widiany nurrahmah - fkik.pdf
TRANSCRIPT
STUDI FENOMENOLOGI
PENGALAMAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT
MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI RT 001 RW 012
KELURAHAN BINTARO KECAMATAN PESANGGRAHAN
JAKARTA SELATAN TAHUN 2015
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH :
WIDIANY NURRAHMAH
NIM : 1111104000017
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF
JAKARTA
Undergraduate Thesis, December 2015
Widiany Nurrahmah, ID Number : 1111104000017
The experience of community preparedness in facing the flood in RT 001 RW 012
Bintaro Urban Village District of South Jakarta Pesanggrahan year 2015
Xviii + 80 pages + 1 table+ 7 attachments
ABSTRACT
Flood is one of the natural disaster which is frequently happened in Indonesia.
DKI Jakarta has a very high frequency of flood, that requires preparedness. Flood
prevention efforts are useful to anticipate losses that ensued and minimize
casualties. The experience of citizens against floods have different responses -
depending on the disaster preparedness measures undertaken. This study aims to
explore the experience of community preparedness in facing the flood in RT 001
RW 012 Bintaro Urban Village District of South Jakarta Pesanggrahan year 2015.
This study is a qualitative research design of descriptive phenomenology through FGD (Focus Group Discussion)and field notes. The informants are included
people who have experienced in flood incident obtained through purposive
sampling technique. The data which are collected in the form of FGD recordings,
interviews and field notes were analyzed by Colaizzi method. This study identifies
four themes, namely: 1) The impact of flooding experienced by the community; 2)
Sources of knowledge gained by public about flood prevention programs; 3)
Community preparedness efforts in facing the flood; 4) The role of government in
the flood disaster preparedness efforts. The results could provide an overview of
community preparedness experience in facing the flood. Further research is
needed on deeper exploration of the role of nurses in the form of community
involvement in flood disaster management.
Keywords: experience, preparedness, flood disaster
Bibliography: 88 (1998 - 2015)
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Desember 2015
Widiany Nurrahmah, NIM : 1111104000017
Studi Fenomenologi
Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT 001
RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015
Xviii+ 80 halaman + 1 tabel + 7 lampiran
ABSTRAK
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia.
Provinsi DKI Jakarta memiliki frekuensi banjir sangat tinggi, sehingga menuntut
adanya upaya kesiapsiagaan. Upaya penanggulangan banjir berguna untuk
mengantisipasi kerugian yang terjadi setelahnya dan meminimalisir korban jiwa.
Pengalaman warga saat menghadapi banjir memiliki respon yang berbeda – beda
terhadap tindakan kesiapan bencana yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengeksplorasi pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi
bencana banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan Tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif melalui FGD (Focus Group Discussion)dan
catatan lapangan. Informan meliputi masyarakat yang telah mengalami kejadian banjir minimal yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Data yang
dikumpulkan berupa hasil rekaman FGDdan catatan lapangan yang dianalisis
dengan metode Colaizzi. Penelitian ini mengidentifikasi empat tema yaitu : 1)
Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat; 2) Sumber pengetahuan yang
diperoleh masyarakat tentang program penanggulangan banjir; 3) Upaya
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir; 4) Peran pemerintah
terhadap upaya kesiapsiagaan bencana banjir. Hasil penelitian ini dapat
memberikan gambaran pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi
bencana banjir. Diperlukan penelitian selanjutnya mengenai eksplorasi lebih
mendalam berupa keterlibatan peran perawat komunitas dalam penanggulangan
bencana banjir.
Kata kunci: Pengalaman, Kesiapsiagaan, Bencana Banjir
Daftar bacaan: 88 (1998 - 2015)
v
vi
vii
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Widiany Nurrahmah
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Desember 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jalan Madrasah RT 001 RW 012 No. 20 Kelurahan
Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan
12330
HP : +6281218924182
E-mail : [email protected]
Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/
Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. TK Sejahtera II 1998 – 1999
2. Sekolah Dasar Negeri 05 Pagi Bintaro 1999 – 2005
3. SMP Negeri 161 Jakarta 2005 – 2008
4. SMA Negeri 29 Jakarta 2008 – 2011
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-Sekarang
ORGANISASI
1. PASKIBRA SMP Negeri 161 Jakarta 2005 – 2006
2. ROHIS SMP Negeri 161 Jakarta 2006 – 2007
3. ROHIS SMA Negeri 29 Jakarta 2008 - 2011
4. Jakampus UIN 2012 - 2013
5. Bela Diri 2012 - 2013
4. Ikatan Alumni Rohis (IAR) SMAN 29 Jakarta 2012 – 2015
ix
PERSEMBAHAN
Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?” (QS.Ar-Rahman:!3)
Skripsi ini Aku persembahkan
Untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta
Setiap tetesan keringat yang jatuh dari keningmu
Menjadi penyemangat untuk menggantikan posisimu di masa depan… Ayah
Setiap lelah yang selalu kau sembunyikan menjadi motivasi untukku… Ibu
Lantunan doa yang kalian panjatkan disetiap shalat malam
Menjadi kekuatan dan keyakinan untuk mengarungi hidupku Ayah… Ibu…
Untuk Kakak dan adik tersayang
Setiap canda dan tawa yang kalian berikan menjadi energi baru untukku
Untuk Sahabat – sahabat terbaik
Setiap suka duka yang kita lewati bersama menjadi kenangan tak terlupakan
Terima kasih untuk selalu menjadi penyemangat hidupku
Terima kasih Allah telah Engkau anugerahi mereka untukku
Karena perjuangan tidak pernah mengkhianati hasil
Sebab kehidupan adalah sebuah pembelajaran
Ya Allah Ya Rabbi.. Sayangilah mereka orang – orang yang ku sayang
Aamiin
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaniirrahim
Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam yang hanya kepada-
Nyalah kita meminta pertolongan dan memohon ampunan. Salawat serta salam
tak lupa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Nabi Muhammad SAW
berkat perjuangan Beliau kita bisa sampai zaman ini.
Alhamdulillah atas rahmat, karunia dan Ridha Allah sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dnegan judul “Studi Fenomenologi Pengalaman
Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012
Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat kesulitan yang disebabkan
karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis dalam
memecahkan masalah yang ada. Namun, berkat dukungan, bantuan, semangat dan
doa dari berbagai pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan ini,
penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan
yang tidak terhingga, kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Ernawati, S.Kp,
M.Kep, Sp. KMB selaku Sekretaris Program Studi IImu Keperawatan.
4. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku pembimbing akademik yang
selalu memberikan nasehat, dukungan dan motivasi selama proses pendidikan
di Program Studi Ilmu Keperawatan.
5. IbuNs. Eni Nuraini Agustini, S. Kep, M.Sc, selaku pembimbing I yang telah
membimbing dan memberikan masukan serta support demi terselesainya
penulisan skripsi ini.
6. Bapak Jamaludin, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing II yang telah
membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan proposal penelitian
ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
mengajarkan dan membimbing penulis selama 4 tahun dibidang pendidikan
keperawatan, serta staf akademik yang telah memudahkan dalam proses
birokrasi.
8. Ibu Aditha Rachmanti, ST selaku Kepala Lurah Bintaro, Perawat Puskesmas
Kelurahan Bintaro, Bapak Komarudin selaku Ketua RT 001 dan Bapak
M.Ridwan selaku Ketua RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan yang telah memberikan izin dan membantu
penulis dalam melakukan penelitian.
xii
9. Warga RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta
Selatan yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
10. Kedua orangtuaku Mama dan Papa yang selalu memberikan dukungan,
semangat, dan doa yang terus mengalir disetiap sujudnya serta kakak dan
kedua adikku Aa Avan, Azmi dan Azka kalianlah semangat perjuangan
bagiku.
11. Saudaraku Nisa, Linda, Bella yang selalu memberikan semgat dan tak
hentinya membuat penulis terharu
12. Sahabat Sosialita (Suci, Rifka, Susi, Ratna, Tristi, Dina dan Ita), teman-teman
satu bimbingan (Silvi, Rahma, Manda, Cava, Devi dan Azmi), adik-adik,
kakak-kakak dan teman-teman seperjuangan PSIK 2011.
13. Sahabat SMA (Fitria, Tami, dan Dyah), teman-teman liqo Hafidzoh (Ka Lala,
Hana, Syifa, mba Uut, Naqiyah dan mba Ifah), adik-adik mentoring (Nindya,
Alif, Vivi, Via, Hanum) dan teman-teman IAR SMAN 29 Jakarta.
14. Restiya Maulana,teman seperjuangan yang selalu memberikan semangat,
motivasi, dan doa hingga tak pernah hentinya membuat senyuman ini terlukis.
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua
kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua
kesalahan diampuni oleh Allah. Aamiin.
Jakarta, 23 Desember 2015
Widiany Nurrahmah
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................................................. iii
ABSTRAK .................................................................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN……….……………………………………………….v
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………….vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... viii
PERSEMBAHAN .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR..................................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................................. xvi
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................................xviii
BAB I ............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................................. 6
C. Pertanyaan Penelitian........................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 7
F. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................... 7
BAB II ............................................................................................................................ 9
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 9
A. Pengalaman ......................................................................................................... 9
B. Bencana............................................................................................................. 10
1. Definisi Bencana ............................................................................................... 10
3. Jenis Bencana .................................................................................................... 12
4. Akibat Bencana ................................................................................................. 15
C. Banjir ....................................................................................................................... 16
1. Pengertian Banjir ................................................................................................. 16
2. Faktor-faktor penyebab banjir ............................................................................ 17
3. Jenis-jenis banjir ................................................................................................ 18
xiv
4. Dampak banjir ................................................................................................... 19
5. Upaya Penanggulangan Banjir ........................................................................... 20
D. Kesiapsiagaan .......................................................................................................... 25
1. Pengertian Kesiapsiagaan ...................................................................................... 25
2. Upaya Kesiapsiagaan ......................................................................................... 26
BAB III ......................................................................................................................... 30
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH ...................................................... 30
A. Kerangka Konsep .............................................................................................. 30
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................................. 33
C. Informan Penelitian ........................................................................................... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 34
E. Teknik Validasi Data ......................................................................................... 37
F. Teknik Analisis Data ......................................................................................... 40
G. Etika Penelitian ................................................................................................. 42
BAB V .......................................................................................................................... 44
HASIL PENELITIAN ................................................................................................... 44
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ................................................................ 44
B. Karakteristik Informan ....................................................................................... 45
C. Hasil Analisis Tematik ...................................................................................... 45
Tema 1. Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat ........................................... 46
Tema 2. Sumber pengetahuan yang diperoleh masyarakat tentang program
penanggulangan banjir ........................................................................................... 49
Tema 3. Upaya Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir........ 51
Tema 4. Peran pemerintah terhadap upaya kesiapsiagaan bencana banjir................ 53
BAB VI ........................................................................................................................ 57
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 57
A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi ............................................................ 57
Tema 1. Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat ........................................... 57
Tema 2. Sumber pengetahuan program penanggulangan banjir .............................. 62
Tema 3. Upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir ........ 67
Tema 4. Peran pemerintah dalam menghadapi bencana banjir ................................ 70
B. Keterbatasan ...................................................................................................... 78
xv
BAB VII ....................................................................................................................... 78
PENUTUP .................................................................................................................... 78
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 78
B. Saran ................................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 81
xvi
DAFTAR SINGKATAN
BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Depkes : Departemen Kesehatan
BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
UNESCO :United Nations Educational Scientific Cultural
Organization
WHO : World Health Organization
PAHO : Pan American Health Organization
DAS : Daerah Aliran Sungai
ISPA : Infeksi Saluran Penafasan Akut
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk
SPAL : Saluran Pembuangan Air Limbah
JEDI : Jakarta Dredging Emergency Initiative
BKT : Banjir Kanal Timur
FGD : Focus Group Discussion
PROMISE : Program For Hydro-Meteorological Risk Mitigation
Secondary Cities in Asia
SAR : Search and Rescue
Basarnas : Badan SAR Nasional
LIPI :Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
ISDR : International Strategy for Disaster Reduction
Satkorlak : Satuan Kordinasi Pelaksana
ADPC : Asian Disaster Preparedness Center
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
xvii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
5.1 Karakteristik Informan…………………….45
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 2. Surat izin Dinas Kesehatan
Lampiran 3. Surat izin Kelurahan
Lampiran 4. Informed consent
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Informan
Lampiran 6. Pedoman Focus Group Discussion (FGD)
Lampiran 7. Matriks Analisis tematik
Lampiran 8. Dokumentasi FGD
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah Indonesia berada pada daerah yang rawan bencana.
Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana
yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis bencana.
Kondisi alam tersebut serta adanya keanekaragaman penduduk dan budaya
di Indonesia menyebabkan timbulnya risiko terjadinya bencana alam,
bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks (BNPB, 2008). Bencana
yang terjadi di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan
data rekapitulasi bencana oleh BNPB (2014) bencana yang paling sering
terjadi di Indonesia dari tahun 1815-2011 adalah banjir 3990 kejadian
(39%), angin puting beliung 1771 kejadian (17%) dan tanah longsor 1600
kejadian (16%).
Menurut BNPB (2014) bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Bencana dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu bencana alam,
bencana non-alam dan bencana sosial (Undang-undang Nomor 24 Tahun
2007).
Bencana alam terjadi diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain gempa bumi, Tsunami,
2
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor (UU
No. 24 tahun 2007).Akibat yang ditimbulkan dari bencana alam diantaranya
jatuhnya korban jiwa, rusaknya fasilitas kesehatan, dan krisis kesehatan.
Berdasarkan data statistik Depkes (2013) korban akibat bencana alam
selama tahun 2013 tercatat sebanyak 823 orang meninggal, 2.748 orang
lukaberat/dirawat inap, 154.870 orang luka ringan/ dirawat jalan, 192 orang
hilang dan 312.620 orang mengungsi.
Bencana alam dapat mengakibatkan krisis kesehatan seperti jatuhnya
korban massal yang menimbulkan kematian, cedera, maupun pengungsian
dan rusaknya infrastruktur, termasuk didalamnya adalah fasilitas kesehatan
seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes, dan lain-lain. Selama kurun
waktu 5 tahun, antara tahun 2009-2013, terdapat 1.738 kejadian krisis
kesehatan akibat bencana alam di Indonesia, dengan 442 kejadian banjir,
239 kejadian tanah longsor, 187 kejadian angin puting beliung, dan 137
peristiwa konflik sosial (Depkes, 2013). Jenis fasilitas kesehatan yang paling
banyak terjadi kerusakan adalah Polindes/Poskesdes yaitu sejumlah 81 unit
(33%). Kerusakan tersebut umumnya disebabkan oleh bencana banjir (118
kejadian).
Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di
Indonesia (BNPB, 2014). Wilayah Indonesia yang paling rawan bencana
banjir berada di Pulau Jawa termasuk provinsi DKI Jakarta. Provinsi DKI
Jakarta merupakan Ibu Kota Republik Indonesia yang merupakan dataran
rendah (24.000 hektar) dengan ketinggian rata-rata di bawah permukaan air
laut (BPBD DKI Jakarta, 2013). Secara alamiah, kondisi ini memposisikan
3
wilayah DKI Jakarta memiliki kerawanan yang tinggi terhadap banjir. Banjir
di Jakarta terbagi menjadi dua, yaitu banjir yang disebabkan oleh meluapnya
sungai-sungai karena curah hujan yang tinggi dan banjir yang terjadi karena
kiriman dari daerah hulu, yaitu Bogor. (BNPB, 2008). Daerah yang terkena
banjir akibat curah hujan diantaranya Pesing, Sunter, Mampang, Bintaro,
Hankam Slipi dan Bukit Duri. Daerah yang terkena banjir akibat hulu sungai
diantaranya Jakarta Barat yang disebabkan meluapnya Sungai Cisadane
adalah kelurahan Kedoya, Kembangan, Cengkareng, Kapuk, dan Bojong
Indah. Jakarta Pusat Kwitang, Gunung Sahari, RSAL Bendungan Hilir,
Jakarta Timur sungai Sunter dan Sungai Cipinang daerah Cipinang,
Cipinang Muara, Jatinegara Kaum, Sungai Ciliwung Kampung melayu,
Bidara Cina (Gunawan, 2010).
Banjir yang terjadi di Jakarta pada tahun 2007 adalah salah satu banjir
terbesar di mana hampir 60 persen wilayah Jakarta terendam banjir dan
telah banyak menimbulkan korban jiwa, korban yang meninggal akibat
banjir sekitar 8 orang dan meningkat menjadi 19 orang pada Januari 2014, 4
korban meninggal karena asap dari genset sedangkan 15 korban lainnya
karena sakit, hanyut, tersengat listrik, jatuh dan tenggelam (BNPB, 2014).
Selain itu, banjir juga merugikan diberbagai sektor, banyak orang yang
terhambat pekerjaannya akibat tidak bisa mengakses jalan karena dilalui
oleh banjir, anak – anak sekolah yang bangunan sekolahnya terendam banjir
dan terpaksa mengikuti aktivitas kegiatan belajar mengajar ditempat lain,
serta timbulnya berbagai macam penyakit seperti gatal-gatal, leptospirosis,
ISPA dan lain-lain.
