whirlpool hydromassage
TRANSCRIPT
ABSTRAK
PEMULIHAN KEMAMPUAN AKTIVITAS FISIK DENGAN METODE WHIRLPOOL
Oleh: Alen Rismayadi, M.Pd.Prodi Pend. Kepelatihan FPOK-UPI
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah proses pemulihan menggunakan metode whirlpool.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi-experimental), dengan desain penelitian pretes-postes. Subjek penelitian masyarakat yang memiliki aktivitas tinggi. Diambil sebanyak 10 orang dengan menggunakan teknik sampling insidental. Kriteria inklusi sampel penelitian adalah sampel berjenis kelamin laki-laki, tinggal di dataran tinggi dengan rentang usia antara 15-35 tahun. Subjek diberikan perlakuan dengan whirlpool. Instrumen penelitian adalah Harvard Step Up test. Data yang diperoleh lalu diolah menggunakan pendekatan statistik uji-t.
Hasil penelitian menunjukan adanya perubahan kemampuan aktivitas fisik setelah diberikan perlakuan whirlpool meningkat sebesar 6,18% yang diukur dengan Harvard step up test. Lebih lanjut dilakukan uji- t dengan α = 0,05, t tabel (± 2,26) > dari t hitung (1,79) berarti tidak signifikan.
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data terjadi pemulihan aktivitas fisik dengan menggunakan whirpool tapi kurang signifikan.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kelelahan merupakan suatu proses yang secara alami terjadi saat
seseorang melakukan suatu aktivitas, karena saat beraktivitas terjadi
penumpukan asam laktat pada otot. Semakin tinggi aktivitas maka semakin
cepat pula kelelahan akan timbul. Kelelahan menurut Giriwijoyo (2006:270)
adalah: “menurunnya kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga yang
disebabkan oleh karena (akibat dari) melakukan kerja atau olahraga tertentu.”
Menurunnya kapasitas kerja berarti menurunnya kualitas dan kuantitas
kerja/gerakan fisik. Dengan kelelahan, otot kita tidak mampu melakukan
kegiatan apapun semudah seperti sebelumnya.
Seorang atlet sangat mungkin mengalami kelelahan. Terlebih atlet-atlet
yang menggeluti cabang olahraga dengan intensitas tinggi dan durasi cukup
panjang. Jika seorang atlet tidak bisa mengatasi kelelahan dengan segera akan
mengakibatkan terganggunya prestasi yang semestinya mampu dicapai dengan
maksimal. Sebagai contoh, masalah yang dihadapi oleh tim sepak bola
Indonesia, diberitakan oleh Hadi Samsul, dalam Kompas (Rabu,18-4-2007),
bahwa:
. . .mereka hanya punya waktu 36 jam memulihkan kebugaran setelah terbang selama 17 jam, para pemain tim nasional sepak bola Indonesia di bawah usia 23 tahun (Timnas U-23) harus bertarung melawan Lebanon pada penyisihan kualifikasi Olimpiade Beijing 2008 di Stadion Sports City, Beirut, Rabu (18/4) ini.
Kelelahan juga dirasakan oleh seorang atlet saat harus menghadapi
musim kompetisi dengan jadwal pertandingan yang sangat padat. Penulis
membaca satu kasus dalam koran Suara Merdeka ketika Persiwi Wonogiri yang
mengalami kelelahan fisik setelah sehari sebelumnya mengalahkan PSSS
Situbondo 1 – 0. Asisten Pelatih Persiwi mengungkapkan bahwa anak-anak
mengalami kelelahan setelah sehari sebelumnya bertanding melawan PSSS
Situbondo.
Terbatasnya waktu istirahat yang dimiliki untuk pemulihan oleh kedua tim di
atas akan berpengaruh terhadap penampilan mereka saat bertanding. Hal ini
disebabkan oleh kelelahan yang masih di tanggung oleh para pemain membuat
mereka tidak siap menghadapi pertandingan. Keadaan seperti ini akan sangat
merugikan bagi atlet tersebut. Mereka tidak akan mampu tampil secara
maksimal pada pertandingan selanjutnya.
