zea2016.files.wordpress.com · web viewpemberian subsidi pada guru sekolah swasta (sd, tk, sltp,...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah
selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.
Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang
terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki
potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupan.
Bagi bangsa Indonesia krisis multidimensi membawa hikmah dan
pelajaran yang luar biasa besarnya, yang pasti bangsa ini dapat menatap dan
membangun masa depan dengan semangat yang lebih optimis. Masa lampau
memperjelas pemahaman kita tentang masa kini. Sistem pendidikan yang kita
kenal sekarang adalah hasil perkembangan pendidikan yang tumbuh dalam
sejarah pengalaman bangsa kita.
Pada masa yang telah lalu, dunia pendidikan terus berubah. Kompetensi
yang dibutuhkan oleh masyarakat terus berubah, apalagi di dalam dunia
terbuka, yaitu di dalam dunia modern dalam era globalisasi. Kompetensi-
kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam lembaga pendidikan
haruslah memenuhi standar. Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi
untuk meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa kita dalam
pengungkapan adanya bahaya yang tersembunyi yaitu kemungkinan adanya
pendidikan terkekang oleh standar kompetensi saja sehingga kehilangan
makna tujuan pendidikan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pendidikan pada masa Orde Reformasi?
2. Apa upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di era
reformasi?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana Kondisi Pendidikan Pada Masa Orde
Reformasi
2. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu
pendidikan di era reformasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan pada Zaman Reformasi
Perubahan yang sangat menonjol pada era reformasi adalah di
laksanakannya otonomi daerah sebagai implementasi dari UU No. 22 tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah. Lebih lanjut, tantangan yang berkaitan
dengan regulasi adalah kondisi UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU SPN) yang menganut manajemen pendidikan
sentralistik dan masih lebih menitikberatkan penyelenggaraan pendidikan
pada pemerintah, yang tidak lagi sesuai dengan prinsip otonomi daerah. Dari
segi kualifikasi tenaga guru di Indonesia masih jauh dari harapan. Hal ini
ditunjukkan oleh statistik sebagai berikut: dari jumlah guru SD sebanyak
1.141.161 orang, 53% diantaranya berkualifikasi D-II atau statusnya lebih
rendah. Dari jumlah guru SLTP sebanyak 441.174 orang, 36% berkualifikasi
D-II atau lebih rendah, 24,9% berijasah D-III kemudian dari 346.783 orang
guru sekolah menengah, sebanyak 32% masih berkualifikasi D-III atau lebih
rendah statusnya. Sementara itu pengangkatan tenaga pendidik yang baru
setiap tahun hanya dipenuhi 25% dari usulan kebutuhan akan tenaga pendidik
(Soearni, 2003: 396 – 397).
Pada era yang penuh perubahan, program-program yang mengembangkan
tenaga pendidikan terus berjalan. Dengan memperhatikan tantangan-tantangan
yang dihadapi serta bertolak dari misi dan visi ditentik, maka disusunlah
program-program utama sebagai berikut:
Ikut terlibat dalam tim perumusan perubahan UU Sistem Pendidikan
Nasional, sehingga kepentingan tenaga pendidik terakomodasi.
1. Peningkatan kualifikasi guru SLTP melalui program penyetaraan D-III dan
S-I serta pelatihan guru yang terakreditasi bekerjasama dengan Dikti.
2. Merencanakan perencanaan berbasis kepentingan lokal untuk
mengakomodasi aspirasi dan kemajuan BPG dan PPPG dengan melibat
kedua lembaga tersebut serta lembaga yang terkait
3. Penerapan berbasis kompetensi dengan menyaipkan substansi berupa
modul-modul kompetensi, dari kompetensi dasar sampai kompetensi
lanjut.
4. Dalam rangka meningkatkan keluaran diklat yang kreatif dan inovatif
telah dilakukan pelatihan guru dengan pola pembelajaran yang mengacu
kepada “Deep Dialogue and Critical Thinking”.
5. Menambah sarana dan prasarana dana untuk BPG dan PPPG non kejuruan
yang masih kekurangan.
