who are you

Upload: mohammadfaiqtarikh

Post on 02-Mar-2016

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cerpen unyu

TRANSCRIPT

Who Are You?Pagi ini sekolah terlihat sangat sepi, matahari pun belum seutuhnya menampakkan sinar terangnya. Terlihat seorang siswi memasuki sekolah tersebut, Sasha melirik sebuah jam tangan cantik yang melingkar di pergelangan tangannya, ternyata ini baru pukul 6 pagi.Aku bodoh sekali, sepertinya aku kembali kepagian hari ini. Gumamnya.Ia mencari ponsel di dalam tas-nya, walau sering kepagian, ia tetap saja merasa takut di sekolah sendirian, ia pun menghubungi seseorang.Reyna, bisakah kau ke sekolah sekarang, aku takut sendirian. Mohon Sasha kepada Reyna, sahabatnya.Aku tau akan jadi seperti ini, seperti rutinitas saja. Gerutu Reyna.Ayolah Reyna. Lebih baik seperti ini bukan daripada aku terlambat datang. Sasha kembali memohon, namun dalam hati ia tau Reyna tidak akan tega membiarkannya sendirian di sekolah. Menyeramkan.emm, aku juga sudah di jalan, tunggu saja di situ. Kata Reyna akhirnya.Terima kasih, Reyna. Kau memang sahabatku yang paling baik. Sasha termasuk orang yang pandai memuji.Aku tutup ya! Reyna memutuskan sambungan telepon. Reyna akan selalu melakukan apapun demi Sasha, sahabat yang sangat ia sayangi.Aish kenapa ditutup. Kata Sasha setelah Reyna memutuskan sambungan telepon, namun yang penting ia cepat sampai di sini, katanya dalam hati.Setelah beberapa menit mobil Reyna pun muncul di sekolah, Sasha segera menghampiri mobil sedan biru yang baru saja berhenti di hadapannya.Reyna akhirnya kau datang, aku hampir saja mati ketakutan. Kata Sasha dilebih-lebihkan sambil menarik pergelangan tangan Reyna.Tak usah dilebih-lebihkan, lagi pula apa yang membuatmu takut berada di sekolah sendirian sih? Tanya Reyna dengan nada kesal yang dibuat-buat, jujur ia tak pernah bisa benar-benar marah kepada sahabatnya yang satu ini.Aish, kenapa menanyakan hal itu berulang-ulang, bukankah kemarin, kemarinnya lagi bahkan dari tahun kemarin juga sudahku jawab pertanyaanmu itu. Jawab Sasha, ia bosan Reyna terus saja menanyakan pertanyaan itu kepadanya.Benarkah? Tapi aku tak ingat. Kata Reyna polos. Tapi walau begitu aku dapat merasakan apa yang kau rasakan Sasha, aku tak usah menanyakannya padamu, lalu mengapa aku tetap menanyakannya padamu? Kata Reyna dalam hati.Sudahlah ayo pergi ke kelas di luar sini dingin. Ajak Reyna. Aku takut kau sakit, Sasha kau tau? aku juga merasakan sakit saat kau merasa sakit, karena aku tulus menyayangimu sebagai sahabatmu, kata Reyna dalam hati.Namun sepertinya Sasha tak pernah benar-benar mengerti Reyna sebaliknya, Reyna sangat mengerti Sasha, namun Reyna tak pernah keberatan dengan kenyataan itu.Tak terasa jam pelajaran pertama berlalu dengan cepat, semua murid-murid behamburan keluar dari kelas menuju kantin di belakang bangunan kelas-kelas yang terlihat rapi dan bersih.Namun Reyna dan Sasha tetap di dalam kelas mereka, Sasha tak mengerti apa yang Pak Soni jelaskan tadi, Sasha memang lemah dalam hal pelajaran Matematika.Bagaimana bisa ada pelajaran sesulit ini. Kata Sasha frustasi.Ini tidak sulit