Oleh karena itu dibutuhkan beberapa alternatif metode yang mampu
memulihkan kelelahan secepat mungkin hingga atlet mampu menampilkan
prestasi sebaik mungkin pada saat setelah mereka mengalami kelelahan.
Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur
yang cukup. Selain melakukan istirahat dan tidur, banyak referensi yang
mengatakan bahwa alangkah lebih baik apabila para pekerja keras setelah
mengalami kelelahan yang berlebihan untuk pemulihan melakukan mandi air
hangat. Mandi air hangat memberikan efek vasodilatasi yaitu melebarnya
pembuluh darah sehingga sirkulasi menjadi lancar. Menurut penelitian terbaru
mandi ternyata tidak hanya baik untuk membersihkan tubuh dari kotoran dan
menjauhkan stress, tapi mandi juga memiliki peranan penting meningkatkan
sistem kekebalan. Penelitian terpisah di Jepang menunjukkan 10 menit
berendam dalam air hangat dapat memperbaiki kesehatan jantung baik pria
maupun wanita, membantu mereka menjalani test olahraga lebih baik dan
mengurangi rasa sakit. Selamihardja (2001:1) mengungkapkan bahwa:
Di negara maju terapi air juga sudah banyak dilakukan. Dua pakar asal Jerman, Vincenz Priesnitz dan Pastor Sebastian Kneipp, memanfaatkan air hangat dan dingin. Semula pasien dimasukkan ke dalam bak air hangat agar berkeringat, kemudian dipindah ke bak air dingin, lalu diminta pula untuk berjalan-jalan sebentar agar berkeringat lagi. Terakhir, pasien mandi lagi dengan air dingin. Pertukaran suhu dari panas ke dingin inilah yang menjadi kunci rahasia pengobatan ini. Manfaatnya untuk menstabilkan kerja jantung dan peredaran darah.
Perkembangan pengetahuan tentang manfaat air hangat, membuat para
peneliti mencari berbagai alternatif terapi menggunakan air hangat yang mampu
mempercepat proses pemulihan. Ada beberapa metode terapi air hangat yang
modern, diantaranya adalah hydromassage pencelupan dan whirlpool.
Whirlpool adalah jenis terapi air yang memanfaatkan gelombang air,
banyak terdapat di pusat-pusat kebugaran. Gelombang air sengaja dipancarkan
dari dasar kolam akan memberikan efek pijatan dibagian tubuh tertentu. Hal ini
akan menyebabkan meningkatnya sirkulasi darah pada bagian tubuh tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pemulihan aktivitas fisik dengan whirlpool. Diharapkan hasil
penelitian ini dapat dijadikan alternatif bagi proses pemulihan atlet atau pun
orang yang aktivitasnya padat.
B. Rumusan Masalah
Cara yang biasa dilakukan untuk membantu agar otot cepat pulih adalah
dengan mandi air hangat (membasahi seluruh tubuh dengan air hangat) atau
dengan melakukan pijatan (massage). Tujuan dilakukannya kedua cara tersebut
adalah untuk memperlancar peredaran darah, sehingga membantu proses
metabolisme, serta pembuangan sisa pembakaran dalam jaringan dan
menggantinya dengan zat-zat makanan sebagai bahan dasar pembuatan tenaga
baru dalam sel. Oleh sebab itu bagaimanakah proses pemulihan aktivitas fisik
dengan menggunakan metode pemulihan whirlpool?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
proses pemulihan dengan menggunakan metode whirlpool
2. Manfaat
Manfaat teoritis adalah Sebagai sumbangan penting dan memperluas
wawasan bagi kajian ilmu pendidikan khususnya olahraga untuk
memberikan alternatif proses pemulihan setelah lelah beraktivitas.