6. Reposisi BPG dan PPPG menuju lembaga penjamin mutu.
Adapun hasil-hasil yang dicapai pada tahun 1998 sampai 2001 dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Peningkatan kesejahteraan tenaga kependidikan yang meliputi:
1) Kecenderungan peningkatan tunjangan pendidikan bagi guru
bertambah antara 125-150% dari masing-masing golongan.
2) Pemberian subsidi pada guru sekolah swasta (SD, TK, SLTP, SMU
dan SMK) dan guru tidak tetap sekolah negeri (SLTP, SMU dan SMK)
sebesar Rp 75.000. serta pemberian honor kelebihan jam mengajar Rp
2.000 per-jam dihitung dari kelebihan 18 jam pelajaran per-minggu.
3) Peningkatan gaji guru akan diperhitungkan terhadap tunjangan
fungsional atau terhadap profesionalisme pegawai negeri sipil.
b. Peningkatan fungsi BPG sebagai lembaga penjamin mutu pendidikan di
daerah dengan tujuan untuk menekan sekecil mungkin disparitas mutu
pendidikan antara kabupaten/kota maupun antar-provinsi para otonomi
daerah. Untuk itu, masing-masing BPG akan mendapatkan tambahan
widyaswara sebanyak 30 orang dan tambahan staf sebanyak 396 orang
untuk seluruh BPG dan PPPG.
c. Disetujuinya usulan pemerintah kepada DPR tentang dihentikannya
kebijakan “Zero Growth” mengingat saat ini kekurangan guru semakin
banyak. Sehingga secara kumulatif, GTT telah mencapai 20% terhadap
jumlah guru pada sekolah negeri yang berjumlah 1.600.000 orang;
sementara GTT di sekolah swasta telah mencapai 50% yang saat ini
berjumlah 527.619 orang.
d. Program penyetaraan D-II bagi guru-guru SD yang berstatus PNS terus
dilanjutkan dan bahkan ditingkatkan. Untuk tahun 2002 pemerintah
menyediakan 51 miliyar.
Pada tanggal 21 Mei 1998 merupakan tonggak awal berlakunya zaman
reformasi dan runtuhnya rezim orde baru. Berlakunya zaman reformasi
merupakan suatu usaha berani yang dilakukan oleh kalangan mahasiswa yang
diperjuangkan dalam tragedi Trisakti serta kerusuhan Mei 1998. Masa awal
zaman reformasi ini ditandai dengan kacaunya bidang politik dan ekonomi
Indonesia. Krisis ekonomi melanda bangsa, kerusuhan antaretnik dan
antaragama terjadi di berbagai tempat, serta kekacauan di dalam birokrasi
pemerintahan. Setelah B.J Habibie memerintah selama 17 bulan, kemudian
pada bulan November 1999 digantikan oleh Abdurrahman Wahid yang
terpilih, menjadi presiden keempat. Kemudian Ia diberhentikan sebagai
presiden oleh MPR dan Megawati Soekarno Putri menggantikannya sebagai
presiden yang kelima sampai akhir masa jabatannya. Dan pada tahun 2004
lewat Pemilu langsung Megawati digantikan oleh Susilo Bambang
Yudhoyono sebagai presiden keenam hingga saat ini (Ricklefs, 2001 : 655).
Implikasi dari situasi bangsa Indonesia seperti itu adalah dalam waktu
kurang dari satu dasawarsa ini sering terjadi pergantian kabinet sesuai dengan
presiden yang berkuasa. Hal ini tentu saja membawa dampak secara tidak
langsung terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Pergantian kabinet,
termasuk menteri pendidikan nasional dapat berdampak seringnya terjadi
pergantian kurikulum pendidikan yang diterapkan di seluruh Indonesia. Pada
era pemerintahan Habibie masih menggunakan kurikulum 1994 yang
disempurnakan sampai pada masa pemerintahan Gus Dur. Kemudian pada
masa pemerintahan Megawati terjadi beberapa perubahan tatanan di bidang
pendidikan, antara lain :
a. Dirubahnya kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2000 dan akhirnya
disempurnakan menjadi kurikulum 2002 (KBK). KBK atau Kurikulum
Berbasis Kompetensi merupakan kurikulum yang pada dasarnya
berorientasi pada pengembangan tiga aspek utama, antara lain aspek
afektif (sikap), kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik (ketrampilan).
b. Pada tanggal 8 juli 2003 disahkannya Undang – undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memberikan dasar hukum
untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip
demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung Hak Asasi
Manusia.