jika kau belajar dengan sungguh-sungguh, Sasha. Kata Reyna memberikan pendapatnya.Jadi, menurutmu aku tidak sungguh-sungguh belajar, hah? Sasha tiba-tiba berteriak kepada Reyna.Sasha, maksudku- kata-kata Reyna terpotong oleh kalimat yang begitu menyakitkan untuknya.Maksudmu aku bodoh dan kau merasa pintar, begitu? Aku tak mau bicara lagi denganmu, apalagi menjadi sahabatmu lagi. Kata Sasha marah, Sasha melangkahkan kakinya meninggalkan Reyna sendirian di dalam kelas yang terasa sangat sunyi.Saat ini Reyna merasa ada sesuatu yang ingin keluar dari kedua kelopak matanya, setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Reyna, ia tidak menyangka kata-kata itu baru saja keluar dari mulut Sasha, orang yang ia anggap sebagai sahabatnya. Kesunyian ini menambah perih luka di hatinya. Namun ia telah terlanjur menganggap Sasha sebagai sahabatnya dan akan terus seperti itu.Setelah kejadian itu, Reyna terus saja mencoba menjelaskan maksud perkataannya itu, ia tidak bermaksud membuat Sasha marah seperti ini. Reyna sungguh membenci sebuah kesalahpahaman, persahabatan yang telah ia lalui selama bertahun-tahun hancur begitu saja dalam sekejap. Ia sudah mencoba meminta maaf kepada Sasha tapi, Sasha tetap saja tak dapat mengerti apa maksud perkataannya waktu itu.Sasha andai kau tau sebuah penyesalan membebani pikiranku saat ini, membuat hatiku sakit, jika waktu dapat terulang kembali aku takkan mengatakan hal itu kepadamu. Sasha, bisakah kau memaafkanku? batin Reyna, ia menatap lurus kepada seseorang yang sangat ia kenal, ia tertawa sangat lepas tak menyadari Reyna yang menatapnya dengan sendu.Matahari bersinar sangat terik siang ini, Sasha menunggu taksi lewat di depan gerbang sekolahnya, hari ini kakaknya tidak sempat menjemputnya karena pekerjaan sedang menumpuk di kantornya. Sebuah sedan biru berhenti di hadapannya, ia tau itu mobil Reyna, ia selalu pulang bersama Reyna saat kakaknya tak bisa menjemputnya tepat seperti hari ini. Reyna membuka kaca jendela mobilnya.Sasha, ayo pulang bersamaku. Lagipula jam segini taksi jarang yang melewati jalan ini. Kata Reyna tulus. Ayolah Sasha sekali ini saja, siang ini benar-benar terasa begitu panas, aku tak mau kau kepanasan, batin Reyna.Tidak perlu aku bisa pulang sendiri. Jawab Sasha sinis, Lebih baik kau pergi dari hadapanku, aku sungguh muak melihat wajahmu. Lanjutnya.Hati Reyna terasa ditusuk sebuah pedang saat Sasha mengatakan itu, air matanya sudah memberontak ingin keluar dari kedua matanya,namun ia tidak boleh menangis di depan Sasha, benar tidak boleh, Reyna adalah perempuan yang tegar.Baiklah, aku duluan. Reyna membalas perkataan sinis Sasha dengan sebuah senyuman, lalu ia menyuruh sopirnya untuk melajukan kembali kendaraan mereka.Reyna merogoh isi tasnya, mencari sebuah benda untuk menghubungi seseorang.Melia, kau masih di sekolah? Tanya Reyna setelah sambungan telepon tersambung.Iya, kenapa? jawab seseorang di seberang telepon.Bisakah kau membantuku? Biarkan Sasha pulang bersamamu hari ini. Pinta Reyna.Ok, tapi tumben kalian tidak pulang bersama? Ada apa? Tanya Melia bingung, ia selalu melihat Sasha dan Reyna