Sedangkan manfaat praktis adalah menemukan teknik yang lebih baik
untuk proses pemulihan seluruh bagian tubuh pasca berolahraga yang
berdampak pada peningkatan prestasi atlet, dan menemukan teknik yang
lebih baik untuk proses pemulihan seluruh bagian tubuh setelah lelah
beraktivitas sehingga dapat kembali bekerja dalam kondisi tubuh yang
kembali bugar dan kemudian diharapkan berdampak pada peningkatan
produktivitas kerja.
II. KAJIAN TEORITIS
A. Aktivitas Fisik
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dapat melakukan gerak dari yang
relatif sederhana sampai gerakan yang relatif sulit dilakukan. Hal ini tergantung
kepada aktivitas fisik yang dilakukan oleh manusia itu sendiri dalam kehidupan
mereka. Agar mampu melakukan suatu aktivitas fisik, seseorang memerlukan
sejumlah ATP yang diurai menjadi energi bebas.
ATP yang terdapat dalam sel di seluruh tubuh termasuk dalam sel otot
merupakan hasil dari serangkaian reaksi kimia. Selain ATP, hasil akhir dari
reaksi kimia tersebut adalah dua molekul asam piruvat menjadi asam laktat serta
empat molekul hidrogen yang dibuang dari tubuh melalui sistem pernafasan.
Pada dasarnya, seluruh penyimpanan ATP secara otomatis selalu dipertahankan
sepanjang waktu, kecuali selama aktivitas selular yang ekstrem seperti yang
dapat terjadi pada kerja berat, (Guyton:1997:1072). Saat otot-otot berkontraksi
untuk melakukan kerja berat tubuh dipaksa untuk membentuk lebih banyak lagi
ATP, sehingga kebutuhan ATP dalam otot yang berkontraksi tetap terpenuhi.
Aktivitas fisik merupakan kumpulan dari berbagai jenis gerak yang
dilakukan oleh seseorang. Gerak yang dilakukan oleh seorang atlet dalam
olahraga kompetitif merupakan gerak yang biasa dan gerak yang luar biasa.
Gerak biasa maksudnya adalah gerakan-gerakan yang hampir semua orang
dapat melakukannya, misalnya seorang atlet melakukan jogging maka hampir
semua orang dapat melakukan aktivitas tersebut. Sedangkan gerakan yang luar
biasa adalah gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seorang atlet dan tidak
semua orang bisa melakukannya, misalnya gerakan salto yang dilakukan oleh
seorang atlet senam, tidak semua orang bisa melakukannya. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Kartinah (2007:145) bahwa: “Gerak dalam
olahraga kompetitif pada umumnya dapat dilakukan dari gerakan yang relatif
sederhana sampai tingkat gerakan yang relatif sulit dilakukan.”
Selain dilihat dari jenis gerak yang dilakukan, aktivitas fisik dapat dibedakan
menurut intensitas seseorang melakukan aktivitas fisik. Giriwijoyo (2006:133)
mengungkapkan bahwa:
Berdasarkan intensitas aktivitas fisiknya, orang dikelompokkan menjadi tiga kelompok:
1. Pesantai yaitu orang yang tidak melakukan olahraga kecuali aktivitas fisik dalam peri kehidupan sehari-hari.
2. Pelaku olahraga kesehatan yaitu mereka yang melakukan olahraga dengan intensitas rendah sampai sedang (Blair dalam Cooper 1994).
3. Pelaku olahraga setingkat atlet yaitu mereka yang melakukan olahraga berat.
Semakin tinggi intensitas aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang,
semakin besar pula ATP yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energinya.
Penggunaan ATP sebagai bahan dasar energi akan menyisakan asam laktat
sebagai sampah yang menumpuk dalam jaringan otot hingga mencapai Batas
Kemampuan Maximal (BKM).
Setiap orang memiliki Batas Kemampuan Maximal yang berbeda-beda.