Menurut Lembaran Negara Nomor 4301 Pendidikan dalam UU Republik
Indonesia No. 20/2003, pembaharuan sistem pendidikan nasional dilakukan
untuk memperbaharui visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan
nasional. Visi dari pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan
sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua
warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah. Adapun misi dari pendidikan nasional adalah sebagai berikut :
a. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperleh
pendidikan dan bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara
utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan
masyarakat belajar.
c. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
d. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan
sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman,
sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.
e. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Kemudian setelah Megawati turun dari jabatannya dan digantikan oleh
Susilo Bambang Yudhoyono, UU No. 20/2003 masih tetap berlaku, namun
pada masa SBY juga ditetapkan UU RI No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen.
Penetapan Undang – undang tersebut disusul dengan pergantian kurikulum
KBK menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini
berasaskan pada PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
KTSP merupakan kurikum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing – masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan,
tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan
pendidikan, kalender pendidikan serta silabus (BSNP, 2006: 2). KTSP
dikembangkan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan pesrta
didik serta lingkungan.
b. Beragam dan terpadu.
c. Tanggapan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan.
f. Belajar sepanjang hayat.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Tujuan pendidikan KTSP:
a. Untuk pendidikan dasar, diantaranya meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Untuk pendidikan menengah, meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Untuk pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
B. Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Pendidikan pada Zaman
Reformasi
1. Kelas Imersi
Kelas imersi merupakan kelas yang proses pembelajarannya
menggunakan pengantar bahasa Inggris. Di kelas imersi, tidak ada
pelajaran yang disampaikan menggunakan bahasa non-Inggris kecuali
untuk mata pelajaran bahasa selain mata pelajaran bahasa Inggris, seperti
bahasa Indonesia atau bahasa Jepang. Kelas imersi biasanya hanya
diberlakukan di sekolah favorit, meskipun tidak semua kelasnya harus
imersi. Kelas imersi hanya mungkin diberlakukan, bila semua komponen
dalam sekolah tersebut sudah siap, baik itu guru maupun siswanya.
Yang menjadi dasar hukum dari diadakannya kelas imersi yaitu Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Surat
Edaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah No.
420/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Perijinan Pembukaan Sekolah
Nasional Plus.
Tujuan diselenggarakannya Kelas Imersi sebagai berikut:
a. Meningkatkan mutu lulusan
b. Mengembangkan keterampilan bahasa Inggris siswa
c. Membantu siswa mentransfer ilmu pengetahuan yang ditulis dalam
bahasa Inggris.
d. Melatih siswa mengungkapkan perasaan, ide dan hasil pemikirannya
dalam bahasa Inggris
e. Mempermudah siswa dalam mengikuti perkembangan teknologi
informasi
f. Meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam pergaulan internasional
g. Membekali siswa dalam bersaing dengan bangsa lain.
2. Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dilandasi oleh dasar
hukum sebagai berikut:
a. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 ayat 3
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-
kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan
untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf
internasional.
b. Kebijakan Pokok Pembangunan Pendidikan Nasional dalam Rencana
Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009.
Selain dilandasi oleh dasar hukum, penyelenggaraan Sekolah Bertaraf
Internasional juga dilandasi oleh filosofi eksistensialisme dan filosofi
esensialisme. Filosofi eksistensialisme berpandangan bahwa dalam proses
belajar dan mengajar, peserta didik harus diberi perlakuan secara
maksimal untuk mengaktualkan, mengeksiskan, menyalurkan semua
potensinya, baik potensi (kompetensi) intelektual (IQ), emosional (EQ),
dan spiritual (SQ). Sedangkan filosofi esensialisme menekankan bahwa
pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan
individu, keluarga maupun kebutuhan berbagai sector dan sub-sub
sektornya, baik lokal, nasional maupun internasional.
Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan
sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara
internasional. Dalam mengaktualkan kedua filosofi tersebut, empat pilar
pendidikan yaitu learning to know, learning to do, learning to live
together and learning to be merupakan patokan berharga bagi
penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia
mulai dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana,
hingga penilaiannya. Visi dari Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah
terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara
Internasional.
3. Program Percepatan Belajar (Akselerasi)
Program Percepatan Belajar adalah salah satu program layanan
pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh gurunya telah
diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan, dan oleh psikolog
telah diidentifikasi memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf
cerdas, memiliki kreativitas dan keterikatan terhadap tugas di atas rata-
rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan
kecepatan belajar mereka.
Tujuan dari Program Percepatan Belajar (Akselerasi) meliputi tujuan
umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan Umum
1) Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik
spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektifnya
2) Memenuhi hak asasi peserta didik sesuai dengan kebutuhan
pendidikan bagi dirinya sendiri
3) Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta
didik
4) Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik
5) Menimbang peran peserta didik sebagai aset masyarakat dan
kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran.
6) Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan
b. Tujuan Khusus
1) Memberi penghargaan untuk dapat menyelesaikan program
pendidikan secara lebih cepat sesuai dengan potensinya
2) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran peserta
didik
3) Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang mendukung
berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal
4) Memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual,
intelektual, dan emosionalnya secara berimbang
Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan program belajar bagi
siswa yaitu pada satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD) dari 6 (enam)
tahun dipercepat menjadi 5 (lima) tahun, pada satuan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) masing-masing dari 3
(tiga) tahun dapat dipercepat menjadi 2 (dua) tahun.
4. Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi adalah sistem layanan pendidikan yang
mensyaratkan anak berkebutuhn khusus belajar di sekolah-sekolah
terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya. Sekolah
penyelenggara Pendidikan khusus inklusif adalah sekolah yang
menampung semua murid di kelas yang sama. Sekolah ini disesuaikan
dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan
dukungan yang dapat diberikan oleh para guru, agar anak-anak berhasil.
Dalam penyelenggaraannya terbagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Sekolah Biasa/sekolah umum yang mengakomodasikan semua anak
berkebutuhan khusus
b. Sekolah Luar Biasa/Sekolah Khusus yang mengakomodasi anak
normal
5. Sertifikasi Guru dalam Jabatan
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
menyatakan guru adalah pendidik professional. Guru yang dimaksud
meliputi guru kelas, guru mata pelajaran, guru jabatan pengawas satuan
pendidikan. Guru professional dengan malat pelajaran yang diampunya
dan menguasai kompetensi sebagaimana dituntut oleh Undang-undang
Guru dan Dosen. Pengakuan guru sebagai pendidik professional
dibuktikan melalui sertifikat pendidik yang diperoleh melalui suatu proses
yang disebut sertifikasi.
Sertifikasi bagi guru dalam jabatan sebagai salah satu upaya
peningkatan mutu guru yang dijarapkan dapat meningkatkan mutu
pendidikan pada satuan pendidikan formal. Untuk itu, terus dilakukan
perbaikan pelaksanaan sertifikasi guru.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11
Tahun 2011, guru dalam jabatan yang telah memenuhi persyaratan dapat
mengikuti sertifikasi melalui:
a. Pemberian Sertifikat Pendidik secara Langsung (PSPL)
b. Portofolio (PF)
c. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
d. Pendidikan Profesi Guru (PPG)
6. Penyusunan Portofolio Sertifikasi Guru dalam Jabatan
Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan
pengalaman berkarya/prestasi yang dicapai selama menjalankan tugas
profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Portofolio ini terkait
dengan unsur pengalaman, karya, dan prestasi selama gurur yang
bersangkutan menjalankan peran sebagai agen pembelajaran.
Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru dalam jabatan adalah untuk
menilai kompetensi guru sebagai pendidika dan agen pembelajaran.
Komponen pedagogic dinilai antara lain melalui bukti fisik kualifikasi
akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman, mengajar, perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran, prestasi akademik, dan karya
pengembangan profesi.