bersama dimana pun mereka berada.Ah, hanya ada sedikit kesalahpahaman. Jawab Reyna dengan suara yang dibuat terdengar seringan mungkin.Ok, kalau ada masalah cerita saja kepadaku, jangan sungkan. Kitakan teman. Kata Melia yang mengerti bahwa saat ini sepertinya Reyna belum bisa menceritakan masalahnya dengan Sasha kepadanya.Makasih ya, Mel. Jawab Reyna lalu memutuskan sambungan telepon. Setelah mendengar perkataan Melia, ia mulai memikirkan apa sebaiknya ia menceritakan masalahya ini kepada Melia.Reyna memutuskan untuk menceritakan masalahnya kepada Melia.Jadi begitu, sekarang lebih baik kau biarkan dulu Sasha, mungkin ia sedang ingin sendiri, lagipula kau sudah mencoba menjelaskan semuanya bukan? saran Melia.Reyna hanya mengangguk. Apakah lebih baik seperti itu? Batin Reyna.Reyna tau walau ini bukan kesalahannya namun ia tetap saja merasa bersalah terhadap Sasha, saat semua murid-murid sedang pergi ke kantin, Reyna menulis sesuatu di atas sebuah kertas dan memasukannya ke dalam sebuah amplop berwarna biru, warna kesukannya dan Sasha. Ia menyimpan amplop itu ke dalam tasnya, apakah kau begitu membenciku, Sasha? Reyna bertanya dalam hati.Reyna selalu melihat Sasha bahagia, entah saat bersamanya ataupun saat tak bersamanya seperti saat ini. Ia merasa bahagia saat Sasha merasa bahagia namun, ia merasa sedih karena saat ini Sasha bahagia bukan karena dirinya.5 tahun yang laluSeorang anak perempuan menangis sambil memegangi lututnya yang terluka, Reyna menghampiri anak perempuan tersebut dan bertanya,Kau tidak apa-apa? Reyna mengambil tissu dari saku bajunya dan mulai membersihkan luka anak perempuan berambut panjang di hadapannya yang mungkin seumuran dengannya.Perlahan anak itu berhenti menangis, Reyna memberikan sapu tangan kepada anak itu untuk menghapus air matanya.Aku Reyna, siapa namamu? Tanya Reyna kepada anak itu sambil mengulurkan sebelah tangannya. Anak di hadapannya ragu-ragu menyambut uluran tangannya sambil menjawab,Aku Sasha. Reyna tersenyum dan dibalas dengan senyuman yang begitu manis dari seorang teman baru di hadapannya.Sejak pertemuan itu Reyna dan Sasha sepakat untuk menjadi sahabat selamanya, ya selamanya, begitu pikir Reyna namun, saat ini semuanya telah hancur termasuk hatinya.Sasha, apakah kau sudah lupa dengan janji yang kita buat 5 tahun lalu, kau bilang kita akan selalu menjadi sahabat selamanya, tapi lihat keadaannya sekarang. Batin Reyna, ia menangis tersedu-sedu di kamarnya. Saat ini ia butuh seseorang namun orang tuanya sedang berada di luar kota, sibuk dengan pekerjaan mereka.Reyna dan Sasha memiliki banyak kesamaan kecuali kepribadian mereka. Reyna selalu berusaha menerima semua kenyataan pahit dalam hidupnya namun, Sasha tidak seperti itu, ia tak bisa menerimanya begitu saja, hal itu membuat Reyna selalu ingin membuat Sasha bahagia karena mereka sama, memiliki kedua orang tua yang begitu sibuk hingga tak terlalu memperhatikan mereka, mereka memang memiliki materi yang begitu banyak namun, sebuah kasih sayang mereka tak memilikinya, karena itu Reyna begitu kehilangan Sasha saat ini dan sangat merasa bersalah.Sepertinya hujan akan turun