Orang yang terlatih akan memiliki BKM lebih tinggi dari orang yang tidak terlatih.
Dengan kata lain, seorang atlet mampu lebih lama melakukan aktivitas fisik yang
sama dibanding orang yang tidak terlatih. Secara fisiologik faktor yang
menentukan BKM seseorang adalah kapasitas anaerobik (sebagai BKM primer)
dan kapasitas aerobiknya (sebagai BKM sekunder).
Meskipun Batas Kemampuan Maximal seorang atlet lebih tinggi dibanding
orang biasa, tetap saja seorang atlet akan merasakan kelelahan yang amat
sangat jika aktivitas fisik yang ia lakukan lebih dari Batas Kemampuan Maximal
(BKM) yang ia miliki.
B. Pemulihan Menggunakan Whirlpool
Sifat air yang selalu menekan ke segala arah juga dapat dimanfaatkan
sebagai salah satu manuver cara pijat/massage yang aman. Manuver cara
pijat/massage dengan menggunakan media air disebut juga sebagai
hydromassage. Hal ini sesuai dengan ungkapan Giriwijoyo (2006:279) bahwa:
”Hydro-massage merupakan manuver massage yang dilakukan oleh tekanan
air”.
Jenis-jenis hydromassage yang menggunakan kombinasi dengan panas
dan tekanan air ini di antaranya Spa: hydromassage dengan menggunakan air
hangat dan penyemprotan udara pada dasar kolam; Whirlpool: hampir sama
dengan Spa hanya saja yang disemprotkannya berupa campuran air dan udara.
Daya massage Whirlpool lebih kuat dibandingkan Spa: Hot Tube: merupakan
hydromassage dengan cara kerja sama dengan Whirlpool tetapi dalam ukuran
bak mandi/ tube kecil untuk satu orang. Pada Hot Tube, campuran air dan udara
dipancarkan langsung dari dinding-dinding tube/ bak. (IAPMO 2006:I NEC,
2002:1; Steven & Schwenger,200:1) dalam Giriwijoyo (2006).
Kalau kita perhatikan dari pelaksanaannya, hydromassage dapat dilakukan
dengan cara penyemprotan. Hydromassage penyemprotan lebih dikenal orang
dengan istilah whirlpool yang dalam pelaksanaannya air disemprotkan dengan
bantuan udara dari dasar kolam. Kartinah (2006:8) mengungkapkan bahwa:
Spa ialah hydromassage dengan menggunakan air hangat dan penyemprotan udara pada dasar kolam. Whirlpool hampir sama dengan spa hanya saja yang disemprotkannya berupa campuran air dan udara. Daya massage whirlpool lebih kuat dibandingkan spa.
Pada dasarnya, hydromassage Whirlpool bersifat lokal. Fungsi
hydromassage Whirlpool yaitu memperlancar peredaran darah dan bertujuan
untuk menghilangkan rasa lelah setelah melakukan aktivitas atau olahraga.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Berdasarkan tujuan dan permasalahan di atas, maka metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen
yang dikemukakan oleh Nazir et al.s (1988:74) yaitu:
. . . observasi di bawah kondisi buatan (Atificial Condition), dimana kondisi itu dibuat dan diatur oleh sipeneliti. Dengan demikian, penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manifulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol.
Oleh karena tidak digunakannya kelompok kontrol yang menjadi salah satu
ciri dari metode penelitian eksperimen sesungguhnya, maka metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan menggunakan
pendekatan eksperimen semu (quasi-experimental).
