setiawati - Yariasi Ptoporsi Ampas Ubi Kayu Tak Terfermentasi dan Aci Terhadap Daya 105
Tbknologi Pertanian. Fahtltos Pertanian.Univers itas Hasanudrn. Ujung Pandang
Valerina Darwis, 2009. Analisi Usaha Tani danPemasaran Ubi Kayu Serta TelowlogiPengolahan Tapioka di Kabupaten Pati,Jawa Tengah. Disampaikan dalamSeminar Nasional Peningkatan DayaSaing Agribisnis BerorientasiKesejahteraan Petani di Bogor, Deptan.
Witono Tri, 2011. Antara Rengginang SingkongBojonegoru Dan Pathilo Gunungkidul,diakses dari http://www.triwltono,staff.ugm.ac.id/index.php?option=comcontent&view=article&id=52 (20 April2012).
Yu, S. Y, J. R. Mitchell andAbdullah. 1993. Elfectof rice starch on the linier expansion offish crackers (keropok). Tropical Science3j (i):319-321.
STPP Jurasan Penltuluhan Pertanian yogtakarta
106 ,lyvnal 16u-llmu Pertanian Vol.22, Nomor 2, Desember 2015
The Effect of Phonska Dosage on The Growth and Yield Some Variety ofShallot at RainY Season
Oleh : Rajiman
ABSTRACT
The this research were aimed l) to sudy the effected phonska dosage to growth and yield ofshallot in rainy season'
2) to study the efecred varieties to growtn iia yiaa o7 tno ot i_n rainy season. The research was implemented at
Berbah, slemanfo, p"b*ory - opi'il 201s. Thi research used design ofsplit-plots by j replication' The main plot
wasphonskadoses(P)i.eP|=l0t0kg/haP2:200kg/ha,P3=300kg/hadanP4=400kg/ha.Thesubplolwerevarieties(V)i.eV|=Bima'V2=Ti.ron,V3=CrokKuning.observarionwasconductedtoplantheight'leavesnumber,freshweightpercluster,ilryweightpercluster'stover.weightperhectare'freshbulbweightperhectare'dry bulb weight per hectare, A''ti aio'i"") and harvest index' The data obtained was analyzed bv variance
analysis with 596level ofsignificu:ncr. i"n utt, o\research showed that didn't interaction to phonskn dosage
andvarieties to all parameters. i" i"n^irg pnonska dosage didnT aJfected signiJicantly to all growth and yield
ofshattot. Yarieties allecteds'*:;;;;;;;;;wn a\!1i.et! tle Thattot'
The highest p'oductivitv inrainv season
was Tiron varieties i e. fr"sh bulb'w:elliperi"ctor" 1l oi, t mnQ dan dry bulb weight per hectare (96'7 kw/ha) '
Key words = phonska, variety, the shallot' yield
PENDAHULUAN
Bawang merah (l llium cepaL' Aggregatum
gloup) merupakan salah satu dari 7 komoditas
strategis di lndonesia' Bawang merah mempunyai
kedudukan yang penting bagi masyarakat baik
secara ekonomis dan gizinya' Bawang merah
dimanfaatkan sebagai bumbu masak sehari-hari
maupun obat tradisional' Menurut Balitbangtan
(2007) bahwa produksi bawang merah secara
nasional dari 1989-2004 meningkat sebesar 5'4 7o
per tahun yang terdiri dari kontribusi peluasan
areal sebesar 4,3 Yo dan produktivitas l'1%'
Namun produksi tersebut belum mampu
memenuhi permintaan konsumen Kebutuhan
bawang merah rala-rala sebesar 4'56
kg/kapita/tahun atau 0,38 kg/kapita/bulan'
Permintaan bawang merah dalam negeri pada
tahun 2004 mencapai 915'550 ton' Estimasi
kebutuhan bawang merah pada tahun 2010
mencapai g7 6.284 ton (Deptrn, 2005)' Pada
tahun 2006, produksi bawang merah sebesar
1g4,g29 ton. Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) memberikan kontribusi
produksi bawang merah sebesar 3'072 7o atau
produksi sebesar 24.511 ton (BPS' 2008)' Sentral
produksi bawang merah DIY terletak di
Kabupaten Bantul dan Kulon Progo'
Peningkatan kebutuhan bawang merah
membuka peluang dalam mengernbangkan
agribisnis bawang merah' Pada umunnya
budidaya bawang merah dilakukan pada musim
kemarau dengan menggunakan lahan sawah'
PENGARUTI DOSIS PHONSKATERHADAP PERTUMBUHAN DAI{ HASIL BEBERAPA
VARIETAS BAWANG MERAH PADAMUSIM HUJAN