hari ini, suhu udara di luar pun sudah mencapai 16 derajat Celsius, Reyna merapatkan jaket yang ia pakai, ia berjalan di koridor sekolah sambil membawa payung berwarna merah di tangan kanannya, payung biru miliknya, kemarin patah karena tak sengaja terinjak saat Reyna ingin mengambil buku-buku lamanya di gudang.Reyna melihat Sasha yang terlihat bingung menatap hujan yang tak kunjung berhenti.Bagaimana aku bisa pulang hari ini, saat-saat seperti ini memperparah mood-ku saja, kakak juga tidak bisa menjemputku. Gerutu Sasha kesal.Reyna diam-diam menaruh payungnya di dinding yang berada di samping Sasha saat Sasha sedang tak fokus pada hal-hal di sekitarnya. Sasha menoleh ke arah dinding di sampingnya, darimana datangnya payung ini? Perasaanku tadi tidak ada di sini, batin Sasha.Ah, mungkin ini pertolongan dari Allah, lebih baik aku cepat pulang. Gumam Sasha sambil tersenyum, ia membuka payung tersebut dan melangkahkan kakinya keluar dari gedung sekolah.Dari jauh Reyna memperhatikan kepergian Sasha, dengan sorot mata yang tak dapat ditebak, ia baru menyadari sesuatu, bagaimana ia bisa pulang? Pikirnya.Akhirnya ia pulang dengan baju yang basah kuyup, sopirnya mulai hari ini izin cuti selama 1 minggu karena sedang pulang kampung, dan sialnya tadi ia lama sekali menunggu taksi hingga ia kehujanan.Keesokan harinya Reyna tak bisa masuk sekolah karena ia terserang demam, mungkin karena ia kehujanan kemarin, mama langsung pulang begitu mendengar aku sakit, ada baiknya juga aku terserang demam, batin Reyna.Di sekolah, Sasha terlihat bingung karena Reyna tak masuk sekolah hari ini, walau hubungannya dengan Reyna sedang tak bagus akhir-akhir ini namun, Reyna adalah sahabat yang selalu ada untuknya dulu, apakah Reyna tulus bersahabat denganku? Batin Sasha.Tiba-tiba terlintas dipikirannya, apakah payung itu dari Reyna? Namun sebagian dari dirinya belum mempercayai ketulusan Reyna sepenuhnya. Ia tau dari Melia bahwa Reyna demam hingga tak bisa masuk sekolah, walau Sasha berusaha tak peduli namun, di hatinya yang paling dalam ia khawatir dengan keadaan Reyna.2 hari Reyna tidak masuk sekolah, Reyna sudah merasa bosan terus berada di rumah. Mulai hari ini ia sudah kembali berangkat ke sekolah. Reyna sudah membuat keputusan ia harus menjelaskan semuanya kepada Sasha dan memperbaiki persahabatan mereka. Saat pulang sekolah Reyna menunggu Sasha di gerbang sekolah, saat Sasha muncul, Reyna menarik tangannya dan meminta waktu untuk berbicara dengannya sebentar.Apa yang ingin kau bicarakan? Aku sibuk hari ini, jika kau hanya ingin membicarakan omong kosong, lebih baik aku pergi. Kata Sasha ketus.Sasha, kenapa kau tak mengerti aku, apa yang kau pikirkan tentang perkataanku saat itu semuanya salah. Jelas Reyna.Apa yang salah, Reyna? balas Sasha dengan suara yang meremehkan.Kau harus tau, aku selalu ingin hal yang terbaik untukmu, aku sungguh tulus menjadi sahabatmu. Kau ingat janji kita 5 tahun lalu, sahabat selamanya. Bukankah kau telah mengatakannya? Sampai detik ini aku tetap menepati janji itu, percayalah padaku, Sasha. Reyna berusaha kuat menahan emosinya, tangisnya bisa saja