Penelitian dengan pendekatan eksperimen semu (quasi-experimental)
adalah suatu penelitian untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan
bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam
keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan
semua variabel yang relevan. Sugiono (2008:114) mengungkapkan bahwa :
Dalam suatu kegiatan administrasi atau menejemen, sering tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi Experimental
2. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah pretes-postes satu grup tidak secara random,
dengan bentuk desain penelitian sebagai berikut :
Gambar 3.1 :Desain Penelitian
B. Subjek Penelitian
Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah
dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian,
(Riduwan, 2004:55). Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi sasaran
dalam penelitian ini adalah masyarakat yang memiliki aktivitas fisik tinggi yang
berada di desa Lembang Kabupaten Bandung Barat Jawa Barat, sedangkan
penelitian dilaksanakan di pusat kebugaran Eldorado Lembang. Sampel
penelitian berjumlah sepuluh orang.
C. Prosedur Penelitian
1. Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian dilaksanakan di swimingpool Eldorado. Pengambilan sampel
dilaksanakan memakai teknik sampling insidental. Sugiono (2008:124)
mengungkapkan bahwa: “Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental
Pre-test Post-testPerlakuan
bertemu peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.”
Adapun administrasi pelaksanaan tes dapat dilihat pada tabel 3.1. Melalui
harvard step up test diperoleh tingkat kemampuan aktivitas fisik sebelum
diberikan treatment (tes awal/ pretes) dan tingkat kemampuan aktivitas fisik
setelah diberikan treatment (tes akhir/ postes). Kemampuan aktivitas fisik dilihat
dari durasi (menit) naracoba mampu melakukan Harvard step up test sesuai
dengan ketentuan yang telah dijelaskan pada prosedur pelaksanaan Harvard
step up test.
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Kegiatan Awal
Kegiatan awal penelitian didahului dengan pengantar berupa penjelasan
mengenai teknik pelaksanaan perlakuan pemulihan yang akan dilakukan oleh
kelompok bersangkutan, kemudian dilakukan pendataan terdiri dari dua bagian
yaitu:
1) Pendataan identitas sampel yang terdiri dari nama, usia, pekerjaan
dan tempat tinggal.
2) Pendataan karakteristik sampel meliputi tinggi badan, berat badan,
pengukuran tekanan darah dan penghitungan denyut nadi istirahat.
b. Kegiatan Inti
1) Pre test (tes awal sebelum dilakukan treatment)
Pre test (tes awal) pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
data kemampuan awal sampel melakukan aktivitas berat berupa
Harvard step up.
2) Pemberian Perlakuan (Treatment)
Pemberian perlakuan (treatment) pada penelitian ini bertujuan untuk
memulihkan keadaan tubuh sampel dari rasa lelah berat akibat
kehabisan tenaga setelah melakukan pretes (tes awal).
3) Postes (tes akhir setelah dilakukan treatment)
Postes (tes akhir) pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
data akhir kemampuan sampel yang telah diberikan perlakuan
metode pemulihan whirlpool untuk melakukan aktivitas berat
berupa Harvard Step Up Test. Alat dan ketentuan pelaksanaan tes
sama dengan kegiatan tes awal.
Tabel 3.1. Formulir Tes
No NamaIdentitas Hasil Pemeriksaan Fisik
Hasil Pemeriksaan Performance
Tes Harvard I whirpool Tes Harvard II
Usia
L/PTB BB Tens
iD.I D.A
Drs Panas
Dingin
D.ADrs
D.ADrs
Cm Kg Mnt mnt mnt
Keterangan:TB : Tinggi BadanBB : Berat BadanD.I : Denyut nadi IstirahatD.A : Denyut nadi AkhirDrs : Durasi
D. Teknik Analisis Data
Setelah diketahui biodata sampel, selanjutnya dihitung normalitas dan
homogenitas data, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji t.
IV. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik antropometrik subjek penelitian meliputi usia (tahun), tinggi
badan (cm), berat badan (kg). Tercantum dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1.Karakteristik Usia, Tinggi Badan, dan Berat Badan
WhirlpoolUsia (th)
Tb (cm)
Bb (kg)
∑x 220 1619 555N 10 10 10x 22 161,9 55,5
Keterangan : ∑x = jumlah perolehan sampeln = jumlah sampelx = rata-rata
Rata-rata usia (tahun) subjek penelitian adalah (22 th), rata-rata tinggi
badan (cm) subjek penelitian adalah (161,9 cm), dan rata-rata berat badan (kg)
subjek penelitian adalah (55,5 kg).
