wawasan pengembangan pendidikan islam
TRANSCRIPT
ALI MURFI |PEMIKIRAN PEND ISLAM |KI-B
Judul :Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam: Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum, hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan.
Pengarang : Dr. Muhaimin, M.A
Penerbit : Penerbit Nuansa
Tahun Terbit : Cetakan I, Januari 2010
Kota Terbit : Bandung
Jumlah Halaman : 361
BAB #1 WAWASAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
Pola Pengembangan Pendidikan Islam (Suatu Kajian Historis)
Pola pengembangan pendidikan Islam, terbagi menjadi 2 model yaitu Isolatif-Tradisional,
dalam arti tidak mau menerima apa saja yang berbau Barat (colonial) dan terhambatnya
pengaruh pemikiran-pemikiran modern dalam Islam untuk masuk ke dalamnya, sebagaimana
tampak jelas pada pendidikan pondok pesantren yang hanya menonjolkan ilmu-ilmu agama
Islam dan pengetahuan umum sam sekali tidak diberikan. Hakikat pendidikan Islam adalah
sebagai upaya melestarikan dan mempertahankan khazanah pemikiran ulama terdahulu
sebagaimana tertuang dalam kitab-kitab mereka. Tujuan utama pendidikanya adalah
menyiapkan calon-calon Kyai atau ulama yang hanya menguasai masalah agama. Sinstesis,
yakni mempertemukan antara corak lama (pndok pesantren) dan cork baru (model pendidikan
colonial atau barat) yang berwujud sekolah atau madrasah. Dalam realitasnya, corak
pemikiran sintesis ini mengandung beberapa variasi pola pengembangan pendidikan Islam,
yaitu : (1) pola pengembangan pendidikan madrasah mengikuti format pendidikan Barat
terutama dalam system pengajaranya secara klasikal, tetapi isi pendidikan tetap lebih
menonjolkan ilmu-ilmu agama Islam, sebagaimana dikembangkan pada Madrasah Sumatera
Thawalib dan Madrasah Tebu Ireng pimpinan KH. Hasyim Asy’ari; (2) pola pengembangan
pendidikan madrasah yang mengutamakan mata pelajaran2 agama, tetapi mata pelajaran2
umum secara terbatas juga diberikan, seperti yang dikembangkan oleh Madrasah Diniyah
Zaenuddin Lebay el-Yunusy dan Madrasah Salafiyah Tebu Ireng pimpinan KH. Ilyas; (3)
pola pengembangan pendidikan madrasah yang menggabungkan secara lebih seimbang antara
1
muatan-muatan keagamaan dan nonkeagamaan, seperti yang dikembangkan oleh pondok
Muhammadiyah; dan (4) pola pengembangan pendidikan sekolah yang mengikuti pola
gubernemen dengan ditambah beberapa mata pelajaran agama, sebagaimana dikembangkan
oleh Madrasah Adabiyah (Adabiuyah School) dan Sekolah Muhammadiyah.
Perbincangan Pendidikan Islam di Indonesia
Dalam realitas sejarahnya, sejak awal kemerdekaanya bangsa Indonesia telah memberikan
perhatian dan pengakauan yang relative tinggi terhadap sumbangan besar pendidikan Islam
dalam upaya mendidik dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini disamping merupakan
prestasi tersendiri yang telah diraih oleh umat Islam, juga sekaligus merupkan tantangan yang
memerlukan positif dari para pemikir dan pengelola pendidikan Islam di Indonesia.
Bangsa Indonesia yang telah mewarisi system pendidikan dan pengajaran yang dualistis
(system pendidikan Islam dan colonial), ternyata tidak memberikan prioritas kepada salah
satunya, tetapi berusaha mengintegrasikan keduanya menjadi “satu system pendidikan
nasional”. Dengan disahkannya UU No.2 tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional,
maka integrasi pendidikan Islam ke dalam system pendidikan nasional mendapatkan dasar
hukumnya yang mantap, baik dari aspek kelembagaan maupun isi kurikulumnya, dimana
setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan (agama Islam).
Diskursus pengembangan pendidikan Islam yang menajdi perhatian dari pengembang dan
pemikirnya, baik yang menyangkut dikotomi ilmu pengetahuan hingga memunculkan isu
islamisasi ilmu pengetahuan, masalah kualitas pendidikan agama Islam di sekolah tau
perguruan tinggi umum, upaya membangun pendidikan Islam secra terpadu, dan upaya
penggalian konsep filosofis pendidikan Islam dan pemikiran-pemikiran tokoh pendidikan
Islam sejak periode klasik hingga periode modern, baik dari dalam maupun dari luar negeri,
agaknya semakin memperkaya khazanah pemikiran tentang pengembangan pendidikan Islam
di Indonesia, dan sekaligus mendukung dan semakin mempertajam serta memperoleh
eksistensi bangunan pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri.
Arah Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam di Indonesia
Hasil kajian menunjukkan bahwa pemikiran (filsafat) pendidikan Islam yang berkembang
pada dasarnya mengarah pada lima tipologi, yaitu perennial_esensialis salafi, perennial-
esensialis madzhabi, modernis, perennial-esensialis kontekstual-falsifikatif, dan rekonstruksi
2
social. Masing-masing memiliki parameter dan ciri-ciri pemikiran, yang berimplikasi pada
fungsi pendidikan Islam itu sendiri.
Perenila-sesensialis salafi bersikap regresif dan konservatif dalam mempertahankan nilai-
nilai era salaf, serat berwawasan kependidikan Islam yang berorientasi masa silam (era salafi).
Cirri-ciri pemikiranya adalah ia menjawab persoalan pendidikan dalam konteks wacana salafi,
memahami nash secara tekstual-lughawi, penafsiaran ayat dengan ayat, ayat dengan hadits,
hadits dengan hadits dan kurang adanya pengembangan dan elaborasi. Fungsi pendidikan
Islam baginya adalah melestarikan budaya masyarakat salaf yang dianggap ideal, serta
mengembangkannpotensi dan interaksinya dengan nilai budaya masyarakat era salaf.
Perennial-esensialis madzhabi bersikap regresif dan konservatif dalam mempertahankan
nilai-nilai dalam mempertahankan nilai-nilai dan pemikiran-pemikiran para pendahulunya,
mengikuti aliran, pemahaman dan pemikiran terdahulu yang dianggap mapan, serta
berwawasan kependidikan Islam yang tradisional dan berorientasi masa silam. Cirri-ciri
pemikiranya menekankan pada pemberian syarh dan hasyiyah terhadap pemikiran
pendahulunya, dan kurang ada keberanian mengkritisi atau mengubah substansi materi
pemikiran pendahulunya. Fungsi pendidikan Islam adalh melestarikan dan mempertahankan
nilai, budaya dan tradisi dari suatu generasi ke generasi berikutnya, serta pengembangan
potensi dan interaksinya dengan nilai dan budaya masyarakat terdahulu.
Tipologi modernis menekankan perlunya berfikir bebas dan terbuka dengan tetap terikat oleh
nilai-nilai kebenaran universal sebagaimana tekandung dalam wahyu illahi; progresidf dan
dinamis dalam menghadapi dan merespon tuntutan kebutuhan lingkungan atau zaman; serta
berwawasan kependidikan Islam kontemporer. Ciri-ciri pemikranya adalah ia tidak
berkepentingan untuk mempertahankan dan melestarikan pemikiran dan system pendidikan
para pendahulunya, lapang dada dalam menerima dan mendengarkan pemikiran pendidikan
dari manapin dan siapapun untuk kemajuan pendidikan Islam, serta selalu menyesuaikan dan
melakukan penyesuaian kembali pendidikan Islam dengan tuntutan perubahan social dan
perkembangan IPTEK. Tugas pendidikan Islam terutama mengembangan kemampuan peserta
didik agar dapt berkembang secara optimal. Sedangkan fungsi pendidikan Islam adalah
sebagai: (1) upaya pengembangan potensi peserta didik secara optimal, baik potensi jasmani,
akal maupun hati; (2) upaya interaksi potensi dengan tuntutan dan kebutuhan lingkunganya;
(3) rekonstruksi pengalaman yang terus menerus agar dapt berbuat sesuatu secara inteligen
dan mampu melaksanakan penyesuaian dan penyesuaian kembali dengan tuntutan dan
3
kebutuhan lingkungan, zaman dan sebagainya yang dialndasi oleh iman dan taqwa terhadap
Allah SWT.
Perennial-esensialis kontekstual-falsifikatif menekankan perlunya; (1) sikap regresif dan
konservatif terutama dalam konteks pendidikan agama, yang menghormati dan menerima
konsep pendidikan tradisional yang sudah mengakar dalma kehidupan umat Islam dengan
melakukan kontekstualisasi dan falsifikasi;(2) sikap rekonstruktif yang kurang radikal; (3)
wawasan kependidikan Islam yang concern terhadap kesinambungan pemikiran pendidika
Islam dalam merespon tuntutan perkembangan IPTEK dan perubahan social yang ada. Fungsi
pendidkan Islam adalh;(1) upaya pengembangan potensi peserta didik secara optimal serat
interaksinya dengan tuntutan dan kebutuhan lingkunganya, tanpa mengabaikan tradisi yang
sudah mengakar di masyarakat dan masih relevan untuk dilestarikan, dan;(2)
menumbuhkembangkan nilai-nilai Illahiyah dan insaniyah dalam konteks perkembangan
IPTEK dan perubahan social yang ada.
Rekonstruksi social, disamping menekankan perlunya sikap progresif dan dinamis, juga sikap
proaktif dan antisipatif dalam menhadapi perkembangan IPTEK, tuntutan perubahan,, dan
berorientasi ke masa depan. Ia sangat concern terhadap pengemabangan system
pengembangan pendidikan Islam yang opened-ended, cepat merespon tuntutan-tuntutan yang
ada pada masa sekarang dan yang akan terjadi di masa mendatang, dan komitmen terhadap
pengemabangan kreatifitas yang berkelanjutan. Tuga pendidikan Islam terutama membantu
manusia menjadi cakap dan selanjutnya mampu ikut bertanggung jawab terhadap
pengembangan masyarakatnya yang dilandasi oleh tingginya kualitas iman dan taqwa
terhadap Allah SWT. Fungsi pendidikanI Islam adalh sebagai: (1) upaya
menumbuhkembangkan kratifitas peserta didik secara berkelanjutan; (2) upaya memperkaya
khazanah budaya manusia, memperkaya isi nilai-nilai insane dan Illahi; dan (3) upaya
menyiapkan tenaga kerja yang produktif yang mampu mengantisipasi masa depam, dan/atau
mampu member corak struktur kerja masa depan yang dijiwai oleh spirit Islam.
Menurut hemat penulis (Muhaimin), tipolgi yang perlu dikembangakandi Indonesia adalah
rekonruksi social yang teosentris, dengan landasan pemikiran bahwa; (1) bangsa Indonesia
mengakui pancasila sebagai dasar negara , sila pertama adalah ketuhanan Yang Maha Esa,
yang menunjukkan keharusan bangsa Indonesia bersikap teosentris. Dalam konteks ajaran
Islam, sial tersebut dimaknai dengan konsep tauhid, yang mencakup konsep-konsep tauhid
uluhiyah, rububiyah, mulkiyah dan rahmaniyah; (2) bangsa Indonesia hidup dalam pluralisme
4
yang sangat rentan terhadap timbulnya konfik-konflik, namun demikian mereka bertekad
untuk ber-Bhinneka Tunggal Ika. Pengembangan pendidikan Islam berusaha menciptakan
ukhuwah Islamiyah dalam arti luas, yang mampu membentuk manusia yang memiliki
kesalehan pribadi sekaligus kesalehan social, yakni melalui daya kreatifitasnya memilki
keunggulan partisipatoris yang dilandasi oleh tingginya kualitas iman dan taqwa terhadap
Allah SWT; dan (3) terdapat beberapa kekuatan global yang hendak membentuk dunia masa
depan, yang menggaris bawahi perlunya pendidikan Islam untuk menyiapkan peserta didik
yang unggul dalam IPTEK, produktif dan kompetitif, dengan tetap memiliki kesadaran akan
hak dan kewajibanya dalm kehidupan bersam dan kesdaran bersam dalam alam demokratis.
#Testimoni/ Ide yang ditawarkan oleh Ali Murfi
Berbagai model dan pola pengembangan pendidikan Islam tersebut pada dasarnya bermaksud
untuk mengembangkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai mendasar yang terkandung dalam al-
Qur’an dan al-Sunnah. Hanya saja memilki perspektif yang berbeda-beda dalam memahami
dan menjabarkan hakikat Islam dan ilmu pengetahuan. Hal ini berimplikasi pula terhadap
rumusan-rumusan tujuan pendidikan, isi/materi pendidikan Islam maupun aspek
metodologinya.
Bangsa Indonesia yang telah mewarisi system pendidikan dan pengajaran yang dualistis
(system pendidikan Islam dan colonial), ternyata tidak memberikan prioritas kepada salah
satunya, tetapi berusaha mengintegrasikan keduanya menjadi “satu system pendidikan
nasional”. Dengan disahkannya UU No.2 tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional,
maka integrasi pendidikan Islam ke dalam system pendidikan nasional mendapatkan dasar
hukumnya yang mantap, baik dari aspek kelembagaan maupun isi kurikulumnya, dimana
setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan (agama Islam).
Jadi integrasi ilmu ini sangat penting agar ilmu itu sendiri dapat di terimasecara utuh dan
tidak ada dikotomi-dikotomi. Sehingga tidak akan adapemisahan yang cukup terlihat antara
ilmu-ilmu umum seperti fisika, biologi,matematika, sosiologi, kimia, dan lain-lain, dan ilmu-
ilmu agama, seperti tafsir,hadis, fiqih, dan lain-lain seakan muatan religius tersebut hanya ada
pada matapelajaran agama saja, sementara ilmu-ilmu umum netral dilihat dari segi
religi.Padahal tidak seharusnya seperti itu. Karena sebetulnya dalam mempelajarifenomena-
fenomena alam yang menjadi objek dari ilmu-ilmu umum, nilaiagama dapat dengan mudah
5
kita jumpai karena dengan mempelajari alam berarti juga mempelajari dan mengenal dekat
cara kerja Tuhan. Bukan sebaliknya seperti yang diajarkan di Barat yang justru menolak
Tuhan setelah mempelajari alam yang begitu kaya. Fenomena alam bukanlah realitas-realitas
independen,melainkan tanda-tanda (signs/ayat) Allah.
Mengenai pemikiran (filsafat) pendidikan Islam; tidak seperti halnya Muhaimin yang
menawarkan Tipologi Rekonstruksi Sosial Teosentris. Dalam hal ini saya menawarkan
Tipologi Humanisme Teosentris, yakni pada dasarnya bertolak dari konsep fitrah manusia,
yang dalam pandangan Islam, humanisme tidak dapat dipisahkan dari prinsip teosentrisme,
digunakan untuk melihat (menganalisa) pendidikan Islam yang berpijak pada nilai-nilai
kemanusiaan yang dikuatkan dengan nilai-nilai Ilahiyah. Di sisi lain, humanism teosentris
sebagai nilai inti dari seluruh ajaran Islam penting untuk diimplementasi dalam pendidikan
Islam, yang diharapkan dapat melahirkan manusia yang berkualitas sebagaimana konsep ideal
manusia dalam al-Qur’an, yakni insan kamil.
6