4
Kerugian yang diakibatkan dari bencana banjir membuat kapasitas
pengendalian banjir Jakarta terus ditingkatkan menyangkut infrastruktur,
sarana dan prasarana, sistem informasi dan sumber daya manusianya. Untuk
mengatasi dampak banjir di Jakarta, pemerintah Jakarta telah
mempersiapkan cara untuk menanggulangi bahaya banjir seperti
membangun waduk, sosialisasi, pelatihan dan lain-lain, sedangkan
pembuatan 2.000 sumur resapan oleh Pemda DKI maupun perbaikan
pompa-pompa air di berbagai lokasi dilakukan untuk mengurangi dampak
bencana banjir (BPBD DKI Jakarta, 2013). Hanya saja, seiring dengan
beralih fungsinya lahan menjadi pemukiman, beban kepadatan penduduk
dan perilaku manusia dan berbagai kendala lain dalam penanganan banjir
menyebabkan kapasitas tersebut menjadi tidak optimal.
Upaya kesiapsiagaan terhadap bencana tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah, masyarakat juga perlu melakukan kesiapsiagaan bencana guna
mengurangi kerugian akibat bencana. Kesiapsiagaan bencana dapat
didefinisikan sebagai upaya yang memungkinkan pemerintah, organisasi,
komunitas dan individu untuk merespon kejadian bencana secara cepat dan
efektif (Carter, 2008). Upaya kesiapsiagaan pada setiap individu atau
kelompok tidak sama tergantung pada tingkat kesiapsiagaan bencana yang
dipengaruhi oleh faktor sosial demografi, jejaring sosial, dan pengalaman
kebanjiran sebelumnya (Lindell and Perry, 2000 dalam Kirschenbaum,
2002).Tingkat pengetahuan tentang kesiapan bencana yang dimiliki tiap
individu berbeda-beda sehingga akan menimbulkan respon yang beragam
saat individu menghadapi keadaan darurat akibat bencana alam atau non-
5
alam. Tingkat pengetahuan yang baik akan berkontribusi terhadap
terciptanya rasa aman dan minimalisasi korban bencana. Dalam hal ini,
masyarakat telah memiliki inisiatif dalam menghadapi ancaman bencana di
provinsi DKI Jakarta, khususnya banjir. Upaya tersebut diwujudkan dalam
berbagai bentuk kegiatan. Dari mulai penyadaran masyarakat, pemetaan
kawasan rawan bencana, membuat dan menyiapkan jalur evakuasi,
peringatan dini banjir, membentuk kelompok siaga bencana dan lain
sebagainya (BPBD DKI Jakarta, 2013).
Penelitian mengenai bencana banjir di Jakarta memang sudah banyak
dilakukan, namun dalam hal pengalaman mengenai upaya kesiapsiagaan
masyarakat dalam menghadapi bencana banjir belum pernah dilakukan.
Terlebih lagi bagi profesi keperawatan yang bekerja di setting komunitas
yang memainkan peran pada upaya kesehatan dalam tindakan preventif
program penanggulangan bencana banjir. Peran perawat komunitas sebagai
pelaksana kesehatan dalam mencapai tujuan kesehatan melalui upaya
promotif dan preventif dalam kaitannya untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat (Iqbal & Nurul, 2009).
Penelitian ini, dilakukan didaerah yang terkena banjir, yaitu di RT 001
RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan
dengan jumlah 57 KK (Kepala Keluarga) yang terkena dampak banjir
(Laporan Kependudukan RT 001 RW 012 tahun 2014). Berdasarkan tingkat
keparahannya, dari 8 RT yang berada di wilayah RW 012 Kelurahan
Bintaro, RT 001 merupakan daerah yang sering terkena banjir dan belum
pernah ada yang melakukan penelitian tersebut sebelumnya. Peneliti juga
6
berpikir bahwa upaya kesiapsiagaan bencana banjir bagi masyarakat penting
untuk diteliti, sehingga peneliti tertarik ingin mengkaji lebih mendalam
mengenai “Studi Fenomenologi Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat
Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015”
B. Perumusan Masalah
Provinsi DKI Jakarta memiliki frekuensi banjir sangat tinggi sehingga
menuntut adanya upaya kesiapsiagaan, penelitian sebelumnya (Sagala,
Dodon & Wimbardana, 2014) menunjukkan bahwa kesadaran mengenai
pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana belum dimiliki oleh
masyarakat dan bukan berasal dari pelatihan atau pemberitahuan dari
pemerintah melainkan pengalaman mereka yang telah lama mengalami
bencana banjir.
Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di RT 006 RW
012 Kelurahan Bintaro, dari salah satu informan yang telah diwawancarai,
yaitu ibu Y (43 tahun) mengatakan bahwa upaya kesiapsiagaan yang telah
dilakukan dalam menghadapi bencana banjir masih belum maksimal dan
seadanya, hanya sebatas mengungsikan barang berharga seperti pakaian,
buku sekolah dan barang elektronik ke tempat yang lebih aman. Dengan
demikian masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pengalaman
kesiapsiagaan warga RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan dalam menghadapi bencana banjir”.
7
C. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana pengalaman kesiapsiagaan warga RT 001 RW 012 dalam
menghadapi bencana banjir?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan atau mengeksplorasi
pengalaman masyarakat terhadap upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana
banjir di wilayah Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai
upaya kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana banjir khususnya di
wilayah RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan.
2. Bagi Institusi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi institusi
keperawatan khususnya keperawatan komunitas dalam mencanangkan
program penanggulangan banjir bagi masyarakat.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang
berguna untuk dijadikan acuan penelitian selanjutnya.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah yang bertujuan untuk menggali pengalaman warga terhadap
8
kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di wilayah RT 001 RW 012
Kelurahan Bintaro.
Penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi dengan pendekatan
kualitatif. Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian berupa
wawancara, observasi dan catatan lapangan. Informan penelitian ini
sebanyak 6 orang dan teknik yang digunakan yaitu, teknik purposive
sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2015.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu hal yang pernah dialami (dijalani,
dirasa, ditanggung) (KBBI, 2008). James dalam Herdiansyah, (2015)
mendefinisikan pengalaman adalah proses yang berjalan terus dan saling
berhubungan satu sama lain, sehingga di balik pengalaman tersebut terdapat
cara untuk menginterpretasikan suatu peristiwa melalui interaksi dengan orang
lain (Endraswara, 2006). Pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu (Notoatmodjo, 2010). Sumber pengetahuan adalah
pengalaman dan pengamatan panca indera yang memberi data dan fakta bagi
pengetahuan (Dua dan Keraf, 2010). Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
dari diri seseorang dan didapatkan dari kejadian atau peristiwa yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari.
Pengalaman menyebabkan orang dapat menafsirkan ungkapan, ekspresi
wajah, pesan secara lebih cermat yang diperoleh dari belajar secara formal dan
non-formal (Yulia dan Gunarsa, 2002). Pengalaman yang dirasakan individu
saat terjadi bencana dapat membuat seseorang menjadi trauma terhadap
bencana, respon yang ditunjukkan membuat seseorang menterjemahkan
melalui ungkapan dan ekspresi, diantaranya marah, sedih, kehilangan,
menyesal hingga depresi (Yulaelawati dan Usman, 2008).
10
B. Bencana
1. Definisi Bencana
Menurut UU No. 24 tahun 2007 bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis. Kamus Besar Bahasa Indonesia
mendefinisikan bencana sebagai sesuatu yang menyebabkan
(menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau penderitaan, kecelakaan dan
bahaya. WHO (2002) mendefinisikan bencana sebagai kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia,
atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala
tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang
terkena. Dari beberapa pengertian bencana, maka dapat ditarik kesimpulan
bencana merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak terduga
akibat dari alam dan non alam yang dapat mengancam kelangsungan
hidup.
2. Penyebab Bencana
Penyebab bencana dapat dibagi menjadi dua (Kodoatie dan Syarif,
2010) yaitu:
a. Alam
Secara alami bencana selalu terjadi di muka bumi, misal Tsunami,
gempa bumi, gunung meletus, jatuhnya benda-benda langit ke bumi
(misal meteor), tidak adanya hujan pada suatu lokasi dalam waktu
11
yang relatif lama sehingga menimbulkan kekeringan atau sebaliknya
curah hujan yang sangat tinggi di suatu lokasi menimbulkan bencana
banjir dan tanah longsor.
b. Manusia
Bencana oleh aktifitas manusia terutama akibat eksploitasi alam yang
berlebihan. Eksploitasi ini disebabkan pertumbuhan penduduk yang
terus meningkat. Pertumbuhan ini mengakibatkan kebutuhan pokok
dan non-pokok meningkat, kebutuhan infrastruktur meningkat, alih
atau guna lahan meningkat.
Sementara itu, Ramli (2010) menyebutkan bahwa penyebab bencana
adalah :
a. Faktor Alam
Bencana alam antara lain berupa gempa bumi, letusan gunung api,angin
topan, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan/lahan karena faktor
alam, hama penyakit tanaman, epidemi, wabah, kejadian luar biasa, dan
kejadian antariksa/benda – benda angkasa.
b. Perbuatan Manusia
Bencana buatan manusia antara lain berupa kebakaran hutan/lahan yang
disebabkan ulah manusia, kecelakaan transportasi, kegagalan konstruksi
atau teknologi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran
lingkungan, dan kegiatan pertambangan.
12
c. Sosial
Bencana sosial terjadi karena rusak dan kurang harmonisnya hubungan
sosial antara anggota masyarakat yang disebabkan berbagai faktor baik
sosial, budaya, suku, atau ketimpangan sosial.
3. Jenis Bencana
BNPB (2014) mengklasifikasikan jenis – jenis bencana menjadi :
a. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di
permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng
bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan batuan.
b. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang
dikenal dengan istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat
berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava,
gas racun, tsunami dan banjir lahar.
c. Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak
lautan ("tsu" berarti lautan, "nami" berarti gelombang ombak).
Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang
timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi.
d. Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar
lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun
lereng.
e. Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu
daerah atau daratan karena volume air yang meningkat.
13
f. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan
debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai
pada alur sungai.
g. Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan
air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan
lingkungan. Adapun yang dimaksud kekeringan di bidang pertanian
adalah kekeringan yang terjadi di lahan pertanian yang ada tanaman
(padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedang dibudidayakan .
h. Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat
seperti rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain
dilanda api yang menimbulkan korban dan/atau kerugian.
i. Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan
dan lahan dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan
lahan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai
lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan seringkali menyebabkan
bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan
masyarakat sekitar.
j. Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-
tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral
dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan
bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5 menit).
k. Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang
ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah
Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan bencana alam.
14
Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi keberadaan
siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin
kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras.
l. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut
dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga
erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh
terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun
abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering
disebut sebagai penyebab utama abrasi.
m. Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang
terjadi di darat, laut dan udara.
n. Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan oleh dua
faktor, yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan
kondisi yang berbahaya (unsafe conditions). Adapun jenis
kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada macam industrinya,
misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan, proses
kerja, kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di
dalamnya.
o. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status
Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 949/MENKES/SK/VII/2004.
15
p. Konflik Sosial atau kerusuhan sosial atau huru hara adalah suatu
gerakan massal yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial
yang ada, yang dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya dan
ekonomi yang biasanya dikemas sebagai pertentangan antar suku,
agama, ras (SARA).
q. Aksi Teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang
dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
sehingga menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang
secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat masal,
dengan cara merampas kemerdekaan sehingga mengakibatkan
hilangnya nyawa dan harta benda, mengakibatkan kerusakan atau
kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau
lingkungan hidup atau fasilitas publik internasional.
r. Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh
melalui subversi, penghambatan, pengacauan dan/ atau
penghancuran. Dalam perang, istilah ini digunakan untuk
mendiskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak
berhubungan dengan militer, tetapi dengan spionase. Sabotase dapat
dilakukan terhadap beberapa struktur penting, seperti infrastruktur,
struktur ekonomi, dan lain-lain.
4. Akibat Bencana
Beberapa akibat yang ditimbulkan dari bencana (Pan American
Health Organization (PAHO), 2007) antara lain :
a. Reaksi Sosial
16
b. Penyakit menular
c. Perpindahan penduduk
d. Pajanan terhadap unsur –unsur
e. Makanan dan gizi
f. Persediaan air bersih dan pembuangan air kotor
g. Kesehatan jiwa
h. Kerusakan infrastruktu
C. Banjir
1. Pengertian Banjir
Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh
air dalam jumlah yang begitu besar (Ramli, 2010). Lebih lanjut banjir
menurut Yulaelawati dan Usman (2008) yaitu meluapnya aliran sungai
akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan
menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Depkes
(2014) mendefinisikan banjir adalah peristiwa dimana air menggenangi
suatu wilayah yang biasanya tidak di genangi air dalam selang waktu
tertentu, yang di sebabkan hujan yang terus menerus, mengakibatkan
meluapnya air sungai/danau/laut/drainase saat aliran melebihi volume air
yang dapat di tampung dalam,sungai,danau,rawa,maupun saluran air
lainnya. Dari beberapa pengertian banjir diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa banjir adalah naiknya permukaan air akibat hujan
yang terus – menerus yang disebabkan oleh tingginya permukaan volume
sungai dan menimbulkan kerugian.
17
2. Faktor-faktor penyebab banjir
Penyebab timbulnya banjir pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) faktor (Yulaelawati & Usman , 2008) yaitu:
1. Pengaruh aktivitas manusia, seperti:
a. Pemanfaatan dataran banjir yang digunakan untuk pemukiman dan
industri
b. Penggundulan hutan dan yang kemudian mengurangi resapan pada
tanah dan meningkatkan larian tanah permukaan
c. Permukiman di dataran banjir dan pembangunan di daerah dataran
banjir dengan mengubah saluran-saluran air yang tidak
direncanakan dengan baik
d. Membuang sampah sembarangan dapat menyumbat saluran-
saluran air, terutama di perumahan-perumahan
2. Kondisi alam yang bersifat tetap (statis) seperti:
a. Kondisi geografi yang berada pada daerah yang sering terkena
badai atau siklon
b. Kondisi topografi yang cekung, yang merupakan dataran banjir
c. Kondisi alur sungai, seperti kemiringan dasar sungai yang datar,
berkelok-kelok, timbulnya sumbatan atau berbentuk seperti botol
(bottle neck), dan adanya sedimentasi sungai membentuk sebuah
pulau (ambal sungai)
3. Peristiwa alam yang bersifat dinamis, seperti:
a. Curah hujan yang tinggi
b. Terjadinya pembendungan atau arus balik yang sering terjadi di
muara sungai atau pertemuan sungai besar
18
c. Penurunan muka tanah atau amblesan
d. Pendangkalan dasar sungai karena sedimentasi yang cukup tinggi
Adapun penyebab terjadinya banjir di Jakarta menurut BNPB (2008) yaitu
:
a. Sistem drainase yang tidak berfungsi dengan optimal serta
tersumbatnya sungai dan saluran air oleh sampah
b. Pembangunan bangunan hunian pada lahan basah atau daerah resapan
air serta semakin padatnya pembangunan fisik menyebabkan
kemampuan tanah menyerap air menjadi sangat berkurang
c. Pembangunan prasarana dan sarana pengendalian banjir yang belum
berfungsi maksimal
d. Banjir juga terjadi akibat rob yang melanda beberapa wilayah yang
berada di pantai utara DKI Jakarta diantaranya Kamal Muara, Pluit,
Penjaringan, Kalibaru, Cilincing dan Marunda
3. Jenis-jenis banjir
Ada 3 (tiga) jenis banjir yang umumnya terjadi. Ketiga jenis tersebut
(Yulaelawati & Usman , 2008) adalah:
a. Banjir bandang
Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan
berlangsung hanya sesaat. Banjir bandang umumnya terjadi hasil dari
curah hujan berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek
yang menyebabkan debit sungai naik secara cepat.
b. Banjir sungai
19
Banjir sungai biasanya disebabkan oleh curah hujan yang terjadi di
daerah aliran sungai (DAS) secara luas dan berlangsung lama.
Selanjutnya air sungai yang ada meluap dan menimbulkan banjir dan
menggenangi daerah di sekitarnya.
c. Banjir pantai
Banjir ini berkaitan dengan adanya badai siklon tropis dan pasang
surut air laut. Banjir besar yang terjadi dari hujan sering diperburuk
oleh gelombang badai yang diakibatkan oleh angin yang terjadi di
sepanjang pantai.
4. Dampak banjir
Mistra (2007) mengungkapkan bahwa dampak banjir akan terjadi pada
beberapa aspek dengan tingkat kerusakan berat pada aspek-aspek berikut
ini:
a. Aspek Penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut,
tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya wabah
dan penduduk terisolasi
b. Aspek Pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya
dokumen, arsip, peralatan, perlengkapan kantor dan terganggunya jalannya
pemerintahan.
c. Aspek Ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian,tidak
berfungsinya pasar tradisional, kerusakan, hilangnya harta benda, ternak
dan terganggunya perekonomian masyarakat.
20
d. Aspek Sarana/Prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk,
jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas
umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan komunikasi.
e. Aspek Lingkungan, antara lain berupa kerusakan eko-sistem, obyek
wisata, persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan
tanggul/jaringan irigasi.
Disamping itu, dampak banjir juga menimbulkan beberapa penyakit
(Depkes, 2014) diantaranya :
1. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
2. Diare
3. Penyakit kulit
4. Kecelakaan (tersengat listrik,tenggelam,terbawa arus )
5. Leptospirosis
6. Konjungtivitas
7. Gigitan binatang
5. Upaya Penanggulangan Banjir
Program untuk mengatasi banjir di Jakarta menurut BPBD DKI Jakarta
( 2014) dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Jangka Pendek :
a. Membangun tanggul pengaman Rob di Kamal Muara, Muara
Baru, Kali Baru, Matradinata dan Muara Angke
b. Melaksanakan pengerukan sungai, waduk dan saluran Jakarta
Emergency Dredging Initiative (JEDI)
c. Membangun sumur resapandangkal, sedang, dan dalam
21
d. Melakukan relokasi penduduk yang bermukim di bantaran kali
dalam rangka penataan Kali Ciliwung
e. Membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat tidak
membuang sampah dan mendirikan bangunan di kali dan saluran.
2. Jangka Menengah :
a. Normalisasi Kali Pesanggrahan, Kali Angke, dan Kali Sunter dan
revitalisasi Kali Ciliwung
b. MembangunSodetan Kali Ciliwung ke BKT
c. Membangun Cengkareng Drain 2
d. MembangunWaduk Ciawi dan Waduk Cimanggis
e. Memperkuat tanggul Rob di sepanjang pantura Jakarta.
f. Meningkatkan RTH dan penghutanan kembali di kawasan hulu
g. Menahan penurunan muka tanah dengan memasalkan
pembangunan sumur resapan
h. MembangunTerowongan Bawah Tanah Multifungsi bila hasil
kajian kelayakannya positif
3. Jangka Panjang :
a. Membangun Tanggul Laut Raksasa (Giant Sea Wall)
mengantisipasi banjir, penampungan cadangan air baku dan
pengolahan air limbah
b. Memantapkan kerjasama dengan Pemerintah Daerah
Bodetabekjur, Jabar dan Banten serta Pemerintah Pusat
manajemen penegolaan air Jakarta sebagai Ibukota NKRI.
22
Adapun upaya yang harus di lakukan petugas kesehatan sebelum, saat dan
setelah terjadi banjir (Depkes, 2014) adalah :
A. Sebelum Banjir
1. Membuat peta rawan dan jalur evakuasi
2. Menyusun rencana kontijensi (perencanaan kegiatan
penanggulangan bencana yang di susun sebelum bencana terjadi)
3. Menigkatkan kegiatan penyuluhan kesehatan lingkungan
4. Membentuk tim kesehatan di setiap jejaring administrasi
5. Menyiapkan obat dan logistik kesehatan lain
(PAC,Kaporit,kantong sampah,dll)
6. Meningkatkan kemampuan petugas dengan pelatihan
7. Menyiapkan sarana komunikasi dan transportasi
8. Menyiapkan perlengkapan lapangan (tenda velbet,genset,dll)
B. Saat Banjir
1. Mengaktifkan unit pelayanan kesehatan dan membuat pos
kesehatan di lokasi
2. Memberikan pelayanan kesehatan dan rujukan
3. Melakukan penilaian cepat kesehatan (Rapid Healt Assessment)
C. Setelah Banjir
1. Melakukan perbaikan kualitas air bersih
2. Melakukan surveilans penyakit potensi KLB
3. Membantu perbaikan kualitas jaman dan saluran pembuangan
limbah
23
Sebagai salah satu petugas kesehatan perawat komunitas juga memiliki
peran penting dalam manajemen bencana (Efendi dan Makhfuldi, 2009) :
A. Peran Perawat dalam Fase Pre-impact
1. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga
kesehatan dalam penaggulangan ancaman bencana untuk setiap
fasenya
2. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan,
organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga
– lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada
masyarakat
3. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana
yang meliputi hal – hal berikut :
a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
b. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti
menolong anggota keluarga yang lain
c. Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan
membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang
aman
d. Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor
telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit dan
ambulans
24
e. Memberikan informasi tempat – tempat alternative
penampungan atau posko – posko bencana
f. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat
dibawa, seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter
beserta baterainya, dan lainnya
B. Peran Perawat dalam Fase Impact
1. Bertindak cepat
2. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun
dengan pasti, dengan maskud memberikan harapan yang besar
pada korban selamat
3. Berkonsentrasilah penuh pada apa yang dilakukan
4. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and
create leadership)
5. Untuk jangka panjang, bersama – sama pihak yang terkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing,
biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama
C. Peran Perawat dalam Fase Post-impact
1. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik,
sosial, dan psikologis korban
2. Stress psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga
terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan
sindrom dengan tiga kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti
dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang
traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa –
25
peristiwa yang memacunya. Ketiga, individu akan emnunjukkan
gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat
mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah, dan
gangguan memori
3. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait
bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah
kesehatan masayrakat pasca-gawat darurat serta mempercepat
fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman
D. Kesiapsiagaan
1. Pengertian Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan (preparedness) adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (BPBD DKI Jakarta,
2013). Menurut BNPB (2008) kesiapsiagaan menghadapi bencana
merupakan suatu aktivitas lintas-sektor yang berkelanjutan. Kesiapsiagaan
dalam menghadapi banjir terdiri dari kegiatan yang memungkinkan
masyarakat dan individu untuk dapat bertindak dengan cepat dan efektif
ketika terjadi banjir. Hal ini membantu masyarakat dalam membentuk dan
merencanakan tindakan apa saja yang perlu dilakukan ketika banjir
(UNESCO, 2008).
Tujuan khusus dari upaya kesiapsiagaan bencana adalah menjamin
bahwa sistem, prosedur, dan sumber daya yang tepat siap ditempatnya
masing-masing untuk memberikan bantuan yang efektif dan segera bagi
26
korban bencana sehingga dapat mempermudah langkah-langkah
pemulihan dan rehabilitasi layanan (BNPB, 2008)
2. Upaya Kesiapsiagaan
Upaya kesiapsiagaan banjir dapat dilakukan dalam tiga waktu secara
berkesinambungan, yaitu sebelum banjir, saat banjir, dan sesudah banjir
Ramli (2010) di antaranya :
A. Sebelum banjir
1. Di tingkat warga
a. Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat
bersihkan lingkungan sekitar, terutama pada saluran air atau
selokan dari timbunan sampah
b. Tentukan lokasi Posko Banjir yang tepat untuk mengungsi
lengkap dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut
pasokan air bersih melalui koordinasi dengan aparat terkait,
bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda
c. Bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda, segera bentuk
tim penanggulangan banjir di tingkat warga, seperti
pengangkatan Penanggung Jawab Posko Banjir
d. Koordinasikan melalui RT/RW, Dewan Kelurahan setempat,
dan LSM untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet dan
pelampung guna evakuasi
e. Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna
memudahkan mencari informasi, meminta bantuan atau
melakukan konfirmasi
27
2. Di tingkat keluarga
a. Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim
Warga tentang curah hujan dan posisi air pada pintu air
b. Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti : radio baterai,
senter, korek gas dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban karet
bila ada
c. Siapkan bahan makanan mudah saji seperti mie instan, ikan
asin, beras, makanan bayi, gula, kopi, teh, dan persediaan air
bersih
d. Siapkan obat – obatan darurat seperti : oralit, anti diare, anti
influenza
e. Amankan dokumen penting seperti : akte kelahiran, kartu
keluarga, buku tabungan, sertifikat dan benda –benda berharga
dari jangkauan air dan tangan jahil
B. Saat Banjir
1. Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk
mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana
2. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air
masih memungkinkan untuk diseberangi
3. Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret
arus banjir. Segera mengamankan barang – barang berharga
ketempat yang lebih tinggi
28
4. Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan
penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah,
ataupun Camat
C. Setelah Banjir
1. Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya
tertutup lumpur dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman
penyakit
2. Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya
penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir
3. Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan
lipan, atau binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat
dan nyamuk
4. Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir
susulan
Berikut ini adalah contoh upaya kesiapan/kesiapsiagaan yang biasanya
dilakukan oleh pemerintah di tingkat lokal (ADPC, 2007) yaitu :
1. Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah agar tidak
dilalui masyarakat pada saat banjir.
2. Mempersiapkan keperluan darurat selama banjir, seperti peralatan
untuk tindakan penyelamatan, misalnya perahu karet, kendaraan dan
bahan bakarnya; persediaan bahan pokok yang diperlukan pada
kondisi tanggap darurat, seperti makanan pokok, obat-obatan, air
bersih, selimut, peralatan memasak untuk di tempat evakuasi,
tempat evakuasi, dll (ADPC, 2005).
29
3. Melakukan perencanaan untuk melakukan evakuasi. Hal ini terkait
dengan koordinasi antara satu dengan yang lainnya, siapa
melakukan apa pada saat keadaan darurat, serta bagaimana
menyelamatkan diri menuju tempat yang aman (menentukan jalur
evakuasi dan tempat evakuasi) serta melakukan latihan evakuasi.
4. Mengorganisasikan sistem keamanan pada keadaan darurat,
khususnya rumah hunian yang ditinggal mengungsi.
30
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, banjir di Jakarta
merupakan kejadian bencana yang sering melanda warga Jakarta. Dampak
yang terjadi akibat banjir antara lain, terhambatnya pekerjaan, terganggunya
aktivitas sekolah, masalah ketersediaan air bersih, munculnya berbagai
penyakit, lumpuhnya kegiatan ekonomi warga hingga kehilangan sanak
saudara. Upaya penanggulangan banjir berguna untuk mengantisipasi kerugian
yang terjadi setelahnya dan meminimalisir koban jiwa.
Pengalaman warga saat menghadapi banjir memiliki respon yang berbeda
– beda terhadap tindakan kesiapan bencana yang dilakukan. Kesiapsiagaan
menghadapi bencana banjir masih kurang diekspos bagi warga karena
kurangnya kesadaran diri, sering terjadinya banjir di daerah tersebut sehingga
warga sudah terbiasa dengan kondisi saat banjir dan bukan merupakan suatu
permasalahan yang besar. Peneliti ingin mengeksplor lebih mendalam tentang
pengalaman kesiapsiagaan warga saat menghadapi bencana banjir.
31
B. Definisi Istilah
1. Pengalaman merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang pernah dialami,
dirasa dan dijalani seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kesiapsiagaan adalah tindakan dan upaya antisipasi dalam menghadapi
suatu kejadian yang tidak terduga dan tidak dapat diprediksi guna
meminimalisir kerugian yang akan terjadi setelahnya.
3. Banjir adalah naiknya permukaan air akibat hujan yang terus- menerus
yang disebabkan oleh tingginya permukaan volume sungai dan
menimbulkan kerugian.
32
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan
atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral
(Creswell, 2012). Menurut Moleong (2013) penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan
dan lain-lain. Pada penelitian kualitatif ini, di mana fokusnya adalah
pemahaman arti pengalaman dari perspektif individu (Houser, 2011). Sejalan
dengan hal itu, metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang
sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang
tampak (Sugiyono, 2011). Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu pengamatan, diskusi kelompok, wawancara atau penelaah dokumen.
Fenomenologi didefinisikan sebagai suatu studi untuk memberikan
gambaran tentang suatu arti dari pengalaman-pengalaman beberapa individu
mengenai konsep tertentu (Polkinghorne 1989 dalam Herdiansyah 2015).
Tujuan penelitian fenomenologis adalah menjelaskan pengalaman-pengalaman
apa yang dialami oleh orang didalam kehidupan ini, termasuk interaksinya
dengan orang lain (Danim, 2003).
Peneliti mengidentifikasi tiga tahap untuk menjelaskan fenomenologi
yaitu : 1) intuisi (intuiting),2) analisis (analyzing), dan 3) menggambarkan
33
(describing) (Streubert & Carpenter, 2003). Tahap pertama yaitu intuisi,
peneliti menjadi sepenuhnya terlibat dalam investigasi fenomena. Proses
dimana peneliti mulai mengetahui tentang fenomena seperti yang dijelaskan
oleh para informan, pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi
bencana banjir.
Tahap kedua yaitu analisis, yang melibatkan identifikasi esensi dari
fenomena yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh dan bagaimana data
disajikan. Peneliti akan membedakan fenomena tersebut berkaitan dengan
elemen atau unsur, peneliti juga mengeksplorasi hubungan dan koneksi
dengan fenomena yang berdekatan yang dialami informan. Tahap ketiga yaitu
deskripsi, merupakan bagian integral dari intuisi dan analisis. Meskipun
ditangani secara terpisah, intuisi dan analisis sering terjadi secara bersamaan.
Pada tahap deskripsi peneliti akan mengkomunikasikan dan membawa ke
penjelasan tertulis dan lisan yang berbeda, juga elemen-elemen penting dari
fenomena tersebut. Peneliti akan menguraikan penjelasan dengan
mengklasifikasikan atau mengelompokan pada tiap fenomena tersebut.
Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menggali informasi mengenai
pengalaman kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi banjir di RT 001
RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan pada bulan Juli 2015. Jumlah warga
yang terkena banjir di RT 001 RW 012 kelurahan Bintaro yaitu sekitar 57 KK
(Kepala Keluarga) (Laporan Kependudukan RT 001 RW 012 tahun 2014).
34
C. Informan Penelitian
Informan pada penelitian ini adalah warga yang terkena banjir yang
berada di wilayah RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro. Pemilihan informan
pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling, dengan prinsip
kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy). Teknik purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010).
Informan artinya individu yang memberikan informasi dalam
menjawab pertanyaan – pertanyaan penelitian. Penentuan teknik pengambilan
sampel atau informan ini bergantung pada topik dan tujuan penelitian itu
sendiri. Informan dalam penelitian ini yaitu warga yang terkena bencana
banjir yang berada di RT 001 RW 012 Kelurahan Bintaro dengan kriteria :
a. Informan yang diwawancarai dalam 1 KK yaitu suami atau istri
b. Informan adalah masyarakat di RT 001 RW 012 dan pernah mengalami
banjir
c. Dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat menjawab semua
pertanyaan peneliti
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu tahapan kajian dengan mencari dan
mengumpulkan data dari informan atau sampel. Berkenaan dengan upaya
pengumpulan data, terdapat setidaknya dua hal yang sangat menentukan
kualitas dari data, yakni teknik pengumpulan data dan alat (instrument) yang
digunakan (Sugiyono, 2005). Teknik pengumpulan data melibatkan prosedur
standar metode, seperti wawancara mendalam (in-depth interview), focus
group interview dan observasi.
35
Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan
laporan penelitian, ada beberapa teknik, cara, metode yang dilakukan oleh
peneliti yang disesuaikan dengan penelitian kualitatif. Pengumpulan data
dilakukan oleh peneliti langsung, pada penelitian ini teknik pengumpulan data
yang digunakan dengan cara :
1. FGD (Focus Group Discussion)
Diskusi kelompok terarah atau Focus Group Discussion (FGD) adalah
suatu proses pengumpulan informasi suatu masalah tertentu yang sangat
spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto, 1998). Metode FGD merupakan
salah satu metode pengumpulan data penelitian dengan hasil akhir
memberikan data yang berasal dari hasil interaksi sejumlah partisipan suatu
penelitian, seperti umumnya metode-metode pengumpulan data lainnya
(Afiyanti, 2008).
2. Catatan Lapangan (Field Note)
Catatan lapangan, menurut (Bogdan dan Biklen 1982 dalam Moleong
2013) merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami,
dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data
dalam penelitian kualitatif. Catatan itu berupa coretan seperlunya yang sangat
dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaraan atau
pengamatan, misalnya gambar, sketsa, sosiogram, diagram dan lain-lain.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2015. Penelitian
ini menggunakan instrument seperti alat pencatat, alat perekam video
(handycam), alat perekam suara (tape recorder), pedoman diskusi kelompok
dan catatan lapangan.
36
Langkah – langkah tahap pengumpulan data :
a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti mengajukan
surat permohonan ijin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Peneliti menyerahkan surat permohonan ijin penelitian kepada Kepala
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik kota Administrasi Jakarta Selatan.
c. Setelah surat permohonan ijin penelitian disetujui oleh Kepala Kantor
Kesatuan Bangsa dan Politik kota Administrasi Jakarta Selatan, peneliti
mengajukan permohonan ijin penelitian ke Kepala Kelurahan Bintaro
Jakarta Selatan
d. Setelah ijin penelitian disetujui oleh Kepala Kelurahan Bintaro Jakarta
Selatan, peneliti diberikan surat pengantar penelitian oleh Kepala Seksi
Satuan Pelaksana PTSP Kelurahan Bintaro untuk diajukan ke ketua RT
001 dan RW 012 Kelurahan Bintaro
e. Setelah ijin penelitian disetujui oleh ketua RW dan RT, selanjutnya
peneliti mendata informan yang sesuai dengan kriteria penelitian dan
kemudian memberikan penjelasan kepada informan mengenai tujuan
penelitian, manfaat, prosedur, jumlah informan, etika penelitian dan
inform consent.
f. Jika calon informan bersedia menjadi informan, mereka dapat membaca
lembar persetujuan kemudian menandatanganinya.
g. Setelah informan menandatangani lembar persetujuan, informan
selanjutnya diberikan penjelasan mengenai cara pelaksanaan FGD dan
37
informan dianjurkan bertanya apabila ada pertanyaan ataupun pernyataan
yang kurang jelas.
E. Teknik Validasi Data
Data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang
dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang
diteliti (Sugiyono, 2011). Pada penelitian kualitatif banyak hasil penelitian
yang diragukan kebenarannya karena beberapa hal, seperti subjektivitas
peneliti yang dominan pada penelitian, alat penelitian yang digunakan adalah
wawancara dan observasi yang memiliki kelemahan karena dilakukan secara
terbuka dan tanpa control (observasi partisipatif), dan sumber data kualitatif
yang kurang credible akan memengaruhi hasil akurasi penelitian (Bungin,
2011). Oleh karena itu, untuk menghindari ketidakvalidan dan ketidaksesuaian
instrumen penelitian maka dilakukan uji validitas dan uji kredibilitas. Uji
validitas pada penelitian kualitatif meliputi uji, credibility (validitas internal),
transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan
confirmability (obyektivitas) (Sugiyono 2011, Moleong 2013).
1. Uji Kredibilitas
Setiap penelitian harus memiliki kredibilitas sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Kredibilitas penelitian kualitatif adalah
keberhasilan mencapai maksud mengeksplorasi masalah yang majemuk
atau keterpercayaan terhadap hasil data penelitian. Uji kredibilitas data
atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan
dengan cara :
38
a. Perpanjangan pengamatan ,peneliti melakukan perpanjangan
pengamatan yang berarti kembali ke lapangan, melakukan
pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui
maupun yang baru (Sugiyono, 2011). Bersama informan di lapangan
akan membantu peneliti memahami budaya dan tradisi informan,
memahami makna-makna budaya, makna simbol, dan berbagai makna
lainnya yang hidup dan tumbuh di masyarakat dimana informan hidup
bersama peneliti (Bungin, 2011).
b. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan terus-menerus (Sugiyono, 2011). Dengan meningkatkan
ketekunan pengamatan, maka peneliti dapat melakukan pengecekan
kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak dan
validitas data dapat ditingkatkan pula.
c. Triangulasi, merupakan teknik pemeriksaan validitas data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2013). Triangulasi dalam
pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono,
2011).
d. Peer debriefing (pengecekan melalui diskusi) yaitu dengan cara
mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam
bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat yang ahli dalam penelitian
kualitatif.
39
e. Mengadakan member check, yaitu dengan menguji kemungkinan data
yang diperoleh berbeda, sehingga data yang diperoleh sesuai dengan
apa yang dimaksud oleh informan.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan kredibilitas
Peer debriefing. Data dikumpulkan peneliti untuk dibuat transkrip data.
Data yang sudah dibuatkan transkrip kemudian dibicarakan dan
didiskusikan oleh pembimbing tentang hal-hal yang dialami informan.
2. Transferabilitas (Transferability)
Transferabilitas dapat diartikan sebagai hasil dari penelitian yang dapat
diterapkan atau digunakan ditempat lain (Sugiyono, 2011). Hasil
penelitian kualitatif dapat dikatakan memiliki standar transferabilitas
tinggi bilamana para pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran
dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian (Bungin,
2008). Peneliti dalam membuat laporan harus memberikan uraian yang
rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya.
3. Dependabilitas (dependabality)
Dalam penelitian kualitatif, jika dua atau beberapa kali diadakan
pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya
secara esensial sama, maka dikatakan reliabilitasnya tercapai (Moleong,
2013). Pada penelitian ini, peneliti membuat transkrip data secara singkat,
maksud, tujuan, proses dan hasil penelitian. Uji dependability dilakukan
dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian
(Sugiyono, 2011). Dalam hal ini auditor eksternal yang diikutsertakan
adalah pembimbing dari peneliti yang menguji keakuratan data melalui
40
seluruh pencatatan yang dilakukan dan bahan-bahan yang diperlukan
(hasil rekaman, catatan lapangan, foto dan dokumen).
4. Konfirmabilitas (konfirmability)
Penelitian dikatakan konfirmabilitas (obyektif) bila hasil penelitian telah
disepakati banyak orang, bergantung pada data itu sendiri dan dapat
dibuktikan kebenarannya (Sugiyono, 2011; Moleong, 2013). Dalam
penelitian kualitatif, uji konfirmabiltas mirip dengan uji dependabilitas,
sehinggga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Pada
penelitian ini, uji konfirmabilitas yaitu dengan menguji hasil penelitian
yang dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Hasil penelitian yang
dilakukan nantinya dikoreksi oleh pembimbing, untuk menjamin apakah
hasil temuan itu benar-benar dari data, menelusuri data mentah yang
dibuat peneliti, melihat derajat ketelitian peneliti dan menelaah dalam
melakukan keabsahan data.
F. Teknik Analisis Data
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono 2013).
Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982 dalam Moleong 2013)
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
41
dikelola, mensitesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
teknik analisa menurut (Streubert & Carpenter, 2003)
Langkah-langkah analisis data kualitatif :
1. Peneliti mulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh
tentang fenomena yang diteliti yaitu pengalaman kesiapsiagaan
masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.
2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai
gambaran para informan mengenai pengalaman kesiapsiagaan masyarakat
dalam menghadapi bencana banjir, data yang dianggap penting kemudian
diberi tanda.
3. Membaca semua gambaran semua partisipan secara berulang-ulang dari
fenomena yang dialami informan mengenai pengalaman kesiapsiagaan
masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.
4. Mengulang catatan asli dan kutipan pertanyaan penting dengan
mengelompokkan kata kunci dari para informan mengenai pengalaman
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.
5. Mengatur kumpulan membentuk pengertian dari kelompok tema dengan
membuat kategori-kategori.
6. Peneliti kemudian menulis gambaran tempat dan merumuskan tema.
7. Mengintegrasi hasil analisis ke dalam bentuk deskriptif, dimana peneliti
merangkai tema yang ditemukan selama proses analisis data dan
42
menuliskannya dalam bentuk deskripsi yang terkait pengalaman
kesiapsiagaan masayarakat dalam menghadapi bencana banjir.
8. Peneliti mengulang validasi data ke informan atas gambaran yang
diberikan untuk mengklarifikasi data hasil penelitian.
9. Jika data baru ditanyakan selama validasi, gabungkan sehingga menjadi
gambaran yang lengkap ( Streubert dan Carpenter, 2003).
G. Etika Penelitian
Dalam sebuah penelitian, etika penelitian harus dijunjung tinggi, dan
seorang peneliti harus memegang teguh prinsip tersebut seperti yang
dikemukakan oleh (Notoatmodjo, 2010) diantaranya :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Dalam melakukan penelitian, peneliti harus memberitahu mengenai tujuan,
manfaat penelitian tersebut dilakukan, memberikan kebebasan untuk
memberikan informasi atau tidak memberikan informasi, dan melakukan
inform consent pada informan.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Kerahasiaan pada suatu penelitian sangat dihormati sehingga peneliti tidak
boleh memberikan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas
informan. Peneliti sebaiknya cukup menggunakan kode sebagai pengganti
identitas informan.
3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an
inclusiveness)
43
Pada penelitian, prinsip keterbukaan dan keadilan perlu diperhatikan oleh
peneliti dengan kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Menjelaskan
prosedur penelitian berarti memenuhi prinsip keterbukaan dan menjamin
bahwa semua informan penelitian memperoleh perlakukan dan keuntungan
yang sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis dan sebagainya yang
berarti memenuhi prinsip keadilan.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits)
Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat semaksimal
mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan informan penelitian pada
khususnya. Peneliti hendaknya berusaha untuk meminimalisir dampak
yang merugikan informan.
44
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
kepada informan dengan proses analisa data dari hasil diskusi kelompok (FGD)
dan catatan lapangan, pada saat melakukan analisa data ditemukan beberapa tema-
tema esensial yang selanjutnya dideskripsikan oleh peneliti dalam bentuk naratif
pada penyajian hasil penelitian sebagai berikut.
Penyajian hasil penelitian ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama
menguraikan gambaran umum wilayah penelitian. Bagian kedua berisi hasil
penelitian meliputi karakteristik informan dan hasil analisis tematik pengalaman
kesiapsiagaan, masyarakat dalam menghadapi bencana banjir, paparan hasil
penelitian ini dideskripsikan berdasarkan hasil diskusi kelompok (FGD) yang
disusun berdasarkan tema yang ditemukan.
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Kelurahan Bintaro merupakan salah satu Kelurahan yang ada di
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan dengan luas 4,56 km2 dari seluruh
wilayah kecamatan Pesanggrahan terdiri dari 15 RW dan 142 RT dengan total
jumlah penduduk sebanyak 55.466 jiwa. Adapun batas- batasnya sebelah utara
kelurahan Kebayoran lama utara dan Kebayoran lama selatan, sebelah barat
kelurahan Pesanggrahan, Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang dan
sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Pondok Pinang. (Laporan
kependudukan Kelurahan Bintaro tahun 2014)
45
Bencana banjir yang terjadi di Kelurahan Bintaro, sedikitnya lima RW
terendam banjir dengan ketinggian rata – rata air banjir mencapai 4 (empat)
meter. Banjir yang terjadi di kelurahan Bintaro khususnya RT 001 RW 012
terjadi sejak tahun 1985 dengan tinggi kisaran tiga sampai empat meter,
terulang besar tahun 1987 tercapai dua sampai dua setengah meter,terjadi yang
besar lagi tahun 2002 tercapai tiga sampai empat meter, terulang lagi tahun
2007 tertinggi tiga meter terendah dua mter, selebihnya terjadi tiap tahun
dengan rata-rata ketinggiannya sekitar satu meter.
B. Karakteristik Informan
Sebanyak enam informan berpartisipasi dalam penelitian ini. Semua
informan adalah masyarakat yang pernah mengalami bencana banjir yang
bertempat tinggal di wilayah RT 001 Kelurahan Bintaro Kecamatan
Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Adapun karakteristik dari informan sebagai
berikut :
Kode
informan
Usia Pendidikan
terakhir
Pekerjaan Waktu
mengalami
banjir
I1 39 tahun SMU Ibu rumah tangga Tahun 2013
I2 47 tahun S1 Guru Tahun 1993
I3 60 tahun SMA Buruh harian Tahun 2002
I4 39 tahun SMA Karyawan swasta Tahun 2002
I5 36 tahun S1 Guru Tahun 1990
I6 51 tahun SD Wiraswasta Tahun 1985
Tabel 5 - 1 Kara kteristik informan
C. Hasil Analisis Tematik
Hasil analisis tematik ini menjelaskan empat tema yang didapatkan
dalam penelitian ini. Berbagai tema yang diperoleh terkait dengan pengalaman
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir sebagai berikut :
1) Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat; 2) Sumber pengetahuan yang
46
diperoleh masyarakat tentang program penanggulangan banjir; 3) Upaya
masyarakat dalam menghadapi bencana banjir; 4) Peran pemerintah terhadap
upaya kesiapsiagaan bencana banjir.
Tema 1. Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat
Bencana banjir menimbulkan berbagai dampak bagi masyarakat seperti
terjadinya berbagai kerusakan, terganggunya aktifitas masyarakat,
menurunnya kegiatan perekonomian, timbulnya berbagai penyakit, hingga
menimbulkan kematian yang disebabkan oleh banjir.Informan dalam
penelitian ini memaparkan adanya dampak yang dialami oleh masyarakat
selama mengalami banjir. Adapun dampak yang dialami meliputi : 1)
Rusaknya bangunan dan perabotan rumah; 2) Rusaknya tempat ibadah; 3)
Terbentuknya kesadaran masyarakat; 4) Menjadi terbiasa; 5) Masyarakat bisa
memprediksi datangnya banjir dengan sendiri; 6) Perasaan yang dirasakan
1. Rusaknya bangunan dan perabotan rumah
Satu dari enam informan mengungkapkan yang dirasakan masyarakat
yaitu kerusakan bangunan dan perabotan rumah, kerusakan yang terjadi
seperti jebolnya rumah dan terendamnya barang – barang yang belum sempat
diselamatkan masyarakat. Berikut ungkapan informan tersebut :
“dulu kan bahaya ya, di rumah saya sendiri sempat jebol kan.. kalo dulu kan
yang namanya kulkas, tv pada ngmbang semua” (I4)
2. Rusaknya tempat ibadah
Tiga dari enam informan mengungkapkan dampak yang dialami oleh
masyarakat selama mengalami banjir salah satunya adalah terjadinya
kerusakan sarana umum, seperti masjid yang terkena banjir setinggi satu
meter, berikut ini salah satu ungkapan dari informan tersebut :
47
“….karena kalo banjir gede itu juga sempet aula itu masjid itu sampai 1
meter” (I2)
“Masjid itu pernah kena 1 meter itu… 2 kali” (I6)
3. Terbentuk dengan sendirinya kesadaran masyarakat
Satu dari enam informan mengatakan dampak yang ditimbulkan dari
kejadian banjir membuat masyarakat memiliki kesadaran mengenai hal apa
saja yang harus dilakukan saat terjadi banjir. Berikut ini adalah penuturannya :
“Kesadaran masyarakatnya itu timbul sendiri.. oh harus begini.. harus
begini.. harus begini” (I4)
4. Menjadi terbiasa
Dampak dari kejadian banjir menurut dua informan, telah membuat
mereka menjadi terbiasa saat mengalami kejadian banjir. Seperti ungkapan
informan berikut:
“…kita udah paham evakuasi yang paling mudah itu seperti apa gitu ya?
Begitu ada banjir oh apa dulu yang naik, oh ini.. ini.. ini.. kita udah terbiasa,
jadi udah gak terlalu paniklah” (I4)
“iya udah.. lagi kita udah biasa” (I1)
5. Masyarakat mampu memprediksi datangnya banjir dengan sendiri
Tiga dari enam informan mengungkapkan kejadian banjir membuat
masyarakat dapat memprediksi datangnya banjir. Adapun ungkapan informan
sebagai berikut :
“Itu secara gak langsung sudah berguru dengan.. alam., nah itu, jadi
perkiraan tertinggi sekian meter alat rumah sudah lebih dari itu” (I3)
“udah tau nih, aer udah mau sampe ke rumah kita, gak ah masih jauh gitu.
Udah kita bisa prediksi sendiri” (I1)
“aernya.. oh ini gak bakalan nyampe rumah kita” (I6)
6. Perasaan yang dirasakan
48
Dua dari enam informan menjelaskan perasaan yang muncul saat
terjadi banjir yaitu merasa cemas memikirkan jiwa, harta benda, banjir yang
deras dan sulitnya mencari lahan parkir. Adapun ungkapan informan tersebut
sebagai berikut :
“kalo bicara banjir yang namanya aer itu kecemasan udah pasti ada, yang
utama.. yang utama sekali itu adalah dibagian bapak-bapak. Apabila
menjelang hari kerja, pada waktu saat hari kerja, kondisi sungai itu banjir.
Sehingga dirumah yang ada cuman hanya seorang ibu dan anak-anak, barang
tentu cemas itu pasti ada. Memikirkan jiwa.. memikirkan harta benda yang
ada… ama yang cemas yang terakhir ya paling itu pak apa itu salah satunya
banjir…. untuk mencari lahan parkir yang punya baik motor maupun mobil
karena main dulu-duluan. Kecemasan kadang-kadang ada di tv juga taro
dimana nih motor taro dimana nih mobil aman apa enggak? Ya kan kayak
gitu” (I6)
“kalo dulu cemas kenapa, karena banjirnya kan deres… dulu kan bahaya ya,
dirumah saya sendiri sempat jebol kan” (I4)
Sebagian besar informan mengungkapkan perasaan takut saat terjadi
banjir dikarenakan derasnya arus air di kali sama dengan yang terjadi dirumah.
Sebagaimana ungkapan informan tersebut :
“…dulu itu kan dangkal sekali airnya, jadi begitu air meluap itu kali bener-
bener pindah.. pindah jalur bukan hanya kali doang tapi kampungnya. Jadi
deresnya air di kali dengan di rumah kita itu hampir sama arusnya itu, karena
emang.. emang meluap gitu, bukan.. bukan bukan rembes atau apa bukan
emang pindah kali itu (I4)
Satu informan juga mengungkapkan perasaan yang muncul saat terjadi
banjir yaitu merasa bingung apa yang harus dilakukan. Seperti ungkapan
informan sebagai berikut :
“…beda dengan dulu tahun tahun 97 mungkin, 2002 aaa… saya sendiri
ngerasain gitu apa yang harus dilakukan juga bingung begitu datang banjir
dengan waktu cuma berapa menit itu udah tinggi satu meter itu apa yang
dilakukan? Makanya semua barang-barang kerendem…” (I4)
49
Empat dari enam informan mengekspreksikan perasaan menyesal saat
terjadi banjir, mereka menyesal dikarenakan tidak menerima ganti rugi
pembelian lahan untuk rumah pompa. Dibawah ini penuturannya :
“bahkan itu pun juga yang jadi permasalahan sebenarnya rakyat pada waktu
itu, tidak ada ganti rugi sama sekali.. sepeser pun tidak menerima ganti rugi,
termasuk kami kena pertama...” (I6)
Semua informan mengatakan merasa senang saat terjadi banjir sebab,
banjir tidak lagi menakutkan seperti dulu yang pindah ke perkampungan.
Mereka mengungkapkan banjir yang terjadi sekarang ini lebih menyenangkan
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, seperti ungkapan salah satu informan :
“kalo banjir tuh anak-anak seneng”(I1)
“seneng bisa renang” (I4)
“seneng banyak ikan”(I5)
“tetapi, dibandingkan tahun-tahun yang lalu untuk aaa.. lima tujuh tahun
aaa… ke belakang, enam tujuh tahun kedepan ini lebih… menyenangkan
dibandingkan dulu-dulunya”(I6)
Tema 2. Sumber pengetahuan yang diperoleh masyarakat tentang
program penanggulangan banjir
Pengetahuan merupakan suatu informasi yang didapatkan dari
pengalaman-pengalaman yang pernah dialami. Hasil diskusi kelompok (FGD)
kepada enam informan mengenai sumber pengetahuan program
penanggulangan banjir yang diperoleh selama mengalami kejadian banjir,
pengetahuan didapatkan dari : 1) Pengalaman melewati kejadian banjir; 2)
Media massa televisi dan koran; 3) Wawasan dari Tim SAR; 4) Penyuluhan
dari RT dan Kelurahan; 5) Tim siap siaga bencana dompet dhuafa
1. Pengalaman melewati kejadian banjir
50
Semua informan mengatakan memperoleh pengetahuan mengenai
kesiapsiagaan bencana banjir berdasarkan pengalaman kejadian banjir yang
pernah dialami. berikut ungkapan salah satu informan :
“…program yang terstruktur mungkin sampai saat ini pun sebagai warga ya
kita juga belum tahu sebenarnya program yang penanggulangan banjir tuh
yang terstruktur dari Pemerintah atau apa prosedur-prosedurnya kita juga
sebenarnya sih belum ngerti ke arah sana. Apakah ada atau gak kita juga gak
paham, yang ada yang kita rasakan adalah setiap banjir yang dilakukan
paling awal adalah evakuasi” (I4)
2. Media massa televisi dan koran
Dua dari enam informan mengungkapkan mendapatkan pengetahuan
mengenai kesiapsiagaan banjir dari media massa seperti koran dan televisi.
Berikut ini penuturannya :
“dari media koran, televisi…” (I1)
3. Wawasan dari Tim SAR
Satu dari enam informan yaitu bapak A (51 tahun) mengatakan bahwa
sumber pengetahuan tentang program penanggulangan banjir diperoleh dari
tim SAR dan pihak posko banjir seperti memberikan wawasan dalam
melakukan pertolongan, berikut ungkapannya :
“untuk penanggulangan banjir itu emang ada datangnya dari pihak tim SAR,
itu diberikan wawasan apabila mengadakan pertolongan untuk khususnya
yang suka kejebak-kejebak banjir atau yang listrik belum dimatikan… yang
jelas datangnya adalah untuk memberikan saran-saran datangnya itu dari tim
SAR, pihak aaa… pihak posko banjir” (I6)
4. Penyuluhan dari RT dan Kelurahan
Semua informan mengatakan bahwa sumber pengetahuan mengenai
kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir diperoleh dari pemerintah melalui
penyuluhan dari pihak RT atau kelurahan. Berikut ungkapannya :
“…penyuluhan dari RT atau kelurahan…” (I1)
51
“dari RT setempat” (I2)
5. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dompet dhuafa
Satu dari enam informan mengungkapkan memperoleh informasi
tentang kesiapsiagaan bencana banjir dari lembaga swadaya masyarakat
dompet dhuafa. Seperti ungkapan berikut :
“dari tim siap siaga bencana dompet dhuafa…”(I5)
Tema 3. Upaya Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana
banjir
Berbagai upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana
banjir berbeda-beda sesuai dengan pengalaman yang dirasakan selama
kejadian banjir. Upaya kesiapsiagaan masyarakat meliputi : 1) Membersihkan
lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya; 2) Evakuasi diri; 3)
Menaikkan barang – barang; 4) Membersihkan lantai dan perabotan rumah
1. Membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya
Banjir tidak sepenuhnya dapat dihindari, namun masyarakat dapat
melakukan tindakan – tindakan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Dua dari enam informan menuturkan tindakan pencegahan yang dilakukan
diantaranya membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada
tempatnya. Berikut ungkapan dari salah satu informan :
“membersihkan lingkungan dari sampah-sampah” (I1)
“membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya” (I2)
52
2. Evakuasi Diri
Semua informan memaparkan upaya yang paling utama dilakukan saat
terjadi banjir yaitu evakuasi. Berikut ungkapan dari salah satu informan
tersebut :
“…setiap ada banjir yang di lakukan paling awal adalah evakuasi...” (I4)
“ya upayanya yang udah pernah dilakukan banjir itu apabila banjir datang
ya artinya yang paling utama sekali yaitu kita kontrol warga ada yang
kejebak atau tidak nih…” (I6)
3. Menaikkan barang – barang
Bagian lainnya dari upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
banjir yaitu dengan menaikkan barang-barang atau perabotan rumah, seperti
ungkapan informan berikut ini :
“persiapannya ditaek-taekin perabotan” (I6)
“... kita udah mengkondisikan untuk banjir kalo nyimpen tv tuh ya paling
enggak satu meter diataslah, colokan listrik gak ada yang dibawah pasti
semua diatas gitu. Di atas pasti ada rak-rak untuk nyimpen barang-
barang…” (I4)
“…nah itu.. jadi prediksi saya kalo sudah musim mendung alat dirumah
sudah mulai dinaikin…” (I3)
“upaya meninggikan lantai, membuat para-para buat menaro barang-
barang” (I5)
4. Membersihkan lantai dan perabotan rumah
Upaya yang dilakukan sesudah terjadi banjir salah satunya adalah
membersihkan lantai dan perabotan rumah. Seperti ungkapan salah satu
informan berikut ini :
“ramenya sambil bersih-bersih… Kalo banjir tuh sekalian bersihin rumah,
kalo gak banjir kita gak bisa bersihin rumah… Kekeluargaannya juga ada loh
kalo banjir… kebersamaannya malah ada” (I1)
53
“mungkin rumah kita kotor selama ini gak pernah di pel gitu ya, karena kan
ibu – ibu biasanya sebagian males – males kalo ngepel rumah hahaha” (I6)
“kapan lagi bersihin kulkas ya?ngepel masal lagi ya? Ngepel masal ya jadi
gak capek haha” (I4)
Tema 4. Peran pemerintah terhadap upaya kesiapsiagaan bencana banjir
Ketika terjadi bencana banjir, pemerintah memiliki peranan penting
didalamnya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan, dalam studi ini
didapatkan beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah meliputi : 1)
Pembuatan tanggul; 2) Pengerukan kali; 3) Pengadaan rumah pompa; 4)
Relokasi pemukiman; 5) Disiapkan Tim penanggulangan banjir; 6)
Tersedianya dapur umum dan logistik; 7) Pengadaan alat – alat banjir; 8)
Layanan kesehatan puskesmas
1. Pembuatan tanggul
Lima dari enam informan menyatakan peran pemerintah dalam hal ini,
salah satunya adalah pembuatan tangggul pertama. Berikut ini penuturannya :
“kalo persiapannya mungkin ada dari boleh disebutkan ini karena juga
persiapan pertama kan memang awalnya datangnya dari pemerintah ya bu
ya? Nah itu tahun 1994. Itu adalah pembuatan tanggul. Nah itu pembutaan
tanggul pertama” (I6)
“karena sistem penanggulangan kan waktu itu kan hanya pake pondasi biasa
ya, ga pake.. pancang-pancang ke bawah. Jadi, tanah itu kan ke gerus air –
ke gerus air jadi bolong dari bawah itu, itu.. yaitu emang.. emang aaa…
konstruksinya seperti itu dulu gitu.. kalo.. kalo konstruksi aaa… standarnya
tanggul sekarang kan mesti pake tiang pancang ya terus di tancep ke bawah
jadi ga ada kebocoran… (I4)
2. Pengerukan kali
Semua informan mengatakan bahwa peran pemerintah dalam hal
penanggulangan infrastruktur yaitu pengerukan kali. Berikut ini salah satu
ungkapan informan tersebut :
54
“asal tiap tahun dikeruk”(I5)
“yang paling signifikan untuk merubah arus aer itu ya waktu itu ya, itu
pengerukan. pengerukan kali itu sangat-sangat aaa… bermanfaat…” (I4)
3. Pengadaan rumah pompa
Peran pemerintah yang lainnya yaitu pengadaan rumah pompa yang
berfungsi untuk mengurangi debit air sungai saat terjadi banjir. Berikut
ungkapannya :
“…akhirnya sehingga memang struktur tambahan dari pemerintah pak RT ya,
itu mendapatkan pompa yang pompa mobil sebutannya…” (I6)
“membuat rumah pompa atau sedot air” (I5)
“mungkin yang lebih mengena lagi mungkin aaa… fungsi dari pompa itu
setelah banjir itu terjadi, ya pada saat air datang itu pompa susah untuk
aaa… berfungsi karena emang aer lagi masuk. Nah begitu masuk, nah untuk
mengurangin biar segera kering nah itu pompa baru berfungsi” (I4)
4. Relokasi pemukiman
Keenam informan menyebutkan sebagian wilayah di RT 001 akan
dilakukan perluasan kali yang akan berdampak penggusuran beberapa rumah.
Berikut ini salah satu ungkapan dari informan berikut :
“terus ada isu lagi kita mau digusur” (I2)
“ada juga tadinya wacana pengurus RT 01 ini, wacananya tadinya mba…
akan berusaha untuk membuat aula yang datarannya tinggi. Pada waktu itu
juga udah sempat lapor ke… kecamatan ke kelurahan. Tapi akhirnya setelah
mendapatkan informasi tahun 2013 awal bulan Februari tanggal 5 itu adalah
warga RT 01 tuh sebagian akan kena peluasan kali.. pelebaran kali…” (I6)
5. Disiapkan Tim Penanggulangan Banjir
Bagian lainnya seperti yang diungkapkan salah satu informan ibu I (47
tahun) dan bapak A (51 tahun) mengungkapkan adanya tim penanggulangan
banjir sebagai salah satu upaya dalam pengurangan risiko banjir. Berikut
ungkapnya:
55
“sampai kita pernah kan Yusep ya kita ini ada tim, tim penanggulangan
banjir, tim SAR… karena mungkin sekarang udah ada tuh tim pembersih kali
ya, jadi saluran gotnya lancar, kalinya lancar” (I2)
“kita ini ada tim penanggulangan banjir satkorlaknya memang ada…” (I6)
6. Pengadaan alat-alat banjir
Tiga informan mengatakan pengadaan alat-alat yang dipersiapkan
pemerintah dalam upaya penanggulangan banjir adalah perahu, tambang, dan
ambulan. Seperti ungkapan salah satu informan berikut ini :
“ya… sediain perahu…” (I2)
“persiapannya adalah perahu ama tambang… pernah juga terjadi pak RT ya
tahun 2002 ama tahun 2007 itu disiapkan mohon maaf tidak mengharapkan
warganya ada hal-hal yang terjadi yang diinginkan tapi karena itu memang
kondisinya udah sangat-sangat mengkhwatirkan akhirnya sehingga dari pihak
pemerintah sendiri juga menyediakan apa itu.. kendaraan untuk ambulan
apabila takut nanti warganya itu ada yang kena sakit atau apa.. itu persiapan
dari pemerintah…” (I6)
7. Tersedianya dapur umum dan logistik
Informan dalam penelitian ini mengungkapkan adanya kesiapsiagaaan
yang dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi bencana banjir salah
satunya adalah dapur umum, seperti ungkapan salah satu ungkapan informan
berikut :
“… jadi ya apabila kita dadakan- dadakan itulah ya struktur tambahan
intinya daripada dapur umum dan pukesmas sampai akhirnya, pukesmas
memang setiap banjir memang… selalu siap, selalu ada…” (I6)
“…untuk penanggulangan yang sosialnya mungkin ya yang, yang sudah rutin
dilakukan warga setiap ada banjir adalah dapur umum terus penyimpan
aaa… lahan untuk pengungsian, yang biasanya di konsentrasikan di aaa…
aula masjid…” (I4)
Tiga dari enam informan menyatakan bantuan pemerintah yaitu
pertolongan pertama adalah air mineral dan makanan ringan seperti yang
diungkapkan oleh salah satu informan Bapak A (51 tahun) sebagai berikut :
56
“…mungkin kalo memang udah ada yang ngungsi ada posko ya mungkin
sedikit banyaknya memang ada bantuan dari pemerintah tuh ya pertolongan
yang paling pertama itu adalah air mineral ama makanan ringan artinya
macem kayak kue paling biskuit atau indomie itu penanggulangan dari pihak
pemerintah…” (I6)
8. Layanan kesehatan puskesmas
Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan dasar korban bencana yang selamat, maka dilakukan tindakan
tanggap darurat. Tindakan tanggap darurat yang dilakukan yaitu
disediakannya layanan kesehatan puskesmas. Peran layanan kesehatan sangat
penting bagi masyarakat saat terjadi banjir untuk mengurangi dampak
penyakit pasca banjir. Tiga informan lain mengungkapkan penanggulangan
sosial yang lainnya yaitu layanan kesehatan puskesmas. Berikut penuturannya
:
“…gak kalah pentingnya itu puskesmas, jadi setiap banjir ada pengobatan
gratis, dari puskesmas menyiapkan obat-obat udah ada. pengobatan gratis,
obat-obat juga ada, emang mereka yang paling diperhatiin balita, khusus
balita ada susunya ada” (I2)
“kesiapsiagaan itu kalo dari pemerintah ya, menyediakan aaa… apa sarana
ya itu tadi macam kayak perahu karet terus puskesmas, posko untuk
mengadakan layanan kesehatan itu posko kesehatan ya…” (I6)
“…peran puskesmas yang penting, dampak penyakit pasca banjir” (I1)
57
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan beberapa bagian yang terkait dengan hasil penelitian
yang telah diperoleh. Bagian pertama menguraikan pembahasan hasil penelitian,
yaitu membandingkan dengan konsep, teori, dan berbagai penelitian sebelumnya,
yang terkait dengan hasil penelitian ini untuk memperkuat pembahasan dan
interpretasi hasil penelitian. Bagian kedua adalah menjabarkan berbagai
keterbatasan selama proses penelitian dengan membandingkan pengalaman
selama proses penelitian yang telah dilakukan dengan proses yang seharusnya
dilakukan sesuai dengan aturan. Bagian ketiga menguraikan tentang implikasi
penelitian sesuai hasil penelitian yang telah dilakukan bagi ilmu keperawatan baik
dalam pelayanan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta pendidikan
keperawatan.
A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi
Penelitian ini menghasilkan empat tema. Beberapa diantaranya
memiliki sub tema dengan beberapa kategori makna tertentu. Tema tersebut
teridentifikasi berdasarkan tujuan penelitian. Berikut penjelasan secara rinci
untuk masing-masing tema yang dihasilkan dari penelitian ini :
Tema 1. Dampak banjir yang dialami oleh masyarakat
Akibat hujan yang terus-menerus yang disebabkan oleh tingginya
permukaan volume sungai dapat mengakibatkan bencana banjir. Setiap
bencana termasuk banjir, tentu saja menimbulkan beragam dampak, pada
58
penelitian ini dampak yang dirasakan masyarakat akibat terjadinya banjir
diantaranya : 1) Rusaknya bangunan dan perabotan rumah; 2) Rusaknya
tempat ibadah; 3) Terbentuknya kesadaran masyarakat; 4) Menjadi terbiasa;
5) Masyarakat mampu memprediksi datangnya banjir dengan sendiri; 6)
Perasaan yang dirasakan
Rusaknya bangunan dan perabotan rumah
Dampak banjir yang dialami masyarakat salah satunya mengakibatkan
kerusakan. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa terjadi kerusakan bangunan
dan perabotan rumah, dimana tempat tinggal masyarakat mengalami
kerusakan hingga berakibat jebol akibat terjangan arus air yang deras dan
barang – barang terendam seperti televisi dan kulkas. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nurhaimi dan Rahayu (2014) melaporkan
dampak banjir yang mereka rasakan adalah rusaknya bangunan rumah. Hal
ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jurenzy (2011) yang
menyatakan sebanyak 76,67 persen responden memilih akibat dari banjir
adalah hanyutnya berbagai barang dan harta. Kerugian yang dialami oleh
reponden rata-rata adalah hanyut dan rusaknya barang-barang berharga
seperti barang-barang elektronik dan peralatan rumah tangga.
Kodoatie dan Syarief (2006) memberikan beberapa contoh dampak
atau kerugian banjir antara lain hilangnya nyawa atau terluka, hilangnya harta
benda, kerusakan permukiman, kerusakan wilayah perdagangan, kerusakan
wilayah industri, kerusakan areal pertanian, kerusakan system drainase dan
59
irigasi, kerusakan jalan dan rel kereta api, kerusakan jalan raya, jembatan,
dan bandara, kerusakan system telekomunikasi.
Rusaknya tempat ibadah
Dampak banjir tidak hanya merusak bangunan, tetapi juga berdampak
secara fisik mengenai sarana dan prasarana umum seperti fasilitas
pendidikan, kesehatan, sarana ibadah dan pelayanan publik. Pada penelitian
ini, didapatkan hasil bahwa ketika banjir besar datang, air banjir bisa
mengenai sekitar aula masjid hingga ketinggian 1 meter. Dalam hal ini, untuk
mengembalikan fungsi pelayanan public maka diperlukan rehabilitasi.
Menurut BNPB (2013) rehabilitasi bertujuan mengembalikan dan
memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur yang mendesak dilakukan
untuk menindaklanjuti tahap tanggap darurat, seperti rahabilitasi bangunan
ibadah, bangunan sekolah, infrsatruktur sosial dasar, serta prasarana dan
sarana perekonomian yang sangat diperlukan.
Menjadi terbiasa
Pada penelitian ini dua dari enam informan mengungkapkan kejadian
banjir membuat mereka menjadi terbiasa dalam melakukan tindakan
kesiapsiagaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sagala (2014) yang
melaporkan riwayat bencana banjir yang telah lama terjadi di Kecamatan
Baleendah menjadikan masyarakat telah terbiasa melakukan berbagai
tindakan untuk mengurangi risiko yang mereka alami.Hal serupa juga
ditemukan pada penelitian yang Awaliyah dkk (2014) yang menunjukkan
60
bahwa pengetahuan masyarakat dalam mitigasi bencana setelah banjir
kategori tinggi karena sebagian besar masyarakat sudah menganggap bahwa
bencana banjir sudah menjadi kebiasaan rutin yang terjadi saat musim hujan,
kebiasaan ini sudah terjadi dalam waktu yang cukup lama sehingga mereka
menganggap bencana banjir sudah menjadi bencana langganan mereka. .
Clust, Human & Simpson (2007) berpendapat bahwa individu akan
beradaptasi dan belajar selama terlibat dalam situasi bencana sehingga
ancaman bencana akan direspon secara serius dan lebih efektif di masa
depan.
Masyarakat mampu memprediksi datangnya banjir dengan sendiri
Dampak kejadian banjir membuat masyarakat dapat memprediksi
datangnya banjir sehingga masyarakat bisa melakukan tindakan
kesiapsiagaan lebih dini untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jurenzy (2011) di Kelurahan
Katulampa yang melaporkan bahwa apabila sudah ada tanda-tanda akan
terjadinya banjir yaitu status ketinggian sungai sudah mencapai siaga 4
hampir seluruh responden menyatakan mereka akan memindahkan barang-
barang berharga mereka ke tempat yang lebih aman. Hasil penelitian ini juga
diperkuat oleh penelitian Dodon (2013) yang mengungkapkan bahwa
sebagian besar masyarakat menjadikan intensitas lamanya hujan turun
sebagai sumber informasi yang didasarkan dengan pengalaman mereka
dalam menghadapi bencana banjir.
61
Masyarakat memerlukan sistem peringatan dini meliputi tanda
peringatan dan distriusi informasi jika akan terjadi bencana. Sistem
peringatan dini yang baik dapat mengurangi kerusakan yang dialami oleh
masyarakat (Gissing dalam Sagala, 2014). Sistem yang baik ialah sistem
dimana masyarakat juga mengerti informasi yang akan diberikan oleh tanda
peringatan dini tersebut atau tahu apa yang harus dilakukan jika suatu saat
tanda peringatan dini bencana berbunyi/menyala (Sutton dan Tierney,
2006).
Perasaan yang dirasakan
Respon masyarakat dalam menghadapi bencana banjir sangat
beragam, sesuai dengan pengalaman banjir yang dirasakan oleh masing-
masing individu. Secara psikologis salah satu respon yang diungkapkan
masyarakat dapat digambarkan melalui perasaan, perasaan yang muncul pada
masyarakat dapat memberikan gambaran nyata mengenai perasaan yang
dirasakan saat terjadi banjir. Menurut Yulaelawati & Usman (2008)
pengalaman yang dirasakan individu saat terjadi bencana dapat membuat
seseorang menajadi trauma terhadap bencana, respon yang ditunjukkan
membuat seseorang menterjemahkan melalui ungkapan respon dan ekspresi,
diantaranya marah, sedih, kehilangan, menyesal hingga depresi.
Kejadian banjir seharusnya menjadikan masyarakat waspada terhadap
dampak yang ditimbulkan (Rohman & Suroso, 2012). Dampak yang dialami
masyarakat, khususnya dampak sosial dan dampak ekonomi secara langsung
mempengaruhi sikap masyarakat terhadap bencana yang ada. Masyarakat
62
menjadikan dampak ekonomi dan sosial sebagai pertimbangan mereka yang
paling utama dalam menghadapi bencana banjir (Sagala, 2014). Berdasarkan
dari hasil penelitian ini, menurut peneliti berbagai dampak banjir telah
dialami oleh masyarakat ketika terjadi banjir, untuk itu dibutuhkan tindakan
pencegahan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Tema 2. Sumber pengetahuan program penanggulangan banjir
Pengetahuan sebagai fakta atau kondisi dari mengetahui sesuatu
dengan derajat pemahaman tertentu melalui pengalaman, asosiasi, atau
hubungan (Mohanty et al, dalam Pangesti, 2012). Pengetahuan terhadap
bencana merupakan alasan utama seseorang untuk melakukan kegiatan
perlindungan atau upaya kesiapsiagaan yang ada (Sutton dan Tierney,
2006). Pada penelitian ini, sumber pengetahuan yang diperoleh masyarakat
mengenai kesiapsiagaan bencana banjir diperoleh dari pengalaman melewati
kejadian banjir, media massa televisi dan koran, wawasan dari Tim SAR,
penyuluhan dari RT atau kelurahan dan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) dompet dhuafa.
Pengalaman melewati kejadian banjir
Pengalaman merupakan salah satu cara untuk memperoleh kebenaran
dari suatu pengetahuan (Pangesti, 2012). Pada penelitian ini lima dari
enam informan mengungkapkan hal yang mereka ketahui saat terjadi
bencana banjir yang pertama kali dilakukan sesuai dengan pengalaman
63
mereka adalah evakuasi. Dodon (2013) yang melakukan penelitian di
Kelurahan Baleendah didapatkan bahwa kesiapsiagaan yang mereka
lakukan didapatkan berdasarkan pengalaman pribadi mereka dalam
menghadapi bencana banjir yang berulang kali melanda wilayah mereka.
Namun hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Takao, et al
(2004) yang menyatakan bahwa pengalaman kebanjiran tidak memiliki
keterkaitan dalam meningkatkan upaya kesiapsiagaan bencana. Hasil ini
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rohman dan Suroso (2012)
mengatakan bahwa pengalaman rumah tangga mengenai kejadian banjir
sebelumnya tidak menentukan tindakan kesiapsiagaan dalam
mengantisipasi bencana. Masyarakat memiliki pemahaman sendiri
terhadap banjir yang sudah mereka alami selama bertahun-tahun, dengan
pengalaman kejadian banjir ini membuat masyarakat melakukan tindakan
kesiapsiagaan berdasarkan pengetahuan masyarakat terhadap banjir yang
telah mereka alami.
Media massa televisi dan koran
Setiap individu akan berbeda cara menginterpretasikan pengetahuan
mengenai upaya kesiapsiagaan masyarakat (PROMISE, 2009). Pada
penelitian ini didapatkan hasil bahwa dua dari enam informan mengatakan
pengetahuan mengenai upaya kesiapsiagaan banjir diperoleh dari media
massa seperti koran dan televisi. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dodon (2013) yang melaporkan bahwa
sumber informasi bencana yang diperoleh masyarakat berasal dari ajakan
64
tetangga, instruksi tokoh masyarakat, berita tv dan radio, dan
selebaran/koran. Yuwanto dkk (2014) mengungkapkan media memiliki
peran penting dalam bencana alam, melalui media informasi mengenai
bencana alam dapat tersebar ke berbagai penjuru dunia. Informasi mengenai
jenis bencana, informasi mengenai kapan terjadinya bencana, informasi
mengenai lokasi bencana, dampak, dan kebutuhan korban bencana alam
dapat terekam dan tersampaikan melalui pemberitaan.
Salah satu pusat media informasi bencana alam di Indonesia yaitu
media center. Mediacenter ini selain sebagai pusat informasi bencana alam
terbaru juga berfungsi sebagai media pendidikan bagi masyarakat yang
memberikan informasi tentang tata cara dan teknis penanganan bencana
alam,sekaligus sebagai media sosialisasi wilayah rawan bencana alam
Indonesia (media center, 2014). Masyarakat dapat mengakses informasi
mengenai kesiapsiagaan bencana banjir mealui media cetak dan elektornik
seperti buku, koran, majalah, internet, radio dan televisi.
Wawasan dari Tim SAR
Pemerintah dalam hal ini erat kaitannya dalam memberikan
informasi mengenai kesiapsiagaan bencana banjir bagi masyarakat. Seorang
informan mengungkapkan bahwa dirinya memperoleh pengetahuan
mengenai kesiapsiagaan banjir didapatkan dari tim SAR dan pihak posko
banjir dengan memberikan wawasan dalam melakukan pertolongan pertama.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dodon (2013) yang
melaporkan sumber informasi bencana datang dari instruksi kepala dusun
65
dan perangkat RT/RW serta petugas Kelurahan. Mereka menyatakan
mendapatkan materi kesiapsiagaan yang diadakan mulai dari Balai Besar
Wilayah Sungai Citarum (BBWS Citarum), TNI dan Tim Sar Kabupaten
Bandung. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2006 tentang pencarian
dan pertolongan, pelaksanaan SAR (yang meliputi usaha dan kegiatan
mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau
menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran, dan/atau penerbangan, atau
bencana atau musibah lainnya) dikoordinasikan oleh Basarnas yang berada
di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden.
Penyuluhan dari RT atau Kelurahan
Disisi lain salah satu informan juga mengungkapkan memperoleh
pengetahuan mengenai kesiapsiagaan bencana banjir yang diperoleh
melalui penyuluhan RT atau Kelurahan. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Jurenzy (2013) yang menyatakan bahwa RT dan RW sangat
berperan dalam membantu pemerintah untuk melakukan sosialisasi
penanggulangan bencana kepada masyarakat seperti penyuluhan, pelatihan
, pengawasan dalam izin mendirikan bangunan sesuai dengan tata ruang
wilayah, mengadakan forum-forum khusus mengenai kebencanaan,
membantu memindahkan masyarakat yang terkena banjir ke daerah
evakuasi, membuat tanda peringatan bahaya dan lainnya.
Tim siaga bencana dompet dhuafa
66
Kesiapan bencana pada tingkat individu dapat diukur dari tiga
parameter yaitu, pengetahuan, perencanaan emergensi individu, dan
kapasitas akan sumber mobilisasi (Rachmalia dalam Pangesti, 2012).
Kesiapan individu terhadap bencana juga ditunjukkan oleh adanya
pengetahuan, keterampilan (skills), dan kemampuan yang diperoleh
melalui proses belajar dari pengalaman yang diaplikasikan secara nyata
saat kondisi darurat (Clust, Human & Simpson, 2007). LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat) merupakan salah satu sumber informasi yang
masyarakat dapatkan mengenai upaya kesiapsiagaan banjir. Hal ini sesuai
dengan penelitian dilakukan oleh Jurenzy (2011) yang didapatkan bahwa
sebanyak 30 responden yang mengalami bencana banjir terdapat 23,33
persen responden yang sudah pernah mengikuti latihan upaya
penanggulangan banjir sedangkan yang sudah pernah mengikuti
pendidikan mengenai bencana banjir hanyalah 16,67 persen.
Dalam penelitian ini, masyarakat berupaya mencari informasi
melalui penyuluhan – penyuluhan yang diadakan oleh LSM terkait
kesiapsiagaan bencana banjir. Upaya yang dapat dilakukan masyarakat
dalam menghadapi bencana banjir diantaranya mengembangkan diri
dengan mengikuti pelatihan-pelatihan dalam menghadapi bencana, seperti
pelatihan pertolongan pertama pada kondisi tanggap darurat (PROMISE
2009 ).
Menurut LIPI UNESCO/ISDR (2006) kesiapsiagaan individu dan
rumah tangga untuk mengantisipasi bencana alam, khususnya banjir salah
67
satunya adalah pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana.
Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk
kesiapsiagaan. Dari hasil diskusi kelompok (FGD) mengenai sumber
pengetahuan yang diperoleh masyarakat dalam menghadapi bencana banjir
masih belum maksimal dalam penerapannya, pihak pemerintah diharapkan
dapat memberikan edukasi kepada masyarakat secara serius dalam hal
kesiapsiagaan melalui promosi kesehatan, penyuluhan, pendidikan
kesehatan dan simulasi.
Tema 3. Upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi
bencana banjir
Bahaya bencana dapat terjadi dimana saja, kapan saja dengan atau
tanpa peringatan, maka sangat penting bersiapsiaga terahadap bencana
untuk mengurangi risiko dampaknya. Kesiapsiagaan menurut Gregg
(2004) bertujuan untuk meminimalkan efek samping bahaya melalui
tindakan pencegahan yang efektif, tepat waktu, memadai, efesiensi untuk
tindakan tanggap darurat dan bantuan saat bencana. Tindakan yang
dilakukan oleh masyarakat diantaranya membersihkan lingkungan dan
membuang sampah, evakuasi diri, menaikkan barang – barang,
membersihkan lantai dan perabotan rumah.
Membersihkan lingkungan dan membuang sampah
Salah satu upaya yang dapat dilakukan masyarakat dalam
mencegah terjadinya bencana banjir yaitu menentukan langkah- langkah
menghadapi bencana banjir (Dodon, 2013). Pada penelitian ini dua
68
informan melakukan tindakan membersihkan lingkungan dan membuang
sampah pada tempatnya sebagai tindakan pencegahan bencana banjir.
Penelitian yang dilakukan Jurenzy (2011) melaporkan mengenai
pengetahuan responden dalam mengurangi resiko banjir yaitu sebanyak
73,33 persen tindakan yang dilakukan adalah membuang sampah pada
tempatnya. Membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada
tempatnya merupakan salah satu yang dapat dilakukan masyarakat sebagai
tindakan pencegahan bencana banjir sehingga dapat mengurangi resiko
terjadinya bencana banjir.
Evakuasi diri
Dampak bencana alam umumnya menimbulkan berbagai
kerusakan dan kerugian. Kerusakan dan kerugian dari bencana alam ini
mendorong masyarakat untuk melakukan tindakan untuk meminimalisir
kerugian/kerusakan yang ada (Lindell and Whitney, 2000).Pada penelitian
ini hasil penelitian menunjukkan bahwa semua informan mengungkapkan
upaya kesiapsiagaan yang dilakukan pertama kali adalah evakuasi diri.
Penelitian yang sama dilakukan oleh Nurhaimi dan Rahayu (2014)
melaporkan bahwa hampir semua responden dalam penelitiannya
mengatakan tindakan yang dilakukan pada saat banjir mengungsi baik ke
tempat pengungsian, rumah kerabat, atau rumah lainnya yang aman.
Kesiapan bencana yang sesungguhnya harus dimilki tiap individu adalah
kesiapan bencana untuk menyelamatkan diri, membantu anggota keluarga,
teman, dan warga sekitar saat bencana terjadi (Kapucu, 2008).
69
Menaikkan barang – barang
Kesiapsiagaan adalah suatu upaya yang dilaksanakan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari
jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan berubahnya tata
kehidupan masyarakat dikemudian hari (Gregg et al., 2004; Perry and
Lindell, 2008). Pada penelitian ini sebagian besar informan
mengungkapkan tindakan yang dilakukan dalam kesiapsiagaan bencana
banjir yaitu mengevakuasi barang – barang berharga ke tempat yang lebih
aman. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Jurenzy (2011) yang menyatakan bahwa persiapan masyarakat dalam
menghadapi bencana khususnya untuk pengamanan barang-barang
berharga yang mereka amankan biasanya adalah surat-surat penting,
televisi, kulkas, dan lain-lain. Temuan ini membenarkan temuan Tokai
dalam Dodon (2004) yang menyatakan bahwa masyarakat cenderung
melakukan tindakan kesiapsiagaan ketika dampak bencana banjir mulai
mengancam mereka.
Membersihkan lantai dan perabotan rumah
Upaya kesiapsiagaan bertujuan untuk memastikan bahwa sumber
daya yang diperlukan untuk tanggap dalam peristiwa bencana dapat
digunakan secara efektif pada saat bencana dan tahu bagaimana
menggunakanya (Sutton and Tierney, 2006). Dalam penelitian ini tindakan
yang dilakukan masyarakat adalah membersihkan lantai dan perabotan
70
rumah serta mengeluarkan dan membersihkan air dan lumpur yang sempat
masuk rumah. Masyarakat direpotkan setelah banjir reda dengan kondisi
rumah yang kotor, bau, dan berantakan. Membersihkan rumah pasca banjir
menurut Mistra (2007) meliputi, banjir sudah reda, gunakan alat
pengaman, padamkan listrik, maksimalkan udara masuk, buang semua
makanan yang terkena air banjir, keluarkan semua perabotan rumah, cat
dinding rumah, sterilkan dengan desinfektan.
Kesiapsiagaan memiliki langkah-langkah yang memungkinkan
unit-unit yang berbeda, dimulai dari individu, rumah tangga, organisasi,
komunitas, dan masyarakat untuk merespon dan mengembalikan keadaan
menjadi normal pada saat terjadi bencana (Sutton dan Tierney, 2006).
Berdasarkan dari hasil penelitian ini, menurut peneliti pentingnya tindakan
kesiapsiagaan yang dilakukan masyarakat yang telah lama hidup
berdampingan dengan bencana banjir menjadikan masyarakat memiliki
kesiapsiagaan tersendiri dalam mengurangi dampak yang mereka rasakan,
namun masih harus ditingkatkan guna meminimalisir kerugian atau
kerusakan yang dtimbulkan.
Tema 4. Peran pemerintah dalam menghadapi bencana banjir
Masalah banjir tidak hanya menjadi masalah orang yang tertimpa
banjir tetapi juga menjadi masalah pemerintah setempat. Kesiapsiagaan
bencana dapat didefinisikan sebagai upaya yang memungkinkan
pemerintah, organisasi, komunitas dan individu untuk merespon kejadian
bencana secara cepat dan efektif (Carter, 2008). Seperti halnya
71
kesiapsiagaan yang dilakukan oleh masyarakat, pemerintah memiliki peran
yamg sangat penting dalam penanggulangan bencana banjir. Menurut UU.
No. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana menyatakan bahwa
penyelenggaraan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisikio timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi. Pada
penelitian ini penanggulangan banjir yang telah dilakukan Pemerintah
diantaranya pembuatan tanggul, pengerukan kali, pengadaan rumah
pompa, relokasi pemukiman, Tim penanggulangan banjir, dapur umum
dan logistic, pengadaan alat – alat banjir dan layanan kesehatan
puskesmas.
Pembuatan tanggul
Solusi pengurangan risiko banjir yang diterapkan di Indonesia
masih perlu ditingkatkan. Solusi pengurangan risiko banjir yang telah
dilakukan pemerintah yaitu pembuatan tanggul. Hal ini sesuai dnegan teori
yang dikemukakan Plate (2002) bahwa solusi pengurangan risiko bencana
dilakukan dengan pendekatan secara teknis klasik dan struktural dimana
masalah banjir dapat diselesaikan dengan metode-metode hidrologis,
seperti studi hidrologi tentang bahaya banjir dan penyelesaian
pembangunan infrastruktur (contoh: pembuatan kanal, saluran air,
pembuatan tanggul raksasa dan lain-lain).
Selain itu, dalam mengurangi risiko banjir, pendekatan struktural
dapat dilakukan dengan memodifikasi struktur lingkungan melalui
72
pembangunan tanggul di bantaran sungai; perbaikan saluran (bandul,
saluran pematang, waduk dan metode untuk mempercepat atau
melambatkan arus air, memperdalam dan meluruskan atau melebarkan
saluran); perbaikan tanah (pengendalian selokan, memodifikasi praktik
tanam, konservasi tanah, revegetasi dan stabilisasi lereng) (Sagala, et al
2014).
Pengerukan kali
Proyek Jakarta Emergency Dradging Initiative (JEDI) atau proyek
pengendalian banjir melalui normalisasi dan pengerukan 13 sungai di
Jakarta dimulai pada pertengahan tahun 2012. Kali Pesanggrahan
sepanjang 27 kilometer dari Cirendeu sampai Cengkareng mengalami
normalisasi. Pelebaran badan sungai dilakukan dari semula 15 m menjadi
40 m, pelebaran Kali Pesanggrahan tersebut dilengkapi dengan pembuatan
tanggul beton di sepanjang badan sungai dengan tinggi 3 m dan juga
pengerukan sungai (Rezza, 2011). Semua informan pada penelitian ini
mengungkapkan upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengurangi
dampak bencana banjir yaitu pengerukan kali yang dinilai masyarakat
sangat bermanfaat untuk mengurangi kerusakan yang terjadi.
Menurut Danapriatna (2009) salah satu cara untuk mengurangi
terjadinya luapan banjir adalah dengan meningkatkan kapasitas saluran
yang ada. Pekerjaan perbaikan dan pengaturan alur sungai dimaksudkan
untuk meningkatkan kapasitas angkut dari alur alami, atau memungkinkan
elevasi air banjir lebih rendah daripada yang terjadi alami. Pekerjaan
73
perbaikan dan pengaturan alur sungai menurut Darsono dalam Danapriatna
(2009) menyangkut hal berikut ini : Pendalaman dan atau pelebaran alur
(termasuk pengerukan); (b) mengurangi kekasaran alur; (c) pelurrusan atau
pemendekan alur (sodetan); (d) mengatur pola aliran; (e) pengendalian
erosi; (f) pengerukan
Pengadaan rumah pompa
Pada penelitian ini tiga dari enam informan mengungkapkan peran
Pemerintah yang lainnya yaitu pengadaan rumah pompa yang berfungsi
untuk mengurangi debit air sungai saat terjadi banjir. Untuk mengatasi
dampak banjir di Jakarta, pemerintah Jakarta telah mempersiapkan cara
untuk menanggulangi bahaya banjir seperti membangun waduk,
sosialisasi, pelatihan dan lain-lain, sedangkan pembuatan 2.000 sumur
resapan oleh Pemda DKI maupun perbaikan pompa-pompa air di berbagai
lokasi dilakukan untuk mengurangi dampak bencana banjir (BPBD DKI
Jakarta, 2013)
Relokasi pemukiman
Penelitian yang dilakukan oleh Harliani (2014) yang melaporkan
bahwa sebagian besar responden yang memiliki kedekatan hubungan
sosial yang biasa saja tidak mengetahui rencana relokasi dari pemerintah,
sedangkan responden yang memiliki kedekatan hubungan sosial sangat
erat dengan tetangganya sebagian menjawab mengetahui mengenai
74
rencana relokasi dari pemerintah. Walaupun demikian, dalam penelitian
ini semua informan menyebutkan mengenai adanya isu relokasi
pemukiman yang akan dilakukan pada sebagian rumah yang ada disekitar
bantaran kali Pesanggrahan.
Relokasi penduduk juga merupakan salah satu kebijakan yang
biasa dilakukan oleh pemerintah untuk melindungi masyarakat dari
ancaman bencana alam, bahkan menjadi solusi yang populer dalam
pengelolaan bencana (Whiteford dan Tobin, 2004). Salah satu kegagalan
yang terjadi dalam melakukan program relokasi ini yaitu masih kurangnya
partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, hal ini menjadi
tantangan tersendiri bagi Pemerintah dalam mensosialisasikan rencana
relokasi permukiman secara resmi dan merata kepada seluruh masyarakat
agar tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai informasi atau pemahaman
tentang relokasi yang direncanakan oleh pemerintah.
Tim penanggulangan banjir satkorlak
Pada penelitian ini empat dari enam informan mengatakan di
wilayah RT 001 Kelurahan Bintaro sudah terdapat tim penanggulangan
banjir satkorlak. Sejalan dengan hasil penelitian Jurenzy (2011) yang
melaporkan pada masa tanggap darurat, pemerintah setempat membentuk
tim penyelamatan yang terdiri atas SATKORLAK (Satuan Koordinasi
Pelaksana) dan ketua-ketua RT yang gunanya adalah untuk membantu
masyarakat dalam masa tanggap darurat seperti evakuasi ketempat yang
lebih aman dan menjamin keselamatan anggota keluarga lainnya. Saat
75
banjir terjadi, satkorlak melakukan penyelamatan, menutup tanggul yang
bocor atau limpas, baru setelah banjir terjadi memperbaiki kerusakan
akibat banjir (Adhi, 2010).
Dapur umum dan Logistik
Hasil penelitian ini menyebutkan pemerintah dalam hal
kesiapsiagaan banjir memberikan bantuan seperti menyediakan dapur
umum dan logistik, bantuan tersebut bahannya diperoleh dari pemerintah
ataupun swadaya masyarakat berupa air mineral dan makanan ringan.
Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Gresik oleh Rohman & Suroso
(2012) pada 156 responden didapatkan bahwa sebagian besar rumah
tangga (69%) menjawab tidak pernah menyiapkan cadangan dan makanan
sebelum banjir terjadi. Kecenderungan responden memilih kurang setuju
maupun tidak setuju adalah karena anggapan responden mengenai pasokan
makanan itu sendiri. Mereka menyatakan bahwa menyiapkan pasokan
makanan tidak terlalu penting karena di sekitar daerah rawan banyak
terdapat warung yang dapat menyediakan bahan kebutuhan pokok. Selain
itu berdasarkan pengalaman responden dari banjir tahun lalu, pemerintah
biasanya memberikan pasokan bahan makanan selama satu minggu kepada
korban banjir.
Sumber daya yang mendukung adalah salah satu indikator
kesiapsiagaan yang mempertimbangkan bagaimana berbagai sumber daya
yang ada digunakan untuk mengembalikan kondisi darurat akibat bencana
menjadi kondisi normal (ISDR/UNESCO, 2006). Sumber daya menurut
76
Sutton dan Tierney (2006) dibagi menjadi 3 bagian yaitu sumber daya
manusia, sumber daya pendanaan/logistik, dan sumber daya bimbingan
teknis dan penyedian materi.
Pengadaan alat-alat banjir
Kesiapsiagaan bencana dilakukan dengan cara mempersiapkan diri
dengan perlengkapan yang efektif (Cappola, 2007) dengan tujuan untuk
meningkatkan keselamatan dan melindungi nyawa manusia (Sutton and
Tierney, 2006). Para informan mengatakan berbagai macam alat telah
disiapkan dalam menanggulangi bencana banjir seperti perahu karet,
tambang, mesin pompa air dan kendaraan untuk ambulan.Untuk
penanggulangan banjir bidang kesehatan, fasilitas yang penting untuk
digunakan meliputi obat, bahan-bahan habis pakai, bahan sanitasi, alat
kesehatan, sarana penunjang lapangan (genset, tenda, identitas, petugas,
alat komunikasi) serta transportasi (Nurul, 2010).
Layanan kesehatan puskesmas
Peran pemerintah dalam penanggulangan banjir salah satu hal yang
penting adalah layanan kesehatan puskesmas. Program puskesmas sangat
penting peranannya dalam membantu masyarakat untuk mengurangi
dampak penyakit pasca banjir. Dalam penanggulangan bencana bidang
kesehatan, pada dasarnya tidak dibentuk sarana dan prasarana secara
khusus, tetapi menggunakan sarana dan prasarana yang telah ada, hanya
saja intensitas pemakaiannya ditingkatkan seperti halnya sumber daya
77
yang lain (Depkes, 2007). Hal ini sejalan dengan penelitian Nurul (2010)
melaporkan gambaran kesiapsiagaan sumber daya manusia kesehatan
dalam penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana banjir di
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010 sebagian besar (68,1%) sumber daya
manusia kesehatan yang bekerja di lingkungan Dinas Kesehatan di
Provinsi DKI Jakarta menyatakan siap siaga dalam bekerja menghadapi
bencana banjir dan 31,9% yang menyatakan tidak siap siaga. Sumber daya
kesehatan yang bekerja bagi masyarakat salah satunya adalah perawat,
peran perawat komunitas sebagai pelaksana kesehatan dalam mencapai
tujuan kesehatan melalui upaya promotif dan preventif dalam kaitannya
untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat (Iqbal & Nurul, 2009)..
Tindakan kesiapsiagaan yang dilakukan masyarakat dilakukan
setelah masyarakat mengalami kerugian dan kerusakan yang besar akibat
bencana alam (Lindell and Whitney, 2000). Selama ini masih banyak
masyarakat yang mengantungkan kesiapsiagaan dan mitigasi kepada
pemerintah dengan mengabaikan kesiapsiagaan pribadi masing-masing
(Matsuda dan Okada, 2006).
Pengurangan risiko bencana yang dilakukan oleh pemerintah
menurut Sagala dkk (2014) perlu mempertimbangkan kesiapsiagaan
masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana banjir. Upaya yang
dilakukan Pemerintah sampai saat ini sudah demikian banyak namun
banjir masih saja terjadi. Peran masyarakat dalam hal ini perlu
ditingkatkan agar masalah banjir dapat diatasi salah satunya dengan tidak
78
membuang sampah sembarangan dan mendirikan bangunan di bantaran
sungai.
B. Keterbatasan
Berdasarkan pengalaman proses penelitian didapatkan beberapa
keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan tersebut antara lain :
1. Peneliti memiliki kesulitan dalam hal mengontrol ide atau pendapat
dari informan.
2. Pada waktu FGD munculnya berbagai pendapat yang sulit untuk
dibatasi hal ini diperlukan pedoman wawancara yang bisa dijadikan
acuan.
3. Molornya waktu pengambilan data dikarenakan sulitnya menyamakan
jadwal pada informan.
78
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bab pembahasan ini menguraikan analisis lebih mendalam terhadap hasil
pengolahan data penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran arti pengalaman
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.
Berdasarkan hasil penelitian, tema yang teridentifikasi ada empat yaitu :
1. Tema 1 dampak banjir yang dialami oleh masyarakat
Dampak banjir yang di alami oleh masyarakat antara lain
terjadinya kerusakan bangunan dan perabotan rumah, keruskaan sarana
umum seperti sarana ibadah, masyarakat menjadi terbiasa dengan ekjadian
banjir, masyarakat mampu memprediksi datangnya banjir dan respon yang
dialami masyarakat seperti perasaan cemas memikirkan jiwa dan harta
benda.
2. Tema 2 sumber pengetahuan program penanggulangan banjir
Sumber pengetahuan program penanggulangan banjir yaitu
pengalaman kejadian banjir yang pernah dialami, media massa seperti
koran dan televisi, wawasan dari Tim SAR, penyuluhan dari pemerintah
yakni dari RT atau Kelurahan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
seperti tim siap siaga bencana dompet dhuafa.
79
3. Tema 3 upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana
banjir
Upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana
banjir adalah membersihkan lingkungan dan membuang sampah pada
tempatnya, evakuasi diri, menaikkan barang – barang ke tempat yang lebih
aman, dan membersihkan tempat tinggal dari air dan lumpur banjir.
4. Tema 4 peran pemerintah dalam menghadapi bencana banjir
Tema yang terakhir adalah peran pemerintah dalam menghadapi
bencana banjir, diantaranya pembuatan tanggul, pengerukan kali,
pengadaan rumah pompa, relokasi pemukiman, terbentuknya Tim
penanggulangan banjir, tersedianya dapur umum dan logistik, pengadaan
alat-alat banjir dan layanan kesehatan puskesmas.
B. Saran
1. Institusi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini bagi pendidikan keperawatan dapat menjadi
landasan dalam mengembangkan program kurikulum keperawatan
khususnya keperawatan komunitas dan dapat mengembangkan kompetensi
pembelajaran pada mahasiswa mengenai pengalaman kesiapsiagaan
masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.
2. Peneliti Selanjutnya
80
Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi bahan referensi dan
pertimbangan serta perlu adanya pengeksplorasian lebih dalam mengenai
keterlibatan peran perawat komunitas dalam penanggulangan bencana
banjir.
3. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini bagi pelayanan keperawatan dapat memperkaya
perkembangan ilmu keperawatan yang terkait dengan berbagai aspek
ketika masyarakat menghadapi bencana banjir. Demikian pula di
pelayanan masyarakat, diharapkan perawat komunitas mampu
meningkatkan pengetahuannya dengan melibatkan diri pada eduaksi
masyarakat melalui pendidikan kesehatan, informasi serta promosi
kesehatan kepada masyarakat mengenai kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana banjir.
81
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, Robert Ksp. Banjir Kanal Timur : Karya Anak Bangsa. Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2010
Afiyanti, Yati. Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) Sebagai Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif. Jurnal Keperawatan
Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 58-62, 2008
Alan, Kirschenbaum. Disaster Preparedness : A Conceptual and Empirical Re-evaluation. International Journal of Mass Emergencies and Disasters
March 2002 Vol. 2 No. 1 PP. 5-28, 2002
Aminudin.Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana Alam. Bandung : Angkasa
Bandung. 2013
Arifianto, S & Mohan Rifqo Virhani. Artikel Informasi Bencana dan Budaya
Lokal : Kasus Penanggulangan Banjir di Kelurahan Bukit Duri Jakarta
Selatan. Jakarta : Puslitbang Aptel SKDI Balitbang SDM Depkominfo,
2009
BNPB. Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Tahun 2008.
Diakses 10 November 2014. http://www.bnpb.go.id
. Definisi dan Jenis Bencana. Diakses 2 Desember 2014. http://www.bnpb.go.id
. Info Bencana Edisi Oktober 2014. Diakses 2 Desember 2014.
http://www.bnpb.go.id
. Potensi Ancaman Bencana. Diakses 2 Desember 2014. http://www.bnpb.go.id
. Siaga Bencana Banjir. Diakses 2 Desember 2014. http://www.bnpb.go.id
.Sistem Penanggulangan Bencana. Diakses 2 Desember 2014.
http://www.bnpb.go.id
. Pedoman Penanggulangan Bencana Banjir Tahun 2007-2008. Diakses 28
Desember 2014. http://www.bnpb.go.id
BPBD DKI Jakarta. Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2013-2017. Diakses Selasa 2 Desember 2014.
http://www.bpbd.jakarta.go.id
. Partisipasi Masyarakat dalam Penanggulangan Banjir-UNESCO. Diakses
Selasa 2 Desember 2014. http://www.bpbd.jakarta.go.id
82
. Kebijakan Penanggulangan Bencana di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014.
Diakses Selasa 13 Desember 2014. http://www.bpbd.jakarta.go.id
Brody, S.D., Zahran, S., Highfield, W.E., Bernhardt, S.P. and Vedlitz, A.Policy
learning for flood mitigation: A longitudinal assessment of the community
rating system in Florida. Risk Analysis, 29(6): 912-929, 2009
Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2011
Carter, W. N. Disaster Management: A Disaster Manager’s Book. Manila: Asian
Development Bank, 2008
Clust, Michael, R.J. Human, dan D.M. Simpson. Mapping and rail safety: the
development of mapping display technology for data communication.Center for Hazards Research and Policy Development,
2007
Coppola, D. P.Introduction to International Disaster Management. Burlington:
Elsevier Inc. 2007
Creswell, John W.Qualitative Inquiry and Research Design : Choosing Among
Five Traditions Sage Publications Inc. USA, 1998
Danapriatna, Nana. Fenomena Banjir Jakarta : Penyebab dan Alternatif
Pengendalian. Region volume 1 No. 3 September, 2009
Danim, Sudarwan. Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi. Jakarta : EGC,
2003
Departemen Kesehatan. Statistik Kejadian Bencana Tahun 2013. Diakses 18
Desember 2014. http://www.penanggulangankrisis.depkes.go.id
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa.
Edisi Keempat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 2008
Dua, Mikhael & A. Sonny Keraf. Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis.