Sedangkan karakteristik antropometrik tekanan darah dan denyut nadi
istirahat tercantum dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2.Karakteristik Tekanan Darah dan Denyut Nadi Istirahat
Whirlpool
Tekanan DarahD.N.I
Sistol Diastol
∑x1140 760 840
N 10 10 10x 114 76 84
Keterangan : ∑x = jumlah perolehan sampeln = jumlah sampelx = rata-rata
Rata-rata tekanan darah sistolik (mm.hg) subjek penelitian adalah (114
mm.hg), rata-rata tekanan darah diastolik (mm.hg) subjek penelitian adalah (76
mm.hg), dan rata-rata denyut nadi istirahat (denyut/menit) subjek penelitian
adalah (84 denyut/menit).
1. Normalitas Data Pengukuran Kemampuan Aktivitas Fisik
Uji normalitas dengan uji Lilliefors (α=0,05), menjelaskan bahwa data hasil
pengukuran kemampuan aktivitas fisik sebelum dan sesudah diberikan treatment
dari sampel berdistribusi normal, seperti tercantum pada tabel 4.3.
Tabel 4.3.Uji Normalitas Data dengan Lilliefors
Variabel Lo L α = 0.05 Keterangan
WhirlpoolTes Harvard 1Tes Harvard 2
0,19870,1977
0,2580,258
NormalNormal
Keterangan:Lo = L hitung
L α=0,05 = L tabel
2. Perubahan Kemampuan Aktivitas Fisik Menggunakan Hydromassage
Whirlpool
Hasil tes aktivitas fisik menggunakan tes harvard 1 dan tes harvard 2
dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1.Rata-rata Perubahan Kemampuan Aktivitas Fisik
Pada hydromassage Whirlpool
Perubahan kemampuan aktivitas fisik yang dicapai oleh metode
hydromassage Whirlpool mengalami peningkatan dari kemampuan awal sebesar
100% yaitu 6,63 menit meningkat 6,18% menjadi 7,04 menit. Hal ini dapat
diartikan bahwa kemampuan akhir dari sampel setelah pemulihan sebesar
106,18%.
Selanjutnya untuk mengetahui perubahan aktivitas fisik menggunakan
hydromassage Whirlpool dilakukan uji-t.
Tabel 4.4.Hasil Uji-t pada Hydromassage Whirlpool
Variabel x Sd T hitung t tabel Keterangan
Hydromassage Whirlpool 0,41 0,73 1,79 2,26 Tidak Signifikan
Keterangan : x = rata-rata sd = standar deviasi
Hasil uji-t menunjukkan bahwa perubahan aktivitas fisik dengan
menggunakan hydromassage Whirlpool mengalami peningkatan aktivitas fisik
yang tidak signifikan t tabel (-2,26) < t hitung (1,79) < t tabel (2,26) berarti Ho
6.63
7.04
6
6.5
7
7.5
Rata-Rata
menit
Tes Harvard 1
Tes Harvard 2
diterima. Kesimpulan ada peningkatan kemampuan aktivitas fisik yang tidak
signifikan. Lihat tabel 4.4.
B. Diskusi Penemuan
Setelah melakukan aktivitas fisik yang berat akan menimbulkan kelelahan.
Hal ini disebabkan karena jaringan otot kekurangan sumber energi untuk
berkontraksi. Kelelahan juga disebabkan oleh terakumulasinya hasil metabolisme
yang berupa asam laktat yang menyebabkan rasa sakit dan kelelahan pada otot
sehingga kemampuan aktivitas fisiknya menjadi menurun. Menurut Tesch (1980)
dalam Astrand & Rodahl (1986:512): ‘. . . studied muscle fatigue with special
reference to lactate accumulation, during short term, intense exercise.’ Dapat
diartikan bahwa kelelahan otot yang paling utama disebabkan oleh akumulasi
asam laktat akibat latihan yang berat dalam durasi pendek.