pecah saat ini juga.Apakah aku bisa mempercayaimu? Sementara ini sepertinya aku tak ingin berbicara denganmu dulu. Sasha masih belum sepenuhnya percaya kepada Reyna ia butuh waktu untuk memikirkan semuanya. Aku tau kau tak mudah mempercayai orang, namun ini aku Reyna sahabatmu. Seharusnya kau percaya padaku, Batin Reyna.Sasha berlari meninggalkan Reyna, ia menyeberangi jalan tanpa hati-hati. Tiba-tiba sebuah mobil melaju kencang ke arahnya, seseorang mendorong tubuhnya hingga terjatuh di trotoar. Ia tak terluka sedikitpun tapi orang itu, Reyna. Kepalanya terbentur badan jalan hingga darah segar mengalir dari luka tersebut.Sasha berlari menuju tubuh Reyna yang sekarang tergeletak tak berdaya di tengah jalan, sedetik kemudian orang-orang telah membentuk kerumunan mengelilingi Reyna.Sa..sha aku Kata Reyna putus-putus napasnya tersengal, Sasha terisak di sampingnya. akusa..ngat menyayangi..mu..sa..ha..batku.. lanjut Reyna, lalu ia pingsan, tepat saat ambulan datang, Sasha menemainya sampai ke rumah sakit.Setelah kejadian itu keadaan Reyna bertambah buruk, orang tuanya membawanya ke Singapura untuk pengobatan, hingga hari ini ia belum mendapat kabar dari kedua orang tua Reyna. Beberapa hari yang lalu Melia memberikan sebuah surat yang dititipkan Reyna untuknya.Dear SashaAku tau kau pasti merasa marah atas perkataanku waktu itu, namun kau tau? Aku tak bermaksud begitu, aku selalu ingin yang terbaik untukmu. Setelah kejadian itu aku selalu merasa bersalah, aku selalu berharap dapat memutar waktu, untuk memperbaiki segalanya.Ku lihat kau tetap bahagia walau tanpa diriku, aku juga merasa bahagia melihatnya, namun kau tau? Aku merasa sedih karena kau bahagia bukan karena diriku, kau harus tau aku selalu berusaha melakukan yang terbaik untukmu, untuk kebahagianmu.Walau kau marah kepadaku tak apa, asalkan aku tetap bisa melindungimu setiap saat, melihatmu bahagia setiap saat. Kau hanya perlu tau aku selalu ada untukmu dulu, saat ini bahkan sampai nanti aku tak sanggup lagi melindungimu.Pertemuan kita 5 tahun yang lalu adalah hal paling indah di dalam hidupku, karena kau tau? Aku mendapatkan seorang sahabat di hari itu. Maaf, apakah kata itu pantas untuk ku ucapkan? Kau tak perlu memaafkanku jika kau tak percaya dengan penjelasanku. Tak apa jika kau tak mau lagi menjadi sahabatku yang terpenting adalah kau tetaplah sahabat terbaikku selamanya, aku akan menjagamu, sahabatku, aku tulus menyayangimu.Your best friendDokter mengatakan Reyna sudah pulih namun ia kehilangan beberapa memori ingatannya, karena benturan keras di kepalanya. Untuk saat ini ia tak bisa mengingat memori menyakitkan yang pernah ia alami.Lalu 1 bulan kemudian Reyna sudah kembali ke Jakarta, Sasha menyambut Reyna di rumahnya. Saat Reyna keluar dari mobilnya Sasha langsung berlari dan memeluk Reyna sambil sedikit terisak, Sasha berterima kasih karena Reyna telah mempertaruhkan nyawa untuknya dan ia meminta maaf atas sikapnya akhir-akhir ini. Namun Reyna hanya menatap Sasha bingung, keningnya berkerut dalam. Ia menatap kedua orang tuanya sebentar, lalu menatap Sasha kembali dan berkata, Siapa kau?~THE END~