Yogyakarta : KANISIUS. 2010
Dodon. 2013. Indikator dan Perilaku Kesiapsiagaan Masyarakat di Permukiman
Padat Penduduk dalam Antisipasi Berbagai Bencana Banjir. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota vol. 24 No. 2 SAPPK Institut Teknologi
Bandung, 2013
Efendi, Ferry & Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika, 2009
Endraswara, Suwardi. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan : Ideologi,
Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Widyatama, 2006
83
Gregg, C.E., Houghton, B.F., Johnston, D.M., Paton, D. and Swanson, D.A.,
2004. The Perception of Volcanic Risk in Kona Communities from Mauna Loa and Hualalai Volcanoes, Hawaiki.Journal of Volcanology and
Geothermal Research, 130: 179-196, 2004
Gunawan, Restu. Gagalnya Sistem Kanal : Pengendalian Banjir Jakarta dari
Masa ke Masa. Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2010
Harliani, Fanni. Persepsi Masyarakat Kampung Cienteung, Kabupaten Bandung tentang rencana relokasi akibat banjir.Jurnal Perencanaan Wilayah dan
Kota vol. 25 No. 1 hlm 37-57, 2014
Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi.
Jakarta : Salemba Medika, 2015
Irwanto. Focused Group Discussion (FGD) : Sebuah Pengantar Praktis. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia, 2006
Iqbal, Mubarak Wahit & Nurul Chayatin. Ilmu Keperawatan : Pengantar dan
Teori. Jakarta : Salemba Medika, 2009
Jurenzy, Thresa. Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat dalam Kaitannya
dengan Kesiapsiagaan dan Mitigasi Bencana di Daerah Rawan Bencana :
Studi Kasus Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.Skripsi. Bogor : Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor,
2011
Kapucu, Naim. Culture of preparedness: household disaster preparedness.Journal
of Disaster Prevention and Management, 17, (4), 1-7, 2008
Kodoatie, Robert J & Roestam Syarief. Tata Ruang Air. Yogyakarta : ANDI.
2010
_______________________________. Pengelolaan Bencana Terpadu. Jakarta :
Penerbit Yarsif Watampone, 2006
Lindell, M.K. and Whitney, M. Correlates of Household Seismic Hazard
Adjusment Adoption. Risk Analysis, 20(1), 2000
LIPI – UNESCO-ISDR. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi
Bencana Gempa Bumi dan Tsunami, Jakarta, 2006
Matsuda, Y. and Okada, N. Community diagnosis for sustainable disaster
preparedness.Journal of Natural Disaster Science, 28(1): 25-33, 2006
Mistra, Antisipasi Rumah di Daerah Rawan Banjir, Jakarta : Griya Kreasi, 2007
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualtitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2013
84
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2010
Nurhaimi, Rizka dan Rahayu, Sri. Kajian Pemahaman Masyarakat terhadap Banjir
di Kelurahan Ulujami Jakarta.Jurnal PWK volume 3 Nomor 2 Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro, 2014
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2.
Jakarta : Salemba Medika, 2008
Octavia, Rafita. Studi Fenomenologi: Pengalaman Suami Menghadapi Istri yang
Memasuki Masa Menopause di Kelurahan Pisangan.Skripsi. Fakultas
Kedokteran, dan Ilmu Kesehatan, 2013
Pan American Health Organization. Bencana Alam : Perlindungan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : EGC, 2006
PAHO/WHO Pan American Health Organization World Health Organization.
Manajemen dan logistic bantuan kemanusiaan dalam sektor kesehatan.
Jakarta : EGC, 2007
Pangesti, Asih Dwi Hayu. Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Aplikasi
Kesiapan Bencana pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia Tahun 2012. Skripsi. Jakarta : Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LKiS, 2008
Plate, E.J. Flood risk and flood management. Journal of Hydrology, 267(1): 2-11,
2002
Priambodo, S. Arie. Panduan Praktis Menghadapi Bencana. Yogyakarta :
Kanisius, 2009
PROMISE. Banjir dan Upaya Penanggulangnnya. Programme for Hydro-
Meteorological Risk Mitigation Secondary Cities in Asia, 2009
Ramli, Soehatman. Pedoman Praktis Manajemen Bencana (Disaster
Management). Jakarta : PT. Dian Rakyat, 2011
Rohman,A. Kesiapsiagaan rumah tangga dalam mengantisipasi bencana banjir.
Studi Kasus Kali Lamong Kabupaten Gresik. Bandung: Institut Teknologi
Bandung, 2012
Rohman, Ahmad Abdul& Santoso Abi Suroso. Hubungan Antara Umur,
Pendidikan, Pendapatan, dan Pengalaman Bencana dengan Kesiapsiagaan
Tingkat Rumah Tangga: Studi Kasus Banjir Kali Lamong Kabupaten
Gresik.Tesis. Bandung : Sekolah Arsitektur Perencanaan dan
Pengembangan Kebijakan ITB, 2012
85
Sinha, Abhinav, D.K. Pal, P.K. Kasar, et al. Knowledge, attitude, and practice of
disaster preparedness and mitigation among medical students.Journal of
Disaster Prevention and Management, 17 (4), 1, 2008
Straubert, Helen J & Carpenter, Dona R. Qualititative Research In Nursing
Advancing the Humanistic Imperative. Second Edition. Walnut Street,
Philadelphia, 1999
Sudarma, Momon. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika, 2008
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta, 2011
Sutton, Jeannette and Tierney, Kathleen., Disaster preparedness: concepts,
guidance, and research. Boulder, University of Colorado Natural Hazards
Center, Institute of Behavioral Science, 2006
Takao, K. Factors Determining Disaster Preparedness In Resident: Difference In
Terms of Homeownership and Age. vol.9 No.1 2003. P. Kawasaki Journal
of Medical Welfare, 2003
Takao, K., Motoyoshi, T., Sato, T., Fukuzondo, T., Seo, K. and Ikeda, S.Factors
determining residents’ preparedness for floods in modern megalopolises: the case of the Tokai flood disaster in Japan.Journal of Risk Research, 7(7-
8): 775-787 , 21-29, 2004
Tambunan, Mangapul P. Flooding Area in the Jakarta Province on February 2 to
4 2007. Conference proceedings of the oral presentation in International
Symposium ISG-GNSS2007. Conducted by Department of Geography
Faculty of Mathematics and Natural Sciences University of Indonesia.
Johor : Malaysia, 2007
Team Mirah Sakethi. Mengapa Jakarta Banjir? : Pengendalian Banjir
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : PT. Mirah Sakethi, 2010
UNDP. Indonesia : National Programmes in Disaster Management. United
Nations Development Programme, 2007
UNESCO United Nations Educational Scientific Cultural Organization.Petunjuk
Praktis : Partisipasi Masyarakat dalam Penanggulangan Banjir. Jakarta :
UNESCO Office, 2008
UNISDR. Indonesia Declares State Of Emergency In Wake Of Heavy Floods
Brigitte Leoni. Diakses 7 Januari 2015. http://www.unisdr.org
Wahyuningsih, Tri. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap
Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir di Kelurahan Joyotokan
86
Kecamatan Serengan Kota Surakarta.Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013
Wisner dan Adams. Environmental Health in Emergencies and Disasters. WHO,
2002
Wursanty Dewi, Rucky Nurul. Kesiapsiagaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
dalam Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana Banjir di
Provinsi DKI Jakarta.Tesis. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, 2010
Yayasan IDEP. Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Bencana.
Bali : Indonesia, 2007
Yulaelawati, Ella & Usman Syihab. Mencerdasi Bencana. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008
Yulia, Singgih D & Gunarsa. Asas-asas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta : PT.
BPK Gunung Mulia, 2002
Yuwanto, L., Adi, C. M. P., Pamudji, S. S., & Santoso, M. Isue kontemporer
psikologi bencana. Sidoarjo : Dwiputra Pustaka Jaya, 2014
87
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
INFORMED CONSENT
Pengalaman Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT 001 RW 012
Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2015
Kepada Yth,
Informan Bapak/Ibu
Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Widiany Nurrahmah
NIM : 1111104000017
Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, akan melakukan penelitian tentang
“Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Mengahadapi Bencana Banjir di RT 001
RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun
2015”
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan atau mengeksplorasi
pengalaman masyarakat terhadap upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir
di wilayah Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan.Selain itu, penelitian ini merupakan
bagian dari persyaratanuntuk menyelesaikan Program Pendidikan S1 saya di
Program Studi IlmuKeperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
A. Prosedur Penelitian
Apabila Anda bersedia berpasrtisipasi dalam penelitian ini, Anda diminta
menandatangani lembar persetujuan ini. Prosedur selanjutnya adalah:
1. Anda diminta mengisi identitas yang terdapat di lembar biodata.
2. Peneliti akan melakukan diskusi kelompok selama kurang lebih 60 - 90 menit.
3. Diskusi kelompok akan dipimpin oleh seorang fasilitator,
3. Bila diperlukan diskusi tambahan, diharapakan kesediaan waktu informan di
lain waktu.
4. Informan diperkenankan mengundurkan diri bila dirasa tidak nyaman atau
keberatan ketika dilakukan penelitian.
B. Kewajiban informan
Sebagai subyek penelitian, Anda berkewajiban mengikuti aturan dan petunjuk
penelitian seperti yang tertulis diatas, bila belum jelas dapat bertanya langsung
kepada peneliti.
C. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas responden akan dirahasiakan
dan hanya akan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa
identitas asli informan.
D. Informasi tambahan
Anda dapat menanyakan hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini
atau mengenai kontrak waktu dan tempat untuk dilakukan diskusi, Anda dapat
menghubungi saya Widiany Nurrahmah pada no hp. 081218924182
Bersama surat ini kami lampirkan lembar persetujuan menjadi informan.
Bapak/Ibu dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan apabila bersedia
secara sukarela menjadi informa penelitian. Besar harapan saya agar Anda
bersedia menjadi informan dalam penelitiansaya dan mengungkapkan pengalaman
serta pendapat terkait penelitian yang akandilakukan. Atas kesediaan dan
kerjasamanya, peneliti ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Peneliti
Lampiran 5
LEMBAR PERSETUJUAN
Setelah membaca surat permohonan dan mendapat penjelasan tentang penelitian
yang akan dilakukan, saya dapat memahami tujuan, manfaat, dan prosedur
penelitian yang akan dilakukan. Saya mengerti dan yakin bahwa peneliti akan
menghormati hak-hak dan kerahasiaan saya sebagai informan. Dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, saya bersedia menandatangani
lembar persetujuan untuk menjadi informan pada penelitian ini.
Jakarta, Juli 2015
Tanda Tangan dan Nama Jelas Responden
( )
Lampiran 6
Pedoman Focus Group Discussion (FGD) bagi Informan
Pengalaman Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Banjir di RT
001 RW 012 Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan
Tahun 2015
A. Petujuk Umum
1. Tahap perkenalan
2. Menjelaskan maksud dan tujuan
3. Mengisi identitas informan
4. Membuat kontrak dan waktu
A. Petunjuk Focus Group Discussion (FGD)
1. Focus Group Discussion dilakukan oleh peneliti dan dibantu dengan
beberapa orang yang bertugas sebagai moderator, asisten moderator/co-
fasilitator, notulen (pencatat proses), penghubung peserta dan dokumentasi.
2. Informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman, kritik maupun saran
3. Pernyataan informan tidak bernilai salah atau benar tetapi bersifat pendapat
apa yang diketahui informan
4. Semua hasil diskusi akan dijamin kerahasiaannya
B. Identitas Peneliti
Nama Peneliti :
Tanggal Diskusi :
Waktu Diskusi : s/d
Tempat Diskusi :
D. Identitas Informan
1. Nama Informan :
2. Tanggal lahir/Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. No Telepon/Hp :
E. Pertanyaan Diskusi
1. Selama anda tinggal di RT 001, sudah mengalami banjir dari tahun berapa?
2. Bagaimana pengalaman banjir yang Anda rasakan?
3. Dari mana Anda memperoleh pengetahuan tentang program penanggulangan
banjir?
4. Upaya apa saja yang Anda lakukan dalam menghadapi bencana banjir?
5. Terkait dengan upaya kesiapsiagaan, menurut Anda apa peran serta pemerintah
didalamnya?
LEMBAR OBSERVASI
Subjek :
Tanggal :
Waktu : s/d
Tempat :
Catatan Lapangan
1. Proses atau kegiatan selama diskusi berlangsung
2. Kondisi tempat diskusi
3. Penampilan informan saat diskusi
4. Sikap, mimik, intonasi, respon nonverbal informan saat diskusi
5. Gangguan khusus selama diskusi
6. Terdapat waduk, posko banjir, dapur umum, jalur evakuasi
7. Tempat tinggal berlantai 1 atau lebih
8. Tersedia alat-alat P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
Lampiran 7
Matriks Analisis Tematik
Kategori
I1
I2
I3
I4
I5
I6
Subtema
Tema
Dulu kan bahaya ya.. dirumah saya sendiri
sempat jebol kan, kalo dulu kan yang namanya
kulkas, tv pada ngambang semua
√
Rusaknya
bangunan dan
perabotan
rumah
Dampak banjir yang
alami oleh
masyarakat
Kalo banjir gede aula masjid sempat terkena
satu meter
√ √ √ Kerusakan
sarana ibadah
Kita udah terbiasa, jadi udah gak terlalu
paniklah
√ √ Menjadi
terbiasa
Secara gak langsung sudah berguru dengan
alam
√ √ √
Memprediksi
datangnya
banjir
Cemas memikirkan jiwa, harta benda dan
mencari lahan parkir
√
Perasaan yang
dirasakan
Cemas karena banjirnya deres
√
√
Saya sendiri ngerasain gitu apa yang harus
dilakukan juga bingung begitu datang banjir
dengan waktu cuma berapa menit itu udah
tinggi satu meter itu apa yang dilakukan?
bahkan itu pun juga yang jadi permasalahan
sebenarnya rakyat pada waktu itu, tidak ada
ganti rugi sama sekali.. sepeser pun tidak
menerima ganti rugi, termasuk kami kena
pertama.
tetapi, dibandingkan tahun-tahun yang lalu
untuk aaa.. lima tujuh tahun aaa… ke belakang,
enam tujuh tahun kedepan ini lebih…
menyenangkan dibandingkan dulu-dulunya
Program yang terstruktur mungkin sampai saat
ini pun sebagai warga ya kita juga belum tahu
sebenarnya program yang penanggulangan
banjir tuh yang terstruktur dari pemerintah atau
apa prosedur-prosedurnya kita juga sebenarnya
sih belum ngerti ke arah sana. Apakah ada atau
gak kita juga gak paham, yang ada yang kita
rasakan adalah setiap banjir yang dilakukan
paling awal adalah evakuasi
√ √ √ √ √ √
Pengalaman
melewati
kejadian banjir Sumber pengetahuan
yang diperoleh
masyarakat tentang
program
penanggulangan
banjir
Media Koran dan televisi
√ √ Media massa
Penyuluhan dari RT atau kelurahan
√ √ √ √ √ √
Pemerintah Diberikan wawasan dari pihak tim SAR untuk
melakukan pertolongan √
Tim siap siaga bencana dompet dhuafa
√
Lembaga
Swadaya
Masyarakat
(LSM)
Membersihkan lingkungan dari sampah-sampah
√ Membersihkan
lingkungan
Upaya kesiapsiagaan
masyarakat dalam
menghadapi bencana
banjir
Membersihkan lingkungan dan membuang
sampah pada tempatnya
√
Upayanya yang paling utama sekali kita kontrol
warga ada yang kejebak atau tidak
√
Evakuasi Diri
Setiap ada banjir yang dilakukan paling awal
adalah evakuasi √ √ √ √ √ √
Persiapannya ditaek-taekin perabotan
√ √ √ √
Menaikkan
barang - barang
Untuk banjir kalo nyimpen tv tuh paling enggak
satu meter diataslah, colokan listrik gak ada
yang di bawah pasti semua di atas gitu, diatas
pasti ada rak-rak untuk nyimpen barang-barang
√ √ √
Kalo banjir tuh sekalian bersihin rumah, kalo
gak banjir kita gak bisa bersihin rumah
√ √ √ √
Membersihkan
lantai dan
perabotan
rumah
Upaya dari pemerintah pembuatan tanggul
pertama √ √ √ √ √
Pembuatan
tanggul
Peran pemerintah
terhadap upaya
kesiapsiagaan
bencana banjir
Pengerukan kali sangat bermanfaat
√ √ √ √ √ √ Pengerukan kali
Struktur tambahan dari pemerintah itu
mendapatkan pompa yang pompa mobil
sebutannya
√ √ √ Pengadaan
rumah pompa
Terus ada isu lagi kita mau digusur
√ √ √ √ √ √
Relokasi
pemukiman
Sampai kita pernah ada tim penanggulangan
banjir, tim SAR… karena mungkin sekarang
udah ada tuh tim pembersih kali ya, jadi saluran
gotnya lancar
√ √ √ √ Dibentuknya
Tim Satkorlak
Untuk penanggulangan yang sosialnya dapur
umum dan pengungsian
√ √
Dapur umum
dan logistik
Dapur umum pun sumbernya bahannya ada
yang bantuan dari pemerintah juga dari
kelurahan mungkin ataupun yang swadaya
masyarakat
√ √
Bantuan dari pemerintah, pertolongan yang
paling pertama adalah air mineral dan makanan
ringan
√ √ √
Persiapannya adalah perahu, tambang, mesin
pompa air dan kendaraan untuk ambulan √ √ √
Pengadaan alat-
alat banjir
Struktur tambahan intinya daripada dapur
umum dan puskesmas √ √ √
Layanan
kesehatan
puskesmas
Lampiran 8
Dokumentasi Kegiatan FGD
Gambar 1.1 Gambar 1.2 Peneliti sedang memberikan penjelasan Infoman mengisi informed consent
Gambar 1.3 Gambar 1.4
Suasana FGD Informan memberikan pendapat
Gambar 1.5 Gambar 1.6
Informan memberikan pendapat Fasilitator memberikan arahan