Namun sebenarnya asam laktat merupakan sumber energi yang lebih
cepat diolah menjadi energi siap pakai dibandingkan sumber energi lainnya.
Astrand & Rodahl (1986:323) menjelaskan bahwa:
With lactate, as the only substrate for all tissues in their aerobic metabolism during recovery, at the most about 50 percent of the lactate was removed by the Krebs citric cycle and respiratory. There is, during recovery, a significant increase in the muscles glycogen content and this prosess is energy demanding, ie., in a way there is a payment of a debt.
Dapat diartikan bahwa sekitar 50 persen asam laktat diubah oleh siklus
Krebs dan sistem respirasi menjadi glikogen sebagai sumber energi dalam otot
sebagai ganti sumber energi yang telah terpakai.
Agar penumpukan asam laktat mudah teratasi dibutuhkan sirkulasi darah
dan limfe yang baik. Karena dengan sirkulasi yang baik, maka penyerapan
oksigen ke dalam darah melalui sistem respirasi akan makin mudah. Hal ini juga
akan memperlancar siklus krebs yang berarti juga perubahan asam laktat
menjadi glikogen otot menjadi lebih mudah.
Dengan tersedianya kembali sumber energi dalam otot, maka aktivitas fisik
selanjutnya akan mampu dilakukan tanpa ada penimbunan rasa lelah
sebelumnya. Untuk itu dibutuhkan suatu metode pemulihan yang mampu
meningkatkan sistem sirkulasi darah dan limfe.
Penerapan metode pemulihan menggunakan media air bukan hal yang
baru ditemukan, diantaranya yaitu metode pemulihan yang memadukan antara
penerapan panas dan penerapan dingin. Penerapan panas dapat menyebabkan
vasodilatasi yaitu pelebaran pembuluh darah, yang akan meningkatkan aliran
darah ke seluruh tubuh dan meningkatkan fungsi kerja sistem getah bening.
Penerapan suhu panas juga akan meningkatkan metabolisme dalam tubuh.
Sebaliknya, penerapan suhu dingin dapat menyebabkan vasokonstriksi yaitu
menyusutnya kembali pembuluh darah ke ukuran semula sehingga mencegah
terkumpulnya darah di bagian bawah tubuh (hipotensi orthustatik). Hipotensi
orthustatik dapat terjadi apabila tubuh terlalu lama berendam di air panas. Hal ini
disebabkan oleh vasodilatasi dan tubuh hilangnya tekanan air secara mendadak
sehingga darah menumpuk di tubuh bagian bawah.
Metode Whirlpool juga mendapatkan efek-efek pijatan, suhu panas, dan
suhu dingin, namun, efek tersebut tidak dapat dirasakan oleh seluruh bagian
tubuh karena metode whirlpool hanya bersifat lokal saja. Setelah melakukan
pemulihan dengan menggunakan whirlpool, kemampuan aktivitas fisik pulih
kembali dan terjadi peningkatan sebesar 6,18 % dari kemampuan semula.
Namun, berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh t tabel (-2,26) < t hitung (1,79)
< t tabel (2,26) berarti Ho diterima berarti terdapat peningkatan kemampuan
aktivitas fisik yang tidak signifikan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Metode whirlpool dapat meningkatkan kemampuan aktivitas fisik sebesar
6,18 % dari kemampuan awal. Peningkatan kemampuan aktivitas tersebut
disebabkan efek pijatan-pijatan dari gelembung-gelembung air, namun hanya
bersifat lokal sehingga tidak mampu menjangkau seluruh bagian tubuh.
B. Saran-saran
Pemanfaatan media air untuk memulihkan kelelahan setelah beraktivitas
sangatlah penting dilakukan, oleh sebab itu, bagi orang yang memiliki aktivitas
padat dalam kehidupan sehari-hari sebaiknya dapat menggunakan/
memanfaatkan media air hangat khususnya metode whirlpool.
DAFTAR PUSTAKA
Abdoellah, Arma. (1981). Olahraga Untuk Perguruan Tinggi. Yogjakarta: P.T. Sastra Hudaya.
Arief Furchan. (1982). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Arikunto Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cetakan ke-8, Yogyakarta: Rineka Cipta.
Astrand & Rodahl (1986). Text Book Of Work Physiology. Mc. Grow Hill. Singapura.
Basiran. (2008). Modul Massage Olahraga. Bandung: Jurusan PKO UPI.
Bompa. (1999). Periodization Training for Sports. York University: Human Kinetics.
Cooper, alih bahasa Adiwiyoto. (1977). Aerobik. Jakarta: Gramedia.
Emerald (2009). Hydromassage Health Benefith. (www.emeraldspa.com).
Furqon. (2008). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.
Giriwijoyo, Santosa. (2006). Ilmu Faal Olahraga; Fungsi Tubuh Manusia pada Olahraga. Bandung: FPOK UPI.
Giriwijoyo, Santosa dkk. (2006). Pembuatan Alat Hydro Massage yang Dapat Menjangkau Seluruh Bagian Tubuh Secara Proporsional. Penelitian Hibah Bersaing. Universitas Pendidikan Indonesia.
Graydon, J. & Dyson, R. (2000). Effects of Massage on Physiological Restoration, Rerceived Recovery, and Repeated Sports Performance. Br J Sports Med, 34, 109-14
Guyton & Hall, alih bahasa Irawati Setiawan (1996). Buku ajar Fisiologi Kedokteran (Textbook of Medical Physiology). Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma.
IAPMO “International Association of Plumbing and Mechanical Official”. (2006). Critheria for air Jetted baths of Laundry Basic. www.iapmo.org.
Janssen Peter G.J.M (1993). Latihan Laktat Denyut Nadi. KONI DKI. Jakarta.
J.B. Smith. (2009). Hydromassage & Health — The Natural Healing Benefits of Hydrotherapy. (www.calderaspas.com).
Kristinn Heinrichs. (2003). Superficial Thermal Modalities. Canine shoulder heat application (www.canineicer.com) .\
Lori A. Kuligowski, MS, ATC. (1998). Effect of Whirlpool Therapy on the Signs and Symptoms of Delayed-Onset Muscle Soreness. Journal of Athletic Training by the National Athletic Trainers' Association, Inc www.nata.org/jat
Lukman Ali. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Mahani. (2007). Keajaiban Air Sembuhkan Penyakit. Jakarta: Puspa Sehat.
Mahir Hasan Mahmud. (2007). Terapi Air. Jakarta: QultumMedia.
Manihuruk Vebertina. (2006) Mandipun Menjadi Obat. Jakarta.Pusat Data Redaksi PR.
Matcan, Bastinus dkk. (2007). Modul Kesehatan dan Olahraga. Bandung: Jurusan PKO FPOK UPI.
M. Dahlan Al Barry. (1994). Kamus Modern Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Arkola.
Nazir, Mohamad. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalian Indonesia.
Nasution, S. (1991). Metode Research, Penelitian Ilmiah, Thesis. Bandung: Jemars.
Nurhasan. (2000). Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia.
Purwadarminta. (1982). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Scrivner Jane. (2007). Water Detox; Total Health & Beauty in 8 Easy Steps. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Selamihardja. Nanny (2000). Seribu Manfaat Air. Intisari Online, www.indomedia.com.
Surakhmad, Winarno (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Tiidus, Kimberley & Lance (2004). Evaluating The Influnce Of On Leg Strength, Swelling, and Pain Following A Half Marathon. Canada. Journal of Sports Science and Medicine 37-43 http://www.jssm.org