Portofolio guru terdiri atas 10 komponen yaitu
a. Kualifikasi akademik
b. Pendidikan dan pelatihan
c. Pengalaman mengajar
d. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
e. Penilaian dari atasan dan pengawas
f. Prestasi akademik
g. Karya pengembangan profesi
h. Keikutsertaan dalam forum ilmiah
i. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial
j. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
Peserta Sertifikasi pola PF adalah guru dan guru yang diangkat dalam
jabatan pengawas satuan pendidikan yang telah memenuhi persyaratan
akademik dan administrasi serta memiliki prestasi dan kesiapan diri.
Sedangkan bagi guru yang telah memenuhi persyaratan akademik dan
administrasi, tetapi tidak memiliki kesiapan diri untuk mengikuti
sertifikasi melalui pola PF, dapat mengikuti sertifikasi pola PLPG.
7. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru
a. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) merupakan pola
sertifikasi dalam bentuk pelatihan yang diselenggarakan oleh Rayon
LTPK untuk memfasilitasi terpenuhinya standar kompetensi guru
peserta sertifikasi.
b. Tujuan dari Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) adalah untuk
meningkatkan kompetensi, profesionalisme, dan menentukan
kelulusan guru peserta sertifikasi.
c. Peserta PLPG adalah guru yang bertugas sebagai guru kelas, guru mata
pelajaran, guru bimbingan dan konseling atau konselor di sekolah,
serta guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan
yang memilih: (1) sertifikasi pola PLPG, (2) pola portofolio tetapi
tidak lulus tes awal atau tidak lulusa penilaian portofolio, (3)
Pemberian Sertifikat Pendidik secara Langsung (PSPL) tetapi berstatus
tidak memenuhi persyaratan (TMP)
d. Materi PLPG disusun dengan memperhatikan empat kompetensi guru
yaitu 1) pedagogik, 2) professional, 3) kepribadian, 4) sosial. Materi
dapat berupa buku, diktat, atau modul. Oleh karena pembelajaran
dalam PLPG lebih menekankan workshop, sebaiknya bahan ajar
dikemas dalam bentuk modul.
e. PLPG dilaksanakan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi guru dalam
jabatan yang telah ditetapkan Pemerintah dan didukung oleh Perguruan
Tinggi yang memiliki program studi relevan dengan bidang studi/mata
pelajaran guru peserta PLPG. Diselenggarakan minimal 10 hari dan
bobot 90 Jam Pertemuan (22 JP teori dan 68 JP praktik; 1 JP setara
dengan 50 menit). Pembelajaran dilakukan dalam bentuk workshop.
f. PLPG diakhiri dengan ujian yang mencakup ujian tulis dan ujian
kinerja. Ujian tulis bertujuan untuk mengungkap kompetensi
professional dan pedagogik, ujian kinerja untuk mengungkap
kompetensi professional, pedagogik, kepribadian dan sosial.
8. Peningkatan Kualifikasi Guru dan Program Penyetaraan
Di Indonesia, rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu dari
empat masalah pokok pendidikan yang telah diidentifikasi sejak tahun 60-
an. Keluhan tentang rendahnya mutu lulusan masih terus bergema.
Lulusan SD, SLTP dan SLTA belum mampu bernalar dan berpikir kritis,
serta masih tergantung kepada guru. Penguasaan siswa lebih terfokus pada
pengetahuan faktual dimana saat ujian nasional siswa lebih banyak
menghafal daripada berpikir kritis atau mendemonstrasikan keterampilan.
Pangkal rendahnya mutu pendidikan tentu sangat banyak tetapi
tudingan utama banyak ditujukan kepada guru karena gurulah yang
merupakan ujung tombak di lapangan yang bertemu dengan siswa secara
terprogram. Oleh karena itu, guru dianggap sebagai pihak yang paling
bertanggungjawab terhadap hasil yang dicapai oleh siswa.
Berbagai penataran guru, baik yang dilakukan secara berkala maupun
secara berkesinambungan telah dilakukan. Kesejahteraan guru yang
disadari merupakan tiang penyangga dari kualitas layanan yang diberikan
guru juga sudah mulai diperhatikan, meskipun masih dalam skala yang
kecil. Selain upaya yang secara khusus dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan professional dan kesejahteraan guru, upaya yang sangat
penting adalah upaya untuk meningkatkan kualifikasi guru yang telah
dilakukan sepanjang masa. Upaya tersebut dilakukan melalui Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan Universitas Terbuka (UT).
Program penyetaraan guru adalah program yang ditujukan bagi guru-
guru yang belum memiliki kualifikasi akademik S1. Bagi guru yang masih
berpendidikan D1, akan disekolahan menjadi S1. Program ini merupakan
bagian dari reformasi bidang pendidikan dimulai sejak terbitnya Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kegiatan dalam
program penyetaraan bagi guru-guru SD, SMP, dan SMA berupa:
a. Kuliah dan praktikum yang diselenggarakan dalam blok waktu yang
telah disepakati
b. Praktikum lapangan dan kegiatan lain yang bertujuan untuk
memberikan bekal pengalaman dan menambah wawasan sebagai guru
yang proporsional
c. Praktek pengalaman lapangan yang diselenggarakan di sekolah
masing-masing peserta
9. Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah
program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Dengan demikian
Pendidikan Profesi Guru adalah program pendidikan yang diselenggarakan
untuk lulusan S1 Kependidikan dan S1/D-IV non Kependidikan yang
memiliki bakat dan minat menjadi guru agar mereka dapat menjadi guru
yang professional serta memiliki berbagai kompetensi secara utuh sesuai
dengan standar nasional pendidikan dan dapat memperoleh sertifikat
pendidik (sesuai UU No. 14 Tahun 2005) pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan forma, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Mengacu pada UU No. 20 Tahun 2003, tujuan umum PPG adalah
menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dab bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan tujuan
khususnya adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah serta melakukan penelitian.
Terdapat 2 (dua) bentuk penyelenggaraan PPG, yakni:
a. PPG pasca S-1 kependidikan yang masukannya berasal dari lulusan S1
kependidikan dengan struktur kurikulum subject specific paedagogy
(pendidikan bidang studi) dan PPL Kependidikan
b. PPG pasca S-1/D-IV non kependidikan yang masukannya berasal dari
lulusan S-1/D-IV non kependidikan, dengan struktur kurikulum mata
kuliah akademik kependidikan, pendidikan bidang studi dan PPL
Kependidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan pada zaman reformasi mengalami suatu perkembangan yang
pada dasarnya lebih maju daripada pendidikan pada zaman orde baru.
Pendidikan pada zaman reformasi mengutamakan pada perkembangan peserta
didik yang lebih terfokus pada pengelolaan masing – masing daerah (otonomi
pendidikan). Dalam hal tenaga kependidikan diberlakukan suatu kualifikasi
profesional untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Sedangkan
sarana dan prasarana juga sudah mengalami suatu peningkatan yang baik.
Namun daripada hal tersebut pendidikan yang ada di Indonesia masih belum
mengalami suatu pemerataan. Ini terlihat dari adanya beberapa sekolah –
sekolah terutama di daerah pedalaman masih terdapat keterbatasan dalam
berbagai aspek penyelenggaraannya.
Dinamika sosial politik Indonesia yang juga berdampak pada perubahan
kurikulum merupakan suatu bentuk penyempurnaan dalam bidang pendidikan
untuk meningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Soearni, Eddy. 2003. Pengembangan Tenaga Kependidikan pada Awal Era
Reformasi (1998-2001) dalam “Guru di Indonesia, Pendidikan, Pelatihan dan
Perjuangan Sejak Jaman Kolonial Hingga Era Reformasi”. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional RI, Dirjen Dikdasmen, Direktorat Tenaga Kependidikan
Suyanto & Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia
Memasuki Millenium III. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa
Saring Marsudi, dkk. 2012. Landasan Pendidikan. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
PENDIDIKAN PADA ZAMAN REFORMASI
Kelompok 8:
Ita Noer Prawiti (A510150238)
Qorin Umdatul Millah (A510150241)
Ilmy Saputri (A510150257)
Tivana Aulia Sasmito (A510156009)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA